bab ii landasan teori -...

36
11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Perbankan Indonesia 2.1.1 Pengertian Bank Pengertian bank menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998: Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut PSAK No. 31 Pengertian bank adalah: Suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dan pihak yang memerlukan dana (deficit unit), serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007:31.1) Pengertian bank menurut Lukman Dendawijaya (2009 : 14) Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana (idle fund surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan. Pengertian bank menurut Kasmir (2008 : 11) adalah ”Lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. Dari beberapa pengertian bank yang telah disebutkan para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bank adalah suatu lembaga atau badan yang

Upload: phungtruc

Post on 03-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

11

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Umum Perbankan Indonesia

2.1.1 Pengertian Bank

Pengertian bank menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998:

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Menurut PSAK No. 31 Pengertian bank adalah:

Suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dan pihak yang memerlukan dana (deficit unit), serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007:31.1)

Pengertian bank menurut Lukman Dendawijaya (2009 : 14)

Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana (idle fund surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan.

Pengertian bank menurut Kasmir (2008 : 11) adalah ”Lembaga keuangan

yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan

menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank

lainnya.

Dari beberapa pengertian bank yang telah disebutkan para ahli di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa bank adalah suatu lembaga atau badan yang

12

kegiatan utamanya menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut

kepada masyarakat.

2.1.2 Jenis Bank

Bank memiliki beragam jenis atau bentuk, tergantung pada cara

penggolongannya. Menurut Kasmir (2008 : 20) dewasa ini perbankan dapat

ditinjau dari beberapa segi, antara lain:

a. Dilihat dari segi fungsinya, bank dapat digolongkan menjadi: Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

b. Dilihat dari segi kepemilikannya, bank dapat dibedakan menjadi: bank milik pemerintah, bank milik swasta nasional, bank milik asing, bank milik campuran.

c. Dilihat dari segi status, jenis bank terdiri dari: bank devisa dan bank non devisa.

d. Dilihat dari segi cara menentukan harga, bank dapat dibedakan menjadi: bank yang berdasarkan prinsip konvensional dan bank yang berdasarkan prinsip syariah.

Lebih lanjut, Kasmir menjelaskan jenis bank sebagai berikut:

a. Dilihat dari segi fungsinya

1) Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan

usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

13

b. Dilihat dari segi kepemilikannya

1) Bank milik pemerintah yaitu bank yang baik akta pendirian maupun

modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungannya

dimiliki oleh pemerintah.

2) Bank milik swasta nasional, merupakan bank yang seluruh atau sebagian

besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta pendiriannya pun didirikan

oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya diambil oleh swasta

pula.

3) Bank milik asing, merupakan cabang bank yang ada di luar negeri, baik

milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu negara.

4) Bank milik campuran, merupakan bank yang kepemilikan sahamnya

dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional, dimana kepemilikan

sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia.

c. Dilihat dari segi status

1) Bank devisa adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri

atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.

2) Bank non devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk

melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat

melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa.

d. Dilihat dari segi cara menentukan harga

1) Bank yang berdasarkan prinsip konvensional, yaitu bank yang dalam

mencari keuntungan dan menentukan harga kepada nasabahnya didasarkan

pada dua metode, yaitu spread based dan fee based.

14

2) Bank yang berdasarkan prinsip syariah merupakan bank yang menetapkan

aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain

baik dalam hal penyimpanan dana, pembiayaan usaha atau kegiatan

perbankan lainnya.

2.1.3 Fungsi Bank Umum

Keberadaan bank sangat diperlukan dalam menunjang pertumbuhan

ekonomi di suatu negara. Pada beberapa buku perbankan, suatu bank didefinisikan

sebagai lembaga keuangan yang fungsi pokoknya menghimpun dana dan

menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan dalam

bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan

peredaran uang. Mudrajat Kuncoro dan Suhardjono (2002 : 68) mengungkapkan

bahwa:

... dapat disimpulkan tiga fungsi utama bank dalam pembangunan ekonomi, yaitu: 1. Bank sebagai lembaga yang menghimpun dana masyarakat dalam

bentuk simpanan. 2. Bank sebagai lembaga yang menyalurkan dana ke masyarakat dalam

bentuk kredit. 3. Bank sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan

peredaran uang.

Dari pernyataan di atas, fungsi bank dapat digambarkan sebagai berikut:

15

Sumber Dana Penggunaan Dana

Gambar 2.1 Fungsi Utama Bank sebagai Financial Intermediary

Sumber : Mudrajat Kuncoro dan Suhardjono (2002 : 69)

Bank harus memiliki dana agar dapat melaksanakan kegiatan

operasionalnya, termasuk dalam hal memberikan kredit kepada masyarakat. Dana

tersebut dapat diperoleh dari pemerintah, Bank Indonesia, pihak-pihak di luar

negeri, maupun masyarakat di dalam negeri. Dana yang merupakan dana terbesar

dan paling diandalkan oleh bank adalah dana dari masyarakat atau yang lazim

disebut dengan dana pihak ketiga. (Lukman Dendawijaya, 2009 : 49)

Dana yang dihimpun tersebut akan disalurkan kembali dalam bentuk

kredit, sesuai dengan fungsi bank sebagai lebaga intermediasi. Bank harus mampu

menempatkan dana yang diperoleh tersebut dalam bentuk penempatan yang paling

menguntungkan. Mudrajat Kuncoro dan Suhardjono (2002 : 75) mengatakan

bahwa ”pada umumnya penempatan dana yang paling menguntungkan adalah

dalam bentuk kredit, namun demikian risiko yang dihadapi oleh bank dalam

penempatan dana tersebut juga besar.” Oleh karena itu bank harus menerapkan

prinsip kehati-hatian dalam memberikan kredit kepada nasabahnya.

Giro

Deposito

Modal

Tabungan

Pinjaman

Bank sebagai Lembaga Financial

Intermediary Kredit

Secondary Reserve

Primary Reserve

Aktiva Tetap

Penanaman Lain

16

2.2 Sumber Dana Bank

Sebagai lembaga keuangan, bank harus dapat mengumpulkan dana untuk

kegiatan operasionalnya. Pengertian sumber dana bank menurut Kasmir (2008 :

45) adalah ”usaha bank dalam menghimpun dana dari masyarakat.” Sedangkan

menurut Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono (2002 : 151) ”dana bank adalah

semua utang dan modal yang tercatat pada neraca bank sisi pasiva yang dapat

dipergunakan sebagai modal operasional bank dalam rangka kegiatan

penyaluran/penempatan dana.”

