bab ii makalah peng.kurikulum

Upload: m-saikhul-arif

Post on 06-Apr-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/2/2019 BAB II Makalah Peng.kurikulum

    1/11

    BAB I

    Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    KURIKULUM pendidikan Indonesia rupanya terus ditakdirkan berada dalam

    dunia yang berbeda. Dunia ideal untuk memperbaiki mutu pendidikan dan tataran

    praksis yang justru menghasilkan kenyataan sebaliknya. Dari sudut pandang

    pemerintah, kurikulum sering dianggap seperti mantra baru, sementara publik justru

    menganggapnya sebagai petaka baru.Kurikulum sering dinilai tidak hanya menjadi

    momok, tetapi juga mengganggu dunia pendidikan. Pendidikan kita seperti disandera

    oleh sistem kurikulum yang tak kunjung menghasilkan apa yang ada dalam cita-citaideal kita.

    Seperti juga sekarang telah muncul Kurikulum 2006 atau kurikulum tingkat

    satuan pendidikan (KTSP). Ia merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 2004.

    Kurikulum yang sesungguhnya belum sepenuhnya dilaksanakan. Bahkan, di beberapa

    sekolah masih ada yang melaksanakan Kurikulum 1994.

    Seperti yang sudah-sudah, munculnya kurikulum baru itu juga disambutkontroversi. Ada yang optimistis dan juga sebaliknya. Yang optimistis berkeyakinan

    KTSP akan mampu mengatasi mandulnya kreativitas guru karena kurikulum itu

    dibuat oleh sekolah, oleh para guru. Sekolahlah sebagai penentu pendidikan, bukan

    pemerintah pusat. Kini sekolah dan komite sekolah harus bermitra mengembangkan

    kurikulum sendiri.Guru, dalam kurikulum baru itu, benar-benar digerakkan agar

    menjadi manusia profesional. Ia dipaksa untuk meninggalkan cara-cara konservatif

    dan menggantinya dengan cara kerja yang kreatif. Selama ini para guru lebih banyak

    menampakkan wajahnya sebagai perpanjangan wajah birokrasi. Ia terlampau patuh

    pada apa yang disebut petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan.

    Sementara itu, yang pesimistis mengolok-olok KTSP sebagai (K)urikulum

    (T)idak (S)iap (P)akai karena lahir terlalu prematur. Sumber kelemahannya bukan

    Dwi Aditya 1

  • 8/2/2019 BAB II Makalah Peng.kurikulum

    2/11

    berada di mana-mana, melainkan ada pada guru sendiri. Seberapa banyak guru yang

    kreatif dan siap dalam spirit perubahan zaman yang disyaratkan KTSP? Bukankah

    pendidikan keguruan di negeri ini memang tidak membekali guru sebagai penyusun

    kurikulum?

    Selain persoalan guru, prasyarat lain seperti gedung dan komitmen pemerintah

    juga akan menjadi kendala yang serius. Kita khawatir kurikulum baru itu pun akan

    sama nasibnya dengan kurikulum-kurikulum lainnya. (Sekadar catatan kurikulum

    yang pernah berlaku: Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984,

    Kurikulum 1994, Kurikulum 2004). Ironisnya lagi, meski KTSP benar-benar

    memberikan otonomi kepada sekolah untuk mengembangkan pendidikan, ujung dari

    seluruh proses itu juga harus lewat ujian negara. Ujian negara akan membuat gurusibuk bagaimana agar seluruh siswa lulus, dan pada akhirnya lupa mengembangkan

    kreativitas sekolah.

    Kita khawatir niat suci pemerintah untuk memberikan otonomi seluas-luasnya

    kepada sekolah dan guru, justru menjadi belenggu. Sebab, pemerintah sendiri belum

    menyiapkan guru-guru untuk menyusun dan melaksanakan kurikulum berbasis

    sekolah tersebut. Kita khawatir KTSP tidak menjadi jawaban yang tepat atas dunia

    pendidikan kita yang masih terhuyung-huyung untuk menghadapi persaingan global

    yang keras.

