bab ii latar belakang dan kelahiran organisasi...
TRANSCRIPT
17
BAB II
LATAR BELAKANG DAN KELAHIRAN ORGANISASI IPPI
Para pemuda pelajar melakukan sesuatu untuk kepentingan tanah air,
bangsanya dan bersemangat menjadi pelopor dalam gerakan kemerdekaan, sehingga
para pelajar Sekolah Dokter Jawa dipimpin oleh Sutomo, Gunawan, Gumbreg dan
lain-lainnya mempunyai prakarsa mendirikan organisasi modern, bernama Boedi
Oetomo. Gerakan yang bertujuan menuju ke kemajuan bangsa Jawa, kemudian
muncul berbagai organisasi pemuda yang bersifat kedaerahan, seperti Jong Java, Jong
Sumatra, Jong Ambon, Jong Celebes dan lain-lain. Kesadaran pemuda yang
memegang peranan penting dalam semangat yang revolusioner dalam mengutamakan
persatuan dan kesatuan menjadikan mereka tetap berada dalam satu barisan,
mempersiapkan penyusunan tenaga dalam revolusi yang terus berputar dan berusaha
mengorganisir diri mereka untuk mencapai harapan bangsa. Ini dapat dibuktikan
dengan adanya peristiwa sejarah Soempah Pemoeda atau Sumpah Pemuda merupakan
suatu pengakuan dari Pemuda-Pemudi Indonesia yang mengikrarkan satu tanah air,
satu bangsa dan satu bahasa. Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober
1928 hasil rumusan dari Kerapatan Pemuda-Pemudi atau Kongres Pemuda I tahun
1926 dan disusul oleh Kongres Pemuda ke II.1
1 Keith Foulcher., Sumpah Pemuda Makna Dan Proses Penciptaan Atas
Sebuah Simbol Kebangsaan Indonesia, (Jakarta: Komunitas Bambu, 2002), hlm. 55.
17
18
Para pemuda pelajar yang menuntut ilmu di Luar Negeri pun menyadari
kegunaan persatuan seperti di Nederland Pada tahun 1922 De Indische Vereeniging
yaitu perkumpulan mahasiswa yang datang dari “Tanah Hindia” di negeri Belanda
mengubah nama menjadi Indonesische Vereeniging. Dengan ini maka sifat organisasi
itupun mengalami perubahan yang cukup drastis, dari hanya sekedar perkumpulan
sosial kemahasiswaan menjadi organisasi yang memperlihatkan kecenderungan
politik. Perubahan nama itupun menunjukkan bahwa keanggotaan perkumpulan yang
semula bersifat inklusif menjadi eksklusif. Pada tahun 1923 sifat eksklusif inipun
semakin kental karena De Indische Vereeniging diterjemahkan menjadi
Perhimpoenan Indonesia (P.I.) dan menampilkan kekuatan nasionalisme Indonesia.2
Perhimpoenan Indonesia (P.I.) menekankan ide kesatuan dan demokrasi. Tanpa
mengambil posisi terhadap penjajah, maka bangsa Indonesia perlu menentukan nasib
sendiri di masa depan serta menentukan bentuk pemerintahan yang dapat diterima
oleh rakyat. Dari unsur-unsur yang berasal dari berbagai gerakan pemuda pelajar
kemudian lahir tokoh-tokoh yang memimpin bangsa Indonesia dalam menghadapi
penjajah Belanda dan menuju kemerdekaan.
Selama masa kependudukan Jepang, bangsa Indonesia dilarang membentuk
organisasi sendiri sehingga pemuda pelajar sulit untuk bergerak dan harus pandai-
pandai menyesuaikan diri dengan situasi serta keadaan. Meskipun demikian, bukan
berarti bahwa kaum pemuda pelajar senantiasa tunduk dan takluk kepada kehendak
2 Sartono Kartodirdjo., Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah
Pergerakan Nasional, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1990), hlm. 11.
19
Jepang. Pembangkangan para mahasiswa Ika Dai Gaku atau Sekolah Tinggi
Kedokteran di Jakarta, karena tidak mau di gundul kepalanya merupakan salah satu
pembangkangan yang dilakukan pemuda pelajar tersebut.3 Pada masa kependudukan
Jepang bukan anak-anak muda diluar sekolah dibina dan digiring pihak Jepang untuk
masuk barisan seinendan, keibondan tetapi para pemuda pelajar dihimpun dalam
Barisan Pelajar. Mereka mendapatkan latihan semi-militer ala Jepang, baris berbaris
gerak badan seperti serdadu Jepang dan melakukan latihan perang. Hal ini
dimanfaatkan Jepang sebab Jepang memerluhkan tenaga kaum muda untuk
menghadapi serbuan sekutu. Dari segala kegiatan yang dilakukan oleh kaum muda ini
tanpa disadari timbul disiplin pada diri masing-masing. Bukan saja latihan fisik dan
jasmaniah yang mereka terima, sebab tanpa terasa tumbuh pula perasaan cinta tanah
air, semangat patriotisme, serta kesediaan berkorban untuk bumi Pertiwi dan timbul
perasaan bertanggung jawab atas nasib tanah air dan bangsa tercinta. Karena itu tidak
mengherankan bahwa setelah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya
para pemuda pelajar bangkit serentak di barisan paling terdepan menyusun organisasi
guna mempertahankan kemerdekaan.
