bab ii konsep kontrol diri dan kedisiplinan siswa di...

24
Anggia Meytasari, 2013 Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB II KONSEP KONTROL DIRI DAN KEDISIPLINAN SISWA DI SEKOLAH A. Konsep Kontrol Diri 1. Pengertian Kontrol Diri Terbentuknya kontrol diri (self control) tidak terlepas dari kesadaran diri yang tinggi atas kemampuan yang dimiliki individu. Kemampuan kontrol diri individu itu ditentukan oleh berapa besar dan sejauh mana individu tersebut berusaha mempertinggi kontrol dirinya. Tingkah laku kontrol diri, menunjukkan pada kemampuan individu untuk mengarahkan tingkah lakunya sendiri yaitu suatu tindakan yang berkenaan dengan kemampuan melakukan suatu keinginan dengan tujuan yang terarah. Menurut Harter (Muharsih, 2008 : 15) menyatakan bahwa dalam diri seseorang terdapat suatu sistem pengaturan diri (self-regulation) yang memusatkan perhatian pada pengontrolan diri (self-control). Proses pengontrolan diri ini menjelaskan bagaimana diri (self) mengendalikan perilaku dalam menjalani kehidupan sesuai dengan kemampuan individu dalam mengendalikan perilaku. Jika individu mampu mengendalikan perilakunya dengan baik maka dapat menjalani kehidupan dengan baik. Melalui kemampuan ini, individu dapat membedakan perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima, dan kemampuan menggunakan pengetahuan tentang apa yang dapat diterima itu sebagai perilaku standar untuk membimbing perilakunya sehingga mau menunda pemenuhan kebutuhannya (Santrock, 2003: 523). Orang yang memiliki kontrol diri memiliki kesiapan diri untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan norma, adat, nilai-nilai yang bersumber dari ajaran agama serta tuntutan lingkungan masyarakat dimana tinggal, emosinya tidak lagi meledak-ledak dihadapan orang lain, melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih diterima (Hurlock, 1980: 225). Hal tersebut sependapat dengan Tajiri (2012:34) bahwa kemampuan kontrol diri berpijak pada pikiran sadar yang dimiliki manusia, bahkan merupakan buah

Upload: trinhthuan

Post on 02-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KONSEP KONTROL DIRI DAN KEDISIPLINAN SISWA DI ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_ii.pdf · Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB II

KONSEP KONTROL DIRI DAN KEDISIPLINAN SISWA DI SEKOLAH

A. Konsep Kontrol Diri

1. Pengertian Kontrol Diri

Terbentuknya kontrol diri (self control) tidak terlepas dari kesadaran diri yang

tinggi atas kemampuan yang dimiliki individu. Kemampuan kontrol diri individu

itu ditentukan oleh berapa besar dan sejauh mana individu tersebut berusaha

mempertinggi kontrol dirinya. Tingkah laku kontrol diri, menunjukkan pada

kemampuan individu untuk mengarahkan tingkah lakunya sendiri yaitu suatu

tindakan yang berkenaan dengan kemampuan melakukan suatu keinginan dengan

tujuan yang terarah.

Menurut Harter (Muharsih, 2008 : 15) menyatakan bahwa dalam diri seseorang

terdapat suatu sistem pengaturan diri (self-regulation) yang memusatkan perhatian

pada pengontrolan diri (self-control). Proses pengontrolan diri ini menjelaskan

bagaimana diri (self) mengendalikan perilaku dalam menjalani kehidupan sesuai

dengan kemampuan individu dalam mengendalikan perilaku. Jika individu

mampu mengendalikan perilakunya dengan baik maka dapat menjalani kehidupan

dengan baik. Melalui kemampuan ini, individu dapat membedakan perilaku yang

dapat diterima dan tidak dapat diterima, dan kemampuan menggunakan

pengetahuan tentang apa yang dapat diterima itu sebagai perilaku standar untuk

membimbing perilakunya sehingga mau menunda pemenuhan kebutuhannya

(Santrock, 2003: 523).

Orang yang memiliki kontrol diri memiliki kesiapan diri untuk berperilaku

sesuai dengan tuntutan norma, adat, nilai-nilai yang bersumber dari ajaran agama

serta tuntutan lingkungan masyarakat dimana tinggal, emosinya tidak lagi

meledak-ledak dihadapan orang lain, melainkan menunggu saat dan tempat yang

lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih diterima

(Hurlock, 1980: 225).

Hal tersebut sependapat dengan Tajiri (2012:34) bahwa kemampuan kontrol

diri berpijak pada pikiran sadar yang dimiliki manusia, bahkan merupakan buah

Page 2: BAB II KONSEP KONTROL DIRI DAN KEDISIPLINAN SISWA DI ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_ii.pdf · Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dari kesadaran atau fungsi pikiran sadar yaitu tingkat kesiagaan individu baik

terhadap stimuli eksternal maupun internal. Seseorang sadar jika ia tidak hanya

memantau lingkungan (internal dan eksternal), tetapi juga pada saat seseorang

mengendalikan dirinya sendiri dan lingkungan.

Kontrol diri mengambil model ketaatan terhadap aturan-aturan dan norma serta

model keterampilan verbal yang berkembang untuk mengendalikan perilakunya

sendiri melalui self-talk (Safaria, 2004: 110). Sesuai dengan pendapat tersebut

Logue (1995:24) mengemukakan ciri-ciri orang yang mampu mengendalikan diri

yaitu; a) memegang teguh tugas yang berulang meskipun berhadapan dengan

berbagai gangguan; b) mengubah perilakunya sendiri dengan norma yang ada; c)

tidak menunjuk perilku yang dipengaruhi oleh kemarahan; dan d) bersikap

tolearan terhadap stimulus yang berlawanan.

Di beberapa literatur terdapat beragam paparan/penyajian tentang kemampuan

kontrol diri, namun demikian esensinya sama yaitu kemampuan melakukan

pertimbangan dan kemampuan memutuskan pilihan perilaku yang terbaik. Kamus

istilah psikologi, kemampuan kontrol diri didefinisikan sebagai kemampuan untuk

membimbing tingkah laku sendiri, kemampuan untuk menekan atau merintangi

impuls-impuls atau tingkah laku impulsif (Chaplin,2008 : 451).

Goldfried dan Merbaum (Muharsih, 2008:16) mendefinisikan kontrol diri

sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan

mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi

positif.

Calhoun dan Acocella (1995: 130) mendefinisikan bahwa kontrol diri (self

control) pengaruh seseorang terhadap, dan peraturan tentang, fisiknya, tingkah

laku dan proses-proses psikologisnya, dengan kata lain sekelompok proses yang

mengikat dirinya.

