bab ii landasan teori a. penelitian sejenis yang relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/bab ii_bani...

51
BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Penelitian yang akan dilakukan peneliti berbeda dengan penelitian yang terdahulu. Untuk membedakan penelitian yang berjudul “Analisis Keefektifan Kalimat pada “Surat Pembaca” Harian Suara Merdeka Edisi Agustus sampai September 2013” dengan penelitian sebelumnya, maka peneliti mengadakan peninjauan di perpustakaan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Untuk membuktikannya, peneliti meninjau satu penelitian mahasiswa yang dianggap relevan dengan penelitian yang bersangkutan. Meskipun penelitian yang terdahulu hampir sama dengan penelitian ini, akan tetapi hanya dijadikan referensi saja. Penelitian yang dimaksud adalah: Skripsi berjudul “Kajian Kalimat Efektif pada Surat Kabar Kompas dalam Kolom Opini” oleh Kusmiati, NIM 0001040016, tahun 2005. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang terdapat pada surat kabar dalam kolom opini. Data penelitian ini adalah data tulis berupa kalimat berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang bersumber pada surat kabar Kompas dalam kolom opini. Sumber data yang digunakan sebanyak 18 wacana opini yang terdiri atas 7 wacana pada bulan Oktober, 6 wacana pada bulan November, dan 5 wacana pada bulan Desember. Teknik pengumpulan data yaitu dengan mengidentifikasi jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif. Teknik analisis datanya dengan cara mengelompokkan atau mengklasifikasikan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif. 10 Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Upload: phamnga

Post on 24-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian Sejenis yang Relevan

Penelitian yang akan dilakukan peneliti berbeda dengan penelitian yang

terdahulu. Untuk membedakan penelitian yang berjudul “Analisis Keefektifan

Kalimat pada “Surat Pembaca” Harian Suara Merdeka Edisi Agustus sampai

September 2013” dengan penelitian sebelumnya, maka peneliti mengadakan

peninjauan di perpustakaan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Untuk

membuktikannya, peneliti meninjau satu penelitian mahasiswa yang dianggap relevan

dengan penelitian yang bersangkutan. Meskipun penelitian yang terdahulu hampir

sama dengan penelitian ini, akan tetapi hanya dijadikan referensi saja. Penelitian yang

dimaksud adalah:

Skripsi berjudul “Kajian Kalimat Efektif pada Surat Kabar Kompas dalam

Kolom Opini” oleh Kusmiati, NIM 0001040016, tahun 2005. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang terdapat pada surat

kabar dalam kolom opini. Data penelitian ini adalah data tulis berupa kalimat

berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang bersumber pada surat

kabar Kompas dalam kolom opini. Sumber data yang digunakan sebanyak 18 wacana

opini yang terdiri atas 7 wacana pada bulan Oktober, 6 wacana pada bulan November,

dan 5 wacana pada bulan Desember. Teknik pengumpulan data yaitu dengan

mengidentifikasi jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif. Teknik analisis datanya

dengan cara mengelompokkan atau mengklasifikasikan jenis ciri-ciri penyusunan

kalimat efektif.

10

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

11

Berdasarkan kajian pustaka tersebut, maka penelitian dengan judul “Analisis

Keefektifan Kalimat pada “Surat Pembaca” Harian Suara Merdeka Edisi Agustus

sampai September 2013 “ berbeda dengan penelitian terdahulu. Oleh karena itu,

penelitian ini perlu dilakukan walaupun penelitian ini memiliki persamaan dan

perbedaan. Persamaannya terletak pada sebagian teori yang digunakan karena pada

dasarnya teori tentang kalimat efektif sama, hanya saja menggunakan pendapat dari

para ahli yang berbeda. Yang membedakannya yaitu data dan sumber datanya.

Datanya berupa kalimat-kalimat yang tidak sesuai dengan ciri-ciri kalimat efektif pada

“Surat Pembaca” edisi Agustus-September 2013. Sumber datanya adalah “Surat

Pembaca” pada harian Suara Merdeka edisi Agustus-September 2013.

B. Bahasa

1. Pengertian Bahasa

Menurut Chaer (2007: 32) bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer,

yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama,

berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa adalah sistem lambang bunyi

yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,

berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Depdiknas, 2008: 116). Pendapat di atas

diperkuat oleh Kridalaksana (2009: 24) yang mengatakan bahwa bahasa adalah sistem

lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja

sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Dari pengertian yang dikemukakan oleh

beberapa pakar tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah sistem lambang

bunyi yang arbitrer yang dibentuk oleh komponen yang berpola secara tetap dan

dapat dikaidahkan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk bekerja sama,

berinteraksi, dan mengidentifikasi diri oleh anggota masyarakat.

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

12

2. Fungsi Bahasa

Fungsi bahasa pada umumnya adalah sebagai alat komunikasi atau

penghubung dengan orang lain atau masyarakat setempat. Menurut Chaer dan Leoni

Agustina (2004: 14) bahasa berfungsi sebagai alat berinteraksi atau alat

berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau

juga perasaan. Setiap gagasan, pikiran, dan perasaan seseorang dapat dituangkan

melalui bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Menurut Keraf (2004: 3)

bahasa mempunyai empat fungsi yaitu: alat untuk menyatakan ekspresi diri, alat

komunikasi, alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, serta alat untuk

mengadakan kontrol sosial. Jadi, fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi yang

digunakan oleh segenap anggota masyarakat untuk menyampaikan pikiran atau

gagasan kepada orang lain, mengekspresikan diri, mengadakan integrasi (adaptasi

sosial), dan mengadakan kontrol sosial antar sesama anggota masyarakat sehingga

dapat tercipta kerja sama yang baik serta keharmonisan dalam kehidupan sehari-hari

dalam masyarakat.

a) Alat untuk Menyatakan Ekspresi Diri

Bahasa sebagai alat mengekspresikan diri dapat menjadi media untuk

menyatakan eksistensi (keberadaan) diri seseorang, menarik perhatian orang lain, dan

keinginan untuk membebaskan diri dari semua tekanan emosi yang ada di dalam

dirinya. Bahasa dapat mendorong manusia mengekpresikan dirinya agar menarik

perhatian orang lain. Dengan demikian, bahasa digunakan sebagai alat untuk mencari

perhatian orang lain terhadap hal-hal yang sedang dirasakan. Misalnya, bahasa pada

anak-anak pada taraf permulaan, mereka akan menangis bila lapar atau haus. Ketika

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

13

mulai belajar berbahasa, mereka menyatakan kata-kata untuk menyatakan lapar, haus,

dsb, dan hal itu akan terus berlangsung hingga mereka menjadi dewasa. Sebagai

contoh kata aduh, hai, wahai yang dapat digunakan untuk menyatakan keadaan hati

seseorang agar tekanan-tekanan jiwanya dapat tersalur.

b) Alat Komunikasi

Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud dan

melahirkan perasaan manusia serta memungkinkan terciptanya kerja sama dengan

sesama manusia. Jadi, bahasa digunakan sebagai alat untuk saling bertukar pikiran dan

perasaan antar sesama manusia. Manusia tidak akan lepas dari kegiatan komunikasi

dengan media bahasa sebagai alat penyampaiannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan komunikasi kita dapat menyampaikan semua yang kita rasakan, pikirkan, dan

ketahui kepada orang lain. Hal ini karena, media bahasa dapat memungkinkan

manusia menciptakan kerja sama dan berinteraksi dengan sesama manusia.

c) Alat Mengadakan Integrasi dan Adaptasi Sosial

Dalam kehidupan masyarakat manusia selalu membutuhkan eksistensi untuk

diterima dan diakui oleh masyarakatnya. Dalam pembentukan eksistensi itulah,

manusia akan melakukan integrasi (pembaharuan) dan adaptasi (penyesuaian diri)

dalam masyarakat. Selama proses integrasi dan adaptasi ini manusia selalu

menggunakan bahasa sebagai perantaranya. Melalui bahasa seseorang sedikit demi

sedikit belajar adat istiadat, kebudayaan, pola hidup, perilaku, dan etika yang ada di

masyarakat. Bila seseorang dapat menyesuaikan dirinya dengan baik, dia pun dengan

mudah dapat membaurkan dirinya (integritas) dengan segala adat istiadat, tingkah

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

14

laku, dan tata-krama masyarakatnya. Dua orang yang mempergunakan bahasa yang

sama, akan mempergunakan kata-kata yang sama juga untuk melukiskan suatu situasi

yang identik. Oleh karena itu, bahasa mempunyai peran penting sebagai media untuk

membentuk keharmonisan kehidupan masyarakat dalam proses integrasi dan adaptasi

sosial.

d) Alat Mengadakan Kontrol Sosial

Semua kegiatan sosial akan berjalan dengan baik karena dapat diatur dengan

menggunakan bahasa. Kontrol sosial adalah usaha untuk memengaruhi tingkah laku

dan tindak tanduk orang lain. Hampir setiap hari kegiatan kontrol sosial akan terjadi

dalam masyarakat. Keberhasilan seseorang dalam melakukan kontrol sosial sangat

dipengaruhi oleh penggunaan bahasa yang tepat. Dengan menggunakan bahasa yang

baik dan komunikatif, seseorang bisa memengaruhi pikiran dan tindakan orang lain

sesuai dengan yang diharapkannya. Dengan bahasa juga seseorang dapat

mengembangkan kepribadian dan nilai-nilai sosial kepada tingkat yang lebih

berkualitas. Misalnya, orang tua yang menasihati anak-anaknya.

C. Kalimat

1. Pengertian Kalimat

Sebuah kalimat dalam tulisan terdiri atas deret kata yang dimulai dengan huruf

kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru (Sakri, 1994: 7).

Sementara itu, Alwi, dkk. (2003: 35) mengatakan bahwa kalimat umumnya berwujud

rentetan kata yang disusun sesuai dengan kaidah yang berlaku. Menurut Ramlan

(2005: 23) kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

15

yang disertai nada akhir turun atau naik. Menurut Tarigan (2009: 8) kalimat adalah

satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, yang mempunyai pola intonasi

akhir dan yang terdiri dari klausa. Di sisi lain, Parera (2009: 44) mengatakan bahwa

kalimat adalah suatu tutur yang disertai oleh ciri-ciri prosodi yang menunjukkan

bahwa tutur itu telah berakhir dan tutur itu merupakan sebuah konstruksi

ketatabahasaan yang maksimal. Berdasarkan pendapat beberapa pakar di atas, dapat

disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan gramatikal yang relatif dapat berdiri sendiri

yang disusun sesuai kaidah yang berlaku dan terdiri dari satu klausa atau lebih yang

diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca (titik, tanda seru, dan

tanda tanya).

2. Kalimat Efektif

a. Pengertian Kalimat Efektif

Setiap gagasan, pikiran, atau konsep yang dimiliki seseorang pada praktiknya

akan dituangkan ke dalam bentuk kalimat. Sebuah kalimat dikatakan baik apabila

dapat mencapai sasarannya dengan tepat sebagai alat komunikasi yaitu informasi yang

ingin disampaikan dapat diterima dengan baik oleh pembaca atau pendengar. Menurut

Keraf (2004: 38) jika sebuah kalimat mampu menciptakan daya khayal dalam diri

pembaca atau pendengar seperti sekurang-kurangnya mendekati apa yang

dibayangkan pengarang, maka dapat disimpulkan atau dikatakan bahwa kalimat-

kalimat yang mendukung gagasan itu sudah cukup efektif dan cukup baik

menjalankan tugasnya. Di sisi lain, Chaer (2011: 63) mengatakan bahwa kalimat

efektif adalah kalimat yang dapat menyampaikan pesan kepada pembaca persis seperti

yang ingin disampaikan oleh penulis.

