bab ii landasan teori a. penelitian sejenis yang relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/bab ii_bani...
TRANSCRIPT
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian Sejenis yang Relevan
Penelitian yang akan dilakukan peneliti berbeda dengan penelitian yang
terdahulu. Untuk membedakan penelitian yang berjudul “Analisis Keefektifan
Kalimat pada “Surat Pembaca” Harian Suara Merdeka Edisi Agustus sampai
September 2013” dengan penelitian sebelumnya, maka peneliti mengadakan
peninjauan di perpustakaan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Untuk
membuktikannya, peneliti meninjau satu penelitian mahasiswa yang dianggap relevan
dengan penelitian yang bersangkutan. Meskipun penelitian yang terdahulu hampir
sama dengan penelitian ini, akan tetapi hanya dijadikan referensi saja. Penelitian yang
dimaksud adalah:
Skripsi berjudul “Kajian Kalimat Efektif pada Surat Kabar Kompas dalam
Kolom Opini” oleh Kusmiati, NIM 0001040016, tahun 2005. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang terdapat pada surat
kabar dalam kolom opini. Data penelitian ini adalah data tulis berupa kalimat
berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang bersumber pada surat
kabar Kompas dalam kolom opini. Sumber data yang digunakan sebanyak 18 wacana
opini yang terdiri atas 7 wacana pada bulan Oktober, 6 wacana pada bulan November,
dan 5 wacana pada bulan Desember. Teknik pengumpulan data yaitu dengan
mengidentifikasi jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif. Teknik analisis datanya
dengan cara mengelompokkan atau mengklasifikasikan jenis ciri-ciri penyusunan
kalimat efektif.
10
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
11
Berdasarkan kajian pustaka tersebut, maka penelitian dengan judul “Analisis
Keefektifan Kalimat pada “Surat Pembaca” Harian Suara Merdeka Edisi Agustus
sampai September 2013 “ berbeda dengan penelitian terdahulu. Oleh karena itu,
penelitian ini perlu dilakukan walaupun penelitian ini memiliki persamaan dan
perbedaan. Persamaannya terletak pada sebagian teori yang digunakan karena pada
dasarnya teori tentang kalimat efektif sama, hanya saja menggunakan pendapat dari
para ahli yang berbeda. Yang membedakannya yaitu data dan sumber datanya.
Datanya berupa kalimat-kalimat yang tidak sesuai dengan ciri-ciri kalimat efektif pada
“Surat Pembaca” edisi Agustus-September 2013. Sumber datanya adalah “Surat
Pembaca” pada harian Suara Merdeka edisi Agustus-September 2013.
B. Bahasa
1. Pengertian Bahasa
Menurut Chaer (2007: 32) bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer,
yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama,
berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa adalah sistem lambang bunyi
yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,
berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Depdiknas, 2008: 116). Pendapat di atas
diperkuat oleh Kridalaksana (2009: 24) yang mengatakan bahwa bahasa adalah sistem
lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja
sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Dari pengertian yang dikemukakan oleh
beberapa pakar tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah sistem lambang
bunyi yang arbitrer yang dibentuk oleh komponen yang berpola secara tetap dan
dapat dikaidahkan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk bekerja sama,
berinteraksi, dan mengidentifikasi diri oleh anggota masyarakat.
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
12
2. Fungsi Bahasa
Fungsi bahasa pada umumnya adalah sebagai alat komunikasi atau
penghubung dengan orang lain atau masyarakat setempat. Menurut Chaer dan Leoni
Agustina (2004: 14) bahasa berfungsi sebagai alat berinteraksi atau alat
berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau
juga perasaan. Setiap gagasan, pikiran, dan perasaan seseorang dapat dituangkan
melalui bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Menurut Keraf (2004: 3)
bahasa mempunyai empat fungsi yaitu: alat untuk menyatakan ekspresi diri, alat
komunikasi, alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, serta alat untuk
mengadakan kontrol sosial. Jadi, fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi yang
digunakan oleh segenap anggota masyarakat untuk menyampaikan pikiran atau
gagasan kepada orang lain, mengekspresikan diri, mengadakan integrasi (adaptasi
sosial), dan mengadakan kontrol sosial antar sesama anggota masyarakat sehingga
dapat tercipta kerja sama yang baik serta keharmonisan dalam kehidupan sehari-hari
dalam masyarakat.
a) Alat untuk Menyatakan Ekspresi Diri
Bahasa sebagai alat mengekspresikan diri dapat menjadi media untuk
menyatakan eksistensi (keberadaan) diri seseorang, menarik perhatian orang lain, dan
keinginan untuk membebaskan diri dari semua tekanan emosi yang ada di dalam
dirinya. Bahasa dapat mendorong manusia mengekpresikan dirinya agar menarik
perhatian orang lain. Dengan demikian, bahasa digunakan sebagai alat untuk mencari
perhatian orang lain terhadap hal-hal yang sedang dirasakan. Misalnya, bahasa pada
anak-anak pada taraf permulaan, mereka akan menangis bila lapar atau haus. Ketika
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
13
mulai belajar berbahasa, mereka menyatakan kata-kata untuk menyatakan lapar, haus,
dsb, dan hal itu akan terus berlangsung hingga mereka menjadi dewasa. Sebagai
contoh kata aduh, hai, wahai yang dapat digunakan untuk menyatakan keadaan hati
seseorang agar tekanan-tekanan jiwanya dapat tersalur.
b) Alat Komunikasi
Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud dan
melahirkan perasaan manusia serta memungkinkan terciptanya kerja sama dengan
sesama manusia. Jadi, bahasa digunakan sebagai alat untuk saling bertukar pikiran dan
perasaan antar sesama manusia. Manusia tidak akan lepas dari kegiatan komunikasi
dengan media bahasa sebagai alat penyampaiannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan komunikasi kita dapat menyampaikan semua yang kita rasakan, pikirkan, dan
ketahui kepada orang lain. Hal ini karena, media bahasa dapat memungkinkan
manusia menciptakan kerja sama dan berinteraksi dengan sesama manusia.
c) Alat Mengadakan Integrasi dan Adaptasi Sosial
Dalam kehidupan masyarakat manusia selalu membutuhkan eksistensi untuk
diterima dan diakui oleh masyarakatnya. Dalam pembentukan eksistensi itulah,
manusia akan melakukan integrasi (pembaharuan) dan adaptasi (penyesuaian diri)
dalam masyarakat. Selama proses integrasi dan adaptasi ini manusia selalu
menggunakan bahasa sebagai perantaranya. Melalui bahasa seseorang sedikit demi
sedikit belajar adat istiadat, kebudayaan, pola hidup, perilaku, dan etika yang ada di
masyarakat. Bila seseorang dapat menyesuaikan dirinya dengan baik, dia pun dengan
mudah dapat membaurkan dirinya (integritas) dengan segala adat istiadat, tingkah
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
14
laku, dan tata-krama masyarakatnya. Dua orang yang mempergunakan bahasa yang
sama, akan mempergunakan kata-kata yang sama juga untuk melukiskan suatu situasi
yang identik. Oleh karena itu, bahasa mempunyai peran penting sebagai media untuk
membentuk keharmonisan kehidupan masyarakat dalam proses integrasi dan adaptasi
sosial.
d) Alat Mengadakan Kontrol Sosial
Semua kegiatan sosial akan berjalan dengan baik karena dapat diatur dengan
menggunakan bahasa. Kontrol sosial adalah usaha untuk memengaruhi tingkah laku
dan tindak tanduk orang lain. Hampir setiap hari kegiatan kontrol sosial akan terjadi
dalam masyarakat. Keberhasilan seseorang dalam melakukan kontrol sosial sangat
dipengaruhi oleh penggunaan bahasa yang tepat. Dengan menggunakan bahasa yang
baik dan komunikatif, seseorang bisa memengaruhi pikiran dan tindakan orang lain
sesuai dengan yang diharapkannya. Dengan bahasa juga seseorang dapat
mengembangkan kepribadian dan nilai-nilai sosial kepada tingkat yang lebih
berkualitas. Misalnya, orang tua yang menasihati anak-anaknya.
C. Kalimat
1. Pengertian Kalimat
Sebuah kalimat dalam tulisan terdiri atas deret kata yang dimulai dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru (Sakri, 1994: 7).
Sementara itu, Alwi, dkk. (2003: 35) mengatakan bahwa kalimat umumnya berwujud
rentetan kata yang disusun sesuai dengan kaidah yang berlaku. Menurut Ramlan
(2005: 23) kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
15
yang disertai nada akhir turun atau naik. Menurut Tarigan (2009: 8) kalimat adalah
satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, yang mempunyai pola intonasi
akhir dan yang terdiri dari klausa. Di sisi lain, Parera (2009: 44) mengatakan bahwa
kalimat adalah suatu tutur yang disertai oleh ciri-ciri prosodi yang menunjukkan
bahwa tutur itu telah berakhir dan tutur itu merupakan sebuah konstruksi
ketatabahasaan yang maksimal. Berdasarkan pendapat beberapa pakar di atas, dapat
disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan gramatikal yang relatif dapat berdiri sendiri
yang disusun sesuai kaidah yang berlaku dan terdiri dari satu klausa atau lebih yang
diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca (titik, tanda seru, dan
tanda tanya).
2. Kalimat Efektif
a. Pengertian Kalimat Efektif
Setiap gagasan, pikiran, atau konsep yang dimiliki seseorang pada praktiknya
akan dituangkan ke dalam bentuk kalimat. Sebuah kalimat dikatakan baik apabila
dapat mencapai sasarannya dengan tepat sebagai alat komunikasi yaitu informasi yang
ingin disampaikan dapat diterima dengan baik oleh pembaca atau pendengar. Menurut
Keraf (2004: 38) jika sebuah kalimat mampu menciptakan daya khayal dalam diri
pembaca atau pendengar seperti sekurang-kurangnya mendekati apa yang
dibayangkan pengarang, maka dapat disimpulkan atau dikatakan bahwa kalimat-
kalimat yang mendukung gagasan itu sudah cukup efektif dan cukup baik
menjalankan tugasnya. Di sisi lain, Chaer (2011: 63) mengatakan bahwa kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat menyampaikan pesan kepada pembaca persis seperti
yang ingin disampaikan oleh penulis.
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
16
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran,
dan perasaan dengan tepat ditinjau dari segi diksi, struktur, dan logika (Putrayasa,
2010: 66). Dengan kata lain, kalimat efektif selalu berterima secara tata bahasa dan
makna. Sementara itu, Wibowo (2009: 95) mengatakan bahwa sebuah kalimat efektif
adalah kalimat yang tersusun secara baik, benar, segar, jelas, bening, dan tidak
berpeluang memunculkan ingar (noise). Kalimat yang baik dan benar adalah kalimat
yang informasinya dapat diterima oleh pendengar/pembaca dan disusun sesuai kaidah
yang berlaku. Kalimat yang segar merupakan kalimat yang tidak menimbulkan
suasana yang monoton sehingga dapat memelihara minat baca pembaca. Kalimat yang
jelas dapat menjaga kesatuan gagasan/pikiran. Keutuhan gagasan membuat nilai-nilai
informasi yang terkandung di dalam kalimat dapat terlihat dengan bening. Kalimat
harus disusun secara cermat agar tidak menimbulkan kesalahan penafsiran pada
pembaca/pendengar. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menggambarkan atau
mengungkapkan maksud, pikiran, dan perasaan si pengarang/penulis secara tepat pada
pikiran pembaca dan tersusun secara baik dan benar sehingga informasi yang
disampaikan dapat diterima dengan sempurna oleh pendengar/pembaca.
b. Ciri-ciri Kalimat Efektif
1) Ciri-ciri Kalimat Efektif Menurut Keraf
a) Kesatuan Pikiran
Setiap kalimat yang baik harus jelas memperlihatkan kesatuan gagasan yaitu
mengandung satu ide pokok. Dalam laju kalimat tidak boleh diadakan perubahan dari
satu gagasan kepada kesatuan gagasan lain yang tidak ada hubungannya, atau
menggabungkan dua kesatuan yang tidak mempunyai hubungan sama sekali. Jika dua
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
17
kesatuan yang tidak mempunyai hubungan disatukan, maka akan rusak kesatuan
pikiran itu (Keraf, 2004: 40). Kesatuan gagasan tidak hanya terdapat satu ide tunggal,
tetapi dapat terbentuk dari dua gagasan atau lebih. Kesatuan gagasan yang diwakili
oleh subjek, predikat, dan objek dapat berbentuk kesatuan tunggal dan kesatuan
gabungan.