Selain itu Lazarus (1976: 340) berpendapat bahwa dalam Self-control

menyajikan sebuah putusan personal yang datang melalui pertimbangan sadar

untuk tujuan mengintegrasikan tindakan yang didesain agar mencapai hasil

tertentu yang diinginkan atau tujuan yang ditentukan oleh individu itu sendiri.

Aktivitas yang dimediasi oleh proses kognitif yang menyiapkan untuk mengenal

Page 3: BAB II KONSEP KONTROL DIRI DAN KEDISIPLINAN SISWA DI ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_ii.pdf · Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kesadaran, dan ini menunjukkan pentingnya pikirandan bahasa dalam menahan

tindakan impulsif, yang memperkenalkan sebuah alternatif cognitif yang

menyainginya hingga pengaturan diri yang teratur.

Hakikat kontrol diri sebagaimana dijelaskan sebelumnya, menyiratkan adanya

dimensi kualitas yang dimiliki seseorang, yaitu sikap mental yang tidak ceroboh,

mampu memikirkan sesuatu secara matang dengan melihat berbagai faktor dan

nilai, serta dituntut ketegasan sikap dan keberpihakan. Dimensi kualitas seseorang

itu ditentukan oleh kepemilikan wawasan dan pengetahuan oleh seseorang atau

yang disebut juga dengan istilah kognisi. Seperti dikatakan Lazarus kemampuan

kognisi seseorang, yaitu persepsi atau penafsiran seseorang mengenai stimulus

dengan melibatkan pengetahuan dan pengalaman-pengalaman yang dimilikinya,

dan termasuk di dalamnya pengetahuan mengenai konsekuensi yang ditimbulkan

(Lazarus, 1976:340).

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli, maka kontrol diri dapat diartikan

sebagai suatu aktivitas pengendalian tingkah laku dengan melakukan

pertimbangan-pertimbangan terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk

bertindak.

2. Perkembangan Kontrol Diri

Sejak individu dilahirkan mulai dari bayi, menginjakan remaja sampai dewasa,

individu tersebut mempelajari banyak hal mengenai dunia sekitarnya. Dalam

melakukan itu, individu berusaha untuk bisa memahami hal-hal penting tentang

dirinya. Hal penting dari perkembangan diri adalah diri (self) yang merupakan

bagian dari proses terbentuknya kontrol diri (self control).

Vasta (Muharsih, 2008: 19) mengungkapkan bahwa perilaku anak pertama kali

dikendalikan oleh kekuatan eksternal. Secara perlahan-lahan kontrol eksternal

tersebut diinternalisasikan menjadi kontrol internal. Salah satu

menginternalisasikan kontrol melalui kondisioning klasikal. Calhoun dan

Acocella (1995:136) berpendapat bahwa langkah terpenting dalam perkembangan

bayi yakni melalui mengkondisi responden, untuk mengasosiasikan orangtuanya

(perangsang netral) dengan perangsang naluriah yang menyenangkan tentang

Page 4: BAB II KONSEP KONTROL DIRI DAN KEDISIPLINAN SISWA DI ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_ii.pdf · Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

makanan, kehangatan dan asuhan. Jadi orangtua mendapat penghargaan yang

sangat tinggi. Sebaliknya, restu dan celaan mereka menjadi hadiah dan hukuman

yang emosional dalam pandangan anak.

Calhoun dan Acocella (1995:137) berpendapat terdapat perbedaan antara

pengkondisian responden dan pengkondisian operan. Proses belajar menjadikan

kegiatan diperkuat atau diperlemah karena konsekuensinya disebut mengkondisi

operan. Pada mengkondisikan responden, stimulus yang menyenangkan dan yang

tidak menyenangkan mendahului respon. Sedangkan dalam mengkondisikan

operan stimulus yang menyenangkan dan tidak menyenangkan mengikuti respon.

Istilah mengenai tingkah laku, Calhoun dan Acocella (1995:140) menjelaskan

mengenai rangsangan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang

memperkuat suatu tingkah laku disebut penguat (reinforcers) dan pengaruhnya

disebut penguatan (reinforcement).

Koop (Berndt, 1992) berpendapat bahwa kontrol prilaku bayi bersifat refleks.

Pada akhir tahun pertama bayi mengalami kemajuan dalam mengontrol diri. Bayi

mulai memenuhi perintah dari orangtua untuk menghentikan perilakunya.

Perilaku untuk mematuhi orangtua merupakan suatu kemajuan bagi

perkembangan kontrol diri bayi tersebut, sehingga membuat bayi memodifikasi

kontrol prilakunya berdasarkan perintah orangtua. Antara usia 18-24 bulan pada

perkembangan usia bayi akan muncul true self control. Berndt (1992) mengatakan

bahwa pada usia ini anak akan melakukan apa yang dilakukan oleh orangtuanya.

Menurut Vasta (1992) pada tahun ketiga kontrol diri pada anak akan muncul

melalui bentuk penolakan segala sesuatu yang dilakukan untuknya dan

menyatakan keinginannya untuk melakukan sendiri.

Kontrol eksternal pada anak awalnya diperoleh melalui instruksi verbal dari

orangtua. Anak akan menginternalisasikan kontrol dengan mengarahkan

perilakunya secara diam-diam melalui pikiran mereka. Oleh sebab itu kontrol

verbal terhadap perilaku anak yang pada awalnya berasal dari kekuatan eksternal

menjadi kekuatan yang berasal dari dirinya sendiri. Vasta (1992) mengatakan

bahwa setelah tiga tahun kontrol diri pada anak akan lebih menjadi terperinci

berdasarkan pengalaman mereka. Pada saat usia empat tahun kontrol diri pada

Page 5: BAB II KONSEP KONTROL DIRI DAN KEDISIPLINAN SISWA DI ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_ii.pdf · Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

anak akan menjadi sifat kepribadian dengan nilai prediksi jangka panjang

(Berndt:1992). Mischael (Berndt, 1992) bahwa kontrol diri akan berkembang

dengan bertambahnya usia seseorang. Ketika seorang anak menginjak usia 14

tahun mereka akan lebih lancar berbicara, lebih mempunyai kepercayaan diri,

lebih mampu mengatasi frustasi dan lebih mampu menahan godaan.

Kemampuan mengontrol diri berkembang seiring dengan bertambahnya

usia. Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja adalah

mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok darinya dan kemudian mau

membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa harus

dibimbing,diawasi, didorong dan diancam seperti hukuman seperti yang dialami

waktu anak-anak. Saat memasuki usia remaja, kemampuan mengontrol diri

berkembang seiring dengan kematangan emosi.

