bab ii landasan teori 2.1koperasi 2.1.1 pengertian koperasi...menurut undang-undang no 17 tahun 2012...

37
8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Koperasi secara etimologi berasal dari kata cooperation, terdiri dari kata co yang artinya bersama dan operation yang artinya bekerja atau berusaha. Jadi kata cooperation dapat diartikan bekerja bersama-sama atau usaha bersama untuk kepentingan bersama. Secara umum koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi mereka, melalui pembentukan sebuah perusahaan yang dikelola secara demokratis. Berikut ini adalah beberapa pengertian koperasi sebagai pegangan untuk mengenal koperasi lebih jauh. Menurut pendapat Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, (2001 : 17) tentang koperasi suatu perkumpulan yang beranggotakan orang perorangatau badan hukum, yang memeberikan kebebasan kepada anggota untukmasuk dan keluar, dengan bekerjasama secara kekeluargaan menjalankanusaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.” Hal ini juga ditambahkan oleh ILO dalam Revrisond Baswir, (2000 : 2 ) tentang pengertian koperasi suatu perkumpulan orang, biasanya yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang melalui suatu bentuk organisasi perusahaan yang diawasi secara demokratis, masing-masing memberikan sumbangan yang setara terhadap modal yang diperlukan, dan bersedia menanggung risiko serta menerima imbalan yang sesuai dengan usaha yang mereka lakukan.”

Upload: others

Post on 10-Feb-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1Koperasi

    2.1.1 Pengertian Koperasi

    Koperasi secara etimologi berasal dari kata cooperation, terdiri dari kata

    co yang artinya bersama dan operation yang artinya bekerja atau berusaha. Jadi

    kata cooperation dapat diartikan bekerja bersama-sama atau usaha bersama untuk

    kepentingan bersama. Secara umum koperasi dipahami sebagai perkumpulan

    orang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk memperjuangkan

    peningkatan kesejahteraan ekonomi mereka, melalui pembentukan sebuah

    perusahaan yang dikelola secara demokratis. Berikut ini adalah beberapa

    pengertian koperasi sebagai pegangan untuk mengenal koperasi lebih jauh.

    Menurut pendapat Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, (2001 : 17) tentang

    koperasi

    “suatu perkumpulan yang beranggotakan orang perorangatau

    badan hukum, yang memeberikan kebebasan kepada anggota

    untukmasuk dan keluar, dengan bekerjasama secara

    kekeluargaan menjalankanusaha untuk mempertinggi

    kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.”

    Hal ini juga ditambahkan oleh ILO dalam Revrisond Baswir, (2000 : 2 )

    tentang pengertian koperasi

    “suatu perkumpulan orang, biasanya yang memiliki kemampuan

    ekonomi terbatas, yang melalui suatu bentuk organisasi

    perusahaan yang diawasi secara demokratis, masing-masing

    memberikan sumbangan yang setara terhadap modal yang

    diperlukan, dan bersedia menanggung risiko serta menerima

    imbalan yang sesuai dengan usaha yang mereka lakukan.”

  • 9

    Pengertian koperasi di Indonesia dalam UU No. 25 Tahun 1992 tentang

    perkoperasian yang menyebutkan bahwa koperasi

    “badan usaha yang beranggotakan orang - orang atau badan

    hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan

    prinsip koperasi, sekaligus sebagai gerakan rakyat yang

    berdasarkan asas kekeluargaan.”

    Menurut Undang-undang no 17 tahun 2012 pasal 1, tentang pengertian

    koperasi

    “badanhukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau

    badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para

    anggotanya sebagai modal untukmenjalankan usaha, yang

    memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama dibidang ekonomi,

    sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi.”

    Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan koperasi dalam

    penelitian ini adalah perkumpulan orang atau badan usaha yang memiliki tujuan

    yang sama yaitu mencapai kesejahteraan ekonomi yang berlandaskan asas

    kekeluargaan.

    2.1.2Tujuan Koperasi

    Menurut UU 17 Tahun 2012 Pasal 4 koperasi bertujuan,

    “Meningkatkan kesejahteraan Anggota pada khususnya dan

    masyarakat pada umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak

    terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional yang demokratis

    dan berkeadilan.”

    Menurut Untung, (2004: 5) koperasi pada hakekatnya,

    “Melayani semua kebutuhan anggota pada tingkat terbaik, baik

    dalam tingkat kondisi ekonomi, sosial maupun kondisi politik

    yang beragam.”

    Pengertian tersebut maka keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya

    dapat diukur daripeningkatan kesejahteraan anggota. Kesejahteraan bermakna

  • 10

    sangat luas dan juga bersifat relatif, karena ukuran sejahtera bagi seseorang dapat

    berbeda antara yang satu dengan yang lainnya., hal ini karena pada umumnya sifat

    dar manusia yang tidak akan pernah puas terhadap keadaan, maka dari itu

    kesejahteraan selalu dikejar tanpa batas.

    Walaupun demikian, menurut Arifin dkk, (2001: 19) keberhasilan

    koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi anggotanya akan

    lebih mudah diukur, apabila aktivitas ekonomi yang dilakukan anggota

    melibatkan koperasi. Menurut pengertian teori ekonomi klasik, tingkat

    kesejahteraan itu dapat ditandai dengan tinggi rendahnya pendapatan riil. Apabila

    pendapatan riil seseorang atau masyarakat meningkat, maka kesejahteraan

    ekonomi seseorang atau masyarakat tersebut juga meningkat. Dengan demikian,

    tujuan koperasi itu diwujudkan dalam bentuk meningkatnya pendapatan riil para

    anggotanya. Pengertian kesejahteraan yang bersifat abstrak dan relatif tersebut

    dapat diubah menjadi pengertian yang lebih nyata dalam bentuk pendapatan,

    sehingga pengukurannya dapat dilakukan dengan lebih baik.

    Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan tujuan koperasi

    dalam penelitian ini adalah untuk menyejahterakan anggotanya melalui pelayanan

    usaha, dalam hal ini maka pelayanan anggota merupakan prioritas utama

    dibandingkan dengan masyarakat umum.

    2.1.3Peran Koperasi

    Menurut Untung, (2004 : 5) Koperasi pada umumnya dinyatakan

    “Melayani kebutuhan semua anggota pada tingkat terbaik, baik

    dalam kondisi ekonomi, sosial maupun kondisi politik yang

    beragam.”

  • 11

    Koperasi dibentuk sesuai dengan kebutuhan anggotanya (dengan

    kosekwensi bentuknya beragam sehingga tidak harus sama bentuknya, dan

    ketentuan dirumuskan sebagai standar acuan dengan mencakup syarat minimum

    yang harus dipenuhi), maupun berdasarkan pengalaman atau mengakomodasi

    unsur-unsur budaya lokal.

    Menurut Pandji, dkk (2003: 164) dijabarkan bahwa peran koperasi yang

    paling penting adalah

    “untuk mengatur penggunaan sumber-sumber secara efektifyang

    diberikan oleh pemerintah pusat dan untuk memobilisasikan

    sumber-sumbersetempat secara cukup dalam proses

    pembangunan.”

    Koperasi juga dapat memainkan perannya dalam memberikan input-input

    produksi dan pelayanan yang diperlukan oleh para anggotanya maupun mengelola

    input-input dan pelayanan yang berasal dari berbagai saluran dalam sistem

    lembaga. Selanjutnya, koperasi dapat meningkatkan kemampuan para anggotanya

    dalam berorganisasi secara efektif, sehingga para anggotanya mempunyai

    kesempatan yang besar dalam mengartikulasikan kebutuhan-kebutuhan dan tutuan

    mereka.

    Koperasi juga dapat berperan sebagai penghubung antara penduduk dan

    lembaga-lembaga nasional yang menguasai sumber-sumber dan kebijakan.

    Dengan demikian, koperasi dapat memberikan sumbangannya bagi keberhasilan

    pembangunan dalam konteks memperbaiki atau meningkatkan produktivitas,

    memperluas kesempatan-kesempatan kerja dan memberikan pemerataan yang

    lebih besar dalam pembagian pendapatan penduduk.

  • 12

    Menurut Undang-undang No 25 tahun 1992 pasal 4 dijelaskan bahwa

    fungsi dan peran dari koperasi adalah sebagai berikut:

    1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada

    umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan

    sosialnya.

    2. Berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat

    3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dan koperasi sebagai

    soko gurunya.

