bab ii landasan teori a. penelitian yang relevanrepository.ump.ac.id/4213/3/cici riyani bab ii.pdfa....

23
BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian ini berjudul “Kajian Semantik Nama Panggilan Unik dan Menarik pada Siswa di Sekolah Dasar Negeri 1 Gumiwang Kabupaten Wonosobo Tahun Pelajaran 2016-2017”. Penelitian sebelumnya disusun oleh Emi Herowati yang berjudul “Makna Referensial Pemakaian Nama Panggilan Mahasiswa Kos di Purwokerto”. Terdapat persamaan dan perbedaan dalam penelitian sebelumnya dengan penenlitian yang sekarang. Teori yang digunakan dalam menganalisis skripsi berjudul “Makna Referensial Pemakaian Nama Panggilan Mahasiswa Kos di Purwokerto‟‟, oleh Emi Herowati adalah mengenai jenis makna, jenis makna yang meliputi makna sempit, makna meluas, makna kognitif, makna emotif, makna kontruksi, makana leksikal, makna gramatikal, makna ideasional, makna denotatif, makna pusat, makna piktorial, makna idiomatik, makna peribahasa, makna denotatif, makna konseptual, makna asosiatif, dan makna kiasan. Penelitian tersebut menggunakan teori penamaan seperti peniruan bunyi, penyebutan bagian, penyebutan sifat dan ciri khusus, penemu, dan pembuat, tempat asal, bahan, keserupaan, bentuk kependekan, penamaan baru, dan bentuk yang diplesetkan. Data yang digunakan adalah nama mahasiswa yang berada di kota Purwokerto, yaitu di kelurahan Dukuhwaluh, Karangwangkal, dan kelurahan Grendeng. Sumber data yang digunakan adalah mahasiswa kos atau tempat kos di Kelurahan Dukuhwaluh, Karangsalam, karangwangkal, dan Grendeng. Emi Herowati dalam mengumpulkan data menggunakan metode wawancara, metode simak dan metode catat. Data kemudian 8 Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017

Upload: others

Post on 30-Jan-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4213/3/CICI RIYANI BAB II.pdfA. Penelitian yang Relevan Penelitian ini berjudul “Kajian Semantik Nama Panggilan

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini berjudul “Kajian Semantik Nama Panggilan Unik dan Menarik

pada Siswa di Sekolah Dasar Negeri 1 Gumiwang Kabupaten Wonosobo Tahun

Pelajaran 2016-2017”. Penelitian sebelumnya disusun oleh Emi Herowati yang

berjudul “Makna Referensial Pemakaian Nama Panggilan Mahasiswa Kos di

Purwokerto”. Terdapat persamaan dan perbedaan dalam penelitian sebelumnya

dengan penenlitian yang sekarang. Teori yang digunakan dalam menganalisis skripsi

berjudul “Makna Referensial Pemakaian Nama Panggilan Mahasiswa Kos di

Purwokerto‟‟, oleh Emi Herowati adalah mengenai jenis makna, jenis makna yang

meliputi makna sempit, makna meluas, makna kognitif, makna emotif, makna

kontruksi, makana leksikal, makna gramatikal, makna ideasional, makna denotatif,

makna pusat, makna piktorial, makna idiomatik, makna peribahasa, makna denotatif,

makna konseptual, makna asosiatif, dan makna kiasan. Penelitian tersebut

menggunakan teori penamaan seperti peniruan bunyi, penyebutan bagian, penyebutan

sifat dan ciri khusus, penemu, dan pembuat, tempat asal, bahan, keserupaan, bentuk

kependekan, penamaan baru, dan bentuk yang diplesetkan. Data yang digunakan

adalah nama mahasiswa yang berada di kota Purwokerto, yaitu di kelurahan

Dukuhwaluh, Karangwangkal, dan kelurahan Grendeng. Sumber data yang digunakan

adalah mahasiswa kos atau tempat kos di Kelurahan Dukuhwaluh, Karangsalam,

karangwangkal, dan Grendeng. Emi Herowati dalam mengumpulkan data

menggunakan metode wawancara, metode simak dan metode catat. Data kemudian

8

Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4213/3/CICI RIYANI BAB II.pdfA. Penelitian yang Relevan Penelitian ini berjudul “Kajian Semantik Nama Panggilan

9

dianalisis menggunakan metode padan, lalu disajikan dalam pemaparan hasil

menggunakan metode penyajian informal.

Dengan demikian, berdasarkan analisis “Makna Referensial Pemakaian Nama

Panggilan Mahasiswa Kos di Purwokerto”, oleh Emi Herowati dapat disimpulkan

bahwa penelitian yang dilakukan mempunyai persamaan dan perbedaan.

Persamaannya adalah pada metode analisis data menggunakan metode padan.

Perbedaannya adalah pada teori, penelitian sebelumnya menggunakan teori makna

menurut Chaer (1994: 62), Djajasudarma (1999: 79), Pateda (2001: 96) dan jenis

penamaan menurut Chaer (1994: 44) dan Subroto (1992: 14), sedangkan pada

penelitian sekarang menggunakan teori makna menurut Aminuddin (2011: 53), Chaer

(2013: 59), menurut Djajasudarma (2009: 8), Pateda (2010:98), dan menurut

Komaruddin (2007: 114), jenis penamaan menurut Chaer (2013: 168) dan menurut

Sudaryat (2009: 59). Teori jenis penamaan menurut Chaer dan Sudaryat lebih mudah

dipahami, tata isinya lebih ringkas, bahasa yang digunakan lebih mudah, dan

penyampaian teori juga tidak berbelit-belit. Perbedaan selanjutnya terletak pada data

dan sumber data. Penelitian sebelumnya menggunakan data nama-nama panggilan

mahasiswa kos di Purwokerto dengan sumber data yaitu mahasiswa kos di Kelurahan

Dukuhwaluh, Karangsalam, Karangwangkal, dan Grendeng. Penelitian yang sekarang

menggunakan nama-nama panggilan siswa unik dan menarik di Sekolah Dasar Negeri

1 Gumiwang Kabupaten Wonosobo tahun pelajaran 2016-2017.

B. Semantik

Aminuddin (2011: 15) berpendapat bahwa semantik berasal dari bahasa

Yunani yang mengandung makna to signify atau memakai. Semantik sebagai istilah

Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4213/3/CICI RIYANI BAB II.pdfA. Penelitian yang Relevan Penelitian ini berjudul “Kajian Semantik Nama Panggilan

10

teknis juga mengandung pengertian “study tentang makna”, dengan anggapan bahwa

menjadi bagian dari bahasa, maka semantik merupakan bagian dari linguistik.

