bab ii landasan teori 2.1 2.1.1 pengertian...

12
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Vandalisme 2.1.1 Pengertian Vandalisme. Menurut Sarwono (2006) masa remaja merupakan periode yang penuh gejolak emosi tekanan jiwa sehingga remaja mudah berperilaku menyimpang dari aturan dan norma sosial yang berlaku dikalangan masyarakat. Salah satu tugas perkembangan tersulit pada masa remaja adalah menyesuaikan diri terhadap pengaruh lingkungan sosial seperti meningkatnya pengaruh teman sebaya yang akan membentuk kelompok. Kelompok teman sebaya memiliki aturan tertentu yang harus dipatuhi oleh remaja terhadap norma dengan berperilaku sama dengan kelompok tersebut. Vandalisme biasanya dilakukan oleh remaja sebagai penulisan identitas kelompok, penulisan nama orang yang disukai, penulisan kata-kata jorok, pengungkapan rasa, dsb. Tujuan dari vandalisme tersebut adalah agar nama kelompok atau individu dikenal oleh masyarakat. Menurut Lase (2003) vandalisme merupakan tindakan atau perbuatan yang mengganggu atau merusak berbagai obyek fisik dan buatan, baik milik pribadi (private properties) maupun fasilitas atau milik umum (public amenities). Vandalisme umumnya yang ditemui adalah mencorat- coret dinding, jembatan, halte bus, merusak fasilitas umum seperti telpon umum, bus, WC umum, taman, dsb.

Upload: dinhdieu

Post on 05-Mar-2018

222 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 2.1.1 Pengertian Vandalismerepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4859/3/T1... · Salah satu yang menjadi masalah lingkungan yang trend di kalangan remaja

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Vandalisme

2.1.1 Pengertian Vandalisme.

Menurut Sarwono (2006) masa remaja merupakan periode yang penuh

gejolak emosi tekanan jiwa sehingga remaja mudah berperilaku menyimpang dari

aturan dan norma sosial yang berlaku dikalangan masyarakat.

Salah satu tugas perkembangan tersulit pada masa remaja adalah

menyesuaikan diri terhadap pengaruh lingkungan sosial seperti meningkatnya

pengaruh teman sebaya yang akan membentuk kelompok. Kelompok teman

sebaya memiliki aturan tertentu yang harus dipatuhi oleh remaja terhadap norma

dengan berperilaku sama dengan kelompok tersebut. Vandalisme biasanya

dilakukan oleh remaja sebagai penulisan identitas kelompok, penulisan nama

orang yang disukai, penulisan kata-kata jorok, pengungkapan rasa, dsb. Tujuan

dari vandalisme tersebut adalah agar nama kelompok atau individu dikenal oleh

masyarakat.

Menurut Lase (2003) vandalisme merupakan tindakan atau perbuatan

yang mengganggu atau merusak berbagai obyek fisik dan buatan, baik milik

pribadi (private properties) maupun fasilitas atau milik umum (public amenities).

Vandalisme umumnya yang ditemui adalah mencorat- coret dinding, jembatan,

halte bus, merusak fasilitas umum seperti telpon umum, bus, WC umum, taman,

dsb.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 2.1.1 Pengertian Vandalismerepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4859/3/T1... · Salah satu yang menjadi masalah lingkungan yang trend di kalangan remaja

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa vandalisme merupakan

tindakan atau perilaku yang mengganggu atau merusak berbagai obyek fisik

maupun buatan, baik milik pribadi maupun fasilitas milik umum, yang berakibat

pada rusaknya keindahan dan kelestarian alam.

2.1.2 Faktor Penyebab Vandalisme Di kalangan Remaja

Salah satu yang menjadi masalah lingkungan yang trend di kalangan

remaja adalah vandalisme terhadap lingkungan fisik dan buatan. Vandalisme

disamping berdampak terhadap kerusakan lingkungan fisik dan lingkungan

buatan, juga memiliki dampak terhadap estetika dan kebersihan lingkungan.

