bab ii-landasan teori revisi munaqosah-fix

Upload: adhitya-bandjaran-cakti

Post on 17-Jul-2015

566 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN DATA Data merupakan representasi dari fakta atau gambaran mengenai suatu objek atau kejadian (Kusrini, 2007:3). Secara konseptual, data adalah deskriptif tentang benda, kejadian, aktifitas dan transaksi yang tidak mempunyai makna atau tidak berpengaruh secara langsung kepada pemakai (Kadir, 2003: 29). Dari hal di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa data adalah fakta-fakta mentah yang harus dikelola untuk menghasilkan suatu informasi yang memiliki arti bagi suatu organisasi atau perusahaan. Data terdiri atas fakta-fakta dan angka-angka yang secara relatif tidak berarti bagi pemakai, atau fakta mentah yang belum diolah (Indrajani, 2011:48).

2.2 PENGERTIAN INFORMASI Informasi merupakan hasil olahan data, di mana data tersebut sudah diproses dan diinterpretasikan menjadi sesuatu yang bermakna untuk pengambilan keputusan. Informasi juga diartikan sebagai himpunan dari data yang relevan dengan satu atau beberapa orang dalam suatu waktu. (Kusrini, 2007: 4). Berikut karakteristik informasi yang berkualitas (Kusrini, 2007: 5) : 1. Relevan. Informasi yang disajikan sebaiknya terkait dengan keputusan yang akan diambil oleh pengguna informasi tersebut.

10

11

2. Akurat. Kecocokan antara informasi dengan kejadian-kejadian atau objekobjek yang diwakilinya. 3. Lengkap. Merupakan derajat sampai seberapa jauh informasi menyertakan kejadian-kejadian atau objek-objek yang berhubungan. 4. Tepat waktu. Informasi yang tidak tepat waktu akan menjadi informasi yang tidak berguna atau tidak dapat digunakan untuk membantu mengambil keputusan. 5. Dapat dipahami. Hal tersebut terkait dengan bahasa dan cara penyajian informasi agar pengguna lebih mudah mengambil keputusan. 6. Dapat dibandingkan. Sebuah informasi yang memungkinkan seorang untuk mengidentifikasi persamaan dam perbedaan antar dua objek atau kejadian yang mirip.

2.3 PENGERTIAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan elemen yang saling berkaitan yang saling tanggung jawab memproses masukan (input) sehingga menghasilkan keluaran (output). (Kusrini, 2007: 11). Sistem dapat didefinisikan dengan pendekatan prosedur dan dengan pendekatan komponen. Dengan pendekatan prosedur, sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan dan prosedur-prosedur yang mempunyai tujuan tertetu. Contoh sistem yang didefinisikan dengan pendekatan prosedur ini adalah sistem akutansi. Sistem ini didefinisikan sebagai kumpulan dari prosedurprosedur penerima kas, pengeluaran kas, pembelian, dan buku besar. Dengan

12

pendekatan komponen, sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari komponen yang saling berhubungan sati dengan yang lainya membentuk satu kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu (Jogiyanto, 2009: 34).

2.3.1 Karakteristik Sistem Suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat yang tertentu, yaitu mempunyai komponen-komponen (components), batas sistem (boundary), lingkungan luar sistem (environments), penghubung (interface), masukan (input), keluaran (Output), pengolahan (process), dan sasaran (Objectives) atau tujuan (goal). (Jogiyanto, 2005: 3-5) : 1. Memiliki komponen (components). Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, bekerja sama membentuk satu kesatuan. Komponen-komponen sistem dapat berupa suatu subsistem atau bagian-bagian dari sistem. Setiap sistem tidak perduli berapa besar ataupun kecilnya, selalu mengandung komponen-komponen atau subsistemsubsistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan. Suatu sistem dapat mempunyai suatu sistem yang lebih besar yang disebut supra sistem, misalnya suatu perusahaan dapat disebut dengan suatu sistem dan industri yang merupakan sistem yang lebih besar dapat disebut dengan supra sistem. Kalau dipandang industri sebagai suatu sistem, maka perusahaan dapat disebut sebagai

13

subsistem. Demikian juga bila perusahaan dipandang sebagai suatu sistem, maka sistem akuntansi adalah subsistemnya. 2. Batas Sistem (boundary) Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai suatu kesatuan. Batas suatu sistem menunjukkan ruang lingkup (scope) dari sistem tersebut. Contoh : dalam bidang keuangan (sistem akuntansi, kasir, administrasi). 3. Lingkungan Luar Sistem (environment) Adalah apapun di luar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem. 4. Penghubung Sistem (interface) Merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem yang lainnya. 5. Masukan Sistem (input) Merupakan energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal (signal input). Maintenance input adalah energi yang dimasukkan supaya sistem tersebut dapat beroperasi. Signal input adalah energi yang diproses untuk didapatkan keluaran. Sebagai contoh didalam sistem komputer, program adalah maintanance input yang digunakan untuk mengoperasikan komputernya dan data adalah signal input untuk diolah menjadi informasi.

14

6.

Keluaran Sistem (Output) Keluaran (Output) adalah hasil dari sistem yang diolah dan diklasifikasikan

menjadi keluaran yang berguna dari sisa pembuangan. 7. Pengolah Sistem (Process) Merupakan bagian yang memproses masukan untuk menjadi keluaran yang diinginkan. 8. Sasaran Sistem Suatu sistem pasti mempunyai tujuan (goal) atau sasaran (objective). Apabila suatu sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan ada gunanya. Sasaran dari sistem sangat menentukan dalam penentuan masukan yang dibutuhkan sistem dan keluaran yang akan dihasilakan sistem. Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuannya. Adapun gambar dari ke delapan karakteristik sistem tersebut adalah sebagai berikut :

Lingkungan luar

Gambar 2.1 Karakteristik Sistem (Jogiyanto, 2005: 6)

15

2.3.2 Klasifikasi Sistem Sistem dapat diklasifikasikan dari beberapa sudut pandang diantaranya sebagai berikut ini : 1. Sistem abstrak (abstract system) dan sistem fisik (physical system). Sistem abstrak adalah sistem yang berisi gagasan atau konsep. Misalnya, sistem teologi yang berisi gagasan tentang hubungan manusia dan Tuhan. Sistem fisik adalah sistem yang secara fisik dapat dilihat. Misalnya : sistem komputer, sistem sekolah, sistem akuntasi, dan sistem transportasi (Kadir, 2003: 64). 2. Sistem alamiah (natural system) dan sistem buatan manusia (human made system). Sistem alamiah adalah sistem yang terjadi melalui proses alam, tidak dibuat manusia. Misalnya sistem perputaran bumi. Sistem buatan manusia adalah sistem yang dirancang oleh manusia. Sistem buatan manusia yang melibatkan interaksi antara manusia dengan mesin disebut dengan human-mechine system atau ada yang menyebutnya man-mechine system. Sistem informasi akutansi merupakan contoh man-mechine system, karena menyangkut penggunaan komputer yang berinteraksi dengan manusia (Jogiyanto, 2005: 7) . 3. Sistem tertentu (deterministic system) dan sistem tak tentu (probabilistic system). Sistem tertentu beroperasi dengan tingkah laku yang sudah dapat diprediksi. Interaksi diantara bagian-bagiannya dapat dideteksi dengan pasti, sehingga keluaran dari sistem dapat diramalkan. Sistem komputer adalah contoh dari sistem