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

16

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran,

dan perasaan dengan tepat ditinjau dari segi diksi, struktur, dan logika (Putrayasa,

2010: 66). Dengan kata lain, kalimat efektif selalu berterima secara tata bahasa dan

makna. Sementara itu, Wibowo (2009: 95) mengatakan bahwa sebuah kalimat efektif

adalah kalimat yang tersusun secara baik, benar, segar, jelas, bening, dan tidak

berpeluang memunculkan ingar (noise). Kalimat yang baik dan benar adalah kalimat

yang informasinya dapat diterima oleh pendengar/pembaca dan disusun sesuai kaidah

yang berlaku. Kalimat yang segar merupakan kalimat yang tidak menimbulkan

suasana yang monoton sehingga dapat memelihara minat baca pembaca. Kalimat yang

jelas dapat menjaga kesatuan gagasan/pikiran. Keutuhan gagasan membuat nilai-nilai

informasi yang terkandung di dalam kalimat dapat terlihat dengan bening. Kalimat

harus disusun secara cermat agar tidak menimbulkan kesalahan penafsiran pada

pembaca/pendengar. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan

bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menggambarkan atau

mengungkapkan maksud, pikiran, dan perasaan si pengarang/penulis secara tepat pada

pikiran pembaca dan tersusun secara baik dan benar sehingga informasi yang

disampaikan dapat diterima dengan sempurna oleh pendengar/pembaca.

b. Ciri-ciri Kalimat Efektif

1) Ciri-ciri Kalimat Efektif Menurut Keraf

a) Kesatuan Pikiran

Setiap kalimat yang baik harus jelas memperlihatkan kesatuan gagasan yaitu

mengandung satu ide pokok. Dalam laju kalimat tidak boleh diadakan perubahan dari

satu gagasan kepada kesatuan gagasan lain yang tidak ada hubungannya, atau

menggabungkan dua kesatuan yang tidak mempunyai hubungan sama sekali. Jika dua

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

17

kesatuan yang tidak mempunyai hubungan disatukan, maka akan rusak kesatuan

pikiran itu (Keraf, 2004: 40). Kesatuan gagasan tidak hanya terdapat satu ide tunggal,

tetapi dapat terbentuk dari dua gagasan atau lebih. Kesatuan gagasan yang diwakili

oleh subjek, predikat, dan objek dapat berbentuk kesatuan tunggal dan kesatuan

gabungan.

(1) Kesatuan Tunggal

Kesatuan tunggal adalah kesatuan yang terdiri atas satu klausa. Artinya,

kesatuan tunggal hanya terdapat satu ide tunggal dalam sebuah kalimat. Dalam laju

kalimat tidak boleh terdapat perubahan dari satu kesatuan gagasan kepada kesatuan

gagasan lain yang tidak ada hubungannya. Hal ini dapat menyebabkan kesatuan

pikirannya menjadi rusak (Keraf, 2004: 41). Kesatuan gagasan dapat menjadi kabur

karena kedudukan subjek atau predikat tidak jelas, terutama karena salah

menggunakan kata-kata depan. Kesalahan ini sering terjadi di dalam kalimat yang

terlalu panjang.

Contoh:

(5) Di Bali sekarang ini terkenal dengan patung-patung yang bercorak sangat primitif (Keraf, 2004: 42).

Kalimat (5) merupakan kalimat yang tidak efektif karena kesatuan gagasannya

tidak jelas. Kesatuan gagasannya tidak jelas karena kalimat (5) subjeknya tidak jelas.

Kalimat (5) adalah kalimat tunggal yang terdiri dari satu klausa yang memiliki pola

kalimat K-K-P. Di Bali menduduki fungsi keterangan tempat. Sekarang ini

menduduki fungsi keterangan waktu. Terkenal menduduki fungsi predikat. Dengan

patung-patung yang bercorak sangat primitif menduduki fungsi pelengkap.

Kedudukan subjek kalimat menjadi tidak jelas karena diantar oleh kata depan di.

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

18

Frasa di Bali dapat menduduki fungsi subjek dengan cara menghilangkan kata depan

di. Jadi, kalimat yang efektif adalah:

(5.a) Bali sekarang ini terkenal dengan patung-patung yang bercorak sangat S K P Pel primitif.

(2) Kesatuan Gabungan

Kesatuan gabungan merupakan kesatuan gagasan yang terbentuk dari dua

gagasan pokok atau lebih dalam kalimat (Keraf, 2004: 41). Jadi, kesatuan gabungan

memiliki dua klausa atau lebih yang dihubungkan oleh konjungsi sehingga kalimatnya

menjadi padu. Konjungsi yang digunakan dapat berupa konjungsi koordinatif dan

subordinatif. Konjungsi koordinatif digunakan untuk menghubungkan dua klausa atau

lebih yang kedudukannya sederajat. Yang termasuk konjungsi ini adalah konjungsi

yang menyatakan penambahan, pertentangan, dan pilihan. Konjungsi subordinatif

digunakan untuk menghubungkan dua klausa atau lebih yang kedudukannya tidak

sederajat.

Contoh:

(6) Terhadap orang yang lebih tinggi umurnya dan atau kedudukannya berbeda caranya (Keraf, 2004: 43).

Kalimat (6) merupakan kalimat yang tidak efektif karena memiliki kesatuan

gagasan yang tidak jelas. Kesatuan gagasannya menjadi tidak jelas karena kedudukan

subjeknya kabur. Kalimat (6) adalah kalimat majemuk setara yang menyatakan

hubungan penambahan karena dihubungkan dengan kata dan. Akan tetapi, kalimat (6)

juga dapat menjadi kalimat majemuk setara yang menyatakan hubungan pilihan

apabila dihubungkan dengan kata atau. Agar kedudukan subjek kalimat menjadi jelas,

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

19

kata terhadap pada frasa terhadap orang yang lebih tinggi umurnya harus

dihilangkan. Jadi, kalimat yang efektif adalah:

(6.a) Orang yang lebih tinggi umurnya dan kedudukannya berbeda caranya. S S P (6.b) Orang yang lebih tinggi umurnya atau kedudukannya berbeda caranya. S S P

b) Koherensi yang Baik dan Kompak

Koherensi atau kepaduan yang baik dan kompak adalah hubungan timbal balik

yang baik dan jelas antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk

kalimat (Keraf, 2014: 43). Artinya, hubungan antara subjek dan predikat, predikat dan

objek, serta keterangan dan keterangan yang lain harus dapat saling menjelaskan

dengan baik dan jelas. Jadi, koherensi lebih menekankan segi struktur atau inter-relasi

antara kata-kata yang menduduki sebuah tugas dalam kalimat. Ada beberapa

kesalahan yang sering terjadi yang dapat mengacaukan dan merusak koherensi yaitu:

menempatkan kata kerja, kata penghubung yang tidak sesuai atau tidak pada

tempatnya, menempatkan kata tidak sesuai dengan pola kalimat, merangkai dua kata

yang maknanya mengandung kontradiksi, dan salah menempatkan keterangan aspek

pada kata kerja tanggap. Oleh karena itu, hal-hal di atas harus dihindari dalam

membuat kalimat agar koherensi kalimat tidak rusak. Cara-cara yang dapat dilakukan

agar koherensi kalimat menjadi baik adalah sebagai berikut.

(1) Tempat Kata dalam Kalimat Sesuai dengan Pola Kalimat

Penempatan kata yang tidak sesuai dengan pola kalimat akan mengakibatkan

kerancuan (kontaminasi) dalam kalimat. Kalimat yang rancu adalah kalimat yang

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

20

kacau atau kalimat yang susunannya tidak teratur sehingga informasinya sulit

dipahami. Kalimat yang efektif adalah kalimat yang dapat menyampaikan informasi

atau maksud secara tepat kepada pembaca. Kalimat yang pola kalimatnya tidak benar

akan menyebabkan makna kalimatnya menjadi tidak logis. Oleh karena itu, kalimat

tersebut tidak dapat diterima oleh akal sehat. Contoh:

(7) Anjing kemarin pagi di kebun adik saya memukul dengan sekuat tenaga (koherensi tidak baik) (Keraf, 2004: 44).

(7.a) Adik saya yang paling kecil memukul anjing di kebun kemarin pagi, dengan sekuat tenaganya (koherensi baik).

(2) Mempergunakan Kata Depan dan Kata Penghubung dengan Tepat

Kata depan yang ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya yaitu di, ke

dan dari, kecuali daripada dan kepada (yang dianggap satu kata). Kata penghubung

yang digunakan untuk menjalin kepaduan sebuah kalimat di antaranya adalah

hubungan sebab-akibat (sehingga, sampai, akibat), hubungan alasan/sebab (sebab,

sebab itu, karena, dan karena itu), dan hubungan kedekatan temporal/waktu

(bilamana, ketika, sebelum, sejak, sesudah). Konjungsi tersebut merupakan konjungsi

subordinatif. Konjungsi subordinatif yaitu konjungsi yang menghubungkan dua

konstituen yang kedudukannya tidak sederajat. Konstituen yang satu menjadi

konstituen atasan yang bebas, dan konstituen yang lain menjadi konstituen bawahan

yang kedudukannya tergantung pada konstituen pertama (Chaer, 1993: 110).

Contoh:

(8) Interaksi antara perkembangan kepribadian dan perkembangan penguasaan bahasa menentukan bagi pola kepribadian yang sedang berkembang (Keraf, 2004: 44).

Kalimat (8) merupakan kalimat yang tidak efektif karena koherensinya tidak

baik. Koherensi pada kalimat (8) rusak karena salah menggunakan kata penghubung

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

21

bagi. Kata bagi digunakan untuk menyatakan hubungan peruntukan. Kata menentukan

yang berfungsi sebagai predikat pada kalimat tersebut tidak perlu diikuti dengan kata

bagi. Agar menjadi kalimat yang efektif, kata bagi dapat dihilangkan sehingga

koherensinya menjadi baik. Jadi, kalimat yang efektif adalah:

(8.a) Interaksi antara perkembangan kepribadian dan perkembangan penguasaan bahasa menentukan pola kepribadian yang sedang berkembang (koherensi baik).

(3) Pemakaian Kata yang Maknanya Tidak Tumpang Tindih (Mengandung Kontradiksi)

Pemakaian kata, baik karena merangkainya dua kata yang maknanya tidak

tumpang tindih, atau hakikatnya mengandung kontradiksi dapat merusak koherensi

kalimat (Keraf, 2004: 45). Pemakaian kata-kata yang berlebihan atau yang searti

disebut dengan pleonasme. Gejala pleonasme yang sering terjadi dalam kalimat antara

lain: di dalam satu frasa terdapat dua atau lebih kata yang searti, bentuk jamak

dinyatakan dua kali, dan kata kedua sebenarnya tidak perlu lagi karena pengertian

yang terkandung pada kata itu sudah terkandung pada kata yang mendahuluinya. Oleh

karena itu, penulis harus berhati-hati dalam menggunakan kata-kata yang mengandung

kontradiksi dalam kalimat agar tidak terjadi pleonasme. Hal ini karena kalimat yang

efektif dapat dibentuk dengan menghindari ploenasme dalam kalimat.

Contoh:

(9) Sering kali kita membuat suatu kesalahan-kesalahan yang tidak kita sadar (Keraf, 2004: 45).

Kalimat (9) merupakan kalimat tidak efektif karena adanya pemakaian kata

yang berlebihan yaitu merangkai dua kata yang maknanya tumpang tindih pada frasa

suatu kesalahan-kesalahan. Pemakaian frasa tersebut menyebabkan koherensi

kalimatnya rusak. Kata suatu memiliki makna tunggal, sedangkan kesalahan-

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

22

kesalahan memiliki makna jamak. Agar koherensinya menjadi baik, kedua kata

tersebut tidak dirangkai sekaligus dalam sebuah kalimat. Jadi, kalimat yang efektif

adalah:

(9.a) Sering kali kita membuat suatu kesalahan yang tidak kita sadari (koherensi baik).