Lase (2003) mengemukakan ada dua faktor yang menjadi pemicu

timbulnya vandalisme, yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Kedua

lingkungan di atas memiliki karakteristik permasalahan yang berbeda-beda

terhadap perilaku vandalisme yang dikemukakan sebagai berikut:

1. Lingkungan keluarga

Masalah dalam lingkungan keluarga yang memicu terjadinya tindakan

vandalisme remaja terhadap lingkungan buatan, adalah:

a. Ketidakharmonisan dalam keluarga mengakibatkan remaja

mengekspresikan perasaannya melalui tindakan vandalisme.

b. Tempat tinggal berjauhan dari sekolah, sehingga sang anak harus

berpisah dengan orang tua dan tinggal di kos, atau rumah saudara.

Perilaku anak menjadi bebas dan kurang mendapat kontrol dari

orang tua yang masih lebih ditakuti para remaja.

c. Pola asuh keluarga yang terlalu ketat atau terlalu longgar. Hal ini

terjadi sebagai ekspresi kasih orang tua yang berwujud kasihan.

Sebaliknya ketakutan orang tua akan rusak/hilangnya masa depan

anaknya sehingga menerapkan disiplin yang berlebihan. Kedua

kondisi tersebut memiliki dampak yang sama terhadap anak.

d. Kurangnya pembinaan melalui jalur agama, khususnya tentang

lingkungan hidup sebagai ciptaan Tuhan yang harus dimanfaatkan,

dipelihara dan dilestarikan.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 2.1.1 Pengertian Vandalismerepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4859/3/T1... · Salah satu yang menjadi masalah lingkungan yang trend di kalangan remaja

e. Pekerjaan orang tua (ayah dan ibu) juga memiliki pengaruh besar,

khususnya pekerjaan ibu. Kurangnya waktu ibu bersama anak-

anaknya berdampak pada perilaku anak.

f. Pendidikan orang tua (ayah dan ibu) juga memiliki pengaruh besar,

khususnya pendidikan ibu.

g. Kurangnya kebebasan anak mengekspresikan perasaannya dalam

lingkungan yang menjadi haknya, misalnya memiliki kamar

sendiri, memiliki ruang belajar sendiri, dan sebagainya barakibat

pada perilaku anak.

h. Kurangnya kesempatan bersama-sama dengan orang tua, misalnya

ibadah bersama, makan bersama dan sebagainya.

i. Tidak memiliki halaman rumah yang cukup untuk

mengekspresikan gejola pertumbuhan yang berdampak pada

tingkah laku.

2. Lingkungan sekolah

Masalah dalam lingkungan sekolah yang memicu terjadinya tindakan

vandalisme remaja terhadap lingkungan adalah:

a. Lepas kasih guru, artinya tidak mendapat perhatian dari guru dalam

proses belajar mengajar.

b. Ekspresi kejengkelan karena sering dipanggil guru, yang umumnya

berkaitan dengan tingkah laku negatif.

c. Sering berurusan dengan polisi dalam berbagai bentuk

permasalahan.

d. Tempat sekolah berpindah-pindah dengan berbagai alasan.

e. Banyaknya peluang untuk lepas setelah pulang sekolah, karena

sekolah pagi hari.

f. Senang buku eksak, umumnya mengindikasikan kemampuan

berfikir.

g. Senang buku komik, munculnya perilaku yang ditiru dari tokoh

yang diidolakan.

As’ad (2004) dalam artikel Mencermati Maraknya Vandalisme,

mengungkapkan bagi banyak remaja terutama yang haus kasih sayang dan

perhatian dari keluarga, teman sebaya merupakan orang yang paling dekat dengan

mereka. Teman sebaya sering dijadikan sandaran utama untuk mencurahkan

masalah yang sedang dihadapi, bertukar perasaan dan pengalaman. Kebersamaan

sehari-hari itulah yang menyebabkan teman sebaya mempunyai pengaruh besar

terhadap pembangunan nilai hidup bagi remaja, terutama dari segi tingkah laku

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 2.1.1 Pengertian Vandalismerepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4859/3/T1... · Salah satu yang menjadi masalah lingkungan yang trend di kalangan remaja