    4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional, yang merupakan usaha bersama

    berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

    5. Mengembangkan kreativitas dan membangun jiwa berorganisasi bagi para pelajar bangsa.

    Namun dari berbagai peran koperasi tersebut akan dapat terwujud jika ada

    peran serta dari masyarakat dan anggotanya, tanpa adanya dukungan serta peran

    serta dari masyarakat dan anggotanya maka koperasi tidak akan dapat

    berkembang.

    Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan peran koperasi

    dalam penelitian ini adalah sebagai motivator, inovator, dan fasilitator.

    memotivasi anggotanya dalam berwirausaha dengan mengembangkan minat dan

    bakat yang dimiliki, sehingga koperasi mampu menumbuhkan ide-ide baru yang

    baru dan inovatif dalam hal berwirausaha, dan menjadi fasilitator artinya koperasi

    dapat memfasilitasi anggota dalam mengembangkan minat kemampuannya.

    2.1.4 Prinsip Koperasi

    Menurut UU No.17 Tahun 2012 passal 6 ayat 1 tentang prinsip koperasi

    “Ketentuan-ketentuan pokok yang berlaku dalam koperasi dan

    dijadikan sebagai pedoman kerja koperasi. Prinsip

    koperasimerupakan esensi dari dasar kerja koperasi sebagai

  • 13

    badan usaha dan merupakan ciri khas dan jati diri koperasi yang

    membedakaanya dari badan usaha lain.”

    Menurut ICA dalam Untung (2005: 7) prinsip – prinsip koperasi adalah

    sebagai berikut:

    1. Keanggotaan yang Sukarela dan Terbuka. Koperasi-koperasi

    adalah perkumpulan sukarela, terbuka bagi semua orang yang

    bersedia menggunakan jasa-jasanya dan bersedia menerima

    tanggung jawab keanggotaan, tanpa membedakan jenis

    kelamin (gender), latar belakang sosial, ras, politik, atau

    agama.

    2. Pengendalian oleh anggota secara demokrasi. Koperasi

    adalah organisasi demokratis yang diawasi oleh para

    anggotanya, secara aktif menetapkan kebijakan dan membuat

    keputusan. Pria dan wanita yang dipilih sebagai wakil

    anggota bertanggung jawab kepada rapat anggota.

    3. Partisipasi Ekonomi Anggota. Para anggota memberikan

    kontribusi permodalan koperasi secara adil dan melakukan

    pengawasan secara demokratis terhadap modal tersebut.

    Anggota merupakan pemilik sekaligus pengguna yang

    memenuhi kebutuhannya melalui koperasi.

    4. Otonomi dan Kemandirian. Koperasi adalah organisasi

    otonom, menolong diri sendiri serta diawasi oleh para

    anggotanya. Apabila koperasi mengadakan perjanjian dengan

    organisasi lain, termasuk pemerintah, atau memupuk modal

    dari sumber luar, koperasi melakukannya berdasarkan

    persyaratan yang menjamin pengawasan demokratis oleh para

    anggotanya dan mempertahankan otonomi mereka.

    5. Pendidikan, Pelatihan dan Penerangan. Koperasi memberikan

    pendidikan dan pelatihan bagi para anggota, wakil-wakil

    anggota yang dipilih oleh rapat anggota serta para manajer

    dan karyawan, agar mereka dapat melakukan tugasnya lebih

    efektif bagi perkembangan koperasinya. Mereka memberikan

    penerangan kepada masyarakat umum tentang hakikat

    perkoperasian dan manfaat koperasi.

    6. Kerja Sama antar Koperasi. Koperasi melayani para

    anggotanya secara kolektif dan memperkuat gerakan koperasi

    dengan bekerja sama melalui organisasi koperasi tingkat

    lokal, nasional, regional, dan internasional.

    7. Kepedulian terhadap Masyarakat. Koperasi melakukan

    kegiatan untuk pengembangan masyarakat sekitarnya secara

    berkelanjutan, melalui kebijakan-kebijakan yang diputuskan

    rapat anggota.

  • 14

    Sedangkan prinsip-prinsip koperasi menurut UU Peraturan koperasi No17

    Tahun 2012Pasal 6 menyebutkan sebagai berikut:

    1. Keanggotaan Koperasi bersifat sukarela dan terbuka. 2. Pengawasan oleh Anggota diselenggarakan secara demokratis.

    3. Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi Koperasi.

    4.Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom, dan

    independen.

    5.Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi

    Anggota, Pengawas, Pengurus, dan karyawannya, serta

    memberikan informasi kepada masyarakat tentang jati diri,

    kegiatan, dan kemanfaatan Koperasi.

    6.Koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat

    GerakanKoperasi, dengan bekerja sama melalui jaringan

    kegiatan pada tingkat lokal, nasional, regional, dan

    internasional.

    7.Koperasi bekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi

    lingkungan dan masyarakatnya melalui kebijakan yang

    disepakati oleh Anggota.

    Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan prinsip koperasi

    dirumuskan dalam penelitian ini adalah agar menjadi landasan bagi berjalannya

    sebuah koperasi dalam menjalankan sebagaimana fungsinya yaitu untuk

    menyejahterakan anggotanya baik dari segi kebutuhan ekonomi, sosial dan

    budaya.

    2.1.5Jenis Koperasi

    Karakteristik koperasi berbeda dengan badan usaha lain. Perbedaan antara

    koperasi dengan bentuk perusahaan lainnya tidak hanya terletak pada landasan

    dan asasnya, tapi juga pada prinsip-prinsip pengelolaan organisasi dan usaha yang

    dianut. Prinsip-prinsip pengelolaan koperasi merupakan penjabaran lebih lanjut

    dari asas kekeluargaan yang dianutnya.

  • 15

    Koperasi simpan pinjam didirikan untuk memberikan kesempatan kepada

    anggota – anggotanya memperoleh pinjaman dengan mudah dan ongkos ( bunga)

    yang ringan.

    Akan tetapi untuk dapat memberikan pinjaman itu koperasi memerlukan

    modal. Modal koperasi yang utama adalah simpanan anggota sendiri. Dari uang

    simpanan yang dikumpulkan bersama – sama itu diberikan pinjaman kepada

    anggota yang perlu dibantu.

    Fungsi pinjaman di dalam koperasi adalah sesuai dengan tujuan - tujuan

    koperasi pada umumnya, yaitu untuk memperbaiki kehidupan anggotanya.

    Misalnya :

    a. Dengan pinjaman itu seorang petani dapat membeli pupuk, benih

    unggul, pacul dan alat –alat pertanian lainnya yang akan membantu

    meningkatkan hasil usaha taninya. Hal ini berarti akan membantu

    menaikkan pendapatannya. Pendapatan yang bertambah berarti

    memperbaiki kehidupannya.

    b. Dengan uang pinjaman, maka nelayan akan dapat membeli jaringan

    penangkapan ikan yang baik sehingga diharapkan pendapatannya

    dapat bertambah.

    c. Dengan uang pinjaman, maka seseorang buruh atau karyawan akan

    dapat membeli barang yang tak dapat dibeli dari upah atau gajinya.

    Dengan mengangsur pinjaman itu setiap bulan, ia akan memiliki

    barang – barang untuk keperluan anaknya.

  • 16

    Dalam memberikan pelayanan – pelayanan itu pengurus koperasi simpan

    pinjam selalu berusaha supaya ongkos ( bunga) yang ditetapkan serendah

    mungkin agar dirasakan ringan oleh para anggotanya. Selain itu pengurus

    koperasi harus memperhatikan agar pinjaman itu betul – betul digunakan untuk

    hal – hal yang bermanfaat.

    Koperasi simpan pinjam ialah koperasi yang bergerak dalam lapangan

    usaha pembentukan modal melalui tabungan – tabungan para anggota secara

    teratur dan terus menerus untuk kemudian dipinjamkan kepada para anggota

    dengan cara mudah, murah, cepat dan tepat untuk tujuan produktif dan

    kesejahteraan.

    Tujuan koperasi simpan pinjam adalah :

    1. Membantu keperluan kredit para anggota, yang sangat membutuhkan

    dengan syarat – syarat yang ringan

    2. Mendidik kepada para anggota, supaya giat menyimpan secara teratur

    sehingga membentuk modal sendiri

    3. Mendidik anggota hidup berhemat, dengan menyisihkan sebagian dari

    pendapatan mereka

    4. Menambah pengetahuan tentang perkoperasian

    Prinsip koperasi simpan pinjam

    Usaha koperasi yang dikelola oleh para anggota dengan membentuk

    kepengurusan koperasi melalui rapat anggota yang terlaksanakan kegiatannya

    berdasarkan prinsip koperasi.

