bab ii landasan teori ii... · 2015. 6. 12. · menurut paneerselvam, berikut ini rumus dalam...
TRANSCRIPT
22
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi merupakan salah satu parameter kemampuan industri
dalam menghasilkan produk terkait dengan ketersediaan mesin, tenaga kerja dan
jam kerja dalam satuan waktu tertentu. Menurut Heizer dan Render, mengartikan
kapasitas adalah hasil produksi (output) maksimal dari sistem pada suatu periode
tertentu (Heizer & Render, 2001). Kapasitas biasanya dinyatakan dalam angka
per satuan waktu. Terdapat 2 jenis kapasitas (Heizer & Render, 2001), yaitu:
1. Kapasitas efektif atau pemanfaatan efektif
Merupakan presentase kapasitas desain yang benar-benar mampu secara
operasional, atau dengan kata lain pemanfaatan (utilisasi) efektif adalah
kapasitas yang dapat diharapkan perusahaan untuk menghasilkan berbagai
produk, dengan metode penjadwalan, cara pemeliharaan, dan standar mutu
tertentu.
2. Kapasitas yang dijadikan patokan (rated capacity)
Adalah ukuran kapasitas dimana fasilitas tertentu sudah digunakan dengan
maksimal. Kapasitas yang dijadikan patokan tersebut akan selalu kurang atau
sama dengan kapasitas riilnya.
23
Kapasitas produksi dapat menentukan terkait dengan :
Persyaratan modal, sehingga mempengaruhi sebagian besar biaya tetap.
Apakah permintaan dapat dipenuhi atau apakah fasilitas yang ada berlebihan?
Jika kapasitas terlalu besar, sebagian fasilitas akan menganggur dan akan
terdapat biaya tambahan yang dibebankan pada produksi yang ada.
2.2 Efisiensi dan Efektivitas Produksi
Menurut Heizer dan Render, efisiensi adalah ukuran output actual (yang
sebenarnya dihasilkan) dengan kapasitas efektif (Heizer & Render, 2001).
Efisiensi merupakan ukuran yang menunjukan dalam penggunaan sumber daya
ekonomi yang ada untuk menghasilkan output secara maksimal. Dengan adanya
peningkatan efisiensi produksi, maka dapat meminimalisasi biaya produksi serta
meningkatkan profit. Sedangkan efektivitas merupakan tingkat pemenuhan output
atau tujuan dari proses terhadap suatu target atau pencapaian. Semakin tinggi
pencapaian atau target, maka proses tersebut dikatakan semakin efektif.
Disamping itu, terdapat pernyataan bahwa kumpulan aktivitas untuk menciptakan
nilai dalam suatu produk, baik yang berbentuk barang maupun jasa, dengan cara
mengubah input menjadi output .Berdasarkan kedua pengertian diatas mengenai
efisiensi dan efektivitas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas lebih mengarah
terhadap hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi lebih mengarah pada proses
pencapaian hasil tersebut. Kedua hal tersebut saling berkaitan satu sama lain,
dimana suatu proses produksi harus memastikan penggunaan sumber daya yang
24
ada seperti bahan baku secara efisien dengan menggunakan metode atau proses
secara efektif untuk mencapai hasil yang optimal serta meminimalisasi biaya.
