bab ii landasan teori...kepemimpinan adalah kemampuan individu dengan menggunakan kekuasaannya...

18
7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kepemimpinan 2.1.1. Pengertian Kepemimpinan Dalam bahasa inggris pemimpin disebut dengan leader, sedangkan kegiatannya disebut kepemimpinan atau leadership. Kepemimpinan atau Leadership adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruh orang lain untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Terdapat banyak pandangan mengenai pengertian kepemimpinan atau leadership. Menurut Greenberg dan Baron dalam (Wibowo, 2017) memberikan definisi kepemimpinan sebagai proses dimana satu individu mempengaruhi anggota kelompok lain menuju pencapaian tujuan kelompok atau organisasional yang di definisikan. Sedangkan pemimpin adalah individu dalam kelompok atau organisasi yang paling berpengaruh terhadap orang lain. Robbins dan Judge dalam (Wibowo, 2017) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi suatu kelompok menuju pencapaian sebuah visi atau serangkaian tujuan. Sementara itu, Kreitner dan Kinicki dalam (Wibowo, 2017) mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses dimana seorang individu mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan McShane dan Von Glinow dalam (Wibowo, 2017) menyatakan kepemimpinan adalah tentang memengaruhi, memotivasi dan memungkinkan orang lain memberikan konstribusi kearah efektivitas dan keberhasilan organisasi dimana mereka menjadi anggotanya.

Upload: others

Post on 12-Aug-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Kepemimpinan

2.1.1. Pengertian Kepemimpinan

Dalam bahasa inggris pemimpin disebut dengan leader, sedangkan

kegiatannya disebut kepemimpinan atau leadership. Kepemimpinan atau Leadership

adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruh orang lain untuk mencapai tujuan

organisasi yang telah ditetapkan. Terdapat banyak pandangan mengenai pengertian

kepemimpinan atau leadership.

Menurut Greenberg dan Baron dalam (Wibowo, 2017) memberikan definisi

kepemimpinan sebagai proses dimana satu individu mempengaruhi anggota

kelompok lain menuju pencapaian tujuan kelompok atau organisasional yang

di definisikan. Sedangkan pemimpin adalah individu dalam kelompok atau

organisasi yang paling berpengaruh terhadap orang lain.

Robbins dan Judge dalam (Wibowo, 2017) menyatakan bahwa

kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi suatu kelompok menuju

pencapaian sebuah visi atau serangkaian tujuan.

Sementara itu, Kreitner dan Kinicki dalam (Wibowo, 2017) mendefinisikan

kepemimpinan sebagai proses dimana seorang individu mempengaruhi orang lain

untuk mencapai tujuan bersama.

Sedangkan McShane dan Von Glinow dalam (Wibowo, 2017) menyatakan

kepemimpinan adalah tentang memengaruhi, memotivasi dan memungkinkan orang

lain memberikan konstribusi kearah efektivitas dan keberhasilan organisasi dimana

mereka menjadi anggotanya.

8

Menurut Newstrom dalam (Wibowo, 2017) kepemimpinan adalah proses

mempengaruhi dan mendukung orang lain untuk bekerja secara antusias

menuju pada pencapaian sasaran. Kepemimpinan merupakan faktor penting

yang membantu individu atau kelompok mengidentifikasi tujuannya, dan

kemudian memotivasi dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan.

Colquitt, LePine, dan Wesson dalam (Wibowo, 2017) mendefinisikan

kepemimpinan sebagai penggunaan kekuasaan dan pengaruh untuk

mengarahkan aktivitas pengikut kearah pencapaaian tujuan. Arah tersebut

dapat memengaruhi interpretasi kejadian pengikut, organisasi aktivitas

pekerjaan mereka, komitmen mereka terhadap tujuan utama, hubungan

mereka dengan pengikut, atau akses mereka pada kerja sama dan dukungan

dari uni kerja lain.

