bab ii konsep keterwakilan dan fungsi dewan … ii.pdf · negara yang masih kecil seperti negara...

27
BAB II KONSEP KETERWAKILAN DAN FUNGSI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 2.1 Konsep Perwakilan Rakyat Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani kuno, yakni demos dan kratein, yang secara literer bermakna pemerintahan rakyat. Namun demikian tidak berarti demokrasi pada masa yunani kuno merupakan demokrasi yang ideal. Demokrasi Yunani kuno hanya sedikit memiliki atau bahkan tidak mempunyai gagasan mengenai hak dan kebebasan individual sebagaimana melekat dalam gagasan demokrasi moderen. 17 Dalam pelaksanaannya demokrasi dipraktekan bersifat langsung ( direct democrazy ), artinya hak rakyat untuk membuat keputusan-keputusan dan dijalankan secara langsung oleh seluruh warga Negara yang bertindak berdasarkan prosedur mayoritas. Sistem ini hanya dapat dilaksanakan dalam Negara yang masih kecil seperti Negara kota atau zaman Yunani Kuno.Barulah kemudian di abad ke XVIII timbul suatu sistem demokrasi baru, yakni ( indirect democrazy) atau demokrasi perwakilan. Dan disinilah demokrasi itu mendapatkan pengertian yang sebenarnya, dalam arti bahwa para penguasa itu dipilih oleh rakyat melalui wakil-wakilnya yang duduk dalam badan-badan perwakilan. Lalu kemudian, demokrasi dalam bentuk 17 Azhari, F.A., 2005, Menemukan Demokrasi, Surakarta: Muhammadiyah University, h. 1. 22

Upload: hoangliem

Post on 06-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

KONSEP KETERWAKILAN DAN FUNGSI DEWAN PERWAKILAN

RAKYAT

2.1 Konsep Perwakilan Rakyat

Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani kuno, yakni demos dan

kratein, yang secara literer bermakna pemerintahan rakyat. Namun demikian

tidak berarti demokrasi pada masa yunani kuno merupakan demokrasi yang

ideal. Demokrasi Yunani kuno hanya sedikit memiliki atau bahkan tidak

mempunyai gagasan mengenai hak dan kebebasan individual sebagaimana

melekat dalam gagasan demokrasi moderen.17

Dalam pelaksanaannya demokrasi dipraktekan bersifat langsung (direct

democrazy), artinya hak rakyat untuk membuat keputusan-keputusan dan

dijalankan secara langsung oleh seluruh warga Negara yang bertindak

berdasarkan prosedur mayoritas. Sistem ini hanya dapat dilaksanakan dalam

Negara yang masih kecil seperti Negara kota atau zaman Yunani

Kuno.Barulah kemudian di abad ke XVIII timbul suatu sistem demokrasi

baru, yakni (indirect democrazy) atau demokrasi perwakilan. Dan disinilah

demokrasi itu mendapatkan pengertian yang sebenarnya, dalam arti bahwa

para penguasa itu dipilih oleh rakyat melalui wakil-wakilnya yang duduk

dalam badan-badan perwakilan. Lalu kemudian, demokrasi dalam bentuk

17

Azhari, F.A., 2005, Menemukan Demokrasi, Surakarta: Muhammadiyah University, h. 1.

22

yang seperti inilah yang sedikit demi sedikit meluas ke hampir semua negara-

negara modern.18

Demokrasi dapat kita pandang sebagai mekanisme dan cita-cita hidup

berkelompok yang di dalam UUD 1945 disebutkan kerakyatan. Demokrasi Indonesia

adalah pemerintahan rakyat yang berdasarkan nilai-nilai falsafah Pancasila atau

pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat berdasarkan sila-sila Pancasila. Ini berarti

bahwa :

1. Demokrasi atau pemerintahan rakyat yang digunakan oleh pemerintah

Indonesia adalah sistem pemerintahan rakyat yang dijiwai dan dituntun

oleh nilai-nilai pandangan hidup bangsa Indonesia (Pancasila).

2. Demokrasi Indonesia pada dasarnya adalah transformasi nilai-nilai

falsafah Pancasila menjadi suatu bentuk dan sistem pemerintahan khas

Pancasila.

3. Demokrasi Indonesia yang dituntut oleh nilai-nilai Pancasila adalah

konsekuensi dari komitmen pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara

murni dan konsekuen di bidang pemerintahan atau politik.

4. Pelaksanaan Demokrasi Indonesia dengan baik mensyaratkan pemahaman

dan penghayatan nilai-nilai falsafah Pancasila.

5. Pelaksanaan Dmeokrasi Indonesia dengan benar adalah pengamalan

Pancasila melalui politik pemerintahan. 19

18

H. Nuktoh Arfawie, Kurde, S.H.MH. 2001. Teori Demokrasi, Jakarta, h. 74-76. 19

Azhari. FA. 2005. Op Cit, h. 7.

Dalam konsep demokrasi adalah sebuah bentuk kekuasaan (kratein)

dari/oleh/untuk rakyat (demos). Menurut konsep, kekuasaan menyiratkan arti politik

dan pemerintahan, sedangkan rakyat beserta warga masyarakat didefinisikan sebagai

warga Negara. Dalam perkembangan zaman modern, ketika kehidupan memasuki

skala luas, tidak lagi berformat lokal, dan demokrasi tidak mungkin lagi

direalisasikan dalam wujud partisipasi langsung, masalah diskriminasi dalam

kegiatan politik tetap berlangsung.

