bab ii kerangka teori, hasil penelitian dan analisis...

37
BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Keimigrasian Imigrasi adalah hal lalu lintas orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara 1 . Istilah imigrasi berasal dari bahasa latin migration yang artinya perpindahan orang dari suatu tempat atau Negara menuju ke tempat Negara lain. Dengan kata lain bahwa Imigrasi berkaitan erat dengan dengan aspek pencapaian kesejahteraan masyarakat, melalui pelayanan keimigrasian terhadap para wisatawan, investor asing dan lain-lain kegiatan yang mempunyai dampak langsung ataupun tidak langsung dalam rangka pembangunan nasional dan menjadi pemasukan negara. Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum serta terbinanya ketentraman yang mendukung kemampuan membina serta mencegah dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat 2 . Dengan demikian, menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang keimigrasian terdapat dua unsur pengaturan yang penting, yaitu : 1 Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Keimigrasian No 6 Tahun 2011. 2 Awaloedin Djamin, Administrasi Kepolisian RI Menghadapi Tahun 2000, (Lembang: Sanyata Sumasana Wira),

Upload: ngonguyet

Post on 28-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

BAB II

KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Kerangka Teori

1. Keimigrasian

Imigrasi adalah hal lalu lintas orang yang masuk atau keluar Wilayah

Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan

negara1. Istilah imigrasi berasal dari bahasa latin migration yang artinya

perpindahan orang dari suatu tempat atau Negara menuju ke tempat Negara lain.

Dengan kata lain bahwa Imigrasi berkaitan erat dengan dengan aspek pencapaian

kesejahteraan masyarakat, melalui pelayanan keimigrasian terhadap para

wisatawan, investor asing dan lain-lain kegiatan yang mempunyai dampak

langsung ataupun tidak langsung dalam rangka pembangunan nasional dan

menjadi pemasukan negara.

Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis

masyarakat sebagai prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional

dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya

keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum serta terbinanya ketentraman yang

mendukung kemampuan membina serta mencegah dan menanggulangi segala

bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat

meresahkan masyarakat2.

Dengan demikian, menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang

keimigrasian terdapat dua unsur pengaturan yang penting, yaitu :

1 Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Keimigrasian No 6 Tahun 2011.

2 Awaloedin Djamin, Administrasi Kepolisian RI Menghadapi Tahun 2000, (Lembang: Sanyata Sumasana

Wira),

Page 2: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

1. Pengaturan tentang berbagai hal mengenai lalu-lintas orang keluar-masuk

dan tinggal dari dan kedalam wilayah Negara Republik Indonesia.

2. Pengaturan tentang berbagai hal mengenai pengawasan orang asing di

wilayah Republik Indonesia.

Unsur pertama, pengaturan lau-lintas keluar masuk wilayah Indonesia adalah

Berdasarkan hukum internasional pengaturan hal ini merupakan hak dan wewenang

suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan dan kedaulatan sebagai negara

hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, dimana negara

Indonesia berhak dan wajib sesuai Undang Undang yang berlaku mengatur keluar

masuknya orang asing yang akan berkunjung ke Indonesia. pengaturan lalu-lintas

keluar-masuk wilayah Indonesia ditetapkan harus melewati Tempat Pemeriksaan

Imigrasi, yaitu di pelabuhan laut, bandar udara, yang ditetapkan Menteri Kehakiman

sebagai tempat masuk atau tempat keluar wilayah Indonesia (entry point).

Sedangkan unsur kedua dalam pengawasan orang asing di Indonesia berarti

keseluruhan proses kegiatan untuk mengontrol dan mengawasi apakah proses

pelaksanaan tugas telah sesuai dengan rencana atau aturan yang telah di tentukan.

Pengawasan orang asing meliputi masuk dan keluarnya orang asing dari

wilayah Indonesia, dan keberadaan serta kegiatan orang asing di wilayah Indonesia.

Pengawasan orang asing sebagai suatu rangkaian kegiatan pada dasarnya telah

dimulai dan dilakukan oleh perwakilan Republik Indonesia di luar negeri ketika

menerima permohonan pengajuan visa.

Hukum Keimigrasian merupakan bagian dari sistem hukum yang berlaku di

Indonesia, bahkan merupakan subsistem dari Hukum Administrasi Negara3.

Penegakan hukum pidana keimigrasian adalah penegakan hukum melalui proses

3 M. Iman Santoso, Perspektif Imigrasi dalam Pembangunan Ekonomi dan Ketahanan Nasional, (UI Press, 2004).

Page 3: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

penyidikan berdasarkan ketentuan Pasal 47 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011

Tentang Keimigrasian yang dilaksanakan sesuai asas dan kaedah hukum acara

pidana.

2. Tindak Pidana Imigrasi

Tindak pidana keimigrasian merupakan setiap perbuatan yang melanggar

peraturan keimigrasian berupa kejahatan dan pelanggaran yang diancam hukuman

pidana. Penegakan hukum keimigrasian di wilayah Republik Indonesia baik secara

preventif maupun represif ditempuh antara lain dengan melalui tindakan keimigrasian.

Tindak pidana keimigrasian pada dasarnya selain sifatnya sebagai kejahatan

internasional dan transnasional serta dilaksanakan secara terorganisir, juga bersifat

sangat merugikan dan membahayakan masyarakat sehingga perlu ancaman pidana

yang berat agar memberikan efek jera bagi orang asing yang melakukan pelanggaran.

Tindak pidana keimigrasian telah diatur dalam UU No. 6 Tahun 2011 tentang

Keimigrasian berikut dengan sanksi pidana yang dikenakan kepada pelanggarnya baik

WNI maupun WNA.

Orang asing yang datang ke Indonesia dan memiliki izin keimigrasian,

hanyadapat tinggal di Indonesia selama waktu yang ditentukan dalam izin

keimigrasiannya tersebut. Apabila orang asing yang datang ke Indonesia tersebut

izin keimigrasiannya habis masa berlakunya dan masih berada dalam wilayah

Indonesia melampaui waktu tidak lebih dari 60 (enam puluh) hari dari izin

keimigrasian yang diberikan, dikenakan biaya beban atau sanksi administratif4

Porsi penegakan hukum, diakui atau tidak, kurang mendapatkan tempat

sebagaimana seharusnya. Kasus Overstay atau melebihi batas tinggal adalah salah

4 Pasal 45 ayat (1) UUK, istilah ini disebut overstay yaitu orang asing yang tinggal di Indonesia melebih batas waktu yang ditentukan.

Page 4: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

satunya. Imigrasi dirasakan mampu menyidik dan menyeret pelakunya sampai ke

tingkat pengadilan agar peran imigrasi semakin dirasakan masyarakat.

Unsur atau Bentuk Tindak Pidana dalam Undang Undang Keimigrasian

Penyalahgunaan dokumen keimigrasian diatur dalam Bab VIII Undang-

Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian mengenai ketentuan pidana yang

dapat diberlakukan apabila melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Orang asing yang dengan sengaja membuat palsu atau memalsukan Visa atau izin

keimigrasian. Membuat secara tidak benar atau memalsu paspor jalan atau surat

penggantinya, kartu keamanan, surat perintah jalan atau surat yang diberikan.

