bab ii landasan teori 2.1 supply chain management (scm)
TRANSCRIPT
5
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini akan menjelaskan konsep dan landasan teori yang digunakan
sebagai bahan referensi penelitian.
2.1 Supply chain management (SCM)
Istilah "rantai pasokan" pertama kali digunakan oleh konsultan logistik
pada 1980-an, dan kemudian para akademisi menganalisisnya pada 1990-an.
Supply chain dapat diartikan sebagai “rantai psok”, yaitu rangkaian hubungan
antara perusahaan atau kegiatan yang merupakan kegiatan distribusi barang
atau jasa dari tempat asal ke pembeli atau pelanggan. Rantai pasokan
melibatkan hubungan berkelanjutan yang berkaitan dengan barang, uang dan
informasi. Barang biasanya mengalir dari hulu ke hilir, dana mengalir dari hilir
ke hulu, dan informasi mengalir dari hulu ke hilir, dan dari hilir ke hulu. Secara
horizontal terdapat lima komponen utama atau peserta rantai pasok, yaitu
pemasok, produsen, distributor (grosir), pengecer dan pelanggan . Secara
vertikal supply chain memiliki beberapa komponen utama yaitu buyer
transporter , warehouse , seller, dll. (Indrajit dan Djokopranoto, 2005). #
Menurut Heizer dan Render (2005), manajemen rantai pasokan (supply
chain management) mencakup aktivitas untuk menentukan transportasi ke
vendor, pemindahan uang secara kredit dan tunai, para pemasok, bank dan
distributor, utang dan piutang usaha, pergudangan dan tingkat persediaan,
pemenuhan pesanan, dan berbagai informasi pelanggan prediksi, dan produksi.
Tujuannya adalah untuk membangun sebuah rantai pemasok yang memusatkan
perhatian untuk memaksimalkan nilai bagi pelanggan.
6
Menurut#Said# (2006), #Prinsip dasar manajemen rantai pasokan seharusnya#
meliputi 5 hal sebagai berikut:
1. Prinsip integrasi: Semua elemen yang terlibat dalam rangkaian
manajemen rantai pasokan berada dalam satu unit yang kompak dan
saling bergantung.
2. Prinsip jaringan: Semua elemen berada dalam hubungan kerja yang
harmonis.
3. Prinsip ujung ke ujung: Proses operasi mencakup elemen-elemen dari
pemasok paling hulu hingga konsumen hilir.
4. Prinsip saling ketergantungan: Setiap elemen dalam manajemen rantai
pasokan menyadari bahwa untuk memperoleh keunggulan kompetitif,
diperlukan kerjasama yang saling menguntungkan.
5. Prinsip komunikasi: Keakuratan data menjadi darah dalam jaringan dan
menjadi keakuratan informasi dan materi.
Pentingnya penerapan SCM karena selama ini pelaku industri (subsistem)
masih terpisah pisah atau tersekat pada operasional dari hulu sampai dihilir.
Sehingga dengan SCM perusahaan bisa memperbaiki kekurangan ini dengan
mentransformasikan para pelaku industri yang tersekat kepada struktur yang
terintegrasi, dengan tujuan memadukan subsistem dalam satu tujuan
manajemen.
2.2 ##Supply#chain#Operations#Reference# (SCOR)
#SCOR#adalah suatu #model#atau metode pendekatan #yang# digunakan
untuk mengukur kinerja pada aliran supply chain di suatu industri. Menurut
Widya dan Putri (2018), SCOR merupakan metode yang berfungsi untuk
menjelaskan kerangka mengenai rantai pasok dan mengkategorikan proses-
proses yang membangun indikator dalam pengukuran kinerja rantai pasok.
Dengan menggunakan SCOR maka dapat dilakukan pengukuran setiap
aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam proses bisnis mulai dari hulu sampai
hilir.
7
Terdapat 5 proses inti dalam model Supply chain Operation Reference
(SCOR) yaitu Plan, Source, Make, Deliver, dan Return (Padillah et al., 2016).
