bab ii landasan teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/bab...
TRANSCRIPT
8
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab landasan teori berisi tentang teori-teori dari BPR, tujuan dari BPR,
adanya perbedaan dari BPR dan BPI, keuntungan dari penerapan BPR, karakterikstik
BPR, kriteria untuk menentukan metode BPR, tahapan-tahapan dari BPR yang
berdasarkan dari beberapa metode, peranan teknologi informasi dalam BPR. Selain
tentang BPR juga berisi teori procurement, metode procurement, serta teori tentang
Key Performance Indicator (KPI).
2.1 Business Process Reengineering (BPR)
Pada landasan teori menjelaskan tentang pengertian BPR, tujuan, keuntungan,
karakteristik, kriteria, tahapan dalam BPR serta peranan teknologi informasi dalam
BPR, selain menjelaskan BPR terdapat juga penjelasan tentang procurement,
pengertian procurement, metode dan procurement pada BankXYZ.
Ada banyak pemahaman yang dipaparkan oleh para pakar tentang pengertian
BPR. Secara umum, BPR adalah proses penataan ulang proses bisnis beserta
fundamentalnya secara radikal yang bertujuan untuk memberikan peningkatan secara
dinamis yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.
9
Menurut Widya (1999), BPR merupakan pemikiran ulang fundamental dan
desain ulang radikal suatu proses bisnis organisasi yang akan mengarahkan organisasi
untuk mencapai peningkatan kinerja bisnis secara dramatis. Beberapa perusahaan
telah menerapkan paradigma inovasi baru ini untuk mencapai berbagai perbaikan
dalam biaya, kualitas, dan efisiensi perusahaan. Bahkan makin banyak perusahaan
yang mencari peluang untuk menerapkan proyek reengineering dan metodologi-
metodologi yang membantu mereka dalam mencapai usaha-usaha perbaikan tersebut.
Menurut R.E Indrajit dan R. Djokopranonto (2002) kata kunci dalam BPR
terdiri dari proses, fundamental, dramatis, dan radikal. Berikut ini adalah penjelasan
dari kata kunci tersebut :
• Proses
Proses merupakan kata kunci yang penting selain itu juga kata kunci
yang menimbulkan kesulitan paling besar. Proses yang dimaksud adalah
menggunakan input untuk menghasilkan output yang bernilai bagi
pelanggan. Biasanya dalam melakukan BPR orang lebih fokus kepada
tugas, kewajiban, struktur dan organisasi dibanding prosesnya, padahal
proses merupakan unsur paling penting dalam melakukan BPR.
• Fundamental
Ini merupakan kata kunci yang pertama. Dalam melakukan BPR hal
yang paling dasar dan pada umumnya dipertanyakan adalah “mengapa
kita berbuat seperti apa yang kita buat” dan “Mengapa kita berbuat
10
dengan cara seperti apa yang kita kerjakan sekarang?” dan kemungkinan
jawaban dari pertanyaan tersebut adalah :
Tindakan kita yang sudah kuno dan kadaluwarsa.
Tindakan kita salah.
Tindakan kita sudah tidak memadai lagi.
Jawaban atas pertanyaan tersebu akan melhirkan sesuatu yang bersifat
fundamental juga, yaitu tindakan perubahan yang fundamental.
• Dramatis
Yang dimaksud dengan dramatis disini yaitu BPR bukanlah perbaikan
sedikit-sedikit ataupun sebagian dari bagian proses bisnis perusahaan
yang bersifat marginal atau incremental, tetapi merupakan perbaikan
kinerja yang membawa pengaruh besar dan menyeluruh.
• Radikal
Radikal berasal dari bahasa latin, dari kata “radix” yang berarti akar.
Mendesain kembali proses secara radikal bukan memperbaiki yang
sudah ada tetapi membuang yang sudah ada dan mulai merancang
kembali seperti membuat sesuatu yang sama sekali baru. Di dalam BPR
perubahan radikal yaitu membuat cara yang sama sekali baru di dalam
menyelesaikan pekerjaan.
