bab ii landasan teori ii.1 gadai konvensional …thesis.binus.ac.id/asli/bab2/2011-2-00118 ak bab...

49
9 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional II.1.1 Pengertian Gadai Secara Umum Beberapa pendapat mengenai definisi gadai dan pegadaian: 1. Menurut Kasmir (2010:262), secara umum pengertian usaha gadai adalah: Kegiatan menjaminkan barang-barang berharga kepada pihak tertentu, guna memperoleh sejumlah uang dan barang yang akan dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah dengan lembaga gadai. 2. Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1150, gadai adalah: Suatu hak yang diperoleh seseorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seseorang yang berhutang atau oleh orang lain atas namanya dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang- orang yang berpiutang lainnya, dengan pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya-biaya mana harus didahulukan. Perusahaan Umum Pegadaian adalah suatu badan usaha di Indonesia yang secara resmi mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana ke masyarakat atas dasar hukum gadai.

Upload: vodang

Post on 18-Sep-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

 

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Gadai Konvensional

II.1.1 Pengertian Gadai Secara Umum

Beberapa pendapat mengenai definisi gadai dan pegadaian:

1. Menurut Kasmir (2010:262), secara umum pengertian usaha gadai adalah:

Kegiatan menjaminkan barang-barang berharga kepada pihak tertentu, guna memperoleh sejumlah uang dan barang yang akan dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah dengan lembaga gadai.

2. Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1150, gadai adalah:

Suatu hak yang diperoleh seseorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seseorang yang berhutang atau oleh orang lain atas namanya dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang-orang yang berpiutang lainnya, dengan pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya-biaya mana harus didahulukan.

Perusahaan Umum Pegadaian adalah suatu badan usaha di Indonesia

yang secara resmi mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan lembaga

keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana ke masyarakat

atas dasar hukum gadai.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

10 

 

Menurut Kasmir (2010:262) bahwa usaha gadai memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

1. Terdapat barang-barang berharga yang akan digadaikan. 2. Nilai jumlah pinjaman tergantung nilai barang yang digadaikan. 3. Barang yang digadaikan dapat ditebus kembali.

II.1.2 Landasan Hukum Gadai Konvensional

1. Undang-undang Nomor 9 tahun 1969 pasal 6 dijelaskan bahwa sifat usaha

pegadaian adalah menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum dan

sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan

perusahaan.

2. Undang-undang Nomor 9 tahun 1969 pasal 7 dijabarkan:

a. Turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama golongan

menengah ke bawah melalui penyediaan dana atas dasar hukum gadai

dan jasa di bidang keuangan lainnya berdasarkan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.

b. Menghindarkan masyarakat dari gadai gelap, praktek riba dan

pinjaman tidak wajar.

II.1.3 Keuntungan Usaha Gadai

Menurut Kasmir (2010:263) tujuan utama usaha pegadaian adalah:

Untuk mengatasi agar masyarakat yang sedang membutuhkan uang tidak jatuh ke tangan pelepas uang atau tukang ijon atau rentenir yang bunganya relatif tinggi. Perusahaan Pegadaian menyediakan pinjaman uang dengan jaminan barang-barang berharga. Meminjam uang ke Perum Pegadaian bukan saja karena prosedurnya yang mudah dan cepat, tetapi karena biaya yang dibebankan lebih ringan jika dibandingkan dengan para pelepas

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

11 

 

uang atau tukan ijon. Hal ini dilakukan sesuai dengan salah satu tujuan dari Perum Pegadaian dalam pemberian pinjaman kepada masyarakat dengan moto “menyelesaikan masalah tanpa masalah”.

Jika seorang membutuhkan dana sebenarnya dapat diajukan ke

berbagai sumber dana, seperti meminjam uang ke bank atau lembaga

keuangan lainnya. Akan tetapi, kendala utamanya adalah prosedurnya yang

rumit dan memakan waktu yang relatif lebih lama. Kemudian di samping itu,

persyaratan yang lebih sulit untuk dipenuhi seperti dokumen yang harus

lengkap, membuat masyarakat mengalami kesulitan untuk memenuhinya.

Begitu pula dengan jaminan yang diberikan harus barang-barang tertentu,

karena tidak semua barang dapat dijadikan jaminan di bank.

Namun, di perusahaan pegadaian begitu mudah dilakukan, masyarakat

cukup datang ke kantor pegadaian terdekat dengan membawa jaminan barang

tertentu, maka uang pinjamanpun dalam waktu singkat dapat terpenuhi.

Keuntungan lain di pegadaian adalah pihak pegadaian tidak

mempermasalahkan untuk apa uang tersebut digunakan dan hal ini tentu

bertolak belakang dengan pihak perbankan yang harus dibuat serinci mungkin

tentang penggunaan uangnya. Begitu juga dengan sangsi yang diberikan

relatif ringan, apabila tidak dapat melunasi dalam waktu tertentu. Sangsi yang

paling berat adalah jaminan yang disimpan akan dilelang untuk menutupi

kekurangan pinjaman yang telah diberikan.

Jadi keuntungan perusahaan pegadaian jika dibandingkan dengan

lembaga keuangan bank atau lembaga keuangan lainnya adalah:

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

12 

 

1. Waktu yang relatif singkat untuk memperoleh uang, yaitu pada hari itu

juga, hal ini disebabkan prosedurnya yang tidak berbelit-belit.

2. Persyaratan yang sangat sederhana sehingga memudahkan konsumen

untuk memenuhinya.

3. Pihak pegadaian tidak mempermasalahkan uang tersebut digunakan

untuk apa, jadi sesuai dengan kehendak nasabahnya.

II.1.4 Besarnya Jumlah Pinjaman

Menurut Kasmir (2010:265) besarnya jumlah pinjaman tergantung dari:

Nilai jaminan (barang-barang berharga) yang diberikan. Semakin besar nilainya, semakin besar pula pinjaman yang dapat diperoleh oleh nasabah demikian pula sebaliknya. Namun, biasanya pegadaian hanya melayani sampai jumlah tertentu dan biasanya yang menggunakan jasa pegadaian adalah masyarakat menengah ke bawah.

Kepada nasabah yang memperoleh pinjaman akan dikenakan sewa

modal (bunga pinjaman) per bulan yang besarnya tergantung dari golongan

nasabah. Golongan nasabah ditentukan oleh pegadaian berdasarkan jumlah

pinjaman, yaitu A, B, C dan D. Sedangkan besarnya sewa modal berubah

sesuai dengan bunga pasar.

Dalam menentukan besarnya jumlah pinjaman, maka barang-barang

jaminan perlu ditaksir lebih dulu. Untuk menaksir nilai jaminan yang

dijaminkan pihak pegadaian memiliki ahli-ahli taksir, misalnya jika yang

dijaminkan adalah sebuah televisi merek “x” keluaran tahun “z”, maka si ahli

taksir dengan cepat menaksir berapa nilai riil televisi tersebut. Yang jelas

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

13 

 

nilai taksiran pasti lebih rendah dari nilai pasar, hal ini dimaksudkan jika

terjadi kemacetan terhadap pembayaran pinjaman, maka dengan mudah pihak

pegadaian melelang jaminan yang diberikan nasabah di bawah harga pasar.

