bab ii landasan teori 1.1. komunikasi...

14
BAB II LANDASAN TEORI 1.1. Komunikasi Interpersonal 1.1.1. Pengertian Komunikasi Interpersonal Komunikasi berasal dari bahasa latin “communication” dan bersumber dari kata “communic” yang berarti sama, dalam arti bahwa komunikasi minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat dalam komunikasi (Effendi, 2003) Pengertian komunikasi interpersonal menurut Devito (1992), komunikasi interpersonal adalah proses selektif, sistematik, unik dan interaksi berkelanjutan antara orang orang yang mencerminkan dan membangun pengetahuan pribadi satu sama lain dan menciptakan makna bersama. Pengertian komunikasi interpersonal menurut Laswell & Laswell (1982), komunikasi interpersonal hakikatnya adalah proses pernyataan pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Berdasarkan dua pengertian tentang komunikasi interpersonal di atas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses selektif, sistematik, unik dan interaksi serta pernyataan pikiran atau perasaan yang mencerminkan dan membangun pengetahuan pribadi satu sama lain dan menciptakan makna bersama dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.

Upload: vukhue

Post on 02-Jul-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

LANDASAN TEORI

1.1. Komunikasi Interpersonal

1.1.1. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Komunikasi berasal dari bahasa latin “communication” dan

bersumber dari kata “communic” yang berarti sama, dalam arti bahwa

komunikasi minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak

yang terlibat dalam komunikasi (Effendi, 2003)

Pengertian komunikasi interpersonal menurut Devito (1992),

komunikasi interpersonal adalah proses selektif, sistematik, unik dan

interaksi berkelanjutan antara orang – orang yang mencerminkan dan

membangun pengetahuan pribadi satu sama lain dan menciptakan makna

bersama. Pengertian komunikasi interpersonal menurut Laswell & Laswell

(1982), komunikasi interpersonal hakikatnya adalah proses pernyataan

pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan

bahasa sebagai alat penyalurnya.

Berdasarkan dua pengertian tentang komunikasi interpersonal di

atas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses

selektif, sistematik, unik dan interaksi serta pernyataan pikiran atau perasaan

yang mencerminkan dan membangun pengetahuan pribadi satu sama lain

dan menciptakan makna bersama dengan menggunakan bahasa sebagai alat

penyalurnya.

1.1.2. Aspek – aspek Komunikasi Interpersonal

Aspek-Aspek Komunikasi Antar Pribadi menurut Joseph De

Vito (1989) yaitu:

“In this humanistic (sometimes referred to metaphorically as “soft”)

approach to interpersonal effectiveness, five general qualities are

considered :opennes, empathy, supportiveness, positiveness, equality”.

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

"Dalam humanistik ini (kadang-kadang disebut sebagai metafora" lunak

") pendekatan efektivitas interpersonal, lima kualitas umum dianggap:

keterbukaan, empati, daya dukung, positiveness, kesetaraan".

(a) Openness (keterbukaan)

Keterbukaan atau sikap terbuka sangat berpengaruh dalam

menumbuhkan komunikasi antar pribadi yang efektif. Keterbukaan

adalah pengungkapan reaksi atau tanggapan seseorang terhadap situasi

yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu

yang relevan untuk memberikan tanggapan di masa kini.

Supratiknya (1995), mengartikan keterbukaan diri yaitu

membagikan perasaan kepada orang lain terhadap sesuatu yang telah

dikatakan atau dilakukan, terhadap kejadian - kejadian yang baru saja

disaksikan. Secara psikologis, apabila individu mau membuka diri

kepada orang lain, maka orang lain yang diajak bicara akan merasa

aman dalam melakukan komunikasi antar pribadi yang akhirnya orang

lain tersebut akan turut membuka diri. Brooks dan Emmert (Rahmat,

2001) mengemukakan bahwa karakteristik orang yang terbuka adalah

sebagai berikut:

1. Menilai pesan secara objektif, dengan menggunakan data dan

keajegan logika.

2. Membedakan dengan mudah, melihat nuansa, dsb.

3. Mencari informasi dari berbagai sumber

4. Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian

kepercayaannya.