Semantik merupakan bagian dari tiga tataran bahasa yang meliputi fonologi, tata

bahasa (mofologi sintaksis) dan semantik (Djajasudarma, 2008: 1).Kridalaksana

(2008:216) berpendapat bahwa pengertian semantik dibagi menjadi dua yaitu: (1)

bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan juga dengan

struktur makna suatu wicara dan (2) sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam

suatu bahasa atau bahasa pada umumnya. Aminuddin, (2011:15) berpendapat

semantik merupakan teori tentang makna. Semantik merupakan ilmu tentang makna

kata atau dengan kata lain semantik merupakan ilmu tentang kata, pengetahuan

mengenai seluk beluk dan pergeseran makna kata. Makna yang dipelajari dalam

semantik antara lain makna konotatif, makna denotatif, makna referensial, dan lain

sebagainya. Berkaitan dengan makna Ferdinand de Saussure (dalam Chaer, 2007:

286), mengatakan bahwa setiap tanda lingitik atau tanda bahasa terdiri dari dua

komponen, yaitu kmponen significant atau „yang mengartikan‟ yang wujudnya berupa

runtutan bunyi, dan kompoen signife atau „yang diartikan‟ yang wujudnya pengertian

atau konsep (yang dimiliki oleh signifiant). Misalnya tanda linguistik yang

ditampilkan dalam bentuk ortografis <kursiI>, terdiri dari komponen signifiant, yaitu

berupa runtutan fonem /k/, /u/, /r/. /s/, /i/; dan komponen signifienya, yaitu berupa

konsep atau makna „sejenis perabot rumah kantor atau rumah tangga’.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa semantik adalah

struktur bahasa yang berhubungan dengan makna dan arti sebuah tuturan. Semantik

memfokuskan terhadap makna yang terkandung di dalam ungkapan dan wicara.

Semantik juga dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna. Semantik merupakan

cabang linguistik tentang makna yang berarti menandai atau melambangkan. Semantik

Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4213/3/CICI RIYANI BAB II.pdfA. Penelitian yang Relevan Penelitian ini berjudul “Kajian Semantik Nama Panggilan

11

juga mempunyai hubungan yang sangat erat dengan sebuah ujaran atau tuturan yang

diungkapkan oleh pemakai bahasa.

C. Makna

1. Pengertian Makna

Makna adalah hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati

bersamaoleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti. Batasan

pengertian itu dapat diketahui tiga unsur pokok yang ada di dalamnya. Tiga unsur

pokok tersebut antara lain: (a) makna adalah hasil hubungan antara bahasa dengan

dunia luar, (b) penentuan hubungan terjadi karena kesepakatan para pemakai, (c)

perwujudan makna itu dapat digunakan untuk menyampaikan informasi sehingga

saling dimengerti (Aminuddin, 2011: 53). Depdiknas (2007: 703), pengertian makna

terbagi menjadi dua yaitu: (a) arti mengandung maksud dan tujuan, juga merupakan

konsep yang mencakup makna dan pengertian tentang sesuatu, (b) maksud dari

pembicaraan atau penulis, pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan.

Kridalaksana, (2008: 148) menjelaskan bahwa pengertian makna dibagi menjadi

empat antara lain: (a) maksud pembicara agar mudah dimengerti oleh lawan bicara,

(b) pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi atau perilaku manusia atau

kelompok manusia, (c) hubungan dalam arti ksepadanan atau ketidak sepadanan

antara bahasa dan alam di luar bahasa, atau antara ujaran dan semua hal yang

ditunjukannya, (d) cara menggunakan lambang-lambang bahasa.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil sebuah simpulan bahwa

makna adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu kata.Makna juga merupakan

sebuah arti yang mengandung maksud dan tujuan.Makna adalah pengertian atau

Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4213/3/CICI RIYANI BAB II.pdfA. Penelitian yang Relevan Penelitian ini berjudul “Kajian Semantik Nama Panggilan

12

konsep yang terdapat pada tanda linguistik, yang memiliki hubungan dengan sistem

sosial budaya, pemakai, dan konteks sosial-situasional.Makna juga merupakan konsep

atau ide yang melatarbelakangi sebuah pesan yang disampaikan oleh pembicara

kepada lawan bicara.Pemakai bahasa dapat saling mengerti dan memahami maksud

dari sebuah ujaran karena di dalam semua bahasa mengandung makna.

2. Jenis Makna

Chaer (2013: 59), menjelaskan bahwa jenis makna meliputi: (a) makna

leksikal dan gramatikal, (b) makna referensial dan nonreferensial, (c) makna denotatif

dan konotatif, (d) makna kata dan istilah, (e) makna konseptual dan asosiatif, (f)

makna idiomatical dan peribahasa (g) makna kias, dan (h) makna kolusi, elokusi, dan

perlokusi. Menurut Djajasudarma (2009: 8) mengungkapkan bahwa jenis makna

meliputi: (a) makna sempit, (b) makna luas, (c) makna kognittif, (d) makna konotatif,

(e) makna emotif, (f) makna referensial, (g) makna kontruksi, (h) makna leksikal, (i)

makna gramatikal, (i) makna idesional, (k) makna poposisi, (i) makna pusat, (m)

makna piktorial, dan (n) makna idiomatik.Menurut Pateda (2010: 96),

mengungkapkan bahwa jenis makna meliputi: (a) makna afektif, (b) makna denotatif,

(c) makna deskriptif, (d) makna ekstensi, (e) makna emotif, (f) makna gereflekter, (g)

makna gramatikal, (h) makna idesional, (i) makna intensi, (j) makna khusus, (k)

makna kiasan, (l) makna kognitif, (m) makna kolokasi, (n) makna konotatif, (o)

makna konseptual, (p) makna kontruksi, (q) makna kontekstual, (r) makna leksikal, (s)

makna lokusi, (t) makna luas, (u) makna piktorial, (v) makna proposional, (w) makna

pusat, (x) makna referensial, (y) makna stilistika, (z) makna tekstual, (aa) makna

tematis, (bb) makna umum, dan (cc) makna sempit.Berkaitan dengan data penelitan,

Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4213/3/CICI RIYANI BAB II.pdfA. Penelitian yang Relevan Penelitian ini berjudul “Kajian Semantik Nama Panggilan

13

peneliti membatasi teori jenis makna untuk menganalisis data yang akan diteliti.

