bab ii metode pembiasaan dalam...

32
BAB II METODE PEMBIASAAN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH Pendidikan agama pada umumnya dan Pendidikan Agama Islam pada khususnya, adalah sangat diperlukan dalam membentuk manusia-manusia pembangunan yang berpancasila dan untuk membentuk manusia Indonesia yang sehat baik jasmani maupun rohaninya. Pendidikan Agama Islam dicantumkan dalam urutan nomor satu dari sembilan bidang studi yang harus diselesaikan dalam perencanaan program pengajaran di sekolah dasar. Program studi pendidikan agama merupakan program wajib yang mesti diikuti oleh setiap anak didik pada sepanjang tahun selama bersekolah. Dalam buku Educational Psychology dijelaskan bahwa:“Education is a process of an activity which is directed at producing desirable change in the behavior of human being”. 1 Pendidikan adalah suatu aktivitas yang dilaksanakan untuk menghasilkan perubahan yang diinginkan dalam tingkah laku manusia. Pengertian Pendidikan Agama Islam sendiri adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik atau murid agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam serta menjadikannaya way of life (jalan hidup). Guru agama sebagai pelaksana utama dalam penyelenggaraan pendidikan agama akan senantiasa berhadapan dengan anak didik yang memiliki perkembangan bakat, watak dan kemauan yang bertumbuh secara individual. Ini berarti bahwa setiap anak harus menjadi pusat perhatian dan semua kegiatan harus diarahkan kepada tercapainya tujuan pendidikan agama. 2 Dalam buku Education and Communication for Development dijelaskan bahwa: 1 Frederick J. Mc. Donald, Educational Psychology, (San Francisco: Wadsworth Publishing Company, Inc, 1984), hlm. 4 2 Abdur Rahman Saleh, Didaktik Pendidikan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hlm. 20. 16

Upload: vongoc

Post on 05-Feb-2018

233 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II METODE PEMBIASAAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.11 4. Faktor Pembiasaan

16

BAB II

METODE PEMBIASAAN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM DI SEKOLAH

Pendidikan agama pada umumnya dan Pendidikan Agama Islam pada

khususnya, adalah sangat diperlukan dalam membentuk manusia-manusia

pembangunan yang berpancasila dan untuk membentuk manusia Indonesia yang

sehat baik jasmani maupun rohaninya. Pendidikan Agama Islam dicantumkan

dalam urutan nomor satu dari sembilan bidang studi yang harus diselesaikan

dalam perencanaan program pengajaran di sekolah dasar. Program studi

pendidikan agama merupakan program wajib yang mesti diikuti oleh setiap anak

didik pada sepanjang tahun selama bersekolah.

Dalam buku Educational Psychology dijelaskan bahwa:“Education is a

process of an activity which is directed at producing desirable change in the

behavior of human being”.1

Pendidikan adalah suatu aktivitas yang dilaksanakan untuk menghasilkan perubahan yang diinginkan dalam tingkah laku manusia.

Pengertian Pendidikan Agama Islam sendiri adalah usaha berupa

bimbingan dan asuhan terhadap anak didik atau murid agar kelak setelah selesai

pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam

serta menjadikannaya way of life (jalan hidup). Guru agama sebagai pelaksana

utama dalam penyelenggaraan pendidikan agama akan senantiasa berhadapan

dengan anak didik yang memiliki perkembangan bakat, watak dan kemauan yang

bertumbuh secara individual. Ini berarti bahwa setiap anak harus menjadi pusat

perhatian dan semua kegiatan harus diarahkan kepada tercapainya tujuan

pendidikan agama.2

Dalam buku Education and Communication for Development dijelaskan

bahwa:

1 Frederick J. Mc. Donald, Educational Psychology, (San Francisco: Wadsworth

Publishing Company, Inc, 1984), hlm. 4 2 Abdur Rahman Saleh, Didaktik Pendidikan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976),

hlm. 20.

16

Page 2: BAB II METODE PEMBIASAAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.11 4. Faktor Pembiasaan

17

Learning is a process which brings about change in one’s way of responding as a result of practices of other experience. Pembelajaran adalah proses yang membawa perubahan dari sebuah cara untuk menjawab sebuah hasil dari praktek-praktek pengalaman yang berbeda.3

A. Metode Pembiasaan

1. Pengertian Pembiasaan

Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah "biasa". Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, "biasa" adalah 1) Lazim atau umum;

2) Seperti sedia kala; 3) Sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dari

kehidupan sehari-hari. Dengan adanya prefiks "fe" dan sufiks "an"

menunjukkan arti proses. Sehingga pembiasaan dapat diartikan dengan

proses membuat sesuatu / seseorang menjadi terbiasa.

Metode latihan atau yang sering disebut dengan nama-nama seperti

Metode Latihan Siap, Metode Pembiasaan, Metode Coaching, Metode

Drill merupakan suatu metode yang banyak dipergunakan guru baik di

dalam kelas maupun di luar kelas.

Metode latihan adalah suatu kegiatan melakukan hal yang sama,

berulang-ulang secara sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat

suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu ketrampilan, agar menjadi

bersifat permanen.

Ciri yang khas daripada metode ini adalah kegiatan yang berupa

pengulangan yang berkali dari suatu hal yang sama. Pengulangan ini

sengaja dilakukan berkali-kali supaya asosiasi antara stumulus dengan

suatu respon menjadi sangat kuat. Atau dengan kata lain, tidak mudah

dilupakan. Dengan demikian, terbentuklah pengetahuan siap atau

ketrampilan siap yang setiap saat siap untuk dipergunakan oleh yang

bersangkutan.

Dalam kaitannya dengan metode pengajaran dalam Pendidikan

Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat

3 Op Dahama dan Op Batnabar, Education and Communication for Development, (New

Delhi: Oxford and IBH Publishing Co, 1980), hlm. 163

Page 3: BAB II METODE PEMBIASAAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.11 4. Faktor Pembiasaan

18

dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak

sesuai dengan tuntutan ajaran Islam.

Oleh karena itu, sebagai awal dalam proses pendidikan,

pembiasaan merupakan cara yang sangat efektif dalam menanamkan nilai-

nilai moral ke dalam jiwa anak. Nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya ini

kemudian akan termanifestasikan dalam kehidupannya semenjak ia mulai

melangkah ke usia remaja dan dewasa.4 Pentingnya penanaman

pembiasaan ini sejalan dengan sabda Rasulullah saw sebagai berikut:

ل اهللا صلى اهللا عليه قال رسو: عن عمروبن شعيب، عن أبيه عن جده قالوسلم مروا أوالدكم بالصالة وهم أبناء سبع سنني واضرب بوهم عليها وهم

)رواه أبو داوود(أبناء عشر سنني، وفرقوا بينهم ىف املضاجع

Dari Umar bin Syuaib, dari bapaknya, dari kakeknya berkata Rasulullah saw bersabda: “Suruhlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun; dan pukullah mereka apabila meninggalkannya ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka”. (HR. Abu Dawud).5

Dalam teori perkembangan anak didik, dikenal ada teori

konvergensi, di mana pribadi dapat dibentuk oleh lingkungannya dengan

mengembangkan potensi dasar yang ada padanya. Potensi dasar ini dapat

menjadi penentu tingkah laku (melalui proses). Oleh karena itu, potensi

dasar harus selalu diarahkan agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan

baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan potensi

dasar tersebut adalah melalui kebiasaan yang baik.

Menurut Burghardt, kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan

kecenderungan respon dengan menggunakan stimulasi yang berulang-

ulang. Dalam proses belajar, pembiasaan juga meliputi pengurangan

perilaku yang tidak diperlukan. Karena proses penyusutan / pengurangan

4 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,

2002), hlm. 110. 5 Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid, Sunan Abi Dawud, Juz I (Indonesia: Maktabah

Dahlan, tt), hlm. 133.

