bab ii landasan teori a. pengertian muamalah dan fiqh …

30
22 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Muamalah dan Fiqh Muamalah Dalam kehidupan sosial antara manusia, Islam sudah menata secara sempurna sebuah aturan (hukum) yang di dalamnya terdapat adab/ etika dalam hidup bermasyarakat yang semuanya terangkum dalam hukum muamalah. Secara etimologi kata Muamalat yang kata tunggalnya muamalah (al- mu’amalah) yang berakar pada kata ‗aamala secara arti kata mengandung arti ―saling berbuat‖ atau berbuat secara timbal balik. Lebih sederhana lagi berarti ―hubungan antara orang dan orang―. Muamalah secara etimologi sama dan semakna dengan al-mufa’alah yaitu saling berbuat. Kata ini, menggambarkan suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dengan seseorang atau beberapa orang falam memenuhi kebutuhan masing-masing. Atau muamalah secara etimologi artinya saling bertinfak, atau saling mengamalkan. Secara terminologi, muamalah dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu pengertian muamalah dalam arti luas dan dalam arti sempit. Pengertian muamalah dalam arti luas ―menghasilkan duniawi supaya menjadi sebab suksesnya masalah ukhrawy‖. Menurut Muhammad Yusuf Musa yang dikutip Abdul Madjid: ―Muamalah adalah peraturan-peraturan Allah yang harus diikuti dan ditaati dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia‖. ―muamalah adalah segala peraturan yang diciptakan Allah untuk mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam hidup dan kehidupan‖. Jadi, pengertian muamalah dalam arti luas yaitu aturan-aturan (hukum- hukum) Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya dengan urusan duniawi dalam pergaulan sosial.

Upload: others

Post on 22-Dec-2021

12 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Muamalah dan Fiqh …

22

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Muamalah dan Fiqh Muamalah

Dalam kehidupan sosial antara manusia, Islam sudah menata secara

sempurna sebuah aturan (hukum) yang di dalamnya terdapat adab/ etika dalam

hidup bermasyarakat yang semuanya terangkum dalam hukum muamalah.

Secara etimologi kata Muamalat yang kata tunggalnya muamalah (al-

mu’amalah) yang berakar pada kata ‗aamala secara arti kata mengandung arti

―saling berbuat‖ atau berbuat secara timbal balik. Lebih sederhana lagi berarti

―hubungan antara orang dan orang―. Muamalah secara etimologi sama dan

semakna dengan al-mufa’alah yaitu saling berbuat. Kata ini, menggambarkan

suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dengan seseorang atau beberapa

orang falam memenuhi kebutuhan masing-masing. Atau muamalah secara

etimologi artinya saling bertinfak, atau saling mengamalkan.

Secara terminologi, muamalah dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu

pengertian muamalah dalam arti luas dan dalam arti sempit. Pengertian

muamalah dalam arti luas ―menghasilkan duniawi supaya menjadi sebab

suksesnya masalah ukhrawy‖.

Menurut Muhammad Yusuf Musa yang dikutip Abdul Madjid:

―Muamalah adalah peraturan-peraturan Allah yang harus diikuti dan ditaati

dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia‖.

―muamalah adalah segala peraturan yang diciptakan Allah untuk

mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam hidup dan kehidupan‖.

Jadi, pengertian muamalah dalam arti luas yaitu aturan-aturan (hukum-

hukum) Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya dengan urusan

duniawi dalam pergaulan sosial.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Muamalah dan Fiqh …

23

Adapun pengertian dalam arti sempit (khas), didefinisikan oleh para

ulama sebagai berikut:

1. Menurut Hudhari yang dikutip Hendi Suhendi ―Muamalah adalah semua

manfaat yang membolehkan manusia saling menukar manfaatnya‖.

2. Menurut Rasyid Ridha, ―muamalah adalah tukar menukar barang atau

sesuatu yang bermanfaat dengan cara-cara yang telah ditentukan‖.

Dari definisi diatas daapt dipahami bahwa pengertian muamalah dalam

arti sempit yaitu semua akad yang membolehkan manusia saling menukar

manfaatnya dengan cara-cara dan aturan-aturan yang telah ditrentukan Allah

dan manusia wajib menaati-Nya.31

Adapaun pengertian muamalah yang sebagaimana dikemukakan oleh

Abdullah al-Sattar Fathullah Sa‘ad yang dikutip oleh Nasrun Haroen yaitu,

―hukum-hukum yang berkaitan dengan tindakan manusia dalam persoalan

jual-beli, utang piutang, kerjasama dagang, perserikatan, kerjasama dalam

penggarapan tanah, dan sewa menyewanya‖. Manusia dalam definisi diatas

adalah seseorang yang mukalaf, yang telah dikenai beban taklif, yaitu yang

telah berakal balig dan cerdas.

B. Prinsip-Prinsip Muamalah32

Pada pembahasan sebelumnya telah dikemukakan bahwa Fiqh

Muamalat adalah ilmu tentang hukum-hukum syara‘ yang mengatur hubungan

antara manusia dengan manusia lain yang sasaranya adalah harta benda atau

mal. Hubungan tersebut sangat luars karena mencakup hubungan antara

sesama manusia, baik muslim maupun non muslim. Namun ada beberapa

prinsip yang menjadi acuan dan pedoman secara umum untuk kegiatan

mumalat ini. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut.

31

Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2012 ),3. 32

Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2013),3.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Muamalah dan Fiqh …

24

1. Muamalah adalah Urusan Duniawi

Muamalat berbeda dengan ibadah. Dalam ibadah, semua perbuatan

dilarang kecuali yang diperintahkan. Oleh karena itu, semua perbuatan yang

dikerjakan harus sesuai dengan tuntuna yang diajarkan oleh Rasulullah.

Sebaliknya, dalam muamalat, semua boleh kecuali yang dilarang.

Muamalat atau hubungan dan pergaulan antara sesama manusia di bidang

harta benda merupakan urusan duniawi, dan pengaturannya diserahkan oleh

manusia itu sendiri. Oleh karena itu, semua bentuk akad dan berbagai cara

transaksi yang dibuat oleh manusia hukumnya sah dan dibolehkan. Asal tidak

bertentangan dengan ketentuan-ketentuan umum yang ada dalam syara‘.

2. Muamalat harus Didasarkan kepada Persetujuan dan Kerelaan Kedua

Belah Pihak.

Persetujuan dan kerelaan kedua belah pihak yang melakukan transaksi

merupakan asas yang sangat penting untuk keabsahan setiap akad. Hal ini

didasarkan kepada firman Allah dalam surat an-nisa. (4): 29:

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara

kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu33

; Sesungguhnya

Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

33

Larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab

membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, karena umat merupakan suatu kesatuan.Untuk

menunjukkan adanya kerelaan dalam setiap akad atau transaksi dilakukan Ijab dan qobul atau serah

terima antara kedua belah pihak yang melakukan transaksi.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Muamalah dan Fiqh …

25

3. Adat kebiasaan dijadikan dasar hukum

Dalam masalah Muamalat, adat kebiasaan bisa dijadikan dasar hukum,

dengan syarat adat tersebut diakui dan tidak bertentangan dengan ketentuan-

ketentuan umum yang ada dalam syara'.

