bab ii landasan teori -...
TRANSCRIPT
11
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Umum Perbankan Indonesia
2.1.1 Pengertian Bank
Pengertian bank menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998:
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Menurut PSAK No. 31 Pengertian bank adalah:
Suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dan pihak yang memerlukan dana (deficit unit), serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007:31.1)
Pengertian bank menurut Lukman Dendawijaya (2009 : 14)
Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana (idle fund surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan.
Pengertian bank menurut Kasmir (2008 : 11) adalah ”Lembaga keuangan
yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank
lainnya.
Dari beberapa pengertian bank yang telah disebutkan para ahli di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa bank adalah suatu lembaga atau badan yang
12
kegiatan utamanya menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut
kepada masyarakat.
2.1.2 Jenis Bank
Bank memiliki beragam jenis atau bentuk, tergantung pada cara
penggolongannya. Menurut Kasmir (2008 : 20) dewasa ini perbankan dapat
ditinjau dari beberapa segi, antara lain:
a. Dilihat dari segi fungsinya, bank dapat digolongkan menjadi: Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
b. Dilihat dari segi kepemilikannya, bank dapat dibedakan menjadi: bank milik pemerintah, bank milik swasta nasional, bank milik asing, bank milik campuran.
c. Dilihat dari segi status, jenis bank terdiri dari: bank devisa dan bank non devisa.
d. Dilihat dari segi cara menentukan harga, bank dapat dibedakan menjadi: bank yang berdasarkan prinsip konvensional dan bank yang berdasarkan prinsip syariah.
Lebih lanjut, Kasmir menjelaskan jenis bank sebagai berikut:
a. Dilihat dari segi fungsinya
1) Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
13
b. Dilihat dari segi kepemilikannya
1) Bank milik pemerintah yaitu bank yang baik akta pendirian maupun
modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungannya
dimiliki oleh pemerintah.
2) Bank milik swasta nasional, merupakan bank yang seluruh atau sebagian
besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta pendiriannya pun didirikan
oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya diambil oleh swasta
pula.
3) Bank milik asing, merupakan cabang bank yang ada di luar negeri, baik
milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu negara.
4) Bank milik campuran, merupakan bank yang kepemilikan sahamnya
dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional, dimana kepemilikan
sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia.
c. Dilihat dari segi status
1) Bank devisa adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri
atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.
2) Bank non devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk
melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat
melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa.
d. Dilihat dari segi cara menentukan harga
1) Bank yang berdasarkan prinsip konvensional, yaitu bank yang dalam
mencari keuntungan dan menentukan harga kepada nasabahnya didasarkan
pada dua metode, yaitu spread based dan fee based.
14
2) Bank yang berdasarkan prinsip syariah merupakan bank yang menetapkan
aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain
baik dalam hal penyimpanan dana, pembiayaan usaha atau kegiatan
perbankan lainnya.
2.1.3 Fungsi Bank Umum
Keberadaan bank sangat diperlukan dalam menunjang pertumbuhan
ekonomi di suatu negara. Pada beberapa buku perbankan, suatu bank didefinisikan
sebagai lembaga keuangan yang fungsi pokoknya menghimpun dana dan
menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan dalam
bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan
peredaran uang. Mudrajat Kuncoro dan Suhardjono (2002 : 68) mengungkapkan
bahwa:
... dapat disimpulkan tiga fungsi utama bank dalam pembangunan ekonomi, yaitu: 1. Bank sebagai lembaga yang menghimpun dana masyarakat dalam
bentuk simpanan. 2. Bank sebagai lembaga yang menyalurkan dana ke masyarakat dalam
bentuk kredit. 3. Bank sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan
peredaran uang.
Dari pernyataan di atas, fungsi bank dapat digambarkan sebagai berikut:
15
Sumber Dana Penggunaan Dana
Gambar 2.1 Fungsi Utama Bank sebagai Financial Intermediary
Sumber : Mudrajat Kuncoro dan Suhardjono (2002 : 69)
Bank harus memiliki dana agar dapat melaksanakan kegiatan
operasionalnya, termasuk dalam hal memberikan kredit kepada masyarakat. Dana
tersebut dapat diperoleh dari pemerintah, Bank Indonesia, pihak-pihak di luar
negeri, maupun masyarakat di dalam negeri. Dana yang merupakan dana terbesar
dan paling diandalkan oleh bank adalah dana dari masyarakat atau yang lazim
disebut dengan dana pihak ketiga. (Lukman Dendawijaya, 2009 : 49)
Dana yang dihimpun tersebut akan disalurkan kembali dalam bentuk
kredit, sesuai dengan fungsi bank sebagai lebaga intermediasi. Bank harus mampu
menempatkan dana yang diperoleh tersebut dalam bentuk penempatan yang paling
menguntungkan. Mudrajat Kuncoro dan Suhardjono (2002 : 75) mengatakan
bahwa ”pada umumnya penempatan dana yang paling menguntungkan adalah
dalam bentuk kredit, namun demikian risiko yang dihadapi oleh bank dalam
penempatan dana tersebut juga besar.” Oleh karena itu bank harus menerapkan
prinsip kehati-hatian dalam memberikan kredit kepada nasabahnya.
Giro
Deposito
Modal
Tabungan
Pinjaman
Bank sebagai Lembaga Financial
Intermediary Kredit
Secondary Reserve
Primary Reserve
Aktiva Tetap
Penanaman Lain
16
2.2 Sumber Dana Bank
Sebagai lembaga keuangan, bank harus dapat mengumpulkan dana untuk
kegiatan operasionalnya. Pengertian sumber dana bank menurut Kasmir (2008 :
45) adalah ”usaha bank dalam menghimpun dana dari masyarakat.” Sedangkan
menurut Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono (2002 : 151) ”dana bank adalah
semua utang dan modal yang tercatat pada neraca bank sisi pasiva yang dapat
dipergunakan sebagai modal operasional bank dalam rangka kegiatan
penyaluran/penempatan dana.”
