bab ii landasan teori 2.1 supply chain management (scm)

17
5 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini akan menjelaskan konsep dan landasan teori yang digunakan sebagai bahan referensi penelitian. 2.1 Supply chain management (SCM) Istilah "rantai pasokan" pertama kali digunakan oleh konsultan logistik pada 1980-an, dan kemudian para akademisi menganalisisnya pada 1990-an. Supply chain dapat diartikan sebagai “rantai psok”, yaitu rangkaian hubungan antara perusahaan atau kegiatan yang merupakan kegiatan distribusi barang atau jasa dari tempat asal ke pembeli atau pelanggan. Rantai pasokan melibatkan hubungan berkelanjutan yang berkaitan dengan barang, uang dan informasi. Barang biasanya mengalir dari hulu ke hilir, dana mengalir dari hilir ke hulu, dan informasi mengalir dari hulu ke hilir, dan dari hilir ke hulu. Secara horizontal terdapat lima komponen utama atau peserta rantai pasok, yaitu pemasok, produsen, distributor (grosir), pengecer dan pelanggan . Secara vertikal supply chain memiliki beberapa komponen utama yaitu buyer transporter , warehouse , seller, dll. (Indrajit dan Djokopranoto, 2005). # Menurut Heizer dan Render (2005), manajemen rantai pasokan ( supply chain management) mencakup aktivitas untuk menentukan transportasi ke vendor, pemindahan uang secara kredit dan tunai, para pemasok, bank dan distributor, utang dan piutang usaha, pergudangan dan tingkat persediaan, pemenuhan pesanan, dan berbagai informasi pelanggan prediksi, dan produksi. Tujuannya adalah untuk membangun sebuah rantai pemasok yang memusatkan perhatian untuk memaksimalkan nilai bagi pelanggan.

Upload: others

Post on 09-Feb-2022

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini akan menjelaskan konsep dan landasan teori yang digunakan

sebagai bahan referensi penelitian.

2.1 Supply chain management (SCM)

Istilah "rantai pasokan" pertama kali digunakan oleh konsultan logistik

pada 1980-an, dan kemudian para akademisi menganalisisnya pada 1990-an.

Supply chain dapat diartikan sebagai “rantai psok”, yaitu rangkaian hubungan

antara perusahaan atau kegiatan yang merupakan kegiatan distribusi barang

atau jasa dari tempat asal ke pembeli atau pelanggan. Rantai pasokan

melibatkan hubungan berkelanjutan yang berkaitan dengan barang, uang dan

informasi. Barang biasanya mengalir dari hulu ke hilir, dana mengalir dari hilir

ke hulu, dan informasi mengalir dari hulu ke hilir, dan dari hilir ke hulu. Secara

horizontal terdapat lima komponen utama atau peserta rantai pasok, yaitu

pemasok, produsen, distributor (grosir), pengecer dan pelanggan . Secara

vertikal supply chain memiliki beberapa komponen utama yaitu buyer

transporter , warehouse , seller, dll. (Indrajit dan Djokopranoto, 2005). #

Menurut Heizer dan Render (2005), manajemen rantai pasokan (supply

chain management) mencakup aktivitas untuk menentukan transportasi ke

vendor, pemindahan uang secara kredit dan tunai, para pemasok, bank dan

distributor, utang dan piutang usaha, pergudangan dan tingkat persediaan,

pemenuhan pesanan, dan berbagai informasi pelanggan prediksi, dan produksi.

Tujuannya adalah untuk membangun sebuah rantai pemasok yang memusatkan

perhatian untuk memaksimalkan nilai bagi pelanggan.

6

Menurut#Said# (2006), #Prinsip dasar manajemen rantai pasokan seharusnya#

meliputi 5 hal sebagai berikut:

1. Prinsip integrasi: Semua elemen yang terlibat dalam rangkaian

manajemen rantai pasokan berada dalam satu unit yang kompak dan

saling bergantung.

2. Prinsip jaringan: Semua elemen berada dalam hubungan kerja yang

harmonis.

3. Prinsip ujung ke ujung: Proses operasi mencakup elemen-elemen dari

pemasok paling hulu hingga konsumen hilir.

4. Prinsip saling ketergantungan: Setiap elemen dalam manajemen rantai

pasokan menyadari bahwa untuk memperoleh keunggulan kompetitif,

diperlukan kerjasama yang saling menguntungkan.

5. Prinsip komunikasi: Keakuratan data menjadi darah dalam jaringan dan

menjadi keakuratan informasi dan materi.

Pentingnya penerapan SCM karena selama ini pelaku industri (subsistem)

masih terpisah pisah atau tersekat pada operasional dari hulu sampai dihilir.

Sehingga dengan SCM perusahaan bisa memperbaiki kekurangan ini dengan

mentransformasikan para pelaku industri yang tersekat kepada struktur yang

terintegrasi, dengan tujuan memadukan subsistem dalam satu tujuan

manajemen.

2.2 ##Supply#chain#Operations#Reference# (SCOR)

#SCOR#adalah suatu #model#atau metode pendekatan #yang# digunakan

untuk mengukur kinerja pada aliran supply chain di suatu industri. Menurut

Widya dan Putri (2018), SCOR merupakan metode yang berfungsi untuk

menjelaskan kerangka mengenai rantai pasok dan mengkategorikan proses-

proses yang membangun indikator dalam pengukuran kinerja rantai pasok.

Dengan menggunakan SCOR maka dapat dilakukan pengukuran setiap

aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam proses bisnis mulai dari hulu sampai

hilir.

7

Terdapat 5 proses inti dalam model Supply chain Operation Reference

(SCOR) yaitu Plan, Source, Make, Deliver, dan Return (Padillah et al., 2016).

Gambar 2.1 Lima proses inti rantai pasokan dalam model SCOR #

Sumber: #Supply#chain#Council#

Seperti# yang #ditunjukkan#pada#gambar# 2.1#, fungsi dari kelima#proses

tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Plan, yaitu proses memperkirakan perencanaan dan pengendalian

persediaan, perencanaan material, perencanaan produksi,

perencanaan kapasitas, dan kebutuhan distribusi. Oleh karena itu,

proses ini dapat menyeimbangkan permintaan dan penawaran untuk

menentukan tindakan terbaik untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

2. Source, yaitu proses yang mencakup pemilihan supplier, penjadwalan

pengiriman dari supplier, mengevaluasi kinerja supplier, menerima

dan mengecek, memberikan otorisasi pembayaran terhadap barang

yang dikirim oleh supplier, dan sebagainya.

3. Make, yaitu proses mentransformasikan bahan baku menjadi prpoduk

akhir yang diinginkan oleh pelanggan. Kegiatan make atau produksi

dilakukan atas dasar ramalan untuk memenuhi pesanan untuk

memenuhi target stok (make to stock), atas dasar pesanan (make to

order), atau engineer to order. Kegiatan yang terlibat dalam proses ini

antara lain penjadwalan produksi, melakukan proses produksi,

pengecekan kualitas, dan sebagainya.

8

4. Deliver, yaitu proses yang biasanya meliputi order management,

transportasi, dan distribusi yang diantara lain menangani pesanan,

memilih perusahaan jasa pengiriman, menangani kegiatan

pergudangan, dan mengirim tagihan ke pelanggan.

5. Return, yaitu proses pengembalian produk karena suatu alasan.

Kegiatan yang terlibat antara lain identifikasi kondisi produk,

meminta otorisasi pengembalian produk cacat, penjadwalan

pengembalian, melakukan pengembalian.

2.3##Manajemen#Risiko#

Manajemen risiko merupakan bidang keilmuan yang membahas

bagaimana organisasi dapat menerapkan metrik dalam memetakan masalah

yang ada dengan menempatkan berbagai metode manajemen secara

komprehensif dan sistematis. (#Fahmi, #2010#)

2.3.1 Definisi Risiko

Menurut Wajdi et al. (2012) risiko adalah sesuatu yang mengarah pada

ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa selama selang waktu tertentu

yang mana peristiwa tersebut menyebabkan suatu kerugian baik kerugian kecil

yang tidak begitu berarti maupun kerugian besar yang berpengaruh terhadap

kelangsungan hidup dari suatu perusahaan. Rantai pasokan memiliki faktor

yang dapat menciptakan kekacauan dan gangguan yang dapat terjadi pada

seluruh kegiatan meliputi supplier hingga barang yang telah diterima oleh

retailer yang memerlukan tingkat mitigasi berbeda-beda.

2.3.2 Manfaat Manajamen Risiko

Berikut adalah beberapa manfaat apabila menetapkan manajemen risiko

pada suatu perusahaan:

1. Perusahaan#memiliki ukurn #kuat atau pijakan# dalam#setiap

pengambilan keputusan, #sehingga#manajer akan#berhati-hatidan#selalu

menempatkan#ukuran disetiap pengambilan#keputusan.

9

2. Dapat #memberi# arah terhadap pengaruh pengaruh yang mungkin

muncul pada perusahaan, baik jangka panjang maupun jangka pendek.

3. Mendorong manajer untuk menghindari risiko dan konsekuensi

kerugian, terutama dalam pengambilan keputusan keuangan.

4. Meminimalkan resiko kerugian bagi perusahaan.

5. Dengan mendesain konsep manajemen risiko secara detail, artinya

perusahaan telah membentuk mekanisme yang berkelanjutan.

2.3.3 Metode Pengukuran Risiko

Berikut adalah langkah-langkah umum untuk mengukur risiko:

1. Mengidentifikasi dan memperlajari karaeristik risiko tersebut

Pada tahap identifikasi risiko, manajemen melakukan tindakan untuk

mengidentifikasi setiap risiko #yang kemungkinan timbul dan dapat

mempengaruhi sistem operasional pada perusahaan. Identifikasi#ini

dilakukan dengan cara melihat atau mengobservasi potensi-potensi risiko

yang telah terlihat dan yang akan terlihat. (Fahmi, 2010). Identifikasi risiko

dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu:

Identifikasi risiko awal: digunakan untuk mengidentifikasi risiko di

perusahaan yang tidak terstruktur, pada perusahaan baru yang

belum pernah melakukan identifikasi risiko, atau#pda#proyek

baru#yang ada pada prusahaan.

identifikasi risiko berkelanjutan: Merupakan tahapan yang

digunakan untuk mengidentifikasi risiko baru atau yang belum

pernah terjadi sebelumnya, risiko yang telah berubah dari bentuk

aslinya, atau risiko yang tidak lagi relevan dengan perusahaan.

2. Mengukur#risiko#tersebut, seberapa besar dampak dari risiko yang

timbul dan menentukan prioritas risiko tersebut.

Setelah risiko diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah mengukur

Tingkat risiko yang dihadapi perusahaan.# Pengukuran risiko biasanya

dilakukan melalui metode kuantitatif, dari model sederhana hingga model

10

kompleks. Tabel 2.1 di bawah ini menunjukkan berbagai metode pengukuran

untuk berbagai risiko. (Hanafi, #2006)

#Tabel 2.1#Metode#pengukuran#untuk#beberapa#tipe#risiko

#Tipe#Risiko# #Definisi# #Teknik Pengukuran#

#Risiko#Pasar# # Harga pasar bergerak ke arah yang

tidak menguntungkan (berbahaya)

#Value#at#Risk# (VAR)

#Stress#Testing#

#Risiko#Kredit#

Pihak dalam kontrak (mitra) tidak bisa

membayar kewajibannya ke

perusahaan

Credir Rating,

Creditmetrics

Risiko Perubahan

Tingkat bunga

Tingkat bunga berubah dan

mengakibatkan kerugian fortofolio

perusahaan

Metode pengukuran

jangka waktu, durasi

Risiko

Operasional

Kerugian yang terjadi pada sistem

operasional perusahaan seperti mesin

yang gagal

#House#Of#Risk# (HOR)

#Matriks,

#Failure#Mode#and

#Effect#Analysis (FMEA)

#

#Risiko#Kematian # Kematian manusia dini mortalitas tabel dan

Probabilitas Kematian

Risiko# #Manusia#terkena#penyakit#tertentu#

# Probabilitas

berkembangnya penyakit

menggunakan tabel angka

kejadian #Kesehatan#

#Risiko# # Perubahan teknologi akan berdampak

negatif bagi perusahaan #Analisis skenario#

#Teknologi#

Sumber : Hanafi, (2006)

11

2.3.4 Penanganan Risiko (Risk Renspon)

Tahap manajemen risiko adalah mengubah ketidakpastian menjadi

keuntungan perusahaan dengan menekan ancaman dan meningkatkan peluang.

Pada tahap ini digunakan beberapa strategi untuk manajemen risiko, yaitu:

a. # Strategi untuk menghadapi risiko / ancaman negatif

#Tolerate/Acceptance# (Menerima) #

Strategi ini digunakan untuk risiko yang masih dalam jangkauan wajar

perusahaan, risiko dengan ukuran terbatas atau risiko yang biaya

pemrosesannya lebih tinggi dari keuntungan perusahaan.

#Avoidance# (Menghindari)

Penggunaan strategi ini dapat menghilangkan kemungkinan penggunaan

risiko atas risiko yang berdampak signifikan terhadap perusahaan, sehingga

menghindari sikap tersebut.

Tranfer (Memindahkan)

Strategi# ini #ialah##memindahkan##dampak##vnegatif##dari #ancaman #risiko

kepada #pihak# ketiga. # memindahkan# yang dimaksud ialah# berfokus #pada

pemindahan#risiko#ke#pihak#lain, #Bukan#untuk#menghilangkannya.

#Mitigate/Treat# (Mengurangi)

# Sebagian besar risiko ditangani dengan cara ini, dengan tujuan mengurangi

kemungkinan dan dampak dari mencari risiko yang muncul.penanganan risiko

dapat dianalisis melalui 4 tipe kontrol yang berbeda yaitu:

1. Kontrol Preventif ( pencegahan )

Kontrol ini ialah untuk membatasi kemungkinan terjadinya hasil

yang tidak diharapkan. contohnya memisahkan atau memberi batasan

litigasi kepada orang#yang#berwenang

2. Kontrol# Korektif# (perbaikan)#

Kontrol ini digunakan untuk memperbaiki hasil yang tidak

diharapkan yang telah terjadi.

12

3. Kontrol#Direktif# (pengarahan) ##

Kontrol ini digunakan untuk memastikan bahwa hasil yang

diinginkan diperoleh, seperti persyaratan pakaian pelindung khusus

untuk pekerja berisiko tinggi atau pelatihan khusus personel sebelum

bekerja.

4. Kontrol#Deteksi###

Kontrol ini digunakan untuk mengidentifikasi waktu ketika hasil

yang tidak diinginkan terjadi setelah mengambil risiko, dan hanya

digunakan untuk mendeteksi faktor negatif yang terdapat dalam risiko.

b. #Strategi#untuk#mengahadapi#peluang/risiko#positif#

Exploit# (eksploitasi) #

Pilih strategi ini untuk risiko yang berdampak positif, dan

berusahalah untuk menghilangkan ketidakpastian yang terkait dengan

risiko dengan membuat peluang menjadi nyata.

Share#Berbagi##

Bagikan risiko positif dengan berpartisipasi dalam pemilihan pihak

ketiga. Ketiga contoh tersebut adalah joint venture kemitraan dan

sebagainya. Organisasi yang dirancang untuk mengelola peluang dalam

perusahaan

Enhance

Meningkatkan# strategi##ini# ialah meningkatkan probabilitas #dari#

dampak positifnya sebuah risiko dengan cara mengidentifikasi secara

maksimal dari sumber risiko positif tersebut

2.4 House Of Risk (HOR)

HOR ini merupakan modifikasi dari FMEA (Failure Modes and Effect

Analysis) dan HOQ (House Of Quality) untuk Prioritaskan sumber risiko mana

yang harus dipilih terlebih dahulu untuk mengambil tindakan yang lebih efektif

guna mengurangi potensi risiko dari sumber risiko. Rumah risiko merupakan

model yang didasarkan pada kebutuhan manajemen risiko, model tersebut

berfokus pada tindakan preventif untuk menentukan penyebab risiko mana yang

13

menjadi prioritas, kemudian akan dilakukan tindakan mitigasi atau mitigasi.

(Pujawan#&#Geraldine, 2009).

Penilaian risiko dilakukan dengan perhitungan RPN (Risk Potensial

Number) didapatkan dari probabilitas sumber risiko dan dampak kerusakan

terkait risiko yang terjadi. Karena satu agen risiko (Risk Agent) dapat

mengakibatkan beberapa peristiwa # (Risk event), Penting untuk mengukur

potensi risiko keseluruhan dari subjek risiko #Jika #Oj#adalah#probabilitas

terjadinya#risk#agent#j, Si adalah jika tingkat keparahan insiden#risk#event,

dan#Rij#adalah#korelasi#antara Risk Agentt#j#dan Risk event #i#. Maka ARPj

dapat dihitung sebagai berikut:

ARPj = Oj ∑ Si Rj (1)

Menurut Maharani (2018), langkah ini mengadaptasi#model #House# Of

Quality# HOQ #untuk #menentukan# Risk Agent mana #yang #harus di

prioritaskan untuk#tindakan #pencegahan Berdasarkan nilai ARPj masing-

masing faktor risiko j maka diperoleh grade A dari masing-masing faktor risiko

tersebut. Oleh karena itu, jika agen risiko yang ada banyak, maka perusahaan

dapat memilih beberapa dari agen risiko tersebut, yang dianggap berpotensi

memicu terjadinya peristiwa risiko. Model sebaran dua harga yang disebut

"House Of Risk" (HOR) adalah modifikasi dari "House of Quality" (HOQ):

(1) HOR1 digunakan untuk menentukan prioritas subjek risiko yang harus

diberikan sebagai tindakan preventif.

(2) HOR2 adalah prioritas untuk tindakan yang efektif

14

2.4.1##House#Of#Risk#Fase#1# (HOR1) ##

Pada tahap ini akan diidentifikasi risiko yang mungkin terjadi pada setiap

proses bisnis. Anda dapat memulai fase ini dengan memetakan setiap fase

proses bisnis. HOR1 menitikberatkan pada penentuan kerangka ARP yang

disebabkan oleh 3 faktor yaitu kejadian, keparahan, dan keterkaitan, dengan

kata lain tahapan ini menitikberatkan pada proses identifikasi risiko yang

meliputi faktor risiko dan kejadian risiko. (Pujawan #& #Geraldine, #2009).

Tahapan ini meliputi beberapa tahapan yaitu:

1. Identifikasi divisi proses bisnis / aktivitas perusahaan untuk memahami di

mana risiko tersebut dapat muncul.

2. Identifikasi peristiwa risiko (Ei) dari setiap proses bisnis yang

diidentifikasi pada tahap sebelumnya.

3. Mengukur derajat dampak kejadian risiko terhadap proses bisnis (Si)

perusahaan. Nilai severity ini menunjukkan tingkat kerusakan proses

bisnis perusahaan yang disebabkan oleh peristiwa risiko.

Tabel 2.2 Penilaian Severity

Number of Severity Rating

Rating Probabilitas

1 Sangat Rendah

2 Rendah

3 Menengah

4 Tinggi

5 Sangat Tinggi

Sumber : Ajeng (2018)

4. Tentukan patogen (Aj), yaitu faktor apa yang menyebabkan kejadian risiko

yang teridentifikasi sebelumnya.

5. Mengukur nilai terjadinya faktor risiko. Asuransi menetapkan tingkat

probabilitas terjadinya agen risiko, dan tingkat risiko tersebut mengarah

pada terjadinya satu atau lebih peristiwa risiko yang dapat menyebabkan

proses bisnis terpengaruh dan terputus.

15

Tabel 2.3 Penilaian Occurrence

Number of Occurrence Rating

Rating Probabilitas

5 Hampir pasti/sering terjadi

4 Kemungkinan besar/pernah terjadi sebelumnya

3 Mungkin/dapat terjadi

2 Jarang

1 Sangat jarang

Sumber : Ajeng (2018)

6. Menyusun matriks untuk menghubungkan setiap faktor risiko dengan

peristiwa risiko

7. Pengukuran nilai korelasi antara kejadian risiko dengan subjek penyebab

risiko. Jika suatu faktor risiko menyebabkan terjadinya risiko, maka

dikatakan relevan. Nilai korelasi (Rij) terdiri dari (0,1,3,9).

Tabel 2.4 Penilaian correlation

Number of Correlation Rating

Rating Probabilitas

0 Tidak ada

1 Rendah

3 Sedang

9 Tinggi

Sumber : Pujawan & Geraldine (2009)

8. Lakukan perhitungan ARP untuk menentukan kejadian agen risiko j dan

dampak kejadian risiko yang dipicu oleh agen risiko.

9. Menentukan peringkat agen risiko berdasarkan nilai ARP

16

Tabel 2.5 HOR 1

Business processes

Risk

event

(Ei)

Risk Agents (AJ) Severity

of Risk

event

𝑖 (S𝑖) A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7

Plan E1 R11 R12 R13 S1

E2 R21 R22 S2

Source E3 R31 S3

E4 R41 S4

Make E5 S5

E6 S6

Deliver E7 S7

E8 S8

Return E9 S9

Occurrence of agent j O1 O2 O3 O4 O5 O6 O7

Aggregate risk potential j ARP1 ARP2 ARP3 ARP4 ARP5 ARP6 ARP7

Priority rank of agent j

Sumber : Pujawan & Geraldine (2009)

17

2.4.2 House#Of#Risk#Fase#2 (HOR2)

Pada tahap ini, berfokus pada penentuan langkah pertama yang

paling tepat dengan mempertimbangkan ketersediaan sumber daya yang

digunakan dan tingkat kinerja objek atau proyek terkait. Organisasi atau

perusahaan harus menentukan respon risiko atau formulir mitigasi yang

sesuai, dimana formulir mitigasi harus mudah diimplementasikan, tetapi

dapat mengurangi kemungkinan menimbulkan risiko (risk agency). Berikut

adalah beberapa tahapan dalam HOR 2:

1. Menurut output HOR tahap 1, pilih agen risiko dengan prioritas tinggi.

2. Tentukan langkah-langkah pencegahan risiko yang relevan.

3. Gunakan nilai 0, 1, 3, atau 9 untuk menentukan hubungan antara setiap

tindakan pencegahan untuk setiap faktor risiko. Angka-angka ini

menunjukkan hubungan tidak, rendah, sedang dan kuat di antara ukuran-

ukuran tersebut. k dan agen j.

4. Hitung tingkat efektivitas dengan rumus berikut:

Tek = ∑i ARPj . Ejk (2)

5. Mengukur tingkat kesulitan dengan merepresentasikan masing- masing

tindakan.

6. Menghitung total efektivitas untuk menentukan besaran rasio dengan

rumus sebagai berikut :

ETDk = Tek / Dk (3)

7. Melakukan skala prioritas mulai dari nilai ETD tertinggi hingga yang

terendah. Nilai prioritas utama diberikan kepada aksi mitigasi yang

memiliki nilai ETD tertinggi

18

Tabel 2.6 HOR 2

To be treated Risk Agent (AJ)

Preventive action (PAk) Aggregate risk potentials

(ARPj) PA1 PA2 PA3 PA4 PA5

A1 E11 ARP1

A2 ARP2

A3 ARP3

A4 ARP4

Total effectiveness of action 𝑘 TE1 TE2 TE3 TE4 TE5

Degee of difficulty performing

action 𝑘 D1 D2 D3 D4 D5

Effectiveness to difficulty ratio ETD1 ETD2 ETD3 ETD4 ETD5

Rank of priority R1 R2 R3 R4 R5

Sumber : Pujawan & Geraldine (2009)

19

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan peneliti dalam melakukan penelitian sehingga peneliti dapat memprkaya teori

yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Berikut merupakan beberapa penelitian terdahulu yang diperoleh dari

beberapa jurnal terkait dengan penelitian analisis risiko menggunakan House Of Risk:

Tabel 2.7 Kajian Pustaka Penelitian

No# Judul#Penelitian #Penulis# Tahun Metode #Hasil#

1 AnalisisStrategi Mitigasi

Risiko Pada# Supply#

Chain CV Surya CIP#

dengan#House#Of#Risk

Yoana Ellen Pratiwi 2017 House

Of Risk,

SCOR

Dalam penelitian ini diidentifikasi bahwa dalam aktifitas supply chain nya

memeiliki peluang timbulnya risiko. Dari HOR 1 diketahui bahwa terdapat

21 sumber risiko (Risk Agent) dapat pula menyebabkan 33 kejadian risiko

(Risk event) dengan nilai bobot korelasi tertentu. Dari HOR 2 diperoleh 12

strategi penanganan untuk mengeliminasi atau mengurangi dampak risiko

yang terjadi diperusahaan.

2 Aplikasi Model House

Of Risk (HOR) Untuk

Mitigasi Risiko Proyek

Pembangunan Jalan Tol

Gempol-Pasuruan

Dewi Kurniasari

Purwandono

2007 House

Of Risk,

SCOR

Dilakukan penelitian tengtang HOR untuk mitigasi resiko yang dapat

menghambat pembangunan infrastruktur tersebut. Gangguan dapat berasal

dari dalam seperti buruknya manajemen dan pihak-pihak rantai pasok yng

terkait. Dari HOR 1 diketahui bahwa terdapat 36 Risk Agent dan 55 Risk

event. Dari hor 2 kemudian mendapatkan 16 aksi mitigasi yang dapat di

realisasikan untuk mereduksi kemunculan risiko.

3 Identifikasi Dan Analisis

Manajemen Risiko Pada

Proyek Pembangunan

Infrastruktur Bangunan

Gedung Bertingkat

Nurlela, Heri

Suprapto

2014 House

Of Risk

Permasalahan yang dihadapi jasa kontruksi adalah apabila proyek tidak

segera diselesaikan, maka keberhasilan proyek tersebut dapat terganggu.

Tidak hanya itu, berbagai macam risiko juga bisa mengancam jalannya

proyek. Sehingga, identifikasi risiko pada HOR 1 mendapatkan 18 risiko

dengan 12 agen/penyebab risiko. Pada perhitungan HOR 2 didapatkan 3

aksi mitigasi yang dapat mengurangi dampak risiko bagi perusahaan.

20

Tabel 2.7 Kajian Pustaka Penelitian (Lanjutan)

4 Analisis Strategi Mitigasi

Risiko Pada Supply Chain

PT. PAL Indonesia

(Persero)

Ari Fendi, Evi

Yuliawati

2012 Risk

Priority

Index,

House

Of Risk

Pada proses supply chain dalam industri pembuatan kapal pada PT. PAL

melibatkan jaringan rantai pasok yang kompleks, sehingga berbagai risiko

dapat mengancam jalannya proses operasional tersebut. Sehingga dilakukan

identifikasi risiko dan menghasilkan 41 kejadian risiko dan 29 agen risiko

yang berpotensi dapat mengganggu jalannya proses produksi. Kemudian

menghasilkan 2 strategi mitigasi dengan strategi yang meliputi strategy

stock, coordination, dan multiple route.

5 Analisis dan Perbaikan

Mnajemen Risiko Rantai

Pasok Gula Rafinasi

dengan Pendekatan House

Of Risk

Maria Ulfah,

Mohammad

Syamsul Maarif,

Sukardi, Sapta

Raharja

2016 House

Of Risk

Hasil identifikasi menggunakan model HOR teradapat 47 kejadian risiko

yang terjadi. Selain itu terdapat 47 agen risiko atau sumber risiko yang

memicu timbulnya kejadian risiko. Hasil output dari HOR 1 kemudian

menjadi input nagi HOR 2 yang menghasilkan 22 prioritas mitigasi risiko

untuk direalisasikan. Strategi nya antara lain, merencanakan dan

memaintanance secara rutin dan berkala, menyiapkan buffer stock, training

maintanance, kontrak dengan kustomer dalam jangka 1 tahun, briefing rutin

sebelum dilaksanakan aktivitas dan lainnya.

6 Menetapkan manajemen

risiko rantai pasokan yang

baik dan langkah-langkah

mitigasi

I Nyoman Pujawan,

Dyah Santhi Dewi,

Laudine Henriette

Geraldin

2007 House

Of Risk

Gunakan alat matriks House Of Risk (HOR) untuk melakukan hasil

identifikasi risiko dari tahap identifikasi risiko, dan mengidentifikasi 50

risiko dan 58 faktor risiko di semua tahapan proses aktivitas rantai pasokan

internal perusahaan.Strategi proaktif yang disarankan untuk memitigasi

agen risiko di dalam penelitian ini adalah strategi proaktif supply dan

produk serta strategi Supply Chain coordination, sedangkan strategi level

taktis yang digunakan antara lain adalah strategic stock, flexible supply

21

Tabel 2.7 Kajian Pustaka Penelitian (Lanjutan)

7 Menggunakan model

House Of Risk (HOR)

untuk analisis risiko rantai

pasok di PT. Lestari

Tatalogam

Rina Maghdalena 2019 House

Of Risk

Penelitian dilakukan untuk kegiatan operasional dengan risiko operasional.

Identifikasi kejadian resiko dan faktor resiko melalui wawancara dan

observasi di lingkungan pabrik. Hasil identifikasi menemukan 21 kejadian

risiko dan 20 faktor risiko atau sumber risiko. Faktanya, 1 mengukur tingkat

keparahan peristiwa risiko, terjadinya faktor risiko, dan hubungan antara

peristiwa risiko dan faktor risiko. Dan menghasilkan nilai#ARP. Kemudian

pada HOR kedua didapatkan 8 preventive action dari perhitungan prioritas

mitigasi. 8 Analisis risiko rantai

pasokan manufaktur filter

rokok

Shabrina Dhiya

Millaty, Arif

Rahman, Rahmi

Yuniarti

2014 House

Of Risk

Dalam#5#aktivitas#supply# chain# selalu#muncul#resiko#tidak#erkecuali

industri#filter#rokok#sebagai#bahan#baku#penunjang#untuk#produk#rokok

yang#menggunakan#filter.penelitian#ini#dilakukan#untuk#menganalisis

#faktor#risiko#apa#sajakah##yang#muncul#pada##supply##chain#PT. #filtrona

Indonesia#yang#terdapat#15#risiko#dengan#37#penyebab#risiko#yang#ter-

identifikasi. kemudian di terpilih#5#penyebab#risiko#yang#memiliki#nilai#

#tertinggi.

9 Analisis Risiko #dan#

Strategi Risiko Supply

Chain Susu Sapi (Studi

Kasus di Desa Singosari

Boyolali)

Hafidh Munawir,

Krismityato

2016 #House#

#of# Risk

Hasil identifikasi risiko pada setiap proses rantai pasok diperoleh 29

kejadian risiko melalui 44 subjek risiko. Hasil house risk tahap pertama

diperoleh 7 Risk Agent dengan nilai ARP tertinggi, hasil house risk tahap II

diperoleh 3 desain strategi mitigasi risiko sesuai urutan prioritas 18 desain

mitigasi untuk mengurangi risiko yang ditimbulkan.

10 Evaluasi Risiko Rantai

Pasok Pada Komoditas

Bawang Merah di

Lampung

Rizqa Ula Fahadha,

Tutik Nuryati,

Sutarto

2019 House

Of Risk

Studi risiko rantai pasokan dalam pasokan bawang merah perlu diperhatikan

karena semakin banyaknya risko yang dihadapi sehingga kinerja rantai

pasokan bawang merah kurang dari yang diharapkan. Berdasarkan hasil

penelitian terdapat 3 sumber risiko yang menjadi prioritas untuk dilakukan

mitigasi.