peran pondok pesantren modern bina insani terhadap...
TRANSCRIPT
i
PERAN PONDOK PESANTREN MODERN BINA INSANI
TERHADAP KEBERAGAMAAN DAN KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT DUSUN BARAN DESA KETAPANG
KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh :
AKHMAD KHOZIN
NIM 12109008
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2014
ii
iii
iv
MOTTO :
KEBAHAGIAAN ADALAH TUJUAN DAN TUJUAN TAK AKAN TERCAPAI
TANPA KERJA KERAS SERTA BERDOA
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
Kedua orang tuaku Bapak Taat Dimyati & Ibu Mudawamah tersayang yang
telah membesarkankudengan penuh cinta dan kasih sayang.
Kakakku Mbak Umi Fadilah dan Adikku Fadhilatul tufaidah serta Husniatul
Muna Fadhilah terimaksih atas motivasi yang mereka berikan kepada penulis
tercinta.
Bapak Mufiq S.Ag M.Phil yang telah membimbing penulis dengan tulus ikhlas
dan penuh kesabaran.
Bapak K.H. Agus Ahmad Su’aidi Lc. selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan motivasi kepada penulis.
Seluruh sahabat-sahabati STAIN Salatiga
Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini
Semoga pengorbanan yang telah diberikan dengan tulus ikhlas diberi balasan
oleh Allah SWT. Amin...
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robil’alamin segala puji dan syukur penulis haturkan atas
kehadiran Allah SWT yang selalu memberikan Hidayah serta kekuatan-Nya kepada
penulis yang tiada hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul Peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani Terhadap Keberagamaan dan
Kesejahteraan Masyarakat Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan
Kabupaten Semarang di Pondok Pesantren Modern Bina Insani.
Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita nabi Agung
Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat-sahabatnya, serta para pengikutnya
yang setia yang mana beliaulah sebagai Rosul utusan Allah SWT untuk membimbing
umat manusia dari zaman jahiliyah sampai pada zaman yang modern ini.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I) di Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Skripsi ini berjudul “Peran Pondok Pesantren
Modern Bina Insani Terhadap Keberagamaan dan Kesejahteraan Masyarakat Dusun
Baran Desa ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun 2014”.
Penulis skripsi ini pun tidak akan dapat menyelesaikan tanpa pihak yang telah
berkenan membantu penulis menyeleaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
vii
1. Bapak Dr. Rahmad Haryadi, M.Pd.,selakuKetua STAIN Salatiga yang telah
memberikan ijin untuk melakukan penelitian di pondok pesantren modern Bina
Insani dusun Baran desa Ketapang kecamatan Susukan kabupaten Semarang.
2. Bapak Mufiq S. Ag., M. Phil selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan
bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
3. Bapak K.H. Agus Ahmad Su’aidi Lc selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan motivasi kepada penulis.
4. Bapak Rasimin, S. Pd.I., M. Pd., selaku Kepala Prodi Pendidikan Agama Islam
STAIN Salatiga.
5. Bapak dan Ibu dosen STAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu
pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.Karyawan-
karyawati STAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan.
6. Ayah dan Ibu tercinta, serta keluarga besar Pondok Pesantren Modern Bina
Insani yang telah mengasuh, mendidik, membimbing serta memotivasi kepada
penulis, baik moral maupun spirirtual.
7. Bapak K. Muhsoni selaku pengasuh pondok pesantren modern Bina Insani.
8. Bapak Munzaini S. Ag,. M .Pd.selaku kepala sekolah SMA Bina Insani yang
telah memberikan ijin penelitian di pondok pesantren modern Bina Insani.
9. Masyarakat dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan kabupaten
Semarang yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
viii
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, sehingga dapat
terselesaikan dengan baik. Semoga amal kebaikan mereka diterima disisi Allah
SWT.
Skripsi ini jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan ktritik dan saran
yang bersifat membangun dan semoga hasil dari penelitian ini dapat berguna bagi
penulis khususnya serta para pembaca pada umumnya.
Salatiga, 26 Agustus 2014
Yang menyatakan,
AKHMAD KHOZIN
NIM 12109008
ix
ABSTRAK
Khozin, Akhmad. 2014. : Peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani
terhadap Keberagamaan dan Kesejahteraan Masyarakat Dusun Baran Desa
Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang. Skripsi. Jurusan Tarbiyah.
Program Studi Pendidikan Agama Islam. Salatiga. Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Salatiga. Dosen pembimbing mufiq S. Ag,. M. Phil.
Kata Kunci: Keberagamaan, Kesejahteraan
Latar belakang penelitian adalah adanya kekhawatiran masyarakat pondok
pesantren yang hanya mendirikan pondok pesantren saja, akan tetapi lupa dengan
keberadaan masyarakat disekitar pondok pesantren tersebut yang hanya akan
menambah jumlah penduduk serta adanya kekacauan ataupun ketidak
kondusifannya masyarakat dengan adanya pondok pesantren.
Atas kegelisahan itulah, ada inisiatif untuk adanya peran pondok pesantren
modern Bina Insani yang bertujuan agar pondok pesantren itu tidak hanya tempat
mengaji atau menuntut ilmu akan tetapi juga bisa berperan terhadap keberagamaan
dan kesejahteraan masyarakat disekitar pondok pesantren.
Fokus masalah dalam penelitian ini adalah latar belakang peran pondok
pesantren modern Bina Inani terhadap keberagamaan dan kesejahteraan masyarakat
sekitar pondok tersebut serta hasil peran pondok bagi lembaga pesantren dan
masyarakat pada umumnya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan mulai
awal bulan januari tahun 2014 di Pondok Pesantren Modern Bina Insani Dusun
Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang. Responden adalah
masyarakat dan pihak pondok pesantren tersebut. Teknik pengumpulan data dengan
menggunakan wawancara mendalam dan observasi, kemudian data ditranskip
menjadi data lengkap. Transkip data dianalisis dengan metode dedukatif, induktif
dan sintetis.
Implementasi peran pondok pesantren adalah terjalinnya hubungan yang
islami serta adanya perubahan yang signifikan baik dalam keberagamaan maupun
kesejahteraan, anatara pihak pondok pesantren dengan masyarakat disekitar pondok
pesantren.
Peran pondok pesantren modern Bina Insani berhasil karena adanya usaha
dari pihak pesantren dan masyarakat disekitar pondok pesantren yang saling
bekerjasama. Dan mewujudkan cita-cita bersama.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN LOGO STAIN............................................................................ ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING............................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN................................................ iv
HALAMAN KEASLIAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.............. v
HALAMAN LOGO DAN PERSEMBAHAN.................................................. vi
HALAMAN KATA PENGANTAR................................................................ vii
HALAMAN ABSTRAK........................................................... ……………... viii
HALAM DAFTAR ISI................................................................................... ix
HALAMAN DAFTAR TABEL DAN BAGIAN........................................... x
HALAMAN LAMPIRAN.............................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah..................................................... 1
B. Fokus Penelitian..................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian................................................................ 5
E. Definisi Operasional............................................................... 6
1. Peran Pondok Pesantren.................................................. . 6
2. Keberagamaan Masyarakat............................................. 7
3. Kesejahteraan Masyarakat.............................................. 7
xi
F. Metode penelitian.................................................................... 7
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian........................................ 7
2. Kehadiran Peneliti............................................................ 8
3. Lokasi Penelitian.............................................................. 9
4. Sumber Data.................................................................... 9
G. Sistematika Penulisan.............................................................. 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA......................................................................... 17
A. Peran Pondok Pesantren………………………………………… 17
B. Keberagamaan…………………………………………………. 29
C. Kesejahteraan…………………………………………………… 38
BAB III HASIL PENELITIAN ……………………………………………. 41
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……………………………….. 41
1. Sejarah Pondok Pesantren Modern Bina Insani ………………… 41
2. Visi, Misi, dan Tujuan ………………………………………….. 44
3. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Modern Bina Insani ….. 46
4. Struktur Pondok Pesantrn Modern Bina Insani …………………. 47
5. Kondisi Geografis Wilayah Dusun Baran Desa Ketapang ……… 50
B. Paparan Temun Penelitian …………………………………………… 56
BAB IV ANALISIS DATA …………………………………………………. 85
A. Keberagamaan Masyarakat Dusun Baran dan Peran Pondok Pesantren
Modern Bina Insani …………………………………………………. 85
xii
B. Peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani Dalam Kesejahteraan
Masyarakat Dusun Baran …. ……………………………………… 92
BAB V PENUTUP ………………………………………………………… 99
A. KESIMPULAN …………………………………………………….. 99
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 103
xiii
Daftar Lampiran
1. Nilai SKK
2. Surat Bukti Penelitian
3. Nota Pembimbing
4. Instrument Pertanyaan
5. Dokumentasi Penelitian
6. Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pondok pesantren merupakan salah satu Lembaga Pendidikan Islam di
Indonesia, dimana pondok pesantren ikut serta dalam pembangunan
kecerdasan, keterampilan, penguasaan ilmu dan teknologi. Selain itu pondok
pesantren juga harus mampu untuk memproduksi manusia yang mampu
menjawab tantangan-tantangan kemanusiaan dari zaman ini. Kedua, untuk
menjawab tantangan-tantangan kebutuhan materil dan teknologis, dari
perkembangan masyarakat.
Dalam hal ini pondok pesantren merupakan salah satu lembaga
pendidikan yang berbasis keagamaan serta memiliki peran bagi kesejahteraan
masyarakat. Bahkan menurut Dani Fadilah dalam artikelnya bertajuk
Pesantren dan Pendidikan Karakter (Suara Merdeka, 2013) mengatakan
dalam perjalanan sejarah dunia pendidikan Nusantara, pondok pesantren
adalah institusi pendidikan yang paling tua. Bahkan, untuk menjadi sebuah
negara yang berdaulat dan mandiri, pondok pesantren telah memberikan
sumbang asih konkret yang tak terkira, mulai dari menjadi landasan
perjuangan rakyat mengusir penjajah hingga mencetak para pemimpin yang
berkarakter kuat, militan, berintegritas tinggi, serta ikhlas dalam berjuang
(Fadhilah, 2013).
Mengingat peran pesantren dalam perjalanan nusantara dan Indonesia
begitu nyata dan penting, tentu pesantren juga memiliki peran penting di
2
wilayah keberagamaan yang memang tujuan utama didirikannya pondok
pesantren untuk menyebar dan mengajarkan agama Islam. Namun di sisi lain,
diakui atau tidak pondok pesantren juga memiliki peran secara ekonomi pada
masyarakat setempat dimana pondok pesantren tersebut berdiri, misal dengan
adanya santri yang bermukim di pondok pesantren secara otomatis warung-
warung milik warga terkena imbas positifnya; para santri membeli.
Adanya pengaruh positif di bidang keagamaan dan kesejahteraan
tersebut menunjukkan pesantren sebagai suatu sistem yang telah mampu turut
serta menampung, memberikan solusi terhadap keberagamaan dan
kesejahteraan masyarakat sekitar. Sistem pesantren sangat terbuka dan
menawarkan kebebasan berorientasi dan membutuhkan biaya yang tidak
mahal, sehingga mampu menampung keberagamaan dan kesejahteraan
masyarakat.
Pondok pesantren merupakan lembaga yang telah mampu membawa
pengaruh cukup besar, karena sumber nilai dan norma-norma agama
merupakan acuan dan berfikir ideal para santri dan masyarakat. Sehingga
pesantren sering disebut sebagai alat transformasi kultur. Pondok Pesantren
merupakan sebuah pendidikan Islam yang mempunyai budaya tersendiri,
berperan penting di bidang sosial keagamaan.
Walaupun demikian pesantren tetaplah pesantren, semodern apapun ia
tetap tumbuh dan berkembang dengan khas citra agama. Ia sebuah lembaga
pengembangan generasi muslim yang mempunyai lingkungan dan tata nilai
sendiri, berbeda dengan kehidupan masyarakat umum.
3
Kebanyakan pesantren sebagai komunitas belajar keagamaan sangat
erat berhubungan dengan lingkungan sekitar yang sering menjadi wadah
pelaksanaannya. meskipun pada mulanya banyak pesantren dibangun sebagai
pusat reproduksi spiritual, yakni tumbuh berdasarkan sistem-sistem nilai yang
bersifat Jawa, tapi para pendukungnya tidak hanya semata-mata
menanggulangi isi pendidikan agama saja. Pesantren bersama-sama dengan
para muridnya atau dengan kelompoknya yang akrab mencoba melaksanakan
gaya hidup yang menghubungkan kerja dan pendidikan serta membina
lingkungan sekitarnya berdasarkan struktur budaya dan sosial. Karena itu
pesantern mampu menyesuaikan diri dengan bentuk masyarakat yang amat
berbeda maupun dengan kegiatan-kegiatan individu yang beraneka ragam.
Pondok pesantren berfungsi sebagai lembaga pendidikan, tempat
kesejahteraan, dakwah kemasyarakatan bahkan sebagai lembaga perjuangan
yang telah memberikan andil sangat besar, baik pada waktu membebaskan
tanah air maupun dalam rangka ikut serta mencerdaskan dan meningkatkan
taraf hidup orang banyak dan warga Negara Indonesia.
Sebagai lembaga kemasyarakatan pondok pesanten mempunyai peran
dalam mengembangkan keberagamaan dan kesejahteraan masyarakat,
khususnya masyarakat pedesaan. Pesantren adalah milik masyarakat luas
sekaligus menjadi panutan bebagai keputusan sosial, politik,agama dan etika.
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan suatu penelitian dengan judul “PERAN PONDOK
PESANTREN MODERN BINA INSANI TERHADAP
4
KEBERAGAMAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
DUSUN BARAN DESA KETAPANG KECAMATAN SUSUKAN
KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014”
B. FOKUS PENELITIAN
Berdasarkan yang telah penulis sampaikan dalam pemaparan di atas
maka peneliti dapat memfokuskan masalah dalam fokusan masalah:
1. Bagaimana keberagamaan masyarakat Dusun Baran Desa Ketapang
Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang di sekitar Pondok Pesantren
Modern Bina Insani ?
2. Bagaimana kesejahteraan masyarakat Dusun Baran Desa Ketapang
Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang di sekitar Pondok Pesantren
Modern Bina Insani ?
3. Apa peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani terhadap
keberagamaan Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan
Kabupaten Semarang ?
4. Apa peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani terhadap kesejahteraan
Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang ?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui keberagamaan di Dusun Baran Desa Ketapang Kabupaten
Semarang
2. Mengetahui tentang kesejahteraaan masyarakat Dusun Baran Desa
Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang
5
3. Mengetahui peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani terhadap
keberagamaan masyarakat Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan
Susukan Kabupaten Semarang
4. Mengetahui peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani terhadap
kesejahteraan masyarakat Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan
Susukan Kabupaten Semarang.
D. Kegunaan Penelitian
1. Teoritis
a. Menambah khasanah pengetahuan tentang pentingnya keberagamaan
dan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia.
b. Memperkaya pemahaman ajaran Islam sebagai agama yang
berwawasan luas (Rahmatan lil’alamin).
2. Praktis
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai wahana dalam
memperoleh informasi dan pengetahuan peneliti untuk melatih diri
dalam menganalisa masalah-masalah keberagamaan dan kesejahteraan
masyarakat. Khususnya tentang berbagai keberagamaan dan
kesejahteraan masyarakat yang dihadapi oleh pondok pesantren dan
bagaimana peran pondok pesantren dalam pengaplikasian program
tersebut.
b. Bagi Keberagamaan dan Kesejahteraan
6
Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan pendidikan Islam,
hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan dan
sumber informasi penelitian lebih lanjut yang mengkaji tentang
permasalahan peran pondok pesantren terhadap keberagamaan dan
kesejahteraan pada masyarakat.
c. Bagi Lembaga Pendidikan
Sedang bagi lembaga pendidikan, hasil penelitian ini
merupakan tolak ukur dari berbagai upaya yang telah dilakukan dalam
mengatasi berbagai permasalahan yang berhubungan dengan peran
pesantren terhadap keberagamaan dan kesejahteraan masyarakat.
E. Definisi Operasional
Skripsi ini berjudul “ Peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani
Terhadap Keberagamaan dan Kesejahteraan Masyarakat Dusun Baran, Desa
Ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang”. Untuk menghindari
kekeliruan dan kesalahpahaman dalam penafsiran judul yang dimaksudkan,
ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan disini :
1. Peran Pondok Pesantren Modern
Peran merupakan bagian atau yang memegang pimpinan yang
mana peneliti memaksudkan pada kontribusi atau peran sebuah tempat
pembelajaran yang berbasis agama yang dipimpin oleh seorang kyai
beserta guru/ustadz. Selain itu ada juga para santri atau santriwati yang
bermukim ditempat tersebut yaitu Pondok Pesanren Modern Bina Insani
7
yang berada di Dusun Baran, Desa ketapang, Kecamatan Susukan,
Kabupaten Semarang.
2. Keberagamaan
Keberagamaan meruapakan kata yang berasal dari kata agama
yang mendapatkan awalan ke dan berakhiran an. Berarti sebuah perilaku
yang diamalkan oleh masyarakat di Dusu Baran, Kecamatan Susukan,
Kabupaten Semarang dengan adanya Pondok Pesantren Modern Bina
Insani.
3. Kesejahteraan Masyarakat
Dalam hal ini peneliti menguraikan bahwa yang dimaksud dengan
kesejahteraan masyarakat ialah sejauh mana kehidupan masyarakat di
Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupaten
Semarang dari factor ekonomi maupun kehidupan sehari-hari. Yaitu baik
sebelum ataupun sesudah adanya peran dari Pondok Pesantren Modern
Bina Insani.
F. Metode dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan dan Penelitian
a. Pedekatan
Guna memperoleh pemahaman yang subtansi dan kompresif
tentang permasalahan yang diteliti, Penelitian ini menerapkan
pendekatan Deskriptif Kualitatif.
8
b. Jenis penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field
research), yaitu sebuah studi penelitian yang mengambil data
autentik secara obyektif/studi lapangan. Dalam penelitian ini penulis
melakukan studi langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang
konkret tentang kondisi masyarakat Pondok Pesantren Modern Bina
Insani Dusun Baran Desa Ketapang Kecatan Susukan Kabupaten
Semarang.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai pengamat penuh,
dimana peneliti mengamati secara penuh hal-hal yang menyangkut Peran
Pondok Pesantren Modern Bina Insani Terhadap Keberagamaan dan
Kesejahteraan Masyarakat Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan
Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2014. Sehingga peneliti harus
berusaha mengikuti aktivitas-aktivitas terlaksananya nilai-nilai yang
diberikan pondok pesantren terhadapan keberagamaan dan kesejahteraan
di Pondok Pesantren Modern Bina Insani. Serta aktivitas-aktivitas
masyarakat setempat yang sekiranya berhubungan (baik langsung atau
tidak langsung) dengan kelembagaan Pondok Pesantren Modern Bina
Insani.
9
3. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Pondok
Pesantren Modern Bina Insani yang berada di Dusun Baran. Desa
Ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Peneliti memilih
lokasi tersebut karena selain terjangkau oleh peneliti, peneliti juga pernah
terlibat di dalamnya, baik sebagai santri maupun pengurus.
4. Sumber Data
Adapun data yang diperoleh pada penelitian ini bersumber pada:
a. Library research, yaitu melakukan kajian di perpustakaan dengan
meneliti literatur yang ada relevansinya dengan data yang dikaji.
b. Field research, yaitu penelitian yang diadakan di lapangan atau
medan terjadinya gejala-gejala. Dalam hal ini peneliti melakukan
observasi terhadap obyek penelitian untuk mengetahui situasi yang
terjadi di lapangan. Sumber data lapangan diperoleh dari pengasuh
pondok pesantren, pengurus pondok pesantren, serta observasi atau
pengamatan terhadap situasi yang berlangsung.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode,
antara lain sebagai berikut:
1. Metode Pengumpulan Data
a. Interview/wawancara
Yaitu metode pengumpulan data dengan jalan tanya
jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan
berlandaskan pada tujuan penelitian. Metode ini penulis
10
gunakan untuk memperoleh data dengan cara mengadakan
wawancara dengan orang-orang yang penulis anggap penting.