serta tindakan. Selain itu, remaja juga mudah terpengaruh dengan gaya hidup

negatif di kalangan teman sebaya seperti merokok, bolos sekolah, mencuri dan

juga vandalisme. Karena remaja butuh peran dalam masyarakat tetapi masyarakat

sering kurang memberikan peran yang berarti dan memberikan tempat bagi

remaja sehingga remaja menunjukkan hal-hal negatif untuk menujukkan bahwa

mereka ada. Mereka lari kepada teman yang kurang tepat dan bergabung dalam

suatu kelompok geng, dengan kelompok itulah mereka membuat suatu sikap

protes dengan melakukan hal yang kurang baik. Kalau misalnya mereka lari pada

suatu kelompok yang tepat contohnya kelompok musik maka mereka akan

melakukan hal yang baik dengan kelompok barunya tersebut.

2.1.3 Aspek-aspek Vandalisme Dalam Kehidupan Remaja

Lase (2003) mengungkapkan perilaku vandalisme yang tampak dalam

kehidupan remaja dapat dikelompokan sebagai berikut:

1. Aksi corat-coret (graffiti)

Corat-coret ini umumnya berobyekan tembok, jembatan, halte bis, bangunan,

telepon umum, wc umum dan sebagainya.

2. Memotong (cutting)

Memotong pohon, tanaman, kembang yang dijumpainya dengan berbagai

alasan.

3. Memetik (pluking)

Memetik kembang, daun dan buah tanaman orang lain tanpa alasan yang

berarti.

4. Mengambil (taking)

Barang, tanaman, aksesoris lingkungan dan sebagainya meskipun pada

hakekatnya tak bermakna untuk dimiliki, mungkin barang atau benda tersebut

terlalu besar, terlalu kuat, kurang keras, kurang dingin, terlalu aneh dan

sebagainya.

5. Merusak (destroying)

Merusak tatanan lingkungan yang sudah tersusun rapi misalnya mencongkel,

memindahkan, membuang sampah di sembarang tempat bahkan kencing di

depan rumah orang dan sebagainya.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 2.1.1 Pengertian Vandalismerepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4859/3/T1... · Salah satu yang menjadi masalah lingkungan yang trend di kalangan remaja

Berbagai bentuk vandalisme yang dikelompokkan di atas, merupakan

ekspresi seseorang atau sekelompok orang dari apa yang dialaminya.

Pengalaman yang mengekspresikan tindakan vandalisme lebih kepada

kekecewaan, kebosanan, cemburu, loyalitas, iseng dan sebagainya. Dari lima

kelompok vandalisme tersebut di atas yang sering terjadi yaitu aksi corat-coret

atau grafiti.

Para vandalis itu, menurut As’ad (2004) memang saat ini belum begitu

terasa merugikan, namun mereka tetap harus ditangani sejak dini. Jika tidak, para

vandalis itu bukan tidak mungkin lambat laun akan melakukan aktivitas yang

merembet kearah kriminalitas. Mereka adalah anak-anak yang lapar peran dan

kepuasan emosional tidak mereka peroleh dari orangtuanya.

2.2 Konformitas

2.2.1 Pengertian Konformitas

Manusia mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungannya agar dapat

bertahan hidup. Cara yang termudah adalah melakukan tindakan sesuai dan

diterima secara sosial. Melakukan tindakan yang sesuai dengan norma sosial

dalam psikologi sosial disebut konformitas (Sarwono, 2006).

Konformitas adalah suatu bentuk pengaruh sosial dimana individu

mengubah sikap dan tingkah lakunya agar sesuai dengan norma sosial (Baron,

Branscombe, Byrne, 2008, dalam Sarwono, 2009).

Konformitas dapat timbul ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain.

Seseorang melakukan konformitas, disebabkan adanya ketakutan untuk tidak

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 2.1.1 Pengertian Vandalismerepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4859/3/T1... · Salah satu yang menjadi masalah lingkungan yang trend di kalangan remaja

diterima oleh kelompok, menghindari celaan, dan ketakutan dianggap

menyimpang.

Konformitas menurut Willis (dalam Sarwono 2008) adalah perilaku yang

murni adalah usaha terus menerus dari individu untuk selalu selaras dengan

norma-norma yang diharapkan oleh kelompok. Jika persepsi individu tentang

norma-norma kelompok(standar sosial) berubah, maka ia akan mengubah pula

tingkah lakunya.

