bab ii landasan teori a. teori efektivitas hukumhukum itu memang sesungguhnya berdaya mampu efektif....

30
BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Efektivitas Hukum Efektivitas mengandung arti keefektifan pengaruh efek keberhasilan atau kemanjuran/kemujaraban, membicarakan keefektifan hukum tentu tidak terlepas dari penganalisisan terhadap karakteristik dua variable terkait yaitu: karakteristik/dimensi dari obyek sasaran yang dipergunakan. 1 Ketika berbicara sejauh mana efektivitas hukum maka kita pertama-tama haru dapat mengukur sejauh mana aturan hukum itu ditaati atau tidak ditaati.jika suatu aturan hukum ditaati oleh sebagian besar target yang menjadi sasaran ketaatannya maka akan dikatakan aturan hukum yang bersangkutan adalah efektif 2 Derajat dari efektivitas hukum menurut Soerjono Soekanto, ditentukan oleh taraf kepatuhan masyarakat terhadap hukum,termasuk para penegak hukumnya, sehingga dikenal asumsi bahwa, ”taraf kepatuhan yang tinggi adalah indikator suatu berfungsinya suatu sistem hukum. Dan berfungsinya hukum merupakan pertanda hukum tersebut mencapai tujuan hukum yaitu berusaha untuk mempertahankan dan melindungimasyrakat dalam pergaulan hidup.” 3 Beberapa pendapat mengemukakan tentang teori efektivitas seperti Bronislav Molinoswki, Clerence J Dias, Allot dan Murmer.Bronislav Malinoswki mengemukakan bahwa teori efektivitas pengendalian sosial atau 1 Barda Nawawi Arief, Kapita Selekta Hukum Pidana, ctk Ketiga, Citra Aditya Bandung, 2013 Hal 67. 2 Salim,H.S dan Erlis Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Tesis dan Disertasi, Edsis Pertama, ctk Kesatu, Rajawali Press, Jakarta, 2013, Hal.375 3Soerjono Soekanto, Efektivitas Hukum dan Peranan Saksi, Remaja Karya Bandung, 1985, Hal.7 1

Upload: others

Post on 26-May-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Efektivitas Hukumhukum itu memang sesungguhnya berdaya mampu efektif. Dalam bukunya achmad ali yang dikutip oleh Marcus Priyo Guntarto yang mengemukakan

BAB IILANDASAN TEORI

A. Teori Efektivitas Hukum

Efektivitas mengandung arti keefektifan pengaruh efek keberhasilan atau

kemanjuran/kemujaraban, membicarakan keefektifan hukum tentu tidak

terlepas dari penganalisisan terhadap karakteristik dua variable terkait yaitu:

karakteristik/dimensi dari obyek sasaran yang dipergunakan.1

Ketika berbicara sejauh mana efektivitas hukum maka kita pertama-tama

haru dapat mengukur sejauh mana aturan hukum itu ditaati atau tidak

ditaati.jika suatu aturan hukum ditaati oleh sebagian besar target yang menjadi

sasaran ketaatannya maka akan dikatakan aturan hukum yang bersangkutan

adalah efektif2

Derajat dari efektivitas hukum menurut Soerjono Soekanto, ditentukan oleh

taraf kepatuhan masyarakat terhadap hukum,termasuk para penegak

hukumnya, sehingga dikenal asumsi bahwa, ”taraf kepatuhan yang tinggi

adalah indikator suatu berfungsinya suatu sistem hukum. Dan berfungsinya

hukum merupakan pertanda hukum tersebut mencapai tujuan hukum yaitu

berusaha untuk mempertahankan dan melindungimasyrakat dalam pergaulan

hidup.”3

Beberapa pendapat mengemukakan tentang teori efektivitas seperti

Bronislav Molinoswki, Clerence J Dias, Allot dan Murmer.Bronislav

Malinoswki mengemukakan bahwa teori efektivitas pengendalian sosial atau

1 Barda Nawawi Arief, Kapita Selekta Hukum Pidana, ctk Ketiga, Citra Aditya Bandung, 2013Hal 67.

2 Salim,H.S dan Erlis Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Tesis dan Disertasi,Edsis Pertama, ctk Kesatu, Rajawali Press, Jakarta, 2013, Hal.375

3Soerjono Soekanto, Efektivitas Hukum dan Peranan Saksi, Remaja Karya Bandung, 1985,Hal.7

1

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Efektivitas Hukumhukum itu memang sesungguhnya berdaya mampu efektif. Dalam bukunya achmad ali yang dikutip oleh Marcus Priyo Guntarto yang mengemukakan

hukum, hukum dalam masyarakat dianalisa dan dibedakan menjadi dua yaitu:

(1) masyarakat modern,(2) masyarakat primitif, masyarakat modern merupakan

masyarakat yang perekonomiannya berdasarkan pasar yang sangat luas,

spesialisasi di bidang industri dan pemakaian teknologi canggih,didalam

masyarakat modern hukum yang di buat dan ditegakan oleh pejabat yang

berwenang.4

Pandangan lain tentang efektivitas hukum oleh Clerence J Dias mengatakan

bahwa :

An effective legal sytem may be describe as one in which there exists a highdegree of congruence between legal rule and human conduct. Thus andaeffective kegal sytem will be characterized by minimal disparyti between theformal legal system and the operative legal system is secured by

1. The intelligibility of it legal system.

2. High level public knowlege of the conten of the legal rules

3. Efficient and effective mobilization of legal rules:

a. A commited administration and.

b. Citizen involvement and participation in the mobilization process

4. Dispute sattelment mechanisms that are both easily accessible to thepublic and effective in their resolution of disputes and.

5. A widely shere perception by individuals of the effectiveness of the legalrules and institutions.5

Pendapat tersebut dijelaskan Clerence J Dias dalam Marcus Priyo Guntarto6

sebagai berikut, terdapat 5 (lima) syarat bagi effektif tidaknya satu sistem

hukum meliputi:

4Salim H.S dan Erlies Septiani, op.cit.,Hal 308.

5 Clerence J.Dias. Research on Legal Service And Poverty: its Relevance to the Design ofLegal Service Program in Developing Countries, Wash. U.L. Q 147 (1975). P. 150

6Ibid.

2

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Efektivitas Hukumhukum itu memang sesungguhnya berdaya mampu efektif. Dalam bukunya achmad ali yang dikutip oleh Marcus Priyo Guntarto yang mengemukakan

1. Mudah atau tidaknya makna isi aturan-aturan itu ditangkap.2. Luas tidaknya kalangan didalam masyarakat yang mengetahui isi aturan-

aturan yang bersangkutan.3. Efisien dan efektif tidaknya mobilisasi aturan-aturan hukum dicapai

dengan bantuan aparat administrasi yang menyadari melibatkan dirinyakedalam usaha mobilisasi yang demikian, dan para warga masyrakatyang terlibat dan merasa harus berpartisipasi dalam proses mobilisasihukum.

4. Adanya mekanisme penyelesaian sengketa yang tidak hanya harusmudah dihubungi dan dimasukan oleh setiap warga masyarakat, akantetapi harus cukup effektif menyelesaikan sengketa.

5. Adanya anggapan dan pengakuan yang cukup merata di kalangan wargamasyarakat yang beranggapan bahwa aturan-atauran dan pranata-pranatahukum itu memang sesungguhnya berdaya mampu efektif.

Dalam bukunya achmad ali yang dikutip oleh Marcus Priyo Guntarto yang

mengemukakan tentang keberlakuan hukum dapat efektif apabila :

1. Relevansi aturan hukum dengan kebutuhan orang yang menjadi target

2. Kejelasan dari rumusan subtansi aturan hukum, sehingga mudahdipahami oleh orang yang menjadi target hukum

3. Sosialisasi yang optimal kepada semua orang yang menjadi targethukum.

4. Undang-undang sebaiknya bersifat melarang, bukan bersifatmengharuskan. Pada umumnya hukum prohibitur lebih mudahdilaksanakan daripada hukum mandatur.