A. Organisasi Pasca Kemerdekaan
Sesudah penyerahan tanpa syarat dari Pemerintahan Hindia Belanda pada
tanggal 8 Maret 1942, maka sejak itu Indonesia memasuki periode pemerintahan
3 Rosihan Anwar., Sejarah Kecil Petite Histoire Indonesia, (Jakarta: PT
Kompas Media Nusantara, 2009), hlm.14.
20
pendudukan Jepang. Berkuasanya pemerintahan militer Jepang di Indonesia telah
membawa perubahan. Pada zaman Pemerintahan Jepang semua organisasi itu
dilarang, tetapi tokoh-tokoh politik dan tokoh agama dimasukkan dalam organisasi
massa dengan tujuan turut bekerja dengan sekuat tenaga dalam pekerjaan
pembangunan masyarakat baru untuk mencapai kemakmuran bersama di lingkungan
Asia Raya di bawah Dai Nippon.4 Bangsa Indonesia sebagian besar adalah muslim
dan Islam telah menjadi bagian yang penting dalam kehidupan mereka. Jepang yang
memperhitungkan besarnya jumlah muslim di Indonesia dan mengetahui posisi dan
peranan ulama memberikan kelonggaran dengan mengijinkan berdirinya MIAI.
Organisasi ini bertujuan menggabungkan segala perhimpunan umat Islam Indonesia
untuk bekerja bersama-sama dan berusaha mengadakan perdamaian apabila ada
timbul pertikaian golongan umat Islam. Karena perkembangan semakin mendapat
simpati luar biasa dari kalangan umatnya mengakibatkan pihak Jepang waspada
terhadap pertumbuhan organisasi tersebut dan pada bulan Oktober 1943 MIAI
dibubarkan oleh Jepang. Pembubaran MIAI digantikan dengan organisasi Majelis
Syuro Muslimin Indonesia atau Masyumi pada tanggal 22 November 1943 dengan
tujuan mengendalikan dan merapatkan hubungan perserikatan-perserikatan Islam di
Jawa dan Madura serta memimpin dan memelihara pekerjaan perserikatan agar dapat
menyumbangkan tenaga untuk membantu membentuk lingkungan kemakmuran
4 Sartono Kartodirdjo dan Sukarto Karto Atmodjo., Negara Dan Nasionalisme
Indonesia Integrasi, Disintegrasi Dan Suksesi, (Jakarta : PT Grasindo, 1995), hlm.68.
21
bersama di Asia Timur Raya di bawah pimpinan Jepang.5 Setelah Jepang menyerah
kepada sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945, pemerintah Republik Indonesia
mengeluarkan Maklumat Pemerintah 3 November 1945 tentang anjuran pembentukan
partai-partai politik, kesempatan baik ini di manfaatkan oleh pemimpin Masyumi
untuk membawa perubahan yang semula merupakan federasi dari organisasi Islam
dan akhirnya berubah menjadi partai politik pada tanggal 7 November 1945 melalui
Kongres Islam Indonesia di Yogyakarta. Selain organisasi Islam, muncul Partai
Komunis Indonesia (PKI) yang didirikan kembali oleh Mr. Mohammad Jusuf sebagai
ketua di Jakarta pada tanggal 21 Oktober 1945. Dilanjutkan dengan munculnya Partai
Sosialis Indonesia didirikan di Cirebon pada 20 November 1945 dengan dewan
pimpinannya antara lain: Sutan Sjahrir, Mr. Amir Sjarifuddin dan Oei Gee Hwat. PSI
berlandaskan sosialisme yang menjunjung tinggi derajat kemanusiaan dengan
mengakui dan menjunjung persamaan derajat setiap manusia yang menghargai
pribadi seseorang dalam pikiran serta dalam pelaksanaan sosialisme.
Kemudian pada tanggal 19 November 1945 berdiri Partai Kristen Indonesia
(PARKINDO) di Jakarta. Awal berdirinya PARKINDO dari serentetan pertemuan
yang diadakan oleh para tokoh Kristen (Protestan dan Katolik) di Jakarta untuk
merencanakan pembentukan sebuah partai bagi seluruh umat Kristen Indonesia. Pada
tanggal 9 November 1945, para tokoh Protestan dan Katolik kembali mengadakan
pertemuan dan akhirnya pertemuan malam itu, sepakat membentuk sebuah partai
5 Mansur., Mendjelaskan Kedoedoekan Masjoemi, dalam Soeara Moeslim
Indonesia, (Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 1985), hlm.15.
22
untuk umat Kristen Protestan dengan nama Partai Kristen Nasional Indonesia dan
pada tanggal 10 November 1945, para tokoh Kristen Protestan dan Katolik itu
mendeklarasikan berdirinya Partai Kristen Nasional (PARKINDO).
Disusul kemudian Partai Katolik Republik Indonesia (PKRI) didirikan di
Surakarta pada 8 Desember 1945 dan diketuai I.J Kasimo. PKRI berpendapat bahwa
Negara Indonesia hanya bisa maju dan tegak berdiri bila seluruh rakyat bersatu. PKRI
pun terlibat dalam pembentukan Persatuan Pertahanan Rakyat dan Program Nasional
disertai komitmen perjuangan yang memerhatikan pada usaha untuk memajukan
penghidupan rakyat. Di bidang pendidikan PKRI bekerja sama dengan AMKRI
(Angkatan Muda Katolik Republik Indonesia) dengan mendirikan sekolah di
Yogyakarta dan Solo. Pada bulan yang sama, lahir Partai Serikat Indonesia
(SERINDO) didirikan pada 11 Desember 1945 di Jakarta dan partai ini kemudian
bersatu dengan partai-partai nasional lain lalu berganti nama menjadi Partai Nasional
Indonesia yang diperkenalkan sebagai kelahiran kembali atau penerus PNI 1927.6
B. Terbentuknya Organisasi Ikatan Pelajar Indonesia
Pusat dan Daerah
Proklamasi Kemerdekaan memiliki makna yang besar bagi bangsa Indonesia
karena menjadi bangsa yang merdeka bebas dari penjajahan dan merdeka untuk
membangun negaranya sendiri. Lahirnya proklamasi kemerdekaan Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945 merupakan titik perjuangan dari bangsa Indonesia meski
