bab ii landasan teori -...

20
1 BAB II LANDASAN TEORI Tinjauan teori ini berisikan teori-teori yang melandasi kegiatan penelitian mengenai hubungan strategi mengajar dan kepemimpinan guru dengan motivasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Susukan. Landasan teori ini memberikan penjelasan dari konsep secara jelas agar tidak terjadi penyimpangan. Teori-teori yang dibahas adalah strategi mengajar, kepemimpinan guru, dan motivasi belajar. 2.1. Strategi Mengajar 2.1.1. Pengertian Strategi Mengajar Strategi merupakan pola umum rentetan kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Dikatan pola umum sebab suatu strategi pada pada hakekatnya belum mengarah kepada hal hal bersifat praktis. Suatu strategi masih berupa rencana atau gambaran menyeluruh. Sedangkan untuk mencapai tujuan memang strategi disusun untuk tujuan tertentu. Tidak ada suatu strategi tanpa adanya tujuan yang harus dicapai. Demikian juga halnya dalam proses pengajaran. Pencapaian tujuan dalam pengajaran perlu disusun suatu strategi agar tujuan itu tercapai dengan optimal. Tanpa suatu strategi yang cocok, tepat dan jitu tidak mungkin tujuan dapat tercapai. Dalam konteks mengajar dan belajar dapat dikatakan sebagai pola umum yang berisi tentang rentetan kegiatan yang dapat dijadikan pedoman ( petunujuk umum ) untuk mencapai tujuan pengajaran. Menurut Nana Sudjana dalam Sabri (2007:2) Strategi mengajar pada dasarnya adalah

Upload: votu

Post on 03-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4906/3/T1_162008048_BAB II.pdf · belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Susukan. Landasan teori ini

1

BAB II

LANDASAN TEORI

Tinjauan teori ini berisikan teori-teori yang melandasi kegiatan penelitian

mengenai hubungan strategi mengajar dan kepemimpinan guru dengan motivasi

belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Susukan. Landasan teori ini memberikan

penjelasan dari konsep secara jelas agar tidak terjadi penyimpangan. Teori-teori

yang dibahas adalah strategi mengajar, kepemimpinan guru, dan motivasi belajar.

2.1. Strategi Mengajar

2.1.1. Pengertian Strategi Mengajar

Strategi merupakan pola umum rentetan kegiatan yang harus

dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Dikatan pola umum sebab suatu

strategi pada pada hakekatnya belum mengarah kepada hal – hal bersifat

praktis. Suatu strategi masih berupa rencana atau gambaran menyeluruh.

Sedangkan untuk mencapai tujuan memang strategi disusun untuk tujuan

tertentu. Tidak ada suatu strategi tanpa adanya tujuan yang harus dicapai.

Demikian juga halnya dalam proses pengajaran. Pencapaian tujuan dalam

pengajaran perlu disusun suatu strategi agar tujuan itu tercapai dengan

optimal. Tanpa suatu strategi yang cocok, tepat dan jitu tidak mungkin

tujuan dapat tercapai.

Dalam konteks mengajar dan belajar dapat dikatakan sebagai pola

umum yang berisi tentang rentetan kegiatan yang dapat dijadikan pedoman

( petunujuk umum ) untuk mencapai tujuan pengajaran. Menurut Nana

Sudjana dalam Sabri (2007:2) Strategi mengajar pada dasarnya adalah

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4906/3/T1_162008048_BAB II.pdf · belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Susukan. Landasan teori ini

2

tindakan guru dalam melaksanakan rencana pembelajaran dengan

menggunakan variabel pengajaran seperti tujuan, bahan, metode dan alat

serta evaluasi untuk mempengaruhi siswa mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

2.1.2. Melaksanakan Strategi Pembelajaran

Menurut Sabri (2007:3) dalam melaksanakan strategi pembelajaran

ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan oleh guru yaitu:

1) Tahapan Mengajar

Secara umum ada tiga tahapan pokok yang terdapat pada tahapan ini

yakni:

a. Tahapan Pra Instruksional adalah tahapan yang ditempuh guru

pada saat ia memulai proses belajar – mengajar.

b. Tahapan Instruksional adalah tahapan pembelajaran atau tahap

inti ,yakni tahapan memberikan bahan pelajaran yang telah

disusun guru sebelumnya.

c. Tahapan Evaluasi dan Tindak Lanjut adalah untuk mengetahui

tingkat keberhasilan dari tahapan kedua ( Instruksional ).