Berikut ini rumus perhitungan efisiensi dan efektivitas (Render & Heizer, 2004) :
Keterangan :
- Output Aktual = Jumlah hasil produksi
- Kapasitas Efektif = Kemampuan kapasitas efektif produksi
- Jumlah Pekerja = Tenaga kerja yang dibutuhkan produksi
- Jam Kerja = Jumlah jam kerja yang tersedia
- Minggu Kerja = Jumlah minggu kerja yang dihitung per bulan
- Waktu produksi/unit= Waktu yang dibutuhkan untuk produksi per unit
2.3 Perencanaan Kapasitas Produksi
Perencanaan kapasitas berhubungan dengan kemampuan suatu perusahaan
untuk menghasilkan produk dalam pemenuhannya terhadap demand yang harus
dipenuhi oleh perusahaan (Harnatalia, 2013). Perencanaan produksi merupakan
25
suatu langkah penting yang harus dilakukan, khususnya untuk bagian tim
perencanaan produksi. Perencanaan produksi adalah suatu proses untuk
memutuskan kebutuhan produksi dalam menentukan perubahan permintaan order
setiap produk yang disesuaikan dengan ketersediaan kapasitas prouksi. Tujuan
perencanaan kapasitas adalah untuk mencapai tingkat utilitas optimum sesuai
ketersediaan sumber yang ada, sehingga dapat meminimalkan biaya produksi
serta meningkatkan profit. Perencanaan kapasitas yang tidak tepat dapat
berdampak terhadap kelangsungan produksi, jika kapasitas terlalu besar
sedangkan tidak diimbangi dengan order, maka akan menimbulkan kekosongan
kapasitas, begitu juga sebaliknya jika kapasitas terlalu kecil sedangkan tidak
diimbangi dengan order maka menimbulkan kapasitas berlebih yang berakibat
biaya produksi semakin tinggi. Untuk itu perlu disesuaikan antara kapasitas yang
akan direncanaan sesuai dengan order yang diterima. Perencanaan kapasitas
produksi dapat dilihat dalam 3 horizon waktu, antara lain :
a) Kapasitas jangka panjang (> 1th)
Perencanaan kapasitas jangka panjang, yaitu lebih dari 1 tahun terkait dengan
sumber daya produktif memerlukan waktu/lead time yang cukup lama untuk
menyelesaikan pekerjaan tersebut, seperti fasilitas infrastruktur, bangunan,
peralatan atau mesin. Dalam penentuan jumlah produksi yang dapat
menghasilkan biaya minimum perlu diperhatikan berbagai faktor, antara lain :
Pola permintaan jangka panjang
Siklus kehidupan produk yan dihasilkan
26
Terdapat 2 strategi yang dapat dilakukan perusahaan terkait dengan kapasitas
jangka panjang, yaitu :
Strategi melihat dan menuggu (wait and see strategy)
Strategi ini bersifat strategi hati-hati, karena kapasitas produksi akan
dinaikkan apabila yakin bahwa permintaan konsumen sudah naik. Strategi
ini diperoleh berdasarkan pertimbangan bahwa, setiap kali terjadi
kelebihan kapasitas produksi, perusahaan harus menanggung risiko karena
investasi yang dilakukan hanya ditanggung dalam jumlah yang sedikit,
sehingga berakibat pada biaya produksi menjadi tinggi.
Strategi ekspansionis
Strategi ekspansionis adalah strategi dimana kapasitas selalu melebihi atau
diatas permintaan. Dengan menggunakan strategi ini, perusahaan berharap
tidak akan terjadi kekurangan produk di pasaran yang dapat menyebabkan
adanya peluang masuknya produsen lain. Disamping itu, perusahaan
berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan dengan
cara menjamin tersedianya produk di pasaran.
b) Kapasitas jangka menengah (3-18 bulan)
Perencanaan kapasitas jangka menengah, yaitu rentang waktu sekitar 3-18
bulan. Dalam hal ini, perencanaan dapat bersifat fleksibel dengan memiliki
beberapa alternatif untuk mengatur kapasitas yang diperlukan, antara lain
seperti menambah ataupun mengurangi jumlah tenaga kerja, peralatan atau
mesin, dan melakukan subkontrak.
c) Kapasitas jangka pendek (< 3bln)
27
Perencanaan kapasitas jangka pendek, yaitu dengan rentang waktu kurang
dari 3 bulan terkait dengan sistem penjadwalan harian, mulai dari pekerjaan,
karyawan, pengalokasian mesin. Sehingga dalam hal ini perlu adanya
beberapa alternatif yang dilakukan seperti kerja lembur, penggantian routing
produksi, dan pemindahan karyawan untuk dapat memenuhi permintaan
pelanggan dengan perencanaan yang bersifat jangka pendek. Disamping itu,
untuk meningkatkan kapasitas yang bersifat jangka pendek terdapat 5 cara
yang dapat dilakukan perusahaan, antara lain :
1. Meningkatkan jumlah sumber daya
a. Penggunaan kerja lembur
b. Penambahan regu kerja
c. Memerikan kesempatan kerja secara part-time
d. Sub-kontrak
e. Kontrak kerja
2. Memperbaiki penggunaan sumber daya
a. Mengatur regu kerja
b. Menetapkan jadwal
3. Memodifikasi produk
a. Menentukan standar produk
b. Melakukan perubahan jasa operasi
c. Melakukan pengawasan kualitas
4. Memperbaiki permintaan
a. Melakukan perubahan harga
28
b. Melakukan perubahan promosi
5. Tidak memenuhi permintaan
a. Tidak mensuplai semua permintaan
Terdapat 4 pertimbangan dalam memutuskan perencanaan kapasitas produksi,
antara lain :
1. Meramalkan permintaan secara akurat, manajemen harus mengetahui produk
yang sedang ditambahkan dan produk yang sedang dihentikan produksinya,
begitu juga volume yang diperkirakan.
