bab ii luka bakar

20
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar 1. Pengertian Luka bakar adalah kerusakan jaringan karena kontak dengan agens termal, kimiawi, atau listrik. Keparahan luka bakar dikaji dengan menentukan jenis luka bakar, lama kontak, area yang terkena, cedera terkait, penyakit atau kondisi yang sudah ada (Betz, 2002). Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi (Moenajat, 2001). Jadi dapat di simpulkan luka bakar adalah kerusakan jaringan kulit yang disebabkan oleh panas, bahan kimia, listrik atau radiasi. 6

Upload: mhdsandanovan

Post on 13-Nov-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

D 3 Keperawatan

TRANSCRIPT

14

BAB IITINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar1. PengertianLuka bakar adalah kerusakan jaringan karena kontak dengan agens termal, kimiawi, atau listrik. Keparahan luka bakar dikaji dengan menentukan jenis luka bakar, lama kontak, area yang terkena, cedera terkait, penyakit atau kondisi yang sudah ada (Betz, 2002).Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi (Moenajat, 2001).Jadi dapat di simpulkan luka bakar adalah kerusakan jaringan kulit yang disebabkan oleh panas, bahan kimia, listrik atau radiasi.2. EtiologiMenurut Doenges (2000. Hal:804) adapun yang menjadipenyebab luka bakar adalah:a. Luka bakar termal Agen pecendera dapat berupa api, air panas, atau kontak dengan objek panas, luka bakar api berhubungan dengan asap/cedera inhalasi (cedera terbakar, kontak dan kobaran api). b. Luka bakar listrik terjadi dari tife/voltase aliran yang menghasilkan proporsi panas untuk tahanan dan mengirimkan jalan sedikit tahanan (contoh saraf memberikan tahanan kecil dan tulang merupakan tahanan terbesar). Dasar cedera menjadi lebih berat dari cedera yang terlihat.Contohnya: aliran listrik. c. Luka bakar kimia Terjadi dari tipe /kandungan agen pencedera, serta konsentrasi dan suhu agen.Contohnya:Lisol, prostek, Alkohol, Zat phosper, Kreolin Pepsida, Nitrat argentin dan Asam kuat. 3. Manifestasi KlinisUntuk mengetahui gambaran klinik tentang luka bakar menurut Suriadi (2010. Hal 172) adalah : Riwayat terpaparnya, Lihat derajat luka bakar, Status pernafasan (tachypnea, nafas menggunakan otot akksesoris, cuping hidung, dan stridor), Bila syok (tachycardia, tachypnea, tekanan nadi lemah, hipotensi, menurunnya pengeluaran urin atau anuria), Perubahan suhu tubuh dari demam kehipotermi.4. KlasifikasiAdapun derajat luka bakar pada anak menurut Wong (2009. Hal : 1349-1350) adalah : a) Luka bakar minor adalah luka bakar yang dapat ditangani dengan rawat jalan. b) Luka bakar sedang adalah luka bakar yang dirawat dirumah sakit dengan kekhususandiperawatan luka bakar. c) Luka bakar mayor adalah luka bakar yang memerlukan layanan dan vasilitas khusus pusat luka bakar.Persentase relatif area luka bakar berdasarkan pertumbuhan area lahir usia 1 tahun sampai usia 5 tahun menurut Wong (2009. Hal 1350) adalah: Area Baru lahir Usia 1 tahunUsia 5 tahun

A= kepalaB= badan C= satu tungkai 9 2 2 8 3 2 6 42

Tabel 1.1 Persentase relatif area luka bakar berdasarkan pertumbuhan

Persentase relatif area luka bakar berdasarkan pertumbuhan usia 10 tahun sampai 15 tahun dewasa menurut Wong (2009. Hal 1350) adalah: Area Usia 10 tahunUsia 16 tahunDewasa