Sesuatu yang oleh orang muslim dipandang baik maka di sisi Allah

juga dianggap baik.

4. Tidak boleh merugikan diri sendiri dan orang lain

Setiap transaksi dan hubungan perdata (muamalat) dalam Islam tidak

boleh menimbulkan kerugian kepada diri sendiri dan orang lain hal ini

didasarkan pada hadis Nabi Shallallahu alaihi wasallam yang diriwayatkan

oleh Ibnu Majah addaruquthni dan lain-lain dari Abi Sa'id al-khudri bahwa

Rasulullah bersabda:

ر و لا ضرارلا ضر

―Janganlah merugikan diri sendiri dan janganlah merugikan orang lain.‖

Dari hadits ini kemudian dibuatlah kaidah kuliah yang berbunyi:

أضر ر يزال

―Kemudhorotan harus dihilangkan.‖

Mohammad Daud Ali mengemukakan 18 Prinsip yang menjadi asas-

asas hukum Islam di bidang muamalah asas-asas tersebut adalah sebagai

berikut.

1. Asas kebolehan atau mubah

Azas ini menunjukkan kebolehan melakukan semua hubungan perdata,

sepanjang hubungan itu tidak dilarang oleh Alquran dan as-sunnah. Dengan

demikian, pada dasarnya segala bentuk hubungan perdata boleh dilakukan,

selama tidak ditentukan lain dalam Alquran dan as-sunnah. Ini berarti bahwa

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Muamalah dan Fiqh …

26

Islam membuka pintu selebar-lebarnya kepada pihak-pihak yang

berkepentingan untuk mengembangkan dan menciptakan bentuk dan macam

hubungan perdata baru, Sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan

masyarakat.

2. Asas kemaslahatan hidup

Kemaslahatan hidup adalah segala sesuatu yang mendatangkan

kebaikan, berguna dan berfaedah bagi kehidupan. Asas kemaslahatan hidup

adalah suatu asas yang mengandung makna bahwa hubungan perdata apapun

dapat dilakukan, asal hubungan itu mendatangkan kebaikan, berguna dan

berfaedah bagi kehidupan pribadi dan masyarakat, meskipun tidak ada

ketentuannya dalam Alquran dan as-sunnah. Asas ini sangat berguna untuk

mengembangkan berbagai lembaga hubungan perdata, dan dalam menilai

lembaga-lembaga hukum non Islam yang ada dalam suatu masyarakat.

3. Asas kebebasan dan kesukarelaan

Asas ini mengandung makna bahwa setiap hubungan perdata harus

dilakukan secara bebas dan sukarela. Kebebasan kehendak para pihak yang

melahirkan kesukarelaan dalam persetujuan harus selalu diperhatikan. Asas

ini juga mengandung arti bahwa selama Alquran dan as-sunnah tidak

mengatur secara rinci suatu hubungan perdata, maka selama itu pula para

pihak yang bertransaksi mempunyai kebebasan untuk mengaturnya atas dasar

kesukarelaan masing-masing. Asas ini Sebagaimana telah penulis Kemukakan

dibuka, bersumber dari AlQuran surat annisa (4) ayat 29.

4. Asas menolak mudharat dan mengambil manfaat

Asas ini mengandung makna bahwa segala bentuk hubungan perdata

yang mendatangkan kerugian atau mudharat harus dihindari, sedangkan

hubungan perdata yang mendatangkan manfaat bagi diri sendiri dan

masyarakat harus dikembangkan. Dalam asas ini juga terkandung pengertian

bahwa dalam melakukan suatu transaksi, menghindari kerusakan harus

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Muamalah dan Fiqh …

27

didahulukan daripada meraih keuntungan. Contohnya perdagangan narkotika,

prostitusi, dan perjudian.

5. Asas kebajikan (kebaikan)

Asas Ini mengandung arti bahwa setiap hubungan perdata seyogyanya

mendatangkan kebajikan atau kebaikan kepada kedua belah pihak dan pihak

ketiga dalam masyarakat. kebajikan yang akan diperoleh seseorang haruslah

didasarkan pada kesadaran pengembangan kebaikan dan kerangka

kekeluargaan.

6. Asas kekeluargaan atau asas kebersamaan yang sederajat.

Asas kekeluargaan atau asas kebersamaan yang sederajat adalah asas

hubungan perdata yang disandarkan pada Sikap saling menghormati,

mengasihi, dan tolong-menolong dalam mencapai tujuan bersama. Asas ini

menunjukkan suatu hubungan perdata antara para pihak yang menganggap

diri masing-masing sebagai anggota keluarga, meskipun pada hakekatnya

bukan keluarga. Asas ini diambil dari Al Quran surat Al Maidah (5) ayat 5

dan Hadis yang menyatakan bahwa umat manusia berasal dari satu keluarga.

7. Asas adil dan berimbang

Asas keadilan mengandung makna bahwa hubungan perdata tidak

boleh mengandung unsur-unsur penipuan, penindasan, pengambilan

kesempatan pada waktu pihak lain sedang berada dalam kesempitan. Asas ini

juga mengandung arti bahwa hasil yang diperoleh harus berimbang dengan

usaha atau ikhtiar yang dilakukan oleh seseorang.

8. Asas mendahulukan kewajiban dari hak

Asas Ini mengandung arti bahwa dalam pelaksanaan hubungan

perdata. Para pihak harus mengutamakan penunaian kewajiban terlebih dahulu

daripada menuntut hak. Dalam ajaran islam, seseorang baru memperoleh

haknya misalnya mendapat imbalan (pahala) setelah ia menunaikan

kewajibannya terlebih dahulu.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Muamalah dan Fiqh …

28

9. Asas larangan merugikan diri sendiri dan orang lain

Asas ini mengandung arti bahwa para pihak yang mengadakan

hubungan perdata tidak boleh merugikan diri sendiri dan orang lain dalam

hubungan perdata nya. Merusak harta Meskipun tidak merugikan diri sendiri,

tetapi merugikan orang lain, tidak dibenarkan dalam hukum Islam. Ini berarti

bahwa menghancurkan atau memusnahkan barang untuk mencapai

kemantapan harga atau keseimbangan pasar, tidak dibenarkan oleh hukum

Islam.

10. Asas kemampuan berbuat atau bertindak

Pada dasarnya setiap manusia dapat menjadi subjek hukum dalam

setiap hubungan perdata, jika memenuhi syarat untuk melakukan tindakan

hukum. Dalam hukum Islam manusia yang dipandang mampu berbuat atau

bertindak melakukan hubungan perdata adalah orang yang mukallaf, yaitu

orang yang mampu memikul kewajiban dan hak, sehat rohani dan jasmani.