(9.b) Sering kali kita membuat kesalahan-kesalahan yang tidak kita sadari (koherensi baik).

(4) Menempatkan Keterangan Aspek (sudah, telah, akan, belum, dsb) pada Kata Kerja Tanggap dengan Tepat

Kata kerja tanggap disebut juga kata kerja pasif. Kata kerja pasif merupakan

kata majemuk, maka tidak boleh disisipi kata apa pun di antara kata ganti persona

(sebagai komponen pertama) dan pokok kata kerja transitif (sebagai komponen kedua)

(Putrayasa, 2009: 94). Pada kata kerja tanggap, penulisan kata ganti orang seperti

saya, kami, kita, dia, dan mereka harus langsung didekatkan pada kata kerjanya.

Dengan demikian, dalam kata kerja pasif penulisan persona + verba tidak boleh

diselingi keterangan apa pun misalnya keterangan aspek. Hal ini karena hubungan

antara persona dan verba sangat mesra.

Contoh:

(10) Buku itu saya sudah baca hingga tamat (Keraf, 2004: 46).

Kalimat (10) merupakan kalimat tidak efektif karena koherensinya tidak baik

akibat salah menempatkan kata sudah di depan kata kerja baca. Sebagai bentuk

tanggap saya baca tidak boleh diselingi keterangan apa pun karena hubungan antara

keduanya sangat mesra. Dalam bentuk pasif, kata ganti saya harus langsung

didekatkan pada kata kerja baca. Seharusnya frasa saya baca tidak dapat diselingi

keterangan aspek. Jadi, kalimat yang efektif adalah:

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

23

(10.a) Buku itu sudah saya baca hingga tamat (koherensi baik).

c) Penekanan

Inti pikiran yang terkandung dalam tiap kalimat (gagasan utama) haruslah

dibedakan dari sebuah kata yang dipentingkan. Gagasan utama kalimat tetap didukung

oleh subjek, dan predikat, sedangkan unsur yang dipentingkan dapat bergeser dari satu

kata ke kata yang lain (Keraf, 2004: 46). Kata-kata yang dianggap penting harus

mendapat tekanan atau lebih ditonjolkan dari unsur-unsur yang lain. Beberapa cara

yang dapat dipergunakan untuk memberi penekanan pada kalimat yaitu dengan cara

mengubah-ubah posisi dalam kalimat, mempergunakan repetisi, pertentangan, dan

partikel penekan.

(1) Mengubah Posisi dalam Kalimat

Sebuah kalimat dapat diubah-ubah strukturnya dengan menempatkan sebuah

kata yang dipentingkan pada awal kalimat (Keraf, 2004: 46). Bagian kalimat yang

diletakkan di awal kalimat dianggap unsur yang penting. Kata-kata yang ditempatkan

pada awal kalimat tersebut dapat mengubah struktur kalimatnya akan tetapi, isi

kalimatnya tidak berubah. Jadi, apabila ide yang dipentingkan diletakkan di awal

kalimat, ide pokoknya menjadi berbeda meskipun kalimat tersebut memiliki

pengertian yang sama. Mengubah posisi dalam kalimat dianggap dapat membuat

maksud kalimat menjadi lebih jelas.

Contoh:

(11) Kami berharap pada kesempatan lain kita dapat membicarakan lagi soal ini (Keraf, 2004: 47).

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

24

Kalimat (11) menunjukkan bahwa kata yang dipentingkan adalah kami, bukan

yang lainnya. Akan tetapi, kita dapat memberi penekanan pada kata-kata lainnya yaitu

harapan kami, pada kesempatan lain, dan kita. Kata-kata tersebut dapat diletakkan

pada awal kalimat dengan konsekuensi bahwa kalimat (11) dapat mengalami

perubahan strukturnya, tetapi isinya tidak berubah. Gagasan utama kalimat tetap

didukung oleh subjek dan predikat. Akan tetapi, kata yang dipentingkan dapat

bergeser dari satu kata ke kata yang lain.

(11.a) Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.

(11.b) Pada kesempatan lain kami berharap kita dapat membicarakan lagi sola ini.

(11.c) Kita dapat membicarakan lagi sola ini pada kesempatan lain demikian harapan kami.

(2) Mempergunakan Repetisi

Repetisi adalah pengulangan sebuah kata yang dianggap penting dalam sebuah

kalimat (Keraf, 2004: 47). Pengulangan kata dalam sebuah kalimat dimaksudkan

untuk memberi penegasan pada bagian ujaran yang dianggap penting sehingga akan

lebih jelas maksudnya. Jadi, repetisi digunakan untuk memberi penegasan pada bagian

kalimat yang dianggap penting sehingga maksudnya menjadi lebih jelas. Penegasan

dengan repetisi dapat dilakukan dengan mengulang kata atau frasa yang dianggap

penting dalam kalimat. Apabila kata-kata yang diulang adalah kata yang berimbuhan,

kata tersebut harus memiliki bentuk dasar yang sama.

Contoh:

(12) Kemajuannya menyangkut kemajuan di segala bidang, kemajuan kesadaran politik, kesadaran bermasyarakat, kesadaran berekonomi, kesadaran berkebudayaan, dan kesadaran beragama (Keraf, 2004: 47).

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

25

Pada kalimat (12) unsur yang dianggap penting ditegaskan lagi dengan

mengulang kata tersebut. Kata yang dianggap penting adalah kata kemajuan dan

kesadaran. Untuk mencapai keefektifan kalimat, kata kemajuan dan kesadaran

mendapat repetisi dalam kalimat. Kata kemajuan dan kesadaran ditekankan dengan

menggunakan repetisi dimaksudkan agar kalimat (12) menjadi lebih jelas maksud

yang disampaikan kepada pembaca/pendengar.

(3) Pertentangan

Pertentangan dapat dipergunakan untuk menekan suatu gagasan dalam kalimat

(Keraf, 2004: 48). Agar maksud dari kalimat itu lebih ditonjolkan, diperlukan dua

klausa atau kalimat yang mengandung pertentangan. Penekanan dengan menggunakan

kata penghubung tetapi, meskipun, namun, padahal, dan sedangkan dimaksudkan

untuk menekankan salah satu gagasan pada klausa yang pertama atau klausa yang

kedua. Pada kalimat majemuk kata penghubung ini diletakkan di antara bagian-bagian

yang sederajat itu.

Contoh:

(13) Anak itu rajin dan jujur (Keraf, 2004: 48).

Pada kalimat (13) agar kata rajin dan jujur dapat lebih ditonjolkan, maka

gagasan itu harus ditempatkan dalam suatu posisi pertentangan. Frasa rajin dan jujur

dianggap penting sehingga harus diberi penekanan dengan cara dipertentangkan

dengan frasa atau klausa yang lain. Kata penghubung yang digunakan adalah tetapi

yang diletakkan di depan frasa rajin dan jujur. Klausa yang dipertentangkan misalnya,

anak itu tidak malas dan curang. Jadi, kalimat yang efektif adalah:

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

26

(13.a) Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur (kalimat efektif).

(4) Partikel Penekan

Dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa partikel yang berfungsi untuk

menonjolkan sebuah kata atau ide dalam sebuah kalimat. Partikel-partikel yang

dimaksud adalah lah, pun, kah, yang oleh kebanyakan tata bahasa disebut imbuhan

(Keraf, 2004; 49). Partikel lah, kah, dan tah, ditulis serangkai dengan kata yang

mendahuluinya, sedangkan partikel pun ditulis terpisah dengan kata yang

mendahuluinya atau mengikutinya. Partikel kah, tah, dan lah bermakna menegaskan,

sedangkan partikel pun bermakna ‘juga’. Partikel pun yang ditulis terpisah dari kata

yang mendahuluinya ialah pun yang menyertai kata kerja, kata ganti, kata benda, dan

kata sifat. Partikel pun dapat melekat pada kata yang mendahuluinya yaitu sebagai

klitika. Klitika biasanya adalah morfem yang pendek paling-paling dua silabe,

biasanya satu, tidak diberi aksen atau tekanan apa-apa; melekat pada kata atau frasa

yang lain, dan memuat arti yang tidak mudah dideskripsikan (Verhaar, 2001: 119).

Misalnya, bagaimanapun, adapun, ataupun, dan kalaupun. Contoh:

(14) Kami turut dalam kegiatan itu (kalimat kurang efektif) (14.a) Kami pun turut dalam kegiatan itu (kalimat efektif).

d) Kevariasian

Variasi adalah menganekaragamkan bentuk-bentuk bahasa agar tetap

terpelihara minat dan perhatian orang (Keraf, 2004: 49). Variasi merupakan suatu

upaya yang bertolak belakang dengan repetisi. Pengulangan kata atau repetisi lebih

banyak menekankan kesamaan bentuk. Akan tetapi, pemakaian bentuk yang sama

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

27

secara berlebihan akan menimbulkan kejenuhan atau kebosanan pada diri

pembaca/pendengar. Untuk menghindari hal tersebut perlu dilakukan variasi dalam

kalimat. Variasi dalam kalimat dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu variasi

sinonim kata, variasi penggunaan bentuk me- dan di-, dan variasi dengan mengubah

posisi dalam kalimat.

(1) Variasi Sinonim Kata

Pemakaian bentuk yang sama secara berlebihan akan menghambarkan selera

pendengar atau pembaca. Oleh karena itu, perlu dilakukan variasi dalam kalimat.

Salah satunya adalah variasi sinonim kata. Variasi berupa sinonim kata atau

penjelasan-penjelasan yang berbentuk kelompok kata pada hakikatnya tidak

mengubah isi dari amanat yang akan disampaikan (Keraf, 2004: 49). Sinonim adalah

dua kata atau lebih yang maknanya kurang lebih sama. Yang sama sebenarnya hanya

informasinya, sedangkan maknanya tidak persis sama. Adanya variasi sinonim kata

dalam kalimat dimaksudkan agar tetap terpelihara minat dan perhatian orang yang

membacanya.

Contoh:

(15) Dari renungan itulah penyair menemukan suatu makna, suatu realitas yang baru, suatu kebenaran yang menjadi ide sentral yang menjiwai seluruh puisi (Keraf, 2004: 50).

Pada kalimat (15) terdapat tiga pengertian yaitu makna, realitas yang baru,

dan kebenaran. Ketiga pengertian itu merupakan hal yang sama yang diperoleh

penyair dalam renungannya itu. Secara leksikal, kata makna, realitas yang baru, dan

kebenaran memiliki arti yang hampir sama. Akan tetapi, informasi yang ingin

disampaikan dalam kalimat (15) adalah sama. Makna artinya arti atau maksud

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

28

perkataan. Realitas artinya kenyataan. Kebenaran artinya keadaan yang sesuai dengan

keadaan yang sesungguhnya.

(2) Variasi Penggunaan Bentuk me- dan di-

Pemakaian bentuk gramatikal yang sama dalam beberapa kalimat berturut-

turut dapat menimbulkan kelesuan pada pembaca (Keraf, 2004: 51). Untuk

menghindari hal itu diperlukan variasi pemakaian bentuk gramatikal terutama dalam

mempergunakan bentuk-bentuk kata kerja yang mengandung prefiks me- dan di-.

Kevariasian dalam kalimat akan membuat kalimat terasa lebih segar karena

pemakaian bentuk yang sama tidak dilakukan secara berlebihan. Apabila bentuknya

bervariasi dalam kalimat, minat dan perhatian pembaca akan tetap terjaga dan

terpelihara.

