bab ii landasan teori a. tinjauan tentang …

18
12 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG PEMBELAJARAN AL-QUR’AN HADITS 1. Pengertian Pembelajaran Al-Qur’an Hadits Metode berasal dari bahasa Inggris methodyang artinya cara. 1 Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia metode ialah “cara yang telah teratur dan terpikir baik baikuntuk mencapai suatu maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya)”. 2 Zakiah Daradjat berpendapat adalah “suatu cara kerja yang sistematis dan umum, seperti cara kerja ilmu pengetahuan”. 3 Suryosubroto mengemukakan bahwa “metode adalah cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan”. 4 Dari pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa metode adalah suatu cara yang sistematis dalam menyampaikan pengetahuan dan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. 1 M. Echols, John dan Shadily, Hasan. Kamus Indonesia-Inggris. Cet. I; Jakarta: Gramedia Pustaka,1992., hal. 665 2 Wjs. Poerwodarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pn. Balai Pustaka, Jakarta. 2006,, hal. 9 3 Zakiah Daradjat. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara,1995., hal. 96 4 Suryosubroto, B. Proses Belajar Mengajar. Cet.I; Jakarta: Rineka Cipta, 1997., hal. 55

Upload: others

Post on 27-Nov-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN TENTANG PEMBELAJARAN AL-QUR’AN HADITS

1. Pengertian Pembelajaran Al-Qur’an Hadits

Metode berasal dari bahasa Inggris “method” yang artinya cara.1 Dalam

Kamus Umum Bahasa Indonesia metode ialah “cara yang telah teratur dan terpikir

baik baikuntuk mencapai suatu maksud (dalam ilmu pengetahuan dan

sebagainya)”. 2

Zakiah Daradjat berpendapat adalah “suatu cara kerja yang sistematis dan

umum, seperti cara kerja ilmu pengetahuan”.3 Suryosubroto mengemukakan

bahwa “metode adalah cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk

mencapai tujuan”.4

Dari pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa metode

adalah suatu cara yang sistematis dalam menyampaikan pengetahuan dan

fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.

1 M. Echols, John dan Shadily, Hasan. Kamus Indonesia-Inggris. Cet. I;

Jakarta: Gramedia Pustaka,1992., hal. 665

2 Wjs. Poerwodarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pn. Balai

Pustaka, Jakarta. 2006,, hal. 9

3 Zakiah Daradjat. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta:

Bumi Aksara,1995., hal. 96

4 Suryosubroto, B. Proses Belajar Mengajar. Cet.I; Jakarta: Rineka Cipta,

1997., hal. 55

13

Dimyati dan Modjiono berpendapat, pembelajaran adalah “kegiatan

pendidik secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat peserta

didik belajar aktif,yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”.5 Oemar

Hamalik mengemukakan bahwa pembelajaran adalah upaya mengorganisasi

lingkungan untuk menciptakan kondisi pembelajaran bagi peserta didik. Kegiatan

ini meliputi unsur-unsur manusiawi, material fasilitas, perlengkapan, dan prosedur

yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Unsur manusiawi ini

meliputi peserta didik, pendidik, dan tenaga lainnya.6

Dari beberapa pengertian di atas maka yang dimaksud dengan

pembelajaran adalah suatu kegiatan yang melibatkan pendidik, peserta didik dan

komponen lainnya dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dengan kata lain,

pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan

pendidik dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung

dalam situasi edukatif dan ditunjang oleh berbagai unsur lainnya untuk mencapai

tujuan yang telah dirumuskan. Dengan demikian, metode pembelajaran Qur’an

hadis adalah cara yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk

menyampaikan materi pembelajaran Qur’an Hadis dari seorang pendidik kepada

peserta didik dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan.

5 Dimyati dan Modjono. Belajar dan Pembelajaran. Cet. I; Jakarta:

Rineka Cipta, 1999, hal. 297.

