bab ii landasan teori banknoteeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1976/2/bab ii.pdf · contoh bank...
TRANSCRIPT
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Bank
Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan
dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan
menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote.
Menurut Undang–Undang No. 10 tahun 1998 (pasal 1 ayat 2) tentang
perbankan, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk – bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak. Sedangkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
Nomor 31 tentang perbankan, Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai
perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak-
pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi
memperlancar lalu lintas pembayaran. Berdasarkan beberapa uraian dari definisi
bank dapat diambil kesimpulan bahwa bank adalah suatu lembaga usaha keuangan
yang bertugas menghimpun dana masyarakat yang lebih dan menyalurkan
kembali kepada masyarakat yang kekurangan dana sebagai modal usaha, serta
memberikan pelayanan-pelayanan lainnya sebagai profit dan membantu
masyarakat meningkatkan taraf hidup secara umum.
12
2.1.2 Jenis Bank
Bank di Indonesia terbagi menjadi beberapa jenis. Jenis bank dapat
dibedakan sesuai dengan fungsi, kepemilikan, status, penetapan harga dan
tingkatannya (Ismail, 2010:13). Berikut ini merupakan penjelasan dari jenis-
jenis bank yang ada di Indonesia yaitu :
1. Jenis Bank Menurut Fungsinya
a. Bank Sentral
Bank sentral adalah bank yang berfungsi sebagai pengatur bank-bank
yang ada di dalam suatu negara. Bank sentral hanya ada satu di setiap
negara dan mempunyai kantor yang hamper di setiap provinsi. Bank
sentral yang ada di Indonesia adalah Bank Indonesia.
b. Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan
bank umum secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu,
penghimpunan dana kepada masyarakat, penyaluran dana kepada
masyarakat dan pelayanan jasa.
c. Bank Pengkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran atau
giral.
13
2. Jenis Bank Menurut Kepemilikannya
a. Bank Pemilik Pemerintah
Bank milik pemerintah adalah suatu bank yang unsur permodalannya
mayoritas merupakan dari pemerintah sendiri dan juga permodalannya
ini mayoritas dimiliki oleh pemerintah.
Contoh : bank yang termasuk ke dalam jenis golongan ini antara lain
adalah Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan Bank
Nasional Indonesia (BNI).
b. Bank Swasta Milik Nasional
Bank swasta nasional adalah bank yang modalnya dimiliki oleh pihak
swasta dalam negeri atau merupakan murni dimiliki oleh pihak swasta
yang merupakan warga negara Indonesia.
Contoh : Bank Danamon, Bank Mega, Bank Panin dan Bank BCA.
c. Bank Swasta Milik Asing
Bank Swasta Asing adalah suatu bank yang unsur permodalannya
merupakan bersumber dari orang asing yang menanamkan modal dan
usahanya di Indonesia.Bank swasta asing merupakan suatu bank yang
mayoritas modalnya dimiliki oleh pihak asing (warga negara asing).
Contoh : Hongkong Bank, City Bank, dan Bank ABN dari Belanda dan
berbagai bank asing lainnya.
d. Bank Milik Koperasi
Bank yang didirikan oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi,
dan seluruh modalnya menjadi milik koperasi. Di Indonesia, terdapat
14
satu bank yang didirikan oleh koperasi atau bank yang menjadi milik
koperasi, yaitu Bank Bukopin.
e. Bank Campuran
Bank campuran merupakan bank yang sahamnya dimiliki oleh swasta
asing dan nasional. Meskipun, pemilik bank campuran adalah warga
negara asing atau perusahaan asing dan warga Indonesia atau
perusahaan dalam negeri, akan tetapi kepemilikan sahamnya mayoritas
dimiliki oleh swasta nasional.
3. Jenis Bank Menurut Segi Statusnya
a. Bank Devisa
Bank devisa merupakan bank yang dapat melakukan aktivitas transaksi ke
luar negeri dan atau transaksi yang berhubungan dengan mata uang asing
secara keseluruhan. Produk yang ditawarkan oleh bank devisa lebih
lengkap dibanding dengan produk yang ditawarkan oleh bank non devisa.
Contoh Bank Devisa antara lain Bank Mandiri, BNI, BRI, BCA, Bank
Permata, BTN dan BII. Produk yang ditawarkan bank devisa antara lain
giro dalam mata uang asing dan mata uang rupiah, LC, transfer ke luar
negeri dan dari luar negeri, Foreign Exchange, Bank Guarantee.
b. Bank Non Devisa
Bank nondevisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk
melaksanakan kegiatan seperti bank devisa. Transaksi yang dilakukan oleh
bank non devisa masih terbatas pada transaksi dalam negeri dan/atau mata
uang rupiah saja. Bank non devisa dapat mengubah statusnya menjadi bank
15
devisa. Salah satu persyaratan menjadi bank devisa adalah telah
memperoleh keuntungan dua tahun terakhir secara berturut-turut.
4. Jenis Bank Menurut Dari Segi Cara Penentuan Harga
a. Bank Konvensional
Bank konvensional merupakan bank yang dalam penentuan harga
menggunakan bunga sebagai balas jasa. Balas jasa yang diterima oleh bank
atas penyaluran dana kepada masyarakat, maupun balas jasa yang dibayar
oleh bank kepada masyarakat atas penghimpunan dana. Di samping itu,
untuk mendapatksn keuntungan dari pelayanan jasanya, bank konvensional
akan membebankan fee kepada nasabahnya.
b. Bank Syariah
Bank Syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum
Islam, dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak
membayar bunga kepada nasabah. Imbalan yang diterima oleh bank syariah
tergantung dari akad dan perjanjian antara nasabah dan pihak bank.
