bab ii manusia dalam persektif al-qur’an dan...

29
16 BAB II MANUSIA DALAM PERSEKTIF AL-QUR’AN DAN PSIKOLOGI “Apa dan Siapa Manusia” , pertanyaan ini selalu menarik perhatian manusia untuk dijawab oleh manusia sepanjang zaman. Tidak mengherankan jika banyak sekali kajian atau pemikiran yang telah dicurahkan untuk membahas tentang manusia. Walaupun demikian, persoalan tentang manusia akan tetap menjadi misteri yang tak terungkap. Selain karena keterbatasan pengetahuan para ilmuan untuk menjangkau segala aspek yang terdapat dalam diri manusia juga karena manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. yang istimewa agaknya memang memiliki latar belakang kehidupan yang penuh rahasia dan kompleks. Namun demikian ikhtisar untuk mempelajari manusia tidak berarti harus berhenti disini, lembaran-lembaran kitab suci al-Qur’an memuat banyak informasi tentang manusia baik tersirat maupun tersurat. Begitu pula dengan para psikolog yang mencoba menguak tabir misteri manusia dengan teori-teorinya. A. Manusia Dalam Pandangan Al-Qur’an Al-Qur’an mempunyai pandangan yang khas mengenai manusia lembaran-lembarannya memuat petunjuk Ilahi tentang penciptaan manusia dan hakekat manusia baik tersurat ( jelas maknanya ) maupun tersirat ( perlu penafsiran ). Manusia, salah satu dari sekian permasalahan yang di bahas dalam al-Qur’an yang acap kali menjadi bahan kajian yang sering dinilai secara spekulatif, yang didasarkan pada pandangan yang sangat subjektif dan tidak disandarkan pada pegangan yang benar-benar bisa dipercaya. 1 Dengan mempelajari ayat-ayat al-Qur’an terutama ayat-ayat yang berkaitan dengan riwayat nabi Adam as.. Mengingat bahwa dalam keyakinan Islam Nabi Adam as. adalah “Cikal Bakal” umat manusia yang diciptakan 1 Abd. Rahman Shaleh, Muhbib, Abd.Wahab, “Psikologi Suatu Pengantar Ilmu Perspektif Islam”, Prenada Media, Jakarta, 2004, hlm. 49

Upload: truongque

Post on 06-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II MANUSIA DALAM PERSEKTIF AL-QUR’AN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · juga manusia merupakan makhluk berperadaban yang mampu membuat

16

BAB II

MANUSIA DALAM PERSEKTIF

AL-QUR’AN DAN PSIKOLOGI

“Apa dan Siapa Manusia” , pertanyaan ini selalu menarik perhatian manusia

untuk dijawab oleh manusia sepanjang zaman. Tidak mengherankan jika banyak

sekali kajian atau pemikiran yang telah dicurahkan untuk membahas tentang manusia.

Walaupun demikian, persoalan tentang manusia akan tetap menjadi misteri yang tak

terungkap. Selain karena keterbatasan pengetahuan para ilmuan untuk menjangkau

segala aspek yang terdapat dalam diri manusia juga karena manusia sebagai makhluk

ciptaan Allah SWT. yang istimewa agaknya memang memiliki latar belakang

kehidupan yang penuh rahasia dan kompleks.

Namun demikian ikhtisar untuk mempelajari manusia tidak berarti harus

berhenti disini, lembaran-lembaran kitab suci al-Qur’an memuat banyak informasi

tentang manusia baik tersirat maupun tersurat. Begitu pula dengan para psikolog yang

mencoba menguak tabir misteri manusia dengan teori-teorinya.

A. Manusia Dalam Pandangan Al-Qur’an

Al-Qur’an mempunyai pandangan yang khas mengenai manusia

lembaran-lembarannya memuat petunjuk Ilahi tentang penciptaan manusia dan

hakekat manusia baik tersurat ( jelas maknanya ) maupun tersirat ( perlu

penafsiran ). Manusia, salah satu dari sekian permasalahan yang di bahas dalam

al-Qur’an yang acap kali menjadi bahan kajian yang sering dinilai secara

spekulatif, yang didasarkan pada pandangan yang sangat subjektif dan tidak

disandarkan pada pegangan yang benar-benar bisa dipercaya.1

Dengan mempelajari ayat-ayat al-Qur’an terutama ayat-ayat yang

berkaitan dengan riwayat nabi Adam as.. Mengingat bahwa dalam keyakinan

Islam Nabi Adam as. adalah “Cikal Bakal” umat manusia yang diciptakan

1 Abd. Rahman Shaleh, Muhbib, Abd.Wahab, “Psikologi Suatu Pengantar Ilmu Perspektif

Islam”, Prenada Media, Jakarta, 2004, hlm. 49

Page 2: BAB II MANUSIA DALAM PERSEKTIF AL-QUR’AN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · juga manusia merupakan makhluk berperadaban yang mampu membuat

17

langsung oleh Kuasa kehendak Allah, dengan demikian merupakan prototipe

manusia pada umumnya.

Manusia mengungguli makhluk-mahluk lain ciptaan Allah, kedudukannya

selaku khalifah Allah dimuka bumi melahirkan bentuk hubungan antara manusia,

alam dan hewan yang bersifat penguasaan, pengaturan dan penempatan oleh dan

untuk manusia, keunggulan manusia tersebut terletak dalam wujud kejadiannya

sebagai makhluk yang diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya makhluk ( Ahsana

al-Taqwim ) baik dalam keindahan, kesempurnaan bentuk tubuhnya, maupun

dalam kemampuan memaknainya, baik intelektual maupun spiritual 2

Di samping itu, ada unsur lain yang membuat dirinya dapat mengatasi

pengaruh dunia sekitar serta problem dirinya yaitu unsur jasmani dan rohani.

Kedua unsur ini sebenarnya sudah tampak pada berbagai makhluk lain yang

diberi nama jiwa, atau soul, anima dan psyche. Tetapi pada kedua unsur itu

manusia dianugerahi nilai lebih, hingga kualitasnya berada diatas kemampuan

yang dimiliki makhluk-makhluk lain. Dengan bekal istimewa ini, manusia mampu

menopang keselamatan, keamanan, kesejahteraan dan kualitas hidupnya selain itu

juga manusia merupakan makhluk berperadaban yang mampu membuat sejarah

generasinya. 3

Komponen jasmani manusia berasal dari tanah ( QS. al-Syajadah (32) : 7 )

dengan komponen rahani yang ditiupkan oleh Allah ( QS. al-Hijr (15) : 29 ).

Dengan demikian manusia merupakan satu kesatuan dari mekanisme biologis,

yang dapat dinyatakan berpusat pada jantung ( sebagai pusat kehidupan ) dan

mekanisme kejiwaan yang berpusat pada otak ( sebagai lambang berpikir, merasa

dan bersikap ). 4

Dari uraian di atas dapat dipertegas lagi menjadi konsep yang lebih jelas,

untuk mengungkapkan manusia, al Qur’an menggunakan kata-kata al-Basyar, al-

2 Djohan Effendi. “Tasawuf Al-Qur’an tentang Perkembangan Jiwa Manusia”, Jurnal

Ulumul Qur’an, No. 8, Vol. II, 1991, hlm. 4 3 H. Jalaluddin, “Teologi Pendidikan”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hlm. 12 -

13. 4 Abd. Rahman S., Muhbib A.W., Op. cit., hlm. 49

Page 3: BAB II MANUSIA DALAM PERSEKTIF AL-QUR’AN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · juga manusia merupakan makhluk berperadaban yang mampu membuat

18

Insan ( al-Ins, al-Unas, al-Nas ), bani Adam. Nama-nama sebutan ini mengacu

kepada gambaran tugas yang seharusnya diperankan oleh manusia.

a. Al – Basyar ( البشر ) Kata Basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti

“menampakkan sesuatu yang baik dan indah”. Dari kata yang sama lahir kata

Basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai Basyar karena memiliki kulit

yang jelas, dan berbeda dengan kulit binatang yang lain, yang justru lebih

kelihatan bulu rambutnya dari pada kulit. Setiap pengungkapan manusia dari

segi fisik dan bentuk lahiriahnya yakni manusia dipandang sebagai makhluk

biologis yang memerlukan makan, minum, hubungan seksual, dorongan

mempertahankan diri, dorongan mengembangkan diri sebagai bentuk

dorongan primer makhluk biologis. 5

b. Al-Insan ( إالنسا ن )

Kelompok kedua adalah istilah al-Insan yang meliputi kata-kata

sejenisnya yaitu al-Ins, al-Nas, dan al-Unas. Kata al-Insan mempunyai tiga

asal kata. Pertama berasal dari kata anasa yang berarti absara yaitu melihat,

‘alima yang berarti mengetahui, isti’zan yang berarti meminta izin. Kedua,

berasal dari kata nasiya yang berarti lupa. Ketiga, berasal dari kata al-Nus

yang berarti jinak, lawan dari kata al-wakhsyah yang berarti buas.

