bab ii kompetensi profesional guru...
TRANSCRIPT
13
BAB II
KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI
Guru sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar
(KBM), memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran,
karena fungsi utama guru adalah merancang, mengelola, melaksanakan dan
mengevaluasi pembelajaran. Kedudukan guru dalam kegiatan belajar mengajar
sangatlah setrategis dan menentukan.
"Ada yang berpendapat bahwa guru merupakan komponen vital dalam
pendidikan tapi guru bukanlah segala–galanya dalam pendidikan, guru hanya
berperan sebagai fasilitator bagi pendidikan anak".1
Seorang yang dinyatakan kompeten di bidang tertentu adalah seseorang yang menguasai kecakapan kerja atau keahlian selaras dengan tuntutan bidang kerja yang bersangkutan dan dengan demikian ia mempunyai wewenang dalam pelayanan sosial di masyarakatnya. Kecakapan kerja tersebut diterapkan dalam perbuatan yang bermakna, bernilai sosial dan memenuhi standar (kriteria) tertentu yang diakui atau disahkan oleh kelompok profesinya dan atu warga masyarakat yang dilayaninya. Secara nyata orang yang kompeten tersebut mampu bekerja di bidangnya secara efektif-efisien. Kadar kompetensi profesional guru tidak hanya menunjuk kuantitas kerja tetapi sekaligus menunjuk kualitas kerja.2 Guru merupakan profesi (jabatan) atau pekerjaan yang memerlukan
keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh
sembarang orang diluar bidang kependidikan. Meskipun dalam perkembangan
ilmu pedagogis sekarang, wacana peran totalitas penentu keberhasilan pendidikan
seperti itu banyak ditentang seiring dengan munculnya teori-teori psikologi
kepribadian, namun wacana baru tersebut tidak bisa mengeliminer secara total
peran guru dalam proses pendidikan. Sehingga bagaimanapun juga kompetensi
masyarakat terhadap guru masih sangat tinggi. Di tangan gurulah harapan
masyarakat untuk membangun generasi penerus diberikan.
1 Hadi Supeno, Potret Guru (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995), hlm. 42. 2 A. Samana, Profesionalisme Keguruan, (Universitas Sanata Darma: Penerbit
Kanisius,1994), hlm. 44.
14
A. DEFINISI GURU PAI
1. Pengertian guru
Arti guru secara etimologi, Menurut seorang Ahli Bahasa dari
Belanda J.E.C Gericke dan T Roorda seperti yang dikutip oleh Hadi
Supeno, kata guru berasal dari Bahasa Sansekerta, yang artinya berat,
besar, penting, baik sekali, terhormat dan juga berarti pengajar.3
Sedangkan secara terminologis, dapat dikemukakan beberapa
pengertian guru sebagaimana berikut :
1. Ngalim Purwanto dalam Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis
mengemukakan bahwa semua orang yang pernah memberikan suatu
ilmu atau kepandaian tertentu kepada seseorang atau sekelompok
orang dapat disebut guru, misalnya guru silat, guru mengetik, guru
menjahit, dan guru sekolah yang tugas pekerjaannya selain mengajar,
memberikan macam-macam ilmu pengetahuan dan ketrampilan kepada
anak-anak juga mendidik.4
2. Syaiful Bahri Djamarah, dalam bukunya Guru dan Anak Didik dalam
Interaksi Edukatif memberikan makna sederhana guru sebagai orang
yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.5
3. Ahmadi, dalam bukunya Ilmu Pendidikan memberi makna pendidik
(guru) sebagai orang yang memberi atau melaksanakan tugas
mendidik, yaitu secara sadar bertanggung jawab dalam membimbing
anak untuk mencapai kedewasaannya.6
4. Emily Fisher memberikan batasan guru dengan :
A teacher is definitely one of the most influential role models that every individual child will have while growing up. In this role, a teacher is a person who needs to care deeply about the well-being of all students. Each teacher also has the ability to influence the future
3 Hadi Supeno, Op.Cit., hlm. 26. 4 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja
Rosdakarya), hlm. 138. 5 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2000), hlm. 31. 6 Ahmadi, Ilmu Pendidikan ( Suatu Pengantar ), (Salatiga: CV. Saudara, 1984), hlm. 68.
15
of human-kind greatly by giving every student an equal chance to learn the material present in the curriculum and the ideals of the social world. A teacher should be a person who works very hard to educate students to the best of all abilities. By doing this the teacher also is a person who can open up many great opportunities for the students futures. A teacher plays numerous roles in society that have an immense impact on the outcome of the world future. A teacher is an educator, a role model and a caregiver7.
5. Dictionary of Education, batasan guru adalah :
A Teacher is : (1) A person employed in an official capacity for a purpose of guiding and directing the learning experience of pupil in educational institution, either public or private (2) A person who because of rich or unusual experiences or education or both in a given field is able to contribute to the growth an development of other person who come in contract with him. (3) A person who has completed professional curriculum in a teacher education institution and whose training has been officially recognized by the award of an appropriate teaching certificate (4) A person who teachs either8.
6. Dr. Muhaimin, MA, dengan mengacu pada terminology Kependidikan
Islam mendefinisikan guru sebagai ustadz, mu'allim, murabby,
mursyid, mudarris dan muaddib; Kata Ustadz biasa digunakan untuk
memanggil seorang professor, dimana guru dituntut untuk komitmen
terhadap profesionalisme dalam mengemban tugasnya; Kata Muallim
berasal dari kata dasar ilm yang berarti menangkap hakekat sesuatu,
ditinjau dari pengertian ini kata guru mengandung makna bahwa guru
dituntut untuk mampu menjelaskan hakikat ilmu pengetahuan yang
diajarkannya serta menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya, dan
membangkitkan siswa untuk mengamalkannya; Kata Murabby
bermakna pendidik yang bertugas mendidik dan menyiapkan peserta
didik agar mampu berkreasi, sekaligus mengatur dan memelihara hasil
kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka pada dirinya,
masyarakat dan alam sekitarnya; Kata guru yang mengadopsi Mursyid
berarti bahwa seseorang yang bertugas menularkan penghayatan
(internalisasi) akhlak dan atau kepribadiannya kepada peserta
7 Emily Fisher, www.aulax.edu
16
didiknya, baik yang berupa etos ibadahnya etos kerjanya, etos
belajarnya maupun dedikasinya yang serba Lillahi Ta'ala; Sedangkan
kata mudarris yang diderivasi dari kata darasa-yadrusu- darsan-
wadurusan wa dirasatan, yang berarti terhapus, hilang bekasnya,
menghapus, menjadikan usang, melatih, mempelajari, mempunyai
makna seorang yang berusaha mencerdaskan peserta didiknya,
menghilangkan ketidaktahuan dan memberantas kebodohan mereka
serta melatih kemampuan keterampilan sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuannya. Dan Kata Muaddib mempunyai makna seorang yang
beradab yang memiliki peran dan fungsi untuk membangun peradaban
(civilization) yang berkualitas di masa depan.9
2. Pengertian Pendidikan Agama Islam
a. Prof. DR. H. Achmadi, dalam bukunya Ideologi Pendidikan Islam
mengartikan bahwa Pendidikan Agama Islam ialah usaha yang lebih
khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagaman
(religiousitas) subyek didik agar lebih mampu memahami,
mengahayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam.10
b. Menurut Dr. Zakiah Darajat, dkk. dalam bukunya Ilmu Pendidikan
Islam mengartikan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha
berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah
selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agam
Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life).11
نوملس ممتناا ول انتوما تله وا تق تق حا اهللاوقا اتونم أنيذلاهاياآي )102ال عمران (
8 Syafrudin Nurdin (ed.), Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta:
Ciputat Pers, 2002), hlm. 8. 9 Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam ,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2003), hlm. 209. 10 Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 29. 11 Zakiah Darajat dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 86.