    Prinsip koperasi terdiri dari :

  • 17

    1. Keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka.

    2. Pengelolaan koperasi dilakukan secara demokratis.

    3. Pembagian laba ( sisa hasil usaha)dilakukan secara adil dan sebanding

    dengan besar jasa para anggota.

    4. Kemandirian.

    5. Pendidikan perkoperasian.

    6. Kerjasama antar koperasi.

    Manfaat koperasi simpan pinjam terdiri dari :

    1. Anggota dapat memperoleh pinjaman dengan mudah dan tidak

    berbelit- belit.

    2. Proses pembagian bunga adil, karena disepakati dalam rapat anggota

    3. Pada saat peminjaman dana, tidak menggunakan syarat adanya

    jaminan.

    Manajemen koperasi simpan pinjam

    Ruang lingkup kegiatan usaha koperasi simpan pinjam secara umum

    adalah penghimpunan dan penyaluran dana yang terbentukpenyaluran pinjaman

    terutama dari dan untuk anggota.

    Kegiatan dari sisi pasiva, koperasi simpan pinjam melakukan kegiatan

    penghimpunan dana baik dari anggota ataupun masyarakat umum. Bentuk

    penghimpunan dana ini bisa berupa tabungan atau simpanan sedangkan dari

    masyarakat bisa berbentuk pinjaman modal usaha. Sedangkan kegiatan dari sisi

    aktiva adalah melakukan upaya untuk memperoleh laba dengan cara

  • 18

    mengalokasikan dari hasil penghimpunan dana yang disalurkan kepada anggota

    dalam bentuk pinjaman.

    Dilihat secara rincinya, kegiatan koperasi adalah sebagai berikut :

    1. Koperasi simpan pinjam di tuntut mampu melayani penyimpangan dan

    juga penarikan dana oleh anggota sesuai dengan ketentuan dan

    kesepakatan.

    2. Koperasi simpan pinjam juga menyalurkan dana yang terkumpul dari

    anggota yang di masa datang akan diterima kembali secara bertahap.

    Dikedua kegiatan tersebut, harus dikelola sedemikian rupa agar kegiatan

    penghimpunan dan penyaluran dana berjalan dengan seimbang.

    2.1.6 Pengembangan Koperasi

    Menurut Anoraga, 2007 : 66 tentang pengembangan koperasi adalah

    “Tanggung jawab dari setiap pengurus yang membutuhkan

    motivasi dan kreativitas.”

    Jika hal ini dapat dilakukan oleh setiap pengurus, maka besarlah harapan

    untuk dapat menjadikan koperasi yang semula kecil menjadi skala menengah

    bahkan menjadi sebuah pengembangan koperasi yang besar. Selanjutnya

    pengembangan ini juga diarahkan pada pengembangan kemampuan koperasi

    masing – masing dalam pemupukan modal sendiri dan dalam usaha memperoleh

    kredit denga syarat yang memadai. Koperasi – koperasi sangat memerlukan kredit

    baik untuk pengadan sarana produksi yang diperlukan maupun kegiatan

    pemasaran yang diselenggarakan.

    Sementara itu, pengembangan dikoperasi ialah meningkatkan fungsi

    pelayanan koperasi – koperasi dan koperasi Unit Desa kepada anggota masing –

  • 19

    masing dan masyarakat sekitarnya yang memberikan dampak membantu

    peningkatan kesejahteraan mereka melalui kegiatan usaha yang dilakukan secara

    efektif dan efisien.

    Pengembangan koperasi untuk meningkatkan kemampuan koperasi,

    terutama koperasi- koperasi Unit Desa, untuk mendukung usaha – usaha koperasi

    dalam upaya pemantapan, peningkatan dan perluasan peranan koperasi diberbagai

    sektor usaha seperti pertanian pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, argo

    industri, industri kecil dan kerajinan rakyat, pertambangan rakyat, listrik

    pedesaan, asuransi serta pengadaan dan penyaluran alat – alat produks, disamping

    pengadaan dan penyaluran bahan – bahan kebutuhan pokok dan konsumsi.

    Langkah – langkah yang diambil dalam melaksanakan pengembangan koperasi

    adalah :

    a. Mengupayakan struktur permodalan yang lebih seimbang antara modal

    yang barasal dari luar dan modal dari dalam. Dengan perbandingan yang

    lebih seimbang antara modal dari dalam dan modal dari luar koperasi

    diharapkan akan semakin mampu mengurangi ketergantungan pada dana

    dari bank yang biayanya mahal. Dalam upaya mengurangi ketergantungan

    ini, maka bank koperasi dibina dan ditingkatkan kemampuannya

    b. Mengupayakan struktur permodalan yang lebih seimbang antara modal

    yang berasal dari luar dan modal dari dalam. Dengan perbandingan yang

    lebih seimbang antara modal dari dalam dan modal dari luar koperasi

    diharapkan semakin mampu mengurangi ketergantungan pada dana dari

    bank dan yang biayanya mahal

  • 20

    c. Meningkatkan pembinaan dalam pemupukan modal melalui simpanan

    wajib dan menggalakkan kesadaran menabung di pihak anggota sendiri

    d. Membantu koperasi atau KUD untuk mengembangkan kegiatan simpan

    pinjam

    e. Mendorong pengembangan kegiatan usaha koperasi di daerah - daerah

    terpencil, seperti daerah pemukiman transmigrasi, perkampungannelayan

    dan sebagainya

    Dalam pelaksanaan langkah – langkah ini diharapkan akan dapat

    meningkatkan daya saing dan juga kemampuan kerja sama koperasi – koperasi

    tersebut, baik dengan bank maupun dengan perusahan – perusahan lain baik

    swasta maupun negara.

    2.1.7 Anggota Koperasi

    Menurut Untung, 2004: 33 tentang anggota koperasi adalah

    “Pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi. Keanggotaan

    koperasi bersifat pribadi dan keanggotaan tersebut tidak dapat

    dipindahtangankan. Keanggotaan koperasi tidak dapat juga

    diwariskan walaupun manakala seorang anggota meninggal

    dunia, maka para ahli warisnya berhak menerima sisa hasil

    usaha, simpanan pokok dan simpanan wajib ataupun sisa hasil

    penyelesaian dalam hal terjadi pembubaran Koperasi, namun hak

    dari para ahli waris tersebut adalah berdasarkan title umum.”

    Syarat-syarat sebagai anggota koperasi :

    1. Warga Negara Indonesia

    2. Mampu melakukan tindakan hukum

    3. Bersedia mematuhi anggaran dassar dan anggaran rumah tangga

    4. Bersedia mematuhi aturan-aturan yang berlaku

    5. Berkeinginan memajukan koperasi

  • 21

    6. Tidak ada paksaan dari pihak lain

    Keanggotaan koperasi, dapat berakhir apabila :

    1. Meninggal dunia

    2. Bertentangan dengan tujuan koperasi

    3. Mengundurkan diri

    4. Selalu merugikan koperasi

    5. Diperhentikan oleh pengurus karena melanggar peraturan yang

    berlaku.

    Setiap anggota koperasi mempunyai kewajiban dan hak yang sama

    terhadap Koperasi sebagaiman telah diatur dalam anggaran dasarnya. Adapun

    kewajiban dari anggota kperasi menurut UU Perkop No 17 Tahun 2012 pasal 29

    adalah sebagai berikut :

    1. Mematuhi anggaran dasar dan rumah tangga serta keputusan

    yang telahdisepakati dalam rapat anggota.

    2. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan

    oleh Koperasi.

    3. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan

    asas kekeluargaan.

    Hak anggota koperasi telah ditentukan dalam UU Perkop No 17 Tahun

    2012 pasal 29 adalah sebagai berikut:

    1. Menghadiri, menyatakan pendapat, dan memberikan suara

    dalam RapatAnggota.

    2. Mengemukakan pendapat atau saran kepada Pengurus di luar

    RapatAnggota baik diminta atau tidak.

    3. Memilih dan atau dipilih menjadi Pengawas atau Pengurus.

    4. Meminta diadakan Rapat Anggota menurut ketentuan dalam

    AnggaranDasar.

    5. Memanfaatkan jasa yang disediakan oleh Koperasi.

    6. Mendapat keterangan mengenai perkembangan Koperasi

    sesuai denganketentuan dalam Anggaran Dasar.

  • 22

    7. Mendapatkan Selisih Hasil Usaha Koperasi dan kekayaan sisa

    hasilpenyelesaian Koperasi.