5. Sanksi yang akan diancam dalam undang-undang harus dipadankandengan sifat undang-undang yang dilanggar, suatu sanksi yang tepatuntuk tujuan tertentu, mungkin saja tidak tepat untuk tujuan lain. Beratsanksi yang diancam harus proporsional dan memungkinkan untukdilaksanakan.7

Soerjono Soekanto menjelaskan bahwa dalam sosiologi hukum masalah

kepatuhan atau ketaatan hukum terhadap kaidah-kaidah hukum pada umumnya

telah menjadi faktor yang pokok dalam mengukur efektif tidaknya sesuatu

yang ditetapkan dalam hukum ini.8

7 Marcus Priyo Gunarto, Kriminalisasi dan Penalisasi Dalam Rangka Fungsionalisasi Perdadan Retribusi, Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Diponegoro Semarang, 2011,Hlm 71-71, dikutip Salim H.S dan Erlies Septiana Nurbaini, Op.Cit., Hal 308

3

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Efektivitas Hukumhukum itu memang sesungguhnya berdaya mampu efektif. Dalam bukunya achmad ali yang dikutip oleh Marcus Priyo Guntarto yang mengemukakan

Efektivitas Hukum yang dikemukakan oleh Anthoni Allot sebagaimana

dikutip Felik adalah sebagai berikut:

Hukum akan mejadi efektif jika tujuan keberadaan dan penerapannyadapat mencegah perbuatan-perbuatan yang tidak diinginkan dapatmenghilangkan kekacauan. Hukum yang efektif secara umum dapatmembuat apa yang dirancang dapat diwujudkan. Jika suatu kegelapanmaka kemungkinan terjadi pembetulan secara gampang jika terjadikeharusan untuk melaksanakan atau menerapkan hukum dalam suasanabaru yang berbeda, hukum akan sanggup menyelsaikan.9

Keberlakuan hukum berarti bahwa orang bertindak sebagaimana seharusnya

sebagai bentuk kepatuhan dan pelaksana norma jika validitas adalah kualitas

hukum, maka keberlakuan adalah kualitas perbuatan manusia sebenaranya

bukan tentang hukum itu sendiri.10 Selain itu wiiliam Chamblish dan Robert B

seidman mengungkapkan bahwa bekerjanya hukum dimasyarakat dipengaruhi

oleh all other societal personal force (semua ketakutan dari individu

masyarakat) yang melingkupi seluruh proses.11

Studi efektivitas hukum merupakan suatu kegiatan yang memperlihatkan

suatu strategi perumusan masalah yang bersifat umum, yaitu suatu

perbandingan antara realitas hukum dan ideal hukum, secara khusus terlihat

jenjang antara hukum dalam tindakan (law in action ) dengan hukum dalam

teori (law in theory) atau dengan kata lain kegiatan ini akan memperlihatkan

kaitannya antara law in the book dan law in action.12

8 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatau pengantar, Rajawali Pers, Bandung, 1996, Hal. 20

9Salim H.S dan Erlis Septiana Nurbani, Op.cit, Hal 303

10 Hans Kelsen, General Teory of Law and State, Translete by Anders Wedberg , New York:Russel and Russel , 1991, dikuitip dari Jimly Ashidiqqie dan M ali Safa’at, Teori HansKelsenTentang Hukum,ctk. Kedua , Konstitusi Press, Jakarta, 2012, Hal 39-40

11 Robert B seidman, Law order and Power, Adition Publishing Company Wesley Readingmassachusett, 1972, Hlm 9-13.

12 Soleman B Taneko, Pokok-Pokok Studi Hukum dalam Masyarakat, Rajawali Press , Jakarta,1993, Hal 47-48.

4

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Efektivitas Hukumhukum itu memang sesungguhnya berdaya mampu efektif. Dalam bukunya achmad ali yang dikutip oleh Marcus Priyo Guntarto yang mengemukakan

Bustanul Arifin yang dikutip oleh Raida L Tobing dkk, mengatakan bahwa

dalam negara yang berdasarkan hukum, berlaku efektifnya sebuah hukum

apabila didukung oeh tiga pilar, yaitu:

a. Lembaga atau penegak hukum yang berwibawa dapat diandalkan

b. Peraturan hukum yang jelas sistematis.

c. Kesadaran hukum masyarakat tinggi.13

B. Tinjauan Umum Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang kehutanan adalah pengganti

dari Undang-Undang No 16 Tahun 1967 tentang pokok-pokok kehutanan yang

merupakan undang-undang yang lama produk warisan dari era orde baru yang

tidak maksimal karena adanya konflik lahan antara pengusaha yang diberi izin

oleh era orde baru dengan masyarakat, disisi lain dengan ditandainya

menurunnya luas area hutan di Indonesia.

Dalam doktrin ilmu kehutanan, narasi kebijakan kehutanan dalam

pembangunan apabila dikaitkan dengan lapangan persoalan dilapangan

menurut Peter Gluck sebagaimana dikutip oleh Duerr Dab Duerr dijelaskan

bahwa kayu sebagai unsur utama (Timber Primacy), kelestarian Hasil

(sustained yeld), jangka panjang (the long term), dan standar mutlak(absolute

standart). Doktrin sustained yeld dianggap sebagai inti dari ilmu kehutanan

yang didasarkan pada etika hutan yang membantu menghindari maksimalisasi

keuntungan sepihak dan eksklusif serta menghargai hutan yang penting bagi

kehidupan manusia.14 Selama ini memang kayu adalah salah satu hasil hutan

yang utama dalam pemanfaatan hasil hutan yang di jadikan komonditas utama,

13 Raida L Tobing, dkk, (Hasil Penelitian), Efektivitas Undang-Undang Monrey Loundering,Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kementrian Hukum dan HAM RI, Jakarta, 2011, Hal 11.

14 Hariadi Kartodihardjo, Hutan Negara Didalam Wilayah Masyarakat Hukum Adat: Doktrin,Fakta dan Implikasinya Bagi Kelestarian Hutan, Center For Forestry Organization Capacityand Institution Development , IPB dalam Ahmad Redi, Hukum Sumber Daya Alam danKehutanan, Hal 108

5

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Efektivitas Hukumhukum itu memang sesungguhnya berdaya mampu efektif. Dalam bukunya achmad ali yang dikutip oleh Marcus Priyo Guntarto yang mengemukakan

sehingga unsur utama adalah kayu berlaku di semua negara yang mempunyai

hutan yang luas

Terkait dengan penulisan tesis ini maka penulis akan menuliskan Pasal–

Pasal dalam mengoptimalisasikan Undang-Undang No 41 Tahun 1999 Tentang

Kehutanan dengan penjelasan sebagaimana dibawah ini:

1. Pasal 1 merupakan penjelasan umum dan hal-hal terkait dengankehutanan, sebagaimana dijelaskan:

a) Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut denganhutan, kawsan hutan dan hasil hutan yang diselenggrakan secaraterpadu.

b) Hutan adalah suatu kesatuan ekositem berupa hamparan lahan yangberisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalampersekutuan alam lingkungan, yang satu dengan yang lain tidak dapatdipisahkan.

c) Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan atau ditunjukoleh pemerintah dan dipertahankan keberadaannya.

d) Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidakdibebani atas hak atas tanah.

e) Hutan hak adalah hutan yang berada pada hutan yang dibebani atashak atas tanah.

f) Hutan adat adalah hutan yang berada pada wilayah masyarakat hukumadat.

g) Hutan produksi adalah kawasan hidup yang mempunyai tugas pokokmemproduksi hasil hutan.

h) Hutan lindung adalah kawasan pokok yang mempunyai tugas dalamperlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatiur tata air,mencegah banjir, mencegah erosi,mencegah instrusi air laut danmemilihara kesuburan tanah.

i) Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yangmempunyai fungsi pokok sebagai pengawetan keanekaragamantumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.

j) Kawasan hutan suaka alam adalah hutan dengan cirri tertentu yamgmempunyai fungsi pokoksebagai kawasan pengawetankeanekaragaman tumbuhan serta berfungsi sebagai wilayah sistempenyangga kehidupan

6

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Efektivitas Hukumhukum itu memang sesungguhnya berdaya mampu efektif. Dalam bukunya achmad ali yang dikutip oleh Marcus Priyo Guntarto yang mengemukakan

k) Kawasan hutan pelestarian adalah hutan dengan ciri khas tertentuyang mempunyai fungsi pokokperlindungan sistem penyanggakehidupan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa,serta pemanfatan secara lestari sumber daya alam hayati besertalingkungannya.

l) Taman buru adalah kawasan yang ditetapkan sebagai tempat wisataberburu.

m) Hasil hutan adalah benda-benda non hayati, non hayati danturunannya beserta jasa yang berasal dari hutan.

n) Pemerintah adalah pemerintah pusat.

o) Menteri adalah menteri yang diserahi tugas yang bertanggung jawabdi bidang kehutanan.

2. Pasal 2 adalah penyelenggaraan kehutanan berasakan manfaat dan lestari,kerakyatan dan keadilan, kebersamaan, keterbukaan, dan keterpaduan.

3. Pasal 3 adalah penyelenggaraan kehutanan bertujuan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutandengan:

a) Menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaranyang proporsioanal.

b) Mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang meliputi fungsi konservasi,fungsi lindung, fungsi produksi untuk mencapai manfaat lingkungan,sosial, budaya dan ekonomi, yangb seimbang dan lestari.

c) Meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai.

d) Meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan kapasitas dankeberdayaan masyarakat secara partisipatif, berkeadilan danberwawasan lingkungan sehingga mampu menciptakan ketahanansosial dan ekonomi serta ketahanan terhadap akibat perubahaneksternal dan;

e) Menjamin distribusi manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan.

