bab ii landasan teori 2.1 motivasi belajar 2.1.1...

13
8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Menurut Woodworth dan Marques, (dalam Abu Ahmadi 2010), motif adalah suatu tujuan jiwa yang mendorong individu untuk aktivitas-aktivitas tertentu dan untuk tujuan-tujuan tertentu terhadap situasi di sekitarnya. Sedangkan menurut Jeanne Ellis Ormord (2008), motivasi adalah sesuatu yang menghidupkan (energize), mengarahkan dan mempertahankan perilaku; motivasi membuat siswa bergerak, menempatkan mereka dalam suatu arah tertentu, dan menjaga mereka agar terus bergerak. Menurut Woodworth dan Marques, (dalam Abu Ahmadi 2010) tugas guru dalam memberikan motivasi kepada anak ialah mengingat adanya dinamika anak dan membimbing dinamika anak. Maksudnya ialah supaya anak yang belajar dalam membentuk dinamika manusia ini tidak melalui pengalaman-pengalaman yang kurang baik. Berkaitan dengan itu, semua siswa termotivasi dalam suatu cara tertentu. Seorang siswa mungkin tertarik pada pelajaran di kelas dan mencari tugas yang menantang, berpartisipasi secara aktif dalam diskusi kelas, serta mendapatkan nilai tinggi dalam projek-projek yang ditugaskan. Siswa lainnya mungkin lebih tertarik dengan sisi sosial sekolah, sering berinteraksi dengan teman sekelas, hampir setiap hari mengikuti

Upload: nguyenduong

Post on 26-May-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5515/3/T1_132009103_BAB II.pdf · bahwa yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah dorongan

8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Motivasi Belajar

2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar

Menurut Woodworth dan Marques, (dalam Abu Ahmadi 2010),

motif adalah suatu tujuan jiwa yang mendorong individu untuk

aktivitas-aktivitas tertentu dan untuk tujuan-tujuan tertentu terhadap

situasi di sekitarnya. Sedangkan menurut Jeanne Ellis Ormord (2008),

motivasi adalah sesuatu yang menghidupkan (energize), mengarahkan

dan mempertahankan perilaku; motivasi membuat siswa bergerak,

menempatkan mereka dalam suatu arah tertentu, dan menjaga mereka

agar terus bergerak.

Menurut Woodworth dan Marques, (dalam Abu Ahmadi 2010)

tugas guru dalam memberikan motivasi kepada anak ialah mengingat

adanya dinamika anak dan membimbing dinamika anak. Maksudnya

ialah supaya anak yang belajar dalam membentuk dinamika manusia ini

tidak melalui pengalaman-pengalaman yang kurang baik. Berkaitan

dengan itu, semua siswa termotivasi dalam suatu cara tertentu. Seorang

siswa mungkin tertarik pada pelajaran di kelas dan mencari tugas yang

menantang, berpartisipasi secara aktif dalam diskusi kelas, serta

mendapatkan nilai tinggi dalam projek-projek yang ditugaskan. Siswa

lainnya mungkin lebih tertarik dengan sisi sosial sekolah, sering

berinteraksi dengan teman sekelas, hampir setiap hari mengikuti

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5515/3/T1_132009103_BAB II.pdf · bahwa yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah dorongan

9

aktivitas ekstrakurikuler, dan mungkin mencalonkan diri sebagai ketua

kelas.

Menurut Winkel, (2004) mendefinisikan bahwa motivasi belajar

adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan serta memberi arah pada kegiatan belajar.

Sedangkan menurut Sardiman, (2008) motivasi belajar adalah proses

yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya,

perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah

dan bertahan lama.

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat penulis simpulkan

bahwa yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah dorongan atau

daya penggerak dari dalam diri individu yang memberikan arah dan

semangat pada kegiatan belajar, sehingga dapat mencapai tujuan yang

dikehendaki

2.1.2 Ciri-Ciri Motivasi Belajar

Motivasi yang ada pada diri siswa sangat penting dalam kegiatan

belajar. Ada tidaknya motivasi seorang individu untuk belajar sangat

berpengaruh dalam proses aktivitas belajar itu sendiri.