Dan selanjutnya dapat dijelaskan bahwa al-insan dilihat dari asal kata

anasa yang berarti melihat, mengetahui dan meminta izin, maka ia memiliki

sifat-sifat potensial : aktual untuk mampu berpikir dan bernalar sedangkan al-

Insan dari sudut asal kata nasiya yang berarti lupa, menunjukkan bahwa

manusia mempunyai potensi untuk lupa, bahkan hilang ingatan atau

kesediannya. Demikian juga Al-Insan dari sudut asal kata al-nus, atau anisa

yang berarti jinak, maka manusia adalah makhluk yang jinak, ramah, serta

dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. 6

5 Yusuf Suyono, Antropologi Alqur’an, Tinjauan Konsep Manusia Menurut Al Qur’an,

Teologi, Fakultas Ushuluddin, IAIN Walisongo, Semarang, No. 20, Februari, 1994, hlm. 6 6 Dr. Burhanudin, Paradigma Psikologi Islami, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004, hlm. 69

- 70

Page 4: BAB II MANUSIA DALAM PERSEKTIF AL-QUR’AN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · juga manusia merupakan makhluk berperadaban yang mampu membuat

19

Dengan potensi yang dimiliki manusia menjadikan ia sebagai makhluk

yang tinggi martabatnya ( QS.Al-Isra : 17 : 70 ) berbeda dengan makhluk

lainnya, tetapi apabila potensi tersebut tidak digunakan dengan baik maka bisa

menjadikan manusia tidak lebih dari binatang bahkan lebih hina ( QS.Al-A’raf

: 7 : 79,AL-Furqan : 25 : 44 ).7

c. Bani Adam ( نبى آ د م ) atau Dzarriyat Adam

Arti kata “ bani Adam ” ialah anak Adam atau putra nabi Adam as.

Sedangkan Dzurriyat Adam berarti keturunan Adam8 sebagaimana firman

Allah :

ن انعم اهللا عليهم من النبيين من ذ رية ء د م و ممن اولئك الذ ي

) 58: مريم ( االية ..... صلى حملنا مع نوح Artinya : “ Mereka itu adalah orang-orang yang telah memberikan

kenikmatan kepada mereka yakni para nabi yang berasal dari

keturunan Adam dan sebagian orang-orang yang telah kami

angkat bersama Nuh ” ( QS. Maryam (19) : 58 ).9

Dalam konteks ayat-ayat yang mengandung konsep Bani Adam

manusia diingatkan Allah agar tidak tergoda setan ( Qs. al-A’raf : 7 : 26-278 ),

pencegahan dari makan minum yang berlebih-lebihan dan tata cara berpakaian

yang pantas saat melaksanakan ibadah ( QS. al-A’raf : 7 : 31 ) ketakwaan

( QS. al-A’raf : 7 : 35 ) kesaksian manusia terhadapTuhannya ( QS. al-A’raf :

7 : 172 ) dan terakhir peringatan agar manusia tidak terpedaya hingga

menyembah setan ( QS.Yasin : 36 : 60 ).

Penjelasan ayat-ayat diatas mengisyaratkan, bahwa manusia selaku

bani Adam dikaitkan dengan gambaran peran Adam as. saat awal

penciptaannya pada saat Adam as. akan diciptakan, para malaikat khawatir

7 Arif Sukino, “Telaah Hakikat Manusia Menurut Para Filosof Musliom Klasik ( Sebuah

Tinjauan Paedagogik )”, Jurnal Studi Islam, Program Pasca-Sarjana IAIN Walisongo, Semarang, Vol. 03, No. 01, Februari, 2003, hlm. 3

8 M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, “Konseling dan psikoterapi Islam, Fajar Pustaka Baru, Yograkarta, 2002, hlm.15

9 Al-Qur’an Terjamah, hlm. 469

Page 5: BAB II MANUSIA DALAM PERSEKTIF AL-QUR’AN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · juga manusia merupakan makhluk berperadaban yang mampu membuat

20

karena manusia akan menjadi perusak di bumi dan makhluk yang suka

berperang menumpahkan darah ( QS.Al-Baqarah : 2 : 30 ) kemudian terbukti

dengan Adam as. dan Hawa, istrinya di keluarkan dari surga karena

melakukan kesalahan fatal ( QS. Baqarah : 2 :35-36 ).10

Selain dari pada itu ayat-ayat yang menggunakan kata Bani Adam

dapat dipahami bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki kelebihan dan

keistimewaan dari makhluk lainnya, keistimewaan itu meliputi fitrah

keagamaan, peradaban dan kemampuan memanfaatkan alam. Dengan kata

lain bahwa manusia adalah makhluk yang berada dalam relasi ( hablun )

dengan Tuhan ( Hablun min Allah ) dan relasi dengan sesama manusia

( Hablun min al nas ) dan relasi dengan alam ( Hablun min al Alam ).11

B. Manusia Dalam Pandangan Psikologi

Psikologi sebagai llmu yang memelah perilaku manusia, pada umumnya

berpandangan bahwa kondisi ragawi, kualitas kejiwaan situasi lingkungan

merupakan penentu utama perilaku corak kepribadian manusia, meskipun

psikologi memiliki concern yang mendalam mengenai substansi jiwa dan

kerahanian manusia.

Untuk memahami bagaimana manusia dipandang oleh psikologi, akan

mudah jika kita membahasnya bardasarkan pandangan aliran-aliran yang

berkembang dalam psikologi yaitu : Psikoanalisa, behaviorisme, humansime yang

berbeda sebagai implikasi dari penggunaan metodologi yang berbeda-beda pula.

1. Psikoanalisa

Aliran yang didirikan oleh Sigmund Freud seorang berkebangsaan

Jerman keturunan Yunani yang dilahirkan pada 6 Mei 1856 di Friberg dan

meninggal pada 2 September 1936 di London ini berpandangan bahwa

“Manusia adalah penampung tingkat perkembangan yang bersumber pada

dorongan-dorongan yang terletak dalam ketidaksadaran”. Psikoanalisa disebut

10 H. Jalaludin, Op. cit., hlm. 25-26 11 Dr. Baharrudin, Op. cit., hlm. 90

Page 6: BAB II MANUSIA DALAM PERSEKTIF AL-QUR’AN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · juga manusia merupakan makhluk berperadaban yang mampu membuat

21

juga aliran Psikologi dalam ( Depth Psychology ) yang terkenal dengan

teorinya tentang “Alam Bawah Sadar”.

Bagi Sigmund Freud segala bentuk tingkah laku manusia bersumber

pada dorongan-dorongan dari alam bawah sadar. Dialektika antara kesadaran

dan ketidaksadaran ini dijelaskan Sigmund Freud dalam tiga sistem

kejiwaan12 : Id, Ego dan Superego.13

Id adalah lapisan psikis yang paling dasariah : kawasan dimana Eros

dan Thanatos14 berkuasa, mereka bergerak sesuai dengan prinsip kesenangan.

Id tidak mengenal urutan menurut waktu ( timeless ), Hukum-hukum logika

( khususnya prinsip kontradiksi ) tidak berlaku bagi Id.15

Subsistem kedua yaitu ego. Aspek psikologis manusia dan timbul

karena kebutuhan organisme untuk berhubungan baik dengan dunia ( realita )

Ego Berprinsip ”kenyataan atau realitas” ( Realitas sprinziple, reality

Principle ). Ego dapat pula dipandang sebagai aspek eksekutif kepribadian

karena ego ini mengontrol jalan-jalan yang ditempuh dengan cara memenuhi

kebutuhan.

Superego, subsistem ketiga adalah aspek sosiologi kepribadian bisa

juga dianggap sebagai aspek moral kepribadian.16 Perhatian utama dari super

ego adalah membedakan yang benar dan yang salah dan memilih yang benar.

2. Behaviorisme

Bagi aliran Behaviorisme manusia dipandang sebagai “hasil dari

jumlah kondisi-kondisi yang mempengaruhi”17 Manusia dipandang dari segi

badaniyah yang nampak mata, tidak memandang manusia dari segi rahaniah.

12 Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan , Penerbit Teraju,. Jakarta, 2004,

hlm. 14 13 Dalam Bahasa Jerman yang dipakai Sigmund Freund Sendiri : Es, ich dan Ueber ich.

Dalam bahasa Inggris menjadi menggunakan kat-kata latin : Id, Ego dan Superego. Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kita menyesuikan diri dengan kebiasan Inggris itu

14 Eros adalah Instink kehidupan ; termasuk libido atau dorongan seksual dan segala hal yang mendatangkan kenikmatan seperti : kasih sayang orang tua dan pemujaan kepada Tuhan : yaitu instink yang reproduktif yang merupakan sumber kegiatan manusia yang konstruktif. Thanatos adalah : Instink kematian yaitu instink yang destruktif dan agresif

15 Sigmund F., Memperkenalkan Psikoanalisa, Lima ceramah, ( Terjemah Dr. K Bertens dari Judul : Ueber Psychoanalyse funf Vorlesungen ) Gramedia, Jakarta, 1984. Cet. IV., hlm. XL

16 Drs. Sumadi Suryabrata. BA. MA. Eds. Ph. D., Op. cit., hlm. 126 - 127 17 Akyas Azhari, Op. cit., hlm. 17

Page 7: BAB II MANUSIA DALAM PERSEKTIF AL-QUR’AN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · juga manusia merupakan makhluk berperadaban yang mampu membuat

22

Pandangan behaviorisme ini banyak dipengaruhi oleh pemikir, psikologi

modern, salah satunya ialah B.F. Skinner yang berpendapat bahwa “

Lingkungan merupakan kunci penyebab terjadinya tingkah laku.” Tingkah

laku biasanya timbul atau terjadi dan dikendalikan oleh sebab dan akibatnya

dari lingkungan.