(1) Kesatuan Tunggal
Kesatuan tunggal adalah kesatuan yang terdiri atas satu klausa. Artinya,
kesatuan tunggal hanya terdapat satu ide tunggal dalam sebuah kalimat. Dalam laju
kalimat tidak boleh terdapat perubahan dari satu kesatuan gagasan kepada kesatuan
gagasan lain yang tidak ada hubungannya. Hal ini dapat menyebabkan kesatuan
pikirannya menjadi rusak (Keraf, 2004: 41). Kesatuan gagasan dapat menjadi kabur
karena kedudukan subjek atau predikat tidak jelas, terutama karena salah
menggunakan kata-kata depan. Kesalahan ini sering terjadi di dalam kalimat yang
terlalu panjang.
Contoh:
(5) Di Bali sekarang ini terkenal dengan patung-patung yang bercorak sangat primitif (Keraf, 2004: 42).
Kalimat (5) merupakan kalimat yang tidak efektif karena kesatuan gagasannya
tidak jelas. Kesatuan gagasannya tidak jelas karena kalimat (5) subjeknya tidak jelas.
Kalimat (5) adalah kalimat tunggal yang terdiri dari satu klausa yang memiliki pola
kalimat K-K-P. Di Bali menduduki fungsi keterangan tempat. Sekarang ini
menduduki fungsi keterangan waktu. Terkenal menduduki fungsi predikat. Dengan
patung-patung yang bercorak sangat primitif menduduki fungsi pelengkap.
Kedudukan subjek kalimat menjadi tidak jelas karena diantar oleh kata depan di.
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
18
Frasa di Bali dapat menduduki fungsi subjek dengan cara menghilangkan kata depan
di. Jadi, kalimat yang efektif adalah:
(5.a) Bali sekarang ini terkenal dengan patung-patung yang bercorak sangat S K P Pel primitif.
(2) Kesatuan Gabungan
Kesatuan gabungan merupakan kesatuan gagasan yang terbentuk dari dua
gagasan pokok atau lebih dalam kalimat (Keraf, 2004: 41). Jadi, kesatuan gabungan
memiliki dua klausa atau lebih yang dihubungkan oleh konjungsi sehingga kalimatnya
menjadi padu. Konjungsi yang digunakan dapat berupa konjungsi koordinatif dan
subordinatif. Konjungsi koordinatif digunakan untuk menghubungkan dua klausa atau
lebih yang kedudukannya sederajat. Yang termasuk konjungsi ini adalah konjungsi
yang menyatakan penambahan, pertentangan, dan pilihan. Konjungsi subordinatif
digunakan untuk menghubungkan dua klausa atau lebih yang kedudukannya tidak
sederajat.
Contoh:
(6) Terhadap orang yang lebih tinggi umurnya dan atau kedudukannya berbeda caranya (Keraf, 2004: 43).
Kalimat (6) merupakan kalimat yang tidak efektif karena memiliki kesatuan
gagasan yang tidak jelas. Kesatuan gagasannya menjadi tidak jelas karena kedudukan
subjeknya kabur. Kalimat (6) adalah kalimat majemuk setara yang menyatakan
hubungan penambahan karena dihubungkan dengan kata dan. Akan tetapi, kalimat (6)
juga dapat menjadi kalimat majemuk setara yang menyatakan hubungan pilihan
apabila dihubungkan dengan kata atau. Agar kedudukan subjek kalimat menjadi jelas,
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
19
kata terhadap pada frasa terhadap orang yang lebih tinggi umurnya harus
dihilangkan. Jadi, kalimat yang efektif adalah:
(6.a) Orang yang lebih tinggi umurnya dan kedudukannya berbeda caranya. S S P (6.b) Orang yang lebih tinggi umurnya atau kedudukannya berbeda caranya. S S P
b) Koherensi yang Baik dan Kompak
Koherensi atau kepaduan yang baik dan kompak adalah hubungan timbal balik
yang baik dan jelas antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk
kalimat (Keraf, 2014: 43). Artinya, hubungan antara subjek dan predikat, predikat dan
objek, serta keterangan dan keterangan yang lain harus dapat saling menjelaskan
dengan baik dan jelas. Jadi, koherensi lebih menekankan segi struktur atau inter-relasi
antara kata-kata yang menduduki sebuah tugas dalam kalimat. Ada beberapa
kesalahan yang sering terjadi yang dapat mengacaukan dan merusak koherensi yaitu:
menempatkan kata kerja, kata penghubung yang tidak sesuai atau tidak pada
tempatnya, menempatkan kata tidak sesuai dengan pola kalimat, merangkai dua kata
yang maknanya mengandung kontradiksi, dan salah menempatkan keterangan aspek
pada kata kerja tanggap. Oleh karena itu, hal-hal di atas harus dihindari dalam
membuat kalimat agar koherensi kalimat tidak rusak. Cara-cara yang dapat dilakukan
agar koherensi kalimat menjadi baik adalah sebagai berikut.
(1) Tempat Kata dalam Kalimat Sesuai dengan Pola Kalimat
Penempatan kata yang tidak sesuai dengan pola kalimat akan mengakibatkan
kerancuan (kontaminasi) dalam kalimat. Kalimat yang rancu adalah kalimat yang
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
20
kacau atau kalimat yang susunannya tidak teratur sehingga informasinya sulit
dipahami. Kalimat yang efektif adalah kalimat yang dapat menyampaikan informasi
atau maksud secara tepat kepada pembaca. Kalimat yang pola kalimatnya tidak benar
akan menyebabkan makna kalimatnya menjadi tidak logis. Oleh karena itu, kalimat
tersebut tidak dapat diterima oleh akal sehat. Contoh:
(7) Anjing kemarin pagi di kebun adik saya memukul dengan sekuat tenaga (koherensi tidak baik) (Keraf, 2004: 44).
(7.a) Adik saya yang paling kecil memukul anjing di kebun kemarin pagi, dengan sekuat tenaganya (koherensi baik).
(2) Mempergunakan Kata Depan dan Kata Penghubung dengan Tepat
Kata depan yang ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya yaitu di, ke
dan dari, kecuali daripada dan kepada (yang dianggap satu kata). Kata penghubung
yang digunakan untuk menjalin kepaduan sebuah kalimat di antaranya adalah
hubungan sebab-akibat (sehingga, sampai, akibat), hubungan alasan/sebab (sebab,
sebab itu, karena, dan karena itu), dan hubungan kedekatan temporal/waktu
(bilamana, ketika, sebelum, sejak, sesudah). Konjungsi tersebut merupakan konjungsi
subordinatif. Konjungsi subordinatif yaitu konjungsi yang menghubungkan dua
konstituen yang kedudukannya tidak sederajat. Konstituen yang satu menjadi
konstituen atasan yang bebas, dan konstituen yang lain menjadi konstituen bawahan
yang kedudukannya tergantung pada konstituen pertama (Chaer, 1993: 110).
Contoh:
(8) Interaksi antara perkembangan kepribadian dan perkembangan penguasaan bahasa menentukan bagi pola kepribadian yang sedang berkembang (Keraf, 2004: 44).
Kalimat (8) merupakan kalimat yang tidak efektif karena koherensinya tidak
baik. Koherensi pada kalimat (8) rusak karena salah menggunakan kata penghubung
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
21
bagi. Kata bagi digunakan untuk menyatakan hubungan peruntukan. Kata menentukan
yang berfungsi sebagai predikat pada kalimat tersebut tidak perlu diikuti dengan kata
bagi. Agar menjadi kalimat yang efektif, kata bagi dapat dihilangkan sehingga
koherensinya menjadi baik. Jadi, kalimat yang efektif adalah:
(8.a) Interaksi antara perkembangan kepribadian dan perkembangan penguasaan bahasa menentukan pola kepribadian yang sedang berkembang (koherensi baik).
(3) Pemakaian Kata yang Maknanya Tidak Tumpang Tindih (Mengandung Kontradiksi)
Pemakaian kata, baik karena merangkainya dua kata yang maknanya tidak
tumpang tindih, atau hakikatnya mengandung kontradiksi dapat merusak koherensi
kalimat (Keraf, 2004: 45). Pemakaian kata-kata yang berlebihan atau yang searti
disebut dengan pleonasme. Gejala pleonasme yang sering terjadi dalam kalimat antara
lain: di dalam satu frasa terdapat dua atau lebih kata yang searti, bentuk jamak
dinyatakan dua kali, dan kata kedua sebenarnya tidak perlu lagi karena pengertian
yang terkandung pada kata itu sudah terkandung pada kata yang mendahuluinya. Oleh
karena itu, penulis harus berhati-hati dalam menggunakan kata-kata yang mengandung
kontradiksi dalam kalimat agar tidak terjadi pleonasme. Hal ini karena kalimat yang
efektif dapat dibentuk dengan menghindari ploenasme dalam kalimat.
Contoh:
(9) Sering kali kita membuat suatu kesalahan-kesalahan yang tidak kita sadar (Keraf, 2004: 45).
Kalimat (9) merupakan kalimat tidak efektif karena adanya pemakaian kata
yang berlebihan yaitu merangkai dua kata yang maknanya tumpang tindih pada frasa
suatu kesalahan-kesalahan. Pemakaian frasa tersebut menyebabkan koherensi
kalimatnya rusak. Kata suatu memiliki makna tunggal, sedangkan kesalahan-
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
22
kesalahan memiliki makna jamak. Agar koherensinya menjadi baik, kedua kata
tersebut tidak dirangkai sekaligus dalam sebuah kalimat. Jadi, kalimat yang efektif
adalah:
(9.a) Sering kali kita membuat suatu kesalahan yang tidak kita sadari (koherensi baik).
(9.b) Sering kali kita membuat kesalahan-kesalahan yang tidak kita sadari (koherensi baik).
(4) Menempatkan Keterangan Aspek (sudah, telah, akan, belum, dsb) pada Kata Kerja Tanggap dengan Tepat
Kata kerja tanggap disebut juga kata kerja pasif. Kata kerja pasif merupakan
kata majemuk, maka tidak boleh disisipi kata apa pun di antara kata ganti persona
(sebagai komponen pertama) dan pokok kata kerja transitif (sebagai komponen kedua)
(Putrayasa, 2009: 94). Pada kata kerja tanggap, penulisan kata ganti orang seperti
saya, kami, kita, dia, dan mereka harus langsung didekatkan pada kata kerjanya.
