bab ii pembahasan a. analisis struktural · fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu...

162
BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Analisis struktural merupakan langkah awal yang dapat digunakan untuk memaparkan sebuah karya sastra secara mendetail dan seteliti mungkin, dengan demikian tampak jelas bahwa analisis struktural merupakan tahap pendahuluan dari penelitian sebuah karya sastra. Analisis struktural merupakan bangunan kerangka pokok yang ada dalam sebuah karya sastra yang tidak dapat berdiri sendiri secara terpisah, melainkan saling berkaitan erat dalam sebuah bentuk kesatuan yang utuh. Cerbung Ara-ara Cengkar Tanpa Pinggir karya Adinda AS akan diteliti menggunakan unsur struktural yang menekankan fakta-fakta cerita yang terdiri dari alur, karakter, latar dilengkapi tema, dan juga sarana-sarana sastra yang mencakup judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme serta ironi. Unsur-unsur tersebut juga mewakili analisis struktural karya sastra, selanjutnya akan diuraikan satu demi satu unsur-unsur intrinsik tersebut secara berurutan dalam rangka pembahasan segi struktur karya sastra cerbung Ara-ara Cengkar Tanpa Pinggir karya Adinda AS. 1. Fakta-Fakta Cerita Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan struktur faktual atau tingkatan faktual cerita. Berikut pembahasan masing-masing elemen fakta-fakta cerita. a. Alur Alur adalah rangkaian peristiwa dalam sebuah cerita. Tahapan- tahapan alur secara kronologis yaitu memiliki bagian awal, tengah, dan 39

Upload: others

Post on 30-Oct-2019

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

39

BAB II

PEMBAHASAN

A. Analisis Struktural

Analisis struktural merupakan langkah awal yang dapat digunakan untuk

memaparkan sebuah karya sastra secara mendetail dan seteliti mungkin, dengan

demikian tampak jelas bahwa analisis struktural merupakan tahap pendahuluan dari

penelitian sebuah karya sastra. Analisis struktural merupakan bangunan kerangka

pokok yang ada dalam sebuah karya sastra yang tidak dapat berdiri sendiri secara

terpisah, melainkan saling berkaitan erat dalam sebuah bentuk kesatuan yang utuh.

Cerbung Ara-ara Cengkar Tanpa Pinggir karya Adinda AS akan diteliti

menggunakan unsur struktural yang menekankan fakta-fakta cerita yang terdiri dari

alur, karakter, latar dilengkapi tema, dan juga sarana-sarana sastra yang mencakup

judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme serta ironi. Unsur-unsur tersebut

juga mewakili analisis struktural karya sastra, selanjutnya akan diuraikan satu demi

satu unsur-unsur intrinsik tersebut secara berurutan dalam rangka pembahasan segi

struktur karya sastra cerbung Ara-ara Cengkar Tanpa Pinggir karya Adinda AS.

1. Fakta-Fakta Cerita

Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan

latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan struktur

faktual atau tingkatan faktual cerita. Berikut pembahasan masing-masing

elemen fakta-fakta cerita.

a. Alur

Alur adalah rangkaian peristiwa dalam sebuah cerita. Tahapan-

tahapan alur secara kronologis yaitu memiliki bagian awal, tengah, dan

39

Page 2: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

40

akhir. Adapun dua elemen dasar yang membangun alur yaitu konflik dan

klimaks.

1) Alur Bagian Awal

Cerbung ACTP memiliki bagian awal cerita tentang pertemuan

antara Yuyun dan Heru Purnomo. Pertemuan tersebut terjadi ketika Yuyun

menemani muridnya yang bernama Lisa saat menunggu mobil jemputan

yang tak kunjung datang, sehingga membuat Yuyun merasa kasian dan

bermaksud untuk menemaninya. Lima belas menit kemudian datanglah

mobil sedan BMW hitam berhenti tepat di depan mereka. Saat itu Lisa

dijemput oleh papanya dikarenakan sopir pribadi mereka sedang sakit.

Tiba-tiba Yuyun terkejut dan badannya seketika lemas, ia tidak pernah

menyangka ternyata papa Lisa itu adalah Heru Purnomo, mantan

kekasihnya dulu setelah sebelas tahun tidak pernah bertemu. Alur bagian

awal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

[…]“Mas… Mas Heru Purnomo!” panyaute Yuyun kanthi swara

ndredeg.

“Ooh, dhik Ningsih… Dhik Wahyunngsih!! Jerite priya kuwi.

Oh, sawijining patemon sing dadakan. Patemon sing babar pisan ora

dak karepke, panjerite Yuyun jroning ati. Awake Yuyun sanalika

lemes, rasane adem panas. Dheweke ora bisa kumecap apa-apa[…]

“Wusanane Gusti Allah ya kersa nemokake awake dhewe maneh

sawise sewelas taun, sawise suwe aku nggoleki kowe!!” (Seri 1: 25)

Terjemahan:

[…]“Mas… Mas Heru Purnomo!” sahut Yuyun dengan suara

bergetar.

“Ooh, Dik Ningsih…. Dik Wahyuningsih!” pekik laki-laki itu.

Oh, sebuah pertemuan yang tiba-tiba. Pertemuan yang sama sekali

tidak diharapkan, teriak Yuyun dalam hati. Badan Yuyun tiba-tiba

lemas, rasanya panas dingin. Ia tak mampu berkata apa-apa[…]

“Akhirnya Tuhan mau mempertemukan kita kembali setelah sebelas

tahun, setelah sekian lama saya mencarimu!!”

Page 3: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

41

Pertemuan Yuyun dengan Heru merupakan pertemuan yang tidak

pernah diduga sebelumnya dan sama sekali tidak pernah diharapkan oleh

Yuyun. Baginya masa lalunya sudah dikubur dalam-dalam. Alur bagian

awal tersebut menceritakan awal pertemuan antara Yuyun dengan Heru

setelah sebelas tahun berpisah.

2) Alur Bagian Tengah

Alur bagian tengah yaitu menceritakan peristiwa di masa lalu yang

menjadi sebab Yuyun membenci Heru. Sebelas tahun yang lalu Yuyun

merasa dikhianati oleh Heru. Empat tahun mereka berpacaran, dan selama

itu pula Yuyun dengan setia menemani dan membantu proses perkuliahan

Heru. Banyak pengorbanan yang Yuyun lakukan untuk Heru, bahkan

semua yang dimilikinya sudah diberikan termasuk kesuciannya, namun

dengan teganya Heru meminta pengertian dan dukungan Yuyun karena

dipaksa menikah dengan Rima, anak konglomerat rekan kerja Paman

Hardjo. Hal ini terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Kowe wis ngejur-jur kabeh katresnanku. Wis dak pasrahake kabeh

sing dak darbeni. Nanging saiba tegele kowe mbuang aku ngono wae

sawise mbok cecep madu kembang manisku, kasucenku lan kabeh

pakurmatan sing dadi makuthaning wanita.” (Seri 2: 24)

Terjemahan:

“Kamu sudah menghancurkan seluruh cintaku. Sudah kuserahkan

semua yang kumiliki. Namun betapa teganya kau membuangku begitu

saja setelah kau reguk madu bunga manisku, kesucianku dan semua

kehormatan yang menjadi mahkotanya perempuan.”

Akibat dari rasa sakit dan kekecewaan terhadap laki-laki, membuat

Yuyun masih belum siap untuk melepas masa lajangnya meskipun usianya

sudah menginjak 33 tahun dan sudah termasuk kategori perawan tua.

Page 4: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

42

Banyak laki-laki yang ingin meminangnya namun tetap saja Yuyun masih

belum mau membuka hatiya. Kedatangan Heru membuat Endra, priya

yang selama ini menanti jawaban cinta Yuyun menjadi terbakar cemburu.

Ia merasa sangat tersaingi dan mengira Heru adalah penyebab Yuyun

menolak cintanya. Pertemuannya dengan Heru membuat Endra tidak bisa

mengendalikan emosi, sehingga ia langsung menantang Heru untuk adu

kekuatan dengan berkelahi. Hal ini terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Yuyun mlayu mlebu kamar. Dheweke sedih. Bingung lan isin. Priya

loro sing kinurmatan wis padha diwasa, gelut pancakara rame ing

ngarepe umum awit padudon perkara wanita. Kebeneran wanita mau

Yuyun dhewe. Ah, Yuyun isin banget. (Seri 11: 25)

Terjemahan:

Yuyun berlari masuk ke kamar. Dia sedih. Bingung dan malu. Dua

laki-laki terhormat yang sudah dewasa, berkelahi adu jotos di depan

umum karena memasalahkan seorang perempuan. Kebetulan

perempuan itu adalah Yuyun sendiri. Ah, Yuyun malu sekali.

Semenjak kejadian perkelahian antara Heru dengan Endra membuat

Yuyun merasa tidak tenang lagi hidupnya, sehingga ia meminta kepada

Pak Santo kepala sekolah tempatnya mengajar untuk memindahkannya

tugas di provinsi lain. Hal ini terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Dheweke matur nyuwun pindhah mulang saka kutha iki. Yuyun

rumangsa wis ora nduwe katentreman maneh. Tekane Heru sing

dianggep nggrogoti uripe. Panyawange mripate Lisa wektu Yuyun

mulang ing ngarep kelas. Tansah mandeng landhep, ngarep-arep lan

ngenteni, ora tahan rasane Yuyun tansah nyingkur lan selak. Eseme

Pak Guru Haryanto sing lucu ngelingake pocapane […]Luwih-luwih

patrape Endra, sabubare prastawa iku Yuyun dianggep mungsuh

satru bebuyutan. (Seri 11: 25)

Terjemahan:

Dia bilang minta pindah mengajar dari kota ini. Yuyun merasa sudah

tidak punya ketenangan lagi. Kedatangan Heru yang dianggap

menggerogoti hidupnya. Pandangan mata Lisa saat Yuyun mengajar

Page 5: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

43

di depan kelas. Selalu menatap tajam, mengharap dan menanti, tidak

tahan rasanya Yuyun selalu menyingkir dan menghindari. Senyuman

Pak Guru Haryanto yang lucu mengingatkan ucapannya […]Terlebih

sikap Endra, setelah peristiwa itu Yuyun dianggap sebagai musuh

bebuyutan.

3) Alur Bagian Akhir

Klimaks dalam cerbung ACTP mengakibatkan tokoh Yuyun

mengalami gejolak batin. Di tempat mengajarnya yang baru, yang jauh

dari keramaian kota Yuyun merasa sepi dan asing. Ia sama sekali tidak

memperoleh kedamaian hati. Benar nasihat dari Pak Santo bahwa

kedamaian itu adanya hanya di dalam hati dan tidak bisa dicari kemana-

mana. Hal ini terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Rasane Yuyun ora oleh apa-apa ing kene. Uga ora ana

katentremaning ati. Dheweke wiwit bisa nggrayang apa sing tau

dikandhakake Pak Santo biyen: “Nak Yuyun, ora kudu mlayu ngendi-

endi. Jroning playonmu kowe durung mesthi oleh katentreman, sabab

katentreman iku sejatine ana ing jroning ati lan awakmu dhewe.[…]

(Seri 12: 25)

Terjemahan:

Rasanya Yuyun tidak memperoleh apa-apa di sini. Juga tidak ada

ketenangan hati. Dia mulai bisa menyadari apa yang pernah dikatakan

Pak Santo dulu: “Nak Yuyun, tidak harus lari ke mana-mana. Dalam

pelarianmupun kamu belum pasti memperoleh ketenangan, sebab

ketenangan itu sebenarnya ada di dalam hati dan dirimu sendiri. […]

Gejolak batin Yuyun bertambah ketika tinggal di rumah Pak

Darusman. Ia sama sekali tidak menyangka jika kedatangannya di rumah

itu membuat istrinya cemburu besar. Yuyun difitnah telah menggoda dan

merebut suami orang, sehingga kejadian tersebut membuat hatinya

semakin sakit. Hal ini terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Ya ben….!! Pantes wae nganti tuwa durung payu rabi. Dhasar wong

wedok sundel mung ngganggu rumah tanggane wong. Ayu mung

Page 6: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

44

rupane. Nanging klakuwane..” Yuyun ora kuwat ngrungokake

pisuhane wong wadon anak telu iku. (Seri 14: 24)

Terjemahan:

“Biaar….!! Pantas saja sampai tua belum laku kawin. Dasar

perempuan sundal hanya mengganggu rumah tangga orang. Cantik

hanya parasnya. Tapi perilakunya…” Yuyun tidak tahan mendengar

hujatan perempuan beranak tiga itu.

Belum genap empat bulan Yuyun mengajar di tempat baru, Pak

Santo menyuruhnya pulang karena ada masalah penting yang harus

diselesaikan. Heru terkena serangan jantung dan sekarat di rumah sakit.

Yuyun baru mengetahui bahwa dirinya dan Heru hanyalah korban

keserakahan orang, setelah membaca surat terakhir dari Heru yang

dititipkan kepada Pak Santo. Selama ini bukan hanya Yuyun saja yang

menderita, namun Heru pun juga sama-sama menderitanya. Yuyun hanya

melihat kesalahan Heru saja tanpa melihat kesalahannya sendiri. Akhirnya

Yuyun sadar dan meminta maaf kepada Heru atas kekerasan hati dan

keangkuhannya selama ini sebelum semuanya terlambat. Hal ini terbukti

dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Apuranen aku, Mas Heru… Aku aja mbok tinggal maneh, Mas

Heru… Heru…”

Heru mung mesem kanthi lambene sing pucet. Mripate kembeng-

kembeng. Dheweke nyawang Yuyun sajak ora percaya.[…]

Ukumen awakku. Aku sing kejem. Aku sing jahat!! Kowe kudu waras,

Mas Heru.” (Seri 16: 25)

Terjemahan:

“Maafkan saya, Mas Heru… Saya jangan kamu tinggalkan lagi, Mas

Heru… Heru…”

Heru hanya tersenyum dalam bibirnya yang pucat. Matanya berkaca-

kaca. Dia memandang Yuyun tak percaya.[…]

Hukumlah diriku. Sayalah yang kejam. Sayalah yang jahat!! Kamu

harus sembuh, Mas Heru.”

Page 7: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

45

Tahapan akhir tersebut merupakan tahap peleraian dan kesudahan

cerita. Ketegangan yang dialami tokoh Yuyun membuat dirinya menjadi

sosok wanita yang kuat dan sadar akan kesalahannya selama ini yang

selalu merasa bahwa dirinyalah yang paling benar dan paling tersakiti, tapi

kenyataannya dibalik sikap keras hatinya dan keangkuhannya tersebut ada

yang lebih tersakiti dari dirinya, yaitu Heru dan Lisa. Heru sekarat, hidup

matinya masih berada di tangan dokter sehingga Yuyun masih belum bisa

menyatukan cintanya dengan Heru. Penyelesaian cerita tersebut

merupakan akhir cerita yang mengambang (floating ending).

4) Konflik

Konflik dalam cerbung ACTP karya Adinda AS menceritakan ketika

Yuyun memendam dendam dan kebencian terhadap masa lalunya yang

menyakitkan dan kebenciannya tersebut semakin membara ketika Heru

muncul kembali di kehidupannya. Kehadiran Heru membuat Yuyun

merasa terusik dan tidak tenang hidupnya dan bahkan dendamnya semakin

membara ketika ia tahu bahwa Lisa murid kesayangannya tersebut ternyata

adalah anaknya Heru dan setiap pandangan mata Lisa selalu mengingatkan

dirinya kepada laki-laki yang paling dibencinya itu. Heru sangat dibenci

Yuyun karena tega mengkhianati cintanya dan juga pergi meninggalkan

dirinya untuk menikah dengan gadis pilihan pamannya.

Yuyun mengalami beberapa kali konflik internal yang menyebabkan

hidupnya terasa tidak tenang lagi di kota itu. Hidup Yuyun merasa semakin

tidak tenang ketika Pak Haryanto, teman seprofesi guru menilai terlalu

rendah cinta seorang perempuan. Ia menganggap selalu bisa membeli cinta

Page 8: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

46

dengan uang dan kedudukan ketika cintanya ditolak oleh Yuyun. Hal ini

terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Nanging penjenengan wanita. Wanita bisa ngarep-arep nampa

samubarang sing dikarepake kanthi modal ayuning rupa lan endahing

salira. Jalaran aku dudu priya kaya Pak Endra sing pegawai bank

sing sarwa cukup nadyan… dhudha!”

“Hary!!” senggrange Yuyun setengah njerit. Wong lanang tansah

mbiji asor katresnane wanita. Ajining dhiri katebas. Wong lanang

nganggep bisa tuku tresna kanthi donya lan pangkate. (Seri 7: 4)

Terjemahan:

“Tetapi kamu seorang perempuan. Perempuan bisa berharap

mendapatkan apa saja yang diinginkan dengan modal kecantikan dan

keindahan tubuhnya. Memang saya bukan seorang laki-laki seperti

Pak Endra yang pegawai bank, yang serba berkecukupan walaupun…

duda!”

“Hary!!” bentak Yuyun setengah menjerit. Laki-laki terlalu menilai

rendah cinta seorang perempuan. Harga diri terhempas. Laki-laki

menganggap bisa membeli cinta dengan dunia dan kedudukannya.

Endra pun juga demikian, karena cemburu dan ditolak cintanya oleh

Yuyun, ia menganggap kalah saingan dengan Heru yang kaya raya dan

berpangkat. Yuyun tak pernah habis pikir kenapa semua laki-laki menilai

cintanya seperti itu. Ia semakin benar-benar tidak tenang hidupnya ketika

dirinya dipanggil oleh polisi untuk menjadi saksi mata atas peristiwa

penganiayaan. Ternyata Endra melaporkan Heru ke kantor polisi dengan

tuduhan tindak penganiayaan. Akibat hasutan besarnya rasa cemburu, laki-

laki terhormat yang sudah dewasa seperti Endra termakan emosi sehingga

sampai menantang Heru berkelahi, karena ia merasa Heru telah merebut

Yuyun dari dirinya. Perkelahian antara dua orang laki-laki yang terhormat

tersebut mengundang perhatian banyak orang yang membuat Yuyun sedih

dan merasa sangat malu karena penyebab perkelahian tersebut gara-gara

memperebutkan dirinya. Hal ini terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Page 9: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

47

Kutipan:

Yuyun mlayu mlebu kamar. Dheweke sedih. Bingung lan isin. Priya

loro sing kinurmatan wis padha diwasa, gelut pancakara rame ing

ngarepe umum awit padudon perkara wanita. Kebeneran wanita mau

Yuyun dhewe. Ah, Yuyun isin banget. (Seri 11: 25)

Terjemahan:

Yuyun berlari masuk ke kamar. Dia sedih. Bingung dan malu. Dua

laki-laki terhormat yang sudah dewasa, berkelahi adu jotos di depan

umum karena memasalahkan seorang perempuan. Kebetulan

perempuan itu adalah Yuyun sendiri. Ah, Yuyun malu sekali.

Kecemburuan juga menyebabkan Bu Darusman yang awalnya

mempunyai watak baik, lemah lembut, ramah, bersahaja, dan bersahabat,

tiba-tiba berubah menjadi perempuan yang penuh curiga dan memusuhi

Yuyun karena hasutan rasa cemburu. Rasa cemburunya itu membuatnya

tega menghina dan melontarkan kata-kata kotor kepada Yuyun. Hal ini

terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Ya ben….!! Pantes wae nganti tuwa durung payu rabi. Dhasar wong

wedok sundel mung ngganggu rumah tanggane wong. Ayu mung

rupane. Nanging klakuwane..” Yuyun ora kuwat ngrungokake

pisuhane wong wadon anak telu iku. (Seri 14: 24)

Terjemahan:

“Biaar….!! Pantas saja sampai tua belum laku kawin. Dasar

perempuan sundal hanya mengganggu rumah tangga orang. Cantik

hanya parasnya. Tapi perilakunya…” Yuyun tidak tahan mendengar

hujatan perempuan beranak tiga itu.

Yuyun mengalami beberapa kali konflik internal yang

menyebabkan hidupnya tidak tenang. Terbukti dalam kutipan berikut:

Kutipan:

Yuyun rumangsa wis ora nduwe katentreman maneh. Tekane Heru

sing dianggep nggrogoti uripe. Panyawange mripate Lisa wektu

Yuyun mulang ing ngarep kelas. Tansah mandeng landhep, ngarep-

arep lan ngenteni, ora tahan rasane Yuyun tansah nyingkur lan selak.

Eseme Pak Guru Haryanto sing lucu ngelingake pocapane sing tau

tumuju mring dheweke[…]Luwih-luwih patrape Endra, sabubare

prastawa iku Yuyun dianggep mungsuh satru bebuyutan. Mendah isin

Page 10: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

48

lan sedih rasaning ati, kaping pindho Yuyun diundang ing kantor

Polisi Polsek[…] (Seri 11: 25)

Terjemahan:

Yuyun merasa sudah tidak punya ketenangan lagi. Kedatangan Heru

yang dianggap menggerogoti hidupnya. Pandangan mata Lisa saat

Yuyun mengajar di depan kelas. Selalu menatap tajam, mengharap

dan menanti, tidak tahan rasanya Yuyun selalu menyingkir dan

menghindari. Senyuman Pak Guru Haryanto yang jenaka

mengingatkan ucapannya kepada dirinya[…] Terlebih sikap Endra,

setelah peristiwa itu Yuyun dianggap sebagai musuh bebuyutan.

Betapa malu dan sedih rasanya hati, dua kali Yuyun diundang ke

kantor Polisi Polsek[…]

5) Klimaks

Konflik utama dalam cerbung ACTP semakin meningkat dan

semakin menegangkan ketika Yuyun memutuskan untuk meminta mutasi

pindah mengajar ke desa pelosok luar provinsi yang jauh dari suasana

keramaian kota. Hal tersebut dikarenakan Yuyun sudah tidak tahan lagi

dengan kehidupannya yang selama ini semakin tidak tenang, namun bukan

suasana tenang yang Yuyun dapatkan di desa, justru malah penghinaan dan

caci maki yang diterima. Status perawan tuanya menyebabkan Yuyun sakit

hati karena difitnah sebagai perempuan sundal yang telah menganggu dan

merebut suami orang. Yuyun sungguh sakit hati menerima penghinaan

tersebut. Akhirnya ia pulang kembali ke kota setelah menerima kabar

penting dari Pak Santo, namun sayang, Heru seorang laki-laki yang pernah

Yuyun cintai dulu tergolek sekarat di rumah sakit karena serangan jantung.

Akhirnya mata hati Yuyun terbuka dan hatinya mulai luluh setelah

membaca surat pengakuan kejadian yang sebenarnya dari Heru. Ia sadar

bahwa sikap dendam dan bencinya terhadap Heru selama ini adalah salah.

Hatinya terlalu keras. Ia merasa paling tersakiti dan menderita dalam

Page 11: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

49

konflik ini, namun kenyataannya Heru pun juga sangat menderita dan

hanya menjadi korban keserakahan pamannya. Yuyun merasa akibat

kekerasan hati dan keangkuhannya, ia telah menyakiti dan membuat

menderita orang-orang yang sebenarnya tulus menyayanginya. Yuyun

menyesal, menangis dan meminta maaf kepada Heru atas kekerasan hati

dan sikap angkuhnya selama ini. Ia masih mencintai Heru sampai saat ini.

Yuyun berjanji ingin memulai semuanya dari awal bersama Heru, namun

sayang keadaan Heru sangat kritis. Heru berada di antara hidup dan mati

di ruang ICU. Hal ini terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Aku rumangsa wis nggawe sengsarane wong-wong sing sejatine

banget nresnani aku kanthi tulus. Wuta mripatku krana aku rumangsa

dadi wong sing sengsara dhewe. Aku dadi wong sing cilaka dhewe ing

ndonya iki. Wong sing kudune nampa kawigaten lan pangalembana

sing mirunggan awit kekendelane ngadhepi dhuhkita lan

kasengsaran! Iki ora liya sikep kamalungkungku, kaangkuhanku

wujud liya.[…]” (Seri 16: 24)

Terjemahan:

“Saya merasa sudah membuat menderita orang-orang yang

sebenarnya sangat mencintaiku dengan tulus. Buta mataku karena

saya merasa sayalah orang yang paling menderita. Sayalah orang yang

paling celaka dan malang di dunia ini. Orang yang paling pantas

menerima simpati dan sanjungan karena ketegarannya menghadapi

penderitaan dan kesengsaraan. Ini tidak lain adalah sikap

kesombonganku, keangkuhanku dalam bentuk lain.[…]”

b. Karakter

Karakter diklasifikasikan menjadi 2, yaitu karakter utama atau

karakter mayor dan karakter bawahan atau karakter minor. Menurut

Stanton, karakter seseorang juga bisa diketahui dari nama, deskripsi

eksplisit, komentar pengarang tentang karakter yang bersangkutan serta

komentar karakter lain dalam cerita. Tokoh-tokoh dalam cerbung ACTP

Page 12: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

50

karya Adinda AS dapat diklasifikasikan dalam beberapa bagian, yaitu

berdasarkan peranan tokoh dalam cerbung, berdasarkan fungsi penampilan

tokoh, dan berdasarkan perkembangan karakter.

1) Berdasarkan Peranan Tokoh dalam Cerbung

Peran tokoh dalam cerbung ACTP karya Adinda AS diklasifikasikan

menjadi karakter utama (mayor) dan karakter bawahan (minor).

(1) Karakter Utama

Karakter utama adalah karakter yang terkait dengan semua peristiwa

yang berlangsung dalam cerita. Karakter utama atau karakter mayor dalam

cerbung ACTP karya Adinda AS adalah sebagai berikut:

(a) Wahyuningsih (Yuyun)

Yuyun adalah tokoh yang dominan memerankan tema cerbung

yaitu kekerasan hati seorang perempuan yang menyebabkan dirinya dan

orang lain menderita. Secara fisik tokoh Yuyun digambarkan sebagai

perempuan yang cantik, pintar, punya jabatan, dan sebagai anak kota.

Terbukti melalui dialog tokoh Bu Darusman yang memuji Yuyun saat

berbincang dengan Yuyun dan suaminya. Keadaan fisik Yuyun terbukti

dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Ya ora, Pak. Kaya Jeng Yuyun iki, umpamane. Wonge pinter duwe

jabatan, rupane ayu, wong kutha pisan.[…] (Seri 13: 27)

Terjemahan:

“Ya tidak, Pak. Seperti Jeng Yuyun ini, misalnya. Orangnya pandai

punya jabatan, wajahnya cantik, orang kota pula.

Yuyun seorang perempuan yang sangat menjaga perasaan orang

lain dari sikap, perilaku dan tutur katanya selalu dijaga agar tidak

Page 13: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

51

menyakiti hati orang lain. Terbukti ketika Yuyun berhadapan dengan

Endra, ia berbicara dengan baik dan sopan agar kata-katanya tidak

menyakiti orang yang mencintainya itu. Terbukti dalam kutipan berikut:

Kutipan:

“Sing gedhe pangapuramu, Mas Endra. Aku durung bisa mikir.

Nganti tumekaning dina iki aku isih kepengin urip ijen. Maaf, Mas

Endra. Yen aku ora tumuli njawab amarga aku njaga atine Mas Endra

aja gela merga aku. Kamangka aku ngakoni wis akeh kabecikane Mas

Endra marang aku.[…] (Seri 10: 24)

Terjemahan:

“Yang besar maafmu, Mas Endra. Saya belum bisa berpikir. Sampai

hari ini saya masih ingin hidup sendiri. Maaf, Mas Endra. Jika saya

tidak secepatnya menjawab karena saya menjaga hati Mas Endra agar

tidak kecewa karena saya. Dan saya mengakui sudah banyak kebaikan

Mas Endra kepadaku.[…]

Yuyun menjalani kehidupan pribadinya sesuai dengan kata hati dan

kenyamanan. Ia tidak bisa melakukan sesuatu yang bertentangan dengan

hatinya, sehingga ia menolak ajakan Endra untuk menikah karena Yuyun

tidak bisa memaksakan hatinya untuk menerima lamaran Endra. Terbukti

dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Ora ana apa-apa kejaba aku pancen durung siap urip omah-omah.

Aku kepengin luwih akeh menehi kawigaten nggo gaweyanku. Aku ora

bisa meksa awakku dhewe. Mas Endra mesthi mathuk karo aku,

samubarang sing kepeksa lan dipeksa mesti wusanane ora becik

kedadeyane.” (Seri 10: 24)

Terjemahan:

“Tidak ada apa-apa kecuali saya memang belum siap hidup berumah

tangga. Saya ingin lebih banyak memberikan perhatian untuk

pekerjaanku. Saya tidak bisa memaksakan diriku sendiri. Mas Endra

tentu sependapat dengan saya, semua yang terpaksa dan dipaksa pasti

akhirnya tidak baik kejadiannya.”

Yuyun merupakan seorang perempuan yang mempunyai tekad

kuat. Ia bertekad masih ingin hidup sendiri meskipun umurnya sudah tidak

Page 14: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

52

muda lagi, yaitu 33 tahun. Banyak yang menyebutnya sebagai perawan tua

tetapi Yuyun bertekad kuat masih ingin hidup sendiri daripada harus hidup

berumah tangga namun penuh dengan keraguan dan ketidakyakinan.

Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Yuyun isih nduwe tekad nglakoni uripe dhewekan ing umure sing 33

taun iki. Diadhepi patrape wong-wong sing padha nyawiyah kadidene

prawan tua, tinimbang kudu nglakoni urip omah-omah nanging kebak

ing was sumelang lan tanpa kamanteban.(Seri 1: 24)

Terjemahan:

Yuyun masih punya tekad menjalani hidup sendirian di usianya yang

ke 33 tahun ini. Dihadapi perlakuan orang-orang yang menyebutnya

sebagai perawan tua, daripada harus menjalani hidup berumah tangga

tetapi penuh keraguan dan tanpa kemantapan.

Yuyun sebagai seorang guru merupakan perempuan yang memiliki

sifat sopan. Ia berperilaku sopan santun kepada siapapun yang dijumpai,

termasuk kepada tukang kebun di sekolahan tempatnya mengajar. Terbukti

dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Nembe kondur, Bu Yuyun?” sapa aruhe Pak Jo tukang kebon lan

panjaga sekolahan nalika Bu Guru Wahyuningsih lagi wae metu saka

kantor guru. Dheweke mung manthuk mesem ngatonake rasa

panuwune mring wong lanang setengah tuwa sing kanthi sabar

nyrantekake gaweyane reresik lan […]. (Seri 1: 24)

Terjemahan:

“Baru pulang, Bu Yuyun?” sapa Pak Jo tukang kebun dan penjaga

sekolahan ketika Bu Guru Wahyuningsih baru saja keluar dari kantor

guru. Dia hanya mengangguk tersenyum menyatakan terima kasihnya

kepada lak-laki setengah tua yang dengan sabar menyelesaikan

pekerjaannya membersihkan dan […].

Tindakan mengangguk sambil tersenyum adalah simbol bentuk

sopan santun dan rasa hormat Yuyun kepada Pak Jo tukang kebun. Yuyun

juga mempunyai hati yang baik, sebagai seorang guru dia sangat peduli

Page 15: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

53

dengan murid-muridnya, salah satunya kepada Lisa. Ia dengan senang hati

meluangkan waktunya untuk menemani muridnya tersebut menunggu

jemputan. Rasa naluri tidak teganya seorang perempuan ditunjukkan

ketika melihat anak didiknya menunggu sendirian dengan wajah sedih,

bahkan Yuyun juga menawarkan akan mengantarkan Lisa pulang jika

jemputannya belum juga datang. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Sudahlah. Bu Guru temani sampai jemputanmu datang. Kalau tidak

datang juga nanti Bu Yuyun antar kamu sampai rumah.”[…] (Seri 1:

24)

Terjemahan:

“Sudahlah. Bu guru temani sampai jemputanmu datang. Kalau tidak

datang juga nanti Bu Yuyun antar kamu sampai rumah.” […]

Yuyun merupakan sosok seorang perempuan yang mempunyai

sifat penyayang terhadap anak kecil. Terbukti Yuyun sangat menyayangi

murid-muridnya, salah satunya yang bernama Lisa, meskipun belum lama

mengenal anak tersebut. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Durung ana setaun Yuyun srawung karo bocah iki sing wiwit

diwulang ing kelas VB limang sasi kepungkur. Embuh apa sebabe

Yuyun nyayangi murid siji iki ngungkuli liyane. (Seri 1: 24)

Terjemahan:

Belum ada setahun Yuyun mengenal anak ini yang mulai diajar di

kelas VB lima bulan lalu. Entah apa sebabnya Yuyun menyayangi

murid satu ini melebihi lainnya.

Rasa sayangnya terhadap Lisa bisa membuat murid yang lain iri,

sehingga ia harus bersikap adil memperlakukan muridnya dengan sama

dan tidak boleh membeda-bedakan satu sama lain, maka dari itu Yuyun

selalu menjaga sikapnya. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Page 16: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

54

Kutipan:

Mula ora aneh yen Yuyun langsung kepranan marang Lisa. Nanging

dijaga patrape iki supaya ora ndadekake kameren murid liyane. (Seri

1: 24-25)

Terjemahan:

Maka tidak aneh kalau Yuyun langsung jatuh hati kepada Lisa.

Namun dijaga sikapnya ini supaya tidak menimbulkan rasa iri murid

lainnya.

Yuyun juga seorang perempuan yang tegar dalam menghadapi

masalah di hidupnya. Terbukti ia selalu menyembunyikan air matanya

ketika sedang menangis. Yuyun tidak ingin terlihat sebagai perempuan

yang lemah di hadapan siapapun, terutama di hadapan Heru. Yuyun

dengan spontan langsung menghapus air matanya yang mulai menetes

karena takut ketahuan Heru. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

[…]Sirahe Heru tumungkul, Yuyun enggal-enggal ngelapi mripate

sing wis teles supaya ora dikonangi Heru. (Seri 2: 24)

Terjemahan:

[…]Kepala Heru muncul, Yuyun cepat-cepat menghapus matanya

yang sudah basah supaya tidak ketahuan Heru.

Yuyun sebagai seorang guru selalu bertanggung jawab terhadap

pekerjaannya meskipun sedang diliputi masalah yang membuat hidupnya

tidak tenang. Yuyun tetap menjalankan kewajiban seorang guru yang

harus mengajar murid-muridnya. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Yen ora amarga rasa tanggung jawab lan tresnane mring gaweyane,

mbok menawa kepengine Yuyun arep mbolos maneh ora nindakake

kuwajiban samesthine.[…] (Seri 3: 24)

Terjemahan:

Kalau tidak karena rasa tanggung jawab dan cintanya terhadap

pekerjaannya, mungkin keinginan Yuyun akan membolos lagi tidak

menjalankan kewajiban semestinya.[…]

Page 17: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

55

Yuyun sebagai manusia biasa tidak henti-hentinya memanjatkan

syukur kepada Tuhan atas karunia yang diterimanya. Apalagi ketika

Yuyun selamat dari musibah kecelakaan yang dialami, dia tidak henti-

hentinya mengucap syukur kepada Tuhan karena masih diberi hidup.

Terlebih ketika ia tahu bahwa tukang becak yang mengalami kecelakaan

bersamanya, nyawanya tidak bisa diselamatkan. Terbukti dalam kutipan

sebagai berikut:

Kutipan:

Sirahe sing ndek sore kebentus aspal dalan rasane sangsaya lara.

Syukur ora ana perangan awak sing nuwuhake cacad salawase urip.

Tukang becak sing ketabrak kabare tiwas ngenggon. Yuyun muji

syukur ing ngarsane Pangeran dene isih dislametake. Yuyun ndonga

enggal pinaringan waluya jati. Nyebut asmane Gusti Allah makaping-

kaping. (Seri 7: 25)

Terjemahan:

Kepalanya yang tadi sore terbentur aspal jalan rasanya semakin sakit.

Syukur tidak ada bagian tubuh yang menyebabkan cacat seumur

hidup. Tukang becak yang tertabrak kabarnya meninggal di tempat.

Yuyun bersyukur kepada Tuhan karena masih diselamatkan. Yuyun

berdoa agar memperoleh kesembuhan. Menyebut nama Allah berkali-

kali.

Perilaku di atas menggambarkan bahwa Yuyun merupakan sosok

perempuan yang religius. Yuyun selain seorang perempuan yang religius,

juga mempunyai kepribadian yang dapat dipercaya atau amanah. Rasa

sayangnya terhadap Lisa membuat Heru mempercayakan Lisa untuk

diasuh oleh Yuyun sepeninggalnya. Heru menulis surat wasiat untuk

mempercayakan Lisa kepada Yuyun karena Yuyun perempuan yang tulus

menyayangi Lisa. Heru juga tidak yakin ada orang lain yang tulus

menyayangi Lisa seperti Yuyun. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Page 18: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

56

Kutipan:

Ningsih, ora ana wong liyane sing luwih tak percaya kejaba sliramu

sing bisa ngemong Lisa. Sliramu sing banget ditresnani Lisa. Aku ora

tega masrahake Lisa marang wong sing aku durung yakin bisa

nresnani dheweke. (Seri 16: 24)

Terjemahan:

Ningsih, tidak ada orang lain yang lebih kupercaya selain dirimu yang

bisa merawat Lisa. Kamulah yang sangat dicintai Lisa. Saya tidak tega

menyerahkan Lisa kepada orang yang saya belum yakin bisa

mencintai dirinya.

Yuyun sebagai seorang perempuan biasa juga mempunyai sifat

negatif, terlebih ketika masalah demi masalah menganggu hidupnya. Masa

lalunya yang menyakitkan telah merubah Yuyun menjadi sosok

perempuan yang keras hati, apalagi terhadap Heru, laki-laki dalam masa

lalunya tersebut. Terbukti dalam kutipan berikut yang menggambarkan

bahwa Yuyun berkeras hati tidak ingin diantarkan pulang oleh Heru

meskipun sudah berkali-kali dibujuk Heru.

Kutipan:

“Ayohlah, Dhik. Tak dherekake, tinimbang mlaku panas-panas

ngene.”

“Terima kasih. Tak apa-apa. Aku sudah biasa berjalan,” wangsulane

Yuyun tansah atos tanpa nuduhake paseduluran lan memitran. (Seri

1: 49)

Terjemahan:

“Ayohlah, Dik. Ku antar daripada berjalan panas-panas begini.”

“Terima kasih. Tak apa-apa. Saya sudah biasa berjalan,” jawab Yuyun

ketus tanpa menunjukkan keramahan dan persaudaraan.

Rasa curiga selalu Yuyun ditujukan terhadap apapun yang

dilakukan Heru. Heru selalu salah dan tidak pernah ada benarnya di mata

Yuyun. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Yen dirasak-rasakake Yuyun ngendikane Pak Santo mau lagune kaya

nyalahake dheweke uga. Wah, sajake Pak Santo lan ibu priyayi sing

Page 19: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

57

kinurmatan iki wis bisa “diperalat” wong sugih sing jenenge Heru.

Mbuh semono gedhene pandakwa lan sujanane Yuyun marang Heru.

(Seri 14: 39)

Terjemahan:

Kalau dirasakan Yuyun bicaranya Pak Santo tadi lagunya seperti

menyalahkan dirinya juga. Wah, sepertinya Pak Santo dan ibu priyayi

yang terhormat ini sudah bisa “diperalat” orang kaya yang bernama

Heru. Demikian besarnya prasangka dan curiganya Yuyun terhadap

Heru.

Akibat rasa kecewanya terhadap Heru, Yuyun sangat sakit hati dan

menaruh dendam terhadap Heru. Dendamnya semakin memuncak ketika

Yuyun teringat perlakuan Heru di masa lalu terhadap dirinya. Ia tidak bisa

melupakan dendamnya meskipun peristiwa tersebut sudah berlangsung

sangat lama. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Nora bakal lali nganti mati lelakon iki nadyan wis suwe klakone. (Seri

2: 24)

Terjemahan:

Tidak akan pernah lupa sampai mati kejadian ini sekalipun sudah lama

berlalu.

Di sisi lain Yuyun juga mempunyai sifat yang angkuh. Akibat rasa

sakit dan dendamnya membuat Yuyun berubah menjadi perempuan yang

angkuh dan sombong, perempuan yang memusuhi laki-laki yang pernah

dicintainya. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Saben tembung sing kewetu tansah kaucapake kanthi tandhes,

nuduhake anane rasa memungsuhan. […]Yuyun kebangeten angkuh

kanggo nggubris kabeh mau. (Seri 9: 25)

Terjemahan:

Setiap kalimat yang keluar selalu terucap dengan tegas, menunjukkan

adanya rasa permusuhan. […]Yuyun terlalu angkuh untuk

menggubris semua tadi.

Page 20: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

58

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Yuyun mempunyai sifat

yang angkuh dan sombong yang disebabkan oleh rasa dendam yang

menyelimuti hatinya terhadap Heru. Yuyun selain angkuh, juga seorang

perempuan yang keras kepala. Apapun keinginannya harus terlaksana dan

tidak ada satupun orang yang bisa mencegahnya. Terbukti sejak

kedatangan Heru dan masalah-masalah yang hadir di hidupnya membuat

Yuyun merasa tidak tenang, sehingga ia ingin pindah ke desa yang jauh

dari kota. Keinginannya tersebut tidak disanggupi oleh Pak Santo karena

Pak Santo ingin Yuyun tetap mengajar di kota, namun sayang sikap keras

hati Yuyun membuat keinginan pindahnya harus dipenuhi. Terbukti dalam

kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Atur panuwun ingkang tanpa wates. Nanging ingkang ageng

pangapuntening bapak-ibu, kula punika pancen anak ingkang

wangkot aten. Kalilana kula badhe nuruti krenteging ati.” (Seri 11:

25)

Terjemahan:

“Terima kasih banyak. Namun maafkan saya bapak-ibu, saya itu

memang anak yang keras kepala. Relakan saya ingin menuruti

kehendak hati.”