Dari beberapa pengertian Kepemimpinan tersebut, dapat disimpulkan bahwa

Kepemimpinan adalah kemampuan individu dengan menggunakan kekuasaannya

melakukan proses mengarahkan, mempengaruhi, memotivasi dan mendukung usaha

yang memungkinkan orang lain memberikan konstribusi pada pencapaian tujuan

organisasi yang telah di tetapkan.

2.1.2. Teori Kepemimpinan

Teori kepemimpinan merupakan beberapa teori yang mencakup beberapa hal-

hal dasar mengenai kepemimpinan. Secara garis besar teori kepemimpinan dibagi

menjadi tiga pendekatan, yaitu teori sifat, teori perilaku, teori kepemimpinan

situasional (Anwar, 2017).

Berikut penjelasan singkat dari masing-masing teori :

1. Teori Sifat

Sutrisno menjelaskan bahwa teori sifat adalah seseorang yang dilahirkan sebagai

pemimpin karena memiliki sifat-sifat kepemimpinan. Penganut teori sifat

berpendapat bahwa keberhasilan seseorang menjadi menjadi pemimpin ditentukan

oleh kualitas sifat atau karakter tertentu yang ada dalam diri pemimpin tersebut.

9

Karakter tersebut berhubungan dengan fisik, mental, psikologis, personalitas, dan

intelektualitas.

2. Teori Perilaku

Teori perilaku didasarkan pada bahwa kepemimpinan merupakan interaksi antara

pemimpin dan pengikut, dan dalam interaksi tersebut pengikut yang menganalisis

dan mempersepsikan apakah menerima atau menolak kepemimpinannya. Dalam

teori ini mampu mengidentifikasi perilaku yang membedakan pemimpin yang

efektif dan tidak efektif. Terdapat dua orientasi dalam teori perilaku, yaitu

perilaku pemimpin yang berorientasi tugas sehingga menampilkan gaya

kepemimpinan autokratik dan perilaku pemimpin yang mengutamakan penciptaan

hubungan manusiawi sehingga menghasilkan gaya kepemimpinan demokratis

atau partisipatif.

3. Teori Kepemimpinan Situasional

Teori kepemimpinan situasional awal mula dikembangkan oleh Hersey dan

Blachard. Dalam teori ini mereka berusaha mengembangkan kepemimpinan

sesuai dengan situasi dan kebutuhan. Menurut pandangan penganut teori

situasional, hanya pemimpin yang mengetahui situasi dan kebutuhan organisasi

yang dapat menjadi pemimpin yang efektif. Kepemimpinan yang efektif

dipengaruhi oleh motivasi, kemampuan melaksanakan tugas, dan kepuasan dari

pengikutnya.

2.1.3. Tipe Kepemimpinan

Tipe kepemimpinan menunjukan secara langsung atau tidak langsung

tentang keyakinan seorang pemimpin terhadap kemampuan bawahannya untuk

10

mempengaruhi kinerja karyawannya. Ada beberapa tipe kepemimpinan menurut

Kartono dalam (Bahrum, 2015)

1. Kepemimpinan Pribadi

Pemimpin mengadakan hubungan langsung dengan bawahan sehingga tercipta

hubungan pribadi yang intim.

2. Kepemimpinan Non – Pribadi

Dalam tipe ini hubungan antara pimpinan dengan bawahannya melalui

perencanaan dan instruksi-instruksi tertulis.

3. Kepemimpinan Otoriter

Dalam tipe ini pimpinan melakukan hubungan dengan bawahannya dengan

sewenang-wenang sehingga sebetulnya bawahannya melakukan semua perintah

bukan karena tanggung jawab tetapi lebih karena rasa takut.

4. Kepemimpinan Kebapakan

Tipe kepemimpinan ini tidak memberikan tanggung jawab kepada bawahan untuk

bisa mengambil keputusan sendiri karena selalu dibantu oleh pemimpinnya.

5. Kepemimpinan Demokratis

Dalam setiap permasalahan pemimpin selalu menyertakan pendapat para

bawahannya dalam pengambilan keputusan, sehingga mereka akan merasa

dilibatkan dalam setiap permasalahan yang ada dan merasa bahwa pendapatnya

selalu diperhitungkan.

