bab ii objek jaminan fidusia a. jenis – jenis hak...

41
BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak Kebendaan yang Dapat dijadikan Objek Jaminan Fidusia Hukum jaminan tidak dapat terlepas dari hukum benda karena kaitannya sangat erat, terutama dalam jaminan kebendaan. Meskipun di dalam perjanjian jaminan perorangan yang diperjanjikan bukan benda tertentu tetapi kesanggupan pihak ketiga, namun pada hakikatnya tetap akan berkaitan dengan benda juga, yaitu benda milik pihak ketiga itu. 29 Pengaturan hukum benda dalam KUHPerdata terdapat dalam Buku II tentang Hukum Kebendaan. Sistem yang terdapat dalam buku II ini bersifat tertutup, dalam arti bahwa orang tidak dapat menciptakan atau mengadakan hak–hak kebendaan yang baru menyimpang dari apa yang telah ditentukan dalam perundang-undangan. H.F.A Vollmar menyatakan bahwasanya hak-hak kebendaan baru dan yang lain daripada yang telah diatur dalam undang-undang tidak diadakan lagi. Itulah pendapat umum yang diperkuat oleh putusan H.R. dan berdasarkan pertimbangan bahwa di dalam KUHPerdata tidak terdapat ketentuan-ketentuan umum bagi hak-hak kebendaan seperti yang terdapat dalam buku ketiga bagi perjanjian dan lagi adalah tidak sewajarnya, dimana hak kebendaan yang telah diakui oleh undang-undang itu tunduk pada peraturan – peraturan yang keras, bila orang bebas untuk mengadakan hak-hak kebendaan baru yang pada dasarnya tidak ada ketentuan umum atau yang khusus dengan perkataan lain untuk hak-hak kebendaan itu berlaku system tertutup, 29 Djuhaendah Hasan, Op.cit, hal 58. Universitas Sumatera Utara

Upload: vonhi

Post on 28-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

BAB II

OBJEK JAMINAN FIDUSIA

A. Jenis – Jenis Hak Kebendaan yang Dapat dijadikan Objek Jaminan Fidusia

Hukum jaminan tidak dapat terlepas dari hukum benda karena kaitannya

sangat erat, terutama dalam jaminan kebendaan. Meskipun di dalam perjanjian

jaminan perorangan yang diperjanjikan bukan benda tertentu tetapi kesanggupan

pihak ketiga, namun pada hakikatnya tetap akan berkaitan dengan benda juga, yaitu

benda milik pihak ketiga itu.29

Pengaturan hukum benda dalam KUHPerdata terdapat dalam Buku II tentang

Hukum Kebendaan. Sistem yang terdapat dalam buku II ini bersifat tertutup, dalam

arti bahwa orang tidak dapat menciptakan atau mengadakan hak–hak kebendaan yang

baru menyimpang dari apa yang telah ditentukan dalam perundang-undangan.

H.F.A Vollmar menyatakan bahwasanya hak-hak kebendaan baru dan yang

lain daripada yang telah diatur dalam undang-undang tidak diadakan lagi. Itulah

pendapat umum yang diperkuat oleh putusan H.R. dan berdasarkan pertimbangan

bahwa di dalam KUHPerdata tidak terdapat ketentuan-ketentuan umum bagi hak-hak

kebendaan seperti yang terdapat dalam buku ketiga bagi perjanjian dan lagi adalah

tidak sewajarnya, dimana hak kebendaan yang telah diakui oleh undang-undang itu

tunduk pada peraturan – peraturan yang keras, bila orang bebas untuk mengadakan

hak-hak kebendaan baru yang pada dasarnya tidak ada ketentuan umum atau yang

khusus dengan perkataan lain untuk hak-hak kebendaan itu berlaku system tertutup,

                                                            29 Djuhaendah Hasan, Op.cit, hal 58. 

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

artinya tidak ada alasan lagi untuk manambah hak-hak kebendaan selain apa yang

telah diatur oleh undang-undang.30

Pembahasan mengenai hukum benda sebagaimana diatur dalam buku II

KUHPerdata hendaknya dengan mengingat berlakunya UUPA yang mulai berlaku

sejak tanggal 24 September 1960. Dengan berlakunya UUPA memberikan pengaruh

perubahan besar terhadap berlakunya buku II KUHPerdata dan juga terhadap

berlakunya Hukum Tanah di Indonesia, akibatnya terdapat pasal-pasal yang masih

barlaku penuh. Pasal-pasal yang tidak berlaku lagi dan pasal-pasal yang masih

berlaku tetapi tidak penuh.31

Pasal 499 KUHPerdata memuat pengertian kebendaan yang secara lengkap

berbunyi bahwasanya menurut paham Undang-undang yang dinamakan kebendaan

ialah, tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak, yang dapat dikuasai oleh hak milik.

Pendekatan kata pengertian benda secara yuridis ialah segala sesuatu yang dapat

menjadi objek eigendom (hak milik) Pasal 499 KUHPerdata.32 Ini berarti pengertian

benda dalam KUHPerdata tidak hanya terbatas pada barang (goederen, lichamelijke

zakem), tetapi juga mencakup hak (rechten, onlichamelijke zaken).

Dua pengertian tentang banda dalam KUHPerdata memang diakui dan

banyak dibahas oleh para pakar, menurut Sri Soedewi Masjhoen Sofwan dalam

KUHPerdata kata zaak dipakai dalam dua arti. Pertama dalam arti barang yang

berwujud, kedua dalam arti bagian daripada harta kekayaan. Selanjutnya dalam arti                                                             

30  H.F.A. Vollmar, Hukum Benda (Menurut KUHPerdata), disadur oleh Chidir Ali, Tarsito, Bandung, 1990, hal 35. 

31 Lihat lebih lanjut dalam Sri Soedewi Masjhoen Sofwan, Hukum Benda, Liberty, Yogyakarta, 1981, hal 5. 

32 Ibid, hal 13 

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

kedua yakni selain daripada barang yang berwujud, juga beberapa hak tertentu

sebagai barang yang tak berwujud.33

Menurut Riduan Syahrani pengertian zaak (benda) sebagai objek hukum tidak

hanya meliputi “barang yang berwujud” yang dapat ditangkap dengan panca indera,

akan tetapi juga “barang yang tidak berwujud” yakni hak-hak atas barang yang

berwujud.34 Bahkan untuk pasal-pasal tertentu ada pengertian dari zaak yang berbeda

jauh dengan kedua pengertan benda seperti tersebut dalam Pasal 499 KUHPerdata di

atas. Pasal-pasal terebut adalah Pasal 1792 KUHPerdata zaak berarti “perbuatan

hukum”, Pasal 1354 KUHPerdata zaak berarti “kepentingan”, dan Pasal 1263

KUHPerdata zaak berarti “kenyataan hukum”.35

Terlepas dari pengertian zaak dalam KUHPerdata untuk lebih konkritnya kita

dapat melihat pada cara-cara pembedaan benda dalam KUHPerdata. Dalam

KUHPerdata benda dapat dibedakan menjadi :

1. Barang – barang yang bergerak dan barang – barang yang tak bergerak ;

2. Barang – barang yang dapat dipakai habis (verbruikbaar) dan barang-barang yang

tak dapat dipakai habis (onverbruikbaar). Oleh Riduan Syahrani disebut juga

benda yang musnah dan benda yang tetap ada;

                                                            33 Ibid, hal 14 

   34 Riduan Syahrani, Seluk-Beluk Asas-Asas Hukum Perdata, PT. Alumni, Bandung, 1989, hal

116.  

35 Disarikan dari Sri Soedewi Masjhoen, Op.cit hal 15, lihat juga Riduan Syahrini, Ibid, lihat juga H.F.A. Vollmar, Op.cit, hal 32 

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

3. Barang – barang yang sudah ada (togenwoordige zaken) dan barang-barang yang

masih akan ada (toekomstigezaken);

4. Benda yang dapat diganti dan benda yang tidak dapat diganti;

5. Benda yang dapat dibagi dan yang tidak dapat dibagi;

6. Benda yang diperdagangkan dan benda yang tidak diperdagangkan;

7. Benda yang terdaftar dan benda yang tidak terdaftar.36

Dari cara-cara pembedahan benda tersebut diatas, pembedahan yang

terpenting ialah pambedahan antara barang bergerak dan barang tak bergerak,

pembedahan mana terdapat dalam buku II bagian III title I Pasal 506 – 518.37

Pentingnya pembedaan ini terdapat dalam hal penyerahan, pembedahan, benzit dan

kadaluarsa. Dalam BW mengenal pembedaan dalam “roerende” dan “onroernde”

goederen, code civil Perancis dalam “meuble” dan “immeuble” Jerman mengenalnya

juga, malahan sebagaimana diketahui peraturan yang terdapat dalam Pasal 1977 ayat

(1) itu dikatakan berasal dari Jerman, dan lain – lain.38 Hal ini menunjukkan bahwa

pada umumnya sistem hukum pasti membedakan benda atas benda bergerak dengan

benda tak bergerak.