Dengan demikian, dalam kata kerja pasif penulisan persona + verba tidak boleh
diselingi keterangan apa pun misalnya keterangan aspek. Hal ini karena hubungan
antara persona dan verba sangat mesra.
Contoh:
(10) Buku itu saya sudah baca hingga tamat (Keraf, 2004: 46).
Kalimat (10) merupakan kalimat tidak efektif karena koherensinya tidak baik
akibat salah menempatkan kata sudah di depan kata kerja baca. Sebagai bentuk
tanggap saya baca tidak boleh diselingi keterangan apa pun karena hubungan antara
keduanya sangat mesra. Dalam bentuk pasif, kata ganti saya harus langsung
didekatkan pada kata kerja baca. Seharusnya frasa saya baca tidak dapat diselingi
keterangan aspek. Jadi, kalimat yang efektif adalah:
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
23
(10.a) Buku itu sudah saya baca hingga tamat (koherensi baik).
c) Penekanan
Inti pikiran yang terkandung dalam tiap kalimat (gagasan utama) haruslah
dibedakan dari sebuah kata yang dipentingkan. Gagasan utama kalimat tetap didukung
oleh subjek, dan predikat, sedangkan unsur yang dipentingkan dapat bergeser dari satu
kata ke kata yang lain (Keraf, 2004: 46). Kata-kata yang dianggap penting harus
mendapat tekanan atau lebih ditonjolkan dari unsur-unsur yang lain. Beberapa cara
yang dapat dipergunakan untuk memberi penekanan pada kalimat yaitu dengan cara
mengubah-ubah posisi dalam kalimat, mempergunakan repetisi, pertentangan, dan
partikel penekan.
(1) Mengubah Posisi dalam Kalimat
Sebuah kalimat dapat diubah-ubah strukturnya dengan menempatkan sebuah
kata yang dipentingkan pada awal kalimat (Keraf, 2004: 46). Bagian kalimat yang
diletakkan di awal kalimat dianggap unsur yang penting. Kata-kata yang ditempatkan
pada awal kalimat tersebut dapat mengubah struktur kalimatnya akan tetapi, isi
kalimatnya tidak berubah. Jadi, apabila ide yang dipentingkan diletakkan di awal
kalimat, ide pokoknya menjadi berbeda meskipun kalimat tersebut memiliki
pengertian yang sama. Mengubah posisi dalam kalimat dianggap dapat membuat
maksud kalimat menjadi lebih jelas.
Contoh:
(11) Kami berharap pada kesempatan lain kita dapat membicarakan lagi soal ini (Keraf, 2004: 47).
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
24
Kalimat (11) menunjukkan bahwa kata yang dipentingkan adalah kami, bukan
yang lainnya. Akan tetapi, kita dapat memberi penekanan pada kata-kata lainnya yaitu
harapan kami, pada kesempatan lain, dan kita. Kata-kata tersebut dapat diletakkan
pada awal kalimat dengan konsekuensi bahwa kalimat (11) dapat mengalami
perubahan strukturnya, tetapi isinya tidak berubah. Gagasan utama kalimat tetap
didukung oleh subjek dan predikat. Akan tetapi, kata yang dipentingkan dapat
bergeser dari satu kata ke kata yang lain.
(11.a) Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
(11.b) Pada kesempatan lain kami berharap kita dapat membicarakan lagi sola ini.
(11.c) Kita dapat membicarakan lagi sola ini pada kesempatan lain demikian harapan kami.
(2) Mempergunakan Repetisi
Repetisi adalah pengulangan sebuah kata yang dianggap penting dalam sebuah
kalimat (Keraf, 2004: 47). Pengulangan kata dalam sebuah kalimat dimaksudkan
untuk memberi penegasan pada bagian ujaran yang dianggap penting sehingga akan
lebih jelas maksudnya. Jadi, repetisi digunakan untuk memberi penegasan pada bagian
kalimat yang dianggap penting sehingga maksudnya menjadi lebih jelas. Penegasan
dengan repetisi dapat dilakukan dengan mengulang kata atau frasa yang dianggap
penting dalam kalimat. Apabila kata-kata yang diulang adalah kata yang berimbuhan,
kata tersebut harus memiliki bentuk dasar yang sama.
Contoh:
(12) Kemajuannya menyangkut kemajuan di segala bidang, kemajuan kesadaran politik, kesadaran bermasyarakat, kesadaran berekonomi, kesadaran berkebudayaan, dan kesadaran beragama (Keraf, 2004: 47).
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
25
Pada kalimat (12) unsur yang dianggap penting ditegaskan lagi dengan
mengulang kata tersebut. Kata yang dianggap penting adalah kata kemajuan dan
kesadaran. Untuk mencapai keefektifan kalimat, kata kemajuan dan kesadaran
mendapat repetisi dalam kalimat. Kata kemajuan dan kesadaran ditekankan dengan
menggunakan repetisi dimaksudkan agar kalimat (12) menjadi lebih jelas maksud
yang disampaikan kepada pembaca/pendengar.
(3) Pertentangan
Pertentangan dapat dipergunakan untuk menekan suatu gagasan dalam kalimat
(Keraf, 2004: 48). Agar maksud dari kalimat itu lebih ditonjolkan, diperlukan dua
klausa atau kalimat yang mengandung pertentangan. Penekanan dengan menggunakan
kata penghubung tetapi, meskipun, namun, padahal, dan sedangkan dimaksudkan
untuk menekankan salah satu gagasan pada klausa yang pertama atau klausa yang
kedua. Pada kalimat majemuk kata penghubung ini diletakkan di antara bagian-bagian
yang sederajat itu.
Contoh:
(13) Anak itu rajin dan jujur (Keraf, 2004: 48).
Pada kalimat (13) agar kata rajin dan jujur dapat lebih ditonjolkan, maka
gagasan itu harus ditempatkan dalam suatu posisi pertentangan. Frasa rajin dan jujur
dianggap penting sehingga harus diberi penekanan dengan cara dipertentangkan
dengan frasa atau klausa yang lain. Kata penghubung yang digunakan adalah tetapi
yang diletakkan di depan frasa rajin dan jujur. Klausa yang dipertentangkan misalnya,
anak itu tidak malas dan curang. Jadi, kalimat yang efektif adalah:
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
26
(13.a) Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur (kalimat efektif).
(4) Partikel Penekan
Dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa partikel yang berfungsi untuk
menonjolkan sebuah kata atau ide dalam sebuah kalimat. Partikel-partikel yang
dimaksud adalah lah, pun, kah, yang oleh kebanyakan tata bahasa disebut imbuhan
(Keraf, 2004; 49). Partikel lah, kah, dan tah, ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya, sedangkan partikel pun ditulis terpisah dengan kata yang
mendahuluinya atau mengikutinya. Partikel kah, tah, dan lah bermakna menegaskan,
sedangkan partikel pun bermakna ‘juga’. Partikel pun yang ditulis terpisah dari kata
yang mendahuluinya ialah pun yang menyertai kata kerja, kata ganti, kata benda, dan
kata sifat. Partikel pun dapat melekat pada kata yang mendahuluinya yaitu sebagai
klitika. Klitika biasanya adalah morfem yang pendek paling-paling dua silabe,
biasanya satu, tidak diberi aksen atau tekanan apa-apa; melekat pada kata atau frasa
yang lain, dan memuat arti yang tidak mudah dideskripsikan (Verhaar, 2001: 119).
Misalnya, bagaimanapun, adapun, ataupun, dan kalaupun. Contoh:
(14) Kami turut dalam kegiatan itu (kalimat kurang efektif) (14.a) Kami pun turut dalam kegiatan itu (kalimat efektif).
d) Kevariasian
Variasi adalah menganekaragamkan bentuk-bentuk bahasa agar tetap
terpelihara minat dan perhatian orang (Keraf, 2004: 49). Variasi merupakan suatu
upaya yang bertolak belakang dengan repetisi. Pengulangan kata atau repetisi lebih
banyak menekankan kesamaan bentuk. Akan tetapi, pemakaian bentuk yang sama
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
27
secara berlebihan akan menimbulkan kejenuhan atau kebosanan pada diri
pembaca/pendengar. Untuk menghindari hal tersebut perlu dilakukan variasi dalam
kalimat. Variasi dalam kalimat dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu variasi
sinonim kata, variasi penggunaan bentuk me- dan di-, dan variasi dengan mengubah
posisi dalam kalimat.
(1) Variasi Sinonim Kata
Pemakaian bentuk yang sama secara berlebihan akan menghambarkan selera
pendengar atau pembaca. Oleh karena itu, perlu dilakukan variasi dalam kalimat.
Salah satunya adalah variasi sinonim kata. Variasi berupa sinonim kata atau
penjelasan-penjelasan yang berbentuk kelompok kata pada hakikatnya tidak
mengubah isi dari amanat yang akan disampaikan (Keraf, 2004: 49). Sinonim adalah
dua kata atau lebih yang maknanya kurang lebih sama. Yang sama sebenarnya hanya
informasinya, sedangkan maknanya tidak persis sama. Adanya variasi sinonim kata
dalam kalimat dimaksudkan agar tetap terpelihara minat dan perhatian orang yang
membacanya.
Contoh:
(15) Dari renungan itulah penyair menemukan suatu makna, suatu realitas yang baru, suatu kebenaran yang menjadi ide sentral yang menjiwai seluruh puisi (Keraf, 2004: 50).
Pada kalimat (15) terdapat tiga pengertian yaitu makna, realitas yang baru,
dan kebenaran. Ketiga pengertian itu merupakan hal yang sama yang diperoleh
penyair dalam renungannya itu. Secara leksikal, kata makna, realitas yang baru, dan
kebenaran memiliki arti yang hampir sama. Akan tetapi, informasi yang ingin
disampaikan dalam kalimat (15) adalah sama. Makna artinya arti atau maksud
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
28
perkataan. Realitas artinya kenyataan. Kebenaran artinya keadaan yang sesuai dengan
keadaan yang sesungguhnya.
(2) Variasi Penggunaan Bentuk me- dan di-
Pemakaian bentuk gramatikal yang sama dalam beberapa kalimat berturut-
turut dapat menimbulkan kelesuan pada pembaca (Keraf, 2004: 51). Untuk
menghindari hal itu diperlukan variasi pemakaian bentuk gramatikal terutama dalam
mempergunakan bentuk-bentuk kata kerja yang mengandung prefiks me- dan di-.
Kevariasian dalam kalimat akan membuat kalimat terasa lebih segar karena
pemakaian bentuk yang sama tidak dilakukan secara berlebihan. Apabila bentuknya
bervariasi dalam kalimat, minat dan perhatian pembaca akan tetap terjaga dan
terpelihara.
Contoh:
(16) Memang, cukup mengendorkan semangat kalau kita melihat keadaan di Nusa Tenggara (tidak termasuk Bali dan Lombok) yang tetap ‘tidur nyenyak’ meskipun pemerintah sudah membangun banyak fasilitas pengangkutan laut serta udara (Keraf, 2004: 51).
