bab ii landasan teoretis 2.1 motivasi...
TRANSCRIPT
9
BAB II
LANDASAN TEORETIS
2.1 Motivasi Berprestasi
2.1.1 Pengertian motivasi berprestasi
Mc Clelland (dalam Opnanningtyas, 2010) menyatakan bahwa
motivasi berprestasi merupakan kecenderungan seseorang dalam
mengarahkan dan mempertahankan tingkah laku untuk mencapai suatu
standar prestasi.Pencapaian standar prestasi digunakan oleh siswa untuk
menilai kegiatan yang pernah dilakukan. Siswa yang menginginkan
prestasi yang baik akan menilai apakah kegiatan yang dilakukannya telah
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
McClelland (dalam Sukadji dkk, 2001) mendefinisikan motivasi
berprestasi sebagai motivasi yang mendorong seseorang untuk mencapai
keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan (standard of
excellence). Sedangkan menurut Murray (dalam Beck, 1998), motivasi
berprestasi adalah suatu keinginan atau kecenderungan untuk mengatasi
hambatan, melatih kekuatan, dan untuk berusaha melakukan sesuatu yang
sulit dengan baik dan secepat mungkin. Sementara itu Atkinson (dalam
Petri, 2001) menyatakan bahwa motivasi berprestasi individu didasarkan
atas dua hal, yaitu tendensi untuk meraih sukses dan tendensi untuk
menghindari kegagalan. Individu yang memiliki motivasi berprestasi
10
tinggi berarti ia memiliki motivasi untuk meraih sukses yang lebih kuat
daripada motivasi untuk menghindari kegagalan, begitu pula sebaliknya.
Motivasi yang muncul dari dalam diri individu tidak terlepas dari
adanya kebutuhan. Faktor utama yang menyebabkan timbulnya suatu
kebutuhan dalam kehidupan individu adalah untuk mempertahankan hidup
dan memelihara keseimbangan psikis (homeostatis). Adanya kebutuhan
tersebut yang akan menimbulkan dorongan atau motif dalam diri individu
untuk melakukan tindakan.
Sudarsono (dalam Opnanningtyas, 2010) motivasi adalah tenaga
yang mendorong seseorang berbuat sesuatu keinginan, kecenderungan
organisme untuk melakukan sesuatu sikap atau perilaku yang dipengaruhi
oleh kebutuhan dan diarahkan kepada tujuan tertentu yang telah
direncanakan sebelumnya,sifatnya sebagai alat pengontrol terhadap dirinya
sendiri.
Komarudin (1994) menyebutkan bahwa motivasi berprestasi
meliputi: pertama kecenderungan atau upaya untuk berhasil atau mencapai
tujuan yang dikehendaki; kedua keterlibatan ego individu dalam suatu
tugas; ketiga harapan suatu tugas yang terlihat oleh tanggapnya subyek;
keempat motif untuk mengatasi rintangan atau berupaya berbuat sesuatu
dengan cepat dan baik.
Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa
motivasi berprestasi adalah suatu dorongan dari dalam atau luar diri
individu guna meraih prestasi di bidang tertentu.
11
Heckhausen (dalam Martaniah, 1987) menyatakan bahwa seseorang
yang motivasi berprestasinya tinggi mempunyai disposisi penilaian antara
lain:
a. Jika motivasi berprestasi lebih kuat, perbedaan antara bayangan
diri yang nyata dan yang ideal akan lebih besar.
b. Orang yang berorientasi sukses akan lebih mengharapkan
kemungkinan sukses, dan yang berorientasi gagal akan lebih
mengharapkan kemungkinan kegagalan dalam mencapai
kegagalan.
c. Tingkat aspirasi yang berorientasi sukses biasanya hanya sedang,
dan yang berorientasi gagal biasanya terlalu tinggi atau terlalu
rendah.
d. Subjek yang dimotivasi sukses menganggap sukses sebagai
akibat faktor yang mantap seperti kemampuan dan menganggap
kegagalan bukan karena faktor tersebut, tetapi sebagai akibat
kurangnya usaha yang momental.