Di samping itu, pihak pegadaian juga mempunyai timbangan serta alat ukur

tertentu, misalnya untuk mengukur karat emas dan gram emas. Tujuan akhir

dari penilaian ini adalah untuk menentukan besarnya jumlah pinjaman yang

dapat diberikan.

II.1.5 Sumber Dana Usaha Gadai

Menurut Rivai, Andria, dan Ferry (2007:1332) Perum Pegadaian

sebagai lembaga keuangan tidak diperkenankan untuk menghimpun dana

secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan (giro, deposito, dan

tabungan). Sumber dana Perum Pegadaian antara lain:

1. Modal sendiri

2. Penyertaan modal pemerintah

3. Pinjaman jangka pendek dari perbankan

4. Pinjaman jangka panjang yang berasal dari KLBI

5. Dari masyarakat melalui penerbitan obligasi

6. Pinjaman jangka panjang yang berasal dari KLBI

7. Dari masyarakat melalui penerbitan obligasi

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

14 

 

II.2 Gadai Syariah

II.2.1 Pengertian Gadai Syariah

Menurut Rivai, Andria, dan Ferry (2007:1339): “Gadai dilihat dari sisi

fiqih disebut “Ar-Rahn” yaitu suatu akad (perjanjian) pinjam meminjam

dengan menyerahkan barang milik sebagai tanggungan utang”.

II.2.2 Landasan Hukum Gadai Syariah

Menurut Rivai, Andria, dan Ferry (2007:1340) landasan hukum gadai

syariah yaitu:

1. Dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah (2) : 283

Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang oleh yang berpiutang.

2. HR. Bukhari dan Muslim

Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah membeli makanan seorang Yahudi dan nabi menggadaikan sebuah baju besi kepadanya.

3. HR. Asy-Syafi’i, Al-Daraquthni dan Ibnu Majah

Tidak terlepas kepemilikan barang gadai dari pemilik yang menggadaikannya. Ia memperoleh manfaat dan menanggung resikonya.

4. HR. Jama’ah, kecuali Muslim dan An-Nasa’i

Tunggangan (kendaraan) yang digadaikan boleh dinaiki dengan menanggung biayanya dan binatang ternak yang digadaikan dapat diperah susunya dengan menanggung biayanya. Bagi yang menggunakan kendaraan dan memerah susu wajib menyediakan biaya perawatan dan pemeliharaan.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

15 

 

5. HR Jamaah kecuali Muslim dan Nasa’i-Bukhari

Apabila ada ternak digadaikan, maka punggungnya boleh dinaiki (oleh orang yang menerima gadai), karena ia telah mengeluarkan biaya (menjaga)nya. Apabila ternak itu digadaikan, maka air susunya yang deras boleh diminum (oleh orang yang menerima gadai), karena ia telah mengeluarkan biaya (menjaga)nya. Kepada orang yang naik dan minum, maka ia harus mengeluarkan biaya (perawatan)nya.

6. Fatwa Dewan Syariah Nasional No.25/DSN-MUI/III/2002, tanggal 26 Juni

2002 menyatakan, bahwa jaminan hutang dalam bentuk Rahn dibolehkan

dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Ketentuan umum:

1. Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan

Marhun (barang) sampai semua hutang Rahin (yang

menyerahkan barang) dilunasi.

2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin. Pada

prinsipnya, Marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh Murtahin

kecuali seizin Rahin, dengan tidak mengurangi nilai marhun

dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan

perawatannya.

3. Pemeliharaan dan penyimpanan. Marhun pada dasarnya

menjadi kewajiban Rahin, namun dapat dilakukan juga oleh

Murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan

tetap menjadi kewajiban Rahin.

4. Besar biaya administrasi dan penyimpanan Marhun tidak

boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.

5. Penjualan Marhun

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

16 

 

a. Apabila jatuh tempo, Murtahin harus memperingatkan

Rahin untuk segera melunasi hutangnya.

b. Apabila rahin tetap tidak dapat melunasi hutangnya, maka

Marhun dijual paksa / dieksekusi.

c. Hasil penjualan Marhun digunakan untuk melunasi

hutang, biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum

dibayar serta biaya penjualan.

d. Kelebihan hasil penjualan menjadi milik Rahin dan

kekurangannya menjadi kewajiban Rahin.

b. Ketentuan Penutup

1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika

terjadi perselisihan diantara kedua belah pihak, maka

penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah

setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan

jika dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah

dan disempurnakan sebagaimana mestinya.

7. Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.26/DSN-MUI/III/2002,

tanggal 28 Maret 2002 tentang Rahn Emas, maka keputusan DSN adalah

sebagai berikut:

a. Rahn Emas dibolehkan berdasarkan prinsip Rahn (lihat Fatwa

DSN No.25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn)

b. Ongkos dan biaya penyimpanan barang gadai (marhun)

ditanggung oleh penggadai (rahin)

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

17 

 

c. Ongkos sebagaimana dimaksud ayat 2 besarnya didasarkan pada

pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan

d. Biaya penyimpanan barang gadai dilakukan berdasarkan akad

ijarah

1. Rukun a. Orang yang berakad

1) Yang berhutang (Rahin)

2) Yang berpiutang/pemilik modal (Murtahin)

b. Sighat (Ijab Qabul)

c. Harta yang di rahn-kan (Marhun)

d. Pinjaman (Marhun Bih)

2. Syarat

a. Akad tidak mengandung syarat fasik/bathil, seperti

Murtahin (Pemilik Modal) mensyaratkan barang jaminan

dapat dimanfaatkan tanpa batas.

b. Marhun Bih (Pinjaman)

1) Merupakan hak yang wajib dikembailkan kepada

Murtahin

2) Pinjaman itu bisa dilunasi dengan barang yang di

rahn-kan tersebut

3) Pinjaman itu jelas dan tertentu

a. Marhun (barang/harta yang di rahn-kan)

4) Bisa dijual dan nilainya seimbang dengan pinjaman

5) Memiliki nilai

6) Jelas ukuran, jumlah dan sifatnya tertentu

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

18 

 

7) Milik sah dan penuh dari rahin

8) Tidak berkait dengan hak orang lain

9) Bisa diserahkan baik materi maupun manfaatnya

(dipegang/dikuasai secara hukum)

a. Jumlah maksimum dana Rahn dan nilai likuidasi

barang yang di rahn-kan, serta jangka waktu rahn

ditetapkan dalam prosedur

b. Rahin setiap bulan dibebani jasa manajemen atas

barang berupa:

1) Biaya asuransi

2) Biaya penyimpanan

3) Biaya keamanan

4) Biaya pengelolaan atau administrasi

II.2.3 Rukun dan Syarat Gadai

Menurut Rivai, Andria, dan Ferry (2007:1342) rukun dan syarat gadai

adalah sebagai berikut:

1. Rukun

a. Orang yang ber-akad

1) Yang berhutang (Rahin) 2) Yang berpiutang / pemilik modal (Murtahin)

b. Sighat (Ijab Qabul)

c. Harta yang di rahn-kan (Marhun)

d. Pinjaman (Marhun Bih)

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

19 

 

2. Syarat

a. Akad tidak mengandung syarat fasik/bathil, seperti Murtahin (Pemilik

Modal) mensyaratkan barang jaminan dapat dimanfaatkan tanpa

batas.

b. Marhun Bin (Pinjaman)

1) Merupakan hak yang wajib dikembalikan kepada Murtahin.