Seperti dikemukakan oleh Sardiman (2008) motivasi memiliki ciri-

ciri sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam

waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak

Memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin

(tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapai).

c. Mewujudkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk

orang dewasa. (misalnya masalah pembangunan, agama, politik,

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5515/3/T1_132009103_BAB II.pdf · bahwa yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah dorongan

10

ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap

setiap tindak kriminal, amoral dan sebagainya).

d. Lebih senang bekerja mandiri

e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat

mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan

sesuatu)

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu

h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal

Jika ciri-ciri tersebut terdapat pada seorang siswa berarti siswa

tersebut memiliki motivasi belajar yang cukup kuat yang dibutuhkan

dalam aktivitas belajarnya. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan

bahwa siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar akan

menunjukkan hal-hal sebagai berikut:

(a). Keinginan mendalami materi

(b). Ketekunan dalam mengerjakan tugas

(c). Keinginan berprestasi

(d). Keinginan untuk maju

2.1.3 Aspek-Aspek Motivasi Belajar

Terdapat dua aspek dalam teori motivasi belajar yang

dikemukakan oleh Sardiman (2008), yaitu:

a. Motivasi ekstrinsik, yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan

sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi

ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti

imbalan dan hukuman. Misalnya, murid belajar keras dalam

menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik. Terdapat

dua kegunaan dari hadiah, yaitu sebagai insentif agar mau

mengerjakan tugas, dimana tujuannya adalah mengontrol

perilaku siswa, dan mengandung informasi tentang penguasaan

keahlian.

b. Motivasi instrinsik, yaitu motivasi internal untuk melakukan

sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya,

murid belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5515/3/T1_132009103_BAB II.pdf · bahwa yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah dorongan

11

pelajaran yang diujikan itu. Murid termotivasi untuk belajar saat

mereka diberi pilihan, senang menghadapi tantangan yang sesuai

dengan kemampuan mereka, dan mendapat imbalan yang

mengandung nilai informasional tetapi bukan dipakai untuk

kontrol, misalnya guru memberikan pujian kepada siswa.

Jadi aspek-aspek yang bisa digunakan untuk mengukur

motivasi belajar siswa ada dua yaitu aspek motivasi belajar

ekstrinsik dan motivasi belajar instrinsik.

2.1.4.Fungsi Motivasi Belajar

Motivasi berhubungan erat dengan suatu tujuan. Dengan demikian

motivasi dapat mempengaruhi adanya kegiatan. Dalam kaitannya

dengan belajar motivasi merupakan daya penggerak untuk melakukan

belajar.

Sardiman (2008), mengemukakan bahwa motivasi mempunyai

fungsi sebagai berikut:

a. Mendorong manusia untuk berbuat. Jadi motivasi sebagai penggerak

atau motor yang melepaskan energi motivasi dalam hal ini

merupakan motor penggerak yang akan digerakkan.

b. Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang akan dicapai.

Jadi motivasi dapat memberi arah kegiatan yang harus dikerjakan

agar sesuai dengan tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan yang harus

dikerjakan yang sesuai untuk mencapai tujuan dengan menyisihkan

perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada

dasarnya fungsi motivasi dalam belajar adalah sebagai pendorong dan

pengarah siswa pada aktifitas mereka dalam pencapaian tujuan belajar.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5515/3/T1_132009103_BAB II.pdf · bahwa yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah dorongan

12

2.2 Self Efficacy

2.2.1 Pengertian Self Efficacy

Menurut Bandura (2002) mendefinisikan self efficacy sebagai

keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk melakukan suatu

bentuk kontrol terhadap keberfungsian orang itu sendiri dan kejadian

dalam lingkungan. Bandura beranggapan bahwa keyakinan atas efikasi

seseorang adalah landasan dari agen manusia. Manusia yang yakin

bahwa mereka dapat melakukan sesuatu yang mempunyai potensi

untuk dapat mengubah kejadian dilingkungannya, akan lebih mungkin

untuk bertindak dan untuk lebih mungkin menjadi sukses dari pada

manusia yang mempunyai efikasi diri yang rendah.

Self Efficacy bukan merupakan ekspektasi dari hasil tindakan kita.

Bandura (2002) membedakan antara ekspektasi mengenai efikasi dan

ekspektasi mengenai hasil. Efikasi merujuk pada keyakinan diri

seseorang bahwa orang tersebut memiliki kemampuan untuk melakukan

suatu perilaku, sementara ekspektasi atas hasil merujuk pada prekdisi

dari kemungkinan mengenai konsekuensi perilaku tersebut. Hasil tidak

boleh digabungkan dengan keberhasilan dalam melakukan perilaku

tersebut, hasil merujuk pada konsekuensi dari perilaku, bukan

penyelesaian melakukan tindakan tersebut.