4. Pasal 4 adalah penguasaan hutan oleh negara yang bertujuan untukkemakmuran rakyat dalam memperhatikan hak-hak rakyat.

5. Pasal 5 Hutan berdasarkan statusnya ada dua yaitu hutan hak dan hutannegara.

6. Pasal 6, fungsi hutan ada 3 yaitu: konservasi, lindung dan produksi.

7

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Efektivitas Hukumhukum itu memang sesungguhnya berdaya mampu efektif. Dalam bukunya achmad ali yang dikutip oleh Marcus Priyo Guntarto yang mengemukakan

7. Pasal 7, fungsi hutan konservasi adalah sebagai kawasan suaka alam,kawasan pelestarian dan taman buru.

8. Pasal 8, pemertintah menetapkan kawasan tertentu untuk tujuan khususyaitu: penelitian, pengembangan, pendidikan dan religi

9. Pasal 11, maksud dan tujuan dari perencanaan hutan untuk tercapainyapenyelenggaraan kehutanan

10. Pasal 20, dalam penyeusunan rencana kehutanan pemerintahmempertimbangkan faktor-faktor lingkungan lainnya

11. Pasal 21 pengelolaan kehutanan adalah: tata hutan dan penyusunanpengelolaan hutan, penggunaan dan pemanfaatan kawasan hutan,rehabilitasi dan reklamasi hutan, perlindungan dan konservasi alam.

12. Pasal 24 ,Pemanfaatan hutan dapat dilakukan pada semua kawsan hutankecuali pada hutan cagar alam serta zona inti dan zona rimba pada tamannasional

13. Pasal 25, Pemanfaatan hutan dan Taman berburu disesuaikan denganundang-undang.

14. Pasal 26, pemanfatan hutan lindung sebagai daerah pemungutan kayu,pemanfaatan jasa lingkungan dan pemungutan hasil bukan kayuberdasrkan izin.

15. Pasal 29, yang memperoleh izin usah dalam pemanfatan kawasan hutanadalah orang atau koperasi.

16. Pasal 30, dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat setiap badanusaha milik negara atau daerah harus memperoleh izin usahapemanfaatan jasa lingkungan diwajibkan bekerja sama dengan koperasidan masyarakat setempat

17. Pasal 41, rehabilitasi hutan dilakukan dengan kegiatan yaitu: reboisasi,penghijauan, pemeliharaan, pengayaan tanaman, penerapan teknikkonservasi tanah secara vegetatif.

18. Pasal 46, penyelenggaran perlindungan hutan dan konservasi alambertujuan menjaga hutan, kawasan hutan dan lingkungannya agarfungsinya dapat tercapai secara optimal.

19. Pasal 48, pemerintah mengatur perlindungan kawasan hutan baik diluarmaupun di dalam kawasan.

20. Pasal 56, penyuluhan kehutanan dan pendidikan kehutanan dimaksuduntuk mengembangkan sumeber daya manusia kehutanan yang terampildan berahlak baik.

8

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Efektivitas Hukumhukum itu memang sesungguhnya berdaya mampu efektif. Dalam bukunya achmad ali yang dikutip oleh Marcus Priyo Guntarto yang mengemukakan

21. Pasal 59, pengawasan kehutanan bertujuan untuk menilai. menelusuripengurusan kawasan hutan, agar tujuannnya tercapai dalam pembenahankedepannya.

22. Pasal 69,masyarakat berhak menikmati kualitas lingkungan hidup yangdihasilkan hutan.

23. Pasal 71, gugatan perwakilan, masyarakat berhak mengajukan kepengadilan dan atau ke penegak hukum terhadap kerusakan hukum yangmerugikan kehidupan masyarakat.

24. Pasal 74, penyelesaian sengketa kehutanan dapat ditempuh melaluipengadilan dan diluar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela parapihak yang bersengketa

25. Pasal 75, penyelesaian sengeketa di luar pengadilan tidak berlakuterhadpa tindak pidana yang telah diatur di Undang-undang ini,danpenyelesaian sengketa diluar pengdilan berfungsi untuk meyepakati gantirugi.

26. Pasal 77, penyedikan selain dari Kepolisian Republik Indonesia, ditujukpula pejabat PPNS(pejabat pegawai negeri sipil) sesuai dalam KitabUndang-Undang Hukum Acara Pidana.

27. Pasal 78, Ketentuan Pidana, pelanggaran pasal 50 akan dikenai denganpidana penjara sekaligus denda.

Secara filosofi pembentukan Undang-Undang Nomer 41 Tahun 1999

tentang Kehutanan didasari pertimbangan bahwa hutan sebagai karunia Tuhan

Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia merupakan

kekayaan yang dikuasai oleh negara, memberikan manfaat, serbaguna bagi

umat manusia sehingga wajib disyukuri, diurus dan dimanfaatkan secara

optimal serta dijaga kelestariannya untuk sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat, bagi generasi sekarang atau yang akan datang.15

C. Tinjauan Kerusakan Hutan

Kerusakan hutan adalah gambaran dari pemaknaan hutan di Indonesia,

lazimnya kalau berbicara soal hutan di Indonesia maka penjabarannya adalah

kerusakan hutan dan berkurangnya luas hutan yang semakin tahun ke tahun

berkurang dari yang ditetapkan oleh pemerintah. Kerusakan hutan disebabkan

15 Ahmad Redi, op.citHlm,.73.

9

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Efektivitas Hukumhukum itu memang sesungguhnya berdaya mampu efektif. Dalam bukunya achmad ali yang dikutip oleh Marcus Priyo Guntarto yang mengemukakan

oleh beberapa faktor antara lain kebakaran hutan, illegal logging, perambahan

hutan secara illegal, khusus kebakaran hutan sendiri member dampak bagi

masyarakat luas. Dampak kebakaran hutan dan lahan yang menonjol

adalah terjadinya kabut asap.16mengganggu kesehatan dan sistem transpotasi

darat, laut dan udara

Herman Hidayat dalam bukunya mengatakan bahwa:17

Pengelolaan hutan yang salah adalah penyebab utama dari kerusakan hutanselama rezim soeharto. Ada tiga faktor yang berperan, sebagian besar, didalam rata-rata kerusakan hutan yang tinggi. Pertama tingkah laku parapolitisi dan sikap pengambilan keputusan di dalam pemerintahan Soeharto,dengan dukungan dari sistem internasional yaitu membentuk danmendorong faktor yang beragam yang memberi kontribusi atas kerusakanhutan tropis. Kedua kelengahan dalam pengawasan diantara aparatkehutanan baik di pusat dan daerah dalam menerapkan prinsip pengelolaanhutan yang lestari. Ketiga kurangnya penegakan hukum dan pemebriansanksi yang tegas terhadap pengusaha swasta baik domestik atautransnasional yang melanggar peraturan industri kehutanan.

Perusakan hutan bisa dikatakan sebagai kejahatan yang luar biasa karena

mempunyai dampak yang dapat dirsakan secara regional, nasional atau

internasional. Sebagai contoh yang terjadi di daerah lerang gunung Muria

bahwa kerusakan hutan disana sangat cukup parah dan mengakibatkan bencana

banjir bandang dan tanah longsor yang memakan korban jiwa.

Ada empat kategori perbuatan yang menyebabkan timbulnya kerusakan

hutan. Diantaranya yaitu:

1. Kerusakan hutan dapat terjadi akibat perbuatan karena kesengajaansubyek hukum meliputi, manusia dan atau badan hukum.

2. Kerusakan hutan dapat terjadi akibat perbuatan karna kelalaian subyekhukum meliputi, manusia dan atau badan hukum.

16S. Andy Cahyono1, Sofyan P Warsito1, Wahyu Andayani1 dan Dwidjono H Darwanto,

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kebakaran Hutan di Indonesia, (Factor Affecting Forest

Fire In Indonesia and Policympliction), Jurnal Sylva Lestari, Vol 3, 2015, Hlm.104.