Hurlock (1992 : 213) remaja dikatakan sudah mencapai kematangan emosi bila

pada akhir masa remaja emosinya tidak meledak di hadapan orang lain, melainkan

menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya

dengan cara-cara yang lebih diterima dan tidak mengganggu orang lain.

3. Jenis dan Aspek Kontrol Diri

Kontrol diri memiliki jenis yang beragam Block dan Block (Lazarus, 1976:

238) mengemukakan tiga jenis kontrol, yaitu.

a. Over Control merupakan kontrol diri yang dilakukan oleh individu secara

berlebihan yang menyebabkan individu banyak menahan diri dalam

bereaksi terhadap stimulus.

b. Under Control merupakan suatu kecenderungan individu untuk melepaskan

impulsivitas dengan bebas tanpa perhitungan yang masak.

c. Appropriate Control merupakan kontrol individu dalam upaya

mengendalikan implus secara tepat.

Menurut Averill (Muharsih, 2006 : 22) ada berbagai macam aspek dari kontrol

diri. Averill menyebut kontrol diri dengan sebutan kontrol personal, yaitu terdiri

dari.

Page 6: BAB II KONSEP KONTROL DIRI DAN KEDISIPLINAN SISWA DI ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_ii.pdf · Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a. Kontrol Perilaku (behavior control)

Kontrol perilaku (behavior control) merupakan kesiapan tersedianya suatu

respon yang dapat secara langsung mempengaruhi atau memodifikasi suatu

keadaan yang tidak menyenangkan. Kemampuan mengontrol perilaku ini

diperinci menjadi dua komponen, yaitu mengatur pelaksanaan (regulated

administration) dan kemampuan memodifikasi stimulus (stimulus modifiability).

Kemampuan mengatur pelaksanaan merupakan kemampuan individu untuk

menentukan siapa yang mengendalikan situasi atau keadaan, dirinya sendiri atau

aturan perilaku dengan menggunakan kemampuan dirinya dan bila tidak mampu,

individu akan menggunakan sumber eksternal, sedangkan kemampuan mengatur

stimulus merupakan kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan kapan suatu

stimulus yang tidak dikehendaki dihadapi.

b. Kontrol Kognitif (cognitive control)

Kontrol kognitif (cognitive control) merupakan kemampuan individu dalam

mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterprestasi,

menilai, atau menghubungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif

sebagai adaptasi psikologis atau mengurangi tekanan. Aspek ini terdiri atas dua

komponen, yaitu memperoleh informasi (information gain) dan melakukan

penilaian (appraisal). Dengan informasi yang dimiliki oleh individu mengenai

suatu keadaan yang tidak menyenangkan, individu dapat mengantisipasi keadaan

tersebut dengan berbagai pertimbangan. Melakukan penilaian berarti individu

berusaha menilai dan menafsirkan suatu keadaan atau peristiwa dengan cara

memperhatikan segi-segi positif secara subyektif.

c. Kontrol Keputusan (decesional control).

Mengontrol keputusan (decesional control) merupakan kemampuan

seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang

diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi

baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan atau kemungkinan pada diri

individu untuk memilih berbagai kemungkinan tindakan.

Page 7: BAB II KONSEP KONTROL DIRI DAN KEDISIPLINAN SISWA DI ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_ii.pdf · Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dari uraian dan penjelasan di atas, maka untuk mengukur kontrol diri digunakan

aspek-aspek sebagai berikut; a) kemampuan mengontrol perilaku; b) kemampuan

mengontrol stimulus; c) kemampuan mengantisipasi suatu peristiwa atau kejadian;

d) kemampuan menafsirkan peristiwa atau kejadian; e) kemampuan mengambil

keputusan.

4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kontrol Diri

Surya (Lestari, 2003:51) berpendapat bahwa kendali diri mempunyai makna

sebagai daya yang memberi arah bagi individu dalam hidupnya dan bertanggung

jawab terhadap konsekuansi dari perilakunya. Semakin mampu individu

mengendalikan perilakunya, maka semakin mungkin menjalani hidupnya secara

efektif dan terhindar dari situasi yang dapat mengganggu pejalanan hidupnya.

Individu yang kurang memilki kendal diri disebabkan karena tidk belajar

kecakapan dan pengorbanan untuk mencapai satu tujuan dan tidak belajar

bagaimana untuk menjadi dirinya sendiri. Masalah yang timbul akibat tidak

mampu mengendalikan diri adalah sebagai berikut;

1. menunjukkan rendahnya disiplin diri;

2. rendahnya kecakapan untuk menata diri sendiri;

3. lebih banyak dikendalikan oleh kesadaran tidak rasional;

4. dikendalikan oleh kekuatan pihak lain yang tidak sehat;

5. lebaih banyak dikendalikan oleh pikiran-pikiran orang lain;

6. dikendalikan oleh kebutuhan dan perasaan yang mentah.

Gufron (Muharsih, 2008 : 21) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kontrol diri terdiri dari faktor internal yaitu dalam diri individu

dan faktor eksternal yaitu lingkungan individu.

a. Faktor internal

Faktor internal yang ikut berperan terhadap kontrol diri adalah usia. Semakin

bertambah usia seseorang maka, semakin baik kemampuan mengontrol dirinya.

b. Faktor eksternal.

Faktor eksternal ini diantaranya adalah lingkungan keluarga. Lingkungan

keluarga terutama orangtua menentukan bagaimana kemampuan mengontrol diri

Page 8: BAB II KONSEP KONTROL DIRI DAN KEDISIPLINAN SISWA DI ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_ii.pdf · Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

seseorang. Persepsi remaja terhadap penerapan disiplin orangtua yang semakin

demokratis cenderung diikuti tingginya kemampuan mengontrol dirinya. Bila

orangtua menerapkan disiplin kepada anaknya secara intens sejak dini dan

orangtua tetap konsisten terhadap semua konsekuensi yang dilakukan anak bila

menyimpang dari apa yang sudah ditetapkan, maka sikap konsisten ini akan

diinternalisasi oleh anak dan kemudian akan menjadi kontrol diri baginya.

B. Konsep Kedisiplinan Siswa

1. Pengertian Disiplin

Kedisiplinan dalam proses pendidikan sangat diperlukan karena bukan hanya

untuk menjaga kondisi belajar mengajar agar berjalan dengan lancar, tetapi juga

untuk menciptakan pribadi yang kuat bagi setiap siswa. Seorang siswa dalam

mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan

tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk dapat

berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya.