Panjares (dalam Woolfolk, 2004) menambahkan bahwa self

efficacy adalah sebuah penilaian spesifik yang berkaitan dengan

konteks mengenai kompetensi untuk mengerjakan sebuah tugas

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5515/3/T1_132009103_BAB II.pdf · bahwa yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah dorongan

13

spesifik. Woolfolk (2004) juga menyebutkan bahwa self efficacy adalah

kepercayaan mengenai kompetensi personal dalam sebuah situasi

khusus.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa self efficacy

adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuan yang dimilikinya

untuk mengorganisasikan dan bisa menampilkan perilaku performa

yang efektif sehingga bisa menyelesaikan tugas tertentu dengan baik

serta merupakan salah satu faktor personal yang menjadi perantara

antara faktor perilaku dan faktor lingkungan.

2.2.2 Fungsi Self Efficacy

Self efficacy yang dipersepsikan tidak hanya sekedar perkiraan

tentang tindakan apa yang akan dilakukan pada masa mendatang

(Bandura, 1995). Keyakinan seseorang mengenai kemampuan diri juga

berfungsi sebagai suatu determinan bagaimana individu tersebut

berperilaku, berpola pikir, dan bereaksi emosional terhadap situasi-

situasi yang sedang dialami. Keyakinan diri juga memberikan

kontribusi terhadap kualitas dari fungsi psikososial seseorang.

Bandura (1995) menjelaskan fungsi dan berbagai dampak dari

penilaian self efficacy antara lain sebagai berikut:

a. Perilaku Memilih.

Dalam kehidupan sehari-hari, individu sering kali dihadapkan

dengan pengambilan keputusan, meliputi pemilihan tindakan dan

lingkungan sosial yang ditentukan dari penilaian self-

efficacy individu. Seseorang cenderung untuk menghindar dari

tugas dan situasi yang diyakini melampaui kemampuan diri

mereka, dan sebaliknya mereka akan mengerjakan tugas-tugas yang

dinilai mampu untuk mereka lakukan. Self efficacy yang tinggi

akan dapat memacu keterlibatan aktif dalam suatu kegiatan atau

tugas yang kemudian akan meningkatkan kompetensi seseorang.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5515/3/T1_132009103_BAB II.pdf · bahwa yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah dorongan

14

Sebaliknya, self efficacy yang rendah dapat mendorong seseorang

untuk menarik diri dari lingkungan dan kegiatan sehingga dapat

menghambat perkembangan potensi yang dimilikinya.

Seseorang yang memiliki penilaian self efficacy-nya secara

berlebihan cenderung akan menjalankan kegiatan yang jelas di atas

jangkauan dengan kegagalan kemampuannya. Akibatnya dia akan

mengalami kesulitan-kesulitan yang berakhir yang sebenarnya

tidak perlu terjadi, dan hal ini bisa mengurangi kredibilitasnya.

Sebaliknya, seseorang yang menganggap rendah kemampuannya

juga akan mengalami kerugian, walaupun kondisi ini lebih seperti

memberi batasan pada diri sendiri daripada suatu bentuk

keengganan. Melalui kegagalan dalam mengembangkan potensi

kemampuan yang dimiliki dan membatasi kegiatan-kegiatannya,

seseorang dapat memutuskan dirinya dari banyak pengalaman

berharga. Seharusnya ia berusaha untuk mencoba tugas-tugas yang

memiliki penilaian yang penting, tetapi ia justru menciptakan suatu

halangan internal dalam menampilkan kinerja yang efektif melalui

pendekatan dirinya pada keraguan.

b. Usaha Yang Dilakukan dan Daya Tahan

Penilaian terhadap self efficacy juga menentukan seberapa besar

usaha yang akan dilakukan seseorang dan seberapa lama ia akan

bertahan dalam menghadapi hambatan atau pengalaman yang tidak

menyenangkan. Semakin tinggi self efficacy seseorang, maka akan

semakin besar dan gigih pula usaha yang dilakukan. Ketika

dihadapkan dengan kesulitan, individu yang memiliki self

efficacy tinggi akan mengeluarkan usaha yang besar untuk

mengatasi tantangan tersebut. Sedangkan orang yang meragukan

kemampuannya akan mengurangi usahanya atau bahkan menyerah

sama sekali.

c. Pola berpikir dan reaksi emosi.