17
" Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim (ajaran Islam)." (Q.S. Ali Imran: 102 ).
c. Menurut KPPN (Komite Pembaharuan Pendidikan Nasional), Pendidikan Agama Islam adalah Pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, mengahayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.12
d. Menurut Ditbinpaisun (Direktorat Pembinaan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum Negeri ), Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung didalam Islam secara keseluruhan, mengahayati makna dan maksud serta tujuannya dan pada akhirnya apat mengamalkannya serta menjadikan ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhiratnya kelak.13
مونهمم نق يلور اتآنب ا فنىالدنيا حسةناخىالف وةرح سةن قونذاعاب101البقرة ( ار الن(
"Diantara mereka ada yang berkata, ya Tuhan kami berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa api neraka". (Q.S. Al Baqarah: 101 )
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa definisi guru
PAI adalah orang yang mendidik dan merasa bertanggung jawab dalam
membimbing dan mengasuh anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya
dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam serta
menjadikannya sebagai pandangan hidup sehari-hari (the way of life).
12 Ibid.. 13 Ibid.,.hlm. 88.
18
B. TANGGUNG JAWAB, TUGAS DAN PERAN GURU PAI
1. Tanggung Jawab Guru PAI
Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan
kehidupan anak didik. Pribadi susila yang cakap adalah yang diharapkan
ada pada diri setiap anak didik. Tidak ada seorang guru pun yang
mengharapkan anak didiknya menjadi sampah masyarakat. Untuk itulah
guru dengan penuh dedikasi dan loyalitas berusaha membimbing dan
membina anak didik agar di masa mendatang menjadi orang yang berguna
bagi nusa dan bangsa dengan mengamalkan ajaran Islam serta
menjadikannya sebagai pandangan hidup sehari-hari. Selain itu guru
adalah orang yang menerima amanat orang tua untuk mendidik anak.
Sebagai pemegang amanat, guru bertanggung jawab atas amanat yang
diserahkan kepadanya. Allah SWT. berfirman:
ن أاس النني بمتمكا حذإا وهلهى ألإ اتانمأاالوؤد تن أمكرمأ ي اهللانإ
تكحمالا بوعع ن اهللان إلدمكظعا يان ك اهللانه إ بمم سيعصا بيار
)58: النساء (
" Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yanga berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberikan pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah maha mendengar lagi maha melihat ". ( Q.S. An-Nisa: 58 ).14
Sebagai pemegang amanat orang tua dan sebagai salah satu
pelaksana pendidikan Islam guru tidak hanya bertugas memberikan
pendidikan ilmiah. Tugas guru hendaknya merupakan kelanjutan dan
sinkron dengan tugas orang tua, yang juga merupakan tugas pendidik
muslim pada umumnya, yaitu memberi pendidikan yang berwawasan
19
manusia seutuhnya. Guru hendaknya mencontoh peranan yang telah
dilakukan para Nabi dan pengikutnya. Tugas mereka pertama-tama ialah
mengkaji dan mengajarkan ilmu Al-Kitab.15 Hal ini sesuai dengan firman
Allah SWT.
لانا كم بن أرشي تؤيلك ا اهللاهتابال وكحمو النبثةو مق يللو ك اسلنونا عوبا اد
متنا كموب ابتك النوملع تمتنا كم بنييانبا روون كنكلو اهللانو دن مىل
تدرس79: مران ال ع ( نو(
" Tidak wajar sebagai seorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu ia berkata kepada manusia: " Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah ". Akan tetapi (hendaknya ia berkata), " hendaklah kamu menjadi orang-orang yang rabbani (yaitu orang-orang yang sempurna ilmu dan takwanya kepada Allah SWT), karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya ". ( Q.S. Ali Imran: 79 ).16
Sebagai pemegang amanat orang tua untuk mendidik ia
bertanggung jawab untuk mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada
generasi berikutnya sehingga terjadi proses konversasi nilai. Karena
melalui poses pendidikan diusahakan tercipta nilai-nilai baru.
Tanggung jawab guru ini meliputi tanggung jawab moral,
tanggung jawab pendidikan di sekolah, tanggung jawab guru dalam
bidang kemasyarakatan dan tangung jawab dalam bidang keilmuan.
a. Tanggung jawab moral
Setiap guru yang profesional berkewajiban menghayati dan
mengamalkan Pancasila dan bertanggung jawab mengamalkan dan
mewariskan moral pancasila itu serta nilai–nilai Undang–Undang
Dasar 1945 kepada generasi muda. Tanggung jawab ini merupakan
14 R.H.A.Soenarjo, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Semarang: Al Waah, 1993), hlm. 128. 15 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: logos, 1999), Cet.II, hlm. 95. 16 R.H.A. Seonarjo, Op.Cit., hlm. 89.
20
tanggung jawab moral bagi setiap guru di Indonesia. Selain itu guru
agama juga mempunyai tanggung jawab yang berat di samping
tanggung jawab terhadap pembentukan pribadi peserta didik sesuai
dengan ajaran Islam, ia juga bertanggung jawab terhadap Allah SWT.
b. Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah
Guru bertanggung jawab dalam pendidikan di sekolah dalam
arti memberikan bimbingan dan pengajaran kepada peserta didik.
Tanggung jawab ini direalisasikan dalam bentuk melaksanakan
pembinaan kurikulum, menuntun peserta didik belajar, membina
pribadi, watak dan jasmaniah peserta didik, menganalisis kesulitan
belajar mengajar serta menilai kemajuan belajar peserta didik.
Agar dapat mengemban dan melaksanakan tanggung
jawabnya, maka setiap guru harus memiliki kompetensi yaitu
menguasai cara belajar yang efektif, harus mampu membuat model
satuan pembelajaran, mampu memahami kurikulum dengan baik,
mampu mengajar di kelas, mampu menjadi model bagi peserta didik,
memberikan nasehat dan petunjuk yang berguna, menguasai teknik
memberikan bimbingan dan penyuluhan, mampu menyusun dan
melaksanakan prosedur penilaian kemajuan belajar.
c. Tanggung jawab guru dalam bidang kemasyarakatan
Guru adalah warga masyarakat yang bertanggung jawab serta
dalam memajukan kehidupan masyarakat, memajukan persatuan dan
kesatuan bangsa, menyukseskan pembangunan. Untuk dapat
melaksanakan tanggung jawabnya dalam masyarakat maka guru harus
mampu membimbing, mengabdi dan melayani masyarakat.
d. Tanggung jawab dalam bidang keilmuan
"Guru bertanggung jawab turut memajukan ilmu, terutama
ilmu yang menjadi spesialisnya. Tanggung jawab ini dilaksanakan
dalam bentuk mengadakan penelitian dan pengembangan. Agar dapat
21
melaksanakan tanggung jawab ini maka ia harus mempunyai
kompetensi tentang cara mengadakan penelitian".17
Berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab guru profesional
sebagaimana dikutip oleh Abidin Ibnu Rusn, Al-Ghazali menyebutkan
beberapa hal sebagai berikut:
a) Guru adalah orang tua kedua di depan peserta didik. b) Guru sebagai pewaris Ilmu Nabi. c) Guru sebagai penunjuk jalan dan pembimbing keagamaan
peserta didik . d) Guru sebagai sentral figur bagi peserta didik. e) Guru sebagai motivator bagi peserta didik. f) Guru sebagai seorang yang memahami tingkat perkembangan
intelektual peserta didik. g) Guru sebagai teladan bagi peserta didik.18
Menurut Imam Almawardi sebagaimana dalam bukunya
H. Abuddin Nata, menyatakan bahwa seorang guru akan dapat
melaksanakan tugas dan tanggung jawab secara profesional apabila dalam
melakukan tugas dan tanggung jawab tersebut didasarkan pada sikap
ikhlas. Hal ini ditandai dengan beberapa sikap yaitu:
a. Selalu mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan guna mendukung pelaksanaan PBM seperti penguasaan terhadap bahan pembelajaran, pemilihan metode, penggunaan sumber dan media pembelajaran, pengelolaan kelas dan sebagainya.
b. Disiplin terhadap peraturan dan waktu. c. Pengunaan waktu luangnya akan diarahkan untuk
pengembangan kepentingan profesinya. d. Ketekunan dan keuletan dalam bekerja. e. Memiliki daya kreasi dan inovasi yang tinggi.19
Abdul Aziz dalam bukunya Guru PAI dan Tantangan Masa
Depan menerangkan bahwa seorang guru agama yang benar-benar sadar
akan tugas dan tanggung jawabnya tersebut, maka tentulah ia akan selalu
17 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekataan kompetensi, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2003), Cet.II, hlm. 39-42. 18 Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, ( Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1998), Cet.I, hlm. 67-68. 19 Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam: Seri Kajian Filsafat
Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), Cet.II, hlm. 53-54.