2. Memahami teknologi dan peningkatan kapasitas : jumlah alternatif yang
tersedia mungkin cukup banyak, tetapi setelah volume ditentukan keputusan
teknologinya dapat dipandu dengan analisis biaya, kebutuhan sumber daya
manusia, kualitas dan kehandalan.
3. Menemukan tingkat operasi (volume) yang optimal : teknologi dan
peningkatan kapasitas kerap menentukan ukuran optimal sebuah fasilitas.
4. Dibuat untuk perubahan : dalam dunia yang cepat berubah, perubahan tidak
dapat diabaikan, oleh karena itu manajer operasi harus menciptakan
fleksibilitas dalam fasilitas dan peralatan.
29
2.4 Perhitungan Kapasitas
Kemampuan produksi suatu indsutri dalam menghasilkan suatu produk dapat
dihitung dalam rentang waktu tertentu, seperti per hari, per bulan, per tahun
ataupun per periode waktu yang diinginkan dari perusahaan.
Menurut Paneerselvam, berikut ini rumus dalam menghitung kapasitas
(Paneerselvam, 2012) :
Keterangan :
- Kapasitas Produksi (pasang) = kemampuan produksi suatu industri
- Jumlah Mesin (unit) = jumlah mesin yang tersedia
- Jam Kerja (Jam) = jumlah jam kerja yang tersedia
- Efisiensi (%) = % efisiensi perencanaan produksi
Pada dasarnya kapasitas dapat diukur dari ketersediaan jumlah mesin dan
tenaga kerja atau tenaga kerja yang dimiliki oleh suatu industri, semakin banyak
jumlah mesin atau tenaga kerja, maka semakin tinggi kapasitas yang dapat
dihasilkan. Untuk mengukur utilisasi kapasitas atau kapasitas yang digunakan
terhadap kapasitas yang tersedia (Jacobs, 2011), menggunakan rumus sebagai
berikut :
30
Contoh :
Suatu industri sepatu beroperasi 6 hari per minggu dengan sistem kerja 2 shift dan
mempunyai 16 lines produksi, dimana setiap line terdiri dari 24 holes mesin press
untuk produksi outsole sepatu. Jika jumlah hari kerja yang diasumsikan sebanyak
22.5 hari dalam satu bulan dengang tingkat efisiensi produksi 90%, kapasitas
produksi dalam 1 bulan adalah:
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Produksi
Dalam membuat perencanaan kapasitas produksi terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal (Merlyana & Abbas,
2008). Berikut ini beberapa faktor internal yang mempengaruhi kapasitas
produksi, antara lain :
1. Tenaga kerja
31
Tenaga kerja atau tenaga kerja meruapakan salah satu faktor penting terhadap
kapasitas yang dapat direncanakan. Jumlah tenaga kerja yang semakin banyak
akan menambah kapasitas produksi suatu industri. Disamping itu,
kemampuan atau keahlian tenaga kerja jumlah akan mempengaruh kapasitas
yang dapat direncanakan melalui jumlah output yang mampu dihasilkan
setiap jam oleh setiap tenaga kerja dalam satuan waktu tertentu. Pada
dasarnya kemampuan kapasitas yang dimiliki oleh suatu industri dapat diukur
bersadarkan jumlah tenaga kerja atau tenaga kerja dan jumlah mesin yang
dimiliki, hal ini tergantung dari jenis industri atau proses produksi yang
dilakukan.