(b) Empathy (empati)

Komunikasi antar pribadi yang positif, berlangsung kondusif

apabila komunikator (pengirim pesan) menunjukan rasa empati pada

komunikan (penerima pesan), perlu ada hubungan yang positif, hangat,

penuh kasih antara yang satu dengan yang lainnya. Kata “empati”

mewadahi gagasan : mampu sepenuhnya memahami dan merasakan

apa yang dirasakan orang lain, sehingga hampir meniadakan identitas

diri untuk menyatu dengan orang tersebut (Kathryn Geldard dan

David, 2004). Empati sebagai suatu kesediaan untuk memahami orang

lain secara paripurna baik yang nampak maupun yang terkandung,

khususnya dalam aspek perasaan, pikiran dan keinginan. Individu

dapat menempatkan diri dalam suasana perasaan, pikiran dan

keinginan orang lain sedekat mungkin apabila individu tersebut dapat

berempati. Apabila empati tersebut tumbuh dalam proses komunikasi

antar pribadi, maka suasana hubungan komunikasi akan dapat

berkembang dan tumbuh sikap saling pengertian dan penerimaan.

(c) Positivenes (perasaan positif)

Dalam buku Communication Interpersonal oleh Joseph De Vito

dinyatakan bahwa:

“we communicate positiveness in interpersonal communication in at

least two ways: (1) stating positive atitudes and (2) stroking the person

with whom we interact (1989).

Artinya:Perilaku yang positif dalam komunikasi antar pribadi terdiri

dua aspek elemen, (1) komunikasi antar pribadi adalah mendidik

sebuah anggapan yang positif untuk seseorang. (2) sebuah perasaan

positif untuk situasi komunikasi umum adalah penting untuk interaksi

yang efektif.

Rasa positif merupakan kecenderungan seseorang untuk mampu

bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah yang

berlebihan, menerima diri sebagai orang yang penting dan bernilai bagi

orang lain, memiliki keyakinan atas kemampuannya untuk mengatasi

persoalan, peka terhadap kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial

yang telah diterima. Dapat memberi dan menerima pujian tanpa pura-

pura memberi dan menerima penghargaan tanpa merasa bersalah.

Rahmat (2001) menyatakan bahwa sukses komunikasi

interpersonal banyak tergantung pada kualitas pandangan dan perasaan

diri; positif atau negatif. Pandangan dan perasaan tentang diri yang

positif, akan lahir pola perilaku komunikasi interpersonal yang positif

pula.

(d) Equality (kesamaan)

Never to are two people absolutely equal in all respect. Despite this

in quality, interpersonal communication is generally more effective

when the atmosphere is one of equality (1989)

Tidak pernah dua orang benar-benar sama dalam semua hal.

Meskipun demikian dalam kualitas, komunikasi interpersonal

umumnya lebih efektif bila atmosfer adalah salah satu dari kesetaraan

(1989)

Rahmat (2001) mengemukakan bahwa persamaan atau

kesetaraan adalah sikap memperlakukan orang lain secara horizontal

dan demokratis, tidak menunjukkan diri sendiri lebih tinggi atau lebih

baik dari orang lain karena status, kekuasaan, kemampuan intelektual

kekayaan atau kecantikan. Dalam persamaan tidak mempertegas

perbedaan, artinya tidak mengggurui, tetapi berbincang pada tingkat

yang sama, yaitu mengkomunikasikan penghargaan dan rasa hormat

pada perbedaan pendapat merasa nyaman, yang akhirnya proses

komunikasi akan berjalan dengan baik dan lancar.

(d) Dukungan (Supportiveness)

Joseph De Vito mengungkapkan :

“An effective interpersonal relationship is one in wich there is

supportiveness, aconcept that owes much of it formulation to the work

of Jack Gibb. Open of empathic communication cannot survive in an

unsurpportive atmosphere. Supportivinenness is demonstrated and

rostered by our being (1) descriptive rather than evaluative and (2)

rather than certain.

“Sebuah hubungan interpersonal yang efektif adalah salah satu di

yang ada dukung, aconcept yang berutang banyak itu formulasi untuk

pekerjaan Jack Gibb. Buka komunikasi empatik tidak dapat bertahan

hidup dalam suasana unsurpportive. Supportivinenness ditunjukkan

dan rostered oleh keberadaan kita (1) deskriptif daripada evaluatif

dan (2) daripada tertentu.