2) Pendekatan Mengajar

Menurut Bruced Joyce dalam Sabri (2007:10) ada empat katagori

antara lain:

1. Pendekatan Eksposisi atau Model Informasi

Pendekatan ini bertolak dari pandangan, bahwa tingkah

laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan

ditentukan oleh guru / pengajar.

2. Pendekatan Inquiry atau Discovery

Merupakan pendekatan mengajar yang brusaha

meletakkan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah.

3. Pendekatan Interaksi Sosial

Pendekatan ini menekankan terbentuknya hubungan

antara individu / siswa yang satu dengan siswa yang lainnya

sehingga dalam konteks yang lebih luas terjadi hubungan

sosial individu dengan masyarakat

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4906/3/T1_162008048_BAB II.pdf · belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Susukan. Landasan teori ini

3

4. Pendekatan Tingkah Laku ( Behavioral Models )

Pendekatan ini menekankan kepada teori tingkah laku

individu pada dasarnya dikontrol oleh stimulus dan respon yang

diberikan individu.

2.1.3. Pertimbangan dan Prinsip Pemilihan Strategi Mengajar

Ketika kita berpikir informasi dan kemampuan apa yang harus

dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga kita semestinya berpikir

strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai secara

efektif dan efisien. Ini sangat penting untuk dipahami, sebab apa yang

harus dicapai akan menentukan bagaimana cara mencapainya. Oleh karena

itu sebelum menentukan strategi pengajaran apa yang dapat digunakan,

ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan sebagai berikut:

1. Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai.

Pertanyaan – pertanyaan yang dapat diajukan adalah:

a. Apakah tujuan pengajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan

aspek kognitif, afektif atau psikomotor?

b. Bagaimana kompleksitas tujuan pengajaran yang ingin dicapai,

apakah tingkat tinggi atau rendah?

c. Apakah utuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan

akademis?

2. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi

pengajaran:

a) Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau

teori tertentu?

b) Apakah untuk mempelajari materi pengajaran itu memerlukan

pasyarat tertentu atau tidak?

c) Apakah tersedia buku – buku sumber untuk mempelajari materi

itu?

3. Pertimbangan dari sudut siswa:

a. Apakah strategi pengajaran sesuai dengan tingkat kematangan

siswa?

b. Apakah strategi pengajaran itu sesuai dengan minat, bakat dan

kondisi siswa?

c. Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar

siswa?

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4906/3/T1_162008048_BAB II.pdf · belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Susukan. Landasan teori ini

4

4. Pertimbangan – pertimbangan lainnya:

a. Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu

strategi saja?

b. Apakah strategi yang kita tetapkan dianggap satu – satunya

strategi yang dapat digunakan.

c. Apakah strategi itu nilai efektifitas dan efisiensi?

2.2. Kepemimpinan

2.2.1. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan menjelaskan bahwa sifat-dasar kepemimpinan sangat

kompleks sehingga kepemimpinan tersebut dapat dikatakan suatu masalah

yang kompleks dan sulit. C.Rost dalam Safari (2004) berpendapat bahwa

kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi

diantara pemimpin dan pengikut yang menginginkan perubahan nyata

yang mencerminkan tujuan bersamanya. Menurut Robbins dalam

Sudarwan Danim (2009:3) kepemimpinan adalah kemampuan

mempengaruhi suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Pengaruh itu

menghasilkan dari interaksi atas dasar posisi formal ataupun informal.

Sedangkan menurut Handoko (2003:294) kepemimpinan adalah

kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar

mau bekerja mencapai tujuan orgaisasi dan sasaran. Howard H.Hoyt

menyatakan kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku

manusia, kemampuan untuk membimbing orang.

Ordway Tead mengatakan kepemimpinan adalah kegiatan

mempengaruhi orang-orang agar mereka mau bekerja sama untuk

mencapai tujuan yang diinginkan. Berdasarkan pendapat – pendapat di atas

maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan usaha yang

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4906/3/T1_162008048_BAB II.pdf · belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Susukan. Landasan teori ini

5

dilakukan oleh seseorang dengan segenap kemampuan yang dimiliki untuk

mempengaruhi dan mengerahkan orang – orang yang supaya mereka mau

bekerja sama untuk mencapai tujuannya. Berdasarkan definisi tersebut

bahwa terdapat unsur – unsur dalam kepemimpinan yaitu kemampun

mempengaruhi orang lain, kemampuan mengarahkan tingkah laku

bawahan atau orang lain, untuk mencapai tujuan.