Dana bank bersumber dari beberapa pihak yang selanjutnya akan
dialokasikan untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Bank umum memiliki
dua cara pengalokasian dana, yaitu pool of fund approach dan asset allocation
approach. (Lukman Dendawijaya 2009:54)
Berikut ini merupakan gambar cara pengalokasian dana dengan
pendekatan pool of funds approach:
Gambar 2.2 Diagram Pool of Funds Approach
Sumber: Selamet Riyadi (2006 : 26)
Pool of fund approach merupakan pendekatan pengalokasian dana tanpa
memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan sumber dana. Jadi seluruh sumber
dana digabungkan, selanjutnya dialokasikan untuk primary reserve (termasuk
Sumber Dana: - Giro - Tabungan - Deposito - Pinjaman - Modal
Pool of Funds
Penggunaan Dana: - Primary Reserve - Secondary Reserve - Loan - Fixed Assets
17
didalamnya penyaluran kredit yang dilakukan bank), secondary reserve, other
securities dan fixed assets.
Berbeda dengan pool of funds approach, assets allocation approach
merupakan pendekatan pengalokasian sumber dana bank dengan memperhatikan
hal-hal yang berhubungan dengan sumber dana, seperti yang diungkapkan oleh
Lukman Dendawijaya (2009 : 54):
Asset allocation approach adalah penempatan dana ke berbagai aktiva dengan mencocokkan masing-masing sumber dana terhadap jenis alokasi dana yang sesuai dengan sifat, jangka waktu, dan tingkat harga perolehan sumber dana tersebut.
Asset Allocation approach dapat digambarkan sebagai berikut:
SUMBER DANA PENGGUNAAN DANA Primary Reserve
Secondary Reserve
Loan
Other Securities
Fixed Assets
Gambar 2.3 Diagram Assets Allocation Approach
Sumber: Selamet Riyadi (2006 : 27)
Primary reserve merupakan sumber likuiditas utama bank yang
dimaksudkan untuk memenuhi ketentuan likuiditas minimum, keperluan operasi
Giro
Deposito
Tabungan
Modal
Pinjaman
18
bank, penarikan simpanan, dan pencairan kredit dari nasabah. Sedangkan
secondary reserve terdiri atas surat-surat berharga paling likuid, antara lain surat
berharga pasar uang (SBPU), setifikat Bank Indonesia (SBI) dan surat berharga
jangka pendek lainnya.
Bank memiliki tiga sumber dalam perolehan dananya. Menurut Sinungan
(dalam Lukman Dendawijaya, 2009 : 46) :
…dana-dana bank yang digunakan sebagai alat bagi operasional suatu bank bersumber dari dana-dana sebagai berikut. 1. Dana pihak kesatu Dana pihak kesatu adalah dana dari modal sendiri yang berasal dari
para pemegang saham 2. Dana pihak kedua Dana pihak kedua adalah dana pinjaman dari pihak luar. 3. Dana pihak ketiga Dana pihak ketiga adalah dana berupa simpanan dari pihak masyarakat.
2.2.1 Dana Pihak Kesatu
Dana pihak kesatu merupakan dana yang diperoleh dari bank itu sendiri.
Menurut Lukman Dendawijaya (2009 : 47):
Dana dari bank sendiri adalah dana yang berasal dari pemilik bank atau pemegang saham, baik para pemegang saham pendiri (yang pertama kalinya ikut mendirikan bank tersebut) maupun pihak pemegang saham yang ikut dalam usaha bank tersebut pada waktu kemudian, termasuk para pemegang saham publik (jika misalnya bank tersebut sudah go public atau merupakan suatu badan usaha terbuka).
Sedangkan Kasmir (2008 : 46) berpendapat bahwa ”perolehan dana dari
sumber bank itu sendiri (modal sendiri) maksudnya adalah dana yang diperoleh
dari dalam bank.”
Selanjutnya, untuk bagian-bagian dana pihak kesatu, para ahli
menjelaskan:
19
Dana modal sendiri terdiri atas beberapa bagian (pos), yaitu sebagai berikut:
1. Modal disetor Modal disetor adalah uang yang disetor secara efektif oleh pemegang saham pada saat bank didirikan. Pada umumnya, sebagai dari setoran pertama modal pemilik bank (pemegang saham) dipergunakan bank untuk penyediaan sarana perkantoran seperti tanah atau gedung, peralatan kantor, dan promosi untuk menarik minat masyarakat.
2. Agio saham Agio saham adalah nilai selisih jumlah uang yang dibayarkan oleh pemegang saham baru dibandingkan dengan nominal saham.
3. Cadangan-cadangan Cadangan-cadangan adalah sebagian laba bank yang disisihkan dalam bentuk cadangan modal dan cadangan lainnya yang digunakan untuk mnutup kemungkinan timbulnya risiko di kemudian hari.
4. Laba ditahan Laba ditahan adalah laba milik para pemegang saham yang diputuskan oleh mereka sendiri melalui rapat umum pemegang saham untuk tidak dibagikan sebagai dividen, tetapi dimasukkan kembali dalam modal kerja untuk operasional bank. (Lukman Dendawijaya, 2009 : 47)
Adapun pencairan dana yang bersumber dari bank itu sendiri terdiri dari: 1. setoran modal dari pemegang saham, yaitu merupakan modal dari para
pemegang saham lama atau pemegang saham baru; 2. cadangan laba, yaitu merupakan laba yang setiap tahun dicadangkan
oleh bank dan sementara waktu belum digunakan; 3. laba yang belum dibagi, merupakan laba tahun berjalan tapi belum
dibagikan kepada pemegang saham. (Kasmir, 2008 : 47)
Dapat disimpulkan bahwa dana pihak kesatu ini berasal dari modal disetor
para pemegang saham, agio saham, cadangan-cadangan dan laba ditahan. Dana ini
biasanya digunakan apabila bank mengalami kesulitan dalam memperoleh dana
dari luar yang selanjutnya dapat dipergunakan untuk melakukan perluasan usaha
atau digunakan dalam hal penggantian sarana dan prasarana bank.
20
2.2.2 Dana Pihak Kedua
Dana pihak kedua merupakan dana yang bersumber dari lembaga lain.
Menurut Lukman Dendawijaya (2009 : 48)
Dana pihak kedua adalah dana-dana pinjaman yang berasal dari pihak luar, yang terdiri atas dana-dana sebagai berikut: 1. Call Money 2. Pinjaman Biasa Antarbank 3. Pinjaman dari Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) 4. Pinjaman dari Bank Sentral (BI)
Lebih lanjut, Lukman Dendawijaya menjelaskan mengenai jenis-jenis
dana pihak kedua, sebagai berikut:
1. Call Money
Call Money adalah pinjaman dari bank lain yang berupa pinjaman harian
antarbank. Pinjaman ini diminta bila ada kebutuhan mendesak yang diperlukan
bank, jangka waktu call money biasanya tidak lama, yaitu sekitar satu minggu,
satu bulan, dan bahkan hanya beberapa hari saja. Jika waktu pinjaman hanya
satu malam saja, pinjaman itu disebut overnight call money.