Perbedaan semacam ini menurut Subekti adalah sesuatu yang tidak dapat kita

hindarkan. Pembagian tersebut adalah sesuatu yang sesuatu dengan kodrat alam

dimana barang yang dapat dibawa kemana-mana harus tunduk pada peraturan yang                                                             

36 Sri Soedewi Masjchoen, Ibid, hal 19, lihat juga Riduan Syahrani, Ibid, hal 117‐123. 37  Sri  Soedewi Masjchoen,  Ibid,  lihat  juga  H.F.A.  Vollmar,  Op  cit  hal  39  bandingkan  dengan 

Subekti, Suatu Tentang Sistem Hukum Jaminan Benda (Menurut KUH Perdata), disadur oleh Chidir Ali, Tarsito, Bandung, 1990, hal 35 

38  Sri  Soedewi Masjchoen,  Ibid,  lihat  juga  H.F.A.  Vollmar,  Op  cit  hal  39  bandingkan  dengan Subekti, Suatu Tentang Sistem Hukum  Jaminan Nasional,  seminar Hukum  Jaminan diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional  (BPHN) berkerjasama dengan  Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Binacipta, Yogyakarta, 1978, hal 22 

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

berlainan daripada yang berlaku untuk barang yang sepanjang masa tetapi

ditempatnya. Benda dari macam yang pertama mudah dihilangkan, sedangkan benda

dari macam yang kedua tidak mungkin dihilangkan. Oleh karena itu, maka

pembagian dan perbedaan dalam perlakuan terhadap dua macam benda tersebut,

adalah sesuatu yang dimana-mana terjadi secara otomati.39

Sehubungan dengan begitu penting dan utamanya pembedaan benda atas

benda bergerak dan benda tak bergerak, maka perlu melihat hal-hal penting yang

muncul dari pembedaan tersebut. Seperti telah disebutkan di atas, hal penting tersebut

adalah dalam hal bezit, penyerahan, pembebanan dan kadaluarsa.

Pembahasan mengenai bezit, diatur dalam Pasal 1977 ayat (1) KUHPerdata

yang menyatakan bahwasanya terhadap benda bergerak yang tidak berupa bunga,

maupun piutang yang tidak harus dibayar kepada si pembawa maka barang siapa

yang menguasainya dianggap sebagai pemiliknya. Dalam hal ini ditentukan bahwa

sepanjang mengenai barang bergerak, maka siapa yang menguasainya (dalam istilah

hukum disebut beztter) dianggap sebagai pemilik-eigenaar-(bezit geldt als volkomen

title). Kata “dianggap” perlu diperhatikan karena anggapan tersebut dapat dibuktikan

tidak benar secara sah, dengan perkataan lain, anggapan bahwa bezitter adalah

eigenaar akan dianggap benar sepanjang tidak dapat dibuktikan sebaliknya.

Dalam hubungan ini adalah terkenal ajaran tentang penghalusan hukum

(rechtsverfijning) dari Paul Scholten yang menambahkan pada ketentuan tersebut dua

persyaratan, yaitu ketentuan tersebut hanya berlaku untuk transaksi perdagangan dan

pihak yang menerima barang itu harus “beritikad baik” dalam arti bahwa ia sama                                                             

39 Subekti, Loc.cit 

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

sekali tidak mengetahui bahwa ia berhadapan dengan orang yang senarnya bukan

pemilik.40 Sebagaimana dikatakan di atas, bahwa dalam tinjauan hukum benda kita

tidak dapat melepaskan diri dari eksistensi dari UUPA. Dalam UUPA dikenal pula

pembagian benda yang berbeda dari pembagian benda menurut KUHPerdata

pembagian benda menurut UUPA berdasarkan atas Hukum Adat sebagaimana

terdapat dalam Pasal 5 UUPA, bahwa hukum agraria atas bumi, air da ruang angkasa

ialah hukum adat. Hukum adat membedakan antara benda tanah dan benda lain selain

tanah. Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu di dalam Hukum

Adat tanah mempunyai kedudukan yang sangat istimewa.41

Dalam keanekaragaman bidang hukum yang mengatur mengenai hukum

benda, terdapat beberapa asas umum yang melandasarinya.

Asas umum dalam KUHPerdata antara lain :

1. Asas tertutup, dengan ini dimaksudkan bahwa tidak dapat dibuat hak kebendaan

baru selain yang telah disebut secara limitif dalam undang-undang. Asas ini

dimaksudkan agar ada kepastian hukum dalam hak kebendaan;

2. Asas absolut, bahwa hak kebendaan dapat dipertahankan terhadap siapapun.

Setiap orang harus menghorati hak tersebut;

3. Asas dapat diserahkan, bahwa pemilikan benda mengandung wewenang untuk

menyerahkan bendanya;

4. Asas mengikuti (droit de suite), bahwa hak kebendaan mengikuti bendanya di

tangan siapapun berada;

                                                            40 Subekti, Aneka Perjanjian, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1995), h.15. 41 Djuhandah Hasan, Op.cit. h.102 

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

5. Asas publisitas, bahwa pendaftaran benda merupakan bukti pemilikan;

6. Asas individual, bahwa objek hak kebendaan hanya terdapat benda yang dapat

ditentukan;

7. Asas totalitas, bahwa hak milik hanya dapat diletakkan terhadap benda secara

totalitas atau secara keseluruhan dan tidak pada bagian – bagian benda;

8. Asas perletakan (ascsi) yaitu asas yang meletakkan benda pelengkap pad benda

pokoknya;

9. Asas besit merupakan title merupakan, asas ini berlaku bagi benda bergerak dan

terdapat dalam Pasal 1977 KUHPerdata. Asas ini dewasa ini hanya dapat berlaku

bagi benda bergerak tidak asas nama ataupun tidak terdaftar.42

Sri Soedewi Masychun Sofwan menyebutkan asas-asas umum itu sebagai berikut :

1. Asas pemaksa, berarti berlakunya ketentuan Hukum Benda merupakan hukum

pemaksa (dwingend recht) jadi tidak dapat disimpangi;

2. Asas dapat dipindahkan, kecuali hak pakai dan hak mendiami hak benda dapat

dipindahtangankan;

3. Asas individual, objek hak kebendaan selalu benda tertentu, artinya orang hanya

dapat menjadi pemilik dari barang berwujud yang merupakan kesatuan;

4. Asas totalitas, hak kebendaan selalu terletak pada keseluruhan objek;

5. Asas tidak dapat dipisahkan (onsplitbaarheid), yang berhak tidak dapat

memindahtangankan sebagai wewenangnya termasuk hak kebendaan yang ada

padanya;

                                                            42 Ibid, hal.62. 

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

6. Asas prioritas, semua hak kebendaan member wewenang yang sejenis dengan

wewenang-wewenang dari eigendom meskipun luasnya berbeda;

7. Asas percampuran, hak kebendaan yang terbatas hanya mungkin terhadap benda

milik orang lain, tidak dapat seorang pun untuk kepentingannya memperoleh hak

gadai atas berang miliknya sendiri;

8. Perlakuan ata benda bergerak dan benda tidak bergerak adalah berlainan. Aturan

mengenai pemindahan, pembebanan, bezit dan verjaring;

9. Asas publisitas, mengenai benda tidak bergerak pembebanan dan penyerahannya

harus dengan pendaftaran di dalam register umum;43

10. Sifat Perjanjian zakelijk, yaitu perjanjian untuk mengadakan hak kebendaan.

Hak kebendaan (zakelijkrecht) ialah hak mutlak atas sesuatu benda dimana

hak itu memberikan kekuasaan langsung atas sesuatu dan dapat dipertahankan

terhadap siapapun juga.44 Kemutlakan hak tersebut terletak pada kekuasaan langung

yang dapat dipertahankan kepada apapun juga.

KUHPerdata Indonesia ebaga suatu edisi konkordan dari BW Belanda

merupakan bagian sistem hukum yang menganut sistem Eropa Kontinental (civil law

countries) sebagaimana umumnya berlaku pada negara-negara eropa Barat. Di dalam

sistem Eropa Kontinental (Civil Law Countries) hak kebendaan yang paling

penting adalah hak milik, sedangkan hak milik ini adalah hak yang absolut. Hak

milik merupakan ciri fundamental dari sistem Eropa Kontinental dan merupakan hak

induk dan sumber kepemilikan mekipun dalam perkembangannya berkurang hanya

                                                            43 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Op.cit, h.24. 44 Djuhaendah Hasan, Op.cit, h.53. 