Dalam hal ini Lincoln dan Ghuba dalam Sanapiah Faisal,
mengemukakan bahwa ada tujuh langkah pedoman wawancara
dalam penelitian kualitatif, yaitu :
1. Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan.
2. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi
bahan pembicaraan.
3. Mengawali atau membuka wawancara.
4. Melangsungkan alur wawancara.
5. Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan
mengakhirinya.
6. Menulis hasil wawancara ke dalam cacatan lapangan.
7. Mengindentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah
diperoleh. (Sugiyono, 2013 : 235)
Dalam wawancara ini, penulis menggunakan teknik
wawancara tidak tersetruktur, dengan alasan teknik wawancara
ini lebih bebas dan terbuka dalam mencari data yang diteliti,
lebih fokus dalam menggali data, dan dalam pelaksanaannya
tidak terlalu formal. Dalam wawancara ini ingin diperoleh data
tentang keberagamaan dan kesejahteraan masyarakat di Dusun
Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupaten
Semarang. Serta hasil atau perbuatan yang mencerminkan
11
keberagamaan dan kesejahteraan. Selain itu adanya peran
Pondok Psantren Modern Bina Insani terhadap keberagamaan
dan kesejahteraan masyarakat di Dusun Baran, Desa Ketapang,
Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang.
b. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui
pengamatan dan pencatatan secara sistematis mengenai
fenomena-fenomena yang diselidiki. Jadi, observasi adalah cara
mengumpulkan data dengan pengamatan dan pencatatan
terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.
Pengamatan didasarkan atas pengalaman secara
langsung. Pengalaman langsung merupakan alat yang tepat
untuk menguji suatu kebenaran. Jika suatu data yang diperoleh
kurang meyakinkan, biasanya peneliti akan menanyakan kepada
subjek, tetapi karena ia hendak memperoleh keyakinan terhadap
keabsahan data tersebut, jalan yang ditempuh adalah mengamati
sendiri yang berarti mengalami langsung peristiwanya.
Observasi ini dilakukan untuk memproleh data-data sistem
pendidikan dan kurikulum yang diterapkan di Pondok Pesantren
Modern Bina Insani Dusun Baran Desa ketapang Kecamatan
Susukan Kabupaten Semarang.
c. Dokumentasi
12
Untuk mendapatkan data yang lebih akurat selain
diperoleh dari sumber manusia juga diperoleh dari dokumen.
Dokumentasi ini dapat berupa catatan-catatan, transkrip, buku,
surat kabar, majalah, notulen rapat, dan sebagainya. Studi
dokumen merupakan pelengkap dari metode observasi dan
metode wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil dari
observasi dan wawancara akan lebih kredibel atau dapat
dipercaya kalau didukung oleh sejarah, baik kehidupan pribadi,
sekolah, di masyarakat maupun autobiografi.
Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh
data-data tentang struktur organisasi, sejarah perkembangan,
keadaan guru/ustadz dan santri di Pondok Pesantren Modern
Bina Insani Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan
Kabupaten Semarang.
2. Analisis Data
Langkah-langkah analis data yaitu :
a. Reduksi Data
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan
temanya. Dengan demikian data yanag telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2013 : 247).
13
Adapun data-data yang direduksi tersebut adalah hal-hal
pokok yang berhubungan dengan Peran Pondok Pesantren
Modern Bina Insani Terhadap Keberagamaan Dan
Kesejahteraan Masyarakat Dusun Baran, Desa Ketapang,
Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Tahun 2014.
b. Triangulasi Data
Triangulasi data ialah sebagai teknik pengumpulan data
yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti
mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data,
yaitu mengecek data dengan berbagai teknik pengumpulan data
dan berbagai sumber data (Sugiyono, 2013: 249).
c. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan (menyajikan) data. Dengan medisplaykan data,
maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan yang telah
difahami tersebut (Sugiyono, 2013: 249). Dalam penyajian data
selain dengan dengan teks naratif, juga dapat berupa grafik,
matriik, network (jejaring kerja) dan chat. Dari hasil penyajian
data itulah untuk kemudian peneliti dapat menarik suatu
14
kesimpulan sehingga data yang dikumpulkan (diteliti)
bermakna.
d. Menarik Kesimpulan dan Verifikasi
Pada dasarnya kesimpun hanyalah suatu bagian dari
suatu yang utuh, karena biayar bagaimanapun penarikan
kesimpulan juga dilakukan selama penelitian berlangsung.
Singkatnya hal-hal yang terjadi dan bermakna bagi
peneliti yang mengacu pada suatu tema harus diuji
kebenarannya, kekokohannya, yakni merupakan validitasnya,
guna menetapkan kesimpulan yang lebih beralasan dan tidak
lagi bersifat coba-coba. Maka verifikasi dilakukan sepanjang
penelitian.
Dalam hal ini penulis mencoba untuk menganalisis data-
data yang terkumpul dalam Peran Pondok Pesantren Modern
Bina Insani Terhadap Keberagamaan Dan Kesejahteraan
Masyarakat Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan,
Kabupaten Semarang Tahun 2014.
3. Tahap Penelitian
Adapun tahapan penelitian sebagai berikut;
a. Kegiatan adiministrasi yang melitputi, izin observasi dari
STAIN Salatiga kepada Pondok Pesantren Modern Bina Insani
Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten
Semarang Tahun 2014.
15
b. Kegiatan lapangan yang meliputi;
Survey awal untuk mengetahui lapangan, dengan wawancara
sejumlah responden maupun informan sebagai langkah
pengumpulan data.
1) Memilih sejumlah orang yang terkait sebagai informan yang
dilakukan dengan responden penelitian.
2) Melakukan observasi lapangan dengan mewawancarai
sejumlah responden maupun informan sebagai langkah
pengumpulan data.
3) Menyajikan data dengan susunan dan urutan yang
memungkinkan dan memudahkan untuk melakukan
pemaknaan.
4) Melakukan verifikasi untuk membuat kesimpulan-
kesimpulan sebagai deskripsi temuan penelitian.
5) Menyusun laporan akhir
G. Sistematika Pembahasan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh serta
memudah pemahaman terhadap penulisan skripsi ini menjadikan 5 bab,
antara bab satu dengan bab yang lainnya saling berhubungan.
Bab I, bagian ini merupakan pendahuluan yang dikemukakan dalam
bab I merupakan pengantar dari keseluruah isi pembahasan. Pada bagian
pertama ini akan dibahas beberapa sub bahasan, yaitu; latar belakang
16
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
operasional definisi, metode dan jenis penelitian, sistematika pembahasan.
Bab II, berisi landasan pijak teoritis dari penelitian. Pada bagian ini
dikemukakan teori-teori yang telah di uji kebenarannya yang berkaitan
dengan obyek formal penelitian. Sesuai dengan judul skripsi maka
pembasahan pada bab ini berisi: pembahasan tentang peran pondok pesanten,
keberagamaan masayarakat, serta kesejahteraan masayakat yang timbul
akibat keberadaan pondok pesantren tersebut.
Bab III, penulis menyajikan hasil penelitian tentang lokasi penelitian,
pendekatan dan jenis penelitian, metode pembahasan, sumber data, metode
pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan temuan, dan
tahab-tahab penelitian.
Bab IV, terdiri lokasi penelitian, pelaksanaan penelitian, analisis data,
hasil penelitian, pembasahan, dan hasil pembahasan.
Bab V, merupakan kajian paling ahir dari skripsi ini, yang mana pada
bagian ini berisi kesimpulan penulis dari pembahasan skripsi dan saran
penulis.
17
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Peran Pondok Pesantren
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata peran yaitu “sesuatu
yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan yang utama”
(http://kbbi.web.id/peran) diakses 28/01/2014, 23.10 wib.
Peran tidak dapat dipisahkan dengan status (kedudukan), walaupun
keduanya berbeda, akan tetapi saling berhubungan erat antara satu dengan
yang lainnya, karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya.
Peran diibaratkan seperti dua sisi mata uang yang berbeda, akan tetapi
kelekatannya sangat terasa sekali. Seseorang dikatakan berperan atau
memiliki peranan karena dia (orang tersebut) mempunyai status dalam
masyarakat, walaupun kedudukan itu berbeda antara satu orang dengan orang
lain, akan tetapi masing-masing dirinya berperan sesuai dengan statusnya.
Gross, Mason dan A. W. Mc Eachern (1995 : 99) mendefinisikan
peran sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu
yang menempati kedududukan sosial tertentu.
Harapan-harapan tersebut menurut David Berrry (2003 : 217),
merupakan imbangan dari norma-norma sosial, oleh karena itu dapat
dikatakan peranan-peranan itu ditentukan oleh norma-norma di dalam
masyarakat, artinya seseorang diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang
18
diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaannya dan dalam pekerjaan-
pekerjaan lainnya.
Sarlito Wirawan Sarwono (1984 : 235) juga mengemukakan hal yang
sama bahwa harapan tentang peran adalah harapan-harapan orang lain pada
umumnya tentang perilaku-perolaku yang pantas, yang seyogyanya
ditentukan oleh seseorang yang mempunyai peran tertentu.
Dari penjelasan tersebut di atas terlihat suatu gambaran bahwa yang
dimaksud dengan peran merupakan kewajiban-kewajiban dan keharusan-
keharusan yang dilakukan seseorang karena kedudukannya di dalam status
tertentu dalam suatu masyarakat atau lingkungan dimana dia berada.
Peran yang dimaksud di sini adalah Peran Pondok Pesantren Modern
Bina Insani dalam memberikan pendidikan keagamaan Islam kepada
masyarakat sebagai bentuk peran pondok pesantren terhadap keberagamaan
dan kesejahteraan masyarakat dusun baran desa ketapang kecamatan susukan
kabupaten semarang.
Pondok Pesantren merupakan kerangka sistem pendidikan Islam
tradisional Jawa dan Madura (Dhofier, 1982:16). Istilah pesantren secara
lengkap adalah pondok pesantren yang berarti suatu bentuk pendidikan
keIslaman yang melembaga di Indonesia (Ziemek,1986: 98). Istilah pondok
barangkali berasal dari pengertian asrama-asrama para santri yang disebut
pondok atau tempat tinggal yang dibuat dari bamboo atau barangkali berasal
dari kata Arab funduq yang berarti hotel atau asrama. Perkataan pesantren
berasal dari kata santri dengan imbuhan awalan pe dan akhiran an yang
19
berarti tempat tinggal para santri (Dhofier,1982:18). Geertz berpendapat
bahwa pesantren merupakan perkembangan dari sekolah-sekolah biara Hindu
Budha (dalam Ziemek, 1986:101).
Pondok pesantren terdiri dari dua kata yaitu ”pondok” dan ”pesantren”
yang keduanya itu sebenarnya mengandung arti yang sama dan maksud yang
sama. Namun kebanyakan orang hanya menyebut salah satunya saja. Yaitu
pondok atau pesantren saja. Tapi ada pula yang menyebutkan kedua-duanya
secara bersamaan.
Pesantren berasal dari kata santri yang berarti seseorang yang
menuntut ilmu. Dalam arti luas Pesantren adalah Lembaga Pendidikan Islam
yang mengajakan materi agama yang diasuh oleh seorang kiai. Pondok
Pesantren di Indonesia diketahui perkembangannya sejak abad ke 16. Karya
sastra kitab klasik dalam bidang fiqih, tasawuf menjadi pusat pengajaran di
Pesantren (Depag, 2003: 8).
Dalam Kamus Ilmiah Populer yang ditulis oleh Burhani MS dan Hasbi
Lawtens (tanpa tahun: 517) bahwa kata Pesantren berarti perguruan pegajian
Islam. Ini berarti pesantren adalah suatu perguruan atau organisasi atau
kelompok yang di dalamnya terdapat pengajian tentang ajaran-ajaran Islam.
Dimana pada umumnya pengajian adalah suatu kegiatan yang didalamnya ada
seseorang yang disebut dengan kyai/ Da’i yang menyampaikan suatu kajian
atau materu yang berhubugan dengan aharan-ajaran agama Islam yang diikuti
dan di dengarkan oleh kaum muslimin khususnya.
20
Menurut Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam (1997:99) bahwa kata
peantren berasal dari bahasa India Shastri dari akar kata Shastra yang berarti
buku-buku suci, buku-buku agama, atau buku-buku tentang Ilmu
Pengetahuan. Di luar pulau Jawa lembaga pendidikan ini disebut dengan
nama lain, seperti surau (di Sumatera Barat), Dayah (Aceh), dan Pondok
untuk daerah lain. Selain itu Pesantren adalah tempat para santri belajar
agama Islam dengan menerapkan moralitas Islam sebagai pedoman (Arman,
2001:17).
Unsur-unsur pondok pesantren adalah kiai sebagai pendiri, pelaksana
dan guru, santri (pelajar) yang secara pribadi langsung diajar berdasarkan
naskah-naskah Arab klasik tentang pengajaran, faham, akidah keislaman. Di
sini kiai dan santri tinggal bersama-sama untuk masa yang lama membentuk
suatu komunitas pengajar dan belajar yaitu pesantren bersifat asrama
(Ziemek,1986:100-101).
Dari beberapa pendapat diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa pada
perinsipnya yang dimaksud dengan pondok pesantren adalah suatu lembaga
pendidikan yang bernafaskan Islam dan menerapkan moralitas sebagai
pedoman dimana di dalamnya terdapat komponen-komponen tertentu yang
menjadi ciri khas lembaga tersebut, yaitu kiai sebagai pengasuh sekaligus
berperan sebagau pendidik, surau atau masjid sebagai sarana dan pusat
peribadatan dan pendidikan. Santri sebagai peserta didik, pondok sebagai
sarana tempat tinggal para santri.
21
Menurut Dhofier (1986:44) pesantren memiliki unsur-unsur antara lain
pondok atau asrama sebagai tempat tinggal para santri, masjid sebagai tempat
ibadah dan pengajaran, kitab-kitab klasik sebagai mata pelajaran, santri atau
pelajar dan kiai.
Pondok merupakan tempat tinggal kiai bersama para santrinya.
Adanya pondok sebagai tempat tinggal bersama antara kiai dengan para
santrinya dan bekerja sama dalam memebuhi kebutuhan sehari-hari,
merupakan pembeda dengan lembaga pendidikan yang berlangsung di masjid
atau langgar. Pesantren juga menampung santri-santri yang berasal dari
daerah yang jauh untuk bermukim.
Pada awal perkembangannya, pondok tersebut bukanlah semata-mata
sebagai tempat tingal atau asrama para santri, untuk mengikuti dengan baik
pelajaran yang diberikan oleh Kiai tetapi juga sebagai tempat training atau
latihan bagi satri yang bersangkutan. Agar mampu hidup mandiri dalam
masyarakat, para santri di bawah bimbingan kiai bekerja untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari dalam situasi kekeluargaan dan bergotong
royong sesama warga pesantren. Tetapi dalam perkembangan berikutnya
terutama pada masa sekarang, tampaknya lebih menonjol fungsinya sebagai
tempat pemondokan atau asrama. Dan setiap santri dikenakan semacam sewa
atau iuran untuk pemeliharaan pondok tersebut (Hasbullah, 1995:142).
Pondok sebagai wadah pendidikan manusia seutuhnya sebagai
operasionalisasi dan pendidikan yakni mendidik dan mengajar. Mendidik
secara keluarga berlangsung di pondok sedang mengajarnya di kelas dan
22
mushalla. Hal ini yang merupakan fase pembinaan dan peningkatan kualitas
manusia sehingga ia bisa tampil sebagai kader masa depan oleh karena itu
pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang pertama
mengembangkan kungkungan hidup dalam arti kata pengembangan sumber
daya manusia dari segi mentalnya (Ghazali, 2003:19-20)
Di Indonesia istilah pesantren lebih populer dengan sebutan pondok
pesantren. Lain halnya dengan pesantren, pondok (kamar, gubuk, rumah
kecil) dipakai dalam bahasa Indonesia dengan menekankan kesederhanaan
bangunan. Sedangkan dalam bahasa Arab berasal dari kata funduq, yang
berarti hotel, asrama , rumah, dan tempat tinggal sederhana. Dengan
demikian, pesantren adalah sebuah tempat dimana para santri menginap dan
menuntut ilmu (mathlab).
Akan tetapi Karel A. Stenbirk membantah dengan tegas bahwa istilah
pondok berasal dari India bahkan istilah-istilah pesantren seperti mengaji,
langgar surau, semuanya berasal dari India. Hal itu dapat dipahami
pendidikan pesantren, dilihat dari segi bentuk dan sistemnya mungkin berasal
dari India. Para ahli juga berkeyakinan bahwa sebelum Islam datang ke Jawa,
di Jawa telah berkembang kepercayaan Budhisme. Bukti ini kiranya menjadi
alasan kuat bahwa istilah-istilah pesantren berasal dari India.
Secara garis besar pondok pesantren atau lembaga atau tempat
pendidikan dan pengajaran agama Islam yang mempunyai tujuan untuk
melestarikan dan mengembangkan ajaran agama Islam. Sebagai salah satu
23
kekayaan budaya Islam, pondok pesantren memiliki ciri khas tersendiri,
terlihat dari sistem pendidikan yang digunakan.
Sedangkan pengertian dari pondok pesantren adalah tempat seorang
santri memperdalam ilmu agama yang di dalamnya mengajarkan beberapa
ilmu agama, pendalaman kitab-kitab maupun kajian-kajian tentang
ketauhidan dan kepercayaan.
Dari elemen-elemen pondok pesantren sebagaimana diterangkan di
atas bahwa tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainya, yang mana hal
tersebut saling berhubungan. Di antara elemen-elemen itu yakni masjid,
masjid merupakan elemen yang tak dapat dipisahkan dengan pesantren dan
dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri,
terutama dalam praktik sembahyang lima waktu, khutbah dan sembahyang
Jum'at dan pengajaran kitab-kitan Islam klasik. Seorang kyai yang ingin
mengembangkan sebuah pesantren biasanya pertama-tama akan mendirikan
masjid dekat rumahnya (Dhofier,1986:49).
Masjid dijadikan sebagai pusat kegiatan ibadah dan belajar mengajar.
Masjid yang merupakan unsur pokok kedua dari pesantren, di samping
berfungsi sebagai tempat melakukan sholat jamaah setiap waktu sholat, juga
berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Biasanya waktu belajar mengajar
dalam pesantren berkaitan dengan waktu sholat berjamaah baik sebelumnya
dan sesudahnya. Alam perkembangannya, sesuai dengan perkembangan
jumlah santri dan tingkatan pelajaran, dibangun tempat atau ruangan-ruangan
khusus untuk khalaqah-khalaqah perkembangan terakhir menunjukkan
24
adanya ruangan-ruangan yang berupa kelas-kelas sebagaimana yang terdapat
pada madrasah-madrasah. Namun demikian, masjid tetap digunakan sebagai
tempat belajar mengajar. Pada sebagian pesantren masjid juga berfungsi
sebagai tempat i’tikaf dan melaksanakan latihan-latihan atau suluk dan dzikir,
maupun amalan-amalan lainnya dalam kehidupan tarekat dan sufi (Hasbullah,
1995:142-143).
Menurut Hasbullah (1995:136) bahwa secara garis besar fungsi surau
dan masjid antara lain adalah sebagai tempat ibadah, dan sebagai tempat
pendidikan dan pembudayaan, dan tempat penyelenggaraan urusan ummat.