Agar lebih memahami tentang kedisiplinanan terlebih dahulu akan

dikemukakan pengertian disiplin menurut beberapa pendapat. Mac Millan

Dictionary (Tu’u, 2004:31) istilah disiplin berasal dari kata disciple atau dalam

bahasa inggrisnya adalah discipline yang artinya tertib, taat, atau mengendalikan

tingkah laku, penguasaan diri, kendali diri; latihan membentuk, meluruskan, atau

menyempurnakan sesuatu, sebagai kemampuan mental atau karakter moral;

hukuman yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki; kumpulan atau sistem

peraturan-peraturan bagi tingkah laku.

Rachman (1999: 168) mengungkapkan bahwa disiplin adalah upaya

mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam

mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib

berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya.

Yusuf (1989: 24) mengemukakan bahwa terdapat tiga pengertian disiplin,

yaitu; a) disiplin diartikan sebagai peraturan, patokan-patokan tentang perilaku,

norma dan hukuman; b) disiplin merupakan ketaatan terhadap peraturan, norma,

atau patokan-patokan (standar); c) disiplin diartikan sebagai cara mendidik dan

Page 9: BAB II KONSEP KONTROL DIRI DAN KEDISIPLINAN SISWA DI ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_ii.pdf · Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

melatih individu agar berperilaku sesuai dengan norma atau peraturan yang

berlaku dalam lingkungan atau yang diterima masyarakat.

Dari beberapa pengertian disiplin yang diungkapakan oleh Yusuf maka disiplin

merupakan norma atau peraturan dalam suatu lingkungan atau masyarakat yang

dilakukan sesuai dengan ketentuan. Individu yang memiliki disiplin, tidak hanya

mampu menaati peraturan dengan dasar niat yang tulus, tetapi juga mampu

mengatur diri atau mengarahkan dirinya untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Sedangkan Lindgren ( Yusuf, 1989 : 21) mengemukakan bahwa ada tiga

pengertian mengenai disiplin, yaitu.

a. Punishment (hukuman). Hal ini berarti bahwa anak perlu dihukum apabila

salah. Disiplin dapat digunakan hanya apabilaanak melanggar peraturan dan

perintah yang diberikan guru.

b. Control by enforcing obedience or orderly conduct. Hal ini berarti bahwa anak

itu memerlukan seseorang yang mengontrol, mengarahkan, dan membatasi

tingkah lakunya. Dalam hal ini dipandang tidak mampu mengarahkan,

mengontrol, dan membatasi tingkah lakunya sendiri.

c. Training that correct and strenghter. Hal ini berarti bahwa latihan memberikan

kesempatan kepada individu untuk melakukan sesuatu berdasarkan pengarahan

dan kontrolnya sendiri.

Berdasarkan berbagai pendapat , dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan adalah

suatu sikap dan perilaku yang mencerminkan ketaatan dan ketepatan terhadap

peraturan, tata tertib, norma-norma yang berlaku,baik tertulis maupun yang tidak

tertulis dan dapat dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab.

2. Unsur-unsur Disiplin

Disiplin mampu mendidik anak untuk berperilaku sesuai standar yang

diterapkan kelompok sosial mereka, untuk itu disiplin harus mempunyai unsur-

unsur pokok. Hurlock (1992: 84) mengemukakan empat unsur pokok disiplin,

yaitu.

Page 10: BAB II KONSEP KONTROL DIRI DAN KEDISIPLINAN SISWA DI ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_ii.pdf · Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a. Peraturan

Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk berbuat atau bertingkah laku,

tujuannya adalah membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui

dalam situasi dan kelompok tertentu. Peraturan dianggap efektif apabila setiap

pelanggaran atas peraturan itu mendapat konsekuensi yang setimpal. Jika tidak,

maka peraturan tersebut akan kehilangan maknanya. Peraturan yang efektif

dapat membantu seorang anak agar merasa terlindungi sehingga anak tidak perlu

melakukan hal-hal yang tidak pantas.

Isi setiap peraturan harus mencerminkan hubungan yang serasi di antara anggota

keluarga, memiliki dasar yang logis untuk membuat berbagai kebijakan, dan

menjadi model perilaku yang harus terwujud di dalam keluarga. Proses

penentuan setiap peraturan dan larangan bagi anak-anak bukan merupakan

sesuatu yang dapat dikerjakan seketika dan berlaku untuk jangka panjang,

peraturan dapat diubah agar dapat disesuaikan dengan perubahan keadaan,

pertumbuhan fisik, usia dan kondisi saat ini di dalam keluarga.

b. Hukuman

Unsur yang kedua dalam disiplin adalah hukuman. Hukuman berasal dari kata

latin punier yang berarti menjatuhkan hukuman kepada seseorang karena suatu

kesalahan, perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan.

Hukuman memiliki tiga fungsi, (1) menghalangi pengulangan tindakan; (2)

mendidik, sebelum anak mengerti peraturan, mereka dapat belajar bahwa

tindakan tersebut benar atau salah dengan mendapat hukuman; dan (3)

memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima di

masyarakat.

c. Penghargaan

Istilah penghargaan berarti setiap bentuk penghargaan atas hasil yang baik.

Penghargaan tidak hanya berbentuk materi tetapi dapat juga berbentuk pujian,

kata-kata, senyuman atau tepukan di punggung. Penghargaan mempunyai tiga

peranan penting yaitu, (1) penghargaan mempunyai nilai mendidik; (2)

Page 11: BAB II KONSEP KONTROL DIRI DAN KEDISIPLINAN SISWA DI ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_ii.pdf · Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk mengulangi perilaku yang

disetujui secara sosial; dan (3) penghargaan berfungsi untuk memperkuat

perilaku yang disetujui secara sosial, dan tiadanya penghargaan melemahkan

perilaku tersebut.

d. Konsistensi

Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas, mempunyai tiga fungsi

yaitu, (1) mempunyai nilai mendidik yang besar; (2) konsistensi mempunyai

nilai motivasi yang kuat untuk melakukan tindakan yang baik di masyarakat

dan menjauhi tindakan buruk, dan yang terakhir; (3) konsistensi membantu

perkembangan anak untuk hormat pada aturan-aturan dan masyarakat sebagai

otoritas. Anak-anak yang telah berdisiplin secara konsisten mempunyai

motivasi yang lebih kuat untuk berperilaku sesuai dengan standar sosial yang

berlaku dibanding dengan anak-anak yang berdisiplin secara tidak konsisten.