2. Orang asing yang dengan sengaja menggunakan Visa atau izin keimigrasian palsu

atau yang dipalsukan untuk masuk atau berada di wilayah Indonesia;

3. Orang asing yang dengan sengaja menyalahgunakan atau melakukan kegiatan yang

tidak sesuai dengan maksud pemberian izin keimigrasian yang diberikan kepadanya,

4. Setiap orang yang dengan sengaja: (a) menggunakan Surat Perjalanan Republik

Indonesia sedangkan ia mengetahui atau sepatutnya menduga bahwa Surat Perjalanan

itu palsu atau dipalsukan, (b) menggunakan Surat Perjalanan orang lain atau Surat

Perjalanan Republik Indonesia yang sudah dicabut atau dinyatakan batal, atau

menyerahkan kepada orang lain Surat Perjalanan Republik Indonesia yang diberikan

kepadanya, dengan maksud digunakan secara tidak berhak. (c) memberikan data yang

tidak sah atau keterangan yang tidak benar untuk memperoleh Surat Perjalanan

Republik Indonesia bagi dirinya sendiri atau orang lain, (d) memiliki atau

Page 5: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

menggunakan secara melawan hukum 2 (dua) atau lebih Surat Perjalanan Republik

Indonesia yang semuanya berlaku;

5. Setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum mencetak, mempunyai,

menyimpan blanko Surat Perjalanan Republik Indonesia atau blanko dokumen

keimigrasian; atau

6. Setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum membuat, mempunyai atau

menyimpan cap yang dipergunakan untuk mensahkan Surat Perjalanan Republik

Indonesia atau dokumen keimigrasian;

7. Setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum untuk kepentingan diri

sendiri atau orang lain merusak, menghilangkan atau mengubah baik sebagian

maupun seluruhnya keterangan atau cap yang terdapat dalam Surat Perjalanan

Republik Indonesia;

8. Setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum untuk kepentingan diri

sendiri atau orang lain mempunyai, menyimpan, mengubah atau menggunakan data

keimigrasian baik secara manual maupun elektronik;

9. Pejabat yang dengan sengaja dan melawan hukum memberikan atau

memperpanjang berlakunya Surat Perjalanan Republik Indonesia atau dokumen

keimigrasian kepada seseorang yang diketahuinya tidak berhak.

5Unsur Tujuan Tindak Pidana dalam Undang-Undang Keimigrasian adalah untuk

Masuk dan keluar dari wilayah Indonesia yang membuat secara tidak benar berada di

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Prosedur Tindak Pidana Keimigrasian

5 Manan, Bagir. 2000. “Hukum Keimigrasian dalam Sistem Hukum Nasional”, disampaikan dalam Rapat Kerja Nasional Keimigrasian, Jakarta, 14 Januari 2000, hlm. 7.

Page 6: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

Dalam melakukan tindak pidana keimigrasian, prosedur yang dilakukan

langkah-langkah berikut:

Pengolahan hasil laporan kejadian maupun temuan

Langkah ini dilakukan untuk menindaklanjuti temuan adanya perbuatan

melanggar hukum hasil pengawasan maupun adanya laporan pelanggaran, dilakukan

pengolahan dan pemilihan sesuai sifat dan jenis pelanggaran untuk menentukan tindak

pidana keimigrasian yang tepat sehingga dapat dlanjutkan atau tidak proses

penyidikannya.

Penerbitan surat perintah tugas

Tindakan ini untuk melakukan penanganan perkara di bidang Keimigrasian

serta berkoordinasi dengan instansi lain, sehubungan dengan perkara dugaan

pelanggaran tindak pidana keimigrasian.

Penerbitan surat perintah penyidikan

Tindakan ini untuk melakukan tugas penyidikan perkara di bidang

Keimigrasian serta berkoordinasi dengan instansi lain, dengan perkara dugaan

pelanggaran tindak pidana keimigrasiian.

Penerbitan surat pemberitahuan dimulainya penyidikan (SPDP)

Tindakan ini untuk memberitahukan sekaligus koordinasi dengan kepala

kejaksaan setempat tentang dimulainya penyidikan perkara di bidang Keimigrasian.

Pemanggilan saksi

Page 7: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

Tindakan ini memanggil seseorang dalam rangka penyidikan perkara tindak

pidana untuk didengar keterangannya dalam pemeriksaan.

Penerbitan Surat Penangkapan

Tindakan hukum berupa penangkapan perlu dilakukan terhadap seseorang

yang karena keadaannya dan atau perbuatannya diduga keras melakukan tindak pidan

berdasarkan bukti permulaan yang cukup.

Pembuatan Berita Acara Penangkapan

Berita acara penangkapan ini untuk menggambarkan keadaan jalannya proses

penangkapan.

Penerbitan Surat Perintah Penahanan

Tindakan hukum berupa penahanan dilakukan terhadap seseorang yang karena

keadaannya dan atau perbuatannya diduga keras melakukan tindak pidana agar tidak

kabur atau menghilangkan diri dan barang bukti.

Pembuatan Berita Acara Penahanan

Berita acara penahanan untuk menggambarkan jalannya proses penangkapan.

Pembuatan Berita Acara Penahanan

Berita acara penahanan untuk menggambarkan jalannya proses penangkapan.

Page 8: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

3. Tindakan Kantor Imigrasi dalam pengawasan dan penindakan

Upaya yang dilakukan pembuat undang-undang dalam mengantisipasi dan

menanggulangi kejahatan yang cenderung meningkat baik secara kuantitas

maupun kualitas adalah menyusun peraturan perundang-undangan yang

memberikan kewenangan pada institusi lain, di luar Polri, untuk terlibat dalam

proses penyidikan. Harapannya, proses penyidikan dapat diperiksa dan

diselesaikan secara cepat, tepat dan bermuara pada terungkapnya suatu peristiwa

tindak pidana. Adapun institusi sipil yang diberi wewenang untuk melakukan

penyidikan suatu kasus pidana adalah Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di

kantor keimigrasian Jogjakarta.

Munculnya PPNS sebagai institusi di luar Polri untuk membantu tugas-tugas

kepolisian dalam melakukan penyidikan dengan tegas diatur dalam Kitab Undang-

undang Hukum Acara Pidana dan Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dari kedua undang-undang tersebut

tampak jelas bahwa eksistensi PPNS dalam proses penyidikan ada pada tataran

membantu, sehingga tidak dapat disangkal lagi kendali atas proses penyidikan

tetap ada pada aparat kepolisian, mengingat kedudukan institusi Polri sebagai

kordinator pengawas (Korwas), sehingga menjadi hal yang kontra produktif

apabila muncul pandangan bahwa PPNS dapat berjalan sendiri dalam melakukan

penyidikan tanpa perlu koordinasi dengan penyidik utama yaitu Polri

Dalam hal ini Kantor imigrasi kota jogjakarta Khusunya PPNS atau penyidik

PNS imigrasi mempunyai hak dan wewenang untuk melalukan tindakan

keimigrasian dan pengawasan terhadap WNA yang menyalahgunakan visa dan

paspor.

Pengawasan

Page 9: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

Kata “Pengawasan” berasal dari kata awas, berarti antara lain “Penjagaan”.

Istilah “Pengawasan” dikenal dalam ilmu manajeman dan ilmu administrasi yaitu

sebagai salah satu unsur dalam kegiatan pengelolaan.6

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengawasan yang dilakukan PPNS imigrasi

Jogjakarta itu merupakan kegiatan pengelolaan yang mendasar dan mengandung

arti memperbaiki dan meluruskan sehingga sesuai dengan apa yang telah

direncanakan.

Didalam pengawasan terdapat pula prinsip-prinsip yang harus diketahui.

Sebab prinsip-prinsip pengawasan merupakan pedoman yang harus dipegang dan

sangat berkaitan dengan pencapaian tujuan organisasi. prinsip-prinsip pengawasan

tersebut adalah7 :

a. Pengawasan harus berlangsung terus-menerus bersamaan dengan

pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan.

b. Pengawasan harus menemukan, menilai, dan menganalisis data tentang

pelaksanaan pekerjaan obyektif.

c. Pengawasan bukan semata-mata untuk mencari kesalahan tetapi juga

mencari atau menemukan kelemahan dalam pelaksanaan pekerjaan.

d. Pengawasan harus memberi bimbingan dan mengarahkan untuk

mempermudah pelaksanaan pekerjaan dalam pencapain tujuan.

e. Pengawasan tidak menghambat pelaksanaan pekerjaan tetapi harus

menciptakan efesiensi (hasil guna)

f. Pengawasan harus fleksibel

g. Pengawasan harus berorientasi pada rencana dan tujuan yang telah

ditetapkan (plan and objective oriented)

6 Fachruddin, Irfan. 2006. Pengawasan Peradilan Administrasi Terhadap Tindakan Pemerintah. Bandung: PT.

Alumni. 7 Silalahi, Ulbert. Studi Tentang Ilmu Administrasi. Bandung: Alfabeta 2005

Page 10: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

h. Pengawasan dilakukan terutama pada tempat-tempat strategis atau kegiatan-

kegiatan yang sangat menentukan.

i. Pengawasan harus membawa dan mempermudah melakukan tindakan

perbaikan.