Pengertian motivasi untuk berprestasi menurut Mc Clelland (dalam
Sobur, 2003) adalah suatu daya dalam mental manusia untuk melakukan
suatu kegiatan yang lebih baik, lebih cepat, lebih efektif, dan lebih efisien
daripada kegiatan yang dilaksanakan sebelumnya. Ini disebabkan oleh
virus mental. Dari pendapat tersebut Alex Sobur mengartikan bahwa
dalam psikis manusia, ada daya yang mampu mendorongnya ke arah suatu
12
kegiatan yang hebat sehingga dengan daya tersebut, manusia dapat
mencapai kemajuan yang teramat cepat.
2.1.2 Aspek Aspek Motivasi Berprestasi
Mc Clelland (1987) mengemukakan tujuh karakteristik orang yang
mempunyai motivasi tinggi.
1.Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi;
2.Berani mengambil dan memikul resiko.
3. Memiliki tujuan yang realistis.
4.Memiliki rencana kerja yang menyeluruh
5.berjuang untukmerealisasikan tujuan.
6. Memanfaatkan umpan balik yang kongkret dalam semua kegiatan
yang dilakukan.
7. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah
diprogramkan.
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi
Menurut Mc Clelland (1987) mengungkapkan bahwa terdapat faktor-
faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi, meliputi:
1. Faktor Individual
Dalam hal ini, faktor individual yang dimaksud terutama adalah
factor intelegensi dan faktor penilaian individu tentang dirinya.
Intelegensi merupakan kecakapan yang bersifat potensial yang
dimiliki seseorang dan merupakan salah satu unsur penting dalam
13
proses pemecahan masalah yang dilakukan individu. Apabila
individu mempunyai taraf intelegensi diatas rata-rata maka
kemungkinan motivasi berprestasinya tinggi dan apabila individu
mempunyai taraf intelegensi di bawah ratarata maka kemungkinan
taraf motivasi berprestasinya rendah.Sama halnya dengan factor-
faktor yang mempengaruhi kreativitas yang dikemukakan oleh
(Hurlock, 1999) salah satunya intelegensi, pada setiap umur anak
yang pandai menunjukan kreativitas yang lebih besar dari anak yang
kurang pandai, siswa yang intelegensinya tinggi mungkin
kreativitasnya rendah atau sebaliknya.Hurlock, (1999) menyatakan
bahwa taraf kecerdasan (intelegensi) yang dimiliki indviidu juga
akan turut menentukan atau mempengaruhi prestasi yang dicapainya.
Faktor lainnya adalah penilaian individu mengenai dirinya sendiri.
2. Faktor Lingkungan
Maksud dari faktor lingkungan disini adalah segala sesuatu yang
berada diluar diri individu, yang turut mempengaruhi motivasi
berprestasinya. Faktor lingkungan ini dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Lingkungan Keluarga
Relasi yang kurang harmonis dalam keluarga dapat
menimbulkan gangguan-gangguan emosional pada anggota
keluarga, termasuk anak sebagai anggota sebuah keluarga.
Gangguan emosional seringkali berupa bentuk-bentuk ketegangan
atau konflik yang dirasakan dalam diri individu. Keadaan seperti
14
ini akan menyebabkan berkurangnya fungsi perhatian individu
sehingga daya konsentrasi dalam menghadapi tugas-tugas yang
menuntut kemampuannya menurun. Akibatnya, sekalipun
mahasiswa mempunyai tingkat intelegensi tinggi namun bila
individu tersebut mengalami gangguan emosional maka motivasi
berprestasinya akan cenderung rendah. Sebaliknya, bila relasi
dalam keluarga berlangsung harmonis dan dapat memberikan rasa
aman, maka individu akan merasa bebas untuk bereksplorasi dan
mengekspresikan diri. Individu yang diberi kesempatan untuk
mengekpresikan diri dan ternyata berhasil, maka individu akan
merasa tertantang untuk meraih prestasi yang lebih baik lagi. Bila
mengalami kegagalan, individu tidak akan menyalahkan
lingkungan karena menyadari bahwa kegagalan tersebut
disebabkan oleh kurangnya usaha dalam mencapai prestasi yang
diinginkan.