16

yang dapat dipastikan berdasarkan program yang dijalankan. Sistem tak tentu adalah adalah sistem yang kondisi masa depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur probabilitas (Jogiyanto, 2005: 7). 4. Sistem tertutup (closed system) dan sistem terbuka (open system). Sistem tertutup merupakan sistem yang tidak berhubungan dengan lingkungan luarnya. Sistem ini bekerja secara otomatis tanpa adanya turut campur tangan dari pihak luarnya. Secara teoritis sistem tertutup ini ada tetapi kenyataannya tidak ada sistem yang benar-benar tertutup, yang ada hanyalah relatively closed system (secara relative tertutup, tidak benar-benar tertutup). Sistem terbuka adalah sistem yang berhubungan dan terpengaruh dengan lingkungan luarnya. Sistem ini menerima masukan dan menghasilkan keluaran untuk lingkungan luar atau subsistem yang lainnya. Karena sistem sifat terbuka dan terpengaruh oleh lingkungan luarnya, maka suatu sistem harus mempunyai suatu pengendalian yang baik (Jogiyanto, 2005:7).

2.4 Sistem Informasi (SI) SI didefinisikan oleh Robert A, Leitch, dan K. Roscoe Davis sebagai suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengelolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan startegi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan (Jogiyanto, 2005: 11). SI di dalam organisasi mempertemukan

17

kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, serta menyediakan laporan-laporan yang diperlukan oleh pihak luar (Kusrini, 2007: 11).

2.5 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SPK adalah sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan, dan pemanipulasian data. Sistem itu digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam situasi yang semitrstuktur dan situasi yang tidak terstruktur, dimana tak seorang pun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat (Alter, 2002 dalam Kadir, 2003:117). Konsep DSS dikemukakan pertama kali oleh Scott-Morton pada tahun 1971 (Turban dkk, 1999 dalam Kadir, 2003:117). Beliau mendefinisikan cikal bakal SPK tersebut sebagai sistem berbasis komputer yang interaktif, yang membantu pengambilan keputusan dengan menggunakan data dan model untuk memecahkan persoalanpersoalan tak terstruktur (Kadir, 2003: 117). SPK biasanya dibangun untuk mendukung solusi atas suatu masalah atau untuk mengevaluasi suatu peluang. Aplikasi SPK digunakan untuk pengambilan keputusan. Aplikasi SPK digunakan dalam pengambilan keputusan. Aplikasi DSS menggunakan CIBS (Computer Based Information System) yang fleksible, interaktif, dan dapat diadaptasi, yang dikembangkan untuk mendukung solusi atas manajemen spesifik yang tidak terstruktur. SPK lebih ditujukan untuk mendukung manajemen dalam melakukan pekerjaan yang bersifat analitis dalam situasi yang kurang terstruktur dan dengan kriteria yang kurang jelas (Kusrini, 2007: 16).

18

SPK tidak dimaksudkan untuk mengotomatisasikan pengambilan keputusan, tetapi memberikan perangkat interaktif yang memungkinkan pengambilan keputusan untuk melakukan berbagai analisis menggunakan model-model yang tersedia. Tujuan dari SPK adalah (Turban, 2005 dalam Kusrini, 2007: 16-17) : 1. Membantu manajer dalam pengambilan keputusan atas masalah semiterstruktur. 2. Memberikan dukungan atas pertimbangan manajer dan bukannya

dimaksudkan untuk menggantikan fungsi manajer. 3. Meningkatkan efektifitas keputusan yang diambil manajer lebih dari pada perbaikan efisiensi. 4. Kecepatan komputasi. Komputer memungkinkan para pengambil keputusan untuk melakukan banyak komputasi secara cepat dengan biaya rendah. 5. Peningkatan produktivitas. Membangun satu kelompok pengambil keputusan, terutama para pakar. 6. Dukungan kualitas. Komputer bisa meningkatkan kualitas keputusan yang dibuat. Sebagai contoh, semakin banyak data yang diakses, makin banyak pula alternatif yang bisa dievaluasi. 7. Berdaya saing. Manajemen dan pemberdayaan sumber daya perusahaan. Tekanan persaingan menyebabkan pengambilan keputusan menjadi sulit. 8. Mengatasi keterbatasan kognitif dalam pemrosesan dan penyimpanan menurut Simon (1977), otak manusia memiliki kemampuan yang terbatas untuk memproses dan menyimpan informasi.

19

2.5.1 Karakteristik SPK Untuk menghasilkan keputusan yang baik ada beberapa karakteristik yang diharapkan ada di SPK diantaranya (Turban, 2005 dalam Kusrini, 2007 :20) : 1. Dukungan kepada pengambil keputusan, terutama pada situasi semiterstruktur dan tak terstruktur, dengan menyertakan penilaian manusia dan informasi terkomputerisasi. 2. Dukungan untuk semua level manajerial, dari eksekutif puncak sampai manajer lini. 3. Dukungan untuk individu dan kelompok. Masalahnya yang kurang terstruktur sering memerlukan keterlibatan individu dari departemen dan tingkat operasional yang berbeda atau bahkan dari organisasi lain. 4. Dukungan untuk keputusan independen dan/atau sekuensial. 5. Dukungan di semua fase proses pengambilan keputusan: intelegensi, desain, pilihan, dan implementasi. 6. Dukungan di berbagai proses dan gaya pengambilan keputusan. 7. Adaptivitas sepanjang waktu. Pengambilan keputusan seharusnya reaktif, bisa menghadapi perubahan kondisi secara cepat, dan mengadaptasi SPK untuk memenuhi perubahan tersebut. 8. Pengguna merasa seperti di rumah. Rumah-pengguna. Kapabilitas grafis sangat kuat, dan antarmuka manusia-mesin yang interaktif dengan satu bahasa alami bisa sangat meningkatkan efektifitas SPK.

20

9.