Ada dua akibat yang dapat ditimbulkan karena perilaku konformitas yaitu

baik dan buruk.

Menurut Sears, dkk (1999) konformitas cenderung berkonotasi negatif.

Konformitas bergantung pada adanya orang yang selalu memperingatkan

timbulnya keyakinan dan kebiasaan yang bertentangan di antara orang-orang

disekitar. Kepatuhan terhadap otoritas akan sangat berhasil apabila pihak otoritas

tersebut hampir hadir secara fisik. Ganjaran atau hukuman akan berfungsi dengan

sangat baik bila ada orang yang senantiasa hadir untuk memberikan ganjaran.

Dengan adanya ganjaran ataupun ancaman seseorang akan melakukan apa saja

demi diakui oleh orang lain sebagai orang yang tidak menyimpang.

Penilaian perilaku konformitas positif dapat dilihat dari perilaku yang

ditampilkan oleh seseorang karena orang lain juga menampilkan perilaku tersebut

dan dinilai positif dilingkungan orang tersebut berada. Sedangkan penilaian

konformitas negatif dapat dilihat dari perilaku yang ditampilkan oleh seseorang

karena orang lain juga menampilkan perilaku tersebut dan dinilai negatif

dilingkungan orang tersebut berada.

Menurut Wall, dkk. (dalam Santrock, 2003) menyatakan bahwa konformitas

dengan tekanan teman sebaya pada masa remaja dapat bersifat positif ataupun

negatif. Bentuk perilaku konformitas negatif yaitu menggunakan bahasa jorok,

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 2.1.1 Pengertian Vandalismerepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4859/3/T1... · Salah satu yang menjadi masalah lingkungan yang trend di kalangan remaja

mencuri, merusak, dan mengolok-olok orang lain. Sedangkan bentuk konformitas

positif seperti berpakaian seperti teman-teman dan keinginan untuk meluangkan

waktu bersama kelompok. Konformitas negatif dalam penelitian Leventhal, dkk.

(dalam Santrock, 2003) yaitu remaja cenderung pergi bersama-sama dengan

seorang teman sebaya untuk mencuri dop mobil, menggambar grafitti di dinding,

atau mencuri kosmetik ditoko.

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja melakukan konformitas

Pada dasarnya, orang menyesuaikan diri mempunyai alasan yang kuat.

Demikian juga dengan orang melakukan konformitas disebabkan oleh beberapa

alasan dan faktor-faktor. Seseorang yang melakukan konfomitas juga akan

berdampak negatif dan positif. Hal-hal yang mempengaruhi adanya konformitas

yang berdampak baik (positif) atupun buruk (negatif) menurut Sears, dkk. (1999)

adalah:

1. Kurangnya Informasi. Orang lain merupakan sumber informasi yang penting.

Seringkali orang lain mengetahui sesuatu yang tidak diketahui seseorang,

dengan melakukan apa yang orang lain lakukan, seseorang akan memperoleh

manfaat dari pengetahuan orang lain.

2. Kepercayaan terhadap kelompok. Dalam situasi konformitas, individu

mempunyai suatu pandangan dan kemudian menyadari bahwa kelompoknya

menganut pandangan yang bertentangan. Semakin besar kepercayaan individu

terhadap kelompok sebagai sumber informasi yang benar, semakin besar pula

kemungkinan untuk menyesuaikan diri terhadap kelompok. Semakin tinggi

keahlian anggota dalam kelompok tersebut dalam hubungannya dengan

individu, semakin tinggi tingkat kepercayaan dan penghargaan individu

terhadap kelompok tersebut.

3. Kepercayaan diri yang lemah. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi

rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah tingkat keyakinan orang

tersebut pada kemampuannya sendiri untuk menampilkan suatu reaksi.