Contoh:

(16) Memang, cukup mengendorkan semangat kalau kita melihat keadaan di Nusa Tenggara (tidak termasuk Bali dan Lombok) yang tetap ‘tidur nyenyak’ meskipun pemerintah sudah membangun banyak fasilitas pengangkutan laut serta udara (Keraf, 2004: 51).

Kalimat (16) akan terasa lain jika dibuat variasi bentuk gramatikalnya. Kalimat

(16) merupakan kalimat aktif yang ditandai dengan kata kerja mengendorkan, melihat,

dan membangun. Agar kalimat (16) lebih bervariasi, seharusnya dibuat variasi bentuk

me- dan di-. Dengan adanya variasi bentuk me- dan di- pada kalimat (16) diharapkan

dapat terpelihara minat dan perhatian pembaca. Jadi, kalimat efektif yang dibentuk

adalah:

(16.a) Memang, cukup mengendorkan semangat kalau kita melihat keadaan di Nusa Tenggara (tidak termasuk Bali dan Lombok) yang tetap ‘tidur nyenyak’ meskipun fasilitas-fasilitas pengangkutan laut serta udara sudah banyak dibangun (kalimat efektif).

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

29

(3) Variasi dengan Mengubah Posisi dalam Kalimat

Variasi dengan mengubah posisi dalam kalimat sebenarnya mempunyai

hubungan dengan penekanan dalam kalimat. Penekanan adalah memberi penegasan

terhadap unsur yang dianggap penting dalam kalimat. Jadi, unsur yang dianggap

penting dalam kalimat diletakkan di posisi awal kalimat. Sebuah kalimat dapat

dimulai atau didahului dengan frasa benda, frasa kerja, dan frasa keterangan. Hal ini

dilakukan agar bentuk kalimatnya menjadi lebih bervariasi dan efektif.

Contoh:

(17) Pelaksanaan bantuan hukum di negara kita, yang dilaksanakan atas dasar peraturan peninggalan zaman penjajahan dahulu sifatnya sangat terbatas (Keraf, 2004: 52).

Untuk mencapai efektivitas pada kalimat (17) diperlukan variasi dengan

mengubah posisi dalam kalimat. Kalimat (17) diawali dengan frasa benda yaitu

pelaksanaan bantuan hukum. Kalimat (17) akan terasa lain dan lebih bervariasi jika

diawali dengan frasa keterangan yaitu di negara kita. Frasa di negara kita dianggap

unsur yang penting dalam kalimat. Oleh karena itu, frasa di negara kita diletakkan di

awal kalimat. Jadi, kalimat akan lebih efektif jika ditulis:

(17.a) Di negara kita pelaksanaan bantuan hukum yang dilaksanakan atas dasar peraturan peninggalan zaman penjajahan dahulu sifatnya sangat terbatas.

e) Keparalelan (Kesejajaran)

Paralelisme merupakan suatu cara yang digunakan untuk menempatkan

gagasan-gagasan yang sama penting dan sama fungsinya ke dalam suatu

struktur/konstruksi gramatikal yang sama (Keraf, 2004: 52). Kesejajaran bentuk dapat

membantu memberi kejelasan dalam unsur gramatikal dengan mempertahankan

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

30

bagian-bagian yang sederajat dalam kontruksi yang sama. Sebagai contoh: jika salah

satu gagasan itu ditempatkan pada struktur kata benda, kata-kata atau kelompok kata

yang lain yang menduduki fungsi yang sama juga harus ditempatkan dalam struktur

kata benda. Jika salah satu gagasan ditempatkan pada struktur kata kerja, kata-kata

atau kelompok kata yang lain yang menduduki fungsi yang sama juga harus

ditempatkan dalam struktur kata kerja. Kesejajaran dalam kalimat dapat berupa

kesejajaran bentuk dan kesejajaran makna.

Contoh:

(18) Tahap terakhir dari penyelesaian gedung itu adalah: pengecatan seluruh temboknya, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruangnya (kalimat tidak efektif) (Keraf, 2004: 54).

(19) Tahap terakhir dari penyelesaian gedung itu adalah: pengecatan seluruh temboknya, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruangnya (kalimat efektif).

f) Penalaran (Logika)

Bahasa tidak pernah lepas dari penalaran. Tulisan-tulisan yang jelas dan

terarah merupakan perwujudan daripada berpikir logis. Jalan pikiran pembaca dapat

untuk menentukan baik tidaknya kalimat yang disusun dan mudah tidaknya pikirannya

dapat dipahami oleh pembaca/pendengar. Jalan pikiran adalah suatu proses berpikir

yang berusaha untuk menghubungkan evidensi-evidensi menuju suatu kesimpulan

yang masuk akal (Keraf, 2004: 54). Hal ini berarti kalimat-kalimat yang diucapkan

harus dapat dipertanggungjawabkan dari segi akal sehat atau sesuai dengan penalaran.

Untuk memberikan suatu uraian tentang hubungan bahasa dan logika serta

menjamin agar kalimat tidak bertentangan dengan segi penalaran, ada hal dasar

tentang proses berpikir logis yaitu definisi (batasan) dan generalisasi. Setiap pembaca

ingin mengetahui bagaimana batasan arti dari suatu istilah sebelum melangkah lebih

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

31

jauh untuk memahami maknanya. Oleh karena itu, perlu diberikan batasan yang jelas

dan tepat untuk setiap istilah sehingga tulisan itu akan mendapat landasan yang kuat

dan tidak dapat dibantah. Dalam membuat sebuah generalisasi, harus memerhatikan

peristiwa-peristiwa yang dipakai cukup banyak dan meyakinkan. Apabila peristiwa

yang dipakai sebagai dasar generalisasi tidak relevan, generalisasi tersebut akan

ditolak oleh akal sehat.

Contoh Definisi:

(20) Debat adalah bila dua orang atau pihak mempertahankan dengan bukti-bukti tentang sesuatu hal dalam suatu diskusi yang teratur (definisi yang salah).

(21) Debat adalah suatu diskusi yang teratur tentang sesuatu hal antara dua pihak atau lebih (definisi yang benar).

Contoh Generalisasi: (22) Orang-orang yang luar biasa radikal pada masa mudanya selalu

menjadi konservatif bila sudah memperoleh harta dan kekuasaan (generalisasi berlebihan).

(23) Bahkan pemuda-pemuda yang sangat radikal pun tampaknya akan menjadi konsevatif bila sudah memperoleh harta dan kekuasaan (generalisasi baik).

2) Ciri-ciri Kalimat Efektif Menurut Putrayasa

a) Kesatuan (Unity)

Kalimat yang efektif haruslah dapat mengungkapkan sebuah ide pokok atau

satu kesatuan pikiran, baik dalam kalimat inti maupun kalimat luas. Kesatuan pikiran

tersebut dapat dibentuk jika ada keselarasan antara subjek-predikat, predikat-objek,

dan predikat-keterangan (Putrayasa, 2010: 54). Jadi, kesatuan pikiran dibentuk karena

adanya kesatuan bentuk atau struktur kalimat yang disusun oleh unsur-unsur kalimat

sehingga terjadi keseimbangan antara pikiran dan struktur bahasa yang digunakan.

Agar kesatuan gagasan yang hendak disampaikan dapat ditangkap dengan baik oleh

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

32

pembaca/pendengar, sebuah kalimat harus mempunyai subjek dan predikat meskipun

dalam kalimat yang panjang. Selain itu, sebuah subjek tidak dapat diantarkan oleh

partikel karena dapat menyebabkan kedudukan subjeknya menjadi tidak jelas.

Contoh:

(24) Kepada para mahasiswa diharapkan mendaftarkan diri di sekretariat (kalimat tidak efektif) (Putrayasa, 2010: 54).

(24.a) Para mahasiswa diharapkan mendaftarkan diri di sekretariat (kalimat efektif).

b) Kehematan (Economy)

Kehematan adalah adanya hubungan jumlah kata yang digunakan dengan

luasnya jangkauan makna yang diacu (Putrayasa, 2010: 55). Sebuah kalimat dikatakan

hemat jika pembicara memerhatikan seberapa banyakkah kata yang bermanfaat bagi

pembaca atau pendengar bukan dari banyak sedikitnya kata yang digunakan. Oleh

karena itu, kata-kata yang tidak perlu dapat dihilangkan. Menghemat penggunaan

kata-kata dimaksudkan walaupun kata-kata itu ditanggalkan tidak akan mengganggu

makna atau arti dari kalimat tersebut. Kehematan ini menyangkut persoalan

gramatikal dan makna kata dalam kalimat. Cara-cara untuk menghemat kata-kata

dalam kalimat antara lain: mengulang subjek kalimat, menghindari hiponimi, dan

pemakaian kata depan dari dan daripada.

(1) Mengulang Subjek Kalimat

Mengulang subjek kalimat tidak akan membuat kalimat itu menjadi lebih jelas.

Mengulang subjek kalimat dapat menyebabkan pleonasme karena adanya

ketidakhematan dalam menggunakan kata dalam kalimat. Oleh karena itu,

pengulangan subjek dalam kalimat tidak diperlukan. Akan tetapi, pengulangan subjek

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

33

dalam kalimat sering dilakukan penulis tanpa disadari. Hal inilah yang menyebabkan

kalimat menjadi tidak efektif.

Contoh:

(25) Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui mempelai memasuki ruangan (kalimat tidak efektif) (Putrayasa, 2010: 55).

(25.a)Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui mempelai memasuki ruangan (kalimat efektif).

(2) Menghindari Hiponimi

Menurut Putrayasa (2010: 120) hiponimi adalah kata atau ungkapan yang

maknanya termasuk di dalam makna kata atau ungkapan lain. Jadi, di dalam makna

kata tersebut terkandung makna dasar kelompok makna kata yang bersangkutan.

Hiponimi berkaitan dengan makna-makna leksikal suatu kata dalam kalimat.

Hiponimi mempunyai hubungan yang berlaku satu arah. Misalnya, kata merah

merupakan hiponimi warna, kata warna berada di atas kata merah bukan di

bawahnya.

Contoh:

(26) Presiden SBY menghadiri Rapin ABRI hari Senin lalu (kalimat tidak efektif) (Putrayasa, 2010: 56).

(26.a)Presiden SBY menghadiri Rapin ABRI Senin lalu (kalimat efektif).

(3) Pemakaian Kata Depan dari dan daripada

Kehematan dalam pemakaian kata dalam kalimat dapat dilakukan dengan

pemakaian kata depan dengan tepat sesuai fungsinya. Penggunaan kata depan

(preposisi) harus ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya. Penggunaan kata

depan dari dalam bahasa Indonesia dipakai untuk menunjukkan arah (tempat), asal

(asal usul), sedangkan kata depan daripada berfungsi untuk membandingkan sesuatu

benda atau hal dengan benda atau hal lainnya. Kehematan penggunaan kata dengan

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

34

menanggalkan kata depan yang kurang tepat dan dianggap berlebihan pada kalimat

dapat membuat suatu kalimat menjadi lugas karena dengan menanggalkan kata depan

tersebut tidak akan mengubah arti atau maksud kalimat. Akan tetapi, ada penggunaan

kata depan yang memang tidak dapat ditanggalkan pada kalimat sehingga kalimat

tersebut menjadi efektif.

Contoh:

(27) Anak dari tetangga saya Senin ini akan dilantik menjadi dokter (kalimat tidak efektif) (Putrayasa, 2010: 56).