3. Humanisme

Aliran Humanisme ini dianggap sebagai revolusi ketiga sejarah

psikologi. Aliran ini dikembangkan sebagai kritik atas kekurangan yang

mereka lihat pada pandangan aliran psikoloanalisa dan behaviorisme. Tokoh

utama psikologi humanis adalah Abraham Maslow , putra imigran Rusia

kelahiran Brooklyn.

Humanisme menolak gagasan Sigmund Freud yang menyatakan

bahwa kepribadian diatur oleh kekuatan bawah sadar manusia. Ia pun tidak

setuju dengan behaviorisme yang menyatakan bahwa kepribadian seseorang

dikuasai dan dikendalikan oleh lingkungan. Karena aliran ini beranggapan

bahwa” manusia pada dasarnya baik dan memiliki kebebasan ( free wil l )

untuk menentukan dirinya”. Ia percaya bahwa pengalaman masa lalu cukup

berpengaruh pada kepribadian, namun hal ini tidak berarti seseorang tidak

mampu membuat pilihan bebas, seperti yang dianut oleh aliran behavioris.

Humanisme menekankan akan pentingnya kedudukan free will yaitu dasar

kemauan bebas manusia untuk membuat keputusan dan menentukan dirinya

sendiri.18

4. Transpersonal

Bagi aliran ini, manusia dipandang sebagai’ memiliki potensi potensi

luhur dapat keluar dari kesadaran biasa”. Aliran ini adalah pengembangan

lebih lanjut dari psikologi humanisme, bahkan Abraham Maslow, Anthony

Sutich dan Carlos Taarf yang juga pemuka-pemuka psikologi humanistik

menjadi peletak dasar psikologi transpersonal. Sedangkan tokoh

pengembangnya adalah S.Y. Skapiro dan Denise H. Lajole.

18 Ibid., hlm. 18 - 19

Page 8: BAB II MANUSIA DALAM PERSEKTIF AL-QUR’AN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · juga manusia merupakan makhluk berperadaban yang mampu membuat

23

Psikologi transpersonal memiliki corcern pada kajian tentang harkat

kemanusiaan, berusaha memahami potensi luhur kemanusiaan yang

berhubungan dengan fenomena atau gejala tentang kesatuan spritual dengan

bentuk kesadaran terpenting dari derajat kemanusiaan. Dengan demikian,

psikologi transpersonal memandang manusia dari 2 segi : Potensi-potensi

luhur ( the highest potential ) dan fenomena kesadaran ( State of

Consciusness ) manusia.

Psikologi transpersonal mencoba melakukan penelitihan terhadap

suatu dimensi yang sejauh ini lebih dianggap sebagai garapan kaum

rohaniawan, kebutuhan, agamawan, dan mistikus. Psikologi transpersonal

menunjukan bahwa diluar kesadaran biasa terdapat dimensi lain yang luar

biasa dan mampu mengembangkan potensi-potensi luhur yang dimiliki

manusia.19

C. Asal-Usul Manusia

Manusia, sampai kapanpun akan selalu menjadi misteri yang sulit untuk

dikuak, seperti juga asal-usul kejadiaannya. Teka-teki ini akan terjawab dengan

dua versi tinjauan : Rasional ( Antropologi ) dari teori-teori para ilmuwan dan

dengan tekstual ( Nash al-Qur’an ) sebagai kitab suci umat Islam.

Jawaban pertama akan bertumpu pada teori evolusi yang menyatakan bahwa

jenis hewan dan tumbuhan yang ada sekarang tidak langsung lahir seperti

wujudnya, sekarang. Dan manusia dengan demikian berasal dari bangsa yang

lebih rendah yakni hewan.

Toeri ini disponsori pakar biologi Prancis, Lamarch ( 1744-1829 ) selanjutnya

dikembangkan lagi oleh seorang biolog Inggris, Charles Darwin ( 1809-1889 )20.

Manusia berasal dari hasil evolusi seekor kera yang lambat laun meningkat

kecerdikan dan kecerdasannya. Akhirnya otaknya terbuka, ia pun menjadi berakal

19 Ibid., hlm. 21 - 22 20 Prof. Dr. HM. Amin Syukur, MA., Studi Islam, Teologia Press Bekerja sama dengan

CV. Bima Sejati Semarang , 2000, cet. IV, hlm. 5

Page 9: BAB II MANUSIA DALAM PERSEKTIF AL-QUR’AN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · juga manusia merupakan makhluk berperadaban yang mampu membuat

24

sebagai manusia yang sekarang ini yang makin hari makin meningkat

kemajuanya.21

Jenis-jenis yang lahir dari proses evolusi dari bangsa hewan, menjadi jenis

manusia, dapat disebutkan antara lain :

Austrocopithecus ( kera Australia ), makhluk tertua yang bentuknya mirip atau

hampir mirip dengan manusia. Temuan fosilnya diperkirakan berumur 500-600

ribu tahun.

Pithecantropus Erectus ( Manusia kera berdiri tegak ) fosilnya berumur 400

ribu tahun.

Homo Neanderthalensis ( Manusia Neaderthal ) fosilnya 100 ribu tahun.

Homo Sapiens ( Manusia budiawan ), sebagaimana kita tergolong dalam jenis

ini, menurut catatan fosilnya ( 35 ribu tahun yang lalu ).

Teori-teori ini pastilah memiliki kelemahan-kelamahan dan hanya

menekankan bagi persamaan jasmaniah (ada dan tidak adanya akal) tetapi

faktanya teori-teori ini masih tetap bertahan dan masih terus di teliti oleh para

ahli.

Jawaban yang paling memuaskan adalah dengan merujuk pada nash al-Qur;an

karena didalamnya banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang proses kejadiaan

manusia sedang ilmu pengetahuan ( science ) bersifat spekulatif, belum bisa

memberikan alternatif yang benar-benar memuaskan.22

Tentang asal-usul manusia al-Qur’an menjelaskan bahwa manusia diciptakan

dari berbagi unsur, antara lain : Tanah dan air yang dibentuk dengan bentuk yang

sempurna dan ditiupkan “ruh” didalamnya.

قلى وهو الذي خلق من الماء بشرا فجعله نساب وصهرا

)54:الفرقان ( وآان ربك قد يرا

Artinya : “Dan Dialah yang menciptakan seorang manusia dari air, kemudian

Dia jadikan manusia itu berketurunan dan hubungan kekeluargaan

21 A. Aziz Fadil, Teologi Islam Menunju Dunia yang diridholi Tuhan, BPFE, Yogyakarta

, 1983 hlm. 9 22 Prof. Dr.HM. Amin Syukur , MA., Op. cit., hlm. 6

Page 10: BAB II MANUSIA DALAM PERSEKTIF AL-QUR’AN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · juga manusia merupakan makhluk berperadaban yang mampu membuat

25

karena perkawinan. Dan adalah Tuhanmu Maha Berkuasa.” ( QS. al-

Furqan , 25 : 54 ). 23

)١٢: المؤمنون ( ولقد خلقنا ا ال نسان من سللة من طين

Artinya : “ Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu sari

pati yang berasal dari tanah.” ( QS. al-Mu’minun; 23 : 12 ).24

)11 :الصفت ( انا خلقنا هم من طين ال زب .... Artinya : “ Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka ( manusia ) dari tanah

liat.” ( QS. al-Shaffaat , 37 : 11 ).25

)28:الحجر ( ق بشرا من صلصل من حماء مسنون انى خل....Artinya : “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah

lumpur kering yang dibentuk.” ( QS. Al Hijr, 15 : 28 ).26

)14 :الرحمن ( خلق اال نسان من صلصل آا لفخار Artinya : “ Dia telah menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar.”

( QS al-Rahman , 55 : 14 ).27

Allah juga menjelaskan proses kejadiaan manusia selain menunjukan asal-

usulnya, dalam surat al-Baqarah ayat 30-38 dijelaskan bahwa suatu ketika Allah

berkata pada malaikat bahwa ia akan menciptakan seorang khalifah dibumi,

namun mendengar hal itu para malaikat kurang setuju mereka beranggapan bahwa

manusia adalah makhluk perusak pembuat keonaran dibumi. Tetapi Allah

mempunyai rencana lain karena Dia Maha Tahu segala rahasia yang ada. Setelah

Adam tercipta, mereka semua berkumpul dan berdialog, Adam dapat

menerangkan semua yang ada di sekitarnya sedangkan malaikat tidak bisa.

Karena Adam sebelumnya telah dibekali dengan pengetahuan tentang segala

sesuatu. Karena terkalahkan oleh Adam maka Allah memerintahkan para malaikat

23 Al-Qur’an, Op. cit., hlm. 567 24 Ibid., hlm. 527 25 Ibid., hlm. 718 26 Ibid., hlm. 393 27 Ibid., hlm. 886

Page 11: BAB II MANUSIA DALAM PERSEKTIF AL-QUR’AN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · juga manusia merupakan makhluk berperadaban yang mampu membuat

26

dan iblis untuk bersujud kepada Adam, tetapi iblis tidak mau karena ia merasa

lebih mulia dari adam28 Iblis berkata :

قال انا خير منه خلقتنى من نا ر وخلقته من طين... )١٢: األ عرا ف (

Artinya : “ Saya lebih baik daripadanya : Engkau ciptakan aku ( Iblis ) dari api

( nar ) sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah liat ( thin ).”