    B. Permasalahan

    Pengembangan kurikulum nasional selama ini sangat kurang dari standart.

    Perubahan kurikulum hingga saat ini lebih mencerminkan selera daripada adanya

    suatu pengembangan yang baik.

    C. Tujuan Penulisan

    Dwi Aditya 2

  • 8/2/2019 BAB II Makalah Peng.kurikulum

    3/11

    Mengetahui tentang permasalahan kurikulum di Indonesia saat ini. Agar lembaga

    pendidikan di Indonesia memiliki arah tujuan yang jelas.

    BAB II

    PEMBAHASAN

    Dwi Aditya 3

  • 8/2/2019 BAB II Makalah Peng.kurikulum

    4/11

    A. Sejarah Kurikulum di Indonesia

    RENCANA PELAJARAN 1947

    Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah

    leer plan. Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular

    ketimbang curriculum (bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih

    bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional.

    Asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Rencana Pelajaran 1947 baru

    dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. Sejumlah kalangan menyebut

    sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya

    memuat dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, plus

    garis-garis besar pengajaran. Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan

    pikiran. Yang diutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara dan

    bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari,

    perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.

    RENCANA PELAJARAN TERURAI 1952

    Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana

    Pelajaran Terurai 1952. Silabus mata pelajarannya jelas sekali. seorang guru

    mengajar satu mata pelajaran, kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan

    Dasar Depdiknas periode 1991-1995. Ketika itu, di usia 16 tahun Djauzak

    adalah guru SD Tambelan dan Tanjung Pinang, Riau. Di penghujung era

    Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964.

    Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral

    (Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok

    bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan

    (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada

    pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

    Dwi Aditya 4

  • 8/2/2019 BAB II Makalah Peng.kurikulum

    5/11

    KURIKULUM 1968

    Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana

    Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada

    pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan

    pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila,

    pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9. Djauzak

    menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. Hanya memuat mata

    pelajaran pokok-pokok saja, katanya. Muatan materi pelajaran bersifat

    teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik

    beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap

    jenjang pendidikan.

    KURIKULUM 1975

    Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien

    dan efektif. Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang

    manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu,

    kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas.

    Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan

    Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah satuan pelajaran,

    yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci

    lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat

    pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak

    dikritik. Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap

    kegiatan pembelajaran.

    KURIKULUM 1984

    Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski

    mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting.

    Dwi Aditya 5

  • 8/2/2019 BAB II Makalah Peng.kurikulum

    6/11

    Kurikulum ini juga sering disebut Kurikulum 1975 yang disempurnakan.

    Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu,

    mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut

    Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).

    Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny

    R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang

    juga Rektor IKIP Jakarta sekarang Universitas Negeri Jakarta periode

    1984-1992. Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di

    sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi

    saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu

    menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas

    lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang

    menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Penolakan CBSA

    bermunculan.

    KURIKULUM 1994 dan SUPLEMEN KURIKULUM 1999

    Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-

    kurikulum sebelumnya. Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum

    1975 dan Kurikulum 1984, antara pendekatan proses, kata Mudjito

    menjelaskan. Sayang, perpaduan tujuan dan proses belum berhasil. Kritik

    bertebaran, lantaran beban belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan

    nasional hingga lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan

    daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan

    daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat

    juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil,

    Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan rezimSoeharto pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen Kurikulum 1999. Tapi

    perubahannya lebih pada menambal sejumlah materi.

    KURIKULUM 2004

    Dwi Aditya 6

  • 8/2/2019 BAB II Makalah Peng.kurikulum

    7/11

    Bahasa kerennya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap

    pelajaran diurai berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa.

    Sayangnya, kerancuan muncul bila dikaitkan dengan alat ukur kompetensi

    siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun nasional masih berupa soal

    pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu

    lebih banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa

    besar pemahaman dan kompetensi siswa.Meski baru diujicobakan, toh di

    sejumlah sekolah kota-kota di Pulau Jawa, dan kota besar di luar Pulau Jawa

    telah menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan. Guru-guru pun tak paham

    betul apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum.