    Keanggotaan dalam koperasi bersifat terbuka terhadap semua masyarakat,

    seorang yang telah menjadi anggota koperasi harus mau untuk ikut bersama-sama

    mengembangkan koperasinya dengan mau menggunakan jasa Koperasi dan

    bersedia menerima tanggung jawab keanggotaannya. Untuk Kewajiban dan hak

    anggota dalam koperasi kewajiban dan hak tersebut tidak dapat dikurangi atau

    dihilangkan oleh para pengurus koperasi, karena hak-hak tersebut melekat pada

    keanggotaan setiap anggota koperasi. Adanya kewajiban dan hak anggotakoperasi

    itu adalah cerminan bahwa koperasi adalah sebuah organisasi ekonomi yang

    demokratis.

    2.2 Partisipasi Anggota

    2.2.1 Pengertian Partisipasi Anggota

    Partisipasi anggota merupakan kesediaan anggota itu untuk memikul

    kewajiban dan menjalankan hak keanggotaanya secara bertanggung jawab, maka

    partisipasi anggota koperasi yang bersangkutan sudah dikatakan baik. Menurut

    Anoraga dan Nanik (2003: 111) bahwa :

    “jika ternyata hanya sedikit yang demikian, maka partisipasi

    anggota koperasi tersebut dikatakan buruk atau rendah”.

    Partisipasi anggota menurut Keith Davis dalam Arsad Matdoan, (2011: 29)

    bahwa:

    “Partisipasi didefinisikan sebagai individu keterlibatan mental

    dan emosional dalam situasi kelompok yang mendorong dia untuk

    berkontribusi tujuan dan berbagi tanggung jawab untuk mereka.”

  • 23

    Pendapat tersebut menunjukkan bahwa partisipasi anggota merupakan

    keterlibatan mental dan emosional dari orang-orang dalam situasi kelompok yang

    mendorong orang-orang tersebut memberikan kontribusinya terhadap tujuan

    kelompoknya itu dan berbagai tanggung jawab atas pencapaian tujuan tersebut.

    Partisipasi dibutuhkan untuk mengurangi kinerja yang buruk, mencegah

    penyimpangan dan membuat pemimpin koperasi bertangung jawab. Partisipasi

    anggota sering disebut sebagai alat pengembangan maupun sebagai tujuan akhir

    itu sendiri. Menurut Castilo dalam Jochen (2003:39), beberapa penulis menyakini

    bahwa partisipasi adalah kebutuhan dan hak asasi manusia yang mendasar.

    Menurut Hendar dan Kusnadi (2005: 64), partisipasi memegang peranan

    yang menentukan dalam perkembangan koperasi, tanpa partisipasi anggota,

    koperasi tidak akan dapat bekerja secara efisien dan efektif. Koperasi merupakan

    alat yang digunakan oleh para anggota untuk melaksanakan fungsi-fungsi tertentu

    yang telah disepakati bersama. Sukses tidaknya, berkembang tidaknya,

    bermanfaat tidaknya dan maju mundurnya suatu koperasi akan sangat bergantung

    sekali pada peran partisipasi aktif dari para anggotanya.

    Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan partisipasi

    anggota dalam penelitian ini adalah kesediaan anggota untuk memikul kewajiban

    dan menjalankan hak keanggotaannya secara bertanggung jawab. Partisipasi

    dibutuhkan untuk mengurangi kinerja yang buruk, mencegah penyimpangan dan

    membuat pemimpin koperasi bertangung jawab. Partisipasi memegang peranan

    yang menentukan dalam perkembangan koperasi. Tanpa partisipasi anggota,

    koperasi tidak akan dapat bekerja secara efisien dan efektif

  • 24

    2.2.2 Dimensi Partisipasi

    Menurut Hendar & Kusnadi (2005: 92 - 93) partisipasi meliputi 4 dimensi, yaitu :

    “sifatnya, bentuknya, pelaksanaannya dan peran serta

    perorangan/sekelompok orang. Dimensi-dimensi partisipasi

    dibedakan menjadi empat macam, yaitu dimensi partisipasi

    dipandang dari sifatnya, dimensi partisipasi dipandang dari

    bentuknya, dimensi partisipasi dipandang dari pelaksanaannya,

    dan dimensi partisipasi dipandang dari segi kepentingannya.”

    1) Dimensi partisipasi dipandang dari sifatnya

    Dipandang dari sifatnya,yaitu partisipasi dapat berupa, partisipasi yang

    dipaksakan (forced) dan partisipasi sukarela (voluntary). Partisipasi yang

    dipaksakan (forced) apabila tidak dipaksa oleh situasi dan kondisi, maka

    partisipasi tidak akan sesuai dengan prinsip koperasi yang terbuka dan sukarela

    serta manajemen yang demokratis. Partisipasi yang sesuai pada koperasi adalah

    partisipasi yang bersifat sukarela serta manajemen yang demokratis. Partisipasi

    yang sesuai pada koperasi adalah partisipasi yang bersifat sukarela. Sifat

    kesukarelaan ini menuntut kemampuan manajemen koperasi dalammerangsang

    aktivitas partisipasi anggota. Tanpa rangsangan partisipasi yang efektif,

    partisipasi dalam koperasi tidak akan berjalan.

    2) Dimensi partisipasi dipandang dari bentuknya

    Dipandang dari sifat keformalannya, partisipasi dapat dibedakan menjadi

    partisipasi formal (formal participation) dan partisipasi informal (informal

    participation). Partisipasi formal telah tercipta suatu mekanisme formal dalam

    pengambilan keputusan dan dalam pelaksanaan setiap kegiatan. Sedangkan

    partisipasi informal hanya terdapat persetujuan lisan antara atasan dan bawahan

    dalam bidang-bidang partisipasi.

  • 25

    Pada koperasi, kedua bentuk partisipasi ini bisa dilaksanakan secara

    bersama-sama. Manajemen partisipasi bisa merangsang partisipasi anggota secara

    formal maupun informal, tergantung situasi dan kondisi serta aturan-aturan

    partisipasi yang diberlakukan.

    3) Dimensi partisipasi dipandang dari pelaksanaannya

    Dipandang dari pelaksanaannya, partisipasi dapat dilaksanakan secara

    langsung maupun secara tidak langsung. Partisipasi langsung terjadi apabila

    setiap orang dapat mengajukan pandangan, menyampaikan ide-ide, informasi,

    keinginan, harapan, saran, dan lain-lain kepada pihak yang menjadi

    pimpinannya.Sedangkan partisipasi tidak langsung terjadi apabila ada wakil

    yang membawa aspirasi orang lain, misalnya karyawan atau anggota.

    Pada koperasi, partisipasi langsung dan partisipasi tidak langsung dapat

    dilaksanakan secara bersama-sama tergantung pada situasi dan kondisi serta

    aturan yang berlaku. Partisipasi langsung dapat dilakukan dengan memanfaatkan

    fasilitas koperasi (membeli atau menjual kepada koperasi), memberikan saran-

    saran atauinformasi dalam rapat-rapat, memberikan kontribusi modal, memilih

    pengurus, dan lain-lain. Partisipasi tidak langsung terjadi apabila jumlah anggota

    terlalu banyak, anggota tersebar di wilayah kerja koperasi yang begitu luas, atau

    koperasi yang terintegrasi, sehingga diperlukan perwakilan-perwakilan untuk

    menyampaikan aspirasinya.

    4) Dimensi partisipasi dipandang dari segi kepentingannya

    Dipandang dari segi kepentingannya, partisipasi dalam koperasi dapat

    berupa partisipasi kontributif (contributif participation) dan partisipasi intensif

  • 26

    (incentif participation). Kedua jenis partisipasi ini timbul sebagai akibat peran

    ganda anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan.