( QS. al-A’raf : 12 ). 29

Setelah itu Adam dan Hawa dipersilahkan untuk tetap tinggal di surga dengan

suatu catatan : tidak boleh mendekati sebuah pohon ( khuldi ). Nikmat Tuhan

yang diberikan ini menambah panas iblis, sehingga dia berusaha untuk menipu

mereka ( Adam dan Hawa ). Ternyata godaan dan tipuan iblis berhasil keduanya

dikeluarkan dari surga , diperintahkan untuk turun ke bumi.

Dari ayat-ayat tersebut, jelaslah bahwa manusia berasal dari tanah dengan

macam-macam istilah seperti tanah kering ( turab ), tanah liat ( thin ) tanah

lumpur dan kemudian ditiupkan ruh ke dalam tubuhnya. Berarti fisik manusia itu

berasal dari unsure-unsur yang terdapat dalam tanah dan ruh yang berasal dari

Tuhan.30

D. Proses Kejadian Manusia

Menurut Islam ( al-Qur’an ) manusia sekarang ini adalah keturunan Adam

( bani Adam ) berbeda dari pada teori Evolusi Darwin yang hanya memperhatikan

aspek jasmaniah, sehingga segala sesuatunya adalah sama dengan kejadiaan

Adam, yakni fisiknya dari saripati tanah ( tanah ) dan ruhnya dari Allah SWT.

Dalam al-Qur’an Allah menjelaskan :

طفة جعلناه ثم 12 ا ال نسان من سال لة من طين ولقد خلقن

العلقة ثم خلقنا النطفة علقة فخلقنا 13 فى قرار مكي

28 Prof. Dr. HM. Amin Syukur , MA., Op. cit., hlm. 9 29 Al-Qur’an , Op. cit., hlm. 222 30 Prof. Dr. HM. Amin Syukur, MA., Op. cit., hlm. 9 - 10

Page 12: BAB II MANUSIA DALAM PERSEKTIF AL-QUR’AN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · juga manusia merupakan makhluk berperadaban yang mampu membuat

27

ما فكسونا العظام لحما ثم انشأ فخلقنا لمضغة عظا مضغة

14 فتبر ك اهللا احسن الخا لقين قلى ناه خلقااخر

)14 – 12: المؤمنون (

Artinya : “ Dan sesungguhnya kami menjadikan manusia dari sari pati

( berasal dari tanah ). Kemudian jadikan saripati itu nutfah dalam

tempat yang kokoh ( rahim ). Kemudian nutfah itu kami jadikan

segumpal darah ( ‘alaqah ), lalu alaqah itu kami jadikan tulang

( mudghah ) lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging,

kemudian kami jadikan ia makhluk yang berbentuk lain. Maka

Maha Suci Allah pencipta Yang Paling Baik.” ( QS. Al-Mu’minun

: 12-14 ).31

Dengan memperhatikan ayat diatas, maka dapat diketahui bahwa ada proses-

proses tertentu yang mengiring kejadiaan manusia. Tahap awal dari proses

kejadian manusia itu dinamakan dengan “Periode Ovum” dimana pertemuan

antara sel kelamin bapak ( spermatozoa, bentuk tunggal spermatozoon ) yang

diproduksi dalam gonad (alat reproduksi lelaki, testis ) dengan sel kelamin ibu

( telur-telur atau ovum jamak : ova ) yang diproduksi dalam gonad perempuan

yaitu indung telur ( ovarium ) bersatu kedua intinya membentuk dzat baru dalam

rahim ibu.

Sel-sel kelamin lelaki dan perempuan adalah sama dalam arti bahwa keduanya

mengandung kromosom. Setiap sel kelamin yang matang mempunyai dua puluh

tiga kromosom, dan tiap-tiap kromosom mengandung gen yaitu pembawa

keturunan. Gen adalah partikel yang ditemukan dalam kombinasi dengan gen-gen

lain dalam bentuk menyerupai benang di dalam kromosom. Diperkirakan terdapat

31 Al-Qur’an, Op. cit., hlm. 527

Page 13: BAB II MANUSIA DALAM PERSEKTIF AL-QUR’AN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · juga manusia merupakan makhluk berperadaban yang mampu membuat

28

sekitar 3000 gen di dalam setiap kromosom. Gen-gen tersebut diturunkan dari

orang tua kepada keturunannya atau anaknya.32

Tahap kedua proses kejadian manusia adalah apa yang disebut

“‘alaqah” ( علقة ), yang sering dipahami secara umum sebagai segumpal darah

atau darah yang beku.

Tahap ketiga adalah “Mudlghah” ( مضغة ). Mudlghah ini sendiri merupakan

sepotong daging seukuran yang dapat dikunyah. 33 Sementara Ibnu Katsir

mengungkapkan bahwa mudlghah itu adalah sepotong daging yang tidak

berbentuk dan tidak memiliki ukuran kemudian dibentuklah kepala, kedua tangan,

dada perut, kedua kaki dan seluruh anggota tubuh. Dalam surat al-hajj (22) ayat :

5 mudlghah dijelaskan dlam dua bentuk yaitu mukhallaqah dan ghairu

mukhallaqah. Yang dimaksud dengan mukhallah adalah ciptaan yang sempurna

yakni telah diciptakan anggota tubuh seperti kepala tangan dan kaki. Sedangkan

dimaksud dengan ghairu mukhallaqah adalah ciptaan yang tidak sempurna yakni

belum terbentuk anggota badan. Dapat dipahami bahwa pada tahap ini telah

terbentuk sepotong daging yang telah menunjukkan ciri-ciri fisik manusia.

Tahap selanjutnya dari mudlahah adalah diciptakan ‘izham, al-maraghi

mengungkapkan bahwa “mudlghah itu mengandung dua bagian yaitu adanya

unsur-unsur yang akan membentuk tulang sehingga membentuk tulang ( Izham )

sedangkan yang lainnya ada unsur yang akan membentuk daging ( Lahm ) yang

kemudian dapat menutup tulang laksana pakaian menutupi tubuh manusia.

Dengan memperhatikan lafadz izham yang berbentuk jamah, maka sudah

barang tentu Allah menciptkaan tulang belulang yang banyak sekali pada proses

penciptaan manusia.

Setelah melalui tahap-tahap seperti yang diuraikan diatas janin diciptakan

dalam bentuk yang hampir sempurna dengan memakai lafadz “أنشأ “ karena

pada saat itu telah ditiupkan roh pada janin dan dibekali dengan kemampuan-

32 Elizabeth B. Hurloch, Psikologi Perkembangan,suatu pendekatan sepanjang Rentang

kehidupan,” edisi kelima (trj. Dra Istiwidayanti, Drs. Soerjawo, M.SC., judul asli ; Developmental Psychology A Life Span approach , Fifth Edition), Penerbit Erlangga, Jakarta, 1980, hlm. 29

33Yusuf Suyono, Op. cit., hlm. 9 - 10

Page 14: BAB II MANUSIA DALAM PERSEKTIF AL-QUR’AN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · juga manusia merupakan makhluk berperadaban yang mampu membuat

29

kemampuan psikis. Dengan kata lain dapat diungkapkan bahwa kejadiaan

manusia pada tahap ini merupakan proses pembentukan kemampuan psikis,

sedangkan pada tahap-tahap sebelumnya merupakan proses pembekalan

kemampuan fisik. Bahkan dapat dikatakan bahwa proses kejadian manusia dalam

bentuk أنشأ tidak saja berhubungan dengan pembekalan kemampuan psikis akan

tetapi sekaligus merupakan tapal batas perbedaaan proses kejadian manusia

dengan binatang.34

E. Faktor dan Fase-Fase Perkembangan35 Manusia

Telah dipaparkan dimuka bahwa manusia merupakan makhluk hidup yang

paling sempurna bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya akibat dari

unsur-unsur yang ada pada manusia, maka ia berkembang dan mengalami

perubahan-perubahan, baik perubahan-perubahan dalam segi fisiologis maupun

perubahan-perubahan dalam segi psikologis. Dalam kesempatan ini akan

dijelaskan mengenai faktor-faktor yang akan menentukan dalam perkembangan

manusia, teori-teori perkembangan dari para psikologi dan fase-fase

perkembangan yang dilalui seorang manusia.

a. Faktor-Faktor Perkembangan dan Teori Perkembangan

Sudah sejak lama, para ahli berdebat mengenai faktor mana yang paling

dominan mempengaruhi perkembangan individu, bawaan atau lingkungan.

1. Faktor Bawaan ( Nature, Endogen ).

Faktor endogen ialah faktor atau sifat yang dibawa oleh individu sejak

dalam kandungan hingga kelahiran. Jadi faktor endogen merupakan faktor

keturunan atau faktor bawaan. Hal ini berhubungan dengan sifat dan

kejasmanian, seperti warna kulit, rambut, temperamen juga termasuk

34 Ibid.,hlm. 10 - 11 35 Penulis menggunakan kata perkembangan karena yang dimaksudkan dalam skripsi ini

adalah perubahan-perubahan psikologis atau mental yang dialami individu dalam proses menjadi dewasa itu terorganisasi menjadi satu totalitas. Penulis tidak menggunakan kata pertumbuhan karena yang dimaksud pertumbuhanm adalah perubahan perubahan fisik atau bilogis ke arah kemasakan fisiologis yaitu organ-organ tubuh dapat berfungsi secara optimal dan pertumbuhan hanya terjadi sekali saja dan tidak dapat diulang kembali ( Drs. Irwanto, et.al.,Op.cit., hlm. 35 - 36 )

Page 15: BAB II MANUSIA DALAM PERSEKTIF AL-QUR’AN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · juga manusia merupakan makhluk berperadaban yang mampu membuat

30

dalam faktor endogen, karena erat hubungannya dengan struktur

kejasmanian seseorang.36

Aliran nativisme, dipelopori oleh Schopenhauer ( 1788-1860 ) dan

para filsuf seperti Plato ( 427-347 SM ) dan Rene Descartes ( 1596-1050

SM ) memandang manusia sudah ditentukan oleh faktor-faktor nativus,

yaitu faktor-faktor keturunan yang merupakan faktor-faktor yang dibawa

oleh Individu pada waktu lahir.

