bab ii konsep kepemimpinan dan sistem presbiterial sinodal · pemimpin dan kepemimpinan ......

13
7 Bab II Konsep Kepemimpinan dan Sistem Presbiterial Sinodal 2.1 Pemimpin dan Kepemimpinan Pemimpin dan kepemimpinan adalah dua hal yang berbeda namun disisi lain diibaratkan seperti sekeping mata uang logam yang tidak bisa dipisahkan. Pemimpin dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai orang yang memimpin sedangkan kepemimpinan adalah perihal memimpin, cara memimpin. Pemimpin juga diartikan sebagai “orang yang berjalan terlebih dulu untuk memandu atau menunjukkan jalan. Orang utama dalam suatu organisasi yang berkembang. Orang yang memiliki pengikut. 1 Andrew J. Dubrin juga mengatakan bahwa pemimpin adalah orang yang memberi inspirasi, membujuk, mempengaruhi dan memotivasi orang lain. 2 Pemimpin diperlukan dalam setiap organisasi atau kelompok dimana terbentuknya sebuah relasi manusia dengan yang lainnya. Seseorang dapat disebut sebagai pemimpin jika ia mempunyai pengikut atau bawahan. Sejarah mencatat bahwa proses perubahan yang dramatis dalam sejarah manusia dicetuskan, dimotivasi atau digerakkan oleh seorang pemimpin atau sekelompok pemimpin. Betapa penting peran dan pengaruhnya seorang pemimpin dalam kelompok yang ada dalam masyarakat maupun dalam kehidupan bergereja sehingga berbagai upaya selalu dilakukan agar tercipta pemimpin yang berkualitas. Sekalipun menurut Max Weber, pemimpin itu dapat muncul oleh karena karisma /pemberian ilahi dan bukan karena pelatihan ataupun karena kursus yang diikutinya. Seorang pemimpin harus menyadari bahwa apapun yang dilakukannya sangat berhubungan dengan pengikutnya. Hal ini menjadi jelas ketika dipahami bahwa pemimpin mempunyai peran untuk menggerakkan, mengambil keputusan, dan harus siap menjadi figur, contoh, teladan, panutan dari seluruh orang orang yang dipimpinnya serta lingkungan masyarakatnya. Citra pemimpin bukan pada tampilan luar dirinya, melainkan lebih merupakan seluruh sistem nilai yang ditunjukkan terus menerus. Ketika manifestasi ini jelas dan konsisten serta mereflesksikan suatu karakter integritas pribadi, citra ini menjadi instrument efektif. Integritas mengindikasikan bahwa 1 Robert P. Neuschel, The Servant Leader : Pemimpin yang melayani, (Jakarta : Akademia, 2008), 33 2 Andew J. DuBrin, The Complete Ideal’s Guide Leadership, ( Jakarta, Prenada Media Group:2009),10

Upload: others

Post on 12-Jun-2021

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II Konsep Kepemimpinan dan Sistem Presbiterial Sinodal · Pemimpin dan Kepemimpinan ... integritas pribadi, citra ini menjadi instrument efektif. Integritas mengindikasikan bahwa

7

Bab II

Konsep Kepemimpinan dan Sistem Presbiterial Sinodal

2.1 Pemimpin dan Kepemimpinan

Pemimpin dan kepemimpinan adalah dua hal yang berbeda namun disisi lain

diibaratkan seperti sekeping mata uang logam yang tidak bisa dipisahkan. Pemimpin dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai orang yang memimpin sedangkan

kepemimpinan adalah perihal memimpin, cara memimpin. Pemimpin juga diartikan sebagai

“orang yang berjalan terlebih dulu untuk memandu atau menunjukkan jalan. Orang utama

dalam suatu organisasi yang berkembang. Orang yang memiliki pengikut.1 Andrew J. Dubrin

juga mengatakan bahwa pemimpin adalah orang yang memberi inspirasi, membujuk,

mempengaruhi dan memotivasi orang lain. 2

Pemimpin diperlukan dalam setiap organisasi atau kelompok dimana terbentuknya

sebuah relasi manusia dengan yang lainnya. Seseorang dapat disebut sebagai pemimpin jika

ia mempunyai pengikut atau bawahan. Sejarah mencatat bahwa proses perubahan yang

dramatis dalam sejarah manusia dicetuskan, dimotivasi atau digerakkan oleh seorang

pemimpin atau sekelompok pemimpin. Betapa penting peran dan pengaruhnya seorang

pemimpin dalam kelompok yang ada dalam masyarakat maupun dalam kehidupan bergereja

sehingga berbagai upaya selalu dilakukan agar tercipta pemimpin yang berkualitas. Sekalipun

menurut Max Weber, pemimpin itu dapat muncul oleh karena karisma /pemberian ilahi dan

bukan karena pelatihan ataupun karena kursus yang diikutinya. Seorang pemimpin harus

menyadari bahwa apapun yang dilakukannya sangat berhubungan dengan pengikutnya. Hal

ini menjadi jelas ketika dipahami bahwa pemimpin mempunyai peran untuk menggerakkan,

mengambil keputusan, dan harus siap menjadi figur, contoh, teladan, panutan dari seluruh

orang – orang yang dipimpinnya serta lingkungan masyarakatnya. Citra pemimpin bukan

pada tampilan luar dirinya, melainkan lebih merupakan seluruh sistem nilai yang ditunjukkan

terus menerus. Ketika manifestasi ini jelas dan konsisten serta mereflesksikan suatu karakter

integritas pribadi, citra ini menjadi instrument efektif. Integritas mengindikasikan bahwa