Kalimat (16) akan terasa lain jika dibuat variasi bentuk gramatikalnya. Kalimat
(16) merupakan kalimat aktif yang ditandai dengan kata kerja mengendorkan, melihat,
dan membangun. Agar kalimat (16) lebih bervariasi, seharusnya dibuat variasi bentuk
me- dan di-. Dengan adanya variasi bentuk me- dan di- pada kalimat (16) diharapkan
dapat terpelihara minat dan perhatian pembaca. Jadi, kalimat efektif yang dibentuk
adalah:
(16.a) Memang, cukup mengendorkan semangat kalau kita melihat keadaan di Nusa Tenggara (tidak termasuk Bali dan Lombok) yang tetap ‘tidur nyenyak’ meskipun fasilitas-fasilitas pengangkutan laut serta udara sudah banyak dibangun (kalimat efektif).
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
29
(3) Variasi dengan Mengubah Posisi dalam Kalimat
Variasi dengan mengubah posisi dalam kalimat sebenarnya mempunyai
hubungan dengan penekanan dalam kalimat. Penekanan adalah memberi penegasan
terhadap unsur yang dianggap penting dalam kalimat. Jadi, unsur yang dianggap
penting dalam kalimat diletakkan di posisi awal kalimat. Sebuah kalimat dapat
dimulai atau didahului dengan frasa benda, frasa kerja, dan frasa keterangan. Hal ini
dilakukan agar bentuk kalimatnya menjadi lebih bervariasi dan efektif.
Contoh:
(17) Pelaksanaan bantuan hukum di negara kita, yang dilaksanakan atas dasar peraturan peninggalan zaman penjajahan dahulu sifatnya sangat terbatas (Keraf, 2004: 52).
Untuk mencapai efektivitas pada kalimat (17) diperlukan variasi dengan
mengubah posisi dalam kalimat. Kalimat (17) diawali dengan frasa benda yaitu
pelaksanaan bantuan hukum. Kalimat (17) akan terasa lain dan lebih bervariasi jika
diawali dengan frasa keterangan yaitu di negara kita. Frasa di negara kita dianggap
unsur yang penting dalam kalimat. Oleh karena itu, frasa di negara kita diletakkan di
awal kalimat. Jadi, kalimat akan lebih efektif jika ditulis:
(17.a) Di negara kita pelaksanaan bantuan hukum yang dilaksanakan atas dasar peraturan peninggalan zaman penjajahan dahulu sifatnya sangat terbatas.
e) Keparalelan (Kesejajaran)
Paralelisme merupakan suatu cara yang digunakan untuk menempatkan
gagasan-gagasan yang sama penting dan sama fungsinya ke dalam suatu
struktur/konstruksi gramatikal yang sama (Keraf, 2004: 52). Kesejajaran bentuk dapat
membantu memberi kejelasan dalam unsur gramatikal dengan mempertahankan
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
30
bagian-bagian yang sederajat dalam kontruksi yang sama. Sebagai contoh: jika salah
satu gagasan itu ditempatkan pada struktur kata benda, kata-kata atau kelompok kata
yang lain yang menduduki fungsi yang sama juga harus ditempatkan dalam struktur
kata benda. Jika salah satu gagasan ditempatkan pada struktur kata kerja, kata-kata
atau kelompok kata yang lain yang menduduki fungsi yang sama juga harus
ditempatkan dalam struktur kata kerja. Kesejajaran dalam kalimat dapat berupa
kesejajaran bentuk dan kesejajaran makna.
Contoh:
(18) Tahap terakhir dari penyelesaian gedung itu adalah: pengecatan seluruh temboknya, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruangnya (kalimat tidak efektif) (Keraf, 2004: 54).
(19) Tahap terakhir dari penyelesaian gedung itu adalah: pengecatan seluruh temboknya, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruangnya (kalimat efektif).
f) Penalaran (Logika)
Bahasa tidak pernah lepas dari penalaran. Tulisan-tulisan yang jelas dan
terarah merupakan perwujudan daripada berpikir logis. Jalan pikiran pembaca dapat
untuk menentukan baik tidaknya kalimat yang disusun dan mudah tidaknya pikirannya
dapat dipahami oleh pembaca/pendengar. Jalan pikiran adalah suatu proses berpikir
yang berusaha untuk menghubungkan evidensi-evidensi menuju suatu kesimpulan
yang masuk akal (Keraf, 2004: 54). Hal ini berarti kalimat-kalimat yang diucapkan
harus dapat dipertanggungjawabkan dari segi akal sehat atau sesuai dengan penalaran.
Untuk memberikan suatu uraian tentang hubungan bahasa dan logika serta
menjamin agar kalimat tidak bertentangan dengan segi penalaran, ada hal dasar
tentang proses berpikir logis yaitu definisi (batasan) dan generalisasi. Setiap pembaca
ingin mengetahui bagaimana batasan arti dari suatu istilah sebelum melangkah lebih
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
31
jauh untuk memahami maknanya. Oleh karena itu, perlu diberikan batasan yang jelas
dan tepat untuk setiap istilah sehingga tulisan itu akan mendapat landasan yang kuat
dan tidak dapat dibantah. Dalam membuat sebuah generalisasi, harus memerhatikan
peristiwa-peristiwa yang dipakai cukup banyak dan meyakinkan. Apabila peristiwa
yang dipakai sebagai dasar generalisasi tidak relevan, generalisasi tersebut akan
ditolak oleh akal sehat.
Contoh Definisi:
(20) Debat adalah bila dua orang atau pihak mempertahankan dengan bukti-bukti tentang sesuatu hal dalam suatu diskusi yang teratur (definisi yang salah).
(21) Debat adalah suatu diskusi yang teratur tentang sesuatu hal antara dua pihak atau lebih (definisi yang benar).
Contoh Generalisasi: (22) Orang-orang yang luar biasa radikal pada masa mudanya selalu
menjadi konservatif bila sudah memperoleh harta dan kekuasaan (generalisasi berlebihan).
(23) Bahkan pemuda-pemuda yang sangat radikal pun tampaknya akan menjadi konsevatif bila sudah memperoleh harta dan kekuasaan (generalisasi baik).
2) Ciri-ciri Kalimat Efektif Menurut Putrayasa
a) Kesatuan (Unity)
Kalimat yang efektif haruslah dapat mengungkapkan sebuah ide pokok atau
satu kesatuan pikiran, baik dalam kalimat inti maupun kalimat luas. Kesatuan pikiran
tersebut dapat dibentuk jika ada keselarasan antara subjek-predikat, predikat-objek,
dan predikat-keterangan (Putrayasa, 2010: 54). Jadi, kesatuan pikiran dibentuk karena
adanya kesatuan bentuk atau struktur kalimat yang disusun oleh unsur-unsur kalimat
sehingga terjadi keseimbangan antara pikiran dan struktur bahasa yang digunakan.
Agar kesatuan gagasan yang hendak disampaikan dapat ditangkap dengan baik oleh
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
32
pembaca/pendengar, sebuah kalimat harus mempunyai subjek dan predikat meskipun
dalam kalimat yang panjang. Selain itu, sebuah subjek tidak dapat diantarkan oleh
partikel karena dapat menyebabkan kedudukan subjeknya menjadi tidak jelas.
Contoh:
(24) Kepada para mahasiswa diharapkan mendaftarkan diri di sekretariat (kalimat tidak efektif) (Putrayasa, 2010: 54).
(24.a) Para mahasiswa diharapkan mendaftarkan diri di sekretariat (kalimat efektif).
b) Kehematan (Economy)
Kehematan adalah adanya hubungan jumlah kata yang digunakan dengan
luasnya jangkauan makna yang diacu (Putrayasa, 2010: 55). Sebuah kalimat dikatakan
hemat jika pembicara memerhatikan seberapa banyakkah kata yang bermanfaat bagi
pembaca atau pendengar bukan dari banyak sedikitnya kata yang digunakan. Oleh
karena itu, kata-kata yang tidak perlu dapat dihilangkan. Menghemat penggunaan
kata-kata dimaksudkan walaupun kata-kata itu ditanggalkan tidak akan mengganggu
makna atau arti dari kalimat tersebut. Kehematan ini menyangkut persoalan
gramatikal dan makna kata dalam kalimat. Cara-cara untuk menghemat kata-kata
dalam kalimat antara lain: mengulang subjek kalimat, menghindari hiponimi, dan
pemakaian kata depan dari dan daripada.
(1) Mengulang Subjek Kalimat
Mengulang subjek kalimat tidak akan membuat kalimat itu menjadi lebih jelas.
Mengulang subjek kalimat dapat menyebabkan pleonasme karena adanya
ketidakhematan dalam menggunakan kata dalam kalimat. Oleh karena itu,
pengulangan subjek dalam kalimat tidak diperlukan. Akan tetapi, pengulangan subjek
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
33
dalam kalimat sering dilakukan penulis tanpa disadari. Hal inilah yang menyebabkan
kalimat menjadi tidak efektif.
Contoh:
(25) Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui mempelai memasuki ruangan (kalimat tidak efektif) (Putrayasa, 2010: 55).
(25.a)Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui mempelai memasuki ruangan (kalimat efektif).
(2) Menghindari Hiponimi
Menurut Putrayasa (2010: 120) hiponimi adalah kata atau ungkapan yang
maknanya termasuk di dalam makna kata atau ungkapan lain. Jadi, di dalam makna
kata tersebut terkandung makna dasar kelompok makna kata yang bersangkutan.
Hiponimi berkaitan dengan makna-makna leksikal suatu kata dalam kalimat.
Hiponimi mempunyai hubungan yang berlaku satu arah. Misalnya, kata merah
merupakan hiponimi warna, kata warna berada di atas kata merah bukan di
bawahnya.
Contoh:
(26) Presiden SBY menghadiri Rapin ABRI hari Senin lalu (kalimat tidak efektif) (Putrayasa, 2010: 56).
(26.a)Presiden SBY menghadiri Rapin ABRI Senin lalu (kalimat efektif).
(3) Pemakaian Kata Depan dari dan daripada
Kehematan dalam pemakaian kata dalam kalimat dapat dilakukan dengan
pemakaian kata depan dengan tepat sesuai fungsinya. Penggunaan kata depan
(preposisi) harus ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya. Penggunaan kata
depan dari dalam bahasa Indonesia dipakai untuk menunjukkan arah (tempat), asal
(asal usul), sedangkan kata depan daripada berfungsi untuk membandingkan sesuatu
benda atau hal dengan benda atau hal lainnya. Kehematan penggunaan kata dengan
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
34
menanggalkan kata depan yang kurang tepat dan dianggap berlebihan pada kalimat
dapat membuat suatu kalimat menjadi lugas karena dengan menanggalkan kata depan
tersebut tidak akan mengubah arti atau maksud kalimat. Akan tetapi, ada penggunaan
kata depan yang memang tidak dapat ditanggalkan pada kalimat sehingga kalimat
tersebut menjadi efektif.
Contoh:
(27) Anak dari tetangga saya Senin ini akan dilantik menjadi dokter (kalimat tidak efektif) (Putrayasa, 2010: 56).
(27.a) Anak tetangga saya Senin ini akan dilantik menjadi dokter (kalimat efektif).
c) Penekanan (Emphasis)
Penegasan dalam kalimat adalah upaya pemberian aksentuasi, pementingan
atau pemusatan perhatian pada salah satu unsur atau bagian kalimat, agar unsur atau
bagian kalimat yang diberi penegasan itu lebih mendapat perhatian dari
pendengar/pembicara (Putrayasa, 2010: 56). Ide pokok atau inti pikiran dalam sebuah
kalimat harus diberi penekanan atau penegasan. Pemberian penegasan pada bagian
kalimat yang dianggap penting dapat membuat maksud kalimat menjadi lebih jelas.