Page 4: BAB II METODE PEMBIASAAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.11 4. Faktor Pembiasaan

19

inilah, muncul suatu pola bertingkah laku baru yang relatif menetap dan

otomatis.6

Oleh karena itu, pendekatan pembiasaan sesungguhnya sangat

efektif dalam menanamkan nilai-nilai positif ke dalam diri anak didik; baik

pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Selain itu pendekatan

pembiasaan juga dinilai sangat efisien dalam mengubah kebiasaan negatif

menjadi positif. Namun demikian pendekatan ini akan jauh dari

keberhasilan jika tidak diiringi dengan contoh tauladan yang baik dari si

pendidik.7

2. Dasar dan Tujuan Pembiasaan

1) Dasar Pembiasaan

Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang

sangat penting, terutama bagi anak-anak. Mereka belum menginsafi

apa yang disebut baik dan buruk dalam arti susila. Mereka juga belum

mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dikerjakan seperti pada

orang dewasa. Sehingga mereka perlu dibiasakan dengan tingkah laku,

keterampilan, kecakapan, dan pola pikir tertentu. Anak perlu

dibiasakan pada sesuatu yang baik. Lalu mereka akan mengubah

seluruh sifat-sifat baik menjadi kebiasaan, sehingga jiwa dapat

menunaikan kebiasaan itu tanpa terlalu payah, tanpa kehilangan

banyak tenaga, dan tanpa menemukan banyak kesulitan.8

Seseorang yang telah mempunyai kebiasaan tertentu akan dapat

melaksanakannya dengan mudah dan senang hati. Bahkan, segala

sesuatu yang telah menjadi kebiasaan dalam usia muda sulit untuk

dirubah dan tetap berlangsung sampai hari tua. Untuk mengubahnya

seringkali diperlukan terapi dan pengendalian diri yang serius.

Atas dasar ini, para ahli pendidikan senantiasa mengingatkan

agar anak-anak segera dibiasakan dengan sesuatu yang diharapkan

6 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm.118. 7Armai Arief, loc.cit.

8 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 101.

Page 5: BAB II METODE PEMBIASAAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.11 4. Faktor Pembiasaan

20

menjadi kebiasaan yang baik sebelum terlanjur mempunyai kebiasaan

lain yang berlawanan dengannya.

Tindakan praktis mempunyai kedudukan penting dalam Islam.

Islam dengan segala penjelasan menuntut manusia untuk mengarahkan

tingkah laku, instink, bahkan hidupnya untuk merealisasi hukum-

hukum ilahi secara praktis. Praktik ini akan sulit terlaksana manakala

seseorang tidak terlatih dan terbiasa untuk melaksanakannya.

2) Tujuan Pembiasaan

Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-

kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada.

Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri tauladan dan

pengalaman khusus juga menggunakan hukuman dan ganjaran.

Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-

kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras

dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual). Selain itu arti tepat

dan positif di atas ialah selaras dengan norma dan tata nilai moral yang

berlaku baik yang bersifat religius maupun tradisional dan kultural.9

3. Langkah Pembiasaan

Dalam menanamkan pembiasaan yang baik, Islam mempunyai

berbagai cara dan langkah, yaitu :

Islam menggunakan gerak hati yang hidup dan intuitif, yang secara

tiba-tiba membawa perasaan dari suatu situasi ke situasi yang lain dan dari

suatu perasaan ke perasaan yang lain. Lalu Islam tidak membiarkannya

menjadi dingin, tetapi langsung mengubahnya menjadi kebiasaan-

kebiasaan yang berkait-kait dengan waktu, tempat, dan orang-orang lain.10

Langkah-langkah pembiasaan yaitu pendidik hendaknya sesekali

memberikan motivasi dengan kata-kata yang baik dan sesekali dengan

petunjuk-petunjuk. Suatu saat dengan memberi peringatan dan pada saat

yang lain dengan kabar gembira. Kalau memang diperlukan, pendidik

9 Muhibbin Syah, op.cit., hlm. 123. 10 Salman Harun, Sistem Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1984), hlm. 367

Page 6: BAB II METODE PEMBIASAAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.11 4. Faktor Pembiasaan

21

boleh memberi sanksi jika ia melihat ada kemaslahatan bagi anak guna

meluruskan penyimpangan dan penyelewengannya.

Semua langkah tersebut memberikan arti positif dalam

membiasakan anak dengan keutamaan-keutamaan jiwa, akhlak mulia dan

tata cara sosial. Dari kebiasaan ini ia akan menjadi orang yang mulia,

berpikir masak dan bersifat istikomah.

Pendidik hendaknya membiasakan anak dengan teguh akidah dan

moral sehingga anak-anak pun akan terbiasa tumbuh berkembang dengan

akidah Islam yang mantap, dengan moral Al-Qur’an yang tinggi. Lebih

jauh mereka akan dapat memberikan keteladanan yang baik, perbuatan

yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.11

4. Faktor Pembiasaan

Faktor terpenting dalam pembentukan kebiasaan adalah

pengulangan, sebagai contoh seorang anak melihat sesuatu yang terjadi di

hadapannya, maka ia akan meniru dan kemudian mengulang-ulang

kebiasaan tersebut yang pada akhirnya akan menjadi kebiasan. Melihat hal

tersebut faktor pembiasaan memegang peranan penting dalam

mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk menanamkan

agama yang lurus.12

Pembiasaan merupakan proses pembelajaran yang dilakukan oleh

orang tua atau pendidik kepada anak. Hal tersebut agar anak mampu untuk

membiasakan diri pada perbuatan-perbuatan yang baik dan dianjurkan

baik oleh norma agama maupun hukum yang berlaku. Kebiasaan adalah

reaksi otomatis dari tingkah laku terhadap situasi yang diperoleh dan

dimanifestasikan secara konsisten sebagai hasil dari pengulangan terhadap

tingkah laku tersebut menjadi mapan dan relatif otomatis.

Supaya pembiasaan itu dapat lekas tercapai dan baik hasilnya,

harus memenuhi beberapa syarat tertentu, antara lain:

11Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1992), hlm. 64. 12 Armai Arief, op.cit., hlm. 665.

Page 7: BAB II METODE PEMBIASAAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.11 4. Faktor Pembiasaan

22

1) Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, jadi sebelum anak itu mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan.

2) Pembiasaan itu hendaklah terus menerus (berulang-ulang) dijalankan secara teratur sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang otomatis. Untuk itu dibutuhkan pengawasan.

3) Pembiasaan itu hendaklah konsekuen, bersikap tegas dan tetap teguh terhadap pendirian yang telah diambilnya. Jangan memberi kesempatan kepada anak untuk melanggar kebiasaan yang telah ditetapkan.

4) Pembiasaan yang mula-mulanya mekanistis itu harus makin menjadi pembiasaan yang disertai hati anak itu sendiri.13

Pendidikan agama melalui kebiasaan ini dapat dilakukan dalam

berbagai materi, misalnya:

1) Akhlak, berupa pembiasaan bertingkah laku yang baik, baik di sekolah

maupun di luar sekolah seperti: berbicara sopan santun, berpakaian

bersih.

2) Ibadat, berupa pembiasaan shalat berjamaah di mushala sekolah,

mengucapkan salam sewaktu masuk kelas, membaca "Basmallah" dan

"Hamdallah" tatkala memulai dan menyudahi pelajaran.

3) Keimanan, berupa pembiasaan agar anak beriman dengan sepenuh

jiwa dan hatinya, dengan membawa anak-anak memperhatikan alam

semesta, memikirkan dan merenungkan ciptaan langit dan bumi

dengan berpindah secara bertahap dari alam natural ke alam

supernatural.