2) Pinjaman itu bisa dilunasi dengan barang yang di rahn-kan

tersebut.

3) Pinjaman itu jelas dan tertentu.

c. Marhun (barang/harta yang di rahn-kan):

1) Bisa dijual dan nilainya seimbang dengan pinjaman

2) Memiliki nilai

3) Jelas ukuran, jumlah, dan sifatnya tertentu

4) Milik sah dan penuh dari rahin

5) Tidak berkait dengan hak orang lain

6) Bisa diserahkan baik materi maupun manfaatnya

(dipegang/dikuasai secara hukum)

d. Jumlah maksimum dana Rahn dan nilan likuidasi barang yang di

rahn-kan, serta jangka waktu rahn ditetapkan dalam prosedur.

e. Rahin setiap bulan dibebani jasa manajemen atas barang, berupa:

1) Biaya asuransi 2) Biaya penyimpanan 3) Biaya keamanan

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

20 

 

4) Biaya pengelolaan atau administrasi

II.2.4 Prosedur Pinjaman Gadai Syariah

Menurut Manual Operasi Unit Layanan Gadai Syariah (2003) dalam

operasional gadai syariah menggambarkan hubungan antara rahin dan

murtahin. Adapun teknis pegadaian syariah adalah sebagai berikut:

1. Nasabah menjamin barang kepada pegadaian syariah untuk mendapatkan

pembiayaan. Kemudian pegadaian syariah menaksir barang jaminan

untuk dijadikan dasar dalam memberikan pembiayaan.

2. Pegadaian syariah dan nasabah menyetujui akad gadai, akad ini mengenai

berbagai hal, seperti: besarnya jumlah pinjaman sebesar 90% dari harga

taksiran, kesepakatan beradministrasi, tarif jasa simpan, pelunasan dan

sebagainya.

3. Pegadaian syariah menerima biaya administrasi yang dibayar di awal

transaksi, sedangkan untuk jasa simpan di saat pelunasan.

4. Nasabah melunasi barang yang digadaikan menurut akad pelunasan

penuh, utang gadai, angsuran, atau tebusan dan sebagainya.

II.2.5 Barang Jaminan Gadai Syariah

Menurut Ahmad Radoni dan Abdul Hamid (2008:198) bagi nasabah

yang ingin memperoleh fasilitas pinjaman dari pegadaian syariah, maka hal

yang paling penting diketahui adalah masalah barang yang dapat dijadikan

jaminan di pegadaian syariah. Dalam hal jaminan, pegadaian syariah

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

21 

 

menetapkan beberapa jenis barang berharga yang dapat diterima untuk

digadaikan. Barang-barang tersebut nantinya ditaksir nilainya sehingga dapat

diketahui berapa nilai taksiran dari barang yang digadaikan. Semakin besar

nilai taksiran barang, semakin besar pula pinjaman yang akan diperoleh.

Adapun jenis-jenis barang berharga yang dapat diterima dan dijadikan

jaminan pegadaian syariah adalah sebagai berikut:

a. Barang-barang atau benda perhiasan, antara lain: emas, perak, intan,

berlian, mutiara, platina dan jam.

b. Barang-barang berupa kendaraan seperti mobil termasuk bajaj dan

bemo, sepeda motor dan sepeda biasa (termasuk becak).

c. Barang-barang elektronik, antara lain: televisi, radio, radio tape, video,

komputer, kulkas, tustel dan mesin tik.

d. Mesin-mesin seperti mesin jahit dan mesin kapal motor.

e. Barang-barang keperluan rumah tangga seperti:

1. Barang tekstil, berupa pakaian, permadani atau kain batik.

2. Barang pecah belah dengan catatan bahwa semua barang yang

dijaminkan harus dalam kondisi baik dalam arti masih dapat

digunakan dan bernilai. Hal ini penting bagi pegadaian syariah

mengingat jika nasabah tidak dapat mengembalikan pinjamannya

maka barang jaminan akan dilelang sebagai penggantinya.

Besarnya pinjaman dari pegadaian syariah yang diberikan kepada

nasabah tergantung dari besaran nilai barang yang akan digadaikan. Barang

yang diterima dari calon nasabah harus ditaksirkan oleh petugas penaksir

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

22 

 

untuk mengetahui nilai barang tersebut. Dalam penaksiran nilai gadai,

pegadaian syariah harus menghindari hasil penaksiran yang merugikan

nasabah atau pegadaian syariah itu sendiri. Sehingga diperlukannya petugas

penaksir yang memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Memiliki pengetahuan mengenai jenis barang gadai yang sesuai syariah

ataupun yang tidak sesuai syariah.

2. Mampu memberikan penaksiran secara akurat atas nilai barang gadai

sehingga tidak merugikan kedua belah pihak.

3. Memiliki saran dan prasarana penunjang dalam memperoleh keakuratan

penilaian barang gadai.

Dalam pegadaian syariah besarnya biaya di dasarkan pada:

1. Biaya riil yang dikeluarkan, seperti alat tulis kantor, perlengkapan dan

biaya tenaga kerja.

2. Besarnya ditetapkan berdasarkan taksirannya.

3. Dipungut dimuka pada saat pinjaman dicairkan.

II.2.6 Produk dan Jasa Gadai Syariah

Menurut Rivai, Andria, dan Ferry (2007:1344) produk gadai syariah

antara lain:

1. rahn (Jasa Gadai Berprinsip Syariah)

2. arrum (Pembiayaan Usaha Mikro Kecil Berprinsip Syariah)

3. amanah (Pembiayaan Kepemilikan Kendaraan Bermotor Bagi Karyawan)

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

23 

 

II.3 Perbedaan Pegadaian Syariah dengan Pegadaian Konvensional

Pada pegadaian konvensional hanya melakukan satu akad perjanjian hutang

piutang dengan jaminan barang bergerak yang jika ditinjau dari aspek hukum

konvensional, keberadaan barang jaminan dalam gadai bersifat acessoir, sehingga

Pegadaian Konvensional bisa tidak melakukan penahanan barang jaminan atau

dengan kata lain melakukan praktik fidusia. Berbeda dengan pegadaian syariah yang

mensyaratkan secara mutlak keberadaan barang jaminan untuk membenarkan

penarikan bea jasa simpan.

Pegadaian syariah tidak menekankan pada pemberian bunga dari barang yang

digadaikan. Meski tanpa bunga, pegadaian syariah tetap memperoleh keuntungan

seperti yang sudah diatur oleh Dewan Syariah Nasional. Yaitu memberlakuakn biaya

pemeliharaan dari barang yang digadaikan. Biaya itu dihitung dari nilai barang,

bukan dari jumlah pinjaman. Sedangkan pada Pegadaian konvensional, biaya yang

harus dibayar sejumlah dari yang dipinjamkan.

