bab ii pemahaman terhadap proyek - sinta.unud.ac.id · terkait dengan pusat layanan ... pusat...

61
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar 7 BAB II PEMAHAMAN TERHADAP PROYEK Pada bab ini akan dibahas tentang landasan teori yang berhubungan dan terkait dengan Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu yang ditulis sejalan dengan permasalahan yang dihadapi. Tujuan dari landasan teori ini adalah sebagai dasar untuk memahami Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu yang sudah ada dan merencanakan Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu yang lebih baik . 2.1 Anak Usia Dini. Usia dini diyakini sebagai masa kritis bagi perkembangan karena dasar bagi keterampilan dan kecerdasan yang akan dibawa sampai usia dewasa dibangun pada usia tersebut (Shonkoff, 2000). Pengakuan akan pentingnya masa usia dini muncul dari bukti-bukti yang memperlihatkan pesatnya perkembangan otak yang terjadi sebelum anak berusia enam tahun, dan bagaimana pertumbuhan otak dipengaruhi oleh lingkungan anak, seperti rangsangan, pengasuhan dan gizi yang diberikan di rumah dan diluar rumah (McCain,2007). 2.1.1 Pengertian Anak Usia Dini. Menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Upload: hoangdung

Post on 09-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

7

BAB II

PEMAHAMAN TERHADAP PROYEK

Pada bab ini akan dibahas tentang landasan teori yang berhubungan dan

terkait dengan Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu yang ditulis

sejalan dengan permasalahan yang dihadapi. Tujuan dari landasan teori ini adalah

sebagai dasar untuk memahami Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

yang sudah ada dan merencanakan Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini

Terpadu yang lebih baik .

2.1 Anak Usia Dini.

Usia dini diyakini sebagai masa kritis bagi perkembangan karena dasar bagi

keterampilan dan kecerdasan yang akan dibawa sampai usia dewasa dibangun pada

usia tersebut (Shonkoff, 2000). Pengakuan akan pentingnya masa usia dini muncul

dari bukti-bukti yang memperlihatkan pesatnya perkembangan otak yang terjadi

sebelum anak berusia enam tahun, dan bagaimana pertumbuhan otak dipengaruhi

oleh lingkungan anak, seperti rangsangan, pengasuhan dan gizi yang diberikan di

rumah dan diluar rumah (McCain,2007).

2.1.1 Pengertian Anak Usia Dini.

Menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas)

tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

8

Anak usia dini merupakan periode sesudah masa bayi hingga berusia lima

tahun disebut periode masa prasekolah. Usia ini merupakan periode berat karena

kondisi kesehatan anak masih belum stabil. Usia ini merupakan periode berat

karena kondisi kesehatan anak masih belum stabil. Jika makanan yang diberikan

tidak memenuhi standar gizi, anak mudah terserang infeksi, terutama diare atau

cacingan. Jika terserang, anak akan menjadi kurus, kurang bersemangat, cengeng,

cenderung lamban, dan bodoh. Karena itu, kebutuhan gizinya yang semakin besar

sejalan dengan perkembangan fisiknya harus diperhatikan (Widjaja, 2002).

2.1.2 Teori Perkembangan Anak Usia Dini.

Dalam ilmu jiwa perkembangan, dikenal beberapa pembagian masa hidup

anak yang disebut sebagai fase atau perkembangan. Fase perkembangan ini

mempunyai ciri-ciri yang relatif sama, berupa kesatuan-kesatuan peristiwa yang

bulat. Menurut artikel berjudul “Definisi menurut beberapa ahli”

(www.matapelajaran.org) adalah sebagai berikut;

1. Perkembangan menurut Aristoteles (384-322 SM).

Aristoteles membagi masa perkembangan selama 21 tahun dalam 3 septenia

(3 periode kali 7 tahun), yang dibatasi oleh 2 gejala alamiah yang penting, yaitu:

a. Pergantian gigi

b. Munculnya gejala-gejala pubertas

Hal ini didasarkan pada paralelitas perkembangan jasmaniah dengan

perkembangan jiwani anak. Pembagian tersebut meliputi:

0-7 tahun : masa anak kecil, masa bermain.

7-14 tahun : masa anak-anak, masa belajar, atau masa sekolah rendah.

14-21 tahun : masa remaja atau pubertas, masa peralihan dari anak menjadi

orang dewasa.

2. Perkembangan menurut Charlotte Buhler.

Charlotte Buhler membagi masa perkembangan sebagai berikut:

a. Fase pertama, 0-1 tahun

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

9

Merupakan masa menghayati obyek - obyek di luar diri sendiri dan saat melatih

fungsi-fungsi, terutama fungsi motorik, yaitu fungsi yang berkaitan dengan

gerakan-gerakan dari badan dan anggota badan.

b. Fase ke dua, 2-4 tahun

Merupakan masa pengenalan dunia obyektif di luar diri sendiri, disertai

penghayatan subyektif. Anak tidak mengenal dunia luar berdasarkan

pengamatan obyektif, melainkan memindahkan keadaan batinnya pada benda-

benda di luar dirinya. Fase ini disebut juga sebagai fase bermain, dengan

subyektifitas yang sangat menonjol.

c. Fase ke tiga, 5-8 tahun

Merupakan masa sosialisasi anak. Anak mulai memasuki masyarakat luas,

misalnya taman kanak-kanak, pergaulan dengan teman-teman sepermainan, dan

sekolah rendah. Anak juga mulai belajar mengenal sekitar secara obyektif serta

mulai belajar mengenal arti prestasi pekerjaan dan tugas-tugas kewajiban.

d. Fase ke empat, 9-11 tahun

Merupakan masa sekolah rendah. Pada periode ini anak mencapai obyektivitas

tertinggi. Periode ini juga merupakan masa pemusatan dan penimbunan tenaga

untuk berlatih, menjelajah dan bereksplorasi.

e. Fase ke lima, 14-19 tahun

Merupakan masa tercapainya sintese antara sikap ke dalam batin sendiri dengan

sikap keluar kepada dunia obyektif. Pada masa ini subyektivitas anak dilakukan

secara sadar.

3. Perkembangan menurut Johan Amos Comenius (1592-1671)

Johan Amos Comenius dalam bukunya “Didactica Magna” membagi

periode perkembangan sebagai berikut:

a. 0-6 tahun, merupakan periode sekolah ibu.

b. 6-12 tahun, merupakan periode sekolah bahasa ibu.

c. 12-18 tahun, merupakan periode sekolah latin.

d. 18-24 tahun, merupakan periode universitas.

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

10

2.1.3 Prinsip Perkembangan Anak Usia Dini.

Dalam buku “Child Development 0–8 A Journey through the Early Years”

(2008), Maria Robinson menjabarkan beberapa prinsip dalam perkembangan anak

usia dini adalah sebagai berikut:

1. Anak akan belajar dengan baik apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi serta

merasa aman dan nyaman dalam lingkungannya.

2. Anak belajar terus-menerus, dimulai dari membangun pemahaman tentang

sesuatu, mengeksplorasi lingkungan, menemukan kembali suatu konsep, hingga

mampu membuat sesuatu yang berharga.

3. Anak belajar melalui interaksi sosial, baik dengan orang dewasa, maupun

dengan teman sebaya.

4. Minat dan ketekunan anak akan memotivasi belajar anak.

Gambar 1.Anak yang sedang bercocok tanam.

Sumber:

http://www.vancouversun.com/binary/7905585.jpg

Gambar 2.Anak yang sedang berinteraksi sosial.

Sumber:

http://www.livingwellspendingless.com/85.jpg

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

11

5. Perkembangan dan gaya belajar anak harus dipertimbangkan sebagai perbedaan

individu.

6. Anak belajar dari hal-hal yang sederhana sampai yang komplek, dari yang

konkrit ke abstrak, dari yang berupa gerakan ke bahasa verbal, dan dari diri

sendiri ke interaksi dengan orang lain.

2.1.4 Perkembangan Karakter Anak Usia Dini.

Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, sosial,

moral dan sebagainya. Menurut Siti Aisyah (2010: 1.4-1.9) karakteristik anak usia

dini antara lain; a) memiliki rasa ingin tahu yang besar, b) merupakan pribadi yang

unik, c) suka berfantasi dan berimajinasi, d) masa paling potensial untuk belajar, e)

menunjukkan sikap egosentris, f) memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek,

g) sebagai bagian dari makhluk sosial.

Perkembangan karakter pada anak dapat dilihat dari 3 aspek perkembangan,

yaitu perkembangan kognitif, perkembangan afektif, dan perkembangan

psikomotor.

1. Perkembangan Kognitif

Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan saraf

pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne dalam Jamaris, 2006).

Piaget membagi tahapan perkembangan kognitif ke dalam 4 periode, yaitu:

a. Usia 0-2 tahun, disebut sebagai periode kepandaian sensorimotorik

(sensorimotorik). Periode ini terbagi atas 6 tahapan, yaitu:

Tahap 1. (lahir-1 bulan) penggunaan refleks-refleks

Tahap 2. (1-4 bulan) reaksi-reaksi sirkuler primer

Tahap 3. (4-10 bulan) reaksi-reaksi sirkuler sekunder

Tahap 4. (10-12 bulan) koordinasi skema-skema sekunder

Tahap 5. (12-18 bulan) reaksi-reaksi sirkuler tersier

Tahap 6. (18 bulan-2 tahun) permulaan berpikir

b. Usia 2-7 tahun, disebut sebagai periode pikiran operasional (praoperasional

konkret).

c. Usia 7-11 tahun, disebut sebagai periode operasi-operasi berpikir konkret

(operasional konkret).

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

12

d. Usia 11 tahun, sampai dewasa disebut sebagai periode operasi berpikir

formal (operasional formal).

2. Perkembangan Afektif

Afektif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berkenaan dengan rasa

takut atau cinta; mempengaruhi keadaan perasaan dan emosi; mempunyai gaya

atau makna yang menunjukkan perasaan (tentang tata bahasa atau makna).

3. Perkembangan Psikomotor

Psikomotor secara harfiah berarti sesuatu yang berkenaan dengan gerak fisik

yang berkaitan dengan proses mental (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Tahapan perkembangan motorik:

a. Tahap gerakan refleks (0-1 tahun)

b. Tahap gerakan permulaan (lahir-2 tahun)

c. Tahap gerakan dasar (2-7 tahun)

d. Tahap gerakan keahlian (7-14 tahun)

2.2 Tinjauan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

2.2.1 Pengertian Pusat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Terpadu.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, pusat merupakan tempat yg

letaknya di bagian tengah, pelayanan adalah usaha melayani kebutuhan orang lain,

dan terpadu berarti menjadi satu. Sedangkan Menurut Pasal 1 ayat 14 UU Sisdiknas

2003 Pendidikan Anak Usia Dini didefinisikan sebagai suatu upaya pembinaan

yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan

dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Maka dapat disimpulkan bahwa Pusat

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Terpadu adalah Suatu tempat yang berada di

tengah suatu perkotaan yang berusaha melayani segala kebutuhan pendidikan anak

usia dini.