Dana bank bersumber dari beberapa pihak yang selanjutnya akan

dialokasikan untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Bank umum memiliki

dua cara pengalokasian dana, yaitu pool of fund approach dan asset allocation

approach. (Lukman Dendawijaya 2009:54)

Berikut ini merupakan gambar cara pengalokasian dana dengan

pendekatan pool of funds approach:

Gambar 2.2 Diagram Pool of Funds Approach

Sumber: Selamet Riyadi (2006 : 26)

Pool of fund approach merupakan pendekatan pengalokasian dana tanpa

memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan sumber dana. Jadi seluruh sumber

dana digabungkan, selanjutnya dialokasikan untuk primary reserve (termasuk

Sumber Dana: - Giro - Tabungan - Deposito - Pinjaman - Modal

Pool of Funds

Penggunaan Dana: - Primary Reserve - Secondary Reserve - Loan - Fixed Assets

17

didalamnya penyaluran kredit yang dilakukan bank), secondary reserve, other

securities dan fixed assets.

Berbeda dengan pool of funds approach, assets allocation approach

merupakan pendekatan pengalokasian sumber dana bank dengan memperhatikan

hal-hal yang berhubungan dengan sumber dana, seperti yang diungkapkan oleh

Lukman Dendawijaya (2009 : 54):

Asset allocation approach adalah penempatan dana ke berbagai aktiva dengan mencocokkan masing-masing sumber dana terhadap jenis alokasi dana yang sesuai dengan sifat, jangka waktu, dan tingkat harga perolehan sumber dana tersebut.

Asset Allocation approach dapat digambarkan sebagai berikut:

SUMBER DANA PENGGUNAAN DANA Primary Reserve

Secondary Reserve

Loan

Other Securities

Fixed Assets

Gambar 2.3 Diagram Assets Allocation Approach

Sumber: Selamet Riyadi (2006 : 27)

Primary reserve merupakan sumber likuiditas utama bank yang

dimaksudkan untuk memenuhi ketentuan likuiditas minimum, keperluan operasi

Giro

Deposito

Tabungan

Modal

Pinjaman

18

bank, penarikan simpanan, dan pencairan kredit dari nasabah. Sedangkan

secondary reserve terdiri atas surat-surat berharga paling likuid, antara lain surat

berharga pasar uang (SBPU), setifikat Bank Indonesia (SBI) dan surat berharga

jangka pendek lainnya.

Bank memiliki tiga sumber dalam perolehan dananya. Menurut Sinungan

(dalam Lukman Dendawijaya, 2009 : 46) :

…dana-dana bank yang digunakan sebagai alat bagi operasional suatu bank bersumber dari dana-dana sebagai berikut. 1. Dana pihak kesatu Dana pihak kesatu adalah dana dari modal sendiri yang berasal dari

para pemegang saham 2. Dana pihak kedua Dana pihak kedua adalah dana pinjaman dari pihak luar. 3. Dana pihak ketiga Dana pihak ketiga adalah dana berupa simpanan dari pihak masyarakat.

2.2.1 Dana Pihak Kesatu

Dana pihak kesatu merupakan dana yang diperoleh dari bank itu sendiri.

Menurut Lukman Dendawijaya (2009 : 47):

Dana dari bank sendiri adalah dana yang berasal dari pemilik bank atau pemegang saham, baik para pemegang saham pendiri (yang pertama kalinya ikut mendirikan bank tersebut) maupun pihak pemegang saham yang ikut dalam usaha bank tersebut pada waktu kemudian, termasuk para pemegang saham publik (jika misalnya bank tersebut sudah go public atau merupakan suatu badan usaha terbuka).

Sedangkan Kasmir (2008 : 46) berpendapat bahwa ”perolehan dana dari

sumber bank itu sendiri (modal sendiri) maksudnya adalah dana yang diperoleh

dari dalam bank.”

Selanjutnya, untuk bagian-bagian dana pihak kesatu, para ahli

menjelaskan:

19

Dana modal sendiri terdiri atas beberapa bagian (pos), yaitu sebagai berikut:

1. Modal disetor Modal disetor adalah uang yang disetor secara efektif oleh pemegang saham pada saat bank didirikan. Pada umumnya, sebagai dari setoran pertama modal pemilik bank (pemegang saham) dipergunakan bank untuk penyediaan sarana perkantoran seperti tanah atau gedung, peralatan kantor, dan promosi untuk menarik minat masyarakat.

2. Agio saham Agio saham adalah nilai selisih jumlah uang yang dibayarkan oleh pemegang saham baru dibandingkan dengan nominal saham.

3. Cadangan-cadangan Cadangan-cadangan adalah sebagian laba bank yang disisihkan dalam bentuk cadangan modal dan cadangan lainnya yang digunakan untuk mnutup kemungkinan timbulnya risiko di kemudian hari.

4. Laba ditahan Laba ditahan adalah laba milik para pemegang saham yang diputuskan oleh mereka sendiri melalui rapat umum pemegang saham untuk tidak dibagikan sebagai dividen, tetapi dimasukkan kembali dalam modal kerja untuk operasional bank. (Lukman Dendawijaya, 2009 : 47)

Adapun pencairan dana yang bersumber dari bank itu sendiri terdiri dari: 1. setoran modal dari pemegang saham, yaitu merupakan modal dari para

pemegang saham lama atau pemegang saham baru; 2. cadangan laba, yaitu merupakan laba yang setiap tahun dicadangkan

oleh bank dan sementara waktu belum digunakan; 3. laba yang belum dibagi, merupakan laba tahun berjalan tapi belum

dibagikan kepada pemegang saham. (Kasmir, 2008 : 47)

Dapat disimpulkan bahwa dana pihak kesatu ini berasal dari modal disetor

para pemegang saham, agio saham, cadangan-cadangan dan laba ditahan. Dana ini

biasanya digunakan apabila bank mengalami kesulitan dalam memperoleh dana

dari luar yang selanjutnya dapat dipergunakan untuk melakukan perluasan usaha

atau digunakan dalam hal penggantian sarana dan prasarana bank.

20

2.2.2 Dana Pihak Kedua

Dana pihak kedua merupakan dana yang bersumber dari lembaga lain.