Perbedaan antara Pegadaian Syariah dengan Pegadaian Konvensional akan di

jelaskan pada tabel berikut ini

Tabel 2.1 Perbedaan Pegadaian Syariah dengan Pegadaian Konvensional

No. Pegadaian Konvensional Pegadaian Syariah

1. Didasarkan pada Peraturan

Pemerintah Nomor 103 Tahun 2000

Didasarkan pada Peraturan Pemerintah

Nomor 103 Tahun 2000 dan Hukum

Agama Islam

2. Biaya administrasi menurut prosentase

berdasarkan golongan barang

Biaya administrasi menurut ketetapan

berdasarkan golongan barang

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

24 

 

3. Bilamana lama pengembalian

pinjaman lebih dari perjanjian barang

gadai dilelang kepada masyarakat

Bilamana lama pengembalian pinjaman

lebih dari akad, barang gadai nasabah

dijual kepada masyarakat

4. Sewa modal dihitung dengan:

Prosentase x Uang Pinjaman (UP)

Jasa simpanan dihitung dengan:

Konstanta x taksiran

5. Maksimal jangka waktu 4 bulan Maksimal jangka waktu 3 bulan

6. Uang kelebihan (UK) = hasil lelang –

(uang pinjaman + sewa modal + biaya

lelang)

Uang kelebihan (UK) = hasil penjualan

– (uang pinjaman + jasa penitipan +

biaya penjualan)

7. Bila dalam satu tahun uang kelebihan

tidak diambil, uang kelebihan tersebut

menjadi milik pegadaian

Bila dalam satu tahun uang kelebihan

tidak diambil, diserahkan kepada

Lembaga ZIS

8. 1 hari dihitung 15 hari 1 hari dihitung 5 hari

9. Mengenakan bunga (sewa modal)

terhadap nasabah uang memperoleh

pinjaman

Tidak mengenakan bunga pada nasabah

yang mendapatkan pinjaman

10. Istilah-istilah yang digunakan:

a. Gadai b. Pegadaian c. Nasabah d. Barang pinjaman e. Pinjaman

Istilah-istilah yang digunakan:

a. Rahn b. Murtahin c. Rahin d. Marhun e. Marhun bih

Sumber: Bank and Financial Institution Management (2007:1354)

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

25 

 

II.4 Persamaan Gadai Konvensional dan Gadai syariah

Menurut Sholahuddin dan Lukman (2008:122) persamaan gadaikonvensional

dengan gadai syariah diantaranya sebagai berikut:

1. Hak gadai berlaku atas pinjaman.

2. Adanya Agunan sebagai jaminan uang.

3. Tidak boleh mengambil manfaat barang yang digadaikan.

4. Biaya barang yang digadaikan ditanggung oleh pemberi gadai.

5. Apabila batas waktu pinjaman uang telah habis, barang yang di gadaikan

boleh dijual atau dilelang.

II.5 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 102 : Akuntansi Murabahah

PENDAHULUAN

Tujuan

1. Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian,

dan pengungkapan transaksi murabahah .

Ruang Lingkup

2. Pernyataan ini diterapkan untuk:

(a) Lembaga keuangan syariah dan koperasi syariah yang melakukan transaksi

murabahah baik sebagai penjual maupun pembeli; dan

(b) Pihak-pihak yang melakukan transaksi murabahah dengan lembaga keuangan

syariah atau koperasi syariah.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

26 

 

3. Lembaga keuangan syariah yang dimaksud, antara lain, adalah:

(a) Perbankan syariah sebagaimana yang dimaksud dalam peraturan perundang-

undangan yang berlaku;

(b) Lembaga keuangan syariah nonbank seperti asuransi, lembaga pembiayaan, dan

dana pensiun; dan

(c) Lembaga keuangan lain yang diizinkan oleh peraturan perundang-undangan yang

berlaku untuk menjalankan transaksi murabahah.

4. Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi

syariah (sukuk) yang menggunakan akad murabahah.

Definisi

5. Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam pernyataan

ini:

Aset murabahah adalah aset yang diperoleh dengan tujuan untuk dijual

kembali dengan menggunakan akad murabahah.

Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan untuk

memperoleh suatu aset sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat

yang siap untuk dijual atau digunakan.

Biaya perolehan tunai adalah biaya perolehan apabila transaksi dilakukan

secara kas (tunai).

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

27 

 

Diskon murabahah adalah pengurangan harga atau penerimaan dalam bentuk

apapun yang diperoleh pihak pembeli dari pemasok.

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya

perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus

mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli.

Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset

antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan dan

memadai dalam suatu transaksi dengan wajar.

Potongan murabahah adalah pengurangan kewajiban pembeli akhir yang

diberikan oleh pihak penjual.

Uang muka adalah jumlah yang dibayar oleh pembeli kepada penjual sebagai

bukti komitmen untuk membeli barang dari penjual.

Karakteristik

6. Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Dalam

murabahah berdasarkan pesanan, penjual melakukan pembelian barang

setelah ada pemesanan dari pembeli.

7. Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat

pembeli untuk membeli barang yang dipesannya. Dalam murabahah pesanan

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

28 

 

mengikat pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya. Jika aset murabahah

yang telah dibeli oleh penjual telah mengalami penurunan nilai sebelum

diserahkan kepada pembeli, maka penurunan nilai tersebut menjadi

tanggungan penjual dan akan mengurangi nilai akad.

8. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau tangguh.

Pembayaran tangguh adalah pembayaran yang dilakukan tidak pada saat

barang diserahkan kepada pembeli, tetapi pembayaran dilakukan secara

angsuran atau sekaligus pada waktu tertentu.

9. Akad murabahah memperkenankan penawaran harga yang berbeda untuk

cara pembayaran yang berbeda sebelum akad murabahah dilakukan. Namun

jika akad tersebut telah disepakati, maka hanya ada satu harga (harga dalam

akad) yang digunakan.

10. Harga yang disepakati dalam muarabahah adalah harga jual, sedangkan biaya

perolehan harus diberitahukan. Jika penjual mendapatkan diskon sebelum

akad murabahah, maka diskon itu merupakan hak pembeli.

11. Diskon yang terkait dengan pembelian barang, antara lain, meliputi:

(a) Diskon dalam bentuk apapun dari pemasok atas pembelian barang;

(b) Diskon biaya asuransi dari perusahaan asuransi dalam rangka pembelian barang;

(c) Komisi dalam bentuk apapun yang diterima terkait dengan pembelian barang.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

29 

 

12. Diskon atas pembelian barang yang diterima setelah akad murabahah

disepakati diperlakukan sesuai dengan kesepakatan dalam akad tersebut. Jika

tidak diatur dalam akad, maka diskon tersebut menjadi hak penjual.

13. Penjual dapat meminta pembeli menyediakan agunan atas piutang

murabahah, antara lain, dalam bentuk barang yang telah dibeli dari penjual

dan/atau aset lainnya.

14. Penjual dapat meminta uang muka kepada pembeli sebagai bukti komitmen

pembelian sebelum akad disepakati. Uang muka menjadi bagian pelunasan

piutang murabahah, jika akad murabahah disepakati. Jika akad murabahah

batal, maka uang muka dikembalikan kepada pembeli setelah dikurangi

kerugian riil yang ditanggung oleh penjual. Jika uang muka itu lebih kecil

dari kerugian, maka penjual dapat meminta tambahan dari pembeli.

15. Jika pembeli tidak dapat menyelesaikan piutang murabahah sesuai dengan

yang diperjanjikan, maka penjual dapat mengenakan denda kecuali jika dapat

dibuktikan bahwa pembeli tidak atau belum mampu melunasi disebabkan

oleh force majeur. Denda tersebut didasarkan pada pendekatan ta’zir yaitu

untuk membuat pembeli lebih disiplin terhadap kewajibannya. Besarnya

denda sesuai dengan yang diperjanjikan dalam akad dan dana berasal yang

dari denda diperuntukkan sebagai dana kebajikan.