4) Sejarah, berupa pembiasaan agar anak membaca dan mendengarkan

sejarah kehidupan Rasulullah SAW, para sahabat dan para pembesar

dan mujahid Islam, agar anak-anak mempunyai semangat jihad, dan

mengikuti perjuangan mereka.14

Pembentukan kebiasaan-kebiasaan tersebut terbentuk melalui

pengulangan dan memperoleh bentuknya yang tetap apabila disertai

dengan kepuasan. Menanamkan kebiasaan itu sulit dan kadang-kadang

13 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2002), hlm. 178. 14 Ramayulis, op.cit., hlm. 185.

Page 8: BAB II METODE PEMBIASAAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.11 4. Faktor Pembiasaan

23

memerlukan waktu yang lama. Kesulitan itu disebabkan pada mulanya

seseorang atau anak belum mengenal secara praktis sesuatu yang hendak

dibiasakannya. Apalagi kalau yang dibiasakan itu dirasakan kurang

menyenangkan. Oleh sebab itu dalam menanamkan kebiasaan diperlukan

pengawasan. Pengawasan hendaknya digunakan, meskipun secara

berangsur-angsur peserta didik diberi kebebasan. Dengan perkataan lain,

pengawasan dilakukan dengan mengingat usia peserta didik, serta perlu

ada keseimbangan antara pengawasan dan kebebasan.15

Pembiasaan hendaknya disertai dengan usaha membangkitkan

kesadaran atau pengertian terus menerus akan maksud dari tingkah laku

yang dibiasakan. Sebab, pembiasaan digunakan bukan untuk memaksa

peserta didik agar melakukan sesuatu secara otomatis, melainkan agar ia

dapat melaksanakan segala kebaikan dengan mudah tanpa merasa susah

atau berat hati.

Atas dasar itulah, pembiasaan yang pada awalnya bersifat

mekanistis hendaknya diusahakan agar menjadi kebiasaan yang disertai

kesadaran (kehendak dan kata hati) peserta didik sendiri. Hal ini sangat

mungkin apabila pembiasaan secara berangsur-angsur disertai dengan

penjelasan-penjelasan dan nasihat-nasihat, sehingga makin lama timbul

pengertian dari peserta didik.16

Pembiasaan merupakan metode pendidikan yang jitu dan tidak

hanya mengenai yang batiniah, tetapi juga lahiriah. Kadang-kadang ada

kritik terhadap pendidikan dengan pembiasaan karena cara ini tidak

mendidik siswa untuk menyadari dengan analisis apa yang dilakukannya.

Kelakuannya berlaku secara otomatis tanpa ia mengetahui baik buruknya.

Sekalipun demikian, tetap saja metode pembiasaan sangat baik digunakan

karena kita biasakan biasanya adalah benar. Ini perlu disadari oleh guru

sebab perilaku guru yang berulang-ulang, sekalipun hanya dilakukan

secara main-main akan mempengaruhi anak didik untuk membiasakan

15 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 189. 16 Ibid., hlm. 191.

Page 9: BAB II METODE PEMBIASAAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.11 4. Faktor Pembiasaan

24

perilaku itu. Karena pembiasaan berintikan pengulangan, maka metode

pembiasaan juga berguna untuk menguatkan hafalan.17

Beberapa petunjuk dalam menanamkan kebiasaan:

1. Kebiasaan jelek yang sudah terlanjur dimiliki anak, wajib sedikit demi sedikit dilenyapkan dan diganti dengan kebiasaan yang baik.

2. Sambil menanamkan kebiasaan, pendidik terkadang secara sederhana menerangkan motifnya, sesuai dengan tingkatan perkembangan anak didik.

3. Sebelum dapat menerima dan mengerti motif perbuatan, kebiasaan ditanamkan secara latihan terus menerus disertai pemberian penghargaan dan pembetulan.

4. Kebiasaan tetap hidup sehat, tentang adat istiadat yang baik, tentang kehidupan keagamaan yang pokok, wajib sejak kecil sudah mulai ditanamkan.

5. Pemberian motif selama pendidikan suatu kebiasaan, wajib disertai usaha menyentuh perasaan suka anak didik. Rasa suka ini wajib selalu meliputi sikap anak didik dalam melatih diri memiliki kebiasaan.18

5. Kekurangan dan kelebihan metode pembiasaan

a. Kelebihan

1) Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dengan mempergunakan

metode ini akan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.

2) Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan tidak memerlukan banyak

konsentrasi dalam pelaksanaannya.

3) Pembentukan kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang

kompleks, rumit menjadi otomatis.

b. Kekurangan

1) Metode ini dapat menghambat bakat dan insiatif murid, karena

murid lebih banyak dibawa kepada konformitas dan diarahkan

kepada uniformitas.

2) Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang

merupakan hal yang monoton mudah membosankan.

17Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1994), hlm. 144. 18 Soejono, op.cit., hlm.

Page 10: BAB II METODE PEMBIASAAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.11 4. Faktor Pembiasaan

25

3) Membentuk kebiasaan yang kaku karena murid lebih banyak

ditujukan untuk mendapatkan kecakapan memberikan respon

secara otomatis, tanpa menggunakan intelegensinya.

4) Dapat menimbulkan verbalisme karena murid lebih banyak dilatih

menghafal soal-soal dan menjawabnya secara otomatis.19

5) Latihan yang terlampau berat dapat menimbulkan perasaan benci

dalam diri murid, baik terhadap mata pelajarannya maupun

terhadap dirinya.

6) Karena tujuan latihan adalah untuk mengokohkan asosiasi tertentu

maka murid akan terasa asing terhadap stimulus-stimulus baru.20

c. Cara mengatasi kelemahan

1) Latihan hanya untuk bahan atau tindakan yang bersifat otomatis.

2) Latihan harus memiliki arti yang luas karenanya harus dijelaskan

terlebih dahulu tujuan latihan tersebut agar murid dapat memahami

latihan bagi kehidupan siswa dan agar murid perlu mempunyai

sikap bahwa latihan itu diperlukan untuk melengkapi belajar

3) Masa latihan harus relatif singkat tetapi harus sering dilakukan

pada waktu-waktu tertentu.

4) Latihan harus menarik, gembira dan tidak membosankan, untuk itu

perlu dibandingkan minat intrinsik, tiap-tiap kemajuan yang

dicapai murid harus jelas, hasil latihan terbaik dengan

menggunakan sedikit emosi.

5) Proses latihan dan kebutuhan-kebutuhan harus disesuaikan dengan

proses perbedaan individual.21

6. Nilai Kebiasaan

1. Kebiasaan mengenalkan anak didik pada kaidah luhur dan keingkarannya.

2. Kebiasaan memupuk rasa suka kepada perbuatan yang luhur dan tidak menyukai perbuatan kebalikannya.

19 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2003), hlm.

217. 20 Jusuf Djayadisastra, op.cit., hlm. 66. 21 Syaiful Sagala, op.cit., hlm. 218.

Page 11: BAB II METODE PEMBIASAAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.11 4. Faktor Pembiasaan

26

3. Kebiasaan mempercepat pertengkaran motif sebelum terjadi pemilihan dan penentuan pilihan atas motif yang luhur.

4. Kebiasaan memperkuat kemauan anak didik untuk melaksanakan perbuatan yang telah dipilihnya.22

B. Pengertian PAI

Di dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pasal 1 dijelaskan bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalaian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.”23

Pengertian pendidikan bahkan lebih diperluas cakupannya sebagai

aktivitas dan fenomena. Pendidikan sebagai aktivitas, berarti upaya yang

secara sadar dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang

dalam mengembangkan pandangan hidup (bagaimana orang akan menjalani

dan memanfaatkan hidup dan kehidupannya), sikap hidup dan ketrampilan

hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun mental dan sosial.

Sedangkan pendidikan sebagai fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara

dua orang atau lebih yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan

hidup pada salah satu atau beberapa pihak.24

Sedangkan dalam Buku Pedoman PAI di Sekolah Umum dijelaskan

bahwa “Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan usaha sadar dan terencana

untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan

mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau

latihan”.