Dukungan dalam komunikasi antar pribadi merupakan faktor

yang sangat penting, dimana lewat tanggapan yang bersifat

memberikan dukungan, penerima pesan ingin menunjukkan simpati,

meneguhkan kembali, atau menolong meringankan beban pengirim

pesan.

Dukungan merupakan pemberian dorongan atau pengobaran

semangat kepada orang lain dalam suasana hubungan komunikasi.

Sehingga dengan adanya dukungan dalam situasi tersebut, komunikasi

antar pribadi akan bertahan lama karena tercipta suasana yang

mendukung. Jack R.Gibb (Rahmat, 2001) menyebutkan beberapa

perilaku yang menimbulkan perilaku suportif, yaitu: Deskripsi, yaitu

menyampaikan perasaaan dan persepsi kepada orang lain tanpa

menilai, tidak memuji atau mengecam, mengevaluasi pada gagasan,

bukan pada pribadi orang lain, orang tersebut “merasa” bahwa kita

menghargai diri mereka.

Menurut Laswell & Laswell (1982), aspek – aspek komunikasi

interpersonal antara lain :

a. Keterbukaan, yakni mengungkapkan reaksi atau tanggapan situasi

yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa

lalu yang berguna untuk memahami tanggapan tersebut.

b. Kejujuran, dalam arti mengungkapkan diri apa adanya sesuai

dengan factor yang terjadi.

c. Kepercayaan dengan cara menaruh kepercayaan tanpa rasa curiga.

d. Empati, adalah menempatkan diri pada keadaan orang lain baik

secara intelektual maupun emosional.

e. Mendengarkan, yang merupakan proses aktif yang membutuhkan

komunikasi dan bertujuan melakukan pemahaman terhadap

stimulus untuk memberikan umpan balik

1.1.3. Faktor – faktor yang Yang mempengaruhi Komunikasi Interpersonal

Menurut Rahmat (2001) faktor – faktor yang mempengaruhi

komunikasi interpersonal adalah:

a. Gambaran diri, yaitu bagaimana manusia melihat dirinya sendir

dalam hubungannya dengan manusia lain dalam situasi tertentu.

b. Gambaran dari pihak lain, yaitu bagaimana manusia melihat pihak

yang diajaknya berkomunikasi mempunyai pengaruh pula terhadap

efektivitas komunikasinya.

c. Mendengarkan, adalah proses yang dilakukan dengan telinga,

pikiran dan perasaan dengan konsentrasi.

d. Kejelasan pernyataan, adalah komunikasi pada hakekatnya adalah

pernyataan isi pikiran dan perasaan. Pernyataannya harus jelas bagi

pihak komunikan.

e. Membuka diri, hal ini harus terdapat pada kedua belah pihak, karena

tidak mungkin diharapkan keterbukaan hanya dari satu pihak saja.

f. Umpan balik, yaitu tanggapan yang dikembalikan oleh pihak

penerima komunikasi timbal balik.

1.1.4. Manfaat Komunikasi Interpersonal

Rahmat (2001) menyatakan bahwa manfaat komunikasi

interpersonal adalah :

a. Tumbuhnya rasa saling pengertian. Pengertian artinya penerimaan yang

cermat dari isi stimuli seperti yang dumaksud oleh komunikator.

b. Menciptakan kesenangan bagi lawan bicara. Tidak semua komunikasi

interpersonal ditujukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk

pengertian, namun terkadang komunikasi interpersonal ditujukan untuk

menyenangkan hati lawan bicara. Komunikasi dengan tujuan yang

menyenangkan lawan bicara dapat dijadikan hubungan hangat, akrab dan

menyenangkan.

c. Mempengaruhi sikap. Komunikasi interpersonal dapat mempengaruhi

sikap orang lain, sehingga apa yang disampaikan pleh komunikator dapat

mempengaruhi sikap komunikan.

d. Menciptakan hubungan sosial yang baik. Manfaat komunikasi

interpersonal juga dapat menciptakan hubungan sosial yang baik sehingga

kebutuhan individu untuk berinteraksi dapat terpenuhi.