b. Lingkungan Sosial
Merupakan lingkungan sekitar tempat individu hidup dan
bergaul sehari-hari. Lingkungan sekitar yang banyak memberikan
rangsangan akan membantu meningkatkan rasa ingin tahu individu
sehingga akan mengembangkan dan meningkatkan motivasi
berprestasinya. Di samping itu, lingkungan sekitar yang
memberikan kesempatan pada individu untuk dapat lebih
mengekspresikan kemampuannya, akan membuat individu lebih
15
percaya diri, sehingga meskipun mengalami kegagalan, individu
akan terdorong untuk mengatasinya dan berusaha lebih baik lagi.
c. Lingkungan Akademik
Lingkungan akademik menyangkut sejauh mana sebuah
institusi pendidikan dapat memenuhi kebutuhan individu sebagai
siswa berprestasi di sekolahnya, meliputi fasilitas yang disediakan,
hubungan antara siswa dan guru, dan hubungan antar siswa sendiri.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa banyak faktor
pendukung untuk memotivasi sesorang untuk berprestasi. Oleh karena
itu sebagai tenaga pendidik harus memahami setiap latar belakang
permasalahan sehingga ketika mendampingi seseorang yang kurang
termotivasi berprestasi tenaga pendidik mampu membuat treatment,
dan membuat seseorang bersemangat untuk lebih berprestasi.
2.2 Kreativitas
2.2.1 Pengertian Kreativitas
Kata kreativitas/creativity bermakna mempunyai sifat
kreatif/creative yang berasal dari kata to create/mencipta. Kreativitas
merupakan Kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan
(f1leksibilitas), dan originalitas dalam berfikir, serta kemampuan untuk
mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya dan memperinci suatu
gagasan (Munandar, 1992).
16
Torrance ( dalam Semiawan, 2000) mengartikan kreativitas sebagai
proses mencipta gagasan, pengujian gagasan, mengubah dan menguji
kembali gagasan serta mengkomunikasikan hasilnya. Siswa kreatif kadang
menunjukkan ciri-ciri mandiri dalam berpikir, menimbang, berani beda
pendapat, skeptis pada kehendak penguasa serta sukar berkompromi.
Munandar (1999) menyatakan kreativitas adalah kemampuan
menuangkan gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan
masalah. Kreativitas meliputi ciri kognitif taraf kelancaran, keluwesan dan
keaslian berpikir. Kreativitas meliputi ciri afektif rasa ingin tahu, senang
bertanya dan mencari pengalaman baru. Kreativitas adalah proses yang
menghasilkan gagasan atau objek dalam bentuk/susunan yang baru.
Kreativitas adalah kemampuan membentuk konsep baru dari dua konsep
atau lebih dalam pikiran. Kombinasi tersebut berupa konsep abstrak atau
benda konkret berupa produk atau jasa, cara terbaik atau metode.
Kemampuan kreativitas menurut Munandar (1999) berkenaan dengan
mengkombinasi, memecahkan masalah dan operasional. Kemampuan
mengkombinasi berdasarkan data atau unsur yang tersedia, kemampuan
memecahkan masalah berdasarkan informasi yang tersedia serta mene-
mukan keragaman solusi dengan penekanan pada aspek kualitas dan efek-
tivitas, kemampuan operasional berdasarkan pada aspek kelancaran, kelu-
wesan dan orisinalitas.