6 Oemar Hamalik. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara,

1995., hal. 99

14

2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Qur’an Hadis

Prinsip disebut juga dengan asas atau dasar, asas adalah kebenaran yang

menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya dalam hubungannya

dengan metode mengajar Quran Hadits. Prinsip yang dimaksud adalah dasar

pemikiran yang digunakan dalam mengaplikasikan metode mengajar Quran

Hadis.

Tujuan yang ingin dicapai dalam metodologi pengajaran Quran Hadis

khususnya adalah tercapainya efisiensi di dalam proses pembelajaran Quran

Hadis. Efisiensi dimaksudkan suatu prinsip didalam pendidikan dan pengajaran

diharapkan hanya terdapat pengorbanan yang sedikit mungkin, tetapi dapat

mencapai hasil yang seoptimal mungkin. Pengorbanan yang dimaksud meliputi

faktor tenaga, waktu, alat, dan biayanya.

Adapun prinsip-prinsip metodologis yang di jadikan landasan psikologis

untuk memperlancar proses kependidikan Islam (Qur’an Hadis) yang sejalan

dengan ajaran Islam adalah:

a. Prinsip memberikan suasana kegembiraan.

b. Prinsip memberikan layanan dan santunan dengan lemah lembut.

c. Prinsip kebermaknaan bagi peserta didik.

d. Prinsip prasyarat.

e. Prinsip komunikasi terbuka.

f. Prinsip pemberian pengetahuan yang baru.

g. Prinsip memberikan model perilaku yang baik.

h. Prinsip praktik

i. Prinsip-prinsip lain-lainnya (prinsip kasih sayang dan prinsip

bimbingan serta penyuluhan terhadap peserta didik.7

7 Syaiful Tayar Anwar Yusuf, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa

Arab. Cet. I; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.

15

Muhtar Yahya ada empat prinsip-prinsip pembelajaran:

a. At-Tawassu’ fil magashid la fi alat Adalah prinsip yang menganjurkan

untuk menuntut ilmu sebagai tujuan dan bukan sebagai alat

b. Mura’tul isti’dad wa thab’I Sebuah prinsip yang sangat

memperhatikan pembawaan dan kecendrungan peserta didik.

c. At-tadarruj fi talqien Al-Ghazali menyebutkan “Berilah pelajaran

kepada peserta didik sesuai dengan tingkat kemampuan mereka.

d. Min al-mahsus ila al-ma’qul Tidak dapat dibantah bahwa setiap

manusia merasa lebih mudah memahami segala sesuatu yang dapat

ditangkap didalam oleh panca indranya. Sedangkan yang bersifat hissi

apalagi hal-hal yang bersifat irrasional, kemampuan akal sulit untuk

menangkapnya.8

Kedua pendapat tersebut sangat idial, sebab prinsip-prinsip tersebut

merupakan acuan untuk memahami secara mendalam situasi dan kondisi peserta

didik. Keberhasilan dalam mengamplikasikan suatu metode juga sangat

bergantung kepada situasi dan kondisi peserta didik.

3. Metode Pembelajaran Qur’an Hadis

Dalam mata pelajaran Qur’an Hadis ada unsur-unsur pokok yang

diharapkan peserta didik dapat:

a. Membaca al-Qur’an dan Hadis dengan benar dan baik (sesuai dengan

ilmu tajwid).

b. Hafal surah atau hadis tertentu, terutama untuk keperluan shalat.

c. Mengartikan (menerjemahkan) ayat atau surah atau hadis tertentu.

d. Memahami isi kandungan ayat atau surah dan hadis tertentu.9

8 Arman Arief. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Agama Islam.

Jakarta: Ciputat Pers, 2002., hal. 55

9 Zakiah Daradjat, Op. Cit. hal. 177

16

Ramayulis berpendapat bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus

ditempuh atau dilalui untuk mencapai tujuan tertentu dan metode mengajar adalah

jalan yang harus dilalui untuk mengajar anak-anak supaya dapat mencapai tujuan

belajar dan mengajar.10

Sedangkan menurut Suprihadi Saputro metode adalah cara, yang didalam

fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Metode adalah cara-cara yang

dilaksanakan untuk mengadakan interaksi belajar-mengajar dalam rangka

mencapai tujuan pengajaran”. 11

Berdasarkan pengertian di atas dapat dinyartakan bahwa metode adalah

cara atau jalan yang harus ditempuh atau dilalui untuk mencapai tujuan tertentu.