Alasan Pelaksana Tindakan Administratif Keimigrasian

Seseorang dikatakan melakukan suatu tindakan keimigrasian apabila

memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Undang-Undang. Alasan

atau dasar dari pelaksanaan tindakan keimigrasian dalam Undang-Undang

Keimigrasian ditentukan sebagai berikut:

Melakukan kegiatan yang berbahaya atau patut diduga berbahaya bagi

keamanan dan ketertiban umum.

• Tidak menghormati atau menaati peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Jenis-Jenis Tindakan Administratif Keimigrasian

Jenis jenis tindakan administratif keimigrasian dapat berupa:

• pencantuman dalam daftar Pencegahan atau Penangkalan;

• pembatasan, perubahan atau pembantalan izin tempat tinggal;

• larangan untuk berada di satu atau beberapa tempat tertentu di

wilayah Indonesia;

• keharusan untuk bertempat tinggal di suatu tempat tertentu di

wilayah Indonesia;

• pengenaan biaya bebas; dan/atau

• deportasi dari wilayah Indonesia.

Page 11: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

Tujuan dilakukannya larangan terhadap Orang Asing berada di tempat

tertentu adalah karena keberadaannya tidak di kehendaki oleh pemerintah

berada wilayahIndonesia. Sedangkan seorang asing yang dikenakan sanksi

diharuskan untuk bertempat tinggal ditempat tertentu maksudnya adalah

penempatan di Rumah Detensi Imigrasi, Ruang Detensi Imigrasi atau tempat

lain.

4. Sanksi, Tindakan, dan Pidana

Imigrasi termasuk salah satu instansi pemerintah, yang salah satu kegiatannya

memberikan pelayanan terhadap masyarakat. Pelayanan dalam hal memberikan

segala perizinan keimigrasian berupa Visa, Izin masuk, pendaftaran orang asing, izin

masuk kembali, izin keluar tidak kembali, Surat Perjalanan RI, tanda bertolak, tanda

masuk, surat keterangan keimigrasian dan perubahan keimigrasian. Tempat-tempat

pelayanan keimigrasian, meliputi bidang atau sub bidang imigrasi pada Perwakilan RI

di luar negeri, di perjalanan dalam pesawat udara, maupun kapal laut, tempat

pemeriksaana imigrasi, Kantor Imigrasi, Bidang Imigrasi pada Kantor Wilayah

Departemen Kehakiman dan HAM, serta Direktorat Jenderal Imigrasi.

Terhadap orang asing, pelayanan dan pengawasan di bidang

keimigrasian dilaksanakan berdasarkan prinsip selektif (selective policy).

Berdasarkan prinsip ini, maka orang asing yang dapat diberikan ijin masuk ke

Indonesia ialah :

a. Orang asing yang bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa dan

Negara Republik Indonesia.

b. Tidak membahayakan keamanan dan ketertiban, serta

Page 12: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

c. Tidak bermusuhan dengan rakyat maupun Pemerintah Negara Republik

Indonesia.

Untuk mewujudkan prinsip selektif, diperlukan kegiatan pengawasan

terhadap orang asing, pengawasan ini tidak hanya pada saat orang asing

masuk ke wilayah Indonesia, tetapi juga selama orang asing berada di

wilayah Indonesia termasuk kegiatan-kegiatannya sebab terdapat orang asing

yang keberadaannya di Indonesia merugikan kepentingan bangsa seperti kasus-

kasus penyalahgunaan ijin tinggal keimigrasian, overstay, imigran gelap dan

lain sebagainya adalah suatu bentuk pelanggaran keimigrasian yang bersifat

transnasional.

Penindakan keimigrasian terhadap warga Negara Asing merupakan

kegiatan lanjutan yang dilakukan pihak keimigrasian setelah melakukan

pengawasan keimigrasian terhadap warga Negara Asing. Penindakan merupakan

satu hal yang sangat penting untuk dilaksanakan demi tegaknya hukum dan untuk

menjamin kepastian hukum di Negara Republik Indonesia. Penindakan

keimigrasian yang dilakukan Kantor Imigrasi kelas I Jogjakarta dalam hal

penyelesaian terhadap permasalahan pelanggaran keimigrasian melalui tindakan

keimigrasian dan proses peradilan. Penindakan keimigrasian dalam

pelaksanaannya di Kantor Imigrasi kelas I Jogjakarta terhadap adanya

pelanggaran keimigrasian seperti penyalahgunaan izin tinggal dan overstay lebih

condong untuk mengambil tindakan administratif, karena selama ini tidak

ditemukan pelanggaran yang dikategorikan tindak pidana dan penyimpangan yang

fatal.

Page 13: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

Penegakan hukum pidana keimigrasian adalah penegakan hukum melalui

proses penyidikan berdasarkan ketentuan Pasal 47 Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2011 Tentang Keimigrasian yang dilaksanakan sesuai asas dan kaedah

hukum acara pidana. Dengan penjelasan tersebut penegakan hukum di wilayah

kantor keimigrasian jogjakarta dapat berupa Tindakan administratif yang berupa

pendeportasian dan atau pencekalan (black list) dan kurungan penjara minimal 1

tahun dan atau kurungan selama 6 tahun.

Pidana

Pasal 49 hingga 54 Undang-Undang Keimigrasian, mengatur ketentuan pidana

bagi yang melanggar peraturan keimigrasian. Ketentuan yang berlaku adalah

hukuman kurungan selama satu tahun penjara hingga enam tahun penjara, atau

denda sebesar Rp 5.000.000,- hingga Rp 30.000.000,-, berdasarkan pelanggaran

yang dilakukan, seperti keluar masuk wilayah Indoesia tanpa melalui

pemeriksaan; dengan sengaja menggunakan atau memalsukan surat perjalanan,

visa dan izin keimigrasian yang tidak resmi; menyalahgunakan atau bertindak

tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam izin keimigrasian; melanggar

kewajiban yang telah ditentukan dalam Pasal 39; berada di wilayah Indonesia

secara tidak sah (pernah dideportasi ke negara asal dan berada kembali di wilayah

Indonesia) atau yang tetap berada di Indonesia setelah masa berlaku keimigrasian

habis; serta pelanggaran oleh orang yang dengan sengaja menyembunyikan,

melindungi, memberi pemondokan, memberi penghidupan atau pekerjaan kepada

orang asing yang telah diduga melanggar Pasal 49 hingga Pasal 53 Undang-

Undang Keimigrasian.