    Dalam kedudukannya sebagai pemilik,

    (a) para anggota memberikan kontribusinya terhadap pembentukan dan

    pertumbuhan perusahaan koperasi dalam bentuk kontribusi keuangan

    (penyerahan simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela,

    atau danadana pribadi yang diinvestasikan pada koperasi)

    (b) mengambil bagian dalam penetapan tujuan, pembuatan keputusan dan

    proses pengawasan terhadap jalannya perusahaan koperasi. Partisipasi

    semacam ini disebut partisipasi kontributif. Partisipasi kontributif dan

    partisipasi insetif mempunyai hubungan yang sangat erat, yaitu :

    1.Kontribusi keuangan baik yang berupa simpanan pokok, simpanan

    wajib, dan simpanan sukarela para anggota maupun yang berasal dari

    usaha Koperasi, sangat diperlukan untuk perkembangan usaha Koperasi

    ( partisipasi kontribusi dalam penanaman modal)

    2. Setelah modal yang terkumpul tersebut digunakan oleh Koperasi, proses

    pengambilan keputusan mengenai penetapan tujuan dan kebijaksanaan

    serta proses pengawasan jalannya perusahaan Koperasi harus

    melibatkan anggota karena anggota sebagai pemilik Koperasi (

    partisipasi kontributif anggota dalam pengambilan keputusan)

    3.Tetapi untuk mendukung pertumbuhan Koperasi, anggota sebagai

    pelanggan harus memanfaatkan setiap pelayanan yang diberikan oleh

    Koperasi ( partisipasi insetif). Semakin banyak anggota memanfaatkan

  • 27

    pelayanan Koperasi, manfaat yang diperoleh anggota tersebut akan

    semakin banyak, apabila ini terjadi, kesadaran dalam pelaksanaan

    partisipasi kontributif akan semakin meningkat.

    Keeratan hubungan antara partisipasi kontributif dengan partisipasi insetif

    menyebabkan Koperasi harus berusaha meningkatkan pelayanan yang diberikan

    sehingga manfaatnya dapat dirasakan anggota. Akibatnya anggota akan semakin

    meningkatkan partisipasi insetif dalam pemanfaatan unit usaha Kopersi, sehingga

    secara otomatis akan timbul kesadaran anggota untuk berperan aktif dalam

    kontribusi modal dan pengambilan keputusan yang menunjang perkembangan

    Koperasi ( partisipasi kontributif)

    Alferd Hanel dalam Arsad Matdoan ( 2011 : 11) memberikan dimensi –

    dimensi partisipasi anggota dalam prinsip identitas :

    1. Dalam kedudukannya sebagai pemilik ( Owner), para anggota :

    a. Memberikan kontribusi pada pembentukan dan pertumbuhan Koperasinya dalam bentuk kontribusi

    keuangan ( penyertaan modal, pembuatan cadangan,

    simpanan)

    b. Mengambil bagian dalam menetapkan tujuan, pembuatan keputusan, dan dalam pengawasan terhadap kehidupan

    Koperasi

    2. Dalam kedudukannya sebagai pelanggan ( User), para anggota memanfaatkan berbagai potensi yang disediakan

    oleh Koperasi dalam menunjang kepentingan.

    Setiap anggota dan calon anggota akan mempertimbangkan untuk

    memasuki dan mempertahankan/memelihara hubungannya dengan Koperasi,

    apabila insetif yang diperoleh lebih besar daripada kontribusi yang harus

    diberikan. Insetif dan kontribusi akan dinilai oleh setiap anggota sesuai

  • 28

    kebutuhan, kepentingan dan tujuan yang dirassakan, yang tentunya dipengaruhi

    oleh lingkungan anggota yang bersangkutan.

    Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan dimensi

    partisipasi dalam penelitian ini adalah dari sifatnya, bentuknya, pelaksanaannya

    dan peran serta perorangan/sekelompok orang. Dilihat dari sifatnya, partisipasi

    dapat berupa partisipasi yang dipaksakan dan partisipasi sukarela. Apabila

    dipandang dari sifat keformalannya, partisipasi dapat bersifat formaldan dapat

    pula bersifat informal. Berdasarkan pelaksanaannya, partisipasi dapat

    dilaksanakan secara langsung maupun secara tidak langsung. Dari segi

    kepentingannya, partisipasi dalam koperasi dapat berupa partisipasi kontributif

    dan partisipasi intensif.

    2.2.3 Pentingnya Partisipasi Anggota

    Menurut Anoraga dan Nanik (2003:112) ciri-ciri anggota yang

    berpartisipasi baik yaitu sebagai berikut:

    1) Melunasi simpanan pokok dan simpanan wajib secara tertib

    dan teratur.

    2) Membantu modal koperasi disamping simpanan pokok dan

    wajib sesuai dengan kemampuan masing-masing.

    3) Menjadi pelangan koperasi yang setia.

    4) Menghadiri rapat-rapat dan pertemuan secara aktif.

    5) Menggunakan hak untuk mengawasi jalanya usaha koperasi,

    menurut anggaran dasar dan anggaran rumah tangga,

    peraturan- peraturan lainya dan keputusan-keputusan

    bersama lainya.

    Hal ini juga ditambahkan oleh Hendar & Kusnadi (2005: 95) bahwa :

    ”Semua program yang harus dilaksanakan oleh manajemen perlu

    memperoleh dukungan dari semua unsur atau komponen yang

    ada dalam organisasi.”

  • 29

    Tanpa dukungan semua unsur atau komponen, pelaksanaan program-

    program manajemen tidak akan berhasil dengan baik. Mengenai pentingnya

    partisipasi dalam kehidupan koperasi ditegaskan Hendar & Kusnadi (2005: 97)

    bahwa:

    “Koperasi adalah badan usaha (perusahaan) yang pemilik dan

    pelanggannya adalah sama, yaitu para anggota dan merupakan

    prinsip identitas koperasi yang sering digambarkan dalam

    lambang segi tiga (Tri-angel Identity of Cooperative). Jadi,

    Pelanggan = Pemilik = Anggota dimana ketiga pihak tersebut

    orangnya adalah sama. Koperasi merupakan alat yang

    digunakan oleh para anggota untuk melaksanakan fungsi-fungsi

    tertentu yang telah disepakati bersama.”

    Sesuai dengan pasal 17 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992

    tentang Perkoperasian yang menyebutkan bahwa :

    “Anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa

    koperasi.”

    Sebagai pemilik dan pengguna jasa koperasi, anggota berpartisipasi aktif

    dalam kegiatan koperasi. Menurut Deputi Pengembangan SDM (2010: 1-2)

    menyatakan bahwa :

    “koperasi sebagai perusahaan harus mampu memenuhi

    kebutuhan anggota dengan berbagai variasinya maupun

    keterpencaran jarak anggota dalam proses pelayanan atas

    kebutuhan anggota.”

    Jika perusahaan koperasi memberi pelayanan kepada anggota yang jauh

    lebih besar, lebih menarik, dan lebih prima dibanding dengan dari perusahaan non

    koperasi, maka koperasi akan mendapat partisipasi penuh dari anggota. Demikian

    pula sebaliknya, partisipasi anggota yang tinggi dalam memanfaatkan segala

    layanan barang, jasa, yang tersedia di koperasi pada akhirnya meningkatkan

    kualitas dan kuantitas pelayanan terbaik dan prima oleh perusahaan koperasi.

  • 30

    Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan penelitian ini

    adalahmenunjukkan bahwa partisipasi anggota sangat penting bagi suatu

    organisasi. Semua program yang harus dilaksanakan oleh manajemen perlu

    memperoleh dukungan dari semua unsur atau komponen yang ada dalam

    organisasi. Tanpa dukungan semua unsur atau komponen, pelaksanaan program-

    program manajemen tidak akan berhasil dengan baik.

    2.2.4 Rangsangan Partisipasi

    Setiap anggota koperasi akan mengambil keputusan untuk berpartisipasi,

    terlibat, ikut serta untuk mempertahankan atau memelihara secara aktif

    hubungannya dengan organisasi koperasi, jika insentif yang diperoleh anggota

    sama besar atau lebih dari kontribusi yang diberikannya.

    Sehubungan dengan itu, Deputi Pengembangan Sumber Daya Manusia /

    SDM (2010: 3) rangsangan partisipasi dapat dikelompokkan sebagai berikut :

    1) Peningkatan pelayanan yang efisien melalui penyediaan

    barang dan jasa oleh perusahaan koperasi dapat menjadi

    rangsangan penting bagi anggota untuk ikut memberikan

    kontribusinya bagi pemupukan modal dan pertumbuhan

    koperasi. Insentif perangsang yang dikehendaki oleh anggota

    berkait erat dengan seberapa besar upaya pemenuhan

    kebutuhan oleh perusahaan koperasi dapat dirasakanoleh

    anggota secara subyektif yang dapat meningkatkan

    kepentingan ekonomi atau usaha rumah tangga anggota.

    2) Insentif juga dapat dirasakan dalam bentuk layanan barang

    dan jasa di perusahaan koperasi sama sekali tidak tersedia di

    pasar atau tidak disediakan oleh lembaga lain.

