bab ii kerangka teori dan metode penelitian a. … 011 08 yud i... · menjadi dasar kajian...

27
BAB II KERANGKA TEORI DAN METODE PENELITIAN A. Tinjauan Pustaka Dalam penelitian yang dibuat oleh penulis kali ini, penulis telah melihat penelitian terdahulu yang sama-sama membahas mengenai retribusi yang menjadi pokok inti dari penelitian penulis kali ini. Penelitian terdahulu yang menjadi dasar kajian literatur penulis adalah tesis yang berjudul Efektifitas Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan dalam Kota Tangerang. Tesis tersebut ditulis oleh Suparman yang merupakan mahasiswa program studi bidang Administrasi dengan kekhususan Administrasi Kebijakan Publik, Fakutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. 6 Penelitian yang dilakukan Suparman adalah mengenai efektifitas dari pelayanan Izin Mendirikan Bangunan yang ada di kecamatan Ciledug dan meneliti faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efektifitas pelayanan Izin Mendirikan Bangunan tersebut. Penelitian tersebut dilakukan oleh Suparman dengan dasar adanya beberapa masalah terkait dengan retribusi Izin Mendirikan Bangunan. Permasalahan tersebut antara lain adalah belum sesuainya antara kebijakan pemerintah dengan harapan masyarakat yang menginginkan pelayanan IMB yang murah, cepat dan dekat. Permasalahan lainnya adalah munculnya bangunan tanpa izin dan maraknya bangunan liar pada jalur hijau, bantaran sungai dan pada areal lainnya yang tidak sesuai dengan peruntukannya maupun rencana tata ruang kota. Dan masalah terakhir adalah retribusi Izin 6 Suparman, Efektifitas Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan dalam Kota Tangerang (Studi Kasus di Kecamatan Ciledug), Tesis, FISIP UI Depok, 2002. Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008

Upload: phamkiet

Post on 01-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KERANGKA TEORI DAN METODE PENELITIAN A. … 011 08 Yud i... · menjadi dasar kajian literatur penulis adalah tesis yang ... yaitu Dinas Pendapatan dan Dinas Perhubungan

BAB II

KERANGKA TEORI DAN METODE PENELITIAN

A. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian yang dibuat oleh penulis kali ini, penulis telah melihat

penelitian terdahulu yang sama-sama membahas mengenai retribusi yang

menjadi pokok inti dari penelitian penulis kali ini. Penelitian terdahulu yang

menjadi dasar kajian literatur penulis adalah tesis yang berjudul Efektifitas

Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan dalam Kota Tangerang. Tesis tersebut

ditulis oleh Suparman yang merupakan mahasiswa program studi bidang

Administrasi dengan kekhususan Administrasi Kebijakan Publik, Fakutas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.6

Penelitian yang dilakukan Suparman adalah mengenai efektifitas dari

pelayanan Izin Mendirikan Bangunan yang ada di kecamatan Ciledug dan

meneliti faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efektifitas pelayanan Izin

Mendirikan Bangunan tersebut. Penelitian tersebut dilakukan oleh Suparman

dengan dasar adanya beberapa masalah terkait dengan retribusi Izin Mendirikan

Bangunan. Permasalahan tersebut antara lain adalah belum sesuainya antara

kebijakan pemerintah dengan harapan masyarakat yang menginginkan

pelayanan IMB yang murah, cepat dan dekat. Permasalahan lainnya adalah

munculnya bangunan tanpa izin dan maraknya bangunan liar pada jalur hijau,

bantaran sungai dan pada areal lainnya yang tidak sesuai dengan peruntukannya

maupun rencana tata ruang kota. Dan masalah terakhir adalah retribusi Izin

6 Suparman, Efektifitas Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan dalam Kota Tangerang

(Studi Kasus di Kecamatan Ciledug), Tesis, FISIP UI Depok, 2002.

Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008

Page 2: BAB II KERANGKA TEORI DAN METODE PENELITIAN A. … 011 08 Yud i... · menjadi dasar kajian literatur penulis adalah tesis yang ... yaitu Dinas Pendapatan dan Dinas Perhubungan

Mendirikan Bangunan yang tidak dapat dipungut secara optimal sehingga

berdampak pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah.

Berdasarkan hasil analisis Suparman terhadap efektifitas pelayanan Izin

Mendirikan Bangunan di kecamatan Ciledug, secara keseluruhan dapat

disimpulkan belum berjalan dengan baik atau belum memenuhi harapan

masyarakat. Hal ini terjadi karena faktor struktur organisasi, kewenangan dan

kualitas pelayanan. Yang membedakan antara penelitian Suparman dengan

penelitian peneliti adalah bahwa peneliti melakukan penelitian dalam hal

penetapan target retribusi Izin Mendirikan Bangunan di kota Depok.