Unsur lain yang cukup membedakan pesantren dengan lembaga
pendidikan lainnya adalah bahwa pada pesantren diajarkan kitab-kitab klasik
yang oleh para ulama terdahulu, mengenai berbagai macam ilmu pengetahuan
agama Islam dan Bahasa Arab. Pelajaran dimulai dengan kitab-kitab yang
sederhana, kemudian dilanjutkan dengan kitab-kitab tentang berbagai ilmu
yang mendalam. Dan tingkatan suatu pesantren dan pengajarannya, biasanya
diketahui dari jenis-jenis kitab-kitab yang diajarkan (Hasbullah, 1995:144).
Pengajaran kitab-kitab klasik terutama karangan ulama yang menganut
faham Syafi'iyah, merupakan satu-satunya pengajaran formal yang diberikan
dalam lingkungan pesantren. Tujuan utama pengajaran ini ialah untuk
mendidik calon-calon ulama. Keseluruhan kitab-kitab klasik yang diajarkan
di pesantren dapat digolongkan kedalam 8 kelompok yaitu nahwu dan sharaf,
fiqih, usul fiqh, hadis, tafsir, tauhid, tasawuf dan etika serta cabang-cabang
lain seperti tarikh dan balaghah (Dhofier, 1986: 50).
25
Ada dua esensi seorang santri belajar kitab-kitab tersebut di samping
mendalami isi kitab maka secara tidak langsung juga mempelajari bahasa
Arab sebagai bahasa kitab tersebut. Oleh karena itu seorang santri yang telah
tamat belajarnya di pesantren cenderung memiliki pengetahuan bahasa Arab.
Hal ini menjadi ciri khas seorang santri yang telah menyelesaikan studinya di
pondok pesantren, yakni mampu memahami isi kitab dan sekaligus mampu
menerapkan bahasa kitab tersebut menjadi bahasanya.
Sisi lain tercapainya tujuan pegajaran yakni isi kitab dan bahasa Arab
dapat dikuasai, maka terdapat hubungan horizontal antara santri dan kiainya,
yang mengakibatkan tertanamnya rasa kebersamaan antara sesama santri dan
para kiai yang membimbing. Hal yang demikian itu menghilangkan kesan
adanya sikap stratifikasi dalam pesantren yakni kiai sebagai yang dituakan
dan santri merupakan yang diberikan pelajaran (Ghazali, 2003: 24).
Dalam pendidikan yang digunakan di Pondok Pesantren Modern Bina
Insani menggunakan sistem pendidikan salafi modern, yang mana dalam
pembelajaran pendalaman agama menggunakan kitab-kitab klasik dari para
ulama salafi. Sedangkan dalam pendidikan modern mengajarkan tentang
pendidikan bahasa Inggris sebagai pengembangan dari ilmu yang
dipergunakan kebanyakan masyarakat dalam percakapan ataupun
pembelajaran khusus. Sehingga para santri di samping mendalami ilmu kitab-
kitab klasik, juga dituntut untuk memahami bahasa Inggris yang mana bahasa
yang tidak digunakan di pondok pesantren salafiyah. Karena kebanyakan dari
pondok-pondok salaf hanya menggunakan kitab-kitab klasik dan pondok
26
yang modern mengajarkan pengembangan ilmu bahasa asing, dalam hal ini
bahasa Inggris. Seperti pondok pesantren Gontor, As-Salam Sukabumi dan
lain-lain yang menanamkan pendidikan selain pendidikan keagamaan.
Di samping masjid santri juga menjadi bagian elemen pondok
pesantren. Karena Istilah santri hanya terdapat di pesantren sebagai
pengejawantahan adanya peserta didik yang haus akan ilmu pengetahuan
yang dimiliki oleh seorang kyai yang memimpin sebuah pesantren. Oleh
karena itu santri biasanya berkaitan dengan keberadaan kyai dan pesantren
(Ghazali, 2003: 22-23).
Ada beberapa definisi santri yang dikemukakan oleh para ahli antara
lain, Profesor Johns yang berpendapat bahwa istilah santri berasal dari bahasa
Tamil yang berarti guru mengaji (dalam Dhofier, 1982:18). Sedangkan C.C.
Berg berpendapat bahwa santri berasal dari kata shastri yang dalam bahasa
India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau seorang ahli
kitab suci agama Hindu. Kata shastri berasal dari kata shastra yang berarti
buku-buku suci, buku-buku agama atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan
(Dhofier,1982:18). Menurut Geertz dalam Ziemek (1986: 99) pengertian
santri mungkin diturunkan dari kata Sansekerta "Shastri" yang berarti
ilmuwan Hindu yang pandai menulis yang dalam pemakaian bahasa modern
memiliki arti sempit dan luas. Arti sempitnya ialah santri seorang pelajar
sekolah agama yang disebut pondok pesantren. Dalam arti yang luas dan
lebih umum kata santri mengacu pada seorang anggota bagian penduduk
Jawa yang menganut Islam dengan sungguh-sungguh yang sembahyang,
27
pergi ke masjid pada hari Jumat dan sebagainya. Santri merupakan elemen
penting bagi sebuah pesantren selain kiai.
Menurut Dhofier (1982:51-52) terdapat dua macam santri di dalam
dunia pesantren yaitu;
1. Santri mukim yaitu santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap
dalam kelompok pesantren. Santri mukim yang paling lama tinggal di
pesantren tersebut biasanya merupakan satu kelompok tersendiri yang
memegang kepentingan pesantren sehari-hari, mereka juga memikul
tanggung jawab mengajar santri-santri muda tentang kitab-kitab dasar
dan menengah. Dalam sebuah pesantren yang besar akan juga terdapat
putera-putera kiai dari pesantren lain yang juga menjadi santri mukim di
pesantren tersebut.
Ada dua motif seorang santri menetap sebagai santri mukim, yaitu motif
menuntut ilmu artinya seorang santri itu datang dengan maksud menuntut
ilmu dari kiyainya, dan adanya motif menjunjung tinggi akhlak, artinya
seorang santri belajar secara tidak langsung agar santri tersebut setelah di
pesantren akan memiliki akhlak yang terpuji sesuai dengan akhlak
kiainya.
2. Santri kalong yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa di sekeliling
pesantren yang biasanya tidak menetap dalam pesantren. Untuk
mengikuti pelajaran di pesantren mereka bolak-balik dari rumahnya
sendiri. Sebuah pesantren besar didukung oleh semakin banyaknya santri
28
yang mukim dalam pesantren du samping terdapat pula santri kalong
yang tidak banyak jumlahnya.
Selain itu ada dua macam metode utama sistem pengajaran di
pesantren menurut Dhofier (1986: 28-31) juga ada dua macam :
1. Bandongan atau weton : dalam sistem ini sekelompok murid
mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan,
menerangkan dan seringkali mengulas buku-buku Islam dalam bahasa
Arab. Kelompok kelas sistem ini disebut halaqah atau lingkaran murid
atau sekelompok siswa yang belajar di bawah pimpinan seorang guru.
2. Sorogan : sistem ini merupakan bagian yang paling sulit sebab sistem ini
menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi dari murid.
Sistem ini memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai dan
membimbing secara maksimal kemampuan murid dalam menguasai
bahasa Arab.
Selain santri yang berperan penting dalam pondok pesantren adalah
adanya seorang kiai. Santri yang berada di pondok pesantren akan diasuh oleh
seorang kiai yang berperan sebagai pendidik. Kiai mengajarkan ilmu
pendalaman agama sebagai benteng iman bagi para santri ketika mereka
kembali ke masyarakatnya masing-masing.
Menurut Dhofier (1982:55) perkataan kiai berasal dari bahasa Jawa
dipakai untuk menyebut tiga jenis gelar yang berbeda yaitu pertama sebagai
gelar kehormatan bagi barang yang dianggap keramat, kedua gelar
kehormatan untuk orang-orang yang sudah tua pada umumnya, ketiga gelar
29
yang diberikan masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki
serta menjadi pimpinan pondok pesantren dan mengajarkan kitab-kitab klasik
kepada para santrinya. Gelar kiai juga diberikan kepada seseorang yang alim.
Oleh karenanya peran kiai sangat penting dalam perkembangan
pondok pesantren. Dan juga berperan penting dalam masyarakat yang ada di
sekitar pondok pesantren.
B. Keberagamaan
Sejak permulaan sejarah umat manusia, agama sudah terdapat pada
semua lapisan masyarakat, dan seluruh tingkat kebudayaan. Dewasa ini,
kehadiran agama semakin dituntut untuk terlibat secara aktif di dalam
memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi umat manusia. Agama
tidak boleh hanya dijadikan sekedar lambang kesalehan atau berhenti sekedar
disampaikan dalam khutbah dan ceramah, melainkan secara konsepsional,
menunjukkan cara-cara yang paling efektif dalam memecahkan berbagai
persoalan kehidupan.
Kesadaran beragama dalam pengalaman seseorang lebih
menggambarkan sisi batin dalam kehidupan yang ada kaitannya dengan
sesuatu yang sakral. Dari kesadaran agama serta pengalaman keagamaan
tersebut akan muncul sikap keberagamaan yang ditampilkan oleh seseorang.
Hal ini dapat mendorong seseorang untuk bertingkah laku sesuai dengan
kadar ketaatannya terhadap agama. Kehidupan keberagamaan tersebut
30
mencakup beberapa aspek : pemaknaan agama, ritual dan ibadah, sosialisasi
agama dan menyangkut aspek pengalaman keagamaan.
Untuk memahami makna keberagamaan tersebut, penulis akan
mencari akar kata pembentuk kata keberagamaan. Keberagamaan berasal dari
kata dasar agama yang berarti sistem, prinsip kepercayaan kepada Tuhan
dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan
kepercayaan itu (agama Islam, Kristen)
Pengertian lain agama yaitu bahwa agama berasal dari kata sansekerta
“a” yang berarti “tidak”, dan “gama” yang berarti “kacau”. Agama, dengan
demikian, berarti aturan atau tatanan untuk mencegah kekacauan dalam
kehidupan manusia. Atau dalam bahasa Barat “religion” yang berakar pada
kata Latin “relegere” yang berarti “membaca ulang”, dan “religere” yang
berarti “mengikat erat”. Jadi agama merupakan pengikat kehidupan manusia
yang diwariskan secara berulang dari generasi ke generasi (Norma, 2000: 18).
Agama dalam Islam, terdapat istilah din, yang mencakup pengertian
keberhutangan, ketundukan, kekuatan yang mengadili dan kecenderungan
alami. Istilah ini berhubungan erat dengan beberapa istilah yang
memiliki akar kata sama, yaitu dana atau kondisi memiliki hutang.
Manusia memiliki hutang yang tak terhingga kepada sang Pencipta, berupa
keseluruhan eksistensi. Orang yang berhutang disebut da’in, memiliki
kewajiban untuk membayar. Karena pembayaran hutang ini melibatkan
seluruh manusia dengan beragam kondisi, maka diperlukan ketentuan
(idanan), dan penilaian terhadap yang patuh dan yang ingkar (daynunah).
31
Segala ketentuan di atas hanya dapat diaktualisasikan dalam suatu
masyarakat yang teratur (madinah) dan memiliki pemimpin (dayyan). Dengan
demikian agama tidak lain adalah keseluruhan proses pemberadaban manusia
yang akan menghasilkan kebudayaan (Norma, 2000 : 14-16).
Oleh karena itu, Agama secara mendasar dan umum, dapat diartikan
sebagai seperangkat aturan dan peraturan yang mengatur hubungan manusia
dengan dunia gaib, khususnya dengan Tuhannya. Mengatur hubungan
manusia dengan manusia lainnya dan mengatur hubungan manusia dengan
lingkungannya.
Agama sebagai sebuah sistem keyakinan, berisikan ajaran dan
petunjuk bagi para penganutnya supaya selamat dalam kehidupan setelah
mati. Karena itu juga, keyakinan keagamaan dapat dilihat sebagai orientasi
pada masa yang akan datang, dengan cara mengikuti kewajiban-kewajiban
keagamaan dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan agama yang dianut
atau diyakininya.
Kata beragama mempunyai arti menganut (memeluk agama), taat
kepada agama ; beribadat. Pengertian keagamaan yaitu “yang berhubungan
dengan agama”, dan keberagamaan sendiri merupakan perilaku beragama
ataupun perwujudan atas keyakinan yang dimiliki seseorang.
Dengan mengamalkan kewajiban-kewajiban yang ada dalam agama
tersebut, maka keberagamaan akan berkaitan erat dengan dimensi keyakinan,
praktek agama, pengalaman dan pengetahuan agama.
32
Keyakinan berisikan pengharapan-pengharapan dimana orang yang
religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui
kebenaran doktrin-doktrin tersebut. Oleh karena itu setiap agama
mempertahankan seperangkat kepercayaan dimana para penganutnya
diharapkan taat terhadap kewajiban-kewajibannya.
Dimensi praktek keagamaan mencakup perilaku pemujaan, ketaatan
dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap apa
yang dianutnya. Praktek-praktek keagamaan ini terdiri dari ritual dan ketaatan
yang mengacu pada seperangkat ritus, tindakan keagamaan formal dan
praktek-praktek suci yang semua agama mengharapkan para penganutnya
melaksanakan.
Agama sendiri adalah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan bermasyarakat. Dalam praktiknya fungsi agama dalam masyarakat
adalah sebagai sesuatu yang edukatif yaitu agama secara yuridis berfungsi
menyuruh dan melarang. Agama juga berfungsi sebagai penyelamat,
perdamaian, sosial kontrol, pemupuk rasa solidaritas, transformatif
(membawa perubahan), kretif, dan agama berfungsi sublimatif (perubahan ke
tingkat yang lebih baik).
Para sosiolog agama memandang agama sebagai suatu pengertian
yang luas dan universal, dari sudut pandang sosial dan bukan dari sudut
pandang individual. Hal ini berarti sosiologi agama tidak melulu
membicarakan suatu agama yang diteliti oleh para penganut agama tertentu,
tetapi meliputi semua agama dan di semua daerah di dunia tanpa memihak
33
dan memilah-milah. Pengkajiannya bukan diarahkan bagaimana cara
seseorang beragama, melainkan diarahkan pada kehidupan agama secara
kolektif, terutama dipusatkan pada fungsi agama dalam mengembangkan atau
menghambat kelangsungan hidup dan pemeliharaan kelompok-kelompok
masyarakat. Perhatiannya juga ditujukan pada agama sebagai salah satu aspek
dari tingkah laku kelompok dan kepada peranan yang dimainkannya.
Sasaran langsung atau obyek material agama ialah masyarakat agama.
Masyarakat agama adalah suatu persekutuan hidup baik dalam lingkungan
sempit atau luas yang unsur konstitutif utamanya adalah agama atau nilai-
nilai keagamaaan. Masyarakat agama terdiri dari komponen-komponen
konstitutif. Misalnya, kelompok keagamaan atau institusi-institusi religius
yang mempunyai ciri tertentu menurut peraturan dan norma-norma yang
ditentukan oleh agama. Masyarakat agama yang seperti itu akan terus disoroti
struktur dan fungsinya, pengaruhnya terhadap masyarakat umum dan atas
stratifikasi sosial khususnya.
Hal itu disebabkan oleh adanya kesadaran kelompok religius yang
mempunyai sifat tersendiri, untuk mengkaji perubahan-perubahan yang
disebabkan oleh agama, baik yang positif maupun yang negatif. Seperti
kerukunan antar golongan agama dan konflik-konflik yang sering terjadi.
Dalam Undang-undang Dasar 1945 dalam Pasal 29 disebutkan :
1. Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.
34
Dari undang-undang tersebut bahwa masyarakat bebas memeluk
agama dan kepercayaan dan Negara menjamin akan hal itu. Agama sebagai
landasan seseorang untuk melakukan ibadah kepada tuhanya. Tidak
diperbolehkan golongan keagamaan masyarakat melakukan tindakan anarki
terhadap agama lain karena hal tersebut merupakan tindakan kriminal yang
sangat merugikan dan membahayakan masyarakat lainnya.
Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa melepaskan sikap
ketergantungan (dependent) pada makhluk atau manusia lainnya, maka pada
posisi semacam inilah, peran sangat menetukan kelompok sosial masyarakat
tersebut, dalam artian diharapkan masing-masing dari sosial masyarakat yang
berkaitan agar menjalankan peranannya yaitu : menjalankan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat (lingkungan)
di mana ia bertempat tinggal.
Hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat, merupakan
hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Peranan yang
melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan
kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat (yaitu social-position)
merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu pada organisasi
masyarakat. Jadi, seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta
menjalankan suatu peranan.
Di dalam peranannya sebagaimana dikatakan oleh David Berry (1995 :
99) terdapat dua macam harapan, yaitu : pertama, Harapan-harapan dari
masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari
35
pemegang peran. Kedua, harapan-harapan yang dimiliki oleh si pemegang
peran terhadap "masyarakat" atau terhadap orang-orang yang berhubungan
dengannya dalam menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya.
Dari kutipan tersebut nyatalah bahwa ada suatu harapan dari
masyarakat terhadap individu akan suatu peran, agar dijalankan sebagaimana
mestinya, sesuai dengan kedudukannya dalam lingkungan tersebut. Individu
dituntut memegang peranan yang diberikan oleh masyarakat kepadanya,
dalam hal ini peranan dapat dilihat sebagian dari struktur masyarakat,
misalnya peranan-peranan dalam pekerjaan, keluarga, kekuasaan dan
peranan-peranan lainnya yang diciptakan oleh masyarakat.
Pengembangan masyarakat merupakan upaya mempeluas horison
pilihan bagi masyarakat. Ini berarti masyarakat di berdayakan untuk melihat
dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, dapat dikatakan bahwa
masyarakat yang berdaya adalah yang dapat memilih dan mempunyai
kesempatan untuk mengadakan pilihan-pilihan.
Amrullah Ahmad (1999 : 9) menyatakan bahwa pengembangan
masyarkat Islam adalah sistem tindakan nyata yang menawarkan alternatif
model pemecahan masalah ummah dalam bidang sosial, ekonomi, dan
lingkungan dalam perspektif Islam.
36
Dengan demikian, pengembangan masyarakat merupakan model
empiris pengembangan perilaku individual dan kolektif dalam dimensi amal
saleh (karya terbaik), dengan titik tekan pada pemecahan masalah yang
dihadapi masyarakat. Sasaran individual yaitu setiap individu muslim dengan
orientasi sumber daya manusia. Sasaran komunal adalah kelompok atau
komunitas muslim dengan orientasi pengembangan sistem masyarakat. Dan
sasaran institusional adalah organisasi Islam dan pranata sosial kehidupan,
dengan orientasi pengembangan kualitas dan Islamitas kelembagaan.
Jika hal ini dapat terlaksana, maka masyarakat akan memberikan
partisipasinya yang maksimal terhadap usaha memerangi kemiskinan yang
dilakukan. Dengan demikian, masyarakat kita akan memiliki kekuatan untuk
mengembangkan diri sendiri untuk bangkit.
Islam mengarahkan manusia agar merencanakan kehidupan dengan
berorientasi masa depan. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat Al-
Insyirah ayat 7-8 :
Artinya : "Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang lain).
Danhanya kepada Tuhan-Mulah hendaknya kamu
berharap". (Al- Insyirah :7-8).
Maksudnya: sebagian ahli tafsir menafsirkan apabila kamu
(Muhammad) telah selesai berdakwah Maka beribadatlah kepada Allah;
37
apabila kamu telah selesai mengerjakan urusan dunia Maka kerjakanlah
urusan akhirat, dan ada lagi yang mengatakan: apabila telah selesai
mengerjakan shalat berdoalah.