Gambar 2.1 Lima proses inti rantai pasokan dalam model SCOR #
Sumber: #Supply#chain#Council#
Seperti# yang #ditunjukkan#pada#gambar# 2.1#, fungsi dari kelima#proses
tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Plan, yaitu proses memperkirakan perencanaan dan pengendalian
persediaan, perencanaan material, perencanaan produksi,
perencanaan kapasitas, dan kebutuhan distribusi. Oleh karena itu,
proses ini dapat menyeimbangkan permintaan dan penawaran untuk
menentukan tindakan terbaik untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
2. Source, yaitu proses yang mencakup pemilihan supplier, penjadwalan
pengiriman dari supplier, mengevaluasi kinerja supplier, menerima
dan mengecek, memberikan otorisasi pembayaran terhadap barang
yang dikirim oleh supplier, dan sebagainya.
3. Make, yaitu proses mentransformasikan bahan baku menjadi prpoduk
akhir yang diinginkan oleh pelanggan. Kegiatan make atau produksi
dilakukan atas dasar ramalan untuk memenuhi pesanan untuk
memenuhi target stok (make to stock), atas dasar pesanan (make to
order), atau engineer to order. Kegiatan yang terlibat dalam proses ini
antara lain penjadwalan produksi, melakukan proses produksi,
pengecekan kualitas, dan sebagainya.
8
4. Deliver, yaitu proses yang biasanya meliputi order management,
transportasi, dan distribusi yang diantara lain menangani pesanan,
memilih perusahaan jasa pengiriman, menangani kegiatan
pergudangan, dan mengirim tagihan ke pelanggan.
5. Return, yaitu proses pengembalian produk karena suatu alasan.
Kegiatan yang terlibat antara lain identifikasi kondisi produk,
meminta otorisasi pengembalian produk cacat, penjadwalan
pengembalian, melakukan pengembalian.
2.3##Manajemen#Risiko#
Manajemen risiko merupakan bidang keilmuan yang membahas
bagaimana organisasi dapat menerapkan metrik dalam memetakan masalah
yang ada dengan menempatkan berbagai metode manajemen secara
komprehensif dan sistematis. (#Fahmi, #2010#)
2.3.1 Definisi Risiko
Menurut Wajdi et al. (2012) risiko adalah sesuatu yang mengarah pada
ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa selama selang waktu tertentu
yang mana peristiwa tersebut menyebabkan suatu kerugian baik kerugian kecil
yang tidak begitu berarti maupun kerugian besar yang berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup dari suatu perusahaan. Rantai pasokan memiliki faktor
yang dapat menciptakan kekacauan dan gangguan yang dapat terjadi pada
seluruh kegiatan meliputi supplier hingga barang yang telah diterima oleh
retailer yang memerlukan tingkat mitigasi berbeda-beda.
2.3.2 Manfaat Manajamen Risiko
Berikut adalah beberapa manfaat apabila menetapkan manajemen risiko
pada suatu perusahaan:
1. Perusahaan#memiliki ukurn #kuat atau pijakan# dalam#setiap
pengambilan keputusan, #sehingga#manajer akan#berhati-hatidan#selalu
menempatkan#ukuran disetiap pengambilan#keputusan.
9
2. Dapat #memberi# arah terhadap pengaruh pengaruh yang mungkin
muncul pada perusahaan, baik jangka panjang maupun jangka pendek.
3. Mendorong manajer untuk menghindari risiko dan konsekuensi
kerugian, terutama dalam pengambilan keputusan keuangan.
4. Meminimalkan resiko kerugian bagi perusahaan.
5. Dengan mendesain konsep manajemen risiko secara detail, artinya
perusahaan telah membentuk mekanisme yang berkelanjutan.
2.3.3 Metode Pengukuran Risiko
Berikut adalah langkah-langkah umum untuk mengukur risiko:
1. Mengidentifikasi dan memperlajari karaeristik risiko tersebut
Pada tahap identifikasi risiko, manajemen melakukan tindakan untuk
mengidentifikasi setiap risiko #yang kemungkinan timbul dan dapat
mempengaruhi sistem operasional pada perusahaan. Identifikasi#ini
dilakukan dengan cara melihat atau mengobservasi potensi-potensi risiko
yang telah terlihat dan yang akan terlihat. (Fahmi, 2010). Identifikasi risiko
dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu:
Identifikasi risiko awal: digunakan untuk mengidentifikasi risiko di
perusahaan yang tidak terstruktur, pada perusahaan baru yang
belum pernah melakukan identifikasi risiko, atau#pda#proyek
baru#yang ada pada prusahaan.
identifikasi risiko berkelanjutan: Merupakan tahapan yang
digunakan untuk mengidentifikasi risiko baru atau yang belum
pernah terjadi sebelumnya, risiko yang telah berubah dari bentuk
aslinya, atau risiko yang tidak lagi relevan dengan perusahaan.