(27.a) Anak tetangga saya Senin ini akan dilantik menjadi dokter (kalimat efektif).

c) Penekanan (Emphasis)

Penegasan dalam kalimat adalah upaya pemberian aksentuasi, pementingan

atau pemusatan perhatian pada salah satu unsur atau bagian kalimat, agar unsur atau

bagian kalimat yang diberi penegasan itu lebih mendapat perhatian dari

pendengar/pembicara (Putrayasa, 2010: 56). Ide pokok atau inti pikiran dalam sebuah

kalimat harus diberi penekanan atau penegasan. Pemberian penegasan pada bagian

kalimat yang dianggap penting dapat membuat maksud kalimat menjadi lebih jelas.

Dalam penulisan kalimat efektif ada beberapa cara untuk memberi penekanan pada

kalimat, di antaranya: pemindahan letak frasa, mengulang kata-kata yang sama,

penegasan dengan partikel, penegasan dengan kata keterangan, penegasan dengan

kontras makna, penegasan dengan pemindahan unsur, dan penegasan dengan bentuk

pasif.

(1) Pemindahan Letak Frasa

Untuk memberi penekanan pada bagian tertentu sebuah kalimat, penulis dapat

memindahkan letak frasa atau bagian kalimat itu pada bagian depan kalimat

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

35

(Putrayasa, 2010: 57). Pemindahan letak frasa pada bagian depan kalimat disebut juga

dengan pengutamaan bagian kalimat. Artinya, unsur yang diletakkan pada awal

kalimat merupakan unsur yang ditekankan/ditegaskan. Memindahkan letak frasa

dalam kalimat dianggap dapat membuat maksud kalimat menjadi lebih jelas. Oleh

karena itu, memindahkan letak frasa dalam kalimat dapat digunakan untuk mencapai

keefektifan kalimat.

(2) Mengulang Kata-kata yang Sama

Pengulangan kata dalam sebuah kalimat dapat diperlukan dengan maksud

memberi penegasan pada bagian kalimat yang dianggap penting (Putrayasa, 2010: 57).

Mengulang kata-kata yang sama (repetisi) dianggap dapat membuat maksud kalimat

menjadi lebih jelas. Penegasan dengan repetisi dapat dilakukan dengan mengulang

kata atau frasa yang dianggap penting dalam kalimat. Apabila kata-kata yang

mendapat pengulangan adalah kata yang berimbuhan, kata-kata itu harus memiliki

bentuk dasar yang sama. Oleh karena itu, mengulang kata-kata yang sama yang

dianggap unsur yang penting dalam kalimat dapat digunakan untuk mencapai

keefektifan kalimat.

(3) Penegasan dengan Partikel

Penegasan dalam kalimat dapat dilakukan dengan memberi partikel penekan

terhadap unsur yang ditonjolkan dalam kalimat. Hal ini dianggap dapat membuat

maksud kalimat menjadi lebih jelas (Putrayasa, 2010: 58). Partikel penekan yang ada

dalam bahasa Indonesia adalah yang, lah-yang, dan pun-lah. Partikel yang

ditempatkan di antara subjek dan predikat dalam kalimat verbal (kalimat yang

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

36

predikatnya kata kerja) atau kalimat ajektival (kalimat yang predikatnya kata sifat).

Partikel lah-yang digunakan di antara subjek dan predikat pada sebuah kalimat verbal

atau kalimat ajektival. Partikel pun-lah digunakan: pun digunakan di antara subjek dan

predikat, sedangkan –lah dirangkaikan pada predikat yang berupa kata kerja intrasitif.

Contoh:

(28) Gadis yang cantik. (29) Akulah yang meminjam bukumu. (30) Mereka pun berangkatlah dengan segera.

(4) Penegasan dengan Kata Keterangan

Penegasan dalam kalimat dapat dilakukan dengan menggunakan kata

keterangan. Penegasan dengan kata keterangan dapat digunakan untuk mencapai

keefektifan kalimat. Keterangan penegas yang lazim digunakan untuk memberi

penegasan adalah kata memang (Putrayasa, 2010: 59). Kata memang dapat digunakan

untuk memberi penegasan pada subjek dan dapat juga pada predikat kalimat.

Penegasan kalimat dengan kata keterangan penegas masih dapat pula lebih ditegaskan

lagi dengan partikel penegas. Partikel penegas yang dapat digunakan adalah partikel –

lah. Contoh:

(31) Memang dialah yang belum tahu (sedangkan kami semua sudah tahu).

(5) Penegasan dengan Kontras Makna

Penegasan dalam kalimat dapat dilakukan dengan kontras makna. Penegasan

dengan kontras makna dilakukan terhadap kalimat majemuk setara. Kalimat majemuk

setara adalah gabungan beberapa kalimat tunggal menjadi sebuah kalimat yang lebih

besar, dan tiap-tiap kalimat tunggal yang digabungkan tidak kehilangan unsur-

unsurnya (Putrayasa, 2009: 49). Agar makna kalimat lebih ditonjolkan, diperlukan dua

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

37

kalimat yang mengandung perbandingan. Makna kalimat pertama dari kalimat

majemuk menjadi terasa lebih tegas karena dikontraskan atau dipertentangkan dengan

makna pada klausa kedua. Kata penghubung yang dapat digunakan untuk

menghubungkan dua klausa yang mengandung perbandingan misalnya, padahal.

Contoh:

(32) Rata-rata penduduk di negeri itu kaya raya padahal tanah mereka tandus dan gersang.

(6) Penegasan dengan Pemindahan Unsur

Penegasan dalam kalimat dapat dilakukan dengan cara pemindahan unsur.

Pemindahan unsur adalah memindahkan unsur atau bagian kalimat ke posisi awal

kalimat (Putrayasa, 2010: 60). Memindahkan unsur kalimat akan mengubah struktur

kalimat secara keseluruhan. Sebuah kalimat tidak selalu diawali dengan unsur subjek.

Apabila unsur predikat, objek, atau keterangan yang ingin ditonjolkan/ditegaskan,

maka unsur tersebut harus diletakkan pada posisi awal kalimat.

(7) Penegasan dengan Bentuk Pasif

Penegasan dalam kalimat dapat dilakukan dengan bentuk pasif. Penegasan

dengan bentuk pasif dapat digunakan untuk mencapai keefektifan sebuah kalimat.

Penegasan dengan bentuk pasif dimaksudkan untuk lebih menegaskan peranan objek

penderita. Objek dalam kalimat aktif transitif tidak dapat dipindahkan ke posisi awal

kalimat karena kedudukannya erat sekali dengan predikat (Putrayasa, 2010: 63). Jadi,

jika peranan objek tersebut ingin lebih ditegaskan, kalimatnya harus diubah dulu dari

kalimat aktif menjadi kalimat pasif. Dengan demikian, peranan ‘penderita’ dari objek

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

38

dapat tetap dipertahankan walaupun fungsinya berubah menjadi subjek, tetapi

peranannya tetap sebagai penderita.

Contoh:

(33) Pohon tua itu ditebang kakak tadi pagi (Putrayasa, 2010: 64).

Kalimat (33) merupakan kalimat pasif yang berasal dari kalimat asal “Kakak

menebang pohon tua itu tadi pagi”. Pada kalimat (33) frasa pohon tua itu menduduki

fungsi subjek. Ditebang sebagai predikat. Kakak sebagai objek. Tadi pagi sebagai

keterangan. Pohon tua itu walaupun sudah berfungsi sebagai subjek, tetapi

peranannya tetap sebagai penderita.

d) Kevariasian (Variety)

Suatu kalimat yang ditulis dengan mempergunakan pola kalimat yang sama

akan membuat suasana menjadi monoton atau datar sehingga akan menimbulkan

kebosanan pada pembaca. Demikian juga, apabila kalimat yang panjang terus-

menerus digunakan akan membuat pembaca kehilangan pegangan akan ide pokok

yang dapat menimbulkan kelelahan pada pembaca. Untuk itu, dalam penulisan

diperlukan pola dan bentuk kalimat yang bervariasi. Ciri kevariasian akan diperoleh

jika kalimat yang satu dibandingkan dengan kalimat yang lain (Putrayasa, 2010: 65).

Variasi dalam kalimat yang dapat dilakukan dengan berbagai cara di antaranya:

variasi dalam pembukaan kalimat, variasi dalam pola kalimat, variasi dalam jenis

kalimat, dan variasi bentuk aktif-pasif.

(1) Variasi dalam Pembukaan Kalimat

Ada beberapa kemungkinan untuk memulai kalimat demi mencapai

keefektivitas yaitu dengan variasi pada pembukaan kalimat. Dalam variasi pembukaan

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

39

kalimat, sebuah kalimat dapat dimulai atau didahului dengan frasa keterangan, frasa

benda, frasa kerja, dan partikel penghubung (Putrayasa, 2010: 65). Oleh karena itu,

sebuah kalimat tidak selalu diawali dengan unsur subjek, tetapi dapat diawali dengan

unsur lain dalam kalimat. Variasi pembukaan kalimat mempunyai hubungan dengan

penekanan dalam kalimat. Artinya, unsur yang diletakkan di awal kalimat merupakan

unsur yang ditegaskan karena dianggap penting.

Contoh:

(34) Pikiran yang menghantuinya selama ini dibuangnya jauh-jauh (kalimat diawali dengan frasa benda).

(35) Dibuangnya jauh-jauh pikiran yang menghantuinya selama ini (kalimat diawali dengan frasa kerja).

(2) Variasi dalam Pola Kalimat

Untuk mencapai efektivitas kalimat dan menghindari suasana monoton yang

dapat menimbulkan kebosanan dapat dilakukan dengan variasi pola kalimat. Pola

kalimat tidak harus diawali dengan unsur subjek. Akan tetapi, dapat diawali dengan

unsur-unsur kalimat yang lain seperti predikat, objek, dan keterangan. Pola kalimat

subjek-predikat-objek (S-P-O) dapat diubah menjadi predikat-objek-subjek (P-O-S),

subjek-objek-predikat (S-O-P) atau yang lainnya (Putrayasa, 2010: 65). Pola kalimat

yang subjeknya di depan disebut sebagai kalimat biasa. Sementara itu, jika pola

kalimat unsur predikatnya diletakkan di depan disebut dengan kalimat inversi total.

Struktur inversi total terjadi jika kalau frasa predikat secara keseluruhan mendahului

subjek atau predikat inti saja mendahului subjek (Putrayasa, 2009: 22).

Contoh:

(36) Dokter muda itu belum dikenal oleh masyarakat desa Sukamaju (kalimat biasa) (Putrayasa, 2010: 65).

S P O

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

40

(37) Belum dikenal oleh masyarakat desa Sukamaju dokter muda itu (kalimat inversi). P O S

(3) Variasi dalam Jenis Kalimat

Untuk mencapai efektivitas sebuah kalimat berita, dapat dikatakan dalam

kalimat tanya atau kalimat perintah (Putrayasa, 2010: 66). Kalimat berita adalah

kalimat yang mendukung suatu pengungkapan peristiwa atau kejadian (Putrayasa,

2009: 19). Kalimat tanya adalah kalimat yang mengandung suatu pertanyaan

(Putrayasa, 2009: 26). Artinya, kalimat tanya dibentuk untuk memancing responsi

yang berupa jawaban. Kalimat tanya dapat ditandai oleh partikel tanya seperti kah,

atau kata tanya apa, bagaimana, mengapa, dll. Pemakaian kalimat berita secara terus

menerus dalam bacaan akan menimbulkan suasana yang monoton atau datar sehingga

dapat menimbulkan kebosanan pada diri pembaca. Oleh karena itu, diperlukan variasi

jenis kalimat dalam kalimat berita.