Peneliti menggunakan beberapa teori jenis makna untuk memudahkan dalam

menganalisis data yang diperoleh. Teori jenis makna yang digunakan meliputi:

(a) makna denotatif, (b) makna konotatif, (c) makna referensial, dan (d) makna

kias.

a. Makna Denotatif

Chaer (2013: 65-66), mendefinisikan bahwa makna denotatif (sering disebut

makna denotasional, makna konseptual, atau makna kognitif karena dilihat dari sudut

yang lain) pada dasarnya sama dengan makna referensial sebab makna denotatif ini

lazim diberi penjelasan sebagai maka yang sesuai dengan hasil observasi menurut

penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya. Jadi,

makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi faktual objektif. Lalu karena itu

makna denotasi serong disebut sebagai “makna sebenarnya” umpamanya kata

perempuan dan wanita kedua kata ini mempunyai makna denotasi yan sama, yaitu

manusia dewasa bukan laki-laki. Dalam beberapa buku pelajaran makna denotatif

sering disebut sebagai makna dasar, makna asli, atau makna pusat. Menurut Pateda

(2010:98) makna denotatif adalah makna polosapa adanya yang bersifat objektif.

Makna denotatif diartikan sebagai makna kata atau kelompok kata yang didasarkan

atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau didasarkan atas konvesi

tertentu dan bersifat objektif (Komaruddin, 2007: 114).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil sebuah simpulan bahwa

makna denotatif adalah sebagai makna asli.Makna denotatif mengacu pada kemurnian

makna.Makna denotatif disebut juga makna yang polos karena tidak tercampur oleh

Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4213/3/CICI RIYANI BAB II.pdfA. Penelitian yang Relevan Penelitian ini berjudul “Kajian Semantik Nama Panggilan

14

unsur-unsur di luar makna itu sendiri. Makna denotatif juga diartikan makna yang apa

adanya, yaitu bahwa yang tersirat di dalam makna tersebut adalah makna yang utuh

tanpa merubah sedikitpun. Makna denotatif mengacu kepada makna yang

sesungguhnya.

b. Makna Konotatif

Makna konotatif adalah makna yang muncul sebagai akibat perasaan pemakai

bahasa terhadap kata yang didengar atau kata yang dibaca (pateda, 2010: 112).

Menurut Komaruddin (2007: 114), makna konotatif adalah tautan pikiran yang

menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika berhadapan dengan sebuah kata.

Menurut Chaer (2013: 69), makna konotasi adalah sebuah kata dapat berbeda dari satu

kelompok masyarakat yang satu dengan kelompok masyarakat yang lain, sesuai denan

pandangan hidup dan norma-norma penilaian kelompok masyarakat tersebut. Makna

kontatif dapat juga berubah dari waktu ke waktu. Misalnya kata ceramah dulu kata ini

sering berkonotasi negatif karena berarti „cerewet‟, tetapi sekarang konotasinya

positif. Sebaliknya kata perempuan dulu sebelum zaman Jepang berkonotasi netral,

tetapi kini berkonotasi negatif.

Jadi, makna konotatif adalah makna yang muncul sebagai akibat asosiasi

perasaan kita terhadap apa yang diucapkan atau apa yang didengar. Makna konotatif

adalah makna yang telah mengalami penambahan makna atau makna yang muncul

sebagai nilai rasa yang timbul setelah diucapkan. Kata putih memiliki makna dasar

warna seperti salju atau kertas. Tetapi, kata putih juga dapat diacukan pada makna

yang lain, misalnya, kesucian. Acuan makna kata yang pertama merupakan contoh

dari makna dasar, sedangkan makna yang kedua merupakan contoh dari makna

tambahan.

Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4213/3/CICI RIYANI BAB II.pdfA. Penelitian yang Relevan Penelitian ini berjudul “Kajian Semantik Nama Panggilan

15

c. Makna Referensial

Chaer (2013: 63-64) mengungkapkan bahwa bila kata itu mempunyai referen,

yaitu sesuatu di luar habasa yang diacu oleh kata itu maka kata tersebut kata bermakna

referensial. Kalau kata-kata itu tidak mempunyai referen maka kata itu disebut kata

nonreferensial. Pateda (2010: 125) menatakan bahwa makna referensial (referensial

meaning) atau makna kognitif (cognitive meaning), atau makna deskriptif (descriptif

meaning), atau makna proposional (propositional meaning), atau makna ideasional

(ideational meaning) adalah makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang

ditunjuk oleh kata. Referen atau acuan dapat berupa benda, peristiwa, proses atau

kenyataan. Referen adalah sesuatu yang ditunjuk oleh satu lambang. Makna

referensial mengisyaratkan tentang makna yang langsung menunjuk pada sesuatu,

baik benda, geja;a, kenyataan, peristiwa maupun proses. Menurut Djajasudarma

(2009: 14) makna referensial adalah makna yang berhubungan langsung dengan

kenyataan atau referen (acuan). Makna referensial memiliki hubungan dengan konsep

tentang sesuatu yang telah disepakati bersama (oleh masyarakat bahasa).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa makna

referensial adalah makna yang mempunyai hubungan dengan kenyataan yang

sesungguhnya. Makna referensial berhubungan langsung dengan benda, peristiwa,

kenyataan atau referen. Makna referen bisa kita bandingkan dengan benda yang ada

disekitar kita. Kejadian atau peristiwa disekitar kita juga sangat membantu untuk

mendapatkan makna yang referensial. Misalnya, kata meja termasuk kata

bermakanreferensial karena ada acuannya dalam dunia nyata yaitu meja yang

digunakan oleh masyarakat untuk menaruh atau meletakan sesuatu.

Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4213/3/CICI RIYANI BAB II.pdfA. Penelitian yang Relevan Penelitian ini berjudul “Kajian Semantik Nama Panggilan

16

d. Makna Kias

Penggunaan istilah arti kiasan ini sebagai oposisidarimaknayang sebenarnya.