Peningkatan efektifitas pengambilan keputusan (akurasi, timelines, kualitas) ketimbang pada efisiensinya (biaya pengambilan keputusan).

10. Kontrol penuh oleh pengambil keputusan terhadap semua langkah proses pengambilan keputusan dalam memecahkan suatu masalah. 11. Penggunaan akhir bisa mengmbangkan dan memodifikasi sendiri sistem sederhana. 12. Biasanya, model-model digunakan untuk menganalisis situasi pengambilan keputusan. 13. Akses disediakan untuk berbagai sumber data, format, dan tipe. 14. Dapat digunakan sebagai alat standalone oleh seorang pengambil keputusan pada satu lokasi atau didistribusikan di suatu organisasi, secara keseluruhan dan di beberapa organisasi sepanjang persediaan. 2.5.2 Tahapan Pengambilan Keputusan Untuk menghasilkan keputusan yang baik ada beberapa tahapan proses yang harus dilalui dalam pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan melalui beberapa tahap berikut (Hermawan , 2005 :49): 1. Tahap Penelusuran (intelligence) Tahap ini pengambil keputusan mempelajari kenyataan yang terjadi, sehingga kita bisa mengidentifikasi masalah yang terjadi biasanya dilakukan analisis dari sistem ke subsistem pembentuknya sehingga didapatkan keluaran berupa dokumen pernyataan masalah.

21

2.

Tahap Desain Dalam tahap ini pengambil keputusan menemukan, mengambangkan dan

menganalisis semua pemecahan yang mungkin yaitu melalui pembuatan model yang bisa mewakili kondisi nyata masalah. Dari tahapan ini didapatkan keluaran berupa dokumen alternatif solusi. 3. Tahap Choice Dalam tahap ini pengambil keputusan memilih salah satu alternatif pemecahan yang dibuat pada tahap desain yang dipandang sebagai aksi yang paling tepat untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Dari tahap ini didapatkan dokumen solusi dan rencana implementasinya. 4. Tahap Implementasi Pengambil keputusan menjalankan rangkaian aksi pemecahan yang dipilih di tahap choice. Implementasi yang sukses ditandai dengan terjawabnya masalah yang dihadapi, sementara kegagalan ditandai masih adanya masalah yang sedang dicoba untuk diatasi. Dari tahap ini didapatkan laporan pelaksanaan solusi dan hasilnya.

22

2.6 METODE PEMBOBOTAN Merupakan metode pendukung keputusan yang paling sederhana. Dalam metode ini dilihat beberapa parameter yang menjadi penentu keputusan tersebut. Parameter tersebut mempunyai range nilai dan bobot yang berbeda-beda. Nilai tersebut nantinya akan menjadi penentu keputusan yang diambil. Sebagai contoh dapat dilihat pada table 2.1 Tabel 2.1 Contoh Perhitungan dalam Metode PembobotanNo Kriteria Penilaian Nilai Bobot

1

Surat Permohonan Kepada Gubernur/TPSDM Ya Tidak

100 0

5%

2

Proposal Permohonan Beasiswa Ya Tidak

100 0

5%

3

WNI berdomisili di Gorontalo Ada KTP Gorontalo Tidak ada KTP Gorontalo

100 0

5%

4

Terdaftar sebagai mahasiswa (S1, S2, S3) Terdaftar ada bukti KTM Tidak ada bukti KTM

100 0

5%

5

Daftar Nilai (S1) / Transkrip S1 (S2), Transkrip S2 (S3) Ada daftar nilai / transkrip Tidak ada daftar nilai / transkrip

100 0

5%

6

IPK

15 %

23

7

.> 3.50 3.00 3.49 2.50 2.99 .< 2.50 Tidak menerima beasiswa dari instansi lain Tidak menerima Menerima

100 80 60 20 100 0

10%

8

Surat Rekomendasi dari HPMIG setempat Ada Tidak

100 0

5%

9

Test TPA oleh TPSDM (Nilai) 90 100 75 89 50 - 74 < 50 Bidang keilmuan merupakan program unggulan Jurusan program unggulan Non program unggulan

100 80 60 20

10 %

10

100 50

20%

11

Rayon lokasi kandidat studi Luar Negeri Luar Sulawesi Sulawesi non Gorontalo Gorontalo

100 80 60 20

15%

Contoh tersebut merupakan SPK pada penentuan penentuan penerima beasiswa. Proses penilaiannya adalah melakukan proses kalkulasi terhadap semua jenis model penilaian dan menampilkan hasil dari penetapan keputusannya. Sedangkan kategori layak atau tidak, disesuaikan dengan nilai berikut : 1. Penilaian 2. Penilaian 3. Penilaian 80 100 60 79 0 59 kategori Sangat Layak kategori Layak kategori Tidak Layak

24

2.7 Kecurangan (Fraud) Fraud adalah sebuah istilah dalam bidang IT yang artinya sebuah perbuatan kecurangan yang melanggar hukum (illegal-acts) yang dilakukan secara sengaja dan sifatnya dapat merugikan pihak lain. Istitilah keseharian adalah kecurangan diberi nama yang berlainan seperti pencurian, penyerobotan, pemerasan, penjiplakan, penggelapan, dan lain-lain. Association of Certified Fraud Examinations (ACFE- 2000), salah satu asosiasi di USA yang mendarmabaktikan kegiatannya dalam pencegahan dan pemberantasan kecurangan, mengkategorikan kecurangan dalam tiga kelompok sebagai berikut: a. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud), Kecurangan Laporan Keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material Laporan Keuangan yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat financial atau kecurangan non financial. b. Penyalahgunaan aset (Asset Misappropriation), Penyalahagunaan aset dapat digolongkan ke dalam Kecurangan Kas dan Kecurangan atas Persediaan dan Aset Lainnya, serta pengeluaran-pengeluaran biaya secara curang (fraudulent disbursement).

25

c. Korupsi (Corruption), Korupsi dalam konteks pembahasan ini adalah korupsi menurut ACFE, bukannya pengertian korupsi menurut UU Pemberantasan TPK di Indonesia. Menurut ACFE, korupsi terbagi ke dalam pertentangan kepentingan (conflict of interest), suap (bribery), pemberian illegal (illegal gratuity), dan pemerasan (economic extortion).

Pada dasarnya untuk membuat suatu sistem yang secure tidak lepas dari bagaimana mengelola suatu sistem dengan baik. Dengan demikian, persyaratan goal pratice standard seperti Standard Operating Procedure (SOP) dan security policy haruslah diterapkan di samping memikirkan hal teknologinya. Suatu security policy sebaiknya berisi (Ariyus, 2006: 27-28) :

1. Penjelasan; 2. Tanggung jawab setiap pihak yang terlibat; 3. Bahasa yang biasa; 4. Otoritas yang menerapkan; 5. Perkecualian; 6. Penilaian ulang.