Dalam penulisan kalimat efektif ada beberapa cara untuk memberi penekanan pada
kalimat, di antaranya: pemindahan letak frasa, mengulang kata-kata yang sama,
penegasan dengan partikel, penegasan dengan kata keterangan, penegasan dengan
kontras makna, penegasan dengan pemindahan unsur, dan penegasan dengan bentuk
pasif.
(1) Pemindahan Letak Frasa
Untuk memberi penekanan pada bagian tertentu sebuah kalimat, penulis dapat
memindahkan letak frasa atau bagian kalimat itu pada bagian depan kalimat
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
35
(Putrayasa, 2010: 57). Pemindahan letak frasa pada bagian depan kalimat disebut juga
dengan pengutamaan bagian kalimat. Artinya, unsur yang diletakkan pada awal
kalimat merupakan unsur yang ditekankan/ditegaskan. Memindahkan letak frasa
dalam kalimat dianggap dapat membuat maksud kalimat menjadi lebih jelas. Oleh
karena itu, memindahkan letak frasa dalam kalimat dapat digunakan untuk mencapai
keefektifan kalimat.
(2) Mengulang Kata-kata yang Sama
Pengulangan kata dalam sebuah kalimat dapat diperlukan dengan maksud
memberi penegasan pada bagian kalimat yang dianggap penting (Putrayasa, 2010: 57).
Mengulang kata-kata yang sama (repetisi) dianggap dapat membuat maksud kalimat
menjadi lebih jelas. Penegasan dengan repetisi dapat dilakukan dengan mengulang
kata atau frasa yang dianggap penting dalam kalimat. Apabila kata-kata yang
mendapat pengulangan adalah kata yang berimbuhan, kata-kata itu harus memiliki
bentuk dasar yang sama. Oleh karena itu, mengulang kata-kata yang sama yang
dianggap unsur yang penting dalam kalimat dapat digunakan untuk mencapai
keefektifan kalimat.
(3) Penegasan dengan Partikel
Penegasan dalam kalimat dapat dilakukan dengan memberi partikel penekan
terhadap unsur yang ditonjolkan dalam kalimat. Hal ini dianggap dapat membuat
maksud kalimat menjadi lebih jelas (Putrayasa, 2010: 58). Partikel penekan yang ada
dalam bahasa Indonesia adalah yang, lah-yang, dan pun-lah. Partikel yang
ditempatkan di antara subjek dan predikat dalam kalimat verbal (kalimat yang
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
36
predikatnya kata kerja) atau kalimat ajektival (kalimat yang predikatnya kata sifat).
Partikel lah-yang digunakan di antara subjek dan predikat pada sebuah kalimat verbal
atau kalimat ajektival. Partikel pun-lah digunakan: pun digunakan di antara subjek dan
predikat, sedangkan –lah dirangkaikan pada predikat yang berupa kata kerja intrasitif.
Contoh:
(28) Gadis yang cantik. (29) Akulah yang meminjam bukumu. (30) Mereka pun berangkatlah dengan segera.
(4) Penegasan dengan Kata Keterangan
Penegasan dalam kalimat dapat dilakukan dengan menggunakan kata
keterangan. Penegasan dengan kata keterangan dapat digunakan untuk mencapai
keefektifan kalimat. Keterangan penegas yang lazim digunakan untuk memberi
penegasan adalah kata memang (Putrayasa, 2010: 59). Kata memang dapat digunakan
untuk memberi penegasan pada subjek dan dapat juga pada predikat kalimat.
Penegasan kalimat dengan kata keterangan penegas masih dapat pula lebih ditegaskan
lagi dengan partikel penegas. Partikel penegas yang dapat digunakan adalah partikel –
lah. Contoh:
(31) Memang dialah yang belum tahu (sedangkan kami semua sudah tahu).
(5) Penegasan dengan Kontras Makna
Penegasan dalam kalimat dapat dilakukan dengan kontras makna. Penegasan
dengan kontras makna dilakukan terhadap kalimat majemuk setara. Kalimat majemuk
setara adalah gabungan beberapa kalimat tunggal menjadi sebuah kalimat yang lebih
besar, dan tiap-tiap kalimat tunggal yang digabungkan tidak kehilangan unsur-
unsurnya (Putrayasa, 2009: 49). Agar makna kalimat lebih ditonjolkan, diperlukan dua
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
37
kalimat yang mengandung perbandingan. Makna kalimat pertama dari kalimat
majemuk menjadi terasa lebih tegas karena dikontraskan atau dipertentangkan dengan
makna pada klausa kedua. Kata penghubung yang dapat digunakan untuk
menghubungkan dua klausa yang mengandung perbandingan misalnya, padahal.
Contoh:
(32) Rata-rata penduduk di negeri itu kaya raya padahal tanah mereka tandus dan gersang.
(6) Penegasan dengan Pemindahan Unsur
Penegasan dalam kalimat dapat dilakukan dengan cara pemindahan unsur.
Pemindahan unsur adalah memindahkan unsur atau bagian kalimat ke posisi awal
kalimat (Putrayasa, 2010: 60). Memindahkan unsur kalimat akan mengubah struktur
kalimat secara keseluruhan. Sebuah kalimat tidak selalu diawali dengan unsur subjek.
Apabila unsur predikat, objek, atau keterangan yang ingin ditonjolkan/ditegaskan,
maka unsur tersebut harus diletakkan pada posisi awal kalimat.
(7) Penegasan dengan Bentuk Pasif
Penegasan dalam kalimat dapat dilakukan dengan bentuk pasif. Penegasan
dengan bentuk pasif dapat digunakan untuk mencapai keefektifan sebuah kalimat.
Penegasan dengan bentuk pasif dimaksudkan untuk lebih menegaskan peranan objek
penderita. Objek dalam kalimat aktif transitif tidak dapat dipindahkan ke posisi awal
kalimat karena kedudukannya erat sekali dengan predikat (Putrayasa, 2010: 63). Jadi,
jika peranan objek tersebut ingin lebih ditegaskan, kalimatnya harus diubah dulu dari
kalimat aktif menjadi kalimat pasif. Dengan demikian, peranan ‘penderita’ dari objek
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
38
dapat tetap dipertahankan walaupun fungsinya berubah menjadi subjek, tetapi
peranannya tetap sebagai penderita.
Contoh:
(33) Pohon tua itu ditebang kakak tadi pagi (Putrayasa, 2010: 64).
Kalimat (33) merupakan kalimat pasif yang berasal dari kalimat asal “Kakak
menebang pohon tua itu tadi pagi”. Pada kalimat (33) frasa pohon tua itu menduduki
fungsi subjek. Ditebang sebagai predikat. Kakak sebagai objek. Tadi pagi sebagai
keterangan. Pohon tua itu walaupun sudah berfungsi sebagai subjek, tetapi
peranannya tetap sebagai penderita.
d) Kevariasian (Variety)
Suatu kalimat yang ditulis dengan mempergunakan pola kalimat yang sama
akan membuat suasana menjadi monoton atau datar sehingga akan menimbulkan
kebosanan pada pembaca. Demikian juga, apabila kalimat yang panjang terus-
menerus digunakan akan membuat pembaca kehilangan pegangan akan ide pokok
yang dapat menimbulkan kelelahan pada pembaca. Untuk itu, dalam penulisan
diperlukan pola dan bentuk kalimat yang bervariasi. Ciri kevariasian akan diperoleh
jika kalimat yang satu dibandingkan dengan kalimat yang lain (Putrayasa, 2010: 65).
Variasi dalam kalimat yang dapat dilakukan dengan berbagai cara di antaranya:
variasi dalam pembukaan kalimat, variasi dalam pola kalimat, variasi dalam jenis
kalimat, dan variasi bentuk aktif-pasif.
(1) Variasi dalam Pembukaan Kalimat
Ada beberapa kemungkinan untuk memulai kalimat demi mencapai
keefektivitas yaitu dengan variasi pada pembukaan kalimat. Dalam variasi pembukaan
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
39
kalimat, sebuah kalimat dapat dimulai atau didahului dengan frasa keterangan, frasa
benda, frasa kerja, dan partikel penghubung (Putrayasa, 2010: 65). Oleh karena itu,
sebuah kalimat tidak selalu diawali dengan unsur subjek, tetapi dapat diawali dengan
unsur lain dalam kalimat. Variasi pembukaan kalimat mempunyai hubungan dengan
penekanan dalam kalimat. Artinya, unsur yang diletakkan di awal kalimat merupakan
unsur yang ditegaskan karena dianggap penting.
Contoh:
(34) Pikiran yang menghantuinya selama ini dibuangnya jauh-jauh (kalimat diawali dengan frasa benda).
(35) Dibuangnya jauh-jauh pikiran yang menghantuinya selama ini (kalimat diawali dengan frasa kerja).
(2) Variasi dalam Pola Kalimat
Untuk mencapai efektivitas kalimat dan menghindari suasana monoton yang
dapat menimbulkan kebosanan dapat dilakukan dengan variasi pola kalimat. Pola
kalimat tidak harus diawali dengan unsur subjek. Akan tetapi, dapat diawali dengan
unsur-unsur kalimat yang lain seperti predikat, objek, dan keterangan. Pola kalimat
subjek-predikat-objek (S-P-O) dapat diubah menjadi predikat-objek-subjek (P-O-S),
subjek-objek-predikat (S-O-P) atau yang lainnya (Putrayasa, 2010: 65). Pola kalimat
yang subjeknya di depan disebut sebagai kalimat biasa. Sementara itu, jika pola
kalimat unsur predikatnya diletakkan di depan disebut dengan kalimat inversi total.
Struktur inversi total terjadi jika kalau frasa predikat secara keseluruhan mendahului
subjek atau predikat inti saja mendahului subjek (Putrayasa, 2009: 22).
Contoh:
(36) Dokter muda itu belum dikenal oleh masyarakat desa Sukamaju (kalimat biasa) (Putrayasa, 2010: 65).
S P O
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
40
(37) Belum dikenal oleh masyarakat desa Sukamaju dokter muda itu (kalimat inversi). P O S
(3) Variasi dalam Jenis Kalimat
Untuk mencapai efektivitas sebuah kalimat berita, dapat dikatakan dalam
kalimat tanya atau kalimat perintah (Putrayasa, 2010: 66). Kalimat berita adalah
kalimat yang mendukung suatu pengungkapan peristiwa atau kejadian (Putrayasa,
2009: 19). Kalimat tanya adalah kalimat yang mengandung suatu pertanyaan
(Putrayasa, 2009: 26). Artinya, kalimat tanya dibentuk untuk memancing responsi
yang berupa jawaban. Kalimat tanya dapat ditandai oleh partikel tanya seperti kah,
atau kata tanya apa, bagaimana, mengapa, dll. Pemakaian kalimat berita secara terus
menerus dalam bacaan akan menimbulkan suasana yang monoton atau datar sehingga
dapat menimbulkan kebosanan pada diri pembaca. Oleh karena itu, diperlukan variasi
jenis kalimat dalam kalimat berita.
(4) Variasi Bentuk Aktif-Pasif
Pemakaian bentuk gramatikal yang sama dalam beberapa kalimat berturut-
turut dapat menimbulkan kelesuan pada pembaca. Untuk menghindari hal tersebut
diperlukan variasi pemakaian bentuk gramatikal terutama dalam mempergunakan
bentuk-bentuk kata kerja yang mengandung prefiks me- dan di-. Kevariasian dalam
kalimat akan membuat kalimat terasa lebih segar. Hal ini karena, pemakaian bentuk
yang sama tidak dilakukan secara berlebihan dalam kalimat. Apabila bentuknya
bervariasi, minat dan perhatian pembaca dapat tetap terpelihara.