2. Mengukur#risiko#tersebut, seberapa besar dampak dari risiko yang
timbul dan menentukan prioritas risiko tersebut.
Setelah risiko diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah mengukur
Tingkat risiko yang dihadapi perusahaan.# Pengukuran risiko biasanya
dilakukan melalui metode kuantitatif, dari model sederhana hingga model
10
kompleks. Tabel 2.1 di bawah ini menunjukkan berbagai metode pengukuran
untuk berbagai risiko. (Hanafi, #2006)
#Tabel 2.1#Metode#pengukuran#untuk#beberapa#tipe#risiko
#Tipe#Risiko# #Definisi# #Teknik Pengukuran#
#Risiko#Pasar# # Harga pasar bergerak ke arah yang
tidak menguntungkan (berbahaya)
#Value#at#Risk# (VAR)
#Stress#Testing#
#Risiko#Kredit#
Pihak dalam kontrak (mitra) tidak bisa
membayar kewajibannya ke
perusahaan
Credir Rating,
Creditmetrics
Risiko Perubahan
Tingkat bunga
Tingkat bunga berubah dan
mengakibatkan kerugian fortofolio
perusahaan
Metode pengukuran
jangka waktu, durasi
Risiko
Operasional
Kerugian yang terjadi pada sistem
operasional perusahaan seperti mesin
yang gagal
#House#Of#Risk# (HOR)
#Matriks,
#Failure#Mode#and
#Effect#Analysis (FMEA)
#
#Risiko#Kematian # Kematian manusia dini mortalitas tabel dan
Probabilitas Kematian
Risiko# #Manusia#terkena#penyakit#tertentu#
# Probabilitas
berkembangnya penyakit
menggunakan tabel angka
kejadian #Kesehatan#
#Risiko# # Perubahan teknologi akan berdampak
negatif bagi perusahaan #Analisis skenario#
#Teknologi#
Sumber : Hanafi, (2006)
11
2.3.4 Penanganan Risiko (Risk Renspon)
Tahap manajemen risiko adalah mengubah ketidakpastian menjadi
keuntungan perusahaan dengan menekan ancaman dan meningkatkan peluang.
Pada tahap ini digunakan beberapa strategi untuk manajemen risiko, yaitu:
a. # Strategi untuk menghadapi risiko / ancaman negatif
#Tolerate/Acceptance# (Menerima) #
Strategi ini digunakan untuk risiko yang masih dalam jangkauan wajar
perusahaan, risiko dengan ukuran terbatas atau risiko yang biaya
pemrosesannya lebih tinggi dari keuntungan perusahaan.
#Avoidance# (Menghindari)
Penggunaan strategi ini dapat menghilangkan kemungkinan penggunaan
risiko atas risiko yang berdampak signifikan terhadap perusahaan, sehingga
menghindari sikap tersebut.
Tranfer (Memindahkan)
Strategi# ini #ialah##memindahkan##dampak##vnegatif##dari #ancaman #risiko
kepada #pihak# ketiga. # memindahkan# yang dimaksud ialah# berfokus #pada
pemindahan#risiko#ke#pihak#lain, #Bukan#untuk#menghilangkannya.
#Mitigate/Treat# (Mengurangi)
# Sebagian besar risiko ditangani dengan cara ini, dengan tujuan mengurangi
kemungkinan dan dampak dari mencari risiko yang muncul.penanganan risiko
dapat dianalisis melalui 4 tipe kontrol yang berbeda yaitu:
1. Kontrol Preventif ( pencegahan )
Kontrol ini ialah untuk membatasi kemungkinan terjadinya hasil
yang tidak diharapkan. contohnya memisahkan atau memberi batasan
litigasi kepada orang#yang#berwenang
2. Kontrol# Korektif# (perbaikan)#
Kontrol ini digunakan untuk memperbaiki hasil yang tidak
diharapkan yang telah terjadi.
12
3. Kontrol#Direktif# (pengarahan) ##
Kontrol ini digunakan untuk memastikan bahwa hasil yang
diinginkan diperoleh, seperti persyaratan pakaian pelindung khusus
untuk pekerja berisiko tinggi atau pelatihan khusus personel sebelum
bekerja.