(4) Variasi Bentuk Aktif-Pasif

Pemakaian bentuk gramatikal yang sama dalam beberapa kalimat berturut-

turut dapat menimbulkan kelesuan pada pembaca. Untuk menghindari hal tersebut

diperlukan variasi pemakaian bentuk gramatikal terutama dalam mempergunakan

bentuk-bentuk kata kerja yang mengandung prefiks me- dan di-. Kevariasian dalam

kalimat akan membuat kalimat terasa lebih segar. Hal ini karena, pemakaian bentuk

yang sama tidak dilakukan secara berlebihan dalam kalimat. Apabila bentuknya

bervariasi, minat dan perhatian pembaca dapat tetap terpelihara.

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

41

3) Ciri-ciri Kalimat Efektif Menurut Wibowo

a) Keharmonian

Keharmonian sebuah kalimat ditunjukkan oleh kemampuan penulis dalam

menyelaraskan antara gagasannya dan struktur bahasa yang digunakan (Wibowo,

2009: 95). Sebuah kalimat dikatakan efektif dapat ditentukan dari keharmonian atau

keseimbangan antara gagasan dan struktur bahasa yang dipakai. Keharmonian kalimat

dapat dilihat dengan cara: subjek dan predikatnya jelas, tidak mengandung makna

ganda, dan cermat dalam menggunakan kata penghubung. Oleh karena itu, sebuah

kalimat sekurang-kurangnya harus memiliki subjek dan predikat. Pemakaian kata

penghubung harus cermat agar tidak mengaburkan salah satu fungsi unsur dalam

kalimat. Kalimat yang memiliki subjek yang sama tidak perlu ditulis ulang pada

klausa berikutnya agar tercapai keefektifan kalimat.

b) Keparalelan

Untuk mencapai efektivitas kalimat dapat dilakukan dengan paralelisme.

Keparalelan adalah kesejajaran atau kesejajaran unsur pembentuk kata atau klausa

yang digunakan dalam kalimat (Wibowo, 2009: 97). Apabila suatu bentuk dinyatakan

dalam kata benda (“pe-an” atau “ke-an”), bentuk berikutnya juga harus dinyatakan

dalam kata benda. Begitu pun, jika suatu bentuk dinyatakan dalam kata kerja (“me-

kan” atau “di-kan”), bentuk berikutnya yang sederajat juga harus dinyatakan dalam

kata kerja. Kesejajaran bentuk dilakukan agar tercipta kesejajaran bentuk-bentuk yang

sederajat dalam kalimat sehingga terbentuk kalimat yang efektif.

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

42

c) Ketegasan

Ketegasan dalam kalimat dilakukan untuk menonjolkan gagasan atau ide

pokok kalimatnya (Wibowo, 2009: 98 ). Ide pokok yang dianggap penting perlu diberi

penegasan agar dapat diketahui oleh pembaca. Gagasan utama kalimat tetap didukung

oleh subjek dan predikat, sedangkan unsur terpenting yang dipentingkan dapat

bergeser dari satu kata ke kata yang lain. Memberikan penegasan pada kalimat dapat

dilakukan dengan berbagai cara. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk memberi

penegasan dalam kalimat di antaranya:

(1) meletakkan kata yang ditonjolkan pada awal kalimat,

(2) membuat urutan suatu proses atau peristiwa dengan gambaran logis,

(3) pengulangan terhadap kata yang ingin ditegaskan,

(4) pertentangan terhadap ide yang ingin ditegaskan,

(5) menggunakan partikel penegas.

d) Kehematan

Kehematan yaitu tidak menggunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang

dianggap tidak perlu (Wibowo, 2009: 100). Kehematan dalam kalimat dilakukan agar

tidak terjadi pleonasme. Kalimat yang mengandung pleonasme dianggap sebagai

kalimat yang tidak efektif. Seorang penulis/pembicara harus dapat memilih kata-kata

yang tepat agar informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh

pembaca/pendengar. Cara-cara yang dapat dilakukan dalam kehematan pemakaian

kata-kata dalam kalimat di antaranya:

(1) menghindari pengulangan subjek,

(2) menghindari pemakaian superordinat pada hiponimi kata,

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

43

(3) menghindari dua kata yang bersinonim yang dipakai sekaligus dalam sebuah

kalimat,

(4) tidak menjamakkan kata-kata yang bentuk (dan maknanya) sudah jamak.

e) Kecermatan

Kecermatan yaitu cermat menggunakan kata-kata dalam kalimat, sehingga

kalimat tersebut tidak ambigu/menimbulkan tafsir ganda (Wibowo, 2009: 101).

Kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda pada diri pembaca, maka kalimat

tersebut merupakan kalimat tidak efektif. Seorang penulis harus cermat menggunakan

kata-kata dalam menyusun sebuah kalimat. Hal ini agar maksud atau makna yang

terkandung dalam kalimat tersebut menjadi lebih jelas. Penggunaan tanda hubung dan

juga penghilangan salah satu unsur pada frasa dapat digunakan untuk menghindari

salah tafsir pada kalimat. Frasa merupakan satu konstruksi kebahasaan yang terdiri

dari dua kata atau lebih (Parera, 2009: 61).

f) Kelogisan

Kelogisan yakni logis dalam mengemukakan ide kalimat (Wibowo, 2009:

101). Ide kalimat harus disusun secara logis agar kalimat tersebut tidak bertentangan

dengan segi penalaran. Sebuah kalimat dikatakan efektif jika dapat

dipertanggungjawabkan dari segi akal sehat atau penalaran. Oleh karena itu, suatu

kalimat harus ditulis secara jelas dan terarah. Seorang penulis harus mampu menyusun

kalimat yang dapat diterima secara logis agar informasi yang disampaikan dapat

diterima dengan baik oleh pembaca. Misalnya, “Untuk mempersingkat waktu”

(seharusnya, “untuk menghemat waktu”, karena waktu tidak bisa dipersingkat).

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

44

g) Kevariasian

Variasi dalam kalimat ditujukan agar pembaca tidak cepat merasa bosan dalam

membaca sebuah tulisan. Hal ini karena kalimat yang pola kalimatnya selalu sama

akan membuat suasana yang monoton sehingga dapat menghambarkan selera

pembaca. Variasi dalam kalimat biasanya dilakukan pada pembukaan kalimat atau

untuk mengawali sebuah tulisan (Wibowo, 2009: 102). Akan tetapi, ciri kevariasian

akan diperoleh jika kalimat yang satu dibandingkan dengan kalimat yang lain.

Kemungkinan variasi kalimat di antaranya:

(1) membentuk kalimat pembuka dengan frasa keterangan, frasa benda, frasa kerja,

dan dengan partikel penghubung,

(2) membentuk kalimat pembuka dengan menempatkan subjek atau predikat pada

awal kalimat.

4) Simpulan Ciri-ciri Kalimat Efektif

a) Kesatuan Pikiran

Kesatuan pikiran dibentuk karena adanya kesatuan bentuk atau struktur

kalimat yang dibentuk oleh unsur-unsur kalimat sehingga terjadi keseimbangan antara

pikiran dan struktur kalimat yang digunakan. Kesatuan pikiran dalam kalimat dapat

diwakili oleh unsur subjek, predikat, dan sekurang-kurangnya unsur objek dan

keterangan. Hal ini berarti ada keselarasan antara subjek-predikat, predikat-objek, dan

predikat-keterangan dalam kalimat. Kesatuan pikiran dalam kalimat dapat berbentuk

kesatuan tunggal dan kesatuan gabungan. Sebuah kalimat dikatakan efektif jika

mempunyai kesatuan pikiran yang utuh baik, dalam kesatuan tunggal maupun

kesatuan gabungan.

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

45

(1) Kesatuan Tunggal

Kesatuan tunggal adalah kesatuan pikiran yang terdiri atas satu klausa. Oleh

karena itu, kesatuan tunggal disebut juga kalimat tunggal. Hal ini karena, kesatuan

tunggal hanya memiliki satu ide tunggal dalam kalimat. Keefektifan kalimat dalam

kalimat tunggal dapat dibentuk apabila ada kesatuan pikiran dalam kalimat. Artinya,

dalam kalimat tersebut hanya terdapat satu gagasan pokok.

(2) Kesatuan Gabungan

Kesatuan gabungan adalah kesatuan pikiran yang terbentuk dari dua gagasan

pokok atau lebih dalam kalimat. Oleh karena itu, kesatuan gabungan dapat berbentuk

kalimat majemuk. Kesatuan gabungan tersebut bisa terdapat dalam kalimat majemuk

setara maupun kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk setara dapat dibentuk

jika kedua klausa dihubungkan dengan kata penghubung koordinatif. Kalimat

majemuk bertingkat dapat dibentuk jika antara klausa yang satu dengan yang lain

dihubungkan dengan kata penghubung subordinatif. Jadi, kesatuan gabungan terdiri

atas dua klausa atau lebih yang dihubungkan oleh kata penghubung sehingga

kalimatnya menjadi padu.

b) Kekoherensian

Koherensi adalah hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur-

unsur yang membentuk kalimat. Hubungan antara unsur-unsur dalam kalimat harus

dapat saling menjelaskan dengan baik dan jelas. Jadi, koherensi lebih menekankan

segi struktur atau inter-relasi antara kata-kata yang menduduki sebuah tugas dalam

kalimat. Keefektifan kalimat dapat dibentuk apabila sebuah kalimat memiliki

koherensi yang baik dan kompak. Akan tetapi, ada beberapa hal yang dapat merusak

koherensi kalimat di antaranya.

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

46

(1) Penempatan Kata Tidak Sesuai Pola Kalimat

Penempatan kata yang tidak sesuai dengan pola kalimat akan mengakibatkan

kerancuan (kontaminasi) dalam kalimat. Kalimat yang rancu adalah kalimat yang

kacau atau kalimat yang susunannya tidak teratur sehingga informasinya sulit

dipahami oleh pembaca. Kalimat yang pola kalimatnya tidak tepat akan menyebabkan

makna kalimatnya menjadi tidak logis. Oleh karena itu, kalimat yang kacau

susunannya termasuk kalimat yang tidak efektif. Keefektifan kalimat dapat dibentuk

jika penempatan kata-kata dalam kalimat harus sesuai dengan pola kalimatnya.

(2) Pemakaian Kata Depan dan Kata Penghubung Tidak Tepat

Penggunaan kata depan dan kata penghubung yang tidak tepat dalam kalimat

dapat menyebabkan hubungan di antara unsur-unsur kalimat menjadi tidak padu.

Penggunaan kata depan dan kata penghubung harus disesuaikan dengan fungsinya

sehingga terbentuk koherensi yang baik dalam kalimat. Kata penghubung koordinatif

dan subordinatif harus digunakan dengan tepat sehingga terbentuk hubungan makna

yang baik dalam kalimat. Kata penghubung koordinatif adalah kata penghubung yang

menghubungkan dua konstituen yang kedudukannya sederajat. Kata penghubung

subordinatif adalah kata penghubung yang menghubungkan dua kontituen yang

kedudukannya tidak sederajat.

(3) Pemakaian Kata yang Maknanya Tumpang Tindih

Pemakaian dua kata yang searti dapat merusak koherensi kalimat. Pemakaian

kata-kata yang berlebihan atau yang searti disebut pleonasme. Gejala pleonasme harus

dihindari dalam menyusun kalimat karena dapat menyebabkan kalimat menjadi tidak

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

47

efektif. Oleh karena itu, penulis harus berhati-hati dalam menggunakan kata-kata yang

maknanya tumpang tindih dalam kalimat agar tidak terjadi pleonasme. Hal ini karena,

keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan menghindari pleonasme yaitu bentuk

jamak dinyatakan dua kali dalam kalimat. Bentuk jamak yang dinyatakan dua kali

dalam kalimat tidak akan membuat maksud kalimat menjadi lebih jelas sehingga

pemakaiannya harus dihindari.