2.2.2 Landasan Yuridis Pendidikan Anak Usia Dini.

Dalam Amandemen UUD 1945 pasal 28 B ayat 2 dinyatakan bahwa ”Setiap

anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Dalam UU NO. 23 Tahun 2002

Pasal 9 Ayat 1 tentang Perlindungan Anak dinyatakan bahwa ”Setiap anak berhak

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

13

memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya

dan tingkat kecerdasarnya sesuai dengan minat dan bakatnya”. Dalam UU NO. 20

TAHUN 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, Pasal 1, Butir 14

dinyatakan bahwa ”Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang

ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan

melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut”. Sedangkan pada pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia

Dini dinyatakan bahwa ”(1) Pendidikan Anak usia dini diselenggarakan sebelum

jenjang pendidikan dasar, (2) Pendidkan anak usia dini dapat diselenggarakan

melalui jalur pendidkan formal, non formal, dan/atau informal, (3) Pendidikan anak

usia dini jalur pendidikan formal: TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat, (4)

Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan non formal: KB, TPA, atau bentuk lain

yang sederajat, (5) Pendidikan usia dini jalur pendidikan informal: pendidikan

keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan, dan (6) Ketentuan

mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat

(2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.”

2.2.3 Landasan Keilmuan Pendidikan Anak Usia Dini.

Konsep keilmuan PAUD bersifat isomorfis, artinya kerangka keilmuan

PAUD dibangun dari interdisiplin ilmu yang merupakan gabungan dari beberapa

displin ilmu, diantaranya: psikologi, fisiologi, sosiologi, ilmu pendidikan anak,

antropologi, humaniora, kesehatan, dan gizi serta neuro sains atau ilmu tentang

perkembangan otak manusia (Yulianai Nurani Sujiono, 2009: 10). Berdasarkan

tinjauan secara psikologi dan ilmu pendidikan, masa usia dini merupakan masa

peletak dasar atau fondasi awal bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Apa

yang diterima anak pada masa usia dini, apakah itu makanan, minuman, serta

stimulasi dari lingkungannya memberikan kontribusi yang sangat besar pada

pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa itu dan berpengaruh besar

pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Pertumbuhan dan perkembangan

anak tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan perkembangan struktur otak. Dari

segi empiris banyak sekali penelitian yang menyimpulkan bahwa pendidikan anak

usia dini sangat penting, karena pada waktu manusia dilahirkan, menurut Clark

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

14

(dalam Yuliani Nurani Sujono, 2009) kelengkapan organisasi otaknya mencapai

100 – 200 milyard sel otak yang siap dikembangkan dan diaktualisasikan untuk

mencapai tingkat perkembangan optimal, tetapi hasil penelitian menyatakan bahwa

hanya 5% potensi otak yang terpakai karena kurangnya stimulasi yang berfungsi

untuk mengoptimalkan fungsi otak.

2.2.4 Bermain (Play)

a. Definisi Bermain.

Bermain seringkali didefinisikan sebagai suatu aktifitas yang dilakukan untuk

kepentingan pelakunya sendiri dan dicirikan dengan lebih mengutamakan

cara/proses permainan dibandingkan dengan tujuan akhirnya. Hal inilah yang

membedakan bermain dengan eksplorasi (dimana hal tersebut akan mengarah

menjadi bermain di saat anak mulai menjadi terbiasa dengan mainan atau

lingkungan baru), dengan kerja (yang mempunyai tujuan akhir yang jelas), dan

dengan berkelahi. Karakter bermain yang lain adalah adanya fleksibilitas

(dimana objek dapat diletakkan dalam kombinasi yang baru, peran yang

dilakukan dengan cara yang baru), perasaan positif (anak seringkali tersenyum

dan tertawa di dalam bermain sebagai tanda bahwa mereka menikmatinya), dan

keberpura-puraan (menggunakan obyek dan bertindak dengan cara yang tidak

biasa). (Kartini,1995 hal 45)

b. Tipe Bermain.

Jenis bermain yang umumnya diakui adalah object play, pretend play dan

sociodramatic play, dan physical activity play (exercise play; rough-and-tumble

play). Object play dan physical activity play juga dapat ditemukan di spesies

mamalia lainnya. Pretend play dan sociodramatic play hanya terlihat pada

manusia, walaupun primata great ape (misal gorila, orang utan, dan simpanse)

juga ada yang melakukan pretend play dengan bentuk yang paling mendasar.

(Kartini,1995 hal 45)

Object Play

Aktifitas ini sudah dimulai sejak masa kanak-kanak awal (infancy)

dan akan membantu anak di dalam mengembangkan keahlian pemecahan

masalah secara kreatif. Jerome Bruner dan Kathy Silva melaporkan bahwa

anak-anak yang memiliki pengalaman bermain dengan obyek dapat

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

15

menyelesaikan tugas dengan lebih baik. Namun penelitian berikutnya

menyatakan bahwa pemberian instruksi seringkali sama efektifnya

(Johnson, Christie & Yawkie, 1999).

Manfaat dari object play perlu diseimbangkan dengan pemberian

instruksi, dengan mempertimbangkan umur anak, sifat tugas, dan

kekhususan dari pembelajaran yang diharapkan – apakah untuk

menumbuhkan keahlian yang bersifat khusus ataukah hanya untuk

menimbulkan perilaku kreatif dan rasa ingin tahu.

Pretend Play

Perilaku bermain ini berkembang pada anak sejak berumur sekitar 15 bulan,

dengan perbuatan yang sederhana (misal, berpura-pura tidur) hingga

berkembang menjadi aliran cerita yang lebih panjang dan bermain peran

(role play). Mulanya pretend play akan dilakukan dengan orang tua ataupun

saudara kandung yang lebih tua. Namuan pada usia 3 hingga 4 tahun,

pretend play akan dilakukan dengan teman sebaya. Pretend play biasanya

dilakukan dengan meniru aktifitas orang dewasa. Leslie (1987) berpendapat

bahwa pretend play merupakan indikator awal dari theory of mind abilities.

Gambar 3.Anak yang sedang bermain mobil-mobilan.

Sumber: http://ilslearningcorner.com/wp-content/uploads/2015/12/object-

play-benefits-1274x800-1024x643.jpg

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

16

Sociodramatic Play

Jenis bermain ini biasa dilakukan oleh anak sejak berumur sekitar 3

tahun. Sociodramatic play biasa didefinisikan sebagai bermain sosial (social

play) dengan orang lain, pengambilan peran yang berkelanjutan (sustained

role taking), dan tema yang naratif (narrative line). Jenis ini dapat pula

menjadi cukup kompleks, yang melibatkan pemahaman terhadap peran dan

tujuan orang lain, konstruksi bahasa yang rumit, dan pengembangan tema

cerita layaknya novel (atau kurang dari itu).

Smilansky (1968) berpendapat bahwa sociodramatic play dapat

membantu pengembangan berbahasa, pengembangan kognitif, kreatifitas,

dan pengambilan peran. Ia juga mengklaim bahwa pretend play dan

sociodramatic play kurang sering dan kurang kompleks dilakukan pada

anak-anak dengan kehidupan sosial ekonomi di bawah standard

(disadvantaged children). Hal ini menyebabkan dirinya dan beberapa pihak

lain untuk mengembangkan play tutoring (intervensi oleh orang dewasa)

untuk meningkatkan level permainan ini, dimana orang dewasa akan

menyediakan alat-alat (prop), kunjungan (visit), dan lainlainnya yang

sesuai, dan mendorong terjadinya sociodramatic play oleh anak di nursery

dan taman kanak-kanak, hingga mereka pada akhirnya dapat lebih

meneruskan permainan ini secara mandiri.

Beberapa studi eksperimental telah dilakukan untuk menguji

pendapat Smilansky, dan memperlihatkan bahwa secara umum, anak-anak

Gambar 4.Anak yang sedang bermain. (pretend play)

Sumber: http://www.grandmastoyreview.com/wp-

content/uploads/2014/06/pretend-play.jpg

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

17

yang memperoleh play tutoring mengalami perbaikan dalam ukuran

kognisi, bahasa, dan kreatifitas.Meskipun demikian, adapula kritik yang

timbul dengan menunjukkan adanya kecacatan penelitian yang diakibatkan

oleh interpretasi hasil yang bersifat selektif, efek dari bias eksperimental,

dan penggunaan kelompok kendali (control goup) yang tidak sesuai.

Studi lanjutan telah mempertimbangkan kritikan tersebut, termasuk

dengan menyeimbangkan antara play tutoring dan skill tutoring. Namun

umumnya anak menganggap play tutoring lebih menyenangkan dan lebih

bersifat sosial pada tahun-tahun pra sekolah, sehingga cukup ada alasan

yang kuat untuk memasukkannya ke dalam kurikulum nursery. Adapun

jenis pretend play yang seringkali tidak dianjurkan di nursery adalah war

play, yakni pretend play dengan menggunakan senapan mainan ataupun

tokoh aksi militer. Banyak yang percaya bahwa jenis bermain ini dapat

mendorong perilaku agresi yang nyata, meskipun ada juga yang tidak

sepakat dengan hal ini.

Exercise Play

Jenis bermain ini makin meningkat frekuensinya sejak dari usia

toddler hingga pra sekolah, memuncak pada permulaan usia sekolah dasar,

dan kemudian menurun. Anak-anak yang lebih muda akan lebih

memerlukan kesempatan untuk bermain latihan fisik dibandingkan anak-

Gambar 5.Anak yang sedang bermain masak memasak.

Sumber: http://3.bp.blogspot.com/-4J6Oa-

JafC8/UnoPSs7Pm1I/AAAAAAAAAMA/qPjrZTCXTmo/s1600/

fantasy-play.jpg

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

18

anak yang lebih tua, dan akan lebih mudah gelisah setelah berdiam diri

sekian waktu, dan akan berlarian disaat mereka dilepaskan. Anak lelaki

akan lebih menyukai jenis bermain ini dibandingkan anak perempuan.

Ada hipotesis yang mendukung latihan otot anak untuk

meningkatkan kekuatan dan ketahanan tubuhnya serta memperbaiki

efektifitas bergeraknya. Adapula hipotesis (yakni, cognitive immaturity

hypothesis) yang mengatakan bahwa exercise play akan mendorong anak-

anak yang lebih muda untuk beristirahat sejenak setelah terlalu dibebani

dengan tugas-tugas kognitif. Hipotesis ini berargumen bahwa anak-anak

yang lebih muda masih memiliki kapasitas kognitif yang belum sempurna,

sehingga manfaat dari melakukan konsentrasi kepada suatu tugas yang

menuntut adanya kemampuan kognitif akan menurun setelah sekian waktu

dibandingkan pada anakanak yang lebih tua.

Rough-and-tumble Play

Jenis bermain ini mulai meningkat frekuensinya sejak dari usia

toddler, memuncak pada usia akhir sekolah dasar, dan kemudian menurun

frekuensinya. Anak lelaki lebih menyukai hal ini dibandingkan anak

perempuan, terutama play fighting.

Gambar 6.Anak yang sedang bermain bola.

Sumber: http://www.littlestomaks.com/wp-

content/uploads/2014/02/playland-littlestomaks-how-to-encourage-play-

and-exercise4-1024x6821.jpg

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

19

Tabel 1. Tabel perbedaan Play Fighting dan Real Fighting.

KRITERIA PLAY FIGHTING REAL

FIGHTING

Ekspresi Tersenyum, tertawa.

Memperlihatkan

ketidaksukaan,

Menangis.

Pengendalian Diri

Menendang dan

memukul yang tidak

keras ataupun tidak

melakukan kontak fisik.

Menendang dan

memukul dengan

keras ataupun

melakukan kontak

fisik

Pembalikan peran

Secara sengaja bersedia

beralih menjadi “yang di

atas” ataupun “yang

dikejar”.

Ingin menjadi

“yang di atas”

ataupun “yang

mengejar” pihak

lain.