PAI yang hakikatnya merupakan sebuah proses itu, dalam

perkembangannya juga dimaksudkan sebagai rumpun mata pelajaran yang

22 Soejono, op.cit., hlm. 159. 23 Tim Redaksi Fokus Media, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Nomor 20

tahun 2003), (Bandung: Fokus Media, 2003), hlm. 3. 24 Muhaimin, et.al, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001),

hlm. 37.

Page 12: BAB II METODE PEMBIASAAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.11 4. Faktor Pembiasaan

27

diajarkan di sekolah maupun di perguruan tinggi. Jadi berbicara tentang PAI

maka dapat dimaknai dalam dua pengertian; sebagai sebuah proses penanaman

ajaran agama Islam, maupun sebagai bahan kajian yang menjadi materi proses

itu sendiri. 25

C. Dasar Pendidikan Agama Islam

Dasar adalah landasan untuk berdirinya sesuatu. Fungsi dasar ialah

memberikan arah kapada tujuan yang yang akan dicapai dan sekaligus sebagai

landasan untuk berdirinya sesuatu. Setiap negara mempunyai dasar

pendidikannya sendiri. Ia merupakan pencerminan dari falsafah hidup suatu

bangsa. Berdasarkan pada dasar itulah pendidikan suatu bangsa disusun. Dan

oleh karena itu maka sistem pendidikan setiap bangsa itu berbeda karena

mereka mempunyai falsafah hidup yang berbeda.26

Pengertian dasar pendidikan yaitu pandangan yang mendasari seluruh

aktifitas pendidikan. Dasar Pendidikan Agama Islam berarti sesuatu yang

dijadikan bahan pijakan dan sumber ajaran untuk berdiri tegak Pendidikan

Agama Islam. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam mempunyai dasar yang

kuat, baik secara yuridis, religius maupun sosial psikologi.

1. Dasar Yuridis

Yaitu dasar-dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam yang

berasal dari peraturan perundangan di Indonesia yang secara langsung

dapat dapat dijadikan pegangan dalam pelaksanaan pendidikan agama.

Dasar yuridis ini meliputi:

a. Dasar Idiil

Yaitu falsafah negara Pancasila, yang pada sila ke satu

berbunyi: “Ketuhanan Yang Maha Esa” memberi pengertian bahwa

seluruh elemen bangsa Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang

Maha Esa, dengan kata lain harus beragama. 27 Dalam ketetapan MPR

25 Abdul Aziz, Pedoman Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum, (Jakarta:

Departemen Agama, 2004), hlm. 2. 26 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), hlm. 12. 27 Ibid., hlm. 19.

Page 13: BAB II METODE PEMBIASAAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.11 4. Faktor Pembiasaan

28

No.II/MPR/1978 tentang P4 (Eka Prasetya Pancakarsa) disebut:

“Bahwa dengan sila ketuhanan Yang Maha Esa bangsa Indonesia

menyatakan kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut

dasar kemenusiaan yang adil dan beradab.”

Untuk mendidik menjadikan manusia yang bertaqwa kepada

Tuhan yang Maha Esa diperlukan adanya pendidikan agama yang

dilaksanakan dalam lembaga pendidikan formal, non formal dan in

formal. Dalam pendidikan sekolah telah terlihat usaha positif yang

dilakukan pemerintah dengan menjadikan bidang studi “pendidikan

agama” menjadi mata pelajaran wajib disekolah-sekolah mulai tingkat

sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi baik negeri maupun

swasta.28

b. Dasar Struktural

Dasar struktural adalah UUD 1945; dalam Bab XI pasal 29 ayat

1 dan 2 berbunyi :

(1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan

kepercayaannya itu.

Bunyi dari pada Undang-Undang di atas mengandung

pengertian bahwa bangsa Indonesia harus beragama. Dalam arti orang-

orang atheis dilarang hidup di negara Indonesia.

Disamping itu negara melindungi umat beragama untuk

menunaikan ajaran agamanya dan beribadah menurut agamanya

masing-masing, karena itu agar umat beragama tersebut dapat

menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran masing-masing memerlukan

adanya pendidikan agama.

28 Zuhairini, et.al, Metodologi Pendidikan Agama, ( Solo : Ramadhani,1993), hlm.18.

Page 14: BAB II METODE PEMBIASAAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.11 4. Faktor Pembiasaan

29

c. Dasar Operasional

Dasar operasional adalah dasar yang mengatur secara langsung

pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah. Dikukuhkan dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang

sistem pendidikan nasional seperti berikut: pendidikan nasional

berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 1945. Dalam rumusan

itu lebih ditegaskan antara lain bahwa tujuan pendidikan nasional

adalah untuk meningkatkan kualitas manusia yaitu manusia yang

beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dengan

sendirinya bidang studi pendidikan agama haruslah menyatu dalam

seperangkat kurikulum dalam setiap jenjang pendidikan, apakah itu

perguruan tinggi negeri maupun swasta.29

Kemudian dipertegas lagi dengan memberlakukan undang-

undang baru yang terangkum dalam UUSPN No. 20 Tahun 2003

tentang sisitem pendidikan nasional yang diwujudkan dalam bentuk

kurikulum berbasis kompetensi (KBK).

2. Dasar Religius

Yang dimaksud dasar religius adalah dasar yang bersumber dari

ajaran Islam yang tertera dalam Al-Qur’an dan Al Hadits. Menurut ajaran

agama Islam, bahwa melaksanakan pendidikan agama adalah merupakan

perintah dari Allah SWT dan merupakan perwujudan ibadah kepada

Nya30.

Selain itu agama juga berarti fitrah yang mengandung makna

secara keagamaan adalah agama tauhid atau mengesakan Tuhan. Bahwa

manusia sejak lahirnya telah memiliki agama bawaan secara alamiah, yaitu

agama tauhid dan manusia juga sangat membutuhkan agama sejak mereka

lahir.31

29 Ramayulis, op.cit., hlm. 20. 30 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,

konsep dan Implementasi kurikulum 2004,(Bandung : remaja Rosda Karya, 2004) hlm. 133. 31 Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm.

148.

Page 15: BAB II METODE PEMBIASAAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.11 4. Faktor Pembiasaan

30

Seperti disebutkan dalam Al-Qur’an surat Ar Ruum ayat 30 :

ى فطر الناس عليها ال تبديل لخلق اهللا لتقم وجهك للدين حنيفا فطرت اهللا اأف .ذلك الذين القيم ولكن أكثر الناس ال يعلمون

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahn pada fitrah Allah. (Itulah ) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”32

Dalam ayat itu secara harfiah dijelaskan bahwa manusia diciptakan

dengan acuan fitrah Allah, yaitu agama yang lurus.33

Dalam hadits disebutkan:

ما من مولود اال يولد . م.ال رسول اهللا صق: نه كان يقول اةير أىب هرعن ) .رواه مسلم(على الفطرة فأبواه يهودانه، ينصرانه، او ميجسانه

Dari Abu Hurairah, sesungguhnya ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda tidaklah anak itu dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang mempengaruhi anak itu menjadi Yahudi, Nasrani, dan Majusi (HR. Muslim).34

3. Dasar Sosio Psikologis

Indonesia adalah sebuah negara besar yang memiliki penduduk

ratusan juta jiwa. Indonesia juga adalah Negara yang mayoritas

penduduknya memeluk agama Islam. Menurut sebuah perhitungan

manusia, muslim Indonesia adalah jumlah pemeluk agama Islam terbesar

di dunia. Jika dibandingkan dengan negara-negara muslim lainnya,maka

penduduk muslim Indonesia dari segi jumlah tidak ada yang menandingi.