Perjanjian tersebut didasarkan pada hukum syariah baik perjanjian yang
dilakukan bank dengan nasabah dalam penghimpunan dana, maupun
penyalurannya. Perjanjian atau akad yang terdapat di perbankan syariah
harus tunduk pada syarat dan rukun akad tersebut.
2.1.3 Fungsi Bank
Menurut Totok Budisantoso dan Nuritomo (2014:9), fungsi bank adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada
masyarakat untuk berbagai tujuan atau fungsi Financial Intermediary. Fungsi
16
utama bank secara spesifik dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Agent of Trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan. Masyarakat akan mau
menitipkan dananya di bank karena adanya kepercayaan. Pihak bank juga
akan menyalurkan dananya kepada debitur karena adanya unsur
kepercayaan.
2. Agent of Development
Kegiatan bank yang berupa menghimpun dan menyalurkan dana
memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan
distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa. Kelancaran kegiatan
investasi–distribusi–konsumsi adalah kegiatan pembangunan perekonomian
suatu masyarakat.
3. Agent of Services
Bank memberikan penawaran jasa perbankan lain, seperti jasa pengiriman
uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan
penyelesaian tagihan.
2.1.4 Peran Bank
Dalam menjalankan kegiatannya, bank mempunyai peran penting dalam
sistem keuangan nasional. Menurut Totok Budisantoso dan Nuritomo (2014: 11-
12) peran bank adalah sebagai berikut :
1. Pengalihan asset (Asset Transmutasion)
Pengalihan dana atau aset dari unit surplus ke unit defisit. Dalam hal ini,
sumber dana yang diberikan pada pihak peminjam berasal dari pemilik dana
17
yaitu unit surplus yang jangka waktunya dapat diatur sesuai dengan keinginan
pemilik dana. Dengan demikian, bank berperan sebagai pengalih aset yang
likuid dari unit surplus (lenders) kepada unit defisit (borrower).
2. Transaksi (Transaction)
Bank memberikan berbagai kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk
melakukan transaksi keuangan. Dalam ekonomi modern, transaksi barang dan
jasa tidak pernah terlepas dari transaksi keuangan. Untuk itu, produk, jasa dan
layanan yang ditawarkan oleh bank (seperti tabungan, deposito, giro,
pemberian kredit, jasa pengiriman uang, layanan ebanking serta layanan
perbankan lainnya) memudahkan masyarakat dalam bertransaksi.
3. Likuditas (Liquidity)
Bank berperan sebagai penjaga likuiditas masyarakat, dengan membantu
aliran likuiditas atau dana dari unit surplus kepada unit defisit yang dilakukan
dengan cara unit surplus menempatkan dana nya dalam bentuk giro, tabungan,
depostio dan produk dana bank lainnya yang kemudian disalurkan dalam
bentuk kredit kepada pihak yang mengalami defisit. Dengan demikian bank
memberikan layanan fasilitas pengelolaan likuiditas kepada pihak yang
surplus likuiditas dan menyalurkannya kepada pihak yang mengalami
kekurangan likuiditas.
4. Efisiensi (Efficiency)
Adanya informasi yang tidak simetris (asymetric information) antara
peminjam dan investor menimbulkan masalah insentif. Peran bank menjadi
penting untuk memecahkan masalah insentif tersebut. Untuk jelas peran
18
bank dalam hal ini yaitu menjembatani dua pihak yang saling
berkepentingan untuk menyamakan informasi yang tidak sempurna,
sehingga terjadi efisiensi biaya ekonomi. Dengan adanya bank sebagai
broker maka masalah tersebut dapat teratasi.
2.1.5 Karakteristik Bank
Menurut Taswan (2008: 2), lembaga perbankan mudah dikenali karena
memiliki karakteristik umum sebagai berikut :
1. Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara pihak-pihak yang
memiliki kelebihan dana dengan pihak–pihak yang membutuhkan dana,
serta berfungsi untuk memperlancar lalu lintas pembayaran dengan berpijak
pada falsafah kepercayaan.
2. Sebagai lembaga kepercayaan, bank harus selalu menjaga likuiditasnya
sehingga mampu memenuhi kewajiban yang harus segera dibayar.
3. Bank selalu dihadapkan pada dilema antara pemeliharaan likuiditas atau
peningkatan earning power. Kedua hal ini berlawanan dalam mengelola
dana perbankan. Yang artinya jika menginginkan likuiditas tinggi maka
earnings atau rentabilitas rendah dan sebaliknya.
4. Bank sebagai lembaga kepercayaan mempunyai kedudukan yang strategis
untuk menunjang pembangunan nasional.
2.1.6 Sumber Dana Bank
Sumber dana bank adalah usaha-usaha yang dilakukan bank dalam
menghimpun dana untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Sumber-sumber
dana bank yang digunakan yaitu :
19
1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri
Sumber dana yang bersumber dari bank itu sendiri merupakan sumber dana
dari modal sendiri. Modal sendiri adalah modal setoran dari para pemegang
sahamnya. Apabila saham yang terdapat dalam portepel belum habis terjual,
sedangkan kebutuhan dana masih perlu, maka pencarianya dapat di lakukan
dengan menjual saham kepda pemegang saham lama. Akan tetapi jika tujuan
perusahaan untk melakukan ekspansi, maka perusahaan dapat mengeluarkan
saham baru dan menjual saham baru tersebut di pasar modal.