(4) Penempatan Keterangan Aspek Tidak Tepat

Penempatan keterangan aspek dengan tidak tepat pada kata kerja tanggap

dapat merusak koherensi kalimat. Koherensi yang rusak menyebabkan kalimatnya

menjadi tidak efektif. Pada kata kerja tanggap penulisan kata ganti orang harus

langsung didekatkan pada kata kerjanya sehingga tidak dapat disisipi oleh keterangan

aspek. Hal ini karena hubungan antara persona dan verba pada kata kerja tanggap

sangat mesra. Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan menempatkan keterangan

aspek dengan tepat dalam kalimat, khususnya dalam kata kerja pasif.

c) Penekanan (Penegasan)

Penekanan atau penegasan dalam kalimat adalah pementingan atau pemusatan

perhatian pada salah satu unsur atau bagian kalimat agar unsur atau bagian kalimat

tersebut lebih mendapat perhatian dari pembaca. Unsur yang dipentingkan dapat

bergeser dari satu kata ke kata lain dalam kalimat. Inti pikiran yang terkandung dalam

tiap kalimat (gagasan utama) haruslah dibedakan dari sebuah kata yang dipentingkan.

Akan tetapi, gagasan utama kalimat tetap didukung oleh subjek dan predikat. Ada

berbagai cara untuk memberi penekanan pada kalimat di antaranya.

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 39: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

48

(1) Mengubah Posisi dalam Kalimat

Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan memberi penekanan terhadap

unsur yang dianggap penting dalam kalimat. Memberi penekanan terhadap unsur yang

dianggap penting dalam kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi dalam

kalimat. Walaupun posisi kalimat berubah, gagasan utama dalam kalimat tetap

didukung oleh subjek dan predikat. Mengubah posisi dalam kalimat dianggap dapat

membuat maksud kalimat menjadi lebih jelas sehingga kalimatnya menjadi efektif.

Unsur kalimat yang diletakkan di awal kalimat merupakan unsur yang dipentingkan

dalam kalimat.

(2) Mempergunakan Repetisi

Memberi penekanan terhadap unsur yang dianggap penting dalam kalimat

dapat dilakukan dengan mempergunakan repetisi. Penegasan dengan repetisi dapat

dilakukan dengan mengulang kata atau frasa yang dianggap penting dalam kalimat.

Jadi, unsur yang dipentingkan tersebut mendapat pengulangan kata dalam kalimat.

Mempergunakan repetisi dalam kalimat dapat membuat maksud kalimat menjadi lebih

jelas. Hal ini dapat dilakukan untuk mencapai keefektifan kalimat.

(3) Pertentangan

Keefektifan kalimat dapat dilakukan dengan cara memberi penekanan terhadap

suatu gagasan dalam kalimat dengan mempergunakan pertentangan. Pertentangan

dapat digunakan untuk menekan suatu gagasan dalam kalimat. Unsur yang

dipertentangkan merupakan unsur yang dianggap penting dalam kalimat. Penekanan

dengan pertentangan dimaksudkan untuk menekankan salah satu gagasan pada klausa

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 40: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

49

yang pertama atau pada klausa yang kedua dalam kalimat. Mempergunakan

pertentangan dalam kalimat dimaksudkan untuk membuat makna kalimat menjadi

lebih jelas.

(4) Partikel Penekan

Keefektifan kalimat dapat dilakukan dengan cara memberi penekanan dengan

partikel penekan pada unsur yang ditegaskan dalam kalimat. Penggunaan partikel

penekan dalam kalimat harus tepat agar kalimatnya menjadi efektif. Hal ini karena,

ada partikel yang ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya (lah, kah, dan

tah) dan ada yang ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya (partikel pun yang

menyertai kata kerja, kata ganti, kata benda, dan kata sifat). Ketepatan penulisan

partikel dalam kalimat dapat mempengaruhi keefektifan kalimat. Oleh karena itu,

seorang penulis/pengarang harus dapat membedakan penulisan partikel antara yang

ditulis dipisah dengan kata yang mengikutinya dan yang ditulis serangkai dengan kata

yang mengikutinya.

(5) Kata Keterangan

Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan cara memberi penekanan dengan

kata keterangan. Pemakaian kata keterangan dalam kalimat harus tepat agar

membentuk kalimat yang efektif. Kata keterangan lazim yang digunakan adalah

memang. Kata memang dapat memberi penegasan pada subjek dan predikat.

Penegasan dengan kata keterangan juga dapat ditegaskan lagi dengan menggunakan

partikel penekan misalnya, -lah.

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 41: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

50

(6) Kontras Makna

Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan cara memberi penekanan dengan

kontras makna. Penegasan dengan kontras makna dilakukan terhadap kalimat

majemuk setara. Makna klausa yang pertama menjadi terasa lebih tegas karena

dikontraskan atau dibandingkan dengan makna klausa yang kedua. Untuk itu,

diperlukan dua kalimat yang mengandung pertentangan/perbandingan. Kata

penghubung yang digunakan misalnya, padahal.

(7) Pemindahan Unsur

Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan cara memberi penekanan dengan

pemindahan unsur dalam kalimat. Pemindahan unsur adalah memindahkan unsur atau

bagian kalimat ke posisi awal kalimat. Memindahkan unsur kalimat akan mengubah

struktur kalimat secara keseluruhan. Jadi, sebuah kalimat tidak selalu diawali dengan

unsur subjek. Unsur yang diletakkan di awal kalimat adalah unsur yang

ditegaskan/ditekankan dapat berupa subjek, predikat, objek, atau keterangan/

(8) Bentuk Pasif

Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan cara memberi penekanan dengan

bentuk pasif. Bentuk pasif adalah bentuk kata kerja di-. Penegasan dalam bentuk

kalimat pasif dimaksudkan untuk lebih menegaskan peranan objek penderita. Jadi, jika

peranan objek ingin lebih ditegaskan, sebuah kalimat harus diubah dulu dari kalimat

aktif menjadi kalimat pasif. Hal ini agar peranan’ penderita’ dari objek dapat tetap

dipertahankan walaupun fungsinya berubah menjadi subjek, tetapi peranannya tetap

sebagai penderita.

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 42: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

51

(9) Urutan Peristiwa/Proses Dibuat dengan Gambaran Logis

Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan memberi penekanan dengan

membuat urutan peristiwa/proses dengan gambaran yang logis. Membuat urutan yang

logis adalah membuat urutan ide atau gagasan yang makin lama makin penting. Jadi,

ide atau gagasan yang diletakkan di bagian paling akhir adalah ide atau gagasan yang

paling penting. Sebuah peristiwa harus disusun secara runtut dan kronologis agar

ceritanya mudah dipahami oleh pembaca. Oleh karena itu, tiap tahap peristiwa

tersebut harus dijelaskan dengan detail dan tegas sehingga pembaca dapat melihat

seluruh proses itu dengan jelas.

d) Kevariasian

Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan cara menganekaragamkan bentuk-

bentuk bahasa. Menganekaragamkan bentuk-bentuk bahasa dimaksudkan untuk

memelihara minat dan perhatian pembaca. Hal ini karena pemakaian bentuk yang

sama secara berlebihan dalam kalimat akan menghambarkan selera pembaca. Oleh

karena itu, diperlukan variasi dalam kalimat. Kemungkinan-kemungkinan variasi

dalam kalimat antara lain sebagai berikut.

(1) Pembukaan Kalimat

Variasi pada pembukaan kalimat dapat dilakukan untuk mencapai keefektifan

kalimat. Variasi pembukaan kalimat berhubungan dengan penekanan dalam kalimat.

Jadi, unsur yang dianggap penting ditegaskan dengan diletakkan di awal kalimat.

Dengan variasi pembukaan kalimat, sebuah kalimat dapat diawali dengan frasa

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 43: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

52

keterangan, frasa benda, frasa kerja, dan partikel penghubung. Jadi, sebuah kalimat

tidak hanya diawali dengan unsur subjek saja.

(2) Pola Kalimat

Variasi pola kalimat dapat dilakukan untuk mencapai keefektifan kalimat. Pola

kalimat dapat diubah-ubah sehingga sebuah kalimat tidak harus diawali dengan

subjek. Sebuah kalimat dapat diawali dengan unsur predikat, objek, atau keterangan.

Hal ini dilakukan untuk menghindari suasana yang monoton sehingga pembaca tidak

cepat merasa jenuh dengan pola kalimat yang selalu sama. Pola kalimat yang

bervariasi dapat memelihara minat dan perhatian pembaca.

(3) Jenis Kalimat

Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan membuat variasi jenis kalimat. Hal

ini karena bentuk kalimat berita yang dibuat secara terus-menerus dapat membuat

pembaca merasa bosan. Untuk itu, diperlukan variasi jenis kalimat dalam kalimat

berita yang berupa kalimat tanya. Penulisan kalimat tanya harus dilakukan dengan

tepat agar dapat membentuk kalimat yang efektif. Hal ini karena, penulisan kata tanya

dengan tidak tepat dapat menyebabkan kalimat menjadi tidak efektif.

(4) Penggunaan Bentuk me- dan di-

Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan cara penggunaan bentuk me- dan

di- dalam kalimat. Variasi bentuk me- dan di- dalam kalimat akan membuat kalimat

terasa lebih segar. Bentuk kalimat yang selalu sama dan dilakukan secara berlebihan

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 44: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

53

akan menimbulkan kejenuhan pada diri pembaca. Oleh karena itu, pemakaian bentuk

yang sama secara berlebihan harus dihindari. Hal ini karena, apabila bentuknya

bervariasi, minat dan perhatian pembaca dapat tetap terpelihara.

(5) Sinonim Kata

Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan variasi sinonim kata. Variasi

berupa sinonim kata yang berbentuk kelompok kata pada hakikatnya tidak mengubah

isi dari amanat yang akan disampaikan. Sinonim adalah dua kata atau lebih yang

maknanya kurang lebih sama. Sinonim kata berkaitan dengan makna-makan leksikal

pada kata tersebut. Variasi sinonim kata dimaksudkan untuk membuat makna dan

maksud kalimat menjadi lebih jelas.

e) Keparalelan (Kesejajaran)

Paralelisme adalah menempatkan gagasan-gagasan yang sama penting dan

sama fungsinya ke dalam suatu struktur gramatikal yang sama. Kesejajaran akan

membantu memberi kejelasan kalimat secara keseluruhan. Kesejajaran bentuk

memberi kejelasan dalam unsur gramatikal suatu kalimat dengan mempertahankan

bagian-bagian yang sederajat dalam kontruksi yang sama. Kesejajaran dalam kalimat

dapat berupa kesejajaran bentuk dan kesejajaran makna. Kesejajaran bentuk dan

kesejajaran makna dalam kalimat dapat digunakan untuk mencapai keefektifan

kalimat.

(1) Kesejajaran Bentuk

Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan memberi kesejajaran bentuk dalam

kalimat. Kesejajaran bentuk terjadi bila ada kesejajaran bentuk antara ide-ide yang

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 45: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

54

sederajat dalam kalimat. Ide yang disejajarkan dapat berupa unsur subjek, predikat,

ataupun objek. Jika sebuah ide dinyatakan dengan kata kerja berimbuhan, ide-ide yang

sederajat harus dinyatakan dengan kata kerja yang berimbuhan sama. Jika sebuah

kalimat mengandung kesejajaran bentuk, maka kalimat tersebut termasuk kalimat

yang efektif.

(2) Kesejajaran Makna

Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan memberi kesejajaran makna dalam

kalimat. Antara bentuk dan makna memiliki hubungan yang erat. Makna yang

terkandung dalam satuan fungsional yakni unsur kalimat yang berkedudukan sebagai

subjek, predikat, objek, dan keterangan. Oleh karena itu, fungsi unsur tersebut

ditentukan oleh relasi makna antar unsur. Antara subjek dan predikat, predikat dan

objek harus sejajar maknanya dalam kalimat.