Jadi manfaat dari komunikasi interpersonal meliputi tumbuhnya

rasa saling pengertian, menciptakan kesenangan bagi lawan bicara,

Mempengaruhi sikap. Komunikasi interpersonal dapat mempengaruhi

sikap orang lain, sehingga apa yang disampaikan pleh komunikator dapat

mempengaruhi sikap komunikan dan Menciptakan hubungan sosial yang

baik.

2.2. Persahabatan

Persahabatan merupakan istilah yang menggambarkan perilaku

kerja sama dan saling mendukung antara dua atau lebih identitas sosial.

Sahabat akan menyambut kehadiran sesamanya dan menunjukkan

kesetiaan satu sama lain. Selera mereka biasanya serupa dan mungkin

saling bertemu, dan mereka menikmati kegiatan yang mereka sukai.

Mereka juga akan terlibat dalam perilaku yang saling menolong, seperti

tukar-menukar nasihat dan saling menolong dalam kesulitan.

Sahabat adalah orang yang memperlihatkan perilaku yang

berbalasan dan reflektif. Namun bagi banyak orang, persahabatan

seringkali tidak lebih daripada kepercayaan bahwa seseorang atau sesuatu

tidak akan merugikan atau menyakiti mereka. Karakteristik lain dari pola

hubungan anak usia sekolah dengan teman sebayanya adalah munculnya

keinginan untuk menjalin hubungan pertemanan yang lebih akrab dalam

kajian psikologi perkembangan disebut dengan istilah friendship

(persahabatan) Santrock (2003).

Menurut Santrock (2003), karakteristik yang paling umum dari

persahabatan adalah keakraban (intimacy) dan kesamaan (similiarity).

Intimacy dapat diartikan sebagai penyingkapan diri dan berbagai

pemikiran pribadi. Karena kedekatan ini, anak mau menghabiskan

waktunya dengan sahabat dan mengekspresikan efek yang lebih positif

terhadap sahabat dibandingkan dengan yang bukan sahabat. Santrock

(2003) menyebutkan enam fungsi penting persahabatan, yaitu: sebagai

kawan (companionship), sebagai pendorong (stimulation), sebagai

dukungan fisik (physical support), sebagai dukungan ego (ego support),

sebagai perbandingan sosial (social comparison), sebagai memberi

keakraban dan perhatian (intimacy/affection).

2.3. Bimbingan Kelompok

2.3.1. Pengertian Bimbingan Kelompok

Menurut Winkel dan Sri Hastuti. (2004). Bimbingan kelompok

dilakukan bilamana siswa yang dilayani lebih dari satu orang. Bimbingan

kelompok dapat terlaksana dengan berbagai cara, misalnya dibentuk

kelompok kecil dalam rangka layanan Konseling (konseling kelompok),

dibentuk kelompok diskusi, diberikan bimbingan karier kepada siswa-

siswi yang tergabung dalam satu kesatuan kelas di SMA. Dalam

bimbingan kelompok merupakan sarana untuk menunjang perkembangan

optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat

dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan

kelompok adalah proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh

pembimbing atau konselor kepada sekelompok peserta agar mereka dapat

mengembangkan diri semaksimal mungkin, lebih mengenal diri, dapat

menyesuaikan dirinya serta sarana untuk menunjang perkembangan

optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat

dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri.

2.3.2. Teknik-teknik bimbingan kelompok

Dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok ada beberapa

teknik yang biasa digunakan. Tatik Romlah (2001) mengemukakan

teknik dalam bimbingan kelompok tersebut antara lain :

a. Pemberian informasi atau ekspositori

Pemberian penjelasan oleh seseorang pembicara kepada

sekelompok pendenggar. Bisa juga diberikan secara tertulis misal pada

papan bimbingan, majalah sekolah, rekaman, selebaran,vedeo, dan film.

b. Diskusi kelompok

Diskusi kelompok adalah percakapan yang sudah direncanakan

antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah

atau untuk memperjelas suatu persoalan, dibawah pimpinan seorang

pemimpin

c. Pemecahan masalah

Teknik pemecahan masalah mengajarkan pada individu bagaimana

memecahkan masalah secara sistematis. Langkah-langkah pemecahan

masalah secara sistematis adalah :