Metode mengajar adalah jalan yang harus dilalui untuk mengajar anak-anak

supaya dapat mencapai tujuan belajar mengajar. Pengajaran Al-Qur’an Hadits

adalah kegiatan menyampaikan materi ilmu Al-qur’an Hadits di dalam proses

pendidikan. Jadi metode mengajar Al-Qur’an Hadits adalah memberikan tuntunan

tentang jalan yang harus ditempuh didalam kegiatan menyampaikan materi ilmu

Al-Qur’an Hadits kepada anak didik. Dengan demikian, metode pembelajaran

Qur’an hadis adalah cara yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk

menyampaikan materi pembelajaran Qur’an Hadis dari seorang pendidik kepada

peserta didik dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan.

10

Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Kalam Mulia,

Jakarta: 2001, hal. 2.

11

Suprihadi Saputro, Dasar-Dasar Metodologi Pengajaran Umum, IKIP

Malang, 1993, hal. 143..

17

Tujuan yang ingin dicapai dalam metodelogi pengajaran Al-Qur’an

Hadits khususnya adalah tercapainya efisiensi didalam proses belajar mengajar

Al-Qur’an Hadits. Efisiensi di sini dimaksudkan suatu prinsip didalam pendidikan

dan pengajaran dimana diharapkan hanya terdapat pengorbanan yang sedikit

mungkin, tetapi dapat mencapai hasil yang seoptimal mungkin. Pengorbanan yang

dimaksud meliputi faktor tenaga, waktu, alat dan biayanya.

Adapun prinsip-prinsip pelaksanaan metode mengajar Al-Qur’an Hadits

adalah:

1) Mengetahui motivasi, kebutuhan dan minat anak didiknya.

2) Mengetahui tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan sebelum pelaksanaan

pendidikan.

3) Mengetahui tahap kematangan, perkembangan serta perubahan anak didik

4) Mengetahui perbedaan-perbedaan individu didalam anak didik.

5) Memperhatikan kepahaman dan hubungan-hubungan, integrasi pengalaman

dan kelanjutannya, pembaharuan dan kebebasan berfikir

6) Menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman yang menggembirakan

bagi anak didik.

7) Menegakkan “Aswah Hasanah”.

Metode pembelajaran menempati peranan yang tidak kalah pentingnya

dari komponen-komponen yang ada dalam kegiatan belajar mengajar. Metode

merupakan suatu alat untuk memotivasi dan sebagai alat untuk mencapai tujuan

dalam pengajaran. penggunaan metode yang tepat dan bervariasi dapat dijadikan

sebagai alat motivasi serta dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan

18

prestasi belajar peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah,

sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan

pengajaran.

Adapun metode yang dimaksudkan dalam pembelajaran Al-Qur’an

Hadits di Madrasah Tsanawiyah antara lain adalah sebagai berikut:

a. Metode Drill (latihan)

Metode latihan (Driil) atau metode training merupakan cara

pembelajaran yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu.12

Metode latihan berlansung dengan cara berulang-ulang suatu hal sehingga

terbentuk kemampuan yang diharapkan. Metode latihan pada umumnya di

gunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang

dipelajari. Mengingat latihan II kurang mengembangkan bakat atau inisiatif

peserta didik untuk berfikir, maka hendaknya latihan disiapkan untuk

mengembangkan kemampuan motorik yang sebelumnya dilakukan diagnosis agar

kegiatan itu bermanfaat bagi pengembangan motorik peserta didik.

b. Metode Demonstrasi.

Metode demonstrasi adalah berarti pertunjukan atau peragaan. Dalam

pembelajaran menggunakan metode demonstrasi dilakukan sesuatu proses,

berkenaan dengan materi pembelajaran. 13

Hal ini dapat dilakukan baik pendidik

maupun orang luar yang di undang ke kelas. Proses yang didemonstrasikan

12

Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, Cet. II, (Bandung: Wacana

Prima, 2008), hal. 1

19

diambil dari obyek yang sebenarnya. Dengan metode demonstrasi, peserta didik

berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang

sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan yang diharapkan.