Dendam yang menggerogoti hati Yuyun tidak hanya membuatnya

angkuh, namun juga membuatnya bersifat egois. Ia melihat masalahnya

hanya dari sudut pandang pribadinya saja dan tidak melihat dari segi orang

lain juga, sehingga membuatnya berperilaku egois. Sikap egoisnya dapat

dibuktikan dari dialog Yuyun sendiri yang menyadari bahwa dirinya telah

bersikap egois selama ini. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Kula sapunika sadhar, Pak. Kula ingkang kejem. Kula ingkang

jahat. Egois! […]” (Seri 16: 24)

Page 21: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

59

Terjemahan:

“Saya sekarang sadar, Pak. Saya yang kejam. Saya yang jahat. Egois!

[…]”

Alasan seorang karakter untuk bertindak sebagaimana yang ia

lakukan dinamakan motivasi. Motivasi sendiri dibagi dua, motivasi

spesifik dan motivasi dasar. Motivasi spesifik adalah alasan atas reaksi

spontan seorang karakter yang mungkin juga tidak disadari, yang

ditunjukkan oleh adegan atau dialog tertentu. Motivasi dasar adalah suatu

aspek umum dari satu karakter atau dengan kata lain hasrat dan maksud

yang memandu sang karakter dalam melewati keseluruhan cerita. Arah

yang dituju oleh motivasi dasar adalah arah tempat seluruh motivasi

spesifik bermuara. Motivasi-motivasi pada tokoh Yuyun tersebut nampak

dalam penjelasan sebagai berikut.

Motivasi tokoh Yuyun membenci dan memusuhi Lisa, murid yang

paling disayangi dikarenakan Lisa merupakan anaknya Heru. Yuyun

sebelum mengetahui hal tersebut sangat menyayangi Lisa dibandingkan

dengan muridnya yang lain, namun setelah mengetahui bahwa Lisa adalah

anaknya Heru tiba-tiba Yuyun berubah menjadi membenci dan memusuhi

Lisa bahkan ia pun juga berubah bersikap kasar. Motivasi spesifik Yuyun

terhadap sikapnya yang berubah menjadi kasar, membenci dan memusuhi

Lisa adalah karena Lisa merupakan anak dari Heru. Terbukti dalam

kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Sumilire angin krasa ngelus ati. Rasa trenyuh, mrinding lan sedih

dadi siji. Lisa murid sing pinter dhewe, murid sing disayang dhewe

dumadakan wiwit dimungsuhi. Dumadakan Yuyun asikep kasar

bareng ngerti dheweke anake Heru sing tau natoni atine.(Seri 3: 24)

Page 22: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

60

Terjemahan:

Desiran angin terasa menyentuh hati. Rasa kasian, merinding dan

sedih jadi satu. Lisa murid terpandai, murid yang paling disayang tiba-

tiba mulai dimusuhi. Tiba-tiba Yuyun bersikap kasar setelah tahu

bahwa dia anaknya Heru yang pernah menyakiti hatinya.

Motivasi spesifik di atas memiliki maksud tersendiri, yaitu tokoh

Yuyun menyimpan dendam terhadap Heru yang pernah menyakiti hatinya

di masa lalu. Rasa sakit dan kecewanya terhadap Heru menimbulkan

perasaan dendam yang tersimpan di dalam hati. Motivasi dasar Yuyun

adalah perasaan dendam yang mendalam terhadap Heru. Terbukti dalam

kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

[…]Bocah cilik saumure Lisa ora bakal ngerti yen sajatine ibu gurune

ngendhem penyakit sing sumbere saka bapake Lisa dhewe. (Seri 4:

24)

Terjemahan:

Anak kecil seumur Lisa tidak akan mengerti kalau sebenarnya ibu

gurunya memendam penyakit yang bersumber dari ayahnya Lisa

sendiri.

Yuyun dengan keras membanting pintu dan pergi meninggalkan

Hary dengan mempercepat langkah kakinya tanpa menghiraukan Hary

yang masih duduk terdiam. Motivasi spesifik Yuyun membanting pintu

dengan keras adalah karena ia marah terhadap Hary. Terbukti dalam

kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Yuyun ora wangsulan maneh. Rerikatan mlayu metu, lawang kantor

guru dibanting kasar ninggal Hary sing isih lungguh dheleg-dheleg.

Kaya ngene iki adate Yuyun yen nembe ketaton.[…] (Seri 7: 24)

Terjemahan:

Yuyun tidak menjawab lagi. Buru-buru lari keluar, pintu kantor guru

dibanting dengan kasar meninggalkan Hary yang masih duduk

terlongong-longong. Seperti inilah adat Yuyun kalau lagi tersinggung.

Page 23: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

61

Perilaku Yuyun di atas dilandasi oleh motivasi spesifik rasa

marahnya terhadap Hary. Yuyun tidak terima dengan perkataan Hary yang

menilai bahwa cinta seorang perempuan dapat dibeli dengan harta dan

jabatan. Yuyun merasa tersinggung dan merasa terhina harga dirinya,

sehingga membuat emosinya memuncak. Motivasi dasar Yuyun marah

terhadap Hary adalah karena ia tersinggung dengan perkataan Hary.

Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Hary!!” senggrange Yuyun setengah njerit. Wong lanang tansah

mbiji asor katresnane wanita. Ajining dhiri katebas. Wong lanang

nganggep bisa tuku tresna kanti donya lan pangkate. Atine Bu Guru

Yuyun kesenggol. (Seri 7: 24)

Terjemahan:

“Hary!!” bentak Yuyun setengah menjerit. Laki-laki terlalu menilai

rendah cinta seorang perempuan. Harga diri terhempas. Laki-laki

menganggap bisa membeli cinta dengan dunia dan kedudukannya.

Hati Bu Guru Yuyun tersinggung.

Yuyun selalu berusaha menghindari Endra ketika dimintai jawaban

atas lamaran Endra yang berniat ingin mengajaknya menikah. Yuyun

selalu menunda-nunda jawaban tersebut karena tidak ingin menyakiti

perasaan Endra jika ia berterus terang menolak lamarannya. Yuyun juga

tidak ingin membuat Endra kecewa karena sudah banyak kebaikan yang

Endra lakukan untuknya. Motivasi spesifik Yuyun yang selalu menunda-

nunda jawaban penolakan dan menghindari Endra adalah karena Yuyun

tidak ingin menyakiti perasaan Endra dan membuatnya kecewa. Terbukti

dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Sing gedhe pangapuramu Mas Endra. Aku durung bisa mikir. Nganti

tumekaning dina iki aku isih kepengin urip ijen. Maaf, Mas Endra.

Page 24: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

62

Yen aku ora tumuli njawab amarga aku njaga atine Mas Endra aja

gela merga aku. Kamangka aku ngakoni wis akeh kabecikane Mas

Endra marang aku. Aku nyuwun maaf, Mas.” mengkono wangsulane

Yuyun. Wangsulan nulak, sawise makaping-kaping ngendhani. (Seri

10: 24)

Terjemahan:

“Yang besar maafmu Mas Endra. Saya belum bisa berpikir. Sampai

hari ini saya masih ingin hidup sendiri. Maaf, Mas Endra. Jika saya

tidak secepatnya menjawab karena saya menjaga hati Mas Endra agar

tidak kecewa karena saya. Dan saya mengakui sudah banyak kebaikan

Mas Endra kepadaku. Saya minta maaf, Mas.” demikian jawaban

Yuyun. Jawaban penolakan, setelah berkali-kali menghindari.

Tindakan Yuyun di atas dilandasi oleh hasratnya yang belum siap

hidup berumah tangga. Yuyun masih ingin memberikan perhatian yang

lebih terhadap pekerjaannya. Ia tidak bisa memaksakan hatinya untuk

menerima lamaran Endra karena Yuyun masih ingin hidup sendiri.

Motivasi dasar Yuyun menolak lamaran Endra adalah hasratnya yang

belum siap hidup berumah tangga. Terbukti dalam kutipan berikut:

Kutipan:

“Ora ana apa-apa kejaba aku pancen durung siap urip omah-omah.

Aku kepengin luwih akeh menehi kawigaten nggo gaweyanku. Aku ora

bisa meksa awakku dhewe. Mas Endra mesthi mathuk karo aku,

samubarang sing kepeksa lan dipeksa mesti wusanane ora becik

kedadeyane.” (Seri 10: 24)

Terjemahan:

“Tidak ada apa-apa kecuali saya memang belum siap hidup berumah

tangga. Saya ingin lebih banyak memberikan perhatian untuk

pekerjaanku. Saya tidak bisa memaksa diriku sendiri. Mas Endra tentu

sependapat dengan saya, segala sesuatu yang terpaksa dan dipaksa

pasti akhirnya tidak baik jadinya.”

Yuyun meminta kepada Pak Santo untuk dipindahkan mengajar di

desa yang jauh dari kota. Niat Yuyun tersebut dikarenakan ia merasa

terusik dengan masalah-masalah yang menimpanya. Masalah-masalah

tersebut membuat hidupnya terasa tidak tenang. Motivasi spesifik Yuyun

Page 25: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

63

pindah mengajar karena dirinya merasa hidupnya sudah tidak tenang lagi.

Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

[…]Dheweke matur nyuwun pindhah mulang saka kutha iki. Yuyun

rumangsa wis ora nduwe katentreman maneh. Tekane Heru sing

dianggep nggrogoti uripe. Panyawange mripate Lisa wektu Yuyun

mulang ing ngarep kelas. […]ora tahan rasane Yuyun tansah

nyingkur lan selak. Eseme Pak Guru Haryanto sing lucu ngelingake

pocapane sing tau tumuju mring dheweke[…]. Luwih-luwih patrape

Endra, sabubare prastawa iku Yuyun dianggep mungsuh satru

bebuyutan. (Seri 11: 25)

Terjemahan:

[…]Dia bilang minta pindah mengajar dari kota ini. Yuyun merasa

sudah tidak punya ketenangan lagi. Kedatangan Heru yang dianggap

menggerogoti hidupnya. Pandangan mata Lisa saat Yuyun mengajar

di depan kelas. […]tidak tahan rasanya Yuyun selalu menyingkir dan

menghindar. Senyuman Pak Guru Haryanto yang lucu mengingatkan

ucapannya yang pernah tertuju kepada dirinya[…]. Terlebih sikap

Endra setelah peristiwa itu Yuyun dianggap musuh bebuyutan.

Perasaan tidak tenang tersebut disebabkan oleh beberapa konflik

yang menimpa Yuyun. Rasa dendam yang mendalam menjadi penyebab

utama dalam konflik yang Yuyun hadapi. Dendam itu membuat sakit hati

dan juga membuat hidupnya terasa tidak tenang. Motivasi dasar Yuyun

merasa tidak tenang dikarenakan rasa dendam yang membakar hatinya.

Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“[…]Awakmu kudu bisa urip mbukak lembaran lan babak anyar.

Sawijining urip sing adoh saka rasa dendham lan sengit. Dendham

iku ora liya borok jroning ati lan jiwa kita. Njalari jiwa kita lara lan

kelara-lara, urip dadi ora tau tentrem.” (Seri 11: 25)

Terjemahan:

“[…]Kamu harus bisa hidup membuka lembaran dan babak baru.

Sebuah kehidupan yang jauh dari rasa dendam dan iri. Dendam itu

tidak lain borok dalam hati dan jiwa kita. Membuat jiwa kita sakit dan

tersakiti, hidup menjadi tidak pernah tenang.”

Page 26: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

64

(b) Heru Purnomo

Heru merupakan seorang laki-laki yang berumur empat puluh

tahun yang berperilaku sopan. Terbukti ketika menjemput putrinya pulang

sekolah tidak sengaja bertemu dengan ibu gurunya, Heru kemudian

menundukkan kepala sebagai tanda memberi salam hormat kepada guru

anaknya. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

[…]Priya kuwi mung mesem ing sewalike kaca mata ireng sing

dienggo krungu protese anake. Dheweke banjur manthuk ngurmati

Yuyun. (Seri 1: 25)

Terjemahan:

[…]Lelaki itu hanya tersenyum dibalik kaca mata hitam yang dipake

mendengar protes anaknya. Dia lalu mengangguk menghormati

Yuyun.

Heru selain berperilaku sopan, juga mempunyai sifat yang ramah

terhadap siapa saja. Terbukti ketika tidak sengaja Heru bertemu dengan

Endra, ia menyapanya dengan ramah meskipun dirinya tidak kenal akrab

dengan Endra. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Sugeng sonten… Mas Endra jebule,” sapa aruhe Heru grapyak.

(Seri 10: 25)

Terjemahan:

“Selamat sore… Mas Endra ternyata,” sapa Heru ramah.

Heru juga mempunyai sifat baik hati. Ia tahu kalau Yuyun pulang

dengan berjalan kaki, maka dari itu ia menawarkan untuk mengantarkan

Yuyun pulang. Lagi pula cuaca pada siang hari itu juga terlalu panas, Heru

tidak ingin guru ananknya itu pulang dengan berjalan kaki kepanasan.

Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Page 27: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

65

Kutipan:

“Ah, ya uwis. Wis awan. Ayo tak dherekake kondur bali sisan,” ujare

Heru nyumurupi kaanan guru anake. (Seri 1: 25)

Terjemahan:

“Ah, ya sudah. Sudah siang. Ayo ku antar pulang sekalian,” ucap Heru

menyadari kondisi guru anaknya.

Heru merupakan sosok laki-laki yang mau mengakui kesalahan. Ia

tidak malu dan bahkan dengan berbesar hati mau mengakui kesalahan-

kesalahan yang pernah diperbuatnya. Heru pasrah dengan hukuman yang

akan diterima sebagai akibat atas kesalahannya, asalkan bisa dimaafkan.

Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Aku ngakoni ing saperangan prakara aku sing salah. Kadidene

wong sing salah aku pasrah sumarah ing ngarepmu. Ukumen awakku.

Tindakna apa sing mbok anggep pantes dhewe nggo ngukum aku

murwad karo kesalahanku.” (Seri 5: 24)

Terjemahan:

“Saya mengakui dalam beberapa masalah saya yang salah. Sebagai

orang yang bersalah saya pasrah diri di hadapanmu. Hukumlah diriku.

Lakukanlah apa yang kau anggap paling pantas untuk menghukumku

setimpal dengan kesalahanku.”

Heru juga merupakan laki-laki yang berkeinginan kuat. Ia tetap

berjuang agar bisa bertemu dengan Yuyun lagi setelah sebelas tahun

kehilangan Yuyun. Heru tidak pernah patah semangat dan tak putus asa

meskipun Yuyun berulang kali menolak untuk bertemu dengannya.

Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Nanging keparenga sepisan iki aku nemoni sliramu sawise sewelas

taun luwih aku nggoleki sliramu. Sewelas taun aku ngupadi lacak lan

playumu. Rasane sliramu ilang tanpa tilas.[…]” (Seri 5: 24)

Page 28: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

66

Terjemahan:

“Namun ijinkan sekali ini saya menemui dirimu setelah sebelas tahun

lebih saya mencarimu. Sebelas tahun saya berusaha melacak

kepergianmu. Rasanya dirimu hilang tanpa bekas.[…]”

Heru adalah laki-laki yang bertekad kuat mempertahankan

cintanya terhadap Yuyun. Ia sadar akan resiko yang akan diterimanya. Ia

tetap bertekad ingin hidup bersama dengan perempuan yang dicintainya,

meskipun nantinya banyak orang yang akan mencelanya sebagai anak

yang tidak tahu balas budi atau bahkan dianggap sebagai anak durhaka.

Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“[…]Aku nedya urip bebarengan karo sliramu nadyan kabeh wong

nganggep aku anak sing ora nduwe rasa panuwun marang kabecikane

wong tuwa. Malah mbok menawa ana sing ngarani aku anak

duraka!” (Seri 5: 24)

Terjemahan:

“[…]Saya bertekad hidup bersama dirimu meskipun semua orang

menganggap saya anak yang tidak punya rasa terima kasih terhadap

kebaikan orang tua. Bahkan mungkin ada yang menyebut saya anak

durhaka!”

Heru merupakan sosok laki-laki yang sabar dan mengalah.

Terbukti ketika Heru ditantang berkelahi oleh Endra, ia menanggapinya

dengan sabar dan bahkan setiap jotosan yang Endra tujukan, dihindari

dengan sikap mengalah. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Sing gedhe pangapuramu, Dhik. Aku rak wis nyoba ngalah lan

sabar. Nanging Pak Endra ora ngrumangsani. Saben jotosan lan

tendhangan sikile mleset malah tambah bringas[…]” (Seri 11: 31)

Terjemahan:

“Yang besar maafmu, Dhik. Saya kan sudah mencoba mengalah dan

sabar. Namun Pak Endra tidak menyadari. Setiap pukulan dan

tendangan kakinya meleset malah menambah kebringasannya[…]”

Page 29: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

67

Heru pergi dengan membawa bayi Lisa yang sebenarnya bukan

darah dagingnya sendiri. Lisa dibawa pergi Heru hanya sebagai alat untuk

membalas sakit hatinya terhadap keluarga Budiman. Heru merasa telah

dibohongi dan dikorbankan untuk menutup aib keluarga Budiman. Rasa

sakit hatinya menumbuhkan rasa dendam di hati, sehingga Heru membawa

Lisa kabur hanya sebagai alat untuk membalaskan dendamnya. Motivasi

spesifik Heru membawa kabur Lisa adalah karena Lisa bisa digunakan

sebagai alat untuk membalaskan dendamnya terhadap keluarga Budiman.

Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

”Tak gawa bayi iku mung kanggo nggawe susahe lan bingunge wong-

wong iku. Miturut hukum pancen Lisa sah anakku. Aku wong sing

nduwe hak asuh bayi iku. Dak gawa bayi iku ora merga aku

nggunakake hakku, nanging aku mung kepengin males lara ati sing

tau tak alami marang wong-wong sing wis tega ngejur tresnaku.”

(Seri 15: 24)

Terjemahan:

“Kubawa bayi itu hanya untuk membuat susah dan bingung orang-

orang itu. Secara hukum memang Lisa sah anakku. Saya orang yang

punya hak asuh bayi itu. Kubawa bayi itu bukan karena saya

menggunakan hakku, tetapi saya hanya ingin membalas sakit hati

yang pernah kualami terhadap orang-orang yang sudah tega merusak

cintaku.

Motivasi di atas memiliki maksud tersendiri, yaitu tokoh Heru tahu

bahwa Lisa merupakan garis keturunan terakhir trah Budiman sepeninggal

ibunya. Lisa digunakan Heru sebagai alat untuk membalaskan dendamnya.

Hal tersebut dilakukan untuk menyiksa perasaan keluarga Budiman, agar

setiap hari keluarga Budiman selalu diliputi rasa khawatir dan ketakutan

karena bisa saja cucu satu-satunya tersebut dibuang oleh Heru. Motivasi

dasar Heru memakai Lisa sebagai alat untuk membalaskan dendamnya

Page 30: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

68

adalah karena Lisa merupakan garis keturunan terakhir trah Budiman.

Terbukti dalam kutipan berikut:

Kutipan:

“Aku ngerti Lisa siji-sijine garis turune trah Budiman, sapungkure

Rima putri tunggale. Kanthi mengkono ya ben wong tuwa-tuwa sing

wis tumindak daksiya karo aku iku saben dina ngalami kuwatir lan

kaweden, nganggep sawayah-wayah Lisa bakal tak buang ing

ndalan.” (Seri 15: 24)

Terjemahan:

“Saya tahu Lisa satu-satunya garis keturunan trah Budiman,

sepeninggal Rima putri tunggalnya. Dengan begitu biarlah orang tua-

tua yang pernah melakukan perbuatan jahat terhadapku itu setiap hari

mengalami khawatir dan ketakutan, menganggap sewaktu-waktu Lisa

bisa ku buang dijalan.”

(2) Karakter Bawahan

Karakter bawahan atau karakter minor adalah karakter tambahan

yang mendampingi karakter utama dalam berlangsungnya cerita. Karakter

bawahan dalam cerbung ACTP karya Adinda AS adalah sebagai berikut:

(a) Endra

Endra seorang pegawai bank yang dicemburui Hary karena telah

merebut Yuyun darinya. Ia seorang duda yang berumur 45 tahun yang

sangat mencintai dan mengharapkan Yuyun untuk menjadi istrinya. Tokoh

Endra dihadirkan pengarang dengan karakter lelaki yang dewasa, mapan

dengan fisik yang gagah dan ganteng, serta mempunyai sifat yang

bijaksana, penuh perhatian dan pengertian, selalu sopan dan lemah lembut

terhadap Yuyun. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Endra sing katon tata laire cukup gagah ngganteng, kebak kawigaten

lan pangerten serta asikep alus nuju prana marang dheweke. (Seri 1:

24)

Page 31: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

69

Terjemahan:

Endra yang terlihat fisik lahirnya cukup gagah, ganteng, penuh

perhatian dan pengertian serta bersikap lemah lembut terhadap

dirinya.

(b) Pak Jo

Pak Jo adalah tukang kebun dan penjaga SD tempat Yuyun

mengajar. Pak Jo dideskripsikan memiliki karakter tokoh yang sopan,

sabar, dan rajin dalam menyelesaikan pekerjaannya sebagai tukang kebun.

Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Nembe kondur, Bu Yuyun?” sapa aruhe Pak Jo tukang kebon lan

panjaga sekolahan nalika Bu Guru Wahyuningsih lagi wae metu saka

kantor guru. Dheweke mung manthuk mesem ngatonake rasa

panuwune mring wong lanang setengah tuwa sing kanthi sabar

nyrantekake gaweyane reresik lan ngancingi kantor guru lan pager

pekarangan sekolahan SD iku. (Seri 1: 24)

Terjemahan:

“Baru pulang, Bu Yuyun?” sapa Pak Jo tukang kebun dan penjaga

sekolahan ketika Bu Guru Wahyuningsih baru saja keluar dari kantor

guru. Dia hanya mengangguk tersenyum menyatakan rasa terima

kasihnya kepada laki-laki setengah tua yang dengan sabar

menyelesaikan pekerjaannya membersihkan dan mengunci kantor

guru dan pagar halaman sekolahan SD itu.

(c) Alisa Prihatini (Lisa)

Lisa dalam cerbung ACTP ini diceritakan sebagai anak Heru

Purnomo yang berusia 11 tahun, yang tak lain adalah murid kelas VB yang

paling disayangi Yuyun. Lisa seorang anak yang memiliki karakter paling

pandai di kelasnya, penurut, berparas cantik dan berkulit putih bersih.

Anaknya ramah namun pendiam, dan memiliki pola pemikiran seperti

orang dewasa. Terbukti dalam kutipan berikut:

Kutipan:

Embuh apa sebabe Yuyun nyayangi murid siji iki ngungkuli liyane.

Lisa pinter dhewe ing kelase. Bocahe lantip, mbangun miturut.

Page 32: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

70

Rupane ayu pakulitane resik, grapyak semanak mung rada menengan.

Nadyan umure lagi sewelas taun nanging yen omong lan gagrag-

pamikire kaya remaja sing adoh luwih tuwa. (Seri 1: 24)

Terjemahan:

Entah apa sebabnya Yuyun menyayangi murid yang satu ini melebihi

lainnya. Lisa pintar sendiri di kelasnya. Anaknya cerdas, penurut.

Wajahnya cantik kulitnya bersih, ramah tetapi agak pendiam.

Sekalipun usianya baru sebelas tahun namun kalau bicara dan pola

berpikirnya seperti remaja yang jauh lebih tua.

(d) Pak Kardi

Pak Kardi adalah sopir pribadi Heru yang sering mengantar dan

menjemput Lisa ke sekolah. Pak Kardi dideskripsikan memiliki karakter

yang sabar dan rajin. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Lisa paling suka diantar Pak Kardi sopir kami di rumah. Orangnya

sabar dan rajin. (Seri 1: 25)

Terjemahan:

“Lisa paling suka diantar Pak Kardi sopir kami di rumah. Orangnya

sabar dan rajin.

(e) Nurma

Tokoh Nurma adalah perempuan asli Padang, mahasiswa Fakultas

Ekonomi semester delapan yang menempati kamar sebelah di asrama putri

tempat Yuyun tinggal. Nurma memiliki karakter baik hati dan suka

tersenyum. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Ada tamu mencari Mbak Yuyun. Seorang boss bawa mobil bagus,”

ujare karo mesam-mesem nggregetake. (Seri 2: 24)

Terjemahan:

“Ada tamu mencari Mbak Yuyun. Seorang boss bawa mobil bagus,”

katanya sambil tersenyum menggemaskan.

Page 33: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

71

(f) Tono

Tono merupakan teman sekelas Lisa di kelas VB. Tokoh Tono

dideskripsikan sebagai seorang murid yang paling bandel dan nakal.

Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Nganti umbele metu kabeh.” tambahe Tono muride sing paling

bandhel. (Seri 3: 25)

Terjemahan:

“Sampai ingusnya keluar semua.” tambah Tono muridnya yang paling

bandel.

(g) Shinta

Tokoh Shinta muncul sebagai teman baik Heru yang membantunya

merawat dan mengasuh Lisa ketika masih bayi. Shinta dan suaminya

dengan baik hati mau membantu merawat bayi Lisa karena selama empat

tahun umur pernikahan mereka belum dikaruniai seorang anak. Tokoh

Shinta dihadirkan dengan karakter cantik, modis, dan glamour. Terbukti

dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Yuyun kelingan rapote Lisa sing pungkasan dijukuk wanita anom,

wali murid, wektu kuwi dikira ibune. Sulistya lan modist banget kanthi

penganggo mewah,[…] (Seri 4: 25)

Terjemahan:

Yuyun teringat raportnya Lisa yang terakhir diambil perempuan

muda, wali murid, waktu itu dikira ibunya. Cantik dan modis sekali

dengan penampilan mewah,[…]

(h) Haryanto

Haryanto adalah guru yang mengajar murid kelas VA. Teman kerja

Yuyun ketika di kantor. Pak Guru Hary di lingkungan sekolahan terkenal

sebagai seorang guru muda yang mempunyai karakter suka melucu,

Page 34: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

72

humoris dan pandai bercerita. Wajahnya yang mirip dengan pelawak

Ateng yang suka membuat orang tertawa membuat banyak murid-murid

menyukainya. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Ing lingkungan sekolahan Pak Hary kepetung guru enom sing seneng

nglucu, humoris lan pinter crita. Kebeneran rupane memper pelawak

Ateng nadyan dedege lan lemune ora memper. Wonge seneng ndagel,

mula bakate iki disenegi murid-murid akeh. (Seri 6:24)

Terjemahan:

Di lingkungan sekolahan Pak Hary terhitung guru muda yang senang

melucu, humoris dan pandai bercerita. Kebetulan wajahnya mirip

pelawak Ateng meskipun postur tubuh dan gemuknya tidak sama.

Orangnya suka melucu, sehingga bakatnya ini disenangi banyak

murid-murid.

(i) Pak Santo

Pak Santo adalah kepala sekolah tempat Yuyun mengajar di SD

yang ada di Kota Semarang. Pak Santo sudah Yuyun anggap seperti

bapaknya sendiri. Pak Santo sosok pemimpin yang bijaksana dan sering

memberi nasihat kebaikan kepada Yuyun. Terbukti dalam kutipan sebagai

berikut:

Kutipan:

Yuyun matur nuwun marang Pak Santo, pimpinane sing wicaksana

mau. (Seri 7: 25)

Kaya adat sabene Yuyun ngrungokake pituture Pak Santo kebak

kawigaten. (Seri 14: 25)

Terjemahan:

Yuyun berterima kasih kepada Pak Santo, pimpinannya yang

bijaksana itu.

Seperti adat sebelumnya Yuyun mendengarkan nasihat Pak Santo

penuh perhatian.

(j) Bu Santo

Bu Santo adalah istri dari Pak Santo atasan Yuyun ketika masih

mengajar di kota. Bu Santo sudah menganggap Yuyun seperti anaknya

Page 35: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

73

sendiri. Terbukti ketika Yuyun berniat ingin pindah ke desa yang jauh dari

kota, Bu Santo merasa sedih dengan keinginan Yuyun tersebut. Terbukti

dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Bu Santo sing nganggep Yuyun kaya putrane dhewe ora kuwat

ngampet luhe nalika mireng Yuyun adreng kepengin ninggalake kutha

iki. (Seri 11: 25)

Terjemahan:

Bu Santo yang menganggap Yuyun seperti anaknya sendiri tidak kuat

menahan air matanya ketika mendengar Yuyun bersikeras ingin

meninggalkan kota ini.

(k) Pak Darusman

Pak Darusman merupakan kepala sekolah tempat Yuyun mengajar

di desa. Pak Darusman seorang priyayi Jawa yang ramah, juga seorang

pedagang dan petani yang sukses. Ia menjadi orang terkaya di desa tempat

tinggalnya. Hal tersebut dikarenakan Pak Darusman mempunyai karakter

tekun, ulet, pantang menyerah, dan jujur sehingga menuai hasil yang

memadai. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Arep ngapa maneh, Jeng. Guru desa kaya aku iki,” kojahe Pak

Darus nalika Yuyun nyenggol bab kasuksesan uripe. “Mung saka gaji

guru desa aku mesthi angel nyekolahake bocah-bocah nganti

Perguruan Tinggi. Mung kanthi modal tekun, ulet, sirik pasrah nyerah

lan jujur bakal bisa kita rasakake woh sing murakabi.” (Seri 13: 24)

Terjemahan:

“Mau apa lagi, Jeng. Guru desa seperti saya ini,” jelas Pak Darus

ketika Yuyun menyinggung bab keberhasilan hidupnya. “Hanya

dengan gaji guru desa tentu saya sulit menyekolahkan anak-anak

sampai Perguruan Tinggi. Hanya dengan modal tekun, ulet, pantang

menyerah dan jujur kita bisa menikmati hasil yang memadai.”

Page 36: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

74

(l) Bu Darusman

Bu Darusman adalah istri dari Pak Darusman atasan Yuyun, seorang

perempuan priyayi Jawa yang sudah memiliki tiga orang anak namun

masih terlihat cantik. Tokoh ini dihadirkan oleh pengarang awalnya

mempunyai watak yang baik, lemah lembut, ramah, bersahaja, dan

bersahabat, namun karena hasutan rasa cemburu membuatnya berubah

menjadi perempuan yang penuh curiga dan memusuhi Yuyun. Rasa

cemburu membuatnya tega menghina dan melontarkan kata-kata kotor

kepada Yuyun. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Wanita ibune bocah telu bojone atasane sing sepisanan ditepungi

kenal minangka wanita sing lembut, rupane ayu, prasaja, sing durung

tepung raket dumadakan mungsuhi dheweke. “Ya ben….!! Pantes wae

nganti tuwa durung payu rabi. Dhasar wong wedok sundel mung

ngganggu rumah tanggane wong. Ayu mung rupane. Nanging

klakuwane..” Yuyun ora kuwat ngrungokake pisuhane wong wadon

anak telu iku. (Seri 14: 24)

Terjemahan:

Perempuan ibu tiga anak istri atasannya yang semula dikenal sebagai

perempuan yang lembut, wajahnya cantik, bersahaja, yang belum

kenal dekat tiba-tiba memusuhi dirinya. “Biaar….!! Pantas saja

sampai tua belum laku kawin. Dasar perempuan sundal hanya

mengganggu rumah tangga orang. Cantik hanya parasnya. Tapi

perilakunya..” Yuyun tidak tahan mendengar hujatan perempuan

beranak tiga itu.

(m) Hapsari

Hapsari adalah tokoh anak kecil yang merupakan putri bungsu dari

pasangan Pak dan Bu Darusman. Hapsari sebaya dengan Lisa yang sama-

sama memiliki wajah yang cantik, namun Hapsari terlihat lebih manja dan

lebih lincah. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Page 37: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

75

Kutipan:

Hapsari sapantaran karo Lisa. Ya padha ayune karo Lisa. Mung

luwih aleman mbocahi, luwih kenes lan sigrak. (Seri 13: 24)

Terjemahan:

Hapsari sebaya dengan Lisa. Juga sama cantiknya dengan Lisa. Hanya

lebih manja, lebih kenes dan lincah.

(n) Yanti

Yanti merupakan anak kedua dari pasangan Pak dan Bu Darusman.

Gadis ini sudah kelas dua SMP dan berwajah cantik seperti ibunya.

Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Yanti, mbakyune Hapsari remaja putri wis kelas II SMP. Rupane ya

ayu memper ibune, Bu Darus. (Seri 13: 24)

Terjemahan:

Yanti, kakak perempuan Hapsari remaja putri sudah kelas II SMP.

Wajahnya juga cantik seperti ibunya, Bu Darus.

(o) Yanto

Yanto adalah seorang remaja laki-laki anak sulung dari pasangan

Pak dan Bu Darusman. Yanto merupakan mahasiswa di Fakultas Sospol

di UGM Yogyakarta. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Yanto, putra mbarepe wis kuliah ing Fakultas Sospol UGM

Ngayogjakarta semester IV ning arang bali mulih,[…] (Seri 13: 24)

Terjemahan:

Yanto, putra sulungnya sudah kuliah di Fakultas Sospol UGM

Yogyakarta semester IV tetapi jarang pulang,[…]

(p) Dokter Bambang

Dokter Bambang adalah dokter yang mengobati dan merawat

Yuyun ketika Yuyun mengalami koma selama tiga jam akibat kecelakaan

yang menimpanya. Dokter Bambang tidak lain adalah ayahnya Wiwien,

Page 38: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

76

murid kelas VB yang tinggal di kompleks rumah sakit. Pak Bambang

sebagai seorang dokter, merupakan dokter yang berkarakter ramah dan

sopan terhadap pasiennya. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Sampun… Tentrema manah penjenengan Bu Guru. Kala wau Bu

Guru koma meh tigang jam. Nanging sapunika sadaya sampun

kalampahan kanthi wilujeng. Saat kritis sudah lewat,“ ujare Dhokter

Bambang sing tibake bapake Wiwien, […] (Seri 7: 24-25)

Terjemahan:

“Sudah… Tenangkan hatimu Bu Guru. Tadi Bu Guru tidak sadarkan

diri hampir tiga jam. Tetapi sekarang semua sudah terlampaui dengan

selamat. Saat kritis sudah lewat,” kata Dokter Bambang yang ternyata

ayahnya Wiwien, […]

(q) Wiwien

Wiwien merupakan teman Lisa di kelas VB. Wiwien seorang anak

yang baik hati dan peduli dengan sesama, terlebih ia sangat menyayangi

Yuyun. Wiwien rela menunda keberangkatan rekreasi sampai menunggu

gurunya sembuh dari sakit. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Luwih becik kanca-kanca ora sida budhal ya, Pak.” Clathune

Wiwien karo nyawang Dhokter Bambang, bapake. “Kapan-kapan

kalau Bu Guru sudah sehat kembali, kita berangkat ramai-ramai.”

(Seri 7: 25)

Terjemahan:

“Lebih baik teman-teman tidak jadi berangkat ya, Pak.” Kata Wiwien

sambil melihat Dokter Bambang, ayahnya. “Kapan-kapan kalau Bu

Guru sudah sehat kembali, kita berangkat ramai-ramai.”

2) Berdasarkan Fungsi Penampilan Tokoh

Berdasarkan fungsi penampilan tokoh dalam cerbung ACTP karya

Adinda AS dibedakan menjadi tokoh baik (protagonis) dan tokoh jahat

(antagonis).

Page 39: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

77

(1) Tokoh Protagonis

Tokoh protagonis merupakan tokoh yang membawakan misi

kebenaran dan kebaikan dalam menciptakan suasana masyarakat yang

sempurna. Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi yang salah satu

jenisnya secara populer disebut hero. Tokoh yang merupakan

pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita. Tokoh

protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan kita,

harapan-harapan kita/ pembaca. Identifikasi diri terhadap tokoh yang

demikian merupakan empati yang diberikan pembaca. Tokoh yang

termasuk protagonis dalam cerbung ACTP karya Adinda AS yaitu:

(a) Wahyuningsih (Yuyun)

Yuyun adalah tokoh yang dominan memerankan tema cerbung

yaitu kekerasan hati seorang perempuan yang menyebabkan dirinya dan

orang lain menderita. Pada awal cerita, diceritakan bahwa Yuyun

merupakan seorang guru SD yang mengajar kelas VB. Sebagai seorang

guru, Yuyun merupakan perempuan yang memiliki sifat sopan. Ia

berperilaku sopan santun kepada siapapun yang dijumpai, termasuk

kepada tukang kebun di sekolahan tempatnya mengajar. Terbukti dalam

kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Nembe kondur, Bu Yuyun?” sapa aruhe Pak Jo tukang kebon lan

panjaga sekolahan nalika Bu Guru Wahyuningsih lagi wae metu saka

kantor guru. Dheweke mung manthuk mesem ngatonake rasa

panuwune mring wong lanang setengah tuwa sing kanthi sabar

nyrantekake gaweyane reresik lan ngancingi kantor guru lan pager

pekarangan sekolahan SD iku. (Seri 1: 24)

Page 40: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

78

Terjemahan:

“Baru pulang, Bu Yuyun?” sapa Pak Jo tukang kebun dan penjaga

sekolahan ketika Bu Guru Wahyuningsih baru saja keluar dari kantor

guru. Dia hanya mengangguk tersenyum menyatakan rasa terima

kasihnya kepada laki-laki setengah tua yang dengan sabar

menyelesaikan pekerjaannya membersihkan dan mengunci kantor

guru dan pagar halaman sekolahan SD itu.

Tindakan menundukan kepala sambil tersenyum adalah simbol

bentuk sopan santun dan rasa hormat Yuyun kepada Pak Jo tukang kebun.

Yuyun juga mempunyai hati yang baik, sebagai seorang guru dia sangat

peduli dengan muridnya, salah satunya kepada Lisa. Yuyun dengan senang

hati meluangkan waktunya untuk menemani Lisa menunggu jemputan,

dan bahkan ia juga menawarkan akan mengantarkan Lisa pulang jika

jemputannya belum juga datang. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Sudahlah. Bu Guru temani sampai jemputanmu datang. Kalau tidak

datang juga nanti Bu Yuyun antar kamu sampai rumah.” (Seri 1: 24)

Terjemahan:

“Sudahlah. Bu guru temani sampai jemputanmu datang. Kalau tidak

datang juga nanti Bu Yuyun antar kamu sampai rumah.”

Yuyun adalah seorang perempuan yang mempunyai sifat

penyayang terhadap anak kecil. Terbukti Yuyun sangat menyayangi

murid-muridnya, salah satunya yang bernama Lisa, meskipun belum lama

mengenal anak tersebut. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Durung ana setaun Yuyun srawung karo bocah iki sing wiwit

diwulang ing kelas VB limang sasi kepungkur. Embuh apa sebabe

Yuyun nyayangi murid siji iki ngungkuli liyane. (Seri 1: 24)

Terjemahan:

Belum ada setahun Yuyun kenal dengan anak ini yang mulai diajar di

kelas VB lima bulan lalu. Entah apa sebabnya Yuyun menyayangi

murid satu ini melebihi lainnya.

Page 41: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

79

Yuyun sebagai seorang guru selalu bertanggung jawab terhadap

pekerjaannya meskipun sedang diliputi masalah yang membuat hidupnya

tidak tenang. Yuyun tetap menjalankan kewajiban seorang guru yang

harus mengajar murid-muridnya. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Yen ora amarga rasa tanggung jawab lan tresnane mring gaweyane,

mbok menawa kepengine Yuyun arep mbolos maneh ora nindakake

kuwajiban samesthine.[…] (Seri 3: 24)

Terjemahan:

Kalau tidak karena rasa tanggung jawab dan cintanya terhadap

pekerjaannya, mungkin keinginan Yuyun akan membolos lagi tidak

menjalankan kewajiban semestinya.[…]

Yuyun sosok perempuan religius yang selalu bersyukur kepada

Tuhan ketika selamat dari musibah kecelakaan yang dialaminya, dia tidak

henti-hentinya bersyukur kepada Tuhan karena masih diberi hidup.

Terlebih ketika ia tahu bahwa tukang becak yang mengalami kecelakaan

bersamanya nyawanya tidak bisa diselamatkan. Terbukti dalam kutipan

sebagai berikut:

Kutipan:

Sirahe sing ndek sore kebentus aspal dalan rasane sangsaya lara.

Syukur ora ana perangan awak sing nuwuhake cacad salawase urip.

Tukang becak sing ketabrak kabare tiwas ngenggon. Yuyun muji

syukur ing ngarsane Pangeran dene isih dislametake. Yuyun ndonga

enggal pinaringan waluya jati. Nyebut asmane Gusti Allah makaping-

kaping. (Seri 7: 25)

Terjemahan:

Kepalanya yang tadi sore terbentur aspal jalan rasanya semakin sakit.

Syukur tidak ada bagian tubuh yang cidera menyebabkan cacat

seumur hidup. Tukang becak yang tertabrak kabarnya meninggal di

tempat. Yuyun bersyukur kepada Tuhan karena masih diselamatkan.