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia atau sering disebut Dewan

Perwakilan Rakyat (disingkat DPR-RI atau DPR) adalah salah satu lembaga tinggi

negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan lembaga perwakilan

rakyat. DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih

melalui pemilihan umum Sejarah terbentuknya DPR RI secara garis besar dapat

dibagi menjadi tiga periode:

1. Volksraad

2. Masa perjuangan Kemerdekaan

3. Dibentuknya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)

Secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pada masa penjajahan Belanda, terdapat lembaga semacam parlemen bentukan

Penjajah Belanda yang dinamakan Volksraad.Pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda

mengakhiri masa penjajahan selama 350 tahun di Indonesia.Pergantian penjajahan

dari Belanda kepada Jepang mengakibatkan keberadaan Volksraad secara otomatis

tidak diakui lagi, dan bangsa Indonesia memasuki masa perjuangan Kemerdekaan.

Sejarah DPR RI dimulai sejak dibentuknya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)

oleh Presiden pada tanggal 29 Agustus 1945 (12 hari setelah Proklamasi

Kemerdekaan Republik Indonesia) di Gedung Kesenian, Pasar Baru Jakarta. Tanggal

peresmian KNIP (29 Agustus 1945) dijadikan sebagai TANGGAL dan HARI LAHIR

DPR RI.20

2.2. Fungsi-Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat

Suasana perpolitikan nasional pasca tumbangnya rezim orde baru Suharto,

disambut oleh semua kalangan sebagai masa kebebasan dan berekpresi. Keadaan ini

semakin bertambah seiring dengan dilakukannya perubahan terhadap UUD 1945

yang di anggap turut melindungi kekuasaan otoriter tersebut selama 32 tahun dan

kerap melahirkan kekuasaan tanpa batas.

Nuansa kehidupan demokratis semakin terasa ketika para elit politik kembali

melakukan peran dan fungsi masing-masing. Sentralisasi kekuasaan yang menumpuk

pada lembaga eksekutif pada masa lalu, berubah menjadi pemerataan kekuasaan

dengan saling kontrol di antara tiap lembaga negara.

Hal ini pula yang memulihkan kembali peran lembaga perwakilan. Lembaga

yang merupakan simbol dari keluhuran demokrasi di mana didalamnya terdapat

orang-orang pilihan yang dijadikan wakil rakyat yang memiliki integritas, tanggung

jawab, etika serta kehormatan, yang kemudian dapat diharapkan menjadi perangkat

20

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Sejarah DPR,

http://www.dpr.go.id/tentang/sejarah-dpr, diunduh pada 20 Maret 2015

penyeimbang dan pengontrol terhadap kekuasaan eksekutif sebagi penggerak roda

pemerintahan.

Bagi negara yang menganut kedaulatan rakyat keberadaan lembaga perwakilan

hadir sebagai suatu keniscayaan. Adalah tidak mungkin membayangkan terwujudnya

suatu pemerintah yang menjujung demokrasi tanpa kehadiran institusi tersebut. Karna

lewat lembaga inilah kepentingan rakyat tertampung kemudian tertuang dalam

berbagai kebijakan umum yang sesuai dengan aspirasi rakyat.

Untuk itu menurut kelaziman teori-teori ketatanegaraan dalam hal mana pada

umumnya lembaga ini berfungsi dalam tiga wilayah, yaitu, Pertama, wilayah legislasi

atau pembuat aturan Perundang-undangan, Kedua, wilayah penyusunan anggaran.

dan Ketiga, wilayah pengawasan terhadap jalannya pemerintahan.21

Sesuai dengan Pasal 19 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945 Anggota DPR

dipilih melalui pemilihan umum, ketentuan tersebut dimaksudkan untuk mewujudkan

azas kedaulatan rakyat yang secara implisit menjiwai Pembukaan UUD Negara RI

Tahun 1945, dengan demikian tidak ada lagi Anggota DPR yang diangkat. hal ini

sesuai dengan paham demokrasi perwakilan yang mendasarkan keberadaannya pada

prinsip perwakilan atas dasar pemilihan ( representation by election )22

Anggota DPR adalah orang-orang terpilih yang telah melalui seleksi ketat,

mulai dari internal partai politik hingga pemilihan umum. Namun, untuk dapat

21

Jimly Asshiddiqie, 2010, Perkembangan & Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,

Sinar Grafika, Jakarta, (selanjutnya disebut Jimly Asshiddiqie II) h. 117 22

Hidayat Nur wahid, 2007, Eksistensi Negara Berdasarkan UUD Negara RI Tahun 1945, Jurnal

Legislasi Indonesia, Vol.4 nomor 3, September 2007, h. 5

menjalankan ketiga fungsi yang dimiliki dengan bidang yang sangat luas, tentu

diperlukan dukungan dari berbagai pihak. Peran serta masyarakat tetap diperlukan

untuk menjamin bahwa anggota DPR benar-benar selalu bertindak sebagai wakil

rakyat. Peran serta tersebut dapat diwujudkan melalui berbagai bentuk mulai dari

masukan secara langsung dalam forum rapat kerja, rapat dengar pendapat hingga

kritik membangun sebagai bentuk pengawasan public. 23

Menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 76 UU No. 17 Tahun 2014,

mengatur mengenai Keanggotaan dari Dewan Perwakilan Rakyat sebagai berikut:

(1) Anggota DPR berjumlah 560 (lima ratus enam puluh) orang.