16. Penjual boleh memberikan potongan pada saat pelunasan piutang murabahah

jika pembeli:

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

30 

 

(a) Melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu; atau

(b) Melakukan pelunasan pembayaran lebih cepat dari waktu yang telah disepakati.

17. Penjual boleh memberikan potongan dari total piutang murabahah yang

belum dilunasi jika pembeli:

(a) Melakukan pembayaran cicilan tepat waktu; dan atau

(b) Mengalami penurunan kemampuan pembayaran.

PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

AKUNTANSI UNTUK PENJUAL

18. Pada saat perolehan aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar

biaya perolehan.

19. Pengukuran aset murabahah setelah perolehan adalah sebagai berikut:

(a) Jika murabahah pesanan mengikat, maka:

(i) Dinilai sebagai biaya perolehan; dan

(ii) Jika terjadi penurunan nilai aset karena usang, rusak, atau kondisi lainnya

sebelum diserahkan ke nasabah, penurunan nilai tersebut diakui sebagai

beban dan mengurangi nilai aset.

(b) Jika murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan tidak mengikat,

maka:

(i) Dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat

direalisasi, mana yang lebih rendah; dan

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

31 

 

(ii) Jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan,

maka selisihnya diakui sebagai kerugian.

20. Diskon pembelian aset murabahah diakui sebagai:

(a) Pengurang biaya perolehan aset murabahah, jika terjadi sebelum akad

murabahah;

(b) Kewajiban kepada pembeli, jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai

akad yang disepakati menjadi hak pembeli;

(c) Tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi setelah akad murabahah dan

sesuai akad menjadi hak penjual; atau

(d) Pendapatan operasi lain, jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak

diperjanjikan dalam akad.

21. Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian diskon pembelian akan

tereliminasi pada saat:

(a) Dilakukan pembayaran kepada pembeli sebesar jumlah potongan setelah

dikurangi dengan biaya pengembalian; atau

(b) Dipindahkan sebagai dana kebajikan jika pembeli sudah tidak dapat dijangkau

oleh penjual.

22. Pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar biaya

perolehan aset murabahah ditambah keuntungan yang disepakati. Pada

akhir periode laporan keuangan, piutang murabahah sebesar nilai bersih

yang dapat direalisasi, yaitu saldo piutang dikurangi penyisihan kerugian

piutang.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

32 

 

23. Keuntungan murabahah diakui:

(a) Pada saat terjadinya penyerahan barang jika dilakukan secara tunai atau

secara tangguh yang tidak melebihi satu tahun; atau

(b) Selama periode akad sesuai dengan tingkat risiko dan upaya untuk

merealisasikan keuntungan tersebut untuk transaksi tangguh lebih dari satu

tahun. Metode-metode berikut ini digunakan, dan dipilih yang paling sesuai

dengan karakteristik dan upaya transaksi murabahah-nya:

(i) Keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah. Metode ini terapan

untuk murabahah tangguh dimana risiko penagihan kas dari piutang

murabahah dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya relatif

kecil.

(ii) Keuntungan diakui proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih

dari piutang murabahah. Metode ini untuk terapan transaksi murabahah

tangguh dimana risiko piutang tidak tertagih relatif besar dan/atau beban

untuk mengelola dan menagih piutang tersebut relatif besar juga.

(iii) Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih.

Metode ini terapan untuk transaksi murabahah tangguh dimana risiko

piutang tidak tertagih dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya

cukup besar. Dalam praktek, metode ini jarang dipakai, karena transaksi

murabahah tangguh mungkin tidak terjadi bila tidak ada kepastian yang

memadai akan penagihan kasnya.

24. Pengakuan keuntungan, dalam paragraf 23 (b) (ii), dilakukan secara

proporsional atas jumlah piutang yang berhasil ditagih dengan mengalikan

persentase keuntungan terhadap jumlah piutang yang berhasil ditagih.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

33 

 

Persentase keuntungan dihitung dengan perbandingan antara margin dan

biaya perolehan aset murabahah.

25. Berikut ini contoh perhitungan keuntungan secara proporsional untuk suatu

transaksi murabahah dengan biaya perolehan aset (pokok) Rp 800,00 dan

keuntungan Rp 200,00; serta pembayaran dilakukan secara angsuran selama 3

tahun; dimana jumalah angsuran pokok dan keuntungan yang diakui setiap

tahun adalah sebagai berikut:

Tahun Angsuran (Rp) Pokok (Rp) Keuntungan (Rp) 1 500,00 400,00 100,00 2 300,00 240,00 60,00 3 200,00 160,00 40,00

26. Potongan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada pembeli yang

melunasi secara tepat atau lebih cepat dari waktu yang disepakati diakui

sebagai pengurang keuntungan murabahah.

27. Pemberian potongan pelunasan piutrang murabahah dapat dilakukan dengan

menggunakan salah satu metode berikut:

(a) Diberikan pada saat pelunasan, yaitu penjual mengurangi piutang murabahah dan

keuntungan murabahah; atau

(b) Diberikan setelah pelunasan, yaitu penjual menerima pelunasan piutang dari

pembeli dan kemudian membayarkan potongan pelunasannya kepada pembeli.

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

34 

 

28. Potongan angsuran murabahah diakui sebagai berikut:

(a) Jika disebabkan oleh pembeli yang membayar secara tepat waktu, maka diakui

sebagai pengurang keuntungan murabahah;

(b) Jika disebabkan oleh penurunan kemampuan pembayaran pembeli, maka

diakui sebagai beban.

29. Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai

dengan akad, dan denda yang diterima diakui sebagai bagian dana

kebajikan.

30. Pengakuan dan pengukuran uang muka adalah sebagai berikut:

(a) Uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang

diterima;

(b) Jika barang jadi dibeli oleh pembeli, maka uang muka diakui sebagai

pembayaran piutang (merupakan bagian pokok);

(c) Jika barang batal dibeli oleh pembeli, maka uang muka dikembalikan kepada

pembeli setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan

oleh penjual.

AKUNTANSI UNTUK PEMBELI AKHIR

31. Hutang yang timbul dari transaksi murabahah tangguh diakui sebagai

hutang murabahah sebesar harga beli yang disepakati (jumlah yang wajib

dibayarkan).

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

35 

 

32. Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah diakui sebesar biaya

perolehan murabahah tunai. Selisih antara harga beli yang disepakati

dengan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban murabahah

tangguhan.

33. Beban murabahah tangguhan diamortisasi secara proporsional dengan

porsi hutang murabahah.

34. Diskon pembelian yang diterima setelah akad murabahah, potongan

pelunasan dan potongan hutang murabahah diakui sebagai pengurang

beban murabahah tangguhan.

35. Denda yang dikenakan akibat kelalaian dalam melakukan kewajiban

sesuai dengan akad diakui sebagai kerugian.

36. Potongan uang muka akibat pembeli akhir batal membeli barang diakui

sebagai kerugian.

PENYAJIAN

37. Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan,

yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang.

38. Margin murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account)

piutang murabahah.

39. Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account)

hutang murabahah.