22
mawasdiri, mengadakan introspeksi, berusaha selalu ingin berkembang
maju, agar ia bisa melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya lebih baik
dengan selalu menambah pengetahuan, memperkaya pengalaman, meng "
up grade " dirinya membaca buku-buku perpustakaan, mengikuti seminar,
lokakarya, kursus-kursus penataran dan sebagainya.20
Tugas dan tanggung jawab tersebut di atas merupakan tugas dan
tanggung jawab yang tidak mudah, sehingga dibutuhkan suatu
kesungguhan, keuletan, kesabaran dan ketekunan.
2. Tugas Guru PAI
Tugas adalah sesuatu yang wajib dikerjakan atau yang ditentukan; pekerjaan yang menjadi tanggung jawab seseorang; pekerjaan yang dibebankan.21 Tugas guru adalah sesuatu yang wajib dikerjakan oleh guru yang menjadi tanggung jawabnya yaitu menjadi seorang guru (pengajar dan pendidik). Jadi tugas guru PAI secara garis besar meliputi empat hal yitu tugas profesi, tugas keagamaan, tugas kemanusiaan, dan tugas kemasyarakatan.22
a. Tugas Profesi
Tugas profesi guru PAI adalah mengajar, mendidik, melatih
dan menilai atau mengevaluasi proses dan hasil belajar mengajar.
1. Mengajar
Mengajar adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam
mentransfer atau memberikan pengetahuan dan informasi
sebanyak-banyaknya kepada peserta didik sesuai dengn pedoman
dan petunjuk yang telah di tetapkan. Sebagaimana pendapat Zakiah
Darajat, dkk., yang menyatakan bahwa tugas guru sebagai pendidik
atau tugas mendidik itu berjalan sejajar dengan atau dalam
melakukan kegiatan mengajar dan kegiatan bimbingan bahkan
20 Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik
Kurikulum PBM, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), Cet.V, hlm.14. 21 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta:
Balai Pustaka, 2002 ), Ed. III, Cet.II, hlm. 1215. 22 Abdul Aziz, " Guru Pendidikan Agama Islaam (PAI) dan Tantangan Masa Depan ",
Himmah Jurnah Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan, Vol. IV, Ed. 9, Januari-April, 2003, hlm.55.
23
dalam setiap tingkah lakunya dalam berhadapan dengan peserta
didik senantiasa terkandung tugas mendidik.23 Akan tetapi aspek
dominan yang dikembangkan dalam mengajar adalah aspek
kognitif ( pengetahuan ).
Untuk dapat melaksanakan kegiatan mengajar dengan
baik, setiap guru apalagi guru PAI di tuntut untuk menguasai hal-
hal sebagai berikut:
a) Mampu merumuskan tujuan pembelajaran .
b) Menguasai prinsip-prinsip belajar mengajar.
c) Menguasai sumber belajar mengajar.
d) Menguasai dan mampu mengintegrasikan antara pendekatan,
metode dan teknik belajar mengajar.
e) Mampu menggunakan sarana belajar mengajar dengan baik.
f) Mendorong peserta didik untuk aktif.
Apabila dalam mengajar guru tidak memperhatikan hal-
hal yang tersebut di atas, maka hal itu merupakan pemborosan dan
hanya membuang-buang waktu yang mengakibatkan tujuan tidak
tercapai.
2. Mendidik
Mendidik adalah kegiatan guru dalam memberi contoh,
tuntunan, petunjuk dan keteladanan yang dapat diterapkan atau
ditiru peserta didik dalam sikap dan perilaku yang baik (akhlakul
karimah) dalam kehidupan sehari–hari. Adapun aspek yang
dominan untuk dikembangkan dalam proses pendidikan ini adalah
aspek afektif (sikap dan nilai). Di sinilah tugas utama guru
Pendidikan Agama Islam, tidak hanya mengajar dalam arti
mentransfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) tetapi
mentransfer nilai–nilai kepada peserta didiknya (transfer of value),
yang akan diwujudkan dalam tingkah laku mereka sehari–hari.
23 Zakiah Daradjat,dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2001), Ed. I, Cet. II, hlm. 265.
24
Oleh karena itu, pribadi guru itu sendiri merupakan perwujudan
dan nilai–nilai yang akan ditransfer.
Hal ini sesuai pendapat Dr. Zafar Alam yang menyatakan
bahwa:
" ….. from the point of view education, the personality of teacher Interaksi Sosial of crucial importance. If the teacher embodies and reflects the value he Interaksi Sosial teaching than the impression he leaves on his pupils Interaksi Sosial very deep and indelible".24
" ….. di dalam pendidikan kepribadian seseorang guru adalah sangat penting. Jika guru mewujudkan dan menggambarkan nilai–nilai dia mengajar yang kemudian jejaknya dicontoh oleh para peserta didiknya sangat mendalam atau membekas dan tidak dapat dihilangkan ".
Di sini terjadi proses transfer nilai–nilai yang ada pada
guru (pribadi guru) kepada peserta didiknya yang kemudian pribadi
guru akan tercermin pada pribadi peserta didik. Dengan demikian,
secara esensial dalam proses pendidikan guru itu bukan hanya
berperan sebagai " pengajar " yang transfer of knowledge tetapi
juga "pendidik" yang transfer of values. "Ia bukan saja pembawa
ilmu pengetahuan, akan tetapi menjadi contoh seorang pribadi
manusia yang baik".25
3. Melatih
Melatih adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam
membimbing, memberikan contoh dan petunjuk–petunjuk yang
praktis yang berkaitan dengan gerakan, ucapan perbuatan lainnya
dalam rangka mengembangkan aspek psikomotor (ketrampilan)
peserta didik.
Adapun aspek yang perlu dikembangkan dalam
Pendidikan Agama Islam antara lain adalah: Ibadah (khususnya)
24 Zafar Alam, Education Interaksi Early Islamic Periode, (Delhi: Markazi Maktaba
Islami Publishers, 1997), Cet. II, hlm. 37. 25 Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2001), Cet. IX, hlm. 136.
25
shalat, berwudlu, membaca dan menyalin Al–Qur'an, menjadi
khatib, imam dan sebagainya. Oleh karena itu guru PAI dituntut
untuk memiliki kualitas sebagai pelatih dari berbagai kegiatan
keagamaan.
Perlu diketahui bahwa: " ….. the success of the prophet as a teacher lies Interaksi the fact that the practice whatever he taught to others, and as such was the model for his companions, both Interaksi profession and practice".26 " ….. kesuksesan Nabi SAW. menjadi seorang guru itu terletak di dalam kenyataannya bahwa beliau mempraktekkan apa saja yang di ajarkan kepada orang lain dan sebgai contoh atau teladan bagi rekan–rekannya, di dalam pernyataan dan prakteknya sekaligus ".