1 Robert P. Neuschel, The Servant Leader : Pemimpin yang melayani, (Jakarta : Akademia, 2008), 33

2 Andew J. DuBrin, The Complete Ideal’s Guide Leadership,( Jakarta, Prenada Media Group:2009),10

Page 2: Bab II Konsep Kepemimpinan dan Sistem Presbiterial Sinodal · Pemimpin dan Kepemimpinan ... integritas pribadi, citra ini menjadi instrument efektif. Integritas mengindikasikan bahwa

8

seorang telah terus – menerus mengembangkan suatu klasifikasi sistem nilai, sikap dan tujuan

yang konsisten.3

Irham Fahmi dalam bukunya mengutip George R. Terry yang mengemukakan delapan

ciri pemimpin, yaitu :4

1. Energi: mempunyai kekuatan mental dan fisik

2. Stabilitas emosi : Seorang pemimpin tidak boleh berprasangka jelek terhadap

bawahannya, ia tidak boleh cepat marah dan percaya pada diri harus cukup besar

3. Human relationship : mempunyai pengetahuan tentang hubungan manusia

4. Personal motivation : keinginan untuk menjadi pemimpin harus besar dan dapat

memotivasi diri sendiri.

5. Communication Skill : mempunyai kecakapan untuk berkomunikasi

6. Teaching Skill : mempunyai kecakapan untuk mengajarkan, menjelaskan dan

mengembangkan bawahannya.

7. Social Skill : mempunyai keahlian di bidang sosial, supaya terjamin kepercayaan dan

kesetiaan bawahannya. Ia harus suka menolong, senang jika bawahannya maju, peramah

serta luwes salam pergaulan.

8. Technical competent: mempunyai kecakapan menganalisa, merencanakan,

mengorganisasi, mendelegasikan wewenang, mengambil keputusan dan mampu

menyusun konsep.

Dalam melaksanakan tugasnya seorang pemimpin harus memiliki Visi. Memiliki dan

memahami visi merupakan langkah pertama bagi seorang pemimpin untuk menjalankan

kepemimpinannya. Tanpa ketiadaan atau ketidakjelasan visi diantara para pemimpin

membuat kelelahan, ketidakpastian, kebingungan, ketidakteraturan, inefiensi dan yang

terburuk adalah anarki. 5 Visi apabila dihubungkan dengan panggilan hidup (purpose),

didefinisikan sebagai kemampuan berpikir atau merencanakan masa depan dengan bijak dan

imajinatif, menggunakan gambaran mental tentang situasi yang mungkin dapat terjadi di

masa mendatang. 6

3 Robert, 37

4 Irham Fahmi, Manajemen Kepemimpinan : Teori dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta, 2012) 15

5 Victor P.H. Nikijuluw, Arstarchus Sukarto, Kepemimpinan di Bumi Baru, ( Jakarta, Literatur Perkantas,

:2014),29 6 Retnowati, Kepemimpinan Transformatif, Menuju Kepemimpinan Baru Gereja (Jakarta:BPK Gunung Mulia),11

Page 3: Bab II Konsep Kepemimpinan dan Sistem Presbiterial Sinodal · Pemimpin dan Kepemimpinan ... integritas pribadi, citra ini menjadi instrument efektif. Integritas mengindikasikan bahwa

9

Dalam konteks kekristenan selain visi, faktor utama yang mendapatkan perhatian pada

seorang pemimpin adalah Spritualitas. Hal ini menjadi penting karena spritualitas seorang

pemimpin akan mempengaruhi pada pola berpikir dan tindakannya. Seorang pemimpin

Kristen dalam melaksanakan tugasnya tidak terlepas dari nilai atau kaidah yang selalu

menghubungkannya dengan Kristus sebagai Tuhannya. Nilai itulah yang menjadi gambaran

bahwa ada ketaatan untuk melakukan tugasnya sebagai pemimpin yang juga sekaligus adalah

seorang pelayan. Spritualitas pemimpin menuntut ketaatan sepenuhnya kepada Allah dan

kasih yang sepenuhnya kepada sesama dan seluruh ciptaan. Senada dengan hal ini, Roberth

juga menyatakan bahwa sumber daya utama pemimpin adalah ketika ia mampu bekerja keras

dan lama secara terus menerus terutama di bawah tekanan, kekecewaan atau bahkan rasa

sakit. Semua ini dapat dilakukan karena ia digerakkan oleh api spritual.7

Pemimpin yang memiliki spritualitas akan melihat kepemimpinannya sebagai

pelayanan. Pelayanan yang diwujudkan dalam bentuk identifikasi dan solidaritas (tidak

berdiri lebih tinggi dan lebih rendah daripada orang yang dilayani), ikut merasakan apa yang

dirasakan oleh orang yang dilayani. Karena itu pelayanan Kristen perlu disertai dengan

respek, simpati, empati dan merupakan pelayanan yang holistik. Holistik artinya melihat

kebutuhan manusia secara secara keseluruhan baik rohani maupun jasmani.8

Keberhasilan seorang pemimpin akan terlihat pada para pengikut atau bawahannya

yang merasakan dampak dari kepemimpinannya. Para pengikutnya dengan sukarela

mengikutinya, mereka percaya dengan apa yang yang dikerjakannya dan bergerak bersama

mencapai tujuan bersama.