Hubungan perdata yang dibuat oleh orang yang tidak mampu memikul

kewajiban dan hak dianggap melanggar asas ini. Oleh karena itu, hubungan

perdatanya batal karena dipandang bertentangan dengan salah satu asas

hukum Islam.

11. Asas kebebasan berusaha

Asas ini mengandung makna bahwa pada prinsipnya setiap orang

bebas berusaha untuk menghasilkan sesuatu yang baik bagi dirinya dan

keluarganya. Asas ini juga mengandung arti bahwa setiap orang mempunyai

kesempatan yang sama untuk berusaha tanpa batasan, kecuali yang telah

ditentukan batasannya (dilarang) oleh hukum Islam

12. Asas mendapatkan hak karena usaha dan jasa

Asas ini mengandung makna bahwa seseorang akan memperoleh suatu

hak, misalnya berdasarkan usaha dan jasa baik yang dilakukannya sendiri

maupun yang diusahakannya bersama-sama dengan orang lain. Usaha dan

jasa yang dilakukan haruslah usaha dan jasa yang baik, bukan usaha dan jasa

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Muamalah dan Fiqh …

29

yang mengandung unsur kejahatan keji dan kotor. Usaha dan jasa yang

dilakukan melalui kejahatan, kekejian, dan kekotoran tidak dibenarkan oleh

hukum Islam.

13. Asas perlindungan hak

Asas Ini mengandung arti bahwa semua hak yang diperoleh seseorang

dengan jalan yang halal dan sah harus dilindungi. Apabila hak itu dilanggar

oleh salah satu pihak dalam hubungan perdata, maka pihak yang dirugikan

berhak untuk menuntut pengembalian hak itu atau menuntut kerugian kepada

pihak yang merugikannya.

14. Asas hak milik berfungsi sosial

Asas ini menyangkut pemanfaatan hak milik yang dimiliki oleh

seseorang menurut hukum, Islam hak milik tidak boleh dipergunakan hanya

untuk kepentingan pribadi pemiliknya, tetapi juga harus diarahkan untuk

meningkatkan kesejahteraan sosial. Agama Islam mengajarkan bahwa harta

yang telah dikumpulkan oleh seseorang dalam jumlah yang cukup mencapai

nisab, wajib dikeluarkan zakatnya untuk menyantuni golongan masyarakat,

antara lain fakir miskin, yang disebut mustahik zakat, sebagaimana yang

tercantum dalam surat at-taubah (9) ayat 60:

Artinya :Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,

orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang

dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang

berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Muamalah dan Fiqh …

30

dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah,

dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana34

15. Asas yang beritikad baik harus dilindungi

Asas ini berkaitan erat dengan asas lain yang menyatakan bahwa orang

yang melakukan perbuatan tertentu bertanggung jawab atas risiko

perbuatannya. namun, jika ada pihak yang melakukan suatu hubungan perdata

tidak mengetahui cacat yang tersembunyi dan mau punya itikad baik dalam

hubungan perdata, maka kepentingannya harus dilindungi, dan ia berhak

menuntut sesuatu Jika dia dirugikan karena itikad baiknya itu.

16. Asas resiko dibebankan pada harta, tidak pada pekerja

Asas ini mengandung penilaian yang sangat tinggi terhadap kejadian

pekerjaan, yang berlaku terutama di perusahaan-perusahaan yang merupakan

persekutuan antara pemilik modal (harta) dan pemilik tenaga (kerja). Jika

perusahaan merugi Maka menurut asas ini, kerugian hanya dibebankan pada

pemilik modal atau harta saja, tidak pada pekerjaannya. Ini berarti bahwa

pemilik tenaga dijamin haknya untuk mendapatkan upah sekurang-kurangnya

untuk jangka waktu tertentu setelah ternyata perusahaan menderita kerugian.

17. Asas mengatur dan memberi petunjuk

Sesuai dengan sifat hukum keperdataan pada umumnya dalam hukum

Islam berlaku asas yang menyatakan bahwa ketentuan-ketentuan hukum

34

Yang berhak menerima zakat Ialah: (a) orang fakir: orang yang Amat sengsara hidupnya,

tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya. (b) orang miskin: orang yang

tidak cukup penghidupannya dan dalam Keadaan kekurangan. (c) Pengurus zakat: orang yang diberi

tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat. (d) Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk

Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah. (e) Memerdekakan budak:

mencakup juga untuk melepaskan Muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir. (f) Orang berhutang:

orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya.

Adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan

zakat, walaupun ia mampu membayarnya. (g) Pada jalan Allah (sabilillah): Yaitu untuk keperluan

pertahanan Islam dan kaum muslimin. di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu

mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain.

(h) orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam

perjalanannya.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Muamalah dan Fiqh …

31

perdata kecuali yang bersifat ijbari karena ketentuannya telah kota hanyalah

bersifat mengatur dan memberi petunjuk kepada orang-orang yang akan

memanfaatkannya telah mengadakan hubungan perdata para pihak dapat

memilih ketentuan lain berdasarkan kesukarelaan asal ketentuan itu tidak

bertentangan dengan ketentuan yang ada dalam hukum Islam (syara')

18. Asas tertulis atau diucapkan di depan saksi

Asas ini mengandug makna bahwa hubungan perdata selayaknya

dituangkan dalam perjanjian tertulis dihadapan para saksi hal ini sesuai

dengan Firman Allah dalam surat Al-Baqarah 2 ayat 282 :

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Muamalah dan Fiqh …

32

Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah35

tidak secara

tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan

hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan

janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah

mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang

berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia

bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun

daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau

lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka

hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan

dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang

lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-

saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang

mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)

apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik

kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu,

lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat

kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu),

kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara

kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan

persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi

saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka

Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah

kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala

sesuatu.

C. Pengertian MLM (Multi Level Marketing)

Multi Level Marketing adalah salah satu di antara dua tipe dasar Direct

Selling. Direct Selling adalah metode penjualan barang dan/atau jasa tertentu

kepada konsumen dengan cara tatap muka di luar lokasi eceran tetap oleh

jaringan pemasaran yang dikembangkan oleh Mitra Usaha (istilah lainnya

distributor, member, pengusaha mandiri, dealer, independent business owner,

mitra kerja, mitra salur) dan bekerja berdasarkan komisi penjualan, bonus

35

Bermuamalah ialah seperti berjualbeli, hutang piutang, atau sewa menyewa dan

sebagainya

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Muamalah dan Fiqh …

33

penjualan, bonus-bonus lain dan iuran keanggotaan. Dilihat dari level

pemasaran, Direct Selling terbagi kepada dua jenis:

1. Single Level Marketing/ SLM(Pemasaran Satu Tingkat) adalah metode

pemasaran barang dan/atau jasa dari sistem Penjualan Langsung melalui

program pemasaran berbentuk satu tingkat, dimana Mitra Usaha

mendapatkan komisi penjualan dan bonus penjualan dari hasil penjualan

barang dan/atau jasa yang dilakukannya sendiri.