Dana yang bersumber dari bank itu sendiri terdiri dari :
a. Setoran modal dari pemegang saham
Dalam hal ini pemilik saham lama dapat menyetor dana tambahan atau
membeli saham yang di keluarkan oleh perusahaan
b. Cadangan - cadangan bank
Adalah cadangan – cadangan laba pada tahun lalu yang tidak dibagi
kepada para pemegang sahamnya. Cadangan ini sengaja disediakan untuk
mengatisipasi laba tahun yang akan datang.
c. Laba bank yang belum dibagi
Merupakan laba yang memang belum dibagikan pada tahun yang
bersangkutan, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk sewaktu
waktu.
Keuntungan dari sumber dana sendiri adalah tidak perlu membayar bunga
yang relatif dari pada jika meminjam ke lembaga lain. Kerugiaannya adalah
20
waktu yang diperlukan untuk memperoleh dana dalalam jumlah besar
memerlukan waktu yang relatif lama. Hal ini disebabkan untuk melakukan
penjualan saham bukanlah hal yang mudah.
2. Dana yang berasal dari masyarakat (Product Funding)
Sumber dana ini merupakan sumber dana tepenting bagi kegiatan operasi
suatu bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai
operasinya dari sumber dana ini.Untuk memperoleh sumber dana dari
masyarakat luas, bank dapat menawarkan berbagai jenis simpanan yang terdiri
dari :
a. Simpanan Giro (Demand Deposit)
Yaitu simpanan nasabah kepada bank yang penarikannya dilakukan
dengan menggunakan cek atau bilyet giro dan surat perintah dari bank
lain.
b. Deposito (Time Deposit)
Yaitu simpanan nasabah kepada bank yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian.
c. Tabungan (Saving Deposit)
Yaitu simpanan nasabah kepada bank yang penarikannya dapat dilakukan
sesuai peraturan yang ditetapkan oleh bank.
3. Dana yang berasal dari lembaga lain
Sumber dana yang lain ini selalu berkembang sesuai dengan
perkembangan usaha perbankan dan perekonomian secara umum.
Sumber – sumber tersebut antara lain :
21
a. Setoran Jaminan
Merupakan sejumlah dana yang wajib diserahkan oleh nasabah yang
menerima jasa – jasa tertentu dari bank. Dengan adanya setoran jaminan,
nasabah diharapkan mempunyai komitmen untuk berperilaku positif
sehingga dikemudian hari bank tidak harus mengalami kerugian karena
menanggung risiko yang timbul. Setoran jaminan juga dibutuhkan sebagai
dana untuk menutup sebagian kerugian bank yang mungkin timbul akibat
terjadinya risiko. Jasa – jasa bank yang biasanya memerlukan setoran
jaminan adalah letter of credit (LC) dan Bank Garansi (BG).
b. Dana Transfer
Salah satu jasa yang diberikan bank adalah pemindahan dana. Pemindahan
dana bisa berupa pemindahbukuan antar rekening dari uang tunai ke suatu
rekening atau dari suatu rekening untuk kemudian di tarik tunai. Sumber
dana transfer ini ditarik oleh penerima transfer atau selama masih
mengendap dibank, dana ini dapat digunakan oleh bank untuk mendanai
kegiatan usahanya.
c. Surat berharga pasar uang
Sebagai salah satu instrumen yang dipergunakan pihak bank untuk
menghimpun dana. SPBU merupakan surat berharga jangka pendek yang
dapat diperjual-belikan dengan cara diskonto oleh Bank Indonesia.
d. Diskonto Bank Indonesia
Fasilitas diskonto adalah penyediaan dana jangka pendek oleh BI dengan
cara pembeliaan promes yang diterbitkan oleh bank – bank atas dasar
22
diskonto. Fasilitas diskonto ini merupakan upaya terakhir bank dan
merupakan bantuan bank sentral sebagai lender of last resort. Fasilitas
diskonto ini dibagi 2 yaitu fasilitas diskonto yang diberikan dalam rangka
memperlancar pengaturan dan bank sehari –hari dan fasilitas diskonto
yang diberikan untuk memudahkan bank dalam menanggulangi kesulitan
pendanaan.
e. Kredit Likuiditas dari Bank Indonesia
Merupakan kredit yang di berikan bank Indonesia kepada bank-bank yang
mengalami kesulitan liquiditasnya. Kredit likuiditas ini juga di berikan
kepada pembiayaan sector-sektor tertentu.
f. Pinjaman antar Bank
Pinjaman antar bank biasanya di berikan kepada bank-bank yang
mengalami kalah kriling di dalam lembaga kliring . pinjaman ini bersifat
jangka pendek dengan bunga yang relatif tinggi pinjaman atar bank lebih
di kenal nama call Money.
g. Pinjaman dari bank bank luar negri
Merupakan pinjaman yang di peroleh oleh perbankan dari pihak luar
negeri, misalnya pinjaman dari bank di singapura,Amerika serikat atau
dari negara-negara eropa.
2.2.1 Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan laporan mengenai posisi kemampuan
keuangan dan kinerja keuangan perusahaan serta informasi lainnya yang
diperlukan oleh pemakai informasi akuntansi.
23
Menurut PSAK No. 1 (2015 : 1), Laporan keuangan adalah penyajian
terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan
keuangan ini menampilkan sejarah entitas yang dikuantifikasi dalam nilai
moneter.
Laporan Keuangan menurut PSAK No. 1 (2015 : 2), Laporan keuangan
merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan yang lengkap
biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan
(yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai arus kas, atau
laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang
merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
Berdasarkan beberapa uraian diatas, dapat dikatakan bahwa laporan keuangan
mencerminkan semua transaksi usaha sepanjang waktu yang menghasilkan baik
peningkatan maupun penurunan bersih nilai ekonomi bagi pemilik modal. Oleh
karena itu laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai
prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan.
2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi tentang posisi
keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan (arus kas) suatu perusahaan
yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dan pengambil keputusan (PSAK
3, 2012).
PSAK No. 1 (2012) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah
menyediakan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, serta arus kas
perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan
24
dalam membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan
pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas pengguna sumber-sumber
daya yang dipercayakan kepada mereka.
2.2.3 Komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan dibuat sebagai alat pertanggngjawaban pihak
manajemen terhadap pemilik perusahaan. PSAK No. 1 (2012) tentang penyajian
laporan keuangan menyatakan bahwa laporan keuangan lengkap terdiri dari
komponen-komponen sebagai berikut :
1. Laporan Posisi Keuangan / Neraca (Statement of Financial Position)
Yaitu suatu daftar yang menunjukkan posisi keuangan, yaitu komposisi dan
jumlah aset, liabilitas, dan ekuitas dari suatu entitas tertentu pada suatu
tanggal tertentu.
2. Laporan Laba Rugi Komprehensif (Statement of Comprehensive Income)
Yaitu laporan yang memberikan informasi mengenai kinerja entitas yag
menimbulkan perubahan pada jumlah ekuitas entitas yang bukan berasal dari
transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik.
3. Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Changes in Equity)
Yaitu laporan yang menunjukkan sebab–sebab perubahan ekuitas dari
jumlah pada awal periode menjadi ekuitas pada akhir periode.
4. Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flow)
Yaitu menunjukkan arus kas masuk dan keluar yang dibedakan menjadi
arus kas operasi, arus kas investasi, dan asrus kas pendanaan selama
periode tertentu. Informasi arus kas suatu perusahaan berguna bagi para
25
pemakai laporan keuangan untuk menilai kemampuan perusahaan
menghasilkan kas atau setara kas dan menilai kemampuan perusahaan
dalam menggunakan kas tersebut.
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Yaitu berisi informasi keuangan yang tidak dicantumkan dalam laporan
keuangan tetapi informasi tersebut merupakan bagian integral dari laporan
keuangan.
2.2.4 Jenis Laporan Keuangan Bank
Jenis laporan keuangan bank terdiri dari (Taswan 2008: 39-65) :
1. Laporan Keuangan Bulanan
a. Laporan bulanan bank umum yang disampaiakan oleh bank kepada Bank
Indonesia untuk posisi bulan januari sampai dengan Desember akan
diumumkan pada homepage Bank Indonesia.
b. Format yang digunakan untuk laporan keuangan publikasi bulanan tersebut
sesuai format pada laporan keuangan bulanan di bawah ini.
c. Laporan keuangan bulanan merupakan laporan keuangan bank secara
individu yang merupakan gabungan antara kantor pusat bank dengan
seluruh kantor bank.
2. Laporan Keuangan Triwulan
Laporan keuangan triwulan disusun antara lain untuk memberikan
informasi mengenai posisi keuangan, kinerja atau hasil usaha bank serta
informasi keuangan lainnya kepada berbagai pihak yang berkepentingan
26
dengan perkembangan usaha bank. Laporan keuangan triwulan yang wajib
disajikan adalah :
a. Laporan keuangan Triwulan Posisi Akhir Maret Dan September
b. Laporan Keuangan Triwulan Posisi Juni
c. Laporan Keuangan Triwulan Posisi Akhir Desember
3. Laporan Keuangan Tahunan
Laporan keuangan tahunan bank dimaksudkan untuk memberikan informasi
berkala mengenai kondisi bank secara menyeluruh, termasuk
perkembangan usaha dan kinerja bank. Seluruh informasi tersebut
diharapkan dapat meningkatkan transparansi kondisi keuangan bank kepada
publik dan menjaga kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan.
2.3.1 Pengertian Tingkat Kesehatan Bank
Darmawi (2011:42) yang mengartikan bahwa kesehatan bank merupakan
kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik, manajemen, masyarakat
pengguna jasa bank dan pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia selaku otoritas
pengawasan perbankan, karena kegagalan dalam industri perbankan akan
berdampak buruk terhadap perekonomian Indonesia.
Menurut Triandaru dan Budisantoso (2008:51) Kesehatan bank adalah
kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara
normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan cara yang sesuai
dengan peraturan perbankan yang berlaku.Kesehatan bank dapat diartikan pula
27
sebagai kondisi keuangan dan manajemen bank diukur melalui rasio-rasio hitung.
Tingkat kesehatan bank merupakan kepentingan semua pihak terkait, yaitu
pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank, dan bank Indonesia
selaku pembina dan pengawas bank-bank yang ada di Indonesia (Sunarti,
2011:144).
2.4.1 Faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Faktor penilaian tentang kesehatan bank yaitu RGEC, Pada PBI No.
13/1/PBI/2011 dan SE No. 13/ 24/ DPNP tanggal 25 Oktober 2011 yang
menjadi indikator adalah:
1. Risk Profile
Penilaian terhadap Risiko terbagi menjadi delapan bagian yaitu :
a. Risiko kredit
Risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam
memenuhi kewajiban kepada Bank.Risiko kredit pada umumnya
terdapat pada seluruh aktivitas Bank yang kinerjanya bergantung
pada kinerja pihak lawan (counterparty), penerbit (issuer), atau
kinerja peminjam dana (borrower). Risiko Kredit juga dapat
diakibatkan oleh terkonsentrasinya penyediaan dana pada debitur,
wilayah geografis, produk, jenis pembiayaan, atau lapangan usaha
tertentu. Rasio kredit dihitung dengan menggunakan rasio Non
Performing Loan :
NPL=����������������
������������100%
28
Sumber : Lampiran SE BI No. 13/24/DPNP/2011
Tabel 1. Matriks Kriteria Penetapan Peringkat
Komponen Non Performing Loan (NPL)
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat sehat 0% < NPL<2%
2 Sehat 2% < NPL<5%
3 Cukup sehat 5% < NPL<8%
4 Kurang sehat 8%< NPL<11%
5 Tidak sehat NPL >11%
Sumber : Kodifikasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Tahun 2012.
b. Risiko pasar
Risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk
transaksi derivatif, akibat perubahan dari kondisi pasar, termasuk
Risiko perubahan harga option. Risiko Pasar meliputi antara
lain Risiko suku bunga, Risiko nilai tukar, Risiko ekuitas, dan
Risiko komoditas.
Rasio pasar dihitung dengan menggunakan rasio Interest Rate Risk :
IRR = ���(�������������������)
���(������������������������)�100%
c. Risiko likuiditas
Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi
kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas,
dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat
diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan
29
Bank. Risiko ini disebut juga Risiko likuiditas pendanaan
(funding liquidity risk).
Rasio likuiditas dihitung dengan menggunakan rasio-rasio sebagai
berikut :
a) Loan to Deposit Ratio (LDR)
LDR =�����������
����������������100%
LDR = �����������
��������������������������������100%
Sumber : Lampiran SE BI No. 13/24/DPNP/2011
Tabel 2. Matriks Kriteria Penetapan Peringkat
Komponen Loan to Deposit Ratio (LDR)
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat sehat 50% < LDR<75%
2 Sehat 75% < LDR<85%
3 Cukup sehat 85%< LDR<100%
4 Kurang sehat 100%<LDR<120%
5 Tidak sehat LDR >120%
Sumber : Kodifikasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Tahun 2012.
b) Loan to Assets Ratio (LAR)
LAR =�����������
�����������100%
c) Cash Ratio
Cash Ratio = ���������������������������
����������������100%
30
d. Risiko operasional
Risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses
internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya
kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional Bank. Sumber
Risiko Operasional dapat disebabkan antara lain oleh sumber daya
manusia, proses, sistem, dan kejadian eksternal.
e. Risiko hukum
Risiko yang timbul akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan
aspek yuridis. Risiko ini juga dapat timbul antara lain karena
ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendasari atau
kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya
kontrak atau agunan yang tidak memadai.
f. Risiko Strategi
Risiko akibat ketidaktepatan Bank dalam mengambil keputusan
dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan
dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
g. Risiko kepatuhan
Risiko yang timbul akibat Bank tidak mematuhi dan/atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang
berlaku. Sumber Risiko Kepatuhan antara lain timbul karena
kurangnya pemahaman atau kesadaran hukum terhadap
ketentuan maupun standar bisnis yang berlaku umum.
31
h. Risiko reputasi
Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang
bersumber dari persepsi negatif terhadap bank.
2. Good Corporate Governance (GCG)
Good Corporate Governance merupakan suatu tata kelola yang
didasarkan pada prinsip keterbukaan, akuntabilitas, pertanggung jawaban,
independensi dan kewajaran yaitu yang terkait dengan hubungan antara
dewan komisaris, dewan direktur eksekutif, stakeholder dan pemegang
saham.
Menurut Sidharta dan Cynthia dalam Oktapiyani ( 2009 : 12) istilah
Good Corporate Governance secara umum dikenal sebagai suatu sistem
dan struktur yang baik untuk mengelola perusahaan dengan tujuan
meningkatkan nilai pemegang saham serta mengakomodasi berbagai pihak
yang berkepentingan dengan perusahaan (stakeholders), seperti kreditur,
pemasok, asosiasi bisnis, konsumen, pekerja, pemerintah, dan masyarakat
luas. Prinsip good corporate governance ini dapat digunakan untuk
melindungi pihak- pihakminoritas dari pengambil alih yang dilakukan oleh
para manajer dan pemegang saham denganmekanisme legal.
Penilaian faktor Good Corporate Governance merupakan penilaian
terhadap kualitas manajemen Bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG.
Prinsip-prinsip GCG dan fokus penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-
prinsip GCG berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia mengenai
Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum dengan memperhatikan karakteristik
32
dan kompleksitas usaha Bank. Berdasarkan SE BI No. 15/15/DPNP Tahun
2013 bank diharuskan melakukan penilan sendiri (self assessment) terhadap
pelaksanaan GCG. Nilai komposit GCG membantu peneliti dalam melihat
keadaan GCG masing masing bank.
Tabel 3. Matriks Kriteria Penetapan Peringkat
Komponen Good Corporate Governance (GCG)
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat sehat Memiliki NK < 1,5
2 Sehat Memiliki NK 1,5<NK<2,5
3 Cukup sehat Memilki NK 2,5< NK<3,5
4 Kurang sehat Memilki NK 3,5 < NK<4,5
5 Tidak sehat Memilki NK 4,5 < NK< 5
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/12/DPNP/2007
3. Earnings
Earnings adalah satu penilaian kesehatan bank dari sisi
rentabilitas.Indikator rentabilitas adalah ROA, ROE, NIM, dan BOPO.
Karakteristik bank dari sisi rentabilitas adalah kinerja bank dalam
menghasilkan laba, kestabilan komponen-komponen yang mendukung core
earning, dan kemampuan laba dalam meningkatkan permodalandan
prospek laba di masa depan.
Penilaian terhadap faktor earnings didasarkan pada dua rasio yaitu :
a. Return On Assets (ROA)
ROA = ����������������
��������������������100%
33
ROA=����������������
(����������������������������������)∶��100%
Sumber : Lampiran SE BI No. 13/24/DPNP/2011.
Tabel 4. Matriks Kriteria Penetapan Peringkat
Komponen Return On Asset (ROA)
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat sehat ROA > 1,5%
2 Sehat 1,25% < ROA <1,5%
3 Cukup sehat 0,5% < ROA <1,25%
4 Kurang sehat 0%< ROA <0,5%
5 Tidak sehat ROA <0%
Sumber : Kodifikasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Tahun 2012.
b. Return On Equity ( ROE)
ROE = ����������������
�������������������100%
c. Net Interest Margin (NIM)
NIM = ���������������������
�������������������������100%
NIM=�����&��������������������&��������������
(����������������������������������������������������)∶��100%
Sumber : Lampiran SE BI No. 13/24/DPNP/2011
Tabel 5. Matriks Kriteria Penetapan Peringkat
Komponen Net Interest Margin (NIM)
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat sehat 3% < NIM
34
2 Sehat 2% < NIM <3%
3 Cukup sehat 1,5% < NIM <2%
4 Kurang sehat 1% < NIM <1,5%
5 Tidak sehat NIM <1%
Sumber : Kodifikasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Tahun 2012.
d. Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
BOPO = ����������������
����������������������100%
4. Capital
Capital atau permodalan memiliki indikator antara lain rasio
kecukupanmodal untuk mengantisipasi kerugian sesuai profil Risiko yang
disertai dengan pengelolaan permodalan yang sangat kuat sesuai dengan
karakteristik dan kompleksitas usaha bank.
Rasio kecukupan modal :
CAR = ���������
������������������������������100%
CAR = ������������������������
������������������������������100%
Sumber : Lampiran SE BI No. 13/24/DPNP/2011.
Tabel 6. Matriks Kriteria Penetapan Peringkat
Komponen Capital AdequacyRatio (CAR)
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat sehat CAR >11%
2 Sehat 9,5% <CAR < 11%
35
3 Cukup sehat 8% <CAR < 9,5%
4 Kurang sehat 6,5% <CAR < 8%
5 Tidak sehat CAR < 6,5%
Sumber : Kodifikasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Tahun 2012.
5. Penilaian Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank
Peringkat komposit tingkat kesehatan bank ditetapkan berdasarkan analisis
secara komprehensif dan terstruktur terhadap peringkat setiap faktor dan
dengan memperhatikan prinsip-prinsip umum penilaian tingkat kesehatan
bank umum. Adapun Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komposit
berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP/2011 sebagai
berikut :
a. Peringkat Komposit 1 (PK-1), mencerminkan kondisi Bank yang
secaraumum sangat sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi
pengaruhnegatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor
eksternal lainnya.
b. Peringkat Komposit 2 (PK-2), mencerminkan kondisi Bank yang secara
umum sehat sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang
signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
c. Peringkat Komposit 3 (PK-3), mencerminkan kondisi Bank yang secara
umum cukup sehat sehingga dinilai cukup mampu menghadapi pengaruh
negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal
lainnya.
36
d. Peringkat Komposit 4 (PK-4), mencerminkan kondisi Bank yang secara
umum kurang sehat sehingga dinilai kurang mampu menghadapi pengaruh
negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal
lainnya.
e. Peringkat Komposit 5 (PK-5), mencerminkan kondisi Bank yang secara
umum tidak sehat sehingga dinilai tidak mampu menghadapi pengaruh
negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal
lainnya.
Menentukan Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank Untuk setiap
peringkat akan dikalikan sebagai berikut :
1. Peringkat 1 = setiap kali ceklist dikalikan dengan 5
2. Peringkat 2 = setiap kali ceklist dikalikan dengan 4
3. Peringkat 3 = setiap kali ceklist dikalikan dengan 3
4. Peringkat 4 = setiap kali ceklist dikalikan dengan 2
5. Peringkat 5 = setiap kali ceklist dikalikan dengan 1
selanjutnya menentukan bobot untuk menilai keseluruhan dari aspek yang
dinilai dari hasil setiap checklist dikalikan dengan jumlah komponen. Berikut
bobot nilai komposit dari keseluruhan komponen yang dinilai :
Tabel 7. Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank
dengan Menggunakan Metode RGEC
Bobot Peringkat Komposit Keterangan
86-100 PK 1 Sangat Sehat
71-85 PK 2 Sehat
37
61-70 PK 3 Cukup Sehat
41-60 PK 4 Kurang Sehat
<40 PK 5 Tidak Sehat
Sumber : Refmasari dan Ngadirin Setiawan Tahun 2014.
2.2 Kerangka Penelitian
Penilaian kesehatan bank adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mengetahui kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasi
perbankan secara normal dan memenuhi kewajibannya. Penilaian kesehatan
bank sangat penting karena untuk membentuk kepercayaan masyarakat dan
untuk melaksanakan prinsip kehati–hatian dalam dunia perbankan, serta
diharapkan hanya bank–bank yang benar–benar sehat yang dapat beroperasi
dan berhubungan dengan masyarakat. Keseahatan suatu bank umum perlu
diketahui karena untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat diperlukan
bank yang sehat.
Penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan Peraturan Bank Indonesia
penilaian kesehatan bank umum ditentukan dalam Surat Edaran No.
13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 menyatakan bahwa penilaian tingkat
kesehatan bank dinilai dengan analisis RGEC yang terdiri dari : Risiko (Risk),
Manajemen yang baik (Good Corporate Governance), Rentabilitas (Earnings)
dan Permodalan (Capital). Penilaian tingkat kesehatan bank melalui RGEC ini
merupakan salah satu indikator manajemen yang baik dalam mengelola
perbankan dengan adanya pencapaian tingkat peringkat kesehatan bank dengan
peringkat komposit 1 dan peringkat komposit.
38
2.3 Paragdima Penelitian
Gambar 1. Paradigma Penelitian
2.4 Penelitian Terdahulu
1. Berdasarkan penelitian yang disusun oleh Heidy Arrvida Lasta, Zainul
Arifin, dan Nila Firdausi Nuzula (2014) yang berjudul “Analisis
Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Pendekatan RGEC
(Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, dan Capital)
39
(Studi Pada PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Periode 2011-2013)”.
Hasil penelitian yang telah dilakukan pada PT Bank Rakyat Indonesia
dengan menggunakan metode RGEC ini menunjukkan predikat
kesehatan bank pada periode 2011-2013 secara keseluruhan sehat.
Faktor Risk Profile yang dinilai melalui NPL, IRR, LDR, LAR dan
Cash Ratio secara keseluruhan menggambarkan pengelolaan risiko
yang telah dilaksanakan dengan baik. Faktor Good Corporate
Governance BRI sudah memiliki dan menerapkan tata kelola
perusahaan dengan sangat baik. Faktor Earnings atau Rentabilitas yang
penilaiannya terdiri dari ROA dan NIM mengalami kenaikan dan hal
ini menandakan bertambahnya jumlah aset yang dimiliki BRI diikuti
dengan bertambahnya keuntungan yang didapat oleh BRI. Dengan
menggunakan indikator CAR, peneliti membuktikan bahwa BRI
memiliki faktor Capital yang baik, yaitu diatas ketentuan Bank
Indonesia sebesar 8%.
2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nur Artyka (2015) berjudul
“Penilaian Kesehatan Bank dengan RGEC(Studi Pada PT. Bank Rakyat
Indonesia, Tbk Periode 2011-2013)”. Hasil penelitian yang telah
dilakukan pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Periode
2011menunjukkan bahwa Tingkat Kesehatan Bank sangat sehat,
ditunjukkan pada aspek Risk Profile yang mencakup rasio NPL sebesar
2,30% dan LDR 76,20%. Untuk aspek Earnings yang mencakup rasio
ROA 4,93%, dan NIM 9,58. Aspek Capital yang mencakup rasio CAR
40
16,16%. Untuk tahun 2012 menunjukkanbahwa tingkat kesehatan bank
sangat sehat ditunjukkan pada aspek Risk Profile yang mencakup rasio
NPL sebesar 1,78% dan LDR 79,85%. Untuk aspek Earnings yang
mencakup rasio ROA 5,15% dan NIM 8,42%. Aspek Capital mencakup
rasio CAR 18,95%. Dan untuk tahun 2013 menunjukkan bahwa tingkat
kesehatan bank sangat sehat ditunjukkan pada aspek Risk Profile yang
mencakup rasio NPL sebesar 1,55% dan LDR 88,54%. Untuk aspek
Earnings yang mencakup rasio ROA 5,03% dan NIM 8,55%. Aspek
Capital mencakup rasio CAR 21,56%. Kinerja PT Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk harus dipertahankan dengan cara menjaga
tingkat kesehatan bank. PT Bank Rakyat Indonesia dapat meningkatkan
kemampuan aset, pengelolaan modal, serta pendapatan operasional,
sehingga kualitas laba bank dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan.
3. Berdasarkan penelitian disusun oleh Putu Ania Cahyani Putri dan A. A.
Gede Suarjaya (2017) yang berjudul “Analisis Tingkat Kesehatan Bank
dengan Mengggunakan Metode RGEC (Studi Pada PT. Bank
Tabungan Negara, Tbk Periode 2013-2015)”. Hasil penelitian yang
telah dilakukan pada PT. Bank Tabungan Negara, menunjukkan Bank
BTN memperoleh predikatcukup sehat yang mana bank masih cukup
mampu melaksanakanmanajemen perbankan berbasis risiko dengan
baik, sehingga masih pantas untuk dipercaya masyarakat. Namun, pada
perhitungan rasio NPL proporsi kredit bermasalah tergolong tinggi yang
menyebabkan nilai rasio NPL memperoleh predikat kurang sehat begitu
41
pula pada rasio LDR masih dibawah standar dengan predikat kurang
sehat.
4. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kadek Septa Riadi,
Anantawikrama Tungga Atmadja, dan Made Arie Sriwahyuni (2016)
yang berjudul “Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan
Pendekatan RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance,
Earnings, dan Capital) (Studi Pada PT. Bank Mandiri, Tbk Periode
2013-2015)”. Hasil penilaian yang telah dilakukan pada PT Bank
Mandiri (Persero), menunjukkan bahwa : (1) Tingkat kesehatan bank
ditinjau dari aspek Risk Profile tahun 2013 sampai 2015 tergolong
sangat sehat. (2) Tingkat kesehatan bank ditinjau dari aspek Good
Corporate Governance tahun 2013 sampai 2015 tergolong cukup sehat.
(3) Tingkat kesehatan bank ditinjau dari aspek Earnings tahun 2013
sampai 2015 tergolong sangat sehat. (4) Tingkat kesehatan bank
ditinjau dari aspek Capital tahun 2013 sampai 2015 tergolong sangat
sehat. (5) Tingkat kesehatan bank ditinjau dari aspek Risk Profile, Good
Corporate Covernace, Earnings, dan Capital tahun 2013 sampai 2015
tergolong sangat sehat.
5. Berdasarkan penelitian yang disusun oleh Santi Budi Utami (2015)
yang berjudul “Perbandingan Analisis CAMELS Dan RGEC Dalam
Menilai Tingkat Kesehatan Bank Pada Unit Usaha Syariah Milik
Pemerintah (Studi Kasus: PT Bank Negara Indonesia, TBK Tahun
2012-2013)”. Hasil penelitian yang telah dilakukan pada PT Bank
42
Negara Indonesia Syariah dengan mengguanakan metode CAMELS dan
RGEC ini menunjukkan predikat kesehatan bank tersebut sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, untuk periode Maret
2012 sampai dengan Desember 2013 rata-rata Bank Negara Indonesia
Syariah memperoleh predikat SEHAT, sehingga kinerja Bank Negara
Indonesia Syariah harus dipertahankan dengan cara menjaga tingkat
kesehatan bank. Bank Negara Indonesia Syariah dapat meningkatkan
kemampuan aset, pengelolaan modal, serta pendapatan operasional,
sehingga kualitas laba bank dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan.
6. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh I Made Paramartha, dan Ni
Putu Ayu Darmayanti (2017) yang berjudul “Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank dengan Menggunakan Metode RGEC. (Studi Pada PT.
Bank Mandiri, Tbk Periode 2013-2015)”. Hasil penelitian yang telah
dilakukan menunjukan Bank Mandiri selama periode tahun 2013-2015
memperoleh Peringkat Komposit 1 dengan predikat Sangat Sehat. Hasil
ini mencerminkan bahwa secara umum Bank Mandiri mampu
menghadapi pengaruh negatif dari perubahan kondisi bisnis yang
mungkin terjadi, baik dari faktor internal maupun eksternal lainnya.
7. Berdasarkan penelitian yang disusun oleh Bella Puspita Sugari,
Bambang Sunarko, dan Yayat Giyatno (2015) yang berjudul “Analisis
Perbandingan Tingkat Kesehatan Bank dengan Mengunakan
Pendekatan RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance,
Earnings, danCapital) Pada PT. Bank Umum Konvensional dan
43
Syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) periode
pengamatan 2012- 2014”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak
ada perbedaan antara kinerja bank syariah dan bank konvensional.
Pendirian penelitian ini berpengaruh secara signifikan terhadap profil
risiko dan tata kelola perusahaan yang baik, sedangkan modal dan
pendapatan tidak. Semakin beragam proxy dan jangka waktu yang lebih
lama akan memberikan hasil yang lebih baik dalam penelitian
selanjutnya.
8. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tuti Alawiyah (2016) yang
berjudul “Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode RGEC
Pada PT. Bank Umum BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2012- 2014”.Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama tahun
2012-2014: (1) Aspek Risk profile bank umum BUMN berada dalam
kondisi sehat dengan rata-rata nilai NPL berturut-turut sebesar 2,55
persen, 2,35 persen, 2,35 persen, dan LDR sebesar 85,50 persen, 90,94
persen, 90,59 persen. (2) Aspek GCG pada tahun 2012 berada dalam
kondisi sangat sehat dengan rata-rata nilai sebesar 1,36, namun pada
tahun 2013 dan 2014 menurun menjadi 2,07 dan 1,78 dengan kriteria
sehat. (3) Aspek Earnings berturutut-turut berada dalam kondisi sangat
sehat dengan rata-rata nilai ROA sebesar 3,20 persen, 3,29 persen, 3,02
persen, dan NIM sebesar 6,11 persen, 6,35 persen, 6,08 persen. (4)
Aspek Capital berturut-turut berada dalam kondisi sangat sehat dengan
rata-rata nilai CAR sebesar 16,70 persen, 15,66 persen, dan 16,44
44
persen. (5) Aspek RGEC secara keseluruhan berturut-turut berada
dalam Peringkat Komposit 1 yaitu sangat sehat dengan nilai sebesar
90,00 persen, 86,67 persen, dan 86,67 persen.