4. Kontrol#Deteksi###
Kontrol ini digunakan untuk mengidentifikasi waktu ketika hasil
yang tidak diinginkan terjadi setelah mengambil risiko, dan hanya
digunakan untuk mendeteksi faktor negatif yang terdapat dalam risiko.
b. #Strategi#untuk#mengahadapi#peluang/risiko#positif#
Exploit# (eksploitasi) #
Pilih strategi ini untuk risiko yang berdampak positif, dan
berusahalah untuk menghilangkan ketidakpastian yang terkait dengan
risiko dengan membuat peluang menjadi nyata.
Share#Berbagi##
Bagikan risiko positif dengan berpartisipasi dalam pemilihan pihak
ketiga. Ketiga contoh tersebut adalah joint venture kemitraan dan
sebagainya. Organisasi yang dirancang untuk mengelola peluang dalam
perusahaan
Enhance
Meningkatkan# strategi##ini# ialah meningkatkan probabilitas #dari#
dampak positifnya sebuah risiko dengan cara mengidentifikasi secara
maksimal dari sumber risiko positif tersebut
2.4 House Of Risk (HOR)
HOR ini merupakan modifikasi dari FMEA (Failure Modes and Effect
Analysis) dan HOQ (House Of Quality) untuk Prioritaskan sumber risiko mana
yang harus dipilih terlebih dahulu untuk mengambil tindakan yang lebih efektif
guna mengurangi potensi risiko dari sumber risiko. Rumah risiko merupakan
model yang didasarkan pada kebutuhan manajemen risiko, model tersebut
berfokus pada tindakan preventif untuk menentukan penyebab risiko mana yang
13
menjadi prioritas, kemudian akan dilakukan tindakan mitigasi atau mitigasi.
(Pujawan#&#Geraldine, 2009).
Penilaian risiko dilakukan dengan perhitungan RPN (Risk Potensial
Number) didapatkan dari probabilitas sumber risiko dan dampak kerusakan
terkait risiko yang terjadi. Karena satu agen risiko (Risk Agent) dapat
mengakibatkan beberapa peristiwa # (Risk event), Penting untuk mengukur
potensi risiko keseluruhan dari subjek risiko #Jika #Oj#adalah#probabilitas
terjadinya#risk#agent#j, Si adalah jika tingkat keparahan insiden#risk#event,
dan#Rij#adalah#korelasi#antara Risk Agentt#j#dan Risk event #i#. Maka ARPj
dapat dihitung sebagai berikut:
ARPj = Oj ∑ Si Rj (1)
Menurut Maharani (2018), langkah ini mengadaptasi#model #House# Of
Quality# HOQ #untuk #menentukan# Risk Agent mana #yang #harus di
prioritaskan untuk#tindakan #pencegahan Berdasarkan nilai ARPj masing-
masing faktor risiko j maka diperoleh grade A dari masing-masing faktor risiko
tersebut. Oleh karena itu, jika agen risiko yang ada banyak, maka perusahaan
dapat memilih beberapa dari agen risiko tersebut, yang dianggap berpotensi
memicu terjadinya peristiwa risiko. Model sebaran dua harga yang disebut
"House Of Risk" (HOR) adalah modifikasi dari "House of Quality" (HOQ):
(1) HOR1 digunakan untuk menentukan prioritas subjek risiko yang harus
diberikan sebagai tindakan preventif.
(2) HOR2 adalah prioritas untuk tindakan yang efektif
14
2.4.1##House#Of#Risk#Fase#1# (HOR1) ##
Pada tahap ini akan diidentifikasi risiko yang mungkin terjadi pada setiap
proses bisnis. Anda dapat memulai fase ini dengan memetakan setiap fase
proses bisnis. HOR1 menitikberatkan pada penentuan kerangka ARP yang
disebabkan oleh 3 faktor yaitu kejadian, keparahan, dan keterkaitan, dengan
kata lain tahapan ini menitikberatkan pada proses identifikasi risiko yang
meliputi faktor risiko dan kejadian risiko. (Pujawan #& #Geraldine, #2009).
Tahapan ini meliputi beberapa tahapan yaitu:
1. Identifikasi divisi proses bisnis / aktivitas perusahaan untuk memahami di
mana risiko tersebut dapat muncul.
2. Identifikasi peristiwa risiko (Ei) dari setiap proses bisnis yang
diidentifikasi pada tahap sebelumnya.