2.2.2. Tipe – Tipe Kepemimpinan.

Manusia memang makhluk yang unik, begitu juga dengan seorang

pemimpin. Satu pemimpin dengan pemimpin lain tidak sama, mengingat

gaya tipe kepemimpinan pun berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Menurut sarjana lain dalam kartono kartini (2005:80-87) membagi

tipe kepemimpinan sebagai berikut:

1. Tipe Karismatis

Tipe kepemimpinan karismatis ini memiliki kekuatan energi, daya

tarik dan perbawa yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain,

sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan

pengawal – pengawal yang bisa dipercaya

2. Tipe Paternalistis

Tipe kepemimpinan yang kebapakan, dengan sifat-sifat antara

lain, menganggap bawahannya sebagai manusia yang belum dewasa,

bersikap terlalu melindungi, jarang memberikan kesempatan

kebawahannya untuk mengambil keputusan sendiri, hampir tidak

pernah memberi kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif, dan

bersikap maha tahu dan maha benar.

3. Tipe militeristis

Tipe ini sifatnya sok kemiliter – militeran. Hanya gaya luaran saja

yang mencontoh gaya militer. Tetapi jika dilihat lebih seksama, tipe

ini mirip sekali dengan tipe kepemimipinan otoriter.

4. Tipe otokratis ( Outhoritative, dominor)

Kepemimpinan otokratis itu mendasarkan diri pada kekuasaan

dan paksaan yang mutlak harus dipatuhi. Pemimpinnya selalu mau

berperan sebagai pemain tunggal pada a one – man show. Dia

berambisi sekali untuk merajai situasi.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4906/3/T1_162008048_BAB II.pdf · belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Susukan. Landasan teori ini

6

5. Tipe laissez faire

Pada tipe kepemimpinan laissez faire ini sang pemimpin praktis

tidak memimpin dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang

berbuat semau sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikitpun

dalam kegiatan kelompoknya.

6. Tipe Populistis

Profesor Peter Worsley dalam bukunya The Third World

mendefinisikan kepemimpinan populistis sebagai kepemimpinan

yang dapat membangun solidaritas rakyat. Kepemimpinan

populistis ini berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang

tradisional. Juga kurang mempercayai dukungan kekuatan serta

bantuan hutang-hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini

mengutamakan penghidupan nasionalisme.

7. Tipe Administratif atau Eksekutif

Kepemimpinan tipe adminstratif ialah kepemimpinan yang

mampu menyelenggarakan tugas – tugas administrasi secara

efektif. Sedang para pemimpinnya terdiri dari teknokrat dan

administratur – administratur yang mampu mengerakkan dinamika

modernisasi dan pembanguna.

8. tipe demokratis

Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia, dan

memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya.

Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan dengan

penekanan pada rasa tanggung jawab internal dan kerja sama yang

baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis terletak pada partisipasi

aktif dari setiap warga kelompok. Kepemimpinan demokratis

menghargai potensi setiap individu mau mendengarkan nasihat

sugesti bawahan. Juga bersedia mengakui keahlian para spesialis

dengan bidangnya masing-masing mampu memanfaatkan kapasitas

setiap anggota seefektif mungkin pada saat dan kondisi yang tepat.

2.2.3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepemimpinan

Dalam melaksanakan aktivitasnya pemimpin dipengaruhi oleh

berbagai macam faktor. Faktor – faktor tersebut sebagaimana

dikemukakan oleh H. Jodeph Reitz dalam Asmani (2009:103) adalah

sebagai berikut:

1. Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu, dan harapan

pemimpin mencakup nilai – nilai, latar belakang dan

pengalamannya.

2. Harapan dan perilaku atasan

3. Karateristik, harapan, dan perilaku bawahan.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4906/3/T1_162008048_BAB II.pdf · belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Susukan. Landasan teori ini

7

4. Kebutuhan tugas dan setiap tugas bawahan.

5. Iklim dan kebijakan organisasi.

6. Harapan dan perilaku rekan.

2.2.4. Syarat – syarat Kepemimpinan

Menurut Kartini (2006:36) mengungkapkan bahwa konsepsi

mengenai persyaratan kepemimpinan itu harus selalu dikaitkan dengan tiga

hal penting yaitu sebagai berikut:

a. Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas dan legalitas yang

memberikan wewenangkepada pemimpin guna mempengaruhi

dan menggerakkan bawahan untuk berbuat seuatu.

b. Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga

orang mampu“Mbawani” atau mengatur orang lain, sehingga

orang tersebut patuh pada pemimpin, dan bersedia melakukan

perbuatan-perbuatan tertentu.

c. Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan

kecakapan atauketerampilan teknis maupun sosial, yang

dianggap melebihi dari kemampuan anggota biasa.

Dari pengertian diatas kepemimpinan mengandung beberapa unsur

pokok antara lain:

a. Kepemimpinan melibatkan orang lain dan adanya situasi

kelompok atau organisasi tempat pemimpin dan anggotanya

berinteraksi.

b. Dalam kepemimpinan terjadi pembagian kekuasaan dan proses

mempengaruhi bawahan oleh pemimpin.

c. Adanya tujuan bersama yang harus dicapai.

2.2.5. Kepemimpinan Guru

Kepemimpinan guru pada dasarnya adalah suatu proses untuk

mempengaruhi orang lain dimana didalamnya mengkaji tentang

serentetan tindakan atau perilaku tertentu pada invididu yang

dipengaruhinya. Kepemimpinan dalam organisasi sekolah adalah

kepemimpinan pendidikan. Kepemimpinan pendidikan merupakan suatu

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4906/3/T1_162008048_BAB II.pdf · belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Susukan. Landasan teori ini

8

proses aktivitas peningkatan pemanfaatan sumberdaya manusia dan

material di sekolah secara lebih kreatif, mengintegrasikan semua kegiatan

dalam kepemimpinan, sedangkan manajemen dan administrasi

pendidikan membuat membuat keputusan untuk kelangsungan

pembelajaran secara efektif. Guru sebagai pemimpin dalam kegitan

belajar mengajar akan memiliki pola perilaku yang khas dalam

mempengaruhi para murid yang disebut gaya kepemimpinan guru.

Menurut Muhibbin Syah (2006:253) dengan menambahkan satu

lagi gaya kepemimpinan guru menurut Borlow (1985) otoritatif maka

gaya kepemimpinan guru dalam proses belajar mengajar ada empat

macam yaitu:

a) Otoriter (authoritarian) secara harfiah otoriter berarti berkuasa

sendiri atau sewenang – wenang. Dalam PBM guru yang

otoriter selalu mengarahkan dengan keras segala aktifitas para

siswa tanpa dapat ditawar – tawar. Hanya sedikit sekali

kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk berperan serta

untuk memutuskan cara terbaik untuk kepentingan belajar

mereka.

b) Laissez faire, guru laissez faire padannya adalah individualisme

(paham yang menghendaki kebebasan pribadi). Guru yang

berwarak ini biasanya gemar mengubah arah dan cara

pengelolaan PBM secara seenaknya,ia tidak menyenangi

profesinya sebagai tenaga pendidik meskipun memiliki

kemampuan yang memadai.

c) Demokratis (democratic) arti demokratis adalah bersifat

demokrasi, yang pada intinya mengandung makna

memperhatikan persamaan hak dan kewajiban semua orang.

Guru yang memiliki sifat ini pada umumnya dipandang sebagai

guru yang paling baik dan ideal. Alasannya dibanding dengan

guru – guru lainnya guru ragam demokratis lebih suka bekerja

sama dengan rekan – rekan profesinya namun tetap

menyelesaikan tugasnya secara mandiri.

d) Otoritatif (authoritarian),otoritatif berarti bereibawa karena

adanya kewenangan baik berdasarkan kemampuan maupun

kekuasaan yang diberikan. Guru yang otoritatif adalah guru

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4906/3/T1_162008048_BAB II.pdf · belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Susukan. Landasan teori ini

9

yang memilikidasar – dasar pengetahuan baik pengetahuan

bidang studi vaknya maupun pengetahuan umum.

2.3. Motivasi Belajar

2.3.1. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata Latin movere yang bearti dorongan atau

menggerakkan. Kata motivasi sering diartikan dalam bentuk kata kerja

menjadi rangsangan, dorongan yang menyebabkan sesuatu terjadi, baik

yang berasal dari dalam maupun yang berasal dari luar diri seseorang

untuk mencapai suatu tujuan hanya jika mereka merasa hal itu merupakan

bagian dari tujuan pribadi atau organisasinya. Menurut Alisuf Sabri dalam

Suparman (50:2010) motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi

pendorong tingkah laku yang menuntut/mendorong orang untuk memenuhi

suatu kebutuhan. Kebutuhan inilah yang akan menimbulkan dorongan atau

motif untuk melakukan tindakan tertentu, dimana diyakini bahwa jika

perbuatan itu telah dilakukan, maka tercapailah keadaan keseimbangan

dan timbullah perasaan puas dalam diri individu.

