hubungan antara kontrol diri dengan …eprints.ums.ac.id/32720/10/02. naskah publikasi.pdf ·...
TRANSCRIPT
i
HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PENGUNGKAPAN
DIRI PADA REMAJA PENGGUNA FACEBOOK
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Oleh
PUTRI WULAN SARI L.B
F100 100 069
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ii
HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGANPENGUNGKAPAN
DIRI PADA REMAJA PENGGUNA FACEBOOK
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai
Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan Oleh
PUTRI WULAN SARI L.B
F 100 100 069
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
iii
v
HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PENGUNGKAPAN
DIRI PADA REMAJA PENGGUNA FACEBOOK
Putri Wulan Sari L. B
Wiwien Dinar Pratisti
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Email : [email protected]
Abstraksi
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan antara
kontrol diri dengan pengungkapan diri pada remaja pengguna facebook. Hipotesis
yang diajukan yaitu ada hubungan negatif antara kontrol diri dengan
pengungkapan diri pada remaja pengguna facebook. Populasi dalam penelitian ini
adalah remaja pengguna facebook dengan karakteristik remaja berusia 15 sampai
18 tahun dengan sampel penelitian adalah remaja siswa-siswi di Solo
danSamarinda dengan jumlah masing-masing responden sebanyak 50 siswa untuk
tiap sekolah. Alat pengumpulan data berupa skala kontrol diri dan skala
pengungkapan diri. Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik
korelasi Product Moment. Hasil analisis data diketahui bahwa ada hubungan
negatif yang sangat signifikan antara kontrol diri dengan pengungkapan diri pada
remaja pengguna facebook, ditunjukkan dengan nilai (rxy) sebesar - 0,734 dengan
signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,01), artinya ada hubungan negatif yang sangat
signifikan antara kontrol diri dengan pengungkapan diri pada remaja pengguna
facebook. Sumbangan efektif yang diberikan variabel kontrol diri terhadap
pengungkapan diri dalam menggunakan faceboook sebesar 53,9%, ditunjukkan
oleh koefisien determinasi (r2) = 0,539. Kesimpulan yang diperoleh dari
penelitian ini adalah ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kontrol
diri dengan pengungkapan diri pada remaja pengguna facebook dan peran kontrol
diri cukup besar terhadap kecenderungan pengungkapan diri pada remaja
pengguna facebook.
Kata Kunci: Kontrol Diri, dan Pengungkapan Diri
1
Pendahuluan
Manusia adalah makhluk sosial, yaitu
makhluk yang mempunyai kebutuhan untuk
berinteraksi dan berhubungan dengan orang
lain. Adanya kehidupan yang semakin
modern, dalam hal ini adalah manusia yang
hidup dengan segala kecanggihan ilmu,
teknologi dan komunikasi yang ada saat ini
memberikan sumbangsih yang cukup besar
dalam kelancaran hidup manusia. Media
teknologi informasi tidak hanya berfungsi
sebagai penyedia informasi konsumennya
untuk membangun jaringan sosial yang
semakin hari semakin terbuka. Dengan kata
lain, media teknologi informasi telah
menjadi bagian yang sangat penting dalam
kehidupan masyarakat dunia.
Keinginan untuk memiliki hubungan
dengan orang lain ini pada umumnya sangat
besar ketika manusia berada pada tahap
perkembangan remaja (Papalia, Olds &
Feldman, 2007). Pengguna internet saat ini
tidak terbatas pada orang dewasa saja, tetapi
remaja juga anak-anak. Sebagaimana
periode umur remaja menurut Monks,
Knoers dan Haditono (2001) masa remaja
dibedakan menjadi empat bagian, yaitu: (1)
masa pra-remaja atau pra-pubertas (10-12
tahun), (2) masa remaja awal atau pubertas
(12-15 tahun), (3) masa remaja pertengahan
(15-18 tahun), (4) masa remaja akhir (18-21
tahun).
Facebook telah menarik perhatian
sebagian besar pengguna internet di
Indonesia, hal ini dibuktikan dengan jumlah
penggunanya yang sangat besar.