2. Pinjaman Biasa Antarbank
Pinjaman biasa antarbank adalah pinjaman dari bank lain yang berupa
pinjaman biasa dengan jangka waktu relatif lebih lama. Pinjaman ini umumnya
terjadi jika antarbank peminjam dan bank yang memberikan pinjaman kerja
sama dalam bantuan keuangan dengan persyaratan-persyaratan tertentu yang
disepakati kedua belah pihak, jangka waktunya bersifat menengah atau panjang
dengan tingkat bunga relatif lunak.
21
3. Pinjaman dari Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)
Pinjaman ini terutama terjadi ketika lembaga-lembaga keuangan tersebut masih
berstatus LKBB, sebelum dikeluarkannya Undang-Undang No. 7 Tahun 1992
tentang Perbankan. Setelah dikeluarkannya undang-undang tersebut, LKBB ini
hampir semua berubah statusnya menjadi bank umum. Pinjaman dari LKBB ini
lebih banyak berbentuk surat berharga yang dapat diperjualbelikan dalam pasar
uang sebelum jatuh tempo daripada berbentuk kredit.
4. Pinjaman dari Bank Sentral (BI)
Pinjaman dari bank sentral adalah pinjaman (kredit) yang diberikan Bank
Indonesia kepada bank untuk membiayai usaha-usaha masyarakat yang
tergolong berprioritas tinggi, seperti kredit-kredit program, misalnya kredit
investasi pada sektor-sektor ekonomi yang harus ditunjang sesuai dengan
petunjuk pemerintah (sektor pertanian, pangan, perhubungan, industri kecil,
koperasi, ekspor nonmigas, kredit untuk golongan ekonomi lemah dan
sebagainya). Pinjaman dari Bank Indonesia untuk jenis-jenis sektor tersebut
dikenal dengan istilah Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI). KLBI
merupakan instrumen moneter dari bank sentral dalam rangka refinancing
facility demi memberikan motivasi gerakan moneter bagi bank dan masyarakat
ekonomi, serta merupakan sumber dana yang tergolong murah dengan tingkat
bunga yang relatif sangat rendah (soft loan).
22
Pendapat Kasmir mengenai dana pihak kedua:
Perolehan dana dari sumber ini antara lain dapat diperoleh dari: 1. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), merupakan kredit yang
diberikan Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditasnya. Kredit likuiditas ini juga diberikan kepada pambiayaan sektor-sektor tertentu.
2. Pinjaman antar bank (Call Money). Biasanya pinjaman ini diberikan kepada bank-bank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga kliring dan tidak mampu membayar kekalahannya. Pinjaman ini bersifat jangka pendek dengan bunga yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan pinjaman lainnya.
3. Pinjaman dari bank-bank luar negeri. Merupakan pinjaman yang diperoleh perbankan dari pihak luar negeri.
4. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). Dalam hal ini pihak perbankan menerbitkan SBPU kemudian diperjualbelikan kepada pihak yang berminat, baik perusahaan keuangan maupun nonkeuangan. SBPU diterbitkan dan ditawarkan dengan tingkat suku bunga sehingga masyarakat tertarik untuk membelinya. (Kasmir, 2008 : 49)
Dari penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dana pihak
kedua terdiri pinjaman antar bank, pinjaman dari bank-bank luar negeri, pinjaman
dari bank sentral (BI), dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU).
2.2.3 Dana Pihak Ketiga
Sebagai lembaga intermediasi keuangan, bank memiliki kedudukan berada
di tengah masyarakat yaitu menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana
tersebut. Untuk itu, bank harus selalu meningkatkan pelayanannya agar mendapat
kepercayaan dari masyarakat sehingga sumber dana dari masyarakat dapat ditarik
dengan mudah. Dana dari masyarakat merupakan sumber dana terbesar, seperti
yang duingkapkan oleh Mudrajat Kuncoro dan Suhardjono (2002 : 155) ”dana
masyarakat merupakan dana terbesar yang dimiliki oleh bank dan ini sesuai
23
dengan fungsi bank sebagai penghimpun dana dari pihak-pihak yang kelebihan
dana dalam masyarakat.”
Selain itu, Lukman Dendawijaya (2009 : 49) mengatakan hal yang serupa
bahwa ”dana-dana yang dihimpun dari masyarakat ternyata merupakan sumber
dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (bisa mencapai 80% - 90% dari
seluruh dana yang dikelola oleh bank).”
Dana pihak ketiga tersebut selanjutnya digunakan untuk kegiatan
operasional bank termasuk dalam hal penyaluran kredit.
Dana yang berasal dari masyarakat luas… Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. (Kasmir 2008 : 47)
Untuk memperoleh dana dari masyarakat luas bank dapat menggunakan
tiga macam jenis simpanan yaitu:
1. Giro (demand deposit)
2. Tabungan (saving)
3. Deposito (time deposit)
Lebih lanjut, ketiga rekening tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Giro (Demand Deposit)
”Giro adalah simpanan dana pihak ketiga pada bank yang penarikannya
dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, dan surat
perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.” (Lukman
Dendawijaya, 2009 : 49)
24
Giro merupakan dana yang dimiliki oleh setiap bank karena dananya
relatif murah, seperti yang diungkapkan oleh Lapoliwa dan Daniel S. Kuswandi
(2000 : 66):
”Dari sekian banyaknya ragam dana yang dihimpun oleh suatu bank, dana masyarakat giro adalah dana yang selalu dimiliki oleh suatu bank dan merupakan salah satu dana yang harganya relatif murah dibanding dengan dana lainnya yang dimiliki oleh suatu bank.”
2. Deposito (Time Deposit)
”Deposito adalah simpanan berjangka yang dikeluarkan oleh Bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
jangka waktu yang telah diperjanjikan sebelumnya.” (Mudrajad Kuncoro dan
Suhardjono, 2002 : 193)
Menurut N. Lapoliwa dan Daniel S. Kuswandi (2000 : 91) ”salah satu
dana bank yang harga atau biayanya cukup tinggi dibanding dana giro adalah
simpanan berjangka, atau lebih dikenal dengan Deposito Berjangka.”