Menurut teori ini pada saat indivicu dilahirkan telah membawa sifat-

sifat tertentu yang akan menjadi penentu keadaan individu yang

bersangkutan, sedangkan faktor lain seperti lingkungan termasuk juga

pendidikan dapat dikatakan tidak berpengaruh terhadap perkembangan

individu. Aliran ini menimbulkan gerakan pesimisme pedagogik artinya

memandang pesimis terhadap pendidikan sebagai suatu usaha yang tidak

berdaya menghadapi perkembangan manusia.37

2. Faktor Lingkungan ( Nurture, Eksogen )

Faktor eksogen ialah merupakan faktor –faktor yang datang dari luar

diri individu, merupakan pengalaman-pengalaman, alam sekitar atau

lingkungan, pendidikan dan sebagainya, baik itu berpengaruh secara aktif

maupun pasif.38

Aliran Empirisme yang dipelopori oleh John Locke ( 1632-1704 M )

beranggapan bahwa manusia lahir tabularasa, putih bersih bagaikan kertas

yang belum ditulis. Lingkunganlah yang membentuk seseorang menjadi

manusia seperti dia pada waktu dewasa. Oleh karena itu lingkungan harus

“diatur” dengan baik agar anak-anak kelak menjadi manusia dewasa yang

baik. Sekolah perlu karena darinya individu belajar banyak tentang

kehidupan. Pandangan ini didasari banyak pandangan par ahli psikologi

aliran Behaviorisme modern, seperti Albert Bandura dan B.F Skinner.

Karena memandang perlunya lembaga pendidikan untuk mempengaruhi

36 Prof. Dr. Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, Penerbit ANDI, Yogyakarta,

2001, Cet. VI, hlm. 46-47 37 Ibid., hlm. 43 - 44 38 Ibid., hlm. 48

Page 16: BAB II MANUSIA DALAM PERSEKTIF AL-QUR’AN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · juga manusia merupakan makhluk berperadaban yang mampu membuat

31

perkembangan individu, maka aliran ini merangsang timbulnya gerakan

Optimisme Pedagogis.39

3. Konvergensi ( Gabungan )

Ini adalah suatu teori yang memadukan dua faktor diatas, yaitu faktor

bawaan ( Nature, Endogen ) dengan faktor lingkungan ( Nurture

Eksogen ). Teori ini dipelopori oleh William Stern ( 1871-1938 M ) aliran

ini memandang bahwa faktor bawaan dan faktor lingkungan mempunyai

pengaruh yang sama besarnya pada perkembangan individu.

Perkembangan adalah transaksi antara diri individu dengan dirinya sendiri

dan dengan lingkungannya. Ada hal-hal yang sulit atau tidak mungkin

diubah dalam dirinya sehingga ia berupaya untuk membuat lingkungan

sesuai dengan dirinya. Tetapi banyak hal dalam dirinya yang bisa diubah.

Dalam hal ini ia menyesuaikan diri dengan lingkungan.40

b. Fase-fase Perkembangan Manusia

Perkembangan manusia berjalan secara bertahap melalui berbagai fase

perkembangan. Dalam setiap fase perkembangan ditandai dengan bentuk

kehidupan tertentu yang berbeda dengan fase sebelumnya dan sesudahnya.

Sekalipun perkembangan itu dibagi-bagi ke dalam masa-masa perkembangan,

hal ini tetap merupakan kesatuan yang hanya dapat dipahami dalam hubungan

keseluruhannya.

Para ahli psikologi perkembangan didasarkan pada perubahan -perubahan

yang terjadi pada 3 hal antara lain : 1) Periodisasi yang berdasarkan biologis,

2) Periodisasi berdasarkan Psikologi, 3) Periodisasi berdasarkan didaktis.

1) Periodisasi berdasarkan perubahan biologis, bisa dilihat dari pembagian

yang dilakukan Aristoteles ( 384-322 SM ) yang mengambarkan

perkembangan anak sejak lahir sampai mencapai dewasa dalam 3 periode ,

masing-masing :

a. Fase kecil dari 0,0 s/d 7,0 tahun atau sering juga disebut masa

bermain

39 Drs. Irwanto, et.al, Op. cit., hlm. 38 40 Ibid., hlm. 39

Page 17: BAB II MANUSIA DALAM PERSEKTIF AL-QUR’AN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · juga manusia merupakan makhluk berperadaban yang mampu membuat

32

b. Fase anak sekolah dari 7,0 – 14,0 tahun atau sering juga disebut masa

anak sekolah rendah

c. Fase remaja dari 14,0 – 21,0 tahun atau sering juga disebut sebagai

masa peralihan dari anak menjadi orang dewasa.

2) Periodisasi berdasarkan gejala psikologis. Tokoh yang menggunakan

periodisasi ini adalah Oswald Kroch. Gejala psikologis yang dijadikan

dasar pembagiannya adalah masa-masa kegoncangan. Menurut Kroch,

kegoncangan ia istilahkan dengan trotz dialami manusai selama 2 kali,

yakni : a) pada tahun ketiga, keempat kadang-kadang permulaan tahun

kelima, b) pada permulaan masa pubertas pada anak laki-laki pada tahun

ketiga belas.

3) Periodisasi berdasarkan didaktis. Dasar didaktis yang dipergunakan

dalam pembagian masa perkembangan ini adalah berhubungan dengan

masalah materi apa yang harus diberikan dan bagaimana mengajar

materi itu kepada peserta didik. Tokoh pencetus pembagian periode ini

adalah John Amos Comenius yang terkenal konsepsinya mengenai

bermacam-macam sekolah yang disesuaikan dengan perkembangan

anak. Secara singkat periodisasi yang dibuat J.A. Comenius antara lain

sebagai berikut :

a. Masa Sekolah Ibu, untuk anak umur 0,0-6,0 tahun.

b. Masa Sekolah Bahasa Ibu, untuk anak berumur 6,0-,12,0 tahun.

c. Masa Sekolah bahasa latin, untuk anak berumur 12,0-18,0 tahun.

d. Masa Sekolah Tinggi, untuk anak berumur 18,0-24,0 tahun.

Namun ada pembagian yang lebih modern lagi dari pada yang

dirumuskan J.A. Comenius yaitu pembagian yang dilakukan oleh

Elizabeth B. Hurlock yang membagi periodisasi perkembangan sebagai

berikut :41

a. Masa sebelum lahir ( Pranatal period ) masa pranatal ini

berlangsung dari sejak kehamilan sampai bayi lahir rata-rata

lamanya kira-kira 9 bulan 10 hari ( 280 hari ) tetapi periode ini dapat

41 Akyas Azhari, Op. cit., hlm. 172 - 174

Page 18: BAB II MANUSIA DALAM PERSEKTIF AL-QUR’AN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · juga manusia merupakan makhluk berperadaban yang mampu membuat

33

dan memang berbeda lamanya berkisar dari 180 sampai 344 hari.

Meskipun masa ini pendek, tetapi menunjukan adanya pertumbuhan

yang sangat cepat dan luas. Berat badan yang dicapai selama masa

ini mencapai 7-8 pon ( 3,3 kg ) dalam masa ini terjadi beberapa

kejadian penting antara lain : a) Penurunan sifat bawaan mental

psikologis anak, b) penentuan jenis kelamin anak, c) kepastian

apakah lahir tunggal atau kembar, d) Posisi anak dalam keluarga.42

b. Masa bayi baru lahir ( Neo natal, New Born ). Masa ini dimulai dari

kelahiran dan berakhir pada saat bayi menjelang umur 14 hari ( 2

minggu ) periode ini adalah saat dimana bayi ( orok ) harus

menyesuaikan dengan kehidupan di luar rahim ibu, dimana bayi

telah hidup selama kurang lebih 9 bulan di dalamnya. Walaupun

singkat tetapi masa bayi ini pada umumnya dibagi menjadi 2 periode

: a) Periode pertunate ;b) Periode Neo Nate. Periode Pertunate

( mulai saat kelahiran sampai 15-30 menit setelah kelahiran ), artinya

periode ini dimulai pada saat bayi keluar dari rahim ibunya sampai

tali pusar dipotong dan diikat. Bayi mengalami pascanatur yaitu

lingkungan diluar tubuh ibu. Periode neonate ( dari pemotongan dan

pengikatan tali pusar sampai sekitar akhir minggu kedua dari

kehidupan pasca natur ). Pada saat ini bayi adalah individu yang

terpisah, mandiri tidak menjadi parasit pada ibunya, pada masa ini

bayi harus mengadakan penyesuaikan dengan lingkungan baru diluar

tubuh ibu.43

c. Masa bayi ( Baby Hood ). Masa ini dimulai dari umur 2 minggu

sampai 2 tahun, ciri-ciri masa ini adalah : 1) masa bayi merupakan

masa dasar atau masa pertumbuhan kehidupan yang sesesungguhnya

karena saat ini pola perilaku, sikap ekspresi, emosi mulai terbentuk ;