    3) Insentif rangsangan dapat berwujud pelayanan barang dan

    jasa disediakan dengan harga, kualitas, dan kondisi yang

    lebih baik, lebih menguntungkan dibandingkan dengan

    barang dan jasa yang ditawarkan di pasar atau lembaga lain

    non koperasi. Sebaliknya, jika pelayanan barang dan jasa di

    koperasi yang tidak memenuhikebutuhan anggota, harga

    yang lebih tinggi atau dengan kondisi yang lebih buruk

    daripada yang ditawarkan di pasar atau lembaga non

  • 31

    koperasi, menyebabkan partisipasi anggota semakin

    menurun. Koperasi sebagai badan usaha harus

    memperhatikan kondisi ini sebagai upaya perbaikan layanan,

    sehingga perbaikan layanan kepada anggota merupakan

    keharusan bukan beban usaha, agar Partisipasi Anggota

    semakin besar sehingga anggota semakin memiliki usaha

    koperasi dan berkontribusi dalam pemanfaatan pelayanan

    usaha koperasi secara terus menerus.

    Selain yang disebutkan, ada beberapa perangsang lain bagi kontribusi

    anggota terhadap koperasi yaitu (Tiktik S.P & Abd. Rachman S., 2002: 60):

    1) Kontribusi para anggota dalam pembentukan dan pertumbuhan koperasi dalam bentuk saran keuangan

    (mungkin sumber daya dan tenaga kerja) akan dinilai oleh

    para anggota atas dasar biaya opportunitas.

    2) Partisipasi dalam penetapan tujuan-tujuan, dalam pembuatan keputusan mengenai berbagai kegiatan, dan

    dalam pengawasan tata kehidupam koperasinya dapat

    merupakan suatu insentif atau suatu kontribusi:

    a) Jika anggota diberi kemungkinan untuk memasukkan tujuantujuannya bagi koperasi menjadi tujuan dari kelompok

    dan dari organisasi koperasi, maka ia anggap kesempatan

    partisipasi tersebut sebagai perangsang (insentif-manfaat).

    b) Jika partisipasinya dalam rapat-rapat dan diskusi-diskusi kelompok memakan waktu dan biaya, maka para anggota

    akan mempertimbangkan biaya opportunitasnya (kontribusi)

    Kecakapan/kemampuan anggota sehubungan dengan partisipasi efektif

    dalam koperasi, ditinjau dari peran anggota sebagai pemilik (Tiktik S.P & Abd.

    Rachman S., 2002: 60) yaitu :

    1) Kesediaannya untuk bekerjasama dan kesiapannya untuk

    mengubah perilaku tradisional dan ikut serta dalam suatu

    organisasi swadaya yang inovatif dan berorientasi pada

    anggota

    2) Sumber daya yang tersedia padanya untuk memberi

    kontribusinya pada pembentukan perusahaan koperasi

    3) Tingkat pendidikannya dan informasi yang dibutuhkannya

    agar mampu turut serta secara aktif dalam diskusi-diskusi

    dan keputusankeputusan yang berhubungan dengan

    penetapan sasaran, perumusan kebijakan, dan pengendalian

    atas prestasi perusahaan koperasi.

  • 32

    2.2.5 Cara Meningkatkan Partisipasi Anggota

    Menurut Hendar dan Kusnadi (2005: 66) terdapat berbagai macam cara

    untuk dapat meningkatkan partisipasi, yang di antaranya dengan menggunakan

    materi dan non materi.

    Peningkatan partisipasi dengan menggunakan materi dapat melalui

    pemberian bonus, tunjangan, komisi dan insentif serta lainnya. Peningkatan

    partisipasi nonmateri, yaitu dengan cara memberikan suatu motivasi kepada

    semua komponen atau unsur yang ada dalam suatu lingkungan tertentu.

    Beberapa cara untuk meningkatkan partisipasi anggota yang termuat

    dalam buku saku Koperasi dari Departemen Sumber Daya Manusia (2010: 4)

    adalah melalui :

    1) Upaya pelibatan secara aktif seluruh komponen dan anggota

    koperasi dalam perencanaan usaha dan proses pengambilan

    keputusan.

    2) Keterlibatan dan keaktifan anggota dalam perencanaan usaha

    dan proses pengambilan keputusan secara langsung bersama

    segenap anggota merupakan upaya bersama untuk merancang

    bangun secara bersama pola dan struktur pelayanan koperasi

    terhadap anggota, kerangka kerja perusahaan, dan indikasi

    kinerja keberhasilan koperasi sebagai badan usaha.

    3) Proses perencanaan usaha dan pengambilan keputusan yang

    partisipatif dan kolaboratif dari segenap anggota dan

    pengurus, pengelola akan meningkatkan kesadaran

    pemanfaatan pelayanan dan rasa tanggung jawab semua

    pihak untuk memperjuangkan kemajuan dan perkembangan

    koperasi, dengan kesadaran, semangat kebersamaan, dan

    tanggung jawab segenap anggota inilah yang meningkatkan

    partisipasi anggota sehingga pada ujung- ujungnya mampu

    menumbuh kembangkan koperasi.

    Menurut Hendar&Kusnadi (2005: 101-102) dijelaskan bahwa untuk

    meningkatkan partisipasi anggota melalui peningkatan partisipasi insentif dan

    kontributif :

  • 33

    1) Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkanpartisipasi insentif adalah :

    a) Menyediakan barang-barang atau jasa-jasa yang dibutuhkan oleh anggota yang relatif lebih baik dari

    para pesaingnya di pasar

    b) Meningkatkan harga pelayanan kepada anggota, misalnya :

    (1) Menetapkan harga jual yang relatif lebih murah dari harga umum

    (2) Harga beli yang relatif lebih tinggi dari harga umum

    (3) Pemberian bunga kredit yang lebih rendah dari bunga umum

    (4) Pemberian bunga tabungan minimal sama dengan tingkat bunga umum disertai pelayanan yang lebih

    baik

    (5) Pemberian diskon atau potongan harga untuk anggota

    c) Menyediakan barang – barang yang tidak tersedia di pasar bebas wilayah koperasi atau tidak disediakan

    oleh pemerintah

    d) Berusaha memberikan deviden per anggota (SHU per anggota) yang meningkat dari waktu ke waktu

    e) Memperbesar alokasi dana dari aktivitas bisnis koperasi dengan non anggota melalui pemberian kredit

    dengan bunga yang relatif lebih murah dan jangka

    pengembalian lebih lama

    f) Menyediakan berbagai tunjangan ( bila mampu) keanggotaan, seperti tunjangan hari raya, tunjangan

    kesehatan, dan lain-lain

    2) Beberpa kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan partisipasi koontributif :

    a) Menjelaskan tentang maksud, tujuan perencanaan dan keputusan yang akan dikeluarkan

    b) Meminta tanggapan dan saran tentang perencanaan dan keputusan yang akan dikeluarkan

    c) Meminta informasi tentang segala sesuatu dari semua anggota dalam usaha membuat keputusan dan

    mengambil keputusan

    Menurut Deputi Pengembangan Sumber Daya Manusia (2010: 4) secara

    praktek dan kenyataan di lapangan, pelibatan atau keterlibatan perencanaan usaha

    dan proses pengambilan keputusan bersama dalam koperasi tidaklah mudah.

  • 34

    Tidak dapat dipungkiri bahwa proses partisipatif dan kolaboratif dalam menyusun

    perencanaan usaha dari koperasimemerlukan waktu, biaya, dan tenaga. Oleh

    karena itu, penanaman kesadaran diri terhadap anggota, pengurus, pengelola, dan

    pengawas terhadap upaya pencapaian tujuan usaha koperasi secara bersama

    haruslah dipahami sebagai kebutuhan dan tujuan bersama. Anggota perlu

    menyadari tujuan pelayanan usaha yang dilakukan oleh pengurus dan pengelola,

    sementara pengurus juga harus menyampaikan secarautuh perencanaan usaha

    yang dimaksud sedemikian rupa hingga anggota dapat memahami, menyadari,

    dan ikut bertanggung jawab atas upaya pencapaian tujuan usaha termaksud.

    Dengan demikian komunikasi yang efektif dari interaksi antara anggota dan

    perusahaan koperasi dalam perencanaan usaha dan proses pengambilan keputusan

    secara bersamaan dan bertanggung jawab menjadi kebutuhan sekaligusprasyarat

    bagi partisipasi anggota.