Oleh karena itu, semua bentuk bahasa (baik kata, frase, maupun kalimat) yang tidak

merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual, atau arti denotatif) disebut

mempunyai arti kiasan (Chaer, 77: 2013). Pateda (2010: 108) mengungkapkan bahwa

makna kias adalah makna kias yang tidak sesuai lagi dengan konsep yang terdapat di

dalam kata tersebut. Makna kiasan sudah bergeser dari makna sebenarnya, namun

kalau dipikir secara mendalam, masih ada kaitannya dengan makna sebenarnya. Jadi,

makna kias adalah makna yang mengandug arti sebagai makna yang bukan

sebenarnya.

D. Penamaan

1. Pengertian Penamaan

Chaer (2013: 43-44), mengatakan bahwa penamaan adalah proses

perlambangan suatu konsep untuk mengacu kepada suatu referen yang berada di luar

bahasa. Dalam kehidupannya seringkali manusia, tentu saja termasuk kita, sukar

memberi nama-nama atau label-label terhadap benda-benda atau peristiwa yang ada di

sekelilingnya karena sangat banyak dan beragamnya benda-benda atau peristiwa-

peristiwa tersebut. Oleh karena itu, lahirlah nama kelompok dari benda atau hal yang

berjenis-jenis itu, misalnya nama binatang, nama tumbuh-tumbuhan, nama buah-

buahan, dan sebagainya. Yang dinamai rumput, misalnya, adalah sejenis tumbuhan

rendah, yang meliputi beratus mungkin beribu-ribu spices. Menurut Aristoteles (dalam

Pateda, 2010:63), pemberian nama adalah soal perjanjian, konvensi. Yang dimaksud

dengan soal perjanjian di sini bukan berarti bahwa dahulu ada sidang masalah nama

Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4213/3/CICI RIYANI BAB II.pdfA. Penelitian yang Relevan Penelitian ini berjudul “Kajian Semantik Nama Panggilan

17

untuk sesuatu yang diberi nama. Nama tersebut biasanya dari seseorang nama pakar,

ahli, penulis, pengarang, wartawan, pemimpin negara, tokoh masyarakat. Nama

kemudian dipopulerkan oleh masyarakat, baik melalui media massa elektronik

maupun non elektronik, atau boleh juga melalui pembicaraan tatap muka. Dalam ilmu

fisika dikenal hukum Boyle dan Archimedes, karena penemu hukum tersebut adalah

Boyle dan Archimedes.

Menurut Pateda (2010:64) nama muncul akibat dari kehidupan manusia yang

kompleks dan beragam serta alam sekitar manusia yang berjenis-jenis. Dalam hal ini

manusia sulit memberikan label-label terhadap benda yang ada di sekelilingnya.

Dengan demikian lahirlah nama kelompok, misalnya binatang, buah-buahan, ikan,

burung, rumput, tumbuh-tumbuhan. Nama itu berbeda antara suku bangsa (etnic

group)tertentu dengan suku bangsa yang lain. Pada umumnya orang Indonesia

menamai rumah dengan sebutan rumah. Orang Gorontalo menamai rumah dengan

sebutan bele /bélé/. Orang Suawa di Kabupaten Gorontalo menamai rumah dengan

sebutan laaigo /la: igo/. Orang Inggris menamai rumah dengan sebutan house dan

orang Belanda menamai rumah dengan menyebutnya huiss. Plato (dalam Pateda,

2010: 63) mengemukakan ada hubungan hayati antara nama dan benda. Untuk

mengetahui hubungan makna yang terkandung di dalam sebuah nama, benda,peristiwa

dengan acuannya kita harus menetapkan sebuah nama dengan perjanjian.

Jadi, penamaan adalah merupakan pengganti kata benda, proses, peristiwa dan

sifa. Penamaan termasuk di dalam aspek-aspek semantik karena di dalam penamaan

terkandung sebuah makna yang berhubungan dengan sifat acuan yang diberi nama.

Penamaan adalah kata-kata atau label yang melambangkan segala sesuatu yang berada

pada kehidupan. Penaamaan yaitu sebuah kata atau label yang memudahkan manusia

Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4213/3/CICI RIYANI BAB II.pdfA. Penelitian yang Relevan Penelitian ini berjudul “Kajian Semantik Nama Panggilan

18

untuk mengingat dan myebutkan sesuatu. Nama diberikan atau dicantumkan untuk

menyebut benda, tempat, orang dan sebagainya. Oleh karena itu, nama adalah kata

ganti untuk mnyebutkan kejadian, tempat, barang, hewan, serta nama untuk

memanggil orang.

2. Jenis Penamaan

Chaer, (2013: 44) mengklasifikasikan mengenai peristiwa yang

melatarbelakangi terjadinya sistem penamaan ada 11 yang meliputi: (1) peniruan

bunyi, (2) penyebutan bagian, (3) penyebutan sifat khas, (4) penemu dan pembuat, (5)

tempat asal, (6) bahan, (7) keserupaan, (8) pemendekan, (9) penamaan baru, (10)

pengistilahan, dan (11) pendefinisian.Menurut Sudaryat (2008:59) ada 10 cara dalam

proses penamaan. Proses penamaan tersebut diantaranya yaitu (1) peniruan bunyi, (2)

penyebutan bagian (3) penyebutan sifat khas, (4) penyebutan aplevita, (5) penyebutan

tempat asal, (6) penyebutan bahan, (7) penyebutan keserupaan, (8) penyebutan

pemendekan, (9) penyebutan penamaan baru, dan (10) penyebutan pengistilahan.