17 Herman Hidayat,op.cit., Hlm, 90.

10

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Efektivitas Hukumhukum itu memang sesungguhnya berdaya mampu efektif. Dalam bukunya achmad ali yang dikutip oleh Marcus Priyo Guntarto yang mengemukakan

3. Kerusakan hutan dapat terjadi karena ternak dan daya-daya alam(misalnya, gempa bumi, letusan gunung, banjir, dan sebagainya)

4. Kerusakan hutan dapat terjadi karena serangan Hama dan penyakitpohon.18

Data pengelolaan daerah aliran sungai pemali Jawa Tengah menunjukkan

kawasan Muria mengalami degradasi dari tahun ke tahun. Total luas hutan di

kawasan itu 69.812,08 ha, terdiri atas hutan Jepara 21.516,406 ha namun

17.954 ha atau 83% diantaranya gundul, termasuk 3.962,66 ha hutan

lindung.Di kabupaten Pati 47.338 ha, namun 38.344 atau 81% rusak, termasuk

1.425 ha hutan lindung. Sementara di kabupaten Kudus, 83% atau 1.940 hutan

rusak, termasuk 53,93 Ha hutan lindung.19

Faktor-faktor penting yang menyebabkan kerusakan hutan dilereng gunung

Muria adalah illegal logging, kebakaran hutan dan penggunaan kawasan hutan

rakyat yang tidak sesuai fungsinya . kebakaran hutan dalah suatu keadaan

dimana hutan dilanda api sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan atau

hasil hutan yang menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan.20

Efek dari kebakaran hutan sangat berbahaya dan vital daripada kerusakan lain

yang ada dihutan, dalam sekejap hutan akan habis dan asap yang di timbulkan

tidak hanya menggangu warga hutan atau penghuni hutan lainnya tetapi

daerah-daerah yang berdekatan karena arah angin yang membawa angin

tersebut ke daerahnya. Ada beberapa penyebab yang membuat hutan menjadi

terbakar, bahwa kebakaran hutan terjadi bila tiga unsur yaitu panas, bahan

bakar dan oksigen bertemu. Jika salah satu dari ketiga unsur tersebut tak ada,

maka kebakaran hutan tak akan terjadi. Karena oksigen terdapat hampir merata

18Alam Setya.Hukum Lingkungan Konservasi Hutan, PT Rineka Cipta, Jakarta , 1997, Hlm.5.

19 http//www.Bpsda-seluna.jatengprov.go.id. Diakses pada tanggal 5 januari 2015, Pukul14.00 WIB

20 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.12/Menhut-II/2009 tentang PengendalianKebakaran Hutan

11

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Efektivitas Hukumhukum itu memang sesungguhnya berdaya mampu efektif. Dalam bukunya achmad ali yang dikutip oleh Marcus Priyo Guntarto yang mengemukakan

disemua wilayah, hanya dua unsur lainnya, yaitu panas dan bahan bakar yang

dibahas :

1. PanasDalam kebakaran hutan, unsur ini hanya berperan pada masa kemarau,terutama kemarau panjang. Hampir diseluruh Indonesia musim Kemarauterjadi setiap tahun, pada bulan-bulan tertentu yang dapat diperkirakansebelumnya. Musim kemarau panjang umumnya datang setiap 5-10 tahunsekali, kecuali untuk Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya bagian Selatan(Merauke), musim kemarau panjang terjadi setiap tahun. Erat kaitannyadengan panas adalah sumber api. Umumnya disepakati bahwa 90 % sumberapi yang mengakibatkan kebakaran hutan berasal dari manusia, sedangkanselebihnya berasal dari alam.

a) Sumber api yang berasal dari manusia digolongkan menjadi:1) Pertama adalah Yang diyatakan secara sengaja, dalam kaitannya

dengan perladangan, pengembalaan ternak, perburuan binatangliar, persiapan penanaman (perkebunan, kehutanan).

2) Kedua tindakan iseng (untuk kesenangan), balas dendam terhadappetugas kehutanan, mengalihkan perhatian petugas (untuk dapatmencuri hasil hutan ditempat lain), pembuatan api unggun, danlain-lain. Api yang berasal dari kebakaran ladang, menurut hasilpenelitian Nana-Supriatna di Sumatra Utara, memberikan andil 54% terhadap terjadinya kebakaran hutan. Angka tersebutnampaknya berlaku untuk daerah lain diluar Pulau Jawa.Perludicatat, bahwa penggunaan api untuk perladangan, perkebunan,kehutanan dan lain-lain tak terhindarkan namun tentu saja takharus mengakibatkan kebakaran hutan, asal terkendali.Yang takdisegaja, seperti api dari kereta api, pekerja hutan, pengunjungobjek wisata hutan, obor, puntung rokok, perkemahan, dapurarang, dan lain-lain.

3) Faktor alam, misalnya api yang timbul karena terjadinya petir,meletusnya gunung berapi dan api abadi.Api dari petir sangat jarang mengakibatkan kebakaran hutan,karena terjadinya justru pada musim penghujan. Api abadi jugakecil peluangnya mengakibatkan kebakaran hutan karenadisekeliling api letusan gunung, apalagi letusan gunung dimusimkemarau, dapat dibilang jarang terjadi, dan karenanya juga jarangmengakibatkan terjadinya kebakaran hutan. Dengan demikian,sumber api kebakaran hutan di Indonesia hampir 100% berasal darimanusia21.

2. Bahan Bakar Bahan bakar merupakan faktor yang paling dominan sebagai penyebabkebakaran hutan.Di Taman Nasional Wasur, Irian Jaya, misalnya, kemarau

21http//www.kehutanan.org, diakses Diakses pada tanggal 5 januari 2015, Pukul 14.00 WIB.

12

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Efektivitas Hukumhukum itu memang sesungguhnya berdaya mampu efektif. Dalam bukunya achmad ali yang dikutip oleh Marcus Priyo Guntarto yang mengemukakan

panjang dan juga kebakaran hutan, terjadi setiap tahun diareal yang luas.Namun kebakarannya tidak pernah besar, karena serasah hutan yangmenjadi bahan bakar tipis saja.

D. Tinjauan Penegakan Hukum

1. Tinjauan Umum Penegakan Hukum

Pengertian penegakan hukum menurut Dictionary of Law Complete

Editionadalah sanksi hukum; pelakasanaan kontra prestasi yang mengakibatkan

kerugian bagi pelanggar ketentuan perundangan yang ada dan diputus pada

tingkat pengadilan baik berupa denda maupun pembekuan kegiatan yang

berkaitan dengan aktivitas industri. 22Keith Hawkins mengatakan bahwa hukum

dapat dilihat dari dua sistem atau strategi, yang disebut compliance

(pemenuhan) dengan conciliatory style (perdamaian) sebagai karakteristiknya

dan sactioning (sanksi) dengan penal system (penghukuman) sebagai

karakteristiknya.23Penegakan hukum (Law Enforcement)dalam operasionalnya

bukanlah suatu hal yang berdiri sendiri melainkan berkaitan dengan berbagai

aspek atau faktor penegakan hukum itu sendiri, termasuk dengan manusianya

baik sebagai penegak hukum maupun masyarakatnya. Dalam pembahasan

penegakan hukum tidak dapat dipisahkan dari konsep Lawrance Meir

Friedman, mengenai tiga unsur sistem hukum (Three Element of Legal System)

yaitu terdiri atas:24

a) Struktur (Structure);

b) Substansi (Substance);

c) Kultur Hukum (Legal Culture)

22 M. marwan dan Jimmy, Dictionary of Law Complete Edition, Reality Publisher, Surabaya,2009, Hlm, 399-400.

23 Daud Silalahi, Journal Masalah Lingkungan Hidup, Mahkamah Agung, 1994 Hal 1

24Achmad Ali, Keterpurukan Hukum dI Indonesia(penyebab dan Solusinya), Cetkesatu,Ghalia Indonesia , Jakarta, 2002. Hlm 7

13

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Efektivitas Hukumhukum itu memang sesungguhnya berdaya mampu efektif. Dalam bukunya achmad ali yang dikutip oleh Marcus Priyo Guntarto yang mengemukakan

Menurut Satjipto Rahardjo sebagaiamana yang dikutip Yogyanto Daru

Sasongko“Penegakan hukum merupakan rangkaian proses untuk menjabarkan

nilai, ide dan cita yang cukup abstrak yang menjadi tujuan hakim. Tujuan

hakim yang membuat nilai-nilai moral, seperti keadilan dan

kebenaran.”25Menurut Alam setia zain dalam sistem penegakan hukum nasional

pemidanaan tidak dimaksudkan untuk menderitakan atau merendahkan

martabat manusia selaku anggota masyarakat.26sedangkan Penegakan hukum

menurut soejono adalah keseluruhan proses penanganan pidana sejak dari

penyelidikan, penyidikan, penuntutan (termasuk pra-penuntutan), pemeriksaan

di pengadilan, upaya hukum dan eksekusi.27

Tugas penegakan hukum bukan semata-mata berarti pelaksanaan

perundang-undangan, walaupun di dalam kenyataan di Indonesia

kecenderungannya adalah demikian, sehingga pengertian law enforcement

begitu populer.28 Penegakan hukum adalah suatu proses logis yang mengikuti

suatu peraturan hukum. Apa yang harus terjadi menyusul kehadiran peraturan

hukum hampir sepenuhnya terjadi melalui pengolahan logika. Logika menjadi

kredo (keyakinan) dalam penegakan hukum.29 Menurut Soetandyo

Wigjosoebroto sebagaiamana dikutip dalam tesis Yogyanto Daru Sasongko

pemikiran yang positivistik logalistikadalah sebuah konsep hukum yang dalam

ilmu hukum disebut sebagai “ilmu hukum yang telah dipositifiskan”atau

“hukum positifatau yang dalam istilah klasik bahasa latin disebut ius

25 Yogyanto Daru Sasongko(tesis),op.cit.,Hlm 43

26 Alam Setia Zain, Hukum Lingkungan Konservasi Hutan dan Segi-Segi Pidana, RinekaCipta, Jakarta, 2002, Hlm, 18

27 Soejono, kejahatan & penegakan Hukum di Indonesia, Rineke Cipta , Jakarta 1994, Hlm 3

28 Soerjono Soekanto, Factor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, edisi kedua ctkkedua belas, Rajawali Press, Jakarta, 2013, Hlm,7-8