Penelitian menunjukkan bahwa semasa kecil,kebanyakan dari
orang lebih kreatif dibandingkan pada saat dewasa. Saat orang berusia 5
17
tahun, kebanyakan dari orang memiliki tingkat kreativitas sebesar 96,5%,
dan bertanya lima kali lebih sering daripada orang dewasa. Saat orang
berusia 17 tahun, orang mengalami penurunan tingkat kreativitas kurang
lebih 86%. Pada umur 30 tahun, secara rata-rata tingkat kreativitas kita
tidak sampai 40%. Penurunan tingkat kreativitas seseorang terhadap makin
bertambahnya usia sebenarnya disebabkan oleh faktor hubungan antara
derajat intensitas eksperimen dengan keinginan untuk menjaga keamanan
diri (Nasution, 2006).
Semakin tua seseorang, tingkat eksperimentalnya semakin rendah,
hal itu terjadi karena semakin tua seseorang, maka akan cenderung
menghindari resiko dan ingin merasa aman saja. Dilibatkannya kerja otak
dalam setiap jengkal umur orang mejadikan orang “kuat,padat,dan berisi”
seperti otot olahragawan yang terlatih selama bertahun-tahun.Sementara
itu, otak yang jarang digunakan akan menurun tingkat responsnya terhadap
suatu kejadian seperti rendahnya respons orang yang sedang stress berat
terhadap keadaan sekelilingnya. Bukankah sering didengar alasan dari para
orang lanjut usia yang suka mengisi TTS(Teka Teki Silang) adalah
mengolahragakan otaknya agar bisa megurangi tingkat kepikunan
(Nasution, 2006).
Para ahli otak sepakat bahwa kreativitas bersumber dari otak kanan
yang seseorang miliki. Ruger Sperry (dalam Nasution, 2006), melakukan
penelitian penting terhadap adanya dua wilayah kerja dalam otak manusia,
yaitu otak kiri dan otak kanan. Sperry melakukan eksperimen yang
18
menjelaskan fungsi respektif dari masing-masing belahan otak.
Karakteristik otak sebelah kanan sangat dekat dengan apa yang orang
pahami sebagai berpikir kreatif, sedangkan otak sebelah kiri memainkan
peran untuk berfikir kritis. Perbedaan mendasar dari kinerja masing-
masing otak tersebut akan membantu pengembangan penelitian
berikutnya, yang menyangkut perbedaan antara berfikir kreatif denga
berfikir kritisR.Swartz dan D.N Perkins, 1990 hingga perbedaan antara
berfikir vertikal dengan berfikir lateralnya Edward De Bono (Nasution,
2006).
Menurut Ruger Sperry (dalam Nasution, 2006), Pada dasarnya
belahan otak sebelah kanan berhubungan dengan kerja otak yang memilki
sifat sebagai berikut:
Karakteristik kerja
otak
Deskripsi Aktivitas
Non verbal Merespon musik,bahasa tubuh,sentuhan
Sintesis Mengubah beberapa bagian untuk membentuk
keseluruhan
Intuitif Mengikuti firasat dan perasaan
Kausal dan informal Berhubungan dengan informasi karena kebutuhan
atau kepentingan.
Konkret Berhubungan dengan sesuatu secara sensor
daripada abstrak
Holistik Melihat sesuatu secara keseluruhan
Visual Menggunakan perumpamaan,merespons
gambar,warna,dan bentuk.
Sensori Berorientasi pada psikologi
19
Renggang Menghubungkan bagian-bagiannya pada
keseluruhan
Responsif Mendengarkan musik dengan emosi
Originatif Tertarik dengan ide-ide atau teori-teori
Motorik Mengontrol organ sebelah kiri dan gerakan.