Dalam demonstrasi diharapkan setiap langkah pembelajaran dari hal-hal yang

didemonstrasikan itu dapat dilihat dengan mudah oleh peserta didik dan melalui

prosedur yang benar dan dapat pula dimengerti materi yang diajarkan.

c. Metode Ceramah

Metode ceramah diartikan sebagai proses penyampain informasi dengan

jalan mengeksplanasi atau menuturkan sekelompok materi secara lisan dan pada

saat yang sama materi itu diterima oleh sekelompok subjek. 14

Metode ceramah ini termasuk klasik. Namun penggunaannya populer.

Banyak pendidik memanfaatkan metode ceramah dalam pembelajaran. Oleh

karena, pelaksanaannya sangat sederhana, tidak memerlukan pengorganisasian

yang rumit. Komunikasi antar pendidik dengan peserta didik pada umumnya

searah. Oleh karena itu, pendidik dapat mengawasi secara cermat.

d. Metode Tanya Jawab.

Metode tanya jawab adalah metode yang pendekatannya menempuh dua

cara, yaitu memberikan stimulus (Tanya jawab) dan mengadakan pengarahan

aktivitas belajar.15

13

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Memecahkan

Problematika Belajar Mengajar, Cet. VII, (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 217...

14

Sudarwan Danim, Media Komunikasi Pendidikan, Cet. I, (Jakarta:

Bumi Aksara, 1994), hal. 36.

15

Syaiful Tayar Anwar Yusuf, Op Cit, hal. 203.

20

Metode tanya jawab merupakan penyajian materi dengan jalan tanya

jawab antara pendidik dan peserta didik (komunikasi dua arah). Melalui tanya

jawab peserta didik didorong untuk mencari dan menemukan jawaban yang tepat

dan memuaskan. Dalam mencari dan menemukan itu ia berfikir menghubung-

hubungkan bagian pengetahuan yang ada pada dirinya dengan isi pertanyaan itu.

Jawaban yang dapat segera diperoleh jika isi pertanyaan banyak kaitannya dengan

pengetahuan yang ada pada dirinya, maka hal ini mendorong untuk

menemukannya. Ia akan menjelajahi data-data jawaban melalui berbagai cara

yang tepat.

e. Metode Resitasi.

Metode resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran pendidik

memberikan tugas tertentu, agar peserta didik melakukan kegiatan belajar,

kemudian harus di pertanggung jawabkannya.16

Tugas yang diberikan oleh

pendidik dapat memperdalam bahan pelajaran, dan dapat pula mengecek bahan

yang telah dipelajari. Tugas merangsang peserta didik untuk aktif pembelajaran

secara individual maupun kelompok.

Dari beberapa metode pembelajaran Qur’an Hadits. Setiap metode

pembelajaran mempunyai kelemahan dan kelebihan. Tidak ada satu metode

pembelajaran dianggap tepat untuk segala situasi. Sebab, suatu metode

pembelajaran dapat dipandang tepat untuk suatu situasi, namun tidak tepat untuk

situasi yang lain. Seringkali terjadi pembelajaran dilakukan dengan menggunakan

16

Dinas Pendidikan Nasional, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,

(Jakarta: Depdiknas, 2006), hal. 23

21

berbagai metode pembelajaran secara bervariasi. Dapat pula suatu metode

pembelajaran dilaksanakan secara berdiri sendiri. Ini tergantung pada

pertimbangan, di dasarkan situasi pembelajaran yang relevan.