    (sumber: depdiknas.go.id)

    KTSP 2006

    Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat

    Satuan Pendidikan. Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi

    dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis

    evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang

    paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan

    pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi

    sekolah berada. Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi

    lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata

    pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen

    Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, seperti

    silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan

    (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota.

    (TIAR)

    B. Fungsi

    Dwi Aditya 7

  • 8/2/2019 BAB II Makalah Peng.kurikulum

    8/11

    Fungsi kurikulum identik dengan pengertian kurikulum itu sendiri yang

    berorientasi pada pengertian kurikulum dalam arti luas, maka fungsi kurikulum

    mempunyai arti sebagai berikut:

    1. Sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan pada suatu tingkatan

    lembaga pendidikan tertentu dan untuk memungkinkan pencapaian tujuan

    dari lembaga pendidikan tersebut.

    2. Sebagai batasan daripada program kegiatan (bahan pengajaran) yang akan

    dijalankan pada suatu semester, kelas, maupun pada tingkat pendidikan

    tersebut.

    3. Sebagai pedoman guru dalam menyelenggarakan Proses Belajar

    Mengajar, sehingga kegiatan yang dilakukan guru dengan murid terarah

    kepada tujuan yang ditentukan.

    Dengan demikian fungsi kurikulum pada dasarnya adalah program kegiatan yang

    tercantum dalam kurikulum yang akan mempengaruhi atau menentukan bentuk

    pribadi murid yang diinginkan. Oleh karena itu pengembangan kurikulum perlu

    memperhatikan beberapa hal:

    1. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional.

    2. Tuntutan dunia kerja.

    3. Aturan agama, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

    4. Dinamika perkembangan global.

    5. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

    Dalam melakukan pengembangan kurikulum, jika memperhatikan hal-hal

    tersebut di atas, maka akan menghasilkan peserta didik yang memiliki kepribadian

    sebagai seorang muslim dan mampu menyesuaikan diri di mana mereka hidup di

    tengah-tengah masyarakat

    C. Prinsip Yang di Gunakan Dalam Menyusun Kurikulum

    Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum

    pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu

    kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip

    yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri

    prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di suatu

    Dwi Aditya 8

  • 8/2/2019 BAB II Makalah Peng.kurikulum

    9/11

    lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda

    dengan kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan

    ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu pengembangan

    kurikulum. Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan

    prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok :

    Prinsip prinsip umum : relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis,

    dan efektivitas

    Prinsip-prinsip khusus : prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan,

    prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, prinsip berkenaan

    dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan

    pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan

    pemilihan kegiatan penilaian.

    BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Setiap pergantian MENDIKNAS di ikuti pula pergantian kurikulum yang

    diterapkan di Indonesia. Jadi pendidikan di Indonesia bingung mecari arah dan tujuan

    Dwi Aditya 9

  • 8/2/2019 BAB II Makalah Peng.kurikulum

    10/11

    karena kurikulum yang lama belum dapat dikuasai secara sempurna dan harus belajar

    mulai awal tentang kurikulum yang baru.

    B. Saran

    Kita sebagai generasi penerus bangsa haruslah pandai-pandai menyesuaika diri

    dengan perubahan kurikulum agar tidak tertinggal dengan perkembangan yang tidak

    tentu arahnya ini.

    Daftar Pustaka

    http://kesadaransejarah.blogspot.com/2007/11/kurikulum-pendidikan-kita.html

    http://teoripembelajaran.blogspot.com/2009/01/fungsi-kurikulum.html

    Dwi Aditya 10

    http://kesadaransejarah.blogspot.com/2007/11/kurikulum-pendidikan-kita.htmlhttp://teoripembelajaran.blogspot.com/2009/01/fungsi-kurikulum.htmlhttp://kesadaransejarah.blogspot.com/2007/11/kurikulum-pendidikan-kita.htmlhttp://teoripembelajaran.blogspot.com/2009/01/fungsi-kurikulum.html
  • 8/2/2019 BAB II Makalah Peng.kurikulum

    11/11

    Dwi Aditya 11