Setiap orang memiliki orientasi cara berpikir. Ada orang yang
dominasi otak kirinya lebih besar dari otak kanannya,misal mereka yang
berprofesi sebagai matematikawan teoritis. Ada juga orang yang otak
kanannya lebih dominan dari otak kirinya,misal profesi seniman. Secara
sederhana,kreativitas didefinisikan oleh J.S Bruner dalam bukunya Toward
a Theory of Instruction yang sudah di artikan ke dalam Bahasa Indonesia
dalam bukunya Ir. Arman Hakim Nasution (Creative Thinking) sebagai
“kejutan yang efektif”, dimana hasilnya adalah sesuatu (bisa produk atau
gagasan) yang mengejutkan. Misalnya, karena baru, belum pernah ada,
belum pernah terpikirkan, unik, dan lain sebagainya (Nasution, 2006).
Munandar (1988) menyatakan potensi kreatif siswa dapat dipahami
melalui:
1) Person/Pribadi
Kreativitas merupakan ungkapan unik dari keseluruhan kepri-
badian sebagai hasil interaksi siswa dengan lingkungannya, tercermin
dalam pikiran, perasaan, sikap atau perilakunya.
2) Press/Pendorong
20
Faktor-faktor dalam diri siswa dan dalam lingkungan yang
merupakan persyaratan bagi pertumbuhan kreativitas adalah faktor-faktor
internal dan eksternal.
3) Process/Proses
Pengertian kreativitas sebagai proses menunjuk pada perlunya
siswa berusaha untuk melihat lebih jauh dan lebih mendalam, daripada
menginginkan hasil/produk secepat-cepatnya.
4) Product/Produk atau Hasil
Apabila guru dapat menerima bahwa tiap pribadi mempunyai
potensi kreatif yang unik dan dapat mengenal potensi tersebut, untuk
kemudian memperhatikan kondisi internal dan kondisi eksternalyang
bersifat pendorong dan memupuk pengembangan bakat kreatif siswa,
selanjutnya memberi kesempatan pada setiap siswa untuk melibatkan diri
dalam kegiatan-kegiatan kreatif sesuai dengan keahliannya dan minatnya
(proses) maka produk-produk kreativitas yang bermakna dijamin akan
muncul.
2.2.2 Ciri-ciri Kreativitas
Guilford (dalam Supardi, 2004) menemukan 5 segi yang menjadi
ciri kreativitas, yaitu: 1) Kelancaran/fluency, yaitu kemampuan
menghasilkan banyak gagasan. 2) Keluwesan/ flexibility, yaitu kemampuan
mengemukakan bermacam pemecahan/pendekatan terhadap masalah. 3)
Keaslian/originality, yaitu kemampuan mencetuskan gagasan dengan cara
asli dan tidak kuno. 4) Penguraian/elaboration, yaitu kemampuan mengurai
21
sesuatu secara lebih rinci. 5) Perumusan kembali/redefinition, yaitu
kemampuan meninjau persoalan berdasarkan perspektif berbeda dengan
yang diketahui orang banyak. Siswa kreatif memproses serta bereaksi
terhadap lingkungan secara berbeda dibanding rekan-rekannya.Guru ingin
agar siswanya kreatif tetapi terbiasa membuat siswa stres berkepanjangan/
melampaui daya pikul sehingga kreativitasnya terhalang. Siswa kreatif
cenderung dijauhi temannya serta disalah-mengerti orang tua dan guru.
Siswa ini merugi karena orang tua dan guru lebih toleran pada siswa yang
suka berkompromi. Banyak orang dewasa mengekang individualisme dan
kreativitas siswa.Semestinya ada ikhtiar khusus untuk menemukan
manfaat dan upaya mendorong berkembangnya potensi kreatif.