(f) Penalaran (Logika)

Penalaran adalah suatu kegiatan yang memungkinkan seseorang berpikir secara

logis atau masuk akal. Kalimat yang nalar adalah kalimat yang masuk akal. Artinya,

kalimat tersebut dapat diterima oleh akal sehat pembaca. Keefektifan kalimat dapat

dibentuk jika makna kalimatnya logis atau masuk akal. Untuk menjamin agar kalimat

tidak bertentangan dengan penalaran diperlukan suatu definisi dan generalisasi.

(1) Definisi

Definisi atau batasan yang tepat merupakan kunci dari ciri berpikir yang logis.

Setiap istilah harus diberi suatu batasan yang jelas dan tepat agar suatu tulisan

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 46: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

55

mendapat landasan yang kuat dan tidak dapat dibantah. Keefektifan kalimat dapat

dicapai apabila kalimat yang mengandung suatu istilah memiliki landasan yang kuat

dan jelas agar kebenarannya tidak diragukan oleh orang lain. Untuk itu, seorang

penulis harus dapat membuat definisi yang baik dan tepat agar membentuk kalimat

yang efektif.

(2) Generalisasi

Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan membuat generalisasi. Dalam

membuat suatu generalisasi yang harus diperhatikan adalah peristiwa-peristiwa yang

dipakai harus cukup banyak dan menyakinkan. Apabila dasar generalisasi tidak

relevan, generalisasi akan ditolak oleh akal sehat. Kalimat yang efektif adalah kalimat

yang maknanya dapat diterima oleh akal sehat. Sebuah kalimat dapat diterima jika

memenuhi kaidah kebenaran logikal.

(g) Kehematan

Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan kehematan. Kehematan yaitu

hemat dalam menggunakan kata-kata dalam menyusun kalimat agar susunannya tidak

berlebih-lebihan. Kata-kata yang dianggap tidak diperlukan dapat dihilangkan agar

tidak terjadi pleonasme dalam kalimat. Pleonasme dapat menyebabkan kalimat

menjadi tidak efektif. Kehematan dalam kalimat dapat dilakukan dengan cara sebagai

berikut.

(1) Menghindari Pengulangan Subjek

Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan menghindari pengulangan subjek

dalam kalimat. Mengulang subjek dalam kalimat dapat menyebabkan kalimatnya

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 47: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

56

menjadi tidak efektif. Hal ini karena mengulang subjek dalam kalimat tidak membuat

kalimat menjadi lebih jelas. Oleh karena itu, pengulangan subjek dalam kalimat harus

dihindari. Subjek kalimat dapat ditempatkan pada induk kalimat agar gagasan utama

kalimat jelas.

(2) Menghindari Hiponimi

Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan menghindari hiponimi. Hiponimi

adalah kata atau ungkapan yang maknanya merupakan bagian dari makna suatu kata

atau ungkapan lain. Penggunaan hiponimi dalam kalimat dapat menyebabkan

pleonasme. Adanya ploenasme dalam kalimat akan menyebabkan kalimat menajdi

tidak efektif. Oleh karena itu, penggunaan hiponimi dalam kalimat harus dihindari

agar tidak terjaid pleonasme.

(3) Pemakaian Kata Depan dari dan daripada

Penggunaan kata depan dari dan daripada berkaitan dengan makna gramatikal

suatu kata dalam kalimat. Pemakaian kata depan dari dan daripada dalam kalimat

harus disesuaikan dengan fungsinya. Kata depan dari berfungsi untuk menunjukkan

arah (tempat) dan asal (asal usul). Kata depan daripada berfungsi untuk

membandingkan sesuatu benda atau hal dengan benda atau hal lainnya. Pemakaian

kata depan dari dan daripada dengan tepat dalam kalimat dapat membuat kalimat

menjadi efektif.

(4) Menghindari Dua Kata Bersinonim

Keefektifan kalimat dapat dilakukan dengan menghindari penggunaan dua kata

yang bersinonim yang dipakai secara sekaligus dalam sebuah kalimat. Penggunaan

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 48: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

57

dua kata yang bersinonim secara sekaligus tidak membua makna kalimat menjadi

jelas. Akan tetapi, dapat menyebabkan terjadinya pleonasme dalam kalimat. Oleh

karena itu, untuk menghindari pleonasme dalam kalimat harus dihindari penggunaan

dua kata bersinonim dalam kalimat. Hal ini dilakukan agar terbentuk kalimat yang

efektif.

(5) Tidak Menjamakkan Kata

Keefektifan kalimat dapat dilakukan dengan tidak menjamakkan kata-kata

yang bentuk (maknanya) sudah jamak. Hal ini agar tidak terjadi pleonasme dalam

kalimat. Menghilangkan kata yang sudah jamak tidak akan menganggu makna atau

arti dari kalimat. Agar terbentuk kalimat yang efektif, kita harus menghindari

penggunaan kata-kata yang sudah bermakna jamak. Oleh karena itu, seorang penulis

harus berhati-hati dan cermat dalam memilih kata.

(h) Kecermatan

Keefektifan kalimat dapat dibentuk dengan kecermatan. Kecermatan yakni

cermat menggunakan kata-kata dalam kalimat sehingga tidak menimbulkan penafsiran

ganda (makna ambigu) dalam kalimat. Sebuah kalimat yang menimbulkan penafsiran

ganda merupakan kalimat yang tidak efektif. Oleh karena itu, seorang penulis harus

teliti dalam menggunakan kata dalam kalimat. Agar sebuah kalimat tidak mengandung

makna ambigu, unsur yang menerangkan pada kalimat harus disebutkan dengan jleas.

Teori tentang kesimpulan mengenai ciri-ciri kalimat efektif menurut Keraf,

Putrayasa, dan Wibowo akan penulis tampilkan pada tabel kesimpulan ciri-ciri

kalimat efektif yang terdapat pada lampiran. Dengan adanya tabel tersebut, diharapkan

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 49: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

58

dapat membantu peneliti dan pembaca memahami teori yang telah dikemukakan.

Dengan membaca dan mengamati tabel tersebut, pembaca tidak akan kesulitan untuk

memahami teori tersebut. Hal ini karena, ketiga pakar di atas mengungkapkan

pendapat yang berbeda. Oleh karena itu, agar teori menjadi lengkap dan saling

melengkapi, peneliti membuat simpulan mengenai teori tentang ciri-ciri kalimat

efektif.

D. Rubrik “Surat Pembaca” pada Harian Suara Merdeka

1. Pengertian Surat Kabar

Menurut Depdiknas (2008: 1567) surat kabar adalah lembaran-lembaran kertas

yang bertuliskan berita atau informasi. Informasi yang disampaikan bisa melalui

media cetak atau elektronik yang ditujukan kepada masyarakat umum. Menurut Alwi

(2001: 1109) surat kabar adalah lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita atau

informasi yang penyampaiannya bisa melalui media cetak atau media elektronik dan

disampaikan kepada masyarakat umum. Menurut Komaruddin (2000: 110) surat kabar

adalah kertas yang dicetak dan didistribusikan, dan biasanya berupa harian atau

mingguan dan berisi opini, karangan, dan iklan dan merupakan suatu alat komunikasi

tertulis yang berisi berita, tajuk rencana, artikel, reportase, dan kadang-kadang disertai

dengan tulisan hasil kesenian, gambar karikatur, surat kabar, dan iklan.

Dari pendapat-pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa surat kabar

adalah lembaran-lembaran kertas berisikan kabar berita yang mengandung berbagai

informasi yang disampaikan melalui media cetak atau elektronik yang terbit secara

harian atau mingguan untuk ditujukan kepada pembaca atau masyarakat umum.

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 50: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

59

2. Harian Suara Merdeka

Harian adalah surat kabar atau koran yang terbit tiap-tiap hari (Depdiknas,

2008: 526). Jadi, Suara Merdeka merupakan surat kabar yang terbit setiap hari. Suara

Merdeka terbit di Kota Semarang, Jawa Tengah. Harian ini memiliki sirkulasi terbatas

pada area Jawa Tengah. Oleh karena itu, Suara Merdeka disebut sebagai perekat

komunitas Jawa Tengah. Suara Merdeka didirikan oleh H. Hetami yang sekaligus

menjadi pemimpin redaksi pada tanggal 11 Februari 1950 (Wikipedia: 2014).

3. Pengertian Rubrik “Surat Pembaca”

Rubrik adalah kepala karangan (ruangan tetap) dalam surat kabar, majalah, dsb

(Alwi, dkk., 2005: 965). Surat pembaca adalah surat yang ditulis oleh pembaca yang

dimuat dalam surat kabar/ koran, tabloid, atau majalah (Depdiknas, 2008: 1566).

Menurut Sumadiria (2011: 4) surat pembaca adalah opini singkat yang ditulis oleh

pembaca dan dimuat dalam rubrik khusus surat pembaca. Surat pembaca (letter to the

editor) adalah opini publik yang cukup menarik dalam penerbitan pers. Surat pembaca

dijadikan umpan balik bagi pengelola penerbitan pers untuk mengetahui sejauhmana

berita atau informasi yang disajikan itu dibaca atau ditanggapi pembacanya (Djaruto,

2004: 74).

Surat pembaca biasanya berisi tanggapan, kritik, saran, keluhan, ajakan,

imbauan, ucapan terima kasih, dan lain-lain. Sebagian besar “Surat Pembaca” berupa

keluh kesah masyarakat yang dituangkan menjadi sebuah tulisan yang ditujukan

kepada suatu instansi atau seseorang. Jadi, surat pembaca adalah surat yang ditulis

oleh pembaca yang dimuat dalam surat kabar/koran, tabloid, atau majalah pada rubrik

khusus surat pembaca yang biasanya berisi keluh kesah masyarakat yang ditujukan

kepada seseorang atau suatu instansi.

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014

Page 51: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/5464/3/BAB II_BANI RISWIANI_PBSI'14.pdf · berdasarkan jenis ciri-ciri penyusunan kalimat efektif yang

60

Uraian Teori pada Bab II Dapat Dikerangkapikirkan Ke Bagan I Bagan I. Kerangka Berpikir

Bahasa

Pengertian Bahasa

Fungsi Bahasa

Kalimat

Pengertian Kalimat

Kalimat Efektif

Surat Kabar

Pengertian Surat Kabar

Harian Suara Merdeka

Pengertian Rubrik “Surat Pembaca”

Pengertian Kalimat Efektif

Ciri-ciri Kalimat Efektif

Analisis Keefektifan Kalimat Pada “Surat Pembaca” Harian Suara Merdeka Edisi Agustus-September 2013

Kesatuan Pikiran

Kesatuan tunggal

Kesatuan gabungan

Koherensi

Penempatan kata sesuai pola kalimat

Pemakaian kata depan dan kata penghubung

Pemakaian kata yang tidak tumpang tindih (kontradiksi

Penempatan keterangan aspek

Penekanan

Mengubah posisi dalam kalimat

Repetisi

Pertentangan

Partikel penekan

Kata keterangan

Kontras makna

Pemindahan unsur

Bentuk pasif

Urutan peristiwa/proses dibuat dengan gambaran logis

Kevariasian

Pembukaan kalimat

Pola kalimat

Jenis kalimat

Bentuk me- dan di-

Sinonim kata

Keparalelan (Kesejajaran)

Kesejajaran bentuk

Kesejajaran makna

Kehematan

Hiponimi

Pengulangan subjek

Penggunaan kata depan dari dan dari pada

Sinonimi

Tidak menjamakan kata

Kecermatan Penalaran (Logika)

Definisi

Generalisasi

60

Analisis Keefektifan Kalimat…, Bani Riswiani, FKIP UMP, 2014