3. Mengukur derajat dampak kejadian risiko terhadap proses bisnis (Si)
perusahaan. Nilai severity ini menunjukkan tingkat kerusakan proses
bisnis perusahaan yang disebabkan oleh peristiwa risiko.
Tabel 2.2 Penilaian Severity
Number of Severity Rating
Rating Probabilitas
1 Sangat Rendah
2 Rendah
3 Menengah
4 Tinggi
5 Sangat Tinggi
Sumber : Ajeng (2018)
4. Tentukan patogen (Aj), yaitu faktor apa yang menyebabkan kejadian risiko
yang teridentifikasi sebelumnya.
5. Mengukur nilai terjadinya faktor risiko. Asuransi menetapkan tingkat
probabilitas terjadinya agen risiko, dan tingkat risiko tersebut mengarah
pada terjadinya satu atau lebih peristiwa risiko yang dapat menyebabkan
proses bisnis terpengaruh dan terputus.
15
Tabel 2.3 Penilaian Occurrence
Number of Occurrence Rating
Rating Probabilitas
5 Hampir pasti/sering terjadi
4 Kemungkinan besar/pernah terjadi sebelumnya
3 Mungkin/dapat terjadi
2 Jarang
1 Sangat jarang
Sumber : Ajeng (2018)
6. Menyusun matriks untuk menghubungkan setiap faktor risiko dengan
peristiwa risiko
7. Pengukuran nilai korelasi antara kejadian risiko dengan subjek penyebab
risiko. Jika suatu faktor risiko menyebabkan terjadinya risiko, maka
dikatakan relevan. Nilai korelasi (Rij) terdiri dari (0,1,3,9).
Tabel 2.4 Penilaian correlation
Number of Correlation Rating
Rating Probabilitas
0 Tidak ada
1 Rendah
3 Sedang
9 Tinggi
Sumber : Pujawan & Geraldine (2009)
8. Lakukan perhitungan ARP untuk menentukan kejadian agen risiko j dan
dampak kejadian risiko yang dipicu oleh agen risiko.
9. Menentukan peringkat agen risiko berdasarkan nilai ARP
16
Tabel 2.5 HOR 1
Business processes
Risk
event
(Ei)
Risk Agents (AJ) Severity
of Risk
event
𝑖 (S𝑖) A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7
Plan E1 R11 R12 R13 S1
E2 R21 R22 S2
Source E3 R31 S3
E4 R41 S4
Make E5 S5
E6 S6
Deliver E7 S7
E8 S8
Return E9 S9
Occurrence of agent j O1 O2 O3 O4 O5 O6 O7
Aggregate risk potential j ARP1 ARP2 ARP3 ARP4 ARP5 ARP6 ARP7
Priority rank of agent j
Sumber : Pujawan & Geraldine (2009)
17
2.4.2 House#Of#Risk#Fase#2 (HOR2)
Pada tahap ini, berfokus pada penentuan langkah pertama yang
paling tepat dengan mempertimbangkan ketersediaan sumber daya yang
digunakan dan tingkat kinerja objek atau proyek terkait. Organisasi atau
perusahaan harus menentukan respon risiko atau formulir mitigasi yang
sesuai, dimana formulir mitigasi harus mudah diimplementasikan, tetapi
dapat mengurangi kemungkinan menimbulkan risiko (risk agency). Berikut
adalah beberapa tahapan dalam HOR 2:
1. Menurut output HOR tahap 1, pilih agen risiko dengan prioritas tinggi.
2. Tentukan langkah-langkah pencegahan risiko yang relevan.
3. Gunakan nilai 0, 1, 3, atau 9 untuk menentukan hubungan antara setiap
tindakan pencegahan untuk setiap faktor risiko. Angka-angka ini
menunjukkan hubungan tidak, rendah, sedang dan kuat di antara ukuran-
ukuran tersebut. k dan agen j.
4. Hitung tingkat efektivitas dengan rumus berikut:
Tek = ∑i ARPj . Ejk (2)
5. Mengukur tingkat kesulitan dengan merepresentasikan masing- masing
tindakan.