2) Bayi berkembang pesat baik fisik maupun psikologisnya sehingga

penampilan dan kemampuannya banyak mengalami perubahan ; 3)

42 Elizabert B. Hurlock , Op. cit., hlm. 28 - 32 43 Ibid., hlm. 52

Page 19: BAB II MANUSIA DALAM PERSEKTIF AL-QUR’AN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · juga manusia merupakan makhluk berperadaban yang mampu membuat

34

meningkatnya individualitas dan sosialisasi ; 4) merupakan masa

permulaan perkembangan peran seks atau jenis kelamin ; 5)

Permulaan kreativitas. Masa bayi sebagai periode kritis dalam

perkembangan kepribadian, karena merupakan periode dimana

dasar-dasar kepribadian dewasa pada masa ini diletakkan. 44

d. Masa Kanak-kanak Awal ( Ealy Childhood ). Masa ini berlangsung

dari umur 2 tahun sampai 6 tahun disebut juga masa Sulit karena

pada saat ini anak sulit untuk di didik, waktunya lebih banyak

digunakan untuk bermain. Anak juga menjadi lebih cerewet bertanya

apa yang ditemui atau didengarkannya.45

e. Masa Kanak-kanak Akhir ( Late Childhood ) berlangsung dari umur

6 sampai 12 tahun disebut juga masa sekolah, teman-temannya

sangat berpengaruh terhadap anak dari pada orang tuanya.46

f. Masa Puber ( Puberty, Akil Baligh ) merupakan awal masa remaja,

berlangsung dari umur 12 atau 13 sampai 16 atau 17 tahun. Biasa

orang mengidentifikasi masa ini dengan keluarnya haid bagi anak

perempuan dan mimpi basah pada anak laki-laki. Perubahan lain

yang mengiringi masa puber adalah perubahan fisik, Sikap dan

prilaku yang cenderung mengarah kepada suasana yang buruk atau

negatif.47

g. Masa Remaja ( Adolescence ). Istilah Adolescence berasal dari kata

latin adolescere ( kata bendanya adolescentia yang berarti remaja )

yang berarti “Tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa”. Istilah

adolescence seperti yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang

lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan

fisik. Masa remaja ini dibagi menjadi dua periode : 1) Periode

Remaja awal ( Early Adolescence ) dari umur 13-17 tahun; 2)

44 Ibid., hlm. 76 45 Ibid., hlm. 108 46 Ibid., hlm. 146 47 Ibid., hlm. 184

Page 20: BAB II MANUSIA DALAM PERSEKTIF AL-QUR’AN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · juga manusia merupakan makhluk berperadaban yang mampu membuat

35

Periode Remaja Akhir yaitu umur 17-18 tahun ( atau umur dewasa

yang berlaku menurut hukum pada suatu negara ).

Masa remaja merupakan masa peralihan dimana seorang anak

mencari identitas di sebut juga masa ambang dewasa yang

menyebabkan seorang anak bersikap ambivalensi : di satu sisi ingin

diperlakukan seperti anak kecil tapi disisi lain ingin diperlakukan

dan diakui sebagai dewasa.48

h. Masa dewasa ( Adulthood )

Istilah adult berasal dari bahasa latin. Berasal dari bentuk kata

lampau partisipel dari kata kerja adultus yang berarti “ telah tubuh

menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna” atau “telah menjadi

dewasa”. Pada periode dewasa seorang umum dianggap sebagai

pemantapan diri terhadap pola-pola hidup baru di masyarakat. masa

dewasa dibagi menjadi 3 : 49

1. Masa Dewasa Dini ( Early Adulthood )

Masa dewasa dini ini dimulai dari umur 18 sampai 40 tahun.

Secara umum periode ini dianggap sebagi periode pemantapan

dari terhadap pola hidup baru dalam masyarakat. mulai belajar

serius untuk masa depan, karier, dan hidupnya.

2. Masa Dewasa Madya ( Middle Adulthood atau Middle Age )

Masa ini dimulai dari umur 40 sampai 60 tahun. Kehidupan

pada periode ini sudah mapan, berkeluarga dan memiliki

beberapa anak. Masa ini juga masa penurunan fungsi-fungsi fisik

dan psikologi individu. Bisa juga pada periode ini adalah masa

puncak keberhasilan dan membanggakan diri.

3. Masa Dewasa lanjut ( Usia lanjut, late Adulthood atau

old age )

Usia lanjut merupakan periode terakhir dalam hidup manusia,

yaitu dari umur 60 tahun ke atas. Masa ini adalah saat untuk

48 Ibid., hlm. 206 49 Ibid., hlm. 246

Page 21: BAB II MANUSIA DALAM PERSEKTIF AL-QUR’AN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · juga manusia merupakan makhluk berperadaban yang mampu membuat

36

mensyukuri segala sesuatu yang sudah dicapai dimasa lalu pada

saat ini pula kondisi fisik jauh menurun. Pada masa ini sering

timbul perasaaan tidak berguna lagi ( Sense of Unusefulness )

terutama bagi mereka yang biasa bekerja.50

F. Jiwa Menurut Filosof, Pemikir Islam dan Al-Qur’an

Telah kita ketahui bersama bahwa manusia adalah makhluk yang paling

sempurna dari makhluk ciptaan Allah yang lain, ia memiliki badan yang tersusun

dari organ-organ, sel-sel, otot, kelenjar dan lain sebagainya, juga memiliki jiwa,

sesuatu yang substansial dalam diri seorang manusia.

Sebagai sesuatu yang substansial dalam diri manusia inilah yang

mengundang tanda tanya besar dalam benak manusia itu sendiri untuk

menjawabnya seperti para filosof yang menjadi kiblat bagi psikologi dan pemikir

Islam. Mereka ada yang berpendapat bahwa jiwa itu sama dengan ruh dalam

istilahnya. Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa jiwa dan ruh itu berbeda.

Sebagian besar hasil refleksi filosof tentang jiwa pada soal itu bersifat

“Atomistik” dimana jiwa manusia itu dipandang sebagai sesuatu yang konstan,

tidak berubah-ubah dan dapat dianalisa sebagai memiliki unsur tersendiri dan

masing-masing terpisah satu sama lain. Pada zaman itu pembahasan tentang jiwa

dipisahkan dari pengetahuan tentang raga ( jasad ). Jiwa dipercayai memiliki

daya-daya tertentu yang bekerja sendiri tanpa ada hubungan dengan raga. Jiwa

benar-benar didudukkan sebagai sebuah substansi immaterial yang terpisah dari

raga dan abstrak.51

a. Plato ( 427-347 SM )

Plato adalah murid setia socrates, ia menyatakan bahwa jiwa

merupakan aspek yang pertama, ia lebih unggul dari pada badan secara total

( terutama dalam hal jiwa manusia ) bahwa tidak hanya menjadi prinsip hidup

tumbuh-tumbuhan dan hewani, tetapi juga prinsip kesadaran, interioritas,

pemikiran dan kebebasan jiwa tidak bisa disamakan dengan organisme, baik

50 Drs. Irwanto, et.al, Op. cit., hlm. 48 - 52 51 Akyas Azhari, Op. cit., hlm. 27 - 28

Page 22: BAB II MANUSIA DALAM PERSEKTIF AL-QUR’AN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · juga manusia merupakan makhluk berperadaban yang mampu membuat

37

dengan bagian tertentu maupun dengan segi manapun yang bersifat organik

dan badaniah dalam makhluk hidup. Plato menambahkan bahwa jiwa

merupakan satu substansi yang eksistensinya mendahului badan, yang

sementra waktu bertahan dalam badan seperti didalam sebuah penjara.52

b. Aristoteles ( 384-322 SM )

Ia adalah murid Plato namun secara keseluruhan corak pemikirannya

berbeda bahkan berlawanan dengan gurunya, termasuk pemikirannya tentang

jiwa bagi Aristoteles. Jiwa tidak hanya dimiliki manusia tapi juga oleh hewan

dan tumbuhan. Hal tersebut tertuang dalam bukunya “ De Anima” ( perihal

jiwa ) yang merupakan hasil penelitiannya terhadap gejala-gejala kehidupan

tumbuhan, hewan dan manusia itu sendiri.

Menurutnya jiwa tumbuhan, hewan dan manusia itu tidak hanya satu

tetapi memiliki banyak jiwa dan terus menerus mengalami perubahan dari

jiwa yang lebih rendah naik menuju jiwa yang lebih tinggi, ini merupakan

konsekuensi logis dari kerangka pemikirannya mengenai teleologis Proses

perubahan itu terjadi karena setiap makhluk memiliki energi hidup yang

disebut “Entelechi”. Energi inilah yang sebenarnya merupakan substansi

kehidupan setiap makhluk atau jiwa dari badan yang selalu bergerak menuju

ke arah tujuan ( teleologis ).53

Macam-macam jiwa menurut Aristoteles ada 3 yaitu :

1. Jiwa Tumbuhan ( Anima Vegetativa ) yaitu jiwa yang terdapat pada

tumbuhan yang mempunyai kemampuan untuk makan minum dan

berkembang biak.