A= kepalaB= satu pahaC= satu tungkai5 4 34 4 3 3 4 3

Tabel 1.2 Persentase relatif area luka bakar berdasarkan pertumbuhan

Derajat luka bakar menurut Donna L. Wong: 1. Luka bakar superfisial (derajat satu)Biasanya luka bakar yang tidak terlalu bermakna. Sering kali terdapat periode laten yang dilanjutkan dengan eritema. Kerusakan jaringan minimal, fungsi kulit sebagai pelindung masih utuh, dan jarang mengalami efek sistemik. Nyeri merupakan gejala dominan, dan luka bakar sembuh dalam 5 sampai 10 hari tanpa jaringan parut. Terbakar matahari derajat ringan merupakan salah satu contoh luka bakar superfisial derajat satu.2. Cedera ketebalan-sebagian (derajat dua)Mengenai epidermis dan berbagai derajat lapisan dermis. Luka sangat nyeri, lembab, merah, dan melepuh. Luka bakar ketebalan sebagian superfisial mengenai lapisan epidermis dan sebgian dermis. Elemen dermal tetap utuh, dan luka sembuh kira-kira dalam 14 hari dengan berbagai derajat jaringan parut. Luka sangat sensitif terhadap perubahan suhu, pajanan udara, dan sentuhan ringan.3. Luka bakar ketebalan-penuh (derajat tiga)Merupakan cedera serius yang mengenai seluruh lapisan epidermis dan dermis serta mekuas hingga jaringan subkutaneus. Ujung saraf, kelenjar keringat, dan folikel rambut hancur. Warna luka bakar berfariasi mulai dari berwarna merah sampai kecoklat-coklatan, putih seperti lilin, coklat atau hitam dan dibedakan dengan penampakan yang kering dan kasar.4. Luka bakar derajat empatCedera ketebalan penuh yang mengenai struktur dibawahnya seperti otot, fasia, dan tulang. Luka tampak tumpul dan kerin, dan ligamen, tendon, dan tulang dapat terpajan.

5. PatofisiologiAdapun patofisiologi menurut Wong (2008. Hal 1351-1352) cedera panas menghasilkan efek lokal dan efek sistemik yang berkaitan dengan luasnya destruksi jaringan. Pada luka bakar superfisial, kerusakan jaringan minimal. Pada luka bakar ketebalan sebagian terjadi edema dan kerusakan kapiler lebih parah. Dengan luka mayor lebih dari 30% Total Body Surface Area, terdapat respon sistemik yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler, yang memungkinkan protein plasma, cairan, dan elektrolit hilang. Pembentukan edema maksimal pada luka kecil sekitar 8-12 jam setelah cedera. Setelah cedera yang lebih besar, hipovolemia, yang dikaitkan dengan fenomena tersebut, akan melambatkan laju pembentukan edema, dengan efek maksimum terjadi pada 18-24 jam.6. Pemeriksaan DiagnostikAdapun pemeriksaan laboratorium menurut Betz (2002. Hal 57) : Hitung darah lengkap (Complete Blood Cell Count) menurun. Nilai analisis gas darah arteri - asidosis metabolic (pH turun, tekanan parsial karbon dioksida [Pco2] naik). Elektrolit serum-menurun karena menghilang ke daerah trauma dan ruang interstisial.Glukosa serum-meningkat karena glikoneogenesis akibat stress. Nitrogen urea darah (BUN)-meningkat karena kerusakan jaringan dan oliguria. Kreatinin - meningkat karena kerusakan jaringan dan oliguria. Kadar protein serum - menurun karena pemecahan protein Karena kebutuhan energi yang meningkat. Foto toraks.7. KomplikasiLuka bakar dapat menyebabkan masalah atau komplikasi pada pasien menurut Betz (2002. Hal 57) antara lain: gagal ginjal, asidosis metabolik, hiperkalemia, hiponatremia, hipokalsemia, masalah paru: edema paru, ansufisiensi paru, embolus paru, pnemonia bakterial, infeksi dan ulkus.8. PenatalaksanaanTerapeutikAdapun penetalaksanaan yang dilakukan pada luka bakar yang terjadi pada anak menurut Suriadi (2010. Hal 172-173) adalah: a) Mempertahankan jalan nafas. b) Pemberian oksigen 100% untuk intoksikasi karbon monoksida. c) Monitor analisa gas darah. d) Escharotomy. e)Terapi cairan segera. f) Monitor kelebihan cairan. g) Antibiotik untuk mencegah infeksi. h) Terapi analgetik. i) Perawatan luka harus streril. j) Hidroterapi. k) Terapi fisik. l) Skin graf bila indikasi. m) Monitor gravitasi urin atau berat jenis urin Penderita dengan luka bakar yang luas tidak di bolehkan memberikan cairan peroral karena dapat menyebabkan ileus.