Menurut Lukman Dendawijaya (2009 : 48)

Dana pihak kedua adalah dana-dana pinjaman yang berasal dari pihak luar, yang terdiri atas dana-dana sebagai berikut: 1. Call Money 2. Pinjaman Biasa Antarbank 3. Pinjaman dari Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) 4. Pinjaman dari Bank Sentral (BI)

Lebih lanjut, Lukman Dendawijaya menjelaskan mengenai jenis-jenis

dana pihak kedua, sebagai berikut:

1. Call Money

Call Money adalah pinjaman dari bank lain yang berupa pinjaman harian

antarbank. Pinjaman ini diminta bila ada kebutuhan mendesak yang diperlukan

bank, jangka waktu call money biasanya tidak lama, yaitu sekitar satu minggu,

satu bulan, dan bahkan hanya beberapa hari saja. Jika waktu pinjaman hanya

satu malam saja, pinjaman itu disebut overnight call money.

2. Pinjaman Biasa Antarbank

Pinjaman biasa antarbank adalah pinjaman dari bank lain yang berupa

pinjaman biasa dengan jangka waktu relatif lebih lama. Pinjaman ini umumnya

terjadi jika antarbank peminjam dan bank yang memberikan pinjaman kerja

sama dalam bantuan keuangan dengan persyaratan-persyaratan tertentu yang

disepakati kedua belah pihak, jangka waktunya bersifat menengah atau panjang

dengan tingkat bunga relatif lunak.

21

3. Pinjaman dari Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)

Pinjaman ini terutama terjadi ketika lembaga-lembaga keuangan tersebut masih

berstatus LKBB, sebelum dikeluarkannya Undang-Undang No. 7 Tahun 1992

tentang Perbankan. Setelah dikeluarkannya undang-undang tersebut, LKBB ini

hampir semua berubah statusnya menjadi bank umum. Pinjaman dari LKBB ini

lebih banyak berbentuk surat berharga yang dapat diperjualbelikan dalam pasar

uang sebelum jatuh tempo daripada berbentuk kredit.

4. Pinjaman dari Bank Sentral (BI)

Pinjaman dari bank sentral adalah pinjaman (kredit) yang diberikan Bank

Indonesia kepada bank untuk membiayai usaha-usaha masyarakat yang

tergolong berprioritas tinggi, seperti kredit-kredit program, misalnya kredit

investasi pada sektor-sektor ekonomi yang harus ditunjang sesuai dengan

petunjuk pemerintah (sektor pertanian, pangan, perhubungan, industri kecil,

koperasi, ekspor nonmigas, kredit untuk golongan ekonomi lemah dan

sebagainya). Pinjaman dari Bank Indonesia untuk jenis-jenis sektor tersebut

dikenal dengan istilah Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI). KLBI

merupakan instrumen moneter dari bank sentral dalam rangka refinancing

facility demi memberikan motivasi gerakan moneter bagi bank dan masyarakat

ekonomi, serta merupakan sumber dana yang tergolong murah dengan tingkat

bunga yang relatif sangat rendah (soft loan).

22

Pendapat Kasmir mengenai dana pihak kedua:

Perolehan dana dari sumber ini antara lain dapat diperoleh dari: 1. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), merupakan kredit yang

diberikan Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditasnya. Kredit likuiditas ini juga diberikan kepada pambiayaan sektor-sektor tertentu.

2. Pinjaman antar bank (Call Money). Biasanya pinjaman ini diberikan kepada bank-bank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga kliring dan tidak mampu membayar kekalahannya. Pinjaman ini bersifat jangka pendek dengan bunga yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan pinjaman lainnya.

3. Pinjaman dari bank-bank luar negeri. Merupakan pinjaman yang diperoleh perbankan dari pihak luar negeri.

4. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). Dalam hal ini pihak perbankan menerbitkan SBPU kemudian diperjualbelikan kepada pihak yang berminat, baik perusahaan keuangan maupun nonkeuangan. SBPU diterbitkan dan ditawarkan dengan tingkat suku bunga sehingga masyarakat tertarik untuk membelinya. (Kasmir, 2008 : 49)

Dari penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dana pihak

kedua terdiri pinjaman antar bank, pinjaman dari bank-bank luar negeri, pinjaman

dari bank sentral (BI), dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU).

2.2.3 Dana Pihak Ketiga

Sebagai lembaga intermediasi keuangan, bank memiliki kedudukan berada

di tengah masyarakat yaitu menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana

tersebut. Untuk itu, bank harus selalu meningkatkan pelayanannya agar mendapat

kepercayaan dari masyarakat sehingga sumber dana dari masyarakat dapat ditarik

dengan mudah. Dana dari masyarakat merupakan sumber dana terbesar, seperti

yang duingkapkan oleh Mudrajat Kuncoro dan Suhardjono (2002 : 155) ”dana

masyarakat merupakan dana terbesar yang dimiliki oleh bank dan ini sesuai

23

dengan fungsi bank sebagai penghimpun dana dari pihak-pihak yang kelebihan

dana dalam masyarakat.”

Selain itu, Lukman Dendawijaya (2009 : 49) mengatakan hal yang serupa

bahwa ”dana-dana yang dihimpun dari masyarakat ternyata merupakan sumber

dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (bisa mencapai 80% - 90% dari

seluruh dana yang dikelola oleh bank).”

Dana pihak ketiga tersebut selanjutnya digunakan untuk kegiatan

operasional bank termasuk dalam hal penyaluran kredit.

Dana yang berasal dari masyarakat luas… Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. (Kasmir 2008 : 47)

Untuk memperoleh dana dari masyarakat luas bank dapat menggunakan

tiga macam jenis simpanan yaitu:

1. Giro (demand deposit)

2. Tabungan (saving)

3. Deposito (time deposit)

Lebih lanjut, ketiga rekening tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Giro (Demand Deposit)

”Giro adalah simpanan dana pihak ketiga pada bank yang penarikannya

dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, dan surat

perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.” (Lukman

Dendawijaya, 2009 : 49)

24

Giro merupakan dana yang dimiliki oleh setiap bank karena dananya

relatif murah, seperti yang diungkapkan oleh Lapoliwa dan Daniel S. Kuswandi

(2000 : 66):

”Dari sekian banyaknya ragam dana yang dihimpun oleh suatu bank, dana masyarakat giro adalah dana yang selalu dimiliki oleh suatu bank dan merupakan salah satu dana yang harganya relatif murah dibanding dengan dana lainnya yang dimiliki oleh suatu bank.”

2. Deposito (Time Deposit)

”Deposito adalah simpanan berjangka yang dikeluarkan oleh Bank yang

penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan

jangka waktu yang telah diperjanjikan sebelumnya.” (Mudrajad Kuncoro dan

Suhardjono, 2002 : 193)

Menurut N. Lapoliwa dan Daniel S. Kuswandi (2000 : 91) ”salah satu

dana bank yang harga atau biayanya cukup tinggi dibanding dana giro adalah

simpanan berjangka, atau lebih dikenal dengan Deposito Berjangka.”