4. Ruang Lingkup Pembelajaran Al-Qur’an-Hadits

a. Masalah dasar-dasar ilmu al-Qur’an dan al-Hadits, meliputi:

1) Pengertian al-Qur’an menurut para ahli

2) Pengertian hadits, sunnah, khabar, atsar dan hadits qudsi

3) Bukti keotentikan al-Qur’an ditinjau dari segi keunikan redaksinya,

kemukjizatannya, dan sejarahnya

4) Isi pokok ajaran al-Qur’an dan pemahaman kandungan ayat-ayat yang terkait

dengan isi pokok ajaran al-Qur’an

5) Fungsi al-Qur’an dalam kehidupan

6) Fungsi hadits terhadap al-Qur’an

7) Pengenalan kitab-kitab yang berhubungan dengan cara-cara mencari surat dan

ayat dalam al-Qur’an

8) Pembagian hadis dari segi kuantitas dan kualitasnya

b. Tema-tema yang ditinjau dari perspektif al-Qur’an dan al-hadits, yaitu:

1) Manusia dan tugasnya sebagai khalifah di bumi.

2) Demokrasi.

3) Keikhlasan dalam beribadah

4) Nikmat Allah dan cara mensyukurinya

5) Perintah menjaga kelestarian lingkungan hidup

6) Pola hidup sederhana dan perintah menyantuni para dhuafa

7) Berkompetisi dalam kebaikan.

22

8) Amar ma ‘ruf nahi munkar

9) Ujian dan cobaan manusia

10) Tanggung jawab manusia terhadap keluarga dan masyarakat

11) Berlaku adil dan jujur

12) Toleransi dan etika pergaulan

13) Etos kerja

14) Makanan yang halal dan baik

15) Ilmu pengetahuan dan teknologi.

c. Mata pelajaran Al-Qur’an-Hadits bertujuan untuk:

1) Meningkatkan kecintaan peserta didik terhadap al-Qur’an dan hadits

2) Membekali peserta didik dengan dalil-dalil yang terdapat dalam al-Qur’an dan

hadits sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan

3) Meningkatkan pemahaman dan pengamalan isi kandungan al-Qur’an dan

hadits yang dilandasi oleh dasar-dasar keilmuan tentang al-Qur’an dan

hadits.17

B. TINJAUAN TENTANG PELAJARAN BIOLOGI

1. Hakikat Belajar Biologi

Biologi merupakan cabang sains yang mempelajari tentang seluk beluk

makhluk hidup. Biologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata,

yaitu Bios yang berarti hidup dan Logos yang berarti ilmu.18

17

Departemen Agama, R.I. Peraturan Menteri Agama RI No. 2 Tahun

2008 Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama

Islam dan Bahasa Arab di Madrasah. Jakarta. Dept. Agama, R.I. 2008. hal. 13

18

Sumarwan, Sumartini, Kusmayadi, Sains Biologi untuk SMP kelas VII

Semester I, Jakarta: Erlangga, 2004, hal.4

23

Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami alam secara

sistematis, sehingga biologi bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga

merupakan proses penemuan. Pendidikan biologi diharapkan dapat menjadi

wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya.19

Belajar biologi dapat diartikan sebagai belajar tentang makhluk hidup

yang mencakup semua fenomena alam. Belajar biologi berupaya mengenali diri

sendiri sebagai makhluk.20

Pembelajaran biologi memiliki substansi pengajaran mengenai kehidupan

yang mempunyai sifat yang unik yaitu keteraturan. Dimana kehidupan disusun

secara teratur yang terdiri dari tingkatan struktural, setiap tingkat merupakan

pengembangan, dari tingkat dibawahnya. Dalam hal ini merupakan pokok bahasan

sel sebagai tingkat struktural terendah dimana terdapat semua sifat kehidupan.21

2. Struktur Keilmuan Biologi

Struktur keilmuan biologi salah satunya adalah yang didefinisikan oleh

Biological Science Curriculum Study (BSCS). Secara umum mata pelajaran

biologi ditinjau dari 3 sudut pandang yaitu: tema biologi, level organisasi, dan

19

Anonim, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Biologi Sekolah

Menengah Atas dan Madrasah Aliyah, Jakarta: Depdiknas, 2003. Hal.6

20

Nuryani Y. Rustaman, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Jurusan

Pendidikan Biologi F MIPA UPI, 2003. Hal.101

21

Maizer Said Nahdi. Buku Ajar Biologi Umum. Yogyakarta : FST,

2007. Hal. 4

24

obyek biologi. Ketiga sudut pandang ini diterapkan secara bersama-sama sebagai

sebuah satu kesatuan.22

Tema biologi menurut BSCS ada 9 meliputi: Science as Inquiry (Biologi

sebagai penemuan), History of Biological Concept (sejarah konsep biologi),

Evolution (Evolusi), Diversity and Unity (keragaman dan kesatuan), Genetic

Continuity (kelangsungan genetik), Organism and Environment (organisme dan

lingkungan), Behavior (tingkah laku), Structure and Function (Struktur dan

fungsi), dan Regulation. Dari tema-tema tersebut kemudian dibahas pada setiap

tingkatan dalam organisasi kehidupan. Adapun tingkatan organisasi kehidupan

adalah: tingkat molekuler, sel, jaringan dan organ, individu, populasi, komunitas,

dan bioma.

Selanjutnya dari tema dan tingkat organisasi kehidupan tersebut

diberlakukan untuk kelompok makhluk hidup yang termuat dalam sistem

taksonomi. Ada beberapa cara pengelompokkan makhluk hidup yang dilakukan

oleh para ahli. Ada yang membaginya menjadi dua kingdom saja (tumbuhan dan

hewan), ada yang lima kingdom (monera, protista, fungi, planta, dan animalia)

dan ada lagi yang mengelompokkan menjadi enam kingdom (virus, monera,

protista, fungi, planta, dan animalia), dan mungkin ada lagi pengelompokkan yang

lain lagi.

22

Depdiknas, B. Kurikulum, Pendidikan & Standar Kompetensi Mata

Pelajaran Biologi SMA dan MA., 2003., hal. 70

25

3. Prinsip Pembelajaran Biologi

Berikut ini lima prinsip utama pembelajaran Biologi tentang kebenaran

dalam pembelajaran Biologi yang dijadikan panutan untuk melaksanakan

pembelajaran Biologi, yaitu:

Prinsip 1: Pemahaman kita tentang dunia di sekitar kita di mulai melalui

pengalaman baik secara inderawi maupun non inderawi.

Prinsip 2: Pengetahuan yang diperoleh ini tidak pernah terlihat secara langsung,

karena itu perlu diungkap selama proses pembelajaran. Pengetahuan

siswa yang diperoleh dari pengalaman itu perlu diungkap di setiap awal

pembelajaran.

Prinsip 3: Pengetahuan pengalaman mereka ini pada umumnya kurang konsisten

dengan pengetahuan para ilmuwan, pengetahuan yang kita miliki.

Pengetahuan yang demikian kita sebut miskonsepsi. Kita perlu

merancang kegiatan yang dapat membetulkan miskonsepsi ini selama

pembelajaran.

Prinsip 4: Dalam setiap pengetahuan mengandung fakta, data, konsep, lambang,

dan relasi dengan konsep yang lain. Tugas kita sebagai guru Biologi

adalah mengajak siswa untuk mengelompokkan pengetahuan yang

sedang dipelajari itu ke dalam fakta, data, konsep, symbol, dan

hubungan dengan konsep yang lain.

Prinsip 5: Biologi terdiri atas produk, proses, dan prosedur. Karena itu, kita perlu

mengenalkan ketiga aspek ini walaupun hingga kini masih banyak guru

yang lebih senang menekankan pada produk Biologi saja. Namun, perlu

26

diingat bahwa perkembangan Biologi sangat pesat. Kita tidak mampu

mengikuti secara terus-menerus.