2.2 Konsep Kepemimpinan

Sejarah mencatat bahwa kepemimpinan sudah berlangsung lama, bahkan bisa

dikatakan sama tuanya dengan manusia. Kepemimpinan selalu ada dalam situasi yang

berubah dan bisa saja tergantung pada adat budaya atau konteks dimana kepemimpinan itu

dibutuhkan. Dalam situasi seperti ini banyak orang yang berupaya agar dapat menentukan

bagaimana kepemimpinan dapat berhasil. Konsep tentang kepemimpinan selalu berkembang

dari waktu ke waktu dan selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Sehingga

berbagai disiplin ilmu yang terkait dengan manusia ; Filosopi, Psikologi, Sosiologi,

7 Roberth, 83 -84

8 Retnowati, 14

Page 4: Bab II Konsep Kepemimpinan dan Sistem Presbiterial Sinodal · Pemimpin dan Kepemimpinan ... integritas pribadi, citra ini menjadi instrument efektif. Integritas mengindikasikan bahwa

10

Antropologi, bisnis, politik dan teologi juga berupaya untuk melihat konsep kepemimpinan

itu.

Dalam sebuah organisasi, kepemimpinan merupakan hal yang penting karena tanpa

kepemimpinan akan berdampak terjadinya kekacauan pada sebuah organisasi. Hal ini

disebabkan karena tanpa kepemimpinan setiap orang akan melakukan kehendaknya sendiri

tanpa memperhatikan kehendak orang lain dan tanpa mau diatur. Padahal, kepemimpinan

seharusnya berdampak positif kepada yang dipimpin, kepada tujuan organisasi dan kepada

masyarakat juga dunia dalam spektrum yang lebih luas.9

Dalam mempelajari tentang kepemimpinan perlu kita ketahui apa yang dimaksud

dengan kepemimpinan. Beberapa ahli mendefinisikan Kepemimpinan sebagai berikut;

John C. Maxwel menyatakan bahwa kepemimpinan adalah soal pengaruh, bagaimana orang

lain dapat terpengaruh oleh sikap atau perbuatan kita.10

Andrew J. DuBrin mengatakan bahwa

Kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi banyak orang melalui komunikasi untuk

mencapai tujuan dengan petunjuk atau perintah, sehingga orang lain bertindak atau merespon

dan menimbulkan perubahan positif.11

Charles E. Keating menyatakan bahwa kepemimpinan

merupakan suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang

untuk mencapai tujuan bersama.12

Sedangkan Irham Fahmi mencatat definisi kepemimpinan

sebagai suatu ilmu yang mengkaji secara komprehensif tentang bagaimana mengarahkan,

mempengaruhi dan mengawasi orang lain untuk mengerjakan tugas sesuai dengan perintah

yang direncanakan. 13

Memperhatikan berbagai definisi kepemimpinan maka dapat dikatakan bahwa

kepemimpinan dapat diartikan cara pemimpin yang mempengaruhi orang - orang yang ada

di sekitarnya dalam bertindak baik itu mengarahkan maupun memberi perintah kepada orang

lain agar mencapai visi bersama.

Menurut Charles J. Keating tugas kepemimpinan meliputi dua bidang utama: pekerjaan yang

harus diselesaikan dan kekompakan orang-orang yang dipimpinnya. Tugas kepemimpinan

yang berhubungan dengan kerja kelompok antara lain :14

9 Victor P.H. Nikijuluw, Arstarchus Sukarto, Kepemimpinan di Bumi Baru ( Jakarta, Literatur Perkantas,

:2014),23 10

John Maxcwell, Semua Orang Bisa Memimpin (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2014),170 11

Andew J. DuBrin, The Complete Ideal’s Guide Leadership ( Jakarta: Prenada Media Group:2009), 4 12

Charles J. Keating, Kepemimpinan : Teori dan pengembanngannya ( Yogyakarta: Kanisius,1986),9 13

Irham Fahmi, Manajemen Kepemimpinan : Teori dan Aplikasi (Bandung: Alfabeta, 2012), 15 14

Charles J. Keating, Kepemimpinan : Teori dan pengembanngannya ( Yogyakarta: Kanisius,1986),9

Page 5: Bab II Konsep Kepemimpinan dan Sistem Presbiterial Sinodal · Pemimpin dan Kepemimpinan ... integritas pribadi, citra ini menjadi instrument efektif. Integritas mengindikasikan bahwa

11

1. Memulai, initiating : usaha agar kelompok mulai kegiatan atau gerakan tertentu.

Misalnya mengajukan masalah kepada kelompok dan mengajak para anggota

kelompok mulai memikirkan dan mencari jalan pemecahannya.

2. Mengatur, regulating : tindakan untuk mengatur arah dan langkah kegiatan

kelompok.

3. Memberitahu, informing : kegiatan memberi informasi, data, fakta dan pendapat

yang diperlukan.

4. Mendukung, supporting : usaha untuk menerima gagasan, pendapat usul dari

bawah dan menyempurnakannya dengan menambah atau menguranginya untuk

digunakan dalam rangka penyelesaian bersama.