B. Hasil Penelitian

Page 14: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

1. Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi Keimigrasian Jogjakarta

Tugas Pokok dan Fungsi Tata Kerja Kantor Imigrasi Jogjakarta

Berdasarkan keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.03 PR 07.04 Tahun 1991

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Imigrasi di wilayah Jogjakarta mempunyai tugas

dan fungsi sebagai berikut :

Kantor Imigrasi mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok dan fungsi

Kementerian Hukum dan HAM di Bidang Keimigrasian wilayah Jogjakarta untuk

menyelenggarakan tugas tersebut Kantor Imigrasi Jogjakarta mempunyai fungsi :

Melaksanakan tugas Keimigrasian dibidang Informasi dan Sarana Komunikasi

Keimigrasian

Melaksanakan tugas Keimigrasian dibidang Lalu Lintas Keimigrasian

Melaksanakan tugas Keimigrasian dibidang Status Keimigrasian

Melaksanakan tugas Keimigrasian dibidang Pengawasan dan Penindakan

Keimigrasian

Berikut ini tugas-tugas pokok dari setiap Pejabat Imigrasi:

a. Kepala Kantor Imigrasi

Mengkoordinasikan pelaksanaan di bidang keimigrasian meliputi informasi

dan sarana komunikasi, lintas antar negara dan perizinan, pengendalian status serta

melakukan pengawasan dan penindakan terhadap mereka yang melanggar ketentuan

keimigrasian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam rangka

tertibnya pelaksanaan tugas di bidang keimigrasian.

b. Kepala Seksi Lalu Lintas Keimigrasian

Melakukan kegiatan keimigrasian yang meliputi pemberian perlintasan,

pemberian pemohonan dokumen perjalanan izin berangkat / kembali bagi warga

negara asing atau warga negara Indonesia serta kegiatan dalam hal perjalanan,

Page 15: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

pendaratan, urusan haji, pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri, pengurusan

anak kapal dan izin masuk darurat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku dalam rangka menunjang kelancaran pelayanan keimigrasian.

c. Kepala Sub Seksi Lintas Batas

Memberikan perizinan Lintas Batas bagi warga negara asing yang hendak

masuk ke Indonesia maupun warga negara Indonesia yang hendak pergi ke luar

Indonesia sesuai perjanjian Lintas Batas yang telah ditetapkan dalam rangka tertibnya

keluar masuk melalui pos perbatasan.

d. Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian

Melakukan pengawasan dan penindakan serta penanggulangan terhadap WNA

dan pemukim gelap yang melanggar ketentuan Keimigrasian di lingkungan kantor

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam rangka

menertibkan WNA yang masuk ke wilayah Republik Indonesia.

e. Kepala Sub Seksi Perizinan Keimigrasian

Melakukan pemberian dokumen perjalanan, izin berangkat dan izin kembali

bagi WNA maupun WNI sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

guna tertibnya WNA / WNI yang keluar maupun masuk negara Indonesia.

f. Kepala Sub Seksi Penelaahan Status Keimigrasian

Melakukan penelitian terhadap kebenaran bukti kewarganegaraan seseorang

dan memberikan surat keterangan orang asing untuk kelengkapan permohonan

kewarganegaraan.

g. Kepala Seksi Status Keimigrasian

Mengkoordinasikan pelaksanaan pemantauan status keimigrasian,

pendayagunaan warga negara asing pendatang maupun pemukin dan alih status izin

tinggal, serta melaksanakan penelaahan dan penilaian tentang status keimigrasian

Page 16: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

orang asing, pemukim berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

dalam rangka tertibnya pelaksanaan tugas.

h. Kepala Sub Seksi Penentuan Status Keimigrasian

Melakukan penyaringan, penelitian, penyelesaian permohonan alih status dan

izin tinggal keimigrasian sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

i. Kepala Seksi Informasi dan Sarana Komunikasi Keimigrasian

Melakukan pengumpulan, pengolahan serta penyajian data informasi dan

penyebarannya untuk penyidikan keimigrasian serta melakukan pemeliharaan

dokumentasi keimigrasian sesuai dengan ketentuan yang berlaku guna kelancaran

pelaksanaan tugas Seksi Informasi dan Sarana Komunikasi Keimigrasian.

j. Kepala Sub Seksi Informasi

Melakukan penyebaran dan pemantauan informasi mengenai WNI yang

berangkat ke luar negeri dan orang asing yang masuk ke Indonesia dalam rangka

pengamanan teknis keimigrasian.

k. Kepala Sub Seksi Komunikasi

Melakukan pemeliharaan dan pengamanan dokumentasi keimigrasian serta

menggunakan sarana komunikasi keimigrasian dalam rangka pelaksanaan tugas.

l. Kepala Urusan Keuangan

Melaksanakan urusan keuangan yang meliputi anggaran belanja rutin dan

pembangunan di lingkungan kantor sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

m. Kepala Urusan Kepegawaian

Page 17: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

Melaksanakan urusan kepegawaian yang meliputi formasi mutasi,

pemberhentian dan pemensiunan di lingkungan kantor sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

n. Kepala Urusan Umum

Melaksanakan urusan umum yang meliputi surat menyura, perlengkapan dan

rumah tangga di lingkungan kantor sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

o. Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Mengkoordinasikan penyelenggaraan Tata Usaha dan Rumah Tangga Kantor

Imigrasi Kelas I yang antara lain meliputi urusan surat menyurat, kepegawaian,

keuangan, perlengkapan dan rumah tangga serta memberikan pelayanan

administrasi di lingkungan Kantor Imigrasi Kelas I sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

2. Proses Tindakan Administratif Keimigrasian oleh kantor

Keimigrasian Jogjakarta

a. Tindakan Administratif Keimigrasian harus ditetapkan dengan surat

ketetapan tertulis oleh Pejabat Imigrasi yang berwenang.

b. Surat Keputusan tersebut harus disampaikan kepada orang yang

bersangkutan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal

penetapannya.

c. Bagi orang asing yang dikenakan tindakan keimigrasian dapat

berhak untuk mengajukan keberatan atau pembelaan kepada menteri paling

lambat 3 (tiga) hari terhitung sejak diterima nya surat keputusan tersebut.

Page 18: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

d. Bagi orang asing yang dikenakan tindakan keimigrasian dan tidak

menerimanya maka yang bersangkutan atau wakilnya dapat mengajukan

permohonan keberatan.

e. Pengajuan permohonan keberatan dibuat secara tertulis melalui

Direktur Jenderal imigrasi disertai dengan bukti-bukti atu alasan yang

keberatannya

f. Selambat-lambatnya 21(dua puluh satu) hari sejak menerima

kebeberatan tersebut.Deriktur Jenderal imigrasi menyampaikan keberatan

tersebut disertai dengan pertimbang-timbangannya kepada menteri.

g. Menteri akan memberikan keputusan selambat-lambatnya 30 (tiga

puluh) hari perhitungan sejak diterimanya pengajuan keberatan oleh Direktur

Jenderal imigrasi.keputusan menteri ini bersifat final.

Perjuangan keberatan ini tidak menunda atau menghalangi pelaksanaan

keputusan tindakan administratif keimigrasian sampai ditetapkan perubahan.

Yang dimaksud keputusan menteri yang bersifat final adalah keputusan yang

merupakan keputusan di tingkat terakhir didalam lingkungan badan Tata

Usaha Negara yang berwenang dan bertanggung jawab untuk pengawasan

orang asing. Dengan demikian, tidak ada badan Tata Usaha Negara atau

pejabat Tata Usaha Negara lain yang dapat meninjau kembali keputusan

tersebut.

Jika orang asing yang bersangkutan merasa dirugikan oleh keputusan

menteri tersebut,maka yang bersangkutan atau wakilnya dapat mengjukan

gugatan ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTUN).

3 Tugas dan Wewenang PPNS Kantor Imigrasi Kelas 1 Jogjakarta

Page 19: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2012 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Koordinasi, Pengawasan dan Pembinaan Teknis terhadap Kepolisian

Khusus, Penyidik Pegawai Negeri Sipil, dan Bentuk Pengamanan Swakarsa

menyatakan bahwa PPNS melaksanakan Fungsi dan Tugas penyidikan tindak pidana

yang termasuk dalam lingkup kewenangannya berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang menjadi dasar hukum masing-masing. Dalam UU Keimigrasian

sebagai dasar hukum PPNS Keimigrasian melaksanakan fungsi dan tugas sebagai

penyidik tindak pidana keimigrasian.

Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) keimigrasian diberi wewenang

sebagai penyidik tindak pidana keimigrasian seperti yang tertulis dalam Pasal 106

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang keimigrasian, antara lain sebagai

berikut:

a. Menerima laporan tentang adanya tindak pidana keimigrasian Menerima

laporan tentang adanya tindak pidana keimigrasian juga sudah termasuk juga

wewenang menerima pengaduan tentang adanya tindak pidana keimigrasian, antara

pengaduan dan laporan ada perbedaan yaitu:8

1) Pengaduan hanya dapat dilakukan oleh orang tertentu saja dan dalam

kejahatan tertentu, sedangkan laporan dapat dilakukan oleh siapa saja terhadap

semua macam tindak pidana.

2) Pengaduan dapat ditarik kembali, sedangkan laporan tidak dapat

ditarik kembali

3) Pengaduan mempunyai jangka waktu tertentu untuk diajukan (Pasal

74 KUHP) , sedangkan laporan dapat dilakukan setiap waktu.

b. Mencari keterangan dan alat bukti.

8 Abdullah Sjahriful. 1993. Memperkenalkan Hukum Keimigrasian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Page 20: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

c. Melakukan tindak pertama di tempat kejadian.

d. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian

perkara untuk kepentingan penyidikan.

e. Memanggil, memeriksa, menggeledah, menangkap dan menahan seseorang

yang disangka melaksanakan tindak pidana keimigrasian.

f. Menahan, memeriksa dan menyita Dokumen Perjalanan.

g. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai atau disangka atau memeriksa

identitas dirinya.

h. Memeriksa dan menyita surat, dokumen atau benda yang ada hubungannya

dengan tindak pidana keimigrasian

i. Memanggil seseorang untuk diperiksa dan didengar keterangannya sebagai

tersangka atau saksi,

j. Mendatangkan ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan

pemeriksaan perkara.

k. Melakukan pemeriksaan ditempat tertentu yang diduga terdapat surat,

dokumen atau benda lain yang ada hubungannya dengan tindak pidana

keimigrasian.

l. Mengambil foto dan sidik jari tersangka.

m. Meminta keterangan dari masyarakat atau sumber yang berkompeten.

n. Melakukan penghentian penyidikan dan/atau

o. Mengadakan tindakan lain menurut hukum.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI tersebut Kantor Imigrasi Klas I

Jogjakarta dipimpin dan diawasi oleh seorang Kepala yang berada dibawah dan

tanggung jawab langsung kepada Kantor Wilayah Kementrian dan HAM.

Page 21: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

KEPALA KANTOR IMIGRASI

KASI FOSARKIM

Kasubsi Komunikasi

Kasubsi Informasi

KASI LANTASKIM

Kasubsi Lintas Batas

Kasubsi Perizinan

KASI WASDAKIM

Kasubsi Pengawasan

Kasubsi Penindakan

KASUBAG TU

Kaur Umum Kaur Kepegawaian Kaur Keuangan

KASI STATUSKIM

Kasubsi Penelaahan

Kasubsi Penentuan Status

Dalam hal tindakan dan pengawasan kantor imigrasi Jogjakarta mempunyai

wewenang yg mutlak untuk menindak WNA yang melanggar hukum imigrasi di

Indonesia. Ada Tindakan keimigrasian yang dilakukan oleh kantor imigrasi, yaitu

tindakan administratif

Maksud dari Tindakan Keimigrasian sebagaimana ditentukan dalam Pasal

1 (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian adalah

Tindakan Administratif dalam bidang keimigrasian diluar proses peradilan.

Dengan demikian maka orang asing yang melakukan pelanggaran sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 50 dapat dikenakan tindakan administratif diluar proses

peradilan. Tindakan administratif yang dimaksud sesuai dengan ketentuan Pasal 42

ayat (2) dapat berupa :

• Pembatasan, perubahan atau pembatalan izin keimigrasian.

• Larangan untuk berada di suatu atau beberapa tempat tertentu di

wilayah Indonesia.

• Keharusan untuk bertempat tinggal di suatu tempat tertentu di

wilayah Indonesia.

• Pengusiran atau deportasi dari wilayah Indonesia atau penolakan

masuk ke wilayah Indonesia.

Struktur Organisasi Keimigrasian Jogjakarta

Page 22: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

i. Data kasus

kasus pendeportasian terbaru yang telah dilakukan kantor Imigrasi Kelas I Yogyakarta

adalah terhadap Dave Handerson warga negara Norwegia. Yang bersangkutan telah

menyalahi izin tinggal terbatasnya untuk bekerja. Sebelum dideportasi, Dave telah

menjalani masa sidang dan divonis bersalah dengan menjalai masa hukuman di

Rumah Tahanan Yogyakarta selama 3 bulan pada tanggal 29 juni 2016. Dave

Handerson telah bebas pada tanggal 28 agustus 2016. Perbuatannya dinilai telah

melanggar UU RI Nomor 6 tahun 2011 tentang Keimigrasian. Tindakan yang diambil

oleh kantor imigrasi tindakan administratif karantina imigrasi

Aparat Kantor Imigrasi Kelas I Jogjakarta 20/5/2016, mengamankan Hendri Chen Liu

seorang warga negara China yang telah menetap selama bertahun-tahun secara ilegal

di RT 020/RW 007, Mlati, Sleman Jogjakarta. Warga China yang terjerat kasus

keimigrasian tersebut selama ini menjalankan usaha jual beli properti. Yang

bersangkutan sudah overstay (melebihi batas izin tinggal) hampir enam tahun.

Keimigrasian Jogjakarta memberikan Tindakan administratif yaitu tindakan

pendeportasian ke negara asal Hendri Chen Liu.

Pada tanggal 18 Desember 2016, kantor keimigrasian jogjakarta menangkap seorang

warga negara asing bernama Silvio Donati. WNA tersebut menghilangkan visa secara

sengaja. Caranya dengan mengelupas berkas izin tinggal itu dari pasport yang

sebelumnya jadi satu. “Di dalam visa tertulis on travel. Tapi yang bersangkutan justru

bekerja di sebuah perusahaan. Penyalahgunaan izinnya pun lebih dari lima bulan.

Silvio Donati di deportasi ke negara asalnya Italia oleh pihak kantor imigrasi

Jogjakarta

Pada tanggal 17 november 2015 seorang warga negara amerika bernama Cody

Marshall di tangkap pihak keimigrasian jogjakarta. Cody Marshall memegang visa

kerja selama 60 hari di Indonesia. Tetapi lebih dari 60 hari WNA tersebut masih

Page 23: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

tinggal di Indonesia dan melalukan pekerjaan. Oleh Penyidik PPNS WNA tersebut

telah melanggar batas izin tinggal dan dikenai tindakan administratif yaitu karantina

dan akhirnya di deportasi sesuai UUK pasal 124.

Tabel I : Data Kasus imigrasi pada tahun 2015 – 2016

.

NAMA WARGA NEGARA JENIS TINDAKAN KASUS

Dave

Handerson

Norwegia

Karantina-

deportasi

Overstay

Hendri Chen

Liu

China

Pendeportasian

Overstay

Silvio Donati

Italia

Pendeportasian

Overstay

Cody Marshall

Amerika

Karantina -

Depotasi

Overstay

Sumber : Data Sekunder pada kantor Imigrasi Kelas 1 Jogjakarta

Dari data diatas bisa dianalisa bahwa pelanggaran kasus overstay yang terjadi

pada keimigrasian Jogjakarta hanya diberikan sanksi tindakan administratif dalam

bentuk pedeprtasian ke negara asal WNA tersebut. Tindakan deportasi diambil oleh

penyidik PPNS karena tidak bertele – tele dalam menyelesaikan nya.