Penilaian mengenai kemampuan seseorang juga mempengaruhi

pola berpikir dan reaksi emosionalnya selama interaksi aktual dan

terantisipasi dengan lingkungan. Individu yang menilai dirinya

memiliki self efficacy rendah, merasa tidak mampu dalam

mengatasi masalah atau tuntutan lingkungan, hanya akan terpaku

pada kekurangannya sendiri dan berpikir kesulitan yang mungkin

timbul lebih berat dari kenyataannya. Sebaliknya, individu yang

memiliki self efficacy yang tinggi akan lebih memusatkan perhatian

dan mengeluarkan usaha yang lebih besar terhadap situasi yang

dihadapinya, dan setiap hambatan yang muncul akan

mendorongnya untuk berusaha lebih keras lagi.

Self efficacy juga dapat membentuk pola berpikir kausal. Dalam

mengatasi persoalan yang sulit, individu yang memilikiself

efficacy tinggi akan menganggap kegagalan terjadi karena

kurangnya usaha yang dilakukan, sedang yang memiliki self

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5515/3/T1_132009103_BAB II.pdf · bahwa yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah dorongan

15

efficacy rendah lebih menganggap kegagalan disebabkan

kurangnya kemampuan yang ia miliki.

d. Perwujudan dari keterampilan yang dimiliki.

Banyak penelitian membuktikan bahwa self efficacy dapat

meningkatkan kualitas dari fungsi psikososial seseorang. Seseorang

yang memandang dirinya sebagai orang yang self efficacy-nya

tinggi akan membentuk tantangan-tantangan terhadap dirinya

sendiri yang menunjukkan minat dan keterlibatan dalam suatu

kegiatan. Mereka akan meningkatkan usaha jika kinerja yang

dilakukan mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan,

menjadikan kegagalan sebagai pendorong untuk mencapai

keberhasilan, dan memiliki tingkat stres yang rendah bila

menghadapi situasi yang menekan. Individu yang memiliki self

efficacy rendah biasanya akan menghindari tugas yang sulit, sedikit

usaha yang dilakukan dan mudah menyerah menghadapi kesulitan,

mengurangi perhatian terhadap tugas, tingkat aspirasi rendah, dan

mudah mengalami stress dalam situasi yang menekan.

Jadi fungsi dari adanya self efficacy bisa berdampak pada

penilaian dari self efficacy yaitu perilaku memilih, usaha yang

dilakukan dan daya tahan, pola berpikir dan reaksi emosi,

perwujudan dari keterampilan yang dimiliki.

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Self Efficacy

Keyakinan seseorang terhadap efficacy yang dimilikinya

merupakan aspek utama dari pengetahuan diri yang dimilikinya.

Keyakinan akan self-efficacy terbentuk dari empat prinsip utama, yaitu:

enactive mastery experience, vicarious experience, verbal persuasion,

phisiological and affective states (Bandura, 1995).

a. Pengalaman keberhasilan (enactive mastery experience),

berdasarkan pengalaman individu secara langsung. Individu yang

pernah memperoleh suatu prestasi, akan terdorong meningkatkan

keyakinan dan penilaian terhadap self efficacy-nya. Pengalaman

keberhasilan dan pencapaian prestasi individu ini meningkatkan

ketekunan dan kegigihan dalam berusaha mengatasi kesulitan,

sehingga dapat mengurangi kegagalan.

b. Pengalaman orang lain (vicarious experience). Pengamatan

terhadap perilaku dan pengalaman orang lain merupakan sumber

bagi proses belajar individu tersebut. Self efficacy individu akan

dapat meningkat, terutama jika ia merasa memiliki kemampuan

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5515/3/T1_132009103_BAB II.pdf · bahwa yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah dorongan

16

yang setara atau bahkan merasa lebih baik dari pada orang yang

menjadi subjek belajarnya. Ia akan mempunyai kecenderungan

merasa mampu melakukan hal yang sama. Meningkatkan self

efficacy individu ini akan dapat meningkatkan motivasi untuk

mencapai suatu prestasi. Peningkatan self efficacy ini akan menjadi

efektif jika subjek yang menjadi model tersebut mempunyai banyak

kesamaan karakteristik antara individu tersebut dengan model,

kesamaan tingkat kesulitan tugas, kesamaan situasi dan kondisi,

serta keanekaragaman yang dicapai oleh model

c. Persuasi verbal (verbal persuasion), yaitu individu yang mendapat

bujukan atau sugesti untuk percaya bahwa ia akan dapat mengatasi

masalah-masalah yang akan dihadapinya. Persuasi verbal ini dapat

mengarahkan individu untuk berusaha lebih gigih dalam mencapai

tujuan serta kesuksesannya.

d. Keadaan fisiologis dan psikologis (phisiological and affective

states), situasi yang menekan kondisi emosional dapat

mempengaruhi self efficacy. Gejolak emosi, goncangan,

kegelisahaan yang mendalam dan keadaan fisiologis yang lemah

yang dialami individu akan dirasakan sebagai suatu isyarat akan

terjadi peristiwa yang tidak diinginkan, maka situasi yang menekan

dan mengancam akan cenderung dihindari.

