bab ii landasan teori 2.1 pengertian keselamatan dan

21
5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ini mempunyai banyak arti dari berbagai tokoh para ahli yang mendefinikannya. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ini dapat didefinisian sebagai bentuk implementasi atau sebuah tindakan kerja dengan tujuan untuk menyelesaikan permasalahan dalam kecelakaan kerja baik secara teori maupun kejadian langsung di suatu tempat kerja. Penerapan tersebut sangat penting agar dapat terlaksananya kegiatan program (K3) baik dari pekerja ataupun dari peralatan dan mesin lainnya agar terhindar dari kecelakaan kerja yang tidak diinginkan, sehingga dapat menjamin pekerja tidak terkena dampaknya ataupun dari perusahaan dan pekerjaan dapat terlaksana dengan sempurna (Setiono, 2017). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan sebuah pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan tenaga kerja dan manusia pada umumnya (baik jasmani maupun rohani), hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil, makmur dan sejahtera. Sedangkan kalau ditinjau dari bidang keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai ilmu pengentahuan dan penerapannya dalam upaya untuk mencegah kecelakaan, peledakan, kebakaran, pencemaran, penyakit, dan sebagainya. (Darmastuti, 2010) kecelakaan kerja merupakan hasil dari tindakan dan kondisi tidak aman, dan kedua hal tersebut kemudian akan tergantung pada seluruh macam faktor. Gabungan dari berbagai faktor inilah dalam kaitan urutan tertentu akan mengakibatkan terjadinya kecelakaan. Setiap perubahan pada urutan - urutan, ataupun menghilangkan salah satu faktor dalam rangkaian kecelakaan, biasanya akan dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja (Dauly, 2010). 2.1.1 Tujuan Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1) Pada program penerapan (K3) ini juga memilik tujuan berdasarkan pokok permasalahan yang ada di sebuah tempat kerja ataupun pada dunia industri lainnya. Menurut Setiono, (K3) ini memiliki beberapa penerapan tujuan

Upload: others

Post on 02-Apr-2022

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan

5

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ini mempunyai banyak arti dari

berbagai tokoh para ahli yang mendefinikannya. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) ini dapat didefinisian sebagai bentuk implementasi atau sebuah tindakan kerja

dengan tujuan untuk menyelesaikan permasalahan dalam kecelakaan kerja baik

secara teori maupun kejadian langsung di suatu tempat kerja. Penerapan tersebut

sangat penting agar dapat terlaksananya kegiatan program (K3) baik dari pekerja

ataupun dari peralatan dan mesin lainnya agar terhindar dari kecelakaan kerja yang

tidak diinginkan, sehingga dapat menjamin pekerja tidak terkena dampaknya

ataupun dari perusahaan dan pekerjaan dapat terlaksana dengan sempurna (Setiono,

2017). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan sebuah pemikiran dan

upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan tenaga kerja dan manusia pada

umumnya (baik jasmani maupun rohani), hasil karya dan budaya menuju

masyarakat adil, makmur dan sejahtera. Sedangkan kalau ditinjau dari bidang

keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai ilmu

pengentahuan dan penerapannya dalam upaya untuk mencegah kecelakaan,

peledakan, kebakaran, pencemaran, penyakit, dan sebagainya. (Darmastuti, 2010)

kecelakaan kerja merupakan hasil dari tindakan dan kondisi tidak aman, dan

kedua hal tersebut kemudian akan tergantung pada seluruh macam faktor.

Gabungan dari berbagai faktor inilah dalam kaitan urutan tertentu akan

mengakibatkan terjadinya kecelakaan. Setiap perubahan pada urutan - urutan,

ataupun menghilangkan salah satu faktor dalam rangkaian kecelakaan, biasanya

akan dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja (Dauly, 2010).

2.1.1 Tujuan Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1) Pada program penerapan (K3) ini juga memilik tujuan berdasarkan pokok

permasalahan yang ada di sebuah tempat kerja ataupun pada dunia industri

lainnya. Menurut Setiono, (K3) ini memiliki beberapa penerapan tujuan

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan

6

diantaranya sebagai berikut : Meninggikan derajat pekerja terkait program

(K3) mereka agar dapat menjamin dalam kesejahteraan hidup para pekerja

seperti buruh, petani ,pegawai negeri, dan pekerja lainnya.

2) Sebagai tempat untuk meninggikan atau menambahkan dengan melihat

produktivitas kerja tiap manusia yang memiliki faktor tertentu selama

kegiatan proses produksi berlangsung.

3) Dapat terlindunginya keselamatan bagi pekerja di suatu tempat kerja dan

mejamin kesejahteraan pekerja agar terhindar dari kejadian kecelakaan kerja

yang tidak diinginkan.

2.1.2 Faktor – Faktor Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Banyak berbagai macam faktor yang memiliki dampak pengaruh besar atas

terlaksanakannya proses produksi dengan maksimal, berikut diantaranya faktor

yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja (Setiono, 2017) :

a. Lingkungan Kerja Fisik

Pada faktor ini banyak kecelakaan kerja yang terjadi akibat mulai dari faktor:

penempatan suatu benda pada area kerja tertentu yang sering lalai tidak adanya

pemasangan rambu terkait bahaya yang ditimbulkan pada area tempat kerja tersebut

khususnya area yang memang jauh dari pemikiran, pemberian alat safety bagi

pekerja yang khususnya memang pekerja tersebut bekerja pada area proses

produksi yang berhubungan langsung dengan alat berat yang memiliki tingkat

resiko mengalami cidera yang tinggi.

b. Lingkungan Sosial Psikologis

Pada faktor ini ada beberapa faktor juga diantaranya: pemberian jaminan asuransi

bagi pekerja yang terkena kecelakan kerja agar segera mungkin cepat ditangani

tanpa adanya keresahan dari pihak yang bersangkutan, memperlakukan adil

terhadap semua pekerja tanpa membedakan status pekerja tersebut, memberikan

tunjangan pensiun kepada pekerja agar pekerja di saat masa mendatang dapat dengan

nyaman saat sudah tidak bekerja pada tempat kerja tersebut dan dapat dijadikan

modal berusaha untuk memenuhi kehidupannya.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan

7

2.2 Human Error

Human Error adalah kesalahan seseorang dalam mengambilan sebuah

keputusan kerja dari sikap seseorang tersebut dalam mengambil keputusan kerja

yang dapat berpengaruh terhadap produktivitas kinerja seseorang tersebut (Setiono,

2017). Beberapa hal yang dapat berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan kerja

akibat kesalahan human error diantaranya faktor dari individu itu sendiri, dan

faktor dari lingkungan kerja secara situasional. Untuk kejadian akibat human error

ini dapat digolongkan menjadi beberapa klasifikasi serta memberikan penjelasan

kecelakaan kerja tersebut digolongkan kedalam klasifikasi mana dan dapat

memberikan solusi terbaik dari kejadian yang ditimbulkan diantaranya (Dhillon,

2007) :

a. Kesalahan yang diakibatkan dari tiap individu yang lalai dalam

melakukan suatu pekerjaan.

b. Kesalahan yang diakibatkan karena pada saat melakukan pekerjaan tidak

sesuai dengan standar kriteria yang ditetapkan.

c. Kesalahan yang diakibatkan dalam pemberian urutan dalam rancangan

sistem kerja yang tidak terlaksana sesuai dengan urutan tersebut.

d. Kesalahan yang diakibatkan gagalnya seorang pekerja dalam melakukan

pekerjaanna pada kondisi tertentu.

2.3 HAZOP (Hazard and Oprability Study)

2.3.1 Pengertian HAZOP

HAZOP adalah studi keselamatan yang sistematis, berdasarkan pendekatan

sistemik ke arah penilaian keselamatan dan proses pengoperasian peralatan yang

kompleks, atau proses produksi (Kotek, dkk. 2012). Tujuannya untuk

mengidentifikasi kemungkinan bahaya yang muncul dalam fasilitas pengelolaan di

perusahaan menghilangkan sumber utama kecelakaan, seperti rilis beracun, ledakan

dan kebakaran (Dunjo, dkk 2009). HAZOP itu sendiri secara sistematis bekerja

dengan mencari berbagai faktor penyebab (cause) yang memungkinkan timbulnya

kecelakaan kerja namun dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa seperti

keadaan yang tidak aman, tindakan pekerja yang tidak aman,

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan

8

maupun kondisi fisik pekerja (Juniani, dkk 2008). Untuk itu, potensi bahaya

(hazard) yang muncul harus segera diidentifikasi dan dikendalikan. Metode

Hazard and Operability Study melalu perangkingan OHS Risk Assessment and

Control dapat diterapkan pada perusahaan dengan tujuan untuk membantu

perusahaan dalam mengidentifikasi potensi bahaya serta dapat mengetahui

rekomendasi perbaikan yang tepat untuk potensi bahaya tersebut sehingga angka

kemunculan kecelakaan kerja di perusahaan dapat menurun (Munawir, 2010).

Munawir (2010) mendefinisikan HAZOP berasal dari kata hazard dan

operability studies sebagai berikut:

1. Hazard

Kondisi fisik yang berpotensi menyebabkan kerugian, kecelakaan, bagi manusia,

dan atau kerusakan alat, lingkungan atau bangunan.

2. Operability Study

Beberapa bagian kon disi operasi yang sudah ada dan dirancang namun

kemungkinan dapat menyebabkan shutdown/ menimbulkan rentetan insiden yang

merugikan perusahaan.

Tujuan penggunaan HAZOP sendiri adalah untuk meninjau suatu proses atau

operasi pada suatu sistem secara sistematis untuk menentukan apakah proses

penyimpangan dapat mendorong kearah kejadian atau kecelakaan yang

tidakdiinginkan.HAZOP secara sistematis mengidentifikasi setiap kemungkinan

penyimpangan (deviation) dari kondisi operasi yang telah ditetapkan dari suatu plant,

mencari berbagai faktor penyebab (cause) yang memungkinkan timbulnya kondisi

abnormal tersebut, dan menentukan konsekuensi yang merugikan sebagai akibat

terjadinya penyimpangan serta memberikan rekomendasi atau tindakan yang dapat

dilakukan untuk mengurangi dampak dari potensi risiko yang telah berhasil

diidentifikasi (Munawir, 2010).

Menurut (Juniani, dkk 2008), tujuan penggunaan Hazop adalah untuk meninjau

suatu proses atau operasi pada suatu sistem secara sistematis, untuk menentukan

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan

9

apakah proses penyimpangan dapat mendorong kearah kejadian atau kecelakaan yang

tidak diinginkan. Hasil pemaparan dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

tujuan dari Hazop adalah suatu metode yang digunakan dengan tujuan untuk meninjau

sebuah proses atau operasi pada suatu sistem pekerjaan secara sistematis dan untuk

mengidentifikasi penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dapat mendorong ke hal-

hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan kerja. Berikut istilah – istilah terminologi

yang dipakai untuk mempermudah pelaksanaan Hazop antara lain sebagai berikut:

1. Deviation (Penyimpangan). Adalah kombinasi yang sedang diterapkan.

(merupakan gabungan dari guide words dan parameters).

2. Cause (Penyebab). Adalah penyebab yang kemungkinan besar akan

mengakibatkan terjadinya penyimpangan.

3. Consequence (Akibat/konsekuensi). Adalah suatu akibat dari suatu kejadian

yang biasanya diekspresikan sebagai kerugian dari suatu kejadian atau resiko.

Dalam menentukan consequence tidak boleh melakukan batasan kerena hal

tersebut bias merugikan pelaksanaan penelitian.

4. Safeguards (Usaha Perlindungan). Adanya perlengkapan pencegahan yang

mencegah penyebab atau usaha perlindungan terhadap konsekuensi kerugian akan

didokumentasikan pada kolom ini. Safeguards juga memberikan informasi pada

operator tentang pemyimpangan yang terjadi dan juga untuk memperkecil akibat.

5. Action (Tindakan yang Dilakukan). Apabila suatu penyebab dipercaya akan

mengakibatkan konsekuensi negatif, harus diputuskan tindakantindakan apa yang

harus dilakukan. Tindakan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu tindakan yang

mengurangi atau menghilangkan penyebab dan tindakan yang menghilangkan

akibat (konsekuensi). Sedangkan apa yang terlebih dahulu diputuskan, hal ini tidak

selalu memungkinkan, terutama ketika berhadapan dengan kerusakan peralatan.

Namun, pertamatama selalu diusahakan untuk menyingkirkan penyebabnya, dan

hanya dibagian mana perlu mengurangi konsekuensi.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan

10

6. Node (Titik Studi). Merupakan pemisahan suatu unit proses menjadi beberapa

bagian agar studi dapat dilakukan lebih terorganisir. Titik studi bertujuan untuk

membantu dalam menguraikan dan mempelajari suatu bagian proses.

7. Severity. Merupakan tingkat keparahan yang diperkirakan dapat terjadi.

8. Likelihood. Adalah kemungkinan terjadinya konsekwensi dengan sistem

pengaman yang ada.

9. Risk atau resiko merupakan kombinasi atau kemungkinan likehood dan saverty

10. Tujuan desain. Tujuan desain diharapkan menggambarkan bagaimana proses

dilakukan pada node (titik studi). Digambarkan secara kualitatif sebagai aktivitas

(misalnya: reaksi, sedimentasi dsb) dan atau dengan kuantitatif dalam parameter

proses seperti suhu, laju alir, tekanan, komposisi dan lain sebagainya.

2.3.2 Jenis – Jenis Hazard

Dalam ruang atau ditempat kerja biasanya terdapat faktor-faktor yang menjadi

sebab penyakit akibat kerja atau potensi bahaya menurut (Suma’mur 1981)

1. Golongan fisik, seperti :

a. Suara, yang bisa menyebabkan pekak atau tuli.

b. Radiasi sinar-sinar Ro atau sinar-sinar radioaktif, yang menyebabkan antara

lain penyakit susunan darah dan kelainan-kelainan kulit. Radiasi sinar inframerah

bisa menyebabkan katarak pada lensa mata, sedangkan sinar ultraviolet menjadi

sebab conjuctivitis photoelectrica.

c. Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan heat stoke, heat cramps atau hyperpyrexi,

sedangkan suhu-suhu yang rendah antara lain menimbulkan frostbite.

d. Tekanan yang tinggi menyebabkan caisson disease.

e. Penerangan lampu yang kurang baik misalnya menyebabkan kelainan pada indera

penglihatan atau kesilauan yang memudahkan terjadinya kecelakaan.

2. Golongan kimia, seperti :

a. Debu yang menyebabkan pneumoconioses, diantaranya: silicos, asbestosis dan

lain-lain.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan

11

b. Uap yang diantaranya menyebabkan metal fume fever, dermatitis atau keracunan.

c. Gas, misalnya keracunan oleh CO, H2S dan lain-lain.

d. Larutan, yang misalnya menyebabkan dermatitis.

e. Awan atau kabut, misalnya racun serangga (insecticides), racun dan lain-lain

yang menimbulkan keracunan.

3. Golongan fisiologis, yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan konstruksi mesin,

sikap badan kurang baik, salah cara melakukan pekerjaan dan lain- lain yang

kesemuanya menimbulkan kelelahan fisik, bahkan lambat laun perubahan fisik

pekerja.

4. Golongan mental-psikologi, hal ini terlihat misalnya pada hubungan kerja yang

tidak baik, atau misalnya keadaan membosankan monoton.

Menurut (Ramli, 2010), jenis bahaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Bahaya Mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak dengan

gaya mekanika baik yang digerakan secara manual maupun dengan penggerak.

Misalnya mesin gerinda, bubut, potong, press, tempa, pengaduk, dan lain-lain.

2. Bahaya Listrik adalah sumber bahaya yang berasal dari energi listrik. Energi listrik

dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran,sengatan listrik, dan

hubungan singkat. Lingkungan di sekitar tempat kerja banyak ditemukan bahaya

listrik, baik dari jaringan listrik, maupun peralatan kerja atau yang menggunakan

energi listrik.

3. Bahaya Fisis Bahaya yang berasal dari faktor fisis yakni kebisingan, tekanan,

getaran, suhu panas atau dingin, cahaya atau penerangan, dan radiasi dari bahan

radioaktif.

4. Bahaya Biologi Pada beberapa lingkungan kerja terdapat bahaya yang bersumber

dari unsur biologis seperti flora dan fauna yang terdapat pada lingkungan kerja.

Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri makanan, farmasi, pertanian, dan

kimia, pertambangan, minyak dan gas bumi.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan

12

5. Bahaya Kimia Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan

sifatdan kandunganya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahaya kimiawi seperti

keracunan, Iritasi, Kebakaran, dan polusi atau pencemaran lingkungan.

Menurut (Suma’mur 1981), jenis-jenis faktor bahaya yang dapat memapar tenaga

kerja adalah:

1. Faktor bahaya kimiawi yaitu gas, uap, debu, fume, mist, asap, kabut, dan smog.

2. Faktor bahaya fisik antara lain: panas, bising, getaran, pencahayaan, yang kurang,

radioaktif gelombang elektromagnetik seperti microwave, laser, radar, gelombang

radio, sinar ultra violet, dan sinar inframerah.

3. Faktor bahaya biologis antara lain: virus, vaksin, jamur (fungi), amuba, bakteri,

dan baksil.

4. Faktor bahaya mekanik adalah bagian-bagian yang berputar-putar atau bergerak

tanpa pengaman (machne guarding), bejana tekan tanpa keran pengaman (safety

valve), dan boiler tanpa katup pengaman.

5. Faktor bahaya fatal kerja/alat kerja antara lain: alat-alat kerja tidak sesuai dengan

sifat, karakteristik dan ukuran antropometri tenaga kerja atau tidak ergonomis.

6. Faktor bahaya psikologis atau kejiwaan antara lain: hubungan antara atasan dan

bawahan serta antara teman sekerja tidak serasi sehingga timbul stres dan

ketegangan jiwa.

2.3.3 Langkah - Langkah Hazop

Menurut Restuputri dan Sari (2015), langkah-langkah metode Hazop yang

dapat dilakukan pada penelitian ini ialah sebagai berikut :

1. Survei Pendahuluan, bertujuan untuk mengetahui kondisi sebenarnya pada

area produksi dengan melakukan wawancara kepada HRD dan karyawan

terhadap masalah yang sedang dihadapi perusahaan khususnya K3

2. Studi literatur, dimaksudkan untuk mempermudah dalam mempelajari teori

dan ilmu pengetahuan yang relavan dengan konsentrasi masalah yang ada

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan

13

3. Identifikasi masalah, bertujuan sebagai pencari titik-titik tertentu yang

menjadi pusat timbulnya hazard (bahaya) yang menyebabkan kecelakaan

4. Perumusan masalah, berupa identifikasi bahaya pada kondisi sebenarnya

5. Tujuan penelitian, berisikan hasil akhir yang diharapkan selaras dengan latar

belakang dan perumusan masalah

Menurut Ashfal (2009) dalam Restuputri dan Sari (2015), langkah-langkah

yang dilakukan pada tahap pengumpulan dan pengolahan data adalah sebagai

berikut :

1. Mengetahui urutan proses yang ada pada produksi

2. Mengidentifikasi adanya potensi bahaya pada area produksi kaca dari

departemen awal sampai departemen akhir dengan mengamati adanya segala

penyimpangan yang terjadi sehingga mampu menyebabkan kecelakaan kerja

dilakukan dengan cara observasi lapangan secara langsung.

3. Melengkapi kriteria yang ada pada HAZOP worksheet dengan urutan sebagai

berikut:

a. mengklasifikasikan potensi bahaya yang ditemukan (sumber potensi

bahaya dan frekuensi temuan potensi bahaya).

b. mendeskripsikan deviation atau penyimpangan yang terjadi selama

proses operasi.

c. mendeskripsikan penyebab terjadinya (cause).

d. mendeskripsikan yang dapat ditimbulkan dari penyimpangan tersebut

(consequences).

e. menentukan action atau tindakan sementara yang dapat dilakukan.

f. menilai risiko (risk asessment) yang timbul dengan mendefinisikan

kriteria Likelihood dan Consequences (severity). Kriteria likelihood yang

digunakan adalah frekuensi dimana dalam perhitungannya secara

kuantitatif berdasarkan data perusahaan selama pada tahun 2013. Kriteria

consequences (severity) yang digunakan adalah akibat yang akan diterima

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan

14

pekerja yang didefinisikan secara kualitatif dan mempertimbangkan hari

kerja yang hilang.

4. Melakukan perangkingan dari potensi bahaya yang telah diidentifikasi

menggunakan worksheet HAZOP dengan memperhitungkan likelihood dan

consequences, kemudian menggunakan risk matrix untuk mengetahui

prioritas potensi bahaya yang harus diberi prioritas untuk diperbaiki.

5. Analisis dan pembahasan, dengan menjabarkan sumber-sumber dan akar

penyebab dari permasalahan yang mengakibatkan kecelakaan kerja maupun

ganggun proses itu terjadi. Adapun langkah-langkah dalam analisis dan

pembahasan ini adalah:

a. melakukan analisis terhadap akar penyebab terjadinya kecelakaan kerja

maupun gangguan proses kerja yang terjadi.

b. melakukan analisis penilaian risiko sehingga diperoleh rekomendasi

perbaikan yang sesuai bahkan dapat diterapkan pada objek penelitian

tersebut.

6. Rekomendasi dan Rancangan Perbaikan, dilakukan dengan perancangan

perbaikan proses yang didapati pada titik-titik tertentu yang dapat menimbulkan

bahaya kecelakaan kerja pada PT. Mayatama Manunggal Sentosa untuk

mengurangi bahkan menghilangkan bahaya tersebut.

7. Kesimpulan dan Saran, untuk menemukan jawaban dari semua permasalahan

yang diangkat dalam penelitian ini. Berdasarkan dengan hasil pengambilan

kesimpulan maka dapat diberikan saran ataupun beberapa masukan usulan

perbaikan dalam upaya meningkatkan kinerja dan produktifitas perusahaan.

2.4 Pengertian Resiko

Setiap melakukan suatu pekerjaan pastinya memiliki penyebab resiko yang

ditimbulkan atas terjadinya suatu permasalahan. Resiko sendiri memiliki pengertian

kemungkinan terjadinya suatu permasalahan ataupun sumber dari bahaya yang

ditimbulkan akibat dari beberapa faktor pada lingkungan kerja sekitar yang berdampak

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan

15

dapat timbulnya suatu kecelakaan kerja dengan tingkat keparahan beragam yang

menyangkut aspek beragam mulai dari aspek lingkungan kerja sekitar, dari faktor

manusia yang bekerja pada ruang lingkup tersebut, dan faktor lainnya (Setiono, 2017).

2.4.1 Jenis Resiko

Untuk resiko yang ditimbulkan ini juga memiliki beberapa jenis yang harus

diperhatikan agar dapat terlaksananya program (K3) diantaranya:

1) Resiko dengan tingkat keparahan resiko tersebut sudah diketahui penyebabnya

yaitu: pada resiko ini telah diberikan instruksi sebelumnya dan sudah dilakukannya

evaluasi kerja terhadap tiap kerjanya dan sumber kerja yang kurang valid

seperti,tidak pastinya tanggal pelaksanaan yang kurang valid, syarat serta arsip

dokumentasi lainnya yang kurang.

2) Resiko dengan tingkat yang dapat diramalkan terkait dengan pihak yang berkaitan

tentang adanya pergantian staff yang kurang sesuai dengan harapan dari perusahaan,

antara pihak dari perusahaan dengan konsumen melakukan komunikasi yang kurang

baik

3) Resiko dengan tingkat keparahan resiko ini tidak dapat diketahui penyebabnya dan

sulit dilakukannya identifikasi evaluasi pada proses sebelumnya.

2.4.2 Manajemen Resiko dan Tahapan Manajemen Resiko

Manajemen resiko adalah tahapan dimana pada pihak tertentu berusaha

melakukan upaya dalam mencegah agar terjadinya kecelakaan kerja pada suatu tempat

kerja dapat dikurangi agar tidak membawa dampak negatif pada perusahaan dan

konsumen dapat terpenuhi semua kebutuhan akan kebutuhan dalam pembangunan

infrastruktur yang mereka butuhkan (Setiono, 2017). Pada proses manajemen resiko

ini juga memiliki beberapa tahapan diantaranya :

1) Melakukan identifikasi terkait dengan potensi bahaya resiko apa saja yang nantinya

timbul dan dapat menyebabkan terjadinya potensi terjadi kecelakaan kerja.

2) Melakukan penempatan dari penggunaan skala bahaya yang nantinya diterapkan

pada tiap bahaya kerja agar tiap terjadi kecelakaan kerja dapat segera diatasi dengan

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan

16

ukuran skala kecelakaan tersebut tergolong kecelakaan ringan atau berat agar dapat

segera mungkin diatasi untuk tiap kejadiannya sesuai dengan skalanya.

2.4.3 Penilaian Resiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1. Analis Resiko

Berdasarkan daftar bahaya dari hasil identifikasi bahaya, dilakukan

analisa atau penilaian resiko. Analisa resiko adalah untuk menentukan besarnya

suatu resiko yang di cerminkan dari kemungkinan dan keparahan yang

ditimbulkannya. Analisa risiko dimaksudkan untuk menentukan besarnya suatu

risiko dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya dan besar akibat yang

ditimbulkannya. Berdasarkan hasil analisa akan dapat ditentukan peringkat risiko

sehingga dapat dilakukan pemilahan risiko yang memiliki dampak besar terhadap

perusahaan dan risiko yang ringan atau dapat diabaikan (Ramli, 2010).

2. Teknik Analisa Risiko

a) Teknik kualitatif

Metode kualitatif menggunakan matrik risiko yang menggambarkan

tingkat dari kemungkinan dan keparahan suatu kejadian yang dinyatakan

dalam bentuk rentang dari risiko paling rendah sampai risiko tertinggi. Metode

ini bersifat kasar, karena tidak jelas perbedaan antara tingkat risiko rendah,

medium atau tinggi. Hanya sekedar kata-kata sehingga pembaca atau pihak

terkait masih harus mereka-reka dan menafsirkannya sendiri menurut persepsi

masing-masing.Menuruut standart AS/NZS 4360, kemungkin atau likelihood

diberi rentang anatara suatau resiko yang jarang terjadi sampai dengan resiko

yang dapat terjadi setiap saat. Untuk keparahan atau consequency di

kategorikan antara kejadian yang tidak menimbulkan cedera atau hanya

kerugian kecil dan yang paling parah jika dapat menimbulkan kejadian fatal

(meninggal dunia) atau kerusakan besar terhadap aset perusahan.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan

17

Tabel 2.1 Ukuran Kualitatif dari likehood menurut Standart AS/NZS 4360

Level Descriptor Uraian

A Almost Certain Dapat terjadi setiap saat

B Likely Kemungkinan terjadi sering

C Possible Dapat terjadi sekali-sekali

D Unlikely Kemungkinan terjadi jarang

Sumber : Manajemen Resiko, (Ramli, 2010)

Tabel 2.2 Ukuran Kualitatif consequency menurut Standar AS/NZS 4360

Level Descriptor Uraian

1 Insignifant Tidak terjadi cedera, kerugian finansial

kecil

2 Minor Cedera ringan, kerugian finansial sedang

3 Moderate Cedera sedang, perlu penanganan medis,

kerugian finansial besar

4 Major Cedera berat lebih dari satu orang,

kerugian besar, gangguan produksi

5

Catastropic

Fatal lebih dari satu orang, kerugian

sangat besar dan dampak luas yang

berdampak panjang, terhentinya seluruh

kegiatan

Sumber : Manajemen Resiko, (Ramli,2010)

Rijanto (2011) dalam bukunya Pedoman Pencegahan Kecelakaan di Industri,

membagi ukuran kualitatif Kemungkinan (Probability) dalam 3 tingkatan kriteria dan

kriteria Keparahan (Hazard Effect) dibagi dalam 5 tingkatan.

Tabel 2.3 Kriteria Kemungkinan (Probability)

Kriteria Kejadian

HIGH

Suatu kejadian yang terjadi berulang-ulang (setiap hari, setiap

shift), dan diidentifikasikan sebagai sesuatu yang dapat

menimbulkan masalah. Kemungkinannya lebih dari 1 dalam 10

kejadian

MEDIUM

Suatu kejadian yang sering terjadi tapi dengan kekerapan yang

lebih jarang (setiap bulan, kuartal) dan diidentifikasikan

sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan masalah.

Kemungkinannya 1 dalam 10 sampai dengan 1 dalam 1000

kejadian, kadang-kadang terjadi.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan

18

LOW

Suatu kejadian yang sangat jarang terjadi (setiap tahun atau

bahkan kurang) tapi tetap diidentifikasikan sebagai sesuatu

yang dapat menimbulkan masalah. Kemungkinannya 1 dalam

lebih dari 1000

kejadian.

VERY HIGH

Fatal banyak

Kerusakan besar fasilitas > $ 5.000.000

Pencemaran lingkungan 1.000 – 10.000 bbl cairan

HIGH

Fatal tunggal

Kerusakan cukup parah $ 500.000 - $ 5.000.000

Pencemaran lingkungan lebih dari 100 bbl cairan

MEDIUM

Cacat permanen

Kerusakan menengah > $ 100.000 - $ 500.000

Pencemaran lingkungan 15 – 100 bbl cairan

LOW

Cedera ringan

Kerusakan menengah $ 10.000 - $ 100.000

Sedikit pencemaran lingkungan 1 – 15 bbl cairan

VERY LOW

Pertolongan pertama ringan

Kerusakan ringan fasilitas < $ 10.000

Pencemaran lingkungan ringan < 1 bbl cairan

Sumber: Pedoman Pencegahan Kecelakaan di Industri (Rijanto, 2011)

b). Teknik semi kuantitatif

Metode semi kuantitatif lebih baik dalam mengungkapkan tingkat risiko

dibanding teknik kualitatif.

1. Nilai risiko digambarkan dalam angka numerik. Namun nilai ini tidak bersifat

absolut. Misalnya: risiko A bernilai 2 dan risiko B bernilai 4. Dalam hal ini,

bukan berarti risiko B secara absolut dua kali lipat dari risiko A.

2. Dapat menggambarkan tingkat risiko lebih konkrit dibanding metode kualitatif.

c). Teknik kuantitatif

Analisa risiko kuantitatif menggunakan perhitungan probabilitas kejadian atau

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan

19

konsekuensinya dengan data numerik dimana besarnya risiko tidak berupa peringkat

seperti pada metode semi kuantitatif. Besarnya risiko lebih dinyatakan dalam angka

seperti 1, 2, 3, atau 4 yang mana 2 mengandung arti risikonya dua kali lipat dari 1.

Oleh karena itu hasil perhitungan kuantitatif akan memberikan data yang lebih

akurat mengenai suatu risiko dibanding metode kualitatif atau semi kuantitatif.

Namun demikian perhitungan secara kuantitatif membutuhkan dukungan data dan

informasi yang mendalam (Ramli, 2010). Peringkat Risiko Dari data tersebut

selanjutnya dikembangkan matrik atau peringkat risiko yang mengkombinasikan

antara kemungkinan dan keparahannya. Untuk itu berbagai perusahaan atau

organisasi mengembangkan peringkat risiko sesuai kebutuhan dan kondisinya

masing-masing. Salah satu diantaranya adalah standar AS/NZS 4360 yang membuat

peringkat risiko sebagai berikut:

E : Risiko Sangat Tinggi – Extreme Risk

H : Risiko Tinggi – High Risk

M : Risiko Sedang – Moderate Risk

L : Risiko Rendah – Low Risk (Ramli,2010).

Tabel 2.4 Risk Matrik Peringkat Risiko

Sumber: Manajemen Risiko, (Ramli, 2010)

Menurut Rijanto (2011), setelah menentukan besarnya Probability dan

Hazard Effect, langkah selanjutnya adalah menentukan pringkat/tingkatan risiko

dengan memperhitungkan kemungkinan dan efek yang kemudian akan membantu

Likelihood Consequence

1 2 3 4 5

A H H E E E

B M H H E E

C L M H E E

D L L M H E

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan

20

dalam mengevaluasi risiko dan prioritasnya. Tabelnya adalah sebagai berikut:

Tabel 2.5 Tingkatan Risiko (Risk Level)

Keparahan

(Hazard Effect)

Kemungkinan (Probability)

HIGH MEDIUM LOW

VERY HIGH H15 H14 H11

HIGH H13 H12 H10

MEDIUM H9 M8 M4

LOW M7 M6 L2

VERY LOW M5 L3 L1

Sumber: Pedoman Pencegahan Kecelakaan di Industri (Rijanto, 2011)

1.Evaluasi Risiko

Tahapan berikutnya setelah melakukan analisa risiko adalah melakukan

evaluasi terhadap suatu risiko apakah risiko tersebut dapat diterima atau tidak. Ada

berbagai pendekatan dalam menentukan prioritas risiko antara lain berdasarkan

standar Australia 10014b yang menggunakan tiga kategori risiko yaitu:

a) Secara umum dapat diterima (generally acceptable)

b) Dapat ditolerir (tolerable).

c) Tidak dapat diterima (generally unacceptable

Dalam pembagian ini diperkenalkan konsep mengenai ALARP (As Low As

Reasonably Practicable) yang menekankan pengertian tentang “practicable” atau

praktis untuk dilaksanakan. Praktis untuk dilaksanakan artinya pengendalian risiko

tersebut dapat dikerjakan atau dilaksanakan dalam konteks biaya, manfaat,

interaksi dan operasionalnya (Ramli, 2010). Kriteria risiko diperlukan sebagai

landasan untuk melakukan pengendalian bahaya dan mengambil keputusan untuk

menentukan sistem pengaman yang akan digunakan. Pada area merah (risiko tidak

dapat diterima) adanya risiko tidak dapat ditolerir, sehingga harus dilakukan

langkah pencegahan. Pada bagian hijau atau area ALARP, risiko dapat ditolerir

dengan syarat semua pengaman telah dijalankan dengan baik. Pengendalian lebih

jauh tidak diperlukan jika biaya untuk menekan risiko sangat besar sehingga tidak

sebanding dengan manfaatnya. Pada area kuning risiko sangat kecil dan secara

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan

21

umum dapat diterima dengan kondisi normal tanpa melakukan upaya tertentu

(Ramli, 2010). Sedangkan menurut Rijanto (2011), evaluasi risiko dilakukan

dengan mendefinisikan peringkat/tingkat risiko pada tindakan kontrol risiko.

Tabel 2.6 Kontrol Risiko

Sumber: Pedoman Pencegahan Kecelakaan di Industri (Rijanto, 2011

2.4.4 Pengendalian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan menentukan dalam

keseluruhan manajemen risiko. Jika pada tahapan sebelumnya lebih banyak bersifat

konsep dan perencanaan, maka pada tahap ini sudah merupakan realisasi dari upaya

pengelolaan risiko dalam perusahaan (Ramli, 2010). Setelah mengetahui tingkatan-

tingkatan dari risiko di suatu tempat kerja, maka dilakukan tindakan-tindakan

keselamatan dan kesehatan khusus untuk proyek yang dikerjakan agar tingkat

Nilai

Prioritas

Tingkat

Risiko

Tindakan Kontrol

Untuk Menurunkan Tingkat

Risiko

H15 Tindakan segera, pekerjaan tidak boleh dilakukan, potensi kerugian

yang serius. Pekerjaan harus direka ulang, atau tindakan kontrol yang

lebih jauh dilakukan untuk mengurangi risiko, kontrol ini harus

ditujukan pada penilaian menyeluruh dan disetujui sebelum pekerjaan dapat dilakukan.

H14

H13

H12 Pekerjaan mungkin dapat dilakukan dengan ijin langsung dari

Manager area setelah berkonsultasi dengan petugas ahli dan tim

penilai yang lengkap. Apabila mungkin pekerjaan direka ulang untuk

dapat mengukur bahaya yang berkaitan atau dapat mengurangi risiko

lebih jauh lagi sebelum pekerjaan dilakukan.

H11

H10

H9

M8 Pekerjaan dapat dilakukan, dengan pengawasan dan kontrol yang ketat. Sebelum pekerjaan boleh dilaksanakan otoritas harus

mengunjungi lagi area yang dinilai untuk melihat apakah risiko dapat

dikurangi lebih jauh.

M7

M6

M5

Hasil penilaian menyetujui pekerjaan dilakukan, walaupun demikian

perlu kajian ulang apakah risiko masih dapat dikurangi lebih jauh.

M4

M3

M2

L1 Tingkat risiko mengijinkan, tidak perlu kajian lebih jauh.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan

22

risiko bahaya-bahaya yang telah dianalisis level risk dapat di hilangkan atau di

turunkan menjadi resiko yang masih dalam batas-batas yang masih bisa di tolelir

(Acceptable Risk) (Rijanto, 2011). OHSAS 18001 memberikan pedoman pengendalian

risiko yang lebih spesifik untuk bahaya K3 dengan pendekatan sebagai berikut:

1. Eliminasi

2. Substitusi

3. Pengendalian Teknis (Engineering Control)

4. Pengendalian Administratif

5. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Teknik pengendalian risiko dapat dilakukan dengan dua strategi, yaitu

dengan menekan kemungkinan (Likelihood) terjadinya risiko dan menekan

keparahan/konsekuensi (consequency) akibat risiko.

1. Menekan Kemungkinan (Likelihood) Strategi pertama untuk mengendalikan

risiko adalah dengan menekan kemungkinan terjadinya (likelihood). Pengurangan

kemungkinan ini dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan yaitu secara teknis,

administratif dan pendekatan manusia.

Pendekatan teknis merupakan bentuk pengendalian bahaya berupa perbaikan atau

modifikasi ulang terhadap peralatan atau cara kerja, dan pemasangan peralatan

pengaman. Pengendalian teknis terdiri dari eliminasi, isolasi, substitusi, dan

pengendalian jarak.

Pendekatan administratif merupakan bentuk pengendalian bahaya berupa

pengendalian pajanan dengan cara pelatihan terkait keselamatan pekerja,

pengaturan shift kerja, penempatan tanda-tanda keselamatan, pemeriksaan

kesehatan, rotasi pekerjaan, aklimatisasi dan reaklimatisasi, dan pengaturan

prosedur kerja. Sedangkan pendekatan manusia merupakan bentuk pengendalian

bahaya yang dilakukan dengan pelatihan pekerja dan sosialisasi tentang bahaya di

tempat kerja, cara pengendalian, dan prosedur kerja yang aman.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan

23

2. Menekan Keparahan (Consequency Pendekatan berikutnya untuk mengendalikan

risiko adalah dengan menekan keparahan atau konsekuensi yang ditimbulkannya.

Suatu risiko kemungkinan tidak dapat dihilangkan sepenuhnya karena pertimbangan

teknis, ekonomis, atau operasi. Strategi pengendalian risiko dengan menekan

keparahan/konsekuensi dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, anatar lain

adalah dengan mengembangkan sistem tanggap darurat perusahaan untuk risiko-risiko

tertentu, penyediaan Alat Pelindung Diri (APD), serta dengan pendekatan pengalihan

risiko (risk transfer). Tanggap darurat merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan

dengan segera pada saat kejadian bencana di tempat kerja untuk menangani dampak

buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban,

harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, penyelamatan serta pemulihan

prasarana dan sarana (Ramli, 2010). Pengendalian melalui penggunaan Alat Pelindung

Diri (APD) merupakan bentuk pengendalian dengan mengunakan alat pelindung diri

berupa pelindung kepala, pelindung wajah, pelindung pendengaran, pelindung

pernafasan, pelindung tangan, pelindung kaki, dan pakaian pelindung. Perlu dilakukan

tindakan audit/pengawasan secara berkala oleh manajemen terhadap penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD) oleh pekerja dan penerapan sanksi apabila tidak digunakan.

2.5 Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian peristiwa yang dapat disebabkan dari

berbagai faktor tindakan yang dilakukan oleh seseorang dari kejadian yang kurang

berhati-hatinya dalam melakukan kerja sampai dengan melanggar sebuah aturan kerja

yang tertera pada perusahaan. Banyak peristiwa kerja juga diakibatkan oleh peristiwa

yang tidak sesuai harapan dan dapat menyebabkan pada suatu tempat kerja atau

perusahaan mengalami kerugian akibat timbulnya peristiwa tersebut (Setiono, 2017).

2.5.1 Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja

Banyak kerugian yang ditimbulkan akibat dari kecelakaan kerja yang terjadi (Setiono,

2017) :

a. Sistem yang mengalami kerusakan.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan

24

b. Pada suatu organisasi tertentu mengalami masalah.

c. Akibat terjadinya kecelakaan kerja banyak pekerja yang sering mengeluh.

d. Mengalami kecacatan atau gangguan pada organ tubuh setelah terjadi kecelakan

kerja.

e. Mengalami kematian. Dari hal-hal tersebut banyak kejadian kasus yang telah

dialami oleh beberapa orang dengan berbagai macam penyebab mulai dari:

peralatan, aturan perusahaan yang sering dilanggar dan berbagai macam bentuk

lainnya.

2.6 Pengertian APD (Alat Pelindung Diri)

Alat pelindung diri adalah dimana alat safety tubuh yang digunakan untuk

melindungi organ tubuh seseorang dalam melakukan sebuah aktifitas kerja yang dapat

memberikan keamanan organ tubuh seseorang agar terhindar dari benturan mesin

ataupun terhindar dari kecelakaan kerja yang tidak terduga lainnya dan penggunannya

agar sesuai dengan atau pedoman yang sudah tertera agar terjalannya proses produksi

dengan aman dan selamat (Setiono, 2017).

2.6.1 Jenis-Jenis APD

Alat pelindung diri ini memiliki bermacam-macam jenis kegunaan untuk safety

pada tiap organ tubuh diantaranya :

1) Safety pelindung mata

Berfungsi melindungi bagian mata saat berinteraksi dengan proses

produksi pada tiap mesin agar terhindar dari debu ataupun kabut lainnya

agar saat bekerja dapat dengan jelas melihat tiap prosesnya.

2) Safety pelindung kaki

Berfungsi melindungi bagian kaki berupa alas kaki sepatu safety sehingga

pada saat melakukan aktifitas pekerjaan kaki tersebut aman dari bahaya

tertimpa benda atau material berat.

3) Safety pelindung tangan

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan

25

Berfungsi melindungi bagian alas tangan berupa sarung tangan safety agar

ketika melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan permukaan benda

tajam dapat terhindar dari kecelakaan kerja.

4) Safety pelindung kepala

Berfungsi melindungi bagian organ tubuh atas terutama kepala agar

terhindar dari benturan atau reruntuhan sisa material yang jatuh dari atas

mesin.

5) Safety pelindung telinga

Berfungsi melindungi bagian telinga pada saat berinteraksi dengan alat

berat yang memiliki tingkat kebisingan tinggi agar telinga terhindar dari

bahaya.

6) Safety pelindung diri lainnya

Dan masih banyak safety pelindung lainnya diantaranya: adanya

pemasangan pagar pembatas area, pemasangan rambu pada tiap titik yang

sering rawan terjadi kecelakaan kerja.