Penelitian ini menggunakan kedua teori yang dikemukakan oleh Chaer dan

Sudaryat. Peneliti membatasi jenis penyebab proses terjadinya penamaan menjadi 11,

antara lain: (1) peniruan bunyi, (2) penyebutan bagian, (3) penyebutan sifat khas, (4)

penemu dan pembuat, (5) tempat asal, (6) bahan, (7) keserupaan, (8) pemendekan, (9)

penamaan baru, (10) pengistilahan, dan (11) pendefinisian.

a. Peniruan Bunyi

Chaer (2013: 44) mengungkapkan bahwa dalam bahasa Indonesia ada

sejumlah kata yang terbentuk sebagai hasil peniruan bunyi. Maksudnya, nama-nama

Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4213/3/CICI RIYANI BAB II.pdfA. Penelitian yang Relevan Penelitian ini berjudul “Kajian Semantik Nama Panggilan

19

benda atas hal tersebut dibentuk berdasarkan bunyi dari benda tersebut atas suara yang

ditimbulkan oleh benda tersebut. Misalnya, binatang sejenis reptil kecil yang melata di

dinding disebut cecak karena bunyinya “cak, cak, cak-,”. Kata-kata yang dibentuk

berdasaran tiruan bunyi ini disebut kata peniru bunyi atau onomatope. Menurut

Sudaryat (2008: 59) penamaan dengan peniruan bunyi (onomatope) muncul jika kata

atau ungkapan merupakan bunyi dari benda yang diacunya. Jadi, penamaan

berdasarkan peniruan bunyi adalah dibentuk dan muncul jika kata atau ungkapan

merupakan bunyi dari benda yang diacunya, benda tersebut memiliki bentuk yang

menjadi ciri khusus. Penamaan ini terbbentuk dari kata-kata yang dihasilkan oleh

bunyi yang dituju.

b. Penyebutan Bagian

Chaer (2013: 44-45), menjelaskan bahwa dalam bidang kesustraan ada istilah

pars photo yaitu gaya bahasa yang menyebutkan bagian dari suatu benda atau hal,

padahal yang dimaksud adalah keseluruhannya. Misalnya kata kepala dalam kalimat

setiap kepala menerima bantuan seribu rupiah, bukankah dalam arti “kepala” itu saja,

melainkan seluruh orangnya sebagai satu keutuhan. Penamaan sesuatu benda atau

konsep berdasarkan bagian dari benda itu biasanya berdasarkan ciri yang khas atau

yang menonjol dari benda itu dan yang sudah diketahui secara umum. Misalnya, pada

tahun enam puluhan kalau ada orang mengatakan “ingin membeli rumah tetapi tidak

ada Sudirmannya” maka dengan kata Sudirman yang dimaksudkan adalah uang

karena pada waktu itu uang bergambar almarhum Jenderal Sudirman. Sekarang

mungkin dikatakan orang tidak ada Soekarno-Hattanya sebab uang kertas sekarang

bergambar Soekarno-Hatta (lembaran seratus ribu). Menrut Sudaryat (2008: 59)

penamaan suatu benda dengan cara menyebutkan bagian dari suatu benda padahal

Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4213/3/CICI RIYANI BAB II.pdfA. Penelitian yang Relevan Penelitian ini berjudul “Kajian Semantik Nama Panggilan

20

yang dimaksud keseluruhannya. Jadi, penamaan berdasarkan penyebutan bagian

adalah penamaan suatu benda dengan cara menyebutkan bagian dari benda tersebut

yang ditunjuk sebagai acuannya, padahal yang dimaksudkan adalah keseluruhannya.

Maksudnya, bagian dari benda tersebut atau hal, bisa dari tubuh yang disebutkan

mempunyai arti secara keseluruhan dari benda tersebut. Misalkan, ketika minta

dibuatkan teh di rumah, pasti yang membuatkan tersebut tidak akan memberikanteh

sajaa, melainkan teh yang sudah disesuh dengan air panas, diberi gula, dan

ditempatkan di dalam cangkir.

c. Penyebutan Sifat Khas

Menurut Chaer (2013: 46-47) gejala ini merupakan peristiwa semantik karena

dalam peristiwa itu terjadi transposisi makna dalam pemakaian yakni perubahan dari

kata sifat menjadi kata benda. Di sini terjadi perkembangan yaitu berupa ciri makna

yang disebut dengan kata sifat itu mendesak kata bendanya karena sifatnya yang amat

menonjol itu; sehingga akhirnya, kata sifatnya itulah yang menjadi nama bendanya.

Menurut Sudaryat (2008:59) penamaan dengan penyebutan sifat khas adalah

penamaan sesuatu benda berdasarkan sifat khas yang ada pada benda itu. Jadi,

penamaan berdasarkan penyebutan sifat khas adalah penamaan suatu benda

berdasarkan sifat yang khas dari benda itu. Penamaan berdasarkan sifat khas dapat

dibagi menjadi dua, yakni (1) sifat khas berdasarkan ciri fisik dan (2) sifat khas

berdasarkan karakter.

1) Sifat Khas Berdasarkan Ciri Fisik

Penamaan berdasarkan sifat khas karena ciri fisik yang dimiliki oleh suatu

benda sering dijumpai dalam lingkungan masyarakat. Hat tersebut disebabkan karena

Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4213/3/CICI RIYANI BAB II.pdfA. Penelitian yang Relevan Penelitian ini berjudul “Kajian Semantik Nama Panggilan

21

dari ciri fisik tersebut sangat menonjol sehingga mendesak bendanya. Sifat khas yang

dimiliki itulah yang dijadikan nama benda tersebut. Sifat khas berdasarkan ciri fisik

ini terbentuk adanya sesuatu yang khas dari fisik si penyandang nama unik dan

menarik tersebut. Misalnya, orang yang tidak dapat tumbuh menjadi besar, tetap saja

kecil, disebut si kerdil; yang kulitnya hitam disebut si hitam; dan yang keplanya botak

disebut si botak.

2) Sifat Khas Berdasarkan Karakter

Penamaan berdasarkan sifat khaskarena karakter yang dimiliki oleh suatu

benda sering dijumpai dalam lingkungan masyarakat. Hat tersebut disebabkan karena

dari ciri karakter tersebut sangat menonjol sehingga mendesak bendanya. Sifat khas

yang dimiliki itulah yang dijadikan nama benda tersebut. Sifat khas berdasarkan

karakter ini terbentuk adanya sesuatu yang khas dari karakter si penyandang nama

unik dan menarik tersebut. Misalnya, orang yang sangat kikir lazim disebut si kikir

atau si bakhil.

d. Penyebutan Penemu dan Pembuat

Banyak nama benda dalam kosakata bahasa Indonesia yang dibuat

berdasarkan nama penemunya, nama pabrik pembuatnya, atau nama dalam peristiwa

sejarah. Nama-nama benda yang demikian disebut dengan istilah appelativa. Nama

orang atau nama pabrik dan merk dagang yang kemudian menjadi nama benda hasil

produksi itu banyak pula kita dapati seperti aspirin obat sakit kepala, ciba obat sakit

perut, tipp ex alat koreksi tulisan/ketikan, miwon bumbu masak, kodak potret dan

lainnya. (Chaer, 2013: 47-48). Sudaryat (2013: 59) mengatakan bahwa penamaan

Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4213/3/CICI RIYANI BAB II.pdfA. Penelitian yang Relevan Penelitian ini berjudul “Kajian Semantik Nama Panggilan