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

36 

 

PENGUNGKAPAN

40. Penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi

murabahah, tetapi tidak terbatas pada:

(a) Harga perolehan aset murabahah;

(b) Janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanan sebagai kewajiban

atau bukan; dan

(c) Pengungkapan yang diperlukan sebagai PSAK 101: Penyajian Laporan

Keuangan Syariah.

41. Pembeli mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi

murabahah, tetapi tidak terbatas pada:

(a) Nilai tunai aset yang diperoleh dari transaksi murabahah;

(b) Jangka waktu murabahah tangguh;

(c) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian

Laporan Keuangan Syariah.

KETENTUAN TRANSISI

42. Pernyataan ini berlaku secara prospektif untuk transaksi murabahah yang

terjadi setelah tanggal efektif. Untuk meningkatkan daya banding laporan

keuangan maka entitas dianjurkan menerapkan Pernyataan ini secara

retrospektif.

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

37 

 

TANGGAL EFEKTIF

43. Pernyataan ini berlaku untuk penyusunan dan penyajian laporan

keuangan entitas yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2008.

PENARIKAN

44. Pernyataan ini menggantikan PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah yang

berhubungan dengan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan

murabahah.

II.6 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 105 : Akuntansi

Mudharabah

AKUNTANSI MUDHARABAH

PENDAHULUAN

Tujuan

1. Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian,

dan pengungkapan transaksi mudharabah.

Ruang Lingkup

2. Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi

mudharabah baik sebagai pemilik dana (shahibul maal) maupun pengelola

dana (mudharib).

3. Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas

obligasi syariah (sukuk) yang menggunakan akad mudharabah.

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

38 

 

Definisi

4. Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan

ini:

Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak

pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua

(pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi diantara

mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung

oleh pemilik dana.

Mudharabah muthlaqah adalah mudharabah dimana pemilik dana

memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan

investasinya.

Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana

memberikan batasan kepada pengelola dana, antara lain mengenai tempat,

cara dan atau obyek investasi.

Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana pengelola

dana menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama investasi.

Karakteristik

5. Entitas dapat bertindak baik sebagai pemilik dana atau pengelola dana.

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

39 

 

6. Mudharabah terdiri dari mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah,

dan mudharabah musytarakah. Jika entitas bertindak sebagai pengelola dana,

maka dana yang diterima disajikan sebagai dana syirkah temporer.

7. Dalam mudharabah muqayyadah, contoh batasan antara lain:

(a) Tidak mencampurkan dana pemilik dana dengan dana lainnya;

(b) Tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan, tanpa

penjamin, atau tanpa jaminan; atau

(c) Mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri tanpa melalui

pihak ketiga.

8. Pada prinsipnya dalam penyaluran mudharabah tidak ada jaminan, namun

agar pengelola dana tidak melakukan penyimpangan maka pemilik dana

dapat meminta jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga. Jaminan ini

hanya dapat dicairkan apabila pengelola dana terbukti melakukan

pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.

9. Pengembalian dana mudharabah dapat dilakukan secara bertahap bersamaan

dengan distribusi bagi hasil atau secara total pada saat akad mudharabah

diakhiri.

10. Jika dari pengelolaan dana mudharabah menghasilkan keuntungan, maka

jumlah porsi bagi hasil untuk pemilik dana dan pengelola dana ditentukan

berdasarkan nisbah yang disepakati dari hasil usaha yang diperoleh selama

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

40 

 

periode akad. Jika dari pengelolaan dana mudharabah menimbulkan kerugian,

maka kerugian finansial menjadi tanggungan pemilik dana.

Prinsip Pembagian Hasil Usaha

11. Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan prinsip bagi

hasil atau bagi laba. Jika berdasarkan prinsip bagi hasil, maka dasar

pembagian hasil usaha adalah laba bruto (gross profit) bukan total pendapatan

usaha (omset). Sedangkan jika berdasarkan prinsip bagi laba, dasar

pembagian adalah laba neto (net profit) yaitu laba bruto dikurangi beban yang

berkaitan dengan pengelolaan dana mudharabah.

Contoh:

PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

AKUNTANSI UNTUK PEMILIK DANA

12. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai

investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset

nonkas kepada pengelola dana.

Uraian Jumlah Metode Bagi Hasil Penjualan 100 Harga Pokok Penjualan 65 Laba Kotor 35 Gross Profit Margin Beban 25 Laba rugi bersih 10 Profit Sharing

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

41 

 

13. Pengukuran investasi mudharabah adalah sebagai berikut:

(a) Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang

dibayarkan;

(b) Investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar

aset nonkas pada saat penyerahan:

(i) Jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya diakui, maka

selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai

jangka waktu akad mudharabah.

(ii) Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya

diakui sebagai kerugian.

14. Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan

rusak, hilang, atau faktor lain yang bukan kelalaian atau kesalahan pihak

pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian

dan mengurangi saldo mudharabah.

15. Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha

tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian

tersebut diperhitungkan pada saat bagi hasil.

16. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha

mudharabah diterima oleh pengelola dana.

17. Dalam investasi mudharabah yang diberikan dalam aset nonkas dan aset

nonkas tersebut mengalami penurunan nilai pada saat atau setelah barang

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

42 

 

dipergunakan secara efektif dalam kegiatan usaha mudharabah, maka

kerugian tersebut tidak langsung mengurangi jumlah investasi, namun

diperhitungkan pada saat pembagian bagi hasil.

18. Kelalaian atas kesalahan pengelola dana, antara lain ditujukan oleh:

(a) Persyaratan yang ditentukan di dalam akad tidak dipenuhi;

(b) Tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang lazim dan/atau

yang telah ditentukan dalam akad; atau

(c) Hasil keputusan dari institusi yang berwenang.

19. Jika akad mudharabah brakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan

belum dibayar oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah diakui

sebagai piutang.

Penghasilan Usaha

20. Jika investasi mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan

usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang

disepakati.

21. Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah

berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian

investasi. Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara:

(a) Investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi; dan

(b) Pengembalian investasi mudharabah diakui sebagai keuntungan atau

kerugian.

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

43 

 

22. Pengakuan penghasilan usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui

berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan usaha dari pengelola

dana. Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha.

23. Kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pengelola dana dibebankan pada

pengelola dana dan tidak mengurangi investasi mudharabah.

24. Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai

piutang.

AKUNTANSI UNTUK PENGELOLA DANA

25. Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui

sebagai dana syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset

nonkas yang diterima. Pada akhir periode akuntansi, dana syirkah

temporer diukur sebesar nilai tercatatnya.

26. Jika pengelola dana menyalurkan dana syirkah temporer yang diterima

maka pengelola dana mengakui sebagai aset sesuai ketentuan pada

paragraf 12 – 13.

27. Pengelola dana mengakui pendapatan atas pengeluaran dana syirkah temporer

secara bruto sebelum dikurangi dengan bagian hak pemilik dana.

28. Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua prinsip,

yaitu bagi laba atau bagi hasil seperti yang dijelaskan pada paragraf 11.

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

44 

 

29. Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah

diperhitungkan tetapi belum dibagikan kepada pemilik dana diakui sebagai

kewajiban sebesar bagi hasil yang menjadi porsi hak pemilik dana.

30. Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian pengelola dana

diakui sebagai beban pengelola dana.