Perkembangan facebook yang begitu pesat
menjadikan Indonesia sebagai Negara
dengan pengunjung facebook terbanyak se-
Asia Pasifik dengan traffic rank yang terus
meningkat dari waktu ke waktu (Top Sites
Alexa, 2010 dalam Kristiani & Harefa,
2012). Ketika individu menggunakan
facebook untuk mengungkapkan atau
mencurahkan segala hal yang terjadi dalam
dirinya maupun memberikan informasi
terkini kepada orang lain, menunjukkan
bahwa orang tersebut memiliki keinginan
untuk menampilkan diri dan mengungkap-
kan diri.
Wheeless, Nesser, dan McCroskey
(1986) mengemukakan bahwa pengung-
kapan diri adalah bagian dari referensi diri
yang dikomunikasikan yang diberikan
individu secara lisan pada suatu kelompok
kecil. Individu yang kurang memiliki
pengungkapan diri cenderung untuk menarik
diri dan menghindari komunikasi, ditambah
dengan harga diri rendah, akan
mempengaruhi pola komunikasi dalam
pengungkapan diri. Usia remaja diharapkan
2
telah memiliki kontrol diri yang baik agar
dapat memilih dan mempertimbangkan hal-
hal yang positif dalam hal ini adalah mampu
menggunakan internet sesuai kebutuhan,
memadukan aktivitas difacebook dengan
aktivitas-aktivitas lain dalam kehidupannya.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti
ingin mengetahui hubungan antara kontrol
diri dengan pengungkapan diri pada remaja
pengguna facebook.
Morton (1978, dalam Taylor, Peplau,
&Sears, 2009) mengartikan pengungkapan
diri merupakan kegiatan membagi perasaan
dan informasi yang akrab dengan orang lain.
Informasi didalam pengungkapan diri ini
bersifat deskriptif dan evaluatif. Deskriptif
artinya individu melukiskan berbagai fakta
mengenai diri sendiri yang mungkin belum
diketahui oleh pendengar seperti, jenis
pekerjaan, alamat dan usia. Sedangkan
evaluatif artinya individu mengemukakan
pendapat atau perasaan pribadinya seperti
tipe orang yang disukai atau hal-hal yang
disukai atau yang dibenci.
Aspek pengungkapan diri yang
dikemukakan oleh Wheeless, dkk (1986)
yaitu: tujuan, jumlah, positif-negatif,
kejujuran, kedalaman.
Menurut DeVito (1997), ada beberapa
faktor yang mempengaruhi pengungkapan
diri seseorang, diantaranya: besarnya
kelompok, perasaan menyukai, efek diadik,
kompetensi, kepribadian, topik, jenis
kelamin.
Seyogyanya melalui jejaring sosial
facebook, individu dapat memberikan atau
berbagi informasi positif, berbagi ilmu
pengetahuan kepada orang lain dan apabila
ingin mengungkapkan ekspresi dalam diri
tetap membatasi dengan mengontrol perilaku
ketika mengakses facebook.
Menurut Dariyo (2004) individu yang
memiliki kontrol diri yang baik dalam
memanfaatkan facebook memiliki
karakteristik sebagai berikut: individu dapat
mengontrol perilaku aktif menggunakan
jejaring sosial, individu berusaha untuk
mengontrol mengunggah status atau foto,
individu dapat mengendalikan pikiran-
pikiran yang membuatnya justru tertekan
dan individu dapat membuat pilihan-pilihan
alternatif dalam hidupnya.
Menurut Averill (1973), kontrol diri
merupakan variabel psikologis yang
sederhana karena didalamnya tercakup tiga
konsep yang berbeda tentang kemampuan
mengontrol diri yaitu kemampuan individu
untuk memodifikasi perilaku, kemampuan
individu dalam mengelola informasi yang
tidak diinginkan dengan cara menginter-
pretasi serta kemampuan individu untuk
memilih suatu tindakan berdasarkan suatu
3
yang diyakini. Rosenbaum (1993, 1998
dalam Agbaria, 2014) menggambarkan
kontrol diri sebagai sistem kognitif,
keterampilan berorientasi tujuan yang
memungkinkan orang untuk bertindak untuk
mencapai tujuan, untuk mengatasi kesulitan
terkait dengan pikiran perasaan dan perilaku;
untuk menunda kepuasan dan mengatasi
tekanan.