6. Menghitung total efektivitas untuk menentukan besaran rasio dengan
rumus sebagai berikut :
ETDk = Tek / Dk (3)
7. Melakukan skala prioritas mulai dari nilai ETD tertinggi hingga yang
terendah. Nilai prioritas utama diberikan kepada aksi mitigasi yang
memiliki nilai ETD tertinggi
18
Tabel 2.6 HOR 2
To be treated Risk Agent (AJ)
Preventive action (PAk) Aggregate risk potentials
(ARPj) PA1 PA2 PA3 PA4 PA5
A1 E11 ARP1
A2 ARP2
A3 ARP3
A4 ARP4
Total effectiveness of action 𝑘 TE1 TE2 TE3 TE4 TE5
Degee of difficulty performing
action 𝑘 D1 D2 D3 D4 D5
Effectiveness to difficulty ratio ETD1 ETD2 ETD3 ETD4 ETD5
Rank of priority R1 R2 R3 R4 R5
Sumber : Pujawan & Geraldine (2009)
19
2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan peneliti dalam melakukan penelitian sehingga peneliti dapat memprkaya teori
yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Berikut merupakan beberapa penelitian terdahulu yang diperoleh dari
beberapa jurnal terkait dengan penelitian analisis risiko menggunakan House Of Risk:
Tabel 2.7 Kajian Pustaka Penelitian
No# Judul#Penelitian #Penulis# Tahun Metode #Hasil#
1 AnalisisStrategi Mitigasi
Risiko Pada# Supply#
Chain CV Surya CIP#
dengan#House#Of#Risk
Yoana Ellen Pratiwi 2017 House
Of Risk,
SCOR
Dalam penelitian ini diidentifikasi bahwa dalam aktifitas supply chain nya
memeiliki peluang timbulnya risiko. Dari HOR 1 diketahui bahwa terdapat
21 sumber risiko (Risk Agent) dapat pula menyebabkan 33 kejadian risiko
(Risk event) dengan nilai bobot korelasi tertentu. Dari HOR 2 diperoleh 12
strategi penanganan untuk mengeliminasi atau mengurangi dampak risiko
yang terjadi diperusahaan.
2 Aplikasi Model House
Of Risk (HOR) Untuk
Mitigasi Risiko Proyek
Pembangunan Jalan Tol
Gempol-Pasuruan
Dewi Kurniasari
Purwandono
2007 House
Of Risk,
SCOR
Dilakukan penelitian tengtang HOR untuk mitigasi resiko yang dapat
menghambat pembangunan infrastruktur tersebut. Gangguan dapat berasal
dari dalam seperti buruknya manajemen dan pihak-pihak rantai pasok yng
terkait. Dari HOR 1 diketahui bahwa terdapat 36 Risk Agent dan 55 Risk
event. Dari hor 2 kemudian mendapatkan 16 aksi mitigasi yang dapat di
realisasikan untuk mereduksi kemunculan risiko.
3 Identifikasi Dan Analisis
Manajemen Risiko Pada
Proyek Pembangunan
Infrastruktur Bangunan
Gedung Bertingkat
Nurlela, Heri
Suprapto
2014 House
Of Risk
Permasalahan yang dihadapi jasa kontruksi adalah apabila proyek tidak
segera diselesaikan, maka keberhasilan proyek tersebut dapat terganggu.
Tidak hanya itu, berbagai macam risiko juga bisa mengancam jalannya
proyek. Sehingga, identifikasi risiko pada HOR 1 mendapatkan 18 risiko
dengan 12 agen/penyebab risiko. Pada perhitungan HOR 2 didapatkan 3
aksi mitigasi yang dapat mengurangi dampak risiko bagi perusahaan.
20
Tabel 2.7 Kajian Pustaka Penelitian (Lanjutan)
4 Analisis Strategi Mitigasi
Risiko Pada Supply Chain
PT. PAL Indonesia
(Persero)
Ari Fendi, Evi
Yuliawati
2012 Risk
Priority
Index,
House
Of Risk
Pada proses supply chain dalam industri pembuatan kapal pada PT. PAL
melibatkan jaringan rantai pasok yang kompleks, sehingga berbagai risiko
dapat mengancam jalannya proses operasional tersebut. Sehingga dilakukan
identifikasi risiko dan menghasilkan 41 kejadian risiko dan 29 agen risiko
yang berpotensi dapat mengganggu jalannya proses produksi. Kemudian
menghasilkan 2 strategi mitigasi dengan strategi yang meliputi strategy
stock, coordination, dan multiple route.