C. STUDI KORELASI ANTARA PEMBELAJARAN AL-QUR’AN HADITS

DENGAN PELAJARAN BIOLOGI DI MTs RIYADHOTUL UQUL

JABON MOJOANYAR MOJOKERTO TAHUN 2014/2015

Al-Quran adalah firman atau wahyu yang berasal dari Allah SWT kepada

Nabi Muhammad SAW dengan perantara melalui malaikat jibril sebagai pedoman

serta petunjuk seluruh umat manusia semua masa, bangsa dan lokasi. Alquran

adalah kitab Allah SWT yang terakhir setelah kitab taurat, zabur dan injil yang

diturunkan melalui para rasul.Syaikh Abu Utsman berkata :”Ashhabul Hadits

bersaksi dan berkeyakinan bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah (ucapan Allah),

Kitab-Nya dan wahyu yang diturunkan, bukan makhluk. Barangsiapa yang

menyatakan dan berkeyakinan bahwa ia makhluk maka kafir menurut pandangan

mereka.

Tujuan pendidikan sebagaimana tersebut di atas memiliki hubungan yang

erat dengan Al-Qur'an dan hadis yang mempersoalkan masalah lingkungan hidup.

Dalam Al-Qur'an dan hadis bahwa manusia harus melestarikan lingkungan karena

menjadi indikasi sebagai warga negara yang bertanggung jawab. Sedangkan

warga negara yang bertanggung jawab merupakan bagian dari tujuan pendidikan

nasional. Dengan demikian pendidikan nasional bertujuan agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga dalam

berbuat dan beraktivitas untuk mencapai keilmuan tidak terlepas dari Al-Qur'an

dan hadits.

27

Sains merupakan suatu kebutuhan yang selalu dicari oleh manusia karena

memberikan suatu cara berpikir sebagai suatu struktur pengetahuan yang utuh.

Secara khusus, sains menggunakan suatu pendekatan empiris untuk mencari

penjelasan alami tentang fenomena yang diamati di alam semesta. Meskipun

pembelajaran tentang sains dipecah menjadi beberapa disiplin, yaitu matematika

dan Biologi (biologi, kimia dan fisika) namun inti dari masing-masingnya terletak

pada metode dan mempertanyakan hasilnya secara berkesinambungan. Mendidik

melalui sains dan mendidik dalam sains merupakan suatu wahana dalam

mempersiapkan anggota masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam memenuhi

kebutuhan dan menentukan arah penerapannya.

Biologi menjadi wahana untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan,

sikap, dan nilai serta tanggungjawab sebagai seorang warga negara yang

bertanggungjawab kepada lingkungan, masyarakat, bangsa, negara yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mata pelajaran biologi berkaitan

dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam secara sistematis, sehingga

biologi bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan. Pembelajaran biologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa

untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya.

Beberapa unsur penting yang menjadi ciri atas pengertian belajar, yaitu:

(1) belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu

mengarah ke tingkah laku yang lebih baik; (2) belajar merupakan perubahan yang

terjadi melalui latihan atau pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang

28

disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil

belajar; (3) untuk bisa disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap,

harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang.

Seberapa lama periode waktu itu berlangsung, sulit ditentukan dengan pasti,

namun perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang

mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan, ataupun bertahun-tahun. Ini

berarti kita harus mengenyampingkan perubahan tingkah laku yang disebabkan

oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang,

yang hanya berlangsung sementara; (4) tingkah laku yang mengalami perubahan

karena belajar menyangkut aspek-aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis,

seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir,

keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.

Pembelajaran biologi menekankan pada pemberian pengalaman secara

langsung. Karena itu, siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah

keterampilan proses supaya mereka mampu menjelajahi dan memahami alam

sekitar. Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati dengan seluruh

indera, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan

selalu mempertimbangkan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan,

menggolongkan, menafsirkan data dan mengkomunikasikan hasil temuan secara

beragam, menggali dan memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji

gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari. Jadi pada dasarnya,

pelajaran biologi berupaya untuk membekali siswa dengan berbagai kemampuan

tentang cara “mengetahui” dan cara “mengerjakan” yang dapat membantu siswa

29

untuk memahami alam sekitar secara mendalam. Dari uraian diatas dapat

diasumsikan bahwa ada korelasi yang signifikan pembelajaran Al-Qur’an Hadits

dengan pelajaran Biologi di MTs Riyadhotul Uqul Jabon Mojoanyar Mojokerto

Tahun 2014/2015.