2. Multi Level Marketing/ MLM(Pemasaran Multi Tingkat) adalah metode

pemasaran barang dan/atau jasa dari sistem Penjualan Langsung melalui

program pemasaran berbentuk lebih dari satu tingkat, dimana mitra usaha

mendapatkan komisi penjualan dan bonus penjualan dari hasil penjualan

barang dan/atau jasa yang dilakukannya sendiri dan anggota jaringan di

dalam kelompoknya. Secara teknis operasional, direct selling dilakukan

dengan menggunakan dua model, yaitu, One on One dan party Plan.

Dalam modelone on one ini seorang penjual yang merupakan

agen/anggota/kontraktor yang mandiri atau lepas, menarik konsumen

yang berpotensi di area khusus berdasarkan pendekatan orang ke orang.

Mereka menawarkan produk, serta mendapat komisi atau basis lain.

Pendapatan mereka dapat juga diperoleh dari selisih harga pembelian ke

supllier dan penjualan ke konsumen.

Pada model party plan ini seorang penjual, karyawan lepas atau

tetap, bertugas mencari atau menjadi tuan rumah yang mengundang

sekelompok orang di rumahnya dalam rangka sales party untuk

mendemonstrasikan produk. Penghasilan si penjual juga atas dasar selisih

harga eceran. Si tuan rumah biasanya diberikan hadiah sebagai tanda

terima kasih sesuai dengan nilai penjualan tertentu. Dengan demikian

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Muamalah dan Fiqh …

34

secara sederhana dapat dikatakan bahwa MLM adalah sistem/cara

penjualan/pemasaran langsung suatu produk, baik berupa barang atau jasa

kepada konsumen (pembeli, pengguna). Dalam perkataan lain, penjualan

itu tidak lewat distributor utama—sub—distributor/agen—toko, tapi

langsung kepada konsumen. Sehingga biaya distribusi (penyaluran,

pengiriman) barang sangat minim. MLM juga menghilangkan biaya

promosi karena distribusi dan promosi ditangani langsung oleh distributor

dengan sistem berjenjang (pelevelan). Jadi, inti dari sistem MLM bukan

semata-mata hendak memperbanyak anggota melainkan hendak menjual

produk (barang atau jasa), dengan biaya yang sangat murah dan laba

melimpah.36

Ada beberapa pengertian menurut para ahli mengenai pengertian

MLM, diantaranya adalah:

1. Menurut Peter J .Clathier definisi atau pengertian Multi Level

Marketing (MLM) adalah: suatu cara atau metode menjual barang

secaralangsungkepadapelangganmelaluijaringan yang dikembangkan

oleh para distributor lepas yang memperkenalkan para distributor

berikutnya pendapatan dihasilkan terdiri dari laba eceran dan laba

grosir ditambah dengan pembayaran-pembayaran berdasarkan

penjualan total kelompok yang dibentuk oleh sebuah distributor.

2. Menurut David Roller definisi atau pengertian Multi Level Marketing

(MLM) adalah sistem melalui mana sebuah induk perusahaan

mendistribusikan barang atau jasanya. Lewat suatu jaringan orang -

orang bisnis yang independen tidak hanya di Amerika Serikat, tetapi

di seluruh dunia. Orang-orang bisnis atau para wiraswatawan ini

36

Amin Muchtar, (http://www.sigabah.com/beta/hukum-bisnis-melalui-mlm/, 21 April 2015)

diunduh pada 9 juni 2016 pukul 11:40

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Muamalah dan Fiqh …

35

kemud ian mensponsori orang-orang lain lagi, untuk membantu

mendistribusikan barang dan jasanya, proses orang. membantu orang

inibisaditeruskanlagilewatsatuataubeberapatingkat pemasukan.37

D. Pengertian Multi Level Marketing Syariah38

Perusahaan MLM syariah adalah perusahaan yang menerapkan sistem

pemasaran modern melalui jaringan distribusi yang berjenjang, dengan

menggunakan konsep syariah, baik dari sistemnya maupun produk yang

dijual. Pada dasarnya MLM syariah merupakan konsep jual beli yang

berkembang dengan berbagai macam variasinya. Perkembangan jual beli dan

variasinya ini tentu saja menuntut kehati-hatian agar tidak bersentuhan dengan

hal-hal yang diharamkan oleh syariah, misalnya riba dan gharar, baik pada

produknya atau pada sistemnya. Menurut Syafei (2008:73) jual beli dalam

bahasa Arab adalah ba’i yang secara etimologi berarti pertukaran sesuatu

dengan sesuatu yang lain. Sedangkan menurut istilah ba’i berarti pertukaran

harta (benda) dengan harta berdasarkan cara khusus yang diperbolehkan.

Landasannya adalah terdapat pada surat Al Baqarah ayat 275 dan Al Baqarah

ayat 282. Pada Al Baqarah ayat 275 Allah berfirman :

37

http://www.lepank.com/2012/08/pengertian-multi-level-marketing_25.html, diunduh pada

hari 18 juni 2016 pukul 23:07 38

Wester, rabu 09 mei 2012, http://westar-holligant.blogspot.co.id/2012/05/makalah-mlm

syariah.html, diunduh pada senin, 13 juni 2016 pukul 10:44

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Muamalah dan Fiqh …

36

Artinya :

“orang-orang yang Makan (mengambil) riba39

tidak dapat berdiri melainkan

seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit

gila40

. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka

berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,

Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-

orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus

berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya

dahulu41

(sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.

orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-

penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”

E. Fatwa DSN MUI Tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah 42

Saat ini bisnis syariah telah berkembang pesat; bisnis syariah telah

menjadi bahan kajian, penelitian, seminar dan bahkan telah terbentuk

beberapa institusi bisnis syariah baik yang bergerak dalam sektor keuangan

atau yang sering disebut dengan LKS (Lembaga Keuangan Syariah) seperti

Bank, Koperasi jasa keuangan Syariah (KJKS), dan BMT ataupun yang

bergerak di bidang lain seperti asuransi, pasar modal seperti JII, bursa

komoditi seperti JFX Sharia, Hotel syariah dan MLM Syariah.

39

Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. Riba nasiah ialah pembayaran lebih yang

disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang

yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian,

seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya. Riba yang dimaksud dalam

ayat ini Riba nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman jahiliyah. 40

Maksudnya: orang yang mengambil Riba tidak tenteram jiwanya seperti orang kemasukan

syaitan.