Mudharabah Musytarakah

31. Jika pengelola dana juga menyertakan dana dalam mudharabah

musytarakah, maka penyaluran dana milik pengelola dana tersebut diakui

sebagai investasi mudharabah.

32. Akad mudharabah musytarakah merupakan perpaduan antara akad

mudharabah dan akad musyarakah.

33. Dalam mudharabah musytarakah, pengelola dana (berdasarkan akad

mudharabah) menyertakan juga dananya dalam invenstasi bersama

(berdasarkan akad musyarakah). Pemilik dana musyarakah (musytarik)

memperoleh bagian hasil usaha sesuai porsi dana yang disetorkan. Pembagian

hasil usaha antara pengelola dana dan pemilik dana dalam mudharabah

adalah sebesar hasil usaha musyarakah setelah dikurangi porsi pemilik dana

sebagai pemilik dana musyarakah.

34. Pembagian hasil investasi mudharabah musytarakah dapat dilakukan

sebagai berikut:

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

45 

 

(a) Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai mudharib) dan pemilik

dana sesuai dengan nisbah yang disepakati, selanjutnya bagian hasil investasi

setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai mudharib) tersebut dibagi

antara pengelola dana (sebagai musytarik) dengan pemilik dana sesuai dengan

porsi modal masing-masing; atau

(b) Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan pemilik

dana sesuai dengan porsi modal masing-masing, selanjutnya bagian hasil

investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai musytarik) tersebut

dibagi antara pengelola dana (sebagai mudharib) dengan pemilik dana sesuai

dengan nisbah yang disepakati.

35. Jika terjadi kerugian atas investasi, maka kerugian dibagi sesuai dengan

porsi modal para musytarik.

PENYAJIAN

36. Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan

sebesar nilai tercatat.

37. Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan

keuangan:

(a) Dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai tercatatnya

untuk setiap jenis mudharabah.

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

46 

 

(b) Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitunghkan tetapi belum

diserahkan kepada pemilik dana disajikan sebagai pos bagi hasil yang belum

dibagikan di kewajiban.

PENGUNGKAPAN

38. Pemilik dana mengungkapkan hal-hal terkait transaksi mudharabah, tetapi

tidak terbatas pada:

(a) Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil

usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain;

(b) Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya;

(c) Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan; dan

(d) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan

Keuangan Syariah.

39. Pengelola dana mengungkapkan hal-hal terkait transaksi mudharabah,

tetapi tidak terbatas pada:

(a) Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil

usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain;

(b) Rincian dana syirkah temporer yang diterima berdasarkan jenisnya;

(c) Penyaluran dana yang berasal dari mudharabah muqayadah; dan

(d) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan

Keuangan Syariah.

Page 39: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

47 

 

KETENTUAN TRANSISI

40. Pernyataan ini berlaku secara prospektif untuk transaksi mudharabah

yang terjadi setelah tanggal efektif. Untuk meningkatkan daya banding

laporan keuangan maka entitas dianjurkan menerapkan pernyataan ini

secara retrospektif.

TANGGAL EFEKTIF

41. Pernyataan ini berlaku untuk penyusunan penyajian laporan keuangan

entitas yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Janurai 2008.

PENARIKAN

42. Pernyataan ini menggantikan PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, yang

berhubungan dengan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan

mudharabah.

II.7 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 107 : Akuntansi Ijarah

PENDAHULUAN

Tujuan

1. Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian,

dan pengungkapan transaksi ijarah.

Page 40: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

48 

 

Ruang Lingkup

2. Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi ijarah.

3. Pernyataan ini mencakup pengaturan untuk pembiayaan multijasa yang

menggunakan akad ijarah, namun tidak mencakup pengaturan perlakuan

akuntansi untuk obligasi syariah (sukuk) yang menggunakan akad ijarah.

Definisi

4. Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam pernyataan

ini:

Asset ijarah adalah aset baik berwujud maupun tidak berwujud, yang atas

manfaatnya disewakan.

Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset dalam waktu

tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan

kepemilikan aset itu sendiri. Sewa yang dimaksud adalah sewa operasi (operating

lease).

Ijarah muntahiyah bittamlik adalah ijarah dengan wa’d perpindahan kepemilikan

aset yang di ijarah-kan pada saat tertentu.

Page 41: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

49 

 

Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset antara

pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu

transaksi dengan wajar (arms length transaction).

Obyek ijarah adalah manfaat penggunaan aset berwujud atau tidak berwujud.

Sewa operasi adalah sewa yang tidak mengalihkan secara substansi seluruh risiko

dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset.

Umur manfaat adalah suatu periode dimana aset diharapkan akan digunakan

atau jumlah produksi/unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari aset.

Wa’d adalah janji dari satu pihak kepada pihak kepada pihak lain untuk

melaksanakan sesuatu.

Karakteristik

5. Ijarah merupakan sewa menyewa obyek ijarah tanpa perpindahan resiko dan

manfaat yg terkait dengan atau tanpa wa’ad untuk memindahkan kepemilikan

dari pemilik (mu’jir) kepada penyewa (musta’jir) pada saat tertentu.

Page 42: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

50 

 

6. Perpindahan kepemilikan suatu aset yang diijarahkan dari pemilik kepada

penyewa, dalam ijarah muntahiyah bittamlik, dilakukan jika akad ijarah telah

berakhir atau diakhiri dan aset ijarah telah diserahkan kepada penyewa

dengan membuat akad terpisah secara:

(a) Hibah;

(b) Penjualan sebelum akhir masa akad;

(c) Penjualan pada masa akad;

(d) Penjualan secara bertahap.

7. Pemilik dapat meminta penyewa untuk menyerahkan jaminan atas ijarah

untuk menghindari risiko kerugian.

8. Spesifikasi obyek ijarah, misalnya jumlah, ukuran, dan jenis, harus jelas

diketahui dan tercantum dalam akad.

PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

Akuntansi Pemilik (mu’jir)

Biaya perolehan

9. Obyek ijarah diakui pada saat obyek ijarah diperoleh sebesar biaya

perolehan.

Page 43: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

51 

 

10. Biaya perolehan obyek ijarah yang berupa aset tetap mengacu ke PSAK 16:

Aset Tetap dan aset tidak berwujud mengacu ke PSAK 19: Aset Tidak

Berwujud.

Penyusutan dan amortisasi

11. Obyek ijarah disusutkan atau diamortiasi, jika berupa aset yang dapat

disusutkan atau diamortisasi, sesuai dengan kebijakan penyusutan atau

amortisasi untuk aset sejenis selama umur manfaatnya (umur ekonomis).

12. Kebijakan penyusutan atau amortisasi yang dipilih harus mencerminkan pola

konsumsi yang diharapkan dari manfaat ekonomi di masa depan dari obyek

ijarah.umur ekonomis dapat berbeda dengan umur teknis. Misalnya, mobil

yang dapat dipakai selama 10 tahun di-ijarah-kan dengan akad ijarah

muntahiyah bittamlik selama 5 tahun. Dengan demikian, umur ekonomisnya

adalah 5 tahun.

13. Pengaturan penyusutan obyek ijarah yang berupa aset tetap sesuai dengan

PSAK 16 : Aset Tetap dan amortisasi aset tidak berwujud sesuai dengan

PSAK 19: Aset Tidak Berwujud.