Menurut Averill (dalam Sarafino &
Smith, 2011), mengungkapkan beberapa
aspek yang terdapat dalam kontrol diri
(kontrol diri) seseorang, antara lain: kontrol
perilaku, kontrol kognitif, kontrol
keputusan, kontrol informasi, kontrol
keyakinan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kontrol diri menurut Averill (1973) antara
lain:
a. Faktor Internal. Faktor internal yang
mempengaruhi kontrol diri adalah
kondisi emosi dalam diri seorang
individu, kemampuan kognitif,
kepribadian, minat dan usia. Faktor
internal adalah faktor yang
mempengaruhi kontrol diri seorang
individu yang berasal dari dalam diri
sendiri.
b. Faktor eksternal. Faktor eksternal
diantaranya adalah lingkungan.
Lingkungan keluarga dan lingkungan
masyarakat menjadi faktor yang
mempengaruhi kontrol diri seorang
individu.
Dari pembahasan yang telah
diuraikan di atas maka hipotesis yang
diajukandalam penelitian ini adalah “Ada
hubungan negatif antara kontrol diri dengan
pengungkapan diri pada remaja pengguna
facebook”. Artinya, semakin tinggi kontrol
diri maka semakin rendah pengungkapan diri
pada remaja pengguna facebook, sebaliknya
semakin rendah kontrol diri maka semakin
tinggi pengungkapan diri pada remaja
pengguna facebook.
Metode Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah
remaja pengguna facebook dengan
karakteristik remaja pertengahan menurut
Monks, Knoers dan Haditono (2001) berusia
15 sampai 18 tahun di kota Solo dan
Samarinda. Sampel dalam penelitian ini
ditentukan dengan jumlah 100 orang remaja
SMA pengguna facebook di kota
Surakartadan Samarinda dengan jenis
kelamin laki-laki dan perempuan.
Teknik pengambilan sampel ini
menggunakan teknik sampling non-
probabilitas. Arikunto (2010), teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah quota sampling, yaitu
teknik untuk menentukan sampel dari
4
populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu
sampai jumlah kuota yang diinginkan. Kuota
yang ditentukan oleh peneliti sejumlah 100
orang responden dari keseluruhan jumlah
responden pengguna facebook.
Pengungkapan diridalam penelitian
ini diungkap dengan menggunakan skala
pengungkapan diri. Pengungkapan diri
dalam penelitian ini akan diukur dengan
aspek pengungkapan diri dari Wheeless, dkk
(1986) yang mengacu pada aspek-aspek
tujuan, jumlah, positif-negatif, kejujuran dan
kedalaman.
Kontrol diri dalam penelitian ini
diungkap dengan menggunakan skala
kontrol diri. Kontrol diri dalam penelitian ini
akan diukur dengan skala kontrol diri dari
Averill (dalam Sarafino & Smith, 2011)
yang mengacu pada aspek-aspek kontrol
perilaku, kontrol kognitif, kontrol keputusan,
kontrol informasi dan kontrol keyakinan.
Metode analisis data yang digunakan
untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini
adalah teknik analisis product moment dan
uji t-test. Teknik korelasi product moment
dengan menggunakan program SPSS 19.0
for Windows. Sedangkan uji t-test digunakan
untuk melihat perbedaan pengungkapan diri
ditinjau dari jenis kelamin dan ditinjau dari
tempat tinggal (Solo dan Samarinda).
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dengan
menggunakan teknik analisis product
moment dari Pearson diperoleh hasil
koefisien korelasi rxy sebesar - 0,734 dengan
signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,01). Hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan negatif
yang sangat signifikan antara kontrol diri
dengan pengungkapan diri pada remaja
pengguna facebook. Artinya, semakin tinggi
kontrol diri seorang remaja dalam
menggunakan facebook maka pengungkapan
dirinya akan semakin rendah, sebaliknya
semakin rendah kontrol diri seorang remaja
dalam menggunakan facebook maka
pengungkapan dirinya akan semakin tinggi.
Sehingga hipotesis yang diajukan oleh
peneliti diterima.