29 Satjipto Rahardjo,op.cit Hlm, 191-192.

14

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Efektivitas Hukumhukum itu memang sesungguhnya berdaya mampu efektif. Dalam bukunya achmad ali yang dikutip oleh Marcus Priyo Guntarto yang mengemukakan

constitutum yakni hukum yang telah dibentuk.30Suharto yang dikutip

R.Abdussalam menyebutkan bahwa penegakan hukum adalah suatu rangkaian

kegiatan yang dilakukan aparat penegak hukum baik tindakan pencegahan

maupun penindakan dalam menerapkan ketentuan hukum yang berlaku guna

menciptakan suasana aman damai dan tertib demi kepastian hukum dalam

masyarakat.31Menurut JM. Van Bemmelen, tujuan utama semua bagian hukum

ialah menjaga ketertiban, ketenangan, kesehjahteraan dan kedamaian dalam

masyarakat tanpa dengan sengaja menimbulkan penderitaan.32

Pada hakekatnya hukum mengandung konsep atau ide yang digolongkan

sebagai salah suatu yang abstrak. Kedalam kelompok yang abstrak termasuk

ide tentang keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan sosial33. Berbicara soal

penegakan hukum maka kita akan membayangkan tentang sebuah ide atau

konsep yang mengarahkan pada suatu tindakan yang benar dan adil bagi semua

kalangan, apabila semua ide dan konsep itu terwujud maka dapat dikatakan itu

adalah sebuah proses penegakan hukum.Satjipto Rahardjo menjelaskan bahwa

hakekat dari penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan

keinginan atau ide-ide hukum menjadinkenyataan.34

Sistem penegakan hukum nasional harus dipandang dan ditempatkan sebagi

bagian dari sub sistem hukum nasional. Sebagai subsistem hukum nasional,

30Yogyanto Drau Sasongko.op.cit, Hlm, 42.

31 R Abdussalam, Penengakan Hukum di Lapangan Oleh Polri, Gagas Mitarcatur Gemilang,1997, Hlm, 18.

32 JM Van Bemmelen, Het Materiele Strafrecht Algemeen Deel, Diterjemahkan oleh Hassan,Hukum Pidana I Hukum Pidana Material Bagian Umum, Bina Eka Cipta , Cetakan Pertama1984

33Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum. Suatu Tinjauan Sosiologis, Ctk Kedua, GentaPublishing, Yogyakarta, 2011, Hlm, vii

34 Satjipto Rahardjo Masalah Penegakan Hukum, Suatau Tinjauan Sosiologis, Sinar Baru,Bandung, Hlm,, 24-29

15

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Efektivitas Hukumhukum itu memang sesungguhnya berdaya mampu efektif. Dalam bukunya achmad ali yang dikutip oleh Marcus Priyo Guntarto yang mengemukakan

sistem penegakan hukum tidak saja menentukan tercapai atau tidaknya tujuan

hukum nasioanal tetapi juga instrument byang menjamin dinamika isi sitem

hukum .35

Kepastian hukum (rechtszekerhied, legalcertainy) merupakan asas penting

dalam tindakan hukum (recht shandeling) dan penegak hukum

(rechtshandhaving, law enforcement).36Efektivitas hukum dimaksud berarti

mengkaji kaidah hukum yang memenuhi syarat, yaitu berlaku secara yuridis,

sosiologis dan filosofi.37

Menurut pandangan dari sisi normatif penegakan hukum adalah suatu

tindakan yang pasti menerapkan hukum terhadap suatu kejadian yang dapat

diibaratkan menarik garis lurus antara dua titik. Dalam ilmu hukum ini cara

seperti ini disebut sebagai model mesin otomat dan pekerjaan menegakan

hukum menjadi aktivitas subsumsi otomat. Di sini hukum dilihat dari variable

yang jelas dan pasti dan terlihat sederhana. Pandangan dari sisi normatif

memang sangat sederhana dikarenanakan pandangan ini hanya menerapkan

sanksi apabila terjadi pelanggaran hukum dan penegakannya sesuai dengan

peranturan atau undang-undang yang megatur sanksi pelanggaran

tersebut.Menurut soerjono soekanto agar upaya hukum berjalan dengan baik

dan sempurna, maka paling sedikit harus ada 3mpat faktor yang harus

dipenuhi:

a) Kaedah hukum atau peraturan hukum itu sendiri.

b) Petugas yang menerapkan atau menegakan.

35 Edi Setiadi, Pemberdayaan Peran Dan interaksi Advokat dalam Proses Penegakan HukumUntuk Mewujudkan Keadilan, Disertasi, 2005, Hlm, 95.

36 Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, Filsafat, Teori, dan Ilmu Hukum PemikiranMenuju Masyarakat yang berkeadilan dan bermartabat, edisi Kesatu, ctk Kesatu, RajawaliPress, Jakarta, 2012, Hlm 342

37 Zainudin Ali, Sosiologi Hukum,Sinar Grafika, Jakarta, 2007, Hlm. 62.

16

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Efektivitas Hukumhukum itu memang sesungguhnya berdaya mampu efektif. Dalam bukunya achmad ali yang dikutip oleh Marcus Priyo Guntarto yang mengemukakan

c) Fasilitas yang diharapkan akan dapat mendukung pelaksaan kaedah

hukum.

d) Warga masyarakat yang terkena ruang lingkup praturan tersebut.38

Agar penegakan hukum dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan, maka

keempat elemen tersebut harus berjalan seiring dan serasi. 39 Leden marpaung

sebagaimana dikutip oleh hartiwiningsih dalam hasil disertasinya

mengatakan40:

Penegakan hukum tidak berlangsung dalam suasana vakum ataukekosongan sosial adalah tiadanya proses-proses di luar hukum yang secarabersamaan berlangsung dalam masyarakat.proses-proses tersebut adalahseperti ekonomi politik. Penegakan hukum berjalan ditengah-tengahberjalannya proses-proses tersebut. Dengan dikeluarkannya undang-undangmisalnya maka tidak simsalabim maka segalanya menjadi persis sepertidikehendaki oleh undang-undang itu. hubungan kompetitif tarik-menarikdan dorong-mendorong antara hukum dan bidang, serta proses laindiluarnya tetap saja terjadi.

Apabila dilhat dari sisi sosiologis penegakan hukum bertolak belakang

dengan sisi normatif, penegakan hukum secara sosiologis memerlukan

pengkajian yang sangat lama dan memerlukan perjuangan dalam menentukan

kebenaran dalam penegakannya, Barda Nawawi Arief “mengatakan dilihat dari

kacamata normatif memang permasalahan yang sangat sederhana, namun

apabila dilihat dari kacamata sosiologis maka penegakan hukum merupakan

proses yang panjang dan memerlukan sebuah perjuangan.”41

Marc Galanter dalam Satjipto Rahardjo sebagaimana dikutip

olehHartiwiningsih mengatakan bahwa:

38 Soerjono Soekanto, Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat, Rajawali, Jakarta 1980, Hlm 14

39ibid

40Hartiwiningsih, Hukum Lingkungan dalam Perspektif Kebijakan Hukum Pidana, Ctk kesatu,UNS Press, Surakarta, Hlm, 61-62.

41Barda Nawawi Arief,op.cit.,Hlm,. 225.