2. Mesin
Faktor internal lain yang mempengaruhi jumlah kapasitas produksi adalah
ketersediaan jumlah mesin dan kemampuan mesin dalam memproduksi suatu
produk. Kapasitas mesin merupakan salah satu faktor modal kerja yang
mempengaruhi kemampuan produksi suatu industri. Semakin banyak jumlah
mesin serta kemampuan mesin dalam berproduksi, maka semakin tinggi
kapasitas yang dapat direncanakan.
3. Jam Kerja
Jumlah jam kerja yang tersedia dalam satuan waktu tertentu juga sangat
mempengaruhi kemampuan industri untuk memenauhi kapasitas sesuai
dengan permintaan pelanggan. Misalnya saja dalam kurun waktu bulan,
jumlah jam kerja yang dipengaruhi hari libur akhir minggu ataupun libur
nasional, dapat mengurangi kapasitas produksi. Selain itu, jumlah jam kerja
32
setiap hari yang dioperasikan untuk indsurti tersebut juga mempengaruhi
kapasitas yang mampu dihasilkan, seperti sistem kerja 1 shift, 2 shift ataupun
3 shift.
Selain faktor internal, terdapat faktor eksternal yang dapat mempengaruhi
perencanaan kapasitas suatu indusrti, antara lain:
1. Jumlah Order
Jumlah order merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi
perencanaan kapasitas produksi suatu industri, khususnya bagi industri yang
bersifat make to order, dimana pembuatan produk berdasarkan permintaan
pelanggan. Jumlah order yang fluktuatif atau bahkan rendah sangat
mempengaruhi terhadap kelangsungan industri dalam melakukan perencanaan
kapasitas, karena ketidakstabilan tersebut akan menjadi hambatan dalam
membuat perencanaan kapasitas produksi. Namun, hal ini berbeda dengan
industri yang bersifat make to stock, dimana industri tersebut dapat
melakukan perencanaan sendiri secara independen berdasarkan data
peramalan atau prediksi yang dimiliki, sehingga perencanaan kapasitas lebih
mudah untuk dibuat.
2. Kemampuan atau Kapasitas Supplier/Subcontractor
Kegiatan industri merupakan suatu rantai yang saling berkaitan antara
supplier, produsen dan konsumen. Semakin besar atau kompleks suatu
industri biasanya memiliki jumlah supplier serta Subcontractor yang semakin
banyak untuk mendukung kelangsungan produksi. Kemampuan dari supplier
dalam memasok bahan baku dan subcontractor dalam mendukug proses
33
produksi menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan kapasitas
produksi. Dalam hal ini, tentunya suatu indsutri sebagai produsen akan
berusahan untuk memenuhi permintaan konsumen, tetapi jika terdapat
keterbatasan dari kemampuan supplier ataupun subcontractor yang
mempengaruhi kelangsungan produski, maka perlu dipertimbangkan lagi
untuk mencari alternatif lain sehingga kapasitas yang direncanakan dapat
terpenuhi.
2.6 Value Chain (Michael Porter)
Value Chain atau rantai nilai adalah kumpulan aktivitas atau kegiatan dalam
sebuah perusahaan yang dilakukan untuk mendesain, memproduksi,
memasarkan, mengirimkan dan support produk (Porter, 1998). Konsep rantai
nilai ini pertama kali dikenalkan serta dipopulerkan oleh Porter pada tahun 1985
dalam bukunya. Aktivitas rantai nilai ini terdiri dari sekumpulan aktivitas utama
dan pendukung. Berikut ini bagan value chain pada gambar 4.1 :
Gambar 2.1 Porter’s Generic Value Chain
34
Berikut ini penjelasan mengenai aktivitas rantai nilai utama dan pendukung
dari Porter :
Aktivitas Utama (Primary Activities)
1. Logistik Masuk (Inbound Logistics) adalah semua aktivitas atau kegiatan
yang dihubungkan dengan penerimaan, penyimpanan dan penyebaran
input/bahan baku, seperti penanganan bahan baku, pergudangan, kontrol
inventory, jadwal kendaraan dan pengembalian kepada supplier.