Sama halnya dengan penelitian yang
dilakukan oleh Widiana, dkk (2004) yang
menunjukkan adanya hubungan negatif
antara kontrol diri dengan kecenderungan
kecanduan internet. Hal ini diperkuat oleh
Dariyo (2004), yaitu individu yang memiliki
kontrol diri baik, dapat memanfaatkan
faceboook dengan karakteristik sebagai
berikut: individu dapat mengontrol perilaku
aktif menggunakan jejaring sosial, berusaha
untuk mengontrol mengunggah status atau
foto, individu dapat mengendalikan pikiran-
pikiran yang membuatnya justru tertekan
5
dan individu dapat membuat pilihan-pilihan
alternatif dalam hidupnya.
Kemampuan dalam mengontrol diri
pada masing-masing individu pasti berbeda-
beda, individu yang memiliki kontrol diri
yang baik cenderung akan mampu untuk
membatasi, mengarahkan dan membimbing
perilakunya ketika mengungkapkan diri
melalui facebook. Sebaliknya, individu yang
memiliki kontrol diri yang rendah cenderung
kurang mampu membatasi, mengarahkan
dan membimbing perilakunya ketika
mengungkapkan diri melalui facebook.
Hal ini didukung oleh teori dari
Averill (1973), faktor yang mempengaruhi
kontrol diri adalah faktor internal dan
eksternal. Faktor internal salah satunya yaitu
kepribadian, faktor kepribadian juga
menentukan bagaimana kontrol diri yang
dimiliki oleh remaja. Remaja dengan
kepribadian ekstrovert cenderung kurang
memiliki kontrol diri yang baik, remaja
seringkali menceritakan keadaan dirinya,
memberikan informasi-informasi mengenai
dirinya kepada individu lain dan keadaan ini
akan mengakibatkan tingginya
pengungkapan diri remaja. Namun remaja
yang memiliki kontrol diri yang baik akan
dapat lebih mengendalikan diri jika
dihadapkan dengan situasi yang tidak sesuai
dengan harapan remaja tersebut, sehingga
perilaku dan emosi negatif pun dapat
dikendalikan atau bahkan dihindari. Terlebih
lagi jika remaja mendapat dukungan dari
lingkungan keluarga yang memberikan
kesempatan kepada anak untuk menentukan
keputusannya sendiri maka anak akan lebih
memiliki kontrol diri.
Berdasarkan hasil kategorisasi
variabel pengungkapan diri mempunyai
rerata empirik (RE) sebesar 75,15 dan rerata
hipotetik (RH) sebesar 72,5 yang berarti
pengungkapan diri pada subjek tergolong
sedang. Artinya, responden melakukan
pengungkapan diri dalam kategori cukup.
Kondisi ini dapat diinterpretasikan bahwa
sebagian responden penelitian ingin
mengungkapkan diri secara apa adanya
sebagai salah satu cara dalam berkomunikasi
agar dapat menjalin hubungan dengan
individu lain secara akrab. Sebagaimana
yang disampaikan oleh Morton (1978, dalam
Taylor, dkk 2009) mengartikan
pengungkapan diri merupakan kegiatan
membagi perasaan dan informasi yang akrab
dengan orang lain. Ketika individu
menggunakan facebook untuk
mengungkapkan atau mencurahkan segala
hal yang terjadi dalam diri individu remaja
maupun membagikan informasi terkini
kepada pengguna lain, menunjukkan bahwa
orang tersebut memiliki keinginan untuk
6
menampilkan diri dan cenderung melakukan
pengungkapan diri.Namun sebagian individu
cenderung menutup diri dan kurang terbuka
dalam menggunakan facebook. Hal ini
sesuai dengan pendapat dari Wheeless, dkk
(1986), yaitu individu yang kurang memiliki
pengungkapan diri cenderung untuk menarik
diri dan menghindari komunikasi, ditambah
dengan harga diri rendah, akan
mempengaruhi pola komunikasi dalam
pengungkapan diri.