26

2.8 Metodologi Siklus Hidup Sistem Prototype Model prototype dimulai dari mengumpulkan kebutuhan pelanggan terhadap perangkat lunak yang akan dibuat. Lalu dibuatlah program prototype agar pelanggan lebih terbayang dengan apa yang sebenarnya diinginkan. Program prototype biasanya menyediakan tampilan dengan simulasi alur perangkat lunak sehingga tampak seperti perangkat lunak yang sudah jadi. Program prototype ini dievaluasi oleh pelanggan atau user sampai ditemukan spesifikasi yang sesuai dengan keinginan pelanggan atau user (M. Salahudin, dan Rosa AS, 2011: 29). Berikut model prototype bisa dilihat pada gambar 2.3 :

Gambar 2.2 Model Prototype (Pressman, 1997: 33) Mock-up adalah sesuatu yang digunakan sebagai model desain yang digunakan untuk mengajar, demonstrasi, evaluasi desain, promosi, atau keperluan lain. Sebuah mock-up disebut sebagai prototipe perangkat lunak jika menyediakan atau mampu mendemonstrasikan sebagian besar fungsi sistem perangkat lunak dan

27

memungkinkan pengujian desain sistem perangkat lunak (M. Salahudin, dan Rosa AS, 2011: 30). 2.9 Analisis Terstruktur Analisis terstruktur tidak diawali dengan karya tulis tunggal atau buku yang merupakan suatu prilaku definitif dari subyek. Dengan hal tersebut DeMarco membangun tujuan utama dari metode analisis yang menjadi sangat terkenal dan banyak digunakan di dunia (Pressman, 2002: 351). 2.9.1 Sejarah Singkat Kerja awal pada pemodelan analisis dimulai pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an, tetapi pemunculan pertama dari pendekatan analisis terstruktur adalah sebagian suatu tambahan bagi topik penting lainnya- desain terstruktur. Para peneliti memerlukan notasi grafis untuk menghadirkan data dan proses-proses yang mentransformasikan data. Proses-proses itu akhirnya akan dipetakan ke dalam suatu arsitektur desain. Analisis terstruktur adalah aktifitas pembangunan model. Dengan menggunakan notasi yang sesuai dengan prinsip analisis operasi yang dibicarakan (Pressman, 2002: 352). 2.9.2 Elemen Model Analisis Model analisis harus dapat mencapai 3 sasaran utama (Pressman, 2002: 353): 1. Untuk menggambarkan apa yang dibutuhkan oleh pelanggan; 2. Untuk membangun dasar bagi pembuatan desain perangkat lunak;

28

3. Untuk membatasi serangkaian persyaratan yang dapat divalidasi begitu perangkat lunak dibangun. 2.9.3 Pemodelan Data Pemodelan data menjawab serangkaian pertanyaan spesifik yang relevan dengan berbagai aplikasi pemrosesan data diantaranya (Pressman, 2002: 354) : 1. Objek data, Atribut, Hubungan 2. Kardinalitas dan modalitas. 3. ERD 2.9.4 Data Flow Diagram (DFD)

Ide dari suatu bagan untuk mewakili arus data daam suatu sistem bukanlah hal yang baru. Pada tahun 1967, Martin dan Estrin memperkenalkan suatu algoritma program dengan menggunakan simbol lingkaran dan panah untuk mewakili arus data. E. Yourdan dan L.L. Constantine juga menggunakan notasi simbol ini untuk menggambarkan arus data dalam perancangan program. G.E Whitehouse tahun 1973 juga menggunakan notasi semacam ini untuk membuat model-model sistem matematika (Jogiyanto, 2005: 699). DFD sering digunakan untuk menggambarkan suatu sistem yang telah ada atau sistem baru yang akan diembangkan secara logika tanpa mempertimbangkan lingkungan fisik dimana data tersebut mengalir atau lingkungan fisik dimana data tersebut akan disimpan DFD merupakan alat yang digunakan pada metodelogi pengembangan sistem yang tersruktur. DFD merupakan alat yang cukup populer saat ini

29

DFD melayani dua tujuan 1. Untuk memberikan indikasi mengenai bagaimana data ditransformasika pada saat data bergerak melalui sistem, dan 2. Untuk menggambarkan fungsi-fungsi (dan sub-fungsi) yang mentransformasi aliran data ( Pressman, 2002: 353). Yang mempelopori pengembangan diagram arus data adalah Tom De Marco, Edward Yourdon, Chris Gane, dan Trish Sarson. Simbolsimbol DFD yang mereka kemukakan diantaranya (Jogianto, 2005: 699): 1. External Entity (kesatuan luar) atau Boundary ( Batas Sistem) Setiap sistem pasti memiliki batas sistem (boundary) yang memisahkan suau sistem dengan lingkungan luarnya. Suatu kesatuan luar dapat disimbolkan dengan suatu notasi kotak atau kotak dengan sisi kiri dan atasnya berbentuk garis tabel sebagai berikut (Jogiyanto, 2005 : 700-701).

Gambar 2.3 Simbol Batas Sistem (Jogianto, 2005: 701) 2. Proses ( Proccess ) Proses adalah kegiatan atau kerja yang dilakukan oleh orang mesin, atau komputer dari hasill data yang masuk ke dalam proses untuk dihasilkan arus data yang akan keluar dari proses (Jogianto, 2005: 705).

Gambar 2.4 Simbol Proses (Jogianto, 2005: 705)

30

3. Simpanan Data (Data Store) Simpanan data merupakan simpanan dari data yang dapat berupa sebagai berikut ini. Simpanan data di DFD dapat disimbolkan dengan sepanjang garis horisontal paralel (Jogianto, 2005: 707).

Gambar 2.5 Simbol Penyimpanan Data (Jogianto, 2005: 707)

4. Arus Data ( Data Flow ) Arus data di DFD diberi simbol suatu panah. Arus ini mengalir diantaranya proses (process), simpanan data dan kesatuan luar. Arus data ini menunjukkan arus dari data yang dapat berupa masukan untuk sistem atau hasil dari proses sistem (Jogianto, 2005: 701).