6. Kepemimpinan Bakat

Pemimpin tipe ini memiliki kemampuan dalam mengajak orang lain, dan diikuti

oleh orang lain.

11

2.1.4. Fungsi Kepemimpinan

Fungsi kepemimpin dalam sebuah organisasi sangat penting bagi keberadaan

dan kemajuan sebuah organisasi yang bersangkutan.

Menurut Nawawi dalam (Busro, 2018) secara operasional dapat dibedakan

lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:

1. Fungsi Instruktif

Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah),

bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai,

melaksanakan, dan dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan

perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif, sehingga fungsi orang

yang yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah.

2. Fungsi Konsultatif

Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua arah.

Hal tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan

yang memerlukan bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang

yang di pimpinnya.

3. Fungsi Partisipasi

Dalam menjalankan fungsi partisipasi, pemimpin berusahaan mengaktifkan orang-

orang yang di pimpinnya, baik dalam mengambil keputusan maupun dalam

melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama

untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-

tugas pokok, sesuai dengan posisi masing-masing.

4. Fungsi Delegasi

Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin memeberikan pelimpahan

wewenang membuat atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya

12

adalah kepercayaan seorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan

untuk pelimpahan wewenang dengan melaksanakannya secara bertanggung

jawab. Fungsi pendelegasiaan ini harus diwujudkan karena kemajuan dan

perkembangan kelompok tidak mungkin diwujudkan oleh seorang pemimpin

seorng diri.

5. Fungsi Pengendalian

Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif haus mampu

mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif,

sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Dalam

melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin dapat mewujudkan melalui

kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.

Dari penjelasan fungsi kepemimpinan, dapat disimpulkan bahwa sebagai

seorang pemimpin berkewajiban menjabarkan program kerja, harus mampu

memberikan perintah atau petunjuk yang jelas, mampu memecahkan masalah dan

mengambil keputusan, serta mengarahkan atau mengawasi anggotanya secara

terarah, sehingga memungkinkan tercapainnya tujuan bersama secara maksimal.

2.1.5. Pengertian Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang

dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk

mecapai suatu tujuan tertentu. Di bawah ini beberapa definisi gaya kepemimpinan,

yaitu :

Gaya Kepemimpinan didefinisikan sebagai pola menyeluruh dari tindakan

seorang pemimpin, baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahannya.

Rivai dalam (Ambarwati, 2015).

13

Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh

seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain

seperti yang ia lihat. Thoha dalam (Ambarwati, 2015).

Gaya kepemimpinan suatu cara pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya,

agar mereka mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan

oraganisasi. Hasibuan dalam (Ambarwati, 2015).

Gaya kepemimpinan adalah perilaku atau tindakan seorang pemimpin dalam

melaksanakan tugas-tugas pekerjaan manajerial. Hasibuan dalam (Ambarwati, 2015).

Dari beberapa pengertian gaya kepemimpinan tersebut dapat disimpulkan

bahwa gaya kepemimpinan adalah norma perilaku atau tindakan seorang pemimpin

untuk mempengaruhi orang lain dalam melaksanakan tugas secara produktif untuk

mencapai tujuan organisasi.

2.1.6. Ciri dan Sifat Pemimpin

Seorang pemimpin harus memiliki sifat atau karakteristik yang baik, agar

dapat menjadi teladan bagi karyawannya. Menurut Terry dalam (Priasa, 2018) ciri

dan sifat pemimpin terdiri atas delapan komponen.

1. Energik

Pemimpin organisasi harus memiliki kekuatan mental dan fisik yang kuat. Ia

merupakan pribadi energik yang senantiasa menunjukkan kemampuannya untuk

bekerja dengan keras dan memberikan keteladanan yang baik kepada pegawai atas

kerja kerasnya

2. Stabilitas Emosi

Pemimpin tidak boleh berprasangka buruk terhadap pegawai. Ia tidak boleh cepat

marah ketika melihat pegawainya melakukan kesalahan. Pemimpin harus mampu

14

mngendalikan emosinya. Ia pun merupakan pribadi yang senantiasa memiliki

kepercayaan diri bahwa dia adalah pribadi yang mampu mengelola emosi dengan

tepat.