5. Menilai, evaluating : tindakan untuk menguji gagasan yang muncul atau cara kerja

yang diambil dengan menunjukkan konsekuensi-konsekuensimya dan untung

ruginya.

6. Menyimpulkan, summarizing : kegiatan untuk mengumpulkan dan merumuskan

gagasan, pendapat dan usul yang muncul , menyingkat lalu menyimpulkannya

sebagai landasan untuk pemikiran yang lebih lanjut.

Tugas kepemimpinan yang berhubungan dengan kekompakan kelompok antara lain :

1. Mendorong, encouraging : bersikap hangat, bersahabat, menerima orang –orang.

2. Mengungkapkan perasaan, expressing feeling : tindakan menyatakan perasaan

terhadap kerja dan kekompakkan kelompok, seperti rasa puas, rasa senang, rasa

bangga dan ikut seperasaan dengan orang – orang yang dipimpinnya pada waktu

mengalami kesulitan, kegagalan san lain-lain.

3. Mendamaikan, harmonizing : tindakan mempertemukan dan mendamaikan

pendapat-pendapat yang berbeda dan merukunkan orang –orang yang bersitegang

satu dengan yang lain.

4. Mengalah, compromising : kemauan untuk mengubah dan menyesuaikan

pendapat dan perasaan sendiri dengan pendapat dan perasaan orang-orang yang di

pimpinnya.

5. Memperlancar, gatekeeping : kesediaan membantu mempermudah keikutsertaan

para anggota dalam kelompok, sehingga semua rela menyumbangkan dan

mengungkapkan gagassan – gagasan.

6. Memasang aturan permainan, setting standarts: tindakan menyampaikan aturan

dan tata tertib yang membantu kehidupan kelompok.

Page 6: Bab II Konsep Kepemimpinan dan Sistem Presbiterial Sinodal · Pemimpin dan Kepemimpinan ... integritas pribadi, citra ini menjadi instrument efektif. Integritas mengindikasikan bahwa

12

Menarik dikatakan bahwa kekuatan organisasi biasanya dihasilkan dalam sebuah struktur,

sedangkan kekuatan kepemimpinan sering dihasilkan dari hubungan dan proses yang

berlangsung antara manusia. 15

Hal ini berarti kepemimpinan yang baik tidak dapat terlepas

dengan hubungan manusia dengan sesamanya, yang di dalam hubungan tersebut terjadi

sebuah upaya yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya, .

Seiring dengan berkembangnya penelitian yang terus menerus melakukan inovasi

dalam konsep kepemimpinan, maka dalam bidang keagamaan kepemimpinan juga

mendapatkan perhatian yang penting. Hal ini tentu saja dilatarbelakangi oleh keberadaan

manusia yang pada hakekatnya selalu berupaya melakukan peranannya dalam hubungan

manusia dengan sesamanya. Gereja yang merupakan persekutuan umat percaya juga hadir

dalam konteks ini. Sebagai Gereja yang yang memiliki visi dan misi, tentu saja gereja juga

terus berupaya untuk melakukan berbagai cara agar dapat melaksanakan tugas dan

panggilannya di tengah- tengah dunia sebagai tujuan utamanya sesuai dengan misi Kristus.

Berbagai pendekatan kepemimpinan dilakukan agar apa yang visi dan misi bersama dapat

tercapai.

2.2.1 Kepemimpinan Transformatif

Teori kepemimpinan transformasional telah menarik perhatian banyak peneliti di

bidang kepemimpinan organisasi selama tiga dekade terakhir. Teori ini dikembangkan oleh

Burns (1978) dan kemudian diperkuat oleh Bass (1985, 1998).16

Bass mengatakan bahwa

seorang pemimpin adalah "orang yang memotivasi kita untuk melakukan lebih dari yang

seharusnya kita lakukan".17

Dia mengatakan bahwa motivasi ini dapat dicapai dengan

meningkatkan tingkat kesadaran tentang pentingnya hasil dan cara untuk mencapainya. Bass

juga mengatakan bahwa para pemimpin mendorong pengikut untuk melampaui kepentingan

pribadi demi kebaikan tim atau organisasi.

Kepemimpinan transformasional berfungsi sebagai sarana untuk "menciptakan dan

mempertahankan konteks untuk membangun kapasitas manusia dengan mengidentifikasi dan

mengembangkan nilai inti dan tujuan pemersatu, membebaskan potensi manusia dan

menghasilkan peningkatan kapasitas, pengembangan kepemimpinan dan penguasaan yang

15

Allan Alan Bryman, David Collinson, Keith Grint, Brad Jackson and Mary Uhl-Bien, Leadership ( Sage, 2011) 53 16

Roger J. Givens, Transformational Leadership: The Impact on Organizational and Personal Outcomes,Emerging Leadership Journeys, Vol. 1 Iss. 1, 2008 17

Bass, B.M. (1985), Leadership and performance beyond expectations ( New York : The free press. Vol.1 lss.1.2008) 4-24

Page 7: Bab II Konsep Kepemimpinan dan Sistem Presbiterial Sinodal · Pemimpin dan Kepemimpinan ... integritas pribadi, citra ini menjadi instrument efektif. Integritas mengindikasikan bahwa

13

efektif, dengan memanfaatkan desain organisasi yang berfokus pada interaksi, dan

pembangunan. 18

Pemimpin transformasi bekerja untuk mewujudkan transformasi manusia

dan ekonomi. Dalam organisasi mereka menghasilkan visi, misi, sasaran, dan budaya yang

berkontribusi pada kemampuan individu, kelompok, dan organisasi untuk "mempraktikkan

nilai-nilainya dan melayani tujuannya”. Pola kepemimpinan transformatif menunjuk pada

seorang pemimpin yang mampu menggerakan para pengikutnya melalui idealized influence,

inspiration, intellectual stimulation dan individualized consideration.