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

sebagai milik saja. Dalam sistem Eropa Kontinental hak milik sebgai hak kebendaan

yang paling penting, maka menurut pendapat Vollmar hak milik bukanlah yang

terpenting, tetapi hak kebendaan yang paling sempurna. Kesempurnaan ini

ditekankan pada kekuasaan yang sangat luas terhadap suatu benda.45

Hak yang berseberangan dengan hak benda adalah hak perorangan antara

hak kebendaan dan hak-hak perorangan tidak dapat dibedakan secara mutlak, lebih

baik perbedaan itu diletakkan pada banyak atau sedikitnya sifat-sifat kebendaan yang

nampak. Dengan kata lain perkataan dapat dikatakan, bahwa ada hak-hak yang tidak

dapat dimaksudkan ebagai hak kebendaan secara sempurna, tetapi mempunyai akibat

kebendaan atau droit de suit (zaaksggevolg).46

Sifat – sifat kebendaan yang dapat membedakannya dari hak perorangan

adalah sebagai berikut :

1. Hak kebendaan merupakan hak yang mutlak, dalam artian dapat dipertahankan

terhadap siapapun;

2. Hak kebendaan mempunyai sifat mengikuti ditangan siapapun benda tersebut

berada (droit de suit);

3. Hak kebendaan mempunyai sifat yang tua mengalahkan yang muda, maksudnya

yang terjadi terlebih dahulu akan dimenangkan terhadap yang terjadi kemudian;

4. Hak kebendaan mempunyai sifat mendahului (droit de preference);

5. Pada hak kebendaan, gugatannya adalah gugat kebendaan;

6. Pemindahan akan hak kebendaan dapat secara penuh dan bebas.

                                                            45 H.F.A Vollmar, Op cit, hal 34 46 Ibid, lihat juga Sri Soedewi Masjchien Sofwan, Op.cit, h.27. 

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

Seperti telah disebutkan di atas, bahwa antara hak kebendaan dan hak

perorangan tidak dapat dibedakan secara mutlak, dalam praktek kita jumpai hak-hak

perorangan yang mempunyai sifat kebendaan.47

1. Mempunyai sifat absolute (mutlak) yaitu dapat diperthankan/dilindungi terhadap

setiap gangguan dari pihak ketiga misalnya hak penyewa, mendapatkan

perlindungan berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata setelah adanya Arrest 1919;

2. Mempunyai sifat mengikuti bendanya (droit de suite) misalnya hak sewa

senantiasa mengikuti bendanya. Perjanjian sewa tidak akan putus dengan

berpindahnya/dijualnya barang yang disewa;

3. Mempunyai sifat prioritas yaitu pada hak perorangan kita jumpai juga adanya hak

yang lebih dahulu terjadinya dimenangkan dengan hak yang terjadi kemudian,

misalnya pembeli/penyewa pertama berhadapan dengan pembeli/penyewa kedua.

Dalam kerangka hukum jaminan, jaminan kebendaan dibedakan atas

jaminan atas benda bergerak dan tidak bergerak. Dengan telah dikeluarkannya

Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta

Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah (selanjutnya disebut Undang-Undang

Hak Tanggungan) serta Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan

Fidusia (selanjutnya disebut UUJF), maka di Indonesia saat ini berlaku beberapa

bentuk lembaga jaminan, yaitu :

a. Hak Tanggungan, diatur dalam Undang-Undang Hak Tanggungan

b. Hipotik, diatur dalam :

1) KUHP Perdata dan KUH Dagang;                                                             

47  Sri Soedewi Masjchien Sofwan, Op.cit, h.28 

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

2) Undang-Undang No. 21 Tahun 1992 Tentang Pelayaran;

3) PP No.23 Tahun 1985;

4) Stb. 1934-74; dan

5) Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang No. 15 Tahun 1992 Tentang Penerbangan

c. Gadai, diatur dalam Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1161 KUHPerdata;

d. Fidusia, diatur dalam Undang-Undang No.42 Tentang Jaminan Fidusia untuk

jaminan perorangan (Borgtoch/Personal Guarantee) diatur dalam pasal 1820

sampai dengan Pasal 1850 KUHPerdata.

Mengenai ruang lingkup dan objek jaminan fidusia di atur dalam Pasal 1

angka 2 dan 4, Pasal 2 dan Pasal 3 UUJF. Dalam Pasal 2 dikatakan bahwa UUJF

berlaku terhadap setiap perjanjian yang bertujuan untuk membebani benda dengan

jaminan fidusia dan kemudian dipertegas oleh Pasal 3 yang menyatakan UUJF tidak

berlaku terhadap :

1) Hak Tanggungan yang berkaitan dengan tanah dan bangunan, sepanjang

peraturan perundang-undangan yang berlaku menentukan atas benda-benda

tersebut wajib didaftar ;

2) Hipotik atas kapal yang terdaftar dengan isi kotor berukuran 20 (dua puluh) M3

atau lebh ;

3) Hipotek atas pesawat terbang dan

4) Gadai.

Objek jaminan fidusia yang disebutkan dalam Pasal 1 angka 2 adalah benda

bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan, serta dalam Pasal 1

angka 4 disebutkan defenisi benda sebagai segala sesuatu yang dapat dimiliki dan

dialihkan, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang terdaftar maupun

yang tidak terdaftar, yang bergerak maupun yang tak bergerak yang tidak dapat

dibebani hak tanggungan atau hipotek.

Beralihnya hak atas piutang yang dijamin dengan jaminan fidusia, juga akan

mengakibatkan beralihnya jaminan fidusia kepada kreditur baru. Ini merupakan

konsekuensi logis dari sifat accessoris dari jaminan fidusia yang timbul, bearish dan

hapusnya adalah mengikuti perjanjian pokoknya (Pasal 19 UUJF). Demikian pula

dengan benda yang dijamin dengan jaminan fidusia, walaupun benda tersebut

dialihkan dengan cara apapun, maka jamianan fidusia tetap melekat pada benda

tersebut.

Mengenai hapusnya jaminan fidusia diatur dalam Pasal 25 UUJF sebagai

barikut :

Pasal 25

1) Jaminan fidusia hapus karena hal-hal sebagai berikut :

a) Hapusnya hutang yang dijamin dengan fidusia

b) Pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia atau

c) Musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia

2) Musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia tidak menghapuskan klaim

asuransi sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 10 huruf b

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

3) Penerima fidusia memberitahukan kepada kantor pendaftaran fidusia mengenai

hapusnya jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dengan

melampirkan pernyataan mengenai hapusnya utang, pelepasan hak, atau

musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia tersebut.

Bahwa jaminan fidusia berakhir karena hutang yang dijamin dengan fidusia

hapus, adalah suatu konsekuensi logis dari sifat jaminan fidusia sebagai perjanjian

yang bersifat accessories. Karena hapusnya jaminan fidusia terjadi demi hukum,

maka pemberi fidusia tidak perlu berbuat apa-apa, bahkan termasuk seandainya

pemberi fidusia tidak tahu akan hapusnya perikatan pokok tersebut.48

Mengenai eksekusi atas objek dari jaminan fidusia dapat dilakukan dengan

menggunakan sertifikat jaminan fidusia yang memiliki kekuatan ekskutorial,

sehingga tidak perlu melalui proses pengalihan pada umumnya. Eksekusi jaminan

fidusia menurut Pasal 29 Undang – Undang Nomor 42 tentang jaminan fidusia hanya

mengenal dua cara eksekusi (meski perumusannya seakan-akan menganut 3 cara)

yakni :49

Pertama ; melaksanakan titel eksekusi dengan menjual objek jaminan fidusia melalui

lelang atas kekuasaan penerima fidusia sendiri dengan menggunakan parate eksekusi,

kedua menjual objek jaminan fidusia secara di bawah tangan atas dasar kesepakatan

pemberi dan penerima fidusia.

                                                            48 J. Satrio, Supra Note 73, h.302 

49 Bachtiar Sibarani, Aspek Hukum Eksekusi jaminan fidusia, Jurnal Hukum Bisnis, Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, Volume 11, 2000, h.21  

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

Objek Jaminan Fidusia adalah berdasarkan ketentuan ini, bangunan di atas tanah

milik orang lain yang tidak dapat di bebani Hak Tanggungan berdasarkan Undang-

Undang No. 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan dapat dijadikan objek Jaminan

Fidusia. Dengan keluarnya UUJF dapat saja Jaminan Fidusia diberikan terhadap

bangunan yang tidak bisa dijaminkan melalui Hak Tanggungan.50

Terhadap bangunan yang tidak dapat dibebani dengan Hak Tanggungan,

maka dengan keluarnya UUJF dapat dibebani dengan Jaminan Fidusia, tetapi

sampai saat ini belum pernah terjadi hal tersebut di Kantor Pendaftaran Fidusia

selanjutnya disebut dengan KPF ) Kantor Wilayah Departeman Hukum dan Hak

Asasi Manusia Sumatera Utara. Namun ada yang ingin melakukan pembebanan

Jaminan Fidusia .

Dengan objek tersebut, akan tetapi pihak Kantor Pendaftaran Fidusia tidak

melakukan karena adanya keraguan dengan perangkat undang-undang yang

dikeluarkan tersebut apakah dapat melindungi hak-hak pihak kreditor.51

Mengenai benda yang dijadikan objek jaminan fidusia secara rinci Munir

Fuady melihat objek jaminan fidusia secara lebih luas yaitu terdapat dalam ketentuan

dalam Pasal 1 ayat (4), Pasal 9, Pasal 10 dan Pasal 20 UUJF, yaitu sebagai berikut :52

1. Benda tersebut harus dapat dimiliki dan dialihkan secara hukum;

2. Dapat atas benda berwujud;

3. Dapat juga atas benda tidak berwujud, termasuk piutang;

                                                            50 Tan Kamello, op. cit, hal 229 51  Wawancara dengan Juraini Sulaiman Kepala Divisi Pelayanan Hukum dan HAM Kanwil

DepKumHAM Sumatera Utara, tanggal 14 September 2009 52 Munir Fuady, Op.cit, h. 22-23. 

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

4. Benda bergerak;

5. Benda tidak bergerak yang tidak dapat diikat dengan hak tanggungan;

6. Benda tidak bergerak yang tidak dapat diikatkan dengan hipotik;

7. Baik atas benda yang sudah ada maupun terhadap benda yang akan diperoleh

kemudian. Dalam hal benda yang akan diperoleh kemudian, tidak diperlukan

suatu akta pembebanan fidusia tersendiri;

8. Dapat atas satu satuan atau jenis benda;

9. Dapat juga atas lebih dari satu jenis atau satuan benda;

10. Termasuk hasil dari benda yang telah menjadi objek fidusia;

11. Termasuk juga hasil klaim asuransi dari benda yang menjadi objek jaminan

fidusia;

12. Benda persediaan (inventory, stock perdagangan) dapat juga menjadi objek

jaminan fidusia.