17

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Efektivitas Hukumhukum itu memang sesungguhnya berdaya mampu efektif. Dalam bukunya achmad ali yang dikutip oleh Marcus Priyo Guntarto yang mengemukakan

Penegakan hukum tidak sesederhana yang kita duga, melainkan bahwapenegakan hukum itu mengandung pilihan dan kemungkinan, oleh karenadihadapkan pada kenyataan komplek. Dalam ilmu hukum normatifkompleksitas itu diabaikan, sedangkan dalam ilmu empirik tidak dapatmengabaikannya. Sosiologi hukum berangkat dari kenyataan yaitu melihatdari berbagia kenyataan, kompleksitas, yang ada dalam masyrakat danbagaimana kenyataan itu membentuk maksud dengan melihat hukum dari(from the order to telescope), “ujung lain dari teleskop”oleh karena itumemasukan komplesitas tersebut kedalam pemahaman dan analisis, makadalam sosiologi hukum, penegakan hukum itu bersifat logis universal,melainkan variable.42

Soerjono Soekanto mengemukakan lima faktor yang harus diperhatikan

dalam penegakan hukum. Penegakan hukum merupakan kegiatan

menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah yang

mantap dan mengejawantahkan sikap tindakan sebagai rangkaian penjabaran

nilai tahap akhir untulk menciptakan memelihara dan mempertahankan

kedamaian dalam masyarakat. Kelima faktor tersebut adalah:

a) Faktorhukumnya sendiri.

b) Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun

menerapkan hukum.

c) Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum

d) Faktor masyarakat yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku dan

ditetapkan.

e) Faktor kebudayaan, sebagai hasil karya, cipta, rasa yang didasarkan pada

karsa manusia didalam pergaulan hidup.43

2. Tinjauan Penegakan Hukum di bidang Kehutanan.

42Hartiwiningsih,op.cit

43 Soerjono Soekanto,op.cit.,Hlm, 307.

18

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Efektivitas Hukumhukum itu memang sesungguhnya berdaya mampu efektif. Dalam bukunya achmad ali yang dikutip oleh Marcus Priyo Guntarto yang mengemukakan

Andi Hamzah menyebutkan istilah penegak hukum dalam bahasa Indonesia

selalu diasosiasikan dengan force sehingga ada yang berpendapat bahwa

penegak hukum hanya bersangkutan dengan hukum pidana saja. Pikiran seperti

ini diperkuatdengan kebiasaan masyrakat dengan kebiasaan menyebut penegak

hukum itu polisi, jaksa dan hakim.44 Lemahnya hukum di indonesia menjadikan

indonesia sebagai sarang dari berkembangnya praktek tindak kejahatan atau

pelanggaran yang dilakukan oleh beberapa orang Indonesia sendiri.Olof

kinberg dalam Muladi dan Barda Nawawi Arief menyatakan bahwa kejahatan

pada umumnya merupakan perwujudan daripada ketidaknormalan atau

ketidakmatangan si pelanggar (the expression of an offender abnormality or

immaturity) yang lebih memerlukan tindakan perawatan (treatment).45

Korupsi, kolusi dan nepotisme seakan terus berkembang tiada henti. Salah

satunya adalah dengan maraknya perusakan hutan yang terjadi di indonsia yang

dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab dan tidak memiliki

kesadaran, maka perlu adanya penegakan hukum di bidang kehutanan yang

diposisikan sebagai penjaga kestabilan hutan.

Menurut Abdul Hakim, lemahnya penegakan hukum kehutanan terjadi,

antara lain disebabkan:

a) Mentalitas aparat kehutanan sendiri.

b) Jumlah aparat kehutanan yang tidak memadai dibanding scope

tanggung jawab dan luasnya wilayah yang harus diawasi.

c) Intervensi negatif aparat di luar kehutanan(Kepolisian Republik

Indonesia atau Tentara Nasional Indonesia).

d) Tuntutan percepatan waktu di industri kehutanan.

44 Andi Hamzah, Penegak Hukum Lingkungan, Arikha Media Cipta, Jakarta, 1995, Hlm. 61.

45Muladi dan Barda Nawawi arief, Bunga Rampai Hukum Pidana , Alumni, Bandung, 1992,Hlm. 13.

19

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Efektivitas Hukumhukum itu memang sesungguhnya berdaya mampu efektif. Dalam bukunya achmad ali yang dikutip oleh Marcus Priyo Guntarto yang mengemukakan

e) Perilaku pengusaha atau cukong yang memilih bisnis kehutanan melalui

jalan pintas.46

Asas penyelenggaraan hutan berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun

1999 tentang kehutanan adalah mafaat, lestari, kerakyatan, keadilan,

kebersamaan, keterbukaan dan keterpaduan. Undang-Undang Nomor 41 Tahun

1999 Tentang Kehuatan sudah ada pasal-pasal yang mengatur atas kerusakan

hutan. Pasal 47 Undang-Undang kehutanan meyebutkan bahwa perlindungan

dan kawasan hutan merupakan usaha untuk:

a) Mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil

hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia,ternak, kebakaran, daya-

daya alam, hama serta penyakit.

b) Mempertahankan serta menjaga hak-hak negara masyarakat dan

perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta

perangkat yang berhubuingan dengan pengelolaan.

Penegakan hukum di bidang kehutanan tidak hanya terpaku pada pada

masyarakat yang melakukan kerusakan hutan, tetapi juga pada pejabat terkait

yang melakukan kesalahan mengeluarkan izin terhadap penebangan hutan.

Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan pada dasarnya belum

mengatur tentang tindak pidana kehutanan yang melibatkan PNS, Sehingga

aturan hukum yang dijadikan menindak pelaku PNS masih mengacu pada

Undang-Undang pemberantasan tindak pidana korupsi.47

Pasal 38 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

menjelaskan akan perizinan pemanfatan hutan yang dalam penggunaan

kawasan hutan lindung dan produksi untuk kepentingan bangunan liar di luar

kehutanan dilakukan melalui izin pinjam pakai kawasan hutan, untuk kegiatan

penambangan dalam kawasan lindung hanya dapat dilakukan melalui tambang

46Abdul Hakim, Pengantar Hukum Kehutanan,Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005. Hlm,194.

47Wartiningsish,op.cit.,Hlm, 55.

20

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Efektivitas Hukumhukum itu memang sesungguhnya berdaya mampu efektif. Dalam bukunya achmad ali yang dikutip oleh Marcus Priyo Guntarto yang mengemukakan

tertutup. Menurut Wartiningsih penerbitan izin yang bertumpu pada prosedur

administrasi termasuk dalm lingkup pelayanan publik.48 Lebih lanjut seperti

yang dikemukakan N.M. SPELT dan J.B.J.M.Ten Berge yang dikutip Adrian

Sutedi, “bahwa izin merupakan instrument atau alat kekuasan negara yang

dikeluarkan oleh pejabat tertentu untuk memberikan suatu kegiatan yang

sebenarnya dilarang” 49 Izin tersebut dalam kehidupan sehari-hari terkadang di

salah gunakan dalam sebuah kepentinga-kepentingan bagi diri sendir natau

sebuah kelompok.Indonesia menganut kedua-belas prinsip pokok, yang

merupakan pilar-pilar utama yang menyangga berdiri tegaknya satu negara

modern sehingga dapat disebut sebagai Negara Hukum atau Rechtstaat, dalam

arti yang sebenarnya. Adapun kedua-belas prinsip pokok tersebut, adalah:

1. Supremasi Hukum ( Supremacy of Law);2. Persamaan dalam Hukum (Equality before The Law);3. Asas Legalitas (Due Process of Law);4. Pembatasan Kekuasaan;5. Organ-organ Eksekutif Independen;6. Peradilan yang Bebas dan Tidak Memihak;7. Peradilan Tata Usaha Negara;8. Peradilan Tata Negara (Constitutional Court);9. Perlindungan Hak Asasi Manusia;10. Bersifat Demokratis (Democratische rechtsstaat)11. Berfungsi sebagai Sarana Mewujudkan Tujuan Bernegara (Welfare

Rechtsstaat); dan12. Transparansi dan Kontrol Sosial.50

A.V. Dicey menguraikan adanya 3 (tiga) unsur penting dalam setiap negara

hukum yang disebutnya dengan istilah The Rule of Laws, yaitu:

1. Supremacy of Law. Supremasi dari hukum, yang berarti bahwa yang mempunyai kekuasaantertinggi di dalam negara adalah hukum (kedaulatan hukum).

2. Equality before the Law.

48Ibid.