Jumlah yang besar tersebut sebenarnya merupakan sumber daya manusia

dan kekuatan yang sangat besar, bila mampu dioptimalkan peran dan

kualitasnya dalam peningkatan mutu Pendidikan Agama Islam baik di

32 R.H.A Soenarjo dkk, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara

Penterjemah/ Pentafsir Al-Qur’an, 1971), hlm. 645. 33 Baharuddin, op.cit., hlm.152. 34 Imam Abu Husein Muslim bin Hijaj Al-Qusyairy An-Naisabury, Shahih Muslim, Juz.

II, (Bandung-Indonesia, t.th), hlm. 458.

Page 16: BAB II METODE PEMBIASAAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.11 4. Faktor Pembiasaan

31

sekolah maupun di lingkungan luar sekolah, dalam hal ini termasuk

keluarga.35

Alasan di atas menjadi dasar sosial dari Pendidikan Agama Islam

yaitu dasar kejiwaan dan sosial manusia dalam membutuhkan pendidikan

Agama Islam. Manusia dalam hidupnya di dunia senantiasa membutuhkan

ajaran agama untuk pedoman hidup sehingga agama merupakan

standarisasi nilai-nilai sosial di masyarakat dan berfungsi memberikan

inspirasi perkembangan sosial kemasyarakatan. Untuk melestarikan ajaran

agama Islam, maka sangat perlu penyelenggaraan Pendidikan Agama

Islam.

Secara psikologis, agama sangat dibutuhkan secara individual

sehingga Pendidikan Agama Islam sangat urgen diperlukan untuk

memberikan bimbingan, arahan dan pengajaran bagi setiap muslim agar

dapat beribadah dan bermuamalah sesuai dengan ajaran Islam.

D. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Mahmud Yunus dalam bukunya yang berjudul Metodik Khusus

Pendidikan Agama mengemukakan bahwa:

Tujuan pendidikan agama ialah mendidik anak-anak, pemuda-pemudi dan orang dewasa supaya menjadi seorang muslim sejati, beriman teguh, beramal sholeh dan berakhlak mulia, sehingga ia menjadi salah seorang anggota masyarakat yang sanggup hidup di atas kaki sendiri, mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya, bahkan sesama umat manusia.36

Yang dimaksud tujuan pendidikan yaitu sasaran-sasaran yang akan

dicapai oleh pendidik setelah melalui proses Pendidikan Agama Islam,

sehingga selain berfungsi sebagai pemberi arah dan motivasi, tujuan juga

berfungsi sebagai ukuran untuk menilai berhasil tidaknya suatu proses

pendidikan tersebut.

35 Amin Abdullah dan Rahmat, Pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi,

(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2004), hlm. 58. 36 Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: Hidakarya Agung,

1983), hlm. 13.

Page 17: BAB II METODE PEMBIASAAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.11 4. Faktor Pembiasaan

32

Menurut Ibnu Sina sebagaimana yang dikutip oleh Abuddin Nata,

bahwa tujuan pendidikan harus diarahkan pada pengembangan seluruh potensi

yang dimiliki seseorang ke arah perkembangan yang sempurna, yaitu

perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti, selain itu tujuan pendidikan

menurut Ibnu Sina harus diarahkan pada upaya mempersiapkan seseorang agar

dapat hidup di masyarakat secara bersama-sama dengan melakukan pekerjaan

atau keahlian yang sesuai dengan bakat, kesiapan, kecenderungan dan potensi

yang dimilikinya.37

Pendidikan Agama Islam pada sekolah umum bertujuan meningkatkan

keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa terhadap ajaran

agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang bertakwa kepada Allah

SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Tujuan Pendidikan Agama Islam ini mendukung

dan menjadi bagian dari tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan

oleh pasal 3 Bab II Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Tujuan umum PAI ini terelaborasi untuk masing-masing

satuan pendidikan dan jenjangnya, dan kemudian dijabarkan menjadi

kompetensi-kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa.38

Pendidikan Agama Islam seharusnya bukan sekedar untuk menghafal

beberapa dalil agama atau beberapa syarat rukun setiap ibadah, namun

merupakan upaya, proses, usaha mendidik murid untuk memahami atau

mengetahui sekaligus menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Islam dengan

cara membiasakan anak mempraktekkan ajaran Islam dalam kesehariannya.

Ajaran Islam sejatinya untuk diamalkan bukan sekedar dihafal. Bahkan lebih

dari itu mestinya sampai pada kepekaan akan amaliah Islam itu sendiri

sehingga mereka mampu berbuat amar ma’ruf dan nahi munkar. Lebih dari

37 Abudin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, 2001),

hlm. 67. 38 Abdul Aziz, op.cit., hlm. 4.

Page 18: BAB II METODE PEMBIASAAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.11 4. Faktor Pembiasaan

33

itu, pendidikan seharusnya mempunyai tujuan akhir untuk mendidik siswa

berperilaku religius.39

Rumusan tujuan berkenaan dengan apa yang hendak dicapai

Muhammad al-Munir sebagaimana dikutip dalam buku Pendidikan Agama

Islam Berbasis Kompetensi yang ditulis oleh Abdul Majid dan Dian Andayani

menjelaskan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah:

1) Tercapainya manusia seutuhnya, karena Islam adalah agama yang sempurna di antara tanda predikat manusia seutuhnya adalah berakhlak mulia. Islam datang untuk mengantarkan manusia kepada predikat manusia seutuhnya.

2) Tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat merupakan tujuan yang seimbang.

3) Menumbuhkan kesadaran manusia mengabdi, dan takut kepada-Nya.40 Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Adz-Dzaariyat ayat 56:

وماإلقلا خو الجن نتودباال ليع سن.

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku".41

Tujuan PAI di tingkat SLTP adalah:

1. Meningkatkan kemampuan murid membaca Al-Qur’an secara baik dan

benar.

2. Mempererat hubungan murid dengan kitabullah sehingga mereka akan

merasa indah dengan metode yang dipakai oleh Al-Qur’an.

3. Menjelaskan maksud Al-Qur’an tentang tanda-tanda kekuasaan Allah dan

menganjurkan mereka mempelajari tentang sifat-sifatnya.

4. Membekali murid dengan berbagai ibadah, hukum-hukum agama dan

problema-problema masyarakat agar agama dan ibadah mereka benar serta

bermoral tinggi.

5. Menjelaskan bahwa sunnah Rasul berfungsi sebagai penafsir Al-Qur’an.

6. Menganjurkan kepada murid mengikuti jejak para sahabat dan pahlawan

muslim yang shaleh dan merasa bangga atas kepahlawanan mereka. Hal

39 A. Qodri A. Azizy, Pendidikan (Agama) Untuk Membangun Etika Islam, (Semarang: Aneka Ilmu, 2003), hlm. 65.

40 Abdul Majid dan Dian Andayani, op.cit., hlm. 75. 41 R.H.A. Soenarjo, op.cit., hlm. 862.

Page 19: BAB II METODE PEMBIASAAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.11 4. Faktor Pembiasaan

34

tersebut membuat mereka berpegang kepada persatuan dan persaudaraan

yang didasarkan kepada Islam.

7. Para murid agar menerapkan pelajaran ini dalam kehidupannya dan dalam

berbagai kegiatan, baik kegiatan agama maupun kegiatan sosial.42

Jadi kewajiban yang pertama dan utama bagi sekolah-sekolah

menengah, ialah berusaha memperkuat perasaan keagamaan dalam jiwa

pelajar-pelajar putra-putri serta mendidik mereka dengan pendidikan agama

yang betul, agar supaya tetap ada kepercayaan agama dalam hati mereka dan

kelihatan pengaruhnya pada akhlak dan amal perbuatan mereka. 43

Pendidikan Agama dan spiritual termasuk aspek-aspek pendidikan

yang harus mendapat perhatian penuh untuk pendidik terutama keluarga.