Oleh karena itu, manusia harus merencanakan peningkatan taraf hidup
dan tidak selalu menyerah pada takdir Tuhan. Seperti yang dikemukakan oleh
Muhammad Amin Al-Misri dalam bukunya yaitu pedoman pendidikan
masyarakat Islam modern bahwa masyarakat Islam ialah masyarakat yang
berbeda dari masyarakat-masyarakat lainnya dengan aturan-aturan khasnya
perundang-undangan Qur'aniyah, dan individu-individunya yang sama-sama
berada dalam satu kaidah dan sama-sama menghadap ke satu kiblat.
Masyarakat ini, mesti terbentuk dari beraneka ragam kaum umum dan tradisi-
tradisi yang sama.
Dapat dikatakan bahwa pengembangan masyarakat Islam adalah
mengembangkan potensi masyarakat secara Islami agar mampu menghadapi
situasi sekarang dan situasi yang akan datang.
Dalam Undang-undang Dasar 1945 dalam Pasal 29 sebagaimana
diterangkan di atas bahwa oleh karena undang-undang tersebut,
keberagamaan masyarakat sangatlah penting agar terlaksananya ibadah yang
akan dilaksanakan sesuai kepercayaanya. Tidak tercampurnya agama dengan
politik maupun budaya yang menyesatkan, akan tetapi melestarikan budaya
dengan nilai-nilai agama yang dianutnya.
Maksud dari keterangan di atas sangatlah jelas dengan apa yang terjadi
di lingkungan masyarakat sekitar Pondok Pesantren Modern Bina Insani,
38
yang mana keberagamaan masyarakat tidak dipaksakan untuk harus
menganut agama yang ada di wilayah tersebut. Namun agama menjadi dasar
seseorang melakukan aktifitas keagamaan dan dalam tahap sosial
kemasyarakatan, mereka tidak mempermasalahkanya.
C. Kesejahteraan Masyarakat
Secara umum Pengertian kesejahteraan masyarakat adalah suatu
Keadaan, Kegiatan dan gerakan yang bertujuan untuk meningkatkan standar
dan taraf hidup, memecahkan masalah sosial, memperkuat struktur sosial
masyarakat, memenuhi kebutuhan dasar dan menjaga ketentraman
masyarakat, serta untuk memungkinkan setiap warganegara mengadakan
usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial yang sebaik-baiknya
bagi dirinya, keluarga dan masyarakat.
Kesejahteraan masyarakat atau sosial dalam arti yang sangat luas
mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat
kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Dalam UU No. 6 Tahun 1974 tentang Pokok Kesejahteraan Sosial juga
dirumuskan definisi Kesejahteraan Sosial yaiitu: “Kesejahteraan sosial adalah
suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materiil maupun spirituil yang
diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin, yang
memungkinkan bagi setiap warganegara untuk mengadakan usaha
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmani, rohaniah dan sosial yang sebaik-
39
baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-
hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila.”
Disamping keterangan di atas penulis menambahkan bahwa
Kesejahteraan masyarakat sama halnya dengan kesejahteraan sosial yang
mana keseluruhan usaha sosial yang terorganisir dan mempunyai tujuan
utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks
sosialnya. Di dalamnya tercakup pula unsur kebijakan dan pelayanan dalam
arti luas yang terkait dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat, seperti
pendapatan, jaminan sosial, kesehatan, perumahan, pendidikan, rekreasi,
budaya, dan sebagainya. Dapat juga diartikan dengan sebuah kehidupan
sangat luas dan kompleks, mencakup antara lain, aspek-aspek pendidikan,
kesehatan, agama, tenaga kerja, kesejahteraan sosial (dalam arti sempit), dll ”.
Dalam pola dasar kesejahteraan sosial (Balatbangsos, 2003), bahwa
hakikat pembangunan kesejahteraan sosial adalah upaya peningkatan kualitas
kesejahteraan sosial perorangan, kelompok, dan komunitas masyarakat yang
memiliki harkat dan martabat, dimana setiap orang mampu mengambil peran
dan menjalankan fungsinya dalam kehidupan.
Pada dasarnya semua manusia, keluarga, komunitas dan masyarakat
memiliki kebutuhan sosial yang harus dipenuhi agar mereka dapat mencapai
yang dimaksud dengan kebahagiaan sosial. Kebutuhan tersebut merujuk pada
kebutuhan bilogis, pendidikan, kesehatan yang layak dan juga interaksi sosial
yang harmonis. Akhirnya kesejahteraan sosial terjadi pada komunitas yang
dapat menciptakan kesempatan sosial bagi penduduknya untuk meningkatkan
40
dan merealisasikan potensi-potensi yang ada. Kesejahteraan merupakan
serangkaian aktifitas yang terorganisir yang ditunjukan untuk meningkatkan
kualitas hidup, relasi sosial, serta peningkatan kehidupan masyarakat yang
selaras dengan standard dan norm-norma masyarakat sebagai tujuan
merupakan cita-cita, pedoman dan aspirasi agar terpenuhinya kebutuhan
materi, sosial dan spiritual.
41
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Pondok Pesantren Modern Bina Insani
Pondok Pesantren Bina Insani berada di Dusun Baran Desa Ketapang
Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Awalnya pondok
ini adalah sebuah pengajian malam ba`da maghrib yang diselenggarakan di
Masjid Al-Huda Baran. Adapun materi yang diajarkan belajar membaca al-
Qur`an secara musafah dan fasholatan. Kegiatan ini sudah ada sejak masjid
ini didirikan sekitar tahun 1959. Sedangkan peserta didiknya (santrinya)
adalah anak-anak dari lingkungan masjid itu sendiri dan anak- anak dari
warga dusun tetangga. Pengasuhnya adalah imam dan ta`mir masjid seperti
Bapak Kamsu Abdul Rasyid, Bapak Muhlison Katsiran, Bapak Uri Abdul
Rasyid, Bapak Sarman dan lainnya.
Pada tahun 1992 pengajian ini dikembangkan lagi menjadi TKA-
TPA- Madrasah Diniyah Masjid al-Huda Baran yang dikelola oleh Remaja
Masjid dengan sistem sekolahan. Materi pelajaran tidak hanya belajar
membaca Al-Qur`an dan fasholatan saja tapi sudah di kembangkan dalam
kurikulum TKA-TPA, dan kurikulum Madrasah Diniyyah dengan kegiatan
Ektrakurikuler musik rebbana klasik, Seni baca Al-Qur`an, muhadharah dan
42
drum band. Tahun demi tahun menunjukkan adanya peningkatan baik dari
kualitas maupun kuantitas, dari segi kualitas pada tahun 1997 pernah juara
umum lomba Fektival Anak Sholih (FASI) tingkat Kab Semarang dan kota
Salatiga yang diselenggarakan oleh TPA Ananda Salatiga, dan lomba-lomba
lain di tingkat lokal sedangkan dari segi kuantitas menunujukkan adanya
peningkatan dan jumlah santri yang awalnya sekitar 20-an anak hingga
mencapai 300 anak. Adapun dari fasilitas sarana dan prasarana lembaga ini
menempati gedung yang dibangun di atas tanah waqaf dari al.marhum Bapak
Kamsu Abdul Rasyid, Bapak Muhlisan Katsiran dan Bapak Muh. Uri Abdul
Rasyid sedangkan gedung fisiknya adalah di bangun oleh Simbah Haji Umar
(sesepuh desa), sedangkan mebelernya dari Bapak Haji Suwandi (tokoh
masyarakat) dan keluarga Simbah Haji Ahmad Tamin Said . Seorang warga
Jakarta yang peduli pendidikan Islam di dusun Baran.
Pada perkembangan berikutnya atas masukan dari para kyai dan tokoh-tokoh
masyarakat untuk mendirikan pondok pesantren yang didalamnya ada
pendidikan formalnya, maka pada tahun 1999 dari lembaga ini membuat tim
perumus dan pendiri pondok pesantren sekaligus yayasan yang akan
menaunginya lembaga yang akan didirikan itu, akhirnya disepakati nama
pondoknya adalah Pondok Pesantren Modern Bina Insani yang berada di
bawah Yayasan Pendidikan Islam Haji Ahmad Tamin Said. Yayasan ini resmi
berdiri dan didaftarkan di akte notaris Hendrati Prasetyosiwi, S.H. pada
43
tanggal 12 Juni 1999 . Haji Ahmad Tamin Said (eyang dari Ibu Dra Hj. Siti
Nuriani, M.Ag) adalah seorang warga Jakarta yang menyumbangkan
hartanya untuk pendirian pondok ini. Nama Bina Insani dipilih untuk menjadi
nama pondok dan sekolahan, kata Bina menurut kamus besar Bahasa
Indonesia artinya membina, membangun, sedangkan Insani artinya
kemanusiaan, bersifat atau menyangkut manusia, manusiawi. Pondok
pesantren Modern didirikan bertujuan untuk membangun dan mencetak insan
seutuhnya, calon ilmuwan, dan ulama` kepesantrenan, ketrampilan serta
penanaman akhlak islami, memadukan sistem pendidikan tradisional dan
modern dengan spesialisasi yang jelas dan terarah.
Untuk merealisasikan pesantren berupa memadukan sistem
pendidikan Islam tradisional dan modern, dengan spesialisasi yang jelas dan
terarah, disesuaikan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat Islam di
masa kini dan masa mendatang, memadukan ilmu akherat dan dunia
sekaligus dengan porsi yang sama. Secara umum pengajaran pondok
pesantren Bina Insani dibagi menjadi dua, paker sekolah dan paket umum
dalam aplikasinya merupakan perpaduan dari keduanya. Seluruh paket
tersebut disampaikan dengan sistem klasikal berjenjang, artinya paket
pesantren diikuti oleh semua santri dibagi berdasakan kelas-kelas.
Pendidikan yang diselenggarakan oleh pondok pesantren modern
Bina Insani adalah SMP Islam Bina Insani yang didirikan pada tahun
44
pelajaran 1999/2000 dan SMA Islam Plus Bina Insani didirikan pada tahun
pelajaran 2002/2003. Siswa baik SMP dan SMA Islam Bina Insani berasal
dari masyarakat di lingkungan Ketapang Kecamatan Susukan (Dokumen,
dikutip 20 Mei 2014).
Perpaduan yang sinergik dan harmonis antara kurikulum Pondok
Pesantren Modern Bina Insani dan Kurikulum Diknas yang diharapkan
mampu melahirkan ulama yang berkognitif bereaktif, berpsikomotorik, ideal,
berbudaya, berperadaban, konsisten terhadap Aqidah dan Syariat Islam, serta
Panca Jiwa Pondok.
2. Visi, misi dan tujuan pondok pesantren modern Bina Insani
a. Visi
Terwujudnya manusia yang shaleh-shalehah, berprestasi, mandiri, dan
berwawasan lingkungan.
b. Misi
1) Memantapkan siswa dalam keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan kuajiban membiasakan menjalankan ajaran islam
dalam kehidupan sekolah dan pondok pesantren;
2) Mengembangkan sumber daya manusia yang handal, relegius (tafaquh
fi al-din), mencakup semua aspek kecerdasan;
3) Meningkatkan pelayanan maksimal pada kegiatan pembelajaran dan
pengembangan diri;
45
4) Meningkatkan profesionalisme guru untuk menciptakan budaya mutu
secara inovatif, dan kreatif;
5) Menerapkan kedisiplinan dalam semua aspek kepada seluruh warga
sekolah;
6) Meningkatkan penerapan sikap dan perilaku yang berkarakter
berbudaya pesantren kepada seluruh warga sekolah;
7) Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat guna melestarikan
sekolah sehat;
8) Menjalin kerjasama stake holder untuk mendapatkan dukungan
terhadap program sekolah;
9) Menciptakan lingkungan yang nyaman dan menyenangkan sebagai
wahana bersosialisasi warga sekolah dengan masyarakat sekitar.
Tujuan :
1) Menghasilkan generasi yang beriman, bertaqwa dan berakhlaqul
karimah.
2) Menggali Potensi dan meningkatkan kemampuan santri sesuai dengan
perkembangan IPTEK
3) Mewujudkan efisiensi dan efektifitas proses belajar mengajar (PBM)
dalam rangka mencapai prestasi akademis yang optimal
4) Meningkatkan sarana dan prasarana representative
Motto :
46
1) Berbudi Tinggi
2) Berbadan Sehat
3) Berpengetahuan Luas
4) Berpikiran Bebas
3. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Bina Insani Desa Ketapang
Susukan Semarang
Pembelajaran di pondok pesantren Bina Insani Ketapang baik di
SMP maupun di SMA di dukung dengan sarana dan prasrana yang memadai,
diantara yang termasuk sarana prasarana ialah :
a. Inventarisasi sarana prasarana
1) Peralatan kantor, kelas
2) Alat-alat, bahan lab, buku-buku
3) Perpustakaan
b. Pengadaan barang inventaris
1) Pemeliharaan gedung, rehab
2) Inventaris
3) Pendayagunaan sarana dan prasarana
Tersedianya sarana dan prasarana tersebut di atas dapat dijadikan
sebagai alat pembelajaran yang disesuaikan dengan materi pelajaran. Mulai
dari peralatan kantor, peralatan kelas, alat-alat, bahan lab, buku-buku dan
tersedianya perpustakaan dan lain dapat dijadikan sebagai sarana
47
pembelajaran. Baik lembaga pendidikan SMP Islam Bina Insani dan SMA
Islam Plus Bina Insani yang menjadi satu atap dalam yayasan menggunakan
fasilitas sarana dan prasarana yang ada secara maksimal.
Proses pembelajaran masyarakat Susukan dalam menggunakan
sarana dan prasarana dilakukan secara maksimal dan seadanya. Artinya
keberadaan sarana yang sangat terbatas dapat digunakan secara maksimal,
yang penting pembelajaran pendidikan agama Islam dapat dilaksanakan dan
tidak membebani biaya yang telalu mahal mengingat tingkat ekonomi
masyarakat yang berbeda-beda.
4. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Bina Insani Ketapang
SusukanSemarang
Struktur organisasi pondok pesantren modern Bina Insani Ketapang
Susukan Semarang dapat disampaikan sebagai berikut :
48
STRUKTUR ORGANISASI
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM HAJI AHMAD TAMIN SAID
PONDOK PESANTREN MODERN BINA INSANI SUSUKAN
1 Pimpinan/pengasuh Pondok Pesantren
- Ketua Yayasan K.H. Dr Zuhroni, M.A.
- Pengasuh Pondok K. Muhsoni
- Pengawas Pondok Dra.Hj. Siti Nur Riani, M.Ag.
- Penasehat Pondok Basyari
2 Kepala Biro Pendidikan : Muhammad Munzaini, S.Ag.M.Pd.I
3 Kepala Biro Keuangan : Siti Maesaroh, A.Md.E.I
4 Kepala Biro Administrasi dan Tata
Usaha
: Afis Sunani, A.P
5 Kepala Biro Kerjasama Kelembagaan : Drs Mustofa
6 Kepala Biro Bidang Usaha : Musyafa` S.Pd.
7 Tenaga Pendidik : Asatid = 14 Asatidah = 9
8 Tenaga Kependidikan : 57
49
STRUKTUR MANAGEMEN SEKOLAH
PONDOK PESANTREN MODERN
SMP-SMA ISLAM PLUS BINA INSANI SUSUKAN
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Ketua Yayasan : DR. K.H. Zuhroni, M.A
Kepala Sekolah : Muhammad Munzaini, S.Ag.M.Pd.I
Pengasuh pondok : K. Muhsoni
Komite : Basyari
Wakil Kepala Sekolah SMP : Maskunah, S.Pd.I
Waka Kurikulum SMA : Hj. Siti Taqwimah, S.Pd
Waka Kesiswaan SMA : Asriningrum, S.P
Waka Humas : Muflihah,S.T
Waka Sarpras : Suroto,S.Pd
Urusan Kurikulum SMP : Muntafiatun, S.Ag
Urusan Kesiswaan SMA : Hj. Kastijah, Dra
Bendahara Sekolah : Siti Maesaroh, A.Md.E.I
Ka. Perpus : Said Mubarok
Ka. Lab. IPA : Samsul Ma'arif
Ka. Lab. TIK : Heru Kurnianto
Ka. TU : Afis Sunani,A.P
50
Ka. Dapur : Sumarti
Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan seluruh anggota organisasi pondok
pesantren Bina Insani saling mendukung dan melengkapi yang disesuaikan dengan
jabatan yang sedang di emban mulai dari ketua yayasan ke bawah sampai pada
murid. Keaktifan dan kerjasama yang baik dalam organisasi pondok pesantren Bina
Insani merupakan salah satu langkah awal di dalam menghantarkan pada pencapaian
tujuan.
Setelah melakukan penelitian secara langsung ke pondok pesantren modern
Bina Insani kemudian Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten
Semarang, selanjutnya disampaikan hasilnya sebagai berikut ;
5. Kondisi Geografis Wilayah Dusun Baran Desa Ketapang.
Dusun Baran termasuk salah satu wilayah Desa Ketapang Kec.
Susukan Kab. Semarang. Dusun Baran Desa Ketapang dibagi menjadi 1 RW
dan 4 RT.
a. Geografis
1) Luas dan batas wilayah
Luas wilayah Dusun Baran Desa Ketapang = 25,9 Ha terdiri dari :
a) Tanah Kering 16,5 Ha
TEMPAT LUAS
Tegalan 1 Ha
Pekarangan dan pemukiman 15 Ha
51
Lainya (termasuk saluran, kuburan,
jalan, dll)
0,5 Ha
Tabel
b) Tanah Sawah 9,4 Ha
Tempat Luas
Tanah sawah irigasi teknis 7,4 Ha
Tanah sawah irigasi ½ teknis 1 Ha
Tanah sawah irigasi sederhana
dan tadah hujan
1 Ha
Tabel
2) Batas wilayah :
Sebelah Utara : Dusun Ketapang;
Sebelah Selatan : Dusun Kwangsan dan Dusun Sarimulyo ;
Sebelah Barat : Dusun Kwangsan dan Dusun Ketapang ;
Sebelah Timur : Dusun Sarimulyo dan Dusun Ketapang.
3) Ketinggian tanah dari permukaan air laut : 622 M.
4) Banyaknya curah hujan : 16,11.
5) Topografi : dataran bergelombang.
6) Suhu udara rata-rata : 28 – 30 C.
7) Orbitasi/jarak Pemerintahan Desa
a) Jarak dari Pemerintah Kecamatan : 1 Km.
52
b) Jarak dari Pemerintah Kabupaten : 46 Km.
b. Demografi
1) Jumlah penduduk Desa Ketapang : 696 orang.
Jumlah Penduduk Laki-laki : 393 orang.
Jumlah Penduduk Perempuan : 303 orang.
Jumlah Kepala Keluarga (KK) : 158.
2) Jumlah kelahiran, Kematian, Datang, dan Pindah s.d Desember 2013
:
a) Kelahiran : Laki-laki = 8 orang Perempuan =
4 orang
b) Kematian : Laki-laki = 5 orang Perempuan =
3 orang
c) Datang : Laki-laki = 7 orang Perempuan =
5 orang
d) Pindah : Laki-laki = 3 orang Perempuan =
2 orang
3) Jumlah Penduduk menurut Agama :
Islam : 696 orang.
4) Jumlah Penduduk menurut profesi/mata pencaharian ;
a) Petani : 72
b) Buruh Tani : 131
53
c) Buruh Bangunan : 81
d) Pedagang : 56
e) Buruh Angkutan : 19
f) PNS/ABRI/POLRI : 18
g) Buruh Industri : 67
h) Pengusaha/Swasta : 8
i) Pensiunan : 13
j) Lain-lain : 97
5) Pendidikan :
a) Tamat SD = 101 orang
b) Tamat SLTP = 134 orang
c) Tamat SLTA = 98 orang
d) Tamat Sarjana = 34 orang
e) PT/Akademi = -
c. Perangkat Dusun Baran Desa Ketapang
Berikut Perangkat Dusun Baran Desa Ketapang :
1) Plt Kepala Dusun Baran : KUH HADIANTO.