22

berdasarkan penemu dan pembuat adalah penamaan suatu benda yang diambil dari

nama penemu, pabrik atau nama dalam peristiwa sejarah. Jadi, penamaan berdasarkan

penemu dan pembuat adalah penamaan suatu benda yang diambil dari nama penemu,

pabrik atau nama dalam peristiwa sejarah yang terjadi di masa lampau. Misalnya, kata

Sandwich, yaitu roti dengan mentega dan daging di dalamnya, berasal dari nama

seseorang bangsawan Inggris Sandwich. Dia seorang penjudi berat, yang selalu

membawa bekal berupa roti di atas agar dia dapat makan sambil tetap bermain.

e. Penyebutan Tempat Asal

Menurut Chaer (2013: 48-49) sejumlah nama benda padat ditelusuri berasal

dari mana tempat asal benda tersebut. Misalnya kata magnet berasal dari nama tempat

Magnesia; kata kenari, yaitu nama sejenis burung, berasal dari nama Pulau Kenari di

Afrika. Banyak juga nama piagam atau prasasti yang disebut berdasarkan nama

tempat penemuannya seperti piagam kota Kapur, prasasti. Selain itu banyak juga kata

kerja yang dibentuk dari nama tempat misalnya, didigulkan yang berarti dibuang ke

Digul di Irian Jaya. Sudaryat (2008: 59) mengatakan bahwa penamaan berdasarkan

tempat asal adalah penamaan suatu benda dari berdasarkan nama tempat asal benda

tersebut. Jadi, penamaan berdasarkan tempat asal adalah penamaan suatu benda

ditinjau dari nama tempat asal benda tersebut.

f. Penyebutan Bahan

Chaer (2013: 49) mengungkapkan ada sejumlah benda yang namanya diambil

dari nama bahan pokok benda itu. Misalnya, karung yang dibuat dari goni yaitu

sejenis serat tumbuh-tumbuhan yang dalam bahasa Latin disebut Corchours

Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4213/3/CICI RIYANI BAB II.pdfA. Penelitian yang Relevan Penelitian ini berjudul “Kajian Semantik Nama Panggilan

23

capsularis, disebut juga goni atau guni. Kalau kita membeli beras dua goni,

maksudnya adalah membeli beras dua karung. Menurut Sudaryat (2008: 60)

penamaan berdasarkan penyebutan bahan adalah penamaan suatu benda berdasarkan

nama bahan pokok benda tersebut. Jadi, penamaan berdasarkan bahan adalah

penamaan suatu benda berdasarkan nama bahan pokok benda tersebut yang menjadi

bahan utama dari benda tersebut. Contohnya, kata kaca merupakan nama bahan.

Barang-barang lain yang terbuat dari kaca disebut juga kaca seperti kaca mobil, kaca

mata.

g. Penyebutan Keserupaan

Menurut Chaer (2013: 50) dalam praktik berbahasa banyak kata yang

digunakan secara metaforis. Artinya kata itu digunakan dalam suatu ujaran yan

maknanya dipersamakan atau diperbandingkan dengan makna leksikal dari kata itu.

Pemakaian bahasa sekarang banyak nama benda yang dibuat berdasarkan kesamaaan

sifat atau ciri dari makna leksikal kata itu. Sifat metaforis dari kata-kata itu tampaknya

sudah luntur karena kata-kata itu telah menjadi istilah umum dalam pemakaian bahasa

sehari-hari. Menurut Sudaryat (2008: 60) penyebutan penyerupaan adalah penamaan

suatu benda berdasarkan keserupaan suatu benda dengan benda lain. Jadi, penamaan

suatu benda berdasarkan keserupaan suatu benda dengan benda lain yang maknanya

dipersamakan atau diperbandingkan. Misalnya, kata kaki ada frase kaki meja, kaki

kur, dan kaki gunung. Berdasarkan keserupaan fungsinya sama dengan kaki manusia.

h. Penyebutan Pemendekan

Chaer (2013: 51) mengatakan bahwa dalam perkambangan bahasa terakhir ini

banyak kata-kata dalam bahasa Indonesia yang terbentuk sebagai hasil penggabungan

Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4213/3/CICI RIYANI BAB II.pdfA. Penelitian yang Relevan Penelitian ini berjudul “Kajian Semantik Nama Panggilan

24

unsur-unsur huruf awal atau suku dari beberapa kata yang digabungkan menjadi satu.

Kata-kata yang terbentuk sebagai hasil penyingkatan ini lazim disebut akronim. Kata-

kata yang berupa akronim ini kita dapati hampir dalam semua bidang kegiatan.

Pemendekan terbentuk dengan cara memendekan ujaran atau kata lain. Misalnya,

abriyang berasal dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Sudaryat (2008: 60)

mengungkapkan bahwa pemendekan adalah penamaan suatu benda dengan cara

memendekan ujaran atau kata lain. Menurut Kridalaksana (2001: 82-154), bentuk-

bentuk pemendekan meliputi: (1) akronim dan kontraksi, (2) lambang huruf, (3)

penggalan, dan (4) singkatan

1) Akronim dan Kontraksi

Akronim yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf tau suku kata

atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit banyak

memenuhi kaidah fonotaktik Indonesia. Sedangakan kontraksi adalah pemendekan

suatau kata, suku kata, atau gabungan kata dengan cara penghilangan huruf yang

melambangkan fon di dalam kata tersebut. Persamaan keduanya adalah sama-sama

bentuk kependekan yang memendek dua kata menjadi satu yang dapat dilafalkan

sebagai kata wajar. Khusus kontraksi, satu kata dapat dipendekan lagi menjadi suku

kata. Akronim dan kontraksi mempunyai sub klasifikasi antara lain: Pengekalan suku

pertama dari tiap komponen, misalnya Nalo (Nasional Loter), pengekalan suku

pertama komponen pertama dan pengekalan kata seutuhnya, misalnya banstir (banting

stir), pengekalan suku kata terakhir dari tiap komponen, misalnya Lisin (ahli mesin,

pengekalan suku kata peertama dari komponen pertama dan kedua serta huuruf

pertama dari komponen selanjutnya, mislanya Gapani (Gabungan Pengusaha Apotik

Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4213/3/CICI RIYANI BAB II.pdfA. Penelitian yang Relevan Penelitian ini berjudul “Kajian Semantik Nama Panggilan