Dengan kata lain, objek Jaminan Fidusia itu berupa :

1) Benda bergerak yang berwujud;

2) Benda bergerak yang tidak berwujud;

3) Benda bergerak yang tidak terdaftar;

4) Benda bergerak yang tidak terdaftar;

5) Benda tidak bergerak tertentu, yang tidak dapat dibebani dengan Hak

Tanggungan;

6) Benda tidak bergerak tertentu, yang tidak dapat dibebani dengan Hipotek;

7) Benda tersebut harus dapat dimiliki dan dialihkan

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

Sementara itu, Sutarto juga mengatakan, bahwa yang dapat menjadi objek

Jaminan Fidusia yaitu :

1. Benda bergerak berwujud, contohnya : a. Kendaraan bermotor seperti mobil, bus, truk, sepeda motor dan lain – lain. b. Mesin-mesin pabrik yang tidak melekat pada tanah/bangunan pabrik. c. Alat-alat investasi kantor. d. Perhiasan. e. Persediaan barang atau inventory, stock barang, dagangan dengan daftar

mutasi barang. f. Kapal laut berukuran dibawah 20 m3. g. Perkakas rumah tangga seperti mebel, radio, televise, lemari es, mesin jahit. h. Alat-alat pertanian seperti traktor pembajak sawah, mesin penyedot air dan lain-lain.

2. Barang bergerak tidak terwujud, contohnya : a. Wesel. b. Sertifikat deposito. c. Saham. d. Obligasi. e. Piutang yang diperoleh pada saat jaminan diberikan atau yang diperoleh

kemudian. 3. Hasil dari benda yang menjadi obyek jaminan baik benda bergerak berwujud atau

benda bergerak tidak berwujud atau hasil dari benda tidak bergerak yang tidak dapat dibebani Hak Tanggungan.

4. Klaim asuransi dalam hal benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia diasuransikan.

5. Benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani Hak Tanggungan yaitu hak milik satuan rumah susun di atas tanah hak pakai atas tanah Negara (UU No. 16 Tahun 1985) dan bangunan rumah yang dibangun diatas tanah orang lain sesuai Pasal 15 UU No. 5 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman.

6. Benda-benda termasuk piutang yang telah ada pada saat jaminan diberikan maupun piutang yang diperoleh Kemudian hari.

B. Objek Jaminan Fidusia

Objek jaminan Fidusia adalah berdasarkan ketentuan ini, bangunan di atas

tanah milik orang lain yang tidak dapat di bebani Hak Tanggungan berdasarkan

Undang-Undang No. 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan dapat dijadikan objek

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

Jaminan Fidusia. Dengan keluarnya UUJF dapat saja Jaminan Fidusia diberikan

terhadap bangunan yang tidak bisa dijaminkan melalui Hak Tanggungan.53

Terhadap bangunan yang tidak dapat dibebani dengan Hak Tanggungan,

maka dengan keluarnya UUJF dapat dibebani dengan Jaminan Fidusia, tetapi sampai

saat ini belum pernah terjadi hal tersebut di Kantor Pendaftaran Fidusia (selanjutnya

diebut dengan KPF) Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manuia

Sumatera Utara. Namun ada yang ingin melakukan pembebanan Jaminan Fidusia

dengan objek tersebut, akan tetapi pihak Kantor Pendaftaran Fidusia tidak melakukan

karena adanya keraguan dengan perangkat undang-undang yang dikeluarkan tersebut

apakah dapat melindungi hak-hak pihak kreditor.54

Sepanjang perjanjian itu bertujuan untuk membebani benda dengan Jaminan

Fidusia, perjanjian tersebut tunduk pada UUJF. Pada umumnya benda yang menjadi

objek Jaminan Fidusia itu benda bergerak yang terdiri atas benda dalam persediaan,

benda dagangan, piutang, peralatan mesin dan kendaraan bermotor. Dengan kata lain

objek jaminan fidusia terbatas pada kebendaan bergerak. Guna memenuhi kebutuhan

masyarakat yang terus berkembang, menurut Undang-Undang Jaminan Fidusia

objek Jaminan Fidusia diberikan pengertian yang luas, yaitu :

1. Benda bergerak yang berwujud;

2. Benda bergerak yang tidak berwujud;

                                                            53 Tan Kamello, op. cit 

       54 Wawancara dengan Juraini Sulaiman Kepala Divisi Pelayanan Hukum dan HAM Kanwil DepKumHAM Sumatera Utara, tanggal 14 September 2009

 

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

3. Benda bergerak, yang tidak dapat dibebani dengan Hak Tanggungan.

Dalam pasal 1 angka 4 UUJF diberikan perumusan batasan yang dimaksud dengan

benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia, sebagai berikut:

“Benda adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dialihkan, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar, yang bergerak maupaun yang tidak bergerak yang tidak dapat disebani Hak Tanggungan atau Hipotek”

Dari bunyi perumusan benda dalam Pasal 1 angka 4 UUJF di atas, objek

Jaminan Fidusia ini meliputi benda bergerak dan benda tidak bergerak tertentu yang

tidak dapat dibebani dengan Hak Tanggungan atau Hipotek, dengan syarat

bahwa kebendaan tersebut “dapat dimiliki dan dialihkan”, sehingga dengan demikian

objek Jaminan Fidusia meliputi :55

a. Benda tersebut harus dapat dimiliki dan dialihkan secara hukum;

b. Benda atas benda berwujud;

c. Benda atas benda tidak berwujud, termasuk piutang;

d. Dapat atas benda yang terdaftar;

e. Dapat atas benda yang tidak terdaftar;

f. Benda bergerak;

g. Benda tidak bergerak yang tidak dapat dibebani dengan Hak Tanggungan

h. Benda tidak bergerak yang tidak dapat dibebani dengan Hipotek

Dengan kata lain, objek Jaminan Fidusia itu berupa :

                                                                  55 Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm.175.

 

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

1. Benda bergerak yang berwujud;

2. Benda bergerak yang tidak berwujud;

3. Benda bergerak yang tidak terdaftar;

4. Benda bergerak yang tidak terdaftar;

5. Benda tidak bergerak tertentu, yang tidak dapat dibebani dengan Hak

Tanggungan;

6. Benda tidak bergerak tertentu, yang tidak dapat dibebani dengan Hipotek;

7. Benda tersebut harus dapat dimiliki dan dialihkan.

Menurut Mariam Darus Badrulzaman yang dikutip dari Tan Kamello,

bahwa salah satu objek Jaminan Fidusia adalah tanah belum terdaftar. Hal ini terkait

dengan khususnya tanah-tanah di Sumatera Utara masih banyak yang belum terdaftar

dan memenuhi syarat untuk dijadikan jaminan kredit yakni dapat dipindah tangankan

dan memiliki nilai ekonomis. Penggunaan jaminan yang tetap adalah lembaga

jaminan fidusia, serta dapat membantu pelaku usaha ekonomi kecil dan menengah.

Jadi, jaminan tanah belum terdaftar atau belum bersertifikat bukan dengan surat kuasa

menjual yang tidak memiliki perlindungan hukum bagi pihak kreditor.56 Dimana

kebendaan ada beberapa jenis yaitu :

1. Kebendaan Berwujud dan Tidak Berwujud

Meskipun dalam rumusan Pasal 503 KUHPerdata dikatakan secara tegas

bahwa tiap-tiap kebendaan adalah berwujud dan tidak berwujud, namun jika kita

simak baik-baik rumusan selanjutnya dalam KUHPerdata, tidak kita temukan secara

                                                            56 Ibid, hal 231 – 232 

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

pasti apa yang dinamakan dengan kebendaan tidak berwujud. Hanya ada 4 pasal

dalam KUHPerdata yang selanjutnya menyebutkan istilah kebendaan tidak berwujud

yaitu :

(1) Pasal 613 yang mengatur tentang pemindahan hak milik atas kebendaan tidak

berwujud;

(2) Pasal 814 mengenai hak memungut hasil atau bunga;

(3) Pasal 1158 tentang gadai atau piutang; dan

(4) Pasal 1164 tentang hipotek atas hak – hak tertentu.

Dari rumusan-rumusan dalam pasal-pasal tersebut dapat kita ketahui bahwa

yang dimaksudkan dengan kebendaan tidak berwujud adalah hak-hak, termasuk di

dalamnya yang di atur dalam Pasal 508 KUHPerdata (kebendaan yang tidak berwujud

yang termasuk ke dalam kebendaan yang tidak bergerak) dan Pasal 511 KUHPerdata

(kebendaan tidak berwujud yang termasuk ke dalam kebendaan bergerak). Dengan

penafsiran a’contratrio dapat dikatakan bahwa semua kebendaan lain di luar yang

disebut dan dinyatakan sebagai kebendaan tidak berwujud adalah kebendaan

berwujud.