2) Ketua RW : H. SUNARTO.
3) Ketua RT 1 : SYAMSUDDIN.
4) Ketua RT 2 : MAESUR.
5) Ketua RT 3 : H. YAHMIN.
54
6) Ketua RT 4 : IHWANI.
d. Kesehatan Masyarakat
1) Kepemilikan Jamban : KK yang mempunyai jamban 36 KK
KK yang belum mempunyai jamban 122 KK
Pengguna MCK - KK
2) Tingkat Kesejahteraan : Jumlah keluarga 158 KK
Keluarga PraSejahtera 82 KK
Keluarga Sejahtera 1 51 KK
Keluarga Sejahtera 2 13 KK
Keluarga Sejahtera 3 8 KK
Keluarga Sejahtera 3 plus 4 KK
3) Cakupan pemenuhan kebutuhan hidup:
Total KK mendapat air bersih 158 KK
a) Pengguna sumur gali 112 KK
b) Pengguna mata air 8 KK
c) Pengguna PDAM 38 KK (Dokumen, dikutip 5 agustus 2014)
Penghasilan terbesar masyarakat Baran adalah tani, baik tani
garap tanah sendiri maupun tani buruh. Dari beberapa penghasilan
masyarakat baran yang penting dapat dijadikan sebagai sarana untuk
beribadah. Karena masyarakat masyoritas sebagai petani, maka untuk
55
menjalankan ibadah dapat di lihat pada sore hari atau malam hari di
tempat-tempat ibadah, baik di mushola maupun di masjid.
Tingkat kemasyarakatan di dusun Baran Ketapang Kecamatan
Susukan cukup baik terutama dalam kegiatan gotong royong masyarakat
yang bersifat umum maupun pribadi yang dinilai perlu adanya gotong
royong dengan cepat dan tanggap masyarakat berduyun-duyun untuk
saling membantu.
Masyarakat dusun Baran Ketapang Kecamatan Susukan
merupakan masyarakat yang agamis, hal ini terbukti adanya berbagai
macam kegiatan masyarakat baik mulai dari orang tua yang giat dalam
kegiatan majelis-majelis taklim, sedangkan yang remaja dan anak-anak
tergabung dalam kegiatan keagamaan pada sore hari, sepertinya
melakukan kegiatan di TPA dengan pembagian tugas remaja yang
sudah dipandang cukup menguasai baca Al Qur’an dijadikan sebagai
ustadz/ustadzah. Kegiatan keagamaan remaja juga dipengaruhi oleh
dukungan dari orang tua dan masyarakat yang dapat dibuktikan dengan
adanya donatur setiap bulan untuk membantu pada ustadz/ustadzah
walaupun tidak begitu besar tetapi rutin anak-anak dan remaja aktif
dalam kegiatan keagamaan.
Keberadaan masyarakat Baran merupakan salah satu potret
masyarakat yang taat dan tekun beribadah. Selain itu juga bagi
56
masyarakat yang memiliki anak usia sekolah, dengan kesadaran yang
tinggi anak dititipkan di lembaga-lembaga pendidikan sesuai dengan
jenjang pendidikan anak yang diutamakan di lembaga pendidikan yang
pelajaran agamanya lebih banyak misalnya di SMP Islam Bina Insani
dan SMA Islam plus Bina Insani.
B. Paparan Temuan Penelitian
Informan penelitian yang kami dapatkan diantaranya, masyarakat sekitar
Bapak Basyari, Bu Warti, Habib, Mutmainnah. Ketua RT 4 bpk. Ihwani, ketua
RW Pak Narto, Untung Sutrusno, S.Pd.SD kepala sekolah Pondok Pesantren
Bina Insani bapak Muhammad Munzaini, S.Ag.Mpd.I, dan Pengasuh Pondok
Pesantren Bina Insani Muhsoni dan warga sekitar pondok pesantren.
1. Pondok Pesantren dalam ruang lingkup keberagamaan dengan
masyarakat Dusun Baran
Adapun Pola perubahan keberagamaan yang ada didalam masyarakat
Dusun Baran yaitu adanya sebuah jalinan silaturahim guna memperkuat
uhkuwah Islamiyah yang kuat diantara masyarakat dan pihak pesantren. Hal
ini sesuai wawancara peneliti dengan Bapak Muhammad munzaini,
S.Ag.M.PdI yang mengatakan :
“Hubungan pondok pesantren terhadap masyarakat dibagi menjadi
2 yaitu : Formal dan non formal, adapun formal yaitu hubungan-
hubungan masyarakat jika adanya kegiatan-kegiatan tertentu.
Sedangkan non formal yaitu menyatu dalam berbagai kegiatan”.
57
Dari keterangan bapak Muhammad Munzaini S.Ag.M.PdI diatas dapat
disimpulkan bahwa kumpul-kumpul dalam suatu acara yang membahas
tentang kebaikan dan bertujuan membangun kerohanian merupakan
keutamaan dari majlis dzikir. Sebagaiman firman Allah SWT dalam surat Al-
Kahfi ayat 28 yang berbunyi :
Artinya: Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang
menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharapkan
keridaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari
mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini,
dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami
lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan
adalah keadaannya itu melewati batas. (al-Kahfi: 28).
Hal ini terlihat ketika pihak pondok pesantren mengadakan sebuah
kegiatan khotmil quran setiap akhir tahun pembelajaran. Khotmil quran
diadakan pada akhir tahun dikarenakan pondok pesantren modern Bina Insani
merupakan pondok pesantren yang didalamnya terdapat lembaga formal SMP
dan SMA Bina Insani.
Selain itu hubungan pondok pesantren dan masyarakat bersifat take
and give yang mana bisa diartikan sebagai hubungan yang saling
menguntungkan, serta merupakan hal tolong menolong dalam hal kebaikan.
58
Hal ini merupakan interaksi yang berdasarkan Al-Quran dalam surat al-
Maidah ayat 2 yang berbunyi:
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-
syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan
haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan
binatang-binatang qalaa-i, dan jangan (pula) mengganggu orang-
orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia
dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah
menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan
janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena
mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam,
mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya
Allah Amat berat siksa-Nya.
Dikarenakan santri sendiri juga belajar dalam lingkup masyarakat,
oleh karena itu santri juga harus bisa mengabdikan diri ke dalam masyarakat
sekarang dimana santri tersebut belajar dan masyarakat yang nantinya akan
ikut langsung dan berproses (daerah asal). Yaitu santri belajar dalam artian
luas.
Hal ini dapat dilihat ketika ada beberapa santri yang tidak mengikuti
kegiatan keberagamaan dan keluar dari lingkungan pondok pesantren,
59
kemudian masyarakat tersebut memberikan teguran kepada beberapa santri
tadi dengan sopan santun. Kejadian ini terjadi di rumah warga (bapak
Ikhwani) yang mengatakan :
“ Kang kono do podo ngaji ndisek nko ndak didukani pak kyai”.
Dan ketika penulis sedang membeli rokok di warung Ibu Mutmainnah,
secara tidak sengaja penulis mendengarkan sebuah teguran dari ibu
Mutmainnah yang ditujukkan kepada beberapa santri yang sedang ngiras
(belanja diwarung dan memakan barang belanjaanya di warung tersebut).
Dikarenakan ngiras itu dilarang oleh peraturan pondok pesantren Ibu
Mutmainnah pun menegur kepada beberapa santri tadi “ eh...kok pada makan
di sini gmana ini? Beli makan kok dimakan disini! Sana pulang dsn dibawa
keasrama saja biar tidak kena hukuman dari pengurus pondok”.
Kejadian di atas menunjukkan bahwa masyarakat yang mempunyai
warung juga bekerja sama dengan pihak pondok pesantren, demi adanya
hubungan yang baik dan tidak adanya prasangka yang buruk baik dari pihak
pondok terhadap pemilik warung dengan pihak pondok pesantren.
Selain itu dari pihak pondok pesantren juga meminta ijin kepada
warga yang mempunyai warung disekitar pondok pesantren, apabila dari
pihak pengurus mau melakukan daur (mengontrol keliling) terhadap santri
yang keluar dari pondok pesantren tanpa ijin. Hal itu peneliti temukan ketika
peneliti sedang silaturrahim kesalah satu guru pesantren yang mempunyai
60
kelebihan di dalam memecahkan masalah, terutama masalah santri yang
berhubungan dengan warga sekitar Pondok Pesantren Modern Bina Insani
yaitu Bapak K. Muhammad Mujib, S.PdI. Disamping beliau ahli dalam
memecahkan masalah beliau juga merupakan sosok masyarakat yang sering
dimintai tolong mengenai pengobatan.
Ketika itu pengurus bagia keamanan pondok pesantren (Ust. Rahmani)
bertanya kepada Bapak K. Muhammad Mujib, S.PdI. Ust.Rohmani : Maaf pak
mengganggu waktu bapak, mau minta saran pak mengenai daur (mengontrol
keliling) santri di rumah ataupun warung-warung sekitar pondok pesantren
pak? Bapak K. Muhammad Mujib, S.PdI menjawab:
“Gini ya kang umpama dirimu mau mengontrol santri yang berada
dirumah ataupun warung masyarakat, alangkah baiknya dirimu minta
ijin sama pemilik rumah ataupun warung tersebut. Biar tidak ada
kesalah fahaman diantara pihak pondok dan masyarakat yang
bersangkutan, terus dirimu kan juga nyaman ketika kamunya sudah
ijin dengan sopan santun dan pastinya pihak masyarakat pun akan
dengan senang hati menerima serta mempersilahkan kamu untuk
mengontrol santri”.
Dari realita percakapan di atas pihak pondok pesantren pun juga
mengajarkan kepada santri agar mempunyai sopan santun, guna menjalin
hubungan dan mempererat tali silaturrahim.
Melihat kronologi di atas masyarakat dan pihak pondok pesantren
sama-sama mengamalkan dan melakukan kerjasama yang baik. Sama-sama
mendukung terciptanya kebaikan dan mencegah kemungkaran. Sebagaimana
disebutkan dalam al-quran surat Ali Imron ayat 110:
61
Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; diantara mereka
aaa yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
fasik. (QS. Ali Imron ayat 110)
Dari keterangan al-quran di atas sesuai dengan hasil
wawancara peneliti dengan (Bapak Kyai Muhsoni) pengasuh pondok
pesantren modern Bina Insani sebagai berikut :
“Hubungan pondok pesantren dengan masyarakat alhamdulillah baik,
sebagaimana masyarakat mau menerima keberadaan pondok pesantren
ini dengan ramah dan penuh dengan tanggung jawab. Baik itu dari pihak
pondok maupun pihak masyarakat yang ikut serta menjaga dan
memelihara khasanah keislaman”.
Setelah penulis wawancara dengan Bapak Kyai Muhsoni, penulis
meluangkan waktunya untuk menggali data dari bapak Basyari yang
merupakan kakak tertua dari bapak kyai Muhsoni yang berjumlah lima
saudara dan termasuk warga Dusun Baran disekitar Pondok Pesantren Modern
Bina Insani.
Beliau mengatakan :
“Dalam hal sosialisasi masyarakat dengan pondok pesantren sangatlah
baik karena keberadaan pondok yang ada di lingkungan masyarakat
62
baran sini. Alhamdulillah santri, maupun guru sangat erat hubunganya
dengan orang-orang yang ada di sekitar pondok”.
Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya usaha baik
dari masyarakat ataupun pihak pondok pesantren untuk menjalin kerukunan
sesama warga masyarakat.
Dalam rangka mengembangkan keberagamaan masyarakat pondok
pesantren juga mendirikan Taman Pendidikan Quran (TPQ) guna
meningkatkan ubudiyah masyarakat. Hal ini penulis dapatkan dari keterangan
wawancara dengan masyarakat yang ikut mengelola TPQ yang terletak
disamping balai Desa Ketapang tersebut. Yaitu Ibu Wahyu Ningsih, S.PdI
beliau merupakan anak pertama dari Bapak Nasiri adik dari Bapak Basyari.
Beliau mengatakan :
“ Pondok pesantren modern Bina Insani mendirikan TPQ, yang mana
TPQ tersebut dikhususkan kepada masyarakat”.
Hal ini merupakan suatu tindakan yang mulia serta memberikan
pendidikan kepada masyarakat sejak dini, guna mencetak masyarakat yang
beriman dan menumbuhkan rasa bangga tersendiri terhadap masyarakat.
Terbukti dengan adanya jumlah peseta didik di TPQ tersebut berjumlah 97
anak. Disamping jumlah peserta didik yang mencakup 97 anak TPQ tersebut
dibagi menjadi II kelas yaitu TPQ I dan TPQ II.
Mengenai TPQ Ibu Wahyu Ningsih juga mengatakan bahwa:
“ TPQ I sini berpeserta didik mulai usia taman kanak (TK) ke bawah,
adapun untuk TPQ II diisi oleh peserta didik usia sekolah dasar (SD)”.
63
Selain itu dalam rangka peran pondok pesantren modern Bina Insani
terhadap keberagamaan hal ini terlihat dalam beberapa acara, seperti acara
akhirussanah khotmil quran dan khotmil kutub. Adapun khotmil quran
diadakan setiap satu tahun sekali tiap akhir tahun pembelajaran, sedangkan
khotmul kutub dilaksanakan pada malam 23 Ramadhan tiap tahun.
Dalam acara-acara yang disebutkan diatas pihak pondok pesantren
selalu mengundang masyarakat setempat guna menghadiri acara-acara
tersebut. Sehingga masyarakat senang dan bisa menambah khasanah
keberagamaan mereka terutama dalam hal ubudiyah, mu’ammalah, aqidah
dan akhlaq untuk bekal dalam mereka menjalankan keberagamaan mereka
dalam keseharian.
Hal ini sesuai dengan wawancara peneliti ketika soan (berkunjung)
kerumah Bapak K. Muhsoni, beliau mengatakan:
“ Kami selalu bekerjasama dengan masyarakat dalam acara-acara
keagamaan, adakalanya kami mendatangkan mubaligh (penceramah)
yang terkenal guna siar terhadap masyarakat sekitar, kami juga terlibat
dalam struktur kepengurusan masjid dan dengan adanya TPQ tersebut
kami juga memasukkan dewan asastidz dan asatidzah dari masyarakat
baik itu untuk guru pesantren maupun guru di TPQ tersebut. Serta yang
tidak kami lupakan kami juga mengadakan pembinaan-pembinaan untuk
dewan astidz atau asatidzah dari luar pondok (masyarakat)”.
Hal ini merupakan program pembekalan para guru TPQ baik dari
pondok maupun masyarakat yang kami kumpulkan setiap bulannya guna
evaluasi pembelajaran dan peningkatan mutu pembelajaran yang ada di TPQ.
64
Pihak pondok tidak akan lepas dari meramaikan masjid, seperti yang
mana halnya membuat jadwal santri untuk mengumandangkan adzan
(panggilan sholat), menjaga kebersihan masjid, membuat jadwal ibadah
sholat, dan mendokumentasikan struktur kepengurusan masjid. Yang mana
program-progam itu dilakukan untuk menjalin hubungan serta membuat
antusias masyarakat lebih tinggi dalam menjalankan ibadah. dan masyarakat.
Dan tidak sampai disitu saja penulis menggali data berupa wawancara,
penulis mengunjungi kediaman Bapak Habib yang berada disekitar pondok
pesantren. Setelah berbasa-basi ngobrol kemudian penulis menanyakan
kepada Bapak Habib mengenai peran pondok pesantren Bina Insani terhadap
keberagamaan. Beliau menjawab:
“ ada mas...kayak rutinan mujahadah pada malam mingguan di masjid
mas, itu sebenarnya dibuka lebar bagi masyarakat untuk mengikutinya
akan tetapi baru beberapa warga saja yang ikut serta dalam acara
tersebut. Selain itu mas setelah adanya pondok pesantren ini antusias
masyarakat untuk mengikuti sholat berjama’ah juga meningkat”.
Mendengar keterangan dari Bapak Habib selaku warga masyarakat
sekitar penulis merasa senang karena adanya peningkatan ubudiyah, akhlaq
dan aqidah. Serta hampir sama dengan apa yang dikemukakan oleh Zakiah
Daradjat, beliau mengatakan bahwa agama adalah yang dirasakan dengan hati,
pikiran dan dilaksanakan tindakan serta membentuk dalam sikap dan cara
menghadapi hudup pada umumnya. (Zakiah Daradjat, 1993 : 127).
65
Kemudian pada malam hari penulis bermain kesalah satu kamar
pengurus pondok pesantren dan bertemu dengan salah satu alumni yang mana
dia merupakan warga masyrakat sekitar yaitu Kang Untung Sutrisno, S.Pd.
SD waktu ngobrol-ngobral sama beliau penulis mengobrolkan masalah peran
pondok peantren terhadap keberagamaan masyarakat. Kang Untung Sutrisno,
S.Pd.SD. memberikan paparannya:
“ yaitu mengenai kegiatan tahunan masyarakat yaitu dalam rangka
peringatan hari besar Islam (PHBI) seperti mauludan, isro’mi’roj, hari
raya idul fitri dan hari raya kurban tiap tahun itu masyarakat tidak bisa
sendiri. Akan tetapi masyarakat pun melibatkan pihak pondok
pesantren, baik dari penyiapan acara, pembentukan panitia sholat idul
fitri, penyembelihan hewan qurban dan penentuan penceramah dan lain-
lain”.
Dari beberapa kegiatan di atas jelas bahwa masyarakat ikut terlibat
dalam acara-acara ataupun kegiatan-kegiatan masyarakat, baik sebagai tempat
pembentukan panitia, tempat penyembelihan hewan kurban, pembagian
daging kurban. Kegiatan-kegiatan diatas berdasarkan wawancara penulis
dengan Bapak Muhammad Munzaini, S. Ag,. M. PdI yang mengatakan:
“ ya...kami selalu terlibat dalam acara-acara ataupun kegiatan
masyarakat, baik kegiatan yang bersifat tahunan ataupun bulanan”.
Disamping dari keterangan hasil wawancara di atas penulis juga pernah
menyaksikan sendiri kegiatan-kegiatan di atas. Dikarenakan penulis sendiri
pernah menuntut ilmu di pondok pesantren modern Bina Insani kurang lebih
selama 7 tahun.
66
Setelah penulis menguraikan dan melakukan penggalian data baik
berupa wawancara ataupun menemukan serta ikut terlibat didalam peran
pondok pesantren modern Bina Insani terhadap keberagamaan, selanjutya
penulis mencoba menggai data tentang peran pondok pesantren moden Bina
Insani terhadap kesejahteraan masyarakat disekitar pondok pesantren tersebut.
2. Pondok Pesantren dalam ruang lingkup kesejahteraan dengan
masyarakat Dusun Baran
Adapun pola perubahan kesejahteraan yang terjadi di masyarakat
Dusun Baran dan disekitar pondok pesantren modern Bina Insani peneliti
temukan ketika wawacara dengan Bapak Muhammad Munzaini, S. Ag,.M
.Pd.I beliau mengatakan :
“ dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat kami juga mempunyai
industri kecil seperti pembuatan krupuk, kencok, kripik dan makanan
ringan lainnya. Yang mana didalam industri kecil itu kami melibatkan
masyarakat sebagai pekerja (karyawan) selain itu makanan-makanan
dan bahan pokok yang dikelola oleh pondok berasal dari masyarakat
sekitar.kami juga bekerja sama dengan masyarakat dalam pengadaan
kebutuhan pondok pesantren”.