Berdasarkan hasil kategorisasi
variabel kontrol diri dikatahui rerata empirik
(RE) sebesar 67,81 dan rerata hipotetik (RH)
sebesar 62,5 yang berarti kontrol diri pada
subjek tergolong sedang. Artinya, responden
cukup mampu dalam melakukan kontrol diri
dalam menggunakan facebook. Kondisi ini
dapat diiterpretasikan bahwa responden
cukup mampu dalam mengontrol dan
mengarahkan perilaku, pemikiran dan
informasi serta cukup mampu mengambil
keputusan dari setiap kejadian. Selaras
dengan pendapat Rodin (1986, dalam
Sarafino, 2011) yang mendefinisikan kontrol
diri adalah perasaan bahwa individu dapat
membuat keputusan dan mengambil
tindakan yang efektif untuk menghasilkan
sesuatu yang diinginkan dan menghindari
yang tidak diinginkan. Untuk itu kontrol diri
diperlukan hampir disetiap kehidupan
remaja untuk membatasi diri terutama pada
saat menggunakan facebook terhadap hal-hal
yang kurang baik dan sebagai alat untuk
membentuk perilaku manusia yang sesuai
dengan norma dalam masyarakat.
Sumbangan efektif (SE) variabel
kontrol diri terhadap pengungkapan diri
remaja dalam menggunakan facebook
sebesar 53,9% dilihat dari koefisien
determinasi atau R square sebesar 0,539. Hal
ini menunjukkan bahwa masih ada 46,1%
faktor-faktor lain yang memberikan
sumbangan efektif terhadap pengungkapan
diri, seperti kondisi emosional, kepribadian,
jenis kelamin dan kontrol sosial.
Dari hasil uji homogenitas
pengungkapan diri berdasarkan jenis
kelamin yang dilakukan dengan
menggunakan Levene Statistic diketahui
bahwa nilai p adalah 0,009 (p < 0,05) maka
sampel dalam penelitian ini memiliki
varians skor yang tidak homogen. Dari hasil
analisis uji perbedaan diketahui bahwa nilai t
= 1,995 (p < 0,05) dengan signifikansi
sebesar 0,049 (p < 0,05). Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
pengungkapan diri berdasarkan jenis
kelamin pada laki-laki dan perempuan yang
signifikan dengan mean laki-laki sebesar
72,56 dan mean perempuan sebesar 77,74.
Artinya, ada perbedaan yang signifikan
7
pengungkapan diri berdasarkan jenis
kelamin.Judy Pearson (1980, dalam DeVito
1997) berpendapat bahwa peran seks-lah
(sex-role) dan bukan jenis kelamin dalam
arti biologis yang menyebabkan perbedaan
dalam hal pengungkapan diri ini.
Perbedaan pengungkapan diri antara
laki-laki dan perempuan menurut Jourard
(2000) terjadi karena adanya harapan yang
berbeda terhadap laki-laki dan perempuan.
Harapan bagi laki-laki untuk tampak lebih
kuat, objektif, kerja keras, tidak emosional,
dan mampu menyembunyikan emosinya
dapat menghambat pengungkapan diri pada
laki-laki, sedangkan harapan bagi
perempuan untuk mampu menolong dan
menyenangkan orang lain dapat
meningkatkan pengungkapan diri pada
perempuan.
Dari hasil uji hemogenitas
pengungkapan diri berdasarkan tempat
tinggal yang dilakukan dengan
menggunakan Levene Statistic diketahui
bahwa pada pengungkapan diri nilai p
adalah 0,226 (p > 0,05) maka sampel dalam
penelitian ini memiliki varians skor yang
homogen. Dari hasil analisis uji perbedaan
diketahui bahwa nilai t = -12,416 dengan
signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
ada perbedaan yang sangat signifikan
pengungkapan diri berdasarkan tempat
tinggal, dengan mean di kota Solo sebesar
64,90 dan mean di kota Solo sebesar 85,40.
Artinya, terdapat perbedaan pengungkapan
diri remaja pengguna facebook di Solo
dengan di Samarinda. Pengungkapan diri
remaja yang tinggal di Samarinda lebih
tinggi daripada pengungkapan diri remaja
yang tinggal di Solo. Adanya perbedaan
budaya, nilai serta aturan sosial yang berlaku
dimasyarakat memberikan cara pandang
yang berbeda. Perbedaan tersebut yang pada
akhirnya akan membentuk kepribadian dan
pola komunikasi di masing-masing daerah
tempat tinggal.