Pendidikan agama dan spiritual ini berarti membangkitkan kekuatan dan

kesediaan spiritual yang bersifat naluri yang ada pada anak melalui bimbingan

agama. Begitu juga membekali anak dengan pengetahuan agama dan

kebudayaan Islam sesuai dengan tingkat perkembangannya. Yang pertama

sekali harus ditanamkan kepada anak adalah keimanan yang kuat kepada

Allah, kemudian iman kepada malaikat, kitab-kitab yang diturunkan Allah,

Rasul-rasul Allah, hari akhir dan kepercayaan bahwa semua perbuatan

manusia selalu di bawah pengawasan Allah.44

Dengan hidup beragama yang sadar akan hakekat keterbatasan dirinya

dan relevansinya dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Maka kepercayaan kepada

Tuhan secara pribadi dapat memberikan kepada manusia rasa aman, kuat,

terlindung, teguh, yakin, diperlakukan adil dan berpengharapan baik di masa

sekarang di dunia maupun akhirat nanti. Dan dasar-dasar pertama dari

bimbingan religius sedemikian rupa sudah harus ditanamkan di tengah

lingkungan keluarga oleh orang lain.

42 Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam,

(Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana dan Perguruan Tinggi Agama/ IAIN di Jakarta, 1984/1985), hlm. 248.

43 Mahmud Yunus, op.cit., hlm. 11. 44 Zakiah Daradjat, Mendambakan Anak Sholeh, (Bandung: Al-bayan, 1998), hlm. 69.

Page 20: BAB II METODE PEMBIASAAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.11 4. Faktor Pembiasaan

35

Agama juga mengajarkan hakikat relasi manusia dengan sesama hidup,

yaitu supaya saling menghormati, menyayangi, serta hidup rukun

berdampingan dengan damai. Oleh karena itu agama bisa dipakai sebagai alat

pendidikan menuju ke arah kesempurnaan hidup manusia.45

E. Materi Pendidikan Agama Islam

Bahan pengajaran yang hendak dijadikan materi dalam program

pengajaran Bidang Studi Pendidikan Agama dicerminkan di dalam Garis-

Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) dari suatu kurikulum.

Dalam hubungan ini penyusunan bahan pengajaran Pendidikan Agama

Islam, yang hendak dijadikan program pengajaran haruslah meliputi

keseluruhan ajaran agama Islam dengan memperhatikan aspek-aspek:

1. Hubungan Manusia Dengan Tuhan

Hubungan vertikal antara insan dengan khaliknya mendapatkan

prioritas pertama dalam penyusunan bahan pengajaran, karena pokok

ajaran inilah yang pertama-tama perlu ditanamkan kepada anak didik.

Tujuan kurikuler yang hendak dicapai dalam hubungan manusia dengan

Allah ini mencakup segi keimanan, rukun Islam dan Ihsan. Termasuk di

dalamnya membaca Al-Qur'an dan menulis huruf Al-Qur'an.

Untuk tingkat SMP aspek ini diperlukan pengertiannya dengan

mengemukakan alasan-alasan dalil naqli maupun aqli, sehingga anak didik

yang telah meningkat remaja itu dapat menyelesaikan pertanyaan-

pertanyaan yang timbul dalam pikirannya mengenai segi-segi yang ghaib.

Selanjutnya dapat memahami alasan-alasan terhadap apa yang telah

diyakininya selama ini.

2. Hubungan Manusia dengan Manusia

Aspek pergaulan hidup manusia dengan sesamanya sebagai pokok

ajaran Islam penting ditempatkan pada prioritas kedua dalam urutan

kurikulum ini. Tujuan kurikulum yang hendak dicapai dengan kurikulum

45 Kartini Kartono, Tujuan Pendidikan Nasional, (Jakarta: Pradya Paramita, 1997), hlm.

61.

Page 21: BAB II METODE PEMBIASAAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.11 4. Faktor Pembiasaan

36

ini mencakup segi kewajiban dan larangan di dalam bidang pemilikan,

jasa, kebiasaan hidup bersih dan sehat jasmaniah dan rohaniah, dan sifat-

sifat kepribadian yang baik.

Penyajian untuk tingkat SMP dilengkapi dengan dalil dan aqli,

sehingga dengan demikian aspek-aspek yang diajarkan mengenai

pergaulan hidup dapat dilaksanakan dengan kesadaran bukan sekedar ikut-

ikutan.

3. Hubungan Manusia dengan Alam

Aspek hubungan manusia dengan alam mempunyai dua arti untuk

kehidupan anak didik:

a. Mendorong anak didik untuk mengenal alam. Selanjutnya mencintai

manfaat sebanyak-banyaknya. Tentu dengan demikian secara tidak

langsung mendorong mereka untuk ikut ambil bagian dalam

pembangunan, baik untuk dirinya maupun untuk masyarakat dan

negara.

b. Dengan mengenal alam dan mencintainya, anak didik akan mengetahui

keindahan dan kehebatan alam semesta. Hal yang demikian akan

menambah iman mereka kepada Allah SWT sebagai Maha

penciptanya.

Tujuan kurikuler yang hendak dicapai mencakup segi cinta alam dan

turut serta untuk memelihara, mengolah dan memanfaatkan alam sekitar; sikap

syukur terhadap nikmat Allah SWT; mengenal hukum-hukum agama tentang

makanan dan minuman.

Pada tingkat SMP penyajian materi tersebut dilengkapi dengan dalil

naqli dan aqli, sehingga anak didik memahami bahwa apa yang diajarkan guru

agamanya itu bukanlah pendapat mereka sendiri, tetapi bersumber kepada Al-

Qur'an dan hadits Nabi.46

Sebagaimana kita ketahui ajaran pokok Islam adalah meliputi: masalah

aqidah (keimanan), syariah (keislaman) dan akhlak (ihsan). Aqidah bersifat

46 Abdur Rahman Saleh, op.cit, hlm. 45.

Page 22: BAB II METODE PEMBIASAAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.11 4. Faktor Pembiasaan

37

I'tikad batin, mengajarkan ke-Esaan Allah, Esa sebagai Tuhan yang

menciptakan, mengatur dan meniadakan alam ini.

Syari'ah berhubungan dengan amal lahir dalam rangka mentaati semua

peraturan dan hukum Tuhan, guna mengatur hubungan antara manusia dengan

Tuhan, dan mengatur pergaulan hidup dan kehidupan manusia. Akhlak suatu

amalan yang bersifat pelengkap penyempurna bagi kedua amal di atas dan

yang mengajarkan tentang cara pergaulan hidup manusia.

Tiga inti ajaran pokok ini kemudian dijabarkan dalam bentuk rukun

iman, rukun Islam, dan akhlak. Dari ketiganya lahirlah ilmu Tauhid, ilmu fiqh,

dan ilmu akhlak. Ketiga kelompok ilmu agama ini kemudian dilengkapi

dengan pembahasan dasar hukum Islam yaitu Al-Qur'an dan al-Hadits serta

ditambah lagi dengan sejarah Islam (tarikh) sehingga secara berurutan:

1) Ilmu Tauhid (Keimanan)

2) Ilmu Fiqh

3) Al-Qur'an.

4) Al-Hadis.

5) Tarikh Islam.47

F. Strategi Pembelajaran PAI

Yang dimaksud strategi secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu

garis besar haluan bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

Menurut Newman dan Longman, dalam bukunya yang berjudul Strategy

Policy and Central Management (1971:8), sebagaimana dikutip dalam buku

“Psikologi Pendidikan”, strategi dasar dari setiap usaha akan mencakup

keempat hal sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out

put) seperti apa yang harus dicapai menjadi sasaran (target) usaha itu,

dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang

memerlukan.