Dari keterangan yang penulis dapatkan penulis kembali menelusuri
tentang pembuatan krupuk, kencok, kripik dan makanan ringan. Penulis
langsung menuju ke tempat pembuatan industry kecil yang terletak tidak jauh
dari pondok pesantren tersebut, lalu mendokumentasikan hasil dari industri
kecil pondok pesantren. Tidak lupa penulis pun mewawancarai karyawan
67
yang ada didalam industry kecil, yaitu Ibu Darmiyati, Ibu Sri Wahyuni dan
Ibu fitri. Mereka mengatakan:
“ya…Alhamdulillah mas walaupun sedikit hasilnya akan tetapi cukup
untuk memenuhi sebagian kebutuhan dan keperluan kita mas, bisa
buat jajan anak, bisa buat beli pulsa, selain itu dengan adanya industry
kecil ini kita jadi punya uang tambahan dan pekerjaan sampingan
mas.”
Hal di atas merupakan sebuah hubungan peran pondok pesantren
dalam kesejahteraan yang melibatkan masyarakat. Hal ini sesuai yang
dikatakan oleh Ahmad Amrullah : Bahwa perkembangan masyarakat Islam
adalah system tindakan nyata yang menawarkan alternative model pemecahan
masalah ummah dalam bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan dalam
perspektif Islam. (Amrullah Ahmad 1999 : 9)
Kemudian peneliti melanjutkan perjalanannya dalam menggali data
mengenai peran pondok pesantren terhadap kesejahteraan masyarakat, siang
itu peneliti menemukan sebuah gambaran nyata dengan adanya beberapa
tukang bangunan yang sedang mengerjakan bangunan di dalam area pondok
pesantren. Sambil melihat-lihat apa yang mereka kerjakan penulis mencoba
bertanya kepada salah satu tenaga kerja bangunan tersebut, yaitu Bapak Nasiri
yang mana beliau merupakan salah satu tenaga pembangunan yang paling
lama kerja.
Penulis bertanya kepada Bapak Nasiri, pak kira-kira ada berapa ya
jumlah tenaga bangunan yang kerja disini? Beliau menjawab :
68
“Ya… banyak mas antara lain Bapak Sutarno, Bapak Budi Utomo,
Bapak Muntasir, Bapak Sinwani, Bapak Ali Mutohar, Bapak Asrori,
Bapak Saidun, Bapak Agus, Bapak Arif, Bapak Catur Anugra, Bapak
Muhammad Dawam, Bapak Sholikin, dan Bapak Wahyudana.
Semuanya adalah warga sekitar pondok pesantren mas”.
Kemudian penulis berpamitan dengan Bapak Nasiri dsn mengucapkan
terimakasih. Setelah itu penulispun tidak lupa untuk mendokumentasikan
gambar-gambar yang bersangkutan dengan pembangunan dan para tenaga
kerja bangunan di pondok pesantren.
Hal diatas merupakan pemandangan yang luar biasa dan realita sekali
dikarenakan dengan adanya banyak tenaga kerja dari warga sekitar pastinya
akan banyak mengurangi pengangguran dan ikut serta mensejahterakan
masyarakat sekitar pondok pesantren. Sebagai mana yang tertera didalam UU
No. 6 Tahun 1974 tentang Pokok Kesejahteraan Sosial juga dirumuskan
definisi Kesejahteraan Sosial yaitu: “Kesejahteraan sosial adalah suatu tata
kehidupan dan penghidupan sosial materiil maupun spirituil yang diliputi oleh
rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin, yang
memungkinkan bagi setiap warganegara untuk mengadakan usaha pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan jasmani, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi
diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta
kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila.”
Realita wawancara penulis dengan Bapak Nasiri selaku tenaga kerja
pun sesuai dengan wawancara penulis dengan Bapak K. Muhsoni selaku
69
pengasuh pondok pesantren mengenai peran Pondok Pesantren Modern Bina
Insani terhadap kesejahteraan masyarakat disekitar pondok pesantren. Beliau
mengatakan :
“Di pondok pesantren terdapat koprasi yang mana kami
mempersilahkan kepada masyarakat untuk menitipkan barang
dagangan yang dijual.Selain itu kami juga selalu mengambil tenaga
kerja atau karyawan baik diformal ataupun nonformal dari masyarakat.
Contohnya : tenaga bangunan, tenaga memasak makanan untuk santri,
penjaga kebun, dan lain-lain”.
Dari hasil wawancara dengan Bapak K. Muhsoni di atas penulis
menelusuri tenaga masak makanan untuk santri, penjaga kebun, dan pengelola
kolam lele milik Pondok Pesantren Modern Bina Insani. Diwaktu siang
menjelang sore ketika para tenaga kerja bangunan sedang sibuknya bekerja
penulis menuju area bawah perikanan, di sana penulis bertemu dengan Kang
Ahmad Rifa’I dan Bapak Muakhiri keduanya merupakan warga yang bertugas
untuk mengurusi kolam. Dengan berbasa-basi penulis menanyakan kabar
mereka dan mengutarakan maksud kedatangannya yaitu mau wawancara dan
menggali data mengenai mereka dan kolam lele, akan tetapi Bapak Muakhiri
yang selaku bagian mengurusi lele beliau juga sebagai penjaga kebun. Ketika
itu mereka sedang memperbaiki mesin diesel yang digunakan untuk mengairi
kolam lele.
Giman pak untuk masalah gaji anda yang diberikan oleh pihak pondok
pesantren kepada anda? Mereka pun menjawab :
“Alhamdulillah bos bisa untuk tambah-tambahan keperluan keseharian
kami. Ya…walaupun harus mngurusi kolam lele dan kebersihan di
pondok sini bos”.
70
La untuk temen-temen bapak siapa saja pak yang ikut menjadi tenaga
kebun ataupun kebersihan? Bapak Muakhiri mejawab:
“Ada Bapak Slamet, Bapak Muslih, Bapak Suhadi, sama Ibu Yuni.
Kerjanya kami tiap pagi dan sore hari”.
Begitulah wawancara penulis dengan pengurus kolam lele dan penjaga
kebun. Selanjutnya dengan mencermati hasil wawancara penulis merasa
kurang, dan memikirkan tentang wawancara dengan pengasuh pondok
pesantren yang mengatakan tentang warga yang ikut serta memasakkan
makanan untuk santri. Penulispun segera meneruskan langkah menuju dapur
yang digunakan untuk tempat pengambilan makan santri.
Di dapur tersebut penulis bertemu dengan penjaga dapur yang
bernama Ibu Martina dan Ibu Mutammimah yang sedang asyik bersama
pengurus bagian dapur yang sedang melayani para santri untuk mengambil
makan. Dikarenakan penulis sudah akrab dengan mereka tanpa basa-basi
penulis mengutarakan maksud dari kedatangan penulis. Dengan senang hati
dan sambutan yang santun Ibu Martina memberikan keterangan mengenai
dapur pondokdan karyawan yang lainnya. Ibu martina mengatakan :
“Disini ada beberapa karyawan dapur mas diantaranya ialah : Ibu
Sumarti, Ibu Khomsatun, Ibu Siti Kholisoh, Ibu Karomah dan Ibu
Mutammimah. Kami bertugas memasakkan untuk para santri dan
melayani mereka ketika mengambil makan, ya kalau untuk masalah
gaji kami sangat bersyukur mas..dengan adanya daour ini dan kami
sbagai karyawan sangat terbantu dalam hal ekonomi kami bahkan
sekarang bisa menambah jumlah karyawan mas, yang dulunya hanya
berempat sekarang menjadi bertujuh mas. Kann lumayan mas ibu-ibu
yang menganggur bisa ikut serta mencari nafkah disini mas”.
71
Begitulah paparan dari Ibu Martina yang beliau sendiri termasuk dari
warga sekitar pondok pesantren yang anaknya juga berprofesi sebagai guru di
TPQ pondok pesantren yaitu Ibu Wahyu Ningsih, S.PdI.
Selain itu penulis juga menemukan tambahan dalam proses mengenai
karyawan yang ada di dapur pondok pesantren yaitu adanya tukang tersendiri
dalam msaalah pengadaan barang atau bahan makanan yang akan diolah oleh
tenaga dapur, yang mana pihak pesantren juga mempercayakan hal iti kepada
Bapk Basyari beliau juga termasuk warga masyarakat Baran yang menjadi
suami dari Ibu Sumarti yang mempunyai warung sekaligus karyawati dapur
pondok peantren. Hal ini penulis dapatkan ketika ngobrol dengan salah satu
alumni pondok pesantren yang bertempat tinggal disekitar pondok pesantren
yaitu Kang Untung Sutrisno, S.Pd. SD. Beliau mengatakan :
“ La itu suaminya Ibu Sumarti kan juga telibat dalam pengadaan
barang atau bahan makanan dapurkan, yang mengambil barang atau
barang dagangan dari pasar kemudian ditaruh di dapur pondok
pesantren”.
Ketika penulis merasa capek penulispun menuju kesalah satu warung
yang terdapat di sekitar pondok pesantren. Yaitu warung Ibu warti yang di
dalamnya juga terdapat tempat duduk untuk makan ataupun minum, setelah
penulis membeli makan dan minum penulis teringat akan adanya warung
disini apakah juga karena adanya pondok pesantren yang sekarang santrinya
bertambah banyak hampir mencapai seribu santri putra dan santri putri?
72
Setelah diangan-angan penulis teringat dengan sebuah tulisan tentang pola
dasar kesejahteraan sosial dari (Balatbangsos : 2003), bahwa hakikat
pembangunan kesejahteraan sosial adalah upaya peningkatan kualitas
kesejahteraan sosial perorangan, kelompok, dan komunitas masyarakat yang
memiliki harkat dan martabat, dimana setiap orang mampu mengambil peran
dan menjalankan fungsinya dalam kehidupan. (Balatbangsos : 2003) . dari hal
inilah kemudian penulis menanyakan tentang warung tersebut kepada Ibu
Warti selaku pemiliknya.
Beliau mengatakan :
“Ya…beginilah mas mumpung ada orang banyak dan saya sendiri
juga memerlukan uang guna mencukupi kebutuhan sehari-hari, saya
berfikir untuk mendirikan warung makan disekitar pondok mas.
Dikarenakan warung-warung sembako dan lainya sudah ada mas jadi
saya berfikir untuk mendirikan warung makan saja. Alhamdulillah
laris mas dan hasilnya bisa buat kebutuhan sehari-hari, sehingga
dengan adanya pondok pesantren ini saya sangat terbantu mas”.
Mengetahui dari paparan Ibu Warti tadi penulis segera mengambil
gambar guna dokumentasi penelitian serta membayar apa yang telah penulis
makan tadi. Seterusnya penulis melanjutkan untuk mengambil foto warung-
warung yang ada di sekitar pondok pesantren. Penulis berhasil
mendokumentasikan beberapa gambar yang warung di sekitar pondok dan
mewawancarai para pemilik toko, antara lain : Ibu Mutmainnah, Ibu Sumarti,
Bapak Habib. Kebanyakan dari para pemilik toko disekitar pondok pesantren
tersebut mengatakn hal yang sama. Ibu Mutmainnah mengatakan:
73
“ Alhamdulillah mas keluaga saya semakin terbantu dengan adanya
pondok pesantren ini, dikarenakan kami senang banyak santri yang
membeli barang dagangan kami mas. Sehingga kami sangat terbantu
dalam hal ekonomi dan dalm memenuhi kebutuhan sehari-hari serta
keuangan juga naik mas”.
Pengakuan dari Ibu Mutmainah dalam memandang peranan pondok
pesantren bina insani membawa dampak yang sangat signifikan. Perubahan
dan meningkatnya taraf ekonomi serta kebutuhan pokok sehari-hari dapat
terpenuhi dengan baik.
Islam memandang ekonomi tidak lepas dari empat ciri, yaitu
Rabbaniyyah (ke-Tuhan-an), Akhlak, Kemanusiaan, dan Wasathiyah
(keseimbangan). Ciri-ciri ini yang menyatukan kepentingan duniawi dan
uhkrawi, ketuhanan dan kemanusiaan, materi dan ruh. Ciri Rabbaniyah
terletak pada keterkaitan seluruh aktifitas produksi, konsumsi dan distribusi
semata-mata untuk menjalankan tugas sebagai khalifah di muka bumi,
membangun peradaban manusia dan memakmurkan bumi.
Ciri Rabbani ini meniscayakan beretika. Ciri etika terletak pada tidak
adanya pemisahan antara kegiatan ekonomi dan akhlak. Islam memandang
aktifitas ekonomi untuk kemaslahatan. Dilarang menipu, mempraktikkan riba
dan menzolimi kepada yang lain hanya untuk kepentingan pribadi.
Dalam al-qur’an disebutkan :
74
Artinya : orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila.. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama
dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba..
Bapak Habib mangatakan :
“Alhamdulillah mas keluaga saya semakin terbantu dengan adanya
pondok pesantren ini, dikarenakan kami senang banyak santri yang
membeli barang dagangan kami mas. Sehingga kami sangat terbantu
dalam hal ekonomi dan dalm memenuhi kebutuhan sehari-hari serta
keuangan juga naik mas”.
Ekonomi dalam pandangan Islam tidak hanya harta yang berupa
materi dan produksi yang bersifat fisik, tetapi juga harus dapat memenuhi
kebutuhan rohani. Karenanya, ekonomi tidak semata-mata soal kepentingan
profit, namun semestinya berakar dari etika dan nilai kemanusiaan menuju
kebahagiaan dunia dan akhirat (falah). Karakteristik ekonomi Islam terletak
pada kerangka moral dan etika.
Aturan yang dibentuk dalam ekonomi Islam merupakan aturan yang
bersumber pada kerangka konseptual masyarakat dalam hubungannya dengan
Tuhan, kehidupan dan tujuan akhir manusia setelah kematian. Ekonomi
75
menurut Islam adalah sarana untuk membangun ikatan kemanusiaan yang
saling membutuhkan dan sarana untuk mendekatkan diri kepada Sang Kuasa.
Dalam kaitannya dengan upaya pengembangan masyarakat dalam
bidang ekonomi, pesantren memiliki andil besar dalam menjembatani
kebutuhan masyarakat dalam usaha meningkatkan perekonomian. Bukti
keikutsertaan pesantren dalam masalah perekonomian adalah didirikan badan
koperasi pesantren. Masyarakatpun juga banyak yang mendirikan warung-
warung, tempat cucian, fotocopy ataupun usaha lain yang memberikan
dampak positif terhadap masyarakat sekitar lingkungan pondok pesantren.
Ibu Sumarti mengatakan :
“Kami berterimakasih mas keluaga saya semakin terbantu dengan
adanya pondok pesantren ini, dikarenakan kami senang banyak santri
yang membeli barang dagangan kami mas. Sehingga kami sangat
terbantu dalam hal ekonomi dan dalm memenuhi kebutuhan sehari-
hari serta keuangan juga naik mas”.
Islam mengajarkan kemandirian ekonomi dan hasil pencaharian
sendiri. Karenanya Nabi Muhammad Saw memuji orang yang bekerja keras
dan mengerahkan segala kemampuannya untuk memeroleh rezeki. Hanya ada
dua cara hidup dalam memenuhi kebutuhan ekonomi, yaitu bekerja untuk
menghidupi diri sendiri dan keluarganya atau tidak bekerja mencari rezeki
tetapi menghidupi diri dan keluarganya dengan cara meminta bantuan orang
lain.
76
Islam mengutuk para peminta-minta, baik secara langsung maupun
melalui cara lain seperti pengajuan proposal selama dirinya masih mampu
untuk bekerja sendiri. Oleh karenanya, bekerja adalah kewajiban manusia
untuk menjalankan tugas agama dan memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut Islam, mata pencaharian yang paling baik adalah berdagang.
Sebab berbisnis bukan hanya meraup keuntungan dengan cepat, baik secara
kualitas atau kuantitas. Akan tetapi bisnis adalah mata pencaharian yang
mandiri, jauh dari tekanan atau menghamba kepada orang lain juga dapat
menciptakan lapangan kerja bagi orang banyak serta dapat memeratakan
distribusi ekonomi dari satu tempat ke tempat lain, sehingga antara
masyarakat dapat menikmati hasil bumi dan produksi dari berbagai tempat
yang berbeda untuk saling memenuhi kebutuhan.
Dari Al-Miqdam Radhiyallahu‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam bersabda:
ما أكل أحد طعاما قط خيرا من أن يأكل من عمل يده ، وإن نبى الل
كان يأكل من عمل يده – عليه السلام –داود
Artinya : “Tidaklah seseorang mengkonsumsi makanan yang lebih baik dari
makanan yang dihasilkan dari jerih payah tangannya sendiri. Dan
sesungguhnya nabi Daud ‘alaihissalam dahulu senantiasa makan dari jerih
payahnya sendiri.” (HR. Bukhari, Kitab al-Buyu’, Bab Kasbir Rojuli wa
‘Amalihi Biyadihi II/730 no.2072).
Dari hasil wawancara ini penulis menemukan hubungan yang sangat
baik antara pihak pondok pesantren dan masyarakat. Belum cukup sampai
77
disitu penulis menjajaki wawancara dan melanjutkannya ke koperasi pondok
pesantren, di sana penulis mewawancarai penjaga koperasi yaitu Mbak Fitri
yang merupakan santriwati pondok pesantren tersebut.
Di koperasi pondok pesatren ini ternyata juga memberikan kesempatan
bagi warga sekitar unuk menitikan barang daganganya di koperasi tersebut
yaitu dengan sistem bagi hasil, dimana ketika pihak penitip menitipkan barang
daganganya di koperasi harga yang dititipkan lebih murah. Sehingga akan
terjadi keuntungan diantra pihak koperasi pondok dan penitip barang
dagangan. Contohnya : harga gorengan dari penitip itu Rp 400 kemudian dari
pihak koperasi menjual dengan harga Rp 500. Begitu juga dengan para penitip
yang lain baik itu nerupa roti,minuman bungkusan (kolak), sayur bungkus,
lauk-pauk dan lainnya.
Paparan diatas juga penulis dapat kan dari Bapak Ikhwani selaku ketua
RT 04 Dusun Baran, beliau mengatakan :
“Ada mas....yaitu adanya pemberian ruang ataupun kesempatan
kepada masyarakat terhadap warung yang berjualan (pihak pondok
pesantren memberikan izin terhadap santri untuk belanja/jajan di
warung masyarakat sekitar) yang mana hal ini menambah penghasilan
pada masyarakat yang mempunyai usaha warung. Selain itu pihak
koperasi pondok juga mempersilahkan kepada masyarakat untuk
menitipkan barang-barang daganganya di koperasi tersebut. Seperti
gorengan,minuman,makanan ringan dan lain-lain”.
Hal ini penulis tulis sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan
salah satu penitip barang dagangan di koperasi pondok pesantren dan penjaga
koperasi. Adapun para penitip barang dagangan di koperasi pondok pesantren
78
yaitu : Ibu Ratimah, Ibu Mamik, Ibu Siti, Ibu Ning, Ibu Tiah, Ibu Mulyati,
Mbah Yati, Mas Hermanto, Hj. Zairoh dan Ibu Anis. Diantara mereka juga
berbeda-beda dala menitiokan barang dagangannya, Ibu Ratimah menitipkan
arem-arem (nasi bungkus), Ibu Mamik menitipkan gorengan, Ibu Siti
menitipkan molen (adonan terigu dan pisang), Ibu Ning menitipkan gorengan
dan kering, Ibu Tiah gorengan, Mbak Mulyati menitipkan sate usus, Mbah
Yati menitipkan sagu dan kacang ijo (minuman), Mas Hermanto roti, Hj.