Atas dasar pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengaturan
likuiditas dari dana ini tidak terlalu sulit, namun dari segi biaya dana akan sulit
ditekan sehingga dapat mempengaruhi tingkat suku bunga kredit bank yang
bersangkutan. (Lukman Dendawijaya, 2009 : 51)
3. Tabungan (Saving Deposit)
Pengertian tabungan menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10
Tahun 1998 (dalam Kasmir, 2008 : 57) adalah ”simpanan yang penarikannya
hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak
dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan
dengan itu.”
25
Jadi, pihak bank dan nasabah harus membuat kesepakatan terlebih dahulu
dalam hal frekuensi penarikan, sarana atau alat penarikan.
2.3 Tinjauan Umum Likuiditas
2.3.1 Pengertian Likuiditas Bank
Likuid berarti lancar, yakni memiliki kemampuan untuk dapat membayar
hutang jangka pendek tepat pada wantunya. Dalam pengertian umum, dapat
dikatakan bahwa likuiditas adalah kebijaksanaan untuk memenuhi kewajiban
dalam jangka wantu pendek. Sedangkan likuiditas bank adalah kemampuan bank
untuk memenuhi semua penarikan dana oleh nasabah deposan, kewajiban yang
telah jatuh tempo, dan memenuhi permintaan kredit tanpa ada penundaan.
Kemampuan likuiditas bank dapat diukur dengan rasio likuiditas:
Rasio Likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Dengan kata lain, dapat membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. (Kasmir, 2008 : 286)
2.3.2 Indikator Tingkat Likuiditas Bank
Pengukuran tingkat likuiditas suatu bank dapat dilakukan dengan
menggunakan rasio likuiditas. Menurut Lukman Dendawijaya (2009 : 114) rasio
yang sering digunakan dalam pengukuran likuiditas suatu bank adalah sebagai
berikut:
26
1. Cash Ratio Adalah rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga yang dihimpun bank yang harus segera dibayar. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali simpanan nasabah (deposan) pada saat ditarik dengan menggunakan alat likuid yang dimilikinya. Menurut Bank Indonesia, alat likuid terdiri atas uang kas ditambah dengan rekening giro bank yang disimpan pada Bank Indonesia. Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi pula kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, namun dalam praktik akan dapat mempengaruhi profitabilitasnya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
���ℎ ���� =���� �����
�������� ���� ����� ������ ������� x 100 %
2. Reserve Requirement
Lebih dikenal dengan likuiditas wajib minimum, adalah suatu simpanan minimum yang wajib dipelihara dalam bentuk giro di Bank Indonesia (BI) bagi semua bank. Reserve Requirement merupakan ketentuan bank umum menyisihkan sebagian dari dana pihak ketiga yang berhasil dihimpunnya dalam bentuk giro wajib minimum yang berupa rekening giro bank yang bersangkutan pada Bank Indonesia. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
�����!� ��"�������t =$����ℎ ���� �����
$����ℎ ����%���&����'��ℎ�� (�����)100%
3. Loan to Deposit Ratio (LDR)
LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
�� � ��&��� ���� =$����ℎ (����� ���� ���������
���� ���� �������� *��� x 100%
Berdasarkan ketentuan tata cara penilaian tingkat kesehatan bank yang baru, pengukuran likuiditas dilakukan secara berjenjang sejalan dengan penilaian terhadap komponen lainnya.
4. Loan to Asset Ratio Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset yang dimiliki bank. Semakin
27
tinggi rasio ini, maka tingkat likuiditasnya akan semakin kecil karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
�� � ����� ���� =$����ℎ (����� ���� ���������
$����ℎ ����� x 100%
5. Rasio kewajiban bersih (RKB) Call Money
Presantase dari rasio ini menunjukkan besarnya kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar atau aktiva yang paling likuid dari bank. Aktiva lancar adalah berupa uang kas, giro pada BI, sertifikat BI, dan Surat Berharga Pasar Uang yang diendors oleh bank lain (kesemuanya dalam rupiah). Jika rasio ini semakin kecil nilainya, likuiditas bank dikatakan cukup baik karena bank dapat segera menutup kewajiban dalam kegiatan pasar uang antara bank dengan alat likuid yang dimilikinya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
�(* ���� +��� =(�,������ *����ℎ ���� +���
����!� ��-�� x 100%
Selain itu, N. Lapoliwa dan Daniel S. (2000 : 378) mengemukakan:
Rasio pinjaman terhadap simpanan adalah rasio pertama dari rasio-rasio kunci yang menjadi sorotan utama dari para analisis Bank, yaitu membandingkan simpanan masyarakat yang telah diikatkan kepada pinjaman oleh manajemen Bank.
Dari indikator-indikator tingkat likuiditas bank di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa rasio Loan Deposit to Ratio (LDR) merupakan rasio yang
menjadi sorotan utama para analisis bank.
2.4 Tinjauan Umum Kredit
Pertumbuhan perekonomian dapat menggambarkan perkembangan dunia
usaha, dan dunia usaha ini dipengaruhi oleh faktor kredit yang disalurkan oleh
bank untuk mendukung kegiatan usaha tersebut. Peran perbankan yaitu sebagai
lembaga intermediasi keuangan cukup mendominasi karena eratnya hubungan
dunia usaha dengan dunia perbankan.
28
2.4.1 Pengertian dan Unsur-Unsur Kredit
Kata kredit berasal dari kata credere yang artinya kepercayaan,
maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit berarti telah
memperoleh kepercayaan. Pihak yang mendapat kepercayaan ini disebut debitur,
dan pihak yang memberi kepercayaan disebut kreditur. Tegasnya, kreditur percaya
kepada debitur bahwa kredit yang diberikannya tidak akan macet.
Menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 disebutkan bahwa:
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Malayu Hasibuan (2002 : 87) mengemukakan bahwa ”kredit adalah
semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali beserta bunganya oleh
peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.”
Sementara itu Bymont P. Kent (dalam Thomas Suyatno dkk, 1997 : 88)
menyatakan bahwa ’kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau
kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta atau pada waktu
yang akan datang karena penyerahan barang- barang sekarang.’
Sedangkan Kasmir (2008 : 74) menyimpulkan bahwa ”pengertian
manajemen kredit adalah bagaimana mengelola pemberian kredit mulai dari kredit
tersebut diberikan sampai dengan kredit tersebut lunas.”
Dapat disimpulkan bahwa kredit adalah uang atau tagihan yang nilainya
dapat dipersamakan dengan uang, dimana peminjam diwajibkan untuk melunasi
hutang beserta bunganya setelah jangka waktu tertentu.