11
Walaupun hasil yang mengagumkan dapat dicapai, namun tingkat
kegagalan dalam BPR juga cukup tinggi bagi banyak organisasi. Hal ini
dapat dicegah apabila pelaku BPR dapat menggunakan pengetahuan
yang benar-benar memiliki landasan kebenaran dan gagasan yang harus
brilliant dalam melaksanakan usaha BPR tersebut. Berdasarkan
pernyataan R.E Indrajit dan R.Djokopranoto (2002) penyebab kegagalan
dapat ditemukan dalam area-area berikut ini :
1. BPR tidak memiliki kerangka teoritis.
2. Metode-metode yang digunakan kurang mengenai sasaran.
3. Project yang dilakukan sama sekali tidak mengenai titik kritis
pada proses bisnis perusahaan tersebut.
2.1.1 Tujuan dari BPR
Tujuan dalam melakukan BPR menurut Hammer dan Champy (1995).
yaitu :
1) Meningkatkan kinerja dan efisiensi dari proses bisnis melalui peningkatan
produktivitas dan utilitas dari sumber daya, perencanaan ulang yang strategik,
cepat dan radikal, dramatis, dan merupakan sistem kebijakan yang
mendukung proses bisnis serta mengoptimalkan alur kerja suatu organisasi.
2) Mengurangkan biaya
3) Memfokuskan dan meningkatkan kepuasaan bagi pelanggan
12
4) Mengurangi waktu siklus proses bisnis
5) Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan untuk melakukan suatu
perubahan terhadap proses yang sudah ada, yaitu dengan cara :
a. Menghilangkan bagian dari proses bisnis yang tidak penting.
b. Memanfaatkan teknologi informasi secara efektif dan efisien
sehingga memungkinkan organisasi-organisasi dapat
melakukan pekerjaan dengan cara yang secara radikal.
c. Melakukan pemberdayaan dengan mengalihkan tanggung
jawab pengambilan keputusan dan kontrol kepada tingkat
dimana pekerjaan tersebut dilakukan.
d. Adanya penetapan kriteria pengukuran yang dapat digunakan
untuk menganalisis dam pembuatan rencana strategi.
Ada beberapa faktor kunci kesuksesan dalam melakukan BPR yaitu :
1) Visi
Visi sangat dibutuhkan agar seluruh jajaran yang terlibat mempunyai
tujuan yang sama, baik dari aspek sumber daya manusia, produk, proses,
fasilitas, budaya dan pelanggan.
2) Ketrampilan
Dengan adanya ketrampilan dapat menjadikan sumber daya manusia
yang ada mampu melaksanakan tuags-tugas yang akan diterima pada
proses baru.
13
3) Intensif
Pada umumnya intensif merupakan element yang terakhir untuk
merubah sumber daya manusia seperti apa yang diinginkan dalam BPR
yang diterapkan berdasarkan tingkat pemahaman dan penilaian serta
adanya peran masing-masing pada personilnya.
4) Sumber daya
Pada sumber daya meliputi tenaga kerja, anggaran, informasi,
fasilitas dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk mencapai hasil
perubahan yang sesuai dengan tujuan.
5) Rencana kerja
Rencana kerja yang meliputi kegiatan, tanggung jawab dan waktu
pelaksanaan akan dapat memberikan suatu kejelasan guna untuk
mencapai hasil perubahan yang diharapkan. BPR tanpa disertai
rencana kerja dapat mengakibatkan kesalahan dalam memulai suatu
kegiatan dan orang yang terlibat akan tidak mengetahui tentang apa
yang selanjutnya dilakukan setelah menjalani tahapan tertentu.
2.1.2 BPR vs Business Process Improvement (BPI)
Menurut Maureen Weicher and friends (2004) BPR dan BPI sama-sama
diperlukan untuk dapat mencapai kemenangan dalam persaingan antar perusahaan.