Gambar 2.6 Simbol Arus Data (Jogianto, 2005: 701) 2.9.5 Entity-Relationship Diagram (ERD)

Pemodelan hubungan antar entiti (entity-relationship modelling) pertama kali diperkenalka oleh Chen (1976) dan telah dikembangkan lebih lanjut oleh banyak ahli perancangan basis data. Cara pemodelan data ini merupakan salah satu dari implementasi pendekatan dari atas ke bawah yang paling umum digunakan (Howe D.R, 1989). Dalam pemodelan ini dilakukan dengan tahapan memilih entitii-entiti

31

yang akan disusun dalam basis data dan tentukan hubungan antar entiti yang telah dipilih, dan melengkapi atribut-atribut yang sesuai pada entiti dan hubungan sehingga diperoleh bentuk tabel normal (Waljianto, 2003: 50). Erd adalah notasi yang digunakan untuk melakukan aktivitas pemodelan data. Atribut dari masingmasing objek data yang ditulis pada ERD dapat digambarkan dengan menggunakan deskripsi objek data ( Pressman, 2002: 353).Untuk menggambarkan terjadinya hubungan antar entiti notasi yang digunakan untuk menggambarkan ERD diagram ( Waljianto, 2000: 50): 1. Entitas ( entity ) Digambarkan dengan segi empat adalah sekumpulan orang, atau benda yang semuanya mempunyai nama yang sama, dan seperangkat sifat atau atribut yang sama.

Gambar 2.7 Simbol Entitas (Waljianto, 2000: 50)

2. Relasi ( relationship ) Digambarkan dengan belah ketupat adalah menunjukan bagaimana entitas berinteraksi dan bekerja sama.

Gambar 2.8. Simbol Relasi (Waljianto, 2000: 50)

32

3. Atribut Digambarkan dengan elips adalah menunjukan penjelasan detail mengenai entitas atau relationship tertentu.

Gambar 2.9. Simbol Atribut (Waljianto, 2000: 50) 2.9.6 Pemetaan dari Satu Set Entity ke Entity Lain

Jika entiti A mempunyai sejumlah anggota a1, a2 ,a3, .., an. Entiti B mempunyai anggota b1, b2 ,b3, .., bn. pasangan antara anggota entiti A dan B dapat dilakukan sesuai dengan derajat hubungannya (Waljianto, 2000: 51) : 1. Relasi satu menuju satu (One to one) Derajat hubungan antar entiti 1:1 terjadi bila tiap anggota entiti A hanya boleh berpasangan denga satu anggota dari entiti B. Sebaliknya tiap anggota dari entiti B hanya boleh berpasangan denga satu anggota dari entiti B. 2. Relasi satu menuju banyak (One to many) Derajat hubungan ini terjadi bila tiap anggota entiti A boleh berpasangan dengan lebih dari satu anggota entiti B. sebaliknya tiap anggota entiti B hanya boleh berpasangan dengan satu anggota entiti A.

33

3.

Relasi banyak menuju banyak (Many to many) Derajat hubungan antar entiti m:m terjadi terjadi bila tiap anggota entiti A

boleh berpasangan dengan lebih dari satu anggota entiti B. sebaliknya tiap anggota entiti B juga boleh berpasangan dengan lebih dari satu anggota entiti A. 2.9.7 Normalisasi

Normalisasi adalah suatu teknik dengan pendekatan bottom-up yang digunakan untuk membantu mengidentifikasi hubungan. Dimulai dari menguji hubungan, yaitu funcional dependecies antara atribut (Indrajani, 2011: 57). Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses normalisasi adalah suatu teknik formal untuk menganalisa relasi berdasarkan primary key dan funcional dependencies antar atribut, dieksekusi dalam beberapa langka, setiap langkah mengacu pada bentuk normal tertentu, sesuai dengan sifat yang dimilikinya, dan setelah normalisasi diproses, relasi menjadi secara bertahap lebih terbatas atau kuat mengenai bentuk formatnya dan juga mengurangi tindakan update yang anomali (Indrajani, 2011: 59). Pengertian normalisai sebagai berikut (Indrajani, 2011: 59-61) : 1. Bentuk Tidak Normal (Unnormalized Form). Merupakan suatu tabel yang berisikan satu atau lebih grup yang berulang membuat tabel unnormalized, yaitu dengan memindahkan data dari sumber informasi.

34

2. Bentuk Normal Form (1NF) Merupakan sebuah relasi dimana setiap baris dan kolom berisikan satu dan hanya satu nilai 3. Bentuk Normal Kedua (2NF ). 2NF merupakan sebuah relasi dalam 1NF dan setiap atribut non primary-key bersifat fully funcional dependen pada primary key. Berdasarkan pada konsep full funcional dependen, yaitu A dan B merupakan atribut sebuah relasi. B dikatakan full dependent terhadap A jika B funcional dependent pada A tetapi tidak pada propersubset dari A. 2NF merupakan sebuah relasi dalam 1NF dan setiap atribut non primary-key bersifat fully funcional dependent pada primary key. 4. Bentuk Normal Ketiga (3 NF ) 3NF adalah sebuah relasi dalam 1 NF dan 2 NF, dimana tidak terdapat atribut non primary key yang bersifat transitively dependent pada primary key. Berdasarkan pada konsep transitive dependency, yaitu suatu kondisi dimana A, B, dan C merupakan atribut sebuah relasi, maka AB dan BC, maka transitively dependent pada A melalui B. 5. Boyce-Codd Normal Form (BCNF) Berdasarkan pada funcional dependencies yang dimasukan ke dalam hitungan seluruh candidate key dalam suatu relasi. Bagaimana pun BCNF juga memiliki batasan-batasan tambahan disamakan dengan definisi umum dari 3 NF. Relasi dikatakan BCNF, jika dan hanya setiap determinan merupakan candidate key.

35

2.10

Pengujian Perangkat Lunak Pengujian perangkat lunak adalah elemen kritis dari jaminan kualitas

perangkat lunak dan merepresentasikan kajian pokok dari spesifikasi, desain dan pengkodean. Meningkatnya visibilitas perangkat lunak sebagai suatu elemen sistem dan biasanya yang muncul akibat kegagalan perangkat lunak, memotivasi

dilakukannya perencanaan yang baik melalui pengujian yang teliti. Hal wajar bagi organisasi pengembangan perangkat lunak untuk meningkatkan 30 sampai 40 persen usaha proyek total pada tahap pengujian (Pressman, 2002:525).

2.10.1

Pengujian White-Box

Pengujian white-box, yang kadang-kadang disebut pengujian glas-box, adalah metode desain test case yang menggunakan struktur kontrol desain prosedural untuk memperoleh tast case. Dengan menggunakan metode pengujian white-box, perekayasa sistem dapat melakukan test case yang memberikan jaminan bahwa semua jalur indefenden pada suatu modul telah digunakan paling tidak satu kali, menggunakan semua keputusan logis pada sisi true dan false, mengeksekusi semua loop pada batasan mereka dan pada batas oprasional mereka, menggunakan struktur data internal untuk menjamin validitasnya (Pressman, 2002:533).