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
41
3) Ciri-ciri Kalimat Efektif Menurut Wibowo
a) Keharmonian
Keharmonian sebuah kalimat ditunjukkan oleh kemampuan penulis dalam
menyelaraskan antara gagasannya dan struktur bahasa yang digunakan (Wibowo,
2009: 95). Sebuah kalimat dikatakan efektif dapat ditentukan dari keharmonian atau
keseimbangan antara gagasan dan struktur bahasa yang dipakai. Keharmonian kalimat
dapat dilihat dengan cara: subjek dan predikatnya jelas, tidak mengandung makna
ganda, dan cermat dalam menggunakan kata penghubung. Oleh karena itu, sebuah
kalimat sekurang-kurangnya harus memiliki subjek dan predikat. Pemakaian kata
penghubung harus cermat agar tidak mengaburkan salah satu fungsi unsur dalam
kalimat. Kalimat yang memiliki subjek yang sama tidak perlu ditulis ulang pada
klausa berikutnya agar tercapai keefektifan kalimat.
b) Keparalelan
Untuk mencapai efektivitas kalimat dapat dilakukan dengan paralelisme.
Keparalelan adalah kesejajaran atau kesejajaran unsur pembentuk kata atau klausa
yang digunakan dalam kalimat (Wibowo, 2009: 97). Apabila suatu bentuk dinyatakan
dalam kata benda (“pe-an” atau “ke-an”), bentuk berikutnya juga harus dinyatakan
dalam kata benda. Begitu pun, jika suatu bentuk dinyatakan dalam kata kerja (“me-
kan” atau “di-kan”), bentuk berikutnya yang sederajat juga harus dinyatakan dalam
kata kerja. Kesejajaran bentuk dilakukan agar tercipta kesejajaran bentuk-bentuk yang
sederajat dalam kalimat sehingga terbentuk kalimat yang efektif.
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
42
c) Ketegasan
Ketegasan dalam kalimat dilakukan untuk menonjolkan gagasan atau ide
pokok kalimatnya (Wibowo, 2009: 98 ). Ide pokok yang dianggap penting perlu diberi
penegasan agar dapat diketahui oleh pembaca. Gagasan utama kalimat tetap didukung
oleh subjek dan predikat, sedangkan unsur terpenting yang dipentingkan dapat
bergeser dari satu kata ke kata yang lain. Memberikan penegasan pada kalimat dapat
dilakukan dengan berbagai cara. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk memberi
penegasan dalam kalimat di antaranya:
(1) meletakkan kata yang ditonjolkan pada awal kalimat,
(2) membuat urutan suatu proses atau peristiwa dengan gambaran logis,
(3) pengulangan terhadap kata yang ingin ditegaskan,
(4) pertentangan terhadap ide yang ingin ditegaskan,
(5) menggunakan partikel penegas.
d) Kehematan
Kehematan yaitu tidak menggunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang
dianggap tidak perlu (Wibowo, 2009: 100). Kehematan dalam kalimat dilakukan agar
tidak terjadi pleonasme. Kalimat yang mengandung pleonasme dianggap sebagai
kalimat yang tidak efektif. Seorang penulis/pembicara harus dapat memilih kata-kata
yang tepat agar informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh
pembaca/pendengar. Cara-cara yang dapat dilakukan dalam kehematan pemakaian
kata-kata dalam kalimat di antaranya:
(1) menghindari pengulangan subjek,
(2) menghindari pemakaian superordinat pada hiponimi kata,
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
43
(3) menghindari dua kata yang bersinonim yang dipakai sekaligus dalam sebuah
kalimat,
(4) tidak menjamakkan kata-kata yang bentuk (dan maknanya) sudah jamak.
e) Kecermatan
Kecermatan yaitu cermat menggunakan kata-kata dalam kalimat, sehingga
kalimat tersebut tidak ambigu/menimbulkan tafsir ganda (Wibowo, 2009: 101).
Kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda pada diri pembaca, maka kalimat
tersebut merupakan kalimat tidak efektif. Seorang penulis harus cermat menggunakan
kata-kata dalam menyusun sebuah kalimat. Hal ini agar maksud atau makna yang
terkandung dalam kalimat tersebut menjadi lebih jelas. Penggunaan tanda hubung dan
juga penghilangan salah satu unsur pada frasa dapat digunakan untuk menghindari
salah tafsir pada kalimat. Frasa merupakan satu konstruksi kebahasaan yang terdiri
dari dua kata atau lebih (Parera, 2009: 61).
f) Kelogisan
Kelogisan yakni logis dalam mengemukakan ide kalimat (Wibowo, 2009:
101). Ide kalimat harus disusun secara logis agar kalimat tersebut tidak bertentangan
dengan segi penalaran. Sebuah kalimat dikatakan efektif jika dapat
dipertanggungjawabkan dari segi akal sehat atau penalaran. Oleh karena itu, suatu
kalimat harus ditulis secara jelas dan terarah. Seorang penulis harus mampu menyusun
kalimat yang dapat diterima secara logis agar informasi yang disampaikan dapat
diterima dengan baik oleh pembaca. Misalnya, “Untuk mempersingkat waktu”
(seharusnya, “untuk menghemat waktu”, karena waktu tidak bisa dipersingkat).
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
44
g) Kevariasian
Variasi dalam kalimat ditujukan agar pembaca tidak cepat merasa bosan dalam
membaca sebuah tulisan. Hal ini karena kalimat yang pola kalimatnya selalu sama
akan membuat suasana yang monoton sehingga dapat menghambarkan selera
pembaca. Variasi dalam kalimat biasanya dilakukan pada pembukaan kalimat atau
untuk mengawali sebuah tulisan (Wibowo, 2009: 102). Akan tetapi, ciri kevariasian
akan diperoleh jika kalimat yang satu dibandingkan dengan kalimat yang lain.
Kemungkinan variasi kalimat di antaranya:
(1) membentuk kalimat pembuka dengan frasa keterangan, frasa benda, frasa kerja,
dan dengan partikel penghubung,
(2) membentuk kalimat pembuka dengan menempatkan subjek atau predikat pada
awal kalimat.
4) Simpulan Ciri-ciri Kalimat Efektif
a) Kesatuan Pikiran
Kesatuan pikiran dibentuk karena adanya kesatuan bentuk atau struktur
kalimat yang dibentuk oleh unsur-unsur kalimat sehingga terjadi keseimbangan antara
pikiran dan struktur kalimat yang digunakan. Kesatuan pikiran dalam kalimat dapat
diwakili oleh unsur subjek, predikat, dan sekurang-kurangnya unsur objek dan
keterangan. Hal ini berarti ada keselarasan antara subjek-predikat, predikat-objek, dan
predikat-keterangan dalam kalimat. Kesatuan pikiran dalam kalimat dapat berbentuk
kesatuan tunggal dan kesatuan gabungan. Sebuah kalimat dikatakan efektif jika
mempunyai kesatuan pikiran yang utuh baik, dalam kesatuan tunggal maupun
kesatuan gabungan.
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
45
(1) Kesatuan Tunggal
Kesatuan tunggal adalah kesatuan pikiran yang terdiri atas satu klausa. Oleh
karena itu, kesatuan tunggal disebut juga kalimat tunggal. Hal ini karena, kesatuan
tunggal hanya memiliki satu ide tunggal dalam kalimat. Keefektifan kalimat dalam
kalimat tunggal dapat dibentuk apabila ada kesatuan pikiran dalam kalimat. Artinya,
dalam kalimat tersebut hanya terdapat satu gagasan pokok.
(2) Kesatuan Gabungan
Kesatuan gabungan adalah kesatuan pikiran yang terbentuk dari dua gagasan
pokok atau lebih dalam kalimat. Oleh karena itu, kesatuan gabungan dapat berbentuk
kalimat majemuk. Kesatuan gabungan tersebut bisa terdapat dalam kalimat majemuk
setara maupun kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk setara dapat dibentuk
jika kedua klausa dihubungkan dengan kata penghubung koordinatif. Kalimat
majemuk bertingkat dapat dibentuk jika antara klausa yang satu dengan yang lain
dihubungkan dengan kata penghubung subordinatif. Jadi, kesatuan gabungan terdiri
atas dua klausa atau lebih yang dihubungkan oleh kata penghubung sehingga
kalimatnya menjadi padu.
b) Kekoherensian
Koherensi adalah hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur-
unsur yang membentuk kalimat. Hubungan antara unsur-unsur dalam kalimat harus
dapat saling menjelaskan dengan baik dan jelas. Jadi, koherensi lebih menekankan
segi struktur atau inter-relasi antara kata-kata yang menduduki sebuah tugas dalam
kalimat. Keefektifan kalimat dapat dibentuk apabila sebuah kalimat memiliki
koherensi yang baik dan kompak. Akan tetapi, ada beberapa hal yang dapat merusak
koherensi kalimat di antaranya.
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
46
(1) Penempatan Kata Tidak Sesuai Pola Kalimat
Penempatan kata yang tidak sesuai dengan pola kalimat akan mengakibatkan
kerancuan (kontaminasi) dalam kalimat. Kalimat yang rancu adalah kalimat yang
kacau atau kalimat yang susunannya tidak teratur sehingga informasinya sulit
dipahami oleh pembaca. Kalimat yang pola kalimatnya tidak tepat akan menyebabkan
makna kalimatnya menjadi tidak logis. Oleh karena itu, kalimat yang kacau
susunannya termasuk kalimat yang tidak efektif. Keefektifan kalimat dapat dibentuk
jika penempatan kata-kata dalam kalimat harus sesuai dengan pola kalimatnya.
(2) Pemakaian Kata Depan dan Kata Penghubung Tidak Tepat
Penggunaan kata depan dan kata penghubung yang tidak tepat dalam kalimat
dapat menyebabkan hubungan di antara unsur-unsur kalimat menjadi tidak padu.
Penggunaan kata depan dan kata penghubung harus disesuaikan dengan fungsinya
sehingga terbentuk koherensi yang baik dalam kalimat. Kata penghubung koordinatif
dan subordinatif harus digunakan dengan tepat sehingga terbentuk hubungan makna
yang baik dalam kalimat. Kata penghubung koordinatif adalah kata penghubung yang
menghubungkan dua konstituen yang kedudukannya sederajat. Kata penghubung
subordinatif adalah kata penghubung yang menghubungkan dua kontituen yang
kedudukannya tidak sederajat.
(3) Pemakaian Kata yang Maknanya Tumpang Tindih
Pemakaian dua kata yang searti dapat merusak koherensi kalimat. Pemakaian
kata-kata yang berlebihan atau yang searti disebut pleonasme. Gejala pleonasme harus
dihindari dalam menyusun kalimat karena dapat menyebabkan kalimat menjadi tidak
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
47
efektif. Oleh karena itu, penulis harus berhati-hati dalam menggunakan kata-kata yang
maknanya tumpang tindih dalam kalimat agar tidak terjadi pleonasme. Hal ini karena,
keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan menghindari pleonasme yaitu bentuk
jamak dinyatakan dua kali dalam kalimat. Bentuk jamak yang dinyatakan dua kali
dalam kalimat tidak akan membuat maksud kalimat menjadi lebih jelas sehingga
pemakaiannya harus dihindari.