Yuyun berdoa agar memperoleh kesembuhan. Menyebut nama Allah

berkali-kali.

Page 42: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

80

(b) Heru Purnomo

Heru merupakan sosok laki-laki yang sabar dan mengalah.

Terbukti ketika ia ditantang berkelahi dengan Endra, Heru menanggapinya

dengan sabar dan bahkan setiap jotosan yang Endra tujukan dihindari

dengan sikap mengalah. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Sing gedhe pangapuramu, Dhik. Aku rak wis nyoba ngalah lan

sabar. Nanging Pak Endra ora ngrumangsani. Saben jotosan lan

tendhangan sikile mleset malah tambah bringas[…]” (Seri 11: 31)

Terjemahan:

“Yang besar pintu maafmu, Dhik. Saya kan sudah mencoba mengalah

dan sabar. Namun Pak Endra tidak menyadari. Setiap pukulan dan

tendangan kakinya meleset malah menambah kebringasannya[…]”

Heru juga mempunyai sifat baik hati. Ia tahu kalau Yuyun pulang

dengan berjalan kaki, maka dari itu ia menawarkan untuk mengantarkan

Yuyun pulang. Lagi pula cuaca pada siang hari itu juga terlalu panas, Heru

tidak ingin guru ananknya itu pulang dengan berjalan kaki kepanasan.

Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Ah, ya uwis. Wis awan. Ayo tak dherekake kondur bali sisan,” ujare

Heru nyumurupi kaanan guru anake. (Seri 1: 25)

Terjemahan:

“Ah, ya sudah. Sudah siang. Ayo ku antar pulang sekalian,” ucap Heru

menyadari kondisi guru anaknya.

Heru merupakan sosok laki-laki yang mau mengakui kesalahan. Ia

tidak malu dan bahkan dengan berbesar hati mau mengakui kesalahan-

kesalahan yang pernah diperbuatnya. Heru pasrah dengan hukuman yang

akan diterima sebagai akibat atas kesalahannya, asalkan bisa dimaafkan.

Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Page 43: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

81

Kutipan:

“Aku ngakoni ing saperangan prakara aku sing salah. Kadidene

wong sing salah aku pasrah sumarah ing ngarepmu. Ukumen awakku.

Tindakna apa sing mbok anggep pantes dhewe nggo ngukum aku

murwad karo kesalahanku.” (Seri 5: 24)

Terjemahan:

“Saya mengakui dalam beberapa masalah ini saya yang salah. Sebagai

orang yang salah saya pasrah diri di hadapanmu. Hukumlah diriku.

Lakukanlah apa yang kau anggap paling pantas untuk menghukumku

setimpal dengan kesalahanku.”

(c) Alisa Prihatini (Lisa)

Lisa adalah seorang gadis kecil murid Yuyun yang lugu, tulus, dan

baik hati. Lisa sangat menyayangi Yuyun sebagai ibu gurunya dengan

tulus. Terbukti dengan lugu dan tulus Lisa menawarkan akan

mengantarkan ibu gurunya tersebut ke rumah sakit. Terbukti dalam

kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Bagaimana kalau kita antar sekalian, kita pergi beramai-ramai?”

Yuyun trenyuh krungu Lisa nawani kanthi tulus mau. Dudu omonge

bocah sing kepengin nggolek alem. (Seri 4: 25)

Terjemahan:

“Bagaimana kalau kita antar sekalian, kita pergi beramai-ramai?”

Yuyun terharu mendengar Lisa menawarkan dengan tulus tadi. Bukan

perkataan anak yang ingin mencari perhatian.

(d) Pak Santo

Pak Santo adalah kepala sekolah tempat Yuyun mengajar di SD

yang ada di Kota Semarang. Pak Santo sudah Yuyun anggap seperti

bapaknya sendiri yang selalu perhatian. Secara spesifik melalui deskripsi

eksplisit, karakter Pak Santo seorang pemimpin yang bijaksana dan sering

memberi nasihat kebaikan kepada Yuyun. Terbukti dalam kutipan berikut:

Page 44: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

82

Kutipan:

Yuyun matur nuwun marang Pak Santo, pimpinane sing wicaksana

mau. (Seri 7: 25)

Kaya adat sabene Yuyun ngrungokake pituture Pak Santo kebak

kawigaten. (Seri 14: 25)

Terjemahan:

Yuyun berterima kasih kepada Pak Santo, pimpinannya yang

bijaksana itu.

Seperti adat sebelumnya Yuyun mendengarkan nasihat Pak Santo

penuh perhatian.

(2) Tokoh Antagonis

Sebuah fiksi harus mengandung konflik, ketegangan, khususnya

konflik dan ketegangan yang dialami oleh tokoh protagonis. Tokoh

penyebab terjadinya konflik disebut tokoh antagonis. Tokoh antagonis

barangkali dapat disebut beroposisi dengan tokoh protagonis, secara

langsung ataupun tak langsung, bersifat fisik ataupun batin. Penyebab

terjadinya konflik dapat terjadi karena adanya kekuatan antagonis. Tokoh

yang tergolong antagonis dalam cerbung ACTP karya Adinda AS, yaitu:

(a) Endra

Sisi antagonis tokoh Endra yaitu melalui karakternya yang

emosional dengan menantang Heru berkelahi tanpa jelas duduk

permasalahannya. Endra dengan keras berteriak-teriak seperti orang

kehilangan akal, mengumpat dan menghina Heru ketika menantang Heru

berkelahi. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Bicara adalah cara perempuan. Ayo buktikan mana lebih jantan

antara kita!” saben ucapane Endra kebak panantang. Mbok menawa

dheweke yakin yen bisa ngalahake mungsuhe sing katone luwih alus

solah bawane.

“Hai, orang kaya. Keluarlah. Laki-laki pengecut yang hanya berani

bersembunyi di belakang pantat perempuan. Keluaaar…!!” Endra

Page 45: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

83

bengok-bengok kaya polah tingkahe wong sing lagi kesurupan. (Seri

11: 24)

Terjemahan:

“Bicara adalah cara perempuan. Ayo buktikan mana yang lebih jantan

antara kita!” setiap ucapan Endra penuh penantang. Mungkin dirinya

merasa yakin bisa mengalahkan musuhnya yang terlihat lebih halus

tingkah lakunya.

“Hai, orang kaya. Keluarlah. Laki-laki pengecut yang hanya berani

bersembunyi di belakang pantat perempuan. Keluaaar…!!” Endra

teriak-teriak perilakunya seperti orang yang baru kemasukan hantu.

(b) Haryanto

Hary menilai bahwa semua cinta perempuan bisa dibeli dengan

harta dan jabatan seorang laki-laki, termasuk cintanya Yuyun. Hery

menilai Yuyun bisa mendapatkan apapun yang diinginkan dengan modal

parasnya yang cantik. Karakter Hary terbukti dalam kutipan berikut:

Kutipan:

“Nanging penjenengan wanita. Wanita bisa ngarep-arep nampa

samubarang sing dikarepake kanthi modal ayuning rupa lan endahing

salira. Jalaran aku dudu priya kaya Pak Endra sing pegawai bank

sing sarwa cukup nadyan… dhudha!”

“Hary!!” senggrange Yuyun setengah njerit. Wong lanang tansah

mbiji asor katresnane wanita. Ajining dhiri katebas. Wong lanang

nganggep bisa tuku tresna kanti donya lan pangkate. (Seri 7: 24)

Terjemahan:

“Tetapi kamu seorang perempuan. Perempuan bisa berharap

menerima apa saja yang diinginkan dengan modal kecantikan dan

keindahan tubuhnya. Memang saya bukan seorang laki-laki seperti

Pak Endra yang pegawai bank yang serba kecukupan walaupun…

duda.”

“Hary!!” bentak Yuyun setengah menjerit. Laki-laki terlalu rendah

menilai cinta seorang perempuan. Harga diri terhempas. Laki-laki

menganggap selalu bisa membeli cinta dengan dunia dan

kedudukannya.

(c) Paman Hardjo

Paman Hardjo adalah paman yang merawat dan membesarkan

Heru sejak bayi sepeninggal kedua orang tuanya. Jahatnya Paman Hardjo

mempunyai sifat yang serakah. Ia dengan tega membohongi Heru dan

Page 46: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

84

dikorbankan hanya untuk membayar hutang bisnisnya yang tidak dapat

terbayarkan. Secara spesifik melalui deskripsi eksplisit, karakter Paman

Hardjo dapat dibuktikan dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

”Edan!! Asor bebudene wong-wong sing ngaku awake kinurmatan

kaya Pak Budiman lan Paman Hardjo iki. Aku dikurbanake krana

utang bisnise Paman Hardjo sing ora kebayar marang Pak Budiman

konglomerat sugih ing negara iki. Pengajiku mung pitungatus seket

yuta rupiah ditambah jabatan wakil direktur ing salah siji cabang

perusahaan darbeke bapake Rima. Tugas pokokku mung kanggo

nebus utang sing ora kebayar lan kanggo nutup aib kluwarga. (Seri

15: 24)

Terjemahan:

“Gila!! Sungguh rendah budi orang-orang yang mengaku dirinya

terhormat seperti Pak Budiman dan Paman Hardjo. Saya dikorbankan

karena hutang bisnis Paman Hardjo yang tidak terbayar kepada Pak

Budiman pengusaha kaya di negeri ini. Nilai diriku hanya tujuh ratus

lima puluh juta rupiah ditambah jabatan wakil direktur di salah satu

cabang perusahaan milik ayah Rima. Tugas pokokku hanya sebagai

penebus hutang yang tidak terbayar dan penutup aib keluarga.

(d) Bu Darusman

Bu Darusman adalah istri dari Pak Darusman atasan Yuyun,

seorang perempuan priyayi Jawa yang sudah memiliki tiga orang anak

namun masih terlihat cantik. Bu Darusman menaruh kecemburuan

terhadap Yuyun yang setiap harinya selalu berbocengan dengan suaminya.

Kecemburuan tersebut menimbulkan rasa curiga di hati Bu Darusman,

bahkan sampai memusuhi Yuyun. Rasa cemburu yang besar membuatnya

tega menghina dan melontarkan kata-kata kotor kepada Yuyun. Terbukti

dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Ya ben….!! Pantes wae nganti tuwa durung payu rabi. Dhasar wong

wedok sundel mung ngganggu rumah tanggane wong. Ayu mung

rupane. Nanging klakuwane…” Yuyun ora kuwat ngrungokake

pisuhane wong wadon anak telu iku. (Seri 14: 24)

Page 47: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

85

Terjemahan:

“Biaar….!! Pantas saja sampai tua belum laku kawin. Dasar perempuan

sundal hanya mengganggu rumah tangga orang. Cantik hanya parasnya.

Tapi perilakunya…”Yuyun tidak tahan mendengar hujatan perempuan

beranak tiga itu.

3) Berdasarkan Perkembangan Karakter

Berdasarkan perkembangan karakter tokoh dalam cerbung ACTP

karya Adinda AS terdiri dari tokoh bulat dan tokoh pipih, sebagai berikut:

(1) Tokoh Bulat

Tokoh bulat/ kompleks merupakan tokoh yang memiliki dan diungkap

berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya.

Tingkah lakunya sering tak terduga dan memberikan efek kejutan pada

pembaca. Tokoh bulat dalam cerbung ACTP karya Adinda AS, yaitu:

(a) Wahyuningsih (Yuyun)

Yuyun berubah sikap setelah mengetahui ayahnya Lisa adalah

Heru Purnomo, laki-laki di masa lalunya. Yuyun sangat membenci dan

bahkan sangat dendam terhadap laki-laki yang bernama Heru. Ia berubah

menjadi bersikap kasar terhadap Lisa. Awalnya Yuyun sangat menyayangi

anak itu, namun setelah mengetahui ayahnya adalah Heru, ia berubah jadi

membenci dan memusuhi Lisa. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Lisa murid sing pinter dhewe, murid sing disayang dhewe dumadakan

wiwit dimungsuhi. Dumadakan Yuyun asikep kasar bareng ngerti

dheweke anake Heru sing tau natoni atine. (Seri 3: 24)

Terjemahan:

Lisa murid yang pandai sendiri, murid yang paling disayang tiba-tiba

mulai dimusuhi. Tiba-tiba Yuyun bersikap kasar setelah tahu bahwa

dia anaknya Heru yang pernah menyakiti hatinya.

Page 48: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

86

Yuyun sebagai seorang guru, merupakan sosok perempuan yang

cantik, ramah, dan banyak senyum. Sifat tersebut berubah ketika bertemu

dengan Heru, laki-laki yang pernah menyakitinya di masa lalu. Awalnya

Yuyun merupakan sosok perempuan yang ramah kepada siapa saja, namun

sikap tersebut berubah menjadi kasar dan tidak sopan ketika berhadapan

dengan Heru. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

[…]Yuyun wanita sulistya kanthi polatan sing adat sabene sumeh

akeh eseme, nyenggrang sora lan atos kanthi mripat mencereng. (Seri

2: 24)

Terjemahan:

[…]Yuyun perempuan cantik dengan adat yang biasanya ramah

banyak tersenyum, membentak keras dan kasar dengar mata melotot.

Sakit hati karena pengkhiantan Heru di masa lalu membuat Yuyun

menaruh kebencian yang mendalam terhadap Heru. Kebencian yang

mendalam tersebut menumbuhkan rasa dendam yang menggerogoti hati

dan jiwanya. Awalnya Yuyun mencintai Heru setengah mati sebagai

kekasihnya, namun rasa cinta itu berubah menjadi kebencian dan dendam

yang mencekam. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Biyen Yuyun tau nresnani Heru setengah mati. Saiki dheweke

nggethingi Heru jroning dhendham sing nyengkerem. Ing endi watese

tresna lan benci iku dhewe? Apa bener tresna sing biyen mengangah

jroning dhadha saiki pupus tanpa tilas kasaput dhendham lan

kabencen? (Seri 12: 24)

Terjemahan:

Dulu Yuyun pernah mencintai Heru setengah mati. Kini dia

membenci Heru dalam dendam yang mencekam. Di manakah batas

antara cinta dan benci itu sendiri? Benarkah cinta yang dulu membara

dalam dada kini sirna tak berbekas tersaput dendam dan kebencian?

Page 49: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

87

(b) Heru Purnomo

Tokoh Heru diceritakan memiliki seorang anak perempuan yang

bernama Lisa, namun sebenarnya Lisa bukanlah anak kandungnya. Lisa

dibawa pergi Heru hanya sebagai alat untuk membalas rasa sakit hatinya

terhadap keluarga Budiman. Ia sama sekali tidak menyayangi Lisa, namun

lama-kelamaan rasa benci tersebut berubah menjadi rasa sayang. Lisa

bukan darah dagingnya, namun Heru sangat menyayangi Lisa dan

bertekad ingin membesarkannya, meskipun awalnya hanya sebagai alat

untuk membalaskan dendamnya terhadap keluarga Budiman. Terbukti

dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Mbuh kekuwatan apa sing mrebawani jiwaku, bisa nuwuhake rasa

tresna sing gedhe mring Lisa bocah cilik dudu turunku dhewe. Bocah

bayi sing maune tak nggo alat males dhendham, sateruse aku duwe

tekad nggedhekake Lisa.” (Seri 15: 25)

Terjemahan:

“Entah kekuatan apa yang mempengaruhi jiwaku, bisa menimbulkan

rasa sayang yang besar kepada Lisa anak kecil bukan darah dagingku

sendiri. Bayi yang semula ku pergunakan sebagai alat balas dendam,

selanjutnya saya bertekad untuk membesarkan Lisa.”

(c) Bu Darusman

Tokoh ini dihadirkan oleh pengarang awalnya mempunyai watak

yang baik, lemah lembut, ramah, bersahaja, dan bersahabat, namun karena

hasutan rasa cemburu yang besar membuatnya berubah menjadi

perempuan yang penuh curiga dan memusuhi Yuyun. Rasa cemburu

tersebut membuatnya tega menghina dan melontarkan kata-kata kotor

kepada Yuyun. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Page 50: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

88

Kutipan:

Wanita ibune bocah telu bojone atasane sing sepisanan ditepungi

kenal minangka wanita sing lembut, rupane ayu, prasaja, sing durung

tepung raket dumadakan mungsuhi dheweke. “Ya ben….!! Pantes wae

nganti tuwa durung payu rabi. Dhasar wong wedok sundel mung

ngganggu rumah tanggane wong. Ayu mung rupane. Nanging

klakuwane…” Yuyun ora kuwat ngrungokake pisuhane wong wadon

anak telu iku. (Seri 14: 24)

Terjemahan:

Perempuan ibu tiga anak istri atasannya yang semula dikenal sebagai

perempuan yang lembut, wajahnya cantik, bersahaja, yang belum

kenal dekat tiba-tiba memusuhi dirinya. “Biaar….!! Pantas saja

sampai tua belum laku kawin. Dasar perempuan sundal hanya

mengganggu rumah tangga orang. Cantik hanya parasnya. Tapi

perilakunya..” Yuyun tidak tahan mendengar hujatan perempuan

beranak tiga itu.

(2) Tokoh Pipih

Tokoh pipih atau tokoh sederhana dalam bentuknya yang asli adalah

tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat-watak

yang tertentu saja. Ia tak diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya

serta tak memiliki sifat dan tingkah laku yang dapat memberikan efek

kejutan bagi pembaca. Sifat serta tingkah laku seorang tokoh sederhana

bersifat datar, monoton, hanya mencerminkan satu watak tertentu, dan

tokoh-tokoh tambahan dalam sebuah fiksi, merupakan tokoh sederhana.

Tokoh pipih/ sederhana dalam cerbung ACTP karya Adinda AS adalah:

(a) Pak Jo

Pak Jo adalah tukang kebun dan penjaga SD tempat Yuyun

mengajar. Pak Jo dideskripsikan memiliki karakter tokoh yang sopan,

sabar, dan rajin dalam menyelesaikan pekerjaannya sebagai tukang kebun.

Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Page 51: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

89

Kutipan:

[…]Dheweke mung manthuk mesem ngatonake rasa panuwune mring

wong lanang setengah tuwa sing kanthi sabar nyrantekake gaweyane

reresik lan ngancingi kantor guru lan pager pekarangan sekolahan

SD iku. (Seri 1: 24)

Terjemahan:

[…]Dia hanya mengangguk tersenyum menyatakan rasa terima

kasihnya kepada laki-laki setengah tua yang dengan sabar

menyelesaikan pekerjaannya membersihkan dan mengunci kantor

guru dan pagar halaman sekolahan SD itu.

(b) Pak Kardi

Pak Kardi adalah sopir pribadi Heru yang sering mengantar dan

menjemput Lisa ke sekolah. Pak Kardi dideskripsikan memiliki karakter

yang sabar dan rajin. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Lisa paling suka diantar Pak Kardi sopir kami di rumah. Orangnya

sabar dan rajin. (Seri 1: 25)

Terjemahan:

“Lisa paling suka diantar Pak Kardi sopir kami di rumah. Orangnya

sabar dan rajin.

(c) Nurma

Tokoh Nurma merupakan perempuan asli Padang, mahasiswa

Fakultas Ekonomi semester delapan yang menempati kamar sebelah di

asrama putri tempat Yuyun tinggal. Nurma memiliki karakter baik hati dan

suka tersenyum. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Ada tamu mencari Mbak Yuyun. Seorang boss bawa mobil bagus,”

ujare karo mesam-mesem nggregetake. (Seri 2: 24)

Terjemahan:

“Ada tamu mencari Mbak Yuyun. Seorang boss bawa mobil bagus,”

katanya sambil tersenyum menggemaskan.

Page 52: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

90

(d) Tono

Tono merupakan teman sekelas Lisa di kelas VB. Tokoh Tono

dideskripsikan sebagai seorang murid yang paling bandel dan nakal.

Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Nganti umbele metu kabeh.” tambahe Tono muride sing paling

bandhel. (Seri 3: 25)

Terjemahan:

“Sampai ingusnya keluar semua.” tambah Tono muridnya yang paling

bandel.

(e) Shinta

Tokoh Shinta muncul sebagai teman baik Heru yang membantunya

merawat dan mengasuh Lisa ketika masih bayi. Shinta dan suaminya

dengan baik hati mau membantu merawat bayi Lisa sebab selama empat

tahun umur pernikahan, mereka belum dikaruniai seorang anak. Tokoh

Shinta dihadirkan dengan karakter cantik, modis, dan glamour. Terbukti

dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Yuyun kelingan rapote Lisa sing pungkasan dijukuk wanita anom,

wali murid, wektu kuwi dikira ibune. Sulistya lan modist banget kanthi

penganggo mewah,[…] (Seri 4: 25)

Terjemahan:

Yuyun ingat raportnya Lisa yang terakhir diambil perempuan muda,

wali murid, waktu itu dikira ibunya. Sangat cantik dan modis sekali

dengan penampilan mewah,[…]

(f) Bu Santo

Bu Santo adalah istri dari Pak Santo atasan Yuyun ketika masih

mengajar di kota. Bu Santo sudah menganggap Yuyun seperti anaknya

sendiri. Terbukti ketika Yuyun berniat ingin pindah ke desa yang jauh dari

Page 53: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

91

kota, Bu Santo merasa sedih dengan keinginan Yuyun tersebut. Terbukti

dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Bu Santo sing nganggep Yuyun kaya putrane dhewe ora kuwat

ngampet luhe nalika mireng Yuyun adreng kepengin ninggalake

kutha iki. (Seri 11: 25)

Terjemahan:

Bu Santo yang menganggap Yuyun seperti anaknya sendiri tidak kuat

menahan air matanya ketika mendengar Yuyun bersikeras ingin

meninggalkan kota ini.

(g) Hapsari

Hapsari adalah tokoh anak kecil yang merupakan putri bungsu dari

Pak dan Bu Darusman. Hapsari sebaya dengan Lisa dan sama-sama

memiliki wajah yang cantik, namun Hapsari terlihat lebih manja dan lebih

lincah. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Hapsari sapantaran karo Lisa. Ya padha ayune karo Lisa. Mung

luwih aleman mbocahi, luwih kenes lan sigrak. (Seri 13: 24)

Terjemahan:

Hapsari sebaya dengan Lisa. Juga sama cantiknya dengan Lisa. Hanya

lebih manja, lebih kenes dan lincah.

(h) Yanti

Yanti merupakan anak kedua dari pasangan Pak dan Bu Darusman.

Gadis ini sudah kelas dua SMP dan berwajah cantik seperti ibunya.

Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Yanti, mbakyune Hapsari remaja putri wis kelas II SMP. Rupane ya

ayu memper ibune, Bu Darus. (Seri 13: 24)

Terjemahan:

Yanti, kakak perempuan Hapsari remaja putri sudah kelas II SMP.

Wajahnya juga cantik seperti ibunya, Bu Darus.

Page 54: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

92

(i) Yanto

Yanto adalah seorang remaja laki-laki anak sulung dari pasangan

Pak dan Bu Darusman. Yanto adalah mahasiswa di Fakultas Sospol di

UGM Yogyakarta. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Yanto, putra mbarepe wis kuliah ing Fakultas Sospol UGM

Ngayogjakarta semester IV ning arang bali mulih,[…]. (Seri 13: 24)

Terjemahan:

Yanto, putra sulungnya sudah kuliah di Fakultas Sospol UGM

Yogyakarta semester IV tetapi jarang pulang,[…].

(j) Dokter Bambang

Dokter Bambang adalah dokter yang mengobati dan merawat

Yuyun ketika mengalami koma akibat kecelakaan yang menimpanya.

Dokter Bambang tidak lain adalah ayahnya Wiwien, murid kelas VB yang

tinggal di kompleks rumah sakit. Pak Bambang merupakan dokter yang

mempunyai karakter ramah dan sopan terhadap pasiennya. Terbukti dalam

kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Sampun… Tentrema manah penjenengan Bu Guru. Kala wau Bu

Guru koma meh tigang jam. Nanging sapunika sadaya sampun

kalampahan kanthi wilujeng. Saat kritis sudah lewat,“ ujare Dhokter

Bambang sing tibake bapake Wiwien, […] (Seri 7: 24-25)

Terjemahan:

“Sudah… Tenangkan hatimu Bu Guru. Tadi Bu Guru tidak sadarkan

diri hampir tiga jam. Tetapi sekarang semua sudah terlampaui dengan

selamat. Saat kritis sudah lewat,” kata Dokter Bambang yang ternyata

ayahnya Wiwien, […].

(k) Wiwien

Wiwien merupakan teman Lisa di kelas VB. Wiwien seorang anak

yang baik hati dan peduli dengan sesama, terlebih ia sangat menyayangi

Page 55: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

93

Yuyun. Wiwien rela menunda keberangkatan rekreasi sampai menunggu

gurunya sembuh dari sakit. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Luwih becik kanca-kanca ora sida budhal ya, Pak.” Clathune Wiwien

karo nyawang Dhokter Bambang, bapake. “Kapan-kapan kalau Bu

Guru sudah sehat kembali, kita berangkat ramai-ramai.” (Seri 7: 25)

Terjemahan:

“Lebih baik teman-teman tidak jadi berangkat ya, Pak.” Kata Wiwien

sambil melihat Dokter Bambang, ayahnya. “Kapan-kapan kalau Bu

Guru sudah sehat kembali, kita berangkat ramai-ramai.”

c. Latar atau setting

Latar merupakan lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa

dalam cerita, dan juga suasana dalam cerita semesta yang berinteraksi

dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Latar dapat berwujud

seperti dekor, suatu tempat, dapat berwujud waktu, cuaca, atau satu periode

sejarah. Meski tidak langsung merangkum sang karakter utama, latar dapat

merangkum orang-orang yang menjadi dekor dalam cerita. Latar dalam

cerbung ACTP karya Adinda AS adalah sebagai berikut:

1) Latar Tempat

Latar tempat atau dekor adalah tempat terjadinya peristiwa-peristiwa

yang diceritakan dalam sebuah karya sastra. Secara garis besar latar tempat

dalam cerbung ACTP karya Adinda AS yaitu di Kota Semarang. Di kota

tersebut tokoh Yuyun menjadi tenaga pengajar SD dan di Kota Semarang

juga lah ia bertemu kembali dengan Heru, masa lalunya setelah sebelas

tahun tidak bertemu. Pertemuan tersebut kembali membuka luka lama yang

telah terkubur dalam, sehingga membuat Yuyun menjadi sosok perempuan

yang mandiri namun keras hati dan angkuh dengan pendiriannya. Latar

Page 56: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

94

tempat selain yang mengindikasikan bahwa cerbung ACTP ini secara global

terjadi di kota Semarang, ada latar tempat yang membangun cerita yang di

antaranya sebagai berikut:

(a) Kantor Guru

Kantor guru merupakan latar tempat dimana Yuyun bekerja menjadi

seorang guru SD. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Bocah-bocah kelas VB wis sauntara suwe bali. Bu Guru Yuyun isih

nulis-nulis ing kantor guru […]. (Seri 1: 24)

Terjemahan:

Anak-anak kelas VB sudah lama pulang. Bu Guru Yuyun masih

menulis di ruang kantor guru […].

(b) Gapura halaman sekolah

Gapura halaman sekolah adalah latar dimana Yuyun menemani

Lisa menunggu jemputan pulang sekolah. Terbukti dalam kutipan sebagai

berikut:

Kutipan:

Ing lawang gapura pekarangan sekolahan isih ana murid nunggu

lungguh ing buk ngisor gapura kanthi goreh. (Seri 1: 24)

Terjemahan:

Di pintu gerbang halaman sekolah masih ada seorang murid yang

duduk di buk bawah gapura dengan gelisah.

(c) Kamar Yuyun

Kamar adalah latar tempat dimana Yuyun menangis mencurahkan

segala isi hatinya yang selama ini ditahan-tahan. Terbukti dalam kutipan

sebagai berikut:

Kutipan:

Ing kamare Yuyun nora kuwawa nambak ambroling luh sing wiwit

mau ditahan-tahan. (Seri 2: 24)

Page 57: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

95

Terjemahan:

Di kamarnya Yuyun tak kuasa lagi membendung luapan air matanya

yang sejak tadi ditahan-tahan.

(d) Rumah sakit

Latar rumah sakit dihadirkan pengarang ketika Yuyun mengalami

kecelakaan yang mengharuskannya di rawat di rumah sakit untuk beberapa

hari. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Ing wengi kapisan Yuyun mondhok ing rumah sakit, rasa sepi

sangsaya nindhih ati. (Seri 7: 25)

Terjemahan:

Pada malam pertama Yuyun menginap di rumah sakit, rasa kesepian

semakin menghimpit.

(e) Kelas

Latar tempat di kelas sering dihadirkan oleh pengarang, di

antaranya ketika proses belajar mengajar di kelas sedang berlangsung.

Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Yuyun kelangan greged omong ing ngarep kelas, mula bocah-bocah

dikongkon nggarap matematik. (Seri 3: 25)

Terjemahan:

Yuyun kehilangan nafsu bicara di depan kelas, maka dari itu anak-

anak disuruh mengerjakan matematika.

(f) Shoping Centre

Latar tempat Shoping Centre dihadirkan pengarang ketika Yuyun

berbelanja barang-barang kebutuhan untuk keperluan piknik. Terbukti

dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Dina Setu sorene, Yuyun merlokake blanja ing Shoping Centre

saperlu tuku barang-barang kebutuhan kanggo sangu piknik dina

Minggu esuke. (Seri 7: 24)

Page 58: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

96

Terjemahan:

Hari Sabtu sorenya, Yuyun menyempatkan belanja ke Shoping Centre

untuk membeli barang-barang kebutuhan untuk bekal piknik hari

Minggu besuk.

(g) Rumah Pak Santo

Rumah Pak Santo merupakan latar dimana Yuyun dipanggil oleh

Pak Santo untuk menerima surat dari Heru yang terakhir dan membacanya.

Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Mula kanthi ayem nyoba diwaca layang iku ing kamar sing mbiyen

tau dienggoni nalika dheweke numpang mondhok ing daleme Pak

Santo. (Seri 14: 39)

Terjemahan:

Maka dengan tenang mencoba dibaca surat itu di kamar yang dulu

pernah ditempati ketiks dirinya masih menumpang di rumahnya Pak

Santo.

(h) Ruang tamu asrama

Ruang tamu asrama merupakan latar tempat Yuyun dan Heru

mengobrol setelah berkali-kali Yuyun menolak kehadiran Heru. Terbukti

dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Heru diacarani lungguh ing kursi tamu sing mapan ing pojok ruang

tamu asrama sing amba. (Seri 8: 45)

Terjemahan:

Heru dipersilakan duduk di kursi tamu yang berada di pojok ruang

tamu asrama yang luas.

(i) Kantor Polisi Polsek

Yuyun diundang ke kantor Polisi Polsek untuk menjadi saksi atas

kasus perkelahian antara Endra dan Heru. Terbukti dalam kutipan berikut:

Page 59: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

97

Kutipan:

Mendah isin lan sedih rasaning ati, kaping pindho Yuyun diundang

ing kantor Polisi Polsek dijaluki katrangan minangka saksi ing kasus

penganiayaan. (Seri 11: 25)

Terjemahan:

Betapa malu dan sedih rasanya hati, dua kali Yuyun diundang ke

kantor Polisi Polsek untuk dimintai keterangan sebagai saksi

mengenai kasus penganiayaan.

(j) Rumah Pak Darusman

Rumah Pak Darusman merupakan latar tempat Yuyun menumpang

menginap di desa tempat mengajarnya yang baru sebelum Yuyun

memperoleh tempat kosan. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Sadurunge bisa oleh papan pondhokan sing cocok, Yuyun sawetara

numpang ing daleme Pak Darusman kepala SD[…]. (Seri 12: 25)

Terjemahan:

Sebelum mendapatkan tempat pondokan yang memadai, Yuyun

sementara menumpang di rumah Pak Darusman kepala SD […].

(k) Ruang tengah

Latar tempat ruang tengah dihadirkan pengarang ketika keluarga

Pak Darusman dan Yuyun sedang bersantai mengobrol sambil menonton

siaran televisi. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

[…]ujare Pak Darus pinuju sak omah kumpul ing ruang tengah

ngobrol-ngobrol karo nonton siaran TV wayah wengi. (Seri 13: 25)

Terjemahan:

[…]kata Pak Darus dalam satu kesempatan kami sekeluarga kumpul

di ruang tengah berbincang-bincang sambil menyaksikan acara TV

malam hari.

Page 60: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

98

(l) Kamar ICU

Keadaan Heru semakin kritis dan tak sadarkan diri sehingga ia

harus dilarikan ke kamar ICU untuk mendapatkan perawatan yang lebih

intensif. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Heru karo ranjange disurung metu digawa menyang kamar ICU. (Seri

16: 25)

Terjemahan:

Heru beserta ranjang tempat tidurnya didorong keluar dibawa menuju

kamar ICU.

2) Latar Waktu

Latar waktu yang membangun cerbung ACTP adalah sebagai berikut:

(a) Sudah siang

Sudah siang menandakan waktu dimana Heru ingin mengantarkan

Yuyun pulang. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Ah, ya uwis. Wis awan. Ayo tak dherekake kondur bali sisan,” ujare

Heru nyumurupi kaanane gurune anake. (Seri 1: 25)

Terjemahan:

“Ah, ya sudah. Sudah siang. Mari kuantar pulang sekalian,” ucap Heru

menyadari kondisi guru anaknya.

(b) Empat hari yang lalu

Sudah empat hari yang lalu sepeda motor Yuyun masuk bengkel

namun belum jadi juga. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

[...]speda motor bebeke sing dilebokake ing bengkele patang dina

kepungkur durung rampung. (Seri 1: 49)

Terjemahan:

[...]sepeda motor bebeknya yang dimasukkan di bengkelnya empat

hari yang lalu belum selesai.

Page 61: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

99

(c) Sore hari sebelum malam

Sore hari sebelum malam adalah waktu dimana Nurma datang ke

kamar Yuyun. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Sore ndhungkap surub sadurunge ditemokake katentremane maneh,

lawang kamare dithothok-thothok banter. (Seri 2: 24)

Terjemahan:

Sore hari sebelum malam sebelum ditemukan ketenangannya

kembali, pintu kamarnya diketuk-ketuk keras.

(d) Keesokan harinya

Latar keesokan harinya sering kita temui dalam cerbung ACTP ini.

Salah satunya ketika Yuyun terpaksa ijin tidak masuk mengajar karena

sakit. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Esuke kepeksa Yuyun pamit ora mulang sedina kanthi pawadan sirah

mumet awak lungkrah. (Seri 2: 24)

Terjemahan:

Keesokan harinya terpaksa Yuyun minta ijin tidak mengajar dengan

alasan sakit kepala badan tidak enak.

(e) Malam harinya

Latar malam harinya dalam cerbung ACTP ini sering kita temui,

salah satunya ketika Heru dan Lisa datang ke asrama tempat Yuyun

tinggal. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Bengine Mas Heru teka maneh malah ngajak Lisa barang. (Seri 2: 24)

Terjemahan:

Malam harinya Mas Heru datang lagi dengan mengajak Lisa juga.

Page 62: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

100

(f) Sebelas tahun lalu

Yuyun mengingat waktu dimana sebelas tahun yang lalu ia

menyiapkan segalanya untuk menghadiri upacara wisuda sarjananya Heru.

Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Sewelas tahun kepungkur nalika Yuyun lagi mantes-mantes ing

ngarep kaca pengilon nyoba rok anyar sing bakal dienggo ing

upacara wisudan sarjanane Mas Heru sing isih kurang seminggunan

maneh. (Seri 2: 24)

Terjemahan:

Sebelas tahun yang lalu ketika Yuyun tengah mematut-matut diri di

depan cermin mencoba gaun baru yang akan dikenakan pada upacara

wisuda sarjananya Mas Heru yang masih kurang semingguan lagi.

(g) Dua minggu

Dua minggu lamanya Yuyun tergolek lemas di rumah sakit pasca

keguguran yang dialaminya. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Meh rong minggu Yuyun ngathang-athang ing rumah sakit tanpa daya

marga keguguran kandhutane sing isih durung cukup umur. (Seri 3:

24)

Terjemahan:

Hampir dua minggu Yuyun terbaring tak berdaya di rumah sakit

karena keguguran janinnya yang masih belum cukup umur.

(h) Tiga tahun lalu

Latar waktu tiga tahun yang lalu dihadirkan pengarang ketika Hary

mengungkapkan perasaannya kepada Yuyun bahwa selama tiga tahun

tersebut ia menaruh rasa kepada Yuyun. Ia berterus terang bahwa tiga

tahun yang lalu awal pindah mengajar di sekolahan itu, dirinya sudah jatuh

cinta dengan Yuyun. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Page 63: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

101

Kutipan:

“[…]wiwit sepisan aku nyawang penjenengan telung taun kepungkur

wiwit aku pindhah mulang ing kene aku wis ceblok katresnan. (Seri 6:

25)”

Terjemahan:

“[…]sejak pandangan pertama saya melihatmu tiga tahun yang lalu

sejak saya pindah mengajar di sini saya telah jatuh hati.”

(i) Hari Sabtu sore

Latar waktu hari sabtu sore dihadirkan pengarang ketika Yuyun

pergi berbelanja barang-barang untuk keperluan piknik. Terbukti dalam

kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Dina Setu sorene, Yuyun merlokake blanja ing Shoping Centre

saperlu tuku barang-barang kebutuhan kanggo sangu piknik dina

Minggu esuke. (Seri 7: 24)

Terjemahan:

Hari Sabtu sorenya, Yuyun menyempatkan belanja ke Shoping Centre

untuk membeli barang-barang kebutuhan untuk bekal piknik hari

Minggu besuknya.

(j) Hari Minggu

Di Hari Minggu banyak teman-teman Yuyun yang menjenguk di

rumah sakit. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Esuke kebeneran dina Minggu. Akeh kanca-kanca padha tilik. (Seri 7:

25)

Terjemahan:

Keesokan harinya kebetulan hari Minggu. Banyak kawan-kawan yang

menjenguk.

(k) Setiap sore

Hampir setiap sore Endra menyambagi Yuyun di asramanya.

Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Page 64: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

102

Kutipan:

Endra meh saben sore nyambangi ing asrama. (Seri 8: 25)

Terjemahan:

Endra hampir setiap sore datang di asrama.

(l) 47 hari

Cerbung ACTP ini diceritakan bahwa selama 47 hari Yuyun

menumpang di rumah keluarganya Pak Darusman. Terbukti dalam kutipan

sebagai berikut:

Kutipan:

Pas 47 dina, ora kurang ora luwih Yuyun numpang ing omahe

kluwargane Pak Darusman sing sepisanan kebak rasa paseduluran.

(Seri 14: 25)

Terjemahan:

Tepat 47 hari, tidak kurang tidak lebih Yuyun menumpang di

rumahnya keluarganya Pak Darusman yang semula penuh

persaudaraan.

2. Tema

Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam

pengalaman manusia; sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu

diingat. Tema disebut juga gagasan utama dalam sebuah cerita. Keberadaan

tema diperlukan karena menjadi salah satu bagian penting yang tidak

terpisahkan dengan kenyataan cerita. Tema membuat cerita menjadi lebih

terfokus, menyatu, mengerucut, dan berdampak. Bagian awal dan akhir cerita

akan menjadi pas, sesuai, dan memuaskan berkat kehadiran tema.

Tema global dalam cerbung ACTP karya Adinda AS adalah kekerasan

hati seorang perempuan yang menyebabkan dirinya dan orang lain menderita.

Yuyun menjadi peran sentral tokoh wanita yang mengalami trauma terhadap

masa lalunya. Kasalahpahaman dan kurangnya komunikasi yang baik membuat

Page 65: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

103

semuanya menjadi runyam. Rasa kecewa dan dikhianati oleh laki-laki yang

sangat dicintai yaitu Heru Purnomo membuat Yuyun tidak bisa melupakan

kejadian itu meskipun sudah sebelas tahun berlalu. Rasa sakit menumbuhkan

rasa takut untuk membangun sebuah rumah tangga karena dia menganggap

semua laki-laki itu sama seperti laki-laki di masa lalunya.

Pengambilan tema tersebut disimpulkan dari beberapa pertimbangan

antara lain masalah demi masalah datang secara bertubi-tubi yang membuat

hidupnya semakin tidak tenang. Cara pandang terhadap suatu masalah yang

hanya dari sisi pribadinya membuat Yuyun merasa dialah yang paling benar.

Ia melihat permasalahan ini hanya dari sisi pribadinya sendiri tanpa melihat

dari sisi orang lain, sehingga membuat hatinya semakin keras dan angkuh.

Tema yang diambil juga didasarkan pada klimaks dari cerbung ACTP

karya Adinda AS yang menunjukkan gejolak emosi Yuyun sebagai perempuan

yang keras kepala dan angkuh dalam menghadapi persoalan hidup. Secara garis

besar tokoh ini ingin menunjukkan bahwa dirinyalah yang paling menderita

dan yang patut untuk didukung, namun setelah mengetahui kejadian yang

sebenarnya, akhirnya Yuyun pun sadar atas sifat keangkuhannya selama ini.