3. Hubungan Sosial

Pemimpin harus mempunyai pengetahuan yang memadai tentang cara

bermasyarakat secara baik dan tepat sehingga ia mampu berbaur dengan

masyarakat, baik masyarakat tempat ia tinggal maupun tempat ia kerja.

4. Motivasi Pribadi

Pemimpin harus memiliki keinginan untuk menjadi pemimpin besar serta dapat

memotivasi diri sendiri untuk menjadi pemimpin yang sukses.

5. Keterampilan Komunikasi

Pemimpin harus mempunyai kecakapan untuk berkomunikasi, karena komunikasi

merupakan salah satu modal penting pemimpin untuk menerima dan menyalurkan

informasi kepada pegawai. Pemimpin harus terampil dalam model-model

komunikasi yang baik.

6. Keterampilan Mengajar

Pemimpin memiliki kecakapan untuk mengajarkan, menjelaskan, dan

mengembangkan pegawai.

7. Keterampilan Sosial

Pemimpin harus memiliki keterampilan sosial karena keterampilan ini mampu

membngun kepercayaan. Pemimpin harus suka menolong, senang jika

pegawainya maju dan berkembang, serta luwes dalam menjalin hubungan dengan

masyarakat luas.

8. Komponen Teknis

15

Pemimpin harus mempunyai kecakapan dalam menganalisis, merencanakan,

menyusun konsep, mengorganisasi, mendelegasikan wewenang, dan mengambil

keputusan.

2.2. Kinerja Karyawan

2.2.1. Pengertian Kinerja

Kinerja dalam bahasa inggris disebut dengan job performance atau actual

performance atau level of performance, yang merupakan tingkat keberhasilan

pegawai dalam menyelesaikan pekerjaannya. Kinerja merupakan hasil kerja yang

dicapai pegawai dalam mengemban tugas dan pekerjaan yang berasal dari

perusahaan.

Menurut Byars dan Rue dalam (Daryanto, 2017) kinerja merupakan derajat

penyusunan tugas yang mengatur pekerjaan seseorang. Jadi, kinerja adalah

kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan kegiatan atau

menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawab dengan hasil seperti

yang diharapkan.

Menurut Dessler dalam (Daryanto, 2017) Kinerja merupakan prestasi kerja,

yaitu perbandingan antara hasil kerja dengan standar yang ditetapkan.

Menurut Mangkunegara dalam (Daryanto, 2017) kinerja adalah hasil kerja

baik secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam

melaksanakan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan.

Menurut Rivai dan Basri dalam (Daryanto, 2017) kinerja adalah hasil atau

tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu

dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan,

seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah

ditentukan terlebih dahulu telah disepakati bersama.

Berdasarkan beberapa pengertian kinerja diatas dapat disimpulkan bahwa

kinerja adalah perbandingan antara hasil kerja dan tingkat keberhasilan baik secara

16

kualitas maupun kuantitas yang telah dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan

tugas dan tanggung jawabnya dengan hasil sesuai yang diharapkan.

2.2.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Kinerja karyawan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain

kepemimpinan, lingkungan kerja, gaji, dan lain-lain (dll). Faktor tersebut dapat

menentukan meningkat atau menurunnya kinerja seorang karyawan.

Menurut Mathis dan Jackson dalam (Priasa, 2017) faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja pegawai, sebagai berikut:

1. Kemampuan Individual

Mencakup bakat, minat, dan faktor kepribadian. Tingkat keterampilan merupakan

bahan mentah yang dimiliki oleh seseorang berupa pengetahuan, pemahaman,

kemampuan, kecakapan interpersonal, kecakapan teknis. Dengan demikian,

kemungkinan seorang pegawai mempunyai kinerja yang baik, jika kinerja

pegawai tersebut memiliki tingkat keterampilan baik, pegawai tersebut akan

menghasilkan yang baik pula.