Berikut persamaan dari BPR dan BPI adalah :
14
1. Mengutamakan kepuasaan user.
2. Menggunakan team dan kerja samanya.
3. Berfokus pada proses bisnis.
4. Menggunakan ukuran perbaikan kinerja dan teknik pemecahan
masalah.
5. Membutuhkan komitmen dari para anggota yang terlibat dalam
proses ini.
6. Mendorong proses pengambilan keputusan dari tingkat yang
atas sampai paling bawah dalam organisasi perusahaan.
Selain terdapat persamaan antara BPR dengan BPI terdapat juga
perbedaannya yaitu :
Tabel 2.1 Perbedaan BPR dengan BPI
BPR BPI
Perubahannya radikal Perubahan yang beangsur-angsur
Investasinya besar Investasinya kecil
Berfokus pada SDM dan
teknologi
Berfokus pada SDM dan praktek
kerja
Pembuatan sistem baru Perbaikan pada yang telah ada
Champion driven Dikendalikan oleh unit kerja
(Sumber : R.E Indrajit dan R. Djokopranonto,2002)
15
Sebagai gambaran, berikut kurva dari performance setelah dilakukan BPR.
Diharapkan performancenya naik 100% dengan waktu yang singkat karena
perubahan yang radikal. Berbeda dengan improvement, yang membutuhkan
proses dengan waktu yang lebih lama dan dilakukan secara bertahap untuk
meningkatkan performance perusahaan.
100 100
0
20
40
60
80
100
120
0 2 4 6
Time
Performan
ce
BPR
Improvement
Gambar 2.1 Kurva perbedaan BPR dan BPI
2.1.3 Keuntungan dari penerapan BPR
Keuntungan dari penerapan BPR menurut Hammer dan Champy
(1995) antara lain :
1. Adanya penjelasan terhadap bisnis proses yang sesuai dengan kondisi
perusahaan saat ini
2. Memudahkan dalam mengidentifikasi area mana yang harus
ditingkatkan kinerjanya.
3. Hanya berfokus pada pemahaman, penghapusan, penyederhanaan dan
16
pengelompokan proses bisnis untuk memperbaiki produktifitas dan
pengurangan waktu proses, minimalisasi biaya dan optimasi sumber
daya manusia secara signifikan.
4. Dapat Mengoptimalkan rangkaian proses produk dan servis secara
sistematis, terintegrasi, kemprehensif, bertahap dan efesien.
2.1.4 Karakteristik dari BPR
Hammer dan Champy (1990) mengemukakan beberapa karakteristik
dari BPR, antara lain :
1) BPR mengintegrasikan beberapa tugas atau ketrampilan pekerjaan
tertentu menjadi satu.
Keuntungan dari proses perampingan kerja terintegrasi ini adalah
melibatkan sedikit orang dalam proses, serta mudah memantau
performasinya dari unit-unit terintegrasi itu, sehingga mampu untuk
menurunkan waktu proses.
2) BPR memungkinkan terdapat beragam versi produk dalam proses
yang sama untuk memenuhi permintaan pelanggan yang selalu
berubah mengantisipasi perubahan dan bermacam-macam pasar.
Banyak perusahaan kelas dunia telah menerapkan apa yang disebut
dengan sistem manufaktur fleksibel yang merupakan suatu sistem
yang menggunakan sel kerja otomatis terkontrol oleh signal elektronik
dari pusat computer. Demikian pula kepada pekerja diterapkan apa
yang disebut dengan waktu kerja fleksibel yang merupakan suatu
17
sistem yang mengijinkan pekerja, dalam batas tertentu menentukan
jadwal kerja mereka sendiri. Keuntungan yang diperoleh perusahaan
yaitu untuk mengurangi waktu proses, kualitas produk semakin lebih
baik dan konsisten, reduksi biaya dan inventory, serta meningkatkan
kepuasan kerja.