Atas dasar pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengaturan

likuiditas dari dana ini tidak terlalu sulit, namun dari segi biaya dana akan sulit

ditekan sehingga dapat mempengaruhi tingkat suku bunga kredit bank yang

bersangkutan. (Lukman Dendawijaya, 2009 : 51)

3. Tabungan (Saving Deposit)

Pengertian tabungan menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10

Tahun 1998 (dalam Kasmir, 2008 : 57) adalah ”simpanan yang penarikannya

hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak

dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan

dengan itu.”

25

Jadi, pihak bank dan nasabah harus membuat kesepakatan terlebih dahulu

dalam hal frekuensi penarikan, sarana atau alat penarikan.

2.3 Tinjauan Umum Likuiditas

2.3.1 Pengertian Likuiditas Bank

Likuid berarti lancar, yakni memiliki kemampuan untuk dapat membayar

hutang jangka pendek tepat pada wantunya. Dalam pengertian umum, dapat

dikatakan bahwa likuiditas adalah kebijaksanaan untuk memenuhi kewajiban

dalam jangka wantu pendek. Sedangkan likuiditas bank adalah kemampuan bank

untuk memenuhi semua penarikan dana oleh nasabah deposan, kewajiban yang

telah jatuh tempo, dan memenuhi permintaan kredit tanpa ada penundaan.

Kemampuan likuiditas bank dapat diukur dengan rasio likuiditas:

Rasio Likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Dengan kata lain, dapat membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. (Kasmir, 2008 : 286)

2.3.2 Indikator Tingkat Likuiditas Bank

Pengukuran tingkat likuiditas suatu bank dapat dilakukan dengan

menggunakan rasio likuiditas. Menurut Lukman Dendawijaya (2009 : 114) rasio

yang sering digunakan dalam pengukuran likuiditas suatu bank adalah sebagai

berikut:

26

1. Cash Ratio Adalah rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga yang dihimpun bank yang harus segera dibayar. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali simpanan nasabah (deposan) pada saat ditarik dengan menggunakan alat likuid yang dimilikinya. Menurut Bank Indonesia, alat likuid terdiri atas uang kas ditambah dengan rekening giro bank yang disimpan pada Bank Indonesia. Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi pula kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, namun dalam praktik akan dapat mempengaruhi profitabilitasnya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

���ℎ ���� =���� �����

�������� ���� ����� ������ ������� x 100 %

2. Reserve Requirement

Lebih dikenal dengan likuiditas wajib minimum, adalah suatu simpanan minimum yang wajib dipelihara dalam bentuk giro di Bank Indonesia (BI) bagi semua bank. Reserve Requirement merupakan ketentuan bank umum menyisihkan sebagian dari dana pihak ketiga yang berhasil dihimpunnya dalam bentuk giro wajib minimum yang berupa rekening giro bank yang bersangkutan pada Bank Indonesia. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

�����!� ��"�������t =$����ℎ ���� �����

$����ℎ ����%���&����'��ℎ�� (�����)100%

3. Loan to Deposit Ratio (LDR)

LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

�� � ��&��� ���� =$����ℎ (����� ���� ���������

���� ���� �������� *��� x 100%

Berdasarkan ketentuan tata cara penilaian tingkat kesehatan bank yang baru, pengukuran likuiditas dilakukan secara berjenjang sejalan dengan penilaian terhadap komponen lainnya.

4. Loan to Asset Ratio Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset yang dimiliki bank. Semakin

27

tinggi rasio ini, maka tingkat likuiditasnya akan semakin kecil karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

�� � ����� ���� =$����ℎ (����� ���� ���������

$����ℎ ����� x 100%

5. Rasio kewajiban bersih (RKB) Call Money

Presantase dari rasio ini menunjukkan besarnya kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar atau aktiva yang paling likuid dari bank. Aktiva lancar adalah berupa uang kas, giro pada BI, sertifikat BI, dan Surat Berharga Pasar Uang yang diendors oleh bank lain (kesemuanya dalam rupiah). Jika rasio ini semakin kecil nilainya, likuiditas bank dikatakan cukup baik karena bank dapat segera menutup kewajiban dalam kegiatan pasar uang antara bank dengan alat likuid yang dimilikinya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

�(* ���� +��� =(�,������ *����ℎ ���� +���

����!� ��-�� x 100%

Selain itu, N. Lapoliwa dan Daniel S. (2000 : 378) mengemukakan:

Rasio pinjaman terhadap simpanan adalah rasio pertama dari rasio-rasio kunci yang menjadi sorotan utama dari para analisis Bank, yaitu membandingkan simpanan masyarakat yang telah diikatkan kepada pinjaman oleh manajemen Bank.

Dari indikator-indikator tingkat likuiditas bank di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa rasio Loan Deposit to Ratio (LDR) merupakan rasio yang

menjadi sorotan utama para analisis bank.

2.4 Tinjauan Umum Kredit

Pertumbuhan perekonomian dapat menggambarkan perkembangan dunia

usaha, dan dunia usaha ini dipengaruhi oleh faktor kredit yang disalurkan oleh

bank untuk mendukung kegiatan usaha tersebut. Peran perbankan yaitu sebagai

lembaga intermediasi keuangan cukup mendominasi karena eratnya hubungan

dunia usaha dengan dunia perbankan.

28

2.4.1 Pengertian dan Unsur-Unsur Kredit

Kata kredit berasal dari kata credere yang artinya kepercayaan,

maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit berarti telah

memperoleh kepercayaan. Pihak yang mendapat kepercayaan ini disebut debitur,

dan pihak yang memberi kepercayaan disebut kreditur. Tegasnya, kreditur percaya

kepada debitur bahwa kredit yang diberikannya tidak akan macet.

Menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah

diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 disebutkan bahwa:

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Malayu Hasibuan (2002 : 87) mengemukakan bahwa ”kredit adalah

semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali beserta bunganya oleh

peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.”

Sementara itu Bymont P. Kent (dalam Thomas Suyatno dkk, 1997 : 88)

menyatakan bahwa ’kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau

kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta atau pada waktu

yang akan datang karena penyerahan barang- barang sekarang.’

Sedangkan Kasmir (2008 : 74) menyimpulkan bahwa ”pengertian

manajemen kredit adalah bagaimana mengelola pemberian kredit mulai dari kredit

tersebut diberikan sampai dengan kredit tersebut lunas.”