2.3.2. Teori Motivasi

Telah banyak teori tentang motivasi yang dikemukakan oleh ahli

bidangnya ( Sudarwan Danim, 31 – 32 ).

a. Teori Psikoanalisa dari Freud, menekankan pada pengalaman

masa kanak – kanak sebagai motif yang dapat dan selalu

mendorong seseorang melakukan sesuatu perbuatan. Orang

merasa senang dan puas melakukan pekerjaan karena pengaruh

masa lampaunya.

b. Teori Gestalt dari Lewin, yang menekankan pada pengaruh

kekuasaan situasi yang sedang dihadapi oleh seseorang.

Perasaan senang dan puas mengerjakan sesuatu disebabkan oleh

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4906/3/T1_162008048_BAB II.pdf · belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Susukan. Landasan teori ini

10

karena dengan pekerjaan itu yang bersangkutan dapat

menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

c. Teori Allport yang menekankan pentingnya kekuasaan “ AKU ”

dalam melakukan pekerjaan. Seseorang merasa senang

terdorong melakukan pekerjaan karena orang tersebut mendapat

kesempatan mengatur, menguasai dan memerintah orang lain.

d. Teori motivasi berprestasi dikemukakan oleh McClelland dalam

Sudarwan Danim, Suparno (34:2009) memfokuskan hanya pada

tiga kebutuhan yaitu: kebutuhan akan prestasi atau needs for

achivement ( n.Ach), kebutuhan akan afiliasi atau needs for

affiliation ( n.A.ff) dan kebutuhan akan kekuasaan atau needs

for achivement ( n. Ach ). Masing – masing kebutuhan akan

dijelaskan berikut ini:

1. Kebutuhan akan prestasi ( need for achievement = n.Ach )

2. Kebutuhan akan prestasi ( n.Ach ) merupakan daya

penggerak yang memotivasi seseorang. Karena itu n.Ach

aka mendorong seseorang untuk mengembangkan

kreativitas dalam menggerakkan semua kemempuan serta

energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi yang

optimal.

3. Kebutuhan akan afiliasi ( need for affiliation = n.Af ).

Kebutuhan akan afiliasi ( n.Af) ini menjadi daya

penggerak yang memotivasi seseorang karena setiap orang

menginginkan:

1) Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain di

lingkungan tempat dia berada atau sense of

belonging

2) Kebutuhan akan perasaan dihormati atau sense of

importance

3) Kebutuhan akan perasaan maju dan tidak gagal atau

sense achievement dan

4) Kebutuhan akan perasaan ikut serta atau sense of

participant

4. Kebutuhan akan kekuasaan ( need for Power = n. Pow ).

Kebutuhan akan kekeuasaan ( n. Pow ) merupakan daya penggerak

untuk memotivasi seseorang, karena n. Pow ini merangsang dan

memotivasi seseorang untuk mengerahkan semua kemampuan

demi mencapai kekuasaan akan keduduka yang terbaik.

2.3.3. Jenis Motivasi

Menurut Sudjana dalam Suparman (2010:50) motivasi dapat

dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4906/3/T1_162008048_BAB II.pdf · belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Susukan. Landasan teori ini

11

1) Motivasi Iitrinsik

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam

diri setiap individu seperti kebutuhan, bakat, kemauan, minat dan

harapan. Misalnya seseorang anak yang membeli buku pelajaran

biologi karena ia membutuhkan buku tersebut untuk dibaca agar

menambah wawasan dan pengetahuaanya di bidang biologi,

Suparman (2010:50).

2) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi Ekstrinsik adalah motivasi yang datang dari luar diri

seseorang, timbul karena adanya stimulus (rangsangan) dari luar dirinya

atau lingkungannya. Misalnya, seseorang yang mengikuti sebuah

kejuaraan karena ingin mendapatkan hadiah utama yaitu uang. Dalam

kasus ini maka uanglah yang menjadi motivasi orang tersebut,

Suparman (2010:51).

Dalam proses belajar siswa, kedua motivasi ini yaitu intrinsik dan

ekstrinsik sangatlah diperlukan. Keduanya merupakan dua hal yang saling

berhubungan satu sama lain.

2.3.4. Hal - hal yang Mempengaruhi Motivasi

Menurut Dimayati dan Mudjiono dalam Suparman (2010 : 55 – 56)

ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi motivasi belajar anak didik,

yakni:

1) Cita – cita dan aspirasi anak didik

Cita – cita akan dapat memperkuat motivasi anak didik untuk belajar.

2) Kemampuan anak didik

Kemauan harus senantiasa dibarengi dengan kemampuan atau

kecakapan untuk mencapainya.

3) Kondisi anak didik

Meliputi kondisi jasmani dan rohani. Kondisi jasmani dan rohani

sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar anak didik.