3) BPR memberikan kewenangan kepada pekerja untuk membuat
keputusan yang berkaitan langsung dengan pekerjaan.
Disini perusahaan mengkompresikan proses, baik secara horizontal
maupun vertical. Keuntungan dari kompresi horizontal maupun
vertical adalah memperkecil penundaan pekerjaan, ongkos produksi
rendah, respon teradap pelanggan menjadi lebih cepat dan lebih baik,
dan pemberdayaan yang lebih besar kepada pekerja.
4) BPR membentuk langkah-langkah kerja dalam proses mengikuti
susunan natural sesuai kebutuhan.
5) BPR relokasi pekerjaan melewati batas organisasional untuk
meningkatkan performance proses secara keseluruhan.
6) BPR mengurangi pemeriksaan dan pengawasan
Hal ini dikarenakan pemeriksaan dan pengawasan dianggap sebagai
aktifitas yang tidak memberikan nilai tambah (non value-added
activity). Dalam BPR setiap pekerjaan harus dikerjakan secara benar
dan akurat sejak awal, sehingga pemeriksaan dan pengawasan hanya
akan dilakukan apabila memiliki arti ekonomis.
7) BPR meminimumkan rekonsiliasi
18
Hal ini dikarenakan rekonsiliasi dianggap sebagai aktifitas yang tidak
memberikan nilai tambah (non value-added activity). Hal ini
dilakukan dengan mengurangi banyaknya titik kontak eksternal
(external contact point) yang ada dalam proses tersebut.
8) BPR menetapkan titik kontak tunggal untuk pelanggan (single point of
contract for customer).
Dengan menetapkan seseorang atau tim yang bertanggung jawab
untuk menjawab pertanyaan dan menyelesaikan masalah dari
pelanggan. Dalam BPR, orang atau tim yang bertanggung jawab ini
dikenal sebagai Case Manager atau Case Team. Titik kontak untuk
pelanggan ini mempunyai akses ke semua sistem informasi dan orang
dalam perusahaan sehingga mampu memberikan pelayanan kepada
pelanggan yang diperlukan.
9) BPR memiliki kemampuan mengkombinasikan keuntungan dari
sentralisasi dan desentralisasi dalam proses yang sama.
Dengan adanya karakteristik yang unik tersebut mendapatkan
keuntungan dari penurunan biaya proses, kualitas yang meningkat, kecepatan
proses dan produktifitas yang tinggi. Semua keuntungan itu akan menjadikan
perusahaan lebih berkompetitif dan mendapatkan profit yang lebih besar.
BPR merupakan simplifikasi dari proses bisnis untuk memenuhi
permintaan kontemporer dari konsumen terhadap kualitas produk, pelayanan,
fleksibilitas dan ongkos yang rendah. Dalam BPR, proses bisnis menjadi
19
sederhana dengan jalan kompresi tanggung jawab perusahaan kepada
integrated customer service respresentative.
2.1.5 Kriteria Metode BPR
Dalam melakukan BPR terdapat beberapa kriteria yang digunakan untuk
mengevaluasi metodologi (Menurut Manganelli). Beberapa kriteria tersebut
diantaranya yaitu :
1. Metode BPR yang dapat menyelesaikan permasalahan bisnis proses
pada perusahaan.
2. Metode yang fleksibel untuk berbagai proses bisnis yang terdapat
diperusahaan.
3. Metode yang mudah dipelajari dan dipahami sehingga memungkinkan
organisasi dapat melakukan rekayasa ulang.
4. Dapat mengidentifikasi permasalahan mulai dari awal proses bisnis,
tujuan serta strategi perusahaan.
5. Metode BPR yang dapat mengidentifikasi dan mengevaluasi proses
bisnis.
6. Dapat menghasilkan proses bisnis yang baru untuk menyelesaikan
permasalahan pada perusahaan yang berupa rekayasa ulang.
7. Dapat mengidentifikasi data-data penting untuk pengambilan
keputusan.