Sikap menghadapi awal

dan akhir

Memulai dengan

mengundang pihak lain

dan diakhiri dengan

melanjutkan permainan

atau aktifitas lain secara

bersama-sama.

Memulainya

dengan

menantang pihak

lain dan diakhiri

dengan berpisah

dengannya.

Sumber: Brian Hopkins, Ronald G. Barr, George F. Michel, Philippe Rochat, 2005

Kebanyakan anak dapat membedakan antara play fighting dan real

fighting. Dalam suatu studi yang dilakukan terhadap anak-anak di Inggris

dan Italia memperlihatkan bahwa mereka dapat secara akurat di dalam

membedakan hal tersebut dengan melihat kaset video, dengan mengabaikan

kebangsaan dari pelaku dalam kaset tersebut.

Selama masa sekolah dasar, hanya sekitar 1% dari roughand-tumble

play yang akhirnya berubah menjadi real fighting. Apabila banyak guru

yang berpendapat bahwa jumlah tersebut seharusnya 30%, hal ini

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

20

disebabkan mereka menyamaratakan semua anak didiknya. Padahal para

guru tersebut lebih mendasarkan pendapatnya tersebut kepada para

“rejected children” (yakni, anak-anak yang tidak disukai oleh kawankawan

sebanyanya), dimana mereka seringkali merespons rough-and-tumble play

secara agresif, sehingga menimbulkan masalah yang harus ditangani para

guru. Pada awal masa remaja, terlihat perubahan yang terjadi pada jenis

bermain ini, dimana dominasi/status menjadi hal penting di dalam memilih

rekan bermain maupun teman, sehingga berisiko besar untuk mengubah

play fighting menjadi real fighting. Bahkan pada masa remaja, rough-and-

tumble play dapat digunakan untuk membangun ataupun memelihara

dominasi pada kelompok usia sebaya (peer group).

c. Tahap Perkembangan Bermain.

Eksploratory Stage

Hingga bayi berumur sekitar 3 bulan, jenis bermainnya terutama berupa

melihat orang dan obyek di sekitarnya dan melakukan usaha acak untuk

meraih obyek yang ada dihadapannya. Kemudian bayi akan mulai

memegang dan memeriksa obyekobyek berukuran kecil. Setelah bayi dapat

merangkak ataupun berjalan, maka ia akan mulai memeriksa semua obyek

yang ada di dalam jangkauannya

Toy Stage

Toy play dimulai pada tahun pertama dan akan mencapai puncaknya pada

usia 5-6 tahun. Mulanya bayi hanya akan memeriksa mainannya. Antara

umur 2-3 tahun, ia mulai membayangkan bahwa mainannya dapat bergerak,

berbicara, dan merasakan. Setelah anak berkembang daya intelektualnya, ia

akan memandang mainannya sebagai benda mati, dan hal ini akan

menghilangkan ketertarikannya kepada mainan tersebut. Setelah memasuki

sekolah, kebanyakan anak akan menganggap toy play sebagai “baby play”.

Play Stage

Setelah anak bersekolah, jenis bermainnya akan meningkat. Mulanya ia

akan terus bermain sendiri dengan mainannya. Namun, ia akan juga mulai

tertarik dengan game, olahraga, hobi, dan bentuk bermain lainnya yang

sudah lebih bersifat dewasa.

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

21

Daydream Stage

Ketika anak mendekati masa puber, ia akan mulai kehilangan ketertarikan

pada aktifitas bermain yang sebelumnya ia nikmati dan mulai menghabiskan

banyak waktu bermainnya dengan melamun. Anak yang berada dalam masa

puber akan menganggap dirinya disalahpahami dan diperlakukan secara

tidak tepat oleh orang lain.

2.2.4.1 Teori Tentang Bermain

Beberapa teori tentang arti dan nilai permainan adalah sebagai berikut:

1 Teori Rekreasi

Teori ini dikembangkan oleh Schaller dan Lazarus (Jerman) antara tahun 1841

dan 1884. “Permainan adalah kesibukan rekreatif sebagai lawan dari kerja dan

keseriusan hidup.”

2. Teori Pemunggahan (disebut juga Teori Kelebihan Tenaga)

Teori ini dikembangkan oleh Herbert Spencer (Inggris). “Permainan disebabkan

oleh mengalir keluarnya energi, yaitu tenaga yang belum dipakai dan

menumpuk pada diri anak yang menuntut dimanfaatkan atau dipekerjakan.”

3. Teori Atavistis

Teori ini dikembangkan oleh Stanley Hall (Amerika). “Permainan merupakan

penampilan dari semua faktor hereditas (waris, sifat keturunan), yaitu segala

pengalaman jenis manusia sepanjang sejarah akan diwariskan kepada anak

keturunannya.”

4. Teori Biologis

Teori ini dikembangkan oleh Karl Groos (Jerman), yang kemudian diikuti oleh

Maria Montessori. “Permainan mempunyai tugas biologis, yaitu melatih

macammacam fungsi jasmani dan rohani. Waktu-waktu bermain merupakan

kesempatan baik bagi anak untuk melakukan penyesuaian diri terhadap

lingkungan hidup dan terhadap hidup itu sendiri.” Menurut William Stern, bagi

anak permainan sama pentingnya dengan taktik dan manuver-manuver dalam

peperangan bagi orang dewasa. Menurut Profesor Buytendijk (Belanda) yang

mempunyai pandangan murni biologis, “Permainan merupakan bentuk

pelahiran dorongan-dorongan hidup.”

5. Teori Psikologi Dalam

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

22

“Permainan merupakan penampilan dorongan-dorongan yang tidak disadari

pada anak-anak dan orang dewasa.” Dalam situasi bermain, terdapat dua faktor

penting, yaitu: a. fantasi b. kebebasan Meskipun terdapat aturan-aturan bermain

yang harus dipatuhi, namun dalam setiap permainan pasti terdapat dimensi

kebebasan dan kemungkinan-kemungkinan baru.

6. Teori Fenomenologis

Teori ini dikembangkan oleh Kohnstamm (Belanda). “Permainan merupakan

satu fenomena atau gejala yang nyata yang mengandung unsur suasana

permainan. Dorongan bermain merupakan dorongan untuk menghayati suasana

bermain itu, yaitu tidak khusus bertujuan untuk mencapai prestasi-prestasi

tertentu, tetapi anak bermain untuk permainan itu sendiri. Jadi, tujuan

permainan adalah permainan itu sendiri.” Dalam suasana permainan tersebut

terdapat faktor: a. kebebasan b. harapan c. kegembiraan d. ikhtiar e. siasat untuk

mengatasi hambatan serta perlawanan

2.2.4.2 Bentuk Permainan.

Bentuk permainan dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu:

1. Permainan gerakan

Pada mulanya, bayi bermain-main sendiri untuk melatih gerakan dan anggota

tubuh dengan melakukan bermacam-macam manipulasi. Kemudian saat

usianya bertambah, anak melakukan gerakan-gerakan dan olah tubuh dengan

bermain bersama dengan teman sepermainannya.

2. Permainan memberi bentuk

Kegiatan memberi bentuk pada fase permulaan berupa kegiatan yang destruktif,

dengan jalan meremas-remas, mencabik-cabik, membelah-belah, dan lain-lain.

Lambat laun anak dapat memberikan bentuk lebih konstruktif pada macam-

macam materi yang diberikan.

3. Permainan ilusi

Pada jenis permainan ini unsur fantasi memegang peranan paling menonjol,

misalnya menjadikan sebuah sapu sebagai kuda tunggangan. Permainan meniru

juga termasuk dalam jenis permainan ini, misalnya bermain ibu-ibuan atau

dokter-dokteran. Dalam permainan tersebut, anak memasuki dunia ilusi yang

dijadikan dunia sungguhan oleh fantasi anak. Permainan merupakan alat

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

23

pengekspresi jiwa yang paling efisien dan tinggi nilalinya karena di dalam

permainan tersebut terdapat dimensi pengembangan segenap kemampuan di

tengah iklim kebebasan. Menurut Frobel, permainan bisa memberikan pada

anak kesempatan bergiat untuk memuaskan dorongan sibuk dan

melaksanakan/merealisir fantasinya. Frobel mementingkan fantasi,

kegembiraan dan kebebasan untuk waktu sekarang di dalam setiap permainan.

Sebaliknya, Maria Montessori paling mengutamakan kegiatan melatih panca

indera dan semua fungsi-fungsi untuk persiapan kerja di masa mendatang.

2.2.5 Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini.

Secara umum tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan

berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Secara khusus tujuan pendidikan anaka

usia dini adalah (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 42 – 43):

Agar anak mampu mengelola keterampilan tubuhnya termasuk gerakan motorik

kasar dan motorik halus, serta mampu menerima rangsangan sensorik.

Anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat

berkomunikasi secara efektif sehingga dapat bermanfaat untuk berpikir dan

belajar.

Anak mampu berpikir logis, kritis, memberikan alasan, memecahkan masalah

dan menemukan hubungan sebab akibat.

Anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan social, peranan

masyarakat dan menghargai keragaman social dan budaya serta mampu

mngembangkan konsep diri yang positif dan kontrol diri.

Anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, berbagai bunyi, serta

menghargai karya kreatif.

2.2.6 Prinsip – prinsip Pendidikan Anak Usia Dini.

Pendidikan anak usia dini pelaksanaannya menggunakan prinsip-prinsip

(Forum PAUD, 2007) sebagai berikut.

A. Berorientasi Pada Anak.

Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada

kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

24

upayaupaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek

perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual,

bahasa, motorik, dan sosio emosional.

B. Belajar Melalui Bermain.

Bermain merupakan saran belajar anak usia dini. Melalui bermain anak diajak

untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan

mengenai benda di sekitarnya. Salah satu contohnya seperti permainan

berhitung dengan menggunakan media – media interaktif seperti kelereng,

tumpukan kubus dll.

Gambar 7. seorang anak yang sedang bermain

Sumber :

https://www.healthyfamiliesbc.ca/hfbc/files/image/iStock_00001

8537961Small.jpg.

Gambar 8. anak – anak belajar melalui sebuah permainan

Sumber : http://blog.bebe2go.com/wp-content/uploads/2015/11/compartir.jpg.

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

25

C. Menggunakan Lingkungan yang Kondusif.

Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan

menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang

dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain.

D. Menggunakan pembelajaran terpadu

Pembelajaran pada anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran

terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang dibangun harus menarik dan

dapat membangkitkan minat anak dan bersifat kontekstual. Hal ini agar anak

mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga

pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi anak.

E. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup

Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses

pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri

sendiri, mandiri dan bertanggungjawab serta memiliki disiplin diri.

F. Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar

Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau

bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik /guru. Pembelajaran bagi

anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep yang

sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik

hendaknya guru menyajikan kegiatan–kegiatan yang berluang.

Gambar 9. Kondisi lingkungan yang menarik untuk anak-anak.

Sumber : http://cdc.ucr.edu/images/cdcslide5.jpg.