Bass dalam penelitiannya tentang pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja

karyawan, menjelaskan kepemimpinan transformatif mengakibatkan kinerja karyawan

meningkat dan mengalami perkembangan melebihi harapan sebagai akibat dari adanya

pengaruh pemimpin. Kepemimpinan transformasional adalah proses dimana seorang

pemimpin menumbuhkan kinerja kelompok atau organisasi melebihi ekspektasi berdasarkan

keterikatan emosional yang kuat dengan para pengikutnya yang dikombinasikan dengan

komitmen kolektif untuk tujuan moral yang lebih tinggi. 19

Kemampuan yang dimiliki oleh

pemimpin dapat mempengaruhi orang lain yang bekerja dengannya, pengaruh itu bisa

dilakukan melalui attributes dan behaviors. Sikap, nilai moral dan standar etika seorang

pemimpin sangat penting artinya bagi pengikutnya.

Dalam penjelasan mengenai kepemimpinan Transformatif, Retnowati dalam bukunya

Kepemimpinan Transformatif menyatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu dilihat dalam

kepemimpinan transformatif, 20

yaitu pertama, perilaku pemimpin yang menjadi teladan akan

menjadi model bagi para pengikutnya (idealized influence). Perilaku pemimpin akan dilihat

oleh pengikut dan mampu menjadi teladan atau model bagi mereka, sehingga pada gilirannya

akan mempengaruhi kehidupan berorganisasi. Kedua, motivasi (inspirational motivation).

Pemimpin yang transformatif adalah pemimpin yang mampu memotivasi dan menginspirasi

pengikutnya, sehingga mereka mempunyai arah tujuan yang jelas yang hendak dicapai di

masa depan. Seorang pemimpin transformatif juga mampu menumbuhkan team spirit, yaitu

antuasiasme dan optimism, memberikan arti dan tantangannya kepada pengikutnya, serta

mampu menciptakan atmosfer kondusif demi terciptanya komitmen untuk mencapai tujuan

dan visi bersama, sekalipun harus menghadapi berbagai kesulitan. dari pemimpin dapat

18

Roger J. Givens, 3 19

Héctor R . Díaz – Sáenz, Kepemimpinan Transformatif, The SAGE Handbook Leadership, 2011SAGE Publications Ltd1 Oliver’s Yard 55 City Road London EC1Y 1SP SAGE, 299 20

Retnowati, Kepemimpinan Transformatif, Menuju Kepemimpinan Baru Gereja (Jakarta:BPK Gunung Mulia) 15

Page 8: Bab II Konsep Kepemimpinan dan Sistem Presbiterial Sinodal · Pemimpin dan Kepemimpinan ... integritas pribadi, citra ini menjadi instrument efektif. Integritas mengindikasikan bahwa

14

menginspirasi para pengikutnya untuk mencapai arah dan tujuan yang jelas yang hendak

dicapai di masa depan. Ketiga, kemampuan pemimpin dalam merangsang kreativitas dan

mendorong para pengikutnya untuk menemukan pendekatan – pendekatan baru terhadap

penyelesaian masalah.

Pemimpin transformatif terus – menerus mendampingi pengikutnya, sehingga

mereka memiliki kesadaran diri dan idealisme tinggi agar tujuan organisasi dapat dicapai.

Kepemimpinan transformasional adalah suatu proses di mana para pemimpin dan anggota

saling menaikkan diri ke tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi. Pemimpin

berupaya untuk mengubah perilaku anggotanya agar menjadi orang yang merasa mampu dan

bermotivasi tinggi serta berupaya mencapai prestasi kerja yang tinggi dan berkualitas guna

mencapai tujuan organisasi. Para anggota organisasi yang dipimpin secara transformasional

akan merasakan adanya kepercayaan, kekaguman, kesetiaan dan hormat terhadap pimpinan,

dan mereka termotivasi untuk melakukan pekerjaan dengan cara lebih baik dari yang

diharapkan. Dengan demikian, kepemimpinan transformatif dapat dikatakan sebagai

bentuk kepemimpinan yang baik karena memberikan pengaruh yang dapat mengubah orang

dan organisasi menjadi lebih baik.

2.2.2 Kepemimpinan partisipatif 21

Kepemimpinan Partisipatif adalah kepemimpinan yang memimpin lewat pemimpin

yang lain. Kepemimpinan Partisipatif ini terinsiprasi oleh kepemimpinan Musa.