Pendapatan dan beban

14. Pendapatan sewa selama masa akad diakui pada saat manfaat atas aset

telah diserahkan kepada penyewa.

Page 44: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

52 

 

15. Piutang pendapatan sewa diukur sebesar nilai yang dapat direalisasikan

pada akhir periode pelaporan.

16. Pengakuan biaya perbaikan obyek ijarah adalah sebagai berikut:

(a) Biaya perbaikan tidak rutin obyek ijarah diakui pada saat terjadinya;

dan

(b) Jika penyewa melakukan perbaikan rutin obyek ijarah dengan

persetujuan pemilik, maka biaya tersebut dibebankan kepada pemilik

dan diakui sebagai beban pada saat terjadinya .

17. Dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan secara bertahap, biaya

perbaikan obyek ijarah yang dimaksud dalam paragraf 16 huruf (a) dan (b)

ditanggung pemilik maupun penyewa sebanding dengan bagian kepemilikan

masing-masing atas obyek ijarah.

18. Biaya perbaikan obyek ijarah merupakan tanggungan pemilik. Perbaikan

tersebut dapat dilakukan oleh pemilik secara langsung atau dilakukan oleh

penyewa atas persetujuan pemilik.

Perpindahan kepemilikan

19. Pada saat perpindahan kepemilikan objek ijarah dari pemilik kepada

penyewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik dengan cara:

(a) Hibah, maka jumlah tercatat objek ijarah diakui sebagai beban;

Page 45: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

53 

 

(b) Penjualan sebelum berakhirnya masa akad, maka selisih antara harga

jual dan jumlah tercatat objek ijarah diakui sebagai keuntungan atau

kerugian;

(c) Penjualan setelah selesai masa akad, maka selisih antara harga jual

dan jumlah tercatat objek ijarah diakui sebagai keuntungan atau

kerugian;

(d) Penjualan secara bertahap, maka:

(i) Selisih antara harga jual dan jumlah tercatat sebagian objek

ijarah yang telah dijual diakui sebagai keuntungan atau

kerugian; dan

(ii) Bagian objek ijarah yang tidak dibeli penyewa diakui sebagai

aset tidak lancar atau aset lancar sesuai dengan tujuan

penggunaan aset tersebut.

Akuntansi Penyewa (Musta’jir)

Beban

20. Beban sewa diakui salama masa akad pada saat manfaat atas aset telah

diterima.

21. Utang sewa diukur sebesar jumlah yang harus dibayar atas manfaat yang

telah diterima.

22. Biaya pemeliharaan obyek ijarah yang disepakati dalam akad menjadi

tanggungan penyewa diakui sebagai beban pada saat terjadinya.

Page 46: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

54 

 

23. Biaya pemeliharaan obyek iijarah, dalam ijarah muntahiyah bittamlik

melalui penjualan obyek ijarah secara bertahap, akan meningkat sejalan

dengan peningkatan kepemilikan obyek ijarah.

Perpindahan kepemilikan

24. Pada saat perpindahan kepemilikan objek ijarah dari pemilik kepada

penyewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik dengan cara:

(a) Hibah, maka penyewa mengakui aset dan keuntungan sebesar nilai

wajar obyek ijarah yang diterima;

(b) Pembelian sebelum masa akad berakhir, maka penyewa mengakui aset

sebesar nilai wajar atau pembayaran tunai yang disepakati;

(c) Pembelian setelah masa akad berakhir, maka penyewa mengakui aset

sebesar nilai wajar atau pembayaran tunai yang disepakati;

(d) Pembelian secara bertahap, maka penyewa mengakui aset sebesar nilai

wajar.

Jual dan ijarah

25. Transaksi jual-dan-ijarah harus merupakan transaksi yang terpisah dan

tidak saling bergantung (ta’alluq) sehingga harga jual harus dilakukan

pada nilai wajar.

26. Jika suatu entitas menjual obyek ijarah kepada lain dan kemudian

menyewanya kembali, maka entitas tersebut mengakui keuntungan atau

Page 47: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

55 

 

kerugian pada periode terjadinya penjualan dalam laporan laba rugi dan

menerapkan perlakuan akuntansi penyewa.

27. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari transaksi jual dan ijarah tidak

dapat diakui sebagai pengurangan atau penambah beban ijarah.

Ijarah-Lanjut

28. Jika suatu entitas menyewakan lebih lanjut kepada pihak lain atas aset

yang sebelumnya disewa dari pemilik, maka entitas tersebut menerapkan

perlakuan akuntansi pemilik dan akuntansi penyewa dalam pernyataan ini.

29. Jika suatu entitas menyewa obyek ijarah (sewa) untuk disewa lanjutkan, maka

entitas mengakui sebagai beban ijarah (sewa) tangguhan untuk pembayaran

ijarah jangka panjang dan sebagai beban ijarah (sewa) untuk sewa jangka

pendek.

30. Perlakuan akuntansi penyewa diterapkan untuk transaksi antara entitas

(sebagai penyewa) dengan pemilik dan perlakuan akuntansi pemilik

diterapkan untuk transaksi antara entitas (sebagai pemilik) dengan pihak

penyewa lanjut.

Page 48: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

56 

 

PENYAJIAN

31. Pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban yang

terkait, misalnya beban penyusutan, beban pemeliharaan dan perbaikan,

dan sebagainya.

PENGUNGKAPAN

32. Pemilik mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah

dan ijarah muntahiyah bittamlik, tetapi tidak terbatas, pada:

(a) Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak

terbatas pada :

(i) Keberadaan wa’d pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang

digunakan (jika ada wa’d pengalihan kepemilikan)

(ii) Pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah-lanjut;

(iii) Agunan yang digunakan (jika ada)

(b) Nilai perolehhan dan akumulasi penyusutan atau amortisasi untuk

setiap kelompok aset ijarah;

(c) Keberadaan transaksi jual dan ijarah (jika ada).

33. Penyewa mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah

dan ijarah muntahiyah bittamlik, tetapi tidak terbatas pada:

(a) Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak

terbatas pada:

(i) Total pembayaran

Page 49: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00118 AK Bab 2.pdf · dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

57 

 

(ii) Keberadaan wa’d pemilik untuk pengalihan kepemilikan dan

mekanisme yang digunakan (jika ada wa’d pemilik untuk

mengalihkan kepemilikannya)

(iii) Pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah lanjut;

(iv) Agunan yang digunakan (jika ada)

(b) Keberadaan transaksi jual dan ijarah dan keuntungan atau kerugian

yang diakui (jika ada transaksi jual dan ijarah).

KETENTUAN TRANSISI

34. Pernyataan ini diterapkan secara prospektif penerapan secara retrospektif

diperkenankan, tetapi tidak disyaratkan.

TANGGAL EFEKTIF

35. Pernyataan ini berlaku untuk penyusunan dan penyajian laporan

keuangan entitas yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 januari 2010.

Penerapan lebih dini dianjurkan. Jika entitas menerapkan pernyataan ini

untuk periode yang dimulai sebelum 1 januari 2010, maka fakta tersebut

harus diungkapkan.

PENARIKAN

36. Pernyataan ini menggantikan PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah yang

berhubungan dengan perlakuan akuntansi untuk pengakuan, pengukuran,

penyajian dan pengungkapan atas transaksi ijarah.