4) Kondisi lingkungan anak didik

Lingkungan anak didik berupa lingkungan keluarga, sekolah,

masyarakat dan alam sekitar.

5) Upaya guru dalam membelajarkan anak didik

Guru adalah seorang pendidik, pengajar, fasilitator dan mediator

bagi anak didiknya. Interaksi yang sehat, positif, efektif dan efisien

antara anak didik dan guru akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangan anak didik.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4906/3/T1_162008048_BAB II.pdf · belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Susukan. Landasan teori ini

12

2.3.5. Bentuk – Bentuk Motivasi Belajar

Menurut Sadirman dalam Suparman (2010:52-54) ada beberapa

bentuk dan cara untuk menumbuhkan motifasi belajar anak didik, yaitu:

a) Memberi angka

Pemberian angka atau nilai ( apalagi angka yang bagus) akan

menjadi mtivasi tersendiri bagi anak didik. Ia bisa memilih untuk

mendapatkan angka yang lebih tinggi lagi, anak minimal

mempertahankan angka yang telah didapatnya.

b) Hadiah

Hadiah bisa menjadi motivasi tersendiri bagi siswa. Misalnya

guru menjanjikan hadiah bagi anak didik yang berhasil mencapai

angka standar, atau berhasil menjawab pertanyaan.

c) Saingan dan Kompetensi

Cara ini juga bisa memotivasi siswa, yang penting anak didik

diarahkan untuk bersaing secara sehat dan positif dengan teman –

temannya. Misalnya bersaing untuk mendapatkan juara di dalam

kelas.

d) Ego – inviement

Anak didik akan berusaha dengan segenap tenaga untuk

mencapai prestasi yang baik untuk menjaga harga dirinya. Guru

harus menumbuhkan kesadaran pada anak didik agar merasakan

dan menyadari betapa pentingnya tugas dan menerimanyasebagai

tantangan yang harus diselesaikan.

e) Memberi ulangan

Memberikan ulangan bisa memacu siswa untuk belajar lebih

giat.Yang perlu diperhatikan guru adalah jangan terlalu memberi

ulangan karena bisa menimbulkan kebosanan dan kejenuhan dalam

diri anak didik.

f) Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaannya, akan mendorong anak

didik agar lebih giat lagi dalam belajar. Jika siswa tahu bahwa

hasil belajarnya senantiasa mengalami peningkatan, maka dengan

sendirinya akan memotivasi siswa untuk terus belajar.

g) Pujian

Pujian yang baik dan positif akan memupuk suasana yang

menyenangkan dan meningkatkan gairah belajar.

h) Hukuman

Hukuman tidak selamanya berdampak negatif jika dilibatkan

pada saat yang tepat dengan alasan yang jelas, dan dengan jenis

hukuman yang logis sesuai dengan kesalahannya.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4906/3/T1_162008048_BAB II.pdf · belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Susukan. Landasan teori ini

13

i) Minat

Minat adalah instrumen motivasi yang kedua setelah kebutuhan.

Proses belajar akan berjalan dengan baik jika dilandasi minat untuk

belajar.

j) Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar merupakan sesuatu yang muncul dalam diri

anak didik, yang mengakibatkan anak didik mau belajar lebih giat

lagi.

k) Tujuan yang diakui

Tujuan yang diakui dan diterima dengan baik oleh anak didik

merupakan instrumen motivasi yang sangat penting.

2.4. Penelitian Terdahulu Yang Relefan

a. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dian Ratna Sari, 2005 tentang

Pengaruh Kepemimpinan dan Kemampuan Berkomunikasi Guru

terhadap Motivasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi pada Siswa Kelas

XI IPS SMA Negeri 1 Sragi Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran

2005/2006. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Hasil

analisis regesi ganda memperoleh persamaan regresi = 1,021 + 0,860X1 +

0,593X2. Uji keberartian persamaan regesi secara parsial dengan uji t

diperole thitung

untuk variabel motivasi sebesar 3,124 dengan probabilitas

0.000 < 0.05, yang berarti secara parsial, ada pengaruh yang signifikan

antara kepemimpinan dengan motivasi belajar siswa sedangkan untuk

variabel kemampuan berkomunikasi guru diperoleh thitung

sebesar 3,480

dengan probabilitas 0,000 < 0.05, yang berarti secara parsial, ada

pengaruh yang signifikan antara kemampuan berkomunikasi guru dengan

motivasi belajar siswa. Uji secara simultan dengan uji F diperoleh Fhitung

= 25,779 dengan probabilitas 0.000 < 0.05, yang berarti secara simultan

ada pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan dan kemampuan

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4906/3/T1_162008048_BAB II.pdf · belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Susukan. Landasan teori ini