20
2.1.6 Tahapan dari BPR
Metodologi BPR merupakan seperangkat integritas teknik manajemen yang
digunakan dalam mengembangkan dan menganalisis kebutuhan informasi yang
digunakan untuk mengidentifikasi kesempatan dan rekayasa ulang proses bisnis inti.
Tahapan dari beberapa metode BPR, antara lain terlihat pada tabel 2.2, tahapan yang
dimulai dari persiapan proyek, proses rekayasa ulang, implementasi hingga
improvement. Tahapan yang dilakukan berdasarkan dari metode BPR dari Hammer
dan Champy pada tahun 1993, Davenport dan Short pada tahun 1990, Vakola pada
tahun 1998, Manganelli dan Klein pada tahun 1994.
Dengan banyaknya metode BPR maka untuk menentukan metode yang
sesuai agar dapat memecahkan permasalahan yang ada pada perusahaan dibutuhkan
kriteria yang sesuai untuk menentukan metode yang akan digunakan, kriteria menurut
Manganelli dalam menentukan metode BPR terdapat pada tabel 2.3, terdapat kriteria
yang berupa metode yang dapat menyelesaikan permasalahan, adanya proses
identifikasi pada tahapan metode tersebut, metode yang mudah dipahami dan
dilakukan untuk melakukan BPR, adanya tahapan evaluasi yang betujuan untuk
mengevaluasi kinerja ketika melakukan BPR, adanya tahapan continuous
improvement untuk melakukan pengembangan-pengembangan dalam melakukan
BPR.
21
Tabel 2.2 Tahapan beberapa Metode BPR
Hammer/
Champy (1993)
Davenport /
Short(1990)
Vakola (1998) Manganelli/
Klein (1994)
Persiapan proyek 1. Introduction
2.Identifikasi
3.Pemilihan
1.Visioning
dan penetapan
tujuan
2.Identifikasi
1.Pengembangan
visi dan objek
proses
2.Pemahaman
3.Identifikasi
proses
1.Preparation
2.Identifikasi
3.Vision
Proses Rekayasa
Ulang
4.Pemahaman
5.Rekayasa
Ulang
3.Pemahaman
dan
pengukuran
4.Teknologi
Informasi (IT)
4.Identifikasi
Tingkat 4.Technical &
Social design
Implementasi 6.Implementasi 5.Prototyping
6.Implementasi
5.Implementasi
6.Menjalankan
proses
5.Transformation
Improvement 7.Evaluasi
proses
8.Continuous
Improvement
(Sumber: Muthu et al, 1999)
22
Tabel 2.3 Kriteria menentukan metode BPR
Berdasarkan Kriteria
(by Manganelli)
Hammer/
Champy
Davenport Vakola Manganelli/
Klein
Metode Dapat menyelesaikan
permasalahan
x x x x
Dapat mengidentifikasi
permasalahan (Identify)
x x x x
Metode yang Fleksibel & mudah
dipelajari (User Friendly)
x
Evaluate x
Continuous Improvement x
(Sumber: Manganeli, 2000)
2.1.7 Peranan Teknologi Informasi dalam BPR
Kemajuan teknologi informasi yang teramat pesat telan menjadikan
teknologi informasi sebagai salah satu komponen utama dalam format perubahan
baru sebagai hasil BPR
Dengan adanya teknologi informasi dapat menjadi peranan penting pada
BPR. Banyak orang yang berpikir bahwa BPR yang didukung oleh teknologi
informasi sama seperti otomatisasi. Pendapat tersebut tentu saja salah, karena kedua
bidang tersebut memiliki arti yang berbeda satu sama lainnya.
Otomatisasi yang hanya menghasilkan cara-cara yang lebih efisien dalam
melakukan hal-hal yang salah. Perusahaan yang menyamakan teknologi informasi
dengan otomitisasi tidak dapat melakukan BPR.