Page 24: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

Dari ketentuan yang mengharuskan orang asing / WNA berada di suatu tempat

tertentu sebelum di deportasi, ada suatu institusi ataupun wadah yang disebut

Karantina Imigrasi. Karantina imigrasi yang bukan merupakan Rumah Tahanan dan

juga bukan Rumah Penjara atau Lembaga Pemasyarakatan. Berdasarkan Undang-

Undang Kemasyarakatan, setiap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dapat

ditempatkan di karantina imigrasi.

Warga Negara Asing akan ditempatkan di karantina imigrasi apabila :

a. Apabila berada di wilayah Indonesia tanpa memiliki izin keimigrasian yang

sah seperti kasus overstay

b. Dalam rangka menunggu proses pengusiran atau deportasi keluar wilayah

Indonesia.

Namun demikian sanksi hukum yang dijatuhkan adalah terlalu ringan dan

tidak rasional apabila dibandingkan dengan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh

Penyidik Pegawai Negeri Sipil Imigrasi dalam membuat berkas perkara yang cukup

rumit dan memerlukan waktu serta biaya, dari hasil penelitian terungkap bahwa

untuksetiap perkara diperoleh waktu lebih kurang 3 (tiga) bulan, dengan biaya sesuai

yang dianggarkan oleh pemerintah sebagai anggaran penyidikan. Proses deportasi

meliputi kelengkapan dokumen perjalanan (paspor), tiket pulang ke negara asal dan

sebagainya.

Apabila orang asing tersebut selesai di deportasi, maka selesailah rangkaian

proses Penegakan Hukum Keimigrasian melalui proses peradilan sebagai sub sistem

dan Sistem Peradilan Pidana. Mengenai proses peradilan dari waktu penyidikan

hingga vonis peradilan diperlukan waktu dari 2 (dua) bulan hingga 3 (tiga) bulan

lamanya. Kemudian proses itu sendiri PPNS tidak langsung menyerahkan Berkas

Perkara kepada Penuntut Umum (Jaksa), harus melalui Koordinator Pengawas

Page 25: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

(Penyidik POLRI) dalam hal ini terdapat jenjang birokrasi dalam hal penyelesaian

perkara kasus tindak pidana tertentu (tindak pidana keimigrasian). Dari hasil

penelitian, hampir semua kasus keimigrasian yang diajukan ke Pengadilan, semua

vonis yang dijatuhkan adalah terlalu ringan dan selalu tidak pernah sesuai dengan apa

yang diharapkan oleh Pejabat Imigrasi/PPNS Imigrasi pada saat pemberkasan dan

pengajuan perkara.

ii. Hambatan Dalam penanganan tindak pidana overstay

Setiap pelaksaan kegiatan pasti memiliki hambatan-hambatan

walaupun telah direncanakan dengan baik, begitu juga penegakan hukum

terhadap tindak pidana overstay(melebihi batas tinggal memiliki hambatan-

hambatan. Berikut hambatan-hambatan terlaksananya penegakan hukum terhadap

tindak pidana melebihi batas tinggal keimigrasian(overstay) di Kantor Imigrasi

Kelas I 9Jogjakarta :

Kurangnya koordinasi dan kerjasama antar instansi lintas sektoral yang

terkait ini khususnya aparat imigrasi sebagai aparat pelaksana dari

Perundang-Undangan yang ada.

Pengawasan serta monitoring terhadap keberadaan orang asing di

wilayah Indonesia yang dilakukan oleh aparat Imigrasi masih belum

mampu untuk melakukan pengawasan secara maksimal baik untuk

mengetahui apa kegiatan maupun keberadan orang asing tersebut. Hal

ini dikarenakan jumlah petugas imigrasi dirasa kurang.

9 Wawancara dengan Wasdakim keimigrasian Jogjakarta

Page 26: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

Sulitnya pengawasan secara ketat terhadap warga negara asing

dikarenakan wilayah jogjakarta mempunyai 4 kabupaten dan 1 kota.

Luas Kab. Kulon progo 586,28 km persegi, Kab Bantul 508,13 km

persegi, Kab gunung Kidul 1431,42 km persegi, kab Sleman 574,82

km persegi, kota Jogjakarta 32,50 km persegi

Terbatasnya jumlah sarana penunjang operasional, seperti dana

operasional, alat transportasi, dan komunikasi, serta senjata api yang

jumlahnya sangat terbatas. Hal ini menyebabkan tidak maksimalnya

kinerja PPNS Imigrasi.

Kurangnya PPNS Imigrasi yang menguasai bahasa asing selain bahasa

Inggris. Padahal umumnya orang asing yang diperiksa tidak menguasai

bahasa Inggris. Sehingga untuk melakukan pemeriksaan terhadap

kasus yang sedang ditangani oleh PPNS Imigrasi terhadap orang asing

dari negara tertentu harus memerlukan ahli bahasa atau penterjemah.

Hal ini menyulitkan petugas dalam melakukan pemeriksaan.

Kurangnya Intensitas pengawasan terhadap orang asing di wilayah

Jogjakarta

Kurangnya sarana penunjang operasional untuk mendukung

pengawasan dan penindakan

10Berdasarkan hasil wawancara selama penelitian pada Kantor Imigrasi

Kelas I jogjakarta dengan Edy Rohaedi selaku Kepala Seksi Pengawasan dan

Penindakan Keimigrasian Kantor Imigrasi Kelas I Jogjakarta (WASDAKIM)

mengatakan bahwa keimigrasian dalam hal implementasinya secara

operasional telah memenuhi tuntutan perubahan zaman reformasi. Begitu juga

10 Ibid.,

Page 27: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

dalam sistem hukum, dimana dalam pelaksanaannya telah sesuai dengan

prosedur yang sederhana dengan prinsip public accountability yang

berlandaskan pada azas transparansi (keterbukaan).

Penegakan hukum keimigrasian tidak berjalan sebagaimana diharapkan

tanpa ada Sumber Daya Manusia yang sesuai, sistem hukum yang jelas

dan sarana yang memadai, tanpa adanya aparat penegakan hukum yang

bermoral dan berintegrasi tinggi maka tujuan dari pembentukan Undang-

undang Keimigrasian yang ada tidak akan tercapai secara optimal.

Menurut Edy Rohaedi bahwa Kemenkumham saat ini masih

kekurangan penyidik Imigrasi dari segi kualitas. Untuk sumber daya

manusia kami memang ada, walau sedikit, tapi yang ada belum qualified.

Penyidik Imigrasi masih terus belajar kepada kepolisian mengenai tata

cara penyidikan yang baik dan benar. Sayangnya Polri terkesan pelit

membagi ilmu penyidikannya kepada para PPNS dilingkungan Imigrasi

itu. Polri agak jual mahal dengan adanya UU Keimigrasian yang baru ini,

mereka seperti tidak mau memberikan ilmunya.

C. Analisis

1. Rumusan Masalah

a. Bagaimana Penanganan Penyidik Pegawai Negeri Sipil pada kantor

imigrasi khususnya tindak pidana overstay

Dalam Pasal 1 ayat 8 Undang-undang Nomor 6 tahun 2011 tentang

Keimigrasian disebutkan penyidik pegawai negeri sipil yang selanjutnya disebut

dengan PPNS keimigrasian adalah pejabat imigrasi yang diberi wewenang oleh

undang-undang untuk melakukan penyidikan tindak pidana keimigrasian. Dan

pejabat polisi Negara Indonesia sebagaimana dimaksud di dalam Kitab Undang-

Page 28: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

undang Hukum Acara Pidana. Untuk melakukan penyidikan tindak pidana

keimigrasian.

Penyidikan keimigrasian adalah suatu proses penyidikan oleh Pejabat Polisi

Negara Republik Indonesia juga PPNS imigrasi terhadap setiap orang yang

melakukan perbuatan sebagai tindak pidana keimigrasian. Dengan demikian

penyidikan hanya dapat dilakukan oleh kedua pejabat yang telah disebutkan

diatas. Disamping menjalankan tugas sebagai aparat pelayanan keimigrasian,

aparat imigrasi juga pertugas sebagai aparat penegak hukum. Dalam Pasal 106

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.