Dapat disimpulkan bahwa kredit adalah uang atau tagihan yang nilainya

dapat dipersamakan dengan uang, dimana peminjam diwajibkan untuk melunasi

hutang beserta bunganya setelah jangka waktu tertentu.

29

Berdasarkan pengertian di atas, kredit mengandung unsur-unsur sebagai

berikut:

1. Kepercayaan

Maksud dari kepercayaan disini adalah suatu keyakinan dari pemberi kredit

(bank) bahwa kredit yang diberikan akan benar-benar diterima kembali di masa

yang akan datang. Kepercayaan ini diberikan setelah dilaksanakan penelitian

dan penyidikan yang mendalam tentang kondisi nasabah pemohon kredit.

2. Kesepakatan

Kesepakatan dituangkan dalam suatu perjanjian dimana pihak pemberi kredit

dan nasabah debitur menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

3. Jangka Waktu

Jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.

Dapat dipastikan bahwa setiap kredit memiliki jangka waktu.

4. Risiko

Penyebab tidak tertagihnya suatu kredit sebenarnya dikarenakan adanya

tenggang waktu pengembalian. Semakin panjang jangka waktu kredit, maka

semakin besar pula risikonya.

5. Balas jasa

Balas jasa pemberian kredit adalah penerimaan bunga yang merupakan

keuntungan bank.

30

2.4.2 Tujuan dan Peranan Kredit

Tujuan dari pemberian kredit tidak terlepas dari misi bank tersebut

didirikan. Secara umum, penyaluran kredit bertujuan untuk:

1. Memperoleh pendapatan bank dari bunga kredit. 2. Memanfaatkan dan memproduktifkan dana-dana yang ada. 3. Memenuhi permintaan kredit dari masyarakat. 4. Memperlancar lalu lintas pembayaran. 5. Menambah modal kerja perusahaan. 6. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

(Malayu Hasibuan, 2002 : 88)

Dari poin-poin di atas dapat disimpulkan bahwa kredit yang disalurkan

memiliki tujuan baik itu untuk bank, masyarakat, maupun untuk perkembangan

perekonomian suatu negara. Bagi bank kredit merupakan pendapatan yang

diperoleh dari bunga dimana pembebanannya diperuntukan kepada masyarakat

yang mengajukan permohonan kredit. Pentingnya suatu penyaluran kredit sesuai

dengan pernyataan yang dikemukakan oleh N. Lapoliwa dan Daniel S. Kuswandi

(2000 : 155) :

Hingga kini satu-satunya aktiva produktif yang sangat diandalkan oleh suatu bank yang dapat menghasilkan pedapatan besar adalah debitur, atau lazim dikenal dengan kredit. Dari neraca setiap bank umum dapat dijumpai bahwa kredit atau debitur merupakan komponen aktiva terbesar dari seluruh jumlah aktiva yang dimiliki suatu bank.

Bagi masyarakat itu sendiri kredit merupakan suatu fasilitas untuk

mencukupi kebutuhan, mengembangkan usaha, dan meningkatkan kesejahteraan.

Menurut Komaruddin Sastradipoera (2001 : 9) sistem perekonomian

menuju sistem perekonomian rumah tangga kredit melalui beberapa tahapan,

yaitu:

31

Setelah mengalami perubahan dari rumah-tangga alamiah (Naturalwirtschaft) yang bergerak menuju rumah tangga uang (Geldwirtshaft), demikian menurut Hildebrand, maka sistem perekonomian akhirnya mencapai apa yang disebut rumah tangga kredit (Kreditwirtschaft).

Seiring dengan perkembangan struktur perekonomian, maka kredit

mengambil alih sebagain besar peranan sebagai fungsi uang. Menurut

Komaruddin (2001 : 9) kredit memberikan beberapa peranan dalam

perekonomian, yaitu:

1. Kredit ternyata dapat meningkatkan efisiensi penggunaan uang atau modal dengan meningkatkan prodiktivitas masyarakat.

2. Kredit dapat meningkatkan efisiensi penggunaan barang, karena kredit dapat membantu proses produksi dari bahan hingga barang jadi dan sekaligus juga membantu pemindahan barang dari produsen kepada konsumen dalam proses marketing; kredit ikut memperlancar arus barang.

3. Kredit dapat menyalurkan arus peredaran lalu-lintas uang, misalnya melalui penggunaan cek, giro, wesel, promes, dan kartu kredit yang diterbitkan oleh bank.

4. Kredit dapat menjadi alat stabilitas ekonomi yang dilakukan melalui kebijaksanaan ekspansi dan kontraksi kredit, misalnya, dengan politik diskonto oleh bank sentral.

5. Kredit dapat berfungsi sebagai ’jembatan’ untuk meningkatkan pendapatan nasional suatu negara.

6. Kredit dapat menciptakan daya beli baru bagi debitur, meskipun debitur-debitur itu tidak memiliki uang tunai dalam saldo neracanya.

2.4.3 Jenis-Jenis Kredit

Kredit memiliki berbagai jenis disesuaikan dengan beragamnya jenis

kebutuhan pemohon kredit. Menurut Kasmir (2008 : 76), jenis-jenis kredit yang

disalurkan oleh bank dapat dilihat dari berbagai segi:

1. Dilihat dari segi kegunaan 2. Dilihat dari segi tujuan kredit 3. Dilihat dari segi jangka waktu 4. Dilihat dari segi jaminan 5. Dilihat dari segi sektor usaha

32

Penjelasan dari uraian di atas adalah sebagai berikut:

1. Dilihat dari segi kegunaan

a. Kredit investasi, yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan

perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru. Biasanya kredit ini

adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan.

b. Kredit modal kerja, yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan produksi

dalam operasionalnya. Kredit modal kerja merupakan kredit yang dicairkan

untuk mendukung investasi yang sudah ada.

2. Dilihat dari segi tujuan kredit

a. Kredit produktif, merupakan kredit yang digunakan untuk peningkatan

usaha, produksi, atau investasi. Artinya, kredit ini digunakan untuk

menghasilkan sesuatu baik berupa barang maupun jasa.

b. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau

dipakai secara pribadi.

c. Kredit perdagangan, merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan

perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang

pembayarannya diharapkan akan didapat dari hasil penjualan barang

dagangan tersebut.

3. Dilihar dari segi jangka waktu

a. Kredit jangka pendek, merupakan kredit yang memiliki jangka waktu

kurang dari satu tahun.

b. Kredit jangka menengah, yaitu kredit dengan jangka waktu yang berkisar

antara satu sampai tiga tahun.

33

c. Kredit jangka panjang, merupakan kredit yang masa pengembaliannya di

atas tiga atau lima tahun.