23
Menurut Hammer, penemu dan penggagas adanya BPR, teknologi informasi
merupakan salah satu komponen utama yang harus dipikirkan oleh perusahaan
modern yang ingin melakukan BPR.
Setidaknya ada empat hal yang dapat dilakukan oleh teknologi informasi
dalam meningkatkan kinerja perusahaan mulai dari perubahan pada karakteristik
proses (Peppard, 1995) yaitu :
1. Eliminate
Dengan menghilangkan proses-proses yang dianggap tidak perlu lagi
dilakukan jika pada sistem komputer diimplementasikan, misalnya
dikarenakan alasan untuk mengefisiensikan.
Proses-proses seperti pengecekan yang dilakukan secara manual
terhadap persetujuan ataupun kalkulasi rumit yang tidak perlu lagi dilakukan
setelah program berbaris spreadsheet dikembangkan merupakan salah satu
contoh dari kemudahan yang ditawarkan teknologi informasi.
Begitu juga dalam hal proses pembuatan laporan-laporan yang
beragam, baik yang bersifat periodik maupun adhoc yang biasanya memakan
waktu yang berjam-jam jika harus dikerjakan secara manual, maka akan
hilang dengan sendirinya karena diinstalasinya suatu laporan generator
berbasis komputer.
2. Simplify
Adanya penyederhanaan pada proses-proses tertentu atau mengurangi
rantai proses yang bertujuan untuk melaksanakan aktifitas yang lebih cepat
dan efisien. Permasalahan yang paling sering dilakukan oleh perusahaan
24
adalah dengan melakukan simplifikasi terhadap formulir-formulir yang biasa
dipergunakan untuk tujuan kontrol internal perusahaan, karena adanya filosofi
lama yang mengatakan bahwa semakin banyak sumber daya manusia yang
terlibat dalam melakukan kontrol terhadap suatu proses, maka akan semakin
baik karena memperkecil kemungkinan terjadinya permasalahan.
Fasilitas komunikasi e-mail ataupun adanya sitem teknologi informasi
yang ditawarkan pada konsep internet merupakan salah satu alternatif yang
efisien dan efektif untuk mempersingkat prosedur pengajuan dan persetujuan
pada unit, apalagi jika teknologi tersebut dilengkapi oleh sistem keamanan
komputer yang canggih.
3. Integrate
Integrate adalah berupa kemungkinan diintegrasikannya beberapa
proses yang biasanya ditangani oleh beberapa karyawan dari berbagai divisi
yang terpisah menjadi sebuah proses yang lebih sederhana.
4. Automate
Automate mengubah hal-hal yang biasanya dilakukan secara manual
menjadi aktifitas yang menggunakan komputer. Namun pada kenyataannya,
tidak semua perusahaan secara penuh menggunakan ke empat cara diatas. Ada
sebagian perusahaan yang hanya berhasil dengan melakukan otomatisasi saja,
sementara yang lain hanya melakukan eliminasi dan penyederhanaan proses-
proses utama.
Hal ini biasa dilakukan, mengingat bahwa pada akhirnya faktor
manusia yang akan menjadi faktor penentu utama keberhasilan BPR,
25
mengingat para karyawanlah yang akan menjalankan berbagai proses bisnis
yang baru.
2.2 Procurement
Pengadaan barang atau procurement merupakan salah satu bagian dari supply
chain management . Menurut Hopwood (2010:308) Procurement adalah proses bisnis
pemilihan seumber, pemesanan dan memperoleh barang atau jasa. Barang atau
layanan bisa diperoleh secara internal jika barang tersebut diproduksi oleh entitas lain
didalam perusahaan
Menurut Turban (2008:234) berpendapat bahwa procurement management
adalah koordinasi semua aktifitas-aktifitas yang berhubungan dengan pembelian
barang-barang dan jasa yang dibutuhkan untuk melengkapi misi organisasi.