1. Mengidenfikasi dan merumuskan masalah

2. Mencari sumber dan memperkirakan sebab-sebab masalah

3. Mencari alternatif pemecahan masalah

4. Menguji kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahannya

5. Memilih dan melaksanakan alternatif yang paling menguntungkan

6. Mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai

d. Permainan Peran

Suatu perilaku tiruan atau perilaku tipuan dimana seseorang

berusaha memperbodoh orang lain dengan jalan berperilaku yang

berlawanan dengan apa yang sebenarnya diharapkan, dirasakan atau

diinginkan

e. Permainan Simulasi

Bermain adalah suatu aktivitas yang menyenangkan, ringan,

bersifat kompetitif, atau kedua-duanya. Permainan simulasi adalah

permainan yang dimaksudkan untuk merefleksikan situasi-situasi yang

terdapat dalam kehidupan yang sebenarnya.

f. Teknik penciptaan suasana kekeluargaan

Teknik penciptaan suasana kekeluargaan adalah dimana siswa dan

guru menciptakan suasana yang nyaman seperti ketika mereka berada

dirumah sehingga siswa tidak akan malu dalam berbicara dihadapan

teman dan guru

g. Karyawisata

Karyawisata adalah kegiatan yang diprogramkan oleh sekolah

untuk mengunjungi obyek-objek yang ada kaitannya dengan bidang

studi yang dipelajari siswa, dan dilaksanakan untuk tujuan belajar

secara khusus.

Dari beberapa teknik diatas tidak semua teknik akan digunakan

dalam layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan komunikasi

interpersonal, teknik yang digunakan adalah tehnik diskusi kelompok

untuk meningkatkan komunikasi interpersonal.

2.3.3. Tujuan Bimbingan Kelompok

Menurut Prayitno (1995), tujuan bimbingan kelompok adalah:

a. Mampu berbicara di depan orang banyak

b. Mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaan

dan lain sebagainya kepada orang banyak.

c. Belajar menghargai pendapat orang lain

d. Bertanggung jawab atas pendapat yang dikemukakannya.

e. Mampu mengendalikan diri dan menahan emosi (gejolak

kejiwaan yang bersifat negatif).

f. Dapat bertenggang rasa

g. Menjadi akrab satu sama lainnya

h. Membahas masalah atau topik-topik umum yang dirasakan atau

menjadi kepentingan bersama.

Menurut Winkel (2004) tujuan bimbingan kelompok

adalah menunjang perkembangan pribadi dan perkembangan

sosial masing-masing anggota kelompok serta meningkatkan

mutu kerja sama dalam kelompok guna aneka tujuan yang

bermakna bagi para partisipan. Selain itu bimbingan kelompok

bertujuan untuk merespon kebutuhan dan minat para peserta

didik.

Berdasarkan dari pendapat di atas dapat disimpulkan

tujuan bimbingan kelompok adalah untuk melatih siswa dalam

mengembangkan kemampuan bersosialisasi, dan mewujudkan

tingkah laku yang lebih efektif serta meningkatkan kemampuan

berkomunikasi baik verbal maupun non verbal.

3.3.4. Asas-Asas Bimbingan kelompok

Menurut Prayitno (1995), asas-asas bimbingan kelompok

adalah:

a. Asas kerahasiaan

Para anggota harus menyimpan dan merahasiakan informasi

apa yang dibahas dalam kelompok, terutama hal-hal yang

tidak layak diketahui orang lain

b. Asas keterbukaan

Para anggota bebas dan terbuka mengemukakan pendapat,

ide, saran, tentang apa saja yang yang dirasakan dan

dipikirkannya tanpa adanya rasa malu dan ragu-ragu.

c. Asas kesukarelaan

Semua anggota dapat menampilkan diri secara spontan tanpa

malu atau dipaksa oleh teman lain atu pemimpin kelompok.

d. Asas kenormatifan

Semua yang dibicarakan dalam kelompok tidak boleh

bertentangan dengan norma-norma dan kebiasaan yang

berlaku.

Berdasarkan pendapat diatas asas bimbingan kelompok

meliputi asas kerahasiaan, asas keterbukaan, asas kesukarelaan dan

asas kenormatifan, keeempat asas tersebut harus ada dalam proses

bimbingan kelompok agar dalam proses bimbingan kelompok dapat

berjalan dengan baik dan maksimal.