3. Sarana-Sarana Sastra

Sarana-sarana sastra dapat diartikan sebagai metode pengarang memilih

dan menyusun detail cerita agar tercapai pola-pola yang bermakna. Metode

semacam ini perlu karena dengannya pembaca dapat melihat berbagai fakta

melalui kacamata pengarang, memahami apa maksud fakta-fakta tersebut

sehingga pengalaman pun dapat dibagi. Sarana-sarana sastra yang terdapat

dalam cerbung ACTP karya Adinda AS adalah sebagai berikut:

Page 66: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

104

a. Judul

Menurut Stanton, judul selalu relevan terhadap karya yang

diampunya sehingga keduanya membentuk suatu kesatuan. Pendapat ini

dapat diterima ketika judul mengacu pada sang karakter utama atau satu latar

tertentu. Akan tetapi, judul tidak selalu mengacu pada detail yang menonjol.

Judul semacam ini sering menjadi penunjuk makna cerita yang

bersangkutan. Judul dari cerbung karya Adinda AS ini adalah Ara-ara

Cengkar Tanpa Pinggir. ’Ara-ara’ merupakan tanah luas tanpa pepohonan

(Poerwadarminta, 1939: 18).

Judul cerbung Ara-ara Cengkar Tanpa Pinggir mempunyai makna

tersendiri. Pada kata “ara-ara cengkar” yang dimaksud bukan tanah tandus

yang luas, melainkan kata tersebut menyimbolkan sebuah permasalahan

yang datang secara bertubi-tubi. Rasa kecewa terhadap masa lalu membuat

Yuyun menjadi sosok perempuan yang keras kepala dan angkuh, sehingga

menyebabkan dirinya sendiri dan orang lain menderita. Rasa dendam yang

membakar hati membuat Yuyun bersikap keras kepada semua orang yang

tulus mencintainya, sehingga menimbulkan beberapa konflik dalam

hidupnya. Mulai dari kedatangan Heru yang mengingatkan rasa kecewanya

di masa lalu, pandangan Lisa yang mulai mengusik, perkataan Hary yang

menyinggung hati, hingga perlakuan Endra yang mulai memusuhinya.

Semua itu membuat Yuyun semakin berat dalam menjalani hidup. Relevansi

judul dengan pokok permasalahan dalam cerita terurai pada kutipan berikut:

Kutipan:

Tekane Heru sing dianggep nggrogoti uripe. Panyawange mripate Lisa

wektu Yuyun mulang ing ngarep kelas. […]ora tahan rasane Yuyun

tansah nyingkur lan selak. Eseme Pak Guru Haryanto sing lucu

Page 67: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

105

ngelingake pocapane sing tau tumuju mring dheweke[…]. Luwih-luwih

patrape Endra, sabubare prastawa iku Yuyun dianggep mungsuh satru

bebuyutan. Mendah isin lan sedih rasaning ati, kaping pindho Yuyun

diundang ing kantor Polisi Polsek[…]. Lelakon-lelakon anyar sing

mung nambahi ruwete perkara-perkara sing sakawit wae durung

nganti rampung uga. (Seri 11: 25)

Terjemahan:

Kedatangan Heru yang dianggap menggerogoti ketenangan hidupnya.

Pandangan mata Lisa saat Yuyun mengajar di depan kelas. […]tidak

tahan rasanya Yuyun selalu menyingkir dan menghindar. Senyuman

Pak Guru Haryanto yang lucu mengingatkan ucapannya yang pernah

tertuju kepada dirinya[…]. Terlebih sikap Endra setelah peristiwa itu

Yuyun dianggap sebagai musuh bebuyutan. Betapa malu dan sedih

rasanya hati, dua kali Yuyun diundang ke kantor Polisi Polsek[…].

Masalah-masalah baru yang hanya menambah keruwetan masalah lama

yang belum sampai tuntas juga.

Kata “tanpa pinggir” yang berarti tanpa batas, diartikan bahwa

masalah yang datang tersebut tanpa ada akhirnya. Masalah demi masalah

selalu datang dalam kehidupan Yuyun sehingga membuat hidup Yuyun

terasa tidak tenang, bahkan Yuyun mencoba pindah ke tempat lain untuk

menjauhi konflik-konflik yang menimpanya, tapi bukannya kedamaian

yang dirasakan namun malah konflik baru yang ia dapatkan. “Tanpa

pinggir” dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

“Dhuh Gusti, punapa wanita ingkang kuciwa punika kedah taksih

nandang sakit malih?” mengkono sesambate Yuyun. (Seri 14: 25)

Terjemahan:

“Ya, Tuhan, apakah perempuan yang kecewa ini harus merasakan

penderitaan lagi?” begitu rintihan Yuyun.

Kutipan di atas menjelaskan bahwa masalah demi masalah secara

bertubi-tubi datang menghampiri kehidupan Yuyun, sehingga membuktikan

bahwa judul yang diambil oleh pengarang masih relevan dengan

keseluruhan cerita. Pengarang menggunakan judul Ara-ara Cengkar Tanpa

Page 68: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

106

Pinggir yaitu berdasarkan perjalanan tokoh utama dalam menjalani

kehidupan yang penuh dengan masalah yang tak kunjung ada habisnya.

b. Sudut Pandang

Sudut pandang merupakan pusat kesadaran tempat kita dapat

memahami setiap peristiwa dalam sebuah cerita. Sudut pandang yang

digunakan dalam cerbung ACTP karya Adinda AS adalah orang ketiga tidak

terbatas. Artinya pengarang mengacu pada setiap karakter dan

memposisikannya sebagai orang ketiga. Pengarang juga dapat membuat

beberapa karakter melihat, mendengar, atau berpikir atau juga saat ketika

tidak ada satu karakter pun hadir. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Yen dirasak-rasakake Yuyun ngendikane Pak Santo mau lagune kaya

nyalahake dheweke uga. Wah, sajake Pak Santo lan ibu priyayi sing

kinurmatan iki wis bisa “diperalat” wong sugih sing jenenge Heru.

Mbuh semono gedhene pandakwa lan sujanane Yuyun marang Heru.

(Seri 14: 39)

Terjemahan:

Kalau dirasakan Yuyun bicaranya Pak Santo tadi lagunya seperti

menyalahkan dirinya juga. Wah, sepertinya Pak Santo dan ibu priyayi

yang terhormat ini sudah bisa “diperalat” orang kaya yang bernama

Heru. Demikian besarnya prasangka dan curiga Yuyun terhadap Heru.

Sudut pandang orang ketiga tidak terbatas juga membuat pengarang

mengetahui keadaan sekitar yang dialami tokoh. Misalnya, pengarang

mengetahui keadaan Yuyun yang sedang bersedih. Dia duduk dan pada saat

itu angin berhembus pelan menyentuh hatinya sehingga membuat Yuyun

semakin terbuai dalam kesedihan. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Sumilire angin krasa ngelus ati. Rasa trenyuh, mrinding lan sedih dadi

siji. Lisa murid sing pinter dhewe, murid sing disayang dhewe

Page 69: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

107

dumadakan wiwit dimungsuhi. Dumadakan Yuyun asikep kasar bareng

ngerti dheweke anake Heru sing tau natoni atine. (Seri 3: 24)

Terjemahan:

Desiran angin terasa menyentuh hati. Rasa kasian, merinding dan sedih

menjadi satu. Lisa murid terpandai, murid yang paling disayang tiba-

tiba mulai dimusuhi. Tiba-tiba Yuyun bersikap kasar setelah tahu

bahwa dia anaknya Heru yang pernah menyakiti hatinya.

Berdasarkan kutipan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa sudut

pandang yang digunakan pengarang dalam cerbung Ara-ara Cengkar Tanpa

Pinggir karya Adinda AS adalah orang ketiga tidak terbatas. Pengarang

dapat membuat beberapa karakter melihat, mendengar, atau berpikir atau

juga saat tidak ada satu karakter pun hadir.

c. Gaya dan Tone

1) Gaya

Gaya dalam sastra merupakan cara pengarang dalam menggunakan

bahasa. Gaya bahasa yang digunakan oleh pengarang dalam cerbung ACTP

karya Adinda AS ini tidak rumit, lugas sehingga mudah untuk dipahami oleh

pembaca, walaupun di dalamnya terdapat perumpamaan, namun dalam batas

yang sederhana dan tidak teralu sulit untuk dipahami. Kata-kata dalam

cerbung ini sederhana tetapi dirangkai sedemikian rupa sehingga terkesan

tidak realis, namun imajinatif. Perumpamaan yang terdapat dalam cerbung

ACTP karya Adinda AS sebagai berikut.

(a) Rasane arep pecah-pecaha

Pengarang menggunakan kalimat tersebut untuk menggambarkan

keadaan yang runyam ketika Yuyun dihadapkan oleh sebuah konflik.

Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Page 70: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

108

Kutipan:

Rasane arep pecah-pecaha ngadhepi kedadeyan wingi kae. Luwih

dening kuwi tatu lawas sing sasuwene iki kasil dilali-lali, saiki

kecenthok perih. (Seri 2: 24)

Terjemahan:

Rasanya seperti mau pecah saja menghadapi peristiwa kemarin itu.

Terlebih dari itu luka lama yang selama ini berhasil dilupakan,

sekarang kembali terungkit pedih.

(b) Tanpa manis-manis lambe

Perumpamaan tersebut digunakan untuk mengungkapkan ketika

Heru sedang berbincang dengan Yuyun. Perumpamaan tanpa manis-manis

lambe mengandung arti tanpa basa-basi, sehingga ucapan yang keluar dari

mulut Heru langsung menuju pada pokok permasalahan. Terbukti dalam

kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Nanging saiba tegele Heru tanpa manis-manis lambe terus terang

jaluk pangerten lan panyengkuyunge Yuyun kekasihe, amarga Heru

dipeksa nikahi Rima, kenya putri kancane Paman Hardjo. (Seri 2: 24)

Terjemahan:

Namun betapa teganya Heru tanpa manis-manis bibir berterus terang

meminta pengertian dan dukungan Yuyun kekasihnya, karena Heru

dipaksa menikahi Rima, putri temannya Paman Hardjo.

(c) Kaya mangan woh simalakama

Pengarang menggunakan gaya bahasa perumpamaan tersebut

untuk menerangkan keadaan ketika Heru dihadapkan dengan pilihan yang

sangat sulit dalam hidupnya. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Ngisin-isini pawongan priya dhewasa Insinyur pisan, nangis bingung

ngadhepi prakara sing jare kaya mangan woh simalakama.(Seri 2:24)

Terjemahan:

Memalukan seorang laki-laki dewasa Insinyur pula, menangis

kebingungan menghadapi masalah yang katanya seperti makan buah

simalakama.

Page 71: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

109

(d) Pendheman sengit wis ngobong sakujur awake

Pengarang menggunakan majas hiperbola untuk menggambarkan

perasaan Yuyun yang sangat marah akibat dendam yang terpendam dalam

hatinya. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Pendheman rasa sengit wis ngobong sakujur awake. Grengsenging

urip nom-noman kari pangangen. (Seri 3: 25)

Terjemahan:

Dendam perasaan iri telah membakar seluruh tubuhnya. Keinginan

hidup masa remaja tinggal kenangan.

(e) Kaya eyub-adheme tlaga

Perumpamaan itu digunakan pengarang untuk menggambarkan

keadaan sorot sinar mata Heru yang teduh dan sejuk seperti sejuknya

telaga. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Sunar mripate Heru eyub adhem. Kaya eyub-adheme tlaga sing wis

nate ngeremake jiwa ragane Yuyun ing dhasare! (Seri 3: 25)

Terjemahan:

Sinar mata Heru teduh sejuk. Seperti teduh-sejuknya telaga yang

pernah menenggelamkan jiwa raga Yuyun sampai ke dasarnya.

(f) Kebo kacucuk irunge

Pengarang menggunakan peribahasa itu untuk menggambarkan

keadaan Heru seperti orang bodoh yang selalu menuruti perintah paman

Hardjo dengan menikahi perempuan yang tidak pernah dikenal dan

dicintai. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Amarga kangelan nemokake dunungmu, aku ora bisa suwala nalika

paman mbaleni pamundhute ing wektu sebanjure. Paribasakna kebo

kacucuk irunge aku lungguh jejer ing kursi penganten ing sisihe

wanita sing durung tak tepungi apa maneh tak tresnani.” (Seri 5: 25)

Page 72: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

110

Terjemahan:

“Karena kesulitan menemukan keberadaanmu, saya tidak bisa

menghindar ketika paman mengulangi permintaannya di waktu lain.

Seperti kerbau dicocok hidungnya saya duduk di pelaminan di

samping perempuan yang belum dikenal apalagi dicintai.”

(g) Kaya strom

Pengarang menggunakan majas atau gaya bahasa hiperbola

tersebut untuk menerangkan ketika Yuyun berjabat tangan dengan Heru

ada rasa yang aneh dalam dirinya. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Dirasakake getere alus tangane priya iku kaya strom mrasuk sakujur

awake Yuyun. (seri 8: 24)

Terjemahan:

Dirasakan getaran halus tangan laki-laki itu seperti setrum masuk

menjalar ke seluruh tubuh Yuyun.

(h) Buneg puteg

Pengarang menggunakan kalimat tersebut untuk menggambarkan

keadaan tokoh Heru yang sangat kalut dan bingung dalam menghadapi

konflik hidupnya. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Pancen tau nalika uteg lan atiku isih buneg puteg. Rasa kuciwa isih

nyengkerem jiwaku meh wae bayi abang iku tak tekeg gulune

kepancing rasa judheg ing atiku ngrungokake kekejere tangis bayi ora

meneng-meneng.” (Seri 15: 24)

Terjemahan:

“Memang pernah ketika otak dan hatiku masih gelap kalut. Rasa

kecewa masih mencekam jiwaku hampir saja bayi merah itu ku cekik

lehernya terpancing rasa jengkel di hatiku mendengar tangis bayi tak

henti-henti.”

(i) Sakuku irenge

Perumpamaan tersebut digunakan pengarang untuk menjelaskan

harga barang mahal yang Lisa berikan untuk Yuyun, meskipun sangat

Page 73: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

111

mahal namun nominal tersebut hanya sebagian kecil dari semua kekayaan

yang dimilikinya. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Mula yen Lisa ngaturi wong sing banget ditresnani barang sing

mbejaji iki dudu babagan luar biasa. Nadyan mbejaji gedhe nanging

ora ana sakuku irenge. (Seri 15: 25)

Terjemahan:

Maka kalau Lisa memberi orang yang sangat dicintai sebuah barang

yang mahal ini bukan hal luar biasa. Meskipun sangat mahal namun

tidak ada sekuku hitamnya.

Kutipan-kutipan di atas membuktikan bahwa Adinda AS selaku

pengarang cerbung ACTP mempunyai pengetahuan yang luas. Terbukti

dari banyaknya gaya bahasa yang digunakan dalam cerbung ACTP, beliau

mampu mengolah kata-kata sedemikian rupa sehingga menjadi kata yang

indah dan imajinatif.

2) Tone

Tone adalah sikap emosional pengarang yang ditampilkan dalam

cerita. Tone bisa menampak dalam berbagai wujud, baik yang ringan,

romantis, ironis, misterius, senyap, bagai mimpi, atau penuh perasaan.

Cerbung ACTP ini pengarang menggunakan tone tegang seperti yang terjadi

ketika Yuyun bertemu dengan Heru, laki-laki di masa lalu yang pernah

menyakitinya. Sebelas tahun tidak bertemu membuat suasana pertemuan

tersebut menjadi tegang. Tone tegang dapat terlihat dalam kutipan berikut:

Kutipan:

Oh, sawijing patemon sing dadakan. Patemon sing babar pisan ora dak

karepke, panjerite Yuyun jroning ati. Awake Yuyun sanalika lemes,

rasane adem panas. Dheweke ora bisa kumecap apa-apa, nalika priya

kuwi ngulungake tangane ngajak salaman ora diglagati. Yuyun mung

bungkem slumengeren. Sirahe ditekuk jero. Atine tratapan,

panyawange kemepyur, dhadha horeg, poyang-payingan. (Seri 1: 25)

Page 74: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

112

Terjemahan:

Oh, sebuah pertemuan yang mendadak. Pertemuan yang sama sekali

tidak diharapkan, jeritan Yuyun dalam hati. Badan Yuyun seketika

lemas, rasanya panas dingin. Dirinya tak mampu berkata-kata lagi

ketika laki-laki itu menyodorkan tangannya mengajak bersalaman yang

tak kuasa disambut. Yuyun hanya bungkam terpana. Kepalanya

tertunduk dalam. Hatinya bergejolak, pandangannya kabur, dada

berdegup kencang tak karuan.

Tone amarah dihadirkan pengarang dengan menampilkan tokoh

Yuyun ketika teringat sakit hatinya terhadap Heru. Terbukti dalam kutipan

sebagai berikut:

Kutipan:

“Saiki kowe wis sukses, Mas Heru. Apa sing mbok angen-angen karo

aku mbiyen wis bisa kagayuh kabeh. Uripmu sukses. Kowe wis menang.

Kamenangan kanthi ancik-ancik ajure panguripane liyan. Ah, pancen

kowe wong lanang sing kepengin kepenak dhewe. Kowe licik. Wong

lanang licik, pengecut. Khianat!!” Sewu pamisuh lan sewu cecamah

gemrunggung ngebaki dhadha sing gawe pulung atine Yuyun sangsaya

perih wae. (Seri 3: 24)

Terjemahan:

“Sekarang kamu sudah sukses, Mas Heru. Apa yang kau cita-citakan

bersamaku dulu telah tercapai semua. Hidupmu sukses. Kamu menang.

Kemenangan di atas kehancuran hidup orang lain. Ah, memang kamu

seorang laki-laki yang ingin enak sendiri. Kamu licik. Laki-laki licik,

pengecut. Khianat!!” Seribu cacian dan umpatan menggema memenuhi

dada yang membuat ulu hati Yuyun semakin pedih saja.

Tone di atas menunjukkan sikap emosional pengarang yang

ditampilkan dalam cerita. Menggambarkan keadaan yang penuh marah,

emosi terhadap Heru. Selanjutnya juga terdapat tone sedih dalam cerbung

ACTP yang ditampilkan pengarang ketika Yuyun membaca surat dari Heru.

Seketika hati Yuyun diliputi perasaan sedih yang menyesakan dada sehingga

membuatnya menangis. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Yuyun nora kwawa mbacutake maca layang abang jambu iki. Sanalika

sirahe rasane mumet banget. Rasa sedih, trenyuh lan bingung ngumpul

dadi siji nyesak ing dhadha sing rasane kaya arep mbledhos-

Page 75: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

113

mbledhosa. Ah, Mas Heru ora tau lali dina klairane. Yuyun dhewe lali

dina iki dina pungkasan ing umure sing 33 taun. Yuyun ora kwawa

ngempet mbludaging pangrasa lan emosi, dheweke ngrungkebi tangane

sandhuwuring meja. Yuyun nangis mingseg-mingseg. Tangis wadon

sing getir. Tangis panalangsa ing kantor guru sing adhem lan sepi.

(Seri 6: 24)

Terjemahan:

Yuyun tak mampu melanjutkan membaca surat merah jambu ini. Tiba-

tiba kepalanya terasa pening. Rasa sedih, haru dan bingung kumpul jadi

satu menyesak di dada yang rasanya seakan mau meledak saja. Ah, Mas

Heru tidak pernah lupa hari lahirnya. Yuyun sendiri lupa hari ini adalah

hari terakhir diusianya yang 33 tahun. Yuyun tak kuasa menahan luapan

perasaan dan emosi, dia menelungkupkan tanganya di atas meja. Yuyun

menangis tersedu-sedu. Tangis perempuan yang pahit. Tangis sedih di

kantor guru yang dingin dan sepi.

Tone senyap dihadirkan pengarang dengan menampilkan tokoh

Yuyun yang merasakan kehangatan dan kedamaian hati ketika memeluk

Lisa, gadis kecil yang tulus menyayanginya. Terbukti dalam kutipan berikut:

Kutipan:

Dirungkebake raine ing dhadhane. Angeting luh krasa nembus kulit

dhadhane. Rinasa sebongkah katentreman ing atine Yuyun. Alusing

tangan bocah sing ngelus cengkaring atine. Katentreman sing tuwuh

saka bocah cilik sing butuh sih katresnane biyung. Kaanan kaya ngono

mau mlaku sawetara suwe. (Seri 8: 24)

Terjemahan:

Ditelungkupkan wajahnya ke dadanya. Hangatnya air mata menembus

kulit dadanya. Terasa sebongkah kedamaian di hati Yuyun. Halusnya

tangan anak yang mengusap hatinya. Kedamaian yang datangnya dari

anak kecil yang membutuhkan kasih sayang seorang ibu. Keadaan

seperti itu tadi berjalan cukup lama.

Cerbung ACTP juga terdapat tone bahagia. Pengarang menampilkan

sikap emosional dengan penuh perasaan bahagia yang ditampilkan oleh

tokoh Yuyun. Yuyun merasa bahagia ketika kedatangannya kembali ke

sekolah setelah sakit disambut senyuman bahagia oleh murid-muridnya.

Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Page 76: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

114

Kutipan:

Dina sepisan Yuyun bali mulang maneh, murid-muride nyambut

mbagekake gurune kanthi bungah. Nalika Bu Guru mlebu ing kelas,

bocah-bocah wis lungguh tumata rapi ing bangkune dhewe-dhewe.

Lungguh anteng kanthi praupan sumringah. Ing ngarep kelas Yuyun

ora tumuli lungguh. Dheweke ngadheg ngadhepi muride. Disawang

bocah-bocah siji-siji. Kabeh padha nyawang gurune kanthi esem

seneng. (Seri 8: 25)

Terjemahan:

Hari pertama Yuyun mengajar kembali, murid-muridnya menyambut

gurunya dengan gembira. Ketika Bu Guru masuk ke dalam kelas, anak-

anak sudah duduk dengan rapi di bangkunya masing-masing. Duduk

tenang dengan wajah ceria. Di depan kelas Yuyun tidak segera duduk.

Dia berdiri menghadap muridnya. Dipandangi anak-anak satu per satu.

Semua memandang gurunya dengan senyuman bahagia.

Tone di atas menunjukkan sikap emosional pengarang yang

ditampilkan dalam cerita. Menggambarkan keadaan yang begitu nyaman

dan penuh perasaan bahagia karena disambut dengan senyuman bahagia

oleh orang-orang tersayang.

Berdasarkan kutipan-kutipan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa

pengarang dalam cerbung ACTP menggunakan tone tegang, tone amarah,

tone sedih, tone senyap, dan tone bahagia. Rasa bencinya terhadap Heru

membuat Yuyun menjadi perempuan yang angkuh dan egois, namun

kemudian dirinya sadar atas kesalahan-kesalahan dan menjadi sosok yang

lebih baik. Yuyun meminta maaf kepada Heru dan ingin memulai semuanya

dari awal. Imajinasi pengarang sangat keluar melalui cerbung ACTP ini,

memberikan sesuatu yang estetis melalui kata-kata yang dipilih kemudian

dirangkai sepadu mungkin. Terkadang paduan kata terlihat kurang realis,

namun pengarang menghadirkan kata dengan penuh imajinasi yang tidak

begitu sulit untuk dimengerti dan dipahami oleh pembaca.

Page 77: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

115

d. Simbolisme

Simbol merupakan salah satu cara untuk menampilkan gagasan dan

emosi agar tampak nyata. Simbol berwujud detail-detail konkret dan faktual

serta memiliki kemampuan untuk memunculkan gagasan dan emosi dalam

pikiran pembaca. Ada beberapa simbol yang menarik dalam cerbung Ara-

ara Cengkar Tanpa Pinggir karya Adinda AS antara lain:

(a) Madu kembang manis

Madu kembang manis menjadi simbol untuk menjelaskan

keperawanan atau kesucian seorang perempuan. Terbukti dalam kutipan

sebagai berikut:

Kutipan:

“Nanging saiba tegele kowe mbuwang aku ngono wae sawise mbok

cecep madu kembang manisku, kasucenku lan kabeh pakurmatan sing

dadi makuthaning wanita.” (Seri 2: 24)

Terjemahan:

“Namun betapa teganya kau membuang diriku begitu saja setelah

berhasil kau reguk madu bunga manisku, kesucianku dan semua

kehormatan yang menjadi mahkotanya perempuan.”

(b) Niba tangi

Pengarang menggunakan simbol niba tangi untuk menerangkan

bahwa Yuyun dalam kondisi yang susah dan menyedihkan. Terbukti

dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Nanging ora ana pawongan siji wae sing ngerti nalika aku mlayu

niba tangi.” (Seri 2: 25)

Terjemahan:

”Namun tidak ada satupun orang yang tahu ketika saya lari jatuh

bangun.”

Page 78: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

116

(c) Bibit

Kata bibit digunakan pengarang untuk menyimbolkan sperma laki-

laki. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Kasengsaranku sangsaya lengkap nalika bibit sing mbok sebar

thukul ngrembaka ing kandhutanku sing dak konangi rong wulan

sawise aku mlayu.” Mengkono pamuwuse Yuyun sing nembe

kacuwan. (Seri 2: 25)

Terjemahan:

“Penderitaanku menjadi lengkap ketika benih yang kau tabur tumbuh

subur dalam rahimku yang baru kusadari dua bulan kemudian dalam

pelarianku.” Begitulah ungkapan Yuyun yang sedang kecewa.

(d) Lawang

Kata lawang digunakan pengarang untuk menyimbolkan hati.

Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Bocah-bocah iki tansah ana panggonan ing jroning atine, nadyan ora

ana priya siji wae sing diwengakake lawang iki. (Seri 3: 24)

Terjemahan:

Anak-anak ini selalu ada tempat di dalam hatinya, meskipun tidak ada

seorang laki-laki pun yang dibukakan pintu ini.

(e) Esem pait

Pengarang menggunakan kata esem pait untuk menyimbolkan

tindakan yang dilakukan tokoh tidak sesuai dengan kenyataan yang sedang

dirasakan. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Dheweke mung mesem sing dirasa esem pait. (Seri 4: 24)

Terjemahan:

Dia hanya tersenyum yang dirasa senyum pahit.

Page 79: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

117

(f) Ngalor ngidul ngetan ngulon

Pengarang menggunakan simbol ngalor ngidul ngetan ngulon

untuk menerangkan bahwa Heru berputar-putar ke segala tempat untuk

mencari Yuyun. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Ngalor ngidul ngetan ngulon, menyang papan sing tau kita ambah

tak ubeg-ubeg sapa ngerti sliramu ing kono.” (Seri 5: 25)

Terjemahan:

“Segala arah saya mondar-mandir, ke tempat yang pernah kita datangi

ku datangi siapa tahu dirimu di tempat itu.”

Semua kutipan-kutipan di atas membuktikan bahwa pengarang

menggunakan simbol-simbol tertentu untuk mengungkapkan tujuannya

atau sesuatu hal yang lain.

e. Ironi

Ironi adalah cara untuk menunjukkan sesuatu yang berlawanan

dengan yang telah diduga sebelumnya. Dunia fiksi ada dua jenis ironi yang

dikenal luas yaitu 'ironi dramatis' dan 'tone ironis'. Berikut ironi yang

terdapat dalam cerbung Ara-ara Cengkar Tanpa Pinggir karya Adinda AS.

1) Ironi Dramatis

Ironi dramatis muncul melalui kontras diametris antara penampilan

dan realitas, antara maksud dan tujuan seorang karakter dengan hasilnya

atau antara harapan dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Ironi dramatis yang terdapat dalam cerbung ACTP karya Adinda AS

terjadi ketika Yuyun berjalan dengan tergesa-gesa menuju rumah

kontrakannya. Yuyun merasa tidak tenang dengan kehadiran Heru. Dia

mencoba mencari becak disekitar jalan tersebut dan juga taksi yang

Page 80: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

118

biasanya mangkal, namun sayang ternyata tidak ada satupun kendaraan

umum di tempat itu. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Kepengine Yuyun enggal-enggal tekan omah pondhokane. Apes, ora

ana becak sing liwat. Taksi sing biasane akeh mangkal nunggu

panumpang ing kono ya ora ana.[…] (Seri 1: 25&49)

Terjemahan:

Keinginannya Yuyun bisa cepat-cepat sampai ke rumah kontrakannya.

Sial, tidak ada becak yang lewat. Taksi yang biasanya mangkal

menunggu penumpang di tempat itu juga tidak ada. […]

Ironi dramatis dalam cerbung ACTP selanjutnya juga dialami oleh

tokoh bawahan, yaitu Lisa. Lisa datang kepada Yuyun menyampaikan

maksud dan tujuannya yang ingin berkunjung ke rumah Yuyun bersama

ayahnya. Lisa dengan semangat menyampaikan hal tersebut, namun dengan

beberapa alasan Yuyun menolak keinginan Lisa. Seketika semangat Lisa

lenyap dan berubah menjadi rasa kecewa. Keadaan itu tidak sesuai dengan

pikiran Lisa, karena dia mengira bahwa hari itu dia dan ayahnya dapat

berkunjung ke rumah Yuyun. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Pulanglah. Sampaikan papamu, nanti sore Bu Guru tidak ada di

rumah. Bu Yun janji, nanti kapan-kapan kita rekreasi ramai-ramai.

OK?” Pundhake Lisa dipuk-puk kanggo luwih ngyakinake. Lisa rada

lega, nadyan rasa kuciwa isih mbayang ing raine. Lisa ninggalake

gurune kanthi tembung pamit sing ora gemrapyak kaya adate. (Seri 4:

24)

Terjemahan:

“Pulanglah. Sampaikan papamu, nanti sore Bu Guru tidak ada di rumah.

Bu Yun janji, nanti kapan-kapan kita rekreasi ramai-ramai. OK?”

Ditepuk-tepuk bahu Lisa untuk lebih meyakinkan. Lisa agak lega sekali

pun kekecewaan masih terbayang di wajahnya. Lisa meninggalkan

gurunya dengan ucapan pamit tidak seriang seperti biasanya.

Ironi dramatis juga dialami oleh tokoh Heru. Heru sudah

memantapkan tekadnya untuk memperjuangkan cintanya meskipun akan

Page 81: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

119

ada halangan yang menghadang. Heru datang ke kos-kosan Yuyun dengan

semangat yang menggebu-gebu untuk menyampaikan tujuan dan tekadnya,

namun setelah Heru tahu bahwa Yuyun sudah pergi tanpa pamit dari

kosannya, seketika Heru berubah menjadi kecewa dan sedih kehilangan

Yuyun. Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Saiba sedhih, bingung lan kuciwane atiku, nalika aku wis gumolong

ing tekadku ngantebi tresnaku, njaga lestarine tresna iki. Aku nedya

urip bebarengan karo sliramu nadyan kabeh wong nganggep aku anak

sing ora nduwe rasa panuwun marang kabecikane wong tuwa. Malah

mbok menawa ana sing ngarani aku anak duraka! Nalika esuke aku

mara ing pondhokanmu, kamarmu wis kosong. Sliramu lunga tanpa

ninggal weling. Lunga tanpa pamit.” (Seri 5: 24)

Terjemahan:

“Rasa sedih, bingung dan kecewa hatiku, ketika saya sudah yakin dalam

tekadku memantapkan cintaku, menjaga lestarinya cinta ini. Saya

bertekad hidup bersama dirimu meskipun semua orang menganggap

saya anak yang tidak punya rasa berterima kasih terhadap kebaikan

orang tua. Bahkan mungkin ada yang menyebut saya anak durhaka!

Ketika paginya saya datang ke kosanmu, kamarmu sudah kosong.

Dirimu pergi tanpa meninggalkan pesan. Pergi tanpa pamit.

2) Tone Ironis

Tone ironis digunakan untuk menyebut cara berekspresi yang

mengungkapkan makna dengan cara berkebalikan. Cerbung ACTP tone

ironis ditunjukkan ketika Yuyun ditanya oleh Lisa apakah ia sudah benar-

benar sehat ataukah belum. Yuyun menjawab sudah membaik dengan

ekspresi senyuman. Ekspresi senyum Yuyun dalam menjawab pertanyaan

Lisa tersebut berlainan dengan apa yang dirasakan Yuyun saat itu. Terbukti

dalam kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

”Sekarang Bu Yun sudah sehat benar?” mripate Lisa nyawang mripate

gurune kebak kawigaten. Yuyun kecipuhan mangsuli. Dheweke mung

Page 82: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

120

mesem sing dirasa esem pait. Bocah cilik saumure Lisa ora bakal

ngerti yen sajatine ibu gurune ngendhem penyakit sing sumbere saka

bapake Lisa dhewe. Yuyun mung manthuk-manthuk. (Seri 4: 24)

Terjemahan:

”Sekarang Bu Yun sudah sehat benar?” mata Lisa menatap mata

gurunya penuh perhatian. Yuyun kerepotan menjawab. Dia hanya

tersenyum yang dirasa senyum pahit. Anak kecil seumur Lisa tidak

akan mengerti bahwa sebenarnya ibu gurunya sedang memendam

penyakit yang bersumber dari ayahnya Lisa sendiri. Yuyun hanya

mengangguk-angguk.

Berdasarkan kutipan-kutipan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa

pengarang menuangkan kontras diametris antara penampilan dan realitas,

maksud dan tujuan seorang karakter dengan hasilnya, harapan dengan

faktanya. Pengarang juga menuangkan ekspresi tokoh yang mengungkapkan

makna dengan cara berkebalikan. Ironi dramatis dalam cerbung ACTP karya

Adinda AS dituangkan pada tokoh Yuyun, Lisa dan Heru, sedangkan tone

ironis dituangkan pada tokoh Yuyun. Adanya ironi tersebut memperkaya

cerita dan menjadikannya menarik, menghadirkan efek-efek tertentu,

memperdalam karakter, merekatkan struktur alur dan dapat menggambarkan

sikap pengarang.

4. Keterkaitan Antarunsur

Unsur struktural yang terdapat dalam cerbung Ara-ara Cengkar Tanpa

Pinggir karya Adinda AS menunjukkan adanya hubungan yang erat dan saling

mengkait antara unsur satu dengan unsur yang lain. Unsur struktural dalam

cerbung ini meliputi fakta-fakta cerita (karakter, latar atau setting dan alur),

tema, dan sarana-sarana sastra (judul, sudut pandang, simbolisme, gaya dan

tone, serta ironi) yang dirangkum menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga

mampu membentuk makna secara keseluruhan cerita.

Page 83: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

121

Ditinjau dari fakta-fakta cerita yang meliputi karakter, latar atau setting

dan alur, ketiga unsur ini memiliki hubungan yang erat dan saling kait-mengkait

membentuk satu kesatuan yang utuh. Tema cerbung yaitu kekerasan hati

seorang perempuan yang menyebabkan dirinya dan orang lain menderita. Tema

juga mempengaruhi latar yang tadinya tinggal di kota kemudian meminta

dipindahkan mengajar di sebuah desa terpelosok yang jauh dari kota. Dilihat

dari alur dapat menunjukkan tokoh yang keras kepala dan angkuh untuk

mempertahankan pendiriannya yang merupakan akibat dari dendam yang

terpendam dalam hatinya. Tema akan mempengaruhi karakter, latar serta alur

cerita yang akan disampaikan oleh pengarang. Berdasarkan tema tersebut

mempengaruhi seorang karakter bertindak sesuai dengan tema yang diangkat.

Secara spesifik mengacu pada kekerasan hati tokoh utama dalam

mempertahankan pendiriannya memendam dendam dan kebenciannya terhadap

Heru. Rasa benci dan dendam tersebut menimbulkan beberapa konflik dalam

hidupnya sehingga membuat hidupnya berubah menjadi tidak tenang. Hal

tersebut membuat Yuyun lari menghindari masalah dengan pindah mengajar ke

desa pelosok yang jauh dari kota. Akibat kekerasan hati dan keangkuhannya

tersebut malah membuat orang-orang yang tulus mencintai Yuyun juga ikut

merasakan penderitaan.

Ditinjau dari sarana-sarana sastra yang meliputi judul, sudut pandang,

gaya dan tone, simbolisme, ironi adalah model penulisan khas dari Adinda AS

sebagai pengarang dalam menyampaikan gagasannya sehingga menjadi sebuah

cerita. Pengarang menggunakan tone tegang, amarah, sedih, senyap, dan

bahagia. Sudut pandang yang digunakan penulis Adinda AS dalam cerbung

Page 84: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

122

Ara-ara Cengkar Tanpa Pinggir adalah sudut pandang orang ketiga tidak

terbatas, artinya pengarang sepenuhnya mengetahui tentang semua seluk beluk

dalam cerita. Pengarang dapat membuat beberapa karakter melihat, mendengar,

atau berpikir. Pengarang juga dapat muncul ketika tidak ada satu karakterpun

yang hadir. Ironi Yuyun saat mengungkapkan ekspresi yang berlainan dengan

hatinya dapat memperdalam karakternya yaitu tidak ingin menjadi beban orang

lain. Adanya sarana-sarana sastra memberikan nuansa keindahan serta warna

tersendiri dalam sebuah cerita. Unsur struktural dalam cerbung Ara-ara

Cengkar Tanpa Pinggir karya Adinda AS mempunyai hubungan yang erat dan

tidak dapat dipisahkan satu sama lain serta membentuk satu kesatuan yang

indah.

Page 85: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

123

B. ANALISIS BENTUK DEFENSE MECHANISM PADA TOKOH

WAHYUNINGSIH DAN HERU PURNOMO

Tokoh utama dalam cerbung Ara-ara Cengkar Tanpa Pinggir karya Adinda

AS adalah Wahyuningsih (Yuyun) dan Heru Purnomo. Pemahaman proses

perkembangan jiwa pada tokoh Yuyun dan Heru dalam cerita bersambung Ara-ara

Cengkar Tanpa Pinggir berpangkal dari pembahasan terhadap aspek penokohan

perkembangan kepribadian dari perilaku yang terdapat dalam analisis struktural

sehingga dapat dikatakan bahwa analisis psikologi merupakan tindak lanjut dari

analisis struktural. Aspek psikologi sastra tokoh utama dalam cerita bersambung

Ara-ara Cengkar Tanpa Pinggir karya Adinda AS, akan diteliti karena beberapa

faktor penyebab, di antaranya melindungi seseorang dari situasi yang cenderung

membahayakan baginya, untuk mengatasi batin (perasaan) yang terluka, perasaan

marah, sedih dan kecewa yang dialami seseorang, menghapus kecemasan yang

dialami seseorang, dan membantu penyesuaian diri yang normal dalam kehidupan

sehari-hari.

Adanya konflik memunculkan perubahan perilaku dan perkembangan

kepribadian. Pada data analisis struktur diperoleh informasi bahwa terdapat

gangguan ketidaksadaran dari realitas yang dihadapi oleh kedua tokoh tersebut.

Menghadapi berbagai masalah, Yuyun dan Heru berupaya untuk merespon walau

terkadang menyakitkan dan konflik tidak dapat dihindari. Pertahanan psikis untuk

mempertahankan diri dan perasaan-perasaan yang terlibat akan dijabarkan pada

analisis berikut.

Bagian ini secara berturut-turut akan menjelaskan bentuk defense

mechanism pada tokoh Yuyun yang meliputi represi, sublimasi, proyeksi,

Page 86: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

124

pengalihan, rasionalisasi, reaksi formasi, regresi, agresi dan apatis. Kemudian

dilanjutkan penjelasan bentuk defense mechanism pada tokoh Heru yang meliputi

represi, pengalihan, rasionalisasi, regresi, agresi dan apatis.

1. Bentuk Defense Mechanism pada Tokoh Wahyuningsih (Yuyun)

Yuyun (Wahyuningsih) adalah seorang guru SD di salah satu sekolah yang

berada di Kota Semarang. Yuyun seorang perempuan yang sopan, sabar, dan

penyayang terhadap murid-muridnya. Ia mempunyai masa lalu yang sangat

menyakitkan sehingga membuatnya trauma terhadap setiap laki-laki yang berniat

mendekatinya. Rasa trauma tersebut juga membuatnya belum siap untuk hidup

berumah tangga meskipun usia sudah tergolong tidak muda lagi, tiga puluh tiga

tahun dan bahkan usia tersebut sudak termasuk dalam kategori sebagai perawan tua.

Banyak yang mencibirnya sebagai perawan tua, namun cibiran tersebut tidak

mampu mematahkan tekadnya yang masih ingin hidup sendiri. Yuyun berpikir

lebih baik dirinya menjalani kehidupan sendiri daripada hidup berumah tangga

namun penuh kecemasan dan tanpa kemantapan hati.

Rasa kecewanya terhadap Heru sebelas tahun yang lalu menorehkan trauma

luka yang mendalam dalam hatinya. Hal tersebut membuatnya menolak pinangan

setiap laki-laki yang ingin menikahinya. Yuyun menganggap semua laki-laki itu

sama seperti Heru. Sebelas tahun yang lalu Heru meninggalkan dirinya dengan

menikahi gadis anak konglomerat terkaya di negeri ini setelah berhasil merasakan

manisnya tubuh Yuyun. Banyak perbuatan dosa yang telah ia lakukan selama

berhubungan dengan Heru. Yuyun merasa pengorbanan dan kesetiaan cintanya

selama ini hanya dibalas dengan pengkhianatan, sehingga Yuyun memilih lari pergi

meninggalkan Heru dan keluarganya dalam keadaan hati yang terguncang. Hal

Page 87: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

125

yang lebih menyakitkan lagi terungkap bahwa dalam pelariannya, Yuyun telah

mengandung benih yang disebar oleh Heru dalam rahimnya, namun tanpa disengaja

kandungan Yuyun gugur dengan sendirinya. Peristiwa menyakitkan tersebut

menorehkan kekecewaan yang sangat mendalam dalam hati dan tidak pernah bisa

dilupakan. Itulah penyeebabnya kenapa Yuyun sangat membenci Heru dan

menganggapnya sebagai laki-laki pengecut.