14

berkomunikasi guru dengan motivasi belajar siswa. Besarnya pengaruh

secara simultan antara kepemimpinan dan kemampuan berkomunikasi

guru terhadap prestasi belajar adalah 67,5%. Besarnya pengaruh masing-

masing variabel yaitu kepemimpinan terhadap motivasi belajar siswa

sebesar 14,62%, dan pengaruh kemampuan berkomunikasi guru terhadap

motivasi belajar siswa sebesar 17,52%.

b. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ady Prabowo, 2012 tentang

Pengaruh Kepemimpinan dan Kreativitas Guru Dalam Proses Belajar

Mengajar Terhadap Hasil Belajar Dikalangan Siswa SMK Pelita

Salatiga. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen

Satya Wacana. Hasil analisis regesi ganda memperoleh persamaan

regresi Y = 56,228 + 0,183X1 +0,136X2. Uji keberartian persamaan

regesi secara parsial dengan uji t diperole thitung

untuk variabel

kepemimpinan sebesar 3,241 dengan probabilitas 0.002 < 0.05, yang

berarti secara parsial, ada pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan

dengan hasil belajar siswa sedangkan untuk variabel kreativitas guru

diperoleh thitung

sebesar 3,504 dengan probabilitas 0,001 < 0.05, yang

berarti secara parsial, ada pengaruh yang signifikan antara kreativitas

guru dengan hasil belajar siswa. Uji secara simultan dengan uji F

diperoleh Fhitung

= 23,905 dengan probabilitas 0.000 < 0.05, yang berarti

secara simultan ada pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan dan

kemampuan kreativitas guru dengan hasil belajar siswa. Besarnya

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4906/3/T1_162008048_BAB II.pdf · belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Susukan. Landasan teori ini

15

pengaruh secara simultan antara kepemimpinan dan kreativitas guru

terhadap hasil belajar adalah 45,2%.

2.5. Kerangka Berpikir

Uma Sekaran dalam Sugiyono (2011:60) mengemukakan bahwa

kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah

yang penting. Dalam kerangka berfikir ini peneliti akan menjelaskan tentang

model hipotetis, definisi operasional dan skala pengukuran.

2.5.1. Model hipotitis

Model hipotitis merupakan gambaran dari variabel – variabel penelitian.

Dalam penelitian ini akan dijelaskan variabel dependen dan independen.

Variabel dependen disebut juga variabel tidak bebas, dan variabel independen

disebut variabel bebas. Suatu variabel disebut dependen atau tidak bebas jika

nilai atau harganya ditentukan oleh satu atau beberapa variabel lain. Dalam

hubungan ini variabel lain itu disebut variabel independen atau variabel bebas

(Gulo. W.2005:46-47).

Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai variabel independen adalah

strategi mengajar (X1) dan kepemimpinan guru (X2). Sedangkan yang

menjadi variabel dependen adalah motivasi belajar siswa (Y).

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4906/3/T1_162008048_BAB II.pdf · belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Susukan. Landasan teori ini

16

Berdasarkan uraian tersebut dapat digambarkan model hipotitis penelitian

sebagai berikut:

R Y

Gambar1.1. Kerangka berpikir hubungan strategi mengajar dan

kepemimpinan guru dengan motivasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1

Susukan.

Keterangan :

X1 = Strategi Mengajar

X2 = Kepemimpinan Guru

Y = Motivasi Belajar Siswa

R = Analisis Korelasi Ganda

= Hubungan variabel x dengan variabel y

2.5.2. Definisi Operasional Varibel

Definisi operasional dimaksutkan untuk menjelaskan makna variabel

yang sedang diteliti. Menurut Masri dalam Riduwan (2010:122) memberikan

pengertian tentang definisi operasional adalah unsur penelitian yang

memberitahukan cara mengukur suatu variabel. Dengan kata lain definisi

operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan caranya mengukur suatu

variabel. Berikut ini definisi operasional variabel penelitian:

(X1)

(X2)

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4906/3/T1_162008048_BAB II.pdf · belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Susukan. Landasan teori ini

17

1. Strategi Mengajar (X1)

Strategi mengajar adalah merupakan cara guru yang dijadikan sebagai

pedoman dalam pembelajaran. Pedoman yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah model pembelajaran. Berkaitan dengan strategi mengajar, guru

didalam mengajar diharapkan dapat mengembangkan model – model

pembelajaran seperti strategi maupun bahan ajar dalam menyampikan

materi kepada siswanya. Tingkatan strategi mengajar di kategorikan

menjadi 3 yaitu:

Tinggi: jika guru dapat mengembangkan model pembelajaran di beri

skor 3

Sedang: jika guru dapat mengembangkan model pembelajaran di beri

skor2

Rendah: jika guru tidak dapat mengembangkan model pembelajaran di

beri skor 1

2. Kepemimpinan Guru (X2)

Kepemimpinan guru adalah merupakan kemampuan guru untuk

mempengaruhi orang lain agar mau bekerja sama untuk mencapai tujuan.

Tujuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah motivasi belajar.

Kepemimpinan di kategorikan menjadi 3 yaitu:

Tinggi: jika guru memiliki kemampuan mempengaruhi siswa untuk

bekerjasama agar mencapai tujuan diberi skor 3

Sedang: jika guru dapat mempengaruhi siswa untuk bekerjasama agar

mencapai tujuan diberi skor 2.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4906/3/T1_162008048_BAB II.pdf · belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Susukan. Landasan teori ini

18

Rendah: jika guru tidak memiliki kemampuan mempengaruhi siswa

untuk bekerjasama agar mencapai tujuan diberi skor 1.

3. Motivasi Belajar Siswa (Y)

Motivasi belajar adalah suatu dorongan yang timbul dari dalam diri

seseorang untuk melakukan suatu kegiatan. Dalam penelitian ini yang

dimaksud dengan kegiatan adalah belajar. Tingkatan motivasi belajar di

kategorikan menjadi 3 yaitu:

Tinggi : jika guru dapat mengembangkan model pembelajaran dan serta

memiliki kemampuan mempengaruhi siswa untuk mencapai tujuan

maka motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran tinggi diberi skor 3.

Sedang : jika guru dapat mengembangkan model pembelajaran serta

memiliki kemampuan mempengaruhi siswa untuk mencapai tujuan

maka motivasi belajar sedang diberi skor 2.

Rendah : jika guru dapat mengembangkan model pembelajaran serta

memiliki kemampuan mempengaruhi siswa untuk mencapai tujuan

maka motivasi belajar rendah diberi skor 1.

Berdasarkan keterangan tersebut diperoleh perhitungan sebagai

berikut:

Tinggi:

Sedang:

Rendah:

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4906/3/T1_162008048_BAB II.pdf · belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Susukan. Landasan teori ini

19

2.5.3. Skala Pengukuran

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai

acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat

ukur sehingga alat ukura tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan

menghasilkan data kuantitatif ( Sugiyono, 2011: 92).

Dalam penelitian ini strategi mengajar dan kepemimpinan guru dengan

motivasi belajar menggunakan skala ordinal.

Tabel 1.1

Daftar Skala Pengukuran

No Variabel Notasi

Skala Pengukuran

Nominal Ordinal Interval Rasio

1 Strategi Mengajar (X1)

2 Kepemimpinan Guru (X2)

3 Motivasi Belajar Siswa (Y)

2.6. Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2010:96) hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah telah

dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hipotesis tersebut akan diuji

menggunakan pendekatan kuantitatif sehingga akan diketahui kebenarannya

secara empiris. Dengan mengacu pada rumusan masalah dan kerangka

pemikiran yang telah dibuat, peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut :

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4906/3/T1_162008048_BAB II.pdf · belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Susukan. Landasan teori ini

20

Hipotesis Kerja 1:

Ada hubungan positif signifikan antara strategi mengajar dengan motivasi belajar

siswa SMP Negeri I Susukan artinya semakin baik strategi mengajar guru maka

semakin tinggi motivasi belajar siswa.

Hipotesis Statistik:

H0 : ρx1y = 0

H1 : ρx1y > 0

Hipotesis Kerja 2:

Ada hubungan positif signifikan antara kepemimpinan guru dengan motivasi

belajar Siswa SMP Negeri I Susukan, artinya semakin baik sikap guru

mendorong dan mengarahkan siswanya untuk belajar maka semakin tinggi

motivasi belajar siswa.

Hipotesis Statistik:

H0 : ρx2y = 0

H1 : ρx2y > 0

Hipotesis Kerja 3:

Ada hubungan positif signifikan antara strategi mengajar dan kepemimpinan guru

dengan motivasi belajar Siswa SMP Negeri I Susukan, artinya semakin baik

strategi mengajar dan kepimpinan guru maka semakin tinggi motivasi belajar

siswa.

Hipotesis Statistik

H0 : ρx1x2y = 0

H1 : ρx1x2y > 0