Menurut Gainau (2009),
pengungkapan diri sangat dipengaruhi oleh
budaya, baik itu nilai-nilai, aturan, cara
pandang, dan sikap seseorang terhadap
lingkungannya. Budaya dalam hal ini adalah
budaya dari tempat tinggal responden, yaitu
di Solo dan Samarinda. Masyarakat yang
tinggal di Jawa memiliki persperktif sebagai
seorang individu yang lembut, halus dalam
bertutur kata, gotong royong dan masih
menjunjung tinggi adat istiadat sehingga
remaja yang tinggal di Jawa lebih tertutup
dibandingkan dengan remaja yang tinggal di
Samarinda dengan karakteristik yang
berbicara apa adanya, individualis dan lain
sebagainya.
8
Sebagaimana hasil observasi
terhadap responden, karakteristik remaja
yang tinggal di Samarinda yaitu, mudah
bergaul, berbicara apa adanya, konsumtif
dan memiliki harga diri yang tinggi, berani,
modis dan rajin beribadah. Keadaan
geografis kota Samarinda sebagai ibu kota
propinsi dengan penduduk yang lebih
variatif (beragam) menjadikan karakteristik
remaja yang tinggal di Samarinda lebih
mudah terbuka terhadap hal-hal baru.
Hal ini diperkuat dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh Masturah (2013)
mengenai pengungkapan diri antara remaja
Jawa dan Madura menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan
pengungkapan diri antara remaja Jawa dan
Madura, remaja Madura memiliki tingkat
pengungkapan diri yang lebih tinggi
dibandingkan dengan remaja Jawa, dalam
pengungkapan diri secara verbal atau dalam
penyampaian informasi diri kepada individu
lain, baik informasi pribadi, sosial, karir,
maupun pendidikan, menyatakan pendapat,
dan menyampaikan perasaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa kontrol diri memiliki pengaruh
terhadap pengungkapan diri pada remaja
pengguna facebook, meskipun
pengungkapan diri tidak hanya dipengaruhi
oleh variabel tersebut.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan yang telah diuraikan
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:
1. Ada hubungan negatif antara kontrol diri
dengan pengungkapan diri pada remaja
pengguna facebook. Artinya, semakin
tinggi kontrol diri seorang remaja dalam
menggunakan facebook maka
pengungkapan dirinya akan semakin
rendah, sebaliknya semakin rendah
kontrol diri seorang remaja dalam
menggunakan facebook maka
pengungkapan dirinya akan semakin
tinggi.
2. Sumbangan efektif atau peranan kontrol
diri terhadap pengungkapan diri pada
remaja dalam menggunakan facebook
sebesar 53,9%, ini berarti masih terdapat
43,1% faktor lain yang mempengaruhi
pengungkapan diri remaja dalam
menggunakan facebook, seperti: kondisi
emosional, kepribadian, jenis kelamin
dan kontrol sosial.
3. Responden penelitian memiliki kontrol
diri yang tergolong sedang, ini berarti
responden cukup mampu dalam
mengatur, mengarahkan dan mengambil
suatu tindakan yang sebelumnya kurang
baik menuju ke arah yang lebih positif.
9
4. Responden memiliki tingkat
pengungkapan diri yang tergolong
sedang, ini berarti sebagian subjek dapat
mengungkapkan dirinya sebagai salah
satu cara dalam menjallin hubungan
interpersonal, akan tetapi ada saat
tertentu seorang remaja lebih memilih
untuk menyimpan informasi tentang diri
sendiri.
5. Ada hubungan yang signifikan antara
kontrol diri dengan pengungkapan diri
berdasarkan jenis kelamin. Artinya, ada
perbedaan pengungkapan diri antara
remaja laki-laki dan remaja perempuan
dalam menggunakan facebook.
6. Ada hubungan yang signifikan antara
kontrol diri dengan pengungkapan diri
berdasarkan tempat tinggal. Artinya, ada
perbedaan yang sangat signifikan antara
pengungkapan diri remaja pengguna
facebook yang tinggal di Solo dan di
Samarinda.