Munandar (1988) menyatakan bahwa dalam hasil penelitian oleh
beberapa ahli ciri-ciri kepribadian kreatif yaitu : mempunyai daya
imajinasi yang kuat, mempunyai inisiatif,mempunyai minat yang luas,
bebas dalam berpikir (tidak kaku atau terhambat), bersifat ingin tahu,
Selalu ingin mendapat pengalaman – pengalaman baru, percaya pada diri
sendiri, Penuh semangat (energik), berani mengambil risiko (tidak takut
membuat kesalahan), Berani dalam pendapat dan keyakinan (tidak ragu-
ragu dalam menyatakan pendapat meskipun mendapat kritik dan berani
mempertahankan pendapat yang menjadi keyakinannya.Pemaduan ciri
kognitif dan afektif dalam pengembangan kreativitas dimaksudkan agar
kreativitas siswa terwujud nyata. Pengembangan kreativitas selain
memerlukan kemampuan berpikir kreatif, juga perlu pembentukan sikap,
22
berpikir, perasaan dan kepribadian. Ciri-ciri kreativitas yang berhubungan
dengan kemampuan berpikir/kognitif yang dipadu sikap dan perasaan,
yaitu:
1) Berpikir lancar, mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penye-
lesaian masalah dan pertanyaan, banyak cara melakukan serta
memikirkan lebih dari satu jawaban.
2) Berpikir luwes, menghasilkan gagasan, jawaban/pertanyaan
bervariasi, melihat masalah dari sudut pandang berbeda,
mencari alternatif dari arah berbeda serta mengubah cara
pemikiran.
3) Berpikir orisinal, mampu melahirkan ungkapan baru dan unik,
memikirkan cara tidak lazim untuk mengungkapkan diri serta
membuat kombinasi yang tidak lazim dari bagian-
bagian/unsur-unsur.
4) Merinci/mengelaborasi, memperkaya dan mengembangkan
gagasan atau produk, menambahkan atau merinci secara detail
objek, gagasan atau situasi sehingga lebih menarik.
5) Menilai, menentukan patokan penilaian sendiri dan me-
nentukan apa suatu pertanyaan tertentu benar, rencana sehat,
tindakan bijaksana, mampu mengambil keputusan terhadap
situasi yang terbuka serta tidak hanya mencetuskan gagasan
tetapi melaksanakannya.
6) Rasa ingin tahu meliputi dorongan mengetahui lebih banyak,
mengajukan banyak pertanyaan, memperhatikan orang lain,
peka dalam pengamatan dan ingin meneliti.
7) Imaginatif meliputi kemampuan memperagakan atau memba-
yangkan hal-hal yang belum pernah terjadi, mengetahui perbe-
daan antara khayalan dan kenyataan.
23
8) Tertantang kemajemukan, dorongan mengatasi yang sulit,
tertantang oleh situasi rumit serta tertarik pada tugas-tugas
yang rumit.
9) Berani mengambil resiko, berani memberi jawaban yang belum
tentu benar, tidak takut gagal atau dikritik serta tidak ragu-ragu
karena ketidak-jelasan hal-hal tidak konvensional atau kurang
terstruktur.
10) Menghargai meliputi tindakan menghargai bimbingan dan
maknanya dalam hidup serta menghargai kemampuan dan
bakat sendiri yang sedang berkembang.
Kao (dalam Supardi, 2004) menyatakan siswa yang berpemikiran
kreatif cenderung melihat dengan cara beda, rasa ingin-tahu, menyesuaikan
sesuatu yang tampak berlawanan, percaya diri sendiri, tekun, menerima
perbedaan, terbuka pada pengalaman, mandiri dalam membuat
pertimbangan, berpikir dan bertindak, butuh dan menerima otonomi, tidak
hanya tunduk pada standar dan pengawasan kelompok serta mau meng-
ambil resiko yang diperhitungkan. Kreativitas siswa adalah taraf kemam-
puan siswa menghasilkan gagasan baru yang dinyatakan dalam pikiran
yang masih abstrak atau sudah berbentuk benda konkret. Kreativitas siswa
diamati dari keterampilan berpikir lancar, luwes, rasa ingin tahu, merasa
tertantang oleh kemajemukan serta bersikap berani mengambil resiko.