Penyidik Pegawai Negeri Sipil keimigrasian berwewenang :

1. Menerima laporan tentang adanya tindak pidana keimigrasian.

2. Mencari keterangan dan alat bukti.

3. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian.

4. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian

perkara untuk kepentingan penyidikan.

5. Memanggil, memeriksa, menggeledah, menangkap, atau menahan

seseorang yang disangka melakukan tindak pidana keimigrasian.

6. Menahan dan memeriksa dokumen perjalanan.

7. Memeriksa atau menyita surat, dokumen, atau benda yang ada

hubungannnya dengan tindak pidana keimigrasian.

8. Memanggil seseorang untuk diperiksa dan didengar keterangannya sebagai

tersangka atau saksi.

Page 29: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

9. Mendatangkan ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan

pemeriksaan perkara imigrasi

10. Melakukan pemeriksaan ditempat tertentu yang diduga terdapat

surat,dokumen, atau benda lain yang ada hubunganya dengan tindak pidana

keimigrasian.

11. Mengambil foto dan sidik jari tersangka.

12. Meminta keterangan dari masyarakat atau sumber yang berkompeten.

13. Melakukan penghentian penyidikan.

14. Mengadakan tindakan lain menurut hukum.

Upaya penanganan tindak pidana imigrasi dibedakan menjadi 2, yaitu upaya

preventif dan upaya represif.

a.1. Upaya Preventif

Terjadinya tindak pidana imigrasi tidak terlepas dari masalah

pengawasan WNA, pengawasan yang kurang terhadap WNA yang masuk ke

indonesia dapat menimbulkan tindakan yang mengarah kepada kjahatan

maupun pelanggaran hukum. salah satu diantara nya adalah penggunaan izin

masuk ke Indonesia yaitu melebihi batas izin tinggal atau overstay yang pada

dasarnya telah melanggar Undang – undang imigrasi11

.

Menurut Sjachran Basah12

, izin adalah perbuatan hukum administrasi

negara bersegi satu yang mengimplikasikan peraturan dalam hal konkret

11 I wayan Tangun Susila, dkk “ Usaha Penanggulangan Tindak pidana imigrasi dan imigrasi gelap (Jakarta),

1993 12

Sjachan Basah, “Pencabutan Izin Salah Satu Sanksi Hukum Administrasi”, Makalah Pada

Page 30: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan

peraturan perundang-undangan. E. Utrecht mengatakan bahwa bila pembuat

peraturan pada umumnya tidak melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga

memperkenankannya asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-

masing hal konkret, keputusan administrasi negara yang memperkenankan

perbuatan tersebut bersifat suatu izin (vergunning)13

.

Dalam bagian penjelasan umum Undang-undang Nomor 6 tahun 2011

tentang keimigrasian ditegaskan bahwa terhadap orang asing, pelayanan dan

pengawasan dibidang keimigrasian dilakukan dengan prinsip-prinsip yang

bersifat selektif. Berdasarkan prinsip ini, hanya orang asing yang diizinkan

masuk kewilayah Indonesia adalah orang asing yang memberikan manfaat

bagi kesejahtraan rakyat, bangsa dan Negara Republik14

.

Untuk menjamin kemanfaatan adannya orang asing tersebut di wilayah

negara indonesia dan dalam rangka menunjang tetap terpeliharanya stabilitas

dan kepentingan nasional, kedaulatan Negara, keamanan dan ketertiban umum

serta kewaspadaan terhadap dampak negatif yang timbul akibat perlintasan

orang antar Negara, keberadaaan dan kegiatan orang asing di wilayah

Indonesia, dipandang perlu melakukan pengawasan bagi orang asing dan

tindakan keimigrasian secara tepat, cepat, dan teliti serta terkoordinir oleh

petugas kantor imigrasi tanpa mengabaikan keterbukaan / transparansi dalam

memberikan pelayanan orang asing.

penataran hukum administrasi dan lingkungan di Fakultas Hukum Unair, Surabaya, 1995 13

E. Utrecht, “Pengantar Dalam Hukum Indonesia, (Jakarta, Ichtiar, 1927), hlm. 187. 14

I wayan Tangun Susila, dkk Loc., Cit

Page 31: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

15Pengawasan dan penindakan yang dilakukan petugas kantor imigrasi

harus tepat sasaran. dalam pengawasan yang terpenting adalah mengetahui

apakah dalam pelaksanaan tugas-tugas terjadi penyimpangan atau kesalahan.

Hal ini secara preventif agar dilaksanakan sedini mungkin supaya tidak terjadi

adanya pelanggaran-pelanggaran yang bertentangan dengan ketentuan hukum

yang berlaku. Sistem pengawasan keimigrasian adalah suatu sistem

pengawasan terhadap orang asing, sistem itu meliputi pengamatan dan

pemeriksaan segala kegiatan yang dimulai dari rencana dan beradanya orang

asing di Indonesia sampai dengan meninggalkan Indonesia.

a.2 Tindakan represif

Yang dimaksud dengan tindakan represif adalah segala tindakan yang

dilakukan penyidik PPNS sesudah terjadinya kejahatan atau tindak pidana.

Dalam kaitannya dengan penanggulangan terhadap orang asing yang

menyalahgunakan izin keimigrasian dilakukan sesudah terjadinya atau terbukti

adanya pengalahgunaan keimigrasian. Tindakan ini bisa bersifat yuridis, dan

bisa juga barsifat administrasi.

Tindakan yuridis adalah tindakan yang dengan sengaja

menyalahgunakan maksud pemberian izin keimigrasian dan harus di buktikan

di pengadilan oleh hakim dan kemudian dapat dikenakan sanski pidana sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku16

.

Menurut Pasal 75, Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang

Keimigrasian, yang mengatur mengenai tindakan administratif keimigrasian

terhadap orang asing di wilayah Indonesia, yaitu : 15 Supramono, Gatot Loc.,Cit

16 Jazim Hamidi, Charles Christian, Hukum Keimigrasian Bagi Orang Asing Di Indonesia,

Jakarta, Sinar Grafika, 2015,

Page 32: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

- Pejabat Imigrasi berwewenang melakukan tindakan administrasi

keimigrasian terhadap orang asing yang berada di Wilayah Indonesia yang

melakukan kegiatan berbahaya atau patut diduga membahayakan kepentingan

umum atau tidak menghormati atau tidak menaati peraturan perundang-

undangan.

- Tindakan administrasi keimigrasian sebagaimana dimaksud pada ayat

1 UUK dapat berupa :

a) Pencantuman dalam daftar pencegahan atau penangkalan.

b) Pembatasan, perubahan, atau pembatalan izin tinggal.

c) Larangan untuk berada di satu atau beberpa tempat tertentu di

Wilayah Indonesia.

d) Keharusan untuk bertempat tinggal di suatu tempat tertentu di

Wilayah Indonesia.

e) Pengenaan biaya beban.

f) Deportasi dari Wilayah Indonesia.

- Tindakan admistrasi keimigrasian berupa deportasi dapat juga

dilakukan terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia karena

berusaha menghindarkan diri dari ancaman dan pelaksanaan hukuman di

Negara asalnya.

Penindakan keimigrasian terhadap warga Negara Asing merupakan

kegiatan lanjutan yang dilakukan pihak keimigrasian Jogjakarta setelah

melakukan pengawasan keimigrasian terhadap warga Negara Asing.