2.10.2

Pengujian Black-Box

Pengujian black-box berfokus pada persyaratan fungsional perangkat lunak. Dengan demikian, pengujian back-box memungkinkan perekayasa perangkat

36

lunak mendapatkan serangkaian kondisi input yang sepenuhnya menggunakan semua persyaratan fungsional untuk suatu program. Pengujian black-box bukan merupakan alternatif dari teknik white-box, tetapi merupakan pendekatan komplementer yang kemungkinan besar mampu mengungkapkan kelas kesalahan daripada metode white-box. Pengujian black-box berusaha menemukan kesalahan dalam kategori sebagai berikut (Pressman, 2002:551) : 1. Fungsi-fungsi yang tidak benar atau hilang; 2. Kesalahan interface; 3. Kesalahan dalam struktur data atau akses database eksternal; 4. Kesalahan kinerja; 5. Inisialisasi dan kesalahan terminasi 2.11 PHP PHP dapat kita ambil arti sebagai Page Hypertext Preeprocesor adalah sebuah bahasa pemrograman yang berbentuk scripting, sistem kerja dari program ini adalah sebagai intrepreter bukan sebagai compiler (Bunafit, 2004: 201). PHP merupakan bahasa standar yang digunakan dalam dunia website. PHP adalah bahasa program yang berbentuk script yang diletakan di dalam server web. Jika kita lihat dari sejarahnya, mulanya PHP diciptakan dari ide Rasmos Lerdof yang membuat script perl. Script tersebut sebenarnya dimaksudkan digunakan sebagai program untuk dirinya sendiri. Akan tetapi, kemudian dikembangkan lagi sehingga menjadi sebuah bahasa yang disebut Personal Home Page.

37

Hampir seluruh aplikasi berbasis web dapat dibuat dengan PHP ini. Namun fungsi PHP yang paling utama adalah untuk menghubungkan database dengan web. Dengan PHP, membuat aplikasi web yang terkoneksi ke database yang telah didukung menjadi sangat murah. Sistem database yang telaah didukung PHP adalah Oracle, Sy base, My Sql, Generic, ODBC, mSql, Solid.

2.12. MySQL MySQL adalah software yang tergolong DBMS (Database Management System) yang bersifat Open Source. Open Source menyatakan bahwa software ini dilengkapi dengan source code , selain itu tentu saja bentuk executable-nya atau kode yang dapat dijalankan dengan secara langsung dalam sistem operasi, dan bias diperoleh dengan cara men-download di internet secara gratis (Kadir, 2008: 2). 2.12.1. Pengerian Database Relasional Secara umum database berati koleksi data yang saling terkait. Secara praktis, basis data kita anggap sebagai suatu penyusunan data yang terstruktur yang disimpan dalam media penyimpanan yang tujuannya adalah agar data tersebut dapat diakses dengan mudah dan cepat, ada beberapa macam database antara lain yaitu database hierarkis, database jaringan, database relasional. Database relasional merupakan database yang populer saat ini dan telah diterapkan pada berbagai platform, dari PC hingga mini komputer. Sebuah database relasional tersusun atas sejumlah tabel. Sebagai contoh, database akademis mencakup tabeltabel seperti dosen, mahasiswa, KRS, nilai, dan lain-lain (Kadir, 2008: 3).

38

2.13 Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin) 2.13.1 Pengertian Raskin Raskin (akronim dari beras untuk keluarga miskin ) adalah sebuah program bantuan pangan bersyarat yang diselenggarakan oleh Pemerintah Indonesia berupa penjualan beras di bawah harga pasar kepada keluarga miskin (BULOG, 2010). 2.13.2 Sejarah Raskin Penyaluran RASKIN (Beras untuk Keluarga Miskin) sudah dimulai sejak 1998. Krisis moneter tahun 1998 merupakan awal pelaksanaan RASKIN yang bertujuan untuk memperkuat ketahanan pangan rumah tangga terutama rumah tangga miskin. Pada awalnya disebut program Operasi Pasar Khusus (OPK), kemudian diubah menjadi RASKIN mulai tahun 2002, RASKIN diperluas fungsinya tidak lagi menjadi program darurat (social safety net) melainkan sebagai bagian dari program perlindungan sosial masyarakat. Melalui sebuah kajian ilmiah, penamaan RASKIN menjadi nama program diharapkan akan menjadi lebih tepat sasaran dan mencapai tujuan RASKIN. Penentuan kriteria penerima manfaat RASKIN seringkali menjadi persoalan yang rumit. Dinamika data kemiskinan memerlukan adanya kebijakan lokal melalui musyawarah Desa/Kelurahan. Musyawarah ini menjadi kekuatan utama program untuk memberikan keadilan bagi sesama rumah tangga miskin. Sampai dengan tahun 2006, data penerima manfaat RASKIN masih menggunakan data dari BKKBN yaitu data keluarga prasejahtera alasan ekonomi dan keluarga sejahtera I alasan ekonomi. Belum seluruh KK Miskin dapat

39

dijangkau oleh RASKIN. Hal inilah yang menjadikan RASKIN sering dianggap tidak tepat sasaran, karena rumah tangga sasaran berbagi dengan KK Miskin lain yang belum terdaftar sebagai sasaran. Mulai tahun 2007, digunakan data Rumah Tangga Miskin (RTM) BPS sebagai data dasar dalam pelaksaaan RASKIN. Dari jumlah RTM yang tercatat sebanyak 19,1 juta RTS, baru dapat diberikan kepada 15,8 juta RTS pada tahun 2007, dan baru dapat diberikan kepada seluruh RTM pada tahun 2008. Dengan jumlah RTS 19,1 juta pada tahun2 008, berarti telah mencakup semua rumah tangga miskin yag tercatat dalam Survei BPS tahun 2005. Jumlah sasaran ini juga merupakan sasaran tertinggi selama RASKIN disalurkan. Penggunaan data Rumah Tangga Sasaran (RTS) hasil pendataan Program Perlindungan Sosial tahun 2008 (PPLS 2008) dari BPS diberlakukan sejak tahun 2008 yang juga berlaku untuk semua program pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan oleh Pemerintah. Realisasi RASKIN selama 2005 - 2009 berkisar antara 1,6 juta ton - 3,2 juta ton. Dengan harga tebus Rp.1.000/kg sampai dengan 2007 dan Rp.1.600/kg sejak tahun 2008, RASKIN bukan hanya telah membantu rumah tangga miskin dalam memperkuat ketahanan pangannya, namun juga sekaligus menjaga stabilitas harga. RASKIN telah mengurangi permintaan beras ke pasar oleh sekitar 18,5 juta pada tahun 2009. Selain itu, perubahan harga tebus dari Rp.1.000/kg menjadi Rp.1.600/kg juga dengan mempertimbangkan anggaran dan semakin banyaknya rumah tangga sasaran yang dapat dijangkau. Harga ini juga masih lebih rendah dari harga pasar yang saat itu rata-rata sekitar Rp.5.000 5.500/kg.