(2) Keanggotaan DPR diresmikan dengan keputusan Presiden.

(3) Anggota DPR berdomisili di ibu kota negara Republik Indonesia.

(4) Masa jabatan anggota DPR adalah 5 (lima) tahun dan berakhir pada

saat anggota DPR yang baru mengucapkan sumpah/janji.

(5) Setiap anggota, kecuali pimpinan MPR dan pimpinan DPR, harus

menjadi anggota salah satu komisi.

(6) Setiap anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat

merangkap sebagai anggota salah satu alat kelengkapan lainnya yang

bersifat tetap, kecuali sebagai anggota Badan Musyawarah.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga perwakilan rakyat, DPR

mempunyai alat-alat kelengkapan sesuai dengan menurut ketentuan yang diatur

dalam Pasal 22 Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Nomor 1 Tahun 2014 tentang

Tata Tertib (selanjutnya disebut Tata Tertib DPR RI Tahun 2014-2019) terdiri dari :

Pimpinan DPR, Badan Musyawarah, Komisi, Badan Legislasi, Badan Anggaran,

Mahkamah Kehormatan Dewan, Badan Kerja Sama Antar-Parlemen, Badan Urusan

23

: http://www.aph.gov.au/house/pubs/ar04-05/pdf/overviews.pdf

Rumah Tangga ( BURT ), Panitia Khusus; dan Alat kelengkapan lain yang

diperlukan dan dibentuk oleh rapat paripurna.

1. Pimpinan DPR terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 4 (empat) orang wakil

ketua yang dipilih dari dan oleh anggota dengan memperhatikan

keterwakilan perempuan yang ditetapkan secara paket bersifat tetap selama

5 (lima) tahun dalam rapat paripurna DPR pada masa awal keanggotaan

DPR. Paket bersifat tetap ini berlaku untuk fraksi dan anggota. Pimpinan

DPR merupakan alat kelengkapan DPR dan merupakan satu kesatuan

pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial. Masa jabatan pimpinan DPR

sama dengan masa keanggotaan DPR. Pimpinan DPR bertugas untuk:

a. memimpin sidang DPR dan menyimpulkan hasil sidang untuk diambil

keputusan;

b. menyusun rencana kerja pimpinan;

c. melakukan koordinasi dalam upaya menyinergikan pelaksanaan

agenda dan materi kegiatan dari alat kelengkapan DPR;

d. menjadi juru bicara DPR;

e. melaksanakan dan memasyarakatkan keputusan DPR;

f. mewakili DPR dalam berhubungan dengan lembaga negara lainnya;

g. mengadakan konsultasi dengan Presiden dan pimpinan lembaga negara

lainnya sesuai dengan keputusan DPR;

h. mewakili DPR di pengadilan;

i. melaksanakan keputusan DPR berkenaan dengan penetapan sanksi atau

rehabilitasi anggota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

j. menyusun rencana anggaran DPR bersama Badan Urusan Rumah

Tangga yang pengesahannya dilakukan dalam rapat paripurna; dan

k. menyampaikan laporan kinerja dalam rapat paripurna DPR yang khusus

diadakan untuk itu.

(diatur dalam Pasal 27 sampai Pasal 47 Tata Tertib DPR 2014-2019).

2. Badan Musyawarah dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan

DPR yang bersifat tetap. DPR menetapkan susunan dan keanggotaan Badan

Musyawarah pada permulaan masa keanggotaan DPR dan permulaan tahun

sidang. Anggota Badan Musyawarah berjumlah paling banyak 1/10 (satu

persepuluh) dari jumlah anggota berdasarkan perimbangan jumlah anggota

tiap-tiap fraksi yang ditetapkan oleh rapat paripurna. Ketua dan/atau

sekretaris fraksi karena jabatannya menjadi anggota Badan Musyawarah.

Pimpinan DPR karena jabatannya juga sebagai pimpinan Badan

Musyawarah dan dalam hal ini Pimpinan DPR tidak merangkap sebagai

anggota dan tidak mewakili fraksi. Badan Musyawarah bertugas :

a. menetapkan agenda DPR untuk 1 (satu) tahun sidang, 1 (satu) masa

persidangan, atau sebagian dari suatu masa sidang, perkiraan waktu

penyelesaian suatu masalah, dan jangka waktu penyelesaian rancangan

undang-undang, dengan tidak mengurangi kewenangan rapat paripurna

untuk mengubahnya;

b. memberikan pendapat kepada pimpinan DPR dalam menentukan garis

kebijakan yang menyangkut pelaksanaan tugas dan wewenang DPR;

c. meminta dan/atau memberikan kesempatan kepada alat kelengkapan

DPR yang lain untuk memberikan keterangan/penjelasan mengenai

pelaksanaan tugas masing-masing;

d. mengatur lebih lanjut penanganan suatu masalah dalam hal undang-

undang mengharuskan Pemerintah atau pihak lainnya melakukan

konsultasi dan koordinasi dengan DPR;

e. menentukan penanganan suatu rancangan undang-undang atau

pelaksanaan tugas DPR lainnya oleh alat kelengkapan DPR;

f. mengusulkan kepada rapat paripurna mengenai jumlah komisi, ruang

lingkup tugas komisi, dan mitra kerja komisi yang telah dibahas dalam

konsultasi pada awal masa keanggotaan DPR; dan

g. melaksanakan tugas lain yang diserahkan oleh rapat paripurna kepada

Badan Musyawarah.