2. Kebendaan Bergerak dan Kebendaan Tidak Bergerak

Berbeda dengan pembagian kebendaan ke dalam kebendaan berwujud dan

tidak berwujud, KUHPerdata memberikan perumusan dan pengaturan yang tegas atas

kebendaan-kebendaan mana saja yang digolongkan ke dalam kebendaan bergerak

(Pasal 509 sampai Pasal 518 Bagian Keempat Buku II KUHPerdata) dan kebendaan

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

yang dimaksudkan sebagai kebendaan tidak bergerak (Pasal 506 hingga Pasal 508

Bagian Ketiga Buku II KUHPerdata).

Dalam Pasal 504 KUHPerdata dinyatakan bahwa : Benda berwujud dan tak

berwujud terbagi menjadi :

(1) Benda bergerak

(2) Benda tak bergerak

Benda yang tak bergerak pada umunya/pada dasarnya adalah tanah. Oleh

keran itu ketentuan pasal tersebut di cabut dari KUHPerdata dan dipindahkan ke

dalam UUPA. Jadi dalam KUHPerdata untuk Indonesia sudah tidak ada lagi pasal –

pasal yang mengatur tentang benda – benda tak bergerak, yang ada sekarang ialah

pasal-pasal yang mengatur benda-benda bergerak.

Adanya benda tak bergerak disebutkan karena :

(a) Memang sifatnya tak bergerak.

(b) Tujuannya; dimaksudkan untuk tidak bergerak

(c) Hukum menentukannya sebagai benda tak bergerak

Pada kenyataannya benda terseut adalah benda bergerak. Tetapi karena

tujuannya dimaksudkan untuk tidak bergerak, maka benda tersebut menjadi benda tak

bergerak dan diatur/tunduk pada UUPA yaitu :

1a. Benda bergerak oleh pemiliknya dihubungkan dengan benda tak bergerak.

Misalnya: piring-piring, sendok dan sebagainya yang telah diberi nama hotel

sehingga barang bergerak itu menjadi barang tak bergerak.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

2a. Hanya pemilik benda bergerak yang dapat menjadikan benda-benda bergerak itu

menjadi benda tak bergerak.

Benda – benda bergerak yang erat sekali hubungannya dengan benda-benda

tak bergerak, sehingga merupakan bagian dari benda-benda tak bergerak, maka

benda-benda bergerak tersebut menjadi atau dianggap benda-benda tak bergerak.

Contoh: - Piring, sendok, garpu dari hotel

- Kursi – kursi di bioskop

Ketentuan-ketentuan mengenai benda-benda tersebut sudah tidak ada lagi atau

sudah tidak berlaku lagi pada KUHPerdata untuk Indonesia, melainkan sudah pindah

ke dalam UUPA.

Pasal 508 KUHPerdata menyatakan bahwa : semua hak atas benda tak

bergerak dianggap sebagai atau merupakan benda-benda tak bergerak.

Contoh : - Hak erfpacht

- Hak eigendom dan sebagainya

Perbedaan antara benda-benda bergerak dan tak bergerak adalah pentingnya

yaitu :

Dalam cara penyerahan benda tersebut

1a1. Untuk benda tak bergerak dengan cara:

- Yurisdische levering (penyerahan secara hukum)

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

- Pendaftaran di kantor Kadaster

1a2. Untuk benda bergerak; dengan cara

- Cukup dengan penyerahan dari tangan ke tangan

Hak jaminan benda-benda tak bergerak hanya dengan hipotek atau ikatan utang.57

3. Pembedaan Benda ke Dalam Kebendaan Tanah dan Kebendaan Bukan

Tanah

Di manapun kita berada, hukum merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari kehidupan kita sehari-hari. Di Negara Indonesia kita ini, hukum yang berlaku

masih beraneka ragam, mulai dari hukum kebiasaan yang tidak tertulis, adat istiadat

setempat, hukum tertulis peninggalan Masa Hindia Belanda dahulu yang dengan

Ketentuan Peralihan Pasal II Undang-Undang Dasar 1945 masih tetap diberitahukan

sepanjang tidak bertentangan dengan Falsafah dan Pandangan Hidup Bangsa

(Pancasila), sampai pada peraturan-peraturan yang dibuat dan diberlakukan pada

masa-masa sesudah Kemerdekaan hingga saat ini.

Salah satu bentuk keanekaragaman yang masih nampak nyata adalah

keanekaragaman dalam Hukum Perdata kita, karena disamping kita memiliki

KUHPerdata, yang masih berlaku hingga saat ini, kita juga memiliki berbagai

ketentuan hukum perdata lainnya, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, yang

mengatur mengenai hal-hal tertentu, yang di satu sisi menerbitkan berbagai persoalan

secara yuridis.

                                                            57 G. Kartasapoetra dan R.G, Kartasapoetra, Pembahasan Hukum Benda Hipotek, Hipotrk dan

Hukum Waris, Bumi Angkasa, Jakarta, 1990, hlm. 1-3. 

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

Salah satu hal yang paling mencolok dalam lapangan Hukum Benda adalah

masih sering terjadinya berbagai macam keracuan terhadap pengertian tentang

kebendaan bergerak dan kebendaan tidak bergerak, terutama dengan diundangkannya

UUPA, di mana secara tegas dalam Diktum Pertama dari UUPA telah dinyatakan

hapus berbagai aturan dasar yang mengatur mengenai tanah (sebagai bagian dari

kebendaan tidak bergerak yang diatur berdasarkan sistem hukum Romawi).58

                                                            58  Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,

2003, hlm.53. 

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

Melihat jumlah pendaftran Jaminan Fidusia seperti yang telah tercantum

dalam tabel, maka yang paling banyak didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia

dari tahun 2007 sampai 2009 sebagai bahan perbandingan adalah jenis kendaraan

bermotor daripada stok barang, piutang dan mesin/invoice, maka tersebut dapat

dilihat pada tabel-tabel dibawah ini :

Tabel 1 Klasifikasi Jenis Objek Benda Jaminan Fidusia yang didaftarkan Tahun 2005

JENIS JAMINAN FIDUSIA

KENDARAAN ALAT-ALAT PIUTANG STOCK BULAN

BERMOTOR

MESIN-MESIN

BERAT DAGANG BARANG JUMLAH

JANUARI 207 3 10 7 15 242

FEBRUARI 116 12 2 4 20 154

MARET 190 20 30 38 53 331

APRIL 204 23 6 23 43 299

MEI 169 15 8 14 19 225

JUNI 179 9 1 18 34 241

JULI 92 18 2 22 42 176

AGUSTUS 107 20 - 20 25 172

SEPTEMBER 9 5 - - 6 20

OKTOBER 346 41 22 54 95 558

NOPEMBER 96 8 1 5 6 116

DESEMBER 131 22 10 6 31 200

JUMLAH 1846 196 92 211 389 2734

Sumber data : Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia Sumatera Utara, 2005

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

Melihat tabel diatas mulai dari bulan Januari s/d Desember rata-rata yang

mendaftarakan objek jaminan fidusia di Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia yaitu

Kendaraan Bermotor dimana yang paling banyak didaftarkan terhadap kendaraan

bermotor dibulan September sebesar 9 (Sembilan) Kendaraan Bermotor, sedangkan

yang paling besar pada bulan Oktober sebesar 346 (Tiga Ratus Empat Puluh Enam)

Kendaraan Bermotor sehingga kenapa terjadi perbandingan antara bulan yang satu

dengan bulan yang lain yaitu tergatung berapa banyak yang mendaftarkan tiap

bulannya tidak bisa Kantor Pendaftaran Fidusia yang menentukan.

Tabel 2

Klasifikasi Jenis Objek Benda Jaminan Fidusia yang didaftarkan Tahun 2006

JENIS JAMINAN FIDUSIA

KENDARAAN ALAT-ALAT PIUTANG STOCK BULAN

BERMOTOR

MESIN-MESIN

BERAT DAGANG BARANG JUMLAH

JANUARI 240 3 8 2 12 265

FEBRUARI 101 13 2 16 25 157

MARET 142 14 10 15 26 207

APRIL 88 10 - 13 19 130

MEI 87 2 - 16 18 123

JUNI 107 11 1 12 25 156

JULI 195 19 2 13 30 259

AGUSTUS 110 2 - 7 12 131

SEPTEMBER 236 10 14 19 36 315

OKTOBER 65 6 2 6 28 107

NOPEMBER 244 15 2 17 33 291

DESEMBER 165 8 2 16 18 209

JUMLAH 1780 113 43 152 282 2350

Sumber data : Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia Sumatera Utara, 2006

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

Melihat tabel diatas mulai dari bulan Januari s/d Desember rata-rata yang

mendaftarakan objek jaminan fidusia di Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia yaitu

Kendaraan Bermotor dimana yang paling banyak didaftarkan terhadap kendaraan

bermotor dibulan Oktober sebesar 65 (Enam Puluh Lima) Kendaraan Bermotor,

sedangkan yang paling besar pada bulan Nopember sebesar 244 (Dua Ratus Empat

Puluh Empat) Kendaraan Bermotor sehingga kenapa terjadi perbandingan antara

bulan yang satu dengan bulan yang lain yaitu tergatung berapa banyak yang

mendaftarkan tiap bulannya tidak bisa Kantor Pendaftaran Fidusia yang menentukan.