Semakin lemah kepercayaan seseorang akan penilaiannya sendiri, semakin

tinggi tingkat konformitasnya. Sebaliknya, jika seseorang merasa yakin akan

kemampuannya sendiri akan penilaian terhadap sesuatu hal, semakin turun

tingkat konformitasnya

4. Rasa takut terhadap celaan sosial. Celaan sosial memberikan efek yang

signifikan terhadap sikap individu karena pada dasarnya setiap manusia

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 2.1.1 Pengertian Vandalismerepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4859/3/T1... · Salah satu yang menjadi masalah lingkungan yang trend di kalangan remaja

cenderung mengusahakan persetujuan dan menghindari celaan kelompok

dalam setiap tindakannya.

2.2.3 Hal-Hal Yang Menyebabkan Konformitas Tinggi Dan Rendah

Konformitas yang dilakukan seseorang dapat meningkat atau justru

menurun. Sears, dkk (1999) menjelaskan ada beberapa hal yang dapat

meningkatkan konformitas, seperti yang dijelaskan di bawah ini:

1. Kepercayaan terhadap kelompok. Bila individu memiliki kepercayaan terhadap

kelompok maka konformitas akan menjadi tinggi. Kepercayaan ini timbul

ketika individu menyakini bahwa informasi yang diberikan dari kelompok itu

benar, maka orang tersebut akan merasa memperoleh informasi yang

dibutuhkan. Dalam situasi ini, konformitas akan meningkat.

2. Keahlian kelompok. Tingkat keahlian individu dalam kelompok juga bisa

menyebabkan konformitas menjadi tinggi. Semakin tinggi keahlian kelompok

itu berhubungan dengan individu, semakin tinggi tingkat kepercayaan dan

penghargaan individu terhadap pendapat kelompok. Oleh karena itu,

kepercayaan individu terhadap pendapat orang lain yang lebih ahli dapat

menyebabkan konformitas yang tinggi.

3. Kepercayaan diri yang lemah dalam diri individu. Semakin sulit individu

memberikan penilaian terhadap dirinya sendiri, berarti semakin besar individu

untuk mengikuti penilainan dari orang lain. Dengan demikian individu

mengikuti penilaian orang lain dan dapat mengakibatkan konformitas

meningkat.

4. Keterikatan individu terhadap kelompok. Konformitas dapat meningkat ketika

individu melakukan cara untuk memperoleh persetujuan atau menghindari

celaan kelompok. Untuk menghindari celaan, individu berusaha menyesuaikan

diri agar dapat diterima kelompok. Dalam usaha tersebut individu akan dapat

meningkatkan konformitas. Konformitas juga akan semakin meningkat ketika

individu enggan disebut menyimpang menurut kelompok. Ketika individu

memandang bahwa kegiatan yang dilakukan suatu kelompok dapat

memperoleh keuntungan bagi orang tersebut, maka konformitas akan tinggi.

5. Kekompakan. Kekompakan yang tinggi antara anggota kelompok dapat

meningkatkan konformitas.

6. Perhatian terhadap kelompok. Semakin tinggi perhatian seseorang terhadap

kelompok juga dapat meningkatkan konformitas.

7. Ukuran Kelompok. Konformitas akan meningkat apabila ukuran dalam

kelompok juga meningkat. Ukuran kelompok yang optimal adalah tiga atau

empat orang atau lebih.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 2.1.1 Pengertian Vandalismerepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4859/3/T1... · Salah satu yang menjadi masalah lingkungan yang trend di kalangan remaja

Konformitas juga dapat menurun atau menjadi rendah. Sears, dkk. (1999)

menjelaskan terdapat hal-hal yang dapat menurunkan konformitas, seperti yang

dijelaskan dibawah ini:

1. Meningkatnya rasa percaya diri individu terhadap pendapat sendiri. Sesuatu

yang dapat meningkatkan kepercayaan individu terhadap penilainannya sendiri

akan menurunkan konformitas. Individu yang percaya diri tentu akan

memberikan pendapat berdasarkan keinginannya bukan mengikuti pendapat

orang lain. Dengan demikian konformitas akan menurun.

2. Individu menguasai persoalan. Konformitas akan menjadi turun ketika individu

dapat menguasai persoalan tanpa mengantungkan dirinya kepada orang lain.