3. Jenis-Jenis Disiplin

Disiplin dikelompokkan menjadi dua yaitu internal discipline dan eksternal

discipline. Disiplin yang baik sifatnya internal yaitu disiplin disertai tanggung

jawab dan kesadaran diri, sedangkan disiplin eksternal disiplin yang dikaitkan

dengan peraturan yang harus ditaati karena adanya tekanan dari luar. Disiplin

internal disebut sebagai disiplin yang positif sedangkan disiplin eksternal disebut

sebagai disiplin negatif.

Hurlock (Yusuf 1989: 22) mengemukakan ada dua konsep mengenai disiplin,

yaitu disiplin positif dan disiplin negatif. Disiplin positif sama artinya dengan

pendidikan dan bimbingan karena menekankan pertumbuhan di dalam diri (inner

growth) yang mencakup disiplin diri (self discipline) yang mencakup disiplin diri

(self discipline) dan pengendalian diri (self control). Disiplin positif ini

mengarahkan kepada motivasi dari dalam diri sendiri. Sedangkan disiplin yang

negatif artinya pengendalian dengan kekuasaan luar yang biasanya dilakukan

secara terpaksa dan dengan cara yang kurang menyenangkan atau dilakukan

karena takut hukuman (punishment).

Page 12: BAB II KONSEP KONTROL DIRI DAN KEDISIPLINAN SISWA DI ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_ii.pdf · Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dalam hal ini disiplin tidak muncul begitu saja melainkan diperoleh dari hasil

belajar, yaitu proses interaksi individu dengan lingkungan. Perilaku disiplin akan

tumbuh apabila dilatih dan dibina dengan cara pendidikan dan pembiasaan yang

diterapkan melalui keteladanan yang dimulai sejak dini. Anak akan meniru

kebiasaan orang yang lebih dewasa, oleh karena itu sangat diperlukan teladan

yang mampu membuka pikiran dan perilaku anak agar melakukan sesuatu dengan

sungguh-sungguh dan bertanggung jawab. Perilaku disiplin yang dilakukan oleh

individu diartikan sebagai ketaatan terhadap peraturan dan norma, berdasarkan

kesadaran diri (internal control), diartikan juga sebagai eksternal control yang

telah terinternalisasikan pada diri individu. Disiplin yang negatif adalah ketaatan

yang didasarkan kepada kontrol dari luar.

4. Pentingnya Disiplin

Disiplin diperlukan oleh semua orang dimanapun, begitupun siswa, mereka

harus disiplin baik itu disiplin dalam mentaati tata tertib sekolah, disiplin dalam

belajar di sekolah, disiplin dalam mengerjakan tugas, maupun disiplin dalam

belajar di rumah. Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku

dan tata kehidupan seseorang. Rachman (Tu’u, 2004: 35) mengemukakan

pentingnya disiplin yaitu sebagai berikut:

a. memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang,

b. membantu individu memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan

lingkungan,

c. cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukkan individu terhadap

lingkungannya,

d. mengatur keseimbangan, keinginan individu satu dengan individu lain,

e. menjauhi individu melakukan hal-hal yang dilarang,

f. mendorong individu melakukan hal-hal yang baik dan benar,

g. individu belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, positif, dan

bermanfaat baginya dan lingkungannya,

h. kebiasaan baik itu menyebabkan ketenangan jiwa dan lingkungannya.

Page 13: BAB II KONSEP KONTROL DIRI DAN KEDISIPLINAN SISWA DI ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_ii.pdf · Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pendapat lain Tu’u (2004: 37) disiplin berperan penting dalam membentuk

individu yang berciri keunggulan, dengan alasan sebagai berikut.

a. Dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri, siswa berhasil dalam

belajarnya. Sebaliknya, siswa yang kerap kali melanggar ketentuan sekolah

pada umumnya terhambat optimalisasi potensi dan prestasinya.

b. Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan juga kelas menjadi kurang

kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Secara positif, disiplin memberi

dukungan lingkungan yang tenang dan tertib bagi proses pembelajaran.

c. Orangtua senantiasa berharap di sekolah anak-anak dibiasakan dengan norma-

norma, nilai kehidupan dan disiplin. Dengan demikian, anak-anak dapat

menjadi individu yang tertib, teratur dan disiplin.

d. Disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan kelak

ketika bekerja. Kesadaran pentingnya norma, aturan kepatuhan dan ketaatan

merupakan prasyarat kesuksesan seseorang.

Berdasarkan penjelasan di atas disiplin memiliki peranan yang sangat penting

bagi kehidupan siswa itu sendiri sebagai unsur yang membantu optimalisasi

prestasi belajar, menjadikan individu yang taat dan patuh terhadap tata tertib di

dalam kehidupan sehari-harinya dan dengan disiplin menjadikan prasyarat dari

kesuksesan siswa tersebut.

5. Fungsi Disiplin

Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata

kehidupan berdisiplin yang akan mengantar seorang siswa sukses dalam belajar

dan juga kelak ketika bekerja. Adapun fungsi disiplin menurut Tu’u (2004:38-43)

antara lain.

a. Menata Kehidupan Bersama

Fungsi disiplin adalah mengatur tata kehidupan manusia dalam kelompok

tertentu atau dalam masyarakat, sehingga hubungan antara individu satu

dengan yang lain menjadi baik dan lancar.

Page 14: BAB II KONSEP KONTROL DIRI DAN KEDISIPLINAN SISWA DI ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_ii.pdf · Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Membangun Kepribadian

Lingkungan yang berdisiplin baik, sangat berpengaruh terhadap kepribadian

seseorang. Apalagi seorang siswa yang sedang tumbuh kepribadiannya, tentu

lingkungan sekolah yang tertib, teratur, tenang, tentram, sangat berperan dalam

membangun kepribadian yang baik.

c. Melatih Kepribadian

Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik serta berdisiplin tidak terbentuk

serta-merta dalam waktu singkat. Namun terbentuk melalui satu proses yang

membutuhkan waktu panjang. Salah satu proses untuk membentuk kepribadian

tersebut dilakukan melalui latihan.

d. Pemaksaan

Disiplin dapat terjadi karena dorongan kesadaran diri. Disiplin dengan motif

kesadaran diri lebih baik dan kuat. Dengan melakukan kepatuhan dan ketaatan

atas kesadaran diri, bermanfaat bagi kebaikan dan kemajuan diri. Sebaliknya,

disiplin dapat pula terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar.

e. Hukuman

Tata tertib sekolah biasanya berisi hal-ha1 positif yang harus dilakukan oleh

siswa. Sisi lainnya berisi sanksi atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib

tersebut. Ancaman sanksi/hukuman sangat penting karena dapat memberi

dorongan dan kekuatan bagi siswa untuk menaati dan mematuhinya. Tanpa

ancaman hukuman/sanksi, dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat diperlemah.