2. Usaha yang dicurahkan

Usaha yang dicurahkan bagi pegawai adalah ketika kerja, kehadiran, dan

motivasinya. Tingkat usahanya merupakan gambaran motivasi yang diperlihatkan

pegawai untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Oleh karena itu, jika

pegawai memiliki tingkat keterampilan untuk mengerjakan pekerjaan, ia tidak

akan bekerja dengan baik jika hanya sedikit upaya. Hal ini berkaitan dengan

perbedaan antara tingkat keterampilan dan tingkat upaya. Tingkat keterampilan

merupakan cerminan dari kemampuan yang dilakukan, sedangkan tingkat upaya

merupakan cermin dari sesuatu yang dilakukan.

17

3. Lingkungan Organisasional

Di lingkungan organisasional, perusahaan menyediakan fasilitas bagi pegawai

yang meliputi pelatihan dan pengembangan, peralatan, teknologi, dan manajemen.

2.2.3. Tujuan Penilaian Kinerja

Dalam suatu organisasi atau perusahaan tentunya tidak terlepas dari proses

penilaian kinerja karyawan. Kegiatan penilaian kinerja karyawan dilaksanakan untuk

mengevaluasi kinerja yang ada, untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas kinerja

karyawannya untuk berbagai tujuan perusahaan. Menurut Kaswan dalam (Sari,

2018), diantaranya :

1. Penilaian memberi justifikasi organisasi secara resmi untuk pengambilan

keputusan pekerjaan, yaitu mempromosikan karyawan yang berkinerja

menonjol;membina karyawan berkinerja kurang; melatih, memindahkan, atau

mendisiplinkan yang lain; meningkatkan imbalan (atau tidak); dan sebagai

landasan mungurangi jumlah tenaga kerja. Singkatnya, penilaian berfungsi

sebagai input kunci untuk melaksanakan sistem imbalan dan hukuman organisasi

yang sifatnya resmi.

2. Penilaian digunakan sebagai kriteria dalam validasi tes. Yaitu, hasil tes

dikorelasikan dengan hasil penilain untuk menilai hipotesis bahwa skor tes

memprediksi kinerja pekerjaan. Akan tetapi, jika pekerjaan tidak dilakukan

dengan cermat, atau jika pertimbangan diluar kinerja mempengaruhi hasil kinerja,

penilai tidak dapat digunkan untuk tujuan itu.

3. Penilaian memberikan umpan balik kepada karyawan, dan dengan demikian

berfungsi sebagai sarana untuk pengembangan pribadi dan karir.

18

4. Penilaian dapat membantu mengidentifikasi kebutuhan pengembangan karyawan

dan juga untuk meneguhkan tujuan-tujuan untuk program pelatihan.

5. Penilaian dapat mendiagnosis masalah-masalah organisasi dengan

mengidentifikasi kebutuhan pelaihan, dan karakteristik-karakteristik pribadi untuk

dipertimbangkan dalam mempekerjakan, dan penilaian juga menyediakan

landasan untuk membedakan antara karyawan yang berkinerja efektif dengan

yang berkinerja tidak efektif. Oleh karena itu, penilaian menggambarkan awal

suatu proses, daripada produk akhir.

6. Penilaian bersifat memotivasi, yaitu mendorong inisiatif, mengembangkan rasa

tanggung jawab, dan merangsang usaha-usaha untuk berkinerja lebih baik.

7. Penilaian merupakan wahana komunikasi, sebagai dasar diskusi tentang hal-hal

yang berhubungan dengan pekerjaan antara atasan dan bawahan. Melalui diskusi,

kedua pihak dapat mengenal lebih baik lagi.

8. Penilaian dapat berfungsi sebagai dasar untuk perencanaan sumber daya manusia

(SDM) dan pekerjaan, yaitu memberikan input yang berharga untuk inventarisasi

keterampilan, dan perencanaan SDM.

9. Penilain dapat dijadikan dasar penelitian manajemen sumber daya manusia

(MSDM), yaitu untuk menentukan apakah program MSDM yang ada efektif.