Zairoh menitipkan kolak, sagu dan gorengan, Ibu Anis menitipkan gorengan
dan buah-buahan.
Keterangan diatas penulis kutip ketika wawancara dengan penjaga
koperasi (Mbak Fitri) yang mengatakan :
“ Ya… inilah mas barang-barang dagangan yang masyarakat titipkan
di pondok pesantren (dengan menunjukkan jari telunjuk kearah barang
dagangan), itu juga atas ijin pengasuh pondok pesantren (K. Muhsoni)
mas serta dengan ketentuan pembagian hasil yang dimusyawarohkan
mas”.
Dari hal diperbolehkanya menitipkan barang dagangan juga
merupakan usaha untuk menjalin hubungan yang baik, meningkatkan jalinan
persaudaraan, menambah keindahan Islam itu sendiri serta meluasnya
hubungan. Baik itu hubungan dalam berdagang atau yang lainnya. Oleh
karena itulah penulis menjadi lebih semangat dalam melangkahkan kakinya
serta mencurahkan segenap kekuatan pikiran atau apapun itu yang dimiliki
oleh peneliti. Sehingga peneliti juga secara tidak sengaja juga sudah
79
memperluas hubungan kekerabatan dengan pihak yang diwawancara atau
yang bersangkutan dengan adanya penelitian ini.
Selain itu penulis juga teringat dengan paparan hasil wawancara
dengan Bapak Ikhwani yang ketika itu penulis menanyakan tentang hubungan
masyarakat dengan pihak pondok pesantren. Beliau mengatakan :
“ Ada mas....yaitu adanya pemberian ruang ataupun kesempatan
kepada masyarakat terhadap warung yang berjualan (pihak pondok
pesantren memberikan izin terhadap santri untuk belanja/jajan di
warung masyarakat sekitar) yang mana hal ini menambah penghasilan
pada masyarakat yang mempunyai usaha warung. Selain itu pihak
koperasi pondok juga mempersilahkan kepada masyarakat untuk
menitipkan barang-barang daganganya di koperasi tersebut. Seperti
gorengan,minuman,makanan ringan dan lain-lain”.
Hasil wawancara di atas merupakan sebuah perluasan dari ajaran
agama Islam yang saling membantu dan membutuhkan antar sesama.
Tidak sampai disitu saja penulis menggali keterangan, akan tetapi penulis juga
mewawancarai dengan pihak penitip barang dagangan yaitu Ibu Anis yang
beliau adalah istri dari Bapak Ikhwani selaku ketua Rt 04 di Dusun Baran
beliau mengatakan:
“Njeh…mas saya juga menitipkan barang dagangan di koperasi
pondok pesantren . la gimana lagi mas karena sudah ada warung
makan dan warung sembako yang berjualan (mendirikan warung),
sehingga saya berfikir untuk menitipkan barang dagangan saya saja di
koperasi mas, ya walaupun hasilnya cuma sedikit tapikan lama-lama
juga bisa menjadi bukit (banyak) mas, selain itu juga sebagai pengisi
waktu kosong mas daripada tidak ada kegiatan”.
Koperasi adalah suatu bentuk kerjasama dalam lapangan
perekonomian. Kerjasama ini diadakan oleh orang-orang yang memiliki
80
kesamaan jenis kebutuhan hidup mereka. Orang-orang ini bersama-sama
mengusahakan kebutuhan sehari-sehari, yang mereka butuhkan. Untuk
mencapai tujuan itu diperlukan adanya kerjasama yang akan berlangsung
terus, oleh sebab itu dibentuklah suatu perkumpulan sebagai bentuk kerjasama
itu.
Bentuk kerjasama tersebut untuk mewujudkan pembangunan Nasional
yang dilakukan oleh bangsa Indonesia itu sendiri. Pembangunan tersebut
merupakan bentuk pembangunan manusia seutuhnya yang dilakukan bersama-
sama bertujuan untuk mewujudkan Undang-Undang Dasar 1945.
Pemerintah secara tegas menetapkan bahwa dalam rangka
pembangunan nasional dewasa ini, koperasi harus menjadi tulang punggung
dan wadah bagi perekonomian rakyat. (Anoraga, 2007 : 1)
Kebijaksanaan Pemerintah tersebut sesuai dengan isi UUD 1945 pasal
33 ayat 1 yang menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Di dalam penjelasan UUD 1945
tersebut diungkapkan bahwa membangun usaha yang sesuai adalah koperasi.
Oleh karena itu, peran koperasi menjadi penting berkaitan dengan
pelaksanaan tujuan di atas. Terutama dalam koperasi pesantren perlu adanya
pengelolaan yang baik, yang mana dalam kegiatan ekonomi ini santri ikut
serta dalam mengelola proses ekonomi yang sedang berlangsung. Koperasi
pondok pesantren ini memberikan arahan bagi santri dalam kegiatan ekonomi
81
dan kegiatan itu dijadikan sebagai media pendidikan bagi para santri,
tujuannya untuk memberikan arahan bagi santri tentang cara memilih berbagai
alternatif yang dapat memuaskan kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Yang
mana dengan adanya koperasi pesantren kebutuhan santri dapat terpenuhi dan
koperasi pondok pesantren menyediakan apa yang santri butuhkan
tetapi bukan hanya pihak pesantren saja, koperasi pesantren ini juga
memberikan kebebasan kepada masyarakat sekitar untuk melakukan kegiatan
ekonomi sesuai dengan kebutuhan mereka (Widiyanti, 1989 : 4).
Dari hasil wawancara di atas penulis menyimpulkan terjadinya peran
Pondok Pesantren Modern Bina Insani terhadap kesejahteraan masyarakat di
Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang
serta terjalinya hubungan yang saling menguntungkan diantara pihak pondok
pesantren dan masyarakat, serta adanya timbal balik baik dari segi ekonomi
maupun silaturrahim. Saling pengertian dam memahami kondisi kedua belah
pihak. Inilah yang dimaksud dengan hubungan take dan give. Hal ini penulis
dapatkan ketika wawancara dengan Bapak Muhamad Munzaini, S. Ag,.
M.Pd.I. ketika wawancara itu beliau mengatakan :
“Hubungan pondok pesntren terhadap masyarakat dibagi menjadi 2
yaitu : Formal dan non formal, adapun formal yaitu hubungan-
hubungan masyarakat jika adanya kegiatan-kegiatan tertentu. Sedangkan
non formal yaitu menyatu dalam berbagai kegiatan.Selain itu hubungan
pondok pesantren dan masyarakat bersifat take and give yang mana bisa
diartikan sebagai hubungan baik masyarakatn simbiosis mutualisme.
Dikarenakan santri sendiri juga belajar dalam lingkup masyarakat, oleh
karena itu santri juga harus bisa mengabdikan diri ke dalam masyarakat
82
sekarang dimana santri tersebut belajar dan masyarakat yang nantinya
akan ikut langsung dan berproses (daerah asal). Yaitu santri belajar
dalam artian luas”.
Setalah penulis menggali data mengenai warung-warung yang ada di
sekitar pondok pesantren penulis juga mengamati di lapangan yaitu adanya
acara-acara besar di pondok pesantren seperti khotmil quran, halal bi halal
wali santri, dan ketika masa pengambilan rapot santri. Hal ini menjadi tulisan
penulis ketika pondok pesantren bekerja sama dengan remaja Dusun Baran
mengenai parkir dan biaya serta tempat. Dalam acara-acara besar inilah
masyarakat dan remaja juga terlibat sehingga adanya masukan keuangan dari
hasil parker wali santri yang berdatangan, Karena acara-acara tersebut
terselenggara setiap tahun dan terprogram dari pihak pondok pesantren dan
yayasan pendidikan Pondok Pesantren Modern Bina Insani yang di dalam
lembaga tersebut juga terdapat lembaga pendidikan SMP dan SMA Islam
Bina Insani.
Pesantren adalah satu lembaga yang penting dalam proses perubahan
(kesadaran) pada tingkat individu dan perubahan sosial yakni pesantren dapat
dimodifikasikan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan khususnya untuk
memenuhi keinginan dari para perencana
ekonomi dan social (Nasihin, 1988 : 119).
Pesantren sebagai lembaga sosial memiliki hubungan fungsional
dengan masyarakatnya di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya. Adapun
83
tujuan program kegiatan sosial ini adalah pertama, mengembangkan
prasarana sosial yang mampu menggerakkan swadaya dan peran masyarakat
untuk melakukan perbaikan lingkungan hidup dari segi peningkatan eksistensi
diri sebagai warga masyarakat dengan hak-haknya, ekonominya maupun
pengembangan sosial lainnya. Seperti diadakannya seminar-seminar dan
penyuluhan pertanian, pertukangan dan sebagainya. Kedua, membina dan
mengembangkan lembaga pendidikan kedesaan (learning commonity centre)
yang mandiri sebagai wahana transformasi kultural dalam rangka
mentranformasikan pengetahuan, ketrampilan dan sikap sebagai unsur
perubahan. (Billah, 1999 : 1)
Selain dari pengamatan penulis juga mendapatkan paparan dari Bapak
Narto selaku ketua RW di Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan,
Kabupaten Semarang, ketika penulis mewawancarai beliau tentang peran
Pondok Pesantren Modern Bina Insani terhadap kesejahteraan masyarakat
Beliau mengatakan :
“Belum begitu meluas terhadap masyarakat di Desa Ketapang akan
tetapi sudah ada yaitu jika adanya acara besar seperti akhirussanah,
pihak pondok pesantren bekerja sama dengan masyarakat seperti area
parkir mobil dan motor sehingga masyarakatpun ikut merasakan
adanya uang tambahan ataupun saldo pada khas remaja dan personal
masyarakat yang terlibat. Serta adanya warung-warung yang muncul
di area pondok pesantren dan lahan yang disediakan untuk berjualan”.
Demikian itulah beberapa peran pondok pesantren modern Bina Insani
terhadap kesejahteraaan masyarakat di Dusun Baran, Desa Ketapang,
84
Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, yang melibatkan berbagai elemen
masyarakat di sekitar pondok pesantren baik yang berimbas pada masyarakat
yang mempunyai warung, masyarakat yang menjadi tenaga kerja di dalam
pondok pesantren, masyarakat yang menitipkan barang dagangannya di
koperasi pondok, dan sebagian masyarakat yang menjadi bagian dari panitia
dari acara-acara yang terselenggara di pondok pesantren tersebut menjadi
adanya peningkatan ekonomi.
85
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Keberagamaan Masyarakat Dusun Baran Dan Peran Pondok Pesantren
Modern Bina Insani
Dusun Baran termasuk salah satu wilayah Desa Ketapang Kec. Susukan
Kab. Semarang, Dusun Baran Desa Ketapang dibagi menjadi 1 RW dan 4 RT.
Yang mana masyarakat dusun baran merupakan masyarakat yang
Keberadaanya berbaur dengan Pondok Pesantren Modern Bina Insani.
Keberadaan pesantren di tengah-tengah masyarakat mempunyai makna sangat
strategis, apalagi jika pesantren ini memiliki lembaga pendidikan umum
(formal). Lembaga pesantren yang berakar pada masyarakat, merupakan
kekuatan tersendiri dalam membangkitkan semangat dan gairah masyarakat
untuk meraih kemajuan menuju ke arah kehidupan yang makin sejahtera.
Apalagi dalam menghadapi era globalisasi yang berdampak kepada berbagai
perubahan terutama di bidang ekonomi maupun sosial-budaya, dan perlu juga
memperhatikan gerakan pesantren dalam mengapresiasikan arus globalisasi dan
modernisasi yang berlangsung demikian kuatnya saat ini.
Arus globalisasi dan modernisasi merupakan proses transformasi yang
tak mungkin bisa dihindari, maka semua kelompok masyarakat termasuk
masyarakat pesantren harus siap menghadapinya dan perlu menanggapi
86
dampak-dampaknya secara terbuka dan secara kritis. Karena pesantren
memiliki ciri khas yang kuat pada jiwa masyarakatnya serta dasar-dasar
keberagamaan dan tradisi menjadikan pesantren memiliki kekuatan resistensi
terhadap pengaruh-pengaruh budaya dari luar. Pesantren dianggap sebagai
“benteng” nilai-nilai dasar di masyarakat terhadap intervensi budaya asing. Dari
sinilah pentingnya keterkaitan Pondok Pesantren Bina Insani dengan
masyarakat Dusun Baran yang tercermin dalam ikatan tradisi dan budaya yang
kuat dan membentuk pola hubungan fungsional dan saling mengisi antara
keduanya. Interaksi sosial-budaya yang mendalam antara Pondok Pesantren
Bina Insani dan masyarakat Dusun Baran di sekitarnya itu terlihat dalam hal
keberagamaan, pendidikan, kegiatan sosial dan perekonomian.
Dalam hal keberagamaan di masyarakat Dusun Baran merupakan
penganut muslim yang taat. Sebagaimana yang dikemukakan Bapak Ikhwani
tentang keberagamaan masyarakat Baran :
“Keberagamaan di dusun ini sudah bagus, masyarakat selalau
menjalankan kewajiban sebagai orang Islam dan bermasyarakat. Serta tidak
adanya permainan (perjudian). Yaitu sebgaimana umumnya masyarakat yang
lain. Ya...Alhamdulillah tidak banyak hal-hal yang kurang kondusif”
Sedangkan menurut Bapak Narto :
“Masyarakat pada umumnya mengikuti tuntunan yang ada seperti
meninggalkan hal-hal yang dilarang dan melaksanakan perintah tuntunan
(agama) seperti ngaji,pengajian,istighosah dan lain-lain”.
87
Konsep Islam yang yang di anut masyarakat Baran berfahamkan Ahlus
Sunah Wal Jamaah, warisan salafus sholihin yang telah terbukti mampu
menyebarkan Islam dan memberi yang mengajarkan kesucian, perdamaian, dan
persaudaraan agar bisa diterima bangsa yang majemuk.
Karena realitas kemajemukan budaya dan keberagamaan itu pula,
dipandang perlu untuk menciptakan perdamaian dan rasa aman dalam setiap
lapisan masyarakat. Agama Islam yang notabene melapisi semua masyarakat
Baran harus menjadi pioneer dalam usaha menciptakan perdamaian. metode
tersebut bisa di gunakan untuk dakwah sebagai bagian dari kewajiban umat
Islam.
“… keberagamaan yang dianut selama ini berkonsep pada ajaran Ahlu
Sunnah Wal Jama’ah karena paham ajaran trsebut memberikan dampak positif
bagi warga Baran. Dalam mengawal kehidupan bermasyarakat dengan Pondok
Pesantren Bina Insani, terjalin kegiatan yang saling membutuhkan. Kegiatan
yang dilakukan menumbuhkan semangat dalam menjalankan kehidupan sehari-
hari” (wawancara dengan Bapak Habib)
Penulis menambahkan, keberagamaan yang selama ini berjalan mampu
memberikan gerakan perubahan yang sangat signifikan karena keberagamaan
menjadi tombak dalam memajukan dan mensejahterakan kehidupan masyarakat
yang ada di sekitar Pondok Pesantren Bina Insani. Adanya kesamaan prinsip
antara masyarakat Dusun Baran dengan Pondok Pesantren Bina Insani
menjadikan kehidupan yang kondusif dan makmur.
Ada beberapa Keterlibatan pondok pesantren modern Bina Insani
dengan Masyarakat dusun Baran dalam Aktifitas Sosial Keagamaan yaitu :
88
1. Kegiatan Keagamaan
Pondok Pesantren Bina Insani sebagai lembaga keilmuan,
menyelenggarakan pendidikan dan pembinaan masyarakat Dusun Baran
melalui transmisi ajaran agama Islam ortodok yang akomodatif terhadap
sistem budaya masyarakat. Bentuk dari penyelenggaraan tersebut pada
pengajian kitab, yang di dalamnya terhimpun nilai dasar Islam.
Serangkaian dari kegiatan ini mengandung dua visi pendidikan yaitu;
pertama, visi moral, yakni pembinaan sikap mental (watak) dan akhlak
karimah. Kedua, visi intelektual yakni mengembangkan akal pikiran.
Bentuk partisipasi masyarakat Dusun Baran dalam kegiatan ini adalah
mengikuti aktivitas Pendidikan Pesantren Bina Insani berupa pengajian-
pegajian tahunan maupun yang bersifat bulanan serta kegiatan
peringatan hari-hari besar Islam yang dilaksanakan oleh Pondok
Pesantren Bina Insani.
2. Kegiatan Sosial
Pesantren adalah satu lembaga yang penting dalam proses perubahan
(kesadaran) pada tingkat individu dan perubahan sosial yakni pesantren
dapat dimodifikasikan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan
khususnya untuk memenuhi keinginan dari para perencana ekonomi dan
sosial.
Pondook Pesantren Bina Insani sebagai lembaga sosial memiliki
89
hubungan fungsional dengan masyarakat Dusun Baran di bidang politik,
ekonomi, sosial dan budaya. Adapun tujuan program kegiatan sosial ini
adalah pertama, mengembangkan prasarana sosial yang mampu
menggerakkan swadaya dan peran masyarakat baran untuk melakukan
perbaikan lingkungan hidup dari segi peningkatan eksistensi diri sebagai
warga masyarakat dengan hak-haknya, ekonominya maupun
pengembangan sosial lainnya. Seperti diadakannya seminar-seminar,
penyuluhan pertanian, pertukangan dan sebagainya. Kedua, membina dan
mengembangkan lembaga pendidikan kedesaan (learning commonity
centre) yang mandiri sebagai wahana transformasi kultural dalam
rangka mentranformasikan pengetahuan, ketrampilan dan sikap sebagai
unsur perubahan.
Keberadaannya Pondok Pesantren Bina Insani bukanlah sekedar tempat
santri bermukim saja. Namun dalam perkembangannya Pondok Pesantren
Bina Insani sebagai lembaga sosial keagamaan berusaha melakukan
perubahan-perubahan sehingga eksistensi pesantren tetap terjaga dalam
menjadi laboratorium pendidikan agama Islam yang patut diteladani. Dari
gambaran tersebut di atas terlihat dalam diri Pondok Pesantren Bina Insan
terjalinlah hubungan timbal balik dengan masyarakat Dusun Baran serta
pihak-pihak luar pesantren.
90
Hubungan kerjasama ini dapat menjadi alat bagi terselenggaranya
usaha dan kelancaran program Pondok Pesantren Bina Insani.
Pondok Pesantren Bina Insani sebagai lembaga keagamaan tidak lagi
bergerak dalam bidang agama saja. Tetapi memperluas fungsinya sebagai
lembaga sosial yang bergerak dalam urusan kemasyarakatan yang menyangkut
masalah kehidupan seperti koperasi, kesehatan, pertanian, perdagangan dan
sebagainya.
Keterlibatan Pondok Pesantren Bina Insani dalam hal tersebut
sebenarnya tidak mengurangi arti tugas kegamaannya, karena hal itu merupakan
penjabaran nilai-nilai hidup keagamaan bagi kemaslahatan masyarakat luas.
Dengan fungsi sosial ini, pesantren menciptakan jalinan baru dalam
menanggapi persoalan-persoalan kemasyarakatan seperti : mengatasi
kemiskinan, memelihara tali persaudaraan, memberntas pengangguran,
memberantas kebodohan, menciptakan kehidupan sehat dan sebagainya.
Usaha-usaha yang mempunyai watak sosial tersebut merupakan
kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada masyarakat Dusun Baran sehingga
masyarakat terasa terpanggil untuk aktif bekerja sama dalam semua aktivitas
sosial keagamaan yang diadakan di Pondok Pesantren Bina Insani.