Oleh karena itu, selain menguasai teori, seorang guru
juga harus bisa mempraktekkan apa yang diajarkan, sebagaimana
firman Allah SWT. dalam surat As–Shaaf ayat 2-3 :
ا ولوق تن أاهللادنا عتق مربك) 2 (نولعفا تال منولوق تموا لنم أنيذا الهيأيآ
المفا تلع3 (نو) ( 3-2: الصف (
" Hai orang–orang yang beriman mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa–apa yang tidak kamu kerjakan". ( Q.S. As-Shaaf : 2-3 ).27
Sebagai contoh dapat dikemukakan: sebagian bahkan
semua peserta didik mengetahui bahwa shalat itu wajib, tetapi
masih banyak peserta didik yang tidak shalat. Hal tersebut
mengharuskan kita guru PAI khususnya guru mata pelajaran Fiqih
untuk segera menyadari bahwa yag diberikan di sekolah bukanlah
pelajaran agama Islam semata, akan tetapi "Pendidikan Agama
Islam", yang menitikberatkan pada keterpaduan antara
26 Zafar Alam, Loc.Cit. 27 R.H.A. Soenarjo, Op.Cit., hlm. 928.
26
pengetahuan (kognitif) keterampilan (psikomotorik) yang dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari–hari oleh peserta didik.
4. Menilai / mengevaluasi proses dan hasil belajar–mengajar.
"Menilai atau evaluasi adalah serangkaian kegiatan untuk
memperoleh, menganalisa dan menafsirkan data tentang proses dan
hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna
dalam pengambilan keputusan".28
"Kegiatan penilian atau evaluasi PAI mencakup penilaian
terhadap kemajuan belajar peserta didik dalam aspek pengetahuan,
keterampilan, dan sikap sesudah mengikuti proses pembelajaran".29
Dengan melakukan evaluasi guru dapat mengetahui tingkat
kemajuan belajar peserta didik, menempatkan peserta didik dalam
situasi belajar mengajar yang tepat dan memperoleh umpan balik
atau feed back dari KBM yang dilakukan.
Selain itu, penilaian juga merupakan balance antara
rencana dan tujuan yang ingin dicapai. "Tanpa penilaian maka sulit
mengetahui apakah kegiatan belajar mengajar sesuai dengan
rencana dan tujuan dapat dicapai dengan baik, apa kendala–kendala
atau hambatan–hambatan yang dihadapi dan sebagainya".30
Oleh karena guru merupakan orang yang paling
mengetahui proses dan hasil belajar peserta didik, maka penilaian
merupakan kegiatan yang mutlak dilakukan oleh setiap guru dalam
proses pembelajaran.
Agar penilaian dapat berjalan dengan baik, maka guru
harus memperhatikan hal–hal sebagai berikut:
28 H. Abdullah Sukarta, Pedoman Pelaksanaan Mata Pelajaran Fiqih untuk Madrasah
Aliyah, (Jakarta: Direktorat jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1998), Cet. II, hlm. 146.
29 Zuhairini,dkk., Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani, 1993), Cet. III, hlm. 146.
27
a. Memahami dengan jelas pengertian, tujuan dan fungsi penilaian.
b. Memahami dengan jelas prinsip–prinsip penilaian. c. Menguasai dengan baik jenis, teknik dan cara
penilaian. d. Menguasai dengan baik penilaian terhadap proses dan
hasil belajar peserta didik. e. Memahami dengan jelas standar penilaian.31
"Untuk dapat melaksanakan tugas dan profesinya tersebut
di atas maka seorang guru agama harus mengetahui dan
mempelajari ilmu pengetahuan keguruan".32
b. Tugas Keagamaan
Guru dalam pendidikan Islam juga mengemban tugas
keagamaan, yaitu tugas dai yang menyerukan kebaikan dan mencegah
kemungkaran (amar ma'ruf nahi munkar). Ia harus dapat mencurahkan
segenap kemampuan yang dimilikinya untuk mengajak dan membawa
peserta didiknya menjadi insan yang bertakwa kepada Allah SWT.
Tentu saja untuk dapat melaksanakan tugas ini seorang guru PAI harus
bertakwa kepada Allah SWT dan memiliki akhlakul karimah, karena ia
ditiru dan dijadikan figur teladan oleh para peserta didiknya.
c. Tugas Kemanusiaan
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan meliputi bahwa guru
di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia
harus mampu menarik simpati dan menjadi teladan peserta didiknya.
Untuk itu diperlukan karakteristik kepribadian guru yang saleh.
Karakter pribadi guru yang benar–benar mendidik dan sesuai dengan
ajaran-ajaran Islam. Sebab dalam Islam guru adalah orang yang turut
bertanggung jawab terhadap pembentukan pribadi (akhlak) anak,
30 H. Abdul Hamid dan H.A. Kadir Djaelani (eds.) Pengembangan Profesional dan
Petunjuk Penulisan Karya Ilmiah, (Jakarta: Direktorak Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2003), hlm. 46.
31 Ibid.., hlm. 45. 32 Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Op.Cit., hlm. 13.
28
dialah orang yang akan mencetak peserta didiknya menjadi anak saleh,
sebagaimana pendapat Al-Ghazali dalam buku desain pembelajaran
PAI yang menyatakan bahwa seorang guru agama sebagai penyampai
ilmu, semestinya dapat menggetarkan hati atau jiwa peserta didiknya
sehingga semakin mendekat kepada Allah SWT dan memenuhi
tugasnya sebagai khalifah di bumi ini.33
Mengingat pentingnya tugas guru sebagaimana di perankan
di atas, tentunya tidak akan terlepas dari peranan seorang guru itu
sendiri dalam memberikan bimbingan, petunjuk, teladan, bantuan,
latihan penerangan, pengetahuan, pengertian, kecakapan, keterampilan,
nilai–nilai, norma–norma, kebenaran, kejujuran serta sikap–sikap dan
sifat–sifat yang baik dan terpuji. Oleh sebab itu selain memiliki
kompetensi profesionalisme, seorang guru juga memiliki karakteristik
kepribadian yang mantap agar dapat melaksanakan tugasnya. Karena
"kematangan intelektual tidak menjamin kematangan pribadi
seseorang".
d. Tugas Kemasyarakatan
Profil guru tidak hanya berlaku di kelas saja, hal itu juga
dibawa dalam masyarakat. Sebagai guru agama yang tinggal di dalam
masyarakat tidak dapat mengelakkan dirinya sebagai pemimpin
agama, sehingga sewaktu-waktu ada kegiatan keagamaan, diminta atau
tidak diminta oleh masyarakat harus tampil ke depan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini
sangat cepat berpengaruh kepada masyarakat. Oleh sebab itu
diperlukan filter yang kuat, agar masyarakat tidak mudah terpengaruh
dan goyah oleh derasnya perubahan dewasa ini. Untuk itu sebagai
seorang figur agama ia harus dapat menempatkan diri, yakni ing
ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani
yaitu di depan memberi suri teladan, di tengah–tengah membangun
dan di belakang memberikan dorongan dan motivasi.
33 Mukhtar, Op.Cit., hlm. 93.
29
"Oleh karena itu, sebagai figur guru agama, janganlah
dirusak kepercayaan yang telah diberikan masyarakat, sebab apabila
kepercayaan itu rusak sekali saja maka masyarakat tidak akan percaya
lagi".34
Jadi guru PAI tidak hanya mempunyai tugas profesi yang
terikat oleh dinas, ia juga mempunyai tugas kemanusiaan, keagamaan
dan kemasyarakatan di luar dinas. Tugas profesi ini dianggap sebagai
tugas pokok guru sebagai seorang yang profesional.