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

26

2.2.7 Jenis – jenis Kegiatan PAUD.

Jenis-jenis kegiatan PAUD dijelaskan dalam tabel berikut ini:

Tabel 2. Jenis – jenis Kegiatan PAUD

Taman Kanak–

kanak (TK)

Kelompok Bermain

(KB)

Taman Penitipan

Anak (TPA) POSYANDU

Bina Keluarga

Balita (BKB)

Usia 4-6 tahun 2-6 tahun 3-6 tahun 0 – 6 tahun 0 – 5 tahun

Target Anak Anak Anak Anak dan Ibu Ayah - Ibu

Fokus

Pendidikan

Anak Usia

Dini

Perkembangan

anak dan

kesiapan

bersekolah

Pendidikan pada

dasarnya

bermain-main

Perkembangan

emosi dan

mental

Pelayanan

perawatan untuk

anak-anak yang

orangtuanya

bekerja, digabung

dengan komponen

perkembangan

emosi dan mental

Pelayanan

kesehatan

untuk ibu dan

anak, digabung

dengan

pendidikan

orangtua

Pendidikan

orangtua;

kegiatan untuk

anak juga

ditawarkan

selama

pertemuan

Waktu

Kegiatan 2 jam setiap hari,

2 jam, min. 3 kali

seminggu

8-10 jam setiap

hari 2 jam

2 jam, 2 kali

sebulan

2 jam, 2 kali

sebulan

Agen

Pemerintah

Departemen

Pendidikan

Nasional

Departemen Sosial

dan Departemen

Pendidikan

Nasional

Departemen

Sosial, komponen

supervise

Departemen

Diknas garis-garis

besar

perkembangan

Departemen

Kesehatan,

Menteri Dalam

Negeri

Kementerian

Pemberdayaan

Perempuan

BKKBN

Sumber: (MARIESKA HAPPY LAKSMITA .2010)

2.2.8 Nilai Positif dari PAUD

Pendidikan anak usia dini memberikan kesempatan bagi anak untuk

mengembangkan keterampilan dan kecerdasan sedini mungkin. Seperti halnya

pendidikan formal yang ada di sekolah dasar, dalam pendidikan informal anak usia

dini baik PG, TK maupun SPS (satuan paud sejenis) juga diberikan pembelajaran

dengan kurikulum yang disusun terstruktur sehingga bukan hanya belajar

berinteraksi dan membaca namun anak bisa mengembangkan berbagai macam

keterampilan lainnya sejak dini.

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

27

2.3 Tinjauan Fasilitas Sejenis.

Tinjauan fasilitas sejenis ini berupa tinjuan langsung dan tinjauan tidak

langsung/ tinjuan online.

2.3.1 Tinjuan Langsung

1. The Anak Atelier

The Anak Atelier merupakan salah satu PAUD yang terletak di jalan pantai

balangan Badung – Bali. Observasi dan wawancara dilakukan pada tanggal 4 Maret

2016. Narasumber bernama Kimberly Utama selaku head marketing PAUD

tersebut. Dari hasil observasi diperoleh informasi sebagai berikut;

Konsep Bangunan : Nature

Arsitek : Baito (Jogjakarta)

Luas Tanah :1400m2

Program layanan

- Toodlers (1.5 thn - 2.5 thn),

- Preschool (2.5 thn – 4 thn), dan

- Kindergarten (4 thn – 6 thn)

Waktu kegiatan

- Toodlers (3 x 1 minggu , 8.30 – 11.30)

- Preschool (5 x 1 minggu , 8.30 – 11.30 dan 12.00 – 2.30)

- Kindergarten (5 x 1 minggu , 8.30 – 11.30 dan 12.00 – 2.30)

Jumlah Pengajar : 2 Leader Educator , 1 Help Training Teacher, 4 Co-

Leader Educator.

Sarana Prasarana

- Joglo Building (2 Classroom) + 2 Toilets/classroom

- Organic Garden

- Amphitheater , Playground Complex

- Front Office , Kitchen , Lobby and Parking lot

Keunggulan : Lingkungan PAUD, Kurikulum yang digunakan

dan tenaga pengajar.

Kapasitas : 45 anak (15 anak/program)

Staff : 1 Petugas Kebersihan, 1 Koki & 1 Tukang Kebun.

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

28

PAUD ini memakai konsep nature yang mengutamakan / menonjolkan

penataan lingkungan (environtments) yang baik. Elemen yang dipakai masih

banyak memakai material kayu.

Dilihat dari tampilan bangunan, PAUD ini tidak mencirikan bangunan

edukasi / sekolah untuk anak – anak usia dini. Tampilan bangunan ini lebih terlihat

seperti villa – villa dan bangunan umum lainnya.Pemakaian material seperti rotan

Gambar 10. Entrance & Exit pada The Anak Atelier.

Sumber : Dokumen Observasi Pribadi.

Gambar 12. Lobby pada The Anak Atelier.

Sumber : Dokumen Observasi Pribadi.

Gambar 11. Struktur Atap pada lobby The

Anak Atelier.

Sumber : Dokumen Observasi Pribadi.

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

29

untuk sofa dan meja, serta kayu untuk struktur atapnya semakin menonjolkan

konsep nature pada PAUD ini. Pemakaian kipas angina untuk area lobby semi-

outdoor merupakan salah satu cara dalam bentuk penghematan pemakaian energi.

The Anak Atelier memiliki 2 kelas dengan detil sebagai berikut;

Toddler Class (Kelompok Bermain)

Fasilitas Jumlah

Playroom 1

Toilet 2

Naping room 1

Ruang Guru 1

Sandpit 1

Tree House 1

Waiting room for parents 1

Gudang 1

Kids Class (Taman Kanak – Kanak)

Fasilitas Jumlah

Playroom 1

Toilet 2

Naping room 1

Ruang Guru 1

Ruang Pengelolaan Barang Bekas 1

Organic garden 1

Waiting room for parents 1

Gudang 1

Sumber : Observasi 4 Maret 2016

Tabel 3. Tabel Detil Kelas The Anak Atelier

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

30

Didalam toddler classroom (Kelompok Bermain) terdapat beberapa media

permainan edukasi yang sangat menarik. Elemen penutup lantai menggunakan

keramik yang dilapisi dengan karpet bertekstur halus sangat aman dan nyaman

Gambar 13. Suasana Toddler Classroom The Anak Atlier

Sumber : Observasi 4 Maret 2016

Gambar 14. Waiting Room The Anak Atelier

Sumber : Observasi 4 Maret 2016

Gambar 15. Naping Room

Sumber : Observasi 4 Maret 2016

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

31

untuk anak – anak. Model kelas ini berbentuk rumah joglo dan semua elemen –

elemennya masih sama dengan rumah joglo yang asli.

Berikut adalah detil furniture dan lampu pada toddler classroom;

Gambar 17. Struktur Atap Toddler

Classroom The Anak Atelier

Sumber : Observasi 4 Maret 2016

Gambar 16. Toilet Toddler Classroom

The Anak Atelier

Sumber : Observasi 4 Maret 2016

Gambar 18. Hiasan Atap Toddler Class The Anak Atelier

Sumber : Observasi 4 Maret 2016

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

32

Jenis Furniture/Lampu Jumlah

Meja Tulis 2

Kursi 4

Rak 7

Lampu Utama 1

Spotlight 6

Sumber : Observasi 4 Maret 2016

Karena jam observasi bertepatan dengan jadwal kids classroom (Taman

Kanak – Kanak) maka tidak izinkan untuk pengambilan foto di area atau ruang

kelas tersebut.

Organic Garden merupakan salah satu keunggulan dari The Anak Atelier.

Organic Garden ini dibuat agar anak – anak bisa mempelajari bagaimana berkebun

dan lebih menghargai kehidupan.

Tabel 4. Tabel Detil Furniture toddler room the Anak Atelier

Gambar 20. Seed Station pada Organic Garden

The Anak Atelier

Sumber : Observasi 4 Maret 2016

Gambar 19 Tempat Pembuatan Pupuk The

Anak Atelier

Sumber : Observasi 4 Maret 2016

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

33

2. Hooray Kids

Hooray merupakan salah satu PAUD yang terletak di jalan teuku umar barat

Denpasar - Bali. Observasi dan wawancara dilakukan pada tanggal 11 Maret 2016.

Narasumber bernama Wiwid Lestari selaku front office staff PAUD tersebut. Dari

hasil observasi diperoleh informasi sebagai berikut;

Konsep Bangunan : Colorfull & Playfull

Tanggal didirikan : Juli 2012

Program layanan

Umur Program Layanan Kelas

0 – 1 Baby Class

1 – 2 Toddler Junior

2 – 3 Toddler Senior

3 – 4 Playgroup

4 – 5 Kindergarten A

5 – 6 Kindergarten B

0 – 6 Day Care

Sumber : 11 Maret 2016

Gambar 21. Amphitheater The Anak Atelier

Sumber : Observasi 4 Maret 2016

Tabel 5. Program Layanan Hooray Kids

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

34

Sarana Prasarana

Program Facilities

Baby Class Baby Spa , Baby Activities room , Baby Gym , Baby

Pool Room , Sensitive room , Visual room.

Toddler Junior Activities room , Lunch room , Storytelling room ,

Gym room , Toilets , Naping room

Toddler Senior Activities room , Lunch room , Storytelling room ,

Gym room , Toilets

Playgroup Playroom , Theme class

Kindergarten A Activities room , Lunch room , Storytelling room ,

Gym room , Toilets , Naping room

Kindergarten B Activities room , Lunch room , Storytelling room ,

Gym room , Toilets , Naping room

Sumber : 11 Maret 2016

Berbeda dengan lokasi observasi sebelumnya PAUD ini memakai konsep

modern playfull & colorfull. Ruang – ruang kelas dari PAUD ini menggunakan

bermacam – macam tema yang atraktif. Ini bertujuan agar peserta didik tidak bosan

dengan kegiatan mereka. Menurut narasumber konsep yang mereka terapkan ini

Tabel 6. Fasilitas pada Hooray Kids

Gambar 22. Tampak Depan Hooray Kids

Sumber : Observasi 11 Maret 2016

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

35

sangat membantu para guru pengajar untuk mengendalikan emosi anak. Kegiatan

PAUD ini dilakukan di dalam ruangan menyebabkan penghawaan dalam bangunan

ini menggunakan penghawaan buatan (AC). Dalam setiap kelasnya terdapat 2 buah

pendingin ruangan (AC).

Gambar 23. Lobby Hooray Kids

Sumber : Website Hooray Kids

Gambar 24. Koridor Lantai Satu Hooray Kids

Sumber : Facebook Hooray Kids

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

36

Dari gambar 24 dan gambar 25

dapat terlihat bahwa pencahayaan

ruangan menggunakan cahaya buatan.

Atap dibuat dengan bentuk – bentuk yang

atraktif dan menggunakan warna – warna

yang cerah. Penutup lantai menggunakan

keramik anti slip dengan motif bertekstur

halus. Lantai ini didesain menyerupai

jalan. Tiap – tiap area di depan kelas

diberikan rak – rak berwarna – warni

yang berfungsi untuk penyimpanan

sepatu sebelum memasuki ke dalam

ruangan. Bertujuan untuk menjaga

kebersihan kelas.

Gambar 25. Koridor Lantai Dua Hooray Kids

Sumber : Facebook Hooray Kids.

Gambar 26. Activities Toddler Senior Room

Hooray Kids

Sumber : Facebook Hooray Kids

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

37

2.3.2 Tinjuan Tidak Langsung/ Tinjauan online

1. Ecole Maternelle Pajol - Paris

Gambar 28. Tampak Depan Ecole Maternelle Pajol

Sumber : http://www.thecoolhunter.net/article/detail/2098/ecole-maternelle-pajol--paris.

Gambar 27. Activities Kindergarten A Hooray Kids

Sumber : Facebook Hooray Kids.

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

38

Menurut salah satu artikel online yang berjudul “Ecole Maternelle Pajol”

(http://www.thecoolhunter.net/article/detail/2098/ecole-maternelle-pajol--paris.)