    Deputi Pengembangan Sumber Daya Manusia (2010: 5) juga mengatakan

    bahwa kepuasan dan nilai guna juga seringkali menjadi faktor yang

    mempengaruhi keterlibatan anggota dalam perencanaan usaha atau proses

    pengambilan keputusan koperasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat

    sekelompok orang yang masih kurang puas atau kurangmenerima suatu

    keputusan. Oleh karenanya, ada baiknya bagi pihak yang merasa kurang puas

    dapat diminta tanggapan atau sarannya atas perencanaan usaha dan keputusan

    yang akan atau telah diambil, tentunya disesuaikan dengan situasi, dan kondisi,

    dan tingkat relevansinya. Cara ini berarti membuka peluang dan

    penghargaanterhadap ketidakpuasan, sehingga tanggapan dan saran yang diajukan

  • 35

    dari yang kurang puas menjadi masukan atau bahan pertimbangan bagi

    penyempurnaan keputusan yang akan atau telah diambil oleh koperasi.

    Deputi Pengembangan Sumber Daya Manusia (2010: 5) juga menyatakan

    bahwa peningkatan partisipasi anggota berhubungan erat dengan tingkat

    pelayanan, sementara pelayanan berhubungan pula dengan beban kerjaatau daya

    dukung yang ada di koperasi. Salah satu yang berkait denganini adalah pengaturan

    fungsi dan peran dari pengelola dalam memberikan pelayanan prima bagi anggota,

    sehingga diperlukan pengaturan atau pendelegasian kewenangan yang jelas dan

    proporsional. Semua unsur pengelola koperasi harus memiliki fungsidan tugas

    yang jelas dan merasakan bahwa fungsi tersebut merupakan kepercayaan dari

    anggota koperasi. Demikian pula, anggota harus meyakini bahwa apa yang

    dilakukan oleh pengelola koperasi kepada diri anggota merupakan tugas yang

    telah didelegasikan kepada pengurus dan memberikan kepercayaan kepada

    pengelola koperasi memberikan pelayanan prima kepada anggota koperasi.

    Dalam Buku Saku Koperasi (2010: 5) yang ditulis oleh Deputi

    Pengembangan Sumber Daya Manusia menyatakan bahwa upaya peningkatan

    partisipasi anggota akan berhasil manakala ada kesesuaian antara anggota,

    manajemen koperasi, dan program koperasi. Kesesuaian ini dapat dilihat dari unit,

    tingkat kemauan, dan kemampuan dari pelayanan yang disediakan oleh koperasi.

    Kompetensi dan motivasi anggota dalam mengemukakan minat kebutuhanya

    kepada koperasi terefleksikan dalam keputusan manajemen koperasi dalam

    memberikan layanan barang dan jasa kepada anggota koperasi. Anggota

    mengemukakan pendapat, saran dan kritik yang membangun bagi koperasi, dan

  • 36

    selanjutnya manajemen koperasi mampu menindak lanjuti dan menyelesaikannya

    secara efektif dan professional hingga dirasakan manfaatnya oleh anggota

    koperasi. Misalnya adalah jika unit usaha yang tersedia di koperasi memiliki

    kesesuaian yang tinggi dengan kebutuhan anggota, manajemen, maupun program

    koperasi, maka akan diikuti dengan tingkat partisipasi anggota yang tinggi pula.

    Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan meningkatkan

    partisipasi anggota dalam penelitian ini adalah cara meningkatkan partisipasi

    anggota dapat melalui pemberian bonus, tunjangan, komisi dan dengan cara

    memberikan suatu motivasi kepada semua komponen atau unsur yang ada dalam

    suatu lingkungan tertentu.

    2.2.6 Indikator Partisipasi Anggota

    Menurut Anoraga dan Nanik (2003: 115),

    “pengukuran partisipasi anggota berkaitan dengan peran ganda

    anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan.”

    Dalam kedudukannya sebagai pemilki :

    a) Para anggota memberikan kontribusinya terhadap pembentukan dan

    pertumbuhan perusahaan koperasi dalam bentuk kontribusi keuangan

    (penyerahan simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela,

    atau dana-dana pribadi yang diinvestasikan pada koperasi).

    b) Mengambil bagian dalam penetapan tujuan, pembuatan keputusan dan

    proses pengawasan terhadap jalannya perusahaan koperasi. Partisipasi

    semacam ini disebut partisipasi kontributif.

    Dalam kedudukannya sebagai pelanggan / pemakai, para anggota

    memanfaatkan berbagai potensi pelayanan yang disediakan oleh

  • 37

    perusahaan koperasi dalam menunjang kepentingannya. Partisipasi

    semacam ini disebut partisipasi insentif.

    Pendapat yang sama dikemukakan Hanel dalam Any Meilani dan Sri

    Ismulyaty, (2002: 13) bahwa :

    “Indikator partisipasi anggota yaitu memberikan kontribusi

    keuangan pada koperasi, mengambil bagian dalam menetapkan

    tujuan koperasi, memanfaatkan potensi yang telah disediakan

    koperasi dalam menunjang kepentingannya.”

    1. Partisipasi dalam Pengambilan keputusan

    Partisipasi anggota dalam pengambilan keputusan merupakan aktivitas

    keikutsertaan anggota dalam memberikan saran dan kritik atas pengelolaan usaha

    Koperasi. Menurut Undang – Undang No. 25 Tahun 1992 pada pasal 5 tentang

    prinsip – prinsip Koperasi, salah satunya berbunyi “ Pengelolaan dilakukan secara

    demokratis,” artinya pengelolaan Koperasi dilakukan atass kehendak dan

    keputusan para anggota.

    Hal ini menunjukkan bahwa anggota harus memberikan keputusan dalam

    rapat anggota tentang kebijaksanaan pengelolaan Koperasi, baik di bidang

    kelembagaan maupun di bidang usaha. Keterlibatan anggota dalam pengambilan

    keputusan akan mendorong terlaksananya program kerja Koperasi. Hal ini

    dimungkinkan adanjya kesadaran atau pemahaman Koperasi sekaligus

    peningkatan kesejahteraan.

    2. Partisipasi dalam Permodalan

    Partisipasi merupakan kesadaran anggota sehingga Koperasi harus dapat

    memberikan rangsangan khusus agar anggota dapat berpartisipasi secara efektif.

    Partisipasi anggota dalam Koperasi dapat dinyatakan melalui penyertaan modal

  • 38

    yaitu peran aktif anggota membayar simpanan yang telah ditentukan, dan peran

    aktif anggota dalam pemanfaatan pelayanan barang dan jasa yang disediakan

    Koperasi.

    Koperasi bukanlah kumpulan modal, namun modal merupakan salah satu

    unsur yang sangat menentukan keberhasilan Koperasi. Menurut Undang – undang

    No. 25 Tahun 1992 pada pasal 41, bahwa “Modal Koperasi terdiri dari modal

    sendiri dan modal pinjaman.” Salah satu faktor yang menyebabkan Koperasi sulit

    berkembang karena lemahnya permodalan Koperasi. Terbatasnya modal yang

    dimiliki Koperasi disebabkan kurangnya partisipasi anggota dalam pemupukan

    modal, sehingga akhirnya program Koperasi yang sudah direncanakan sulit

    trealisasi dan tujuan Koperasi sulit dicapai. Keterbatasan modal menyebabkan

    Koperasi belum mampu memenuhi kebutuhan anggota, mekanisme permodalan

    Koperasi dapat ditujukan pada Gambar 2.2 berikut ini :

    Modal

    Kerja

    Modal

    Koperasi

    Modal Luar

    1. Anggota 2. Koperasi 3. Bank 4. Lembaga

    Keuangan Non

    Bank

    5. Penerbitan Obilgasi

    6. Sumber Lain

    Modal Sendiri

    1. Simpanan Pokok 2. Simpanan Wajib 3. Dana Cadangan 4. Donasi

    Donasi SHU

    Investasi

  • 39

    Gambar 2.2

    Mekanisme Permodalan Koperasi

    Sumber : Berhand Limbong 2010 : 92

    Gambar 2.2 menjelaskan bahwa jenis permodalan Koperasi terdiri dari

    modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri merupakan modal yang

    menggambarkan kekuatan permodalan Koperasi. Modal pinjaman merupakan

    modal investasi yang penggunaannya harus didasarkan pada kebutuhan dan

    kemampuan pengembalian modal pinjaman tersebut.

    3. Partisipasi dalam Pelayanan

    Pelayanan pada anggota antara lain diwujudkan dengan cara menyediakan

    barang dan jasa yang dibutuhkan anggotanya, Koperasi bertindak sebagai penjual

    yang berperan memberikan barang dan jasa yang dibutuhkan anggota dengan

    harga yang semurah – murahnya yang mengguntungkan anggota, demikian pula

    halnya pada Koperasi pemasaran, dalam menampung hasil produksi anggotanya

    tidak bertindak sebagai pembeli, karena antara Koperasi dengan anggotanya tidak

    terjadi proses jual beli, sebab Koperasi di sini berperan menjualkan produk

    anggota dengan harga yang minimal sama dengan harga di pasar setempat.