3. Peran Guru PAI
Watten B membuat rumusan tentang peran guru sebagai berikut
sebagai berikut:
- Sebagai tokoh terhormat - Sebagai penilai - Sebagai seorang sumber - Sebagai wasit - Sebagai pembantu - Sebagai detektif - Sebagai objek identifikasi - Sebagai penyangga rasa takut - Sebagai orang yang menolong memahami diri - Sebagai pemimpin kelompok - Sebagai orang tua / wali - Sebagai orang yang membina dan memberi layanan - Sebagai kawan sekerja - Sebagai pembawa kasih sayang35
Adanya tugas, tanggung jawab serta peran penting guru dalam mewujudkan tujuan pendidikan dan tuntutan dinamisme kehidupan manusia, maka guru sangat dituntut untuk profesional dalam melaksanakan tugas kependidikan dan haruslah memiliki syarat serta kemampuan dasar yang tak lain disebut dengan kompetensi guru.36
34 Abdul Aziz, Op.Cit., hlm. 56. 35 Piet Sahertian, Op. Cit., hlm. 14.
30
C. JABATAN GURU SEBAGAI JABATAN PROFESIONAL
Sebagaimana pengertian tersebut, jika dilihat dari proses kerja
guru, bisa dikatakan bahwa guru juga merupakan jenis pekerjaan seperti
lainnya; dokter, wartawan, sopir, pengacara, ataupun lainnya (sama-sama
sebagai pelaku pekerjaan), yang menjadi persoalan adalah bagaimana
pekerjaan sebagai guru disamakan dan juga dibedakan dari pekerjaan yang
lain?. Persamaan jabatan guru dengan yang lainnya adalah jabatan pekerjaan-
pekerjaan itu merupakan suatu profesi. Sedangkan perbedaannya adalah
masing-masing bidang pekerjaan itu memiliki objek yang masing-masing
spesifik.
1. Arti Profesi
"Secara umum profesi diartikan sebagai mata pencaharian
(pekerjaan) untuk memperoleh nafkah, mulai dari pekerjaan yang tidak
membutuhkan keahlian tertentu sampai pada pekerjaan yang
membutuhkan pendidikan keahlian".37
Sedangkan secara etimologis, kata profesi berasal dari Bahasa
Inggris profession atau bahasa latin profecus, yang artinya mengakui,
pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melaksanakan pekerjaan.
Pengakuan yang dimaksud adalah pengakuan dari pengguna jasa
penyandang profesi, bukan semara dari penyandang profesi itu sendiri.38
Sedangkan secara terminologis, ada beberapa rumusan profesi
sebagaimana berikut:
- Menurut Piet A. Sahertian, kata profesi merupakan serapan dari kata
to profess (menyatakan), yang berarti pernyataan/pengabdian
36 Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 7. 37 Anwar Yasin, dalam buku Keluar dari Kemelut Pendidikan Nasional: Menjawab
Tantangan Kualitas Sumber Daya Manusia Abad 21, (Jakarta: PT Intermasa, 1997), hlm. 35. 38 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm. 20.
31
seseorang pada suatu jabatan atau pelayanan karena orang tersebut
merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.39
- Menurut Sardiman yang dikutip oleh Hadi Supeno, profesi diartikan
sebagai suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut dan
latihan khusus.40
- Menurut Frank Horton Balckington, seperti yang dikutip oleh Oemar
Hamalik, A Profession may defined most simply as vocation which is
organized, incompletely, no doubt, but genuinely, for the performance
of function.41
- Menurut Sikun Pribadi, Profesi itu pada hakekatnya adalah suatu
pernyataan atau janji terbuka, bahwa seorang akan mengabdikan
dirinya pada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena
orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.42
Dari berbagai rumusan tersebut, ada beberapa aspek yang harus
dipenuhi dari pengertian profesi:
Hakikat profesi adalah suatu pernyataan atau suatu janji yang terbuka
Suatu pernyataan atau suatu janji yang dinyatakan oleh tenaga
profesional tidak sama dengan suatu pernyataan yang dikemukakan
oleh non profesional. Pernyataan profesional mengandung makna
terbuka yang sungguh-sungguh, yang keluar dari lubuk hati, yang
mengandung nilai-nilai dan norma-norma yang etik, yang apabila
dilanggar akan mendapat sanksi tertentu, seperti dari masyarakat, dll.
Profesi mengandung unsur pengabdian
Pengabdian berarti tidak untuk mementingkan kepentingan pribadi,
tetapi untuk mengabdi pada tujuan pengabdian tersebut.
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan
39 Piet A. Sahertian, Profil Pendidik Profesional, (Yogyakarta: Andi Offset, 1994), Cet.I.
hlm. 26. 40 Hadi Supeno, Op.Cit., hlm. 20. 41 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Konsep dan Strategi, (Bandung: Mandar Maju,
1991), hlm. 3. 42 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru, Konsep dan Strategi, (Bandung: Mandar Maju,
1991), hlm. 1.
32
Suatu profesi erat kaitannya dengan jabatan atau pekerjaan tertentu
yang dengan sendirinya menuntut keahlian, pengetahuan dan
keterampilan tertentu pula. Dalam pengertian profesi telah tersirat
adanya suatu keharusan kompetensi agar profesi itu berfungsi dengan
sebaik-baiknya.
Jadi profesi itu adalah suatu lembaga yang mempunyai otoritas
otonom, karena didukung oleh:
a. Spesialisasi ilmu sehingga mengandung arti keahlian
b. Kode etik yang direalisasikan dalam melaksanakan profesi, karena
hakekatnya ialah pengabdian kepada masyarakat demi kesejahteraan
masyarakat itu sendiri.
c. Kelompok yang tergabung dalam profesi menjaga jabatan itu dari
penyalahgunaan oleh orang-orang yang tidak kompeten dengan
pendidikan serta sertifikasi mereka yang memenuhi syarat-syarat yang
diminta.
d. Oleh masyarakat luas yang memanfaatkan profesi tersebut.
e. Oleh pemerintah yang melindungi profesi dengan undang-undangnya.
2. Ciri - Ciri Keprofesian
Dari pengertian tersebut, dapat dikemukakan ciri-ciri suatu
profesi sebagaimana juga telah disimpulkan oleh A. Samana sebagai
berikut:
a. Bagi para pelakunya secara nyata (de facto) dituntut berkecakapan kerja (berkeahlian) sesuai dengan tugas-tugas khusus serta tuntutan dari jenis jabatannya (cenderung ke spesialisasi).
b. Kecakapan atau keahlian seorang pekerja profesional bukan sekedar hasil pembiasaan atau latihan rutin yang terkondisi, tetapi perlu didasari oleh wawasan keilmuan yang mantap, jadi jabatan profesional menuntut pendidikan pra jabatan yang terprogram secara relevan serta berbobot, terselenggara secara efektif efisien, dan tolok ukur evaluatifnya standar.
c. Pekerja profesional dituntut berwawasan sosial yang luas, sehingga pilihan jabatan serta kerjanya didasari oleh kerangka nilai tertentu (bukan ikut-ikutan), bersikap positif terhadap jabatan dan perannya, dan bermotivasi serta berusaha untuk berkarya sebaik-baiknya.
33
d. Jabatan profesional perlu mendapat pengesahan dari masyarakat dan atau negaranya, dalam hal ini pendapat serta tolok ukur yang dikembangkan oleh organisasi profesi sepantasnya dijadikan acuan. Secara tegas, jabatan profesional memiliki syarat-syarat serta kode etik yang harus dipenuhi oleh pelakunya, sehingga menjamin kepantasan berkarya dan sekaligus merupakan tanggung jawab sosial pekerja profesional yang bersangkutan.43
Hal senada juga dikemukakan oleh Hadi Supeno sebagai
berikut:
a. Bersifat unik dan khusus, dalam pelayanannya kepada masyarakat. b. Bersifat keahlian, dengan didukung oleh pengetahuan umum yang luas
dan pengetahuan yang mendalam. c. Bersifat pengabdian kepada masyarakat. d. Memerlukan pendidikan lanjut yang cukup panjang. e. Memiliki Otonomi dalam melaksanakan tugas keprofesiannya. f. Memiliki organisasi profesi. g. Memiliki kode etik profesi. h. Mendapatkan dukungan masyarakat dan pemerintah serta mendapat
perlindungan hukum. i. Mempunyai jaminan hidup yang layak. j. Selektif dalam menentukan anggota kelompok profesi. k. Merupakan pilihan hati nurani individu yang bersangkutan. l. Dalam menjalankan tugas keprofesian tak bisa diwakilkan kepada
orang lain sebagaimana bisa dilakukan pada pekerjaan non keprofesian.44
3. Profesi Guru
Melihat arti, dan ciri profesi seperti di atas, guru termasuk
dalam jabatan profesi. Inilah yang membedakan guru dengan pekerjaan
lain yang non profesi.