29
Berdasarkan pengertian di atas, kredit mengandung unsur-unsur sebagai
berikut:
1. Kepercayaan
Maksud dari kepercayaan disini adalah suatu keyakinan dari pemberi kredit
(bank) bahwa kredit yang diberikan akan benar-benar diterima kembali di masa
yang akan datang. Kepercayaan ini diberikan setelah dilaksanakan penelitian
dan penyidikan yang mendalam tentang kondisi nasabah pemohon kredit.
2. Kesepakatan
Kesepakatan dituangkan dalam suatu perjanjian dimana pihak pemberi kredit
dan nasabah debitur menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.
3. Jangka Waktu
Jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.
Dapat dipastikan bahwa setiap kredit memiliki jangka waktu.
4. Risiko
Penyebab tidak tertagihnya suatu kredit sebenarnya dikarenakan adanya
tenggang waktu pengembalian. Semakin panjang jangka waktu kredit, maka
semakin besar pula risikonya.
5. Balas jasa
Balas jasa pemberian kredit adalah penerimaan bunga yang merupakan
keuntungan bank.
30
2.4.2 Tujuan dan Peranan Kredit
Tujuan dari pemberian kredit tidak terlepas dari misi bank tersebut
didirikan. Secara umum, penyaluran kredit bertujuan untuk:
1. Memperoleh pendapatan bank dari bunga kredit. 2. Memanfaatkan dan memproduktifkan dana-dana yang ada. 3. Memenuhi permintaan kredit dari masyarakat. 4. Memperlancar lalu lintas pembayaran. 5. Menambah modal kerja perusahaan. 6. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
(Malayu Hasibuan, 2002 : 88)
Dari poin-poin di atas dapat disimpulkan bahwa kredit yang disalurkan
memiliki tujuan baik itu untuk bank, masyarakat, maupun untuk perkembangan
perekonomian suatu negara. Bagi bank kredit merupakan pendapatan yang
diperoleh dari bunga dimana pembebanannya diperuntukan kepada masyarakat
yang mengajukan permohonan kredit. Pentingnya suatu penyaluran kredit sesuai
dengan pernyataan yang dikemukakan oleh N. Lapoliwa dan Daniel S. Kuswandi
(2000 : 155) :
Hingga kini satu-satunya aktiva produktif yang sangat diandalkan oleh suatu bank yang dapat menghasilkan pedapatan besar adalah debitur, atau lazim dikenal dengan kredit. Dari neraca setiap bank umum dapat dijumpai bahwa kredit atau debitur merupakan komponen aktiva terbesar dari seluruh jumlah aktiva yang dimiliki suatu bank.
Bagi masyarakat itu sendiri kredit merupakan suatu fasilitas untuk
mencukupi kebutuhan, mengembangkan usaha, dan meningkatkan kesejahteraan.
Menurut Komaruddin Sastradipoera (2001 : 9) sistem perekonomian
menuju sistem perekonomian rumah tangga kredit melalui beberapa tahapan,
yaitu:
31
Setelah mengalami perubahan dari rumah-tangga alamiah (Naturalwirtschaft) yang bergerak menuju rumah tangga uang (Geldwirtshaft), demikian menurut Hildebrand, maka sistem perekonomian akhirnya mencapai apa yang disebut rumah tangga kredit (Kreditwirtschaft).
Seiring dengan perkembangan struktur perekonomian, maka kredit
mengambil alih sebagain besar peranan sebagai fungsi uang. Menurut
Komaruddin (2001 : 9) kredit memberikan beberapa peranan dalam
perekonomian, yaitu:
1. Kredit ternyata dapat meningkatkan efisiensi penggunaan uang atau modal dengan meningkatkan prodiktivitas masyarakat.
2. Kredit dapat meningkatkan efisiensi penggunaan barang, karena kredit dapat membantu proses produksi dari bahan hingga barang jadi dan sekaligus juga membantu pemindahan barang dari produsen kepada konsumen dalam proses marketing; kredit ikut memperlancar arus barang.
3. Kredit dapat menyalurkan arus peredaran lalu-lintas uang, misalnya melalui penggunaan cek, giro, wesel, promes, dan kartu kredit yang diterbitkan oleh bank.
4. Kredit dapat menjadi alat stabilitas ekonomi yang dilakukan melalui kebijaksanaan ekspansi dan kontraksi kredit, misalnya, dengan politik diskonto oleh bank sentral.
5. Kredit dapat berfungsi sebagai ’jembatan’ untuk meningkatkan pendapatan nasional suatu negara.
6. Kredit dapat menciptakan daya beli baru bagi debitur, meskipun debitur-debitur itu tidak memiliki uang tunai dalam saldo neracanya.
2.4.3 Jenis-Jenis Kredit
Kredit memiliki berbagai jenis disesuaikan dengan beragamnya jenis
kebutuhan pemohon kredit. Menurut Kasmir (2008 : 76), jenis-jenis kredit yang
disalurkan oleh bank dapat dilihat dari berbagai segi:
1. Dilihat dari segi kegunaan 2. Dilihat dari segi tujuan kredit 3. Dilihat dari segi jangka waktu 4. Dilihat dari segi jaminan 5. Dilihat dari segi sektor usaha
32
Penjelasan dari uraian di atas adalah sebagai berikut:
1. Dilihat dari segi kegunaan
a. Kredit investasi, yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan
perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru. Biasanya kredit ini
adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan.
b. Kredit modal kerja, yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan produksi
dalam operasionalnya. Kredit modal kerja merupakan kredit yang dicairkan
untuk mendukung investasi yang sudah ada.
2. Dilihat dari segi tujuan kredit
a. Kredit produktif, merupakan kredit yang digunakan untuk peningkatan
usaha, produksi, atau investasi. Artinya, kredit ini digunakan untuk
menghasilkan sesuatu baik berupa barang maupun jasa.
b. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau
dipakai secara pribadi.
c. Kredit perdagangan, merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan
perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang
pembayarannya diharapkan akan didapat dari hasil penjualan barang
dagangan tersebut.
3. Dilihar dari segi jangka waktu
a. Kredit jangka pendek, merupakan kredit yang memiliki jangka waktu
kurang dari satu tahun.
b. Kredit jangka menengah, yaitu kredit dengan jangka waktu yang berkisar
antara satu sampai tiga tahun.
33
c. Kredit jangka panjang, merupakan kredit yang masa pengembaliannya di
atas tiga atau lima tahun.