41 Riba yang sudah diambil (dipungut) sebelum turun ayat ini, boleh tidak dikembalikan.

42 Sofwan Jauhari, (jurnal, ―Fatwa MUI Mengenai MLM‖, 2013)

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Muamalah dan Fiqh …

37

Di Indonesia saat ini setidaknya terdapat 8 juta penduduk yang terlibat

aktif dalam industry MLM. Karena Syariah Islam harus menjawab semua

permasalahan ummatnya, maka kajian tentang hal ini menjadi penting. Saat

ini di Indonesia ada sekitar 600 perusahaan MLM, dan 62 dantaranya adalah

legal dan sudah menjadi anggota APLI (Asosiasi Penjualan Langsung

Indonesia) sebagai wadah resmi perusahaan MLM di Indonesia.

Dua belas (12) poin Persyaratan MLM syariah :

Bagian ini merupakan kandungan terpenting dalam fatwa tersebut,

yaitu mengenai 12 point persyaratan yang harus terdapat dalam sebuah

industri/perusahaan MLM. Sebuah perusahaan atau industry MLM dianggap

HALAL dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syaraiah apabila

memenuhi 12 poin persyaratan. Yaitu :

1. Adanya obyek transaksi riil yang diperjualbelikan berupa barang atau

produk jasa.

Syarat pertama ini merupakan rukun akad yang harus dipenuhi oleh

semua akad, seperti akad bai‘ atau jual beli, ijarah, murabahah, bahkan akad

nikah sekalipun. Setiap akad harus memenuhi rukun-rukunya yaitu (1) ada

para pihak yang berakad, (2) ada sighot akad (ijab dan qabul) (3) ada obyek

akad, jika suatu akad tidak memenuhi rukun-rukun tersebut, maka akadnya

menjadi batal. Dalam prakteknya memang ada beberapa perusahaan yang

mengklaim sebagai industri MLM namun mereka tidak menjual produk

barang ataupun jasa apapun, ada yang menyatakan bahwa yang mereka jual

adalah hak usaha, bahkan ada yang menyatakan bahwa yang mereka bayarkan

itu adalah suatu sedekah.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Muamalah dan Fiqh …

38

2. Barang atau produk jasa yang diperdagangkan bukan sesuatu yang

diharamkan dan atau yang dipergunakan untuk sesuatu yang haram.

Hal ini bisa menjadi tolok ukur bagi masyarakat yang paling mudah,

apabila ada perusahaan yang mengklaim sebagai industri MLM namun

mereka tidak menjual produk barang maupun jasa, maka jelas ini tidak

memenuhi prinsip syariah, kemungkinannya mereka adalah sebuah money

game atau perjudian.

Dalam implementasinya, MUI mempunyai bagian yang disebut

dengan LP POM MUI untuk memberikan sertifikasi Halal pada produk

barang yang dijual oleh semua perusahaaan di Indonesia, baik yang dijual

oleh indiustri MLM maupun non MLM. hanya saja MUI tidak mewajibkan

sertifikasi halal harus diberikan oleh MUI, tetapi sertifikasi produk Halal bisa

diberikan oleh lembaga lain di luar negeri seperti JAKIM di Malaysia ataupun

IFANCA.

Masyarakat perlu mengetahui bahwasanya ada Sertifikasi Halal dan

ada labelisasi Halal. Sertifikasi diberikan kepada produk tertentu dan tidak

dicantumkan pada setiap kemasan produk, sedangkan labelisasi halal

dicantumkan pada setiap produk yang dijual kepada konsumen.

3. Transaksi dalam perdagangan tersebut tidak mengandung unsur gharar,

maysir, riba, dharar, dzulm, maksiat.

Dalam point ke tiga ini fatwa menjelaskan adanya 6 point yang

terlarang dalam setiap industry MLM. Diantaranya adalah:

a. Larangan gharar. gharar adalah setiap transaksi yang tidak jelas, atau

bahkan mengandung unsur penipuan secara sengaja. Ketidak jelasan

mungkin terjadi pada harganya, jenis atau spesifikasi barang yang

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Muamalah dan Fiqh …

39

diperjual belikan, ukuran atau takarannya, ketidak jelasan hasilnya,

ketidak jelasan atau ketidak pastian serah terima barang yang diperjual

belikan, atau tidak jelas atas efek apa yang akan muncul dari transaksi

tersebut,dan ketidakjelasan ini mengandung unsur khathar

(bahaya/resiko) bagi sebagian atau seluruh pihak.Yakni ketidak jelasan

atau penipuan mengacu pada hadits point d yaitu Rasul melarang jual

beli dengan system melempar batu dan jual beli gharar.

b. Larangan maysir yang mengacu kepada QS 5: Maysir atau perjudian,

adalah segala bentuk transaksi yang mengandung unsur untung-

untungan, taruhan, yang ketika akad itu terjadi hasil yang akan

diperolehnya belum jelas, dalam transaksi tersebut akan ada sebagian

pihak yang diuntungkan dan sebagian pihak yang dirugikan.

c. Larangan unsur riba mengacu QS Al-Baqarah 2:275. Secara umum

Riba dapat kita kelompokkan menjadi dua macam, yaitu Riba Nasi'ah

dan Riba Fadl.

1) Riba Nasiah Nasi-ah artinya penundaan, yaitu Riba yang terjadi

dalam suatu suatu transaksi karena adanya unsur penundaan, baik

yang terjadi dalam jula beli maupun dalam transaksi hutang

piutang. Riba Nasi-ah merupakan jenis riba yang populer pada

jaman jahiliyah.

Contoh Riba Nasi-ah yang popular adalah riba yang

terdapat dalam Qardl (hutang piutang) yaitu seseorang

memberikan qordl kepada pihak lain sejumlah uang dalam tempo

yang disepakati, dan pihak mustaqridl (orang yang berhutang)

harus membayar pada waktu yang disepakati dengan sejumlah

tambahan tertentu sesuai dengan waktu yang disepakati pula.

Riba inilah riba yang diharamkan oleh Al-Quran Riba ini

pada dasarnya terjadi pada aqad qardl, akan tetapi dia juga bias

terjadi dalam akad jual beli seperti orang yang menjual/menukar

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Muamalah dan Fiqh …

40

emas dengan emas tetapi satunya diserahkan saat akad, dan satu

lagi diserahkan 3 bulan setelah akad.

2) Riba Fadl, fadlartinya kelebihan, yaitu riba yang terjadi dalam

suatu transaksi pertukaran atau jual beli, di mana penjual dan

pembeli melakukan akad jual beli antara barang yang sama

(sejenis) tetapi terdapat perbedaan kwantitas. Riba Fadl adalah

jenis riba yang diharamkan melalui hadits nabi, contohnya yaitu

apabila seseorang menukar gandum dengan gandum tetapi tidak

sama ukurannya.

Hanya saja dalam hal ini terdapat perbedaan apakah riba

fadl berlaku pada jenis harta tertentu yang disebutkan dalam

hadits, atau juga berlaku pada jenis harta lain yang dapat dikiaskan

dengan yang disebutkan dalam hadits, jika dilakukan qiyas, apa

yang menjadi 'illat atau standar dalam melakukan qiyas.