Tabel 3 Klasifikasi Jenis Objek Benda Jaminan Fidusia yang didaftarkan Tahun 2007

JENIS JAMINAN FIDUSIA

KENDARAAN ALAT-ALAT PIUTANG STOCK BULAN

BERMOTOR

MESIN-MESIN

BERAT DAGANG BARANG JUMLAH

JANUARI 279 15 10 12 32 348

FEBRUARI 224 16 6 31 38 315

MARET 126 21 1 6 13 167

APRIL 169 13 12 13 19 226

MEI 167 21 5 22 33 248

JUNI 286 16 6 29 39 376

JULI 135 17 1 43 51 247

AGUSTUS 219 25 14 47 64 369

SEPTEMBER 271 20 10 76 76 453

OKTOBER 89 18 39 49 195

NOPEMBER 359 35 25 40 60 519

DESEMBER 286 40 30 35 50 441

JUMLAH 2610 257 120 393 524 3904

Sumber data : Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia Sumatera Utara, 2007

Universitas Sumatera Utara

Page 28: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

Melihat tabel diatas mulai dari bulan Januari s/d Desember rata-rata yang

mendaftarakan objek jaminan fidusia di Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia yaitu

Kendaraan Bermotor dimana yang paling banyak didaftarkan terhadap kendaraan

bermotor dibulan Juli sebesar 286 (Dua Ratus Delapan Puluh Enam) Kendaraan

Bermotor, Desember 286 (Dua Ratus Delapan Puluh Enam) Kendaraan Bermotor

sedangkan yang paling besar pada bulan Nopember sebesar 359 (Tiga Ratus Lima

Puluh Sembilan) Kendaraan Bermotor sehingga kenapa terjadi perbandingan antara

bulan yang satu dengan bulan yang lain yaitu tergatung berapa banyak yang

mendaftarkan tiap bulannya tidak bisa Kantor Pendaftaran Fidusia yang menentukan.

Tabel 4 Klasifikasi Jenis Objek Benda Jaminan Fidusia yang didaftarkan Tahun 2008

JENIS JAMINAN FIDUSIA

KENDARAAN ALAT-ALAT PIUTANG STOCK BULAN

BERMOTOR

MESIN-MESIN

BERAT DAGANG BARANG JUMLAH

JANUARI 562 35 12 54 73 736

FEBRUARI 267 18 24 48 78 435

MARET 423 12 6 24 54 519

APRIL 714 45 30 55 40 884

MEI 474 21 7 20 18 540

JUNI 528 20 31 24 603

JULI 665 23 23 29 38 778

AGUSTUS 559 15 10 15 35 634

SEPTEMBER 789 11 15 13 25 853

OKTOBER 833 11 10 10 35 899

NOPEMBER 785 20 21 23 40 889

DESEMBER 514 15 20 1 15 565

JUMLAH 7113 246 178 323 475 8335

Sumber data : Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia Sumatera Utara,2008

Universitas Sumatera Utara

Page 29: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

Melihat tabel diatas mulai dari bulan Januari s/d Desember rata-rata yang

mendaftarakan objek jaminan fidusia di Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia yaitu

Kendaraan Bermotor dimana yang paling banyak didaftarkan terhadap kendaraan

bermotor dibulan September sebesar 789 (Tujuh Ratus Delapan puluh Sembilan)

Kendaraan Bermotor, sedangkan yang paling besar pada bulan Oktober sebesar 833

(Delapan Ratus Tiga Puluh Tiga) Kendaraan Bermotor sehingga kenapa terjadi

perbandingan antara bulan yang satu dengan bulan yang lain yaitu tergatung berapa

banyak yang mendaftarkan tiap bulannya tidak bisa Kantor Pendaftaran Fidusia yang

menentukan.

Tabel 5 Klasifikasi Jenis Objek Benda Jaminan Fidusia yang didaftarkan Tahun 2009

JENIS JAMINAN FIDUSIA

KENDARAAN ALAT-ALAT PIUTANG STOCK BULAN

BERMOTOR

MESIN-MESIN

BERAT DAGANG BARANG JUMLAH

JANUARI 928 26 13 30 42 1039

FEBRUARI 585 8 8 11 150 762

MARET 711 147 13 6 10 887

APRIL 639 25 24 15 35 738

MEI 821 10 14 11 856

JUNI 839 12 37 11 35 934

JULI 300 61 11 18 390

AGUSTUS 525 8 38 6 19 596

SEPTEMBER 223 36 3 13 23 298

OKTOBER 866 32 59 18 19 994

NOPEMBER 688 25 23 14 29 779

DESEMBER 0

JUMLAH 7125 390 218 149 391 8273

Sumber data : Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia Sumatera Utara, 2009

Universitas Sumatera Utara

Page 30: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

Melihat tabel diatas mulai dari bulan Januari s/d Desember rata-rata yang

mendaftarakan objek jaminan fidusia di Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia yaitu

Kendaraan Bermotor dimana yang paling banyak didaftarkan terhadap kendaraan

bermotor dibulan Juni sebesar 839 (Delapan Ratus Tiga Puluh Sembilan) Kendaraan

Bermotor, sedangkan yang paling besar pada bulan Januari sebesar 928 (Sembilan

Ratus Dua Puluh Delapan) Kendaraan Bermotor sehingga kenapa terjadi

perbandingan antara bulan yang satu dengan bulan yang lain yaitu tergatung berapa

banyak yang mendaftarkan tiap bulannya tidak bisa Kantor Pendaftaran Fidusia yang

menentukan.

C. PROSEDUR PENGIKATAN JAMINAN FIDUSIA

Perikatan pokok merupakan perikatan yang dapat berdiri sendiri dan memang

biasanya berdiri sendiri, walaupun tidak tertutup kemungkinan adanya perikatan lain

yang ditempelkan pada perikatan pokok tersebut. Di sinilah letak isi pokok

perjanjian, dalam jual beli misalnya, di sana diatur hubungan hak dan kewajiban

utama antara

penjual dan pembeli. Perikatan Accesoir merupakan perikatan yang ditempelkan pada

suatu perikatan pokok dan yang tanpa perikatan pokok tidak dapat berdiri sendiri.

Timbul dan hapusnya bergantung pada adanya dan hapusnya perikatan pokok.59

Penyerahan hak milik kepa kreditor dalam fidusiaire eigendoms overdracht

bukanlah suatu penyerahan hak milik dalam arti yang sesungguhnya seperti halnya

dalam jual beli dan sebagianya, sehingga kreditor tidak akan menjadi pemilik yang

                                                            59 J. Satrio, Hukum Perikatan, Penerbit Alumni, Bandung, 1993, hal 79 

Universitas Sumatera Utara

Page 31: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

penuh (volle eigenaar), ia hanyalah seorang bezitloos eigenaar atas barang-barang

jaminan, dan karena sesua dengan maksud dan tujuan perjanjian tentang perjanjian

itu sendiri, kewenangan kreditor hanyalah setarap dengan kewenangan yang dimiliki

oleh seorang yang berhak atas barang-barang jaminan. Bahwa kedudukan kreditor

penerima fidusia itu adalah sebagai pemegang jaminan, sedangkan kewenangan yang

masih berhubungan dengan jaminan itu sendiri, oleh sebab itu, dikatakan pula

kewenangannya sebagai pemilik terbatas.60

Bahwa penyerahan barang bergerak yang dilakukan oleh bukan pemiliknya

kepada seorang penerima yang beritikad baik adalah sah. Akan tetapi suatu

penyerahan tidak nyata (constitutum possessorium) dapat dibenarkan jika orang yang

menyerahkan barang tersebut mempunyai kekuasaan untuk menyerahkannya atas

dasar suatu hubungan hukum dengan pihak lain. Kreditor dalam suatu perjanjian

utang piutangnya dengan jaminan fidusia dapat dikatakan tidak mungkin untuk

menyelidiki terlebih dahulu apakah debitor benar-benar pemilik artinya orang yang

dapat bertindak bebas atas barang-barang yang dijaminkan itu, terutama karena

barang-barang yang dijaminkan itu berupa barang bergerak. Kreditor dalam pada itu

hanya dapat meminta kepada debitor untuk berjanji bahwa ia adalah benar-benar

orang yang berhak untuk berbuat bebas atas barang yang dijaminkan itu.61

pengalihan fidusia diatur dalam Pasal 19 sampai dengan Pasal 24 UUJF.

Pengalihan hak atas utang (cession), yaitu pengalihan piutang yang dilakukan dengan

akta otentik maupun akta di bawah tangan. Yang dimaksud dengan mengalihkan

                                                            60 Marulak Pardede dkk, Op‐cit, hal 31 61 Ibid, hlm. 33. 

Universitas Sumatera Utara

Page 32: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

antara lain termasuk dengan menjual atau menyewakan dalam rangka mengalihkan

antara lain termasuk dengan menjual atau menyewakan dalam rangka kegiatan

usahanya. Pengalihan hak atas utang dengan jaminan fidusia dapat dialihkan oeh

penerima fidusia kepada penerima fidusia baru (kreditur baru). Ini berarti kreditur

baru, selain berkewajiban untuk melaporkan dan mendaftarkan telah terjadi peralihan

hak atas piutang, juga melaporkan dan mendaftarkan telah terjadi peralihan hak atas

piutang, juga melaporkan telah terjadi peralihan jaminan fidusia dari kreditur lama

kepada kreditur baru.62

Karenanya untuk laporan dan permohonan perubahan daftar, kerja sama

kreditor lama maupun debitur tidak diperlukan. Sudah tentu kreditur baru harus bisa

menyodorkan bukti yang meyakinkan pejabat pendaftar fidusia, bahwa perjanjian

pokok atau perjanjian tagihan, yang dijamin dengan fidusia yang bersangkutan

memang telah beralih kepada kreditur baru. Karena beralihnya jaminan fidusia tu

terjadi secara hukum, hal tersebut tidak perlu dibuktikan dengan membuat Akta

Jaminan Fidusia baru. Pendaftaran beralihnya jaminan fidusia ini cukup dilakukan

berdasarkan alat yang membuktikan telah beralihnya hak atas piutang yang dijamin

kepada kreditur baru tersebut.