Page 33: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

Penindakan merupakan satu hal yang sangat penting untuk dilaksanakan demi

tegaknya hukum dan untuk menjamin kepastian hukum di Negara Republik

Indonesia. Penindakan keimigrasian yang dilakukan Kantor Imigrasi kelas I

Jogjakarta dalam hal penyelesaian terhadap permasalahan pelanggaran

keimigrasian melalui tindakan keimigrasian dan proses peradilan. Penindakan

keimigrasian dalam pelaksanaannya di Kantor Imigrasi kelas I jogjakarta

terhadap adanya pelanggaran keimigrasian seperti penyalahgunaan izin tinggal

dan overstay lebih condong untuk mengambil tindakan administratif, karena

selama ini tidak ditemukan pelanggaran yang dikategorikan tindak pidana dan

penyimpangan hukum yang berat. Namun fakta nya dala lapangan, PPNS

dalam melakukan tindakan keimigrasian membutuhkan waktu ber bulan bulan

dan biaya yang tidak sedikit.

Selain itu berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang ada

hampir setiap kasus keimigrasian dapat dikenakan Tindakan Keimigrasian

(Tindakan Administratif), hal ini terjadi karena kewenangan yang diberikan

oleh Undang-Undang sangat luas dan seperti suatu pasal karet 17

b. Hambatan apa yang dihadapi oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil

dalam melakukan penanganan tindak pidana overstay ?

Dalam melakukan penyidikan terhadap pelanggaran Undang-Undang

Nomor 6 tahun 2011 tentang Keimigrasian pasal 124 tentang overstay, yang

dilakukan oleh PPNS Imigrasi tidak selalu berjalan lancar dan kadang

menemui berbagai hambatan. Hambatan-hambatan inilah yang membuat

penyidik kesulitan dalam mengungkap suatu kasus atau membuat jelas suatu

17 Hasil wawacara dengan Kasubdit Penyidikan, Wasdakim, Ditjen Imigrasi, Jogjakarta 15 Februari 2017

Page 34: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

perkara pidana. Hambatan-hambatan itu bisa datang dari dalam (intern)

maupun dari luar (Ekstern) ;

1. Hambatan Intern, yaitu hambatan yang dihadapi oleh penyidik dari

dalam Lembaga Imigrasi itu sendiri.

Adapun hambatan intern ini berupa :

a. Selama ini PPNS Keimigrasian masih merupakan suatu pekerjaan yang

dilekatkan pada bidang atau kegiatan yang ada, sehingga tugas penyidikan

yang menjadi tanggung jawab PPNS belum sepenuhnya dapat ditangani. Pada

umumnya PPNS tidak saja mempunyai tugas penyidikan yang memerlukan

konsentrasi tinggi dan sangat spesifik, namun juga dibebani tugas-tugas

administratif, bahkan tugas-tugas lain yang sama sekali tidak terkait dengan

penegakan hukum, sehingga tugas-tugas penyidikan belum tersentuh dengan

baik. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dilakukan penentuan skala prioritas

dalam pelaksanaan tugas penyidikan oleh PPNS Keimigrasian.

b. Terbatasnya personel PPNS Keimigrasian menyebabkan penanganan

pelanggaran Undang-Undang Keimigrasian seringkali berjalan kurang cepat.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka kepada PPNS Keimigrasian selalu diberi

motivasi untuk bekerja secara optimal dengan segala keterbatasan yang ada,

baik menyangkut jumlah personil atau anggaran.

c. Hal lain yang berkaitan dengan kondisi PPNS adalah bahwa kualitas sumber

daya PPNS masih belum memadai. Sampai saat ini belum ada standar tentang

Pendidikan PPNS, baik menyangkut kurikulum, jangka waktu pendidikan

maupun penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itu perlu ada standar

Page 35: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

pendidikan PPNS yang komprehensif dalam rangka meningkatkan kualitas,

kemampuan dan integritas PPNS.

2. Hambatan Ekstern, merupakan hambatan-hambatan yang dihadapi

oleh penyidik dari luar lembaga Imigrasi.

a. Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam

melaporkan keberadaan orang asing yang mencurigakan di sekitar

lingkungannya. Untuk mengatasi hambatan ini maka dilakukan sosialisasi

tentang masalah keimigrasian dengan bekerja sama dengan instansi terkait.

b. Masih terjadinya miskomunikasi atau perbedaan persepsi antara kepolisian

dan kejaksaan dalam menilai kelengkapan suatu berkas perkara. Tindakan

yang dilakukan untuk mengatasi hambatan ini adalah dengan selalu

melakukan koordinasi horizontal dengan sesama instansi penegak hukum.

c. Kurang kehati-hatian atau kecermatan dari instansi yang berwenang dalam

mengeluarkan dokumentasi kependudukan terhadap seseorang yang patut

dicurigai.

d. Permasalahan atau kesulitan yang muncul dalam penanganan kasus-kasus

limpahan adalah kesulitan yang berkaitan dengan persoalan locus delicti

perkara. Penyidik Imigrasi pada Subdit Penyidikan pernah menangani perkara-

perkara yang locus delictinya ada di wilayah DIY Jogjakarta, Jawa Tengah,

Jawa Timur sebagainya. Dalam penanganan perkara-perkara tersebut,

penyidik imigrasi pada subdit penyidikan mengalami kesulitas dan

pengumpulan bukti-bukti dan saksi-saksi serta koordinasi. Apalagi jika tidak

didukung dengan dana operasional langsung. Hasilnya bisa dilihat dari proses

Page 36: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

penyelesaian penyidikan yang dapat berjalan selama berbulan-bulan dan

berbelit belit

Secara spesifik Faktor penghambat Kantor Imigrasi kelas I Jogjakarta

dalam melaksanakan pengawasan warga Negara Asing, yaitu Faktor

jangkauan wilayah kerja dan luasnya wilayah operasi antara kantor di

Jogjakarta ke lokasi wilayah operasi di 5 Kab/kota. Dalam pelaksanaannya

kadang kala ditemukan perusahaaan Tenaga Kerja Asing yang belum mengerti

akan tugas dan fungsi Kantor Imigrasi sehingga perlu menjelaskan tugas dan

fungsi serta maksud kedatangan petugas.

Selain itu kurangnya personil juga menghambat pelaksanaan

pengawasan warga Negara Asing. Faktor Sumber Daya Manusia (SDM)

Sumber daya Manusia di Kantor Imigrasi kelas I Jogjakarta ini kurang

didukung dari Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian

(WASDAKIM), sebagai gambaran bahwa di Kantor Imigrasi Kelas I

Jogjakarta mempunyai personil dari seksi WASDAKIM ada 5 (lima) orang.

Seksi WASDAKIM terdiri dari 1 Kepala Seksi, 2 personil seksi Pengawasan

dan 2 Personil seksi Penindakan. Jadi dalam melakukan pengawasan Kantor

Imigrasi Kelas I Jogjakarta mengalami kesulitan. Faktor aturan yang terjadi di

lapangan juga menjadi faktor penghambat penanganan tindakan keimigrasian.

Dalam melakukan penyidikan Penyidik PPNS pasti pernah mengalami

kesulitan dalam mengungkap suatu kasus imigrasi. Beberapa permasalahan

dalam penegakan hukum terletak pada beberapa faktor yang dominan antara

lain, hukumnya dan peraturan itu sendiri selain dari pada itu adalah komponen

aparat pelaksana penegakan hukum. Dalam tindakan keimigrasian

Page 37: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16093/2/T1_312011602_BAB II... · suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan

kewenangan dimiliki oleh Pejabat imigrasi (Penyidik Pegawai Negeri Sipil

Imigrasi), demikian luasnya sehingga penafsiran apakah suatu kasus perlu

dilakukan tindakan pro yustisia (melalui proses peradilan), atau hanya

tindakan administratif berupa deportasi sepenuhnya ditentukan oleh Pejabat

Imigrasi (PPNS Imigrasi). Seringkali ini menimbulkan kebingungan di antara

para penyidik PPNS.