Roestiyah NK mengemukakan beberapa alasan mengapa guru
termasuk dalam kategori profesi: pertama, lapangan pekerjaan keguruan
atau kependidikan bukan merupakan suatu lapangan pekerjaan rutin yang
dapat dilakukan karena pengulangan-pengulangan atau pembiasaan.
Lapangan kerja ini pun tidak dapat dilaksanakan berdasarkan amatirisme,
lebih-lebih dengan coba-coba atau trial and errors. Lapangan kerja ini
43 A. Samana, Profesionalisme Keguruan, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), hlm. 28. 44 Hadi Supeno, Op. Cit., hlm. 25.
34
memerlukan perencanaan yang mantap, suatu managemen yang
memperhitungkan komponen-komponen sistemnya. Kedua, lapangan kerja
ini memerlukan dukungan ilmu atau teori yang akan memberi konsepsi
teoritis ilmu kependidikan dengan cabang-cabangnya. Ketiga, lapangan
kerja ini memerlukan waktu pendidikan yang lama, berupa pendidikan
dasar (basic education) untuk taraf sarjana ditambah pendidikan
profesional.
Mengenai status jabatan guru yang merupakan jabatan
profesional ini juga dikuatkan dengan dicantumkannya pada UU nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat 2:
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi
Sebagai jabatan profesional perlu ada 6 tahap proses
profesionalisasi guru:
a. Bidang layanan ahli "unik" yang diselenggarakan itu harus ditetapkan.
b. Kelompok profesi dan penyelenggara pendidikan pra jabatan yang
Mempersiapkan tenaga guru yang profesional.
c. Adanya mekanisme untuk memberikan pengakuan resmi kepada
pendidikan prajabatan yang memenuhi standar yang telah ditetapkan
sebelumnya.
d. Adanya mekanisme untuk memberikan pengakuan resmi kepada
lulusan program pendidikan prajabatan yang memiliki kemampuan
minimal yang dipersyaratkan ( sertifikasi ).
e. Secara perorangan dan secara kelompok, kaum pekerja profesional
bertanggung jawab penuh atas segala aspek pelaksanaan tugasnya.
Kelompok profesional memiliki kode etik yang merupakan
dasar untuk melindungi para anggota yang menjunjung tinggi nilai-nilai
profesional, disamping merupakan sarana untuk mengambil tindakan
35
penertiban terhadap anggota yang melakukan perbuatan yang tidak sesuai
dengan suratan dan semangat kode etik tersebut.45
D. KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI
Ditinjau dari arti penamaan kompetensi profesional, istilah
Kompetensi Professional terdiri dari dua kata yaitu kompetensi dan
professional. Kata kompetensi didefinisikan sebagai kemampuan khusus yang
merupakan perilaku yang melekat pada diri seseorang guna memenuhi
ketentuan bagi suatu jabatan/profesi tertentu. Sedangkan kata profesional
merupakan bentukan kata sifat yang diderivasi dari kata benda profesi yang
artinya sebagaimana tersebut di atas.
Dari berbagai rumusan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa
profesional diartikan sebagai tingkat keahlian (kemahira) yang dipersyaratkan
untuk dapat melakukan suatu pekerjaan (jabatan) yang dilakukan secara
efisien dan efektif dengan tingkat keahlian yang tinggi dalam mencapai tujuan
pekerjaan (jabatan) tersebut.
Dengan demikian yang dimaksud dengan kompetensi profesional
guru PAI ialah kemampuan khusus yang bersifat keahlian dalam
melaksanakan tugas guru pengajaran yang dilakukan secara efektif dan efisien
guna tercapainya tujuan pendidikan agama Islam sehingga berguna bagi diri
anak didik, keluarga, masyarakat dan bangsanya.
Agar guru mampu berkompetensi dalam bidangnya, ada tujuh
standar kompetensi yang harus diikuti sebagai dasar kemampuannya.
a. Guru mampu menyusun rencana pembelajaran.
b. Guru mampu berinteraksi dalam kegiatan belajar–mengajar.
c. Guru mampu mengadakan penilaian prestasi belajar peserta didik.
d. Guru mampu melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar
peserta didik.
e. Guru mampu mengemban profesinya.
45 Syafrudin Nurdin, Op.cit., hlm. 21.
36
f. Guru mampu memahami wawasan kependidikan.
g. Guru mampu menguasai bahan kajian akademik.46
Dari tujuh standar kompetensi akan diambil tiga standar
kompetensi beserta indikatornya yang akan diwujudkan sebagai fokus
penelitian.
A. Penyusunan Rencana Pembelajaran
"Sebuah perencanaan pembelajaran yang baik harus memenuhi
kriteria yaitu kemampuan dasar dan materi harus mengacu pada silabus,
proses belajar memberi pengalaman yang bermakna bagi peserta didik,
terdapat keselarasan antara kemampuan dasar materi dan alat penilaian,
dapat dilaksanakan dan mudah dipahami".47
Pertama, "mengidentifikasikan secara cermat pokok bahasan/sub pokok
bahasan yang telah digariskan dalam kurikulum/GBPP untuk dijadikan
"satuan bahasan" yang akan diajarkan".48
Kedua, "menentukan kelas atau semester dan alokasi waktu yang akan
digunakan dalam mengajarkan satuan bahasan yang telah diidentifikasi".49
Ketiga, merumuskan Tujuan Instruksional Umum (TIU) atau
memindahkan rumusan TIU yang terdapat dalam kurikulum/GBPP ke
dalam Rencana Pengajaran.
Keempat, "merumuskan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) secara
spesifik, operasional, jelas, relevan berdasarkan TIU".50 Dalam
merumuskan TIK ini ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi, yaitu:
46 Depdikbud, Op. Cit., hlm. 6. 47 Winarno dan R.Eko Djuniarto, Perencanaan Pembelajaran, ( Jakarta: Direktorat Tenaga
Kependidikan, 2003 ), hlm. 9. 48 Syafrudin Nurdin dan Basyiruddin Usman, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum,
( Jakarta: Ciputat Pers, 2002 ), hlm. 90. 49 Ibid. 50 Ibid.
37
a. Menggunakan istilah yang operasional
Maksudnya rumusan perilaku yang diharapkan dirumuskan dalam tata kerja yang dapat diamati dan diukur. Contoh kata kerja operasional, mengukur, menjelaskan, menyebutkan, mengidentifikasikan, membedakan dan lain–lain.
b. Berorientasi pada peserta didik
Maksudnya TIK memberikan tekanan pada apa yang dikerjakan peserta didik, bukan apa yang dikerjakan guru. Contoh TIK yang berorientasi kepada peserta didik; peserta didik dapat menjelaskan proses terjadinya gerhana matahari.
c. Membentuk tingkah laku
Maksudnya TIK memuat pernyataan tentang tigkah laku / kemampuan yang diharapkan dimiliki peserta didik. Misal: peserta didik mampu mengidentifikasi komponen–komponen sistem belajar mengajar.
d. Hanya memuat satu perubahan tingkah laku.