(4) Penempatan Keterangan Aspek Tidak Tepat
Penempatan keterangan aspek dengan tidak tepat pada kata kerja tanggap
dapat merusak koherensi kalimat. Koherensi yang rusak menyebabkan kalimatnya
menjadi tidak efektif. Pada kata kerja tanggap penulisan kata ganti orang harus
langsung didekatkan pada kata kerjanya sehingga tidak dapat disisipi oleh keterangan
aspek. Hal ini karena hubungan antara persona dan verba pada kata kerja tanggap
sangat mesra. Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan menempatkan keterangan
aspek dengan tepat dalam kalimat, khususnya dalam kata kerja pasif.
c) Penekanan (Penegasan)
Penekanan atau penegasan dalam kalimat adalah pementingan atau pemusatan
perhatian pada salah satu unsur atau bagian kalimat agar unsur atau bagian kalimat
tersebut lebih mendapat perhatian dari pembaca. Unsur yang dipentingkan dapat
bergeser dari satu kata ke kata lain dalam kalimat. Inti pikiran yang terkandung dalam
tiap kalimat (gagasan utama) haruslah dibedakan dari sebuah kata yang dipentingkan.
Akan tetapi, gagasan utama kalimat tetap didukung oleh subjek dan predikat. Ada
berbagai cara untuk memberi penekanan pada kalimat di antaranya.
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
48
(1) Mengubah Posisi dalam Kalimat
Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan memberi penekanan terhadap
unsur yang dianggap penting dalam kalimat. Memberi penekanan terhadap unsur yang
dianggap penting dalam kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi dalam
kalimat. Walaupun posisi kalimat berubah, gagasan utama dalam kalimat tetap
didukung oleh subjek dan predikat. Mengubah posisi dalam kalimat dianggap dapat
membuat maksud kalimat menjadi lebih jelas sehingga kalimatnya menjadi efektif.
Unsur kalimat yang diletakkan di awal kalimat merupakan unsur yang dipentingkan
dalam kalimat.
(2) Mempergunakan Repetisi
Memberi penekanan terhadap unsur yang dianggap penting dalam kalimat
dapat dilakukan dengan mempergunakan repetisi. Penegasan dengan repetisi dapat
dilakukan dengan mengulang kata atau frasa yang dianggap penting dalam kalimat.
Jadi, unsur yang dipentingkan tersebut mendapat pengulangan kata dalam kalimat.
Mempergunakan repetisi dalam kalimat dapat membuat maksud kalimat menjadi lebih
jelas. Hal ini dapat dilakukan untuk mencapai keefektifan kalimat.
(3) Pertentangan
Keefektifan kalimat dapat dilakukan dengan cara memberi penekanan terhadap
suatu gagasan dalam kalimat dengan mempergunakan pertentangan. Pertentangan
dapat digunakan untuk menekan suatu gagasan dalam kalimat. Unsur yang
dipertentangkan merupakan unsur yang dianggap penting dalam kalimat. Penekanan
dengan pertentangan dimaksudkan untuk menekankan salah satu gagasan pada klausa
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
49
yang pertama atau pada klausa yang kedua dalam kalimat. Mempergunakan
pertentangan dalam kalimat dimaksudkan untuk membuat makna kalimat menjadi
lebih jelas.
(4) Partikel Penekan
Keefektifan kalimat dapat dilakukan dengan cara memberi penekanan dengan
partikel penekan pada unsur yang ditegaskan dalam kalimat. Penggunaan partikel
penekan dalam kalimat harus tepat agar kalimatnya menjadi efektif. Hal ini karena,
ada partikel yang ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya (lah, kah, dan
tah) dan ada yang ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya (partikel pun yang
menyertai kata kerja, kata ganti, kata benda, dan kata sifat). Ketepatan penulisan
partikel dalam kalimat dapat mempengaruhi keefektifan kalimat. Oleh karena itu,
seorang penulis/pengarang harus dapat membedakan penulisan partikel antara yang
ditulis dipisah dengan kata yang mengikutinya dan yang ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya.
(5) Kata Keterangan
Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan cara memberi penekanan dengan
kata keterangan. Pemakaian kata keterangan dalam kalimat harus tepat agar
membentuk kalimat yang efektif. Kata keterangan lazim yang digunakan adalah
memang. Kata memang dapat memberi penegasan pada subjek dan predikat.
Penegasan dengan kata keterangan juga dapat ditegaskan lagi dengan menggunakan
partikel penekan misalnya, -lah.
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
50
(6) Kontras Makna
Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan cara memberi penekanan dengan
kontras makna. Penegasan dengan kontras makna dilakukan terhadap kalimat
majemuk setara. Makna klausa yang pertama menjadi terasa lebih tegas karena
dikontraskan atau dibandingkan dengan makna klausa yang kedua. Untuk itu,
diperlukan dua kalimat yang mengandung pertentangan/perbandingan. Kata
penghubung yang digunakan misalnya, padahal.
(7) Pemindahan Unsur
Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan cara memberi penekanan dengan
pemindahan unsur dalam kalimat. Pemindahan unsur adalah memindahkan unsur atau
bagian kalimat ke posisi awal kalimat. Memindahkan unsur kalimat akan mengubah
struktur kalimat secara keseluruhan. Jadi, sebuah kalimat tidak selalu diawali dengan
unsur subjek. Unsur yang diletakkan di awal kalimat adalah unsur yang
ditegaskan/ditekankan dapat berupa subjek, predikat, objek, atau keterangan/
(8) Bentuk Pasif
Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan cara memberi penekanan dengan
bentuk pasif. Bentuk pasif adalah bentuk kata kerja di-. Penegasan dalam bentuk
kalimat pasif dimaksudkan untuk lebih menegaskan peranan objek penderita. Jadi, jika
peranan objek ingin lebih ditegaskan, sebuah kalimat harus diubah dulu dari kalimat
aktif menjadi kalimat pasif. Hal ini agar peranan’ penderita’ dari objek dapat tetap
dipertahankan walaupun fungsinya berubah menjadi subjek, tetapi peranannya tetap
sebagai penderita.
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
51
(9) Urutan Peristiwa/Proses Dibuat dengan Gambaran Logis
Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan memberi penekanan dengan
membuat urutan peristiwa/proses dengan gambaran yang logis. Membuat urutan yang
logis adalah membuat urutan ide atau gagasan yang makin lama makin penting. Jadi,
ide atau gagasan yang diletakkan di bagian paling akhir adalah ide atau gagasan yang
paling penting. Sebuah peristiwa harus disusun secara runtut dan kronologis agar
ceritanya mudah dipahami oleh pembaca. Oleh karena itu, tiap tahap peristiwa
tersebut harus dijelaskan dengan detail dan tegas sehingga pembaca dapat melihat
seluruh proses itu dengan jelas.
d) Kevariasian
Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan cara menganekaragamkan bentuk-
bentuk bahasa. Menganekaragamkan bentuk-bentuk bahasa dimaksudkan untuk
memelihara minat dan perhatian pembaca. Hal ini karena pemakaian bentuk yang
sama secara berlebihan dalam kalimat akan menghambarkan selera pembaca. Oleh
karena itu, diperlukan variasi dalam kalimat. Kemungkinan-kemungkinan variasi
dalam kalimat antara lain sebagai berikut.
(1) Pembukaan Kalimat
Variasi pada pembukaan kalimat dapat dilakukan untuk mencapai keefektifan
kalimat. Variasi pembukaan kalimat berhubungan dengan penekanan dalam kalimat.
Jadi, unsur yang dianggap penting ditegaskan dengan diletakkan di awal kalimat.
Dengan variasi pembukaan kalimat, sebuah kalimat dapat diawali dengan frasa
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
52
keterangan, frasa benda, frasa kerja, dan partikel penghubung. Jadi, sebuah kalimat
tidak hanya diawali dengan unsur subjek saja.
(2) Pola Kalimat
Variasi pola kalimat dapat dilakukan untuk mencapai keefektifan kalimat. Pola
kalimat dapat diubah-ubah sehingga sebuah kalimat tidak harus diawali dengan
subjek. Sebuah kalimat dapat diawali dengan unsur predikat, objek, atau keterangan.
Hal ini dilakukan untuk menghindari suasana yang monoton sehingga pembaca tidak
cepat merasa jenuh dengan pola kalimat yang selalu sama. Pola kalimat yang
bervariasi dapat memelihara minat dan perhatian pembaca.
(3) Jenis Kalimat
Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan membuat variasi jenis kalimat. Hal
ini karena bentuk kalimat berita yang dibuat secara terus-menerus dapat membuat
pembaca merasa bosan. Untuk itu, diperlukan variasi jenis kalimat dalam kalimat
berita yang berupa kalimat tanya. Penulisan kalimat tanya harus dilakukan dengan
tepat agar dapat membentuk kalimat yang efektif. Hal ini karena, penulisan kata tanya
dengan tidak tepat dapat menyebabkan kalimat menjadi tidak efektif.
(4) Penggunaan Bentuk me- dan di-
Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan cara penggunaan bentuk me- dan
di- dalam kalimat. Variasi bentuk me- dan di- dalam kalimat akan membuat kalimat
terasa lebih segar. Bentuk kalimat yang selalu sama dan dilakukan secara berlebihan
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
53
akan menimbulkan kejenuhan pada diri pembaca. Oleh karena itu, pemakaian bentuk
yang sama secara berlebihan harus dihindari. Hal ini karena, apabila bentuknya
bervariasi, minat dan perhatian pembaca dapat tetap terpelihara.
(5) Sinonim Kata
Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan variasi sinonim kata. Variasi
berupa sinonim kata yang berbentuk kelompok kata pada hakikatnya tidak mengubah
isi dari amanat yang akan disampaikan. Sinonim adalah dua kata atau lebih yang
maknanya kurang lebih sama. Sinonim kata berkaitan dengan makna-makan leksikal
pada kata tersebut. Variasi sinonim kata dimaksudkan untuk membuat makna dan
maksud kalimat menjadi lebih jelas.
e) Keparalelan (Kesejajaran)
Paralelisme adalah menempatkan gagasan-gagasan yang sama penting dan
sama fungsinya ke dalam suatu struktur gramatikal yang sama. Kesejajaran akan
membantu memberi kejelasan kalimat secara keseluruhan. Kesejajaran bentuk
memberi kejelasan dalam unsur gramatikal suatu kalimat dengan mempertahankan
bagian-bagian yang sederajat dalam kontruksi yang sama. Kesejajaran dalam kalimat
dapat berupa kesejajaran bentuk dan kesejajaran makna. Kesejajaran bentuk dan
kesejajaran makna dalam kalimat dapat digunakan untuk mencapai keefektifan
kalimat.
(1) Kesejajaran Bentuk
Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan memberi kesejajaran bentuk dalam
kalimat. Kesejajaran bentuk terjadi bila ada kesejajaran bentuk antara ide-ide yang
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
54
sederajat dalam kalimat. Ide yang disejajarkan dapat berupa unsur subjek, predikat,
ataupun objek. Jika sebuah ide dinyatakan dengan kata kerja berimbuhan, ide-ide yang
sederajat harus dinyatakan dengan kata kerja yang berimbuhan sama. Jika sebuah
kalimat mengandung kesejajaran bentuk, maka kalimat tersebut termasuk kalimat
yang efektif.
(2) Kesejajaran Makna
Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan memberi kesejajaran makna dalam
kalimat. Antara bentuk dan makna memiliki hubungan yang erat. Makna yang
terkandung dalam satuan fungsional yakni unsur kalimat yang berkedudukan sebagai
subjek, predikat, objek, dan keterangan. Oleh karena itu, fungsi unsur tersebut
ditentukan oleh relasi makna antar unsur. Antara subjek dan predikat, predikat dan
objek harus sejajar maknanya dalam kalimat.