2. Jiwa Hewan ( Anima Sentitiva ), yaitu jiwa yang terdapat pada hewan

yang disamping mempunyai kemampuan-kemampuan seperti pada anima

vegetativa juga mempunyai kemampuan-kemampuan untuk berpindah

tempat mempunyai nafsu, dapat mengamati, dapat menyimpan

pengalaman-pengalamannya.

52 Prof. Dr. Louis Leahy S.J., Manusia sebuah Misteri, Penerbit PT. Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta, 1993, hlm. 53 53 Akyas Azhari, Op. cit., hlm. 31 - 32

Page 23: BAB II MANUSIA DALAM PERSEKTIF AL-QUR’AN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · juga manusia merupakan makhluk berperadaban yang mampu membuat

38

3. Jiwa Manusia ( Anima Intelektiva ) yaitu jiwa yang terdapat pada manusia

selain mempunyai kemampuan-kemampuan yang terdapat pada anima

vegetativa dan anima sentitiva, manusia masih mempunyai kemampuan

yang lebih tinggi lagi yaitu berpikir dan berkemauan dapat hidup dengan

lebih baik lagi.54

c. Rene Descartes ( 1596-1650 M )

Descartes adalah seorang filosof Prancis. Ia adalah peletak aliran

Rasionalisme. Tidak banyak ditemukan pemikiran Descartes yang khusus

membicarakan mengenai jiwa, namun demikian, diakui bahwa rasionalisme

descartes memiliki pengaruh yang sangat besar bagi ilmu jiwa, khususnya

ilmu jiwa metafisik yang mencoba berkelana untuk menemukan substansi

jiwa itu sendiri. Dalam hal ini descartes menyatakan bahwa pada hakekatnya

jiwa manusia itu terikat oleh prosedur dan aturan hukum alam.55

d. John Locke ( 1632-1704 M )

John Locke adalah putra seorang ahli hukum berkebangsaan Inggris

yang menetap di Washington. Dalam ilmu jiwa ia sering disebut sebagai

peletak aliran ilmu jiwa asosiasi. Bukunya yang terkenal dalam psikologi

adalah Essay Concerning Human Understanding ( 1690 ). Dalam buku ini ia

berpendapat bahwa kalau suatu benda dapat dianalisa sampai sekecil-kecilnya.

Demikian pula halnya dengan jiwa manusia56 ,yang berisi unsur-unsur

pengalaman sederhana yang kemudian berasosiasi dan menjadi gejala-gejala

jiwa yang lebih rumit. Semua pengetahuan, respon dan ungkapan perasaan

jiwa manusia adalah hasil dari pengalaman melalui penangkapan panca

indera, ia juga berkeyakinan bahwa setiap anak yang lahir jiwanya kosong

bagai sehelai kertas putih bersih tidak tertulis ( tabularasa ).57

54 Prof. Dr. Bimo Walgito, Op. cit., hlm. 6 - 7 55 Akyas Azhari, Op. cit., hlm. 33-34 56 Prof. Dr. Singgih Dirgagunarsa, Pengantar Psikologi, Penerbit Mutiara, Jakarta, 1983,

Cet. II, hlm. 19 57 Akyas Azhari, Op. cit., hlm. 35

Page 24: BAB II MANUSIA DALAM PERSEKTIF AL-QUR’AN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · juga manusia merupakan makhluk berperadaban yang mampu membuat

39

Tidak hanya para filosof dan psikolog saja yang memberikan perhatiannya

kepada masalah kejiwaan manusia, tetapi banyak pula cendekiawan muslim

yang memberi perhatian pada masalah tentang jiwa diantaranya :

a. Al-Kindi

Menurutnya jiwa tidak tersusun, mempunyai arti penting,

sempurna dan mulia selain jiwa bersifat spiritual, ilahiah, terpisah dan

berbeda dengan tubuh. Jiwa mempunyai 3 daya yaitu : daya bernafsu,

daya pemarah dan daya pikir. Pendapat al-Kindi lebih dekat pada

pemikiran Plato dari pada Aristoteles. Namun al-Kindi lebih sependapat

dengan Plato yang mengatakan bahwa jiwa berasal dari alam ide.

b. Ibnu Majjah

Ibnu Majjah memulai pembahasan mengenai jiwa dengan devinisi

jiwa dan menyatakan bahwa tubuh, baik yang alamiah atau tidak tersusun

dari materi dan bentuk. Bentuk merupakan perolehan permanen yang

merupakan kenyataan tubuh dengan fungsi-fungsinya tanpa harus

digerakkan. Jiwa dianggap sebagai pernyataan pertama dalam tubuh

alamiah yang teratur yang bersifat nutritif, sensitif dan imajinatif .

c. Nasir Al-Din Tusi

Nasir Al-Din Tusi dalam membuka karangannya tidak dengan

mengemukakan bukti esensi mengenai jiwa, tetapi dengan mengemukakan

asumsi bahwa jiwa merupakan suatu realitas yang dapat terbukti dengan

sendirinya dan memang tidak dapat dibuktikan.

Jiwa merupakan substansi yang sederhana dan immaterial yang

dapat merasa. Ia mengontrol tubuh melalui otot-otot dan alat perasa, tetapi

tidak dapat dirasakan melalui alat-alat tubuh dan jiwa tidak dapat dibagi.58

Sedangkan dalam kitab karangan Ibnu Qayyim Al Jauziyyah

“ Ar-Ruh” ada beberapa pendapat yang berkenaan dengan jiwa dan ruh.

d. Muqatil Bin Sulaiman mengatakan bahwa manusia itu mempunyai

kehidupan, ruh dan jiwa. Jika ia tidur, maka jiwanya yang digunakan

untuk memahami sesuatu itu keluar, namun ia tidak berpisah dengan

58 Abdul Rahman Saleh, Muhbib Abdul Wahab, Op. cit., hlm. 14 - 18

Page 25: BAB II MANUSIA DALAM PERSEKTIF AL-QUR’AN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · juga manusia merupakan makhluk berperadaban yang mampu membuat

40

badan. Ia keluar seperti benang panjang dan memiliki sinar sehingga ia

bisa bermimpi ( melihat dalam tidur ) dengan jiwa ( nafs ) yang keluar dari

jasadnya, sedangkan kehidupan dan ruh masih berada dalam tubuh,

dengan jiwa inilah manusia bisa berbolak-balik dan bernafas. Jika manusia

bergerak, maka jiwa itu dengan secepatnya kembali ke dalam tubuh lebih

cepat dari kedipan mata. Apabila Allah menghendaki manusia itu mati,

maka Allah menahan jiwa ( nafs ) yang keluar itu.

e. Ahlul Atsar berpendapat bahwa ruh berbeda dengan jiwa ( nafs ). Jiwa

adalah gambaran hamba, hawa nafsu, syahwat dan ujian. Sedangkan ruh

itu mengajak kepada akhirat dan mempengaruhinya.

Yang lain berpendapat bahwa jiwa ( nafs ) adalah makna yang

memang ada memiliki batas, sendi, panjang, lebar dan kedalaman.

Ja’far bin Harb mengatakan bahwa nafs ( Jiwa ) merupakan

sesuatu yang bukan inti ( aradh ) yang terdapat di dalam jasad

( tubuh ) ini.

Kalangan lain berpendapat bahwa nafs ( jiwa ) adalah hembusan

yang keluar dan masuk dengan cara bernafas sedangkan ruh adalah

sesuatu yang bukan inti dan ia hanyalah kehidupan ini. Ia berbeda dengan

jiwa ( nafs ). Ini adalah pendapat al - Qadhi abu bakar bin Al-Baqilani dan

para pengikutnya dari kalangan asy’ariyah.

Ada pula yang berpendapat bahwa jiwa ( nafs ) itu bukan

merupkan badan ( jasad ) dan bukan sesuatu yang bukan inti. Ia tidak

berada disatu tempat, tidak punya ukuran panjang dan lebar, tidak punya

volume, tidak punya warna, bukan merupakan bagian, tidak berada dialam

dan tidak pula diluarnya, tidak bisa disamakan dan tidak bisa dibedakan.59

Sedangkan jiwa menurut al-Qur’an adalah suatu dzat yang bulat

( Totaliteit ) tercakup didalamnya ruh dan jasad atau dinyatakan kepada

jasad saja atau kepada ruh saja ( Q.S. al-Sajdah ( 32 ) : 9 ). Tetapi ruh

tidak dinyatakan kepada jasad saja dan tidak juga kepada jiwa saja. Ruh

59 Ibnu Qayyim al -Jauziyah, “ Menjelajah Alam Ruh” ( Terj, Salafudin Abu Sayid, Judul asli Mukhtashar Ar-Ruh li Ibnu Qyyim Al jauziyah ), Pustaka Arafah, Solo, 2005, cet. II, hlm. 134 -142

Page 26: BAB II MANUSIA DALAM PERSEKTIF AL-QUR’AN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · juga manusia merupakan makhluk berperadaban yang mampu membuat

41

memberikan hidup kepada jasad dan jiwanya sekaligus. Dan ruh juga

diartikan wahyu atau al-Qur’an karena menghidupkan jiwa manusia.