Hadits yangdimaksud dalam hal ini adalah :

سههم ل تبيعا قبل أب - عهيو صههى الله عنو قبل رسل الله الله بكزة رض

بيعا اء اء بس ت إله س ت ببنفضه انفضه اء اء بس انذهىب ببنذهىبإله س

ت ببنذهىب انفضه ت كيف شئتم .انذهىب ببنفضه

Dari Abu Bakrah ra berkata: Rasulullah saw bersabda Janganlah kamu

jual mas dengan mas kecuali sama ukurannya, dan janganlah (kamu jual)

perak dengan perak kecuali sama ukurannya. Dan jualllah mas dengan

perak atau perak dengan mas sesuai kehendakmu (HR. Bukhari).

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Muamalah dan Fiqh …

41

d. Larangan dzulm mengacu pada QS Al-Baqarah(2) : 279

Artinya : Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa

riba),Makaketahuilah,bahwaAllah danRasul-Nya akan

memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba),

Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak

(pula) dianiaya.

Larangan maksiat mengacu kepada kaidah umum dalam Islam yang

sudah sangat jelas.

Dalam industry MLM kemungkinan adanya unsurriba dan maysir

terletak pada system pembagian bonus atau marketingplan, bukan terletak

pada produknya, hal ini tidak mudah bagi masyarakat untuk mengetahui

apakah marketingplan MLM tersebut mengandung unsur riba dan maysir

atau tidak. Sedangkan unsur gharar (ketidak jelasan atau penipuan) bisa

terdapat dalam produk maupun marketingplan.

4. Tidak ada kenaikan harga/biaya yang berlebihan (excessive mark-up),

sehinggamerugikankonsumen karena tidak sepadan dengan

kualitas/manfaat yang diperoleh.

DalambabJualbeliada istilah Khiyar Ghibn.Ghibn adalah

ketidaksesuaian antara harga dengan barang. Khiyar Ghibn adalah hak

untuk melakukan cancellation (ilgho‘) dalam jual beli yang terjadi karena

harga yang ditentukan oleh penjual tidak sesuai dengan harga pasar (harga

umum), khiyar ini dibenarkan dengan catatan penjual dan atau pembeli

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Muamalah dan Fiqh …

42

tidak mengetahui harga pasar serta tidak mahir melakukan proses tawar

menawar, ghibn adalah salah satu bentuk penipuan.

Larangan excessive mark-up bagi industry MLMsebenarnya masih

merupakan hal yang bersifat relative mengenai tingkat kemahalannya dan

masih bersifat khilafiyah dalam kedudukan hukumnya, namun nampaknya

DSN MUI mencantumkan syarat ini dalam fatwanya dengan mengikuti

pendapat imam ahmad dan malik, dan ini barangkali akan menjadi positif

karena lebih kepada membela kepentingan masyarakat konsumen, agar

perusahaan tidak mengambil keuntungan yang berlebihan sehingga dapat

merugikan konsumen, hal ini juga untuk mengendalikan agar perusahaan

tidak melakukan praktek money game dengan produk-produk yang bersifat

kamuflase, seakan-akan menjual suatu produk tetapi produk itu sebenarnya

hanya menjadi alat agar seakan-akan ada produk riilnya.

5. Komisi yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota baik besaran

maupun bentuknya harus berdasarkan pada prestasi kerja nyata yang

terkait langsung dengan volume atau nilai hasil penjualan barang atau

produk jasa, dan harus menjadi pendapatan utama mitra usaha dalam

PLBS.

Poin ini merujuk kepada kaidah fiqh yang tersebut dalam fatwa yaitu:

الجز عهى قدر انمشقت

Upah adalah sesuai dengan jerih payah atau usaha. Untuk meneliti apakah

sebuah MLM menerapkan point persyaratan ini atau tidaknya, kita dapat

melihat dari marketingplann atau system pembagian bonus yang berlaku pada

perusahaan tersebut. Diantara indikatornya adalah apabila anggota yang

mendaftar belakangan berpeluang mendapatkan bonus yang lebih besar

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Muamalah dan Fiqh …

43

dibanding anggota yang mendaftar lebih duluanmaka kemungkinan besar

MLM tersebut menerapkan konsep upah sesuai dengan jerih payah, namun

jika sebaliknya maka kemungkinan besar MLM tersebut tidak sesuai dengan

point persyaratan ini.

Dengan persyaratan ini, maka setiap member, kapanpun dia mendaftar

akan memiliki peluang untuk sukses, dan berpeluang mendapatkan bonus

besar, karena bonus akan diberikan sesuai dengan usaha yang dilakukan oleh

member tersebut.

Indikator lain berlaku atau tidaknya poin ini adalah, MLM tersebut tidak

hanya menitikberatkan pada perekrutan member baru, tetapi sangat peduli

terhadap pembinaan member yang ada serta menekankan pada penjualan

produk. Karena dengan kewajiban membina downline serta kewajiban

menjual mereka harus bekerja secara kontinyu, berbeda halnya jika mereka

mendapatkan bonus yang besar hanya dengan merekrut, maka perekrutan bisa

dilakukan dengan janji-janji yang mungkin sulit untuk dipenuhi.

Meskipun demikian, perlu dimaklumi bahwa kaidah fiqh ini adalah

ungkapan yang diberikan oleh ulama‘, dia bukan dalil qoth’i dari Al-quran

atau sunnah sehingga kebenarannya tidaklah bersifat mutlak.

6. Bonus yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota (mitra usaha) harus

jelas jumlahnya ketika dilakukan transaksi (akad) sesuai dengan target

penjualan barang dan atau produk jasa yang ditetapkan oleh perusahaan.

Persyaratan ini mengacu kepada ketentuan umum tentang akad,

khususnya yang berkaitan dengan MLM seperti akad ijarah atau ju’alah.

Hanya saja dalam prakteknya banyak orang yang tidak memahami system

pembagian bonus dalam perusahaan MLM yang dia masuk di dalamnya, hal

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Muamalah dan Fiqh …

44

ini bukan berarti tidak jelas, sebenarnya besaran bonusnya jelas seperti yang

tertera dalam marketingplan, tetapi banyak orang yang tidak mau repot. Hal

ini seperti yang terjadi dalam akad Bank Syariah, dalam pengamatan

sederhana, banyak penabung di bank syariah yang tidak mengetahui akad apa

yang dipakainya, syarat dan ketentuan apa yang berlaku di bank, mereka

hanya membubuhkan tanda tangan tanpa membaca.

7. Tidak boleh ada komisi atau bonus secara pasif yang diperoleh secara

reguler tanpa melakukan pembinaan dan atau penjualan barang dan atau

jasa;

Passive income atau komisi pasif seringkali menjadi hal yang diidam-

idamkan oleh setiap pelaku MLM, apalagi moneya game yang berkedok

MLM, banyak dari pelaku MLM yang menjanjikan passif income. Hal ini

menjadi kritik point bagi pelaku MLM Syariah. Adanya passive income pada

satu member biasanya –mau tidak mau- mengharuskan adanya kerja keras

daripada pihak yang lainnya agar target penjualan dan keuntungan perusahaan

tetap tercapai sehingga dapat membagikan bonus kepada para anggotanya.