Menurut Kalakota dan Robinson (2001:314) procurement secara luas
mencakup semua aktifitas perusahaan yang melibatkan proses mendapatkan barang
dari pemasok, termasuk didalamnya terdapat proses permintaan, pembelian,
pengiriman, penyimpanan, dan penggunaannya didalam lingkup perusahaan.
Proses pada procurement terdiri dari :
1. Determination of requirement
User dari departemen yang bersangkutan dapat menyerahkan data
kebutuhan bahan kepada pembeliam dalam bentuk Purchase Requisition
(PR).
2. Determination of source supply
Departemen pembelian membuat Request for Quotation (RFQ).
26
3. Vendor selection
Sistem menyeleksi pemasok dengan membuat perbandingan harga dari
berbagai quotation yang ada.
4. Purchase order handling
Membuat Purchase Order (PO) baik secara manual atau secara
otomatis dengan menggunakan sistem
5. Purchase order monitoring
Dengan adanya proses ini dapat memonitor status pemrosesan dari
purchase order dalam sistem.
6. Good receipt
Ketika terjadi incoming deliveries dalam sistem, dapat langsung
menemukan PO yang sesuai sehingga dapat menghemat waktu entry dan
dapat mengecek apakah barang yang dikirim dan jumlahnya sudah sesuai
dengan PO.
7. Invoice verification
Ketika masuk ke dalam invoice, dapat mengecek perhitungan dan
akurasi dari invoice.
8. Payment processing
Pembayaran dijalankan dalam modul Financial Accounting.\
27
2.2.1 Metode Procurement
Terdapat beberapa metode procurement yang dapat digunakan oleh
perusahaan dalam memperoleh barang dan jasa, menurut Turban (2008:251) antara
lain :
1) Membuat sistem penawaran dimana suplier akan berkompetisi antara
satu sama lain. Biasanya metode ini digunakan dalam pengadaan yang
kuantitasnya besar.
2) Membeli langsung dari pabrik, wholesaler, dan pengecer, baik dari
katalog yang telah disediakan, maupun dengan metode negosiasi.
3) Membeli dari lelang baik yang bersifat pribadi maupun umum, dimana
perusahaan berpartisipasi sebagai pembeli.
4) Membeli dari katalog perantara (e-distributor) yang menggabungkan
katalog-katalog penjual lainnya.
5) Membeli dari katalog pembeli internal, dimana katalog vendor yang
telah disetujui oleh perusahaan, termasuk harga yang telah disepakati
bersama, tergabung didalamnya. Pendekatan ini digunakan untuk
implementasi dari desktop purchasing, yang memungkinkan peminta
dapat memesan langsung kepada vendor, tanpa melalui bagian
pengadaan.
6) Bergabung dengan suatu group sistem pembelian yang
menggabungkan permintaan anggota-anggotanya dan mengumpulkan
menjadi jumlah yang besar. Kemudian group tersebut akan melakukan
negosiasi harga atau memulai proses penawarannya.
28
7) Membeli pada industrial small.
8) Berkolaborasi dengan supplier untuk berbagai informasi mengenai
penjualan dan persediaan, sehingga ketika persediaan berkurang dan
mengalami stock-out, perusahaan dapat melakukan just-in-time
delivery.
2.3 Key Performance Indicator (KPI)
(Wishnu Arief, 2012) Key Performance Indicator (KPI) adalah suatu kinerja
performance yang secara jelas terkait dengan sasaran strategis organisasi yang
mampu mendorong organisasi menerjemahkan strategis ke dalam terminology yang
bisa dihitung. Fungsi KPI yaitu untuk membantu perusahaan atau organisasi dalam
mengukur kinerja terhadap target atau sasaran organisasi atau perusahaan. KPI juga
bisa digunakan sebagai salah satu ukuran dalam melakukan performance.
Setelah mengetahui landasan teori yang akan dalam BPR, procurement dan
KPI maka langkah selanjutnya yaitu tahap metodologi, pada tahapan metodologi akan
berisi tentang tahapan metode BPR yang berdasarkan landasan teori.