4. Dilihat dari segi jaminan
a. Kredit dengan jaminan, merupakan kredit yang diberikan dengan jaminan
tertentu, sehingga setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai
jaminan yang diberikan calon debitur.
b. Kredit tanpa jaminan, yaitu kredit yang diberikan dengan melihat prospek
usaha, karakter, serta loyalitas calon debitur sehingga kredit dapat diberikan
walaupun tanpa jaminan.
5. Dilihat dari segi sektor usaha
a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang diberikan untuk sektor
perkebunan atau pertanian rakyat. Kredit yang diberikan dapat berupa
kredit jangka pendek maupun jangka panjang.
b. Kredit peternakan, kredit yang diberikan untuk usaha peternakan. Kredit ini
dapat berupa kredit jangka pendek, misalkan untuk peternakan ayam, dan
dapat pula berupa kredit jangka panjang, seperti untuk peternakan sapi.
c. Kredit industri, yaitu kredit yang digunakan untuk membiayai kegiatan
industri, baik itu untuk industri kecil, menengah, maupun industri besar.
d. Kredit pertambangan, yaitu kredit untuk usaha pertambangan, biasanya
dalam jangka panjang.
e. Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai
kegiatan pendidikan.
f. Kredit profesi, yakni kredit yang diberikan kepada kalangan profesional.
34
g. Kredit perumahan, merupakan kredit untuk membiayai pembangunan atau
pembelian perumahan.
2.4.4 Kebijaksanaan Perkreditan
Setiap bank harus membuat suatu kebijakan perkreditan secara tertulis
sebagai pedoman dalam hal pemberian kredit agar pemberian kredit dapat
dilaksanakan secara konsisten berdasarkan asas-asas perkreditan yang sehat. Pada
SK Direksi Bank Indonesia No. 27/162/KEP/DIR tanggal 31 Maret 1995 (dalam
Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002 : 243) ditetapkan bahwa pedoman
dalam pemberian kredit sekurang-kurangnya memuat dan mengatur hal-hal pokok
sebagai berikut:
a. Prinsip Kehati-hatian dalam perkreditan b. Organisasi dan Manajemen Perkreditan c. Kebijaksanaan persetujuan pemberian kredit d. Dokumentasi dan administrasi kredit e. Pengawasan kredit f. Penyelesaian kredit bermasalah
Sedangkan Malayu Hasibuan (2002 : 92) mengemukakan bahwa kebijakan
kredit perbankan terdiri dari:
1. Bankable 2. Kebijakan investasi 3. Kebijakan Risiko 4. Kebijakan penyebaran kredit 5. Kebijakan tingkat bunga
Penjelasan mengenai kebijakan kredit tersebut antara lain:
35
1. Bankable
Kredit yang akan dibiayai hendaknya memenuhi kriteria safety dan
effectiveness. Dari segi safety, diyakini bahwa kredit akan dilunasi sesuai
dengan jadwal dan angka waktu kredit yang telah disepakati. Sedangkan
effectiveness berarti bahwa kredit yang diberikan benar-benar digunakan untuk
pembiayaan sesuai dengan proposal kreditnya.
2. Kebijakan Investasi
Kebijakan investasi selalu dikaitkan dengan sumber dana yang bersangkutan.
Kebijaksanaan ini disalurkan dalam bentuk:
1) Investasi primer, yaitu investasi untuk pembelian sarana dan prasarana
bank, misalnya pembelian kantor, mesin, ATK.
2) Investasi sekunder adalah investasi yang dilakukan dengan cara
menyalurkan dana kredit kepada masyarakat. Investasi ini bersifat
produktif dan jangka waktunya harus disesuaikan dengan lamanya dana
pihak ketiga yang terkumpul agar likuiditas tetap terjaga.
3. Kebijakan risiko
Bank harus menetapkan kebijakan risiko dalam menyalurkan kredit yaitu
dengan cara memperhitungkan indikator yang dapat menyebabkan terjadinya
risiko kredit macet dan menetapkan cara-cara penyelesaiannya.
4. Kebijakan penyebaran kredit
Kredit yang disalurkan harus menyebar ke berbagai sektor ekonomi baik
golongan ekonomi kuat maupun lemah dengan jumlah peminjam yang
banyak.
36
5. Kebijakan tingkat bunga
Pemberian kredit harus memperhatikan situasi moneter, kondisi perekonomian
di masa mendatang, persaingan antar bank, dan tingkat inflasi untuk
menetapkan besarnya suku bunga kredit.
Bank wajib mamatuhi kebijakan perkreditan yang telah dibuat. Hal ini
dimaksudkan karena lingkup pemberian kredit mencakup banyak aspek dan
mengandung risiko yang bervariasi. Oleh karena itu, agar pelaksanaan pemberian
kredit beserta pengelolaannya dapat berjalan secara optimal, maka setiap bank
harus memiliki pedoman kebijaksanaan perkreditan.
2.4.5 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit
Besarnya jumlah penyaluran kredit, perlu memperhatikan reserve
requirement (RR) yang merupakan ketentuan bagi bank umum untuk menyisihkan
sebagian dana pihak ketiga yang berhasil diperolehnya dalam bentuk giro wajib
minimum berupa rekening giro bank yang bersangkutan pada Bank Indonesia,
Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK).
(Lukman Dendawijaya, 2009 : 58)
Sebelum fasilitas kredit diberikan, bank harus benar-benar yakin bahwa
kredit yang diberikan akan dikembalikan oleh debiturnya. Kepercayaan tersebut
akan diperoleh setelah dilakukan penilaian kredit oleh bank. Penilaian tersebut
dapat dilakukan dengan prinsip yang diterapkan oleh bank terhadap nasabahnya.
Prinsip Pemberian kredit dengan analisis 5C (Kasmir, 2008 : 91) adalah
sebagai berikut:
37
1. Character 2. Capacity (Capability) 3. Capital 4. Collateral 5. Conditions
Sedangkan Lukman Dendawijaya (2009 : 88) mengemukakan bahwa
analisis kredit berdasarkan prinsip 6C adalah sebagai berikut:
C-1 Character C-2 Capital C-3 Capacity C-4 Conditions of Economy C-5 Collateral C-6 Constraints
Penjelasan mengenai point-point di atas adalah:
1. Character, maksudnya adalah memberikan keyakinan kepada bank bahwa
sifat atau watak debitur benar-benar dapat dipercaya. Keyakinan ini tercermin
dari latar belakang debitur, baik latar belakang yang bersifat pribadi maupun
latar belakang pekerjaan. Character merupakan ukuran menilai ”kemauan”
nasabah dalam membayar kreditnya.