2.2.4. Indikator Kinerja

Indikator kinerja merupakan aspek yang menjadi ukuran dalam menilai

kinerja. Kinerja karyawan pada dasarnya diukur sesuai dengan kepentingan

perusahaan dan mempertimbangkan karyawan yang dinilainya

Robbins dalam (Daryanto, 2017) mengemukakan bahwa indikator untuk

mengukur kinerja karyawan secara individu, yaitu:

19

a. Kualitas (quality)

Kualitas kerja diukur dari presepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan yang

dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan kemampuan

karyawan.

b. Kuantitas (quantity)

Kuantitas adalah segala bentuk satuan ukuran yang terkait dengan jumlah hasil

kerja dan dinyatakan dalam ukuran angka atau yang dapat dipadankan dengan

angka, kuantitas merupakan jumlah yang dihasilkan, dinyatakan dengan istilah

seperti jumlah unit, siklus aktivitas yang diselesaikan.

c. Ketepatan Waktu (Timeliness)

Merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang dinyatakan,

dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu

yang tersedia untuk aktivitas lain.

d. Efektivitas Biaya (Cost Effectiveness),

Merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga, uang, teknologi,

bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud menaikkan hasil dari setiap unit

dalam penggunaan sumber daya.

e. Kemandirian (Independent)

Merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya akan dapat menjalankan

fungsi kerjanya, komitmen kerja. Merupakan suatu tingkat dimana karyawan

mempunyai komitmen kerja dengan instansi dan tanggung jawab kayawan

terhadap perusahaan dimana dia bekerja.

20

2.3. Konsep Dasar Operational dan Perhitungan

2.3.1. Kisi – Kisi Operational Variabel

Dalam kisi-kisi operational variabel, penulis jelaskan variabel kepemimpinan

(X) dan kinerja karyawan (Y). Dimana variabel kepemimpinan dan kinerja terdapat

indikator yang dapat dikembangkan menjadi pernyataan untuk dijadikan bahan

kuesioner.

1. Variabel Kepemimpinan

Tabel II.1

Kisi-Kisi Operational Variabel Kepemimpinan (X)

Variabel Dimensi Indikator Butir

Kepemimpinan

1. Instrutif a. Sebagai komunikator

b. Menggerakan dan memotivasi

1,2

2. Konsultatif c. Berkonsultasi dengan bawahan

d. Mendengarkan pendapat

3, 4

3. Partisipasi e. Inisiatif

f. Ketersediaan mengambil resiko

5, 6

4. Delegasi g. Percaya pada bawahan

h. Sikap terbuka dan lugas

7, 8

5.Pengendalian i. Mengarahkan bawahan

j. Mengevaluasi kondisi

9, 10

Sumber : (Busro, 2018)

2. Variabel Kinerja Karyawan

Tabel II.2

Kisi-Kisi Operational Variabel Kinerja (Y)

Variabel Indikator Dimensi Butir

Kinerja

1. Kualitas a. Kualitas yang dihasilkan 1

2. Kuantitas b. Jumlah unit dan jumlah siklus

kegiatan yang dihasilkan

2

3. Ketepatan Waktu

c. Pekerjaan yang dapat

diselesaikan pada waktu yang

ditentukan

3,4

4. Efektivitas Biaya d. Tingkat kegunaan sumber daya

organisasi

5,6,7

5.Kemandirian e. Tingkat tanggung jawab 8,9,10

Sumber : (Daryanto, 2017)

21

2.3.2. Uji Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas

Menurut (Duwi, 2014) uji validasi item merupakan uji instrumen data untuk

mengetahui seberapa cermat suatu item dalam mengukur apa yang ingin diukur, item

dapat dikatakan valid jika adanya korelasi yang signifikan dengan skor totalnya, hal

ini menunjukkan adanya dukungan item tersebut dalam mengungkap suatu yang

ingin diungkap. Item biasanya berupa pertanyaan atau pernyataan yang ditujukan

kepada responden dengan menggunakan bentuk kuesioner dengan tujuan untuk

mengungkapkan sesuatu.