49 Adrian Sutedi, Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik, Sinar Grafika , 2010,Hlm, 170

50 H.F. Abraham Amos, Sistem Ketatanegaraan Indonesia, Rajawali Press, Jakarta, 2005,Hlm, 89.

21

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Efektivitas Hukumhukum itu memang sesungguhnya berdaya mampu efektif. Dalam bukunya achmad ali yang dikutip oleh Marcus Priyo Guntarto yang mengemukakan

Persamaan dalam kedudukan hukum bagi setiap orang.3. Konstitusi itu tidak merupakan sumber dari hak–hak asasi manusia dan

jika hak-hak asasi manusia itu diletakkan dalam konstitusi, itu hanyasebagai penegasan bahwa hak asasi manusia itu harus dilindungi.51

Pelanggaran terhadap izin sesuai unsure-unsur yang terkandung pada setiap

negara hukum yang dikemukakan A.V Dicey akan terlaksana apabila ada

ketaatan pada setiap individu yang ada di dalam negara, termasuk juga ketaatan

dan kepatuhan dalam meneriam sebuah aturan termasuk aturan dari Undang-

Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

Pemaknaan dari penegakan hukum di bidang kehutanan adalah

pengawasan, perlindungan dan pemberiian izin yang sesuai dengan yang di

tetapkan oleh Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

Pengawasan hutan dalam pemaknaan penegakan hukum di bidang kehutanan

adalah mencermati, menelusuri pelaksanaan pengelolaan hutan yang optimal

sesuai dengan yang ditetapkan dalam Undang-Undang. perlindungan hutan

adalah melindungi fungsi hutan masing-masing yaitu:

a) Fungsi hutan produksi

b) Fungsi hutan lindung.

c) Fungsi hutan konservasi.

Penegakan hukum di bidang kehutanan akan optimal dalam menanggulangi

kejahatan yang merusak hutan,apabila ada daya dukung dari pihak-pihak yang

bergantung pada hasil hutan. Menurut Bonger Kejahatan adalah perbuatan

yang sangata anti sosial dan memperoleh pertentangan dengan sadar oleh

negara berupa pemberian penderitaan(hukuman, sanksi atau

tindakan).52Kejahatan atau tindakan kriminal adalah perilaku yang

menyimpang dari seseorang atau sekumpulan masyarakat. Perilaku

51Ibid., Hlm, 4.

52 M.A.W, Bonger, Inleiding Toot de Criminologie, Diterjemahkan oleh Koesnoe, dkk,Pengantar Tentang Kriminologi, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982, Hlm.25

22

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Efektivitas Hukumhukum itu memang sesungguhnya berdaya mampu efektif. Dalam bukunya achmad ali yang dikutip oleh Marcus Priyo Guntarto yang mengemukakan

menyimpang tersebut beretentangan dengan aturan-aturan normatif.53

merupakan suatu bentuk Pengawasan, perlindungan dan pemberian izin akan

berjalan dengan baik sebagai pemaknaan penegakan hukum yang optimal

berdasarkan Undang-Undang jika didukung oleh sumber daya manusia yang

baik.

3. Tindak Pidana Kerusakan Hutan

Peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan telah

mengkualifikasikan berbeagi bentuk tindak pidana yang sebagaimana telah

diatur dalam Undang-Undang Kehutanan, yang mana dalam Pasal 50

tersebut menjelaskan perbuatan yang dapat dikenai sanksi pidana oleh Pasal

78 ayat 1,2 dan ayat 3:

a) Setiap orang dilarang merusak prasarana dan sarana perlindungan hutan

b) Setiap orang yang diberikan izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usahapemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayudan bukan kayu, serta izin pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu,dilarang melakukan kegiatan yang menimbulkan kerusakan hutan.

c) Setiap orang dilarang:

1) Mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki kawasanhutan secara tidak sah;

2) Merambah kawasan hutan.

3) Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan dengan radiusatau jarak sampai dengan:

(a) 1500(Lima ratus) meter dari tepi waduk atau danau;

(b) 200 (dua ratus) meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai didaerah rawa.

(c) 100 (seratus) meter dari kiri kanan tepi sungai.

(d) 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan tepi anak sungai

(e) 2 (dua) kali kedalaman jurang dari tepi jurang;

53 Muladi dan Barda Nawai Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung,1998, Hlm, 148.

23

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Efektivitas Hukumhukum itu memang sesungguhnya berdaya mampu efektif. Dalam bukunya achmad ali yang dikutip oleh Marcus Priyo Guntarto yang mengemukakan

(f) 30 (seratus tiga puluh) kali selisih pasang tertinggi dan pasangterendah dari tepi pantai.

4) Membakar hutan

5) Menebang pohon atau memanen atau memungut hasil hutan di dalamhutan tanpa memiliki hak atau izin dari pejabat yang berwenang.

6) Menerima, membeli atau menjual, menerimatukar, menerima titipan,menyimpan, atau memiliki hasil hutan yang diketahui atau patutdiduga berasal dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut secaratidak sah.

7) Melakukan kegiatan penyelidikan umum atau eksplorasi ataueksploitasi bahan tambang di dalam kawasan hutan, tanpa izin menteri

8) Mengangkut, menguasai atau memiliki hasil hutan yang tidakdilengkapi bersama-sama dengan surat keterangan sahnya hasil hutan.

9) Menggembalakan ternak di dalam kawasan hutan yang tidak ditunjuksecara khusus.

10) Membawa alat-alat berat dan atau alat-alat lainnya yang lazim ataupatut diduga akan digunakan untuk mengangkut hasil hutan di dalamkawasan hutan, tanpa izin pejabat yang berwenang.

11) Membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang,memotong, atau membelah pohon di dalam kawasan hutan tanpa izinpejabat yang berwenang.

12) Membuang benda-benda yang dapat menyebabkan kebakaran dankerusakan serta membahayakan keberadaan atau kelangsungan fungsihutan ke dalam kawasan hutan; dan

13) Mengeluarkan, membawa, dan mengangkut tumbuh-tumbuhan dansatwa liar yangtidak dilindungi undang-undang yang berasal darikawasan hutan tanpa izin dari pejabat yang berwenang.

d) Ketentuan tentang mengeluarkan, membawa, dan atau mengangkuttumbuhan dan atau satwa yang dilindungi, diatur sesuai denganperaturan perundang-undangan

Penerapan sanksi perbuatan dalam Pasal 50 Undang-Undang Kehutanan

telah diatur dalam Pasal 78, menurut Suriansyah Murhaini yang dapat ditindak

pidanakan sebagai kejahatan yang diancam hukuman penjara melipuiti

perbuatan:

24

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Efektivitas Hukumhukum itu memang sesungguhnya berdaya mampu efektif. Dalam bukunya achmad ali yang dikutip oleh Marcus Priyo Guntarto yang mengemukakan

a) Merusak sarana-prasarana perlindungan hutan serta menimnbulkankerusakan hutan, tindak pidana ini diatur dalam Pasal 78(1) Undang-Undang Nomor 41 ttahun 1999 Tentang Kehutanan,yaitu barang siapadengan sengaja merusak sarana prasara perlindungan hutan dan dengansengaja menimbulkan kerusakan hutan. Barang siapa dengan sengajamelakukan perbuatan tersebut maka dapat dikenakan hukuman penjarapaling lama 10(sepuluh) tahun dan denda paling banyak lima ratusrupiah. Untuk perbuatan merusak sarana-prasarana hutan hanyadikenakan kepada perorangan, sedang perbuatan yang menimbulkankerusakan hutan dikenakan pada orang atau korporasi/bandan hukum.

b) Membakar Hutan.

Tindak pidana membakar hutan ini dapat terjadi karena kesengajaan danarena kelalaian yang menimbulkan kebakaran hutan. Bagi seseorangyang sengaja membakar hutan diancam pidana dengan hukumanpenjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyaksepuluh milyar rupiah. sedangkan kebakaran hutan yang diakibatkanoleh kelalaian maka diancam dengan hukuman penjara paling lamalima(5) tahun dan denda paling banyak lima milyar rupiah. Sesuaidengan Pasal 78 ayat 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999tentang Kehutanan.

c) Menebang pohon dan memiliki hasil hutan secara illegal.

Dalam Pasal 78 ayat 3 Undang-Undang Nomor 41 tentang Kehutanandiesebutkan bahwa barang siapa melakukan penebangan poho,memanen, memungut hasila hutan atau didalam hutan tanpa hak atauijin dari pejabat yang berwenangdiancam pidana penjara 15 tahun dandenda paling banyak 5 milyar rupiah. Termasuk dalam perbuatan ininadalah menjual dan membeli, merima tuakar atau titipan atau memilikihasil hutan yang diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan hutanyang diambil atau dipungut secar tidak sah.

d) Melakukan peanambangan atau eksplrorasi serta ekploitasi bahantambang tanpa ijin.

Perbuatan yang tercantum dalam Pasal 78 (5) jo Pasal 38 (4) Undang-Undang Nomor 41 Tahun1999 tentang Kehutanan adala barang siapamelakukan penambangan dengan pola terbuka dikawasan hutan lindungdalam bentuk kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi atau ekploitasibarang tambang tanpa ijin dari menteri, diancam pidana paling lama 10tahun dan denda paling banyak lima(5) milyar rupiah.

e) Memiliki hasil hutan tanpa surat keterangan.