PAUD ini terletak di daerah yang bernama Rue Rajol di Paris – Perancis. Bangunan

merupakan bangunan redesign dari bangunan pemerintahan yang berdiri sejak

tahun 1940. Menurut artikel lainnya yang membahas PAUD ini yang berjudul

“Ecole Maternelle Pajol: The Colors of a Happy Childhood”

(http://entertainmentdesigner.com/news/childrens-design/ecole-maternelle-pajol-

the-colors-of-a-happy-childhood/.) Mengatakan bahwa redesign ini bertujuan

untuk menjaga atau melestarikan bangunan bersejarah di paris agar terhindar dari

kemungkinan penggusuran. Warna-warna yang dipakai diluar ruangan maupun

didalam ruangannya sangat cerah dan bersemangat. Warna – warna ini dipilih

bertujuan untuk meningkatkan perasaan bahagia anak – anak sebagai fous

emosional. Warna-warna cerah, terutama merah, oranye dan kuning, merangsang

otak dan mendorong sikap aktif untuk anak – anak.

Gambar 29. Tampak Depan Bangunan Ecole Maternelle Pajol

Sumber : http://www.thecoolhunter.net/article/detail/2098/ecole-maternelle-pajol--paris.

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

39

Gambar 30. Lobby Ecole Maternelle Pajol

Sumber : http://www.thecoolhunter.net/article/detail/2098/ecole-maternelle-pajol--paris.

Gambar 31. Ruang dalam bangunan Ecole Maternelle Pajol

Sumber : http://www.thecoolhunter.net/article/detail/2098/ecole-maternelle-pajol--paris.

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

40

2. Mama Smile – Tokyo

Berdasarkan artikel internet yang berjudul “mama smile – tokyo”

(http://www.thecoolhunter.net/article/detail/2328/mama-smile--tokyo) . Mama

smile merupakan indoor playground yang terletak sebuah mall di Tokyo. Indoor

Playground ini dirancang oleh arsitek asal Perancis yang bernama Emmanuelle

Moureaux. Emmanuelle Moureaux memakai konsep friendly and harmonius

atsmosphere yang memberikan anak – anak dan orangtua sebuah tempat yang

nyaman dan beristirahat setelah melakukan aktivitas berbelanja seharian. Moureaux

Gambar 32. Keadaan Kamar Mandi bangunan Ecole Maternelle Pajol

Sumber : http://www.thecoolhunter.net/article/detail/2098/ecole-maternelle-pajol--paris.

Gambar 33. Exterior Mama Smile

Sumber : www.designboom.com

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

41

berpendapat bahwa metode yang digunakan merupakan metode dari jepang yaitu

iro-iku dimana metode itu percaya bahwa pemakaian warna-warni dapat membantu

konsentrasi anak – anak dan memunculkan imajinasi.

Gambar 34. Denah Mama Smile

Sumber : www.designboom.com

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

42

2.3.4 Kesimpulan Tinjauan Fasilitas Sejenis.

Kesimpulan dari tinjauan fasilitas sejenis dibuat dalam bentuk tabel sebagai

berikut;

The Anak Atelier Hooray Kids Ecole Maternelle

Pajol Mama Smile

Keunggulan

Program – program

yang ada di The

Anak Atelier

terbilang cukup

Program –

program yang

ada di Hooray

Kids sangat baik

Mempunyai

perencanaan ruang

dalam , ruang luar

dan bentuk fisik

bangunan yang

Memiliki

konsep yang

baik dengan

mengambil

dari salah satu

Tabel 7. Kesimpulan Tinjauan Fasilitas Sejenis.

Gambar 35. Area bermain Mama Smile

Sumber : www.designboom.com

Gambar 36. Area lobby dan Registrasi Mama Smile

Sumber : www.designboom.com

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

43

baik dan sesuai

standar.

dan sangat

lengkap.

sangat baik dan

peka terhadap

pskologis anak

metode yang

dipercaya di

lokasi

bangunan.

Mempunyai

lingkungan yang

baik serta

pencahayaan dan

penerangan alami

yang sangat baik

Mempunyai

desain atau

konsep ruang

yang baik

dengan tema-

tema yang

berbeda

Desain toilet sangat

baik dimana terlihat

sangat aman dan

nyaman untuk anak

– anak.

Penataan

registrasi

room yang

simple dan

menarik

Kelemahan

Lingkungan dan

lokasi PAUD yang

berada di dekat

pantai dimana

banyak nyamuk

yang berbahaya

untuk anak - anak

Tidak memiliki

ruang luar - -

Desain toilet yang

tidak

memperhatikan

anak – anak

penggunaan

pendingin buatan

yang terlalu

banyak dimana

hal tersebut tidak

baik untuk anak -

anak

- -

2.4 Spesifikasi Umum Pusat Layanan PAUD Terpadu di Denpasar

Pusat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Terpadu adalah Suatu tempat

yang berada di tengah suatu perkotaan yang berusaha melayani segala kebutuhan

pendidikan anak usia dini.

2.4.1 Struktur Organisasi Program Anak Usia Dini.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

(PERMENDIKNAS) Nomor 58 tahun 2009 tentang standar pendidikan anak usia

dini bahwa, standar isi, proses, dan penilaian meliputi struktur program, alokasi

waktu, dan perencanaan, pelaksanaan, penilaian dilaksanakan secara

terintegrasi/terpadu sesuai dengan tingkat perkembangan, bakat/minat dan

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

44

kebutuhan anak. Standar ini yang mempertimbangkan potensi dan kondisi

setempat, sehingga dimungkinkan terjadinya perbedaan kegiatan dan pelaksanaan

pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan di lapangan.

Perbedaan dapat terjadi karena adanya: (1) keragaman bentuk layanan

PAUD (TK/RA, TPA, KB dan bentuk lain yang sederajat), yang menerapkan

program paruh waktu dan program penuh waktu; (2) perbedaan kelompok usia yang

dilayani (antara anak usia 0 - <2 tahun dengan anak usia 2 - <4 tahun serta 4 - ≤6

tahun); dan (3) perbedaan kondisi lembaga. Perencanaan program dilakukan oleh

pendidik yang mencakup tujuan, isi, dan rencana pengelolaan program yang

disusun dalam Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) dan Rencana Kegiatan Harian

(RKH). Pelaksanaan program berisi proses kegiatan pendidikan, pengasuhan, dan

perlindungan yang dirancang berdasarkan pengelompokan usia anak, dengan

mempertimbangkan karakteristik perkembangan anak dan jenis layanan PAUD

yang diberikan. Penilaian merupakan rangkaian kegiatan pengamatan, pencatatan,

dan pengolahan data perkembangan anak dengan menggunakan metode dan

instrumen yang sesuai.

Struktur program kegiatan PAUD mencakup bidang pengembangan

pembentukan perilaku dan bidang pengembangan kemampuan dasar melalui

kegiatan bermain dan pembiasaan. Lingkup pengembangan meliputi: (1) nilainilai

agama dan moral, (2) fisik, (3) kognitif, (4) bahasa, dan (5) sosial emosional.

Kegiatan pengembangan suatu aspek dilakukan secara terpadu dengan aspek yang

lain, menggunakan pendekatan tematik.

A. Bentuk Layanan PAUD.

Kelompok Usia 0 – 2 tahun

Kelompok Usia 0 -4 tahun

Kelompok Usia 4 – 6 tahun

Kegiatan Pengasuhan Anak Usia 0 – 6 tahun

Alokasi Waktu.

Kelompok Usia/tahun Pertemuan

/Menit /Minggu Semester

0 - < 2 120 1 2

Tabel 8. Tabel Waktu Pembelajaran sesuai Kelompok Usia

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

45

2 - < 4 180 2 2

4 - ≤ 6

(Pendidikan Jalur Formal) 150 - 180 5 - 6 2

4 - ≤ 6

(Pendidikan Jalur Non-Formal) 180 3 2

0 - ≤ 6 tahun

(Kegiatan Pengasuhan)

Alokasi waktu disesuaikan dengan sisa

waktu dari penitipan dikurangi dengan

kegiatan terstruktur yang sudah

dilaksanakan, sesuai dengan jenis

kegiatan dan kelompok usia.

Sumber : PERMENDIKNAS NO.58 2009

B. Rombongan Belajar.

- PAUD Jalur Pendidikan Formal,

jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar sebanyak 20

peserta didik dengan 1 orang guru TK/RA atau guru pendamping.

Kelompok A untuk anak usia 4-5 tahun dan kelompok B untuk anak usia

5-6 tahun.

- PAUD Jalur Pendidikan Nonformal,

jumlah peserta didik setiap rombongan bersifat fleksibel, disesuaikan

dengan usia dan jenis layanan program, dan tersedia minimal seorang

guru/guru pendamping. Selain itu harus tersedia pengasuh dengan

perbandingan antara pendidik (guru/guru pendamping/pengasuh) dan

peserta didik sbb:

Kelompok Usia Jumlah Anak

0 - < 1 4

1 - < 2 6

2 - < 3 8

3 - < 4 10

4 - < 5 12

5 - < 6 14

Sumber : PERMENDIKNAS NO.58 2009

Tabel 9. Jumlah Peserta Didik sesuai Kelompok Usia

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

46

2.4.2 Spesifikasi Umum Kelompok Bermain

Kelompok Bermain adalah salah satu bentuk pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan non-formal yang memberikan layanan pendidikan bagi anak usia 2 – 6

tahun, untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak.

A. Peserta Didik

Persyaratan peserta didik menurut Direktorat Pembinaan PAUD 2013

adalah sebagai berikut;

Peserta didik adalah anak usia 2 – 6 tahun.

Tiap kelompok bermain minimal terdapat 10 orang peserta didik.

Peserta didik dikelompokkan berdasarkan pengelompokan usia yakni; 2-3

tahun, 3-4 tahun, 4-5 tahun, dan 5-6 tahun.

B. Sarana dan Prasarana.

Sarana dan prasarana kelompok bermain Direktorat Pembinaan PAUD 2013

adalah seperti pada tabel 10.

Sarana dalam ruang

Sarana luar

ruang Prasarana

Persyaratan

Terdapat Buku –

buku /bahan bacaan

untuk anak.

Terdapat Alat – alat

peraga atau bahan

main untuk anak.

Terdapat Lemari/rak

untuk wadah alat

permainan.

Terdapat Tape

recorder / VCD

Player , Papan tulis

Papan

flannel,Panggung

Terdapat alat

permainan

edukatif yang

mudah

dibongkar

pasang, mudah

dijangkau , aman

, kuat , kokoh

tidak mudah

patah/pecah.

Alat permainan

harus

disesuaikan

dengan usia anak

Memiliki

tempat untuk

kegiatan

kelompok

bermain.

Memiliki

ruangan

untuk proses

pembelajaran

Tabel 10. Syarat sarana dan prasarana kelompok bermain

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

47

boneka,Papan

geometris,puzzle,

balok , Alat

permainan edukatif

sederhana

Terdapat Alat

permaian untuk

mendukung budaya

local

Alat – alat untuk

memasak dll.

dan dapat

mendukung

kegiatan belajar

anak yang

berbeda – beda.

Sumber : Direktorat Pembinaan PAUD 2013

Adapun syarat sarana dan prasarana kelompok bermain menurut Norma,

Standar, Prosedur, dan Kriteria Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kelompok

Bermain seperti pada tabel 11.