3. Perbedaan pendapat. Bila seseorang dalam situasi kelompok berbeda pendapat

dengan orang lain dalam kelompok maka konformitas akan menurun.

2.2.4 Aspek-Aspek Dalam Konformitas

Salah satu sebab seseorang melakukan konformitas adalah kurangnya rasa

kepercayaan diri terhadap pendapat sendiri dan rasa takut menjadi orang yang

menyimpang, akibatnya seseorang rela melakukan apa saja demi diakui oleh

kelompok. Kekuatan kedua motif tersebut mudah terlihat dengan ciri-ciri yang

khas.

Sears, dkk. (1999) mengemukakan secara eksplisit bahwa konformitas

remaja ditandai dengan adanya tiga hal yang dapat menyebabkan konformitas

menjadi berdampak baik (positif) ataupun buruk (negatif) adalah sebagai berikut :

a. Kekompakan

Kekuatan yang dimiliki kelompok acuan menyebabkan remaja tertarik dan

ingin tetap menjadi anggota kelompok. Eratnya hubungan remaja dengan

kelompok acuan disebabkan perasaan suka antara anggota kelompok serta

harapan memperoleh manfaat dari keanggotaannya. Semakin besar rasa suka

anggota yang satu terhadap anggota yang lain, dan semakin besar harapan

untuk memperoleh manfaat dari keanggotaan kelompok, serta semakin besar

kesetiaan mereka, maka akan semakin kompak kelompok tersebut dan

konformitas akan menjadi tinggi. Kekompakan dipengaruhi oleh hal-hal

dibawah ini:

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 2.1.1 Pengertian Vandalismerepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4859/3/T1... · Salah satu yang menjadi masalah lingkungan yang trend di kalangan remaja

1) Penyesuaian Diri

Kekompakan yang tinggi menimbulkan tingkat konformitas yang semakin

tinggi. Alasan utamanya adalah bahwa bila orang merasa dekat dengan anggota

kelompok lain, akan semakin menyenangkan bagi orang lain untuk mengakui

orang tersebut dalam kelompok, dan semakin menyakitkan bila orang lain

mencela. Kemungkinan untuk menyesuaikan diri akan semakin besar bila

seseorang mempunyai keinginan yang kuat untuk menjadi anggota sebuah

kelompok tertentu.

2) Perhatian terhadap Kelompok

Peningkatan koformitas terjadi karena anggotanya enggan disebut sebagai

orang yang menyimpang. Penyimpangan menimbulkan resiko ditolak. Orang

yang terlalu sering menyimpang pada saat-saat yang penting diperlukan, tidak

menyenangkan, dan bahkan bisa dikeluarkan dari kelompok. Semakin tinggi

perhatian seseorang dalam kelompok semakin serius tingkat rasa takutnya

terhadap penolakan, dan semakin kecil kemungkinan untuk tidak menyetujui

kelompok.

b. Kesepakatan

Pendapat kelompok acuan yang sudah dibuat memiliki tekanan kuat sehingga

remaja harus loyal dan menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat kelompok.

Kesepakatan dipengaruhi hal-hal dibawah ini:

1) Kepercayaan

Penurunan melakukan konformitas yang drastis karena hancurnya

kesepakatan disebabkan oleh faktor kepercayaan. Tingkat kepercayaan

terhadap mayoritas akan menurun bila terjadi perbedaan pendapat, meskipun

orang yang berbeda pendapat itu sebenarnya kurang ahli bila dibandingkan

anggota lain yang membentuk mayoritas. Bila seseorang sudah tidak

mempunyai kepercayaan terhadap pendapat kelompok, maka hal ini dapat

mengurangi ketergantungan individu terhadap kelompok sebagai sebuah

kesepakatan.

2) Persamaan Pendapat

Bila dalam suatu kelompok terdapat satu orang saja tidak sependapat

dengan anggota kelompok yang lain maka konformitas akan turun. Kehadiran

orang yang tidak sependapat tersebut menunjukkan terjadinya perbedaan yang

dapat berakibat pada berkurangnya kesepakatan kelompok. Jadi, dengan

persamaan pendapat antar anggota kelompok maka konformitas akan semakin

tinggi.