Motivasi untuk hidup mengikuti aturan yang berlaku menjadi lemah.

f. Menciptakan Lingkungan yang Kondusif

Disiplin sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan

pendidikan agar berjalan lancar. Ha1 itu dicapai dengan merancang peraturan

sekolah, yakni peraturan bagi guru-guru, dan bagi para siswa, serta peraturan-

peraturan lain yang dianggap perlu. Kemudian diimplementasikan secara

konsisten dan konsekuen. Dengan demikian, sekolah menjadi lingkungan

pendidikan yang aman, tenang, tenteram, tertib dan teratur. Lingkungan seperti

ini adalah lingkungan yang kondusif bagi pendidikan.

Page 15: BAB II KONSEP KONTROL DIRI DAN KEDISIPLINAN SISWA DI ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_ii.pdf · Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin

Disiplin sebagai suatu perilaku yang nampak pada diri individu adalah hasil

dari proses pembelajaran dan pembiasaan, oleh sebab itu memiliki faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi dalam pembentukannya. Faktor yang

mempengaruhinya tersebut terdiri atas dua faktor, antara lain faktor internal dan

faktor eksternal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin antara lain diungkapkan Kusmiati

(2004 : 56) yaitu; a) faktor internal, lebih cenderung kepada faktor psikologis

yang secara kuat dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar, dan b) faktor eksternal,

dalam pembentukan kedisiplinan tidak akan terlepas dari pengaruh-pengaruh

lingkungan sebagai faktor yang ber ada di luar diri individu.

Dari pendapat Kusmiati tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam pembentukan

disiplin tidak akan terlepas dari pengaruh dari dalam diri individu yang terdiri atas

faktor-faktor psikologis, dan pengaruh dari luar yang berupa lingkungan secara

umum di lingkungan individu tersebut berada.

7. Pembentukan Disiplin

Prijodarminto (1994:23) berpendapat bahwa disiplin adalah suatu kondisi yang

tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan

nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban. Nilai-

nilai tersebut telah menjadi bagian perilaku dalam kehidupannya. Perilaku itu

tercipta melalui proses binaan melalui keluarga, pendidikan dan pengalaman.

Disiplin diperlukan dimanapun, karena dengan disiplin akan tercipta kehidupan

yang teratur dan tertata. Pembentukan disiplin menurut Prijodarminto (1994:15)

adalah sebagai berikut.

a. Disiplin akan tumbuh dan dapat dibina melalui latihan, pendidikan, penanaman

kebiasaan dan keteladanan. Pembinaan itu dimulai dari lingkungan keluarga

sejak kanak-kanak.

b. Disiplin dapat ditanam mulai dari tiap-tiap individu dari unit paling kecil,

organisasi atau kelompok.

Page 16: BAB II KONSEP KONTROL DIRI DAN KEDISIPLINAN SISWA DI ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_ii.pdf · Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

c. Disiplin diproses melalui pembinaan sejak dini, sejak usia muda, dimulai dari

keluarga dan pendidikan.

d. Disiplin lebih mudah ditegakkan bila muncul dari kesadaran diri.

e. Disiplin dapat dicontohkan oleh atasan kepada bawahan.

Jadi pembentukan disiplin ternyata harus melalui proses panjang, dimulai sejak

dini dalam keluarga dan dilanjutkan sekolah. Hal-hal penting dalam pembentukan

itu terdiri dari kesadaran diri, kepatuhan, tekanan, sanksi, teladan, lingkungan

disiplin, dan latihan-latihan.

Sedangkan menurut Tu’u (2004: 48-49) terdapat empat hal yang dapat

mempengaruhi dan membentuk kedisiplinan individu, yaitu.

a. Kesadaran diri sebagai pemahaman diri bahwa disiplin dianggap penting bagi

kebaikan dan keberhasilan dirinya. Selain itu, kesadaran diri menjadi motif

sangat kuat terwujudnya disiplin.

b. Mengikuti dan menaati aturan sebagai langkah penerapan dan praktek atas

peraturan-peraturan yang mengatur perilaku individunya. Hal ini sebagai

kelanjutan dari adanya kesadaran diri yang dihasilkan oleh kemampuan dan

kemauan diri yang kuat.

c. Alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk

perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan.

d. Hukuman sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang salah

sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan.

8. Penanggulangan Disiplin

Disiplin sekolah menjadi prasyarat terbentuknya lingkungan pendidikan yang

kondusif bagi kegiatan dan proses pendidikan. Oleh karena itu, kepala sekolah,

guru-guru dan orangtua perlu terlibat dan bertanggung jawab membangun disiplin

siswa dan disiplin sekolah. Menurut Singgih Gunarsa (Tu’u, 2004:57) bahwa

penanggulangan masalah disiplin yang terjadi di sekolah dapat dilakukan melalui

tahapan preventif, represif dan kuratif. Berikut ini penjelasan langkah-langkah

tersebut.

Page 17: BAB II KONSEP KONTROL DIRI DAN KEDISIPLINAN SISWA DI ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_ii.pdf · Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a. Langkah preventif adalah usaha untuk mendorong siswa melaksanakan tata

tertib sekolah. Secara positif, langkah ini mendorong siswa mengembangkan

ketaatan dan kepatuhan terhadap tata tertib sekolah.

b. Langkah represif adalah upaya langsung terhadap siswa,maksudnya langkah

yang diambil untu menahan perilaku melanggar disiplin. Siswa yang telah

melanggar tata tertib sekolah ditolong agar tidak melanggar lebih jauh lagi.

Dengan pemberian nasehat, peringatan atau sanksi disiplin.

c. Langkah kuratif merupakan upaya pembinaan dan pendampingan siswa yang

melanggar tata tertib dan sudah diberi sanksi disiplin.

Upaya di atas merupakan langkah-langkah pemulihan, memperbaiki,

meluruskan dan menyembuhkan perilaku yang salah dan tidak baik. Sedangkan

penaggulangan disiplin siswa di rumah merupakan kapasitas orangtua siswa

tersebut, melalui hubungan keluarga antara orangtua dan siswa terjalin harmonis

dan komunikasi yang baik tentunya.

C. Konsep Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Salah satu misi sekolah adalah menyediakan pelayanan yang secara efektif

membantu siswa mencapai tujuan-tujuan perkembangannya dan mengatasi

permasalahannya, sehingga semua kegiatan dan kemudahan yang diselenggarakan

diarahkan untuk membantu perkembangan dan mengatasi permasalahan remaja.

Oleh karena itu, dirasakan perlunya pelayanan bimbingan dan konseling

disamping kegiatan pengajaran.