“...Pesantren memiliki basis sosial yang jelas, karena keberadaannya
menyatu dengan masyarakat. Pada umumnya, pesantren hidup dari, oleh, dan
untuk masyarakat. Hal ini menuntut adanya peran dan fungsi pondok pesantren
yang sejalan dengan situasi dan kondisi masyarakat, bangsa, dan negara yang
terus berkembang. Dan sebagian yang lain sebagai suatu komunitas, pesantren
91
dapat berperan menjadi penggerak bagi upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat” (wawancara dengan Bapak Muhsoni).
Mengingat Pondok Pesantren Bina Insani merupakan kekuatan sosial
yang jumlahnya cukup besar. Secara umum, akumulasi tata nilai dan kehidupan
spiritual di pesantren pada dasarnya adalah lembaga tafaqquh fiddin
(pendalaman dan penguasaan ilmu agama) yakni dengan melestarikan ajaran
agama Islam serta mengikutkannya pada konteks sosial-budaya.
Untuk mentransformasikan Pondok Pesantren Bina Insani berperan
dalam pemberdayaan masyarakat Dusun Baran, maka perlunya langkah-
langkah khusus yang dilakukan oleh lembaga tertentu dalam memproduksi
santri-santri sebagai “Agent of Change” yang peka terhadap arus modernisasi
dan masalah sosial-budaya.
Selain sebagai lembaga tafaqquh fi al-din (pendidikan agama),
pesantren juga berfungsi sebagai lembaga dakwah, Oleh karena itu, pesantren
tidaklah lupa pada tugas yang mulia yaitu berdakwah untuk mengajak umat
manusia ke jalan yang diridhai oleh Allah SWT.
Sebagaiman yang diungkapkan Bapak Narto :
“Seringnya kegiatan yang melibatkan masyarakat Baran, menjadikan
hubungan dengan pondok pesantren sebagai ujung tombak dalam
keberagamaan yang mendasar di dusun baran. Kegiatan santri yang mengajak
para pemuda Baran dalam beberapa kegiatan kepemudaan seperti lomba,
seminar, diskusi maupun kegiatan lainya. Sehingga santri juga bisa berperan
dalam aktifitas kemajuan masyarakat Baran”.
92
Dalam mengemban tugasnya, pondok pesantren memiliki khas yang
pada prinsipnya dakwah yang dilakukan oleh pondok pesantren. Menurut
Amal Fathullah (1998 : 150) hanyalah terfokus pada satu hal, yaitu
mendidik kader umat. Sebab dengan mendidik kader-kader ummat yang
berkualitas dalam keimanan dan ketakwaannya berarti pesantren telah
melakukan dakwah Islam yang sesungguhnya.
Diskripsi di atas, menunjukkan bahwa eksistensi Pondok Pesantren Bina
Insani dalam menciptakan kebersamaan hidup bersama dalam komunitas
pesantren dan masyarakat Dusun Baran memberikan investasi sosial jangka
panjang. Perlunya sebuah kegiatan maupun perkumpulan keagamaan yang
menjadikan hubungan keduanya menjadi lebih erat dan saling membutuhkan.
B. Peran Pondok Pesantren Bina Insani Dalam Kesejahteraan Masyarakat
Dusun Baran
Pesantren membutuhkan gerakan pembaharuan yang progresif terhadap
segala bidang, terutama dalam menghadapi permasalahan ekonomi. Lingkungan
sekitar pondok pesantren yang sejahtera merupakan sebuah kehidupan yang
makmur dan kondusif. Kehidupan tersebut dikarenakan adanya ikatan antara
pesantren dan masyarakat dan pesantren memberikan diversifikasi
(penganekaragaman) keilmuan unggulan khusus atau keahlian praktis tertentu
agar masyarakat mampu menjadi masyarakat yang berkemampuan dalam
93
berbagai hal. Peran pesantren sangat penting terhadap kemajuan dan
kesejahteraan masyarakat sekitarnya,.oleh karenanya peran pondok pesantren
modern bina Insani dengan warga mayarakat dusun baran kecamatn Susukan
sangat berperan penting dalam kesejahteraan masyarakat tersebut.
Di samping kesejahteraan dalam hal ekonomi,kesejahteraan lain juga
perlu diperhatikan sumber daya manusia (SDM) dan keilmuan (pendidikan).
Ibu Warti memberikan pendapat dalam peran pondok pesantren :
“Kehidupan di sekitar pondok pesantren merupakan suatu kebanggaan.
Masyarakat dituntut untuk respect dalam menangani kebutuhan keseharianya.
Memanfaatkan peluang yang ada bukan malah hanya diam. Namun juga
pesantren memberikan pelatihan ataupun kerjasama lainya sebagai penunjang
kehidupan masyarakat yang gemah ripah loh jinawi”
Menurut keterangan warga dusun Baran Ibu Mutmainnah :
“Kesejahteraan masyarakat disini Alhamdulillah sudah bagus.
Kesejahteraan ekonomi misalnya, setelah adanya pondok pesantren modern Bina
Insani banyak dari warga sekitar yang mendirikan warung. Ada warung makan,
pakaian, ataupun warung-warung lainya. Di samping itu kesejahteraan
pendidikan juga sangat signifikan maksudnya masyarakat menyekolahkan anak-
anaknya ke pondok pesantren. Disamping dekat tapi juga tidak memberatkan
dalam hal administrasi” (wawancara pada tanggal 8 juni 2014)
Bapak Narto menjelaskan :
“Kebutuhan pokok adalah yang utama, maka kesejahteraan yang
diperlukan adalah dalam hal ekonomi. Banyak yang berjualan, ada yang
mendirikan toko, warung permanen dan semi permanen ataupun yang
menggunakan gerobak. Dengan adanya pondok ini mas, alhamdlillah warga
sangat terbantu” (wawancara pada tanggal 8 juni 2014)
94
Meskipun mayoritas masyarakat yang ada di sekitar Pondok Pesantren
Modern Bina Insani adalah petani, tetapi masyarakat sangat bersyukur dengan
keberadaan pondok pesantren tersebut.
Penulis berpendapat masalah perekonomian menjadi langkah penting bagi
Pondok Pesantren Bina Insani dalam mengorganisir masyarakat Baran.
Mengingat dalam arus ekonomi, masyarakat dituntut untuk berkompetisi hidup
dalam melanjutkan kehidupannya. Era globalisasi telah meruntuhkan kekuatan
ekonomi masyarakat kecil. Maka pemberdayaan masyarakat melalui
kesejahteraan dan kemandirian ekonomi perlu digerakkan. Pondok Pesantren
Bina Insan diharapkan mampu menjadi ”pioner perubahan” itu, yang kemudian
membentuk sebuah gerakan yang praksis di masyarakat Dusn Baran. Dalam
pengembangan ekonomi juga diperlukan keahlian-keahlian khusus untuk
diterapkan meliputi : manusia yang berjiwa sosial, intrepreneurship, bangunan
jaringan (baik untuk perdagangan/wirausaha, permodalan dan pemasaran).
Masyarakat Baran, khususnya bagi pesantren harus bisa melepaskan diri
dari belenggu ”pasar modernisasi” dan lingkaran ekonomi sudah tidak merakyat
lagi bagi rakyat kecil. Dan ada beberapa langkah-langkah strategis yang perlu
dilakukan yakni : keilmuan, jiwa kewirausahaan dan etos kerja/kemandirian.
Keilmuan, dalam hal ini keilmuan agama dan pengetahuan umum seperti
yang telah disampaikan di atas. Ajaran agama merupakan pemupukan nilai-nilai
spiritual untuk tetap teguh dalam menjalankan ajaran agama di kala moderinisasi
95
sudah merasuk pada wilayah jati diri manusia. Serta pengetahuan-pengetahuan
keilmuan umum dalam perkembangan zaman terus meningkat dan setiap
manusia harus bisa mengikutinya. Dan SDM inilah yang menjadi kunci dari
peradaban manusia itu sendiri. Maka diharuskan masyarakat Dusun Baran hidup
secara serasi dalam kemodernan dengan tetap setia kepada ajaran agama.
Jiwa Kewirausahaan, etos kewirausahaan dijadikan dasar bagi
penumbuhan dan motivasi dalam melakukan kegiatan ekonomi. Gerakan-
gerakannya adalah membangun wirausaha bangsa kita sendiri, terutama dari
kalangan Pondok Pesantren Bina Insane dan masyarakat Dusun Baran. Serta
dapat menumbuhkan pengusaha-pengusaha yang tangguh yang mampu bersaing
baik di pasar internasional apalagi di pasar lokal itu sendiri.
Pondok Pesantren Bina Insani diharapkan dapat melahirkan wirausahawan
yang dapat mengisi lapisan-lapisan usaha kecil dan menengah yang handal dan
mandiri. Sebenarnya yang diperlukan hanyalah menghidupkan kembali tradisi
yang kuat di masa lampau dengan penyesuaian pada kondisi masa kini dan pada
tantangan masa depan.
Etos Kerja dan kemandirian, dalam kenyataan, dalam masyarakat kita etos
kerja ini belum sepenuhnya membudaya. Artinya, budaya kerja sebagian
masyarakat kita tidak sesuai untuk kehidupan modern. Pondok Pesantren bina
insani, dimulai dengan lingkungannya sendiri, harus menggugah masyarakat
dusun baran untuk membangun budaya kerja yang sesuai dan menjadi tuntutan
96
kehidupan modern. Sedangkan waktu adalah faktor yang paling menentukan dan
merupakan sumber daya yang paling berharga. Budaya modern menuntut
seseorang untuk hidup mandiri, apalagi suasana persaingan yang sangat keras
dalam zaman modern ini memaksa setiap orang untuk memiliki kompetensi
tertentu agar bisa bersaing dan dan bermartabat di tengah-tengah masyarakat.
Hanya pribadi-pribadi yang punya watak kemandirian saja bisa hidup dalam
masyarakat yang makin sarat dengan persaingan.
Dengan demikian, bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu
menghadapi segala tantangan, mampu mengambil keputusan sendiri, mempunyai
kemandirian, memiliki budaya kerja keras dan daya tahan yang kuat, serta
mampu menentukan apa yang terbaik bagi dirinya.
Masyarakat Dusun Baran saat ini tidak hanya saja membutuhkan sebuah
fatwa atau dalil-dalil yang menyegarkan, tapi juga membutuhkan solusi konkrit
dan praksis atas segala permasalahan yang ada. Era keterbukaan dan persaingan
sudah dengan cepatnya masuk ke dalam lapisan masyarakat. Kalau tidak
menyiapkan diri untuk ”memberdayakan” masyarakat maka akan ikut tergerus
dan lenyap oleh zaman itu sendiri. Hanya dengan komitmen dan
pengorganisasian masyarakatlah yang sanggup membentengi diri dari itu semua,
dan Pondok Pesantren Bina Insani juga sebagai salah satu harapan masyarakat
untuk ikut andil di dalamnya.
97
Jadi perlunya ”Tri Dharma Pesantren” yakni: pendidikan, penelitian dan
pengabdian masyarakat. Hal ini sebagai langkah integrasi-nya pondok pesantren
bina insani dalam memerankan fungsinya di masyarakat luas khususnya di
Dusun Baran. Sehingga pesantren tidak hanya melahirkan agamawan saja, tetapi
juga agamawan yang ”luwes” inklusif, mempunyai jiwa sosial-kemasyarakatan
serta kepribadian mandiri dan intrepreneurship.
Bapak Ikhwani mengungkapkan :
“Peran pondok pesantren bina insani sangat terasa dalam kesejahteraan
dusun baran. Namun perlunya visi misi yang sesuai agar kesejahteraan itu
meningkat. Pelatihan wirausaha, interprenuer, maupun kegiatan lainya sangat
diperlukan masyarakat karena masyarakat juga masih bayak yang kurang mampu
dalam hal kewirausahaan”
Dari berbagai keterangan tersebut di atas, peran Pondok Pesantren Bina
Insani belum maksimal dalam mensejahterakan masyarakat dalam hal ekonomi.
Namun dalam hal pendidikan dan SDM-nya sudah memberikan yang terbaik
hanya saja masyarakat kurang dalam menanggapinya. Sarana dan prasana
pondok pesantren juga sudah mumpuni untuk kemajuan pendidikan tapi ada juga
dari masyarakat Baran yang beranggapan pendidikan pesantren masih kurang dan
menyekolahkan anaknya di sekolahan lainya. Perlunya visi misi yang mampu
merubah keadaan di sekitar pondok agar kesejahteraan masyarakat terjamin
dengan hal itu. Kegiatan dan pelatihan sangat dibutuhkan agar masyarakat juga
memahami dengan keadaan yang semakin maju (modern). Kerjasama pondok
pesantren Bina Insani dengan masyarakat dusun baran sangat diperlukan sebagai
98
penunjang aktivitas kegiatan maupun sebagai penunjang kebutuhan ekonomi
yang ada di masyarakat Dusun Baran Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten
Semarang.
99
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuai dengan data yang telah dikumpulkan di lapangan kemudian
di analisis pada Bab IV, selanjutnya dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Keberagamaan masyarakat Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan
Kabupaten Semarang menganut paham ajaran Ahlu Sunnah Wal Jama’ah.
Ajaran yang moderat dan plural tersebut menjadikan masyarakat menjalankan
keagamaan keseharianya saling menghormati, menolong dan gotong royong
dengan sesama sehingga menjadikan masyarakat yang tentram dan makmur.
2. Kesejahteraan masyarakat Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan
Kabupaten Semarang terbilang bagus. Adanya Pondok Pesantren Modern
Bina Insani menumbuh kembangkan kesejahteraan masyarakat Baran.
Kondisi kesejahteraan diciptakan atas kompromi tiga elemen. Pertama, sejauh
mana masalah-masalah sosial ini diatur. Kedua, sejauh mana kebutuhan-
kebutuhan dipenuhi. Ketiga, sejauh mana kesempatan untuk meningkatkan
taraf hidup dapat disediakan. Setelah adanya Pondok Pesantren Modern Bina
Insani banyak dari warga sekitar yang mendirikan warung. Ada warung
makan, pakaian, ataupun warung-warung lainya. Di samping itu kesejahteraan
pendidikan juga sangat signifikan maksudnya masyarakat menyekolahkan
100
anak-anaknya ke pondok pesantren. Di samping dekat tapi juga tidak
memberatkan dalam hal administrasi. Oleh karenanya dengan berdirinya toko,
warung dan lainya.
3. Peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani terhadap keberagamaan
masyarakat Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupten
Semarang adalah Mendirikan TPQ yang mana TPQ tersebut dikhususkan
kepada masyarakat, dan pihak pondok pesantren sendiri selalu mengundang
masyarakat dalam berbagai kegiatan keagamaan yang diadakan oleh pondok
pesantren. Selain itu pihak pondok pesantrenpun selalu ikut serta ke dalam
acara-acara ataupun kegiatan masyarakat, terutama kegiatan masyarakat yang
berbasis dengan progam-program masjid. Seperti khotmil quran, pengajian
ramadhan / khotmil kutub dan kegiatan lainya. Bentuk partisipasi masyarakat
dalam kegiatan ini adalah mengikuti aktivitas pendidikan pesantren berupa
kegiatan pengajian-pegajian tahunan, bulanan ataupun peringatan hari-hari
besar Islam yang dilaksanakan oleh pondok pesantren.
4. Pondok Pesantren Modern Bina Insani membawa perubahan yang sangat
signifikan dari mulai terbentuk dan didirikanya pondok pesantren ini. Di
antaranya adalah banyaknya masyarakat yang mendirikan warung, toko,
tempat pencucian ataupun yang lainya. Diperbolehkanya santri jajan di
warung sekitar dan Koperasi pesantren yang juga mmperbolehkan masyarkat
baran khususnya menitipkan barang daganganya menjadikan adanya
101
keterikatan antara Pondok Pesantren Bina Insani dengan masyarakat Dusun
Baran. Di samping itu, adanya pengajian akbar yang menjadikan lahan
masyarakat sebagai lahan parkir mampu menambah uang tambahan bagi khas
masyarakat Dusun Baran. Tidak hanya kesejahteraan di bidang ekonomi saja
akan tetapi di bidang lain sebagai penunjang kesejahteraan di bidang SDM,
pertanian, intrepreneurship, usaha ataupun lainya. Seperti adanya pelatihan-
pelatihan, seminar ataupun kegiatan lainya. Perlunya ”Tri Dharma Pesantren”
yakni: pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Hal ini sebagai
langkah integrasi-nya pesantren dalam memerankan fungsinya di masyarakat
luas. Sehingga pesantren tidak hanya melahirkan agamawan saja, tetapi juga
agamawan yang ”luwes” inklusif, mempunyai jiwa sosial-kemasyarakatan
serta kepribadian mandiri dan intrepreneurship.
B. SARAN
1. Untuk Pesantren
Senantiasa menjaga kedekatan dengan masyarakat guna menambah
terjalinnya hubungan yang harmonis dan terciptnya suasana yang kondusif.
2. Untuk Masyarakat
Meningkatkan musyawaroh dan jalinan kerukunan baik dengan para guru
maupun santri yang menuntut ilmu di pondok pesantren modern Bina Insani.
3. Untuk Pembaca
Jadikanlah penelitian ini sebagai motivasi saudara dalam menggapai cita-cita.
102
Penelitian ini jauh dari sempurna, dengan kerendahan hati penulis
mohon maaf yang sedalam-dalamnya dan penulis mohon kritik serta sarannya
demi kemajuan penelitian kami dimasa mendatang. Atas perhatian dan kerja
sama pembaca, penulis menghaturkan terima kasih.
103
DAFTAR PUSTAKA
- Amandemen UU 1945. 2009. Perubahan pertama sampai keempat. 2009. Balai
Siasat.
- Amrullah, Ahmad. 1999. Strategi Dakwah Islam Di Tengah Reformasi Menuju
Indomesia Baru Dalam Memasuki Abad Ke-21. Bandung. Makalah Pada
Sarasehan Nasional SMF Dakwah IAIN Sunan Gunung Djati.
- Billah, MM. 1999. Peran Pesantren (Kajian Peran Pesantren dalam
Pembentukan Masyarakat Memasuki Melinium III)”, dalam Makalah
Seminar Pesantren dan Pemberdayaan Masyarakat Memasuki Melinium
III. PPIM IAIN Jakarta.
- Daradjat, Zakiah. 1993 Ilmu Jiwa Agama. Jakarta. Bulan Bintang.
- Dhofier, Zamakhsyari.1984. Tradisi Pesantern. LP3S. Jakarta.
- Departemen Agama RI. 1989. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Semarang. Toha
Puta
- Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka.
- Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam. 1997. Bandung.
- Fadhilah, 30 November 2013. Pesantren Dan Pendidikan Karakter . Suara
merdeka.
104
- Gross, N. W.S. Mason, and A.W. Mc Eachern.2003. Exploritations in Role
Analysis, dalam David Barry. Pokok-Pokok Pikiran dalam
Sosiologi. .Jakarta. Raja Grafindo Persada.
- Hasan, M. Nashihin. 1998. Karakter dan Fungsi Pesantren. Dalam Muntaha
Ashari, Dinamika Pesantren (Kumpulan Makalah Seminar
Internasional “The Role Of Pesantren In Education And Community
Development In Indonesia”). 1998. Jakarta. Perhimpunan
Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M).
- Manfred, Ziemek. 1986. Pesantren Dalam Perubahan Sosial. Jakarta.
Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M).
- Pandji, Anoraga. 2007. Dinamika Koperasi. Jakarta. Rineka cipta.
- Sarwono, Sarlito Wirawan. 1984. Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta.
Rajawali.
- Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Jakarta.
Alfabeta.
- Widiyanti, Ninik.1989. Koperasi dan Perekonomian Indonesia. Jakarta. Bina
Aksara.
- (http://kbbi.web.id/peran) diakses 28/01/2014, 23.10 wib. Arti Peran dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia.