bab ii landasan teori 2.1 radio...mengenai fenomena yang disebut gelombang radio. dari hasil...

16
8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Radio Perkembangan radio dimulai pada awal penemuan phonograph (gramofon) oleh Edison tahun 1877, yang digunakan untuk merekam. Pada tahun yang sama James Clerk Maxwell dan Helmholtz Hertz melakukan eksperimen elektromagnetik mengenai fenomena yang disebut gelombang radio. Dari hasil eksperimen keduanya menemukan bahwa gelombang radio merambat dalam bentuk bulatan, seperti contoh ketika menjatuhkan sesuatu keair yang tenang. Dari contoh sederhana itulah dapat menggambarkan bagaimana gelombang radio merambat (Mufid. Muhammad, 2005:25-33). Seiring berjalannya waktu radio mulai dikembangkan penggunaannya. Pada tahun 1912, Charles Herrold memulai siaran regular pertamanya tetapi pada tahap awal ini siaran radio belum manfaatkan sebagai kegiatan ekonomi. Selanjutnya pada tahun 1922, stasiun AT&T menayangkan iklan siaran pertamanya dan menjadikan AT&T sebagai pionir dalam penyiaran radio komersial. Dalam perkembangan radio di Indonesia, radio komunikasi pertama kali mengudara pada tahun 1911 di Sabang. Setelah PD 1, para penyiar amatir membangun Batavia Radio Society dan melakukan siaran tetap pada 1925 (Mufid. Muhammad, 2005:25-33). Menurut Handoyo Sunyoto, radio adalah alat media massa paling cepat dimana bila digunakan dengan tepat radio membawa manusia lebih dekat satu sama lain untuk saling memperhatikan, saling terlibat dan mencintai. Sebagai sarana komunikasi radio msauk dalam kamar sebagai teman yang baik, radio menimbulkan kesan akrab antara pendengar dengan penyiar. Sebuah pesan radio dapat memikat dengan mudah melalui susunan yang menarik seperti dengan adanya musik serta bunyi-buatan yang mengembangkan imajinasi. Dalam siaran-siaran pendidikan, radio bisa memanfaatkan susunan tersebut untuk dikemas dalam bentuk hiburan (Murbandono L, HS . 2006 : 61- 62)

Upload: others

Post on 22-Oct-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Radio

    Perkembangan radio dimulai pada awal penemuan phonograph (gramofon)

    oleh Edison tahun 1877, yang digunakan untuk merekam. Pada tahun yang sama James

    Clerk Maxwell dan Helmholtz Hertz melakukan eksperimen elektromagnetik

    mengenai fenomena yang disebut gelombang radio. Dari hasil eksperimen keduanya

    menemukan bahwa gelombang radio merambat dalam bentuk bulatan, seperti contoh

    ketika menjatuhkan sesuatu keair yang tenang. Dari contoh sederhana itulah dapat

    menggambarkan bagaimana gelombang radio merambat (Mufid. Muhammad,

    2005:25-33).

    Seiring berjalannya waktu radio mulai dikembangkan penggunaannya. Pada

    tahun 1912, Charles Herrold memulai siaran regular pertamanya tetapi pada tahap awal

    ini siaran radio belum manfaatkan sebagai kegiatan ekonomi. Selanjutnya pada tahun

    1922, stasiun AT&T menayangkan iklan siaran pertamanya dan menjadikan AT&T

    sebagai pionir dalam penyiaran radio komersial. Dalam perkembangan radio di

    Indonesia, radio komunikasi pertama kali mengudara pada tahun 1911 di Sabang.

    Setelah PD 1, para penyiar amatir membangun Batavia Radio Society dan melakukan

    siaran tetap pada 1925 (Mufid. Muhammad, 2005:25-33).

    Menurut Handoyo Sunyoto, radio adalah alat media massa paling cepat dimana

    bila digunakan dengan tepat radio membawa manusia lebih dekat satu sama lain untuk

    saling memperhatikan, saling terlibat dan mencintai. Sebagai sarana komunikasi radio

    msauk dalam kamar sebagai teman yang baik, radio menimbulkan kesan akrab antara

    pendengar dengan penyiar. Sebuah pesan radio dapat memikat dengan mudah melalui

    susunan yang menarik seperti dengan adanya musik serta bunyi-buatan yang

    mengembangkan imajinasi. Dalam siaran-siaran pendidikan, radio bisa memanfaatkan

    susunan tersebut untuk dikemas dalam bentuk hiburan (Murbandono L, HS . 2006 : 61-

    62)

  • 9

    2.2 Pendekatan Urai-udar Drama Radio

    Pendekatan urai-udar adalah cara memisahkan atau memilah-milah suatu

    keutuhan menjadi bagian-bagian, sehingga mendapatkan sifat, imbangan, peran, dan

    hubungan tumbal balik (Murbandono L, HS. 2006 : 126). Pendekatan ini

    disempurnakan dan digunakan oleh Murbandono HS dalam menilai drama radio

    Indonesia pada tahun 1980-an. Dalam bukunya yang berjudul “Drama Radio Indonesia

    1980-an Tantangan Pendidikan dan Pembangunan manusia”, Murbandono

    menjelaskan bahwa ia mengembangkan pendekatan urai-udar film karya Joseph M

    Boggs dan pendekatan Handoyo Sunyoto dalam menciptakan karya audiovisual

    menjadi pendekatan urai-durai untuk diterapkan di drama radio.

    Urai-udar drama radio bertitik tolak dari pengandaian bahwa ada unsur-unsur

    yang tersusun dalam seni drama radio. Dengan urai-udar dapat membantu lebih dalam

    mengkritisi, memahami dan menilai drama radio sebagai sebuah karya seni

    (Murbandono L, HS. 2006 : 127).

    Dalam pendekatan urai-durai drama radio Murbandono membagi kedalam lima unsur

    dalam menilai dan memahami sebuah seni drama radio. Pertama tema dan tujuan,

    kedua unsur-unsur dramaris yang baku, ketiga dampak-dampak bunyi, dwiwicara, dan

    musik, keempat penyutradaraan dan pemeranan, kelima permasalahan khusus dalam

    drama radio.

    2.2.1 Tema dan Tujuan

    Sebagai suatu kesatuan dalam seni drama radio, tema berperan sebagai unsur

    yang mendasar. Penetapan tema dilakukan sebagai langkah yang harus ditempuh

    menuju kepenyajian selanjutnya dari seluruh unsur yang berperan dalam drama radio.

    Setiap unsur lainnya dalam drama radio harus menyumbangkan pengembangan tema

    sebagai suatu kesatuan yang utuh (Murbandono L, HS. 2006 : 127-128).

  • 10

    2.2.1.1 Jenis -jenis Dasar Tema Drama Radio

    Murbandono membagi kedalam empat jenis dasar tema drama radio, yaitu alur

    sebagai tema , dampak suasana hati sebagai tema, perwatakan sebagai tema, dan

    gagasan sebagai tema.

    2.2.1.1.1 Alur sebagai Tema

    Dalam berbagai jenis drama radio dengan cerita petualangan atau kisah detektif,

    penekanan alur ditekankan pada rangkaian kejadian yang terjadi. Alur sebagai tema

    dalam drama radio seperti ini, bisa ditangkap dari rangkuman kejadian-kejadia yang

    paling menonjol (Murbandono L, HS. 2006 : 129).

    2.2.1.1.2 Dampak Suasana Hati sebagai Tema

    Tema yang terbentuk dari suasana hati sangat besar sekali berdampak sebagai

    dasar bangunan kisah. Dalam penggunaannya tema ini terlihat dari susunan cerita yang

    memainkan emosi suasana hati dari titik yang terndah sampai pada klimaksnya pada

    titik yang tinggi. Drama radio yang biasanya menggunakan tema ini adalah drama radio

    horror dan drama radio romantic yang menekankan suasana hati sebagi pemersatu

    unsur lainnya (Murbandono L, HS. 2006 : 129).

    2.2.1.1.3 Perwatakan sebagai Tema

    Beberapa drama radio memusatkan pada penggambaran melalui watak atau

    perilaku tokoh. Perwatakan dalam cerita menjadi daya tarik dan keunikan cerita. Cara

    untuk mengetahui tema dengan perwatakan sebagai pusatnya bisa terlihat dari uraian

    dari latarbelakang tokoh utama yang ditekankan pada aspek istimewa dalam

    kepribadiannya (Murbandono L, HS. 2006 : 130).

    2.2.1.1.4 Gagasan sebagai Tema

    Penggunaan gagasan sebagai tema seringkali digunakan dalam drama radio.

    Tidak seperti jenis yang lain dimana tema bisa terlihat dari perwatakan, suasana hati

    dan alur. Pemilihan gagasan sebagai tema sering kali tidak bisa terlihat. Pendengar

  • 11

    drama radio ditantang untuk menfsirkan sesuai dengan tema yang sesungguhnya. Dari

    pendekatan ini kemungkinan tafsir yang berbeda sangat beragam, setiap pendengar

    mampu untuuk menafsirkan tema dalam cerita. Dalam hal gagasan sebagai tema,

    murbandono membaginya kembali kedalam lima pernyataan khusus gagasan sebagai

    tema yaitu : tema sebagai ulasan kemasyarakatan, tema sebagai pernyataan mengenai

    kehidupan, tema sebagai pernyataan mengenai sifat manusia, dan tema sebagai teka-

    teki moral atau filosofis (Murbandono L, HS. 2006 : 130).

    2.2.1.1.4.1 Tema sebagai Ulasan Kemasyarakatan

    Drama radio denga tema ini adalah drama radio yang menampilkan

    permasalahan yang ada di masyarakat. Contoh yang diangkat dalam drama radio

    dengan tema ini seperti memaparkan masalah kejahatan dalam masyarakat dan

    mengkritisi lembaga kemasyarakatan. Selain sebagai kritik, penggunaan tema seperti

    ini ditujukan untuk adanya gerakan pembaruan didalam masyarakat. Peneliti drama

    radio dengan tema ini seringkali tidak memberikan jawaban atas permasalahan yang

    diangkat. Tetapi peneliti ingin menyadarkan masyarakat sendiri untuk bergerak dalam

    perubahan (Murbandono L, HS. 2006 : 131-132).

    2.2.1.1.4.2 Tema sebagai Pernyataan Sifat Manusia

    Tema ini berbeda dengan watak yang sudah dijelaskan sebelumnya. Pada tema

    ini ditekankan pada sifat manusia pada umumnya, drama radio menjadi peran sebagai

    serana untuk menjelaskan kebenaran sifat manusia yang diterima secara meluas

    (Murbandono L, HS. 2006 : 132).

    2.2.1.4.3 Tema sebagai Pernyataan Kehidupan

    Drama radio dengan tema ini memberikan kesadaran akan kebenaran hidup dan

    mengulas kejadian pengalaman manusia tanpa membuat pernyataan moral khusus.

    Pendengar dibebaskan untuk menyimpulkan aturan, sikap dan pemahaman mereka

    sendiri (Murbandono L, HS. 2006 : 133).

  • 12

    2.2.1.4.4 Tema sebagai Pernyataan Moral

    Drama radio dengan tema ini memiliki tujuan utama memberikan kaidah-

    kaidah moral serta membujuk pendengar untuk menjalankan kaidah tersebut di dalam

    kehidupan masing-masing. Pada umumnya dalam tema ini seringkali menggunakan

    moral dengan kata-kata bijak (Murbandono L, HS. 2006 : 133).

    2.2.1.4.5 Tema sebagai Teka-teki Moral dan Filosofis

    Dalam tema ini peneliti drama radio secara sengaja melakukan aneka penafsiran

    dengan cara menyisipkan teka-teki. Peneliti berusaha untuk mengaburkan inti cerita

    dengan menunjukan pertanyaan moral dan filosofis dibandingkan harus secara jelas

    memberika penjelasan secara langsung (Murbandono L, HS. 2006 : 133-134).

    2.2.2 Unsur-unsur Dramatis yang Baku

    Unsur dalam setiap bentuk seni tidak pernah terpisah satu dengan yang lain.

    Murbandono menjelaskan dengan pendekatan urai-udar, unsur dalam setiap drama

    radio dapat dipelajari secara terpisah, tanpa perlu khawatir akan saling kehubungan

    timbal balik secara keseluruhan. Dalam hal ini Murbandono membagi kedalam lima

    unsur dramatis yang baku yaitu : cerita yang baik, penokohan, pertikaian, ironi dan alur

    (Murbandono L, HS. 2006 : 136).

    2.2.2.1 Unsur-unsur Cerita yang Baik

    Bagaimana cara menentukan cerita drama radio itu baik, setiap individu

    memiliki pasti memiliki jawaban masing-masing. Murbandono merangkumnya

    kedalam empat syarat cerita drama radio yang baik.

    2.2.2.1.1 Alur yang Terpadu atau Tulang Punggung Cerita

    Alur yang terpadu atau tulang punggung cerita terfokus pada

    berkesinambungannya satu kejadian dengan kejadian yang lain dengan wajar dan

    masuk akal. Konflik yang tercipta dalam drama radio harus dipecahkan oleh unsur atau

    agen yang ada dalam alur itu sendiri. Alur menjadi tidak terpadu ketika terdapat

  • 13

    kejadian yang seba kebetulan, keajaiban, atau dari kekuatan manusia ajaib yang

    menukik muncul dari antah berantah untuk menyelesaikan konflik (Murbandono L,

    HS. 2006 : 137).

    2.2.2.1.2 Dapat Dipercaya

    Agar pendengar menjadi ikut terbawa dalam suasana cerita, pendengar harus

    diyakinkan bahwa cerita itu benar. Menurut Murbandono peneliti drama radio dapat

    menciptakan kebenaran dengan berbagai cara.

    Kebenaran yang dapat diamati secara lahiriah. Kebenaran yang umum

    mengenai kehidupan yang alami. Kebenaran ini lah yang Nampak dan bisa kita amati

    dalam kehidupan pada umumnya.

    Kebenaran batiniah dalam sifat manusia. Manusia memiliki pikiran yang

    mengandung mimpi, ketakutan, kepercayaan kekanak-kanakan dan lugu atas sesuatu

    yang tidak masuk akal dan tidak nyata. Sifat-sifat itulah yang bisa dimasukan kedalam

    cerita agar menjadi suatu kebenaran secara lahriah.

    Kemiripan kebenaran yang berseni. Penulisan cerita dapat membangun sebuah

    dunia khayal cipta yang berbeda dengan kenyataan. Ketika membangun yang sifatnya

    mustahil, pembuat drama radio harus membangun sedemikian rupa, untuk menciptakan

    hal yang mirip kebenaran untuk meredam kesangsian khayal sehingga melahirkan

    “keyakinan puitik” (Murbandono L, HS. 2006 : 138-139).

    2.2.2.1.3 Menarik

    Syarat penting pada cerita yang baik adalah menciptakan minat pendengar.

    Drama radio diperbolehkan menciptakan kejutan, teka-teaki dan rasa kecewa. Dalam

    waktu yang sangat terbatas, cerita drama radio harus dipadatkan menjadi cerita yang

    selaras (Murbandono L, HS. 2006 : 139-140).

  • 14

    2.2.2.2 Bangunan Dramatis

    Seni bercerita dalam drama radio selalu bergantung pada bangunan dramatis

    yang kuat. Setiap rangkaian harus berseni dan mantiki agar berdampak pada perasaan

    dan intelektual. Terdapat dua pola yang digunakan dalam drama radio untuk membuka

    cerita agar lebih dramatis (Murbandono L, HS. 2006 : 142).

    2.2.2.2.1 Pembeberan atau Pembukaan Kronologi

    Bagian awal cerita yang dimaksudkan dalam bagian ini ketika diawal cerita

    dimulai dengan mengenalkan tokoh, memperlihatkan hubungan timbal balik, dan

    menempatkan tokoh dalam ruang waktu yang dapat dipercaya. Bagian berikutnya

    dimuali dengan mulai pertikiaian lalu berkembang pada titik puncak pertikaiaan. Lalu

    diikuti dan diakhiri masa tenang atau peleraian, dimana keadaan dikembalikan menjadi

    kurang lebih seimbang (Murbandono L, HS. 2006 : 142-143).

    2.2.2.2.2 Pembukaan dengan In Medias Res

    In medias res adalah ungkapan latin yang berarti di tengah kiprah, dan mengacu

    pada suatu kiat untuk membuka cerita. Dikarenakan untuk menangkap minat

    pendengar sangat rumit, cara ini menyajikan permasalahan atau konflik yang

    dimunculkan di awal cerita. Cara yang digunakan dalam in medias res dalam

    menampilkan konflik atau masalah dengan cara dwiwicara saat tokoh menceritakan

    keadaan yang menuju konflik inti atau kilas balik (Murbandono L, HS. 2006 : 143).

    2.2.2.3 Penokohan

    Tokoh adalah unsur yang tidak kalah penting dalam drama radio, jika sebuah

    tokoh dalam cerita tidak menarik pendengar tentu saja kehilangan rasa ingin

    mendengar drama radio tersebut. Untuk menjadi menarik, tokoh harus tampak nyata,

    bisa dipahami, dan peduli pada hal-hal bernilai. Murbandono membagi beberapa cara

    untuk membangun sebuah tokoh.

    Dwiwicara dan kiprah batiniah. Dalam cara ini tokoh menampakan jati diri

    lewat apa yang mereka katakana. Pikiran, tingkah laku dan perasaan mereka nyatakan

  • 15

    melalui pilihan kata, penekanan nada dan jeda-jeda yang terbangun dalam

    pembicaraan.

    Tanggapan tokoh lain. Dalam cara ini tokoh utama digambarkan dari cara

    pandang tokoh lain. Cara ini menampilkan tokoh lain sangat kontras atau berbanding

    terbalik dengan tokoh utama. Penggunaan Teknik ini biasanya tokoh utama

    disampaikan sebelum ia muncul dalam adegan

    Melebih-lebihkan, pengulangan, karikatur, dan motif utama. Dengan cara ini

    tokoh dibentuk dengan cara dilebih-lebihkan, melencengkan tingkahlaku dan

    menonjolkannya. Seperti contoh dari cara berbicara, pengulangan kata, dan tekanan

    nada.

    Penamaan. Cara ini menajdi sangat penting ketika membangun tokoh dalam

    drama radio yaitu peneliti memilih nama tokoh yang khas yang menjadi tanda dan

    melukiskan tokoh (Murbandono L, HS. 2006 : 144-148).

    2.2.2.4 Pertikaian

    Murbandono dalam bukunya menyebutkan, tak ada pertikaian taka da cerita.

    Inilah unsur yang sejatinya menjadi daya tarik pendengar, mempertinggi pendalaman

    pengalamannya, mempercepat denyut nadinya dan menantang pikirannya. Dalam

    sebuh cerita terdapat beberapa konflik atau pertikaian, pertikaian yang utama terletak

    pada titik inti atau pusat yang pada puncaknya menjadi paling penting bagi keseluruhan

    cerita. Pertikaian mempunyai beberapa ciri-ciri pokok seperti, pertikaian utama

    berpengarung pada tokoh, terdapat tujuan bermanfaat, dalam pemecahannya selalu

    membawa perubahan penting bagi tokoh atay keadaan cerita.

    Ada beberapa macam jenis pertikaian utama yaitu bersifat lahir dan batin.

    Dalam bentuk sederhananya, pertikaian lahir berupa pergulatan kepribadian antara

    tokoh utama dengan tokoh lain. Pada tingkat ini, pertikaian hanya sebatas pertarungan

    kehendak manusia untuk menemukan sasaran yang sama atau mencapai tujuan

    bersama. Pertikaian bersifat lahir bisa berkembang dari bentuknya yang sederhana

    menjadi rumit. Bentuk lain dairi pertikaian bersifat lahir adalah dengan mengadu antar

  • 16

    tokoh seperti manusia melawan dewa, melawan kekuatan alam, atau tatanan

    masyarakat.

    Pertikaian yang bersifat batin merupakan pertikaian yang terpusat dalam batin

    yang merupakan pertikian kejiwaan dalam diri tokoh utama. Dalam pertikaian batin

    tokoh melawan aspek kepribadian yang lainnya. Pada beberapa kasus pertikaian batin

    ini dalam cerita bisa terpecahkan , namun ada juga yang tidak ada penyelesaiannya

    (Murbandono L, HS. 2006 : 149-155).

    2.2.3 Dampak-dampak Bunyi, Dwiwicara dan Musik

    Darama radio pada dasarnya merupakan alat komunikasi dengar dengan bidang

    garapannya adalah bunyi. Terdapat tiga unsur bunyi dalam drama radio yaitu, bunyi

    buatan, dwiwicara (suara manusia), dan ilustrasi musik. Tiga unsur tersebut

    menciptakan tingkatan makna yang merangsang perasaan dan meningkatkan

    kedalaman sert akekentalan pengalaman melebihi yang bisa dicapai melalui sarana

    lihat (Murbandono L, HS. 2006 : 156).

    2.2.3.1 Dampak-dampak Bunyi

    Bunyi dapat bersifat sangat meyakinkan dan simbolis, selain itu berperan

    sebagai “khayalan” dari suatu objek. Dengan bunyi makna khayal yang dikirimkan bisa

    sama banyaknya dengan visual dan dalam hal tertentu bahkan bisa melebihi. Dalam

    penggunannya bunyi seperti langkah kaki, pintu terbuka, lolongan serigala, atau

    bahkan suara-suara yang tidak dikenal dapat mengambarkan sebuah visual yang tidak

    bisa diberikan oleh drama radio. Terkadang bunyi digunakan juga sebagai gambaran

    untuk menyampaikan gejolak dalam pikiran tokoh (Murbandono L, HS. 2006 :156-

    157).

    2.2.3.2 Dwiwicara dan Suara Manusia

    Dwiwicara pada drama radio menjadi aspek yang penting dan mendasar,

    kekuatan dramatis suara manusia menyumbangkan sisi baru dalam seni drama radio.

    Para pemeran dalam drama radio harus menggunakan irama terukur, memainkan jeda

  • 17

    singkat dalam taya jawab sehingga drama radio menjadi lebih hidup (Murbandono L,

    HS. 2006 : 157-158).

    2.2.3.3 Musik

    Musik sumbangsih yang penting dalam melengkapi drama radio sehingga tidak

    bisa dipisahkan keberadaannya. Musik berperan umum sebagai iringan untuk

    membangun perasaan dan irama kedalam gambaran khayalan di dalam drama radio.

    Selain itu terdapat juga peran khusus dari musik yaitu, sebagai penanda waktu dan

    tempat, meningkatkan dampak dramatis dwiwicara, membayangkan adegan-adegan

    yang akan datang, membangun ketegangan dan menceritakan inti cerita. Selain itu

    musik juga memiliki peran lain seperti memainkan peran dalam penokohan, memicu

    tanggapan keadaan yang telah dikondisikan, mengiringi judul dan musik sebagai

    swasicara (Murbandono L, HS. 2006 : 159).

    2.2.4 Penyutradaraan dan Pemeranan

    Selain unsur yang disebutkan diatas sebagai hubungan terciptanya drama radio,

    terdapat juga unsur lain yaitu banyaknya kerjasama antara seniman dan teknisi dalam

    proses produksi drama radio. Sutradara, pemain, penulis, editor, penata musik dan

    teknisi adalah elemen dari proses produksi (Murbandono L, HS. 2006 : 166-167).

    2.2.4.1 Penyutradaraan

    Dalam proses produksi drama radio, sutradara mengmbil kendali yang sangat

    luas dari awal hingga tahap akhir produksi. Selain itu sutradara dalam proses produksi

    bisa juga merancang gagasan, menulis naskah, memilih peran, perekaman, pengolahan

    dan penyuntingan semua dilakukan oleh sutradara. Dari keistimewaan atas pemegang

    kendali itu, seorang sutradara memiliki kesempatan yang paling besar untuk

    menanamkan pandangan seni, filosofi, Teknik dan pandangannya secara personal

    (Murbandono L, HS. 2006 : 167).

  • 18

    2.2.4.2 Pemeran

    Sumbangan para pemeran luar biasa penting dalam seni drama radio,

    kecenderungan pendengar akan memusatkan perhatiannya kepada pemeran. Sebagai

    pemeran harus mampu menampilkan ketulusan, kenenaran dan kewajaran sehingga

    pendengar tidak pernah menyadari bahwa itu hanya bagian pemeranan belaka. Selain

    itu pemeran harus mempunyai kecerdasan, daya khayal, kepekaan dan berwawasan.

    Terdapat beberapa jenis memainkan peran dalam drama radio pemeran peniru,

    pemeran penafsir, dan pemeran watak.

    Pemeran peniru adalah seseorang yang pemeran yang berbakat meninggalkan

    jati diri kepribadiannya, untuk menafsirkan keseluruhan kepribadian tokoh yang harus

    diperankan. Pemeran peniru biasanya bisa larut dalam memerankan tokoh dari karakter

    suara, mimik muka, watak hingga pola pikir.

    Pemeran penafsir adalah pemeran yang memainkan peran tokoh yang mirip

    dengan kepribadiannya. Pemeran menafsirkan bagian yang mirip secara dramatis tanpa

    perlu mengubah kepribadiaannya secara menyeluruh.

    Pemeran watak, adalah pemeran yang memainkan peran dirinya sendiri.

    Biasanaya pemeran watak memiliki daya tarik tersendiri dengan memiliki suara yang

    khusus (Murbandono L, HS. 2006 : 173-177).

    2.3 Perkembangan Anak

    Dalam penyusunan drama radio, peneliti menentukan target pendengar adalah

    anak sekolah dasar usia 6 sampai 12 tahun. Pada tahap usia ini anak-anak disebut juga

    sebagai usia kelompok (gang-age), dimana anak mulai mengalihkan perhatian dan

    hubungan intim dalam keluarga ke kerjasama antar teman dan sikap-sikap terhadap

    kerja atau belajar (Gunarsa, Singgih D, 1983:13). Selain itu juga usia 6-12 tahun

    disebut juga masa anak sekolah, dikarenakan anak usia 6-12 tahun umumnya mereka

    meluangkan banyak waktu di sekolah dasar untuk mempelajari berbagai pengetahuan,

    keterampilan dan sikap dasar.