47 Abdul Majid dan Dian Andayani, op.cit., hlm. 77.

Page 23: BAB II METODE PEMBIASAAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.11 4. Faktor Pembiasaan

38

b. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan umum (basic ways)

manakah yang dipandang paling ampuh (effective) guna mencapai sasaran

tersebut.

c. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) mana yang

akan ditempuh sejak titik awal sampai kepada titik akhir dimana

tercapainya sasaran tersebut.

d. Mempertimbangkan dan menetapkan tolak ukur (criteria) dan patokan

ukuran (standard) yang bagaimana dipergunakan dalam mengukur dan

menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha tersebut.

Kalau kita terapkan dalam konteks pendidikan, keempat unsur strategi

dasar tersebut akan sejalan sekali dengan keempat tahapan langkah utama dari

pola dasar PPSI, yang dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan profil prilaku dan

pribadi siswa (dalam arti yang lebih luas: lulusan) yang seperti apa atau

bagaimana yang harus dicapai dan menjadi sasaran dari kegiatan belajar

mengajar itu berdasarkan aspirasi atau pandangan hidup dan selera

masyarakat yang bersangkutan untuk digunakan dalam mengidentifikasi

entering behavior para siswanya.

b. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar utama yang dipandang paling

efektif guna mencapai sasaran tersebut, sehingga dapat dijadikan pegangan

oleh para guru dalam merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan

belajar mengajar atau pengalaman belajar (learning experiences) siswa.

c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan tehnik belajar mengajar

(teaching methods) yang bagaimana yang dipandang paling efektif dan

efisien serta produktif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh para guru

dalam melaksanakan kegiatan mengajar.

d. Menetapkan norma-norma dan batasan minimum ukuran keberhasilan atau

kriteria dan ukuran baku keberhasilan, sehingga dapat dijadikan pegangan

oleh para guru dalam melakukuan pengukuran dan evaluasi hasil kegiatan

belajar mengajar, yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik (feedback)

Page 24: BAB II METODE PEMBIASAAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.11 4. Faktor Pembiasaan

39

bagi upaya penyempurnaan system instruksional yang bersangkutan secara

keseluruhan.48

G. Metode Pendidikan Agama Islam

Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan, yaitu metha dan

hodos. Metha berarti "melalui" dan hodos berarti "jalan" atau "cara". Dengan

demikian metode dapat berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk

mencapai suatu sarana untuk menemukan, menguji dan menyusun data yang

diperlukan bagi pengembangan disiplin tersebut. 49

Selanjutnya jika kata metode tersebut dikaitkan dengan pendidikan

Islam, dapat membawa arti metode sebagai jalan untuk menanamkan

pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga terikat dalam pribadi Islam.

Metode pengajaran yang baik sebenarnya bisa beragam cara. Namun

satu metode itu harus bisa menciptakan iklim yang enjoy untuk proses belajar

ini. Jangan sampai siswa itu merasakan takut, khawatir, was-was dan

sebagainya. Perasaan-perasaan seperti itu jelas mengganggu proses kreatifitas,

sebab jiwa selalu dalam tekanan terus menerus. Maka dari itu seorang guru

harus tahu bagaimana proses belajar yang baik. Setidak-tidaknya seorang guru

itu harus tahu mengenai konsep siswa, guru itu sendiri, mata pelajaran dan

bagaimana mengajar dengan menyenangkan.50

Adapun macam-macam metode dalam Pendidikan Agama Islam

sebagaimana dikutip dalam buku Filsafat Pendidikan Islam karangan Abuddin

Nata, adalah:

1. Metode Teladan

Metode ini dianggap penting karena aspek agama yang terpenting adalah

akhlak yang termasuk dalam kawasan afektif yang terwujud dalam bentuk

48 Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2001), hlm. 220. 49 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat

Press, 2002), hlm. 40. 50 Muarif, Wacana Pendidikan Kritis, (Yogyakarta: IRCISOD, 2005), hlm. 200.

Page 25: BAB II METODE PEMBIASAAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.11 4. Faktor Pembiasaan

40

tingkah laku (behavioral). Dalil tentang metode teladan terdapat dalam Q.S

Al-Ahzab ayat 21:

فى ر كان لكم م االخر لقدواليا اهللا ووجركان ي نة لمنسة حول اهللا أسوس ).21:االحزاب(وذكراهللا كثيرا

“Sesungguhnya telah ada pula (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.51

2. Metode Kisah-Kisah

Kisah atau cerita sebagai suatu metode pendidikan ternyata mempunyai

daya tarik yang menyentuh perasaan. Islam menyadari sifat alamiah

manusia untuk menyenangi cerita itu, dan menyadari pengaruhnya yang

besar terhadap perasaan. Oleh karena itu Islam mengeksploitasi cerita itu

untuk dijadikan salah satu teknik pendidikan.

3. Metode Nasihat

Menurut Al-Qur'an metode nasihat hanya diberikan kepada mereka yang

melanggar peraturan, dan bisa ini terjadi, tetapi jarang terjadi. Dengan

demikian metode nasihat nampaknya lebih ditujukan kepada murid-murid

atau siswa-siswa yang melanggar peraturan.52 Metode nasihat ini telah

dijelaskan oleh Allah SWT dalam Q.S. Al-A’raaf ayat 79 sebagai berikut:

فتولى عنهم وقال يقوم لقد أبلغتكم رسالة ربى ونصحت لكم ولكن ال نصحين النوحب79:االعراف(ت.(

“Maka Shaleh meninggalkan mereka seraya berkata: “Hai kaumku sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, dan aku telah memberi nasehat kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang memberi nasehat”.53

4. Metode Tanya Jawab

51 R.H.A. Soenarjo, op.cit., hlm. 670. 52 Abudin Nata, op.cit., hlm. 95. 53 R.H.A. Soenarjo, op.cit., hlm. 234.

Page 26: BAB II METODE PEMBIASAAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.11 4. Faktor Pembiasaan

41

Ialah suatu tehnik mendidik dan mengajar dengan menggunakan tanya

jawab tentang bahan (materi) yang akan dibahas yang dilakukan baik oleh

guru maupun anak didik.

5. Metode Diskusi

Adalah suatu teknik pendidikan yang digunakan untuk mendalami,

memecahkan dan mengembangkan gagasan melalui Tanya jawab dan

pernyataan-pernyataan pendapat baik yang positif maupun yang negative,

baik secara terbimbing maupun terbuka.

6. Metode Demonstrasi dan Eksperimen

Demonstrasi ialah mengajar dengan jalan memberi contoh atau menugasi

anak didik untuk memberi contoh kepada yang lainnya. Eksperimen

adalah tehnik pengajaran yang melibatkan anak didik dalam pekerjaan

akademis, latihan dan pemecahan masalah atau topik.54

Dalam buku Education Psychology in the Classroom karya Henry Clay

Lindgren ada beberapa metode yang bisa digunakan oleh guru dalam kalas,

antara lain:

1. Group Guidance - Some people think of group guidance as a way of providing a

substitute for counseling and other forms of individual guidance. - It means of helping children to attain educational objectives that

are less academic, objectives that are characterized by attitudes and feelings, that are in the area of say, personal and social problems.

2. The Class Discussion A learning situation which permits student to poor ideas and judgements, sometimes to solve a problem and come to a common decision and sometimes to “ventilate” that is, to “get things of their chest”.

3. The Use of “Buzz Groups” Buzz group are also helpful as “warm up” devices. Buzz session also

help a classroom group to become involved in a new subject. 4. Role Playing or Sociodrama Sociodrama or role playing is the spontaneous enacting or dramatizing

of an incident, a situation, or a personality in action.55

54Zakiah Daradjat., Islam Untuk Disiplin Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), hlm. 164.