Jadi faktor-faktor yang bisa mempengaruhi self efficacy seseorang

adalah pengalaman keberhasilan (enactive mastery experience),

pengalaman orang lain (vicarious experience), persuasi verbal (verbal

persuasion), keadaan fisiologis dan psikologis (phsicological and

affective states).

2.2.4 Aspek-Aspek Self Efficacy

Menurut Bandura (1995) terdapat tiga aspek dari self efficacy pada

diri manusia, yaitu:

a. Tingkatan (level)

Adanya perbedaan self efficacy yang dihayati oleh masing-

masing individu mungkin dikarenakan perbedaan tuntutan yang

dihadapi. Tuntutan tugas merepresentasikan bermacam-macam

tingkat kesulitan atau kesukaran untuk mencapai performansi

optimal. Jika halangan untuk mencapai tuntutan itu sedikit, maka

aktivitas lebih mudah untuk dilakukan, sehingga kemudian

individu akan memiliki self efficacy yang tinggi.

b. Keadaan umum (Generality)

Individu mungkin akan menilai diri merasa yakin melalui

bermacam-macam aktivitas atau hanya dalam daerah fungsi

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5515/3/T1_132009103_BAB II.pdf · bahwa yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah dorongan

17

tertentu. Keadaan umum bervariasi dalam jumlah dari dimensi

yang berbeda-beda, diantaranya tingkat kesamaan aktivitas,

perasaan dimana kemampuan ditunjukan (tingkah laku, kognitif,

afektif), ciri kualitatif situasi, dan karakteristik individu menuju

kepada siapa perilaku itu ditujukan. Pengukuran berhubungan

dengan daerah aktivitas dan konteks situasi yang menampakan

pola tingkat generality yang paling mendasar berkisar tentang apa

yang individu susun pada kehidupan mereka.

c. Kekuatan (Strength)

Pengalaman memiliki pengaruh terhadap self efficacy yang

diyakini seseorang. Pengalaman yang lemah akan melemahkan

keyakinannya pula. Individu yang memiliki keyakinan kuat

terhadap kemampuan mereka akan teguh dalam berusaha untuk

mengenyampingkan kesulitan yang dihadapi. Berdasarkan hal-hal

di atas.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tiga aspek self efficacy yaitu

level (tingkat kesulitan tugas), generality (keadaan umum suatu

tugas), dan strength (kekuatan atau keyakinan seseorang dalam

menyelesaikan tugas).

2.2.5 Proses-Proses Self-efficacy

Bandura (1995) menguraikan proses psikologis self-efficacy dalam

mempengaruhi fungsi manusia. Proses tersebut dapat dijelaskan melalui

cara-cara dibawah ini :

a. Proses Kognitif

Dalam melakukan tugas akademiknya, individu menetapkan tujuan

dan sasaran perilaku sehingga individu dapat merumuskan tindakan

yang tepatuntuk mencapai tujuan tersebut. Penetapan sasaran

pribadi tersebut dipengaruhi oleh penilaian individu akan

kemampuan kognitifnya.

Fungsi kognitif memungkinkan individu untuk memprediksi

kejadian-kejadian sehari-hari yang akan berakibat pada masa

depan. Asumsi yang timbul pada aspek kognitif ini adalah semakin

efektif kemampuan individu dalam analisis dan dalam berlatih

mengungkapkan ide-ide atau gagasan-gagasan pribadi, maka akan

mendukung individu bertindak dengan tepat untuk mencapai tujuan

yang diharapkan. Individu akan meramalkan kejadian dan

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5515/3/T1_132009103_BAB II.pdf · bahwa yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah dorongan

18

mengembangkan cara untuk mengontrol kejadian yang

mempengaruhi hidupnya. Keahlian ini membutuhkan proses

kognitif yang efektif dari berbagai macam informasi.

b. Proses Motivasi

Motivasi individu timbul melalui pemikiran optimis dari dalam

dirinya untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan. Individu

berusaha memotivasi diri dengan menetapkan keyakinan pada

tindakan yang akan dilakukan, merencanakan tindakan yang akan

direalisasikan. Terdapat beberapa macam motivasi kognitif. yang

dibangun dari beberapa teori yaitu atribusi penyebab yang berasal

dari teori atribusi dan pengharapan akan hasil yang terbentuk dari

teori nilai-pengharapan. Self-efficacy mempengaruhi atribusi

penyebab, dimana individu yang memiliki self-efficacy akademik

yang tinggi menilai kegagalannya dalam mengerjakan tugas

akademik disebabkan oleh kurangnya usaha, sedangkan individu

dengan self-efficacy yang rendah menilai kegagalannya disebabkan

oleh kurangnya kemampuan.