Maksudnya dalam satu TIK sebaiknya hanya memuat satu perubahan tingkah laku atau kemampuan yang diharapkan, dimiliki peserta didik. Misal: peserta didik mampu membedakan proses terjadinya angin darat dan agin laut.51
Kelima, merinci materi pelajaran, yang didasarkan kepada bahan
pengajaran dalam GBPP dan TIK yang hendak dicapai. "Bahan pengajaran
hendaknya diuraikan dengan perincian yang lebih khusus untuk mencapai
TIK, sehingga luas dan kedalaman satuan bahasan yang dipelajari siswa
benar–benar sesuai dengan tingkat sekolah/kelas siswa yang bersangkutan,
serta waktu yan tersedia".52
51 Sukewi Sugito, Perencanaan Pengajaran, ( Semarang: IKIP Semarang Press ), hlm. 27. 52 Syafruddin Nurdin, Op.Cit., hlm.90.
38
Keenam, "merencanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) secara jelas,
cermat, tegas, sistematis, logis sesuai dengan TIK yang hendak dicapai dan
materi pelajaran yang akan disampaikan, yang meliputi strategi / metode
dan pokok–pokok kegiatan siswa–guru".53
Ketujuh, "mempersiapkan dan melakukan variasi kegiatan sesuai dengan
tuntutan interaksi beljar mengajar, memotivasi dan kebutuhan siswa
lainnya".54Bagian kegiatan belajar mengajar ini, diawali dengan penjelasan
singkat tentang jenis pendekatan mengajar dan metode mengajar yang
digunakan dalam rencana pelajaran yang bersangkutan. Setelah penjelasan
singkat tentang pendekatan dan metode selanjutnya dirumuskan garis–
garis besar kegiatan belajar mengajar yang akan dilakukan di dalam
melaksanakan rencana pengajaran yang bersangkutan. Yang perlu
dicantumkan ialah kegiatan siswa yang menggambarkan langkah–langkah
yang dilakukan siswa dalam proses belajar itu.55
Kedelapan, memilih alat peraga, sumber bahan dari buku dan masyarakat
yang di dasarkan kepada: a. Tujuan Intruksional Khusus (TIK) yang
hendak dicapai, b. Bahan pengajaran yang akan disajikan, c. Kegiatan
belajar mengajar (KBM) dan strategi instruksional yang dikembangkan,
serta mengemukakan dengan jelas sumber dan alat tersebut (pengarang,
nama buku, penerbit, tahun dan lain–lain). Jenis alat yang dicantumkan
dalam bagian ini adalah alat yang khusus digunakan dalam mempelajari
satu bahasan yang bersangkutan (misalnya tape recorder, gambar dinding
dan lain–lain). Alat–alat yang umum (kapur, papan tulis, pensil) tidak
perlu dicantumkan. "Sumber yang dipakai dalam rencana pengajaran
mencakup bahan tertulis (buku, majalah) manusia sumber (resource
person ) dan lain–lain".56
53 Ibid. 54 Ibid. 55 Slameto, Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1991), hlm. 51. 56 Syafruddin Nurdin, Loc.Cit.
39
Kesembilan, "merancang secara teliti prosedur penilaian atau evaluasi
sesuai dengan TIK yang hendak dicapai".57 Pertama–tama dikemukakan
prosedur evaluasi yang digunakan dalam rencana pengajaran, yang
menjelaskan misalnya ;
a. Untuk memiliki efektifitas rencana pengajaran ini digunakan tes akhir tanpa menggunakan tes awal, karena bahan yang dibahas adalah bahan baru dan jarang dibicarakan melalui media lain di luar sekolah.
b. Jenis tes yang digunakan untuk tes akhir tersebut adalah jenis tes tertulis ( terlampir ).
c. Disamping itu, setiap siswa diberi pekerjaan rumah, menjawab soal–soal yang terdapat dalam buku.58
Kesepuluh, "menggunakan bahasa yang jelas, mudah dipahami dan ditulis
menurut ketentuan yang berlaku ( EYD )".59
57 Ibid.. 58 Slameto, Op.Cit., hlm. 52. 59 Syafruddin Nurdin, Loc.Cit.
40
Berikut ini adalah contoh Format Rencana Pengajaran.
RENCANA PENGAJARAN
Bidang studi
Mata Pelajaran / Sub Pokok Bahasan
Satuan Pendidikan
Kelas
Semester
Waktu
=
=
=
=
=
=
I. Tujuan Intruksional Umum
II. Tujuan Intruksional Khusus
III. Materi Pelajaran
IV. Kegiatan Belajar Mengajar
V. Alat dan Sumber Pelajaran
VI. Evaluasi
Lampiran
B. Pelaksanaan Interaksi Belajar Mengajar
"Pengelolaan kelas merupakan salah satu tugas guru yang tidak
pernah ditinggalkan. Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didik sehingga tercapai
41
tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien".60Guru dalam mengelola
kelas meliputi: pertama, pengaturan ruang tempat berlangsungnya proses
belajar mengajar harus memungkinkan semua peserta didik bergerak
leluasa, tidak berdesakan dan tidak saling mengganggu. Dalam memilih
ruangan kelas hendaknya disesuaikan dengan: jenis kegiatan, jumlah
peserta didik yang melakukan kegiatan. Kedua, pengaturan tempat duduk
yang harus diperhatikan adalah harus terjadi tatap muka antara peserta
didik dengan guru. Pengaturan tempat duduk dapat; berbaris berbanjar,
pengelompokan terdiri dari 8–10 peserta didik, bentuk setengah lingkaran,
bentuk lingkaran, individual, acak–acakan. Ketiga, pengaturan ventilasi
dan cahaya harus betul–betul memungkinkan sirkulasi udara secara baik,
selain itu cahaya yang masuk juga harus cukup membuat kelas terang dan
tidak menyilaukan pandangan peserta didik. Keempat, pengaturan
penyimpanan barang–barang, maka pengaturannya dibuat sedemikian
sehingga tidak mengganggu proses jalannya belajar mengajar.61
Media sumber belajar merupakan faktor yang sangat
mendukung dalam proses belajar mengajar. Semakin banyak media
sumber belajar yang digunakan akan semakin maksimal hasil yang
dicapai. Oleh karena itu seorang guru hendaknya mampu mengenal,
memilih dan menggunakan media, membuat alat bantu pembelajaran
sederhana dan menggunakan perpustakaan dalam PBM serta
menggunakan sumber belajar yang telah ditentukan/dipilih.
Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam memilih
media yaitu ketepatan dengan tujuan pembelajaran, dukungan dengan isi
pelajaran, kemudahan memperoleh media, keterampilan guru dalam
menggunakannya, tersedia waktu untuk menggunakannya dan sesuai
dengan taraf berfikir peserta didik.
60 Syaeful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002 ), Cet. II, hlm.195-196. 61 Sukewi Sugito, Op.Cit., hlm. 91-92.
42
Fungsi media dalam proses belajar mengajar tidak hanya
sebagai alat yang digunakan oleh guru, tetapi mampu mengkomunikasikan
pesan kepada peserta didik. Media tidak hanya terbatas pada perangkat
keras (hardware), akan tetapi media dapat juga berbentuk perangkat lunak
(software). Rowntree mengemukakan fungsi media dalam membantu
peserta didik belajar sebagai berikut: menumbuhkan motivasi peserta
didik, dapat mengingat pelajaran dengan mudah, peserta menjadi aktif
dalam merespon, memberi umpan balik dengan cepat, mendorong peserta
didik untuk melaksanakan kegiatan praktek dengan tepat.62
Umumnya para ahli membedakan antara media dan alat peraga.