5 Analisis dan Perbaikan
Mnajemen Risiko Rantai
Pasok Gula Rafinasi
dengan Pendekatan House
Of Risk
Maria Ulfah,
Mohammad
Syamsul Maarif,
Sukardi, Sapta
Raharja
2016 House
Of Risk
Hasil identifikasi menggunakan model HOR teradapat 47 kejadian risiko
yang terjadi. Selain itu terdapat 47 agen risiko atau sumber risiko yang
memicu timbulnya kejadian risiko. Hasil output dari HOR 1 kemudian
menjadi input nagi HOR 2 yang menghasilkan 22 prioritas mitigasi risiko
untuk direalisasikan. Strategi nya antara lain, merencanakan dan
memaintanance secara rutin dan berkala, menyiapkan buffer stock, training
maintanance, kontrak dengan kustomer dalam jangka 1 tahun, briefing rutin
sebelum dilaksanakan aktivitas dan lainnya.
6 Menetapkan manajemen
risiko rantai pasokan yang
baik dan langkah-langkah
mitigasi
I Nyoman Pujawan,
Dyah Santhi Dewi,
Laudine Henriette
Geraldin
2007 House
Of Risk
Gunakan alat matriks House Of Risk (HOR) untuk melakukan hasil
identifikasi risiko dari tahap identifikasi risiko, dan mengidentifikasi 50
risiko dan 58 faktor risiko di semua tahapan proses aktivitas rantai pasokan
internal perusahaan.Strategi proaktif yang disarankan untuk memitigasi
agen risiko di dalam penelitian ini adalah strategi proaktif supply dan
produk serta strategi Supply Chain coordination, sedangkan strategi level
taktis yang digunakan antara lain adalah strategic stock, flexible supply
21
Tabel 2.7 Kajian Pustaka Penelitian (Lanjutan)
7 Menggunakan model
House Of Risk (HOR)
untuk analisis risiko rantai
pasok di PT. Lestari
Tatalogam
Rina Maghdalena 2019 House
Of Risk
Penelitian dilakukan untuk kegiatan operasional dengan risiko operasional.
Identifikasi kejadian resiko dan faktor resiko melalui wawancara dan
observasi di lingkungan pabrik. Hasil identifikasi menemukan 21 kejadian
risiko dan 20 faktor risiko atau sumber risiko. Faktanya, 1 mengukur tingkat
keparahan peristiwa risiko, terjadinya faktor risiko, dan hubungan antara
peristiwa risiko dan faktor risiko. Dan menghasilkan nilai#ARP. Kemudian
pada HOR kedua didapatkan 8 preventive action dari perhitungan prioritas
mitigasi. 8 Analisis risiko rantai
pasokan manufaktur filter
rokok
Shabrina Dhiya
Millaty, Arif
Rahman, Rahmi
Yuniarti
2014 House
Of Risk
Dalam#5#aktivitas#supply# chain# selalu#muncul#resiko#tidak#erkecuali
industri#filter#rokok#sebagai#bahan#baku#penunjang#untuk#produk#rokok
yang#menggunakan#filter.penelitian#ini#dilakukan#untuk#menganalisis
#faktor#risiko#apa#sajakah##yang#muncul#pada##supply##chain#PT. #filtrona
Indonesia#yang#terdapat#15#risiko#dengan#37#penyebab#risiko#yang#ter-
identifikasi. kemudian di terpilih#5#penyebab#risiko#yang#memiliki#nilai#
#tertinggi.
9 Analisis Risiko #dan#
Strategi Risiko Supply
Chain Susu Sapi (Studi
Kasus di Desa Singosari
Boyolali)
Hafidh Munawir,
Krismityato
2016 #House#
#of# Risk
Hasil identifikasi risiko pada setiap proses rantai pasok diperoleh 29
kejadian risiko melalui 44 subjek risiko. Hasil house risk tahap pertama
diperoleh 7 Risk Agent dengan nilai ARP tertinggi, hasil house risk tahap II
diperoleh 3 desain strategi mitigasi risiko sesuai urutan prioritas 18 desain
mitigasi untuk mengurangi risiko yang ditimbulkan.
10 Evaluasi Risiko Rantai
Pasok Pada Komoditas
Bawang Merah di
Lampung
Rizqa Ula Fahadha,
Tutik Nuryati,
Sutarto
2019 House
Of Risk
Studi risiko rantai pasokan dalam pasokan bawang merah perlu diperhatikan
karena semakin banyaknya risko yang dihadapi sehingga kinerja rantai
pasokan bawang merah kurang dari yang diharapkan. Berdasarkan hasil
penelitian terdapat 3 sumber risiko yang menjadi prioritas untuk dilakukan
mitigasi.