3.3.5. Tahap-tahap Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok berlangsung melalui empat tahap.

Menurut Prayitno (1995), tahap-tahap bimbingan kelompok adalah

sebagai berikut :

a. Tahap Pembentukan

Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri

atau tahap memasukkakan diri kedalam kehidupan suatu

kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling

memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun

harapan-harapan masing-masing anggota. Pemimpin kelompok

menjelaskan cara-cara dan asas-asas kegiatan bimbingan

kelompok.

Selanjutnya pemimpin kelompok mengadakan permainan

untuk mengakrabkan masing-masing anggota sehingga

menunjukkan sikap hangat, tulus dan penuh empati.

b. Tahap Peralihan

Langkah selanjutnya ke tahap kegiatan kelompok yang

sebenarnya, pemimpin kelompok menjelaskan apa yang akan

dilakukan oleh anggota kelompok pada tahap kegiatan lebih

lanjut dalam kegiatan kelompok.

Pemimpin kelompok menjelaskan peranan anggota

kelompok dalam kegiatan, kemudian menawarkan atau

mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan

pada tahap selanjutnya. Dalam tahap ini pemimpin kelompok

mampu menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka.

Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan

ketiga. Dalam hal ini pemimpin kelompok membawa para

anggota meniti jembatan tersebut dengan selamat. Bila perlu,

beberapa hal pokok yang telah diuraikan pada tahap pertama

seperti tujuan dan asas-asas kegiatan kelompok ditegaskan dan

dimantapkan kembali, sehingga anggota kelompok telah siap

melaksankan tahap bimbingan kelompok selanjutnya

c. Tahap kegiatan

Tahap ini merupakan kehidupan yang sebenarnya dari

kelompok. Namun, kelangsungan kegiatan kelompok pada

tahap ini amat tergantung pada hasil dari dua tahap

sebelumnya. Jika dua tahap sebelumnya berhasil dengan baik,

maka tahap ketiga itu akan berhasil dengan lancar. Pemimpin 7

kelompok dapat lebih santai dan membiarkan para anggota

sendiri yang melakukan kegiatan tanpa banyak campur tangan

dari pemimpin kelompok. Di sini prinsip tut wuri handayani

dapat diterapkan. Tahap kegiatan ini merupakan tahap inti

dimana masing-masing anggota kelompok saling berinteraksi

memberikan tanggapan dan lain sebagainya yang menunjukkan

hidupnya kegiatan bimbingan kelompok yang pada akhirnya

membawa kearah bimbingan kelompok sesuai tujuan yang

diharapkan.

d. Tahap Pengakhiran

Pada tahap ini merupakan tahap berhentinya kegiatan.

Dalam pengakhiran ini terdapat kesepakatan kelompok apakah

kelompok akan melanjutkan kegiatan dan bertemu kembali

serta berapa kali kelompok itu bertemu. Dengan kata lain

kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan

melakukan kegiatan.

Dapat disebutkan kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan

pada tahap ini adalah:

1. Penyampaian pengakhiran kegiatan oleh pemimpin

kelompok

2. Pengungkapan kesan-kesan dari anggota kelompok

3. Penyampaian tanggapan-tanggapan dari masing-masing

anggota

4. Pembahasan kegiatan lanjutan

5. Penutup

2.4.Temuan Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fribasari (2005)

yang manyatakan bahwa layanan bimbingan kelompok dalam

bidang bimbingan sosial efektif untuk meningkatkan hubungan

interpersonal remaja. Hal ini bisa dibuktikan dengan hasil

penelitian di mana sebelum mendapat layanan bimbingan

kelompok, hubungan interpersonal remaja berada pada kategori

Cukup Tinggi dengan skor rata-rata keseluruhan adalah 2,92. Dan

sesudah mendapat layanan bimbingan kelompok, skor rata-rata

hubungan interpersonal remaja meningkat menjadi 3,26 dengan

kriteria Tinggi (T).

2.5. Hipotesis

Layanan bimbingan kelompok dengan tehnik diskusi kelompok

dalam konteks persahabatan dapat meningkatkan komunikasi

interpersonal remaja di Panti Asuhan AL-ITTIHAD Semowo.