  • 19

    Pada masa ini anak-anak mengalami masa perluasan hubungan sosial, dimana

    anak-anak mencoba menjalin persahabatan dalam lingkungan yang lebih luas. Anak-

    anak usia 6-12 tahun, mulai ada dorongan kejiwaan untuk memasuki dunia konsep,

    logika dan komunikasi secara dewasa, serta anak-anak memiliki rasa ingin tahu dan

    ingin belajar yang tinggi dan berfikir amat realistis. Dengan adanya sikap realistis anak-

    anak memiliki kecenderungan untuk mendapatkan informasi yang benar sebanyak-

    banyaknya dalam interaksi dengan lingkungan sosialnya. Hasil belajar pada masa ini

    barulah pada tingkat analisis, anak-anak belum mampu merangkum sendiri informasi

    yang didapat menjadi suatuu susunan yang logis (IKIP Semarang, 1989: 102-120).

    2.4 Penelitian Sebelumnya

    Hasil tugas akhir sebelumnya menjadi salah satu acuan peneliti dalam

    memproduksi sebuah drama radio. Dari tugas akhir terdahulu, peneliti tidak

    menemukan judul yang sama seperti judul tugas akhir peneliti. Namun peneliti

    mengangkat beberapa tugas akhir sebagai rujukan dalam rancangan drama radio yang

    akan diproduksi oleh peneliti. Berikut merupakan hasil tugas akhir yang mengangkat

    drama radio serta program radio mengenai anak-anak.

    Penelitian yang dilakukan oleh Yona Aliviasari dari Universitas Kristen Satya

    Wacana tugas akhir berjudul “Perancangan Program Siaran Radio untuk Anak-Anak:

    Program Siaran Radio Enyong Bocah Tegal” tahun 2016, dengan hasil tugas akhir yaitu

    program radio anak yang berjudul “Enyong Bocah Tegal”. Yona Aliviasari dalam tugas

    akhirnya memproduksi sebuah program wawancara yang bercerita mengenai prestasi

    narasumber yaitu Hesti Indriyani asal tegal yang berprestasi dibidang akademis dan

    non akademis. Program ini bertujuan agar pendengarnya yaitu anak-anak mampu

    mencontoh perilaku baik dari narasumber. Perbedaan tugas akhir peneliti dengan karya

    Yona Aliviasari adalah peneliti memproduksi sebuah drama radio yang bertujuan untuk

    menanamkan pendidikan karater sedangkan Yona Aliviasari memproduksi sebuah

    program radio untuk anak-anak.

  • 20

    Penelitian yang dilakukan oleh Yulius David Bramantyo dari Universitas

    Kristen Satya Wacana tugas akhir berjudul “Produksi Program Siaran Radio Anak-

    Anak Kumpul Bocah” tahun 2014, dengan hasil tugas akhir yaitu program radio anak

    yang berjudul “Kumpul Bocah”. Yulius David Bramantyo dalam tugas akhirnya

    memproduksi sebuah program yang berisi informasi mengenai dunia anak, pembacaan

    puisi oleh anak yang berprestasi dan mendengarkan cerita yang berisi pelajaran

    sekolah. Program yang diproduksi Yulius David Bramantyo menyesuaikan dengan

    kurikulum 2013 yang dipakai di sekolah serta penekanan pemahaman, keterampilan

    dan pendidikan karakter. Perbedaan tugas akhir peneliti dengan karya Yulius David

    Bramantyo adalah peneliti memproduksi sebuah drama radio yang bertujuan untuk

    menanamkan pendidikan karater sedangkan Yulius David Bramantyo memproduksi

    sebuah programn radio untuk anak-anak.