4. Dilihat dari segi jaminan

a. Kredit dengan jaminan, merupakan kredit yang diberikan dengan jaminan

tertentu, sehingga setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai

jaminan yang diberikan calon debitur.

b. Kredit tanpa jaminan, yaitu kredit yang diberikan dengan melihat prospek

usaha, karakter, serta loyalitas calon debitur sehingga kredit dapat diberikan

walaupun tanpa jaminan.

5. Dilihat dari segi sektor usaha

a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang diberikan untuk sektor

perkebunan atau pertanian rakyat. Kredit yang diberikan dapat berupa

kredit jangka pendek maupun jangka panjang.

b. Kredit peternakan, kredit yang diberikan untuk usaha peternakan. Kredit ini

dapat berupa kredit jangka pendek, misalkan untuk peternakan ayam, dan

dapat pula berupa kredit jangka panjang, seperti untuk peternakan sapi.

c. Kredit industri, yaitu kredit yang digunakan untuk membiayai kegiatan

industri, baik itu untuk industri kecil, menengah, maupun industri besar.

d. Kredit pertambangan, yaitu kredit untuk usaha pertambangan, biasanya

dalam jangka panjang.

e. Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai

kegiatan pendidikan.

f. Kredit profesi, yakni kredit yang diberikan kepada kalangan profesional.

34

g. Kredit perumahan, merupakan kredit untuk membiayai pembangunan atau

pembelian perumahan.

2.4.4 Kebijaksanaan Perkreditan

Setiap bank harus membuat suatu kebijakan perkreditan secara tertulis

sebagai pedoman dalam hal pemberian kredit agar pemberian kredit dapat

dilaksanakan secara konsisten berdasarkan asas-asas perkreditan yang sehat. Pada

SK Direksi Bank Indonesia No. 27/162/KEP/DIR tanggal 31 Maret 1995 (dalam

Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002 : 243) ditetapkan bahwa pedoman

dalam pemberian kredit sekurang-kurangnya memuat dan mengatur hal-hal pokok

sebagai berikut:

a. Prinsip Kehati-hatian dalam perkreditan b. Organisasi dan Manajemen Perkreditan c. Kebijaksanaan persetujuan pemberian kredit d. Dokumentasi dan administrasi kredit e. Pengawasan kredit f. Penyelesaian kredit bermasalah

Sedangkan Malayu Hasibuan (2002 : 92) mengemukakan bahwa kebijakan

kredit perbankan terdiri dari:

1. Bankable 2. Kebijakan investasi 3. Kebijakan Risiko 4. Kebijakan penyebaran kredit 5. Kebijakan tingkat bunga

Penjelasan mengenai kebijakan kredit tersebut antara lain:

35

1. Bankable

Kredit yang akan dibiayai hendaknya memenuhi kriteria safety dan

effectiveness. Dari segi safety, diyakini bahwa kredit akan dilunasi sesuai

dengan jadwal dan angka waktu kredit yang telah disepakati. Sedangkan

effectiveness berarti bahwa kredit yang diberikan benar-benar digunakan untuk

pembiayaan sesuai dengan proposal kreditnya.

2. Kebijakan Investasi

Kebijakan investasi selalu dikaitkan dengan sumber dana yang bersangkutan.

Kebijaksanaan ini disalurkan dalam bentuk:

1) Investasi primer, yaitu investasi untuk pembelian sarana dan prasarana

bank, misalnya pembelian kantor, mesin, ATK.

2) Investasi sekunder adalah investasi yang dilakukan dengan cara

menyalurkan dana kredit kepada masyarakat. Investasi ini bersifat

produktif dan jangka waktunya harus disesuaikan dengan lamanya dana

pihak ketiga yang terkumpul agar likuiditas tetap terjaga.

3. Kebijakan risiko

Bank harus menetapkan kebijakan risiko dalam menyalurkan kredit yaitu

dengan cara memperhitungkan indikator yang dapat menyebabkan terjadinya

risiko kredit macet dan menetapkan cara-cara penyelesaiannya.

4. Kebijakan penyebaran kredit

Kredit yang disalurkan harus menyebar ke berbagai sektor ekonomi baik

golongan ekonomi kuat maupun lemah dengan jumlah peminjam yang

banyak.

36

5. Kebijakan tingkat bunga

Pemberian kredit harus memperhatikan situasi moneter, kondisi perekonomian

di masa mendatang, persaingan antar bank, dan tingkat inflasi untuk

menetapkan besarnya suku bunga kredit.

Bank wajib mamatuhi kebijakan perkreditan yang telah dibuat. Hal ini

dimaksudkan karena lingkup pemberian kredit mencakup banyak aspek dan

mengandung risiko yang bervariasi. Oleh karena itu, agar pelaksanaan pemberian

kredit beserta pengelolaannya dapat berjalan secara optimal, maka setiap bank

harus memiliki pedoman kebijaksanaan perkreditan.

2.4.5 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit

Besarnya jumlah penyaluran kredit, perlu memperhatikan reserve

requirement (RR) yang merupakan ketentuan bagi bank umum untuk menyisihkan

sebagian dana pihak ketiga yang berhasil diperolehnya dalam bentuk giro wajib

minimum berupa rekening giro bank yang bersangkutan pada Bank Indonesia,

Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK).

(Lukman Dendawijaya, 2009 : 58)

Sebelum fasilitas kredit diberikan, bank harus benar-benar yakin bahwa

kredit yang diberikan akan dikembalikan oleh debiturnya. Kepercayaan tersebut

akan diperoleh setelah dilakukan penilaian kredit oleh bank. Penilaian tersebut

dapat dilakukan dengan prinsip yang diterapkan oleh bank terhadap nasabahnya.

Prinsip Pemberian kredit dengan analisis 5C (Kasmir, 2008 : 91) adalah

sebagai berikut:

37

1. Character 2. Capacity (Capability) 3. Capital 4. Collateral 5. Conditions

Sedangkan Lukman Dendawijaya (2009 : 88) mengemukakan bahwa

analisis kredit berdasarkan prinsip 6C adalah sebagai berikut:

C-1 Character C-2 Capital C-3 Capacity C-4 Conditions of Economy C-5 Collateral C-6 Constraints

Penjelasan mengenai point-point di atas adalah:

1. Character, maksudnya adalah memberikan keyakinan kepada bank bahwa

sifat atau watak debitur benar-benar dapat dipercaya. Keyakinan ini tercermin

dari latar belakang debitur, baik latar belakang yang bersifat pribadi maupun

latar belakang pekerjaan. Character merupakan ukuran menilai ”kemauan”

nasabah dalam membayar kreditnya.