Perbedaan itu terletak pada fungsi, bukan pada substansinya. Sumber
belajar dikatakan sebagai alat peraga jika hal tersebut fungsinya sebagai
alat bantu saja. Dikatakan sebagai media jika sumber belajar itu
merupakan bagian integral dari seluruh kegiatan belajar.63
Di dalam memilih metode yang wajar harus antara lain
berpedoman pada tujuan khusus yang akan dicapai. Hakekat tujuan inilah
yang dipakai oleh guru sebagai petunjuk untuk memilih satu atau
serangkaian metode yang efektif. Demikian pula kesesuaiannya dengan
bahan pelajaran. Antara tujuan, bahan dan metode dituntut adanya
keserasian. Secara umum, pemilihan suatu metode mengajar dipengaruhi
oleh tujuan instruksional. Hal ini dapat mecakup: 1. penerimaan
pengetahuan yang berupa fakta, konsep dan prinsip, 2. aplikasi
pengetahuan atau penerimaan keterampilan dan 3. tujuan yang bersifat
efektif atau motivasional yaitu berhubungan dengan pengembangan atau
perubahan sikap atau perasaan. Hal ini juga senada dengan apa yang
dikemukakan oleh Ambo Ende Abdullah, dkk. sebagai berikut: 1. metode
mengajar sesuai dengan tujuan, 2. metode mengajar sesuai dengan para
62 Syafruddin Nurdin, Op. Cit., hlm. 98. 63 M.Basyiruddin Usman dan Asnawir, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press,
2002), Cet. I, hlm. 13.
43
siswa, 3. kegiatan mengajar serasi dengan lingkungan dan 4. pelajaran
terkoordinasi dengan baik.64
Konten atau materi pelajaran sebenarnya merupakan komponen
kurikulum yang amat penting. Konten menyangkut jawaban terhadap
pertanyaan, "Apa yang akan diajarkan?" Konten ini seringkali tidak
diperhatikan. Artinya, konten seringkali diambil saja dari buku teks yang
berlimpah–limpah tersedia, tanpa mengaitkannya dengan tujuan
pendidikan, tujuan kurikulum, atau dengan tujuan instruksional.65
Apa yang dikemukakan di atas memang sering kali terjadi,
bahwa pengajar lebih cenderung menyampaikan apa yang ada dalam buku
teks yang dijadikan acuan yang hanya kadang–kadang menekankan pada
ranah kognitif, tanpa melibatkan ranah afektif dan psikomotor. Secara
umum konten atau materi pelajaran meliputi tiga komponen utama yakni
ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap (nilai–nilai). Boleh dikatakan
semua mata pelajaran mengandung unsur kognitif dan afektif banyak juga
yang mengandung unsur psikomotor atau keterampilan.
C. Penilaian Prestasi Belajar Peserta Didik
Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa penilaian PAI mencakup
penilaian terhadap kemajuan belajar yaitu penilaian proses dan hasil dalam
aspek pengetahuan (kognitif), aspek sikap (afektif) dan aspek keterampilan
(psikomotorik).
Penilaian terhadap aspek kognitif mencakup semua materi
unsur pokok pendidikan yang disampaikan kepada peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran, penilaian dalam bentuk afektif lebih ditekankan
kepada pelaksanaan pengalaman sehari–hari melalui tingkah laku
64 Syafruddin Nurdin, Op.Cit., hlm. 94-95. 65 Sukewi Sugito,Op.Cit., hlm.102.
44
perbuatan sedangkan penilaian dalam bentuk psikomotorik ditekankan
kepada pelaksanaan pengalaman.
Bentuk penilaian yang dapat digunakan oleh guru mata
pelajaran PAI yaitu penilaian dalam bentuk tertulis, meliputi tes bentuk
uraian dan tes bentuk objektif, penilaian dalam bentuk lisan yang dapat
berupa jawaban atas pertanyaan yang diajukan, penilaian dalam bentuk
perbuatan dan pengamatan.
Adapun waktu pelaksanaan penilaian yaitu: pertama, ulangan
harian yang merupakan suatu penilaian terhadap materi yang mencakup
satu atau beberapa pokok bahasan dan bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah disampaikan.
Kedua, ulangan umum atau semesteran yaitu ulangan yang mencakup
bahan kajian seluruh pokok bahasan dalam satu semester.
Dalam menyusun evaluasi belajar peserta didik, ada beberapa
hal yang harus dipersiapkan terlebih dahulu:
1. Dalam menyusun tes atau alat evaluasi terlebih dahulu dibuat kisi–kisi
yang menggambarkan lingkup bahan pengajaran, dan jenjang perilaku
yang diukur, yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
2. Dalam menyusun butir soal, guru harus mengembangkan soal
berdasarkan TIK.
3. Untuk memudahkan pemeriksaan hasil penilaian perlu disiapkan kunci
jawaban.
4. Pada tahap perencanaan ini perlu juga disusun standar/norma penilaian
yang akan dipakai sebagai patokan.66
66 Slameto, Op.Cit., hlm. 169-170.
45
Dalam kisi-kisi perlu dicantumkan juga tingkat kesukaran soal
sehingga dapat ditentukan perbandingan yang tepat terhadap kelompok
soal yang mempunyai kategori mudah, sedang dan sukar. Suatu perangkat
soal pada umumnya, mempunyai perbandingan tingkat kesukaran mudah;
sedang; sukar = 1; 2; 3.
Jumlah butir soal dalam seperangkat tes ditentukan oleh waktu
yang diperlukan untuk mengerjakan tes itu. Oleh karena itu ditentukan
lebih dahulu waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tes, disesuaikan
pula dengan daya konsentrasi berfikir dan kelelahan fisik, baru kemudian
ditentukan jumlah soalnya.
Jumlah soal, selain ditentukan oleh waktu yang diperlukan
untuk mengerjakannya, ditentukan pula oleh tingkat kesukaran soal yang
diinginkan. Butir soal dengan tingkat kesukaran tinggi akan membutuhkan
waktu lebih banyak dibandingkan dengan butir soal dengan tingkat
kesukaran rendah.
Setelah melaksanakan penilaian maka hal yang selanjutnya
dilakukan oleh guru yaitu melakukan analisis ulangan harian yang
berfungsi sebagai umpan balik tentang daya serap peserta didik terhadap
materi pelajaran baik secara perorangan maupun klasikal. Tujuannya yaitu:
1. Menentukan telah tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran.
2. Menentukan program perbaikan atau pengayaan.
3. Menentukan kemajuan prestasi belajar peserta didik.
4. Bahan pertimbangan bagi bimbingan individual peserta didik.
5. Membuat diagnose mengenai kelemahan–kelemahan dan kemampuan
peserta didik.
46
6. Bahan pertimbangan bagi perubahan atau perbaikan kurikulum.67
Kegiatan penilaian meliputi penyusunan alat evaluasi,
penyelenggaraan/pelaksanaan penilaian, memeriksa jawaban peserta didik,
serta pemberian skor, menilai hasil belajar dengan menggunakan norma
tertentu, mengolah hasil penilaian, menganalisa hasil penilaian,
pengadministrasian proses serta hasil penilaian, menyimpulkan hasil
penilaian, menyusun laporan hasil penilaian serta perbaikan soal.68
Penilaian pada permulaan (pretest) proses belajar mengajar
dimaksudkan agar guru mampu mengetahui kesiapan siswa terhadap
bahan pelajaran yang akan diajarkan, yang hasilnya akan dipakai untuk
memantapkan strategi mengajar. Penilaian proses belajar mengajar
mendapat balikan terhadap tujuan yang hendak dicapai. Penilaian pada
akhir proses belajar mengajar untuk mengetahui capaian siswa terhadap
tujuan yang telah ditetapkan.
Keahlian guru dalam pengukuran dan penilaian hasil belajar
peserta didik mempunyai dampak yang luas, yaitu bimbingan peserta didik
untuk bersifat realistis, data yang akurat membantu untuk menentukan
perkembangan arah peserta didik, membantu usaha optimalisasi dan
integrasi perkembangan diri peserta didik, memberi petunjuk dalam
penempatan tenaga kerja dan pembinaan kesehatan mental peserta didik.
67 H. Abdullah Sukarta, Op.Cit., hlm. 46-49. 68 Soewondo. MS., Standar Kompetensi Guru Menengah Atas, (Jakarta: Direktorat Tenaga
Kependidikan, 2004), hlm. 8-9.