Perbuatan ini diancam dalam pasal ini adalah barang siapadengansengaja mengangkut, menguasai hasil hutan yang tidaka dilengkapi

25

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Efektivitas Hukumhukum itu memang sesungguhnya berdaya mampu efektif. Dalam bukunya achmad ali yang dikutip oleh Marcus Priyo Guntarto yang mengemukakan

bersama-sama dengan surat keterangan sahnya hasil hutan, diancampidana penjara paling lama

Lima(5) tahun dan denda paling banyak sepuluh (10) milyar rupiahPasal 78 (6) jo Pasal 50 (3).

f) Menggembalakan ternak.

Perbuatan yang diancam dengan ketentuan ini adalah barang siapadengan sengaja menggembalakan ternak di kawasan hutan yangditunjuk secara khusus oleh pejabat yang berwenang, diancam denganpidana penjara paling lama 3(tiga) bulan dan denda paling banyaksepuluh juta rupiah.

g) Membawa alat-alat berat tanpa ijin.

Perbuatan yang diancam ketentuan ini adalah barang siapa dengansengaja membawa alat berat atau alat-alat lainnya yang tak lazim ataupatut diduga akan digunakan untuk mengangkut hasil hutan dalamkawasan hutan tanpa ijin pejabat yang berwenang, diancam pidanapenjatra paling lama lima (5) tahun dan dendan paling banyak lima (5)milyar rupiah berdasarkan Pasal 78 (9) Undang-Undang Nomor 41Tahun 1999

Apabila alat-alat yang di bawa lazim digunakan tanpa ijin untukmenebang pohon , memotong, membelah hutan, namun tanpa ijinpejabat yang berwenang diancam dengan pidana penjara paling lamatiga (3) bulan dan denda paling banyak satu milyar rupiah. Pasal 78 (9)Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999

h) Membuang benda-benda yang berbahaya.

Rumusan delik pidana dikategorikan dalam ketentuan ini barang siapadengan sengaja membuang benda-bendan yang dapat menyebabkankebakaran, kerusakan atau membahyakan kelangsungan fungsi utandiancam pidana penjara paling lama tiga (3) bulan dan denda palingbanyak satu milyar rupiah Pasal 78 (10) Undang-Undang Nomor 41Tahun 1999 tentang Kehutanan.

i) Membawa satwa liar dan tumbuh-trumbuhan yang dilindungi

Perbuatan ini diancam dengan pidana penjara meneurut ketentuan Pasal78 ayat 12 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,yaitu barang siapa dengan sengaja menegeluarkan, membawa danmengangkut tumbuh-tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi diUndang-Undang tanpa ijin pejabat yang berwenang, diancam penjarapaling lama tiga (3) tahun dan denda paling banyak tiga milyar rupiah.54

54 Suriansyah Murhaini, op.,cit., Hlm.,28.

26

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Efektivitas Hukumhukum itu memang sesungguhnya berdaya mampu efektif. Dalam bukunya achmad ali yang dikutip oleh Marcus Priyo Guntarto yang mengemukakan

Menurut Hadi Cutro sebagaimana dikutip Suriansyah Murhaini dalam

bukunya, suatu perbuatan dilakukan oleh seseorang dimana perbuatan tersebut

melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan bidang kehutanan dan

diancam dengan sanksi atau hukuman bagi pelakunya.55 Sebuah perbuatan yang

mengakibatkan kerugian bagi seseorang atau lingkungannya maka perbutan

tersebut pantas menerima sanksi atau hukuman selama perbuatan tersebut

sudah ada atau tertuang di dalam Undang-Undang dilarang

E. Penelitian yang Relevan

Dalam Penelitian yang relevan penulis belum menemukan penelitian yang

meneliti tentang optimalisasi Undang-Undang kehutanan yang melakukan studi

kasus di kawasan lereng gunung Merapi.

No Nama Judul Hasilpenelitian

Persamaan danperbedaan

1 Handoyocipto, S.H.,2008Tesis,ProgramMagister IlmuHukum,UniversitasDiponegoroSemaranag

ImplementasiUndang-UndangNo41 Tahun 1999TerhadapPembinaanMasyarakat Desadalam Pengelolaandan MenjagaKelestarianHutan(Studi KasusKPH BanyumasTimur

DalampenelitiannyaimplementasiUndang-UndangNomor 41Tahun 1999tentangKehutanan,dapat dijadikanpeningkatandalampendapatandan tebukanyasenuahlapangan kerjasehinggamenambahpenghasilanbagi warga

Persamaandenganpenelitian yangpenulislakukan adalahtentangmengkajiUndang-UndangKehutananNomor 41Tahun 1999dalampenerapannyadi hutan yangberadadisuataudaerah,perbedaannyaadalahpenelitian

55Ibid.

27

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Efektivitas Hukumhukum itu memang sesungguhnya berdaya mampu efektif. Dalam bukunya achmad ali yang dikutip oleh Marcus Priyo Guntarto yang mengemukakan

sekitar hutanyangmempunyaiwawasanlingkungan,akan tetapi adamaslah yang dihadapi dalampenerapankegitan yangyang bergerakdalam bidangpembinaanmasyarakat.Dalamkegiatan itubelumtercermin danmelibatkanpartispasimasyarakatdan tidakterdapatsinergi denganLembagaMasyarakatDesa Hutan

penulismengkajitentangkeoptimalanUndang-Undang dalammengatasikerusakanhutan yang adadi kawasanhutan GunungMuria. Dantesis miliksaudarahandoyomengkajitentangpenerapanprogram-programPerhutani yangkurang optimaldi KawasanKPHBanyumasTimur

2 Susilowati,Magisterkenotariatan,UniversitasSebelas MaretTahun 2015

Penguasaan danPengelolaan TanahKawasan Hutan Olehperum PerhutaniKesatuan PemangkuHutanSurakarta(Berdasarkan Undang-UndangNomor 41 Tahun 1999Tentang Kehutananyang telahDiperbaharui denganUdang-UndangNomor 19 Tahun 2004tentang PenetapanPeraturan PemerintahPengganti Undang-Undang Nomor 1Tahun 2004 TentangPerubahan atasUndang-Undang

Hasilpenelitiannyaadalah tentangtanah kawasanhutan yangbersengktapada KPHSurakarta dancara-cara yangdigunakan olehPerhutanidalammenanggulangiadanyasengketa tanahyang ada diwialayahtersebut,macam-macam

Persamaannyaadalah tentangmengkajiUndang-UndangNomor 41Tahun 1999tentangKehutanan,perbedaanyaadalah letakstudi kasusatau tempatyang berbedadan fokuspenelitiannyatentangsengketa tanahsedangkan

28

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Efektivitas Hukumhukum itu memang sesungguhnya berdaya mampu efektif. Dalam bukunya achmad ali yang dikutip oleh Marcus Priyo Guntarto yang mengemukakan

Nomor 41 Tahun 1999tentang KehutananMenjadi Undang-Undang),

sengketanyaadalahsengketatenurial,okupasi dll

penulis fokuspadakerusakanhutan yangbisadiakibatkanoleh kebakaranhutan,penjarahanatau illegallogging dansengketa tanahkawasan hutankonfliktenurial

F. Kerangka Pemikiran

29

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Efektivitas Hukumhukum itu memang sesungguhnya berdaya mampu efektif. Dalam bukunya achmad ali yang dikutip oleh Marcus Priyo Guntarto yang mengemukakan

Keterangan:

Undang-Undang Dasar 1945 adalah patokan dari lahirnya semua Undang-

Undang. Di dalam Pasl 33 di sebutkan bahwa bumi dan air dan kekeayaan alam

yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakannya untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pasal tersebut menekankan tanggung

jawab negara berdasarkan kesejahteraan rakyat melalui Pasal tersebut.

Implementasi pasal tersebut kemudian diimplementasikan ke Undang-Undang

kehutanan Nomor 41 Tahun1999 tentang Kehutanan

Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan adalah Undang-

Undang mengatur regulasi semua aspek yang berhubungan dengan hutan akan

tetapi, dalam perkembangan zaman perubahan sosial dari masyarakat

membawa sebuah tuntutan dalam mengoptimalisasikan undang-undang

tersebut. Dengan bertambahnya kerusakan hutan yang terjadi di Indonesia

khususnya di pulau Jawa di lereng Gunung Muria, maka langkah-langkah yang

harus dilakukan dalam mengoptimalisasikan sebuah undang-undang menjadi

baik adalah penegakan hukum dan sosialisasi peraturan yang berhubungan

dengan Undang-Undang tersebut. Indonesia adalah negara hukum jadi apabila

Undang-Undang Kehutanan belum optimal maka akan tidak berwibawa

Undang-Undang tersebut.

30