Ketentuan mengenai Badan Musyawarah ini lebih lanjut diatur dalam Pasal

47 hingga Pasal 53 Tata Tertib DPR RI Tahun 2014-2019)

3. Komisi dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan merupakan alat

kelengkapan DPR yang bersifat tetap, DPR menetapkan susunan dan

keanggotaan Komisi menurut perimbangan dan pemerataan jumlah anggota

tiap-tipa fraksi, pada permulaan masa keanggotaan DPR dan pada

permulaan tahun sidang. Tugas Komisi dibagi menjadi tiga bidang, yaitu;

dalam Pembentukan Undang-Undang, dibidang Anggaran dan dibidang

Pengawasan. Pengaturan Komisi diatur dalam Pasal 54 sampai dengan

Pasal 61 Tata Tertib DPR RI Tahun 2014-2019.

4. Badan Legislasi dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR

yang bersifat tetap. DPR menetapkan susunan dan keanggotaan Badan

Legislasi pada permulaan masa keanggotaan DPR dan permulaan tahun

sidang. Jumlah anggota Badan Legislasi ditetapkan dalam rapat paripurna

menurut perimbangan dan pemerataan jumlah anggota tiap-tiap fraksi pada

permulaan masa keanggotaan DPR dan pada permulaan tahun sidang.

Pimpinan Badan Legislasi merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat

kolektif dan kolegial, yang terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling

banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Badan

Legislasi berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat dan proporsional

dengan memperhatikan keterwakilan perempuan menurut perimbangan

jumlah anggota tiap-tiap fraksi. Badan Legislasi bertugas:

a. menyusun rancangan program legislasi nasional yang memuat daftar

urutan dan prioritas rancangan undang-undang beserta alasannya untuk

satu masa keanggotaan dan untuk setiap tahun anggaran di lingkungan

DPR dengan mempertimbangkan masukan dari DPD;

b. mengoordinasi penyusunan program legislasi nasional antara DPR dan

Pemerintah;

c. menyiapkan rancangan undang-undang usul DPR berdasarkan program

prioritas yang telah ditetapkan;

d. melakukan pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi

rancangan undang-undang yang diajukan anggota, komisi, gabungan

komisi, atau DPD sebelum rancangan undang-undang tersebut

disampaikan kepada pimpinan DPR;

e. memberikan pertimbangan terhadap rancangan undang-undang yang

diajukan oleh anggota, komisi, gabungan komisi, atau DPD di luar

prioritas rancangan undang-undang tahun berjalan atau di luar

rancangan undang-undang yang terdaftar dalam program legislasi

nasional;

f. melakukan pembahasan, pengubahan, dan/atau penyempurnaan

rancangan undang-undang yang secara khusus ditugaskan oleh Badan

Musyawarah;

g. mengikuti perkembangan dan melakukan evaluasi terhadap pembahasan

materi muatan rancangan undang-undang melalui koordinasi dengan

komisi dan/atau panitia khusus;

h. memberikan masukan kepada pimpinan DPR atas rancangan undang-

undang usul DPD yang ditugaskan oleh Badan Musyawarah; dan

i. membuat laporan kinerja dan inventarisasi masalah di bidang

perundang-undangan pada akhir masa keanggotaan DPR untuk dapat

digunakan oleh Badan Legislasi pada masa keanggotaan berikutnya.

Ketentuan mengenai Badan Legislasi diatur dalam Pasal 62 hingga Pasal

66 Tata Tertib DPR RI Tahun 2014-2019.

5. Badan Anggaran dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat sebagai alat

kelengkapan DPR yang bersifat tetap. Panitia Anggaran bertugas:

a. membahas bersama Pemerintah yang diwakili oleh menteri untuk

menentukan pokok-pokok kebijakan fiskal secara umum dan prioritas

anggaran untuk dijadikan acuan bagi setiap kementerian/lembaga dalam

menyusun usulan anggaran;

b. menetapkan pendapatan negara bersama Pemerintah dengan mengacu

pada usulan komisi yang berkaitan;

c. membahas rancangan undang-undang tentang APBN bersama Presiden

yang dapat diwakili oleh menteri mengenai alokasi anggaran untuk

fungsi dan program Pemerintah dan dana alokasi transfer daerah dengan

mengacu pada keputusan rapat kerja komisi dan Pemerintah;

d. melakukan sinkronisasi hasil pembahasan di komisi dan alat

kelengkapan DPR lainnya mengenai rencana kerja dan anggaran

kementerian/lembaga;

e. melakukan sinkronisasi terhadap usulan program pembangunan daerah

pemilihan yang diusulkan komisi;

f. membahas laporan realisasi dan perkiraan realisasi yang berkaitan

dengan APBN; dan

g. membahas pokok-pokok penjelasan atas rancangan undang-undang

tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.