Tokoh Yuyun digambarkan mengalami permasalahan yang begitu berat

dalam hidupnya. Masalah-masalah yang terjadi dalam hidupnya, menuntutnya

untuk melakukan defense mechanism dengan tujuan mengurangi efek dari konflik

yang terjadi. Defense mechanism yang dilakukan oleh tokoh Yuyun dalam cerbung

ACTP karya Adinda AS meliputi represi, sublimasi, proyeksi, pengalihan,

rasionalisasi, reaksi formasi, regresi, agresi dan apatis. Hal ini dapat dibuktikan

pada penjelasan berikut:

a. Represi (Repression)

Represi merupakan mekanisme pertahanan yang paling kuat dan luas.

Tugas represi mendorong keluar implus-implus id yang tidak diterima dari alam

sadar dan kembali ke alam bawah sadar. Represi yang dilakukan tokoh Yuyun

muncul dalam bentuk bersikap sabar untuk menghindari konflik, ketenangan

dalam menghadapi masalah, dan sikap terharu untuk menghindari konflik.

Bentuk-bentuk represi tersebut dapat dibuktikan pada penjelasan berikut.

Yuyun yang mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari Hary, teman

sekantornya melakukan represi dalam bentuk bersikap sabar. Yuyun melakukan

tindakan represi sebagai bentuk pertahanan diri untuk mengurangi konflik atas

perilaku tidak menyenangkan yang dialami. Menurut Imam Setiadi Arif (2011)

Page 88: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

126

sabar merupakan indikasi seseorang melakukan represi. Represi Yuyun dalam

bentuk sabar dapat dibuktikan pada kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Ya iki pacarku sing tak karepake. Sing lenggah ing sisihku iki.” ujare

karo sebelah tangane ngrangkul pundhake Yuyun.

“Aah… aja sembranan, ah. Isin mengko yen konangan murid-murid.

Dikira awake dhewe pacaran!” ujare Yuyun kaget. Kanthi sabar

disingkirake tangane Hary saka pundhake. Sanadyan dheweke wis kerep

krungu gojegane wong siji iki, nanging krungu omongan ngenani pacar

iki rasane atine ora kepenak. (Seri 6: 25)

Terjemahan:

“Ya ini pacarku yang ku inginkan. Yang duduk di sebelahku ini.” katanya

sambil sebelah tangannya merangkul pundak Yuyun.

“Aah… jangan main-main, ah. Malu nanti kalau ketahuan murid-murid.

Dikira kita pacaran!” sahut Yuyun terkejut. Dengan sabar disingkirkan

tangan Hary dari pundaknya. Meskipun dirinya sudah biasa mendengarkan

canda gurauan orang satu ini, namun mendengar pembicaraan soal pacar

ini rasa hatinya menjadi tidak enak.

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Yuyun melakukan defense

mechanism jenis represi dalam bentuk bersikap sabar. Represi dalam bentuk

sabar tersebut muncul untuk menekan seminimal mungkin emosional yang tiba-

tiba hadir sehingga kemunculan konflik bisa dihindari. Rasa tidak nyaman yang

ditimbulkan akibat aksi Hary digantikan dengan bersikap sabar oleh Yuyun

untuk menghindari terjadinya konflik.

Represi yang dilakukan Yuyun juga muncul dalam bentuk ketenangan

dalam menghadapi masalah. Masalah-masalah kehidupan yang hadir dihadapi

dengan keadaan tenang. Represi Yuyun bentuk ketenangan dalam menghadapi

masalah dapat dibuktikan pada kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Heeh… Dadi, dadi… kowe ngandhut wektu kuwi, Dhik?” ujare Heru

kaget. Dheweke ngadeg saka palungguhane. “Yen nggarbini kenapa ora

ngomong, malah lunga, Dhik? Endi bocah iku saiki, Dhik Ning? Ing

ngendi??”

Page 89: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

127

Yuyun njaluk dheweke lungguh maneh. Ing raine ketok gambaran rasa

kaget gedhe krungu samubarang sing ora tau kabayangake sadurunge.

“Aja gugup. Sing sareh. Mas Heru bisa mbayangake kasangsarane wong

wadon sing mlayu ing njaban rangkah amarga dikhianati priya sing

banget ditresnani?” (Seri 9: 24)

Terjemahan:

“Heeh… Jadi, jadi… Kamu hamil pada waktu itu, Dik?” ucap Heru

terkejut. Ia bangkit dari tempat duduknya. “Kalau hamil kenapa tidak

bilang, malah pergi, Dik? Di mana anak itu sekarang, Dik Ning? Di

mana??”

Yuyun minta ia duduk kembali. Di wajahnya nampak ungkapan rasa

terkejut sekali mendengar sesuatu yang tidak pernah diduga sebelumnya.

“Jangan gugup. Yang tenang. Mas Heru bisa membayangkan bagaimana

penderitaan seorang perempuan yang lari di perantauan karena dikhianati

laki-laki yang sangat dicintai?”

Situasi di atas menggambarkan bahwa Yuyun melakukan defense

mechanism jenis represi dalam bentuk ketenangan dalam menghadapi masalah.

Kondisi tersebut terjadi saat Yuyun mencoba tenang dan juga menenangkan

Heru ketika dia bercerita tentang peristiwa yang sudah dialaminya.

Pengkhianatan menjadi titik masalah dalam kasus ini, yang menyebabkan hati

seorang perempuan seperti Yuyun terluka. Bukan hanya hati saja yang terluka,

namun kehidupan Yuyun pun menjadi menderita dan meninggalkan trauma

yang sangat dalam. Membayangkan kisah masa lalunya membuat hatinya

bergejolak, namun represi dalam bentuk ketenangan dalam menghadapi

masalah timbul ketika Yuyun menceritakan peristiwa sakit hati masa lalunya

itu kepada Heru. Heru yang mendengar cerita itu memberikan reaksi terkejut,

namun untuk menghindari timbulnya konflik, Yuyun juga menenangkan Heru.

Defense mechanism jenis represi selain dalam bentuk bersikap sabar

untuk menghindari konflik, dan represi dalam bentuk ketenangan dalam

menghadapi masalah, represi yang dilakukan Yuyun juga muncul dalam bentuk

rasa terharu. Hal tersebut terjadi ketika hati Yuyun sudah mulai dibuat memanas

Page 90: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

128

oleh perkataan Lisa, namun secara tiba-tiba amarah tersebut sirna dan berubah

menjadi rasa terharu terhadap anak itu. Defense mechanism jenis represi dalam

bentuk terharu dapat dibuktikan pada kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Kata papa, mama Lisa dulu secantik Bu Yuyun,” pangucape Lisa lugu.

Atine Bu Guru kumesar. Raine rasane panas. Nanging rasa trenyuh

ngalahake sakabehing pangrasa. Tanpa sadhar Lisa dirangkul, dielus-

elus sirahe kanthi asih. Banjur dibisiki ing kupinge, “Lisa tentu saja dapat

anggap Bu Yuyun sebagai mama Lisa, bukan?” (Seri 4: 24)

Terjemahan:

“Kata papa, mama Lisa dulu secantik Bu Yuyun,” ucap Lisa polos.

Hatinya Bu Guru tak enak rasanya. Wajahnya terasa panas. Namun rasa

haru mengalahkan rasa-rasa yang lain. Tanpa sadar Lisa dipeluk, dibelai

kepalanya dengan kasih sayang. Kemudian dibisikkan di telinganya, “Lisa

tentu saja dapat anggap Bu Yuyun sebagai mama Lisa, bukan?”

Kutipan tersebut menggambarkan bahwa Yuyun melakukan defense

mechanism jenis represi dalam bentuk rasa terharu. Represi bentuk rasa terharu

muncul secara tiba-tiba di hati Yuyun. Rasa terharu tersebut muncul menekan

rasa emosional yang hampir membakar hati Yuyun. Perkataan Lisa yang tidak

sengaja menyebutkan mamanya menyebabkan Yuyun terpancing emosi. Yuyun

yang semulanya terpancing emosi dan hatinya sudah mulai memanas terhadap

perkataan Lisa, secara tiba-tiba emosi tersebut ditekan dan digantikan oleh

munculnya represi dalam bentuk rasa haru yang membuat rasa amarah beralih

menjadi rasa kasih sayang. Yuyun melakukan mekanisme pertahanan represi

dalam bentuk rasa terharu untuk menghindari terjadinya konflik yang timbul

antara Yuyun dengan Lisa.

b. Sublimasi

Sublimasi terjadi bila tindakan-tindakan yang bermanfaat secara sosial

menggantikan perasaan tidak nyaman. Sublimasi merupakan suatu bentuk

Page 91: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

129

pengalihan. Sublimasi yang dilakukan tokoh Yuyun berbentuk senyum dan

mengalihkan perhatian. Bentuk-bentuk sublimasi tersebut dapat dibuktikan

pada penjelasan berikut.

Yuyun melakukan defense mechanism jenis sublimasi dalam bentuk

senyum. Senyum dirasa lebih bermanfaat daripada sedih atau menangis sebagai

reaksi dari rasa kecewa mendalam yang sedang dialami. Sublimasi Yuyun

dalam bentuk senyum dapat dibuktikan pada kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

”Sekarang Bu Yun sudah sehat benar?” mripate Lisa nyawang mripate

gurune kebak kawigaten. Yuyun kecipuhan mangsuli. Dheweke mung

mesem sing dirasa esem pait. Bocah cilik saumure Lisa ora bakal ngerti

yen sajatine ibu gurune ngendhem penyakit sing sumbere saka bapake

Lisa dhewe. Yuyun mung manthuk-manthuk. (Seri 4: 24)

Terjemahan:

”Sekarang Bu Yun sudah sehat benar?” mata Lisa menatap mata gurunya

penuh perhatian. Yuyun kerepotan menjawab. Dia hanya tersenyum yang

dirasa senyum pahit. Anak kecil seumur Lisa tidak akan mengerti bahwa

sebenarnya ibu gurunya sedang memendam penyakit yang bersumber dari

ayahnya Lisa sendiri. Yuyun hanya mengangguk-angguk.

Kutipan di atas menggambarkan bahwa defense mechanism sublimasi

yang dilakukan Yuyun dengan tersenyum dirasa lebih bermanfaat secara sosial

untuk menggantikan perasaan tidak nyaman yang sedang dirasakan. Yuyun

lebih memilih tersenyum meskipun senyuman itu dirasa pahit daripada

bersedih mengikuti perasaan hatinya karena di depan Lisa, Yuyun sadar bahwa

anak sekecil itu tidak akan bisa mengerti perasaan orang dewasa yaitu dirinya

yang sedang memendam penyakit batin yang justru bersumber dari ayahnya

sendiri.

Bentuk defense mechanism sublimasi selanjutnya yang dilakukan

Yuyun muncul dalam bentuk mengalihkan perhatian. Rasa tidak nyaman yang

Page 92: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

130

muncul, Yuyun alihkan dengan kegiatan lain. Sublimasi Yuyun dalam bentuk

mengalihkan perhatian dapat dibuktikan pada kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Yuyun kelangan greged omong ing ngarep kelas, mula bocah-bocah

dikongkon nggarap matematik. Kanggo nyuda gorehing rasa ati Yuyun

nyoba maca buku Ilmu Jiwa Anak, nanging ora ana sing bisa nyenthel ing

utege. (Seri 3: 25)

Terjemahan:

Yuyun kehilangan nafsu berbicara di depan kelas, maka dari itu anak-anak

disuruh mengerjakan matematika. Untuk mengurangi keresahan hati

Yuyun mencoba membaca buku Ilmu Jiwa Anak, tetapi tidak ada yang

bisa masuk di otaknya.

Kondisi di atas jelas menggambarkan bahwa Yuyun melakukan

mekanisme pertahanan sublimasi dalam bentuk mengalihkan perhatian.

Perasaan tidak nyaman yang timbul digantikan dengan tindakan-tindakan yang

bermanfaat secara sosial, dan dari kutipan tersebut digambarkan bahwa Yuyun

melakukan pengalihan perhatian ketika merasa kehilangan nafsu berbicara di

depan kelas sehingga anak-anak dialihkan untuk mengerjakan matematika.

Bentuk pengalihan kedua dalam kutipan itu digambarkan ketika perasaan tidak

nyaman, yaitu keresahan hati mulai menyerang perasaan Yuyun, dialihkan

dengan mencoba membaca buku Ilmu Jiwa Anak dengan tujuan tindakan

pengalihan tersebut dapat bermanfaat untuk menghilangkan keresahannya.

Semua bentuk tindakan pengalihan yang dilakukan oleh Yuyun mempunyai

tujuan agar bermanfaat untuk dirinya sendiri maupun anak-anak didiknya.

c. Proyeksi

Mekanisme yang tidak disadari dan melindungi dari pengakuan

terhadap kondisi yang tidak menyenangkan disebut proyeksi. Proyeksi terjadi

bila individu menutupi kekurangannya dan masalah yang dihadapi

Page 93: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

131

dilimpahkan kepada orang lain. Telah dibuktikan bahwa tokoh Yuyun

mengalami beberapa kali proyeksi dalam hidupnya ketika menghadapi konflik.

Tokoh Yuyun mengalami kondisi yang tidak menyenangkan sehingga untuk

melindungi diri dengan tidak disadari ia melakukan pertahanan proyeksi.

Defense mechanism jenis proyeksi yang Yuyun lakuakan dalam bentuk

meremas-remas dan merobek surat, proyeksi dalam bentuk merobek-robek

gaun barunya, dan proyeksi dalam bentuk membanting pintu. Bentuk-bentuk

proyeksi tersebut dapat dibuktikan pada penjelasan berikut.

Yuyun setelah bertemu dengan Heru melakukan pertahanan proyeksi

dalam bentuk meremas-remas dan merobek surat yang sudah ia siapkan untuk

dikirimkan kepada Endra. Tindakan ini merupakan simbol kekesalan dan

kebencian yang mendalam kepada seorang laki-laki dan menegaskan bahwa

masalah yang nantinya akan terjadi sudah bukan masalahnya, melainkan

disebabkan oleh Heru. Proyeksi Yuyun dalam bentuk meremas dan merobek-

robek sebuah surat dapat dibuktikan pada kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Kanthi ngoso dijupuk layang sing maune arep kakirim kanggo Mas Endra.

Diremet-remet dijuwing-juwing dadi ajur sawalang-walang. Wis ben wae

ora perlu dijawab. Ora perlu ana wangsulan. Ben wae wong lanang kala-

kala nglambrang ing awang-awang ngoyak pangarep-arepe sing muspra.

(Seri 2: 24)

Terjemahan:

Dengan marah diambil surat yang rencananya akan dikirimkan untuk Mas

Endra. Diremas-remas, dirobek-robek hingga hancur menjadi serpihan-

serpihan kecil. Biarkan saja, tak perlu dijawab. Tak perlu ada jawaban.

Biarkan sekali-kali seorang laki-laki melayang-layang mengejar harapan

yang kosong.

Situasi di atas menggambarkan bahwa Yuyun melakukan defense

mechanism jenis proyeksi dalam bentuk meremas dan merobek surat. Proyeksi

Page 94: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

132

tersebut dilakukan dengan tidak sadar dan secara spontan meremas-remas dan

merobek-robek surat itu hingga hancur. Tindakan tersebut dilakukan sebagai

bentuk perlindungan diri terhadap kondisi yang tidak menyenangkan yang

sedang dialami. Simbol kekesalan tersebut ditunjukan kepada seorang laki-laki

dan proyeksi yang dilakukan dengan tujuan untuk menutupi kekurangannya,

yaitu kekurangan seorang perempuan yang hatinya tidak bisa memaafkan

kesalahan seorang laki-laki karena sudah diselimuti oleh dendam, sehingga

masalah yang dihadapi dilimpahkan kepada orang lain yaitu Endra.

Proyeksi Yuyun selain dalam bentuk yang sudah dijelaskan di atas, ia

juga melakukan proyeksi dalam bentuk merobek-robek gaun barunya. Bentuk

proyeksi tersebut dapat dibuktikan pada kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Lungaa Mas Heru. Sumingkira saka panguripanku. Minggata pengecut!!

Ora perlu dawa-dawa mbok kandhakake pawadanmu. Tindakna nek iku

pancen siji-sijine cara nggo males budi lan kabecikane pamannu sing wis

nggulawentah kowe wiwit bayi!” panjerite Yuyun histeris, rok anyar

warna pink disuwek-suwek ajur tanpa gatra, tanpa rupa. Ora ana rok

anyar, ora ana wisuda!! (Seri 2: 25)

Terjemahan:

“Pergilah Mas Heru. Pergilah dari kehidupanku. Pergilah, pengecut!! Tak

perlu panjang lebar kau kemukakan alasanmu. Lakukanlah kalau itu

memang satu-satunya cara untuk membalas budi baik pamanmu yang telah

merawatmu sejak bayi!” jerit Yuyun histeris, gaun baru warna pink

dirobek-robek hancur berantakan tanpa bentuk, tanpa rupa. Tidak ada gaun

baru, tidak ada wisuda!!

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Yuyun melakukan defense

mechanism jenis proyeksi dalam bentuk merobek-robek gaun barunya. Suasana

dalam konflik ini Yuyun telah mencapai titik tertinggi emosionalnya, sehingga

secara spontan dan tidak disadari dengan histerisnya melakukan pertahanan

proyeksi dengan merobek-robek gaun barunya. Tindakan tersebut dilakukan

Page 95: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

133

untuk melindungi diri dari pengakuan Heru yang membuat Yuyun berada pada

kondisi yang tidak menyenangkan. Pengkhianatan yang dilakukan Heru

menyebabkan kekesalan yang mendalam di hatinya. Tindakan merobek-robek

gaun barunya itu merupakan simbol kekesalan yang disebabkan oleh Heru.

Yuyun melakukan proyeksi selanjutnya dalam bentuk membanting

pintu. Bentuk proyeksi tersebut dapat dibuktikan pada kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Yuyun ora wangsulan maneh. Rerikatan mlayu metu, lawang kantor guru

dibanting kasar ninggal Hary sing isih lungguh dheleg-dheleg. Kaya

ngene iki adate Yuyun yen nembe ketaton. (Seri 7: 24)

Terjemahan:

Yuyun tidak menjawab lagi. Buru-buru lari keluar, pintu kantor guru

dibanting dengan kasar, meninggalkan Hary yang masih duduk

terlongong-longong. Demikianlah adat Yuyun kalau sudah tersinggung.

Tindakan membanting pintu merupakan simbol kekesalan dan

kemarahan yang mendalam yang ditujukan kepada Hary. Tanpa disadari Yuyun

melakukan proyeksi dalam bentuk membanting pintu sebagai bentuk

perlindungan dari pengakuan Hary yang menyebabkan Yuyun tersinggung dan

terpancing emosi, sehingga dalam situasi tersebut Yuyun berada dalam kondisi

yang tidak menyenangkan. Penyebab dari munculnya konflik ini adalah Hary

sehingga untuk menegaskan amarahnya dan menyembunyikan kekurangannya,

Yuyun memberikan simbol dengan membanting pintu dihadapan sumber

konflik yaitu Hary.

d. Pengalihan (Displacement)

Pengalihan adalah pengalihan perasaan tidak senang terhadap suatu

objek ke objek lainnya yang lebih memungkinkan. Konflik yang Yuyun hadapi

mengharuskan Yuyun melakukan defense mechanism pengalihan secara

Page 96: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

134

berulang kali. Bentuk defense mechanism pengalihan dalam konflik ini

ditunjukkan dalam wujud marah. Kemarahan yang seharusnya Yuyun tujukan

kepada Heru sebagai sumber frustasi dialihkan kepada Koh Som Bing, Nurma,

dan Lisa. Bentuk defense mechanism jenis pengalihan dalam wujud marah dapat

dibuktikan pada penjelasan berikut.

Yuyun menggunakan bentuk defense mechanism jenis pengalihan

dalam wujud sikap marah ketika dirinya merasa tidak senang dengan adanya

kehadiran Heru. Bentuk pengalihan tersebut tertuju kepada Koh Som Bing yang

tak lain adalah pemilik bengkel tempat sepeda motornya dibenahi. Kemarahan

yang seharusnya ditujukan kepada Heru sebagai sumber frustasi dialihkan

kepada Koh Som Bing, yang dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

Kepengine Yuyun enggal-enggal tekan omah pondhokane. Apes, ora ana

becak sing liwat. Taksi sing biasane akeh mangkal nunggu panumpang ing

kono ya ora ana. Jroning ati Yuyun misuhi Koh Som Bing sing nduwe

bengkel ngendhe-endhe ngrampungake reparasi speda motor bebeke sing

dilebokake ing bengkele patang dina kepungkur, durung rampung. (Seri

1: 25&49)

Terjemahan:

Keinginannya Yuyun bisa cepat-cepat sampai ke rumah kontrakannya.

Sial, tidak ada becak yang lewat. Taksi yang biasanya mangkal menunggu

penumpang di tempat itu juga tidak ada. Dalam hati Yuyun mengutuk Koh

Som Bing pemilik bengkel yang mengulur-ulur waktu menyelesaikan

sepeda motor bebeknya yang dimasukkan ke bengkelnya empat hari yang

lalu, belum selesai.

Kondisi di atas memaksa Yuyun melakukan defense mechanism jenis

pengalihan dalam wujud marah. Tindakan itu terjadi ketika ia ingin secepatnya

sampai ke rumah kontrakan, karena merasa tidak senang dengan kehadiran

Heru. Pertemuannya dengan Heru adalah sebuah pertemuan yang sama sekali

tidak pernah diharapkan karena menyebabkan Yuyun kembali membuka

Page 97: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

135

kenangan menyakitkan masa lalu. Yuyun ingin secepatnya pergi menjauhi Heru

namun sayang sama sekali tidak ada kendaraan yang melintas pada saat itu. Ia

mengumpat Koh Som Bing karena mengulur-ulur waktu dalam memperbaiki

sepeda motor bebeknya yang dimasukkan ke bengkelnya, sebab kalau Yuyun

sudah mengendarai sepeda motornya sendiri ia tidak akan susah-susah untuk

menghindari Heru yang terus mengejarnya. Yuyun mengalami kondisi dan

situasi yang tidak menyenangkan sehingga ia melakukan defense mechanism

pengaliahan. Yuyun merasa berada dalam kondisi yang tidak menyenangkan

ketika bertemu dengan Heru karena Heru merupakan objek yang tidak disenangi

oleh Yuyun. Kemarahan dan perasaan tidak senangnya yang seharusnya

ditujukan kepada Heru sebagai sumber frustasi, dialihkan kepada Koh Som

Bing, sebab Koh Som Bing adalah objek yang memungkinkan pada saat itu.

Bentuk kemarahan dan perasaan tidak senangnya, tidak hanya Yuyun

alihkan kepada Koh Som Bing saja. Bentuk pengalihan tersebut juga Yuyun

alihkan kepada Nurma, seorang mahasiswi yang menempati kamar sebelah

tempat Yuyun tinggal. Yuyun menggunakan bentuk defense mechanism jenis

pengalihan dalam wujud sikap marah kepada Nurma yang dapat dibuktikan

pada kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Bengine Heru teka maneh malah ngajak Lisa barang. Sepisan engkas

Nurma gedheg-gedheg gumun nalika Yuyun njaluk Nurma nolak tamu

kinurmatan iku. Ing sangarepe Nurma Yuyun ngomel.

“Dasar wong lanang! Wis sugih bandha, bojone ayu, anake ayu. Apa kudu

ngganggu gawe aku sing wis tau dirusak lan dilarakake iki?”

“Tapi mereka ‘kan wali murid dan murid kesayanganmu sendiri, Mbak.”

Nurma ngelingake Yuyun.

“Kamu tahu apa?” senggrange Yuyun banter.

Nurma ngegarake lengene, ngenjebake lambene, klunthuh-klunthuh mlaku

ngadoh. (Seri 2: 24)

Page 98: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

136

Terjemahan:

Malamnya Heru datang lagi dengan mengajak Lisa juga. Sekali lagi

Nurma geleng-geleng heran ketika Yuyun meminta Nurma menolak tamu

kehormatan itu. Di hadapan Nurma, Yuyun ngomel.

“Dasar laki-laki. Sudah kaya raya, istrinya cantik, anaknya cantik. Apakah

harus mengganggu diriku yang pernah dirusak dan disakiti ini?”

“Tapi mereka ‘kan wali murid dan murid kesayanganmu sendiri, Mbak.”

Nurma mengingatkan Yuyun.

“Kamu tahu apa?” bentak Yuyun keras.

Nurma mengembangkan kedua tangannya, memonyongkan bibirnya,

dengan langkah lemas berjalan menjauh.

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Yuyun menggunakan defense

mechanism jenis pengalihan dalam sikap marah. Yuyun marah-marah

dihadapan Nurma, gadis yang sama sekali tidak tahu konflik kehidupan Yuyun.

Nurma yang tidak tahu apa-apa menerima imbasnya dan juga menjadi objek

dari kemarahan Yuyun. Kemarahan yang seharusnya ditujukan kepada Heru

sebagai sumber frustasi dialihkan kepada Nurma karena Nurma merupakan

objek yang lebih memungkinkan pada kondisi saat itu.

Bentuk defense mechanism pengalihan dalam wujud marah selanjutnya

juga dialihkan kepada Lisa, murid kesayangannya. Kemarahan yang

seharusnya ditujukan kepada Heru sebagai sumber frustasi dialihkan kepada

Lisa, anak dari Heru. Lisa menjadi objek pengalihan kemarahan Yuyun yang

dapat dibuktikan pada kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

“Ana apa maneh?” pitakone Yuyun atos tanpa nyawang Lisa sing isih

ngadeg mandeg mangu ing sacedhake gurune. Lisa ora sumaur mung

mripate nyawang Yuyun kanthi memelas.

“Bermainlah keluar. Bu guru sedang sibuk, jangan ganggu!!”[…]

“Surat papamu wis dak tampa, nadyan aku ora butuh,” kandhane Yuyun

maneh kanthi pocapan sing sabenere ora perlu dikandhakake marang

bocah cilik kaya Lisa. […]

“Sejak kapan Lisa jadi bandel, hee…!?” senggrange Yuyun banter. Lisa

njingkat kaget. Sajege dadi gurune, Yuyun durung tau nyenggrang

dheweke, apa maneh bantere kaya ngono. Alon-alon Lisa mlaku ngedoh

Page 99: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

137

kanthi sirah ndungkluk. Jangkahe kesaruk-saruk diseret. […] Lisa murid

sing pinter dhewe, murid sing disayang dhewe dumadakan wiwit

dimungsuhi. Dumadakan Yuyun asikep kasar bareng ngerti dheweke

anake Heru sing tau natoni atine. (Seri 3: 24)

Terjemahan:

“Ada apa lagi?” tanya Yuyun acuh tanpa melihat Lisa yang masih berdiri

canggung di dekat gurunya. Lisa tidak menjawab hanya matanya menatap

Yuyun dengan pandangan iba.

“Bermainlah keluar. Bu Guru sedang sibuk, jangan ganggu!!”[…]

”Surat papamu sudah kuterima, meskipun saya tidak membutuhkan,” kata

Yuyun lagi dengan ucapan yang sebenarnya tidak perlu disampaikan

kepada anak sekecil Lisa.[…]

“Sekarang jam istirahat bermain-mainlah keluar!”

“Sejak kapan Lisa jadi bandel, hee…!?” bentak Yuyun dengan keras. Lisa

terjingkat, terkejut. Selama jadi gurunya, Yuyun belum pernah sekalipun

membentaknya apalagi sekeras itu. Pelan-pelan Lisa berjalan menjauh

dengan kepala tertunduk. Langkah kakinya tersaruk-saruk diserat.[…]

Lisa murid terpandai, murid yang paling disayang tiba-tiba mulai

dimusuhi. Tiba-tiba Yuyun bersikap kasar setelah tahu bahwa dia anaknya

Heru yang pernah menyakiti hatinya.

Tindakan di atas menggambarkan bahwa Yuyun menggunakan defense

mechanism jenis pengalihan dalam wujud sikap marah. Lisa seorang gadis kecil

yang tak lain adalah muridnya yang paling pandai dan paling disayang, tiba-tiba

menjadi bahan pelampiasan kemarahannya setelah ia tahu bahwa Lisa adalah

anak dari Heru, laki-laki yang pernah menyakiti hatinya pada masa lalu. Lisa

yang tidak tahu apa-apa tentang masalah orang tuanya menjadi ikut terbawa

arus konflik Yuyun dan Heru. Kebencian dan kemarahan Yuyun terhadap Lisa

merupakan suatu bentuk tindakan dari perasaan tidak senang terhadap suatu

objek, yang tak lain adalah Heru sebagai sumber frustasi. Kemarahan yang

seharusnya ditujukan kepada sumber frustasi yaitu Heru, dialihkan ke objek

lainnya yang lebih memungkinkan, yaitu Lisa.

e. Rasionalisasi (Rationalization)

Rasionalisasi terjadi bila motif nyata dari perilaku individu tidak dapat

diterima oleh ego. Motif nyata tersebut digantikan oleh semacam motif

Page 100: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

138

pengganti dengan tujuan pembenaran. Rasionalisasi memiliki dua tujuan:

pertama, untuk mengurangi kekecewaan ketika gagal mencapai suatu tujuan;

kedua, memberikan motif nyata yang dapat diterima atas perilaku. Bentuk

defense mechanism jenis rasionalisasi (rationalization) dalam konflik ini Yuyun

tunjukkan dalam bentuk meredam kemarahan, sadar dan merasa menyesal,

meyakinkan diri, dan juga lari dari masalah. Bentuk-bentuk rasionalisasi

tersebut dapat dibuktikan pada penjelasan berikut.

Yuyun menggunakan bentuk defense mechanism jenis rasionalisasi

dalam bentuk meredam kemarahan ketika Yuyun bertemu dengan Heru. Motif

pertemuan yang tidak dapat diterima oleh ego menimbulkan pergolakan batin

karena pada dasarnya Yuyun tidak menginginkan adanya pertemuan itu. Yuyun

menggunakan bentuk defense mechanism jenis rasionalisasi dalam bentuk

meredam kemarahan yang dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

“Aku ora kepengin patemon iki. Aku ora sudi ndeleng dhapurmu maneh,”

mengkono panjerite atine Yuyun. Dheweke kepengin ngunek-unekake

priya kuwi nanging ora ana satembung wae kumecap saka lambene. Yuyun

ora kuwawa omong apa-apa maneh. Kringet atis nelesi saranduning

awake sing dredeg nahan mbludaging pangrasa. (Seri 1: 25)

Terjemahan:

“Saya tidak menghendaki pertemuan ini. Saya tidak sudi melihat

tampangmu lagi,” seperti itu jeritan hati Yuyun. Dia ingin memarahi laki-

laki itu namun tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Yuyun tidak

sanggup berbicara apa-apa lagi. Keringat dingin membanjiri seluruh

tubuhnya yang gemetaran menahan luapan emosi.

Yuyun dalam kutipan di atas telah melakukan defense mechanism jenis

rasionalisasi yang ditujukkan dalam bentuk meredam kemarahan. Motif

pertemuan yang tidak dapat diterima oleh ego menyebabkan timbulnya agresi

Page 101: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

139

dalam batin Yuyun. Agresi tersebut timbul sebagai motif pengganti dengan

tujuan pembenaran bahwa Yuyun menyimpan kebencian dan dendam terhadap

sumber agresi. Yuyun yang tidak pernah mengharapkan adanya pertemuan itu

sama sekali tidak ingin melihat wajah Heru. Hatinya ingin sekali meluapkan

semua agresi yang dirasakan dengan bentuk memaki dan mengutuk Heru

dengan tujuan sebagai bentuk pengungkapan kebenciannya, namun Yuyun

melakukan defense mechanism jenis rasionalisasi dalam bentuk meredam

kemarahan dengan tujuan untuk mengurangi kekecewaan karena gagal

mencapai suatu tujuan, yaitu keinginan untuk meluapkan segala agresi yang

berada dalam hatinya. Defense mechanism jenis rasionalisasi dilakukan juga

dengan tujuan sebagai motif pengganti agresi yang bergejolak di batinnya

karena meredam kemarahan dirasa jauh lebih baik dan mampu mengurangi efek

menyakitkan dari konflik yang tidak bisa dihindari.

Defense mechanism jenis rasionalisasi dalam bentuk meredam

kemarahan juga dilakukan ketika Yuyun menuduh bahwa Heru telah membawa-

bawa Lisa masuk dalam konflik mereka, memanfaatkan Lisa untuk kepentingan

Heru sendiri. Rasionalisasi tersebut dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

Yuyun megeng ambegan, mripate diremake nahan rasa trenyuh sing

gemrubug ing dhadha lan nleser ing lurung-lurunging ati. Lambene

digeged banter nggo njaga ambroling waspa.

“Mas Heru tansah nggawa-nggawa Lisa kanggo kepentinganmu dhewe,”

pandakwane Yuyun. (Seri 12: 24)

Terjemahan:

Yuyun menahan nafas, memejamkan mata menahan rasa haru yang mulai

memenuhi dadanya dan menelusuri hingga relung-relung hati. Bibirnya

digigit kuat-kuat untuk menahan runtuhnyaa air mata.

“Mas Heru selalu membawa-bawa Lisa untuk kepentinganmu sendiri,”

tuduh Yuyun.

Page 102: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

140

Kutipan di atas juga menggambarkan bahwa Yuyun melakukan defense

mechanism jenis rasionalisasi yang ditujukkan dalam bentuk meredam

kemarahan. Yuyun menahan emosi batinnya sebagai motif pengganti dengan

tujuan mampu mengurangi efek kekecewaan dan menyakitkan dari konflik yang

tidak bisa dihindari. Rasa terharu dan menyakitkan yang menyerang perasaan

Yuyun merupakan motif nyata yang tidak dapat diterima oleh egonya sehingga

digantikan dengan motif menahan amarah agar tidak berubah menjadi air mata

dengan tujuan membenarkan bahwa Heru telah membawa-bawa Lisa masuk

dalam konflik mereka untuk kepentingannya sendiri.

Bentuk defense mechanism jenis rasionalisasi selanjutnya yaitu dalam

bentuk menyesal dan menyadari kesalahan. Yuyun sadar dan merasa menyesal

atas perbuatan yang pernah dilakukan dan membuat dosa besar dalam hidupnya.

Dosa yang menuai akibat yang harus ditanggungnya sendiri. Yuyun

menggunakan defense mechanism jenis rasionalisasi dalam bentuk sadar dan

merasa menyesal yang dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

Meh rong minggu Yuyun ngathang-athang ing rumah sakit tanpa daya

marga keguguran kandhutane sing isih durung cukup umur. Gugur

lumrah, babar pisan ora dijarag. Yuyun wedi nambahi dosa sing diakoni

wis akeh katindakake sasuwene sesambungan karo Heru. Yuyun wis

nduwe tekad nampa lahire bayi iku nadyan ora diarep-arep dheweke lan

ora diarep-arep sapa wae. Duwe tekad ngadhepi rasa isin, kuciwa lan

sengsara, awit kabeh iku jalaran salahe dhewe. (Seri 3: 24)

Terjemahan:

Hampir dua minggu Yuyun terbaring tak berdaya di rumah sakit karena

keguguran janinnya yang masih belum cukup umur. Keguguran yang sama

sekali tidak disengaja. Yuyun takut menambah dosa yang diakui sudah

banyak diperbuat sejak berhubungan dengan Heru. Yuyun sudah bertekad

menerima kehadiran bayi itu sekalipun tidak pernah diharapkan dirinya

atau tidak diharapkan siapapun. Mempunyai tekad menghadapi rasa malu,

kecewa dan menderita, karena semua itu akibat kesalahannya sendiri.

Page 103: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

141

Rasionalisasi di atas Yuyun lakukan dalam bentuk sadar dan merasa

menyesal atas dosa yang pernah dilakukan selama berhubungan dengan Heru.

Dosa tersebut telah menuai akibat yang harus ditanggungnya sendiri. Yuyun

takut dan tidak ingin menambah dosanya semakin banyak sehingga ia bertekad

untuk menerima sendiri kelahiran bayi akibat dari perilaku non moralnya.

Tindakan tersebut merupakan perilaku yang tidak dapat diterima oleh egonya.

Yuyun sadar dan menyesal atas semua perbuatan yang telah dilakukan sebagai

motif pengganti dengan tujuan pembenaran atas perasaan takut terhadap

dosanya. Yuyun melakukan bentuk defense mechanism jenis rasionalisasi dalam

bentuk sadar dan menyesal sebagai motif pengganti dengan tujuan mampu

mengurangi efek menyakitkan dari konflik yang tidak bisa dihindari.

Yuyun juga melakukan rasionalisasi dalam bentuk meyakinkan diri

sebagai motif nyata yang bisa diterima atas perilaku yang dilakukan.

Rasionalisasi bentuk meyakinkan diri dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

“Ah, apa pantes aku minangka wong wadon sing wis cukup tuwa ngarep-

arep priya saumur Hary sing umure 24 taun? Luwih saka kuwi aku durung

tau ngangen-angen sarimbitan karo bojo pawakan badhut kaya Ateng,”

mengkono pamaidone atine Yuyun. (Seri 6: 24-25)

Terjemahan:

“Ah, apakah pantas apabila saya perempuan yang sudah cukup tua

mengharapkan laki-laki seumur Hary yang usianya 24 tahun? Lebih dari

itu saya belum pernah membayangkan mempunyai pendamping berpostur

dan berwajah badut seperti Ateng,” begitulah ketidakyakinan hati Yuyun.

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Yuyun menggunakan bentuk

defense mechanism jenis rasionalisasi dalam bentuk meyakinkan diri ketika

motif perilaku tidak dapat diterima oleh ego. Yuyun meyakinkan diri bahwa

seorang perempuan yang sudah cukup umur seperti dirinya tidak cocok jika

Page 104: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

142

bersanding dengan seorang laki-laki muda berumur 24 tahun seperti Hary yang

jauh lebih cocok untuk menjadi adiknya. Perbedaan umur yang sangat jauh

lebih tua dan perawakan Hary yang berwajah mirip badut seperti Ateng

membuat Yuyun meyakinkan diri bahwa ia belum ingin mempunyai seorang

pemdamping hidup. Hal tersebut merupakan sebuah motif pengganti dengan

tujuan pembenaran bahwa Yuyun belum ingin berumah tangga dengan

siapapun. Tindakan itu juga sebagai bentuk meyakinkan diri sebagai motif

nyata yang bisa diterima atas perilaku yang dilakukan.

Bentuk defense mechanism jenis rasionalisasi yang terakhir yaitu dalam

bentuk lari dari masalah atas perilaku yang tidak dapat diterima oleh ego.

Rasionalisasi yang dilakukan Yuyun mempunyai tujuan untuk mengurangi

kekecewaan ketika gagal mencapai suatu tujuan. Rasionalisasi dalam bentuk

lari dari masalah dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

Ora krasa Yuyun njerit banter binareng ambruke Endra krana sabetan

karate ing pener cengele.[…]Yuyun mlayu mlebu kamar. Dheweke sedih.

Bingung lan isin. Priya loro sing kinurmatan wis padha diwasa, gelut

pancakara rame ing ngarepe umum awit padudon perkara wanita.

Kebeneran wanita mau Yuyun dhewe. Ah, Yuyun isin banget.. (Seri 11: 25)

Terjemahan:

Tidak disadari Yuyun berteriak keras bersamaan dengan robohnya Endra

karena pukulan karate yang mendarat tepat di tengkuknya.[…] Yuyun

menghambur lari masuk ke kamar dirinya sedih. Bingung dan malu. Dua

laki-laki terhormat yang sudah berumur berkelahi adu jotos di depan

umum karena memasalahkan seorang perempuan. Kebetulan perempuan

itu adalah Yuyun sendiri. Ah, Yuyun malu sekali rasanya.

Tindakan tersebut terjadi ketika motif nyata dari perilaku tidak dapat

diterima oleh ego, yaitu ketika Yuyun tidak menginginkan terjadinya

perkelahian antara Heru dengan Endra. Inti terjadinya konflik perkelahian

disebabkan memperebutkan seorang perempuan, yaitu Yuyun sendiri. Defense

Page 105: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

143

mechanism jenis rasionalisasi dalam bentuk lari dari masalah dilakukan Yuyun

dengan tujuan mengurangi kekecewaan ketika gagal mencapai suatu tujuan.

Yuyun merasa kecewa dan gagal untuk mencegah dan melerai perkelahian itu

sehingga digantikan oleh motif lari dari masalah sebagai pengganti dengan

tujuan pembenaran bahwa Yuyun malu dan kecewa dengan dirinya sendiri yang

gagal mencegah perkelahian itu dan juga untuk mengurangi efek menyakitkan

dari konflik yang tidak bisa dihindari.

f. Reaksi Formasi (Reaction Formation)

Reaksi formasi adalah represi akibat implus anxitas yang kerap kali

diikuti oleh kecenderungan yang berlawanan dan bertolak belakang dengan

tendensi yang ditekan. Yuyun menggunakan bentuk defense mechanism jenis

reaksi formasi dalam bentuk bersikap wajar untuk menyembunyikan luka dan

berkata bohong. Bentuk-bentuk reaksi formasi dapat dibuktikan pada

penjelasan berikut.