25

Nasional Indonesia), pengekalan suku pertama tiap komponen dengan pelepasan

konjungsi, misalnya Anpuda (Andalan Pusat dan Daerah), pengekalan huruf pertama

tiap komponen, misalnya KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia), pengekalan

huruf pertama tiap komponen frase dan pengekalan dua huruf pertama komponen

terakhir, misalnya Aika (Arsitek Insinyur Karya), pengekalan dua huruf pertama tiap

komponen, misalnya Unud (Universitas Udayana), pengekalan tiga huruf pertama tiap

komponen, misalnya Konwil (komando wilayah), pengekalan dua huruf pertama

komponen pertama dan tiga huruf pertama komponen kedua disertai pelepasan

konjungsi, misalnya abnon (abang dan none), pengekalan dua huruf pertama

komponen pertama dan ketiga serta pengekalan tiga huruf pertama komponen kedua,

misalnya Odmilti (Oditur Militer Tinggi), pengekalan tiga huruf pertama komponen

pertama dan ketiga serta pengekalan huruf pertama komponen kedua, misalnya

Nasakom (Nasionalis, Agama, Komunis), pengekalan dua huruf pertama tiap

komponen serta pelepasan konjungsi, misalnya Falsos (Falsafah dan Sosial),

pengekalan dua huruf pertama komponen dan tiga hurif pertama komponen kedua,

misalnya Jabar (Jawa Barat), pengekalan empat huruf pertama tiap komponen

disertai pelepasan konjungsi, misalnya Agitprop (Agitasi dan Propaganda), dan

pengekalan berbagai huruf dan suku kat ayng sukar dirumuskan, misalnya Akaba

(Akademi Perbankan).

2) Lambang Huruf

Lambang huruf adalah proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau

lebih yang menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan atau unsur. Lambang huruf

mempunyai beberapa sub klasifikasi sebagai berikut: Lambang huruf yang menandai

Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4213/3/CICI RIYANI BAB II.pdfA. Penelitian yang Relevan Penelitian ini berjudul “Kajian Semantik Nama Panggilan

26

bahan kimia atau bahan lain, misalnya Ca (kalsium), lambang huruf yan menandai

ukuran, misalnya Km (kilometer), lambang huururf yang menyatakan bilangan,

misalnya X (10), lambang huruf yang menandai kota/negara/alat angkutan, misalnya

JKT (Jakarta), lambang huruf yang menandai mata uang, misalnya Rp. (rupiah),

lambang huruf yang digunakan dalam berita kawat, misalnya DTG (datang).

3) Penggalan

Penggalan adalah proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian

dari leksem. Penggalan mempunyai beberapa sub klasifikasi sebagi berikut: Penggalan

suku kata pertama dari suatu kata, misalnya Dok (dokter), penggalan suku terakhir

suatu kata, misalnya Pak. (bapak), penggalan tiga huruf pertama dari suatu kata,

misalnya Dep. (departemen), penggalan empat huruf pertama dari suatu kata,

misalnya Prof. (profesor), penggalan kata terakhir dari suatu kata, misalnya harian

(surat kabar harian), dan pelepasan sebagian kata, misalnya apabila (pabila).

4) Singkatan

Singkatan adalah salah satu hasil pemendekan yang berupa huruf atau

gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf (misalnya, KKN singkatan dari

Kuliah Kerja Nyata) maupun yang tidak dieja huruf demi hurug (misalnya, dng

singkatan dari dengan). Singkatan mempunyai beberapa sub klasifikasi sebagai

berikut: Pengekalan huruf pertama tiap komponen, misalnya A (agama), pengekalan

huruf pertama dengan pelepasan konjugngsi, preposisi, reduplikasi dan preposisi,

artikulai dan kata, misalnya GTKI (Gabungan Taman Kanak-Kanak Indonesia),

penggalan huruf pertama dengan bilangan, bila berulang misalnya D3 (Dinas

Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4213/3/CICI RIYANI BAB II.pdfA. Penelitian yang Relevan Penelitian ini berjudul “Kajian Semantik Nama Panggilan

27

Dermawan Darah), pengekalan dua huruf pertama dari kata, misalnya Aj. (ajudan),

pengekalan tiga huruf pertama dari sebuah kata, misalnya Okt. (Oktober), pengekalan

empat huruf pertama dari kata, misalnya Sept. (September), pengekalan huruf pertama

dan huruf terakhir, misalnya Ir. (Insinyur), pengekalan huruf pertama dan ketiga,

misalnya Gn. (Gunung), pengekalan huruf pertama dan terakhir dari suku kata huruf

pertama dari suku kata kedua, misalnya Kpt. (kapten), pengekalan kuruf pertama kata

pertama dan huruf pertama kata kedua dari gabungan kata, misalnya a.d. (antedium),

pengekalan huruf pertama dan diftong terakhir dari kata, misalnya Sei (sungai),

pengekaalan huruf pertama dari kata pertama dan huruf pertama kata kedua dalam

suatu gabungan kata, misalnya Swt (Swantra), pengekalan huruf pertama suku kata

pertama dan huruf pertama dan terakhir duku kata kedau dari suatu kata, misalnya Bdg

(Bandung), pengekalan huruf pertama dari tiap suku ata, misalnya hlm (halaman),

pengekalan huruf pertama dan huruf keempat dari suati kata, misalnya DO (depot),

dan pengekalan huruf yang tidak berartura, misalnya KDM (kopmandan), Ops

(operasi).

i. Penyebutan Penamaan Baru

Chaer (2013; 51) mengungkapkan bahawa banyak kata atau istilah baru yang

dbentuk untuk menggantikan kata atau istilah lama yang sudah ada. Penggantian kata-

kata baru atau sebutan baru bisa disebabkan arena masyarakat menganggap kurang

tepat, tidak rasional, tidak halus, atau kurang ilmiah sehingga masyarakat memilih

untuk mengganti kata yang baru karena akasan tersebut. Jadi, penamaan berdasarkan

penamaan baru adalah penamaan suatu benda berdasarkan masuknya kata-kata baru

untuk mengganti kata-kata lama yang dirasakan kurang tepat. Proses penggantian

Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4213/3/CICI RIYANI BAB II.pdfA. Penelitian yang Relevan Penelitian ini berjudul “Kajian Semantik Nama Panggilan