3) Penyimpangan terhadap pendapat kelompok

Bila orang mempunyai pendapat yang berbeda dengan orang lain, maka

akan dikucilkan dan dipandang sebagai orang yang menyimpang, baik dalam

pandangannya sendiri maupun dalam pandangan orang lain. orang yang

menyimpang akan menyebabkan penurunan kesepakatan yang merupakan

aspek penting dalam melakukan konformitas.

c. Ketaatan

Tekanan atau tuntutan kelompok acuan pada remaja membuatnya rela

melakukan tindakan walaupun remaja tidak menginginkannya. Bila

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 2.1.1 Pengertian Vandalismerepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4859/3/T1... · Salah satu yang menjadi masalah lingkungan yang trend di kalangan remaja

ketaatannya tinggi maka konformitasnya akan tinggi juga. Ketaatan

dipengaruhi oleh hal-hal dibawah ini:

1) Tekanan karena Ganjaran, Ancaman, atau Hukuman

Salah satu cara untuk menimbulkan ketaatan adalah dengan meningkatkan

tekanan terhadap individu untuk menampilkan perilaku yang diinginkan

melalui ganjaran, ancaman, atau hukuman karena akan menimbulkan ketaatan

yang semakin besar. Semua itu merupakan insentif pokok untuk mengubah

perilaku seseorang.

2) Harapan Orang Lain

Seseorang akan rela memenuhi permintaan orang lain hanya karena orang

lain tersebut mengharapkannya. Dan ini akan mudah dilihat bila permintaan

diajukan secara langsung. Harapan-harapan orang lain dapat menimbulkan

ketaatan, bahkan meskipun harapan itu bersifat implisit. Salah satu cara untuk

memaksimalkan ketaatan adalah dengan menempatkan individu dalam situasi

yang terkendali, dimana segala sesuatunya diatur sedemikian rupa sehingga

ketidaktaatan merupakan hal yang hampir tidak mungkin timbul.

2.3 Hubungan Konformitas negatif dengan vandalisme

Konformitas muncul ketika individu meniru sikap/ tingkah laku orang lain

dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka. Tekanan

untuk mengikuti teman sebaya menjadi sangat kuat pada masa remaja.

Konformitas terhadap tekanan teman sebaya pada remaja dapat menjadi

positif atau negatif. (Wall, 1993 dalam Santrock, 2003). Remaja terlibat dengan

tingkah laku sebagai akibat dari konformitas yang negatif menggunakan bahasa

yang asal-asalan, mencuri, merusak (vandalisme) dan mempermainkan orang tua

dan guru.

Konformitas positif akan melahirkan perilaku positif dan konformitas

negatif akan melahirkan perilaku vandalisme. Semakin tinggi konformitas negatif

maka akan semakin tinggi pula perilaku vandalisme dan sebaliknya, bila tingkat

konformitas negatif semakin rendah maka perilaku vandalisme juga akan semakin

rendah.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 2.1.1 Pengertian Vandalismerepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4859/3/T1... · Salah satu yang menjadi masalah lingkungan yang trend di kalangan remaja

2.4 Penelitian Yang Relevan

Menurut penelitian Carolina Dwi Rahayu (2008) tentang hubungan antara

kematangan emosi dan konformitas dengan perilaku agresif pada suporter

sepakbola yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

konformitas negatif dengan perilaku agresif dengan hasil = 0,729 dan P ≤ 0,01.

Menurut penelitian Sugunah Ramamoorthy (2005) tentang hubungan

konformitas remaja putra dengan perilaku agresif siswa SMK Negeri Medan

tahun ajaran 2004/2005 yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara

konformitas dengan perilaku agresif.

Menurut penelitian Kadek Reqno Astyka Putri tentang hubungan antara

identitas sosial dan konformitas dengan perilaku agresi pada suporter sepakbola

persisam putra Samarinda yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara konformitas dengan perilaku agresi dengan nilai P = 0,423

(P>0,05).

2.5 Hipotesis

Ada hubungan yang signifikan antara konformitas negatif dengan

vandalisme siswa di SMA Negeri 1 Ampel Kabupaten Boyolali.