Badan Anggaran hanya membahas alokasi anggaran yang sudah diputuskan

oleh komisi. Anggota komisi dalam Badan Anggaran mengupayakan

alokasi anggaran yang diputuskan komisi dan menyampaikan hasil

pelaksanaan tugas kepada komisi melalui rapat komisi. Lebih lanjut

mengenai Badan Anggaran diatur dalam ketentuan Pasal 67 hingga Pasal

71 Tata Tertib DPR RI Tahun 2014-2019.

6. Badan Kerja Sama Antar-Parlemen, yang selanjutnya disingkat BKSAP,

dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat

tetap. DPR menetapkan susunan dan keanggotaan BKSAP pada permulaan

masa keanggotaan DPR dan permulaan tahun sidang. Jumlah anggota

BKSAP ditetapkan dalam rapat paripurna menurut perimbangan dan

pemerataan jumlah anggota tiap-tiap fraksi pada permulaan masa

keanggotaan DPR dan pada permulaan tahun sidang. Pimpinan BKSAP

merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial, yang

terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil

ketua, yang dipilih dari dan oleh anggota BKSAP berdasarkan prinsip

musyawarah untuk mufakat dan proporsional dengan memperhatikan

keterwakilan perempuan menurut perimbangan jumlah anggota tiap-tiap

fraksi. BKSAP bertugas:

a. membina, mengembangkan, dan meningkatkan hubungan persahabatan

dan kerja sama antara DPR dan parlemen negara lain, baik secara

bilateral maupun multilateral, termasuk organisasi internasional yang

menghimpun parlemen dan/atau anggota parlemen negara lain;

b. menerima kunjungan delegasi parlemen negara lain yang menjadi tamu

DPR;

c. mengoordinasikan kunjungan kerja alat kelengkapan DPR ke luar

negeri; dan

d. memberikan saran atau usul kepada pimpinan DPR tentang masalah

kerja sama antarparlemen

ketentuan lebih lanjut mengenai BKSAP diatur dalam ketentuan Pasal 72

hingga Pasal 77 Tatib DPR RI Tahun 2014-2019.

7. Mahkamah Kehormatan Dewan dibentuk oleh DPR sebagai alat

kelengkapan yang bersifat tetap. Mahkamah Kehormatan Dewan bertujuan

menjaga serta menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat DPR

sebagai lembaga perwakilan rakyat. Anggota Mahkamah Kehormatan

Dewan berjumlah 17 (tujuh belas) orang dan ditetapkan dalam rapat

paripurna DPR. Ketentuan lebih lanjut mengenai Mahkamah Kehormatan

Dewan diatur dalam ketentuan Pasal 78 hingga Pasal 86 Tata Tertib DPR-

RI Tahun 2014-2019.

8. Badan Urusan Rumah Tangga, yang selanjutnya disingkat BURT, dibentuk

oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat tetap. DPR

menetapkan susunan dan keanggotaan BURT pada permulaan masa

keanggotaan DPR dan permulaan tahun sidang. Jumlah anggota BURT

paling banyak 25 (dua puluh lima) orang atas usul komisi dan fraksi

berdasarkan perimbangan dan pemerataan jumlah Anggota setiap fraksi di

komisi yang ditetapkan dalam rapat paripurna DPR pada permulaan tahun

sidang. Pimpinan BURT merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat

kolektif dan kolegial, yang terdiri atas 1 (satu) orang ketua yang dijabat oleh

ketua DPR dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dari

dan oleh anggota BURT dalam satu paket yang bersifat tetap berdasarkan

usulan Fraksi sesuai dengan prinsip musyawarah untuk mufakat. BURT

bertugas:

a. menetapkan arah kebijakan umum pengelolaan anggaran DPR untuk

setiap tahun anggaran dan menyerahkannya kepada Sekretaris Jenderal

DPR untuk dilaksanakan;

b. menyusun rencana kerja dan anggaran DPR secara mandiri yang

dituangkan dalam program dan kegiatan setiap tahun berdasarkan

usulan dari alat kelengkapan DPR dan Fraksi;

c. dalam menyusun program dan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam

huruf b, BURT memperhatikan geografis daerah pemilihan Anggota;

d. dalam menyusun program dan kegiatan DPR sebagaimana dimaksud

dalam huruf b, BURT dapat menyusun standar biaya khusus dan

mengajukannya kepada Pemerintah untuk dibahas bersama;

e. melakukan pengawasan terhadap Sekretariat Jenderal DPR dalam

pelaksanaan kebijakan kerumahtanggaan DPR sebagaimana dimaksud

dalam huruf a, termasuk pelaksanaan dan pengelolaan anggaran DPR;

f. melakukan koordinasi dengan alat kelengkapan DPD dan alat

kelengkapan MPR yang berhubungan dengan kerumahtanggaan DPR,

DPD, dan MPR yang ditugasi oleh pimpinan DPR berdasarkan hasil

rapat Badan Musyawarah;

g. menyampaikan hasil keputusan dan arah kebijakan umum anggaran

tahunan DPR sebagaimana dimaksud dalam huruf a dalam rapat

paripurna DPR untuk mendapatkan persetujuan;

h. menyampaikan laporan kinerja dalam rapat paripurna DPR yang

khusus diadakan untuk itu; dan

i. mengatur alokasi anggaran untuk kunjungan kerja Anggota atau

sekelompok anggota komisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59

ayat (4).