(f) Penalaran (Logika)
Penalaran adalah suatu kegiatan yang memungkinkan seseorang berpikir secara
logis atau masuk akal. Kalimat yang nalar adalah kalimat yang masuk akal. Artinya,
kalimat tersebut dapat diterima oleh akal sehat pembaca. Keefektifan kalimat dapat
dibentuk jika makna kalimatnya logis atau masuk akal. Untuk menjamin agar kalimat
tidak bertentangan dengan penalaran diperlukan suatu definisi dan generalisasi.
(1) Definisi
Definisi atau batasan yang tepat merupakan kunci dari ciri berpikir yang logis.
Setiap istilah harus diberi suatu batasan yang jelas dan tepat agar suatu tulisan
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
55
mendapat landasan yang kuat dan tidak dapat dibantah. Keefektifan kalimat dapat
dicapai apabila kalimat yang mengandung suatu istilah memiliki landasan yang kuat
dan jelas agar kebenarannya tidak diragukan oleh orang lain. Untuk itu, seorang
penulis harus dapat membuat definisi yang baik dan tepat agar membentuk kalimat
yang efektif.
(2) Generalisasi
Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan membuat generalisasi. Dalam
membuat suatu generalisasi yang harus diperhatikan adalah peristiwa-peristiwa yang
dipakai harus cukup banyak dan menyakinkan. Apabila dasar generalisasi tidak
relevan, generalisasi akan ditolak oleh akal sehat. Kalimat yang efektif adalah kalimat
yang maknanya dapat diterima oleh akal sehat. Sebuah kalimat dapat diterima jika
memenuhi kaidah kebenaran logikal.
(g) Kehematan
Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan kehematan. Kehematan yaitu
hemat dalam menggunakan kata-kata dalam menyusun kalimat agar susunannya tidak
berlebih-lebihan. Kata-kata yang dianggap tidak diperlukan dapat dihilangkan agar
tidak terjadi pleonasme dalam kalimat. Pleonasme dapat menyebabkan kalimat
menjadi tidak efektif. Kehematan dalam kalimat dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut.
(1) Menghindari Pengulangan Subjek
Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan menghindari pengulangan subjek
dalam kalimat. Mengulang subjek dalam kalimat dapat menyebabkan kalimatnya
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
56
menjadi tidak efektif. Hal ini karena mengulang subjek dalam kalimat tidak membuat
kalimat menjadi lebih jelas. Oleh karena itu, pengulangan subjek dalam kalimat harus
dihindari. Subjek kalimat dapat ditempatkan pada induk kalimat agar gagasan utama
kalimat jelas.
(2) Menghindari Hiponimi
Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan menghindari hiponimi. Hiponimi
adalah kata atau ungkapan yang maknanya merupakan bagian dari makna suatu kata
atau ungkapan lain. Penggunaan hiponimi dalam kalimat dapat menyebabkan
pleonasme. Adanya ploenasme dalam kalimat akan menyebabkan kalimat menajdi
tidak efektif. Oleh karena itu, penggunaan hiponimi dalam kalimat harus dihindari
agar tidak terjaid pleonasme.
(3) Pemakaian Kata Depan dari dan daripada
Penggunaan kata depan dari dan daripada berkaitan dengan makna gramatikal
suatu kata dalam kalimat. Pemakaian kata depan dari dan daripada dalam kalimat
harus disesuaikan dengan fungsinya. Kata depan dari berfungsi untuk menunjukkan
arah (tempat) dan asal (asal usul). Kata depan daripada berfungsi untuk
membandingkan sesuatu benda atau hal dengan benda atau hal lainnya. Pemakaian
kata depan dari dan daripada dengan tepat dalam kalimat dapat membuat kalimat
menjadi efektif.
(4) Menghindari Dua Kata Bersinonim
Keefektifan kalimat dapat dilakukan dengan menghindari penggunaan dua kata
yang bersinonim yang dipakai secara sekaligus dalam sebuah kalimat. Penggunaan
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
57
dua kata yang bersinonim secara sekaligus tidak membua makna kalimat menjadi
jelas. Akan tetapi, dapat menyebabkan terjadinya pleonasme dalam kalimat. Oleh
karena itu, untuk menghindari pleonasme dalam kalimat harus dihindari penggunaan
dua kata bersinonim dalam kalimat. Hal ini dilakukan agar terbentuk kalimat yang
efektif.
(5) Tidak Menjamakkan Kata
Keefektifan kalimat dapat dilakukan dengan tidak menjamakkan kata-kata
yang bentuk (maknanya) sudah jamak. Hal ini agar tidak terjadi pleonasme dalam
kalimat. Menghilangkan kata yang sudah jamak tidak akan menganggu makna atau
arti dari kalimat. Agar terbentuk kalimat yang efektif, kita harus menghindari
penggunaan kata-kata yang sudah bermakna jamak. Oleh karena itu, seorang penulis
harus berhati-hati dan cermat dalam memilih kata.
(h) Kecermatan
Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan kecermatan. Kecermatan yakni
cermat menggunakan kata-kata dalam kalimat sehingga tidak menimbulkan penafsiran
ganda (makna ambigu) dalam kalimat. Sebuah kalimat yang menimbulkan penafsiran
ganda merupakan kalimat yang tidak efektif. Oleh karena itu, seorang penulis harus
teliti dalam menggunakan kata dalam kalimat. Agar sebuah kalimat tidak mengandung
makna ambigu, unsur yang menerangkan pada kalimat harus disebutkan dengan jleas.
Teori tentang kesimpulan mengenai ciri-ciri kalimat efektif menurut Keraf,
Putrayasa, dan Wibowo akan penulis tampilkan pada tabel kesimpulan ciri-ciri
kalimat efektif yang terdapat pada lampiran. Dengan adanya tabel tersebut, diharapkan
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
58
dapat membantu peneliti dan pembaca memahami teori yang telah dikemukakan.
Dengan membaca dan mengamati tabel tersebut, pembaca tidak akan kesulitan untuk
memahami teori tersebut. Hal ini karena, ketiga pakar di atas mengungkapkan
pendapat yang berbeda. Oleh karena itu, agar teori menjadi lengkap dan saling
melengkapi, peneliti membuat simpulan mengenai teori tentang ciri-ciri kalimat
efektif.
D. Rubrik “Surat Pembaca” pada Harian Suara Merdeka
1. Pengertian Surat Kabar
Menurut Depdiknas (2008: 1567) surat kabar adalah lembaran-lembaran kertas
yang bertuliskan berita atau informasi. Informasi yang disampaikan bisa melalui
media cetak atau elektronik yang ditujukan kepada masyarakat umum. Menurut Alwi
(2001: 1109) surat kabar adalah lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita atau
informasi yang penyampaiannya bisa melalui media cetak atau media elektronik dan
disampaikan kepada masyarakat umum. Menurut Komaruddin (2000: 110) surat kabar
adalah kertas yang dicetak dan didistribusikan, dan biasanya berupa harian atau
mingguan dan berisi opini, karangan, dan iklan dan merupakan suatu alat komunikasi
tertulis yang berisi berita, tajuk rencana, artikel, reportase, dan kadang-kadang disertai
dengan tulisan hasil kesenian, gambar karikatur, surat kabar, dan iklan.
Dari pendapat-pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa surat kabar
adalah lembaran-lembaran kertas berisikan kabar berita yang mengandung berbagai
informasi yang disampaikan melalui media cetak atau elektronik yang terbit secara
harian atau mingguan untuk ditujukan kepada pembaca atau masyarakat umum.
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
59
2. Harian Suara Merdeka
Harian adalah surat kabar atau koran yang terbit tiap-tiap hari (Depdiknas,
2008: 526). Jadi, Suara Merdeka merupakan surat kabar yang terbit setiap hari. Suara
Merdeka terbit di Kota Semarang, Jawa Tengah. Harian ini memiliki sirkulasi terbatas
pada area Jawa Tengah. Oleh karena itu, Suara Merdeka disebut sebagai perekat
komunitas Jawa Tengah. Suara Merdeka didirikan oleh H. Hetami yang sekaligus
menjadi pemimpin redaksi pada tanggal 11 Februari 1950 (Wikipedia: 2014).
3. Pengertian Rubrik “Surat Pembaca”
Rubrik adalah kepala karangan (ruangan tetap) dalam surat kabar, majalah, dsb
(Alwi, dkk., 2005: 965). Surat pembaca adalah surat yang ditulis oleh pembaca yang
dimuat dalam surat kabar/ koran, tabloid, atau majalah (Depdiknas, 2008: 1566).
Menurut Sumadiria (2011: 4) surat pembaca adalah opini singkat yang ditulis oleh
pembaca dan dimuat dalam rubrik khusus surat pembaca. Surat pembaca (letter to the
editor) adalah opini publik yang cukup menarik dalam penerbitan pers. Surat pembaca
dijadikan umpan balik bagi pengelola penerbitan pers untuk mengetahui sejauhmana
berita atau informasi yang disajikan itu dibaca atau ditanggapi pembacanya (Djaruto,
2004: 74).
Surat pembaca biasanya berisi tanggapan, kritik, saran, keluhan, ajakan,
imbauan, ucapan terima kasih, dan lain-lain. Sebagian besar “Surat Pembaca” berupa
keluh kesah masyarakat yang dituangkan menjadi sebuah tulisan yang ditujukan
kepada suatu instansi atau seseorang. Jadi, surat pembaca adalah surat yang ditulis
oleh pembaca yang dimuat dalam surat kabar/koran, tabloid, atau majalah pada rubrik
khusus surat pembaca yang biasanya berisi keluh kesah masyarakat yang ditujukan
kepada seseorang atau suatu instansi.
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014
60
Uraian Teori pada Bab II Dapat Dikerangkapikirkan Ke Bagan I Bagan I. Kerangka Berpikir
Bahasa
Pengertian Bahasa
Fungsi Bahasa
Kalimat
Pengertian Kalimat
Kalimat Efektif
Surat Kabar
Pengertian Surat Kabar
Harian Suara Merdeka
Pengertian Rubrik “Surat Pembaca”
Pengertian Kalimat Efektif
Ciri-ciri Kalimat Efektif
Analisis Keefektifan Kalimat Pada “Surat Pembaca” Harian Suara Merdeka Edisi Agustus-September 2013
Kesatuan Pikiran
Kesatuan tunggal
Kesatuan gabungan
Koherensi
Penempatan kata sesuai pola kalimat
Pemakaian kata depan dan kata penghubung
Pemakaian kata yang tidak tumpang tindih (kontradiksi
Penempatan keterangan aspek
Penekanan
Mengubah posisi dalam kalimat
Repetisi
Pertentangan
Partikel penekan
Kata keterangan
Kontras makna
Pemindahan unsur
Bentuk pasif
Urutan peristiwa/proses dibuat dengan gambaran logis
Kevariasian
Pembukaan kalimat
Pola kalimat
Jenis kalimat
Bentuk me- dan di-
Sinonim kata
Keparalelan (Kesejajaran)
Kesejajaran bentuk
Kesejajaran makna
Kehematan
Hiponimi
Pengulangan subjek
Penggunaan kata depan dari dan dari pada
Sinonimi
Tidak menjamakan kata
Kecermatan Penalaran (Logika)
Definisi
Generalisasi
60
Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014