Yuyun menggunakan bentuk defense mechanism jenis reaksi formasi

dalam bentuk bersikap wajar untuk menyembunyikan luka agar tidak terlalu

dicurigai. Tindakan tersebut sangat berlawanan dan bertolak belakang dengan

kondisi kenyataan yang sedang terjadi dan dialami. Hal ini dapat dibuktikan

pada kutipan berikut:

Kutipan:

Sirahe Heru tumungkul. Yuyun enggal-enggal ngelapi mripate sing wis

teles supaya ora dikonangi Heru. (Seri 2: 24)

Terjemahan:

Kepalanya Heru muncul. Yuyun cepat-cepat menghapus matanya yang

sudah basah supaya tidak ketahuan oleh Heru.

Page 106: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

144

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Yuyun menggunakan bentuk

defense mechanism jenis reaksi formasi dalam bentuk bersikap wajar untuk

menyembunyikan luka. Yuyun dengan luka itu tidak menunjukkan seperti orang

yang sedang terluka. Justru berperilaku sebaliknya, dengan cepat ia menghapus

air matanya agar tidak diketahui dan tidak dicurigai oleh Heru kalau dirinya

sedang menangis terluka. Tindakan yang dilakukan Yuyun dengan menahan air

matanya merupakan reaksi yang cenderung berlawanan dan bertolak belakang

dengan kondisi kenyataan sebenarnya yang sedang dialami oleh Yuyun.

Reaksi formasi selanjutnya yang Yuyun lakukan teridentifikasi dalam

bentuk berkata bohong. Berbohong merupakan perilaku yang tidak sesuai

dengan kenyataan yang sedang terjadi, sehingga kondisi tersebut sangat

berlawanan dan bertolak belakang dengan kenyataan. Reaksi formasi dalam

bentuk berbohong dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

[…]Yuyun sangsaya kesurung nggo dolanan pangrasane Heru. Yuyun

rumangsa ora salah yen crita apus-apusan ngenani awake dhewe.

“Wis kasep. Bayi iku wis dak perjaya! Tak gugurake. Melas yen ana bayi

lair tanpa bapak.” Yuyun dora.

“Hah?! Mbok gugurake? Kowe… Kowe kejem…”

“Aku kejem? He, he, hee…” Yuyun ngguyu sinis. “Aku sing nandhang

sengsara lair batin merga pokal gawemu mbok kandhakake kejem. Lan

kowe sing biyen wong lanang pengecut sing saiki bisa nundhukake saben

wanita krana donyamu rumangsa dadi pahlawan? Ora!! Aku ora sudi

nglairake bayi anake priya sing ora duwe tanggung jawab lan

pengecut.”[…] (Seri 9: 24)

Terjemahan:

[…]Yuyun semakin terdorong untuk mempermainkan perasaan Heru.

Yuyun merasa tidak salah jika bercerita bohong tentang dirinya.

“Sudah terlambat. Bayi itu telah ku bunuh! Telah kugugurkan. Kasihan

kalau ada bayi lahir tanpa ayah.” Yuyun berbohong.

“Hah?! Kau gugurkan? Kau… Kau kejam…”

“Saya kejam? He, he, hee…” Yuyun tertawa sinis. “Saya yang menderita

lahir batin karena ulahmu, kau katakan kejam. Dan kamu yang dulu laki-

Page 107: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

145

laki pengecut yang sekarang mampu menundukkan setiap perempuan

dengan kekayaanmu merasa jadi pahlawan? Tidak!! Saya tidak sudi

melahirkan anak dari seorang laki-laki yang tidak punya tanggung jawab

dan pengecut.” […]

Yuyun menggunakan bentuk defense mechanism jenis reaksi formasi

dalam bentuk berkata bohong. Yuyun bercerita bohong kepada Heru bahwa ia

telah membunuh janinnya dengan cara menggugurkan kandungannya, karena

tidak mengharapkan bayi itu lahir tanpa seorang ayah. Kenyataannya yang

sebenarnya terjadi kandungan Yuyun gugur dengan sendirinya. Yuyun merasa

ingin memberi perhitungan dan pembalasan kepada Heru dengan cara

mengarang cerita bohong agar Heru merasa tersiksa perasaannya dan merasa

selalu diikuti rasa bersalah selamanya. Tindakan Yuyun tersebut cenderung

berlawanan dan sangat bertolak belakang dengan kondisi yang sebenarnya

terjadi. Tidak hanya sampai disitu saja. Heru yang tampak sedih dan pucat

wajahnya membuat Yuyun semakin ingin menyiksa perasaan Heru. Terbukti

pada kutipan berikut:

Kutipan:

[…]Yuyun sangsaya kepengin ngremet-remet pangrasane Heru.“[…]

Penjenengan mesthi ora mbayangake sepira dayane wanita ringkih sing

lagi nampa musibah kaya aku. Kabeh nulak tekaku wanita sing ngemu

rereged ing awake. Kabeh wong nyecamah awakku. Pindha peteng

ndhedhet donyaku. Amarga keluwen lan kepengin ngupaya urip, aku

kepatel ing donya kebak kanisthan. Yen ora ana wong lanang siji wae sing

gelem nampa tresnaku, dak pasrahake marang saben priya sing gelem

mbayar aku. Rungokna Mas Heru! Telung taun luwih aku dodol tresna lan

awakku. Telung taun luwih aku ngangkangake pupu, atur panglipur wong

lanang sing mbutuhake awakku. Amarga kepedhotan pengarep-arep,

marga kuciwa, nglara ati lan rumangsa kabuang. Amarga kaluwen…”

Sangsaya ndadra anggone ngrakit crita dora. (Seri 9: 24-25)

Terjemahan:

[…]Yuyun merasa ingin lebih mempermainkan perasaan Heru.“[…]

Kamu tentu tidak pernah membayangkan, seberapa daya seorang

perempuan yang sedang tertimpa kesulitan besar seperti saya. Semua

orang menolak diriku yang telah ternoda tubuhnya. Semua orang

Page 108: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

146

mencaciku. Serasa gelap gulita duniaku. Karena kelaparan dan ingin

bertahan hidup, terpaksa tiga tahun saya terlempar ke dunia hitam. Kalau

tak ada seorang laki-laki yang mau menerima cintaku, akan kuberikan

kepada setiap laki-laki yang mau membayarku. Dengar Mas Heru! Tiga

tahun lebih saya menjual cinta. Tiga tahun lebih saya mengangkangkan

paha, memberi kepuasan kepada laki-laki yang membutuhkan tubuhku.

Karena putus asa. Karena patah harapan, karena kecewa, sakit hati dan

merasa terbuang. Karena kelaparan…” Semakin menjadi-jadi dalam

merangkai cerita bohong.

Tindakan di atas menggambarkan bahwa Yuyun semakin ingin

menyiksa perasaan Heru dengan bercerita bohong kalau dirinya telah terlempar

ke dalam dunia hitam. Ia menjadi wanita malam yang menjual cinta dan

tubuhnya demi selembar uang untuk biaya hidup dan makan. Heru yang

mendengar cerita bohong tersebut semakin sedih dan tersiksa perasaannya,

sedangkan Yuyun semakin puas dan senang melihat Heru yang semakin tersiksa

dan sedih karena kebohongannya. Tindakan Yuyun tersebut merupakan bentuk

reaksi formasi yang disebabkan karena rasa kecewa terhadap Heru sehingga ia

terpaksa melakukan kebohongan terbesar dalam hidupnya. Tindakannya

tersebut cenderung berlawanan dan sangat bertolak belakang dengan kondisi

yang sebenarnya terjadi.

g. Regresi

Terdapat dua jenis regresi, yang pertama retrogressive behavior yaitu

perilaku seseorang yang mirip anak kecil, menangis dan sangat manja agar

memperoleh rasa aman dan perhatian orang lain. Kedua, primitivation yaitu

ketika seorang dewasa bersikap tidak berbudaya dan kehilangan kontrol

sehingga tidak sungkan-sungkan berkelahi.

Regresi, membuat seseorang mundur dari tahapan emosional atau

reaksi emosional yang lebih sesuai di masa lalu. Bukannya menghadapi

kekecewaan dengan rasional seseorang justru merengek agar mendapatkan

Page 109: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

147

yang diinginkan. (Ryan, 2007: 133). Defense mechanism jenis regresi yang

dilakukan tokoh Yuyun yaitu dalam bentuk menangis. Yuyun melakukan

regresi dalam bentuk menangis berulang kali dalam konflik yang dihadapinya.

Regresi yang Yuyun lakukan masuk dalam jenis regresi retrogressive behavior.

Hal ini dapat dibuktikan pada penjelasan berikut.

Yuyun dalam konflik yang dihadapi melakukan defense mechanism

jenis regresi dalam bentuk menangis. Menangis termasuk regresi jenis

retrogressive behavior, yaitu perilaku seseorang yang mirip anak kecil yang

dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

Ing kamare Yuyun nora kuwawa nambak ambroling luh sing wiwit mau

ditahan-tahan. Diculake kabeh gemronjaling pangrasa lan sesege dhadha

lumantar tangis garing kemba kang tanpa isi. (Seri 2: 24)

Terjemahan:

Di kamarnya Yuyun tak kuasa lagi membendung luapan air mata yang

sejak tadi ditahan-tahan. Dilepaskan seluruh gelepar perasaan dan

kesesakan dada lewat sebuah tangis kering tanpa isi.

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Yuyun melakukan defense

mechanism jenis regresi retrogressive behavior dalam bentuk menangis.

Perilaku menangis tersebut menggambarkan reaksi emosional yang berlebih

terhadap masa lalunya. Konflik yang menimbulkan kekecewaan yang

seharusnya Yuyun hadapi dengan rasional, justru malah dihadapi dengan

menangis agar dapat memperoleh rasa aman dalam hatinya.

Kutipan:

Yuyun ora kuwawa ngempet mbludaging pangrasa lan emosi, dheweke

ngrungkebi tangane sandhuwuring meja. Yuyun nangis mingseg-mingseg.

Tangis wadon sing getir. Tangis panalangsa ing kantor guru sing adhem

lan sepi. (Seri 6: 24)

Page 110: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

148

Terjemahan:

Yuyun tak kuasa lagi menahan luapan perasaan dan emosi, dia

menelungkupkan tangannya di atas meja. Yuyun menangis tersedu-sedu.

Tangis perempuan yang pahit. Tangis kesedihan di kantor guru yang

dingin dan sepi.

Konflik selanjutnya juga Yuyun hadapi dengan melakukan regresi jenis

retrogressive behavior dalam bentuk menangis ketika menghadapi konflik

pertengkaran antara Heru dengan Endra. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam

kutipan berikut:

Kutipan:

“Mas Heru, aja diimbangi wong lanang edan iku, Mas…” ujare Yuyun

karo wiwit nangis. Yuyun wedi ribut-ribut bakal kedadeyan.

“Mbok mesakake karo aku… aja dilayani, Mas. Aku isin, Mas…. “ Yuyun

nangis. (Seri 11: 24)

Terjemahan:

“Mas Heru, jangan layani seorang laki-laki gila itu, Mas…” kata Yuyun

sambil mulai menangis. Yuyun takut keributan bakal terjadi.

“Kasihanilah saya, jangan dilayani, Mas. Saya malu, Mas…” Yuyun

menangis.

Tindakan tersebut menggambarkan bahwa Yuyun melakukan regresi

jenis retrogressive behavior dalam bentuk menangis. Menangis merupakan

perilaku seseorang yang mirip anak kecil. Yuyun melakukan regresi disebabkan

reaksi emosional yang berlebih ketika menghadapi konflik karena Yuyun tidak

ingin terjadi perkelahian antara laki-laki yang sudah sama-sama dewasa. Ia

merasa malu jika perkelahian itu benar-benar terjadi sehingga sampailah pada

titik emosionalnya yang menyebabkannya menangis. Sikap Yuyun yang

menangis merengek membujuk Heru agar tidak melayani tantangan Endra

dengan tujuan agar memperoleh rasa aman dan perhatian Heru.

Konflik yang terjadi berikutnya juga Yuyun hadapi dengan melakukan

regresi jenis retrogressive behavior dalam bentuk menangis. Konflik dengan

Page 111: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

149

Heru membuatnya mundur dari tahapan emosional. Hal tersebut dapat

dibuktikan dalam kutipan berikut:

Kutipan:

Mas Heru mungkur, Yuyun mundur. Yuyun mlayu. Mlayu mlebu kamar,

dheweke nangis mbuh sing kaping pira. Yuyun pancen sayang lan nresnani

Lisa. Nanging sajake Yuyun luwih nresnani awake dhewe. (Seri 12: 24)

Terjemahan:

Mas Heru berlalu, Yuyun mundur. Yuyun berlari. Berlari masuk kamar,

dia menangis entah yang keberapa kalinya. Yuyun memang menyayangi

dan mencintai Lisa. Namun agaknya Yuyun lebih mencintai dirinya

sendiri.

Kutipan di atas menggambarkan bahwa dalam konflik ini Yuyun tidak

menghadapinya dengan rasional namun malah lari mundur dan menangis.

Tindakan tersebut merupakan perilaku seseorang yang mirip anak kecil. Regresi

membuat Yuyun mundur dari tahapan emosional, bukannya menghadapi

konflik dengan rasional, justru Yuyun melakukan defense mechanism jenis

regresi retrogressive behavior dengan wujud menangis dengan tujuan agar

mendapatkan rasa aman dalam hatinya.

h. Agresi dan Apatis

Agresi dapat berbentuk langsung dan pengalihan. Agresi langsung

adalah agresi yang diungkapkan secara langsung kepada seseorang atau objek

yang merupakan sumber frustasi. Agresi yang dialihkan adalah bila seseorang

mengalami frustasi namun tidak dapat mengungkapkan secara puas kepada

sumber frustasi tersebut karena tidak jelas atau tak tersentuh. Apatis adalah

bentuk lain dari reaksi terhadap frustasi yaitu sikap menarik diri dan bersikap

seakan-akan pasrah. Agresi yang dilakukan tokoh Yuyun dalam cerbung ACTP

ditemukan dalam wujud marah-marah, baik agresi berbentuk langsung maupun

pengalihan. Bedanya, pada agresi langsung wujud amarah tertuju pada sumber

Page 112: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

150

frustasi sedangkan pada agresi pengalihan wujud amarah tidak tertuju pada

sumber frustasi secara langsung, yang dapat dibuktikan pada penjelasan berikut.

Bentuk agresi tokoh Yuyun diwujudkan dengan amarah. Sikap marah

Yuyun diungkapakan secara puas kepada sumber frustasi, sehingga dalam

situasi ini Yuyun melakukan defense mechanism jenis agresi langsung dalam

bentuk marah. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

“Kabeh wong ngerti, aku kekasihmu meh patang tahun nyengkuyung

studymu. Atur panglipur yen kowe lagi sungkaweng galih. Melu prihatin ing

sandhingmu. Aku tansah ngudi nyisihake dhuwit sanguku ben bisa nukokake

rokok Mas Heru, amarga kowe kerep sesambat ora bisa sinau nek ora

ngakep rokok sing ngebul ing lambemu.[…] Nanging ora ana pawongan

siji wae sing ngerti nalika aku mlayu niba tangi. Mlayu saka lingkunganku.

Amarga kuciwa, sedih lan lara ati krana khianat lan cidrane Mas Heru.

Kasengsaranku sangsaya lengkap nalika bibit sing mbok sebar thukul

ngrembaka ing kandhutanku sing dak konangi rong wulan sawise aku

mlayu.” Mengkono pamuwuse Yuyun sing nembe kacuwan. (Seri 2: 25)

Terjemahan:

“Semua orang tahu saya kekasihmu hampir empat tahun ikut membantu

studymu. Menghiburmu di kala kamu sedang berduka. Ikut prihatin

bersamamu. Saya selalu menyisihkan uang sakuku untuk membelikan

rokok Mas Heru, karena kamu sering mengeluh tidak bisa belajar tanpa

sebatang rokok mengepul di bibirmu.[…] Namun tak seorangpun tahu

ketika saya lari jatuh bangun. Lari dari lingkunganku. Karena kecewa, sedih

dan sakit hati akibat pengkhianatan Mas Heru. Penderitaan itu menjadi

lengkap ketika benih yang kau tabur tumbuh subur dalam rahimku yang

baru kusadari dua bulan kemudian dalam pelarianku.” Begitulah ungkapan

Yuyun yang sedang kecewa.

Yuyun melakukan defense mechanism jenis agresi langsung dalam

bentuk marah-marah. Disebut agresi langsung sebab Yuyun mengungkapkan

emosionalnya kepada sumber frustasi secara langsung. Yuyun mengungkapkan

amarahnya kepada Heru sebagai bentuk kekecewaannya terhadap masa lalunya

itu. Yuyun dengan amarah yang telah memuncak mengingatkan kepada Heru

tentang semua pengorbanan yang selama ini sudah ia lakukan untuk Heru yang

Page 113: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

151

dibalas dengan kekecewaan. Bentuk agresi langsung tokoh Yuyun dengan

wujud amarah yang ditujukan kepada Heru sebagai sumber frustasi yang lain

juga dapat dilihat pada kutipan berikut:

Kutipan:

“Saiki kowe wis sukses, Mas Heru. Apa sing mbok angen-angen karo aku

mbiyen wis bisa kagayuh kabeh. Uripmu sukses. Kowe wis menang.

Kamenangan kanthi ancik-ancik ajure panguripane liyan. Ah, pancen

kowe wong lanang sing kepengin kepenak dhewe. Kowe licik. Wong

lanang licik, pengecut. Khianat!!” Sewu pamisuh lan sewu cecamah

gemrunggung ngebaki dhadha sing gawe pulung atine Yuyun sangsaya

perih wae. (Seri 3: 24)

Terjemahan:

“Sekarang kamu sudah sukses, Mas Heru. Apa yang kau cita-citakan

bersamaku dulu sudah tercapai semua. Hidupmu sukses. Kau menang.

Kemenangan di atas kehancuran hidup orang lain. Ah, memang kamu

seorang laki-laki yang ingin enak sendiri. Kamu licik. Laki-laki licik,

pengecut. Khianat!!” Seribu cacian dan umpatan menggema memenuhi

dada yang membuat ulu hati Yuyun semakin pedih saja.

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Yuyun melakukan defense

mechanism jenis agresi secara langsung dalam bentuk marah-marah kembali

yang ditujukan kepada Heru sebagai sumber frustasi. Amarah tersebut

disebabkan karena Yuyun kecewa dengan Heru yang sudah mengkhianati

cintanya. Amarahnya diungkapkan dengan cara membentak dan memaki-maki

Heru. Tindakan agresi secara langsung tersebut sebagai bentuk emosionalnya

yang telah mencapai pada titik puncak dan pengungkapan itu mempunyai tujuan

agar mendapatkan kepuasan batin terhadap konflik yang tidak dapat dihindari.

Bentuk represi langsung dalam wujud marah-marah selanjutnya Yuyun

ditujukan kepada Hary. Hal tersebut dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

“Hary!!” senggrange Yuyun setengah njerit. Wong lanang tansah mbiji

asor katresnane wanita. Ajining dhiri katebas. Wong lanang nganggep bisa

tuku tresna kanti donya lan pangkate. Atine Bu Guru Yuyun kesenggol.

Page 114: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

152

“Iki kasunyatan. Aku ngerti Pak Endra, […]”

“Cukup!” sentake Yuyun luwih banter medhot omongane Hary sing

sangsaya nggladrah. “Ora perlu awake dhewe omong prakara tresna

omong kosong.” (Seri 7: 24)

Terjemahan:

“Hary!!” bentak Yuyun setengah menjerit. Laki-laki terlalu rendah menilai

cinta seorang perempuan. Harga diri terhempas. Laki-laki menganggap bisa

membeli cinta dengan dunia dan kedudukannya.

“Ini fakta. Saya tahu Pak Endra, […]”

“Cukup!” bentak Yuyun lebih keras memotong pembicaraan Hary yang

semakin tak terarah. “Tidak perlu kita bicara soal cinta omong kosong.”

Kondisi pada kutipan tersebut menggambarkan bahwa Yuyun melakukan

defense mechanism jenis agresi secara langsung yang ditujukan kepada Hary

sebagai sumber frustasi. Yuyun mengungkapkan emosionalnya tersebut

dikarenakan hatinya tersinggung dengan ucapan Hary yang mengganggap

semua cinta perempuan bisa dibeli dengan harta dan jabatan, termasuk cinta

Yuyun sendiri. Yuyun yang merasa tersinggung dan tidak terima dengan hinaan

Hary, mengungkapkan agresi amarahnya secara langsung dengan cara

membantak Hary. Yuyun meninggikan suaranya simbol bahwa dia berada

dalam situasi yang tidak menyenangkan dan sebagai bentuk pembelaan diri.

Tujuan agresi secara langsung dalam bentuk amarah supaya Yuyun memperoleh

kepuasan secara batin.

Agresi secara langsung yang terakhir, Yuyun tujukan kepada Endra

sebagai sumber frustasi. Agresi secara langsung tersebut dalam wujud marah-

marah sebagai bentuk ungkapan ketidaksukaannya terhadap situasi yang sedang

terjadi. Hal tersebut dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

Yuyun genten sing kaget. Panas rasane raine. Sanadyan Yuyun pancen

klebu prawan tua, nanging ora tau kanyana priya sing ditulak tresnane

ngomong terus terang ngono ing ngarep irunge! “Mas Endra, awake

Page 115: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

153

dhewe wis padha-padha diwasa ora perlu sindir-sindiran lan olok-

olokan.” (Seri 10: 25)

Terjemahan:

Gantian Yuyun yang terkejut. Rasanya panas wajahnya. Sekalipun Yuyun

memang sudah termasuk perawan tua, tetapi tidak pernah disangka

seorang laki-laki yang ditolak cintanya mengatakan terus terang seperti itu

di depan hidungnya. “Mas Endra kita sudah sama-sama dewasa tidak perlu

saling menyindir dan mengolok-olok.”

Yuyun dalam kutipan di atas digambarkan melakukan defense

mechanism jenis agresi secara langsung dalam bentuk marah-marah. Amarah

tersebut ditujukan kepada Endra sebagai sumber frustasi. Konflik yang terjadi

memicu terjadinya agresi secara langsung terhadap Endra. Yuyun tersinggung

dengan perkataan Endra yang menyebut dirinya perawan tua, sehingga ia

melakukan pembelaan diri dalam wujud agresi. Agresi tersebut sebagai bentuk

luapan emosionalnya yang telah memucak dengan tujuan supaya memperolah

kepuasan batin setelah mengungkapkannya.

Yuyun selain menggunakan agresi secara langsung, juga menggunakan

agresi pengalihan dalam bentuk amarah. Agresi pengalihan dilakukan karena

Yuyun mengalami frustasi namun tidak dapat diungkapkan secara puas kepada

sumber frustasi. Defense mechanism jenis agresi pengalihan dalam bentuk

amarah dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

“Apa utang budi kudu disaur kanthi pangurbanan katresnan? Ing ngendi

patrap satriyamu nggo ndhepani prisip-prinsip tresnamu, Heru? Apa iki

ora mung kanggo pawadan supaya kowe bisa nendhang mbuang aku

sawise kowe marem necep sakabehing manis maduku. Sabanjure kowe

kawin karo kenya turune wong sugih mbrewu?” ngono gemreged lan

ngondhok-ondhoke Yuyun saben eling prastawa sewelas taun kepungkur.

(Seri 2: 25)

Terjemahan:

“Apakah hutang budi harus dibayar dengan pengorbanan cinta? Di mana

letak kesatriyamu untuk menghadapi prinsip-prinsip cintamu, Heru? Apa

Page 116: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

154

ini hanya alasanmu saja supaya kamu bisa membuangku setelah kau puas

merenggut seluruh manis maduku. Kemudian kamu menikah dengan anak

seorang konglomerat kaya?” seperti itulah jeritan dan rintihan hati Yuyun

setiap teringat peristiwa sebelas tahun yang lalu.

Kondisi di atas menunjukkan bahwa Yuyun melakukan defense

mechanism jenis agresi pengalihan dalam bentuk marah-marah. Amarah

tersebut ditujukan kepada Heru sebagai sumber frustasi, namun tidak dapat

diungkapkan secara puas kepada sumber frustasi karena sumber frustasi tidak

tersentuh. Konflik yang terjadi memicu terjadinya agresi peralihan dalam diri

Yuyun. Ingatan masa lalunya yang menyakitkan membuat Yuyun memendam

emosional terhadap Heru dan dapat diungkapkan ketika teringat kembali dengan

bayang-bayang tersebut, sehingga memicu agresi peralihan. Namun tindakan

tersebut dirasa tidak menimbulkan kepuasan batin dikarenakan agresinya tidak

dapat diungkapkan secara langsung kepada Heru sebagai sumber frustasi.

Bentuk defense mechanism jenis agresi peralihan dalam wujud amarah

pada tokoh Yuyun yang tidak dapat ditujukan secara langsung kepada Heru

sebagai sumber frustasi, juga dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

“Aku kepengin nggawe petungan! Aku kepengin males dheweke!! Mesthi

saka lambene ora klakon ana panjalukan ngapura kaya sing tinulis ing

layange. Mas Heru klebu wong lanang sing irid ing tetembungan nanging

royal ing tulisan. Ya ora apa-apa! Aku ora butuh panjalukan ngapura

utawa sewu ngapura,” ing bathine Yuyun sangsaya ngigit-igit. (Seri 9: 24)

Terjemahan:

“Saya ingin membuat perhitungan! Saya ingin membalas dirinya‼ Pasti dari

mulutnya tidak akan ada permintaan maaf seperti yang tertulis di suratnya.

Mas Heru termasuk laki-laki yang hemat dalam ucapan tetapi royal dalam

tulisan. Ya tidak apa-apa! Saya tidak butuh permintaan maaf atau seribu

maaf,” dibatinnya Yuyun semakin marah-marah.

Situasi yang terjadi tersebut dapat dijelaskan bahwa Yuyun melakukan

defense mechanism jenis agresi pengalihan dalam bentuk marah-marah yang

Page 117: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

155

ditujukan kepada Heru sebagai sumber frustasi, namun tidak dapat diungkapkan

secara puas kepada sumber frustasi karena sumber frustasi tidak tersentuh.

Konflik yang terjadi memicu terjadinya agresi peralihan dalam diri Yuyun, yaitu

usaha Heru untuk menemui Yuyun kembali itulah yang memicu terjadinya

konflik yang menyebabkan timbulnya agresi dalam batin Yuyun. Agresi

peralihan membuat individu merasa kurang mendapatkan kepuasan batin

dikarenakan amarah yang seharusnya bisa diungkapkan secara langsung kepada

sumber frustasi tidak dapat tersampaikan.

Yuyun selain melakukan defense mechanism agresi dalam menghadapi

konflik yang timbul dalam hidupnya, ia juga melakukan defense mechanism

jenis apatis. Apatis dilakukan dalam wujud sikap menarik diri. Bentuk defense

mechanism apatis dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

Yuyun ora kuwat ngrungokake pisuhane wong wadon anak telu iku.

Dheweke tumuli mlebu kamare ninggalake pawongan lanang wadon sing

lagi padu sangsaya rame. Diringkesi sandhangan lan kabeh barang

darbeke sak-sake. Tanpa pamit Yuyun kabur ninggalake omah iku. Yuyun

wis ora mikir maneh apa bisa wengi iki tekan omah kost anyar apa ora.

(Seri 14: 24-25)

Terjemahan:

Yuyun tidak tahan mendengar caci maki dan hujatan perempuan beranak

tiga itu. Dia segera masuk kamarnya meninggalkan suami istri yang

sedang bertengkar semakin ribut. Dikemasi pakaian dan semua barang-

barang miliknya sekenanya. Tanpa pamit Yuyun kabur meninggalkan

rumah itu. Yuyun sudah tidak berpikir lagi apa bisa malam ini sampai di

rumah kos barunya.

Yuyun memanfaatkan defense mechanism apatis sebagai cara untuk

mengurangi efek yang menyakitkan dari konflik yang dihadapi. Kutipan di atas

menggambarkan bahwa Yuyun melakukan defense mechanism apatis dalam

bentuk menarik diri. Konflik yang dihadapi membuat Yuyun bersikap mundur

Page 118: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

156

dari kehidupan keluarga Pak Darusman. Konflik yang memicu terjadinya

pertengkaran antara Pak Darus dan istri disebabkan karena kecemburuan

istrinya terhadap keberadaan Yuyun. Situasi tersebut membuat Yuyun lebih

memilih pergi dari rumah Pak Darus, menandakan bahwa ia menarik diri dari

konflik yang muncul. Tindakan tersebut bertujuan untuk menghindari konflik

yang semakin membesar dan juga untuk mengurangi efek menyakitkan dari

konflik yang tidak bisa dihindari.

Berdasarkan analisis di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa defense

mechanism atau mekanisme pertahanan yang digunakan tokoh Wahyuningsih

(Yuyun) dalam cerbung Ara-ara Cengkar Tanpa Pinggir karya Adinda AS, yaitu

bentuk defense mechanism represi (repression), sublimasi, proyeksi, pengalihan

(displacement), rasionalisasi (rationalization), reaksi formasi (reaction formation),

regresi, agresi dan apatis. Bentuk defense mechanism yang tidak digunakan Yuyun

hanya defense mechanism fantasi dan stereotype.

Bentuk-bentuk defense mechanism yang dilakukan tokoh Yuyun

memberikan pengaruh positif maupun pengaruh negatif terhadap kepribadiannya.

Bentuk represi, sublimasi, rasionalisasi, reaksi formasi, dan apatis cenderung

memberikan pengaruh yang positif. Pengaruh itu dapat dilihat pada bentuk represi

dengan bersikap sabar, ketenangan dalam menghadapi masalah dan sikap terharu

untuk menghindari konflik. Dilihat pada bentuk sublimasi dengan mengalihkan

perhatian yang bermanfaat, dan tetap tersenyum meski sedang bersedih dan terluka.

Pengaruh positif juga dapat dilihat pada bentuk rasionalisasi dengan meredam

kemarahan, sadar dan menyesal atas perbuatannya, dan meyakinkan diri atau

bersikap realistis. Selanjutnya, dapat dilihat pada bentuk reaksi formasi dengan

Page 119: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

157

bersikap wajar untuk menyembunyikan kebencian. Terakhir pengaruh positif

tersebut dapat pula dilihat pada bentuk apatis dengan sikap menarik diri untuk

meredam konflik.

Bentuk proyeksi, pengalihan, rasionalisasi, reaksi formasi, regresi, dan

agresi cenderung memberikan pengaruh yang negatif. Pengaruh negatif dapat

dilihat pada bentuk proyeksi yaitu meremas-remas surat, merobek-robek gaun, dan

membanting pintu sebagai bentuk dari perilaku Yuyun dalam menghadapi konflik.

Dilihat pada bentuk pengalihan yaitu sikap emosional (marah), melalui bentuk

rasionalisasi dengan lari dari masalah. Pengaruh negatif juga dapat dilihat pada

bentuk reaksi formasi dengan bersikap bohong. Selanjutnya, dapat dilihat pada

bentuk regresi dengan menangis dan pengaruh negatif yang terakhir dapat dilihat

pada bentuk agresi dengan bersikap emosional (marah).

Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk defense

mechanism yang dilakukan tokoh Yuyun lebih banyak membawa pengaruh negatif

daripada pengaruh positif terhadap perilakunya. Hal ini membuat kepribadian

Yuyun tergolong tidak matang.

2. Bentuk Defense Mechanism pada Tokoh Heru Purnomo

Heru merupakan insinyur kaya raya, gagah, dan tampan yang berumur 40

tahun dengan seorang anak perempuan bernama Lisa yang cantik dan pandai. Lisa

merupakan murid terpandai dan yang paling disayang Yuyun, namun sebenarnya

Lisa bukan darah daging Heru. Rima sudah mengandung Lisa sebelum dinikahkan

dengan Heru. Heru dengan terpaksa harus menikahi Rima, gadis yang tak dikenal

dan tak dicintainya itu dan harus meninggalkan Yuyun untuk membalas budi baik

pamanya yang selama ini telah merawat dan membesarkan Heru sejak bayi

Page 120: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

158

sepeninggal kedua orang tuanya. Heru merasa kecewa terhadap pamannya setelah

ia mengetahui bahwa Rima sudah mengandung dengan laki-laki lain sebelum

dinikahkan dengannya. Ini adalah kebohongan terbesar yang Heru terima. Ia merasa

menjadi korban keserakahan pamannya. Heru dikorbankan hanya untuk membalas

hutang pamannya yang tidak bisa terbayar kepada Pak Budiman, ayah Rima dan

juga untuk menutup aib keluarga kaya raya tersebut.

Heru tidak terima dengan perlakuan Paman Hardjo dan Pak Budiman yang

telah membohonginya sehingga menumbuhkan rasa dendam di hatinya. Heru ingin

membalas rasa sakit hatinya dengan membawa Lisa sebagai alat untuk membalas

dendam, karena ia tahu Lisa adalah garis penerus keturunan terakhir trah budiman

sepeninggal Rima. Berjalannya waktu, tidak disangka Heru berubah menjadi

menyayangi Lisa seperti anaknya sendiri, karena ia sadar Lisa tidak salah dalam

kekecewaan yang menimpanya. Heru tidak bisa melupakan rasa sayangnya kepada

Yuyun, terbukti selama sebelas tahun ia belum menikah lagi dan masih berusaha

menemukan Yuyun cinta sejatinya.

Tokoh Heru dalam menghadapi permasalahan menggunakan defense

mechanism sebagai reaksi dari permasalahan yang dihadapi. Bentuk defense

mechanism tokoh Heru digunakan sebagai upaya pertahanan diri untuk mengurangi

efek menyakitkan dari konflik yang terjadi. Bentuk defense mechanism tokoh Heru

dalam cerbung ACTP karya Adinda AS meliputi represi, pengalihan, rasionalisasi,

regresi, agresi dan apatis. Hal ini dapat dibuktikan pada penjelasan berikut:

a. Represi (Repression)

Represi merupakan mekanisme pertahanan yang paling kuat dan luas.

Tugas represi mendorong keluar implus-implus id yang tidak diterima dari alam

Page 121: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

159

sadar dan kembali ke alam bawah sadar. Represi yang dilakukan tokoh Heru

muncul dalam bentuk bersikap sabar untuk menghindari konflik, dan

ketenangan dalam menghadapi masalah. Hal ini dapat dibuktikan pada

penjelasan berikut.

Heru yang mendapat agresi secara langsung dari Endra melakukan

represi dalam bentuk bersikap sabar. Sabar merupakan indikasi seseorang

melakukan represi. Terbukti pada kutipan berikut:

Kutipan:

“Sabar, Bung. Mangga kita rembag kanthi sareh. Mbok bilih Bu Yuyun

dereng nate njlentrehaken sifat sesambetan kula kaliyan Bu Guru punika.

Mangga kita rembagan sae-sae,” ujare Mas Heru isih nyoba sabar lan

sopan.

“Laki-laki sabar adalah laki-laki lemah. Mari kita selesaikan persoalan

kita ini dengan cara seorang jantan.”

[…]“Tenanglah, Bung. Kamu bicara seperti orang kehilangan ingatan.

Sebagai orang dewasa dan beradab marilah kita bicara baik-baik,”

kandhane Mas Heru tetep nyoba sabar nadyan ditantang kasar.(Seri 11:

24)

Terjemahan:

“Sabar, Bung. Marilah kita bicara dengan baik. Mungkin Bu Yuyun belum

pernah menjelasakan sifat hubungannku dengan Bu Guru itu. Mari kita

bicara baik-baik,” kata Mas Heru masih mencoba bersabar dan bersikap

sopan.

“Laki-laki sabar adalah laki-laki lemah. Mari kita selesaikan persoalan kita

ini dengan cara seorang jantan.”

[…]“Tenanglah, Bung. Kamu bicara seperti orang kehilangan ingatan.

Sebagai orang dewasa dan beradab marilah kita bicara baik-baik,” kata

Mas Heru masih berusaha bersabar meskipun ditantang kasar.

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Heru melakukan defense

mechanism jenis represi dalam bentuk bersikap sabar. Represi dalam bentuk

sabar tersebut muncul untuk menekan seminimal mungkin emosional yang tiba-

tiba hadir dalam diri Heru. Ia yang mendapat agresi secara langsung dari Endra

melakukan represi dalam bentuk bersikap sabar dengan tujuan agar tindakannya

tersebut dapat menghindari terjadinya konflik.

Page 122: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

160

Represi selanjutnya yang dilakukan Heru muncul dalam bentuk

ketenangan dalam menghadapi masalah. Masalah-masalah kehidupan yang

hadir, Heru hadapi dengan keadaan tenang. Represi Heru dalam bentuk

ketenangan dalam menghadapi masalah dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

“Mesthi ora ana sing ngira nek Bu Guru Yuyun iku Wahyuningsih, ta?”

Yuyun mbukaki rembug nirokake tetembungan ing jroning surate Heru.

“Wahyuningsih sing sewelas taun kepungkur minangka kenya sing

prasaja, lugu lan bodho-cubluk!” Heru ndungkluk. Dheweke unjal

ambegan landung. (Seri 9: 24)

Terjemahan:

“Tentu tidak ada yang menyangka bahwa Bu Guru Yuyun itu

Wahyuningsih, bukan?” ucap Yuyun membuka pembicaraan menirukan

kata-kata dalam surat Heru. “Wahyuningsih yang sebelas tahun lalu

sebagai gadis sederhana, polos dan dungu!” Heru tertunduk. Ia menarik

nafas panjang.

Heru melakukan defense mechanism jenis represi dalam bentuk

mencoba tenang dalam menghadapi masalah. Konflik yang hadir Heru hadapi

dengan keadaan tenang, meskipun selalu mendapat agresi dari Yuyun. Menarik

nafas panjang merupakan simbol pertanda bahwa Heru berusaha membuat

hatinya tenang. Sikap tenang yang Heru lakukan dengan tujuan agar konflik

yang muncul dan agresi dari Yuyun tidak terpicu menjadi semakin besar.

b. Pengalihan (Displacement)

Pengalihan adalah pengalihan perasaan tidak senang terhadap suatu

objek ke objek lainnya yang lebih memungkinkan. Bentuk defense mechanism

pengalihan dalam konflik ini Heru tunjukkan dalam wujud marah. Kemarahan

yang seharusnya Heru tujukan kepada pamannya dan keluarga Budiman sebagai

sumber frustasi dialihkan kepada Lisa yang masih bayi. Bentuk pengalihan

dalam wujud marah dapat dibuktikan pada penjelasan berikut.

Page 123: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

161

Heru menggunakan bentuk defense mechanism jenis pengalihan dalam

wujud sikap marah ketika dirinya merasa telah dibohongi oleh pamannya dan

keluarga Budiman. Heru menjadi korban pamannya yang gila harta dan tahta.

Defense mechanism pengalihan tersebut dialihkan kepada bayi Lisa.

Kemarahan yang seharusnya ditujukan kepada Paman Hardjo dan Pak Budiman

sebagai sumber frustasi dialihkan kepada Lisa. Terbukti pada kutipan berikut:

Kutipan:

[…]”Tak gawa bayi iku mung kanggo nggawe susahe lan bingunge wong-

wong iku. Miturut hukum pancen Lisa sah anakku. Aku wong sing nduwe

hak asuh bayi iku. Dak gawa bayi iku ora merga aku nggunakake hakku,

nanging aku mung kepengin males lara ati sing tau tak alami marang

wong-wong sing wis tega ngejur tresnaku. Babar pisan ora tak paelu

nalika Bu Budiman nangis ngrampek-ngrampek kepengin ngemong bayi

Lisa. Aku ngerti Lisa siji-sijine garis turune trah Budiman, sapungkure

Rima putri tunggale. Kanthi mengkono ya ben wong tuwa-tuwa sing wis

tumindak daksiya karo aku iku saben dina ngalami kuwatir lan kaweden,

nganggep sawayah-wayah Lisa bakal tak buang ing ndalan.” (Seri 15: 24)

Terjemahan:

[…]“Kubawa bayi itu hanya untuk membuat susah dan bingung orang-

orang itu. Secara hukum memang Lisa sah anakku. Saya yang punya hak

asuh bayi itu. Kubawa bayi itu bukan karena saya menggunakan hakku,

tetapi saya hanya ingin membalas sakit hati yang pernah kualami karena

orang-orang yang sudah tega merusak cintaku. Sama sekali kuacuhkan

ketika Bu Budiman menangis memohon-mohon ingin mengasuh bayi Lisa.

Saya tahu Lisa satu-satunya penerus garis keturunan trah Budiman,

sepeninggal Rima puteri tunggalnya. Biarlah orang-orang tua yang pernah

melakukan perbuatan jahat terhadapku itu setiap hari dihantui rasa cemas

dan ketakutan, menganggap sewaktu-waktu Lisa bisa kubuang dijalan.