Natawijaya (Yusuf, 2006: 6) mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling

merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan secara berkesinambungan

supaya individu yang dibimbing dapat memahami dirinya sendiri, sehingga ia

sanggup mengarahkan dirinya serta dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan

dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada

umumnya. Pada umumnya sekolah lebih fokus pada masalah prestasi akademik

siswa dibandingkan dengan masalah akhlak dan pengendalian diri siswa.

Page 18: BAB II KONSEP KONTROL DIRI DAN KEDISIPLINAN SISWA DI ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_ii.pdf · Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Yusuf (2006:41) tujuan bimbingan ialah agar konseli dapat: (1) merencanakan

kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya di masa

yang akan datang; (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang

dimilikinya seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan

pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; (4) mengatasi

hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan

lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.

Untuk mencapai tujuan-tujuan yang dipaparkan harus mendapatkan

kesempatan untuk ; (1) mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-

tugas perkembangannya; (2) mengenal dan memahami potensi atau peluang yang

ada di lingkungannya; (3) mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya

serta rencana pencapaian tujuan tersebut; (4) memahami dan mengatasi kesulitan-

kesulitan sendiri; (5) menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya,

kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat; (6) menyesuaikan diri

dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya; dan (7) mengembangkan segala

potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal.

3. Ragam Bimbingan

Yusuf ( 2006: 37) mengemukakan bahwa aspek potensi dan perkembangan

siswa, bimbingan dapat diklasifikasikan menjadi empat bidang, yaitu.

a. Bimbingan akademik merupakan bimbingan yang diarahkan untuk membantu

siswa dalam mengembangkan pemahaman dan keterampilan dalam belajar, dan

memecahkan masalah-masalah belajar atau akademik.

b. Bimbingan pribadi-sosial merupakan bimbingan untuk membantu siswa dalam

mengembangkan potensi diri dan kemampuan berhubungan sosial serta

memecahkan masalah-maslah pribadi-sosial. Bimbingan sosial pribadi

diarahkan untuk memantapkan kepribdaian dan mengembangkan kemampuan

individu dalam menangani masalah-masalah dirinya.

c. Bimbingan Karir merupakan bimbingan untuk membantu individu dalam

perencanaan, pengembangan, dan penyelesaian masalah-masalah karir.

Page 19: BAB II KONSEP KONTROL DIRI DAN KEDISIPLINAN SISWA DI ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_ii.pdf · Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Bimbingan karir merupakan upaya bantuan terhadap individu agar dapat

mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerjanya, dan

mengembangkan masa depannya yang sesuai dengan bentuk kehidupan yang

diharapkan.

d. Bimbingan keluarga merupakan upaya pemberian bantuan kepada individu

sebagai pemimpin/anggota keluarga mereka agar mampu menciptakan

keluarga yang utuh dan harmonis, memberdayakan diri secara produktif, dapat

menciptakan dan menyesuaikan diri dengan norma keluarga, serta

berperan/beradaptasi aktif dalam mencapai kehidupan keluarga yang bahagia.

4. Fungsi Bimbingan

Berdasarkan Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam

Jalur Pendidikan (2008:200), terdapat beberapa fungsi bimbingan adalah sebagai

berikut.

a. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang membantu konseli agar

memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya

(pendidikan, pekerjaan, dan norma agama.

b. Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai

pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang

seluruh aspek dalam diri konseli.

c. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa (siswa)

agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis

dan konstruktif.

d. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu konseli memilih

kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan

penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan

ciri-ciri kepribadian lainnya.

e. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala

Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program

pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan dan

kebutuhan konseli.

Page 20: BAB II KONSEP KONTROL DIRI DAN KEDISIPLINAN SISWA DI ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_ii.pdf · Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

f. Fungsi Pencegahan (Preventif), yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya

konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin

terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta

didik. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli

tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang

membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah layanan

orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu

diinformasikan kepada para siswa dalam rangka mencegah terjadinya tingkah

laku yang tidak diharapkan, diantaranya : bahayanya minuman keras,

merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free

sex).

g. Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu

konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berpikir, berperasaan

dan bertindak (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola

berpikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat

mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan

normatif.

h. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi

ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah

mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun

karir.

i. Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu

konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang

telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar

dari kondisi-kondisi yang menyebabkan penurunan produktivitas diri.

Pelaksanaan fungsi diwujudkan melalui program-program yang menarik,

rekreatif dan fakulatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli.

j. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif

dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan

lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa.

Page 21: BAB II KONSEP KONTROL DIRI DAN KEDISIPLINAN SISWA DI ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_ii.pdf · Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

D. Program Bimbingan dan Konseling Hipotetis untuk Mengembangkan

Kontrol diri Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor

1. Definisi Program Bimbingan dan Konseling

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru pembimbing atau

konselor adalah kemampuan mengelola program bimbingan dan konseling.

Suherman (2007: 59) mengemukakan program bimbingan dan konseling

merupakan rencana aktivitas layanan bimbingan dan konseling di sekolah, yang

selanjutnyaakan menjadi pedoman bagi setiap personel dalam pelaksanaan dan

pertanggungjawabannya.

Siswa SMK sebagai remaja memerlukan bimbingan dan konseling yang

berfokus pada pribadi, yaitu bimbingan dan konseling yang menitikberatkan pada

penjelasan dan pemahaman tentang kontrol diri yang sebaiknya dimiliki siswa

serta penanganan masalah khusus pengembangan kontrol diri pada individu yang

memiliki tingkat kedisiplinan yang rendah.

Dalam penelitian, program bimbingan yang dimaksud adalah program

hipotetik yang digunakan dalam kegiatan bimbingan secara terpadu dalam proses

bimbingan dan konseling di SMK Negeri 2 Bogor. Program ini disusun mengacu

kepada analisis konseptual tentang kontrol diri yang dimiliki siswa berpengaruh

terhadap kedisiplinan dan kondisi objektif layanan bimbingan di sekolah. Program

ini meliputi; dasar pemikiran, visi dan misi program, sasaran program, rencana

operasional, pengembangan tema, personel, waktu pelaksanaan, sarana dan

prasarana, serta evaluasi dan tindak lanjut.

2. Tahap-tahap Pengembangan Program

Menurut Gysbers dan Henderson (Muro & Kottman, 1995: 55-61), terdapat

empat tahap pengembangan program bimbingan dan konseling di sekolah, yaitu:

perencanaan, perancangan, penerapan, dan evaluasi.