No Jenis Ruang Jumlah Minimal Luas/m2 Kapasitas/org

1 Ruang Kelas 1 64 20

2 Ruang Kantor/kepala

Kelompok Bermain 1 12 1

3 Ruang Dapur 1 9 2

4 Gudang 1 9 1

5 KM/WC Guru 1 4 1

6 KW/WC Anak 1 4 1

7 Ruang Guru 1 16 3

8 UKS 1 9 3

Sumber: Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain

2.4.3 Spesifikasi Umum Taman Kanak – Kanak.

Taman kanak – kanak (TK) adalah salah satu bentuk satuan PAUD pada

jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak

usia 4 – 6 tahum dengan prioritas usia 5 dan 6 tahun.

A. Peserta Didik

Tabel 11. Syarat sarana dan prasarana kelompok bermain menurut NSPK

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

48

Persyaratan peserta didik taman kanak - kanak menurut Direktorat

Pembinaan PAUD 2013 adalah sebagai berikut;

Peserta didik adalah anak usia 4 – 6 tahun.

Tiap kelompok bermain minimal terdapat 10 orang peserta didik.

Peserta didik dikelompokkan berdasarkan pengelompokan usia yakni; 4-5

tahun, dan 5-6 tahun.

B. Sarana dan Prasarana.

Sarana dan prasarana taman kanak – kanak menurut Norma, Standar,

Prosedur, dan Kriteria Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain

seperti pada tabel 12.

No Jenis Ruang Jumlah Minimal Luas/m2 Kapasitas/org

1 Ruang Kelas 1 64 25

2 Ruang Kantor/kepala Kelompok

Bermain 1 20 1

3 Ruang Dapur 1 16 2

4 Gudang 1 16 1

5 Ruang Tata Usaha 1 20 2

6 KM/WC Guru 1 4 1

7 KW/WC Anak 1 4 1

8 Ruang Guru 1 16 5

9 UKS 1 16 3

10 Kamar Penjaga 1 16 1

11 Ruang Terbuka 1 120

12 Ruang Tunggu Terbuka 1 16

Sumber : Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Taman

Kanak – Kanak.

2.4.4 Spesifikasi Umum Taman Penitipan Anak (TPA)

Taman Penitipan Anak (TPA) merupakan salah satu bentuk layanan PAUD

yang menyelenggarakan program kesejahteraan sosial yang mencakup perawatan,

pengasuhan dan pendidikan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam)

tahun.

A. Peserta Didik

Tabel 12. Syarat sarana dan prasarana taman kanak - kanak

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

49

Persyaratan peserta didik taman penitipan anak (TPA) menurut Direktorat

Pembinaan PAUD 2013 adalah sebagai berikut;

Sekurang-kurangnya berusia 3 bulan sampai 6 tahun, prioritas anak yang

orangtuanya bekerja.

Kegiatan di TPA dilakukan dengan cara dikelompokkan berdasarkan usia

(utamanya anak 0-2 tahun), dengan pengelompokkan sebagai berikut:

- 3 bulan - < 12 bulan

- 12 bulan - < 18 bulan

- 3) 18 bulan - < 24 bulan

- 2 tahun - < 3 tahun

- 3 tahun - < 4 tahun

- 4 tahun - < 5 tahun

- 5 tahun - < 6 tahun

B. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana taman penitipan anak (TPA) menurut Direktorat

Pembinaan PAUD 2013 sebagai berikut;

Lingkungan tempat belajar

Lingkungan belajar terdiri dari ruang dalam dan ruang luar. Keduanya

digunakan untuk kegiatan bermain anak. Lingkungan belajar harus memenuhi

kriteria kebersihan, aman secara fisik maupun dari ketakutan atau tekanan.

Gedung

Program TPA harus menggunakan bangunan/ gedung permanen yang mudah

dijangkau oleh orangtua calon peserta didik, cukup aman dan nyaman

Ruangan

Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah peserta didik sehingga anak dapat

leluasa bergerak. Ruangan juga harus dilengkapi dengan penerangan dan

ventilasi yang cukup. Idealnya lembaga TPA memiliki beberapa ruangan,

antara lain :

- Ruang serbaguna (untuk proses pembelajaran, makan dan tidur anak,

dilengkapi buku bacaan untuk anak);

- Ruang kantor/administrasi;

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

50

- Dapur;

- Kamar mandi/WC anak;

- Kamar mandi/WC untuk orang dewasa (pendidik, pengelola dan

pengasuh);

- Tempat cuci;

- Ruang UKS atau khusus bagi anak yang sakit.

Sarana Belajar

Sarana penunjang yang perlu disediakan di lembaga TPA adalah:

- Sarana untuk kesehatan yang mendukung pembentukan perilaku hidup bersih

dan sehat (PHBS) bagi anak, seperti bahan untuk mencuci tangan, menyapu,

sikat gigi masing-masing anak, dsb.

- Sarana makan yang bersih : piring, sendok, mangkok dsb.

- Sarana MCK untuk toilet: air bersih yang cukup, sabun mandi, handuk kecil,

dsb.

- Sarana untuk tidur seperti matras, bantal, selimut sesuai ukuran anak.

- Sarana penunjang perkantoran/administrasi : seperti meja, rak buku, kursi,

almari, rak-rak untuk alat permainan, box, tempat tidur, kasur, telepon,

perlengkapan administrasi, TV, Radio, dll.

Alat Permainan (APE)

APE adalah segala sesuatu yang dirancang dan dapat dipergunakan sebagai

sarana/peralatan untuk bermain yang mengandung nilai edukasi.

- APE dalam ruangan

Berbagai jenis alat permainan buatan pabrik atau buatan sendiri untuk

mendukung kegiatan main sensori motorik, main pembangunan, dan main

peran. Alat yang disediakan dapat mengambil dari lingkungan sekitar seperti

batu-batuan, kerang, daun-daunan, alat musik sederhana, pakaian adat daerah,

alat permainan daerah, dll. Semua alat permainan yang disediakan dapat

digunakan anak untuk membangun kemampuan matematika, sosial-emosi,

bahasa, seni, sains, dan keaksaraan.

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

51

- Alat permainan luar ruang

Alat permainan di luar ruangan disediakan untuk mendukung motorik kasar,

keseimbangan, kekuatan otot, keterampilan gerak, dan kelenturan gerakan. Alat

permainan di luar dapat berbentuk bak air, bak pasir, papan luncur, papan titian,

ayunan, panjatan, kuda-kudaan dll. Alat permainan dalam ruangan dapat pula

ditata untuk dimainkan di luar ruangan bila kondisi ruangan tidak

memungkinkan.

Gambar 37. Alat permainan dalam ruang

Sumber : jualbukubantal.wordpress.com

Gambar 38. Alat permainan luar ruang

Sumber : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/c/c5/Playground_at_Fuji-Hakone-

Izu_National_Park.jpg

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

52

BAB III

STUDI PENGADAAN PROYEK.

Pada bab ini akan membahas Kota Denpasar sebagai lokasi perencanaan,

analisis S.W.O.T : potensi (strength), kelemahan/hambatan (weakness), peluang

(opportunity), dan tantangan (treathness), dan spesifikasi khusus proyek. Informasi

tersebut mengenai potensi lokasi, permasalahan, pemecahannya dan spesifikasi

proyek di lokasi perancangan.

3.1 Potensi Lokasi.

Kota Denpasar, selain merupakan ibu kota daerah tingkat II, juga

merupakan ibu kota Provinsi Bali dan sekaligus sebagai pusat pemerintahan

pendidikan, serta perekonomian. Letak yang sangat strategis ini sangatlah

menguntungkan, baik dari segi pusat pendidikan, ekonomi, maupun kepariwisataan

karena merupakan titik sentral berbagai kegiatan sekaligus sebagai penghubung

dengan kabupaten lainnya.

Menurut Ditjen-Paud Dikmas tahun 2015 wilayah Denpasar timur

merupakan wilayah yang paling banyak mempunyai PAUD yang tidak

terakreditasi, sebanyak 78 dari 98 PAUD maka, pembangunan proyek ini akan

lakukan di Kecamatan Denpasar timur. Implikasi dari potensi lokasi ini, nantinya

dapat dijadikan acuan dalam proses perancangan dengan memanfaatkan potensi-

potensi lokasi yang sudah ada di lokasi perancangan dan dapat ditariknya

kesimpulan bahwa proyek ini layak untuk dirancang.

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

53

3.1.1 Kondisi Fisik

Keadaan fisik Kota Denpasar telah mengalami pertumbuhan pesat bersama

dengan kemajuan pembangunan Provinsi Bali misalnya gaya hidup masyarakat

setempat yang menunjukkan ciri-ciri dan sifat masyarakat perkotaan serta

bertransformasi menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan, dan

industri terutama industri pariwisata.

A. Letak Geografis

Menurut situs resmi Denpasar (http://www.denpasarkota.go.id/Kondisi-

Geografi. Diakses pada tanggal 28 Maret 2016) bahwa Kecamatan Denpasar Timur

terletak dibagian Timur Kota Denpasar dengan batas-batas :

Sebelah Utara : Kecamatan Denpasar Utara dan Desa Jagapati Kecamatan

Abiansemal Kabupaten Badung.

Sebelah Timur : Desa Batubulan Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar.

Sebelah Selatan : Selat Bali dan Kecamatan Denpasar Selatan.

Sebelah Barat : Kecamatan Denpasar Barat.

Batas wilayah berimplikasi pada penentuan lokasi yang terbaik dan

memiliki potensi yang paling baik untuk pembangunan proyek. Penentuan ini

berdasarkan aksesibilitas proyek kepada fasilitas – fasilitas terkait.

Gambar 39. Peta Kota Denpasar

Sumber : http://wisata.balitoursclub.com/wp-content/uploads/2012/09/Peta-Wilayah-

Denpasar.jpg

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

54

B. Iklim

Kota Denpasar termasuk daerah beriklim tropis yang dipengaruhi angin

musim sehingga musim kemarau dengan angin timur (Juni-Desember) dan musim

hujan dengan angin barat (September – Maret) dan diselingi oleh musim

pancaroba. Shubu rata-rata berkisar antara 24.4C̊ - 31.4̊C dengan suhu maksimum

pada bulan Januari, sedangkan suhu minimum pada bulan Agustus. Jumlah curah

hujan di Kecamatan Denpasar Timur berkisar 0-406 mm dan rata-rata 97,1 mm.

Bulan basah (curah hujan lebih dari 100mm/bl) selama empat bulan dari bulan

Nopember sampai dengan Februari. Sedangkan bulan kering (curah hujan kurang

dari 100mm/bl) selama 8 bulan jatuh pada bulan Maret sampai dengan Oktober.

Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari (406 mm) dan terendah terjadi

bulan Oktober (0 mm). (http://dentim.denpasarkota.go.id/index.)

Berdampak pada pemilihan bentuk atap yang baik dan material yang sesuai

dengan kondisi curah hujan pada lokasi pembangunan proyek. Pembuatan

lingkungan binaan atau pengolahan ruang luar yang baik di sekitar bangunan.

dengan pohon atau tumbuhan hijau yang maksimal untuk menyerap radiasi sinar

matahari dengan mendapatkan udara segar dari angin yang melewati taman.

C. Luas Wilayah

Menurut situs resmi Denpasar (http://www.denpasarkota.go.id/Kondisi-

Geografi. Luas seluruh Kota Denpasar 127,78 km2 atau 12.778 Ha , yang

merupakan tambahan dari reklamasi pantai serangan seluas 380 Ha. Dari luas

tersebut diatas tata guna tanahnya meliputi Tanah sawah 2.717 Ha dan, tanah kering

10.051 Ha. Tanah kering kering terdiri dari tanah pekarangan 7.831 Ha, tanah

tegalan 396 Ha, tanah tambak/kolam 10Ha, tanah sementara tidak diusahakan

81Ha,tanah hutan 613 Ha. Tanah perkebunan 35 Ha dan tanah lainnya:1.162Ha.