Selain hasil penelitian Suparman, peneliti juga mengacu pada skripsi

berjudul Potensi Retribusi Terminal Sebagai Sumber Penerimaan Pendapatan

Asli Daerah (Evaluasi Terhadap Kinerja Pemungutan Retribusi Terminal Kota

Depok), yang ditulis oleh Mochamad Ridwan.7 Dalam skripsinya tersebut,

Ridwan meneliti tentang besarnya potensi yang ada dari pemungutan retribusi

terminal yang ada di kota Depok. Terlebih lagi, menurut Ridwan pada saat

dilakukannya penelitian, retribusi terminal kota Depok dapat dijadikan salah satu

sumber penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang potensial. Selain itu, dalam

observasi yang telah dilakukan sebelumnya oleh Ridwan, terdapat beberapa

penyimpangan dalam hal pemungutan retribusi terminal tersebut.

Penyimpangan tersebut berupa pemakaian satu bukti pungutan retribusi

terminal yang digunakan beberapa kali untuk beberapa kendaraan yang masuk

ke dalam terminal. Selain itu terdapat pula penggunaan bukti pungutan retribusi

terminal yang tanggalnya tidak sesuai dengan tanggal dilakukannya pungutan

7 Mochamad Ridwan, Potensi Retribusi Terminal Sebagai Sumber Penerimaan

Pendapatan Asli Daerah (Evaluasi Terhadap Kinerja Pemungutan Retribusi Terminal Kota

Depok), Skripsi, FISIP UI Depok, 2004.

Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008

Page 3: BAB II KERANGKA TEORI DAN METODE PENELITIAN A. … 011 08 Yud i... · menjadi dasar kajian literatur penulis adalah tesis yang ... yaitu Dinas Pendapatan dan Dinas Perhubungan

retribusi. Misalnya, pungutan retribusi yang dilakukan tanggal 30 Desember 2003

dilakukan dengan menggunakan bukti pungutan retribusi bertanggal 20

Desember 2003.

Penyimpangan seperti ini membuat kinerja pemungutan retribusi terminal

menjadi tidak efektif dan tidak efisien. Potensi yang ada di lapangan tidak dapat

dipungut secara maksimal. Hal ini mengakibatkan penerimaan retribusi terminal

tidak dapat memberikan sumbangan yang maksimal bagi penerimaan

pendapatan asli daerah kota Depok.

Keadaan tersebut menjadi tanggung jawab dinas terkait yang mengurusi

masalah retribusi terminal ini, yaitu Dinas Pendapatan dan Dinas Perhubungan

dan Pariwisata Kota Depok. Kedua instansi ini harus saling berkoordinasi dan

bekerjasama dalam melakukan pungutan retribusi terminal ini. Di dalam skripsi

yang ditulis oleh Ridwan ini juga diteliti permasalahan seputar kinerja dari

pemungutan retribusi itu sendiri oleh dinas-dinas yang disebutkan di atas.

Yang membedakan penelitian yang dilakukan oleh Ridwan dengan

penelitian yang dilakukan oleh penulis, antara lain adalah yang menjadi objek

penelitian. Pada penelitian kali ini, penulis akan mengambil objek penelitian

seputar retribusi Izin Mendirikan Bangunan. Kemudian dalam penelitian kali ini,

penulis juga akan membahas permasalahan dalam rangka prosedur penetapan

target retribusi Izin Mendirikan Bangunan di kota Depok.

Selain Ridwan, penelitian mengenai retribusi juga dilakukan oleh Zahrah.

Zahrah melakukan penelitian dalam skripsinya yang berjudul Pengenaan

Retribusi Izin pada Usaha Kepariwisataan di Kota Bogor.8 Penelitian Zahrah

8 Zahrah, Pengenaan Retribusi Izin pada Usaha Kepariwisataan di Kota Bogor, Skripsi,

FISIP UI Depok, 2006.

Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008

Page 4: BAB II KERANGKA TEORI DAN METODE PENELITIAN A. … 011 08 Yud i... · menjadi dasar kajian literatur penulis adalah tesis yang ... yaitu Dinas Pendapatan dan Dinas Perhubungan

tersebut memiliki tujuan untuk mengetahui sejauh mana kelayakan pengenaan

retribusi izin pada usaha kepariwisataan di kota Bogor.

Penelitian tersebut dilatarbelakangi oleh keadaan kota Bogor yang memiliki

potensi wisata yang cukup menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan, baik dalam

neger maupun luar negeri. Selain itu, perkembangan usaha kepariwisataan di

Bogor juga berkembang dengan pesat. Hal tersebut ditandai dengan munculnya

banyaknya pusat perbelanjaan baru, serta outlet-outlet, ruko-ruko modern, dan

restoran-restoran. Semua potensi tersebut mendorong pemerintah kota Bogor

untuk menggali potensi pendapatan daerah melalui pemungutan retribusi izin

usaha kepariwisataan.

Kebijakan pemerintah daerah untuk memungut retribusi izin usaha

kepariwisataan di berbagai daerah menuai kontroversi, namun pemerintah kota

Bogor tetap memberlakukan retribusi izin usaha kepariwisataan yang telah

berlangsung sejak dua tahun sejak dilakukannya penelitian. Dan permasalahan

seputar pemungutan retribusi izin usaha kepariwisataan di kota Bogor itulah yang

diangkat Zahra dalam penelitiannya.