Teori nilai-pengharapan memandang bahwa motivasi diatur oleh

pengharapan akan hasil (outcome expectation) dan nilai hasil

(outcome value) tersebut. Outcome expectation merupakan suatu

perkiraan bahwa perilaku atau tindakan tertentu akan menyebabkan

akibat yang khusus bagi individu. Hal tersebut mengandung

keyakinan tentang sejauhmana perilaku tertentu akan menimbulkan

konsekuensi tertentu. Outcome value adalah nilai yang mempunyai

arti dari konsekuensi-konsekuensi yang terjadi bila suatu perilaku

dilakukan. Individu harus memiliki outcome value yang tinggi

untuk mendukung outcome expectation.

c. Proses Afeksi

Afeksi terjadi secara alami dalam diri individu dan berperan dalam

menentukan intensitas pengalaman emosional. Afeksi ditujukan

dengan mengontrol kecemasan dan perasaan depresif yang

menghalangi pola-pola pikir yang benar untuk mencapai tujuan.

Proses afeksi berkaitan dengan kemampuan mengatasi emosi yang

timbul pada diri sendiri untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Kepercayaan individu terhadap kemampuannya mempengaruhi

tingkat stres dan depresi yang dialami ketika menghadapi tugas

yang sulit atau bersifat mengancam. Individu yang yakin dirinya

mampu mengontrol ancaman tidak akan membangkitkan pola pikir

yang mengganggu. Individu yang tidak percaya akan

kemampuannya yang dimiliki akan mengalami kecemasan karena

tidak mampu mengelola ancaman tersebut.

d. Proses Seleksi

Proses seleksi berkaitan dengan kemampuan individu untuk

menyeleksi tingkah laku dan lingkungan yang tepat, sehingga dapat

mencapai tujuan yang diharapkan. Ketidakmampuan individu

dalam melakukan seleksi tingkah laku membuat individu tidak

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5515/3/T1_132009103_BAB II.pdf · bahwa yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah dorongan

19

percaya diri, bingung, dan mudah menyerah ketika menghadapi

masalah atau situasi sulit. Self-efficacy dapat membentuk hidup

individu melalui pemilihan tipe aktivitas dan lingkungan. Individu

akan mampu melaksanakan aktivitas yang menantang dan memilih

situasi yang diyakini mampu menangani. Individu akan memelihara

kompetensi, minat, hubungan sosial atas pilihan yang ditentukan.

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses self-

efficacy meliputi proses kognitif, proses motivasi, proses afeksi,

dan proses seleksi.

2.3 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Dari hasil penelitian yang dilakukanTrijoko Lestyanto (2013) dengan

penelitiannya yang berjudul Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan

Motivasi Belajar Pada Siswa RSBI Kelas VIII SMP Negeri 3 Pati.

Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan

antara variabel efikasi diri dengan motivasi belajar.

Penelitian yang lain dilakukan oleh Sandi Prasetyaning Tyas (2007)

dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Antara Motivasi Belajar

Dengan Efikasi Diri pada Siswa SMK Muhammadiyah 2 Andong

Boyolali. Hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang

signifikan antara motivasi belajar dengan efikasi diri pada siswa SMK

Muhammadiyah 2 Andong Boyolali.

Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Dina Retraning (2012) dalam

penelitiannya yang berjudul Hubungan Antara Self Efficacy Dengan

Motivasi Belajar Pada Siswa SMA Laboratorium Universitas Negeri

Malang. Hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5515/3/T1_132009103_BAB II.pdf · bahwa yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah dorongan

20

signifikan antara self efficacy dengan motivasi belajar pada siswa SMA

Laboratorium Universitas Negeri Malang.

2.4 Hipotesis

Hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah: Ada

hubungan yang signifikan antara self efficacy dengan motivasi belajar

siswa kelas XI Akuntansi SMK Diponegoro Salatiga Tahun Ajaran

2013/2014.