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Heru melakukan defense

mechanism pengalihan dalam wujud marah ketika dirinya merasa telah ditipu

Paman Hardjo dan Pak Budiman. Heru terpaksa menikahi Rima putri

konglomerat Pak Budiman yang ternyata telah mengandung janin buah akibat

perbuatannya dengan laki-laki lain. Heru dalam kondisi ini dikorbankan untuk

membalas hutang budi pamannya yang tak terbayarkan dan untuk menutup aib

Page 124: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

162

keluarga. Mengetahui hal tersebut Heru marah besar, ia merasa telah diperalat

dan dibohongi. Pernikahannya dengan Rima adalah sebuah pernikahan yang

sama sekali tidak pernah diharapkan. Konflik tersebut membuatnya sangat

kecewa dan terluka sehingga kemarahannya dialihkan kepada Lisa. Lisa

merupakan satu-satunya penerus garis keturunan trah Budiman sepeninggal

Rima putri tunggalnya, sehingga Heru menggunakan Lisa untuk membalas

dendamnya kepada orang-orang yang telah menyakitinya. Heru ingin membuat

orang-orang yang serakah itu merasakan kekhawatiran dan tersiksa batinnya

dengan menjadikan Lisa sebagai alat untuk membalaskan dendam dan

kebenciannya. Heru mengalami kondisi dan situasi yang tidak menyenangkan

sehingga ia melakukan defense mechanism pengaliahan/ displacement, bahkan

pada suatu saat ia hampir saja membunuh Lisa karena kondisi emosionalnya

yang tidak terkontrol akibat besarnya rasa dendam dan kebencian yang

dipendam. Kemarahan dan perasaan tidak senang yang seharusnya ditujukan

kepada Paman Hardjo dan Pak Budiman sebagai sumber frustasi, dialihkan

kepada Lisa karena Lisa adalah objek yang memungkinkan pada saat itu.

c. Rasionalisasi (Rationalization)

Rasionalisasi memiliki dua tujuan: pertama, untuk mengurangi

kekecewaan ketika gagal mencapai suatu tujuan; kedua, memberikan motif

nyata yang dapat diterima atas perilaku. Bentuk defense mechanism

rasionalisasi dalam konflik ini, Heru tunjukkan dalam bentuk meredam

kemarahan dan meyakinkan diri yang dapat dibuktikan pada penjelasan berikut.

Heru menggunakan bentuk defense mechanism jenis rasionalisasi

dalam bentuk meredam kemarahan ketika ditantang berkelahi oleh Endra. Motif

Page 125: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

163

perkelahian tersebut tidak dapat diterima oleh ego Heru sehingga terjadi

pergolakan batin karena pada dasarnya Heru tidak tahu penyebab Endra

melakukan regresi terhadapnya. Heru menggunakan bentuk defense mechanism

jenis rasionalisasi dalam bentuk meredam kemarahan dapat dibuktikan pada

kutipan berikut:

Kutipan:

Mas Heru ndungkluk sedih. Sirahe gedheg-gedheg lemes, banjur ujare:

“Babar pisan aku ora ngarepake iki. Ngisin-isini.”[…]“Salawase urip

aku durung tau diina wong kaya ngene iki…” clathune Heru nahan ati.

Untune kerot-kerot tangane dikepel-kepel. (Seri 11: 24)

Terjemahan:

Mas Heru tertunduk sedih. Kepalanya menggeleng-geleng lemah, lalu

katanya: “Sama sekali saya tidak menghendaki kejadian ini. Memalukan.”

[…]“Selama hidup saya belum pernah dihina orang semacam ini,” kata

Heru menahan marah. Giginya kerot-kerot, tangannya mengepal.

Kondisi tersebut menggambarkan bahwa Heru telah melakukan defense

mechanism rasionalisasi yang ditujukkan dalam bentuk meredam kemarahan.

Motif cacian dan umpatan yang tidak dapat diterima oleh ego menyebabkan

timbulnya agresi dalam batin Heru. Agresi tersebut timbul sebagai motif

pengganti dengan tujuan pembenaran bahwa Heru tidak seperti apa yang

dituduhkan Endra terhadapnya. Heru tidak pernah mengharapkan adanya

pertengkaran itu dikarenakan konflik yang timbul hanyalah salah paham.

Regresi yang berkali-kali ditujukan kepada Heru membuatnya menjadi geram,

namun Heru melakukan defense mechanism rasionalisasi dalam bentuk

meredam kemarahan dengan tujuan pembenaran bahwa Heru tidak seperti yang

dituduhkan Endra kepadanya, dan selain itu rasionalisasi dilakukan juga dengan

tujuan sebagai motif pengganti agresi yang bergejolak di batin karena meredam

Page 126: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

164

kemarahan dirasa jauh lebih baik dan mampu mengurangi efek menyakitkan

dari konflik yang tidak bisa dihindari.

Heru selain meredam kemarahan, juga menggunakan defense

mechanism rasionalisasi dalam bentuk meyakinkan diri sebagai motif nyata

yang bisa diterima atas perilaku yang dilakukan. Yuyun menggunakan bentuk

defense mechanism jenis rasionalisasi dalam bentuk meyakinkan diri dapat

dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

“Aku rumangsa sejatine awakku iki wis ora pantes maneh ketemu sliramu.

Wis sapantese yen sliramu nggething lan nyingkur aku. Mungsuhi aku lan

ngendhem sengit, dhendham mring aku. Ing panyawangmu aku iki wong

lanang sing pengecut. Wong lanang sing ora ngerti males budi kabecikane

liyan.” (Seri 5: 24)

Terjemahan:

Saya merasa sebenarnya diriku ini sudah tidak pantas lagi menemuimu.

Sudah sewajarnya bila kamu membenci dan menghindariku. Memusuhi

dan memendam dendam terhadapku. Di matamu saya ini seorang laki-laki

yang pengecut. Laki-laki yang tidak tahu membalas kebaikan orang.

Heru menggunakan rasionalisasi dalam bentuk meyakinkan diri ketika

motif perilaku tidak dapat diterima oleh egonya dengan meyakinkan diri bahwa

dirinya sudah tidak pantas lagi menemui Yuyun. Sudah sewajarnya juga bila

Yuyun membenci, memusuhi dan bahkan mendendam Heru karena di mata

Yuyun dirinya hanya seorang laki-laki yang pengecut. Hal tersebut merupakan

sebuah motif pengganti dengan tujuan pembenaran bahwa Heru menerima

semua perlakuan Yuyun akibat kesalahan yang pernah diperbuat. Tindakan itu

juga sebagai bentuk meyakinkan diri sebagai motif nyata yang bisa diterima

atas perilaku yang dilakukan.

Page 127: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

165

d. Regresi

Terdapat dua jenis regresi, yang pertama retrogressive behavior yaitu

perilaku seseorang yang mirip anak kecil, menangis dan sangat manja agar

memperoleh rasa aman dan perhatian orang lain. Kedua, primitivation yaitu

ketika seorang dewasa bersikap tidak berbudaya dan kehilangan kontrol

sehingga tidak sungkan-sungkan berkelahi. Heru dalam menghadapi konflik

melakukan defense mechanism jenis regresi dalam bentuk menangis. Menangis

termasuk regresi jenis retrogressive behavior, yaitu perilaku seseorang yang

mirip anak kecil. Regresi jenis retrogressive behavior yang dilakukan tokoh

Heru yaitu dalam bentuk menangis dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

[…]Heru dipeksa nikahi Rima, kenya putrine kancane Paman Hardjo. Pak

Rahardjo, pamane Heru sing salawase iki ngopeni lan nggedekake

ponakane kuwi. Ngisin-isini pawongan priya dhewasa Insinyur pisan,

nangis bingung ngadhepi prakara sing jare kaya mangan woh

simalakama. Yen dipangan bapak mati, yen ora dipangan ibu sing mati.

(Seri 2: 24)

Terjemahan:

[…]Heru dipaksa mengawini seorang gadis putri teman Paman Hardjo.

Pak Rahardjo, pamannya Heru yang selama ini membiayai dan

membesarkan keponakannya itu. Memalukan seorang laki-laki dewasa

Insinyur pula, menangis kebingungan menghadapi masalah yang katanya

seperti makan buah simalakama.

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Heru melakukan defense

mechanism regresi jenis retrogressive behavior dalam bentuk menangis.

Menangis merupakan perilaku seseorang yang mirip anak kecil. Heru

melakukan regresi disebabkan reaksi emosional yang berlebih ketika

menghadapi konflik. Heru bingung karena dipaksa menikah dengan wanita

pilihan pamannya sebagai bentuk balas budi karena telah merawatnya sejak

bayi, namun disisi lain Heru sudah mempunyai seorang perempuan yang sangat

Page 128: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

166

dicintai. Konflik yang menimbulkan kekecewaan yang seharusnya Heru hadapi

dengan rasional, justru malah dihadapi dengan menangis dengan tujuan agar

dapat memperoleh rasa aman dalam hatinya dan bisa memperoleh perhatian dari

Yuyun agar mau membantunya mencari jalan keluar dari konflik yang sedang

menimpanya.

Konflik selanjutnya juga Heru hadapi dengan melakukan regresi jenis

retrogressive behavior dalam bentuk menangis. Konflik dengan Yuyun yang

Heru hadapi membuatnya mundur dari tahapan emosional. Hal tersebut dapat

dibuktikan dalam kutipan berikut:

Kutipan:

“Semono gedhene dhendhammu marang aku, Dhik Ningsih? Apa ora ana

pangapuramu sithik wae kanggo aku sing sejatine uripku salawase iki ya

kasiksa kedhuwung sing dawa. Saora-orane pangapuramu kanggo Lisa.”

ujare Heru nalangsa. Mripate ngembeng banyu, ana setetes nggantung

ing pojoke mripat. Ah, apa ana wong lanang sugih lan gagahe ngene

nangis? (Seri 12: 24)

Terjemahan:

“Begitu besarnya dendamu kepadaku, Dik Ningsih? Tak adakah sedikit

maafmu untuk diriku yang sebenarnya juga telah tersiksa oleh penyesalan

panjang selama ini? Setidaknya kata maaf untuk Lisa.” ucap Heru semakin

sedih, ada setitik air bening menggantung di sudut matanya. Ah, apa ada

seorang laki-laki kaya dan segagah ini menangis?

Heru kembali melakukan regresi jenis retrogressive behavior dalam

bentuk menangis. Tindakan tersebut merupakan perilaku seseorang yang mirip

anak kecil. Heru melakukan regresi disebabkan reaksi emosional yang berlebih

ketika menghadapi konflik dengan Yuyun. Heru sedih mengetahui bahwa

Yuyun begitu besar menyimpan dendam terhadapnya, hingga sedikitpun tidak

bisa memaafkan kesalahannya. Bukannya menghadapi konflik dengan rasional,

justru Heru melakukan defense mechanism dengan wujud menangis dengan

Page 129: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

167

tujuan agar mendapatkan rasa aman dalam hatinya dan memperoleh perhatian

dari Yuyun.

Heru juga melakukan defense mechanism jenis regresi primitivation

dalam bentuk berkelahi. Suasana perkelahian antara Heru dengan Endra adalah

bentuk regresi primitivation. Bentuk ini menjelaskan tentang perilaku seseorang

yang tidak berbudaya dan kehilangan kontrol sehingga tidak sungkan-sungkan

untuk berkelahi. Regresi jenis primitivation yang dilakukan tokoh Heru yaitu

dalam bentuk berkelahi dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

Krana kedadeyan gelut, pancakara antarane priya loro sing padha-padha

pideksa pawakane ing tengah pekarangan pinggir dalan gedhe, ndadekake

kawigaten gedhe wong-wong sing pinuju liwat papan kono. Akeh wong

padha teka nyedhak niyat nonton “hiburan gratis” ing sore parak surub

iku. […]kabeh padha mandheg mlengak nyekseni wong lanang loro gelut

rame ing tengah pekarangan. (Seri 11: 25)

Terjemahan:

Karena terjadi keributan, perkelahian antara dua laki-laki yang sama-sama

gagah perawakannya di tengah halaman pinggir jalan raya, membuat

perhatian besar orang-orang yang lewat tempat tersebut. Banyak orang

berdatangan mendekat berniat menonton “hiburan gratis” di sore hari

menjelang malam. […] semua berhenti menonton dua orang laki-laki yang

sedang berkelahi di tengah halaman.

Konflik yang terjadi memicu emosional yang berlebih dalam diri Heru.

Emosional yang telah mencapai pada titik puncaknya membuat Heru

kehilangan kontrol dalam dirinya sehingga terjadilah perkelahian yang tidak

dapat dihindari. Perkelahian antara Heru dengan Endra termasuk dalam bentuk

perilaku yang tidak berbudaya. Emosional yang tidak terkontrol membuat

keduanya tidak sungkan-sungkan untuk berkelahi.

Bentuk defense mechanism regresi yang dilakukan Heru selanjutnya

adalah memukul. Memukul termasuk ke dalam regresi jenis primitivation sebab

Page 130: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

168

bentuk ini menjelaskan tentang perilaku seseorang yang tidak berbudaya dan

kehilangan kontrol sehingga tidak sungkan-sungkan untuk memukul. Regresi

jenis primitivation yang dilakukan tokoh Heru yaitu dalam bentuk memukul

dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

Ora krasa Yuyun njerit banter binareng ambruke Endra krana sabetan

karate ing pener cengele. Nadyan sabetan epek-epek tangane Heru ora

sepiraa banter, nanging wis bisa ngrubuhake awake Endra sing tiba

gemebrug ing bantala semaput. (Seri 11: 25)

Terjemahan:

Tidak disadari Yuyun berteriak keras bersamaan dengan robohnya Endra

karena pukulan karate tepat di tengkuknya. Meskipun hanya pukulan sisi

telapak tangan Heru yang tidak terlampau keras, namun sudah bisa

merobohkan tubuh Endra yang jatuh berdebum ke tanah tak sadarkan diri.

Perilaku Heru tersebut menggambarkan bahwa ia melakukan defense

mechanism jenis regresi primitivation dalam bentuk memukul.

Kesalahpahaman dengan Endra memicu timbulnya konflik. Konflik yang tidak

bisa dihindari memicu emosional yang berlebih dalam diri Heru. Emosional

yang telah mencapai pada titik puncaknya membuat Heru kehilangan kontrol

dalam dirinya sehingga tanpa sadar sebuah pukulan ditujukan kepada Endra.

Perkelahian antara Heru dengan Endra termasuk dalam bentuk perilaku yang

tidak berbudaya. Emosional yang tidak terkontrol membuat Heru tidak

sungkan-sungkan untuk memukul Endra.

e. Agresi dan Apatis

Agresi dapat berbentuk langsung dan pengalihan. Agresi langsung

adalah agresi yang diungkapkan secara langsung kepada seseorang atau objek

yang merupakan sumber frustasi. Agresi yang dialihkan adalah bila seseorang

mengalami frustasi namun tidak dapat mengungkapkan secara puas kepada

Page 131: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

169

sumber frustasi tersebut karena tidak jelas atau tak tersentuh. Apatis adalah

bentuk lain dari reaksi terhadap frustasi yaitu sikap menarik diri dan bersikap

seakan-akan pasrah. Agresi yang dilakukan tokoh Heru dalam wujud marah-

marah, baik agresi berbentuk langsung maupun pengalihan. Bedanya, pada

agresi langsung wujud marah tertuju pada sumber frustasi sedangkan pada

agresi pengalihan wujud marah tidak tertuju pada sumber frustasi. Hal ini dapat

dibuktikan pada penjelasan berikut.

Bentuk agresi tokoh Heru diwujudkan dengan amarah. Sikap marah

Heru diungkapakan secara puas kepada sumber frustasi yaitu Endra, sehingga

dalam situasi ini Heru melakukan defense mechanism jenis agresi langsung

dalam bentuk marah, yang dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

“Cukup, saudara Endra! Jangan cari gara-gara di sini.”

“Tidak di sini. Di halaman itu cukup luas untuk kita berdua,” tantange

Endra, banjur ndisiki metu kanthi jangkah-jangkah amba. (Seri 11: 24)

Terjemahan:

“Cukup, saudara Endra! Jangan cari gara-gara di sini.”

“Tidak di sini. Di halaman itu cukup luas untuk kita berdua,” tantang

Endra, kemudian ia berlalu mendahului ke luar dengan langkah-langkah

lebar.

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Heru melakukan defense

mechanism jenis agresi secara langsung dalam bentuk marah yang ditujukan

kepada Endra sebagai sumber frustasi. Amarah tersebut disebabkan karena

Endra telah memaki dan menghina Heru. Heru mulai memanas karena tidak

terima dengan cacian Endra sehingga amarahnya diungkapkan dengan cara

membentak Endra yang telah memakinya. Tindakan agresi secara langsung

tersebut sebagai bentuk emosionalnya yang telah mencapai pada titik

Page 132: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

170

puncaknya dan pengungkapan itu mempunyai tujuan agar mendapatkan

kepuasan batin terhadap konflik yang tidak dapat dihindari.

Heru selain menggunakan agresi secara langsung, juga menggunakan

agresi pengalihan dalam bentuk amarah. Agresi pengalihan dilakukan karena

Heru mengalami frustasi namun tidak dapat diungkapkan secara puas kepada

sumber frustasi. Defense mechanism jenis agresi pengalihan dalam bentuk

amarah dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

”Edan!! Asor bebudene wong-wong sing ngaku awake kinurmatan kaya

Pak Budiman lan Paman Hardjo iki. Aku dikurbanake krana utang bisnise

Paman Hardjo sing ora kebayar marang Pak Budiman konglomerat sugih

ing negara iki.[…]Aku kudu nglakoni nikahi wanita sing ing rahime

ngandhut wohing tumindak dosa sing babar pisan durung tak kenal, apa

maneh tak tresnani. Lan tresnaku dhewe dikurbanake muspra. Tak

sumpahi kabeh. Tak undhat-undhat lan tak kutuk pamanku lan Pak

Budiman. Aku ora sudi maneh srawung karo wong-wong sing ora nduwe

nurani.” (Seri 15: 24)

Terjemahan:

“Gila!! Rendah budi orang-orang yang mengaku dirinya terhormat seperti

Pak Budiman dan Paman Hardjo. Saya dikorbankan karena hutang bisnis

Paman Hardjo yang tidak terbayar kepada Pak Budiman pengusaha kaya

di negeri ini. […]Saya harus menikahi perempuan yang di rahimnya

mengandung perbuatan dosa yang sama sekali belum ku kenal apalagi ku

cintai. Dan cintaku sendiri dikorbankan sia-sia. Saya sumpahi semua. Ku

kutuk Pak Budiman dan Paman Hardjo. Saya tak sudi lagi bergaul dengan

orang-orang yang tidak mempunyai nurani.”

Heru melakukan defense mechanism jenis agresi pengalihan dalam

bentuk marah-marah yang ditujukan kepada sumber frustasi yaitu Pak Budiman

dan Paman Hardjo, namun tidak dapat diungkapkan secara puas kepada sumber

frustasi karena sumber frustasi tidak tersentuh. Konflik yang terjadi memicu

terjadinya agresi peralihan dalam diri Heru. Heru bercerita kepada Yuyun

bahwa dirinya tidak terima dengan perlakuan pamannya yang tega

mengorbankan dirinya demi harta. Ia tidak terima Paman Hardjo dan Pak

Page 133: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

171

Budiman tega membohonginya. Heru dikorbankan demi hutang pamannya

yang tidak bisa dibayar dan juga untuk menutupi aib keluarga dengan menikahi

anak Pak Budiman yang ternyata sudah hamil dengan laki-laki lain, sedangkan

Heru harus menderita karena harus kehilangan perempuan yang sangat

dicintainya. Kondisi tersebut memicu terjadinya agresi peralihan dikarenakan

sumber frustasi tak tersenuh, namun tindakan tersebut dirasa tidak

menimbulkan kepuasan batin dikarenakan agresinya tidak dapat diungkapkan

secara langsung kepada sumber frustasi.

Heru selain melakukan defense mechanism agresi dalam menghadapi

konflik yang timbul dalam hidupnya, ia juga melakukan defense mechanism

jenis apatis. Apatis dilakukan dalam wujud sikap menarik diri dan sikap pasrah.

Bentuk defense mechanism apatis dapat dibuktikan pada penjelasan berikut.

Heru memanfaatkan defense mechanism apatis sebagai cara untuk

mengurangi efek yang menyakitkan dari konflik yang dihadapi. Bentuk apatis

yang dilakukan Heru diwujudkan dengan sikap menarik diri yang dapat

dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

“Nek pancen mbok karepake Lisa tak pindhahe saka sekolahan iki. Utawa

aku karo Lisa tak pindhah kutha liya. Kebeneran cabang perusahaan ing

Jogja butuh kawigatenku sing mirunggan.” (Seri 12: 24)

Terjemahan:

“Kalau memang kamu menginginkan Lisa ku pindahkan dari sekolahan

ini. Atau saya dan Lisa yang pindah ke kota lain. Kebetulan cabang

perusahaan di Jogja butuh perhatianku.”

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Heru melakukan defense

mechanism apatis dalam bentuk menarik diri. Konflik yang dihadapi membuat

Heru bersikap mundur dari kehidupan Yuyun. Tindakan tersebut bertujuan

Page 134: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

172

untuk menghindari konflik yang semakin membesar dan juga untuk mengurangi

efek menyakitkan dari konflik yang tidak bisa dihindari.

Bentuk defense mechanism apatis yang dilakukan Heru dalam sikap

menarik diri juga dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

“Kenapa kowe arep mlayu maneh saka kutha iki Ningsih? Aku rak wis

janji aku ora bakal ngganggu sliramu maneh. Sewelas taun aku nglacak

playumu, saiki wis bisa ketemu. Nanging aku nyadari sliramu wis ora bisa

tak arep-arep maneh.” ujare Heru gela.” (Seri 11: 31)

Terjemahan:

“Kenapa kau mau lari lagi dari kota ini, Ningsih? Bukankah saya sudah

berjanji tidak akan mengganggumu lagi. Sebelas tahun saya melacak

pelarianmu, sekarang sudah bisa bertemu. Namun saya menyadari

sekarang kamu tidak mungkin kuharapkan lagi.” kata Heru kecewa.

Heru melakukan defense mechanism apatis dengan bersikap menarik

diri ketika menghadapi konflik. Heru mundur dan sadar kalau Yuyun sudah

tidak bisa diharapkan untuk kembali lagi dengannya, maka dalam konflik ini

Heru lebih memilih untuk menarik dirinya dari harapan tersebut.

Bentuk defense mechanism apatis selain bersikap menarik diri, Heru

juga menggunakan apatis dalam bentuk bersikap pasrah ketika dihadapkan

dengan konflik. Hal tersebut dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

“Aku ngakoni ing saperangan prakara aku sing salah. Kadidene wong

sing salah aku pasrah sumarah ing ngarepmu. Ukumen awakku. Tindakna

apa sing mbok anggep pantes dhewe nggo ngukum aku murwad karo

kesalahanku.” (Seri 5: 24)

Terjemahan:

“Saya akui dalam masalah ini saya yang bersalah. Sebagai orang yang

bersalah saya pasrah diri di hadapanmu. Hukumlah diriku. Lakukanlah apa

yang kau anggap paling pantas untuk menghukumku setimpal dengan

kesalahanku.”

Page 135: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

173

Situasi di atas menggambarkan bahwa Heru menggunakan defense

mechanism apatis dalam bentuk bersikap pasrah. Konflik yang dihadapi

membuatnya bersikap pasrah dengan apa yang terjadi. Heru menyadari kalau

dalam konflik dengan Yuyun dia yang salah, sehingga ia pasrah menerima

hukuman dari Yuyun. Tindakan Heru tersebut dengan tujuan agar bisa

mengurangi efek menyakitkan dari konflik yang tidak bisa dihindari.

Bentuk defense mechanism apatis yang dilakukan Heru dalam sikap

pasrah juga dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

“Ngalor ngidul ngetan ngulon, menyang papan sing tau kita ambah tak

ubeg-ubeg sapa ngerti sliramu ing kono. Sliramu ngilang ora cetha

parane. Awit rumangsa bingung lan susahing ati, aku wis ora mikir wisuda

maneh. Aku wis pedhot ing pangarep-arep.” (Seri 5: 25)

Terjemahan:

“Ke segala arah saya mondar-mandir, ke tempat yang pernah kita datangi

saya datangi siapa tahu saya menemukanmu di tempat itu. Kamu

menghilang tak tentu rimbanya. Karena kebingungan dan sedihnya hati,

saya sudah tidak memikirkan wisuda lagi. Saya sudah putus harapan.”

Konflik yang dihadapi membuatnya bersikap pasrah karena tidak dapat

mempertemukan Yuyun. Heru gagal menemukan Yuyun yang pergi tanpa jejak.

Konflik tersebut membuatnya pasrah dan pupus dari harapan.

Berdasarkan analisis di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa defense

mechanism atau mekanisme pertahanan yang digunakan tokoh Heru Purnomo

dalam cerbung Ara-ara Cengkar Tanpa Pinggir karya Adinda AS, yaitu bentuk

defense mechanism represi (repression), pengalihan (displacement), rasionalisasi

(rationalization), regresi, agresi dan apatis. Bentuk defense mechanism yang tidak

digunakan Heru, yaitu defense mechanism sublimasi, proyeksi, reaksi formasi

Page 136: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

174

(reaction formation), fantasi dan stereotype. Hal ini jelas berbeda dengan Yuyun

yang lebih banyak menggunakan bentuk defense mechanism.

Bentuk-bentuk defense mechanism yang dilakukan tokoh Heru

memberikan pengaruh positif maupun pengaruh negatif terhadap kepribadiannya.

Bentuk represi, rasionalisasi, dan apatis cenderung memberikan pengaruh yang

positif. Pengaruh itu dapat dilihat pada bentuk represi dengan bersikap sabar untuk

menghindari konflik, dan ketenangan dalam menghadapi masalah. Pengaruh positif

dapat pula dilihat pada bentuk rasionalisasi dengan meredam kemarahan, dan

meyakinkan diri atau bersikap realistis. Terakhir dapat dilihat pada bentuk apatis

dengan tindakan menarik diri untuk menghindari konflik.

Bentuk pengalihan, regresi, agresi, dan apatis cenderung memberikan

pengaruh yang negatif. Pengaruh negatif dapat dilihat pada bentuk pengalihan yaitu

sikap emosional (marah). pada bentuk regresi dengan tindakan menangis, berkelahi,

dan memukul. Selanjutnya dapat pula dilihat pada bentuk agresi dengan bersikap

emosional (marah), dan pengaruh negatif yang terakhir dapat dilihat pada bentuk

apatis dengan bersikap pasrah.

Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk defense

mechanism yang dilakukan Heru lebih banyak membawa pengaruh negatif daripada

pengaruh positif terhadap perilakunya. Hal ini membuat kepribadian Heru

tergolong tidak matang.

Page 137: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

175

C. ANALISIS DAMPAK DEFENSE MECHANISM PADA TOKOH

WAHYUNINGSIH DAN HERU PURNOMO

Dampak Defense mechanism yang dikutip dari Semiun (2006) dalam Gely

Nurmurey Idzha (2013: 116) diantaranya yaitu reaksi-reaksi mekanisme pertahanan

ego mungkin sangat kontruktif, tekanan tetap melindungi diri secara psikologis

menyebabkan tidak relaks, usaha pada mekanisme pertahanan ego mempengaruhi

keadaan sekitar (manipulatif), cenderung akan diterapkan lagi bila dirasa

menguntungkan.

Dampak Defense mechanism yang lain menurut McGill (2008) dalam Gely

Nurmurey Idzha (2013: 116) yang terjadi dalam diri seseorang antara lain, Defense

mechanism melibatkan penipuan dan distorsirealitas, ketika kecemasan ditekan,

diwujudkan dengan cara lain, seperti fobia, serangan kecemasan atau gangguan

obsesif-kompulsif, mengurangi kecemasan dan mempertahankan citra diri yang

positif, mengurangi aktifitas fisiologis yang tidak sehat.

Bagian ini berturut-turut akan mambahas dampak defense mechanism

tokoh Wahyuningsih (Yuyun), kemudian dilanjutkan dengan membahas dampak

defense mechanism tokoh Heru Purnomo pada cerbung Ara-ara Cengkar Tanpa

Pinggir karya Adinda AS.

1. Dampak defense mechanism pada tokoh Wahyuningsih (Yuyun)

Tokoh Wahyuningsih (Yuyun) menggunakan defense mechanism atau

mekanisme pertahanan diri untuk mengurangi efek menyakitkan dari konflik yang

tidak dapat dihindari. Dampak yang ditimbulkan dari defense mechanism yang

dilakukan tokoh Yuyun dalam cerbung Ara-ara Cengkar Tanpa Pinggir karya

Adinda AS dapat dibuktikan pada penjelasan berikut:

Page 138: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

176

1. Menyebabkan tidak relaks

Yuyun setelah melakukan defense mechanism merasa bahwa

tekanannya masih melingkupi dirinya secara psikologis. Hal ini menimbulkan

keadaan yang tidak relaks. Keadaan yang tidak relaks ditimbulkan oleh bentuk

defense mechanism sebagai berikut:

a. Represi

Dampak yang ditimbulkan oleh defense mechanism bentuk represi yang

dilakukan Yuyun dapat dibuktikan sebagai berikut:

Kutipan:

Yuyun blangkemen. Dirasakake swasana sangsaya panas, ndadekake

amem. (Seri 6: 25)

Terjemahan:

Yuyun terdiam. Dirasakan suasana menjadi semakin panas, membuat

resah.

b. Agresi langsung

Tekanan tetap melindungi diri Yuyun secara psikologis sehingga

menyebabkan timbulnya keadaan tidak relaks. Hal ini merupakan dampak

agresi secara langsung yang Yuyun lakukan. Terbukti pada kutipan berikut:

Kutipan:

Yuyun dhewe ora ngerti, kudu nesu apa sedhih. Nanging sing genah,

tambah priya siji maneh sing nggawe ora tentreming atine. (Seri 7: 24)

Terjemahan:

Yuyun sendiri tidak tahu, harus marah atau sedih. Tetapi yang pasti,

tambah seorang laki-laki lagi yang membuat tidak tenang hatinya.

c. Rasionalisasi

Bentuk defense mechanism rasionalisasi yang ditujukan kepada Heru

membuat Yuyun menjadi tidak relaks. Hal ini karena tekanan yang ada dalam

Page 139: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

177

diri Yuyun masih melindungi dirinya secara psikologis. Terbukti pada kutipan

berikut:

Kutipan:

Mlakune Yuyun dirikat-rikatake. Keprungu swara mobil samburine. Mesti

bapake Lisa mbuntuti lakune. Jangkahe ora jenak, mula tansah kesarug-

sarug dadine. (Seri 1: 49)

Terjemahan:

Jalannya Yuyun dipercepat. Terdengar suara mobil di belakangnya. Pasti

papanya Lisa membuntuti langkahnya, tentu saja tersaruk-saruk jadinya.

Dampak tidak relaks yang ditimbulkan oleh bentuk defense mechanism

rasionalisasi selanjutnya dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

Dheweke matur nyuwun pindhah mulang saka kutha iki. Yuyun rumangsa

wis ora nduwe katentreman maneh. Tekane Heru sing dianggep nggrogoti

uripe. Panyawange mripate Lisa wektu Yuyun mulang ing ngarep kelas.

Tansah mandeng landhep, ngarep-arep lan ngenteni, ora tahan rasane

Yuyun tansah nyingkur lan selak. Eseme Pak Guru Haryanto sing lucu

ngelingake pocapane […]Luwih-luwih patrape Endra, sabubare prastawa

iku Yuyun dianggep mungsuh satru bebuyutan. Mendah isin lan sedih

rasaning ati, kaping pindho Yuyun diundang ing kantor Polisi Polsek

dijaluki katrangan minangka saksi ing kasus penganiayaan. (Seri 11: 25)

Terjemahan:

Dia bilang minta pindah mengajar dari kota ini. Yuyun merasa sudah tidak

punya ketenangan lagi. Kedatangan Heru yang dianggap menggerogoti

hidupnya. Pandangan mata Lisa saat Yuyun mengajar di depan kelas.

Selalu menatap tajam, mengharap dan menanti, tidak tahan rasanya Yuyun

selalu menyingkir dan menghindari. Senyuman Pak Guru Haryanto yang

lucu mengingatkan ucapannya […]Terlebih sikap Endra, setelah peristiwa

itu Yuyun dianggap sebagai musuh bebuyutan. Betapa malu dan sedih

rasanya hati, dua kali Yuyun diundang ke kantor Polisi Polsek untuk

dimintai keterangan sebagai saksi mengenai kasus penganiayaan.

d. Pengalihan

Dampak tidak relaks yang ditimbulkan oleh defense mechanism bentuk

pengalihan terhadap Lisa yang dilakukan Yuyun dapat dibuktikan pada kutipan

sebagai berikut:

Page 140: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

178

Kutipan:

Yuyun kelangan greged omong ing ngarep kelas, mula bocah-bocah

dikongkon nggarap matematik. Kanggo nyuda gorehing rasa ati Yuyun

nyoba maca buku Ilmu Jiwa Anak, nanging ora ana sing bisa nyenthel ing

utege. (Seri 3: 25)

Terjemahan:

Yuyun kehilangan nafsu berbicara di depan kelas, maka dari itu anak-anak

disuruh mengerjakan matematika. Untuk mengurangi keresahan hati

Yuyun mencoba membaca buku Ilmu Jiwa Anak, tetapi tidak ada yang

bisa masuk di otaknya.

2. Mempengaruhi keadaan sekitar

Reaksi formasi yang dilakukan Yuyun mampu mempengaruhi keadaan

sekitarnya. Reaksi formasi ini berdampak pada sikap Heru yang berubah

menjadi sedih dan merasa tersiksa batinnya. Terbukti pada kutipan berikut:

Kutipan:

Heru sangsaya sedih. Sangsaya tanpa daya lan tambah kasiksa. Lan rasa

jroning atine Yuyun tambah marem. Tetela ringkih uga atine wong lanang

kaya Heru. Heru sing dikira pengkuh santosa, kaya gagraging watu

karang ing samodra, nanging ambrol mung sepisan katebas. (Seri 9: 25)

Terjemahan:

Heru semakin sedih. Semakin tak berdaya dan semakin tersiksa. Dan rasa

dalam hatinya Yuyun semakin puas. Ternyata rapuh juga hati seorang laki-

laki seperti Heru. Heru yang dianggap kuat, seperti kokohnya batu karang

di samudra, ternyata runtuh hanya sekali dipukul.

3. Cenderung akan diterapkan lagi bila dirasa menguntungkan

Adanya kecenderungan untuk diulangi lagi karena hal ini dirasa

menguntungkan untuk mengurangi efek dari konflik yang dihadapi. Dampak

tersebut dihasilkan dari bentuk-bentuk defense mechanism yang dilakukan oleh

Yuyun yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

Page 141: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

179

a. Represi

Pada pembahasan sebelumnya, Yuyun ditemukan telah melakukan

represi sebanyak tiga kali. Represi yang pertama dilakukan ketika Yuyun

menerima perlakuan tidak menyenangkan dari Hary. Terbukti pada kutipan

berikut:

Kutipan:

“Ya iki pacarku sing tak karepake. Sing lenggah ing sisihku iki.” ujare

karo sebelah tangane ngrangkul pundhake Yuyun.

“Aah… aja sembranan, ah. Isin mengko yen konangan murid-murid.

Dikira awake dhewe pacaran!” ujare Yuyun kaget. Kanthi sabar

disingkirake tangane Hary saka pundhake. Sanadyan dheweke wis kerep

krungu gojegane wong siji iki, nanging krungu omongan ngenani pacar

iki rasane atine ora kepenak. (Seri 6: 25)

Terjemahan:

“Ya ini pacarku yang ku inginkan. Yang duduk di sebelahku ini.” katanya

sambil sebelah tangannya merangkul pundak Yuyun.

“Aah… jangan main-main, ah. Malu nanti kalau ketahuan murid-murid.

Dikira kita pacaran!” sahut Yuyun terkejut. Dengan sabar disingkirkan

tangan Hary dari pundaknya. Meskipun dirinya sudah biasa mendengarkan

canda gurauan orang satu ini, namun mendengar pembicaraan soal pacar

ini rasa hatinya menjadi tidak enak.

Bentuk represi ini dirasa menguntungkan karena dapat menghindari

terjadinya konflik, sehingga Yuyun melakukan represi ini secara berulang-

ulang. Yuyun melakukan represi yang kedua yaitu ketika Yuyun terlibat konflik

dengan Heru. Terbuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

“Heeh… Dadi, dadi… kowe ngandhut wektu kuwi, Dhik?” ujare Heru

kaget. Dheweke ngadeg saka palungguhane. “Yen nggarbini kenapa ora

ngomong, malah lunga, Dhik? Endi bocah iku saiki, Dhik Ning? Ing

ngendi??”

Yuyun njaluk dheweke lungguh maneh. Ing raine ketok gambaran rasa

kaget gedhe krungu samubarang sing ora tau kabayangake sadurunge.

“Aja gugup. Sing sareh. Mas Heru bisa mbayangake kasangsarane wong

wadon sing mlayu ing njaban rangkah amarga dikhianati priya sing

banget ditresnani?” (Seri 9: 24)

Page 142: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

180

Terjemahan:

“Heeh… Jadi, jadi… Kamu hamil pada waktu itu, Dik?” ucap Heru

terkejut. Ia bangkit dari tempat duduknya. “Kalau hamil kenapa tidak

bilang, malah pergi, Dik? Di mana anak itu sekarang, Dik Ning? Di

mana??”

Yuyun minta ia duduk kembali. Di wajahnya nampak ungkapan rasa

terkejut sekali mendengar sesuatu yang tidak pernah diduga sebelumnya.

“Jangan gugup. Yang tenang. Mas Heru bisa membayangkan bagaimana

penderitaan seorang perempuan yang lari di perantauan karena dikhianati

laki-laki yang sangat dicintai?

Bentuk represi yang ketiga yaitu ketika amarahnya terpancing oleh

perkataan Lisa. Perkataan Lisa membuat hati Yuyun memanas dan hampir saja

emosionalnya ikut terpancing. Ia tahu anak sekecil Lisa tidak akan pernah tahu

masalah orang dewasa. Hal ini menyebabkan ia harus merepresi yang ada dalam

hatinya. Terbukti pada kutipan berikut:

Kutipan:

“Kata papa, mama Lisa dulu secantik Bu Yuyun,” pangucape Lisa lugu.

Atine Bu Guru kumesar. Raine rasane panas. Nanging rasa trenyuh

ngalahake sakabehing pangrasa. Tanpa sadhar Lisa dirangkul, dielus-

elus sirahe kanthi asih. Banjur dibisiki ing kupinge, “Lisa tentu saja dapat

anggap Bu Yuyun sebagai mama Lisa, bukan?” (Seri 4: 24)

Terjemahan:

“Kata papa, mama Lisa dulu secantik Bu Yuyun,” ucap Lisa polos.

Hatinya Bu Guru tak enak rasanya. Wajahnya terasa panas. Namun rasa

haru mengalahkan rasa-rasa yang lain. Tanpa sadar Lisa dipeluk, dibelai

kepalanya dengan kasih sayang. Kemudian dibisikkan di telinganya, “Lisa

tentu saja dapat anggap Bu Yuyun sebagai mama Lisa, bukan?”

b. Agresi

Agresi secara langung yang dilakukan Yuyun dirasa menguntungkan

sehingga Yuyun cenderung menggunakan kembali defense mechanism agresi

ini untuk mengurangi efek dari konflik yang terjadi. Pada pembahasan

sebelumnya, Yuyun ditemukan telah melakukan agresi sebanyak empat kali.

Agresi yang pertama dilakukan kepada Heru sebagai sumber frustasi. Hal ini

dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Page 143: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

181

Kutipan:

“Kabeh wong ngerti, aku kekasihmu meh patang tahun nyengkuyung

studymu. Atur panglipur yen kowe lagi sungkaweng galih. Melu prihatin

ing sandhingmu. Aku tansah ngudi nyisihake dhuwit sanguku ben bisa

nukokake rokok Mas Heru, amarga kowe kerep sesambat ora bisa sinau

nek ora ngakep rokok sing ngebul ing lambemu.[…] Nanging ora ana

pawongan siji wae sing ngerti nalika aku mlayu niba tangi. Mlayu saka

lingkunganku. Amarga kuciwa, sedih lan lara ati krana khianat lan

cidrane Mas Heru. Kasengsaranku sangsaya lengkap nalika bibit sing

mbok sebar thukul ngrembaka ing kandhutanku sing dak konangi rong

wulan sawise aku mlayu.” Mengkono pamuwuse Yuyun sing nembe

kacuwan. (Seri 2: 25)

Terjemahan:

“Semua orang tahu saya kekasihmu hampir empat tahun ikut membantu

studymu. Menghiburmu di kala kamu sedang berduka. Ikut prihatin

bersamamu. Saya selalu menyisihkan uang sakuku untuk membelikan

rokok Mas Heru, karena kamu sering mengeluh tidak bisa belajar tanpa

sebatang rokok mengepul di bibirmu.[…] Namun tak seorangpun tahu

ketika saya lari jatuh bangun. Lari dari lingkunganku. Karena kecewa,

sedih dan sakit hati akibat pengkhianatan Mas Heru. Penderitaan itu

menjadi lengkap ketika benih yang kau tabur tumbuh subur dalam rahimku

yang baru kusadari dua bulan kemudian dalam pelarianku.” Begitulah

ungkapan Yuyun yang sedang kecewa.

Agresi secara langsung ini dirasa menguntungkan karena berhasil

membuat Yuyun meringankan tekanan konflik dalam batinnya sehingga agresi

ini cenderung dilakukan kembali. Terbukti pada kutipan berikut:

Kutipan:

“Saiki kowe wis sukses, Mas Heru. Apa sing mbok angen-angen karo aku

mbiyen wis bisa kagayuh kabeh. Uripmu sukses. Kowe wis menang.