    Penelitian yang dilakukan oleh Erwin Sitorus dari Universitas Dian

    Nuswantoro tugas akhir berjudul “Penajaman Konflik Melalui Karakter Peran dalam

    Penulisan Sandiwara Radio” tahun 2011, dengan hasil tugas akhir yaitu sandiwara

    radio horror yang berjudul “Tangisan Malam”. Erwin sitorus dalam tugas akhirnya

    ingin menekankan pada penyampaian pesan pada konflik dalam setiap scene serta

    menonjolkan karakter agar sandiwara radionya menarik untuk didengar. Segmentasi

    dalam tugas akhir dari Erwin Sitorus adalah untuk kalangan remaja dan juga orang tua

    dan tema yang dipakai adalah cerita bertemakan horor. Perbedaan tugas akhir peneliti

    dengan karya Erwin Sitorus adalah peneliti mempunyai cerita tentang petualangan dua

    anak-anak Moli dan Pongpong dalam mempelajari apa yang ada disekitarnya, serta

    peneliti menekankan penanaman pendidikan karakter kreatif, mandiri, rasa ingin tahu,

    semangat, bertanggung jawab, dan peduli sosial.

    Penelitian yang dilakukan oleh Nur Sahid, Sukatmi Susantina dan Purwanta

    dari Instintut Seni Indonesia Yogyakarta dengan tugas akhir yang berjudul “Penciptaan

    Drama Radio “Ratu Adil: Prahara Tegalrejo” Sebagai Media Pendidikan Karakter”

    tahun 2017, dengan hasil tugas akhir yaitu drama radio yang berjudul “Ratu Adil:

    Prahara Tegalrejo”. Nur Sahid, Sukatmi Susantina dan Purwanta dalam tugas akhirnya

  • 21

    ingin menciptakan drama radio yang bersumber pada perjuangan Pangeran Diponegoro

    serta ingin mengatualisasi nilai-nilai semangat perjuangan, nasionalisme, keberanian

    dan kerendahan hati. Perbedaan tugas akhir peneliti degan karya Nur Sahid, Sukatmi

    Susantina dan Purwanta adalah pada tema cerita dan juga nilai yang ingin ditanamkan

    dalam cerita. Peneliti mempunyai cerita tentang petualangan dua anak-anak Moli dan

    Pongpong dalam mempelajari apa yang ada disekitarnya, serta peneliti menekankan

    penanaman pendidikan karakter kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, semangat,

    bertanggung jawab, dan peduli sosial.

  • 22

    2.5 Kerangka Pikir

    Hasil :

    Produksi Drama Radio

    “Moli Dan Pongpong – Berpetualang Di Kebun Binatang”

    (Drama Radio Untuk Penanaman Pendidikan Karakter Anak)

    Pendekatan Urai-udar Drama Radio

    Fakta :

    Kurangnya stasiun radio yang memiliki program dan bersegmen

    anak-anak.

    Masalah :

    Anak – anak tidak mendapat porsi yang cukup dalam media,

    dimana seharusnya media dalam fungsinya diwajibkan

    menjalankan fungsi pendidikan.

    Tema dan Tujuan

    Tujuan :

    Menjadikan drama radio sebagai media untuk pembelajaran dan

    untuk menanamkan pendidikan karakter pada anak-anak.

    Elemen

    dramatis

    yang baku

    Bunyi

    Dwiwicara

    dan Musik

    Solusi :

    Produksi drama radio bersegmentasi anak-anak yang bejudul “Moli

    dan Pongpong Berpetualang di Kebun Binatang”

    Penyutradaraan

    dan Pemeran

  • 23

    Radio di Indonesia berkembang secara besar seiring berjalan dengan waktu.

    Program yang dihasilkan dari sebuah radio berbagai macam, secara garis besar karena

    pendegar radio di Indonesia adalah usia remaja hingga dewasa program dalam radio

    rata-rata adalah melulu mengenai hiburan. Hal ini menjadikan pendengar golongan

    anak-anak dan juga program acara yang bernuansa pendidikan masih kurang

    mendapatkan bagian dalam radio di Indonesia. Padahal sangat disayangkan, melihat

    dari fungsi media yaitu fungsi pendidikan masih minim disiarkan secara massif kepada

    anak-anak.

    Dalam program siaran radio banyak cara yang dapat dilakukan untuk

    menjalankan fungsi pendidikan, seperti salah satunya yaitu drama radio. Drama radio

    bisa berperan untuk mengenalkan kosa kata baru, serta anak-anak bisa belajar dari

    nilai-nilai yang disisipkan. Dari permasalahn diatas, peneliti bertujuan untuk

    menciptakan drama radio untuk penanaman pendidikan karakter anak dengan

    memproduksi drama radio yang berjudul “Moli dan Pongpong Berpetualang di Kebun

    Binatang”. Dengan menggunakan pendekatan urai-udar drama radio yang dicetuskan

    oleh L Murbandono Hs, peneliti menjadikan acuan untuk menciptakan sebuah seni

    drama radio.