1) Perencanaan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan adalah: (a)

identifikasi target populasi pelayanan (siswa, orangtua, dan guru); (b) isi pokok

program (tujuan dan ruang lingkup program); dan (c) organisasi program

Page 22: BAB II KONSEP KONTROL DIRI DAN KEDISIPLINAN SISWA DI ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_ii.pdf · Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pelayanan . Perumusan perencanaan ini sebaiknya didasarkan kepada hasil

identifikasi kebutuhan siswa. Hal penting lainnya dalam proses perencanaan ini

adalah menyangkut penempatan dan pengembangan staf, serta penyediaan dan

fasilitas.

2) Perancangan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses perancangan ini adalah

menyangkut: (a) kompetensi dan tujuan yang manakah yang perlu

diprioritaskan; (b) siapa saja yang harus diberi pelayanan: apakah semua siswa

dengan pendekatan pengembangan, atau beberapa siswa dengan pendekatan

kuratif; (c) keterampilan apa yang sebaiknya dilakukan oleh pembimbing:

mengajar, membimbing, konsultasi, konseling, koordinasi, atau menyebarkan

informasi dengan mempertimbangkan prioritas tertentu; dan (d) bagaimana

hubungan antara program bimbingan dengan program pendidikan lainnya.

3) Penerapan

Dalam menerapkan program, pembimbing sebaiknya perlu memiliki kesiapan

untuk melaksanakan setiap kegiatan yang telah dirancang sebelumnya.sehingga

terdapat kesesuaian antara program yang telah dirancang dengan pelaksanaan

di lapangan dan program terlaksana dengan baik.

4) Evaluasi

Evaluasi menjadi umpan balik secara berkesinambungan bagi semua tahap

pelaksanaan program. Evaluasi ini bertujuan untuk memperoleh data yang

bermanfaat bagi pengambilan keputusan, baik untuk perbaikan maupun

pengembangan program di masa yang akan datang. Evaluasi juga dimaksudkan

untuk menguji keberhasilan atau pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

3. Jenis-jenis Layanan dalam Program

Muro dan Kotman (Yusuf, 2006: 68) mengemukakan bahwa struktur program

bimbingan diklasifikasikan ke dalam empat jenis layanan,yaitu:

1) Layanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada semua

siswa (for all) melalui kegiatan-kegiatan secara klasikal atau kelompok yang

disajikan secara sistematis dalam rangka membantu perkembangan dirinya

Page 23: BAB II KONSEP KONTROL DIRI DAN KEDISIPLINAN SISWA DI ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_ii.pdf · Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

secara optimal. Tujuan dari layanan ini untuk membantu semua siswa agar

memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan

memperoleh keterampilan dasar hidupnya, atau dengan kata lain membantu

siswa agar mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya.

2) Layanan responsif diartikan sebagai pemberian bantuan kepada siswa yang

memiliki kebutuhan dan masalah yang memerlukan perolongan segera. Tujuan

dari layanan ini adalah membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhannya

dan memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu siswa yang

mengaami hambatan, kegagalan dalam mencapai tugas-tugas

perkembangannya yang berkenaan dengan masalah sosial-pribadi, karir dan

masalah pengembangan pendidikan.

3) Layanan perencanaan individual diartikan sebagai proses bantuan kepada siswa

agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan

perencanaan masa depannya berdasarka pemahaman akan kelebihan dan

kekurangan dirinya,serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang

tersedia di lingkungannya. Tujuan dari layanan ini untuk membantu siswa agar,

(1) memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya; (2) mampu

merumuskan tujuan perencanaan atau pengelolaan terhadap pengembangan

pribadinya, baik menyangkut aspek pribadi,sosial, belajar maupun karir; dan

(3) dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan dan rencana

yang telah dirumuskan.

4) Layanan dukungan sistem diartikan sebagai layanan dan kegiatan manajemen

yang secara idak langsung memberikan bantuan kepada siswa atau

memfasilitasi kelancaran perkembangan siswa.

Berdasarkan pendapat Yusuf ( 1989: 40-41) terdapat tiga fungsi konseling

dalam situasi kedisiplinan, yaitu:

a. Rehabilitasi. Siswa dibantu untuk merehabilitasi atau memperbaiki perilakunya

yang menyimpang.

b. Prevention. Siswa dibantu untuk mengembangkan dirinya agar memiliki

pribadi yang sehat, dalam hal ini khususnya pribadi yang memiliki disiplin diri.

Page 24: BAB II KONSEP KONTROL DIRI DAN KEDISIPLINAN SISWA DI ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_ii.pdf · Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berkembangnya disiplin diri pada diri siswa, berarti konseling telah berfungsi

untuk mencegah terjadinya penyimpangan perilaku pada diri individu.

c. Membantu siswa agar memiliki persepsi yang wajar, dan mau menerima

otoritas luar. Siswa dibantu agar memahami dan menerima otoritas luar sebagai

suatu realita yang tidak bisa dipungkiri keberadaanya. Siswa juga dibantu

untuk memahami tata nilai yang berlaku, sehingga siswa mampu untuk

menyesuaikan diri secara tepat dengan tata nilai tersebut.

E. Hasil Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian dari peneliti-peneliti sebelumnya, terungkap

bahwa kedisiplinan siswa dalam menaati tata tertib sekolah cenderung masih

rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan,sebagai

berikut.

1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahadiani pada tahun 2004 mengenai

pelanggaran terhadap tata tertib sekolah, dengan populasi siswa kelas XI salah

satu SMA di kota Bandung adalah 30,56% siswa keluar kelas saat pelajaran

dari guru yang tidak disenangi, 78,70% siswa mengejek guru yang memberi

nilai kecil, dan 15,74% siswa yang terlambat masuk sekolah.

2. Hasil penelitian yang dilakukan Lestari tahun 2006 mengenai kedisiplinan

siswa kelas XI SMA Pasundan 2 menunjukkan bahwa aspek-aspek

kedisiplinan yang tergolong tinggi tingkat pelanggarannya adalah aspek sopan

santun (93%), kehadiran (87%), kegiatan belajar (83%), dan penampilan

(71%), sedangkan sisanya tergolong ke dalam kategori sedang yaitu menjaga

sarana dan prasarana (60%) dan dari data aspek upacara (68%).

3. Penelitian yang dilakukan oleh Purnama (2009:76), menunjukan perilaku

disiplin 195 orang siswa kelas XI SMA N 10 Bandung, 26,67% berada pada

kategori tinggi, 48,2% berada pada kategori sedang dan 25,13% berada pada

kategori rendah. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara

umum disiplin siswa kelas XI SMA N 10 Bandung berada pada kategori

sedang.