6 Hassan Shadily., Ensklopedia Umum, (Yogyakarta : Kanisius, 1973), hlm. 981.
23
segala sesuatunya masih belum tersedia, pemuda-pemuda sebagian besar tidak
memiliki senjata api dan yang mereka gunakan hanya senjata tradisional yaitu bambu
runcing atau takeyari, pedang, clurit dan lain-lain, selain itu terjadi bentrokan-
bentrokan antara pemuda dengan pihak Jepang, ini membuat kedudukannya terjepit
dan tidak ada jalan lain kecuali menyerahkan kekuasaan serta peralatan senjatanya
kepada pihak Indonesia.
Dengan situasi yang demikian, gagasan dari partai-partai politik dan kaum
pemuda pelajar untuk mengadakan kongres pada tanggal 25-27 September 1945 di
Yogyakarta dan mengundang perwakilan gabungan sekolah-sekolah menengah yang
ada di Jawa. Kongres diketuai oleh Sukardi ketua Gasemma dan melahirkan
organisasi Ikatan Pelajar Indonesia (IPI) suatu wadah yang menghimpun para pelajar
sekolah tingkat menengah berasaskan kebaktian dan tujuan utamanya ialah
menyediakan tenaga, jiwa dan raga guna kepentingan bangsa dan Negara dan dalam
kongres ini dicetuskan pula suatu “Hari Ikrar Pelajar Indonesia”.7
Adapun keputusan-keputusan lainnya mengenai:
a. Pokok Sikap;
b. Pendidikan Nasional;
c. Perhubungan Guru Dengan Murid;
d. Organisasi;
e. Anjuran;
f. Mosi;
Adapun Mosi yang diambil bunyinya begini :
Mengingat:
a. Kedudukan Negara Indonesia Pada Masa Sekarang;
b. Bahwa Kemerdekaan Indonesia Harus Dipertahankan Oleh Segala
Lapisan Masyarakat Indonesia;
7 Hardjito., Risalah Gerakan Pemuda, (Jakarta: Pustaka Antara, 1952), hlm. 35.
24
c. Bahwa Pelajar-Pelajar Sekolah Lanjutan Merupakan Satu Lapisan
Besar Dalam Masyarakat Indonesia;
Menimbang
Bahwa pelajar-pelajar sekolah-sekolah lanjutan sebagai muda
Indonesia berkewajiban berjuang bersama-sama dengan segala lapisan
masyarakat untuk mempertahankan Kemerdekaan Bangsa dan Negara
Indonesia.
Memutuskan :
1. Kami Adalah Pelajar Negara Repubik Indonesia;
2. Menolak Menjadi Pelajar Pemerintah Lain Dari Pada Pemerintah
Republik Indonesia;
3. Menyediakan Tenaga, Jiwa Dan Raga Untuk Kepentingan
Kemerdekaan Bangsa Dan Negara Indonesia
Dan Keputusan inilah yang kemudian hari diangkat menjadi “Ikrar Pelajar
Republik Indonesia”, yang sangat menarik dari Kongres pertama Ikatan Pelajar
Indonesia itu adalah bahwa segala sesuatunya diselenggarakan oleh pemuda pelajar,
mereka adalah pelajar dari Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Atas. Sedangkan
usia mereka rata-rata antara 15-21 tahun dan apabila terdapat pemuda pelajar
perguruan tinggi maka jumlahnya relatif sangat sedikit sekali.
Gambar 1.
Kantor Ikatan Pelajar Indonesia Tugu Kulon 70 di Yogyakarta
Sumber: Perpustakaan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta
25
Diskusi, pembahasan makalah dan debat yang diadakan semuanya
berlangsung bebas, tidak ada tekanan dari siapapun juga. Tiap anggota berhak
mengutarakan pendapat meskipun terkadang debat berlangsung dengan sengit dan
panas, selain itu semua anggota, ketua umum sampai anggota pengurus lainnya
dipilih secara demokratis dalam arti yang seluas-luasnya secara langsung, bebas dan
rahasia tidak ada campur tangan pihak luar. Kongres pertama Ikatan Pelajar Indonesia
merupakan gerakan nyata pelaksanaan demokrasi sejati.
Di lain pihak Belanda masih menganggap mempunyai hak atas wilayah yang
dinamakan Hindia Belanda, Belanda mengira bahwa kemerdekaan yang di
proklamasikan bangsa Indonesia adalah kemauan para pemimpinnya dan rakyat
sesungguhnya masih menyukai tuannya yang lama. Kedatangannya kembali ke
Indonesia terutama di Jawa dan di Sumatra akan terjadi apabila dengan membawa
pasukan sekutu (Inggris). Bangsa Indonesia bersedia menerima kehadiran pasukan
Inggris untuk mengangkut para tawanan perang serta melucuti pasukan Jepang, tetapi
tidak menerima kedatangan pasukan Belanda yang hendak kembali ke Indonesia.
Gambar 2.
Staf Pengurus Besar IPI, dari kiri belakang: Zakaria Idris, Soebagijo I.N., A.T.
Effendy. Dan dari kiri depan: M. Yusuf dan Koesnadi Hardjasoemantri
Sumber: Perpustakaan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta
26
Dengan situasi yang demikian, para pemuda Indonesia mengadakan suatu
kongres pertama setelah kemerdekaan yang diadakan di Yogyakarta pada tanggal 10-
11 November 1945 ditempat bekas kamar Belanda Sociteit Mataram.8 Seluruh pelajar
Indonesia dengan tidak membedakan jenis dan macam sekolah masing-masing baik
pemerintah, swasta, umum, agama, kejuruan dan dari segala pelosok terutama dari
Jawa, Madura, Sumatera menghadiri kongres.
Kongres tersebut merupakan tekad pemuda Indonesia menggalang persatuan
dalam menghadapi penjajah Belanda yang hendak menjajah kembali. Sebagai salah
satu keputusan kongres ialah dibentuknya suatu wadah bernama Badan Kongres
Pemuda Republik Indonesia atau BKOPRI dengan Dewan Pimpinan Pusatnya yang
terdiri dari Chaerul Saleh sebagai Ketua, Supardo sebagai Wakil Ketua lalu Moelyo
sebagai penulis. DPP BKOPRI didampingi oleh sejumlah pembantu terdiri dari
wakil-wakil organisasi yang menjadi anggotanya. Meskipun terbilang baru, IPI telah
dikenal oleh masyarakat mulai dalam urusan sosial yang bekerja dibelakang garis
peperangan sampai ke medan pertempuran. Sebab pemuda sekarang bukan menjadi
pelajar untuk di didik menjadi pegawai saja seperti yang telah terjadi pada masa
penjajahan dulu, tetapi juga menjadi pelajar yang sanggup mempertaruhkan jiwa
raganya untuk mempertahankan Kemerdekaan Tanah Air. Pada awal revolusi gerakan
pemuda pelajar memang sangat menonjol dimana terlihat kegiatan mereka di dalam
bidang sosial seperti mengikuti kegiatan PMI (Palang Merah Indonesia). Pada saat itu
8 Hasil-Hasil Catatan Resolusi Kongres Pemuda I Di Yogyakarta 9-11
November 1945 Bertempat Di Mataram. Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia,
Arsip Kongres IPI. No. 17.
27
kondisi bangsa bertambah genting ketika NICA-Belanda bertambah kuat
kedudukannya dan dengan demikian bertambah kejam, ini membuat Pemerintah
Pusat mengambil keputusan untuk memindahkan Ibukota selama sementara di
Yogyakarta tahun 1946.9 Pada minggu pertama Kepala Negara dan Wakil Kepala
Negara beserta keluarga masing-masing pindah ke Yogyakarta, lalu sejumlah
Kementerian secara bertahap juga pindah ke daerah pedalaman. Demikian pula KNIP
atau Komite Nasional Indonesia Pusat yang merupakan Dewan Perwakilan Rakyat
ikut berpindah ke Yogyakarta.
Ikatan Pelajar Indonesia yang semula berkedudukan di Jakarta juga mengikuti
gerak Pemerintah Pusat untuk berpindah ke Yogyakarta dan berkantor di Tugu Kulon
70 dan menjadi satu dengan IPI Yogya. Sejak saat itu semua kegiatan pemuda pelajar
dari berbagai perguruan baik yang dari Yogyakarta maupun dari daerah lain datang
berkonsultasi membawa persoalan yang dihadapi di kota dan daerah masing-masing.
Melihat perkembangan IPI yang demikian pesatnya dalam menghadapi berbagai
persoalan, akhirnya Pengurus Besar mengadakan Kongres ke II di Madiun dan
diadakan pada tanggal 1-5 Januari 1946 di Hotel Merdeka Madiun yang diikuti oleh
Kementerian Pengajaran, Kementerian Penerangan, Kementerian Dalam Negeri dan
semua anggota PB IPI dengan diterima oleh Residen Madiun, Mr. Susanto
Tirtoprodjo.
9 Baskara T. Wardaya., Mencari Supriyadi Kesaksian Pembantu Utama Bung
Karno, (Yogyakarta: GalangPress, 2008), hlm. 165.
28
Keputusan-keputusan yang diambil adalah :
Mengenai Pendidikan
1. Mengusulkan kepada pemerintah daerah supaya :
a. Sedapat-dapatnya kita tidak mempergunakan gedung sekolah kalau
tidak perlu betul-betul, supaya tidak merusak harmoni dalam
masyarakat.
b. Mengadakan Panti-Pengetahuan Umum sebanyak-banyaknya.
c. Mengadakan noodonderwijs-organisasi (Pendidikan Darurat), kalau di
daerah pemerintahannya cukup pelajar pengungsi.
2. Mengusulkan kepada Departemen Pengajaran supaya:
a. Co-education disempurnakan menurut kebijaksanaan Pemerintah.
b. Memberi subsidi yang cukup kepada sekolah-sekolah partikelir dan
supaya derajat dan penghargaan kepada sekolah-sekolah partikelir itu
disamakan dengan sekolah pemerintah.
c. Di dalam membicarakan rencana pendidikan dan pelajaran pelajar-
pelajar turut bersuara.
d. Menentukan kedudukan pelajar-pelajar yang sekarang ada dalam
medan perjuangan dan tidak masuk sekolah, pada akhir tahun
pelajaran nanti.
3. Mohon perhatian Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia
seumumnya untuk para guru yang meninggalkan lapangan perguruan,
padahal kita sangat perlu akan tenaga atau kepandaian mereka.