Badan manusia disebut hidup karena ada ruhnya dan disebut berharga

( mulia ) karena ada jiwanya. Dengan ruh manusia hidup, dengan jiwa

manusia menjadi makhluk yang berharga mulia ( Q.S. al-Hijr ( 32 ) :

9 ). Jiwa yang dihidupi oleh ruh menjadi mulia.60

G. Hubungan Jiwa Dengan Badan ( Jasad )

Dewasa ini, kata “ jiwa ” dan “ Badan “ ( jasad ) sudah tidak asing lagi

ditelinga kita, kata-kata itu sudah menjadi bahasa sehari-hari. Kata badan sering

pula diganti dengan kata “raga” seperti yang nampak dalam kalimat “berkorban

jiwa dan raga demi membela tanah air dan bangsa”. Dalam kalimat tersebut

tersimpul adanya konsep kesatuan antara jiwa dan badan atau raga. Jika seseorang

mati maka badan akan dikubur dan hancur berkalang tanah. Tapi bersamaan itu

pula jiwanya melayang atau lenyap, karena orang tidak akan melihatnya lagi. Dia

berkorban jiwa dan raga, tapi dibalik pengertian formal itu sebenarnya

tersembunyi suatu pengertian lain yang diyakini oleh orang yang bersedia

berkorban itu yaitu bahwa sungguhpun raga dan nyawanya lenyap, jiwa

dipercayai tetap “hidup” , terutama bagi yang beragama. Jiwa itu ( berharap )

akan kembali kepada Tuhan dan hidup bahagia di sisi-Nya. Seperti yang

dijelaskan dalam firman Allah SWT surat Al-Baqarah : 154, “Dan janganlah

kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur dijalan Allah ( Bahwa

mereka itu ) telah mati, bahkan ( sebenarnya ) mereka itu tetap hidup, tetapi

kamu tidak menyadari”.

Pembicaraan tentang jiwa memang masih sedikit karena banyak dari ilmuwan

yang terjebak ayat al-Qur’an yang menerangkan bahwa ruh itu adalah urusan

Allah dan Kita hanya diberi sedikit sekali pengetahuan tentangnya ( QS. al-Isra :

85 ) padahal ayat itu mengisyaratkan bahwa masalah tentang ruh atau jiwa ( ruh

yang telah mempribadi ) itu adalah sesuatu yang dapat dipelajari.

60 Maftuh Ahnan, Op. cit., hlm. 27

Page 27: BAB II MANUSIA DALAM PERSEKTIF AL-QUR’AN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · juga manusia merupakan makhluk berperadaban yang mampu membuat

42

Plato dapat disebut orang yang pertama yang memulai studinya dengan obyek

yang khusus ini. Ia mulai dengan membedakan antara jiwa dan raga ( badan ) itu

sedemikian rupa sehingga orang memperoleh pengertian mengenai adanya konsep

dualisme jiwa-raga ini.61 Dia mengatakan bahwa jiwa merupakan satu substansi

yang eksistensinya mendahului badan yang untuk sementara waktu tertutup di

dalam badan seperti dalam sebuah penjara, dan yang dapat menjadi dirinya secara

sempurna hanya setelah ia keluar dari badan itu. Ia adalah “ada” dan badan adalah

sesuatu yang lain dari “ada” sehingga bisa dikatakan bahwa Plato mengajarkan

tentang jiwa dan badan suatu ajaran yang dinamakan dualisme.

Dualisme itu ditolak oleh Aristoteles, seorang murid Plato. Dia berpendapat

bahwa setiap makhluk hidup adalah sesuatu yang satu yang merupakan satu

substansi saja, akibatnya jiwa bukanlah suatu substansi dia tidak bisa

bereksistensi terpisah dari badan.61

Pada masa menjelang abad modern, dalam kurun pencerahan Eropa Barat

tokoh yang tampil dalam pembahasan dualisme jiwa- badan adalah Rene

Descartes ( 1596-1660 M ) yang terkenal dengan perkataannya “Cogito Ergo

Sum” (Saya berfikir, karena itu saya ada). Descarter melihat kesalingterkaitan

jiwa–badan, dimana jiwa pada hakekatnya mengarah kepada badan. Kalau badan

sakit, jiwa turut merasakannya, tapi jiwalah yang memberi kesadaran dan arti

pada badan dan menunjukkan adanya “aku”. Keduanya berbeda, namun saling

berkaitan.

Dari pendapat Descartes ini melahirkan dampak pada penilaiaan filosof-

filosof sesudahnya, seperti Ludwig Feuerbach ( 1804-1872 ) dan George Berkeley

( 1685-1753 ). Ludwig Feuerbach, filosof Jerman pada pokoknya mengatakan

bahwa manusia itu pada hakekatnya adalah badan tubuh raga yang merupakan

bagian dari materi yang lebih luas. Dalam pandangan materialisme ini yang

rahani tidak ada, termasuk jiwa. Kalaupun terdapat gejala-gejala yang disebut dan

dianggap sebagai rahaniah, termasuk persepsi tentang Tuhan, maka hal itu adalah

61 M. Dawam Raharjo, “Nafs”, Jurnal Ulumul Qur’an No. 8, Vol. II, 1991, hlm. 53 62 Prof. Dr. Louis Leahy, SJ., Op. cit., hlm. 53 - 54

Page 28: BAB II MANUSIA DALAM PERSEKTIF AL-QUR’AN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · juga manusia merupakan makhluk berperadaban yang mampu membuat

43

efek-efek saja dari materi, sebagaimana halnya banyak gejala timbul karena

proses kimiawi. Jiwa menurutnya hanyalah ekspresi dari tubuh.

Pendapat ini berlawanan dengan pandangan filosof Irlandia, George berkeley

(1685-1753 M) yang justru mengingkari adanya materi sebagai yang hakiki, tentu

saja kehadiran materi itu tidak bisa diingkari, tetapi materi itu ada karena

dipersepsikan oleh jiwa yang berisikan akal ( Being is Being perceived ). Semua

yang hadir hanyalah pengalaman jiwa. Ia sebenarnya tidak menyangkal adanya

tubuh, tapi tubuh itu sendiri pada hakekatnya adalah manifestasi dari kehadiran

ruh. Ruh adalah pusat segala sesuatu dalam kehidupan yang bertindak sebagai

subyek dan menempatkan yang lain sebagai obyek. Badan hanyalah cerminan dari

yang rahani. Yang hakekatnya adalah jiwa.63

Kedua pandangan ekstrem yang diwakili oleh Feuerback di satu kutub dan

Berkeley di lain kutub yang berlawanan itu mungkin saja cenderung untuk tidak

diterima oleh masyarakat ramai. Setidaknya tidak sepenuhnya dianggap benar.

Namun pandangan itu tetap bermanfaat bagi pemahaman tentang jiwa maupun

badan. Karena dengan mendasarkan diri dan bertolak dari salah satu aspek

manusia, yaitu badan atau jiwa, maka pengetahuan mengenai tiap-tiap hal itu akan

cenderung semakin mendalam.

Menurut al - Ghazali, seorang pemikir Islam berpendapat bahwa jiwa yang

bersih akan membawa dampak yang positif bagi perbuatan-perbuatan anggota

badan, karena jiwa dan badan itu dipandang memiliki hubungan saling menerima

kesan, seperti yang pernah diungkapkan dalam kitabnya bahwa jiwa itu apabila

telah menjadi sempurna dan telah bersih, maka perbuatan-perbuatan anggota

badan akan menjadi baik. Begitu juga badan, jika kesan-kesan yang telah

ditimbulkan itu baik, maka akan tumbuhlah dalam jiwa, tingkah laku yang baik

dan akhlak yang diridhai oleh Allah.

Dari ungkapan ini selain mengandung teori psikologi tentang hubungan jiwa

dan tingkah laku jasmani, juga memuat sebuah konsep, bahwa bahwa tingkah

laku manusia itu sangat ditentukan oleh keadaan jiwanya dalam relasi

horisontalnya dengan alam atau lingkungan dan relasi transendentalnya dengan

63 M. Darwan Raharjo, Op. cit., hlm. 55

Page 29: BAB II MANUSIA DALAM PERSEKTIF AL-QUR’AN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · juga manusia merupakan makhluk berperadaban yang mampu membuat

44

Tuhan. Ini berarti bahwa unsur ruhaniah ( kejiwaan ) manusia dipandang sangat

menentukan terhadap keadaan perbuatan jasmaninya sendiri.64

Teori Psikologi al-Ghazali tentang hubungan antara jiwa dan tingkah laku

lahiriah adalah sejalan dengan teori psikologi modern. Menurut Psikologi modern,

hubungan jiwa dan perbuatan lahiriah hampir tak bisa dipisahkan, karena tingkah

laku lahiriah ditentukan oleh keadaan psikologis yang ada dalam pikiran dan

perasaan.65

Sedangkan dalam al-Qur’an sendiri telah dijelaskan bahwa manusia adalah

makhluk biologis yang disebut al-Basyar sekaligus juga sebagai makhluk

rahaniah berikut karakteristik-karakteristik psikologisnya dengan sebut al-Insan

sebagaimana telah dijelaskan diatas.

64 Abdullah Hadziq, “ Kajian Psikologis Terhadap Tasyfiyat al - Nafs dalam Mizah al -

Amal Karya Al-Ghazali “, Teologia, Vol. 15, No.2, Juli, 2004, hlm. 231 65 H. Jalaluddin, Psikologi agama, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 156 -

157