2. Operasional (Operations) adalah kegiatan yang dihubungkan dengan
mengubah input atau bahan baku menjadi bentuk produk akhir, seperti
permesinan, pengemasan, perakitan, perawatan perlengkapan, testing,
pencetakan dan yang lainnya yang berkaitan dengan proses operasi atau
produksi.
3. Logistik Keluar (Outbound Logistics) adalah kegiatan yang diasosiasikan
dengan pengumpulan, penyimpanan dan distribusi produk ke pembeli,
seperti pergudangan produk jadi, penanganan material, operasi
pengiriman, proses pemesanan dan penjadwalan.
4. Pemasaran dan penjualan (Marketing and Sales) adalah kegiatan dalam
membujuk atau menarik pembeli untuk membeli, seperti pengiklanan,
promosi, tenaga penjual, kuota dan harga.
5. Pelayanan (Service) adalah kegiatan yang diasosiasikan dengan
penyediaan layanan untuk meningkatkan dan mempertahankan nilai
produk, seperi instalasi, perbaikan, pelatihan dan penambahan produk.
35
Aktivitas Pendukung (Support Activities)
Secara umum, aktivitas pendukung dalam rantai nilai terbagi dalam 4 kategori
kegiatan, antara lain :
1. Procurement, mengacu pada fungsi pembelian seperti pembelian bahan
mentah, persedian dan jenis jenis barang lainnya yang dapat dijadikan aset
seperti mesin-mesin, perlengkapan laboratorium, kantor dan bangunan.
2. Technology Development, terdiri dari berbagai kegiatan yang dapat
dikelompokkan ke dalam usaha untuk meningkatkan produk dan proses.
Pengembangan teknologi sangat penting untuk keunggulan kompetitif
dalam semua industri.
3. Human Resource Management, pengelolaan sumberdaya manusia
meliputi kegiatan rekrutmen, pelatihan, pengembangan SDM.
4. Firm Infrastructure, aktivitas infrastruktur perusahaan terdiri dari
sejumlah aktivitas termasuk pengelolaan umum, perencanaan, keuangan,
accounting dan manajemen kualitas.
Pada dasarnya masing - masing kegiatan atau aktivitas utama maupun
pendukung merupakan penting, hal ini tergantung dari industrinya. Misal,
untuk perusahaan dibidang jasa, pelayanan terhadap pelanggan menjadi
sesuatu yang sangat vital dalam operasi perusahaan tersebut.
Dalam setiap kategori kegiatan/aktivitas, baik itu yang utama maupun yang
pendukung, ada tiga jenis kegiatan yang memiliki peran berbeda dalam
kegiatan tersebut, antara lain :
36
Langsung (direct) : aktivitas yang melibatkan langsung dalam pembuatan
nilai kepada pembeli, seperti perakitan, iklan, desain produk, rekrutmen
dan lain sebagainya.
Tidak langsung (indirect) : aktivitas yang memungkinkan untuk
melakukan kegiatan langsung secara berkelanjutan, seperti perawatan,
penjadwalan, administrasi penelitian dan lain sebagainya
Jaminan kualitas (Quality Assurance) : aktivitas yang menjamin kualitas
dari aktivitas lain seperti, monitoring, inpeksi, testing, pemeriksaan dan
lain sebagainya.
2.7 Analisa Regresi Linear
2.7.1 Multiple Regression Model
Dalam penelitian ini menggunakan model analisis regresi berganda. Analisis
Regresi Linear Berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih
dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat.
Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel indenpenden
dengan variabel dependen, juga untuk mengetahui masing-masing variabel
Indenpenden berhubungan positif atau negatif, dan untuk memprediksi nilai
dari variabel dependen apabila nilai variabel Indenpendent mengalami
kenaikan atau penurunan.