40

Dampak RASKIN terhadap stabilisasi harga terlihat pada saat RASKIN hanya diberikan kurang dari 12 bulan (seperti pada tahun 2006 = 11 bulan dan tahun 2007 = 10 bulan). Harga beras akhir tahun 2006 dan awal 2007 serta akhir tahun 2007 dan awal 2008 meningkat tajam. Pada saat itulah, pemerintah melakukan Operasi Pasar Murni (OPM) dan Operasi Pasar Khusus dari Cadangan Beras Pemerintah (OPK - CBP). Beberapa kendala dalam pelaksanaan RASKIN selama ini terutama dalam pencapaian ketepatan indikator maupun ketersediaan anggaran. Sampai dengan saat ini, jumlah beras yang akan disalurkan baru ditetapkan setelah anggarannya tersedia. Selain itu ketetapan atas jumlah beras raskin yang disediakan juga tidak selalu dilakukan pada awal tahun, dan sering dilakukan perubahan di pertengahan tahun karena berbagai faktor. Hal ini akan menyulitkan dalam perencanaan penyiapan stoknya, perencanaan pendanaan dan perhitungan biaya-biayanya. Data RTS yang dinamis menjadi suatu kendala tersendiri di lapangan. Masih ada RTM di luar RTS yang belum dapat menerima RASKIN karena tidak tercatat sebagai RTS di BPS. Kebijakan lokal dan keikhlasan sesama RTM dalam berbagi, tidak jarang dipersalahkan sebagai ketidaktepatan sasaran. Ketepatan harga terkendala dengan hambatan geografis. Jauhnya lokasi RTS dari Titik Ditsribusi mengakibatkan RTS harus membayar lebih untuk mendekatkan beras ke rumahnya. Harga tebus RASKIN oleh RTS tidak lagi seharga Rp.1.000/kg atau 1.600/kg karena RTS harus membayar biaya-biaya lain

41

untuk operasional dan angkutan dari Titik Distribusi (TD) ke rumah mereka. Peran Pemerintah Kabupaten/Kota untuk membantu RTS mencapai tepat harga perlu terus didorong. Saat ini sudah banyak Pemerintah Kabupaten/Kota yang menyediakan dana APBD-nya untuk RASKIN. Apresiasi bagi Pemerintah Kabupaten/Kota patut diberikan karena perhatian terhadap penyediaan dan pengalokasian APBD serta pengawalan terhadap pelaksanaan RASKIN. Kepedulian terhadap program RASKIN berarti

kepedualian terhaap RTS yang muncul dari hati nurani untuk mengentaskan kemiskinan. Kesadaran bahwa RASKIN merupakan tugas bersama Pemerintah Pusat dan Daerah untuk membantu mengurangi beban pengeluaran 18,5 juta RTS (pada tahun 2009), perlu terus ditumbuhkan. Untuk mencapai tepat sasaran, tepat harga dan tepat waktu, beberapa penyempurnaan terus dilakukan. Salah satunya adalah dengan pola distribusi yang berkembang tidak hanya melalui titik distribusi yang langsung disalurkan kepada RTS namun juga melalui Warung Desa (Wardes). Melalui Wardes, penyaluran RASKIN menjadi lebih dekat kepada RTS dan RTS membeli beras secara bertahap sesuai daya belinya selama 1 bulan dengan harga sesuai dengan ketetapan. Penyaluran melalui Wardes berawal dari pilot project pada akhir tahun 2008 dan mulai diimplementasikan sejak tahun 2009. Melalui Wardes, sistem administrasi distribusi RASKIN juga yang dituangkan dalam Daftar Penerima Manfaat 1 (DPM 1), pembagian kartu RASKIN, dan

42

realisasi penerimaan beras oleh RTS dapat diperbaiki mulai dari awal. Juga dimungkinkan dapat diterapkan sistem pembayaran melalui kerjasama dengan jaringan unit-unit perbankan di Desa/Kelurahan secara langsung. Peningkatan ketepatan sasaran juga terus ditingkatkan melalui pendampingan pola distribusi melalui kelompok masyarakat pada tahun 2009. Distribusi RASKIN dilakukan oleh kelompok masyarakat yang umumnya berbasis keagamaan maupun oleh kelompok masyarakat miskin penerima manfaat RASKIN (BULOG, 2010). 2.13.3 Dasar Hukum RASKIN Peraturan perundangan yang menjadi landasan pelaksanaan program RASKIN adalah (Pedoman Umum Penyaluran Raskin, 2012: 2-3) : 1. Undang-Undang No.8 Tahun 1985 tentang Organisasi Masyarakat. 2. Undang-Undang No.7 Tahun 1996 tentang Pangan. 3. Undang-Undang No.19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) 4. Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. 5. Undang-Undang No.22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2012. 6. Undang-Undang No.18 Tahun 1986 tentang pelaksanaan Undang-undang No.8 Tahun 1985. 7. Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan.

43

8. Peraturan PEmerintah No. 7 Tahun 2003 tentang Pendirian Perusahaan Umum (Perum) BULOG. 9. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolahan Keuangan Daerah. 10. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. 11. Peraturan Presiden RI No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. 12. Peraturan Presiden RI No. 29 Tahun 2011 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2012. 13. Inpres No. 7 Tahun 2009 tentang Kebijakan Perberasan. 14. Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. 15. Kepmenko Kesra No. 35 Tahun 2008 tentang Tim Koordinasi Raskin Pusat.

44

2.13.4 Tujuan dan Sasaran RASKIN 1. Tujuan Tujuan program RASKIN adalah mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Sasaran melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok daam bentuk beras (Pedoman Umum Penyaluran Raskin, 2012 : 3). 2. Sasaran Sasaran Program RASKIN Tahun 2012 adalah berkurang beban pengeluaran RTS berdasarkan data PPLS-11 BPS dalam mencukupi kebutuhan pangan beras melalui pendistribusian beras bersubsidi sebanyak 180Kg/RTS/tahun atau setara dengan 15kg/RTS/bulan dengan harga tebus Rp. 1.600,00/kg netto di TD (Pedoman Umum Penyaluran Raskin, 2012 : 3).