2. Capacity (Capability), yaitu melihat kemampuan calon nasabah dalam
membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis
serta mencari laba, sehingga akan terlihat kemampuannya dalam
mengembalikan kredit.
3. Capital, merupakan analisis bank dengan mengetahui sumber-sumber
pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh
bank.
4. Collateral, merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang
bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan harus diteliti keabsahannya dan
38
memiliki nilai yang lebih besar dari jumlah kredit yang diberikan. Fungsi
jaminan adalah sebagai pelindung bank dari risiko kerugian.
5. Condition, maksudnya dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi
ekonomi sekarang dan masa yang akan datang. Prospek usaha di masa
mendatang pun perlu diperhitungkan karena memiliki kemungkinan berbeda
dengan kondisi masa sekarang.
6. Constraints, merupakan faktor hambatan atau rintangan berupa faktor-faktor
sosial psikoligis yang ada pada suatu daerah atau wilayah tertentu yang
menyababkan suatu proyek tidak dapat dilaksanakan.
Selain prinsip 6C, Lukman Dendawijaya (2009 : 89) menyebutkan prinsip
studi kelayakan atau prinsip ”6A” yang menganalisis berbagai aspek dari proyek
yang akan dibiayai. Analisis terdiri dari aspek-aspek sebagai berikut:
A-1 : Analisis aspek yuridis (hukum) A-2 : Analisis aspek pasar dan pemasaran A-3 : Analisis aspek teknis A-4 : Analisis aspek manajemen A-5 : Analisis aspek keuangan A-6 : Analisis aspek sosial-ekonomi
Lebih lanjut Luman Dendawijaya menjelaskan mengenai prinsip 6A
sebagai berikut:
1. Analisis aspek yuridis (hukum), bertujuan untuk meneliti ketentuan-ketentuan
legalitas dari perusahaan atau badan hukum yang akan memperoleh bantuan
kredit atau pembiayaan dari bank.
2. Analisis aspek pasar dan pemasaran, bertujuan untuk meneliti kemungkinan
pangsa pasar yang dapat diraih dari proyek yang dibiayai dengan kredit bank
39
serta meneliti strategi pemasaran apa yang digunakan oleh investor atau
pengelola proyek agar dapat memenangkan persaingan.
3. Analisis aspek teknis, bertujuan untuk menilai seberapa jauh kemampuan
pengelola proyek dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembangunan
proyek serta kesiapan teknis perusahaan dalam melaksanakan operasinya kelak
sebagai suatu business entity.
4. Analisis aspek manajemen, bertujuan untuk menilai kemampuan dan
kecakapan manajemen pengelola proyek ataupun manajemen perusahaan dalam
menjalankan bisnisnya.
5. Analisis aspek keuangan, bertujuan untuk menilai kemampuan dan kecakapan
dari manajemen pengelola proyek atau manajemen perusahaan dalam bidang
keuangan. Penilaian dilakukan terhadap proyek yang masih dalam
pembangunan dan proyek yang sudah berkembang menjadi perusahaan/bisnis.
6. Analisis aspek sosial-ekonomis, bertujuan untuk menilai sejauh mana proyek
yang akan dibangun dan dibiayai dengan kredit memiliki value added yang
tinggi dilihat dari sudut pandang sosial maupun makro ekonomis, terutama
dilihat dari sudut pemerintah dan masyarakat.
Selain itu, Kasmir (2008 : 93) mengemukakan penilaian kredit dengan
prinsip 7P, yakni:
1. Personality 2. Party 3. Perpose 4. Prospect 5. Payment 6. Profitability 7. Protection
40
Penjelasan mengenai point-point tersebut adalah:
1. Personality, yaitu penilaian terhadap nasabah dilihat dari kepribadian atau
tingkah laku sehari-hari maupun masa lalunya, serta sikap, emosi, tingkah laku,
dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.
2. Party, yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi atau golongan
tertentu berdasarkan moral, loyalitas, serta karakternya sehingga nasabah
mendapat fasilitas yang berbeda-beda berdasarkan golongannya.
3. Perpose, yaitu untuk menggetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,
termasuk jenis kredit yang diinginkan oleh nasabah.
4. Prospect, yaitu menilai usaha nasabah di masa yang akan datang apakah
menguntungkan (memiliki prospek yang baik) atau tidak.
5. Payment, merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit
yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana yang digunakan untuk
pengembalian kreditnya.
6. Profitability, yaitu menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam
mencari laba.
7. Protection, yaitu bagaimana menjaga kredit yang diberikan bank melalui suatu
perlindungan. Perlindungan tersebut dapat berupa jaminan barang, orang, atau
asuransi.
41
2.5 Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Tingkat Likuiditas terhadap
Penyaluran Kredit
Sebagai lembaga intermediasi keuangan, bank bertugas menyediakan
fasilitas jasa keuangan meliputi kegiatan dalam penghimpunan dana, penyaluran
dana, dan pelayanan jasa keuangan. Dalam hal menyalurkan dana, kredit
merupakan objek yang terbesar dalam komposisi aktiva produktif bank. Seperti
yang dikemukakan oleh Lapoliwa dan Daniel S. Kuswandi (2000: 155) “dari
neraca setiap bank umum dapat dijumpai bahwa kredit atau debitur merupakan
komponen aktiva terbesar dari seluruh jumlah aktiva yang dimiliki suatu bank.”
Bersarnya jumlah penyaluran kredit, perlu memperhatikan reserve
requirement (RR) yang merupakan ketentuan bagi bank umum untuk menyisihkan
sebagian dana pihak ketiga yang berhasil diperolehnya dalam bentuk giro wajib
minimum berupa rekening giro bank yang bersangkutan pada Bank Indonesia,
Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK).
(Lukman Dendawijaya, 2009 : 58). Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan
bahwa besarnya jumlah penyaluran kredit akan sangat bergantung pada berapa
besar kemampuan bank dalam mengumpulkan dana pihak ketiga (DPK) dan
tingkat likuiditasnya.
Dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya (termasuk pelaksanaan
penyaluran kredit), bank memerlukan dana. Salah satu sumber dana tersebut
berasal dari masyarakat atau sering disebut dengan dana pihak ketiga.
Dana yang berasal dari masyarakat luas… Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. (Kasmir 2008 : 47)
42
Bank akan senantiasa mengupayakan agar terdapat kesesuaian antara dana
yang terkumpul dengan kredit yang disalurkan, dengan kata lain bank harus
memperhatikan tingkat likuiditasnya dalam menyalurkan kredit. Hal ini dapat
dilihat dengan cara menghitung rasio likuiditas bank.