55 Henry Clay Lindgren, Psychology in the Classroom, (New York: John Wiley & Sons, Inc, 1959), hlm. 332.

Page 27: BAB II METODE PEMBIASAAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.11 4. Faktor Pembiasaan

42

2) an tertinggi dan terakhir

Tujuan ini bersifat mutlak, tidak mengalami perubahan karena

sesuai dengan konsep illahi yang mengandung kebenaran mutlak dan

universal. Tujuan tertinggi dan terakhir ini pada dasarnya sesuai dengan

tujuan hidup manusia dan peranannya sebagai ciptaan Allah, yaitu:

a. Menjadi hamba Allah yang bertakwa

Tujuan ini sejalan dengan tujuan hidup dan penciptaan manusia, yaitu

semata-mata untuk beribadah kepada Allah.

b. Mengantarkan subjek didik menjadi khalifatullah fil ardh (wakil Tuhan

di bumi) yang mampu memakmurkannya (membudayakan alam

sekitarnya).

c. Memperoleh kesejahteraan, kebahagiaan hidup di dunia sampai

akhirat.

Page 28: BAB II METODE PEMBIASAAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.11 4. Faktor Pembiasaan

43

Ketiga tujuan tertinggi tersebut, berdasarkan pengalaman sejarah

hidup manusia dan dalam pengalaman aktivitas pendidikan dari masa ke

masa, belum pernah tercapai sepenuhnya baik secara individu maupun

social. Apalagi yang disebut kebahagiaan dunia akhirat, kedua-duanya

tidak mungkin dapat dikatahui tingkat pencapaiannya secara empiric.

Namun demikian, perlu ditegaskan sekali lagi, tujuan tertinggi

tersebut diyakini sebagai sesuatu yang ideal yang berfungsi sebagai

motivator dan memberi makna teologis bagi usaha pendidikan.56

3) Tujuan Umum

Yang dimaksud dengan tujuan umum adalah maksud atau

perubahan-perubahan yang dikehendaki yang diusahakan oleh pendidikan

untuk mencapainya.

a. Mart Al-Abrasy (1967: 71) sebagaimana dikutip oleh Hasan

Langgulung, menyimpulkan lima tujuan umum bagi pendidikan Islam,

yaitu:

1. Untuk mengadakan pembentukan akhlak yang mulia. Kaum

muslimin dari dahulu kala sampai sekarang setuju bahwa

pendidikan akhlak adalah inti Pendidikan Islam, dan bahwa

mencapai akhlak yang sempurna adalah tujuan pendidikan

yang sebenarnya.

2. Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.

Pendidikan Islam tidak hanya menitikberatkan pada

keagamaan saja, atau pada keduniaan saja, tetapi pada kedua-

duanya.

3. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi

manfaat, atau yang lebih terkenal sekarang ini dengan nama

tujuan vokasional dan professional.

56Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, Paradigma Humanisme Teosentris, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 95.

Page 29: BAB II METODE PEMBIASAAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.11 4. Faktor Pembiasaan

44

4. Menumbuhkan semangat ilmiah pada pelajar dan memuaskan

keingintahuan (curiousity) dan memungkinkan ia mengkaji

ilmu demi ilmu itu sendiri.

5. Menyiapkan pelajar dari segi profesional, tehnikal dan

pertukangan supaya dapat menguasai profesi tertentu, dan

keterampilan pekerjaan tertentu agar dapat ia mencari rezeki

dalam hidup di samping memelihara segi kerohanian dan

keagamaan.

b. Menurut Nahlawy (1963: 67) sebagaimana dikutip oleh Hasan

Langgulung menunjukkan empat tujuan umum dalam pendidikan

Islam, yaitu:

1. Pendidikan akal dan persiapan fikiran, Allah menyuruh

manusia merenungkan kejadian langit dan bumi agar dapat

beriman kepada Allah.

2. Menumbuhkan potensi-potensi dan bakat-bakat asal pada

kanak-kanak. Islam adalah agama fitrah, sebab ajarannya tidak

asing dari tabiat asal manusia, bahkan ia adalah fitrah yang

manusia diciptakan sesuai dengannya", tidak ada kesukaran

dan perkara luar biasa.

3. Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda

dan mendidik mereka sebaik-baiknya, baik lelaki ataupun

perempuan.

4. Berusaha untuk mengmbangkan segala potensi-potensi dan

bakat-bakat manusia.

c. Menurut Al-Jammali (1966: 82) sebagaimana dikutip oleh Hasan

Langgulung menyebutkan tujuan-tujuan pendidikan yang diambilnya

dari Al-Qur'an sebagai berikut:

1. Memperkenalkan kepada manusia akan tempatnya di antara

makhluk-makhluk dan akan tanggung jawab perseorangannya

dalam hidup ini.

Page 30: BAB II METODE PEMBIASAAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.11 4. Faktor Pembiasaan

45

2. Memperkenalkan kepada manusia akan hubungan-hubungan

sosialnya dan tanggungjawabnya dalam jangka suatu sistem

sosial.

3. Memperkenalkan kepada manusia akan makhluk (alam

semesta), dan mengajaknya memahami hikmah penciptanya

dalam menciptakannya, dan memungkinkan manusia untuk

menggunakan atau mengambil faedah darinya.

4. Memperkenalkan kepada manusia akan pencipta alam

mayapada ini.

d. Menurut Al-Buthi (1961: 102) sebagaimana dikutip oleh Hasan

Langgulung menyebutkan tujuh macam tujuan umum, di antaranya

adalah:

1. Mencapai keridhaan Allah, menjauhi murka dan siksaan-Nya

dan melaksanakan yang tulus ikhlas kepada-Nya. Tujuan ini

dianggap induk dari segala tujuan-tujuan pendidikan Islam.

2. Mengangkat taraf akhlak dalam masyarakat berdasar pada

agama yang diturunkan untuk membimbing masyarakat kea

rah yang diridhai oleh-Nya.

3. Memupuk rasa cinta tanah air pada diri manusia berdasar pada

agama yang diturunkan untuk membimbing masyarakat ke

arah yang diridhai oleh-Nya.

4. Mewujudkan ketenteraman di dalam jiwa dan akidah yang

dalam, penyerahan dan kepatuhan yang ikhlas kepada Allah

SWT.

4) Tujuan Khusus

Yang dimaksud dengan tujuan khusus adalah perubahan-

perubahan yang diingini yang merupakan bagian yang termasuk di bawah

tiap tujuan umum pendidikan. Di antara tujuan-tujuan khusus yang

mungkin dimasukkan di bawah "Penumbuhan semangat agama dan

akhlak" adalah:

Page 31: BAB II METODE PEMBIASAAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.11 4. Faktor Pembiasaan

46

a. Memperkenalkan kepada generasi muda

akan akidah Islam, dasar-dasarnya, asal

usul ibadat, dan cara-cara

melaksanakannya dengan betul, dengan

membiasakan mereka berhati-hati

mematuhi akidah agama dan

menjalankan dan menghormati syiar-

syiar agama.

b. Menumbuhkan kesadaran yang betul

pada diri pelajar terhadap agama

termasuk prinsip-prinsip dan dasar-dasar

akhlak yang mulia.

c. Menanamkan keimanan kepada Allah

pencipta alam, dan kepada malaikat,

rasul-rasul, kitab-kitab dan hari akhirat

berdasar pada faham kesadaran dan

perasaan.

d. Menumbuhkan minat generasi muda

untuk mengikuti hukum-hukum agama

dengan kecintaan dan kerelaan.

e. Menanamkan rasa cinta dan penghargaan

kepada Al-Qur'an, membacanya dengan

baik, memahaminya, dan mengamalkan

ajaran-ajaran-Nya.

Menumbuhkan rasa bangga terhadap sejarah dan kebudayaan Islam dan

pahlawan-pahlawannya dan mengikuti jejak mereka.57

57 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa dan Pendidikan, (Jakarta:

Al-Husna, 1995), hlm. 59.

Page 32: BAB II METODE PEMBIASAAN DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.11 4. Faktor Pembiasaan

47