Kita perlu waspada, bahwa di sini ada dua peralihan, yaitu pertama, peralihan

“tagihan” dan kedua, peralihan “jaminan”. Hal ini berbeda dengan gadai, hipotik dan

hak tanggungan, dimana dengan beralihnya perjanjian pokok dari kreditur lama

kepada kreditur baru, maka otomatis beralih kepada kreditur baru. Pada gadai,

hipotik, dan hak tanggungan tidak ada masala mengenai “peralihnya hak milik”.                                                             

62 Rachmadi Usman, Op-Cit, hlm. 128. 

Universitas Sumatera Utara

Page 33: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

Adapaun pada fudisia ada masalah “peralihan hak milik”. Karena fidusia accessoir

pada perikatan pokoknya, maka beralihnya perikatan pokok kepada pihak ketiga

mengakibatkan, bahwa jaminan fidusia demi hukum turut beralih mengikuti perikatan

pokoknya, konsekuensi logisnya, “hak milik” atas dasar jaminan fidusia beralih dari

kreditur lama ke kreditur baru, padahal tidak ada penyerahan hak milik dari kreditur

lama kepada kreditur baru. Artinya kita sekarang mengenal satu lagi cara

mengalihkan hak milik, yaitu bisa tanpa penyerahan. Hal ini logis, namun sebaiknya

kreditur diminta pernyataan tegasnya, bahwa ia mengalihnya “hak miliknya” atas

benda jaminan fidusia.63

Dengan adanya cession ini, maka segala hak dan kewajiban penerima fidusia

lama beralih kepada penerima fidusia baru dan pengalihan hak atas piutang tersebut

diberitahukan kepada pemberi fidusia. Pemberi fidusia dilarang untuk mengalihkan,

menggadaikan, menyewakan kepada pihak lain benda yang menjadi objek fidusia,

karena jaminan tetap mengikuti benda yang menjadi objek jaminan fidusia dalam

tangan siapapun benda tersebut berada. Pengecualiaan dari ketentuan ini adalah

bahwa pemberi fidusia dapat mengalihkan atas benda persediaan yang menjadi objek

jaminan fidusia.64 Penyerahan secara constitutum possessorium, oleh pemberi fidusia

yang beritikad jahat dapat disalah gunakan dengan melakukan ulang. Maksudnya

ialah menyerahkan hak milik secara fidusia sebagai jaminan kepada pihak ketiga

yang dalam hal ini akan menjadi penegang fidusia kedua.65

                                                            63 Ibid 64 H.Salim, Op-cit, hlm. 87-88 

       65 Mariam Darus Badrulzaman, 1991, Bab-bab Tentang Credietverband, Gadai & Fiducia, PT.Citra Aditya, Bandung, hlm. 101.

Universitas Sumatera Utara

Page 34: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

Jaminan dapat diberikan kepada lebih dari satu Penerima Fidusia atau kepada

kuasa atau wakil dari Penerima Fidusia tersebut. Jaminan Fidusia dapat pula

diberikan terhadap satu atau lebih satuan atau jenis benda, termasuk piutang baik

yang telah ada pada saat jaminan diberikan maupun yang diperoleh kemudian. Hal ini

menunjukkan bahwa UUJF merupakan peraturan yang memuat ketentuan yang

menjamin fleksibelitas dalam hal berkenaan dengan objek ynag dapat dibebani

Jaminan Fidusia, kondisi demikian terlihat bahwa apabila tidak diperjanjikan lain

maka Jaminan Fidusia meliputi hasil dari benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia;

juga meliputi klaim asuransi dalam hal benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia

tersebut diasuransikan maksudnya apabila benda yang diasuransikan maka klaim

asuransi tersebut merupakan hak Penerima Fidusia.

Ada beberapa tahapan formal yang melekat dalam Jaminan Fidusia, di

antaranya yaitu :

1. Tahapan pembebanan dengan pengikatan dalam suatu akta notaris;

2. Tahapan pendaftaran atas benda yang telah dibebani tersebut oleh Penerima

Fidusia, kuasa atau wakilnya kepada Kantor Pendaftaran Fidusia, dengan

melampirkan pernyataan pendaftaran. Pernyataan pendaftara tersebut harus

memuat : identitas pihak Pemberi dan Penerima Fidusia; tanggal, nomor akta,

nama dan tempat kedudukan notaris yang membuat akta; data perjanjian pokok

yang dijamin oleh Fidusia, uraian mengenai benda yang menjadi objek Jaminan

Fidusia; nilai penjaminan dan nilai benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia.

                                                                                                                                                                           

Universitas Sumatera Utara

Page 35: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

3. Tahapan administrasi pada Kantor Pendaftaran, yaitu pencatatan Jaminan Fidusia

dalam Buku Daftar Fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan

permohonan pendaftaran; menerbitkan dan menyerahkan kepada Penerima

Fidusia Sertifikat Jaminan Fidusia.

4. Lahirnya Jaminan Fidusia yaitu pada tanggal yang sama dengan tanggal

dicatatnya Jaminan Fidusia dalam Fidusia dalam Buku Daftar Fiduia. Sertifikat

Jaminan Fidusia mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, karena adanya kata-

kata “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA

ESA”. Sehingga dengan demikian apabila debitur cidera janji, Penerima Fidusia

mempunyai hak untuk menjual benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia atas

kekuasaannya sendiri. Hal demikian mengandung maksud bahwa pengeksekusian

dapat langsung dilaksanakan tanpa melalui pengadilan dan bersifat final serta

mengikat para pihak untuk melaksanakan putusan tersebut. Adanya kemudian

tersebut merupakan salah satu ciri Jaminan Fidusia, yaitu berupa lembaga parate

eksekusi (pelaksanaan dari suatu perikatan dengan langsung tanpa melalui uatu

vonnis pengadilan).66 di mana eksekusi dapat dilakukan apabila pihak Pemberi

Fidusia cidera janji.

Hapusnya Jaminan Fidusia disebabkan karena beberapa hal, yaitu : hapusnya

hutang yang dijamin dengan fidusia; pelepasan hak atas Jaminan Fidusia oleh

Penerima Fidusia; musnahnya benda yang menjadi objek Jaminan Fudisia. Dengan

adanya suatu kondisi yang menyebabkan hapusnya Jaminan tersebut, maka Penerima                                                             

66 J. C. T. Simorangkir dkk, Op-cit, hlm. 120. 

Universitas Sumatera Utara

Page 36: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

Fidusia harus memberitahukan kepada Kantor Pendaftaran mengenai hapusnya

tersebut dengan melampirkan pernyataan penyebab hapusnya tersebut. Dengan

demikian maka Kantor Pendaftaran Fidusia dapat mencoret pencatatan Jaminan

Fidusia dari Buku Daftar Fidusia, serta menerbitkan surat keterangan yang

menyatakan Sertifikat Jaminan Fidusia yang bersangkutan tidak berlaku lagi.

Berdasarkan Pasal 1152 (2) BW Indonesia, bahwa tidak sah (bahkan tidak

ada) hak gadai, walaupun istilah itu dipakai dalam suatu perjanjian, jika benda/barang

yang digadaikan tinggal atau jatuh kembali dalam tangan pihak yang menggadaikan

dengan kemauan orang yang menerima gadai (Soetan Malikoel Adil, 1962).

Undang – undang Fidusia menegaskan bahw perjanjian fidusia harus tertulis

bahkan harus dibuat dengan akta notaries dalam Bahasa Indonesia. Pengecualian

berlaku bagi perjanjian jaminan fidusia, baik berupa FEO maupun cessi jaminan atas

piutang yang telah ada sebelum berlakunya UUJF, alasan mengapa UUJF

mengatakan bentuk khusus (akta notaris) bagi perjanjian fidusia adalah bahwa

sebagian diatur dalam Pasal 1870 KUHPerdata, akta notaris karena merupakan akta

otentik memiliki kekuatan pembuktian sempurna tentang apa yang dimuat di

dalamnya di antara para pihak beserta para ahli warisnya atau pengganti haknya,

mengingat bahwa objek jaminan fidusia pada umumnya adalah barang bergerak yang

tidak terdaftar, maka sudah sewajarnya bahwa bentuk akta otentiklah yang dianggap

paling dapat menjamin kepastian hukum berkenaan dengan objek jaminan fidusia. Isi

akta perjanjian fidusia diatur dalam Pasal 6 UUJF dan paling tidak harus membuat

hal-hal sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 6 tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 37: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

Berlainan dalam FEO dan cessi jaminan yang lahir pada waktu perjanjian

dibuat antara debitur dan kreditur jaminan fidusia berdasarkan UUJF lahir pada

tanggal jaminan fidusia tercatat dalam Buku Daftar Fidusia. Adapun bukti bagi

kreditur bahwa ia merupakan pemegang jaminan fidusia adalah Sertifikat Jaminan

Fidusia yang diterbitkan pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan

permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia.