2. Capacity (Capability), yaitu melihat kemampuan calon nasabah dalam

membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis

serta mencari laba, sehingga akan terlihat kemampuannya dalam

mengembalikan kredit.

3. Capital, merupakan analisis bank dengan mengetahui sumber-sumber

pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh

bank.

4. Collateral, merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang

bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan harus diteliti keabsahannya dan

38

memiliki nilai yang lebih besar dari jumlah kredit yang diberikan. Fungsi

jaminan adalah sebagai pelindung bank dari risiko kerugian.

5. Condition, maksudnya dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi

ekonomi sekarang dan masa yang akan datang. Prospek usaha di masa

mendatang pun perlu diperhitungkan karena memiliki kemungkinan berbeda

dengan kondisi masa sekarang.

6. Constraints, merupakan faktor hambatan atau rintangan berupa faktor-faktor

sosial psikoligis yang ada pada suatu daerah atau wilayah tertentu yang

menyababkan suatu proyek tidak dapat dilaksanakan.

Selain prinsip 6C, Lukman Dendawijaya (2009 : 89) menyebutkan prinsip

studi kelayakan atau prinsip ”6A” yang menganalisis berbagai aspek dari proyek

yang akan dibiayai. Analisis terdiri dari aspek-aspek sebagai berikut:

A-1 : Analisis aspek yuridis (hukum) A-2 : Analisis aspek pasar dan pemasaran A-3 : Analisis aspek teknis A-4 : Analisis aspek manajemen A-5 : Analisis aspek keuangan A-6 : Analisis aspek sosial-ekonomi

Lebih lanjut Luman Dendawijaya menjelaskan mengenai prinsip 6A

sebagai berikut:

1. Analisis aspek yuridis (hukum), bertujuan untuk meneliti ketentuan-ketentuan

legalitas dari perusahaan atau badan hukum yang akan memperoleh bantuan

kredit atau pembiayaan dari bank.

2. Analisis aspek pasar dan pemasaran, bertujuan untuk meneliti kemungkinan

pangsa pasar yang dapat diraih dari proyek yang dibiayai dengan kredit bank

39

serta meneliti strategi pemasaran apa yang digunakan oleh investor atau

pengelola proyek agar dapat memenangkan persaingan.

3. Analisis aspek teknis, bertujuan untuk menilai seberapa jauh kemampuan

pengelola proyek dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembangunan

proyek serta kesiapan teknis perusahaan dalam melaksanakan operasinya kelak

sebagai suatu business entity.

4. Analisis aspek manajemen, bertujuan untuk menilai kemampuan dan

kecakapan manajemen pengelola proyek ataupun manajemen perusahaan dalam

menjalankan bisnisnya.

5. Analisis aspek keuangan, bertujuan untuk menilai kemampuan dan kecakapan

dari manajemen pengelola proyek atau manajemen perusahaan dalam bidang

keuangan. Penilaian dilakukan terhadap proyek yang masih dalam

pembangunan dan proyek yang sudah berkembang menjadi perusahaan/bisnis.

6. Analisis aspek sosial-ekonomis, bertujuan untuk menilai sejauh mana proyek

yang akan dibangun dan dibiayai dengan kredit memiliki value added yang

tinggi dilihat dari sudut pandang sosial maupun makro ekonomis, terutama

dilihat dari sudut pemerintah dan masyarakat.

Selain itu, Kasmir (2008 : 93) mengemukakan penilaian kredit dengan

prinsip 7P, yakni:

1. Personality 2. Party 3. Perpose 4. Prospect 5. Payment 6. Profitability 7. Protection

40

Penjelasan mengenai point-point tersebut adalah:

1. Personality, yaitu penilaian terhadap nasabah dilihat dari kepribadian atau

tingkah laku sehari-hari maupun masa lalunya, serta sikap, emosi, tingkah laku,

dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.

2. Party, yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi atau golongan

tertentu berdasarkan moral, loyalitas, serta karakternya sehingga nasabah

mendapat fasilitas yang berbeda-beda berdasarkan golongannya.

3. Perpose, yaitu untuk menggetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,

termasuk jenis kredit yang diinginkan oleh nasabah.

4. Prospect, yaitu menilai usaha nasabah di masa yang akan datang apakah

menguntungkan (memiliki prospek yang baik) atau tidak.

5. Payment, merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit

yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana yang digunakan untuk

pengembalian kreditnya.

6. Profitability, yaitu menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam

mencari laba.

7. Protection, yaitu bagaimana menjaga kredit yang diberikan bank melalui suatu

perlindungan. Perlindungan tersebut dapat berupa jaminan barang, orang, atau

asuransi.

41

2.5 Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Tingkat Likuiditas terhadap

Penyaluran Kredit

Sebagai lembaga intermediasi keuangan, bank bertugas menyediakan

fasilitas jasa keuangan meliputi kegiatan dalam penghimpunan dana, penyaluran

dana, dan pelayanan jasa keuangan. Dalam hal menyalurkan dana, kredit

merupakan objek yang terbesar dalam komposisi aktiva produktif bank. Seperti

yang dikemukakan oleh Lapoliwa dan Daniel S. Kuswandi (2000: 155) “dari

neraca setiap bank umum dapat dijumpai bahwa kredit atau debitur merupakan

komponen aktiva terbesar dari seluruh jumlah aktiva yang dimiliki suatu bank.”

Bersarnya jumlah penyaluran kredit, perlu memperhatikan reserve

requirement (RR) yang merupakan ketentuan bagi bank umum untuk menyisihkan

sebagian dana pihak ketiga yang berhasil diperolehnya dalam bentuk giro wajib

minimum berupa rekening giro bank yang bersangkutan pada Bank Indonesia,

Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK).

(Lukman Dendawijaya, 2009 : 58). Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan

bahwa besarnya jumlah penyaluran kredit akan sangat bergantung pada berapa

besar kemampuan bank dalam mengumpulkan dana pihak ketiga (DPK) dan

tingkat likuiditasnya.

Dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya (termasuk pelaksanaan

penyaluran kredit), bank memerlukan dana. Salah satu sumber dana tersebut

berasal dari masyarakat atau sering disebut dengan dana pihak ketiga.

Dana yang berasal dari masyarakat luas… Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. (Kasmir 2008 : 47)

42

Bank akan senantiasa mengupayakan agar terdapat kesesuaian antara dana

yang terkumpul dengan kredit yang disalurkan, dengan kata lain bank harus

memperhatikan tingkat likuiditasnya dalam menyalurkan kredit. Hal ini dapat

dilihat dengan cara menghitung rasio likuiditas bank.