Jika passif income ini terjadi, maka dugaan kuat yang terjadi dalam rantai

MLM tersebut adalah ketidak adilan anggota, ada yang bekerja keras namun

mendapatkan bonus yang minimal dan di sisi lain akan ada member yang

tidak melakukan kegiatan usaha apapun tetapi memperoleh bonus yang sangat

besar karena mereka telah berada pada posisi tertentu.

MLM syariah megharuskan setiap member/pelaku untuk selalu

bekerja secara kontinyu sampai kapanpun,pada peringkat tertinggi dalam

keanggotannya sekalipun, meskipun jenis pekerjaan mungkin berbeda. Dalam

MLM ada beberapa jenis pekerjaan seperti memprospek atau mencari calon

anggota baru, presentasi kepada calon anggota baru, merekrut, memfollow up

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Muamalah dan Fiqh …

45

member baru, menjual produk, membimbing downline, memberikan training

dan pelatihan, mengontrol jaringan, dan bisa jadi ada yang hanya berperan

mirip sebagai konsultan.

MLM yang tidak menerapkan system passive income di dalamnya,

biasanya selalu ada kewajiban tutup point, yakni kewajiban menjual produk

bagi setiap member dalam jumlah tertentu setiap bulannya. Hanya saja bagi

masyarakat awam, kewajiban tutup point ini justru menjadi hal yang dianggap

tidak menarik bagi perusahaan MLM itu, tetapi ini merupakan persyaratan

yang harus dipenuhi oleh MLM syariah, logikanya adalah, jika setiap member

tidak ingin menjual produk, atau member bisa mendapatkan bonus tanpa

harus menjual, dari mana perusahaan akan mendapatkan keuntungan dan

membagikan bonus kepada member?

Dengan kata lain MLM Syariah biasanya selalu ada kewajiban tutup

point atau kewajiban melakukan pembinaan agar tidak terjadi passive income.

8. Pemberian komisi atau bonus oleh perusahaan kepada anggota (mitra

usaha) tidak menimbulkan ighra’.

Ighra’ adalah memberikan iming-iming atau janji-janji manis yang

berlebih-lebihan. Ketentuan DSN MUI dalam fatwa ini, menurut penulis,

sebenarnya lebih merupakan panggilan atau control moral. Di dalam dunia

tasawwuf ada istilah hubbub dunya atau thuulul amal. (cinta dunia- banyak

berangan-angan). Dua sifat ini merupakan ahlak yang tidak baik karena akan

membuat seseorang terlena dengan kehidupan dunia dan lalai terhadap

kehidupan akhiratnya.

Sebenarnya Ighra’ dalam batas tertentu bisa jadi merupakan hal yang

positif, karena dengan adanya ighro, iming-iming atau insentif yang

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Muamalah dan Fiqh …

46

dijanjikan, seseorang akan termotifasi untuk melakukan suatu pekerjaan atau

untuk bekerja lebih keras. Tanpa ada motifasi maka manusia akan cenderung

bermalas-malasan, hanya saja motifasi itu tidak boleh berlebihan. Ini menjadi

PR bagi para pelaku MLM, bagaimana agar motifasi yang diberikan kepada

membernya dilakukan secara wajar, tidak berlebih-lebihan.

9. Tidak ada eksploitasi dan ketidakadilan dalam pembagian bonus antara

anggota pertama dengan anggota berikutnya.

Mengukur ada atau tidak adanya eksploitasi dalam pembagian bonus

MLM merupakan hal yang tidak mudah, standar kualitatif ini belum ada,

tetapi untuk bisa dipahami secara mudah, khsususnya bagi akademisi yang

pada umumnya belum melirik kepada industry MLM, secara umum ada atau

tidaknya eksploitasi dapat diketahui dari marketingplannya.

Sebagaisalahsatu tolakukurnyaadalahjikamarketingplan-nya

memberikan peluang kepada setiap member yang mendaftar lebih dalu pasti

mendapatkan bonus yang lebih besar, maka ini adalah salah satu bentuk

eksploitasi yang dilarang, kemungkinan besarnya MLM tersebut tidak dapat

memenuhi fatwa ini, sehingga belum dapat dikategorikan sebagai industry

MLM Syariah.

MLM yang tidak melakukan eskploitasiantar anggota akan

memberikan peluang yang sama kepada setiap member, dan akan memberikan

bonus sesuai hasil kerjanya, tidak peduli apakah dia bergabung lebih dahulu

ataukah bergabung belakangan. Semua member berpeluang untuk menjadi

besar.

10. Sistem perekrutan keanggotaan, bentuk penghargaan dan acara

seremonial yang dilakukan tidak mengandung unsur yang bertentangan

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Muamalah dan Fiqh …

47

dengan aqidah, syariah dan akhlak mulia, seperti syirik, kultus, maksiat

dan lain-lain.

Ini adalah poin/persyaratan ke sepuluh dalam fatwa DSN MUI

mengenai MLM Syariah. Mayoritas MLM sering mengadakanberbagai

pertemuan/eventmulaidaripresentasipeluangusaha,pemberian penghargaan,

training dan pembinaan anggota, ulang tahun, touring sebagai insentif dan

lain-lain. Kegiatan ini sebenarnya tidak terkait secara khusus dengan dunia

MLM dan tidak terkait langsung dengan akad-akad yang ada dalam kegiatan

bisnis MLM Artinya: Perusahaan apapun, konvensional ataupun MLM akan

dihadapkan pada kemungkinan untuk melakukan acara–acara seremonial

sepertiulang tahunperusahaan, gathering,pesta, penghargaan kepada karyawan

teladan atau bahkan ketika perusahaan mendapatkan prestasi tertentu.

Kegiatan-kegiatan ini juga tidak selamanya menjadi kewajiban setiap

member.Seorang member bisa saja merekrut banyak anggota dan menjual

produksebanyak mungkin tanpa harus menghadiri acara tersebut, meskipun

ini jarang terjadi.

Jadi, point persyaratan ke-10ini sebenarnya tidak hanya berlaku bagi

industry MLM tetapi berlaku setiap perusahaan dan bahkan bagi usaha

perorangan, point ini juga berlaku untuk berbagai kegiatan dalam dunia

pendidiakan, social dan politik dll.

11. Setiap mitra usaha yang melakukan perekrutan keanggotaan berkewajiban

melakukan pembinaan dan pengawasan kepada anggota yang direkrutnya

tersebut.

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Muamalah dan Fiqh …

48

Dalam suatu hadits Rasul bersabda :

سهم: كهكم راع كهكم عن ابن عمز، أنهو قبل: قبل رسل الله صهى الله عه يو

مسئل عن رعيتو، فبلأميز انذي عهى اننبس راع عهييم ى مسئل عنيم،

انزجم راع عهى أىم بيتو ى مسئل عنيم امزأة انزجم راعيت عهى بيت

سجيب ندىب ى مسئنت عنيم، عبد انزجم راع عهى مبل سيده ى مسئل

عن رعيتو.