Kamenangan kanthi ancik-ancik ajure panguripane liyan. Ah, pancen

kowe wong lanang sing kepengin kepenak dhewe. Kowe licik. Wong

lanang licik, pengecut. Khianat!!” Sewu pamisuh lan sewu cecamah

gemrunggung ngebaki dhadha sing gawe pulung atine Yuyun sangsaya

perih wae. (Seri 3: 24)

Terjemahan:

“Sekarang kamu sudah sukses, Mas Heru. Apa yang kau cita-citakan

bersamaku dulu sudah tercapai semua. Hidupmu sukses. Kau menang.

Kemenangan di atas kehancuran hidup orang lain. Ah, memang kamu

seorang laki-laki yang ingin enak sendiri. Kamu licik. Laki-laki licik,

pengecut. Khianat!!” Seribu cacian dan umpatan menggema memenuhi

dada yang membuat ulu hati Yuyun semakin pedih saja.

Page 144: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

182

Yuyun yang merasa agresi yang dilakukan berhasil meringankan efek

konflik yang dihadapi, kembali melakukan agresi secara langsung ini pada

situasi yang berbeda dan kepada sumber frustasi yang berbeda pula. Bentuk

agresi secara langsung Yuyun dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

“Hary!!” senggrange Yuyun setengah njerit. Wong lanang tansah mbiji

asor katresnane wanita. Ajining dhiri katebas. Wong lanang nganggep

bisa tuku tresna kanti donya lan pangkate. Atine Bu Guru Yuyun

kesenggol.

“Iki kasunyatan. Aku ngerti Pak Endra, […]”

“Cukup!” sentake Yuyun luwih banter medhot omongane Hary sing

sangsaya nggladrah. “Ora perlu awake dhewe omong prakara tresna

omong kosong.” (Seri 7: 24)

Terjemahan:

“Hary!!” bentak Yuyun setengah menjerit. Laki-laki terlalu rendah menilai

cinta seorang perempuan. Harga diri terhempas. Laki-laki menganggap

bisa membeli cinta dengan dunia dan kedudukannya.

“Ini fakta. Saya tahu Pak Endra, […]”

“Cukup!” bentak Yuyun lebih keras memotong pembicaraan Hary yang

semakin tak terarah. “Tidak perlu kita bicara soal cinta omong kosong.”

Berkali-kali Yuyun melakukan agresi secara berulang-ulang dan

membawa dampak menguntungkan karena dapat mengurangi efek dari konflik

yang dihadapi. Banyak konflik yang menimpa kehidupan Yuyun, sehingga

mendorong Yuyun kembali melakukan agresi secara langsung pada situasi yang

berbeda lagi dan dengan sumber frustasi yang berbeda pula. Hal ini dapat

terbukti pada kutipan berikut:

Kutipan:

Yuyun genten sing kaget. Panas rasane raine. Sanadyan Yuyun pancen

klebu prawan tua, nanging ora tau kanyana priya sing ditulak tresnane

ngomong terus terang ngono ing ngarep irunge! “Mas Endra, awake

dhewe wis padha-padha diwasa ora perlu sindir-sindiran lan olok-

olokan.” (Seri 10: 25)

Page 145: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

183

Terjemahan:

Gantian Yuyun yang terkejut. Rasanya panas wajahnya. Sekalipun Yuyun

memang sudah termasuk perawan tua, tetapi tidak pernah disangka

seorang laki-laki yang ditolak cintanya mengatakan terus terang seperti itu

di depan hidungnya. “Mas Endra kita sudah sama-sama dewasa tidak perlu

saling menyindir dan mengolok-olok.”

Yuyun selain melakukan agresi secara langsung, juga melakukan

bentuk defense mechanism agresi peralihan sebanyak dua kali terhadap Heru

sebagai sumber frustasi yang tidak terlihat. Hal ini dapat dibuktikan pada

kutipan berikut:

Kutipan:

“Apa utang budi kudu disaur kanthi pangurbanan katresnan? Ing ngendi

patrap satriyamu nggo ndhepani prisip-prinsip tresnamu, Heru? Apa iki

ora mung kanggo pawadan supaya kowe bisa nendhang mbuang aku

sawise kowe marem necep sakabehing manis maduku. Sabanjure kowe

kawin karo kenya turune wong sugih mbrewu?” ngono gemreged lan

ngondhok-ondhoke Yuyun saben eling prastawa sewelas taun kepungkur.

(Seri 2: 25)

Terjemahan:

“Apakah hutang budi harus dibayar dengan pengorbanan cinta? Di mana

letak kesatriyamu untuk menghadapi prinsip-prinsip cintamu, Heru? Apa

ini hanya alasanmu saja supaya kamu bisa membuangku setelah kau puas

merenggut seluruh manis maduku. Kemudian kamu menikah dengan anak

seorang konglomerat kaya?” seperti itulah jeritan dan rintihan hati Yuyun

setiap teringat peristiwa sebelas tahun yang lalu.

Yuyun merasa agresi peralihan yang dilakukan berhasil mengurangi

efek dari konflik yang dihadapi dan dirasa menguntungkan untuk mengurangi

tekanan batin yang dirasakan karena sumber frustasi tidak terlihat, sehingga

Yuyun kembali melakukan agresi peralihan. Bentuk agresi peralihan yang lain

dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

“Aku kepengin nggawe petungan! Aku kepengin males dheweke!! Mesthi

saka lambene ora klakon ana panjalukan ngapura kaya sing tinulis ing

layange. Mas Heru klebu wong lanang sing irid ing tetembungan nanging

Page 146: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

184

royal ing tulisan. Ya ora apa-apa! Aku ora butuh panjalukan ngapura

utawa sewu ngapura,” ing bathine Yuyun sangsaya ngigit-igit. (Seri 9: 24)

Terjemahan:

“Saya ingin membuat perhitungan! Saya ingin membalas dirinya‼ Pasti dari

mulutnya tidak akan ada permintaan maaf seperti yang tertulis di suratnya.

Mas Heru termasuk laki-laki yang hemat dalam ucapan tetapi royal dalam

tulisan. Ya tidak apa-apa! Saya tidak butuh permintaan maaf atau seribu

maaf,” dibatinnya Yuyun semakin marah-marah.

c. Regresi

Regresi yang dilakukan Yuyun telah berhasil mengurangi efek

menyakitkan dari konflik yang dihadapi, sehingga defense mechanism jenis

regresi retrogressive behavior cenderung dilakukan Yuyun secara berulang-

ulang. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

Ing kamare Yuyun nora kuwawa nambak ambroling luh sing wiwit mau

ditahan-tahan. Diculake kabeh gemronjaling pangrasa lan sesege dhadha

lumantar tangis garing kemba kang tanpa isi. (Seri 2: 24)

Terjemahan:

Di kamarnya Yuyun tak kuasa lagi membendung luapan air mata yang

sejak tadi ditahan-tahan. Dilepaskan seluruh gelepar perasaan dan

kesesakan dada lewat sebuah tangis kering tanpa isi.

Yuyun merasa regresi yang dilakukan telah berhasil mempengaruhi

gejolak batinnya, dalam hal ini tekanan dari efek konflik dapat dikurangi

sehingga Yuyun kembali melakukan defense mechanism jenis regresi

retrogressive behavior dalam bentuk menangis. Terbukti pada kutipan berikut:

Kutipan:

Yuyun ora kuwawa ngempet mbludaging pangrasa lan emosi, dheweke

ngrungkebi tangane sandhuwuring meja. Yuyun nangis mingseg-mingseg.

Tangis wadon sing getir. Tangis panalangsa ing kantor guru sing adhem

lan sepi. (Seri 6: 24)

Terjemahan:

Yuyun tak kuasa lagi menahan luapan perasaan dan emosi, dia

menelungkupkan tangannya di atas meja. Yuyun menangis tersedu-sedu.

Page 147: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

185

Tangis perempuan yang pahit. Tangis kesedihan di kantor guru yang

dingin dan sepi.

Regresi dirasa menguntungkan sehingga konflik selanjutnya juga

Yuyun hadapi dengan melakukan regresi jenis retrogressive behavior dalam

bentuk menangis ketika menghadapi konflik pertengkaran antara Heru dengan

Endra. Terbukti pada kutipan berikut:

Kutipan:

“Mas Heru, aja diimbangi wong lanang edan iku, Mas…” ujare Yuyun

karo wiwit nangis. Yuyun wedi ribut-ribut bakal kedadeyan.

“Mbok mesakake karo aku… aja dilayani, Mas. Aku isin, Mas…. “ Yuyun

nangis. (Seri 11: 24)

Terjemahan:

“Mas Heru, jangan layani seorang laki-laki gila itu, Mas…” kata Yuyun

sambil mulai menangis. Yuyun takut keributan bakal terjadi.

“Kasihanilah saya, jangan dilayani, Mas. Saya malu, Mas…” Yuyun

menangis.

d. Sublimasi

Defense mechanism dengan sublimasi dirasa menguntungkan, sehingga

cenderung dilakukan lagi. Hal ini dapat dibuktikan dengan penggunaan

denfense mechanism sublimasi yang digunakan tokoh Yuyun sebanyak dua

kali. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

”Sekarang Bu Yun sudah sehat benar?” mripate Lisa nyawang mripate

gurune kebak kawigaten. Yuyun kecipuhan mangsuli. Dheweke mung

mesem sing dirasa esem pait. Bocah cilik saumure Lisa ora bakal ngerti

yen sajatine ibu gurune ngendhem penyakit sing sumbere saka bapake

Lisa dhewe. Yuyun mung manthuk-manthuk. (Seri 4: 24)

Terjemahan:

”Sekarang Bu Yun sudah sehat benar?” mata Lisa menatap mata gurunya

penuh perhatian. Yuyun kerepotan menjawab. Dia hanya tersenyum yang

dirasa senyum pahit. Anak kecil seumur Lisa tidak akan mengerti bahwa

sebenarnya ibu gurunya sedang memendam penyakit yang bersumber dari

ayahnya Lisa sendiri. Yuyun hanya mengangguk-angguk.

Page 148: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

186

Bentuk sublimasi ini dirasa menguntungkan, karena Yuyun mampu

menyembunyikan rasa sakitnya yang dirasa tidak perlu untuk diungkapkan

sehingga ia melakukan sublimasi kembali untuk menutupi rasa sakitnya.

Bentuk sublimasi yang kedua Yuyun lakukan ketika ia berada di dalam kelas.

Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

Yuyun kelangan greged omong ing ngarep kelas, mula bocah-bocah

dikongkon nggarap matematik. Kanggo nyuda gorehing rasa ati Yuyun

nyoba maca buku Ilmu Jiwa Anak, nanging ora ana sing bisa nyenthel ing

utege. (Seri 3: 25)

Terjemahan:

Yuyun kehilangan nafsu berbicara di depan kelas, maka dari itu anak-anak

disuruh mengerjakan matematika. Untuk mengurangi keresahan hati

Yuyun mencoba membaca buku Ilmu Jiwa Anak, tetapi tidak ada yang

bisa masuk di otaknya.

4. Adanya sebuah bentuk penipuan dan distorsirealitas

Bentuk defense mechanism yang dilakukan Yuyun yang memberi

dampak adanya sebuah penipuan dan distorsirealitas antara lain:

a. Sublimasi

Sublimasi yang dilakukan Yuyun menimbulkan dampak adanya sebuah

penipuan dan distorsirealitas. Dampak yang ditimbulkan oleh defense

mechanism bentuk sublimasi tersebut ditujukan untuk Lisa. Hal ini dikatakan

sebagai sebuah penipuan dan distorsirealitas karena apa yang terlihat tidak

sesuai dengan kenyataan atau realitas. Terbukti pada kutipan berikut:

Kutipan:

“Aja sore iki!” candhete Yuyun cepet-cepet. “Sesuk-sesuk wae. Katakan

kepada papa, nanti sore Bu Guru tidak ada di rumah karena akan

menjenguk famili sedang sakit di rumah sakit.” Kanggo kabecikan Yuyun

kepeksa dora marang bocah cilik sing durung ngerti kadoran sing

sabenere. Dorane guru marang muride dhewe. Apa salah ngapusi wujud

ngono mau? (Seri 4: 24-25)

Page 149: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

187

Terjemahan:

“Jangan sore ini,” cegah Yuyun cepat-cepat. “Besok-besok saja. Katakan

kepada papa, nanti sore Bu Guru tidak ada di rumah karena akan

menjenguk famili sedang sakit di rumah sakit.” Demi kebaikan Yuyun

terpaksa berbohong kepada anak kecil yang belum mengenal kebohongan

yang sesungguhnya. Kebohongan seorang guru kepada muridnya sendiri.

Apa salah berbohong dengan bentuk seperti itu?

b. Represi

Represi yang dilakukan Yuyun juga menimbulkan dampak adanya

sebuah penipuan dan distorsirealitas. Defense mechanism represi yang

ditujukan kepada Heru memicu timbulnya sebuah penipuan dan distorsirealitas.

Dampak ini dikatakan sebagai sebuah penipuan dan distorsirealitas karena apa

yang terlihat tidak sesuai dengan kenyataan atau realitas. Hal ini dapat

dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

“Apa bener Mas Heru ngarepake anak haram sing cilaka iku?”

“Dudu. Dudu anak haram! Ana bapake. Aku bapake!” Heru manthuk-

manthuk banter. Dheweke mandeng Yuyun kanthi gedhene pengarep-arep.

Lambene komat-kamit. Yuyun sangsaya kesurung nggo dolanan

pangrasane Heru. Yuyun rumangsa ora salah yen crita apus-apusan

ngenani awake dhewe.

“Wis kasep. Bayi iku wis dak perjaya! Tak gugurake. Melas yen ana bayi

lair tanpa bapak.” Yuyun dora. (Seri 9: 24)

Terjemahan:

“Apa benar Mas Heru mengharapkan anak haram yang malang itu?”

“Bukan. Bukan anak haram! Ada bapaknya. Saya bapaknya!” Heru

mengangguk berkali-kali. Ia menatap Yuyun dengan penuh harap.

Bibirnya komat-kamit. Yuyun semakin terdorong untuk mempermainkan

perasaan Heru. Yuyun merasa tidak salah jika bercerita bohong tentang

dirinya sendiri.

“Sudah terlambat. Bayi itu telah aku bunuh! Telah ku gugurkan. Kasihan

kalau ada bayi lahir tanpa ayah.” Yuyun berbohong.

5. Fobia, serangan kecemasan atau gangguan obsesif-kompulsif sebagai akibat

dari konflik yang ditekan

Bentuk defense mechanism yang dilakukan Yuyun memberi dampak

fobia, serangan kecemasan atau gangguan obsesif-kompulsif sebagai akibat

Page 150: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

188

dari konflik yang ditekan. Keadaan tersebut disebabkan oleh bentuk defense

mechanism sebagai berikut:

a. Agresi langsung

Bentuk defense mechanism agresi langsung yang dilakukan Yuyun juga

memberikan dampak adanya fobia sebagai akibat dari konflik yang ditekan.

Tekanan konflik membuat Yuyun mengalami fobia terhadap masa lalunya. Hal

ini dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

Yuyun isih ketok-ketoken lelakon jaman semana. Sawijing prastawa

lelakon jaman enome sing nganti saiki isih nabet tatu ing dhadha. Kebak

rasa perih lan getir. Yuyun ora kepengin lelakon kaya ngono mau binalen

maneh karo Endra utawa priya sapa wae jroning uripe. (Seri 1: 24)

Terjemahan:

Yuyun masih dibayang-bayangi peristiwa masa lalu. Sebuah kejadian

masa mudanya yang sampai kini masih membekas luka di dada. Penuh

kepedihan dan kepahitan. Yuyun tidak ingin peristiwa semacam itu

terulang kembali dengan Endra atau laki-laki manapun dalam hidupnya.

b. Reaksi Formasi

Serangan obsesif-kompulsif terjadi dimana penderita merasa terdorong

berpikir tentang sesuatu atau melakukan tindakan tertentu yang tidak

dimauinya. Serangan obsesif-kompulsif dapat dilihat pada bentuk defense

mechanism reaksi formasi. Yuyun dalam hal ini berpikir ingin menyiksa Heru,

dia ingin membuat sedih dan sengsara Heru dengan sikap dan perilakunya

sendiri. Serangan obsesif-kompulsif ini dapat dilihat pada kutipan berikut:

Kutipan:

“Aku kepengin entuk kemareman sak akeh-akehe. Kemareman batin

kanthi nyiksa pangrasane wong lanang sing tau nggawe kuciwaning

uripku. Aku kepengin nggawe sedhih lan pananglasane priya krana sikap

lan polahku. Panyurung iku semono kuwate, paribasakna rasa ngelak

dawa sing kepingin enggal dimaremake kanthi ngombe banyu saakeh-

akehe. Apa aku saiki kurang waras? Apa mbok menawa ana iblis sing

Page 151: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

189

ngrasuk jroning jiwaku? Utawa iki panjebluging dhendham sing wis

kapendhem mataun-taun?” mengkono panjeriting atine Yuyun.(Seri 9: 42)

Terjemahan:

“Saya ingin memperoleh kepuasan yang sebanyak-banyaknya. Kepuasan

batin dengan menyiksa perasaan laki-laki yang pernah mengecewakan

hidupku. Saya ingin membuat sedih dan senggsara laki-laki karena sikap

dan ulahku. Dorongan itu begitu kuatnya, seakan rasa dahaga panjang

yang ingin segera dipuaskan dengan minum air sebanyak-banyaknya.

Apakah aku sekarang kurang sehat? Mungkin ada roh jahat merasuk dalam

jiwaku? Atau ini ledakan dendam yang terpendam bertahun-tahun?”

demikian jeritan hati Yuyun.

6. Mengurangi kecemasan dan mempertahankan citra diri yang positif

Reaksi formasi yang dilakukan oleh Yuyun dapat mengurangi

kecemasan dan mempertahankan citra diri yang positif. Sikap Yuyun yang

melakukan reaksi formasi ingin menunjukkan bahwa ia adalah perempuan yang

tegar. Menghapus airmata merupakan tindakan yang mempunyai tujuan

mengurangi kecemasan dan mempertahankan citra diri yang positif.

Kutipan:

Sirahe Heru tumungkul. Yuyun enggal-enggal ngelapi mripate sing wis

teles supaya ora dikonangi Heru. (Seri 2: 24)

Terjemahan:

Kepalanya Heru tertunduk. Yuyun cepat-cepat menghapus matanya yang

sudah basah supaya tidak ketahuan oleh Heru.

7. Mengurangi aktivitas fisiologis yang tidak sehat

Dampak mengurangi aktivitas fisiologis yang tidak sehat ini terjadi

pada bentuk defense mechanism sebagai berikut:

a. Represi

Represi yang dilakukan Yuyun mampu mengendalikan amarahnya dan

mulai bisa bersikap sewajarnya. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

“Kata papa, mama Lisa dulu secantik Bu Yuyun,” pangucape Lisa lugu.

Page 152: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

190

Atine Bu Guru kumesar. Raine rasane panas. Nanging rasa trenyuh

ngalahake sakabehing pangrasa. Tanpa sadhar Lisa dirangkul, dielus-

elus sirahe kanthi asih. Banjur dibisiki ing kupinge, “Lisa tentu saja dapat

anggap Bu Yuyun sebagai mama Lisa, bukan?” (Seri 4: 24)

Terjemahan:

“Kata papa, mama Lisa dulu secantik Bu Yuyun,” ucap Lisa polos.

Hatinya Bu Guru tak nyaman rasanya. Wajahnya terasa panas. Namun rasa

haru mengalahkan rasa-rasa yang lain. Tanpa sadar Lisa dipeluk, dibelai

kepalanya dengan kasih sayang. Kemudian dibisikkan di telinganya, “Lisa

tentu saja dapat anggap Bu Yuyun sebagai mama Lisa, bukan?”

b. Rasionalisasi

Dampak lain dari rasionalisasi yang dilakukan Yuyun yaitu untuk

mengurangi aktivitas fisiologis yang tidak sehat. Rasionalisasi telah membuat

Yuyun mengurungkan niatnya untuk melakukan tindakan yang tanpa

menggunakan akal sehat. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

“Elinga iku priya durjana. Priya sing wis ngrusak uripmu! Priya iblis!

Pisuhana! Kae ana watu ing cedhakmu, bandhemen raine…” swara

banter iku tansah mbenginging ing kupinge Yuyun. Yuyun mung merem

megeng napas. (Seri 1: 25)

Terjemahan:

“Ingatlah itu laki-laki pembohong. Laki-laki yang sudah merusak

hidupmu! Laki-laki iblis! Umpatlah! Itu ada batu di sampingmu, lempar

ke wajahnya…” suara keras itu selalu terngiang di telinga Yuyun. Yuyun

memejamkan mata menahan napas.

2. Dampak defense mechanism pada tokoh Heru Purnomo

Heru menggunakan defense mechanism untuk mengurangi efek dari

konflik yang dihadapi. Dampak defense mechanism yang dilakukan tokoh Heru

dapat dibuktikan pada penjelasan berikut:

1. Menyebabkan tidak relaks

Heru setelah melakukan defense mechanism merasa bahwa tekanannya

masih melingkupi dirinya secara psikologis. Hal ini menimbulkan keadaan yang

Page 153: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

191

tidak relaks. Keadaan tidak relaks ditimbulkan oleh bentuk defense mechanism

sebagai berikut:

a. Rasionalisasi

Bentuk defense mechanism rasionalisasi yang ditujukan kepada Yuyun

menyebabkan Heru menjadi tidak relaks. Hal ini karena tekanan yang ada dalam

diri Heru masih melindungi dirinya secara psikologis yang dapat dibuktikan

pada kutipan berikut:

Kutipan:

Lisa enggal metu ngadoh nalika gurune manthuk ora yakin. Ora suwe

dheweke wis mlebu maneh diirid bapake sing njangkah ati-ati sajak

rangu-rangu nyedhaki ranjang ing ngendi wanita sing sewelas taun

kepungkur cedhak atine. (Seri 8: 24)

Terjemahan:

Lisa segera beranjak pergi setelah gurunya menganggukkan kepala kurang

yakin. Tidak lama kemudian dia kembali masuk disertai papanya yang

melangkah hati-hati dengan ragu-ragu mendekati pembaringan dimana

perempuan yang sebelas tahun lalu dekat di hatinya.

2. Mempengaruhi keadaan sekitar

Bentuk defense mechanism Heru yang memberi dampak mampu

mempengaruhi keadaan sekitar antara lain:

a. Represi

Represi yang dilakukan Heru mampu mempengaruhi keadaan sekitarnya.

Bentuk defense mechanism represi ini berdampak pada sikap Yuyun yang

berubah menjadi sedih hatinya, yang dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

Sanalika sirahe rasane mumet banget. Rasa sedhih, trenyuh lan bingung

ngumpul dadi siji nyesak ing dhadha sing rasane kaya arep mbledhos-

mbledhosa. […]Yuyun nangis mingseg-mingseg. Tangis wadon sing getir.

(Seri 6: 24)

Page 154: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

192

Terjemahan:

Tiba-tiba kepalanya terasa pening sekali. Rasa sedih, haru dan bingung

berkumpul menjadi satu menyesak di dada yang seakan rasanya mau

meledak saja. […]Yuyun menangis sesenggukan. Tangisan perempuan

yang menyedihkan.

b. Regresi

Bentuk defense mechanism jenis regresi retrogressive behavior yang

dilakukan Heru berdampak mampu mempengaruhi keadaan sekitar. Heru

melakukan regresi retrogressive behavior terhadap Yuyun dan berakibat

mampu mempengaruhi keadaan Yuyun yang ikut merasakan kesedihan. Hal ini

dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

Yuyun megeng ambegan, mripate diremake nahan rasa trenyuh sing

gemrubug ing dhadha lan nleser ing lurung-lurunging ati. Lambene

digeged banter nggo njaga ambroling waspa. (Seri 12: 24)

Terjemahan:

Yuyun menahan nafas, memejamkan mata menahan rasa haru yang mulai

memenuhi dadanya dan menelusuri hingga relung-relung hati. Bibirnya

digigit kuat-kuat untuk menahan runtuhnyaa air mata.

c. Pengalihan

Defense mechanism dengan pengalihan mampu mempengaruhi

keadaan sekitar Heru. Pengalihan ini berdampak pada sikap Yuyun. Yuyun

terpengaruh dengan menyadari kesalahannya selama ini sehingga rasa

dendamnya menjadi sirna. Hal ini terbukti pada kutipan berikut:

Kutipan:

Sawise maca layange Heru iki rasa dhendhame Yuyun wis sirna. Saiki kari

rasa kedhuwung. Ngedhuwungi tumindake dhewe. (Seri 16: 24)

Terjemahan:

Setelah membaca surat dari Heru ini rasa dendamnya Yuyun sudah hilang.

Sekarang hanya tingga rasa penyesalan. Menyesali perbuatannya sendiri.

Page 155: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

193

3. Cenderung akan diterapkan lagi bila dirasa menguntungkan

Adanya kecenderungan untuk diulangi lagi karena hal ini dirasa

menguntungkan untuk mengurangi efek dari konflik yang dihadapi. Dampak

tersebut dihasilkan dari bentuk-bentuk defense mechanism yang dilakukan oleh

Heru yang dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Represi

Pada pembahasan sebelumnya, Heru ditemukan telah melakukan

represi sebanyak dua kali. Represi pertama dilakukan ketika Heru ditantang

berkelahi oleh Endra. Hal ini dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

“Sabar, Bung. Mangga kita rembag kanthi sareh. Mbok bilih Bu Yuyun

dereng nate njlentrehaken sifat sesambetan kula kaliyan Bu Guru punika.

Mangga kita rembagan sae-sae,” ujare Mas Heru isih nyoba sabar lan

sopan.

“Laki-laki sabar adalah laki-laki lemah. Mari kita selesaikan persoalan

kita ini dengan cara seorang jantan.”

[…]“Tenanglah, Bung. Kamu bicara seperti orang kehilangan ingatan.

Sebagai orang dewasa dan beradab marilah kita bicara baik-baik,”

kandhane Mas Heru tetep nyoba sabar nadyan ditantang kasar.(Seri 11:

24)

Terjemahan:

“Sabar, Bung. Marilah kita bicara dengan baik. Mungkin Bu Yuyun belum

pernah menjelasakan sifat hubungannku dengan Bu Guru itu. Mari kita

bicara baik-baik,” kata Mas Heru masih mencoba bersabar dan bersikap

sopan.

“Laki-laki sabar adalah laki-laki lemah. Mari kita selesaikan persoalan kita

ini dengan cara seorang jantan.”

[…]“Tenanglah, Bung. Kamu bicara seperti orang kehilangan ingatan.

Sebagai orang dewasa dan beradab marilah kita bicara baik-baik,” kata

Mas Heru masih berusaha bersabar meskipun ditantang kasar.

Represi dirasa menguntungkan untuk mengurangi efek menyakitkan

dari konflik yang dihadapi, sehingga Heru kembali melakukan represi yang

kedua pada situasi yang berbeda, yaitu ketika dibentak-bentak oleh Yuyun. Hal

ini dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Page 156: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

194

Kutipan:

“Mesthi ora ana sing ngira nek Bu Guru Yuyun iku Wahyuningsih, ta?”

Yuyun mbukaki rembug nirokake tetembungan ing jroning surate Heru.

“Wahyuningsih sing sewelas taun kepungkur minangka kenya sing

prasaja, lugu lan bodho-cubluk!” Heru ndungkluk. Dheweke unjal

ambegan landung. (Seri 9: 24)

Terjemahan:

“Tentu tidak ada yang menyangka bahwa Bu Guru Yuyun itu

Wahyuningsih, bukan?” ucap Yuyun membuka pembicaraan menirukan

kata-kata dalam surat Heru. “Wahyuningsih yang sebelas tahun lalu

sebagai gadis sederhana, polos dan dungu!” Heru tertunduk. Ia menarik

nafas panjang.

b. Rasionalisasi

Bentuk defense mechanism rasionalisasi yang dilakukan oleh Heru

dalam cerbung ACTP karya Adinda AS memiliki dampak cenderung dilakukan

lagi karena dirasa menguntungkan untuk mengurangi efek dari konflik yang

sedang terjadi. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

Mas Heru ndungkluk sedih. Sirahe gedheg-gedheg lemes, banjur ujare:

“Babar pisan aku ora ngarepake iki. Ngisin-isini.”[…]“Salawase urip

aku durung tau diina wong kaya ngene iki…” clathune Heru nahan ati.

Untune kerot-kerot tangane dikepel-kepel. (Seri 11: 24)

Terjemahan:

Mas Heru menunduk sedih. Kepalanya menggeleng-geleng lemah, lalu

katanya: “Sama sekali saya tidak menghendaki kejadian ini. Memalukan.”

[…]“Selama hidup saya belum pernah dihina orang semacam ini,” kata

Heru menahan marah. Giginya kerot-kerot, tangannya mengepal.

Rasionalisasi yang kedua dilakukan Heru pada situasi yang berbeda.

Bentuk defense mechanism rasionalisasi cenderung dilakukan kembali oleh

Heru karena dirasa menguntungkan untuk menekan konflik agar tidak menjadi

lebih panjang, yang dapat dilihat pada kutipan berikut:

Kutipan:

“Aku rumangsa sejatine awakku iki wis ora pantes maneh ketemu sliramu.

Wis sapantese yen sliramu nggething lan nyingkur aku. Mungsuhi aku lan

ngendhem sengit, dhendham mring aku. Ing panyawangmu aku iki wong

Page 157: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

195

lanang sing pengecut. Wong lanang sing ora ngerti males budi kabecikane

liyan.” (Seri 5: 24)

Terjemahan:

Saya merasa sebenarnya diriku ini sudah tidak pantas lagi menemuimu.

Sudah sewajarnya bila kamu membenci dan menghindariku. Memusuhi

dan memendam dendam terhadapku. Di matamu saya ini seorang laki-laki

yang pengecut. Laki-laki yang tidak tahu membalas kebaikan orang.

c. Apatis

Apatis yang dilakukan Heru dirasa menguntungkan sehingga Heru

cenderung menggunakan kembali defense mechanism apatis ini untuk

mengurangi efek dari konflik yang terjadi. Pada pembahasan sebelumnya, Heru

ditemukan telah melakukan apatis sebanyak empat kali. Apatis yang pertama

dilakukan kepada Yuyun. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

“Nek pancen mbok karepake Lisa tak pindhahe saka sekolahan iki. Utawa

aku karo Lisa tak pindhah kutha liya. Kebeneran cabang perusahaan ing

Jogja butuh kawigatenku sing mirunggan.” (Seri 12: 24)

Terjemahan:

“Kalau memang kamu menginginkan Lisa ku pindahkan dari sekolahan

ini. Atau saya dan Lisa yang pindah ke kota lain. Kebetulan cabang

perusahaan di Jogja butuh perhatianku.”

Apatis cenderung dilakukan lagi oleh Heru terhadap Yuyun. Tindakan

tersebut bertujuan untuk menghindari konflik yang semakin membesar dan juga

untuk mengurangi efek menyakitkan dari konflik yang tidak bisa dihindari. Hal

tersebut dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

“Kenapa kowe arep mlayu maneh saka kutha iki Ningsih? Aku rak wis

janji aku ora bakal ngganggu sliramu maneh. Sewelas taun aku nglacak

playumu, saiki wis bisa ketemu. Nanging aku nyadari sliramu wis ora bisa

tak arep-arep maneh.” ujare Heru gela.” (Seri 11: 31)

Terjemahan:

“Kenapa kau mau lari lagi dari kota ini, Ningsih? Bukankah saya sudah

berjanji tidak akan mengganggumu lagi. Sebelas tahun saya melacak

Page 158: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

196

pelarianmu, sekarang sudah bisa bertemu. Namun saya menyadari

sekarang kamu tidak mungkin kuharapkan lagi.” kata Heru kecewa.

Konflik dengan Yuyun memaksa Heru untuk berkali-kali melakukan

bentuk defense mechanism jenis apatis karena dirasa menguntungkan untuk

mengurangi efek menyakitkan dari konflik yang dihadapi. Hal ini dapat

dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

“Aku ngakoni ing saperangan prakara aku sing salah. Kadidene wong

sing salah aku pasrah sumarah ing ngarepmu. Ukumen awakku. Tindakna

apa sing mbok anggep pantes dhewe nggo ngukum aku murwad karo

kesalahanku.” (Seri 5: 24)

Terjemahan:

“Saya mengakui dalam beberapa masalah saya yang bersalah. Sebagai

orang yang bersalah saya pasrah diri di hadapanmu. Hukumlah diriku.

Lakukanlah apa yang kau anggap paling pantas untuk menghukumku

setimpal dengan kesalahanku.”

Apatis terakhir yang dilakukan Heru untuk mengurangi efek dari

konflik yang dihadapi. Terbukti pada kutipan berikut:

Kutipan:

“Ngalor ngidul ngetan ngulon, menyang papan sing tau kita ambah tak

ubeg-ubeg sapa ngerti sliramu ing kono. Sliramu ngilang ora cetha

parane. Awit rumangsa bingung lan susahing ati, aku wis ora mikir wisuda

maneh. Aku wis pedhot ing pangarep-arep.” (Seri 5: 25)

Terjemahan:

“Ke segala arah saya mondar-mandir, ke tempat yang pernah kita datangi

saya datangi siapa tahu saya menemukanmu di tempat itu. Kamu

menghilang tak tentu rimbanya. Karena kebingungan dan sedihnya hati,

saya sudah tidak memikirkan wisuda lagi. Saya sudah putus harapan.”

4. Fobia, serangan kecemasan atau gangguan obsesif-kompulsif sebagai akibat

dari konflik yang ditekan

Bentuk defense mechanism jenis agresi peraliahan yang dilakukan Heru

memberi dampak adanya serangan obsesif-kompulsif sebagai akibat dari

konflik yang ditekan. Tekanan yang ada pada diri Heru hampir saja

Page 159: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

197

mendorongnya melakukan tindakan balas dendam dengan membunuh Lisa.

Keadaan tersebut disebabkan oleh bentuk defense mechanism agresi

peraliahan. Hal tersebut dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

Rasa kuciwa isih nyengkerem jiwaku meh wae bayi abang iku tak tekeg

gulune kepancing rasa judheg ing atiku ngrungokake kekejere tangis bayi

ora meneng-meneng. Bayi cilik iki pancen mung nggawe repot jroning

pangulandaraku. (Seri 15: 24)

Terjemahan:

Rasa kecewa masih mencekam jiwaku hampir saja bayi merah itu ku cekik

lehernya terpancing rasa kejengkelan di hatiku mendengar tangis bayi tak

henti-hentinya. Bayi kecil ini memang hanya merepotkan saja dalam

perjalanan pengembaraanku.

5. Mengurangi kecemasan dan mempertahankan citra diri yang positif

Bentuk defense mechanism jenis represi yang dilakukan oleh Heru juga

berdampak dapat mengurangi kecemasan dan mempertahankan citra diri yang

positif. Sikap Heru yang melakukan represi ingin menunjukkan citra diri

positifnya sebagai laki-laki yang sabar dan mengurangi kecemasan agar tidak

mudah tersulut emosi. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

“Aah… Dhik Ning, Dhik Ning…” mung kuwi wusanane tembung-tembung

sing kawetu saka lambene Mas Heru. (Seri 9: 25)

Terjemahan:

“Aah… Dik Ning, Dik Ning…” cuma itu akhirnya kata-kata yang keluar

dari mulut Mas Heru.

6. Mengurangi aktivitas fisiologis yang tidak sehat

Dampak dari bentuk defense mechanism pengalihan yang dilakukan

Heru yaitu untuk mengurangi aktivitas fisiologis yang tidak sehat. Pengalihan

telah membuat Heru mengurungkan niatnya untuk melakukan tindakan yang

tanpa menggunakan akal sehat. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Page 160: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

198

Kutipan:

“Begja gedhe nalika driji-driji tanganku wis nempel ing gulune bayi sing

isih lembut lumer iki ana swara bebener mbisiki kuping batinku. Aku

sadar, bayi sing ora nduwe dosa iki ora kudune tak nggo alat males

laraning atiku. Uga ora samesthine tak dadekake papan pangesokan

kacuwan lan putunging tresnaku. Malah mata batinku kebukak, sejatine

Lisa karo aku iki duwe nasib sing padha. Lisa ora nduwe sapa-sapa ing

ndonya iki. Aku, bapake ya ora nduwe sapa-sapa. Aku sakloron iki mung

dadi korban nafsu-nafsune wong tanpa kendhali. Nafsune manungsa-

manungsa serakah.” (Seri 15: 24)

Terjemahan:

“Untunglah ketika jari-jari tanganku menempel di leher bayi yang masih

lembut ini ada suara kebenaran membisiki telinga batinku. Saya sadar,

bayi yang tidak berdosa ini tidak seharusnya kujadikan ia sebagai alat

pembalas sakit hatiku. Juga tidak pada tempatnya untuk pelampiasan

kekecewaan dan kegagalan cintaku. Bahkan mata batinku terbuka,

sebenarnya Lisa dengan saya ini mempunyai nasib yang sama. Lisa tidak

memiliki siapa-siapa di dunia ini. Saya, ayahnya juga tidak punya siapa-

siapa. Kami berdua hanya menjadi korban nafsu-nafsu orang tak

terkendali. Nafsu manusia-manusia serakah.”

7. Sangat kontruktif

Bentuk defense mechanism jenis represi yang dilakukan Heru

berdampak pada dirinya sendiri. Ia menjadi sangat kontruktif dalam konflik

hubungannya. Heru berusaha apa saja untuk memperbaiki hubungannya dengan

Yuyun. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Kutipan:

“Suwene iku aku uga wis nandang sengsara lair batin. Aku wis ikhtiar

kanggo ndandani kabeh karuwetan kanthi cara sing aku bisa.” (Seri 9: 24)

Terjemahan:

“Selama ini saya juga menderita lahir batin. Saya sudah berusaha untuk

memperbaiki semua kerumitan dengan cara yang saya bisa…..”

Berdasarkan uraian-uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

tokoh Yuyun menggunakan bentuk-bentuk defense mechanism untuk mengurangi

efek menyakitkan dari konflik yang tidak dapat dihindari. Bentuk-bentuk defense

mechanism yang dilakukan tokoh Yuyun pada cerbung Ara-ara Cengkar Tanpa

Page 161: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

199

Pinggir karya Adinda AS ditemukan menimbulkan beberapa dampak, diantaranya

sebagai berikut.

Dampak menyebabkan tidak relaks yang ditemukan pada bentuk defense

mechanism represi, agresi langsung, rasionalisasi, dan pengalihan. Dampak

mempengaruhi keadaan sekitar dapat ditemukan pada bentuk defense mechanism

reaksi formasi. Dampak cenderung akan diterapkan lagi bila dirasa menguntungkan

dapat ditemukan pada bentuk defense mechanism represi, agresi, regresi, dan

sublimasi. Dampak adanya sebuah penipuan dan distorsirealitas dapat ditemukan

pada bentuk defense mechanism sublimasi dan represi. Dampak fobia, serangan

kecemasan atau gangguan obsesif-kompulsif sebagai akibat dari konflik yang

ditekan, dapat ditemukan pada bentuk defense mechanism agresi langsung, dan

reaksi formasi. Kemudian dampak mengurangi kecemasan dan mempertahankan

citra diri yang positif dapat ditemukan pada bentuk defense mechanism reaksi

formasi, dan terakhir dan dampak mengurangi aktivitas fisiologis yang tidak sehat

dapat ditemukan pada bentuk defense mechanism represi dan rasionalisasi. Bentuk-

bentuk defense mechanism yang telah dilakukan Yuyun yang tidak ditemukan

hanya dampak sangat kontruktif.

Bentuk-bentuk defense mechanism yang dilakukan tokoh Heru Purnomo

pada cerbung Ara-ara Cengkar Tanpa Pinggir karya Adinda AS ditemukan

menimbulkan beberapa dampak, diantaranya sebagai berikut: dampak

menyebabkan tidak relaks yang ditemukan pada bentuk defense mechanism

rasionalisasi. Dampak mempengaruhi keadaan sekitar dapat ditemukan pada bentuk

defense mechanism represi, regresi, dan pengalihan. Dampak cenderung akan

diterapkan lagi bila dirasa menguntungkan dapat ditemukan pada bentuk defense

Page 162: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural · Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga komponen yaitu alur, karakter, dan latar. Elemen-elemen tersebut apabila disatukan dinamakan dengan

200

mechanism represi, rasionalisasi, dan apatis. Dampak fobia, serangan kecemasan

atau gangguan obsesif-kompulsif sebagai akibat dari konflik yang ditekan, dapat

ditemukan pada bentuk defense mechanism peralihan. Dampak mengurangi

kecemasan dan mempertahankan citra diri yang positif dapat ditemukan pada

bentuk defense mechanism represi. Kemudian dampak mengurangi aktivitas

fisiologis yang tidak sehat dapat ditemukan pada bentuk defense mechanism

pengalihan, dan terakhir dampak sangat kontruktif dapat ditemukan pada bentuk

defense mechanism represi. Bentuk-bentuk defense mechanism yang telah

dilakukan Heru yang tidak ditemukan hanya dampak adanya sebuah bentuk

penipuan dan distorsirealitas.