Berdasarkan hasil penelitian dan
kesimpulan yang diperoleh, maka penulis
memberikan saran yang diharapkan dapat
bermanfaat, yaitu:
a. Bagi responden penelitian dalam hal ini
adalah seorang remaja diharapkan dapat
menyesuaikan diri ketika
mengungkapkan diri difacebook dengan
mengungkapkan diri dalam kehidupan
nyata. Remaja juga diharapkan untuk
mempertimbangkan isi informasi yang
akan diunggah difacebook, misalnya
dengan mengalihkan pikiran-pikiran
negatif (update foto dan status secara
berlebihan) ke arah yang lebih positif
(berbagi informasi terkini mengenai
teknologi, ilmu pengetahuan dan lain
sebagainya).
b. Bagi orang tua diharapkan untuk lebih
mengontrol anak-anak dalam
penggunaan facebook misalnya dengan
menjalin komunikasi yang hangat dan
akrab dalam keluarga agar anak-anak
tidak memilih facebook sebagai media
komunikasi sehingga dapat lebih
meminimalkan penggunaan facebook.
c. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat
memberikan acuan untuk melakukan
penelitian lanjutan mengenai hubungan
antara kontrol diri dengan pengungkapan
diri dengan mempertimbangkan variabel
yang berbeda, misalnya kontrol diri
dengan trait kepribadian, budaya (tempat
tinggal), dan kemampuan kognitif.
Peneliti selanjutnya juga dapat meneliti
pada jejaring sosial yang lain selain
facebook karena pada masa ini telah
bermunculan jejaring sosial baru yang
kemungkinan banyak digunakan oleh
remaja dan masyarakat secara umum.
10
Selain itu, peneliti selanjutnya
diharapkan dapat menyempurnakan skala
yang pernah digunakan peneliti agar
hasilnya lebih terlihat perbedaan
pengungkapan diri berdasarkan jenis
kelamin dan tempat tinggal.
Daftar Pustaka
Agbaria, Q. (2014). Religiosity, Social
Support, Self-Control and Happiness
as Moderating Factors of Physical
Violence among Arab Adolescents in
Israel.Educational Research and
Development Authority, 05 (02), 75-
85. (Online). Israel: Al-Qasmic
College.
Arinkunto, S. (2010). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik (Edisi
Revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta.
Averill, J.R. (1973). Personal Control Over
Aversive Stimuli and It’s
Relationship to Stress. Psychological
Buletin, 80 (04). (online). (diakses
pada Senin, 11 Agustus 2014 pukul
09.10).
Dariyo, A. (2004). Psikologi Perkembangan
Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia.
DeVito, J.A. (1997). Komunikasi
Antarmanusia. Edisi Kelima
(Terjemahan oleh Ir. AgusMaulana
MSM). Jakarta: Profesional Books.
Gainau, M.B. (2009). Keterbukaan Diri (Self
Disclosure) Siswa dalam Perspektif
Budaya dan Implikasinya Bagi
Konseling. Jurnal Ilmiah Widya
Warta, 33 (01). (online). (diakses
pada hari Rabu, 3 Desember 2014
pukul 13.45).
Jourard, S.M. (2000). Self Disclosure an
Experimental Analisys of the
Transparent Self. (online). New
York: Robert E. Krieger (diakses
tanggal 17 Juli 2014).
Kristiani, Y.O &Harefa, A. (2012). Studi
Literatur Keterbukaan Diri pada
Remaja Pengguna Facebook.Depok:
Universitas Gunadarma.
Monks, F.J., Knoers, A.M.P., &Haditono, S.
R. (2001). Psikologi Perkembangan:
Pengantar Dalam Berbagai
Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Papalia D.E., Olds, S.W., & Feldman, R.D.
(2007). Human Development (9th
edition). New York: McGraw Hill.
Sarafino, E.P, & Smith, T.W. (2011). Health
Psychology Biopsychosocial
Interactions Second Edition. New
York: John Wiley & Sons, Inc.
Taylor, S.E., Peplau, L.A., & Sears, D.O.
(2009). Psikologi Sosial. Edisi Kedua
Belas. (Terjemahan oleh
TriWibisono B.S). Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Wheeless, L.R., Nesser, K.,& Mccroskey,
J.C. (1986). The Relationships of
Self-Disclosure and Disclosiveness
To High and Low Communication
Apprehension, Communication
Research Reports (3) (Online),.
http://www.jamescmccroskey.com/p
ublications/137.pdf.