B. Asuhan Keperawatan1. PengkajianAdapun pengkajian yang dilakukan pada anak dengan luka bakar menurut Suriadi (2010. Hal :173) adalah :a. Pengkajian awal adalah luka bakar menentukan kegawatan luka bakar.b. Bila ringan atau sedang, fokus pada penatalaksanaan nyeri dan perawatan lukac. Bila luka berat, pengkajian meliputi kepatenan jalan nafas, kaji perdarahan, urin output (pengeluaran urine), tanda-tanda vital, gejala syok, intensitas nyeri, kaji luka, pantau analisa gas darah, pulse oxymetri, dan kaji bising usus.d. Kaji perilaku klien dan perubahan kesadaran.2. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan yang dapat diaangkat menurut Suriadi (2010. Hal 174) adalah: a. Tidak efektifan jalan nafas dan gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema paru, injuri pulmunal sekunder dari smoke inhalation, karbon monoksida, atau hipoksia. b. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan luka bakar. c. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan dari intrasel keruang interstialdan hilangnya cairan secara evaporasi. d. Nyeri berhubungan dengan rusaknya ujung-ujung saraf, trauma dan edema karena injuri luka bakar dan prosedur. e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar, injuri thermal f. Resiko infeksi berhubungan dengan hilangnya pelindung lapisan kulit sekunder dari luka bakar, atau luka yang terkontaminasi. g. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hipermetabolisme dan peningkatan kebutuhan kalori dan proteinh. Resiko gangguan mobilitas fisik berhungan dengan hilangnya luka bakar, nyeri, gangguan pergerakan sendi, dan adanya pembentukan skar. i. Resiko tidak efektifan termoregulatorberhubungan dengan hilangnya panas dan perubahan mekanisme kulit untuk mempertahankan suhu. j. Gangguan citra tubuh, perubahan proses keluarga, tidak efektif koping keluarga, dan kurang pengetahuan berhubungan dengan luka bakar.3. PerencanaanMenurut Donna L. Wong (2010. Hal 174-175) perencanaan keperawatan meliputi: a. Cukur rambut sampai kira-kira 5 cm dari tepi luka area sekitar luka dengan segera.Rasional: untuk mnghilangkan reversior untuk infeksib. Bersihan luka dan kulit sekitarnya dengan seksamaRasional: untuk menurunkan resiko infeksi.c. Jaga anak untuk tidak menggarukRasional: untuk meningkatkan proses penyembuhan.d. Pertahankan perawatan lukaRasional: untuk menghindari kerusakan jaringan yang sedang berepitelisasi dan bergranulasi.e. Tawarkan makanan dan kudapan tinggi kalori, tinggi protein.Rasional: untuk memenuhi kebutuhan protein dan kalori yang meningkat yang disebabkan oleh peningkatan metabolisme dan katabolisme.f. Berikan suplemen vitamin dan mineral A, B, C, besi dan zink.Rasional: untuk memfasilitasi penyembuhan luka dan epitelisasi.g. Bungkus jari-jari tangan dan kaki secara terpisahRasional: untuk mencegah pelekatan jaringan akibat kontak yang lama.h. Beri posisi meminimalkan gangguan mekanis pada sisi graft restrein, jika perlu.Rasional: untuk mencegah pergeseran posisi grafti. Pantau dengan cermat tanda/gejala kompresi sirkulasi yang berhubungan dengan edemaRasional: untuk memastikan perfusi sirkulasi yang adekuat.j. Beri posisi ekstensiRasional: untuk meminimalkan nyeri akibat latihan fisik yang dilakukan untuk mendapatkan kembali posisi ekstensi.4. ImplementasiImplementasi keperawatan menurut Suryadi (2010. Hal 175-177) adalah:a. Mempertahankan kepatenan jalan nafas dan pertukaran gas. Kaji status pernafasan setiap jam untuk 72 jam pertama, monitor analisa gas darah, Monitor pulse oximetri, Pemberian oksigen sesuai program, Latihan nafas dalam dan batuk efektif setiap jam sekali bila tidur, Tinggikan posisi kepala 15 30 derajat, Pengisapan (suction) lendir bila perlu.b. Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat. Berikan cairan intravena dan oral sesuai dengan kebutuhan dan pantau secara ketat, monitor urin output (pengeluaran urine) dan catat jika kurang dari 1 ml / kg berat badan / jam dan lapor ke penanggung jawab, kaji tanda ketidakseimbangan elektrolit (hypokalemia, hyperkalemia,hyponatremia, hypernatremia, hypochlorida, hypercalemia, dan hypocalcemia), monitor status neurologi, monitor nadi perifer dan nadi bagian distal serta catat adanya perubahan dan lakukan kolaborasi.c. Mempertahankan volume cairan dalam batas normal, monitor tanda vital sampai stabil, monitor pemasukan dan pengeluaran, timbang berat badan setiap hari, monitor elektrolit, Hgb, dan Hct, pemberian terapi intravena dan oral, Pemberian kalium bila kalium rendah.d. Mengurangi rasa nyeri, kaji tingkat nyeri dengan skala 1 10, catat denyut nadi, tekanan darah, dan pernafasan, pemberian obat nyeri 20 30 menit sebelum prosedur perawatan luka, hati - hati dalam perawatan kulit, gunakan kontak taktil, gunakan terapi distraksi, kurangi hal hal yang menimbulkan nyeri, gunakan dengan terapi bermain, relaksasi dan khayalan sesuai usia dan kondisi, lakukan pergerakan aktif pasif dengan mengunakan terapi bermain, pengaturan posisi yang tepat.e. Meningkatkan penyembuhan luka dan integritas kulit, kaji luka pada fase akut: perubahan warna, kulit, membran mukosa dan kuku, rubah posisi setiap 2 jam atau sesuai kebutuhan anak terutama bagian tulang tulang yang resiko menimbulkan dekubitus, cegah adanya gesekan pada kulit, support dengan bantal pada bagian tertentu yang dibutuhkan, lakukan perawatan luka dengan steril: menggunakan sarung tangan, baju khusus, gunakan larutan normal salin yang sterril untuk membersihkan luka, jaga agar kulit tetap kering.f. Mencegah infeksi, kaji luka selama mengganti balutan, gunakan tekhnik steril saat melakukan perawatan luka, kaji adanya sepsis (perubahan status neorologi, hypotermia, demam, oliguri), mencuci tangan dengan tekhnik aseptik setiap akan menyentuh, bersihkan luka dengan larutan steril (normal salin), Gunakan standar pencegahan universal : baju khusus, mencuci tangan menggunakan masker (semua personil yang mendekati anak), observasi luka(purulent dan drainase),pemberian antimikroba topikal, pemberian antibiotik sesuai program.g. Meningkatkan status nutri yang optimum, berikan nutrisi (kue-kue atau makanan kecil yang tinggi kalori protein),hindari nyeri saat prosedur kerena nyeri dapat menurunkan nafsu makan,berikan vitamin dan mineral, berikan makanan yang menambah nafsu makan, antisipasi total nutrisi parenteralh. Meningkatkan fungsi aktivitas, jelaskan pentingnya latihan dan lakukan latihan pergerakan aktif pasif, ajarkan dengan mengunakan terapi bermain supaya dapat meningkatkan penggunaan fungsi pergerakan, pemberian analgetik sebelum melakukan aktivitas (bila perlu), libatkan orang tua untuk melakukan pergerakan persendian(fleksi, ekstensi, rotasi, abduksi, adduksi), meningkatkan fungsi termoregulator, monitor tanda vital (suhu), kaji kulit (dingin, perubahan warna dan pengisian kembali kapiler),observasi demam dan menggigil, hindari stress yang dingin.i. Meningkatkan konsep diri, koping yang positif dan pertahankan kondisi dan pengobatan, ajarkan untuk mengekspresikan perasaan, jelaskan tentang (kondisi luka bakar, perawatan dan pengobatannya dan jelaskan apa yang dapat dilakukan oleh keluarga), jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan termasuk alasannya,demonstrasikan cara merawat luka dengan tekhnik aseptik, tenangkan anak dan orang tua dengan komunikasi terapeutik.

5. Evaluasi Menurut Wong (2009. Hal 1367) keefektifan intervensi keperawatan ditentukan oleh pengkajian dan evaluasi perawatan yang kontinu berdasarkan pada pedoman pengamatan berikut: a. Amati perilaku anak selama seluruh aspek perawatanb. Amati luka bakar dan kondisi umum anakc. Amati perilaku makan anak dan jumlah makanan yang dikonsumsid. Inspeksi luka bakar untuk mendeteksi tanda-tanda infeksi e. Amati apakah ada tanda-tanda penyembuhanf. Amati perilaku anak dan keluarga

6