Kepemimpinan Partisipatif merupakan kemampuan untuk mengerahkan potensi orang-orang

yang di sekitar yang menentukan keberhasilan akhir pemimpin dan organisasi. Dalam

kepemimpinan Partisipatif delegasi pembuat keputusan, manajemen partisipatif dan

memimpin lewat pemimpin lain adalah penting untuk meningkatkan kekuatan total dari

pemimpin dan organisasi. Namun pendelegasian dan keterlibatan pihak lain, secara alamiah

melawan sebagian kecil dari banyak pemimpin atau pemimpin potensial karena sifat dasar

mereka, mereka ingin dan senang membuat keputusan mereka sendiri. Hal ini tentunya

merugikan diri sendiri karena pada akhirnya tidak dapat menciptakan pengelolaan yang

efektifitas dalam organisasi, menghasilkan sedikit kontribsi dan kegagalan dalam

mengembangkan atau menggunakan proses yang membuat oang lain dapat menghasilkan

keputusan dan melakukan tindakan sebenarnya. Kekuatan dari kepemimpinan Partisipatif ini

adalah pemimpin mendapatkan kekuatan ganda dalam kepemimpinannya. Kepemimpinan

21

Robert P. Neuschel, The servant Leader- Pemimpin Yang melayani,( Jakarta : Akademia, 2008), 121-125

Page 9: Bab II Konsep Kepemimpinan dan Sistem Presbiterial Sinodal · Pemimpin dan Kepemimpinan ... integritas pribadi, citra ini menjadi instrument efektif. Integritas mengindikasikan bahwa

15

Patisipatif memperluas keefektifan dan kekuatannya tidak hanya dengan memiliki segala

sesuatu untuk dirinya sendiri, tetapi dengan menumbuhkan pemimpin lain untuk membuat

keputusan dan memotivasi pengikut di semua tingkatan dii seluruh organisasi. Prestasi

tertinggi dari pemimpin besar adalah ketika ia mampu menciptakan pemimpin junior

kemudian memimpin melalui mereka.

2.3 Sistem Presbiterial Sinodal

Gereja yang hadir dunia dipahami sebagai mandataris Allah. Gereja sebagai tubuh

Kristus menyatakan dirinya untuk mengerjakan apa yang ditugaskan oleh Yesus Kristus

sebagai kepala gereja. Tugas dan panggilan gereja dinyatakan dalam kesaksian, persekutuan

dan pelayanan. Dalam melaksanakan tugasnya, gereja sebagai organisasi membutuhkan

tatanan, pengaturan, penyusunan maupun pengelolaan. Proses dalam menata inilah yang

membutuhkan pelayan- pelayan yang bersedia untuk bersama-sama melaksanakannya.

Hubungan diantara mereka yang menata, mengelola dan mereka yang menerima

pelayanan tersebut tentunya membutuhkan sebuah sistem. Sistem yang diyakini dapat

melaksanakan misi yang diembannya. Salah satu sistem pemerintahan itu adalah presbiterial

sinodal.

Istilah Presbiterial Sinodal adalah sebuah istilah yang muncul dalam pemerintahan

Gereja. Presbiterial Sinodal sebagai asas penataan struktur organisasi dan pelayanan gereja

dikembangkan oleh Johanis Calvin, sebagai upaya untuk membebaskan diri dari pola

kepemimpinan Gereja yang hirarkhis di abad-abad pertengahan.22

Sistem ini kemudian berkembang ke berbagai negara di Eropa hingga ke Indonesia,

yang dibawa oleh bangsa Belanda. Sistem ini kemudian digunakan oleh gereja- gereja

reform. Presbiterial Sinodal23

terdiri dari dua kata yang diambil alih dari bahasa Yunani.

Kata Presbiterial adalah salah satu kata sifat dalam bahasa Yunani yang berarti tua-tua.

Bentuk dasarnya adalah kata keadaan Presbie yang berarti keadaan sebagai orangtua atau

ketua-an seseorang. Dalam hubungannya dengan jabatan gerejawi istilah ini dipakai untuk

jabatan penatua dalam bentuk kata benda presbyteros. Istilah inilah yang yang dibawa masuk

ke dalam gereja di zaman para rasul. Dari sinilah istilah presbyteros di wariskan ke dalam

kehidupan gereja dari abad keabad hingga sekarang dan lebih di kenal dengan presbiter.

22

J.A. Telnoni, Gereja berasaskan Presbiterial Sinodal,( Kupang NTT: CV INARA, 2011), 30 23

Telnoni, 16-19

Page 10: Bab II Konsep Kepemimpinan dan Sistem Presbiterial Sinodal · Pemimpin dan Kepemimpinan ... integritas pribadi, citra ini menjadi instrument efektif. Integritas mengindikasikan bahwa

16

Dalam perkembangan gereja, khususnya di Indonesia istilah Presbytros diterjemahkan

dengan penatua atau tua-tua. Dengan asas presbyterial yang dimaksudkan ialah kehadiran,

kedudukan , fungsi dan peranan penatua-penatua sebagai pejabat gerejawi di dalam menata

dan menyelenggarakan pelayanan gereja. Pata penatua yang dimaksudkan adalah mereka

yang menerima jabatan gerejawi tersebut melalui pemilihan berdasarkan kriteria-kriteria

alkitabiah ( Tit.1:5-9; bdk I Tim 3:1-13). Ketua-an para pejabat gerejawi ini pertama-tama

tidak hanya berhubungan dengan usia tinggi seseorang , melainkan pertama-tama adalah

ketua-an dalam pengertian kualitas kedewasaan dalam berbagai aspek. Aspek-aspek tercakup

dan terlihat dalam kematangan iman, kematangan emosional, kematangan intelektual,

kematangan soial dan kematangan pastoaral. Semuanya ini dibebankan kepada para presbiter

sebagai syarat dan tanggungjawab untuk diwujudkan dalam penataan kehidupan dan

penyelenggaraan pelayanan gereja serta struktur organisasinya.