2.13.5 Alur Distribusi Raskin Penyaluran RASKIN berawal dari Surat Perintah Alokasi (SPA) dari Pemerintah Kabupaten/Kota kepada Perum BULOG dalam hal ini kepada Kadivre/ Kasubdivre/KaKansilog Perum BULOG berdasarkan pagu RASKIN (tonase dan jumlah Rumah Tangga Sasaran - RTS) dan rincian di masing-masing Kecamatan dan Desa/ Kelurahan Pada waktu beras akan didistribusikan ke Titik Distribusi, Perum BULOG berdasarkan SPA menerbitkan Surat Perintah Pengeluaran Barang/Delivery Order (SPPB/DO) beras untuk masing-masing Kecamatan atau Desa/ Kelurahan kepada Satker RASKIN. Satker RASKIN mengambil beras di gudang Perum BULOG,

45

mengangkut dan menyerahkan beras RASKIN kepada Pelaksana Distribusi RASKIN di Titik Distribusi. Di Titik Distribusi, penyerahan/penjualan beras kepada RTS-PM (Penerima Manfaat) RASKIN dilakukan oleh salah satu dari tiga (3) Pelaksana Distribusi RASKIN yaitu Kelompok Kerja (Pokja), atau Warung Desa (Wardes) atau Kelompok Masyarakat (Pokmas). Di Titik Distribusi inilah terjadi transaksi secara tunai dari RTS - PM RASKIN ke Pelaksana Distribusi (BULOG, 2010). Alur distribusi RASKIN bisa dilihat pada gambar 2.3.

Gambar 2.10 Alur Distribusi RASKIN (http://www.bulog.co.id/alurraskin_v2.php)

46

2.13.6 Pengertian Istilah dalam RASKIN 1. Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS - PM) RASKIN adalah RumahTangga Miskin di Desa/Kelurahan yang berhak menerima RASKIN dan terdaftardalam Daftar Penerima Manfaat (DPM-1) yang ditetapkan oleh Kepala Desa/Lurah sebagai hasil Musyawarah Desa/Kelurahan dan disahkan oleh Camat sesuai hasil pendataan PPLS-11 BPS tahun 2011. 2. Musyawarah Desa/Kelurahan merupakan forum pertemuan musyawarah di tingkatDesa/Kelurahan yang melibatkan aparat Desa/Kelurahan,kelompok masyarakatDesa/Kelurahan dan perwakilan RTS-PM Raskin dari setiap Satuan Lingkungan Setempat (SLS) setingkat Dusun/RW untuk menetapkan daftar nama RTS-PM. 3. Titik Distribusi (TD) adalah tempat atau lokasi penyerahan beras Raskin dari Satker Raskin kepada Pelaksana Distribusi Raskin di tingkat Desa/Kelurahan, ataulokasi lain yang disepakati secara tertulis oleh Pemerintah

Kabupaten/Kota dengan Divre/Subdivre/ Kansilog Perum BULOG. 4. Titik Bagi (TB) adalah tempat atau lokasi penyerahan beras Raskin dari Pelaksana Distribusi Raskin kepada RTS-PM. 5. Pelaksana Distribusi Raskin adalah Kelompok Kerja (Pokja) di TD atau Warung Desa (Wardes) atau Kelompok Masyarakat (Pokmas) yang ditetapkan oleh Kepala Desa/Lurah. 6. Kelompok Kerja (Pokja) adalah sekelompok masyarakat Desa/Kelurahan yang

47

7. terdiri dari aparat Desa/Kelurahan, Ketua RT/RW/RK dan beberapa orang yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Kepala Desa/Lurah sebagai pelaksana distribusi Raskin. 8. Warung Desa (Wardes) adalah lembaga ekonomi di Desa/Kelurahan, baik milik masyarakat, koperasi maupun pemerintah Desa/Kelurahan yang memiliki fasilitas bangunan/tempat penjualan bahan pangan dan barang lainnya yang ditetapkan oleh Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota sebagai tempat penyerahan beras Raskin dari Satker Raskin. 9. Kelompok Masyarakat (Pokmas) adalah lembaga masyarakat dan/atau kelompok masyarakat di Desa/Kelurahan yang ditetapkan oleh Kepala Desa/Lurah sebagai Pelaksana Distribusi Raskin. 10. Padat Karya Raskin adalah sistem penyaluran Raskin kepada RTS-PM yang dikaitkan dengan pemberdayaan masyarakat dimana para RTS-PM diwajibkan bekerja untuk meningkatkan produktivitas daerah dengan diberikan

kompensasi pembayaran HPB Raskin oleh Pemerintah Daerah melalui APBD. 11. Satker Raskin adalah satuan kerja pelaksana penyaluran Raskin yang dibentuk oleh Divisi Regional (Divre)/Sub Divisi Regional(Subdivre)/Kantor Seksi Logistik 12. (Kansilog) Perum BULOG terdiri dari ketua dan anggota yang diangkat dengan Surat Perintah (SP) Kadivre/Kasub Divre/Kakansilog. 13. Kualitas Beras adalah beras medium kondisi baik sesuai dengan persyaratan kualitas beras yang diatur dalam Inpres Kebijakan Perberasan yang berlaku.

48

14. SPA adalah Surat Permintaan Alokasi yang dibuat oleh Bupati/Walikota atau Ketua Tim Koordinasi Raskin Kab/Kota atau Pejabat yang ditunjuk oleh pagu Raskin dan rincian di masing-masing Kecamatan dan Desa/ Kelurahan. 15. Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB)/Delivery Order (DO) adalah perintah tertulis yang diterbitkan oleh Kadivre/Kasubdivre/Kakansilog atau pejabat lain yang berwenang kepada Kepala Gudang untuk mengeluarkan dan menyerahkan barang kepada pihak lain. 16. BAST adalah Berita Acara Serah Terima Beras Raskin DPM-1 adalah Model Daftar Penerima Manfaat Raskin di Desa/Kelurahan. 17. DPM-2 adalah Model Daftar Penjualan Raskin di Desa/Kelurahan 18. HPB adalah Harga Penjualan Beras secara tunai sebesar Rp 1.600/kg netto di TD. 19. MBA-0 adalah Model Rekap BAST di tingkat Kecamatan. 20. MBA-1 adalah Model Rekap MBA-0 di tingkat Kabupaten/Kota. 21. MBA-2 adalah Model Rekap MBA-1 di tingkat Provinsi. 22. TT-HP Raskin adalah Model Tanda Terima uang Hasil Penjualan Raskin dari Pelaksana Distribusi kepada Satker Raskin. 23. UPM adalah Unit Pengaduan Masyarakat. 24. PPLS-11 adalah Pendataan Program Perlindungan Sosial tahun 2011 yang dilakukan oleh BPS. (Pedoman Umum Penyaluran Raskin, 2012: 3-5).