29
Mengenai Pertahanan
1. Mengusulkan kepada Pemerintah, MTTRI (Markas Tertinggi Tentara
Republik Indonesia) dan Kementerian Pertahanan untuk mengadakan tentara-
cadangan (reserve-corps) di dalam Tentara Repubik Indonesia.
2. Mengusulkan kepada Pemerintah supaya mendirikan badan untuk mengatur
rasionalisasi tenaga-tenaga, teristimewa tenaga-tenaga pelajar.
Selain itu juga diambil resolusi mengenai pemberantasan buta huruf dan
mendirikan perpustakaan, dan menyediakan buku-buku yang mudah dibaca dan
dimengerti dan menyediakan koran-koran. Mengadakan ceramah tentang hal-hal yang
dibutuhkan sehari-hari agar dicatat oleh kaum buta-huruf dan dibaca oleh seorang
dari mereka sendiri.10
Tentang Pers dan Penyiaran, diusulkan kepada Pusat Pemerintah supaya :
a. Mendirikan Sekolah Jurnalis
b. Mengirimkan Wartawan Ke Luar Negeri
Resolusi itu disampaikan kepada :
1. Pemerintah Republik Indonesia
2. Rakyat Indonesia.11
Sementara itu susunan Pengurus Besarnya pun mengalami sedikit perubahan.
Begini :
10 Resolusi-Resolusi Yang Telah Dicapai Dalam Kongres Pemuda Ke II Di
Yogyakarta. Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, Arsip Kongres IPI. No.33. 11 Api Merdeka, No.6 Th. Ke-I, 1 Februari 1946, Koleksi Arsip Monumen Pers
Indonesia.
30
Penasehat : 1. Ki Hadjar Dewantoro, 2. Anto
Soelaiman
Pucuk Pimpinan
Ketua : Tatang Mahmoed
Wakil Ketua : Soekardi
Wakil Ketua : Warisni Srihartati
Penulis : Boesono
Bendahara : Soefa’at
Sekretariat Umum : Ketua : Boesono
Keuangan : Ketua : Soefa’at
Pertahanan : Ketua : Soejitno
Fonds Pelajar Indonesia : Ketua : Sasmito
Penerangan : Ketua : Iljas
Pers : Ketua : Soedarsono
Presidium D.P.P.P.I : 1.Tatang Mahmoed,
2. Soekardi
Dengan banyaknya kegiatan pemuda pelajar dalam mengupayakan pertahanan
bangsa, tidak terasa IPI telah berusia satu tahun, dan untuk memperingati ulang tahun
IPI yang pertama, Ketua PB IPI mengucapkan pidatonya didepan corong RRI Pusat,
Yogyakarta.12 Pidato ditujukan kepada seluruh pelajar Indonesia yang berada
diwilayah manapun dan isi pidatonya adalah :
Orang-orang terkemuka serta pemimpin-pemimpin negara kita dewasa ini,
kebanyakan memulai perjuangan sejak duduk dalam bangku sekolah, tetapi persatuan
yang buat di antara segala golongan dan lapisan pelajar memang baru sekarang kita
dapati. Sejak tanggal 17 Agustus 1945 kita sudah menjadi bangsa yang merdeka,
diakui atau tidak oleh dunia internasional! Kita tidak lagi menuntut atau meminta,
12 Pramoedya Ananta Toer., Kronik Revolusi Indonesia, (Jakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia,2001), hlm. 8.
31
melainkan mempertahankan kemerdekaan kita terhadap nafsu penjajah yang bukan
saja memakai tipu muslihat yang licin-licin, tetapi juga mempergunakan kekuatan
senjata yang semodern-modernnya untuk memperbudak kembali. Dengan hal yang
demikian itu, maka dengan sendirinya mau atau tidak mau kita harus membulatkan
segala tenaga lahir dan batin yang ada pada bangsa kita, jika benar-benar tidak ingin
kita kembali menjadi hak milik bangsa lain. Sesungguhnyalah kita hidup dalam suatu
masa yang belum pernah dijalani oleh pelajar-pelajar yang sebaya dengan kita pada
zaman yang telah silam!. Pada waktu yang biasa kewajiban kita golongan pelajar
sudah bercabang dua, yaitu:
1. Menuntut Ilmu Pengetahuan di sekolah;
2. Menjaga diri terhadap bermacam-macam nafsu muda yang kerap kali benar
mengajak arah kepada kerusakan jasad dan rohani.
Sekarang kewajiban kita bertambah satu, ialah turut mempertahankan dan
menegakkan Negara kita dengan perbuatan-perbuatan yang nyata. Memang berat
sungguh kewajiban kita!. Kongres pelajar sekolah lanjutan yang pertama menjelma
menjadi Ikatan Pelajar Indonesia, kumpulan kita yang sekarang ini yang berharap :
1. Memberi saluran yang tentu kepada tenaga dinamis yang mengalir di dalam
jiwa serta tubuh pemuda pelajar, supaya tidak menempuh jalan yang sesat.
2. Mempersatukan pelajar di dalam satu ikatan yang tentu azas serta tujuannya
agar supaya tidak mudah terombang-ambing kian kemari oleh gelora zaman.
3. Mengatur tenaga pelajar secara rasional dan efektif.
32
Dari pidato Tatang Mahmud terlihat bagaimana pendirian pelajar Indonesia
pada saat itu dalam kondisi revolusi sedang bergejolak dengan hebatnya, musuh
dengan segala peralatan perangnya yang serba modern untuk menjajah Indonesia
namun para pelajar sudah siap-siap pula untuk membangun Negara.
Tetapi usaha untuk tetap bersatu dibawah naungan IPI tidaklah muda dan
akhirnya ada juga sebagian dari teman-teman pelajar yang memisahkan diri karena
merasa tidak dapat menyalurkan aspirasi melalui IPI dan akhirnya memisahkan diri
mendirikan organisasi pelajar baru yaitu Pelajar Islam Indonesia (PII) pada tanggal 4
Mei 1947.13 Sebelumnya pada April 1946 mahasiswa seluruh Jawa mengadakan
pertemuan dan mendirikan perhimpunan baru untuk para mahasiswa dengan nama
Sarekat Mahasiswa Indonesia (Societas Studisorum Indonesiensis). Dasar organisasi
adalah Kewarganegaraan Indonesia dan memiliki tujuan menuju kesempurnaan
susunan masyarakat Indonesia dan kesempurnaan sebagai anggota masyarakat dunia.
Konferensi pertamanya diadakan di Solo pada 2-3 April 1946 dan menghasilkan
beberapa keputusan antara lain mendesak kepada pemerintah supaya mengambil
tindakan yang tepat dan tegas terhadap adanya Universitas NICA di Jakarta dan
mendesak kepada pemerintah untuk mendirikan Staatsuniversiteit (Universitas
Negara) dengan disertai bantuan pemerintah serta usaha mahasiswa Indonesia untuk
memperlengkap perpustakaan pada tiap-tiap fakultas. SMI Komisariat Yogyakarta
13 Slamet Muljana., Kesadaran Nasional Dari Kolonialisme Sampai
Kemerdekaan, (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2008), hlm. 295.
33
mengeluarkan surat terbuka dan ditujukan kepada para anggota IPI yang di
tandatangani oleh Ketuanya Soegiman Iman Suhardjo dan surat tersebut berisikan :
“Dengan lahirnya Sarekat Mahasiswa” ini, niscaya kekuatan dan tenaga kami
akan lebih bermanfaat bagi masyarakat dari pada masa yang lampau. Dengan
berdirinya perhimpunan ini, para mahasiswa yang pada hakekatnya pelajar juga,
sekali-kali tidak menjauhkan diri atau mengasingkan diri dari Ikatan Pelajar
Indonesia (IPI) dan “Sarekat Mahasiswa Indonesia”, dapat saya umpamakan sebagai
lingkaran-lingkaran yang sepusat. Asas dan tujuan kedua perhimpunan memang
berbeda tetapi tidak bertentangan, memiliki tujuan bersama-sama berbakti kepada
tanah air.
C. Berfusinya Ikatan Pelajar Indonesia Dengan Serikat Mahasiswa
Indonesia Menjadi Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia
Lahirnya Sarekat Mahasiswa Indonesia membawa perkembangan yang pesat
bagi kehidupan mahasiswa Indonesia, hal ini membuat munculnya gagasan untuk
menggabungkan SMI dengan IPI ini dikarenakan IPI berhasil menghimpun sejumlah
tenaga pemuda pelajar sekolah lanjutan, sedangkan SMI beranggotakan mahasiswa
yang dianggap lebih senior dan lebih berwawasan daripada para siswa sekolah
lanjutan. Gagasan ini muncul setelah berlangsungnya Kongres ke III di Malang pada
Juni 1947, kongres ke III sendiri menghasilkan pembentukan Komisariat Ikatan
Pelajar Indonesia dengan nama Komisariat Susun Kasuma yaitu perwakilan dari
34
Sumatera, Sunda Kecil, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Pengurus IPI Komisariat
Susun Kasuma terdiri dari :
1. Moh. Riza sebagai Ketua mewakili Sulawesi
2. Bakhtiar Yahya sebagai Wakil Ketua mewakili Sumatra
3. Frans Seda sebagai Sekretaris mewakili Sunda Kecil
4. Nanlohy sebagai Sekretaris II mewakili Kalimantan
Gambar 3.
Ketua PB IPI berpidato di Kongres IPI di Malang pada Juni 1947 dan di hadiri oleh
Presiden RI, Ir. Soekarno
Sumber: Perpustakaan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta
Pengurus Besar Komisariat IPI Susun Kasuma ini berhasil membantu
Pengurus Besar Ikatan Pelajar Indonesia untuk mengkoordinasikan organisasi pelajar
seberang baik yang tergabung dalam kesatuan-kesatuan perjuangan maupun yang
sedang belajar tetapi terlantar akibat putus hubungan dengan orang tua di seberang.
Selain itu, Susun Kasuma membantu mempercepat terciptanya satu gabungan antara
35
Ikatan Pelajar Indonesia dengan Serikat Mahasiswa Indonesia dan menyelenggarakan
Kongres fusi pada tanggal 2 Februari 1948 di Yogyakarta dengan kesepakatan bahwa
IPI dan SMI melebur atau berfusi menjadi Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia yang
berazaskan kemasyarakatan dan Saudara Tatang Machmud terpilih menjadi ketua.14
Penyatuan ini dimaksudkan untuk menghimpun pengalaman dan kekuatan para
pelajar dan mahasiswa dalam sebuah wadah perjuangan yang ikut aktif serta dalam
perang menegakkan kemerdekaan Republik Indonesia. Oleh sebab itu segala sikap,
tindakan dan usaha-usaha yang diadakan oleh IPPI haruslah dijiwai oleh semangat
perjuangan dan pembangunan, dengan kebaktian, tulus ikhlas, dengan penuh
keberanian yang telah dipedomankan oleh pahlawan-pahlawan pelajar yang telah
tewas terlebih dahulu.
Wujud perjuangan IPPI haruslah terus-menerus disesuaikan dengan tuntutan
dan kemajuan zaman sebagai layaknya sebuah organisasi pelopor perjuangan dari
pemuda pelajar. IPPI menghancurkan sikap dan jiwa yang apatis dari pemuda pelajar
dan IPPI haruslah terus-menerus mempelopori usaha-usaha kemajuan dan
memberantas kebodohan dalam segala bentuknya sesuai dengan azas, maksud dan
tujuan IPPI. Selain itu, IPPI tidak boleh melupakan tugas dan kedudukannya sebagai
organisasi pemuda pelajar yang harus bergerak dalam dua lapangan, yaitu:
14 Surat Seruan Umum 1960. Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, Arsip
Tugas PB IPPI, No. 331.
36
1. Kebutuhan dan kepentingan pelajar yang langsung, soal-soal pendidikan,
pengajaran, kebudayaan, olahraga, kesehatan, kesejahterahan dan lain-
lain.
2. Soal-soal kemasyarakatan, kebutuhan dan kepentingan rakyat, bangsa dan
Negara seperti kekurangan tenaga-tenaga pengajar, kekurangan sekolah-
sekolah, kesejahterahaan, kewaspadaan Nasional, pemberantasan korupsi
dan demoralisasi, usaha-usaha kemajuan dalam segala lapangan industri
dan pertanian.
Dalam hubungan ini memang tidaklah mudah untuk menetapkan tentang
apakah hal yang paling mendesak, harus didahulukan untuk dilaksanakan oleh IPPI
dalam suatu wadah tertentu, hingga kebutuhan dan kepentingan pemuda pelajar yang
langsung terpenuhi sedangkan kepentingan masyarakat, bangsa dan Negara tidak
terlalaikan.15 Pengalaman-pengalaman dan pekerjaan serta usaha-usaha IPPI sejak
1945 membuktikan bahwa IPPI telah melaksanakan tugasnya dalam kedua lapangan
tersebut dengan baik dan memuaskan.
Pada tanggal 6-8 Maret 1950, IPPI mengadakan kongres ke II di Yogyakarta,
kongres ini mengambil beberapa keputusan antara lain pemilihan susunan Pengurus
Besar yang baru dan terpilih Suyono Atmo sebagai Ketua dan Mulyo sebagai
Sekretaris. Selain itu kongres juga mendesak kepada pemerintah supaya PP Republik
No.32 mengenai penghargaan jasa-jasa pelajar pejuang menjadi Undang-Undang
15 Sedikit Pedoman Bagi Pelaksanaan Tugas Badan Pekerja PB IPPI 1948.
Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, Arsip Tugas PB IPPI, No. 463.
37
RIS, menurut pengembalian gedung-gedung sekolah dan pencabutan pembatasan
hak-hak demokrasi dan penghapusan Negara-negara bagian dan dileburnya dalam RI.
IPPI juga mengadakan program mengambil bagian dalam usaha pendidikan
masyarakat, menggiatkan pendirian asrama-asrama bagi pelajar pejuang dan
mengambil bagian dalam kampanye penerangan mengenai pemilihan umum yang
akan datang.
Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia yang aktif pada tahun 1950 setelah berfusi
menjadi anggota IUS (Internaatinonak Union of Students) yang berpusat di Praha.
IUS merupakan persatuan pelajar Internasional didirikan sejak tahun 1945 dan
beranggotakan tidak kurang dari satu setengah juta pelajar atau mahasiswa di 38
Negara. Sejarah IUS didirikan dengan bercita–cita luhur dan mulia, melambangkan
kebangkitan para pelajar dan mahasiwa terhadap gerakan kaum Nazi, tetapi dalam
perkembangannya sebagaimana kebanyakan organisasi pelajar dan pemuda dan
organisasi lainnya lalu disusupi oleh agen–agen atau kader–kader komunis, untuk
seterusnya memainkan peranan dalam drama yang didalangi Moskow. Agustus 1950,
Tatang Mahmud menghadiri Kongres IUS yang diadakan di Praha dalam acara
pengumpulan tanda tangan perdamaian seluruh dunia. Gerakan pengumpul tanda
tangan ini dikendalikan oleh Stockhom oleh sebuah organisasi yang menamakan diri
Gerakan Perdamaian Dunia, yang pada hakekatnya merupakan organisasi mantol dari
gerakan komunis sedunia.
Di dalam Kongres IPPI ke III yang diadakan di Solo akhir Oktober 1951,
membahas kehadiran tentang Tatang Mahmud dalam Kongres IUS tersebut dan ada
38
beberapa pihak yang sangat tidak mendukung bahkan berusaha dengan sekuat tenaga
untuk menjadikan sebagai bagian dari gerakan nasional IPPI, dan ada pula golongan
yang sangat menentang apabila gerakan Perdamaian Dunia menjadi program nasional
IPPI. Kongres III tidah hanya membahas kasus Gerakan Perdamaian Dunia ini, tetapi
membahas pula diadakannya pemilihan Pengurus Besar yang baru. Sujono Atmo dan
Hardjito, masing–masing sebagai Ketua dan Sekjen PB IPPI hasil Kongres ke II
berusaha mempertahankan kedudukannya, tetapi sebagian peserta Kongres yang
sadar betapa arah IPPI hendak memihak kepada suatu partai tertentu yaitu Partai
Komunis Indonesia. Dan Kongres III di Solo itu memilih tiga orang masing–masing
dari golongan komunis dan dua orang dari golongan non–komunis. Mereka adalah
Soedirdja Sastradipura yang menjadi Ketua Umum, Nini Karim sebagai Wakil Ketua
Umum dan Sujono Atmo Sebagai Sekretaris.16 Pada masa kepemimpinan Soedirdja
terjadi pertentangan antara anggota pengurus IPPI Daerah Jakarta Raya, hal ini terjadi
karena pengurus IPPI Daerah Jakarta Raya menginginkan agar IPPI aktif berpolitik
secara komunis dan pengurus IPPI daerah Yogyakarta menentang dan menginginkan
IPPI pasif berpolitik. Karena pertentangan yang terdapat dalam kalangan pengurus
IPPI Daerah Jakarta Raya, maka oleh pengurus Besar IPPI di Yogyakarta
memutuskan membekukan IPPI daerah Jakarta Raya dan dibawah pengawasan
Makkateru Sjamsuddin yang menjadi mandataris Pengurus Besar IPPI di Jakarta.
Pada tanggal 23 Februari 1953 diadakan konferensi IPPI Daerah Jakarta Raya untuk
16 Susunan Lengkap Pengurus Besar IPPI Periode 1951-1954, Koleksi Arsip
Nasional Republik Indonesia, Arsip Susunan PB IPPI, No. 45.
39
menyelesaikan masalah pembekukan IPPI daerah Jakarta Raya, setelah masing-
masing golongan memberikan pendapatnya, maka telah memutuskan untuk
membubarkan pengurus IPPI Daerah Jakarta Raya, dan kepengurusan IPPI Daerah
Jakarta Raya yang dipimpin oleh Eddy Abdurrahman menyerahkan segala kekuasaan
kepada pengurus besar IPPI.
Gambar 4.
Pengurus Besar IPPI periode Soedirdja, Februari 1954. Di rumah makan Oen, Tugu
Kidul Yogyakarta.
Sumber: Perpustakaan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta
Setelah Kongres ke III terlewati, pada tanggal 21 Februari 1954 IPPI
mengadakan Kongres ke IV di Yogyakarta yang di ketuai oleh Boestaman dan
Sekertaris Iijas Fathoni.17 Kongres ini lebih menunjukkan identitasnya sebagai
organisasi pelajar yang lebih mengutamakan kepentingan nasional, hal ini dinyatakan
dalam “Pernyataan Bersama” yang lengkap dan berisi :
17 Susunan Lengkap Pengurus Besar IPPI Periode 1954-1961, Koleksi Arsip
Nasional Republik Indonesia, Arsip Susunan PB IPPI, No. 50.
40
Demi Kepentingan :
1. Persatuan segenap pelajar dari golongan apapun juga;
2. Kebulatan organisasi IPPI seluruhnya;
3. Kebaktian kita terhadap Negara dan Masyarakat pada umumnya, maka
dengan ini kami, wakil-wakil IPPI dari daerah-daerah yang tersebut di
bawah ini mengeluarkan pernyataan bersama sebagai berikut :
I. IPPI harus bersifat umum, dalam arti :
a. IPPI adalah tempat persemaian bagi segenap pelajar dari golongan
apapun juga.
b. IPPI menghargai tiap-tiap keyakinan dan kepercayaan anggota-
anggotanya.
c. IPPI sebagai suatu kesatuan organisasi tidak menganut sesuatu
ideologi politik tertentu.
d. IPPI menolak usaha-usaha golongan-golongan apapun juga yang akan
membawa organisasi untuk mengikuti sesuatu aliran politik tertentu.
II. IPPI sebagai suatu kesatuan organisasi tidak mengikuti sesuatu gerakan
perdamaian dunia.
III. IPPI harus menjadi suatu organisasi yang berdaulat penuh baik ke dalam
maupun ke luar, dengan catatan bahwa organisasi IPPI akan bekerja sama
dengan organisasi-organisasi massa lainnya yang bersamaan
kepentingannya.
41
Gambar 5.
Anggota Pengurus Besar IPPI pimpinan Boestaman beserta staf di Yogyakarta
Sumber: Perpustakaan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta
Sebagai penutup, Ketua Umum PB IPPI Boestaman mengajak seluruh
anggota IPPI pada hari Peringatan Kemerdekaan Indonesia yang ke-9 berjanji
memperkokoh persatuan dan maju ke depan dengan keyakinan yang teguh
mewujudkan tujuan perjuangan kemerdekaan Indonesia agar penderitaan dan
gugurnya pejuang-pejuang kemerdekaan kita tidak sia-sia belaka.18 Pada masa
pemerintahan Orde Baru IPPI mengalami kemunduran depolitisasi politik yang
dilakukan pemerintahan membuat IPPI kehilangan aktivitas sosial dan politik,
kebebasan untuk berpendapat dan sikap kritis tidak lagi dimiliki oleh IPPI,
pemerintah Orde Baru juga membatasi ruang gerak organisasi-organisasi pelajar dan
mahasiswa dengan tujuan agar tetap mendukung kekuasaannya. Keadaan yang tidak
kondusif ini membuat IPPI membubarkan diri.
18 Boestaman berasal dari Sumatra Barat, pernah menjadi anggota TRIP
(Tentara Republik Indonesia Pelajar) sektor kandang macan Bukit Tinggi dan
pengurus IPPI Sumatra Barat. Boestaman mendapatkan pendidikan agama islam
sejak kecil dan berasal dari keluarga pedagang.