Dari uraian dan ciri-ciri tentang kreativitas menurut Munandar
(1988), penulis menyimpulkan bahwa kreativitas merupakan kecakapan
dalam diri siswa yang membuat siswa memiliki :
1. Rasa ingin tahu
24
2. Gagasan baru
3. Orisinal
4. Luwes
5. Membuat kombinasi baru berdasarkan data
6. Berani mencari informasi
7. Mendaur ulang bahan pelajaran,
8. Berpikir divergen/melalui beberapa kemungkinan jawaban dengan
menggunakan unsur-unsur yang ada.
9. Selanjutnya dipelajari untuk memahami dan mempelajari bahan
pelajaran.
10. Memperdalam bahan pelajaran.
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas
Hurlock (1999) menyatakan ada sejumlah faktor yang berpengaruh
pada kreativitas siswa, yaitu jenis kelamin, urutan kelahiran,
inteligensi dan tingkat pendidikan orang tua yang dibahas secara
berurutan sebagai berikut:
1) Jenis Kelamin
Anak laki-laki menunjukkan kreativitas lebih besar dari anak
perempuan terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Hal
ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan orang tua terhadap
anak laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki lebih diberi
kesempatan mandiri, berani mengambil resiko dan
menunjukkan inisiatif.
25
2) Urutan Kelahiran
Studi mengenai urutan kelahiran melaporkan bahwa anak
yang lahir di tengah, lahir di belakang dan anak tunggal lebih
kreatif dari anak yang pertama. Pada umumnya anak sulung
lebih ditekan untuk menyesuaikan diri oleh orang tua sehingga
menjadi anak yang penurut daripada pencipta. Penelitian lain
menunjukkan anak sulung lebih kreatif daripada adik-adiknya.
3) Inteligensi
Pada setiap umur anak yang pandai menunjukkan kreati-
vitas yang lebih besar dari anak yang kurang pandai. Anak
mempunyai lebih banyak gagasan baru untuk menangani
suasana konflik sosial dan mampu merumuskan lebih banyak
penyelesaian bagi konflik tersebut. Pada taraf remaja, ternyata
remaja yang memiliki kreativitas tinggi mempunyai taraf
intelegensi di bawah rerata kelompok sebayanya. Berbagai
studi melaporkan hasil yang berbeda tentang hubungan
kreativitas dan intelegensi. Siswa yang intelegensinya tinggi
mungkin kreativitasnya rendah atau sebaliknya.
4) Tingkat Pendidikan Orang Tua
Para siswa yang memiliki skor tes kreativitas tinggi
mempunyai orang tua yang berpendidikan tinggi, karena dalam
keluarganya banyak tersedia bahan bacaan serta dorongan yang
didapat dari orang tuanya.
26
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa jenis
kelamin, urutan kelahiran, inteligensi dan pendidikan orang tua
merupakan faktor yang mempengaruhi kreativitas siswa.
Di lain pihak, Rogers ( dalam Munandar, 1999)
mengatakan ada dua faktor yang mempengaruhi kreativitas,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1) Faktor internal yang meliputi:
a. Keterbukaan terhadap pengalaman, terhadap
rangsangan dari luar maupun dari dalam, hal ini berarti
ada kesediaan diri siswa menerima informasi
sebagaimana adanya dan menerima tiap rangsang secara
bebas tanpa terikat oleh batas-batas konsep, pendapat,
pengamatan atau sesuatu yang sudah ditentukan.
b. Fokus evaluasi internal, merupakan dasar dalam
penilaian dari produk kreatif, yang ditentukan oleh diri
siswa sendiri, meskipun tidak menutup diri dari
pendapat atau kritik orang lain.
c. Kemampuan untuk bermain dengan unsur-unsur,
bentuk-bentuk, konsep-konsep dan kombinasi-
kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada
sebelumnya.
2) Faktor eksternal yang meliputi:
Kondisi eksternal yang memungkinkan kreativitas
berkembang adalah rasa keamanan dan kebebasan
27
psikologik. Keamanan psikologik adalah menerima
individu sebagaimana adanya, berusaha memberikan
pengertian secara empatis. Sedangkan yang diartikan
sebagai kebebasan psikologik adalah bila guru maupun
orang tua memberi kesempatan kepada anak untuk bebas
mengekspresikan pikiran dan perasaannya sehingga dalam
kondisi tersebut anak bebas mengungkapkan ide-ide.
Rogers (Munandar, 1999) juga mengemukakan yang mendorong
siswa untuk bertindak kreatif adalah kecenderungannya untuk
mengaktualisasikan diri dan untuk mewujudkan potensi yang dimiliki.
Kecenderungan inilah yang menjadi motivasi utama siswa membentuk
produk kreatif dalam berhubungan dengan lingkungan.
2.3 Hasil-hasil penelitian yang berhubungan
Ada beberapa penelitian tentang motivasi berprestasi dan kreativitas
diantaranya yang dilakukan oleh Kuntjojo, Andik Matulessy (2011) di
Kediri yang meneliti tentang “Hubungan antara metakognisi dan motivasi
berprestasi dengan kreativitas mahasiswa Semester I 2011/2012 Program
Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Nusantara PGRI Kediri. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa metakognisi dan motivasi berprestasi
secara bersama-sama berhubungan positif sangat signifikan dengan
kreativitas yang ditunjukkan dengan nilai F hitung sebesar 63,084 dan
signifikansi 0,000 (< 0,05). Hasil analisi regresi menunjukkkan bahwa
koefisien determinasi sebesar 0,508. Artinya prosentase sumbangan
28
pengaruh variabel bebas (metakognisi dan motivasi berprestasi) secara
bersama terhadap variabel kreativitas sebesar 50,8 %. Hasil analsis
korelasi secara parsial menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang
sangat signifikan antara metakognisi dengan kreativitas, ada hubungan
positif yang sangat signifikan antara motivasi berprestasi dengan
kreativitas.
Dominikus (2012). Dengan judul “Hubungan antara kreativitas dan
motivasi berprestasi mahasiswa program studi bimbingan dan konseling
angkatan 2010 FKIP Unika Atma Jaya, yang menyimpulkan bahwa ada
hubungan yang positif dan signifikan antara kreativitas dan motivasi
berprestasi mahasiswa bimbingan konseling FKIP Unika Atma Jaya. Dari
hasil spss menunjukkan skore koefisiensi korelasi nilai rxy sebesar 0,346
pada taraf signifikansi (p) 0,004 jadi p < 0,050.
Hasil penelitian ini jika ada hubungan antara kreativitas dan
motivasi berprestasi akan mendukung jurnal“Directorate-General for
Education an Culture, the European Commission (dalam Kuntjojo, 2011),
Yang membahas hubungan motivasi dengan kreativitas, dalam jurnal
tersebut dikatakan bahwa salah satu aspek yang mempengaruhi kreativitas
adalah motivasi, termasuk didalamnya motivasi berprestasi.
Woolfolk (Kuntjojo, 2012) menyatakan bahwa motivasi,
persistensi, dan dukungan sosial juga berperan penting dalam proses
kreatif, Hubungan motivasi dengan kreativitas juga sejalan dengan apa
yang dinyatakan oleh Sternberg. Menurut Strenberg (Kuntjojo, 2012) ada
29
beberapa faktor yang mempengaruhi kreativitas seseorang, diantaranya
adalah motivasi yang sangat tinggi untuk menjadi kreatif di bidang tertentu.
2.4 Hipotesis
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti
tentang motivasi berprestasi dan Kreativitas serta kajian teori, maka
terdapat hipotesis sebagai berikut: “Ada hubungan yang signifikan antara
motivasi berprestasi dengan kreativitas dikelas XI IPS SMA N 2 Salatiga.”