Kedua kata Sinodal, adalah kata sifat yang terbentuk dari dua kata Yunani. Yang

satu adalah Syn yang berarti bersama-sama; dan yang yang lain adalah hodos yang berarti

jalan. Jadi synode yang kemudian di Indonesiakan menjadi sinode berarti jalan bersama-

sama. Bobot dari kebersamaan yang dimaksudkan di sini pertama-tama adalah persekutuan,

yaitu soal sehati dan sepikir sebagai pelayan – pelayan yang menerima panggilan pelayanan

dalam gereja Tuhan, Para penatua yang terpanggil masuk dalam satu badan pelayanan tidak

hanya hadir bersama-sama di dalam satu badan pelayanan atau kepemimpinan pada satu

periode pelayanan, melainkan benar-benar mereka sehati, sepikir di dalam pelayanan yang

mereka dan kerjakan.

Ciri-ciri utama dari sistem atau susunan presbiterial-sinodal ialah24

(1) titik tolaknya

ialah jemaat (gereja) setempat. Gereja setempat adalah manifestasi dari gereja Kristen yang

kudus dan am yang diakui dalam Apostolicum karena itu ia adalah Gereja dalam arti yang

sesungguhnya. Sebagai gereja dalam arti yang sesungguhnya ia lengkap: disitu berlangsung

pemberitaan firman, dan pelayanan sakramen, disitu berlangsung Pelayanan Pastoral dan

disiplin, di situ berlangsung pelayanan diakona dan pelayanan-pelayanan yang lain. Di situ

jabatan-jabatan berfungsi. Bahkan jemaat setempat dapat dikembangkan hingga lebih dari

satu, selain itu, jemaat (Gereja) setempat secara prinsipal mempunyai hak untuk mengurus

keuangan dan harta-miliknya sendiri. Ia juga mempunyai hak untuk memiliki misalnya

gedung-gedung seperti gedung-gedung gereja, gedung pertemuan, pastori dan lain-lain. (2)

24

J. L. Ch. Abineno, Jemaat, Ujud, Peraturan,Susunan,Pelayanan,dan Pelayan-pelayannya, ( Jakarta: BPK

Gunung Mulia,1983), 40

Page 11: Bab II Konsep Kepemimpinan dan Sistem Presbiterial Sinodal · Pemimpin dan Kepemimpinan ... integritas pribadi, citra ini menjadi instrument efektif. Integritas mengindikasikan bahwa

17

pimpinan (pemerintah) gereja dipercayakan kepada suatu majelis, yang beranggotakan

pejabat-pejabat gerejawi. Biasanya disebut majelis jemaat terdiri dari pendeta, pengajar atau

doktor (pada waktu Calvin), sejumlah penatua dan diaken. Mereka semua adalah pejabat

gerejawi. Pejabat-pejabat itu sama tidak ada lebih tinggi atau lebih rendah daripada yang

lain. Namun demikian tiap-tiap anggota Majelis jemaat memiliki tugasnya masing-masing

dalam dirumuskan dalam peraturan (ordinasi) jemaat atau gereja. Pada waktu Calvin, tugas

anggota-anggota Majelis jemaat (gereja) diatur seperti berikut. Tugas pendeta ialah

memberitakan firman, (dan melayani sakramen). Tugas pengajar atau Doktor ialah

memimpin pengajaran katekisasi dan pengajaran teologis. Bersama-sama mereka- pendeta

dan pengajar- bertugas memanggil” (mengangkat dan memnempatkan) pendeta-pendeta.

Tugas penatua ialah mengembalakan anggota-anggota jemaat. Bersama-sama mereka-

pendeta dan penatua-memimpin jemaat dan menjalankan disiplin gerejawi. Tugas diaken

ialah membatu orang-orang sakit dan orang-orang miskin. Bersama-sama sebagai pejabat-

pejabat mereka bertanggungjawab atas pelayanan jemaat atau gereja. (3) selain sidang

majelis jemaat ada pula sidang sidang yang lain. (4) gereja mempunyai suatu kemandirian

yang tertentu terhadap pemerintah, khususnya di bidang tugas dan pelayanan pejabat-pejabat

gerejawi

Kristus sebagai kepala hendak menunjuk bahwa gereja tidak dapat dipisahkan dari

Kristus dan Kristus merupakan orientasi gerejanya sekaligus menjadi prinsip hidup gereja (ef

1:122. 4:15, 5:23, kol 1:18)..25

Pada kenyataannya, Jemaat bukanlah sesuatu yang abstrak. Ia

adalah persekutuan yang konkrit, yang menurut kesaksian Perjanjian Baru, dilayani,

dibangun, oleh anggota-anggota jemaat (Ef 4:11,12). Ia bertumbuh,berkembang (ayat 16).

Pembangunan (pelayanan) dan pertumbuhan (perkembangan) itu terjadi dalam suatu bentuk

yang tertentu. Tanpa bentuk tidak dapat berkata-kata, tentang pembangunan, dan

pertumbuhan. Dan jika ada bentuk, maka ada pula hukum, ada pula peraturan-peraturan.