2. Uji Reliabilitas

Menurut (Duwi, 2014) uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui

konsistensi alat ukur yang biasanya menggunakan kuesioner, maksudnya apakah alat

ukur tersebut akan mendapatkan pemgukuran yang tetap konsisten jika pengukuran

diulang kembali. Metode yang sering digunakan dalam penelitian untuk mengukur

skala rentangan adalah Cronbach Alpha. Uji reliabilitas merupakan kelanjutan dari

uji validitas, dimana item yang masuk pengujian adalah item yang valid saja. Untuk

menemukan apakah instrumen reliabel atau tidak menggunakan batasan 0,6.

Tabel II.3

Skala Alpha Cronbach

Nilai Alpha Cronbach Keterangan

0,5 Tidak dapat digunakan

0,5 – 0,6 Jelek (poor)

0,6 – 0,7 Cukup dapat diterima (fair)

0,7 – 0,9 Bagus (good)

>0,9 Luar biasa bagus (excellent)

Sumber : (Silalahi, 2015)

22

2.3.3. Konsep Dasar Perhitungan

1. Populasi

Menurut (Sugiyono, 2016) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas :

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

2. Sampel

Menurut (Sugiyono, 2016) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pada penelitian ini penulis menggunakan

Sampel Jenuh.

Dimana menurut (Sugiyono, 2016) Sampel Jenuh adalah teknik penentuan sampel

bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila

jumlah populasi realtif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin buat

generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sample jenuh adalah

sensus, dimana semua nggota populasi dijadikan sampel.

3. Skala Likert

Menurut (Sugiyono, 2016) Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan presepsi seseorang atau sekelompok tentang fenomena sosial. Dalam

penelitian fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang

selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.

4. Uji Koefisien Korelasi

Uji koefisien korelasi adalah teknik yang digunakan untuk mencari hubungan dan

membuktikan hipetesis hubungan dua variabel berbentuk interval dan dari sumber

data yang sama. Sugiyono dalam (Widiyanti & Fitriani, 2017) Rumus korelasi

Product Moment dari Pearson, sebagai berikut:

23

r =

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ √ ∑ ∑

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi

n = Jumlah Responden

∑X = Total jumlah variabel X

∑Y = Total jumlah variabel Y

∑X2 = Kuadrat dari total jumlah variabel X

∑Y2

= Kuadrat dari total jumlah variabel Y

∑XY = Hasil perkalian dari total jumlah variabel X dan Y

Adapun interpretasi dari hasil uji korelasi seperti tabel, berikut:

Tabel II.4

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,19 Sangat rendah

0,20-0,399 Rendah

0,40-0,599 Sedang

0,60-0,799 Kuat

0,80-1.000 Sangat kuat

Sumber: Sugiyono dalam (Widiyanti & Fitriani, 2017)

5. Uji Koefisien Determinasi

Menurut (Supardi, 2017) koefisien determinasi adalah tingkat pengaruh variabel

X terhadap variabel Y yang dinyatakan dalam persentase (%). Persentase diperoleh

24

dengan terlebih dahulu mengkuadratkan koefisien korelasi dikalikan 100%.

Dengan rumus, sebagai berikut :

(KD) = r2

x 100

Keterangan:

KD = Koefisien Determinasi

r = Koefisien Korelasi

6. Uji Persamaan Regresi

Menurut (Gunawan, 2016) analisis regresi digunakan untuk tujuan peramalan dan

menganalisis bentuk hubungan antara dua variabel dengan mengembangkan

estimating equation (persamaan regresi). Regresi yang terdiri dari satu variabel

prediktor dan satu variabel kriterium disebut regresi linear sederhana (bivariate

regression). Bentuk persamaan regresi untuk analisis regresi linear sederhana,

adalah:

Keterangan:

= subjek dalam variabel dependen yang diprediksi

a = harga Y bila X = 0 (konstan)

b = angka arah/koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan

(+) atau penurunan (-) variabel kriterium yang didasarkan pada variabel

prediktor

X = subjek pada variabel prediktor yang mempunyai nilai tertentu.