    Partisipasi anggota dalam membeli barang dan jasa akan meningkatkan

    total penjualan Koperasi. Kondisi tersebut, diwujudkan oleh koperasi melalui

    penyediaan barang dan jasa yang sesuai dengan keinginan para anggotanya, yaitu

    dapat memenuhi kebutuhan anggota yang belum tersedia di pasar atau kalau

    tersedia ditawarkan di pasar. Pada koperasi yang menyediakan pelayanan kredit,

    maka bunga atau manfaat yang diperoleh oleh anggota Koperasi harus lebih baik

  • 40

    dibandingkan dengan badan usaha lainnya yang menyediakan jasa kredit. Jika

    Koperasi menawarkan jasa pelayanan yang sesuai dengan kepentingan anggota,

    maka anggota akan lebih banyak memanfaatkan jasa pelayanan yang diberikan

    oleh Koperasi, sebagaimana menurut Ropke ( 2003 : 104 ) bahwa :

    “partisipasi dalam organisasi yang ditandai oleh hubungan

    identitas, dapat diwujudkan jika pelayanan yang diberikan oleh

    perusahaan Koperasi sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan

    daripada anggotanya.”

    Sebaliknya apabila barang dan jasa yang disediakan oleh Koperasi tidak

    sesuai dengan keinginan anggota, dalam arti disediakan dengan harga yang tidak

    menguntungkan, atau disediakan dengan kondisi yang lebih jelek daripada

    pesaing Koperasi maka anggota akan bersikap :

    a. Tidak memanfaatkan jasa pelayanan perusahaan Koperasi

    b. Tidak memberikan kontribusi kearah pertumbuhan pelayanan

    c. Tidak akan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan dan proses pengawasan

    Tujuan menjadi anggota Koperasi antara alain untuk memperoleh manfaat

    yang lebih besar dibandingkan jika tidak menjadi anggota, maka Koperasi di

    tuntut dapat memberiikan pelayanan bagi para anggotanya. Usaha Koperasi untuk

    memberikan pelayanan yang sebaik – baiknya harus di dukung partisipasi aktif

    para anggotanya, dan untuk meningkatkan partisipasi insentif para anggota

    dengan jalan menyediakan pelayanan yang dibutuhkan anggotanya.

    4. Partisipasi dalam Pengawasan

    Partisipasi pengawasan adalah bentuk partisipasi anggota dalam hal

    mengawasi jalannya roda organisasi. Kriteria untuk mengukur partisipasi

    pengawasan di Koperasi meliputi :

  • 41

    a. Sikap anggota bila melihat penyimpangan

    b. Sikap anggota bila merasakan adanya diskriminasi pelayanan

    c. Sikap anggota bila melihat anggota lain memperoleh pelayanan lebih banyak

    d. Pengawasan kerja

    Partisipasi pengawasan ini sangat penting di dalam Koperasi karena

    dengan adanya partisipasi ini, segala bentuk penyelewengan dapat diketahui

    dengan mudah dan upaya penanggulangannya juga dapat dengan mudah

    dilaksanakan, untuk lebih melaksanakan partisipasi ini di dalam Koperasi

    dibentuk sebuah badan yang merupakan perwakilan anggota yaitu Badan

    Pengawas.

    Berdasarkan uraian tersebut, maka yang dimaksud dengan Indikator untuk

    mengukur partisipasi anggota dalam penelitian ini adalah :

    a) Partisipasi dalam pengambilan keputusan dalam rapat anggota (kehadiran,

    keaktifan, dan penyampaian/mengemukakan pendapat/saran/ide/gagasan/kritik

    bagi koperasi).

    b) Partisipasi dalam kontribusi modal (dalam berbagai jenis simpanan, simpanan

    pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, jumlah dan frekuensi menyimpan

    simpanan, penyertaan modal).

    c) Partisipasi dalam pemanfaatan pelayanan (dalam berbagai jenis unit usaha,

    jumlah dan frekuensi pemanfaatan layanan dari setiap unit usaha koperasi, besaran

    transaksi berdasarkan waktu dan unit usaha yang dimanfaatkan, besaran

    pembelian atau penjualan barang maupun jasa yang dimanfaatkan, cara

    pembayaran atau carapengambilan, bentuk transaksi, waktu layanan).

  • 42

    d) Partisipasi dalam pengawasan koperasi (dalam menyampaikan kritik, tata cara

    penyampaian kritik, ikut serta melakukan pengawasan jalannya organisasi dan

    usaha koperasi).

    2.3Kerangka Berfikir Penelitian

    Uma Sekaran ( dalam sugiyono, 2012 ) mengemukakan bahwa kerangka

    berpikir merupakan model konseptual, tentang bagaimana teori berhubungan

    dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah penting.Dalam

    penelitian ini, maka kerangka berpikir digambarkan sebagai berikut :

    Gambar 2.3 kerangka berpikir penelitian “Partisipasi Anggota dalam

    Pengembangan Koperasi Tani Sari Ngaglik Desa Bonomerto Kecamatan Suruh.”

    Partisiapsi

    Anggota

    Pengambilan

    Keputusan

    Dalam keaktifan

    anggota memberikan

    saran dan kritikan

    Kontribusi

    Modal

    Dalam pembayaran

    simpanan wajib dan

    simpanan pokok yang

    secara aktif dan teratur

    Pemanfaatan

    pelayanan

    Dalam melayani

    melalui penjualan

    yang ada dikoperasi

    Anggota

    meningkat SHU

    bertambah

    Omset

    bertambah

    Pengembangan

    Koperasi

  • 43

    Dapat dijelaskan bahwa koperasi ini diharapkan mampu berpartisipasi

    secara nyata dalam pembangunan sesuai dengan kemampuan masing-masing

    dalam usaha meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya serta

    masyarakat pada umumnya. Menurut Anoraga dan Widiyanti (2003:111)

    partisipasi anggota dapat diartikan sebagai ukuran dari kesediaan anggota itu

    untuk memikul kewajiban dan menjalankan hak keaggotaan secara bertanggung

    jawab. Jika sebagian besar anggota koperasi sudah menunaikan kewajiban dan

    melaksanakan hak secara bertanggung jawab, maka partisipasi anggota koperasi

    yang bersangkutan sudah dikatakan baik. Akan tetapi ternyata hanya sedikit yang

    demikian, maka partisipasi anggota dimaksud dikatakan buruk atau rendah.

    Berdasarkan status ganda anggota koperasi maka seluruh kegiatan usaha koperasi

    didasarkan pada maksimasi pelayanan atau pemenuhan kebutuhan anggota.

    Kegiatan pelayanan ini tentu sekaligus diharapkan dapat menjadi sumber

    keuntungan bagi perusahaan (Sitio dan Tamba 2001:81). Koperasi dalam hal ini

    adalah pengurus dan anggota harus mampu memberikan pelayanan kepada para

    anggotanya secara optimal. Dalam mencapai pengembangan koperasi, suatu

    koperasi harus memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian

    tujuan koperasi. Tujuan koperasi tersebut tidak akan tercapai tanpa adanya

    pelayanan anggota yang baik dalam koperasi. Karena dengan adanya pelayanan

    yang baik maka pengembangan koperasi akan tercapai. Koperasi ini melayani

    kebutuhan anggota dalam hal menerima simpanan, dan unit pertokoan.

    Pengembangan koperasi sangat erat hubungannya dengan partisipasi aktif

    setiap anggota. Seorang anggota akan mau berpartisipasi, bila yang bersangkutan

  • 44

    mengetahui tujuan tersebut, manfaatnya terhadap dirinya, dan cara organisasi itu

    dalam mencapai tujuan. Jadi, dalam penelitian ini dimaksud dengan

    pengembangan Koperasi Tani Sari Ngaglik adalah tercapainya tujuan secara

    kelembagaan dan kegiatan usaha yang telah direncanakan oleh Koperasi Tani

    Sari Ngaglikdalam meningkatkan kesejahteraan anggotanya dan masyarakat pada

    setiap unit usaha koperasi mampu memberikan pelayanan yang maksimal pada

    anggotanya. Partisipasi anggota dan pelayanan sangat diperlukan dalam

    mendukung pengembangan koperasi. Oleh karena itu, partisipasi anggota dan

    pelayanan dari anggota koperasi diharapkan dapat menciptakan pengembangan

    usaha koperasi.