Rasio Likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Dengan kata lain, dapat membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. (Kasmir, 2008 : 286)

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa dana pihak ketiga

dan tingkat likuiditas akan mempengaruhi penyaluran kredit pada bank.

2.6 Kerangka Pemikiran

Bank memiliki fungsi intermediasi yang berarti menghimpun dana dari

masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat. Hal ini dilakukan

untuk mendorong perekonomian dari segi penyaluran kredit sebagai upaya untuk

mensejahterakan rakyat banyak. Dalam pengalokasian dananya, bank umum

memiliki dua cara yaitu pool of fund approach dan asset allocation approach.

Pool of fund approach merupakan pendekatan pengalokasian dana tanpa

memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan sumber dana. Jadi seluruh sumber

dana digabungkan, selanjutnya dialokasikan untuk primary reserve, secondary

reserve, loan dan fixed assets. Pendekatan ini tidak memberikan dasar untuk

memperkirakan standar likuiditas.

43

Sumber dana bank berasal dari giro, tabungan, deposito dan modal bank.

Giro merupakan salah satu dana termurah yang dimiliki bank sedangkan deposito

merupakan sumber dana termahal. Giro, tabungan dan deposito merupakan

sumber dana pihak ketiga bank yang merupakan hutang bank kepada masyarakat.

Berbeda dengan pool of funds approach, assets allocation approach

merupakan pendekatan pengalokasian sumber dana bank dengan memperhatikan

hal-hal yang berhubungan dengan sumber dana. Dana yang didapat oleh bank

kemudian dialokasikan untuk primary reserve, secondary reserve, loan, other

securities,dan fixed assets.

Pada asset allocation approach, kredit merupakan prioritas ketiga setelah

primary reserve dan secondary reserve. Penyaluran kredit mendapatkan

pengalokasian dari seluruh sumber dana, seperti dana pihak ketiga dan modal,

berbeda dengan fixed asset yang hanya mendapatkan sumber dana dari modal

ataupun efek-efek yang mendapatkan dana dari modal dan deposito. Dapat

disimpulkan bahwa kredit merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam

pengaplikasian dana bank dilihat dari banyaknya sumber dana yang dialokasikan

untuk kredit, dan di sinilah fungsi intermediasi bank akan terlihat.

Penyaluran kredit merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap posisi

keuangan suatu bank karena kredit merupakan komponen aktiva terbesar yang

dimiliki suatu bank. Besarnya jumlah penyaluran kredit, perlu memperhatikan

reserve requirement (RR) yang merupakan ketentuan bagi bank umum untuk

menyisihkan sebagian dana pihak ketiga yang berhasil diperolehnya dalam bentuk

giro wajib minimum berupa rekening giro bank yang bersangkutan pada Bank

44

Indonesia, Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Batas Maksimum Pemberian Kredit

(BMPK).

Penyaluran kredit kepada pihak yang mengajukan dana merupakan salah

satu cara untuk mengoptimalkan dana yang dimiliki oleh bank. Akan tetapi kredit

yang diberikan ini harus diimbangi dengan kemampuan bank dalam penyediaan

dana tersebut. Pada waktu nasabah menyimpan dananya di bank, nasabah tersebut

harus percaya bahwa bank mampu mengembalikan dana tersebut pada saat

ditagih. Kemampuan bank ini dapat dilihat dari tingkat likuiditas bank, karena

tingkat likuiditas ini menunjukkan kemampuan bank dalam melunasi kewajiban

jangka pendeknya serta dapat memenuhi permintaan kredit yang telah diajukan.

Penelitian ini menggunakan loan to deposi ratio (LDR) sebagai rasio

likuiditas karena berhubungan langsung dengan penyaluran kredit dan pendanaan

kredit bank yaitu pendanaan yang berasal dari dana pihak ketiga. Selain memiliki

fungsi sebagai indikator penilai kesehatan bank, LDR juga merupakan indikator

intermediasi perbankan.

Keterkaitan antara tingkat likuiditas dengan penyaluran kredit telah diteliti

sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Nina Adriani (2007) merupakan

penelitian yang menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh positif yang

sangat kuat antara tingkat likuiditas dengan ekspansi kredit.

Bank membutuhkan dana untuk melaksanakan kegiatan penyaluran

kreditnya. Bank memiliki tiga sumber dalam perolehan dananya yaitu dana pihak

kesatu, dana pihak kedua dan dana pihak ketiga.

45

Penulis menggunakan dana pihak ketiga sebagai salah satu variabel X

karena dana pihak ketiga merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan

oleh bank. Dana tersebut digunakan untuk kegiatan operasional bank termasuk

dalam hal penyaluran kredit yang merupakan perwujudan dari fungsi bank sebagai

lembaga intermediasi dana.

Secara skematis, dana pihak ketiga dan tingkat likuiditas yang

mempengaruhi penyaluran kredit dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran

Menghimpun Dana Menyalurkan Dana

Giro, tabungan, deposito (DPK)

Kredit

Loan to Deposit Ratio

Tingkat Likuiditas

Jumlah Penyaluran Kredit

Fungsi Intermediasi

DPK (Giro, tabungan, deposito)

Bank

46

Variabel yang akan diteliti perlu ditunjukkan adanya hubungan. Maka

digunakan paradigma penelitian. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Sugiyono

(2009 : 8) bahwa “Paradigma penelitian adalah pola hubungan antar variabel yang

akan diteliti.”

Paradigma penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.5 Paradigma Penelitian

2.7 Hipotesis

Sugiono (2009 : 84) menjelaskan bahwa “dalam penelitian, hipotesis

diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.”

Menurut Sudjana (2004 : 133) pengertian hipotesis adalah sebagai berikut:

“… pengandaian atau asumsi mengenai populasi yang bersangkutan.”

Berdasarkan definisi hipotesis dan kerangka berfikir yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka hipotesis yang diambil dalam penelitian ini adalah:

1. Dana pihak ketiga secara parsial berpengaruh positif terhadap penyaluran

kredit PT. Bank Mandiri, Tbk.

2. Tingkat likuiditas secara parsial berpengaruh positif terhadap penyaluran

kredit PT. Bank Mandiri, Tbk.

3. Dana pihak ketiga dan tingkat likuiditas secara bersama-sama memiliki

pengaruh terhadap penyaluran kredit PT. Bank Mandiri, Tbk.

Tingkat Likuiditas

Penyaluran Kredit

Dana Pihak Ketiga