28

nama atau penyebutan baru masih akan terus berlangsung sesuai dengan

perkembangan pandangan dan norma budaya di dalam masyarakat. Misalnya, kata

pariwisata untuk menggantikan turisme.

j. Penyebutan Pengistilahan

Menurut Chaer (2013: 52-53) penyebutan pengistilahan berbeda dengan proses

penamaan atau penyebutan yang lebih banyak berlangsung secara arbitrer maka

pengistilahan lebih banyak berlangsung menurut suatu prosedur. Ini terjadi karena

pengistilahan dilakukan untuk mendapatkan “ketepatan” dan “kecermatan” makna

untuk suatu bidang kegiatan atau keilmuan. Jadi penamaan berdasarkan pengistilahan

adalah penamaan suatu benda yang khusus dibuat untuk bidang kegiatan atau

keilmuan tertentu. Pengistilahan ini untuk mendapatkan ketepatan dan kecermatan.

Misalnya, kata lengan dan tangan dalam bidang kedokteran digunakan untuk istilah

yang berbeda. Lengan adalah anggota tubuh dari bahu sampai pergelangan, dan

tangan adalah dari pergelangan sampai ke jari-jari.

k. Penyebutan Pendefinisian

Chaer (2013: 53) mengungkapkan bahwa pendefinisian adalah usaha yang

dilakukan dengan sengaja untuk mengungkapkan dengan kata-kata akan suatu benda,

konsep, proses, aktivitas, peristiwa, dan sebagainya. Banyak cara yang dapat

digunakan untuk membuat definisi ini. Hasil yang didapat dari car-cara pendefinisian

ini adalah adanya berbagai macam definisi, yang taraf kejelasannya tidak sama.

Definisi yang paling rendah tingkat kejelasannya adalah yang disebut definisi

sinominis. Artinya, suatu kata didefinisikan dengan sebuah kata lain yang merupakan

Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4213/3/CICI RIYANI BAB II.pdfA. Penelitian yang Relevan Penelitian ini berjudul “Kajian Semantik Nama Panggilan

29

sinonim dari kata itu. Definisi dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis yaitu

definisi sinonim, definisi formal, definisi logis, definisi ensiklopedia, dan definisi

batasan. Jadi, penyebutan pendefinisian adalah upaya untuk mengungkapkan dengan

kata-kata akan sesuatu untuk memudahkan manuiaa dalam menyebutkan sesuatu

tersebut. Misalnya, pendefinisian kata air didefinisikan sebagai zat cair yang jatuh

dari awan sebagai hujan, mengaliri sungai, mengenai danau dan lautan, meliputi dua

pertiga bagian permukaan bumi.

3. Nama Panggilaan Unik dan Menarik

Nama adalah kata untuk menyatakan panggilan atau sebutan orang, barang,

tempat, dan lain sebagainya. Nama adalah kata untuk menyebutkan atau memanggil

orang, tempat, barang, binatang (Depdiknas, 2007: 950). Nama merupakan doa, cita-

cita, dan harapan bagi orang tuanya.Nama yang diberikan kepada seseorang

mempunyai arti sangat penting dalam kehidupannya. Nama yang baik merupakan

kebanggaan bagi anak jika ia tumbuh dewasa, bahkan bisa menjadi motivasi bagi yang

mempunyai nama untuk menjadi orang yang baik, pandai, dan sukses seperti makna

dari nama itu sendiri.

Nama panggilan adalah nama yang digunakan dalam penyapaan (Depdiknas,

2007: 950). Nama panggilan dapat diambil dari nama orang itu sendiri atau bahkan

sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan nama orang tersebut. Nama panggilan

seringkali diambil secara spontan atau tidak langsung oleh orang lain yang mengenali

kita. Dengan adanya nama panggilan dapat memudahkan seseorang dalam bertutur

sapa. Keunikan dalam pemberian nama panggilan itu yang menjadi ciri khas dan

pambeda dari manusia satu dengan yang lainnya.

Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4213/3/CICI RIYANI BAB II.pdfA. Penelitian yang Relevan Penelitian ini berjudul “Kajian Semantik Nama Panggilan

30

Unik berarti tersendiri dalam bentuk atau jenisnya; lain dengan yang lain; tidak

ada persamaan dengan yang lain (Depdiknas, 2007: 1530). Nama panggilan unik

berasal dari orang lain yang menghubungkan sosok si penyandang nama pangggilan

unik dengan acuan atau referen seperti peniruan bunyi, penyebutan bagian,

penyebutan sifat khas, penemu dan pembuat, tempat asal, bahan, keserupaan,

pemendekan, penamaan baru, pengistilahan, dan pendefinisian. Nama panggilan yang

diambil dari bagian nama asli tidak dikatakan sebgai nama panggilan unik. Nama

panggilan unik diartikan sebagai nama untuk memanggil seseorang yang berbeda dari

nama aslinya atau bukan dari nama asli. Misalnya, panggilan unik cungkring berasal

dari penyebutan sifat khas yang dimiliki oleh penyandang nama panggilan unik

tersebut yaitu memiliki bentuh tubuh yang kecil, kurus, dan tinggi.

Menarik berarti memiliki daya tarik untuk memikat orang lain; memiliki ciri

khas tersendiri (Depdiknas, 2007: 1498). Nama panggilan menarikberasal dari sesuatu

yang ada pada diri penyandang nama panggilan menarik tersebut. Nama panggilan

menarik mempunyai ciri khas sendiri yang beda dengan orang lain. Nama panggilan

menarik tidak dapat disebut menarik jika orang lain memiliki kesamaaan pada

penyandang nama panggilan menarik tersebut. Nama panggilan menarik memikat

orang lain untuk mengingat nama yang disandangkannya kepada orang tersebut.

Misalnya, nama panggilan menarik berbie berasal dari kemiripan yang dimili oleh

penyandang nama panggilan menarik tersebut yaitu dengan sosok kartun berbie yang

identik dengan kecantikan. Orang akan mengingatnya karena penyandang nama

panggilan mearik itu memiliki daya tarik sendiri.

Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017