Dari Ibnu Umar berkata, bahwa rasulullah saw bersabda : setiap kalian

adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung atas orang-orang yang

dipimpinnya. Seorang amir (ketua) atas sekelompok orang bertanggung atas

(keadaan) mereka dan akan diminta pertanggung jawabannya, seorang lelaki

adalah pemimpin atas keluarganya dan akan diminta pertanggungjawabannya,

seorang istri adalah pemimpin atas rumah suaminya dan anak-anaknya dan

akan diminta pertanggung jawabannya, seorang budak juga pemimpin atas

harta tuannya dan akan diminta pertanggung jawabannya. (HR Malik.)

Hadits ini nampaknya terlewatkan dalam fatwa tersebut, karena

menurut penulis ini merupakan hadits yang dapat dijadikan pedoman atas

point persyaratan ke-11 dalam fatwa ini, namun tidak dicantumkan dalam

pertimbangan atau tidak menjadi dalil yang dijadikan landasan tertulis dalam

fatwa tersebut.

Menurut penulis, dimasukkannya persyaratan ini dalan fatwa tersebut

merupakan hal yang positif, meskipun boleh jadi ajaran ini merupakan hal

yang bersifat general-universal dalam semua hal seperti yang tersebut dalam

hadits. Dalam prakteknya memang banyak money gameyang berkedok MLM,

mereka hanya mengutamakan perekrutan anggota baru kemudian para

anggota itu dibiarkan begitu saja. Hal ini antara lain dikarenakan perusahaan

hanya memerlukan uang iuran pendaftaran dari setiap member yang

bergabung, perusahaan mungkin tidak menjual produk riil sehingga tidak

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Muamalah dan Fiqh …

49

perlu pembinaan, perusahaan yang demikian ini mungkin bahkan memang

berencana untuk tidak hidup dalam masa yang panjang, sehingga tidak perlu

pembinaan.

Seorang upline tidak tertarik untuk membina downline nya, karena

perusahaan tidak mementingkan penjualan produk, atau bahkan menafikan hal

tersebut. Dengan penjelasan ini maka salah satu indikator MLM Syariah

adalah bagaimana para member yang menjadi anggota lebih dulu memberikan

kepedulian dan bimbingan yang maksimal kepada member yang masuk

belakangan. Hal ini akan menjadi sangat positif jika pembinaan yang

dilakukan oleh mereka mendapatkan dukungan yang sepenuhnya dari pihak

perusahaan.

12. Tidak melakukan kegiatan money game.

Seringkali ditemukan kerancuan istilah antara MLM atau pemasaran

berjenjang dengan permainan uang (money game). Money game adalah

perjudian murni yang tidak ada produk apapun dalam bentuk barang ataupun

jasa. Moneyangame selalu mengacu kepada skema ponzi atau sistem

piramida. Namun lebih bahayanya, seperti yang pernah penulis temukan di

lapangan adalah money game ini terkadang menggunakan baju agama dengan

istilah ibadah atau sedekah. Bagi penulis, money game dengan baju ibadah

adalah seperti pelacur yang berkata bahwa dirinya melacurkan diri demi untuk

menafkahi keluarganya.

Dalam fatwa ini, money game didefinisikan sebagai kegiatan

penghimpunan dana masyarakat atau penggandaan uang dengan praktik

memberikan komisi dan bonus dari hasil perekrutan/ pendaftran Mitra Usaha

yang baru/bergabung kemudian, dan bukan dari hasil penjualan produk, atau

dari hasil penjualan produk namun produk yang dijual tersebut hanya

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Muamalah dan Fiqh …

50

kamuflase atau tidak mempunyai mutu/kualitas yang dapat

dipertanggungjawabkan.43

F. Standard Operating Procedure (SOP)

Pada dasarnya SOP (Standard Operating procedure) adalah suatu perangkat

lunak pengatur, yang mengatur tahapan suatu proses kerja. Yang dimaksud

bersifat tetap, rutin, dan tidak berubah-ubah, prosedur kerja tersebut dibekukan

menjadi dokumen tertulis yang disebut sebagai Standard Operating procedure

atau disisngkat SOP. Dokumen tertulis ini selanjutnya dijadikan standar bagi

pelaksanaan prosedur kerja tertenu tersebut.44

Standard operating procedure (SOP) merupakan panduan yang digunakan

untuk memastikan kegiatan operasional organisasi atau perusahaan berjalan

dengan lancar. Penggunaan SOP dalam organisasi bertujuan untuk memastikan

organisasi beroperasi secara konsisten, efektif, efisien, sistematis, dan terkelola

dengan baik, untuk menghasilkan produk yang memiliki mutu konsisten sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan.45

Dalam suatu perusahaan, efisiensi yang diharapkan demi kemajuan

perusahaan paling tidak adalah dalam hal waktu penyelesaian pekerjaan. Dengan

lebih tepatnya suatu pekerjaan dapat diselesaikan berarti akan lebih banyak

volume pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam setiap satuan waktunya.

Berikutnya lagi adalah dalam hal kualitas kerjaan baik yang terkait dengan

pelayanan maupun terkait produk yang dihasilkan dari suatu proses produksi.

Efisiensi dari kedua hal tersebut di atas, secara langsung akan berdampak pada

biaya operasional yang semakin efisien, yang tentu saja yang merupakan harapan

semua perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.

43

http://www.stiualhikmah.ac.id/index.php/artikel-ilmiah/116-fatwa-mui-mengenai-mlm, 44

Budihardjo, "panduan praktis menyusun SOP Standard Operating Procedure", (Jakarta :

Raih Asa Sukses, 2014), 7. 45

Arini, ―Mudah Menyusun SOP‖,(Jakarta: Penebar Plus, 2014), 11.

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Muamalah dan Fiqh …

51

Mengingat akan harapan Setiap perusahaan sebagaimana disebutkan diatas,

penerapan SOP dalam setiap unit kerja dalam perusahaan memiliki peran

strategis yang sangat unggul. Ini Karena akan menyebabkan peningkatan

efisiensi pada setiap proses kerja dalam setiap unit kerja perusahaan. Apalagi

Apabila semua unit kerja dalam perusahaan atau organisasi sepakat untuk

disiplin dan konsisten dalam menerapkan sop sesuai kepentingan dan kebutuhan

pada unit kerja masing-masing, dapat dipastikan bahwa efisiensi akan dapat

tercapai secara menyeluruh dalam perusahaan disebut. Itulah sebabnya penerapan

SOP sangat direkomendasikan karena memiliki peran yang sangat strategis bagi

perusahaan ataupun organisasi apapun.46

46

Budihardjo, "panduan praktis menyusun SOP Standard Operating Procedure", (Jakarta :

Raih Asa Sukses, 2014) Hlm 8.