Mengenai Badan Urusan Rumah Tangga lebih lanjut diatur dalam

ketentuan Pasal 87 hingga Pasal 92 Tata Tertib DPR RI Tahun 2014-2019.

9. Panitia Khusus dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan merupakan

alat kelengkapan DPR yang bersifat sementara. DPR menetapkan susunan

dan keanggotaan panitia khusus berdasarkan perimbangan dan pemerataan

jumlah Anggota tiap-tiap Fraksi. Jumlah anggota panitia khusus ditetapkan

oleh rapat paripurna DPR paling banyak 30 (tiga puluh) orang. Pimpinan

panitia khusus merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan

kolegial. Adapun tugas dari Panitia Khusus yaitu :

a. Panitia khusus bertugas melaksanakan tugas tertentu dalam jangka

waktu tertentu yang ditetapkan oleh rapat paripurna DPR.

b. Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperpanjang

oleh Badan Musyawarah apabila panitia khusus belum dapat

menyelesaikan tugasnya.

c. Panitia khusus dibubarkan oleh DPR setelah jangka waktu

penugasannya berakhir atau karena tugasnya dinyatakan selesai.

Mengenai Panitian Khusus ini lebih lanjut diatur dalam ketentuan Pasal 93

hingga Pasal 97 Tata Tertib Anggota DPR RI Tahun 2014-2019.

Menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 4 ayat (1) Peraturan Dewan

Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 jo. Pasal 69 ayat (1) UU

MD3 menyatakan bahwa : DPR mempunyai fungsi :

a. legislasi

b. anggaran; dan

c. pengawasan

ketiga fungsi tersebut dijalankan dalam kerangka representasi rakyat dan juga untuk

mendukung upaya pemerintah dalam melaksanakan politik luar negeri sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.2.1 Fungsi Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat

Fungsi legislasi merupakan fungsi dalam pembuatan undang-undang. Fungsi

ini merupakan perwujudan dari kedudukan DPR sebagai pemegang kekuasaan

membentuk undang-undang. Dalam negara hukum, setiap penyelenggaraan negara

dan pemerintahan, baik berupa kebijakan maupun tindakan, harus dilakukan

berdasarkan aturan hukum. Setiap kewenangan yang dimiliki oleh lembaga atau

pejabat publik bersumber pada aturan hukum dan harus dilaksanakan sesuai dengan

aturan hukum. Undang-undang merupakan produk hukum utama dalam

penyelenggaraan negara. Materi muatan undang-undang menjabarkan dan

melaksanakan amanat konstitusi.

Undang-undang mengikat secara umum, baik warga negara maupun

penyelenggara negara, baik eksekutif, legislatif maupun yudikatif. Oleh karena itu

dalam tradisi hukum Eropa kontinental, fungsi legislasi dapat dikatakan merupakan

fungsi utama dari lembaga perwakilan. Melalui fungsi tersebut, para wakil rakyat

anggota DPR menentukan bagaimana kehidupan berbangsa dan bernegara dijalankan

sesuai dengan konstitusi.

Dalam UUD 1945 setelah perubahan pengaturan terhadap lembaga

perwakilan di Indonesia ini dapat kita lihat pada Pasal 1 ayat (2) dimana Majelis

Permusyawaratan Rakyat (MPR) terdiri dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan

Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Sedangkan pada Pasal 20A ayat (1), DPR sendiri

memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan. Selanjutnya

dalam melaksanaakan fungsinya. sebagai mana dijelasakan pada Pasal 20A ayat (2),

DPR mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat. Serta

setiap anggota DPR mempunyai hak mengajukan pertanyaan, hak menyatakan usul

dan berpendapat sekaligus hak imunitas. Sedangkan kedudukan DPR sangat kuat,

karena presiden tidak dapat membekukan ataupun membubarkan DPR sebagai mana

tertera pada Pasal 7C.

Namun demikian keberadaan lembaga perwakilan yang baru tersebut belum

dapat berfungsi penuh sebagai mana mestinya, karna masih perlu di tindak lanjuti

dengan kesepakatan Undang-Undang yang akan menjadi aturan main terbentuknya

lembaga itu. Sejalan dengan perubahan struktur Sistem kelembagaan negara dengan

di amandemen UUD 1945 serta perubahan dinamika perpolitikan yang terus

melangkah maju dengan kemudian menata kearah perpolitikan yang sehat dan

demokratis, maka pengamatan terhadap DPR sebagai salah satu lembaga perwakilan

berikut sebagai lembaga politik sangatlah penting dan urgen. Kenyataan yang

berkembang menunjukan adanya fenomena baru terhadap peran lembaga perwakilan

tersebut. Peran DPR seakan di sulap dari yang tak berdaya tatkala berhadapan dengan

pemerintah, tiba-tiba berubah menjadi lembaga yang kuat terutama dalam fungsinya

mengawasi gerak-gerik keberadaan lembaga eksekutif. 24

Menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 70 ayat (1) UUMD3 menyatakan

bahwa :

(1) Fungsi Legislasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf a

dilaksanakan sebagai perwujudan DPR selaku pemegang kekuasaan

membentuk undang-undang.