Rasio Likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Dengan kata lain, dapat membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. (Kasmir, 2008 : 286)
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa dana pihak ketiga
dan tingkat likuiditas akan mempengaruhi penyaluran kredit pada bank.
2.6 Kerangka Pemikiran
Bank memiliki fungsi intermediasi yang berarti menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat. Hal ini dilakukan
untuk mendorong perekonomian dari segi penyaluran kredit sebagai upaya untuk
mensejahterakan rakyat banyak. Dalam pengalokasian dananya, bank umum
memiliki dua cara yaitu pool of fund approach dan asset allocation approach.
Pool of fund approach merupakan pendekatan pengalokasian dana tanpa
memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan sumber dana. Jadi seluruh sumber
dana digabungkan, selanjutnya dialokasikan untuk primary reserve, secondary
reserve, loan dan fixed assets. Pendekatan ini tidak memberikan dasar untuk
memperkirakan standar likuiditas.
43
Sumber dana bank berasal dari giro, tabungan, deposito dan modal bank.
Giro merupakan salah satu dana termurah yang dimiliki bank sedangkan deposito
merupakan sumber dana termahal. Giro, tabungan dan deposito merupakan
sumber dana pihak ketiga bank yang merupakan hutang bank kepada masyarakat.
Berbeda dengan pool of funds approach, assets allocation approach
merupakan pendekatan pengalokasian sumber dana bank dengan memperhatikan
hal-hal yang berhubungan dengan sumber dana. Dana yang didapat oleh bank
kemudian dialokasikan untuk primary reserve, secondary reserve, loan, other
securities,dan fixed assets.
Pada asset allocation approach, kredit merupakan prioritas ketiga setelah
primary reserve dan secondary reserve. Penyaluran kredit mendapatkan
pengalokasian dari seluruh sumber dana, seperti dana pihak ketiga dan modal,
berbeda dengan fixed asset yang hanya mendapatkan sumber dana dari modal
ataupun efek-efek yang mendapatkan dana dari modal dan deposito. Dapat
disimpulkan bahwa kredit merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam
pengaplikasian dana bank dilihat dari banyaknya sumber dana yang dialokasikan
untuk kredit, dan di sinilah fungsi intermediasi bank akan terlihat.
Penyaluran kredit merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap posisi
keuangan suatu bank karena kredit merupakan komponen aktiva terbesar yang
dimiliki suatu bank. Besarnya jumlah penyaluran kredit, perlu memperhatikan
reserve requirement (RR) yang merupakan ketentuan bagi bank umum untuk
menyisihkan sebagian dana pihak ketiga yang berhasil diperolehnya dalam bentuk
giro wajib minimum berupa rekening giro bank yang bersangkutan pada Bank
44
Indonesia, Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Batas Maksimum Pemberian Kredit
(BMPK).
Penyaluran kredit kepada pihak yang mengajukan dana merupakan salah
satu cara untuk mengoptimalkan dana yang dimiliki oleh bank. Akan tetapi kredit
yang diberikan ini harus diimbangi dengan kemampuan bank dalam penyediaan
dana tersebut. Pada waktu nasabah menyimpan dananya di bank, nasabah tersebut
harus percaya bahwa bank mampu mengembalikan dana tersebut pada saat
ditagih. Kemampuan bank ini dapat dilihat dari tingkat likuiditas bank, karena
tingkat likuiditas ini menunjukkan kemampuan bank dalam melunasi kewajiban
jangka pendeknya serta dapat memenuhi permintaan kredit yang telah diajukan.
Penelitian ini menggunakan loan to deposi ratio (LDR) sebagai rasio
likuiditas karena berhubungan langsung dengan penyaluran kredit dan pendanaan
kredit bank yaitu pendanaan yang berasal dari dana pihak ketiga. Selain memiliki
fungsi sebagai indikator penilai kesehatan bank, LDR juga merupakan indikator
intermediasi perbankan.
Keterkaitan antara tingkat likuiditas dengan penyaluran kredit telah diteliti
sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Nina Adriani (2007) merupakan
penelitian yang menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh positif yang
sangat kuat antara tingkat likuiditas dengan ekspansi kredit.
Bank membutuhkan dana untuk melaksanakan kegiatan penyaluran
kreditnya. Bank memiliki tiga sumber dalam perolehan dananya yaitu dana pihak
kesatu, dana pihak kedua dan dana pihak ketiga.
45
Penulis menggunakan dana pihak ketiga sebagai salah satu variabel X
karena dana pihak ketiga merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan
oleh bank. Dana tersebut digunakan untuk kegiatan operasional bank termasuk
dalam hal penyaluran kredit yang merupakan perwujudan dari fungsi bank sebagai
lembaga intermediasi dana.
Secara skematis, dana pihak ketiga dan tingkat likuiditas yang
mempengaruhi penyaluran kredit dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran
Menghimpun Dana Menyalurkan Dana
Giro, tabungan, deposito (DPK)
Kredit
Loan to Deposit Ratio
Tingkat Likuiditas
Jumlah Penyaluran Kredit
Fungsi Intermediasi
DPK (Giro, tabungan, deposito)
Bank
46
Variabel yang akan diteliti perlu ditunjukkan adanya hubungan. Maka
digunakan paradigma penelitian. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Sugiyono
(2009 : 8) bahwa “Paradigma penelitian adalah pola hubungan antar variabel yang
akan diteliti.”
Paradigma penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.5 Paradigma Penelitian
2.7 Hipotesis
Sugiono (2009 : 84) menjelaskan bahwa “dalam penelitian, hipotesis
diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.”
Menurut Sudjana (2004 : 133) pengertian hipotesis adalah sebagai berikut:
“… pengandaian atau asumsi mengenai populasi yang bersangkutan.”
Berdasarkan definisi hipotesis dan kerangka berfikir yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka hipotesis yang diambil dalam penelitian ini adalah:
1. Dana pihak ketiga secara parsial berpengaruh positif terhadap penyaluran
kredit PT. Bank Mandiri, Tbk.
2. Tingkat likuiditas secara parsial berpengaruh positif terhadap penyaluran
kredit PT. Bank Mandiri, Tbk.
3. Dana pihak ketiga dan tingkat likuiditas secara bersama-sama memiliki
pengaruh terhadap penyaluran kredit PT. Bank Mandiri, Tbk.
Tingkat Likuiditas
Penyaluran Kredit
Dana Pihak Ketiga