Berikut luas wilayah kecamatan Denpasar timur.

No Desa / Kelurahan Luas Wilayah Km2

1 Desa Dangin Puri Klod 2.23

2 Desa Sumerta Klod 2.68

3 Desa Kesiman Petilan 2.84

4 Desa Kesiman Kertalangu 3.76

Tabel 13. Luas Wilayah Denpasar timur

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

55

5 Desa Suerta Kaja 0.52

6 Desa Sumerta Kauh 0.89

7 Desa Penatih Dangri 3.12

8 Kelurahan Kesiman 2.43

9 Kelurahan Sumerta 0.50

10 Kelurahan Penatih 2.73

11 Kelurahan Dangin Puri 0.62

Kecamatan Denpasar Timur 22.31

Sumber: http://dentim.denpasarkota.go.id/index.php/profil

Dalam segi ideal pembangunan proyek, akan dibangun di wilayah yang

paling besar untuk mencegah terjadinya kepadatan dalam sebuah wilayah. Namun

penentuan lokasi tetap harus mempertimbangkan hal lainnya.

D. Topografi

Ditinjau dari segi Topografi keadaan geografis Kecamatan Denpasar Timur

secara umum miring kearah selatan dengan ketinggian berkisar antara 0 – 75 meter

dari permukaan laut. Memiliki morfologi landai dengan kemiringan lahan sebagain

besar berkisar 0,5% namun dibagian tepi kemiringan bisa mencapai 15 %.

(http://dentim.denpasarkota.go.id/index.) Daerah yang landai merupakan potensi

dalam mempermudah pembangunan suatu proyek.

3.1.2 Kondisi Non-Fisik

Kondisi non fisik KecamatanDenpasar Timur dapat dilihat dari:

A. Jumlah Penduduk

Menurut situs resmi Denpasar (http://www.denpasarkota.go.id/Kondisi-

Geografi. Diakses pada tanggal 10 April 2016) Jumlah Penduduk Kecamatan

Denpasar Timur sampai bulan Desember 2013 sesuai dengan data dari Badan Pusat

Statistik Kota Denpasar adalah 146.510 jiwa, laki-laki sebanyak 74.460 jiwa dan

perempuan sebanyak 146.510 jiwa. Kepadatan penduduk Kecamatan Denpasar

Timur adalah 6.567 jiwa/ Km². Sebaran penduduk Kecamatan Denpasar Timur

dapat dilihat pada table 14.

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

56

No Desa / Kelurahan Laki - laki Perempuan Jumlah

1 Desa Dangin Puri Klod 8.557 8.002 16.559

2 Desa Sumerta Klod 10.409 9.854 20.263

3 Desa Kesiman Petilan 8.120 7.710 15.830

4 Desa Kesiman Kertalangu 6.224 5.960 12.184

5 Desa Suerta Kaja 14.081 13.351 27.433

6 Desa Sumerta Kauh 5.354 5.477 10.443

7 Desa Penatih Dangri 4.420 4.420 10.830

8 Kelurahan Kesiman 4.102 4.067 8.840

9 Kelurahan Sumerta 3.606 3.647 7.253

10 Kelurahan Penatih 5.911 5.940 11.851

11 Kelurahan Dangin Puri 3.677 3.621 7.298

Kecamatan Denpasar Timur 74.460 72.050 146.510

Sumber: Denpasar Timur Dalam Angkat Tahun 2014

Berdasarkan data kependudukan di atas, maka data ini menjadi salah satu

faktor penentu pembanding dalam analisa kebutuhan kapasitas peserta didik yang

akan ditampung pada sekolah ini.

B. Aspek Pendidikan

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan

manusia karena baik buruknya kualitas sumber daya manusia suatu bangsa sangat

ditentukan oleh tinggi rendahnya pendidikan penduduknya. Disamping itu

pendidikan juga menjadi salah satu indikator yang menentukan Indek

Pembangunan Manusia ( Human Development Index – HDI) dan Gender

Development Index (GDI) dari suatu negara. Oleh karena itu pendidikan bagi setiap

individu baik laki-laki maupun perempuan sangatlah penting.

Kualitas pendidikan penduduk (sumber daya manusia) juga ditentukan oleh

salah satu indikatornya, yaitu angka partisipasi sekolah (APS). Partisipasi penduduk

bersekolah merupakan bentuk nyata usaha peningkatan sumber daya manusia

melalui pendidikan. Berikut adalah APS PAUD di Provinsi Bali. Lihat tabel 15.

Tabel 14. Jumlah penduduk Denpasar timur

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

57

Kota/Kab Usia 0 – 6

tahun TK TPA KB SPS

Siswa

PAUD

APS

PAUD

Buleleng 54.519 15.293 99 7.745 12.506 35.373 64.88

Jembrana 22.246 4.931 41 3.942 5.588 14.502 65.19

Tabanan 22.406 1.078 77 4.340 6.910 18.405 82.14

Badung 28.669 13.295 120 4.521 9.868 27.804 96.98

Gianyar 28.498 8.789 37 6.340 2.888 18.405 63.35

Klungkung 10.674 4.384 27 2.493 3.186 10.090 94.55

Bangli 17.434 4.571 14 4.994 2.763 12.342 70.79

Karang Asem 55.891 12.441 4 7.652 8.927 29.024 55.98

Denpasar 37.163 22.061 373 6.332 8.243 37.009 99.59

Sumber : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2013/2014

Seperti pada tabel 15, dapat dilihat bahwa Angka Partisipasi Sekolah anak

– anak usida dini di Kota Denpasar merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan

kabupaten lainnya. Tingginya angka partisipasi sekolah (APS) ini harus diimbangi

dengan ketersediannya tempat atau fasilitas pendidikan terkait dan kelayakan

standarisasi fasilitas pendidikan tersebut. Lihat tabel 16 dan 17.

Kecamatan KB TK TPA SPS TOTAL

Denpasar Selatan 28 78 9 0 115

Denpasar Timur 31 62 42 7 98

Denpasar Utara 41 81 5 3 127

Denpasar Barat 19 88 7 4 118

Total Keseluruhan 458

Sumber: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2015

Kecamatan KB TK TPA SPS TOTAL Akreditasi

Sudah Belum

Denpasar Selatan 28 78 9 0 115 37 78

Denpasar Timur 31 62 42 7 98 20 78

Denpasar Utara 41 81 5 3 127 48 79

Tabel 15. Jumlah APS di Provinsi Bali 2013 -2014

Tabel 16. Jumlah PAUD di Kota Denpasar

Tabel 17. Jumlah PAUD terakreditasi di Kota Denpasar

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

58

Denpasar Barat 19 88 7 4 118 55 63

Total Keseluruhan 458 160 298

Sumber : Ditjen-Paud Dikmas 2015 (http://118.98.233.177:616/#/laman/sp_akreditasi/2/226000)

Berikut sebaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di kecamatan

Denpasar timur. Gambar 37 dan Tabel 18.

No Desa / Kelurahan Sekolah Murid Guru

1 Dangin Puri Klod 9 146 46

2 Sumerta Klod 12 1.848 121

3 Kesiman 9 531 55

4 Kesiman Petilan 6 265 29

5 Kesiman Kertalangu 14 1.102 74

6 Sumerta 5 321 34

Gambar 40. Sebaran PAUD di Kecamatan Denpasar Timur

Tabel 18. Banyaknya sekolah,murid, dan guru PAUD di Kecamatan Denpasar Timur

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

59

7 Sumerta Kaja 3 288 18

8 Sumerta Kauh 1 14 3

9 Dangin Puri 5 328 18

10 Penatih 8 393 35

11 Penatih Dangin Puri 2 76 8

Kecamatan Denpasar Timur 73 5412 438

Sumber: UPT Disdikpora Kecamatan Denpasar Timur

Banyaknya PAUD yang belum diakreditasi menurut Dikjen PAUD Dikmas

tahun 2015 serta besarnya jumlah angka partisipasi sekolah anak – anak usia dini

merupakan kekuatan dari proyek pusat pelayanan pendidikan anak usia dini ini.

Lokasi proyek ditentukan pula berdasarkan desa yang sangat membutuhkan

lembaga atau fasilitas terkait.

C. Aspek Ekonomi

PDRB merupakan salah satu indikator yang dapat dipakai untuk mengukur

keberhasilan perkembangan ekonomi pada suatu daerah. Antara lain akan dapat

diketahui struktur ekonomi, laju pertumbuhan, tingkat kesejahteraan dan potensi

suatu daerah. Ekonomi suatu daerah dikatakan semakin baik jika dari waktu ke

waktu nilai PDRB daerah yang bersangkutan semakin bertambah. Agar

kesejahteraan ekonomi penduduk semakin meningkat, dalam periode yang sama

tingkat pertumbuhan PDRB harus lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan

penduduknya. PDRB per kapita merupakan suatu indikator yang dihitung dengan

cara membagi data PDRB terhadap jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Hal

ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang seberapa besar nilai tambah

yang diciptakan/diterima tiap-tiap penduduk, sehingga secara tidak langsung akan

menggambarkan tingkat kesejahteraan penduduk didaerah/wilayah bersangkutan.

Semakin besar nilai PDRB per kapita, maka dapat dikatakan suatu daerah/wilayah

makin sejahtera atau makmur. (RKPD Kota Denpasar tahun 2014)

Tahun

Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan

Perkapita

(Rp/juta)

Pertumbuhan

(%)

Perkapita

(Rp/juta)

Pertumbuhan

(%)

Tabel 19. PDRB per kapita Kota Denpasar Tahun 2010 - 2014

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

60

2010 10.755.112,28 14.36 5.358.246,42 6.53

2011 12.497.412,51 16.20 5.710.412,32 6.57

2012 13.856.496,18 10.87 6.097.167,27 6.77

2013 15.557.924,87 12.28 6.535.171,36 6.18

2014 17.777.752,59 14.27 6.988.712,25 6.94

Dari kondisi perekonomian diatas akan mempengaruhi civitas yang menjadi

sasaran pengunjung dari segi sosial ekonominya. Pertimbangan kondisi ekonomi

ini dapat dijadikan suatu acuan bagaimana memanajemen pengadaan PAUD di

Kota Denpasar bagian timur.

D. Peraturan Daerah

Peraturan-peraturan daerah Propinsi Bali yang mengikat adalah sebagai

berikut :

Peraturan Sempadan Bangunan

- Perdagangan pelayanan regional dan kota : KDB maksimum 50%, KLB

maksimum 3 x KDB. Parkir minimum 20% dari luas area. Jarak bangunan

terhadap pagar depan dan samping tidak berbatasan langsung dengan rumah

tinggal. Jarak dengan pagar belakang minimum 3 meter.

- Perdagangan pelayanan 30.000-120.000 penduduk : KDB maksimum 75%,

KLB maksimum 3 x KDB. Jarak bangunan terhadap pagar depan dan samping,

tidak berbatasan langsung dengan perumahan. Bila berbatasan langsung dengan

rumah tinggal, maka tidak ada jarak. Jarak bangunan dengan pagar depan

minimum 6 meter, jarak samping 3 meter.