Berdasarkan ketentuan pasal ini maka dapat diketahui bahwa dengan diberlakukannya

UU MD3 ini maka kekuasaan untuk membentuk undang-undang ada di tangan DPR.

Fungsi legislasi merupakan fungsi paling dasar dari sebuah lembaga legisatif. Fungsi

legislasi dilaksanakan sebagai perwujudan DPR selaku pemegang kekuasaan

membentuk perundang-undangan. Melalui DPR aspirasi masyarakat ditampung,

kemudian kehendak rakyat tersebut diimplementasikan dalam undang-undang sebagai

representasi rakyat banyak.

2.2.2. Fungsi Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat

Anggaran merupakan suatu rencana yang disusun secara sistematis dalam

bentuk angka dan dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi seluruh kegiatan

perusahaan untuk jangka waktu ( periode) tertentu di masa yang akan datang. Oleh

karena rencana yang disusun dinyatakan dalam bentuk unit moneter, maka anggaran

seringkali disebut juga dengan rencana keuangan. Dalam anggaran, satuan kegiatan

24

Suprapto, Bibit. Perkembangan Kabinet dan Pemerintahan di Indonesia. Ghalia Indonesia :

Jakarta, 1985, h. 67

dan satuan uang menempati posisi penting dalam arti segala kegiatan akan

dikuantifikasikan dalam satuan uang, sehingga dapat diukur pencapaian efisiensi dan

efektivitas dari kegiatan yang dilakukan. Penganggaran merupakan komitmen resmi

manajemen yang terkait dengan harapan manajemen tentang pendapatan, biaya dan

beragam transaksi keuangan dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.25

Menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 70 ayat (2) UU MD3 menyatakan

bahwa :

(2) Fungsi anggaran sebagaimana dimaksud dalam pembahasan Pasal 69 ayat

(1) huruf b dilaksanakan untuk membahas dan memberikan persetujuan

atau tidak memberikan persetujuan terhadap rancangan undang-undang

tentang APBN yang diajukan oleh Presiden.

Fungsi penganggaran merupakan fungsi untuk membahas dan memberikan

persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap rancangan undang-undang

APBN yang diajukan Presiden. APBN merupakan dokumen yang berisi program dan

kegiatan yang akan dilaksanakan dalam waktu satu tahun serta alokasi anggaran yang

akan dibelanjakan dan diperoleh sebagai penerimaan negara. Walaupun RAPBN

diajukan oleh presiden, tetapi juga meliputi program dan anggaran yang dikelola oleh

cabang kekuasaan yang lain, termasuk legislatif dan yudikatif. Dalam penyusunan

APBN tidak hanya dibahas dan ditentukan pengalokasian anggaran untuk setiap

25

Hendra Poerwanto, Pengertian, Manfaat dan Tujuan Anggaran,

https://sites.google.com/site/penganggaranperusahaan/pengertian-definisi-manfaat-tujuan-anggaran,

diunduh pada 25 Maret 2015

lembaga negara atau instansi, tetapi yang lebih penting adalah pembahasan program

dan kegiatan yang akan dilakukan.

Melalui pembahasan tersebut, anggota DPR ikut menentukan dan menjaga

agar program dan kegiatan yang akan dilakukan setiap lembaga dan instansi benar-

benar diarahkan untuk kepentingan rakyat sesuai dengan amanat dan aspirasi rakyat

yang diwakili. Fungsi ketiga adalah fungsi pengawasan. Dari sisi objeknya,

pengawasan yang dilakukan oleh DPR adalah terhadap pelaksanaan undang-undang

dan APBN. Dari sudut politik ketatanegaraan, fungsi pengawasan DPR adalah untuk

menjaga agar tidak terjadi konsentrasi kekuasaan dan penyalahgunaan kekuasaan.26

2.2.3. Fungsi Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat

Pengawasan adalah salah satu pilar terpenting dalam proses politik demokratis.

Fungsi pengawasan dilaksanakan untuk menjamin terwujud dan efektifnya

akuntabilitas publik dari berbagai lembaga tata pemerintahan. Dalam demokrasi,

berbagai lembaga melaksanakan fungsi pengawasan, salah satunya adalah lembaga

legislatif DPR. Fungsi pengawasan DPR diperlukan untuk menjamin berjalannya

prinsip saling mengawasi dan mengimbangi antarcabang kekuasaan. Di sisi lain,

pengawasan dilakukan untuk memastikan bahwa undang-undang dan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara yang telah dibuat DPR dan Presiden benar-benar

dilaksanakan dengan baik oleh semua lembaga negara dan instansi pemerintahan.