Data yang digunakan biasanya bersekala interval atau ratio. Rumusnya
sebagai berikut (Nugroho, 2005) :
37
Y = a + bX1 + cX2 + dX3 + e
Keterangan:
Y = Variabel terikat/dependen
a = Konstanta
b = Koefisien regresi pertama
c = Koefisien regresi kedua
d = Koefisien regresi ketiga
X1, X2, X3 = Variabel bebas/independen
e = Tingkat error yang dapat ditoleransi
2.7.2 Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi merupakan nilai yang menunjukan kuat atau tidaknya suatu
hubungan linier antar dua variabel. Koefisien korelasi dilambangkan dengan
huruf r dimana nilai r dapat bervariasi dari -1 sampai +1. Nilai r yang
mendekati -1 atau +1 menunjukan hubungan yang kuat antara dua variabel
tersebut dan nilai r yang mendekati 0 mengindikasikan lemahnya hubungan
antara dua variabel tersebut. Sedangkan tanda positif (+) dan negatif (–)
memberikan informasi mengenai arah hubungan antara dua variabel tersebut.
Jika bernilai positif (+), maka kedua variabel tersebut memiliki hubungan
yang searah. Dalam arti lain peningkatan X akan bersamaan dengan
peningkatan Y dan begitu juga sebaliknya. Jika bernilai negatif (–) artinya
38
korelasi antara kedua variabel tersebut bersifat berlawanan. Peningkatan nilai
X akan dibarengi dengan penurunan Y.
Berikut ini kriteria tingkat hubungan dari suatu nilai koefisien korelasi (r)
(Sugiarto & Harijono, 2000) dari Koefisien Korelasi Product Momen
Pearson, yaitu :
0 = tidak ada korelasi
0 – 0.5 = korelasi lemah
0.5 – 0.8 = korelasi sedang
0.8 – 1.00 = korelasi kuat
1.00 = korelasi sempurna
Koefisien korelasi pearson atau Product Moment Coefficient of Correlation
merupakan nilai yang menunjukan keeratan hubungan linier dua variabel
dengan skala data interval atau rasio.
Berikut ini rumus yang digunakan (Walpole, 1995) :
Keterangan :
= Koefisien korelasi antara variabel X dan Y.
= deviasi dari mean untuk nilai variabel X
39
= deviasi dari mean untuk nilai variabel Y
= jumlah perkalian antara nilai X dan Y
= Kuadrat dari nilai
= Kuadrat dari nilai y
2.8 Penelitian Terdahulu
Sebelum penelitian ini dilakukan, peneliti mendapatkan data bahwa telah
dilakukan penelitian-penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian
ini. Berikut ini merupakan tabel data penelitian terdahulu yang dikutip dari jurnal
ilmiah, antara lain :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian Terdahulu Penulis Kesimpulan
Analisis pengaruh kualitas
pelayanan jasa Restoran
terhadap loyalitas pelanggan
sakana japanes restaurant di
delonix hotel karawang
Lia Erlian Sari
Kualitas Pelayanan berkaitan erat dengan kepuasan pelanggan. Kualitas pelayanan memberikan dorongan khusus bagi para pelanggan untuk menjalin ikatan relasi saling menguntungkan dalam jangka panjang dengan perusahaan. Ikatan emosional semacam ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan dan kebutuhan spesifik pelanggan. Dengan demikian, perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dan kepuasan pelanggan berkontribusi pada terciptanya loyalitas pelanggan.
Analisis pengaruh implementasi
Serli wijaya & Sienny
Dari analisis yang dilakukan penulis dengan menggunakan
40
membership card dalam meningkatkan loyalitas pengunjung Rumah Makan Ayam Bakar di Surabaya
Thio metode analisis regresi linier berganda dan statistik deskriptif maka dapat disimpulkan bahwa variabel kepuasan konsumen yang mempengaruhi tingkat loyalitas pengunjung sangat kecil.
Analisis pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan rumah makan Ketty Resto
Istianto dan Tyra
Hasil pengolahan pada persamaan regresi dengan R square sebesar 0,59. Besarnya pengaruh variabel dependen sebesar 59,7%, faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini misalnya produk, promosi dan harga. Pengujian parsial menunjukkan variabel kualitas layanan berpengaruh positip dan signifikan.
Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Penjualan
Aqua (Case CV Cinta Alam
Kelapa Gading)
Yovie Oentoro
hasil analisa pengolahan data
menggunakan regresi linear
berganda diketahui bahwa dari 32
pernyataan mengenai faktor
internal dan faktor eksternal yang
mempengaruhi penjualan Aqua di
CV Cinta Alam Kelapa Gading,
faktor internal yang benar-benar
mempengaruhi jumlah penjualan
aqua di CV Cinta Alam Kelapa
Gading adalah kepuasaan layanan
yaitu sebesar 9,242%, seangkan
faktor eksternal yang
mempengaruhi adalah faktor
perilaku konsumen sebesar 6,064%
Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Kondisi Ekonomi Terhadap Return Saham
Subalno - Secara parsial, selama tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 dapat diketahui bahwa variabel Return on Assets
(ROA), SBI dan Kurs berpengaruh terhadap -2,502 -1,64 Ho ditolak return saham. Sedangkan variabel Current Ratio (CR), Debt Equity
Ratio (DER), Total Assets Turn
Over (TATO) tidak terbukti
41
berpengaruh terhadap return saham
- Secara simultan, kemampuan variabel bebas ), Current Ratio
(CR), Debt Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Total
Assets Turn Over (TATO), SBI dan Kurs berpengaruh terhadap return saham
Perencanaan Kapasitas Produksi Bagian Penjahitan Model Baju Koko Ampil 1 di CZ. XYZ Surabaya
Melly Dwi Harnatalia
- Berdasarkan pengukuran stnadar waktu bagi karyawan lama, karyawan perempuan cenderung lebih lama melakukan proses kerja dibanding dengan laki-laki, untuk itu diambil waktu terlama untuk merancang kapasitas yang efektif menggunakan metode line balancing
- Berdasarkan perhitungan kapasitas, kebutuhan karyawan untuk memenuhi order CV. XYZ sebanyak 65 orang, sedangkan aktual karyawan berjumlah 31 orang
Sistem Informasi Untuk
Optimalisasi Produksi dan
Maksimasi Keuntungan
Menggunakan Metode
Linear Programming
Merlyana dan
Bahtiar Saleh
Abbas
Keputusan optimum diberikan dengan berdasarkan sumber daya yang dimiliki perusahaan seperti persediaan bahan baku, kapasitas jam kerja mesin, kapasitas jam kerja tenaga kerja dan target produksi yang berfungsi sebagai pembatas dalam formulasi linear programming
Analisis OPtimalisasi
Produksi Dengan Linear
Programming Melalui
Metode Simpleks
Teguh
Sriwidadi dan
Erni Agustina
Dari hasil analisis dengan Linear Programming, diperoleh simpulan bahwa untuk memaksimalkan laba pada PD Utama Jaya Plasindo, dengan kendala-kendala bahan baku, jam kerja mesin, jam kerja tenaga kerja, dan permintaan-permintaan terhadap produk GRX 25, GTW 25, GTX 25, dan GTX 25
42
M, maka: produksi gesper plastik GRX 25 sebanyak 2.400 pcs, produksi gesper plastik GTW 25 sebanyak 7.200 pcs, produksi gesper plastik GTX 25 sebanyak 3.000 pcs, produksi gesper plastik GTX 25 M sebanyak 6.600 pcs
Analisis Produksi
Menggunakan Model
Optimasi Linear
Programming Pada PT Mast
Bahtiar Saleh
Abbas, Robert
Tang Herman
dan Shinta
Faktor yang mempengaruhi banyaknya jumlah produksi untuk mendapatkan keuntungan yang optimum adalah kapasitas bahan baku, jam kerja mesin dan tenaga kerja, kapasitas produksi produk, dan jumlah hari kerja/bulan. Kedua, berdasarkan analisis sensitivitas maka terdapat kekurangan kapasitas produksi pada Proses 015
Sistem Informasi
Optimalisasi Produksi
Untuk Memaksimalkan
Laba
Bahtiar Saleh
Abbas,
Suparto
Darudiato dan
Fransisca
Solusi optimal yang diperoleh
X1=15, X2=30, X3=60, X4=331,
X5=214. Secara status-quo X1= 12,
X2=25, X3=55, X4=280, X5=300.
Bila dihitung akan kelebihan
keuntung sebesar Rp 1.238.800,
bila menggunakan hasil ILP dengan
komponen pembatas, yaitu
kemampuan produksi perusahaan,
kapasitas gudang dan kemampuan
pemasok
Sumber : Data Sekunder yang Diolah