Itulah sebabnya maka Rasul Paulus menasehatkan jemaat supaya, “segala sesuatu

berlangsung dengan baik dan teratur” (1 kor 14: 40) dan itulah sebabnya maka ia sendiri telah

memberikan beberapa peraturan untuk ibadah jemaat.

Menurut Telnoni ada dua keistimewaan dari sistem Presbiterial Sinodal ini dalam

kehidupan bergereja:26

pertama, Jemaat sebagai basis. Di tiap-tiap jemaat ditemukan

penyelengaraan pelayanan gereja secara lengkap. Seluruh komponen jemaat dalam arti 25

Jacobs, Gereja Menurut Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Kanisius, 1988), 68-69. 26

Telnoni,25-27

Page 12: Bab II Konsep Kepemimpinan dan Sistem Presbiterial Sinodal · Pemimpin dan Kepemimpinan ... integritas pribadi, citra ini menjadi instrument efektif. Integritas mengindikasikan bahwa

18

kategori anggota gereja ada disini dan bersama-sama melakukan pelayanan. Tiap-tiap jemaat

adalah jemaat yang otonom dalam mengurus dirinya sendiri, tetapi tetap terikat di dalam satu

persekutuan gereja secara sinodal. Jadi otonomi jemaat di dalam asas presbiterial sinodal

bukan independensi atau kemerdekaan yang mengarah pada kongregasionalme. Dalam

ikatan ini para pejabat gerejawinya berada dalam satu persekutuan presbiter. Mereka adalah

satu barisan persekutuan pelayan-pelayan Tuhan yang bersama-sama terpanggil dan

bertanggung jawab atas pelayanan gereja. Kedua, Pimpinan pemerintahan gereja adalah

suatu persekutuan para pelayan. Tidak ada kepemimpinan tunggal di dalam organisasi gereja.

Para pejabat gerejawi yang menjalankan pemerintahan Kristus dalam gerejaNya terhimpun

dalam satu persekutuan pelayan – pelayan dengan kedudukan sama. Sekalipun di dalam tata

organisasi gereja, kedudukan structural mereka berbeda, seorang ketua bukanlah kepala,

melainkan dia hanyalah orang yang dituakan karena kualitas – kualitas tertentu di dalam

pelayanan gereja. Oleh karena itu pejabat organisasi yang satu tidak lebih tinggi daripada

yang lain. Kedudukan pendeta tidak lebih tinggi dari penatua dari penatua dan kedudukan

penatua tidaklah lebih dari diaken. Tugas yang mereka kerjakan di dalam pelayanan gereja

sesuai dengan kesaksian Perjanjian Baru memang berbeda, tetapi perbedaan itu tidak menjadi

sebab atau alasan bagi perbedaan status dan kedudukan mereka di dalam pelayanan gereja.

Dalam hal inilah mereka berjalan bersama-sama. Yang satu tidak mendahului yang lain dan

yang satu tidak mengatasi yang lain. Mereka adalah sesama pelayan yang melayani dalam

iklim sehati sepikir. Dalam Tata Gereja GPIB, dipahami ada yang beberapa hal yang

mendapatkan penekanan dalam sistem Presbiterial sinodal ini diantaranya adalah : 27

1. Peranan para presbiter yang terpanggil untuk melayani dan memimpin gereja

2. Pengelolaan secara bersama dan sehidup sepelayanan

3. Hubungan yang dinamis antara majelis jemaat dan Majelis Sinode.

Pikiran dasar dari sistem Presbiterial Sinodal adalah bahwa Kristuslah yang

memerintah atas gerejaNya atau yang lebih dikenal dengan istilah Kristokrasi. Pemahaman

ini mau menyatakan bahwa Kristus sebagai kepala dan Tuhan atas jemaatnya. Untuk

menjalankan pemerintahan Kristus atas jemaatnya, gereja membutuhkan jabatan- jabatan

gerejawi sebagai alat sekaligus saluran untuk melaksanakan kuasa tersebut. Kata jabatan

sendiri diterjemahkan dari kata Yunani leitourgos yang berarti pelayan publik atau penolong.

Dalam PB kata jabatan dikaitkan dengan sejumlah tugas yang berkaitan dengan pelayanan

27

Majelis Sinode, Tata Gereja,( Jakarta: Majelis Sinode GPIB, 2015) 5-6

Page 13: Bab II Konsep Kepemimpinan dan Sistem Presbiterial Sinodal · Pemimpin dan Kepemimpinan ... integritas pribadi, citra ini menjadi instrument efektif. Integritas mengindikasikan bahwa

19

rohani dalam gereja, jabatan gerejawi merupakan pemberian Kristus yang dimaksudkan

untuk memperlengkapi anggota jemaat bagi pekerjaan pelayanan dalam gereja dan

masyarakat. Sehingga istilah jabatan pada hakekatnya adalah jabatan pelayanan. jabatan

yang dikaruniakan oleh Allah kepada pejabat gereja sebagai hamba Allah yang berkedudukan

setara namun berbeda dalam fungsinya. Jabatan tersebut diberikan kepada orang-orang

tertentu, sehingga mereka menjadi pejabat pejabat gerejawi.