26

: http://www.aph.gov.au/house/pubs/ar04-05/pdf/overviews.pdf

Dengan demikian pelaksanaan pengawasan DPR tidak selalu berarti berhadap-

hadapan dengan pemerintah, khususnya Presiden.27

Menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 70 ayat (3) UU MD3 menyatakan

bahwa :

(3) Fungsi pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf

c dilaksanakan melalui pengawasan atas pelaksanaan undang-undang dan

APBN.

Pengawasan DPR juga harus dilihat sebagai upaya bersama untuk memastikan

bahwa penyelenggaraan pemerintahan benar-benar untuk kepentingan rakyat sesuai

dengan aturan hukum yang telah ditetapkan. Dalam menjalankan ketiga fungsi

tersebut, DPR tentu akan menunjukkan jati diri sebagai lembaga perwakilan rakyat.

Hal itu dilakukan dengan senantiasa membuka ruang partisipasi dan

konsultasi publik dalam pengambilan keputusan. Untuk itu diperlukan transparansi

pelaksanaan ketiga fungsi yang dimiliki yang pada akhirnya harus

dipertanggungjawabkan kepada rakyat sesuai dengan amanat yang terkandung dalam

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat,

Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah.

Segenap bangsa Indonesia tentu berharap besar terhadap DPR yang baru

dilantik. Berbagai persoalan kebangsaan dan kenegaraan perlu segera mendapat

27

Sofian, Effendi, Hantaman Struktural Pengawasan Legislatif, Prisma, 2000. h. 68

perhatian dan pemecahan. Agenda pembangunan harus dilanjutkan untuk mencapai

masyarakat adil dan makmur yang telah dicita-citakan sejak awal kemerdekaan.

Untuk itu diperlukan kinerja DPR yang selalu meningkat dalam menjalankan ketiga

fungsi yang dimiliki. Kita percaya bahwa para anggota DPR yang hari ini dilantik

memiliki kemampuan untuk memenuhi harapan tersebut.

2.3. Hak dan Kewajiban Dewan Perwakilan Rakyat

Dewan Perwakilan Rakyat dalam menjalankan tugasnya memiliki hak

sebagaimana tercantum dalam ketentuan Pasal 164 yaitu :

(1) DPR mempunyai hak:

a. interpelasi;

b. angket; dan

c. menyatakan pendapat.

(2) Hak interpelasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah hak DPR

untuk meminta keterangan kepada Pemerintah mengenai kebijakan Pemerintah

yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara.

(3) Hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah hak DPR untuk

melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan suatu undang- undang dan/atau

kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis, dan

berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang

diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

(4) Hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c adalah

hak DPR untuk menyatakan pendapat atas:

a. kebijakan Pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di

tanah air atau di dunia internasional;

b. tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) dan hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (3); atau

c. dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran

hukum, baik berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,

tindak pidana berat lainnya, maupun perbuatan tercela, dan/atau Presiden

dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden

dan/atau Wakil Presiden.

Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Nomor 1 Tahun 2014 tentang Tata

Tertib pasal 2, 3 dan 4 mengenai kedudukan, wewenang dan Fungsi DPR Susunan

dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD menyatakan bahwa sebagai anggota

DPR melekat hak antara lain:

a. Hak interpelasi, yaitu hak DPR untuk meminta keterangan kepada

pemerintah mengenai kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta

berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara;

b. Hak angket, yaitu hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap

kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada

kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang diduga bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan;

c. Hak menyatakan pendapat, yaitu hak DPR untuk menyatakan pendapat

terhadap kebijakan pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang

terjadi di tanah air disertai dengan solusi tindak lanjut dari hak interpelasi

dan hak angket.

Disamping itu dapat diketahui bahwa diluar hak institusi, anggota DPR juga memiliki

hak lain sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 184 hingga Pasal 196 Tata Tertib

DPR RI Tahun 2014-2019 yaitu :

1. Hak Mengajukan Usul Rancangan Undang-Undang (Pasal 184-Pasal 185)

2. Hak Mengajukan Pertanyaan (Pasal 186-Pasal 187)

3. Hak Menyampaikan Usul dan Pendapat (Pasal 188)

4. Hak Memilih dan Dipilih (Pasal 189)

5. Hak Membela Diri (Pasal 190)

6. Hak Imunitas (Pasal 191)

7. Hak Protokoler (Pasal 192)

8. Hak Keuangan dan Hak Administratif (Pasal 193)

9. Hak Pengawasan (Pasal 194)

10. Hak Mengusulkan dan Memperjuangkan Program Pembangunan Daerah

Pemilihan (Pasal 195)

11. Hak Melakukan Sosialisasi Undang-Undang (Pasal 196)

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat selain memiliki hak sebagaimana yang telah

diuraikan diatas juga memiliki kewajiban yang harus dipenuhinya dalam menjabat

sebagai anggota DPR RI. Adapun kewajiban tersebut diantaranya yaitu :

a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila;

b. melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

dan menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia;

d. mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan

golongan;

e. memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat;

f. menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan negara;

g. menaati tata tertib dan kode etik;

h. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain;

i. menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja

secara berkala;

j. menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat; dan

k. memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen

di daerah pemilihannya.28

28

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Hak dan Kewajiban Anggota,

http://www.dpr.go.id/tentang/hak-kewajiban, diunduh pada 25 Maret 2015