- Perdagangan pelayanan ± 5.000 penduduk : KDB maksimum 75%, KLB

maksimum 3 x KDB. Jarak pagar depan dengan samping tidak ada jika terpisah

dengan lingkungan perumahan. Bila berbatasan langsung dengan perumahan,

jarak bangunan dengan pagar belakang minimum 3 meter.

- Kawasan Pendidikan : KDB maksimum 50%, KLB maksimum 4 x KDB, RTH

minimum 50%. . Jarak bangunan terhadap pagar depan dan samping tidak

berbatasan langsung dengan rumah tinggal. Jarak dengan pagar belakang

minimum 3 meter.

Sumber : Sumber data: Badan Pusat Statistik Kota Denpasar

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

61

Peraturan Ketinggian Bangunan

- Ketinggian bangunan yang memanfaatkan ruang udara di atas permukaan bumi

dibatasi maksimum 15 meter, kecuali bangunan umum dan bangunan khusus

yang memerlukan persyaratan ketinggian lebih dari 15 meter setelah pengkajian

ulang.

- Pada kawasan pusat kota, KLB maksimum 4 x KDB.

3.2 Studi Kelayakan Pusat Pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu di

Denpasar.

Dalam setiap perencanaan suatu proyek, pasti terdapat beberapa

permasalahan dan terdapat pula pemecahan untuk permasalahan tersebut. Hal ini

dapat dilakukan dengan analisis SWOT yang merupakan suatu acuan dalam

penentuan kelayakan suatu proyek yang direncanakan dan yang termasuk di

dalamnya yaitu potensi (strength), hambatan (weakness), peluang (opportunity) dan

tantangan (threat).Lihat tabel 20.

Opportunities

(Kesempatan)

Threats

(Ancaman)

Strengths

(Kekuatan)

Angka Partisipasi

Sekolah yang tinggi

Pendapatan ekonomi

/kapita yang tinggi

Banyaknya lembaga

PAUD lainnya di Dentim

Weakness

(Kelemahan)

Banyaknya sekolah

yang belum

terakreditasi di Dentim.

Kurangnya kreatifitas

dalam perencanaan

bentuk fisik bangunan

pendidikan anak usia

dini.

Desain – desain PAUD

di Kota Denpasar masih

banyak yang tidak

sesuai dengan fungsi

yang diwadahi,

(berdasarkan tinjauan

fasilitas sejenis)

Banyaknya lembaga

PAUD lainnya di Dentim

Kecenderungan orang tua

yang cuek untuk memilih

sarana prasarana sekolah

yang baik untuk anak –

anaknya.

Peraturan daerah yang

mengikat menyebabkan

tidak berkembangnya

kreatifitas dari desain

PAUD

Faktor

Eksternal

Faktor

Internal

Tabel 20. Analisa SWOT

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

62

Dari analisa diatas maka kesimpulan solusi dari weakness dan threats adalah

sebagai berikut;

1. Menciptakan sekolah yang memperhatikan civitas utama dari PAUD yaitu

anak-anak yang sesuai standar yang sudah ditentukan dan memenuhi nilai

akreditasi.

2. Menciptakan PAUD yang memilki desain yang menarik dan mencirikan

bangunan sekolah untuk anak-anak usia dini dan mampu bersaing dengan

PAUD lain yang sudah ada.

3.3 Spesifikasi Khusus Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu di

Denpasar.

Pusat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Terpadu adalah Suatu tempat

yang berada di tengah suatu perkotaan yang berusaha melayani segala kebutuhan

pendidikan anak usia dini yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani

agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

3.3.1 Tujuan

Adapun tujuan dari pengadaan proyek Pusat pelayanan pendidikan anak

usia dini sebagai berikut.

1. Sebagai pusat sarana pendidikan untuk anak – anak usia dini se-Kota Denpasar

khususnya Denpasar timur.

2. Terpadu menyangkut kelengkapan suatu program terkait pendidikan anak usia

dini.

3. Sebagai fasilitasi pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan anak usia dini;

4. Menyediakan lingkungan yang mendukung proses belajar. Lingkungan harus

diciptakan menjadi lingkungan yang menarik dan menyenangkan bagi anak

selama mereka bermain.

5. Mengembangkan kecakapan hidup anak. Kecakapan hidup diarahkan untuk

membantu anak menjadi mandiri, disiplin, mampu bersosialisasi, dan memiliki

keterampilan dasar yang berguna bagi kehidupannya kelak.

6. Menyediakan layanan PAUD yang bermutu, akuntabel, dan selaras dengan

tahap perkembangan anak

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

63

7. Mewujudkan layanan PAUD yang non-diskriminatif, inklusif, dan

berkeadilan.

8. Mewujudkan sistem layanan PAUD yang menjamin semua anak usia dini

berkesempatan memperoleh layanan PAUD.

3.3.2 Fungsi

1. Fasilitas sarana dan prasarana serta pendanaan pendidikan anak usia dini se-

Kota Denpasar khususnya Denpasar timur.

2. Sebagai fasilitas peningkatan kualitas sumber daya para peserta didik.

3.3.3 Pengelola

Pengelola Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu ini

difokuskan berasal dari Kecamatn Denpasar Timur dan disesuaikan dengan

kualifikasi dan klasifikasi tenaga pengajar dan staff pengajar yang sudah

ditetapkan.

3.3.4 Sasaran

Sasaran layanan pendidikan anak usia dini adalah anak yang berada pada

rentang usia 0- 6 tahun. Pengelompokan anak didasarkan pada usia sebagai berikut;

0 - 1 tahun,

1 - 2 tahun,

2 - 3 tahun,

3 - 4 tahun,

4 - 5 tahun, dan

5 - 6 tahun.

3.3.5 Program Pusat Pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu di

Denpasar.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, pusat merupakan tempat yg

letaknya di bagian tengah, pelayanan adalah usaha melayani kebutuhan orang lain,

dan terpadu berarti menjadi satu. Program yang akan dilakukan di PAUD ini pun

akan menjadi yang terlengkan dan lebih dari 1 program (Terpadu) dan menjadi

pusat untuk kegiatan sejenis. Program yang akan dijalankan meliputi sebagai

berikut;

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

64

Program Utama

Nama

Program Penjelasan Program

Sasaran /

Sasaran

Usia

Waktu

Kegiatan

Target Peserta

Didik Maks/

ruang kelas

Kelompok

Bermain

(KB)

Pendidikan pada

dasarnya bermain-

main, Perkembangan

emosi dan mental

2 – 4 tahun 2 jam, min. 3

kali seminggu 10 anak

Taman

Kanak –

kanak (TK)

Pendidikan Anak Usia

Dini , Perkembangan

anak dan kesiapan

bersekolah

4 – 6 tahun 2 jam, senin -

jumat 15 anak

Taman

Penitipan

Anak (TPA)

Pelayanan perawatan

untuk

anak-anak yang

orangtuanya bekerja,

digabung dengan

komponen

perkembangan emosi

dan mental

3 – 6 tahun

8-10 jam

setiap hari 2

jam

20 anak

Program Tambahan

Nama

Program Penjelasan Program

Sasaran /

Sasaran

Usia

Waktu

Kegiatan

Target Peserta

Didik Maks/

ruang kelas

Preschool

Pendidikan anak usia

dini dengan pemberian

rangsangan –

rangsangan dan

pengenalan terhadap

benda – benda di

lingkungan sekitar

1 – 2 tahun 1.5 jam 2 kali

seminggu 10

Baby Spa

Kegiatan berenang

pemijatan yang

bertujuan untuk

meningkatkan sensorik

anak

0 – 1 tahun Setiap hari 2

Tabel 21. Program Pusat Pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu di Denpasar.

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

65

3.3.5 Struktur Organisasi Lembaga Paud Terpadu.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2010

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan Nasional. Struktur

organisasi lembaga PAUD terpadu terdiri dari unsur :

Kepala pengelola PAUD Terpadu

Petugas Tata Usaha/Administrasi

Kepala Satuan PAUD

o Kepala Taman Kanak-Kanak

o Penanggung Jawab Program Kelompok Bermain

o Penanggung Jawab Program Taman Penitipan Anak

o Penanggung Jawab Program Pos PAUD

Tenaga Pendidik/Pengasuh

Tenaga kebersihan

Tenaga perawatan lingungan sekitar PAUD.

Pengelola PAUD Terpadu

Kepala Taman Kanak - Kanak

Guru Pendamping

Guru Pengasuh

Penanggung Jawab Program Kelompok

Bermain

Guru Pendamping

Guru Pengasuh

Penanggung Jawab Program Taman Penitipan Anak

Guru Pendamping

Guru Pengasuh

Penanggung Jawab

Program Early years childhood

Guru Pendamping

Guru Pengasuh

Penanggung Jawab

Program Pra-sekolah bayi

Teraphistuntuk bayi

Penanggung Jawab

Program Posyandu dan

Bina Keluarga

Balita

Dokter

Petugas pembantu

pelaksanaan program

Petugas Tata Usaha

Gambar 41. struktur Organisasi Lembaga PAUD Terpadu

Sumber : Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2010

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

66

3.3.6 Persyaratan Lokasi Lingkungan.

Adapun persyaratan sarana dan prasarana PAUD berdasarkan Pedoman

Penyelenggaraan PAUD Terpadu 2012 sebagai berikut;

1. Dekat pemukiman penduduk dengan jumlah anak usia dini sesuai dengan

kapasitas yang direncanakan

2. Jauh dari keramaian dan hiburan yang dapat mengganggu aktivitas belajar serta

terhindar dari sumber kebisingan, polusi , tegangan tinggi dan limbah industri

yang dapat mengganggu serta membahayakan.

3. Lingkungan tempat penyelenggaraan PAUD Terpadu harus dapat

menciptakan rasa aman kepada anak untuk belajar dan berkembang.

Lingkungan di dalam ruangan hendaknya disusun dan direncanakan sesuai

dengan kegiatan dan jumlah anak. Fasilitas yang terdapat di luar ruangan harus

dapat digunakan untuk kegiatan bermain dan perkembangan motorik kasar

anak-anak peserta didik.

3.3.7 Fasilitas Proyek

4. Fasilitas proyek yang ada dalam pusat pelayanan pendidikan anak

usia dini di Denpasar ini seperti dalam tabel .

Fasilitas Utama

Kelompok usia 0 – 1 tahun

(Program pra-sekolah untuk bayi)

Ruang spa bayi

Ruang visual bayi

Ruang olahraga / gym bayi

Ruang bermain bayi

Kolam renang bayi

Ruang untuk mengganti popok

Kelompok usia 1 – 4 tahun

(Program kelompok bermain)

Ruang kelas

Ruang bermain

Ruang makan

Ruang tidur

Ruang Baca

Tabel 22. Fasilitas dalam proyek.

Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu

Di Denpasar

67

Ruang Olahraga

Toilet

Kelompok usia 4 – 6 tahun

(Program Taman Kanak – Kanak)

Ruang kelas

Ruang bermain

Ruang makan

Ruang tidur

Ruang Baca

Ruang Olahraga

Toilet

Kelompok usia 0 – 6 tahun

(Program Taman Penitipan Anak)

Ruang bermain

Ruang makan

Ruang tidur

Toilet

Ruang untuk mengganti popok

Fasilitas Penunjang Fasilitas Pendukung

Aula/Auditorium Ruang kepala PAUD

Kantin Ruang kepala program PAUD

Taman bermain Ruang guru

Lapangan olahraga Ruang staff

Parkir Ruang mekanikal dan elektrikal

Ruang UKS

Ruang Ibadah