Dengan demikian jelas bahwa perbuatan konstitutif yang melahirkan jaminan

fidusia adalah pendaftarannya dalam Buku Daftar Fidusia, hal ini ditegaskan lagi

dalam Pasal 28 UUJF yang mengatur bahwa apabila atas benda yang sama yang

menjadi objek jaminan fidusia dibuat lebih dari 1 (satu) perjanjian jaminan fidusia,

maka kreditur yang lebih dahulu mendaftarkannya adalah penerima fidusia, hal

ini penting diperhatikan oleh kreditur yang menjadi pihak dalam perjanjian jaminan

fidusia, teristimewa karena hanya Penerima Fidusia, kuasai atau wakilnya yang boleh

melakukan pendaftaran jaminan fidusia.

Ketentuan-ketentuan dalam UUJF tentang pendaftaran jaminan fidusia

tersebut di atas merupakan terobosan penting mengingat bahwa pada umumnya objek

jaminan fidusia adalah benda bergerak yang tidak terdaftar sehingga sulit mengetahui

siapa pemiliknya, teristimewa lagi dengan adanya ketentuan dalam Pasal 19977

KUHPerdata yang mengatur bahwa barang siapa menguasai benda bergerak ia

dianggap sebagai pemiliknya (bezit geldt als volkomen titel), tidak didaftarnya FEO

dan Cessi jaminan saat ini menjadi sebab utama mengapa FEO dan Cessi jaminan,

melalui keharusan mendaftarkan jaminan fidusia. UUJF memenuhi asas publisitas

yang merupakan salah satu guru hukum jaminan kebendaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 38: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

Oleh karena Pemberi Fidusia tetap menguasai secara fisik benda yang menjadi

objek jaminan fidusia dan dia yang memakainya serta merupakan pihak yang

sepenuhnya memperoleh manfaat ekonomis dari pemakaian benda tersebut, maka

Pemberi Fidusialah yang bertanggung jawab atas semua akibat dan harus memikul

semua risiko yang timbul berkenaan dengan pemakaian dan keadaan benda dimaksud.

Ketentuan serupa juga terdapat dalam perjanjian “Finansial leasing” yang mengatur

bahwa semua risiko berkenaan dengan benda yang menjadi objek perjanjian leasing

harus dipikul oleh Lessee karena lessee yang memakai benda tersebut dan

memperoleh manfaat ekonomis dari pemakaian tersebut.

Bahwa penyerahan barang bergerak yang dilakukan oleh bukan pemiliknya

kepada seorang penerima yang beritikad baik adalah sah. Akan tetapi suatu

penyerahan tidak nyata (constitutum possessorium) dapat dibenarkan jika orang yang

menyerahkan barang tersebut mempunyai kekuasaan untuk menyerahkannya atas

dasar suatu hubungan hukum dengan pihak lain. Kreditor dalam suatu perjanjian

utang piutangnya dengan jaminan fidusia dapat dikatakan tidak mungkin untuk

menyelidiki terlebih dahulu apakah debitor benar-benar pemilik artinya orang yang

dapat bertindak bebas atas barang – barang dijaminkan itu, terutama karena

barang-barang yang dijaminkan itu berupa barang bergerak. Kreditor dalam pada itu

hanya dapat meminta kepada debitor untuk berjanji bahwa ia adalah benar-benar

orang yang berhak untuk berbuat bebas atas barang yang dijaminkan itu.

Selaku peminjam pakai suatu barang debitor secara umum berkewajiban

memelihara barang jaminan artinya selaku seorang pemilik barang memelihara

barangnya sendiri. Kewajiban lain ialah bahwa pada barang-barang inventaris ia

Universitas Sumatera Utara

Page 39: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

harus menjaga agar jumlahnya tidak berkurang, sedangkan pada barang-barang

perdagangan ia harus menjaga agar sisa barang tersebut melebihi nilai kredit yang

masih tersisa, sampai jumlah tertentu sesuai dengan apa yang diperjanjikan.

Kadang-kadang, kreditor tentunya meminta agar barang-barang jaminan yang

dikuasai debitor itu diasuransikan, atau mungkin pula kreditor yang mengasuransikan

tetapi premi asuransi tetap dibayar oleh debitur. Kalau kita lihat kewajiban-kewajiban

tersebut di atas dapatlah kita katakan bahwa debitor berkewajiban menanggung

semua biaya pengelolaan barang jaminan, kreditor hanya “terima bersih” saja.

Kewajiban – kewajiban yang demikian itu dapat kita maklumi, karena secara

sosial ekonomis pihak debitorlah yang berkepentingan atas barang tersebut kreditor

hanya berkepentingan atas pembayaran kembali apa yang telah dituangkan kepada

debitornya.

Kemungkinan yang paling banyak terjadi adalah kepailitan debitor dengan

adanya kepailitan ini maka semua utang si debitor menjadi dapat ditagih. Adanya

kepailitan debitor, mewajibkan menyelesaikan hubungan hukum antara debitor dan

kreditor, bukan hanya segi obligatoir juga segi zakelijk. Mengenai perjanjian fidusia

tersebut bersifat obligatoir atau zakelijk membawa serta akibat hukum dan cara

penyelesaian yang berbeda, manakala terjadi kepailitan pada debitor. Jika kita

berpegang pada pendapat bahwa perjanjian fidusia merupakan perjanjian obligatoir,

maka perjanjian tersebut hanya malahirkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang

dapat dipertahankan antara mereka saja, tidak berlaku atau tidak dapat dipertahankan

terhadap pihak ketiga. Maka konsekuensinya jika terjadi kepailitan debitor, maka

benda-benda jaminan yang berada pada debitor, karena penyerahan secara

Universitas Sumatera Utara

Page 40: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

constitutum possessorium, berada di luar kepailian. Kreditor mempunyai hak

sepenuhnya terhadap benda tersebut untuk pemenuhan piutangnya, kreditor tidak

terikat kepada ketentuan-ketentuan yang bersifat zakelijk sebagaimana berlaku pada

gadai dan hipotek.

Cara pemenuhan piutangnya dan cara menyelesaikan hubungan hukumnya

dalam kepailian terebut tergantung pada ketentuan-ketentuan sebagaimana telah

diperjanjikan antara para pihak. Misalnya saja si kreditor dapat menahan benda

jaminan tersebut, kemudian diperhitungkan selisih harganya benda jaminan dengan

jumlah piutangnya, atau menjual benda jaminan tersebut secara di bawah tangan atau

di muka umum, kemudian setelah diperhitungkan dengan piutangnya, sisanya

dikembalikan pada debitor. Sedangkan bagi mereka yang berpendapat bahwa

perjanjian fidusia itu melahirkan hak yang zakelijk bagi kreditor, maka hak zakelijk

tersebut dapat dipertahankan terhadap pihak ketiga, dan benda-benda jaminan yang

berada pada debitor masuk dalam boedel kepailitan. Untuk pemenuhan piutangnya

kreditor dapat bertindak terhadap benda-benda jaminan tersebut seolah-olah tidak

terjadi kepailitan.67

Seperti halnya hak jaminan kebendaan lainnya, jaminan fidusia mengatur

prinsip “droit de suite” pengecualian atas prinsip ini terdapat dalam hal benda yang

menjadi objek jaminan fidusia adalah benda persediaan dan hak kepemilikannya

dialihkan dengan cara dan prosedur yang lazim berlaku dalam usaha perdagangan dan

                                                                 67 Marulak Pardede dkk, Op-Cit. hlm. 33-35.

 

Universitas Sumatera Utara

Page 41: BAB II OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. Jenis – Jenis Hak ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19778/3/Chapter II.pdf · Pembedaan atas benda tanah sebagai benda utama, karena itu

dengan memperhatikan persyaratan tertentu, dimungkinkan pengecualian tersebut

perlu dalam hal benda persediaan terdiri dari barang jadi (finished goods) yang

diproduksi Pemberi Fidusia untuk dipasarkan.

Selanjutnya UUJF mengatur secara khusus dalam Pasal 23 ayat (1) bahwa

penggunaan, pengalihan benda atau hasil benda menjadi objek jaminan fidusia yang

disetujui oleh Penerima Fidusia tidak berakibat bahwa ia akan kehilangan jaminan

fidusia atas benda tertentu. Penggunaan ini perlu mengingat bahwa pada umumnya

yang menjadi objek jaminan fidusia adalah aneka barang bergerak, sehubungan

dengan itu terdapat larangan jelas dalam Pasal 23 ayat (2) untuk mengalihkan,

menggadaikan atau menyewakan kepada pihak lain benda yang menjadi objek

jaminan fidusia yang bukan merupakan benda persediaan, kecuali dengan persetujuan

tertulis terlebih dahulu dari Penerima Fidusia.

Pelanggaran larangan tersebut di ancam dengan pidana penjara dan benda,

ancaman pidana tersebut adalah konsekuensi dari pengalihan hak kepemilikan atas

benda yang menjadi objek jaminan fidusia dengan cara constitutum possessorium,

terlebih lagi bilamana diperhatikan bahwa ketentuan dalam Pasal 1977 KUHPerdata

menentukan bahwa penguasaan atas barang bergerak merupakan atas hak bagi

kepemilikannya.68

                                                            68 Marulak Pardede dkk, Loc.Cit, hlm. 44-47 

Universitas Sumatera Utara