Hasil dari penelitian Zahra, menyimpulkan bahwa pemerintah kota Bogor

telah benar dalam hal penerapan retribusi izin usaha kepariwisataan. Hal

tersebut diketahui dari adanya tiga variabel yang menyatakan bahwa retribusi izin

usaha kepariwisataan layak diterapkan di kota Bogor dari total empat variabel

yang disiapkan oleh Zahra. Yang menjadi perbedaan antara penelitian yang

dilakukan oleh Zahra dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah

terkait objeknya, yakni jenis retribusi yang diteliti. Yaitu karena penulis pada

penelitian kali ini akan melakukan penelitian tentang retribusi Izin Mendirikan

Bangunan.

Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008

Page 5: BAB II KERANGKA TEORI DAN METODE PENELITIAN A. … 011 08 Yud i... · menjadi dasar kajian literatur penulis adalah tesis yang ... yaitu Dinas Pendapatan dan Dinas Perhubungan

B. Konstruksi Model Teoritis

1. Retribusi

Selain berasal dari pajak daerah, sumber penerimaan daerah lainnya adalah

berasal dari retribusi. Dalam literatur-literatur mengenai keuangan negara dan

daerah, terdapat banyak ahli yang mengajukan definisi dan peristilahan yang

pada akhirnya merujuk pada satu konsep yang dikenal sebagai retribusi daerah.9

Satu hal yang sangat jelas dalam membahas masalah retribusi daerah adalah

sulitnya kesamaan pandangan mengenai apa yang termasuk dalam cakupan

pembahasan mengenai hal ini. Zorn menegaskan bahwa:

One clear thing about user charges and fees is thet there is a lack of agreement about what should be includes under rubric ‘user charges and fees’.10

Retribusi daerah adalah pungutan yang dilakukan daerah terhadap layanan-

layanan yang diberikan daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah

dan dana-dana yang diperoleh dipergunakan untuk membiayai berbagai

pengeluaran pemerintah daerah dalam mendukung pelaksanaan pembangunan

daerah. Ada beberapa alasan mengapa retribusi perlu diterapkan di daerah,

yaitu:11

• Adanya isu tentang perbedaan public goods dan private goods. Public

goods dibiayai oleh pajak dari masyarakat, dan penggunaannya secara

gratis. Private goods dibiayai oleh retribusi masyarakat yang

menikmatinya, masyarakat yang mau menikmatinyalah yang harus

9 Achmad Lutfi, Penyempurnaan Administrasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah:

Suatu Upaya Dalam Optimalisasi Penerimaan PAD, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi:

Bisnis & Birokrasi Volume XIV, Nomor 1, Jakarta, Departemen Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. 10 C. Kurt Zorn, User Charges and Fees, Chicago, Government Finance Officers

Association, 1991, p. 136. 11 Waluyo, Perpajakan Indonesia, Jakarta, Salemba Empat, 1999, hal. 3.

Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008

Page 6: BAB II KERANGKA TEORI DAN METODE PENELITIAN A. … 011 08 Yud i... · menjadi dasar kajian literatur penulis adalah tesis yang ... yaitu Dinas Pendapatan dan Dinas Perhubungan

membayar. Dalam menetapkan harga dari retribusi, banyak variabel yang

mempengaruhi, seperti alasan sosial ekonomi.

• Masalah efisiensi-ekonomi. Jika retribusi gratis, maka umur kegiatannya

akan menurun bila dibandingkan bila ada charge. Karena charge itu

digunakan untuk meningkatkan pelayanan dan juga mengontrol

pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.

• Prinsip benefit. Mereka yang mendapat kenikmatan harus membayar.

• Agar administrasinya mudah dikelola.

Retribusi memiliki peranan yang tidak kalah pentingnya dalam menambah

jumlah penerimaan Pendapatan Asli Daerah selain pajak. Garis pemisah antara

pajak dan retribusi sendiri tidak selalu jelas. Retribusi mungkin membebani para

konsumennya saja, tetapi mungkin pula memiliki ciri-ciri seperti pajak apabila

variasi dalam tarifnya tidak secara cermat dikaitkan dengan jumlah konsumsi

pelayanannya.

Retribusi daerah termasuk ke dalam jenis pungutan bukan pajak, yang

merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah. Jenis pungutan retribusi

mempunyai pengertian lain dibandingkan dengan pajak. Retribusi pada

umumnya mempunyai hubungan langsung dengan kembalinya prestasi, karena

pembayaran tersebut ditujukan semata-mata untuk mendapatkan suatu prestasi

tertentu dari pemerintah.12

Fisher, seorang ahli keuangan negara dan daerah, juga memberikan definisi

mengenai retribusi. Menurutnya, retribusi adalah harga yang dibebankan oleh

pemerintah untuk suatu layanan yang harus dibayar seluruhnya atau sebagian

oleh yang menggunakannya, yakni:

12 Ibid.

Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008

Page 7: BAB II KERANGKA TEORI DAN METODE PENELITIAN A. … 011 08 Yud i... · menjadi dasar kajian literatur penulis adalah tesis yang ... yaitu Dinas Pendapatan dan Dinas Perhubungan

user charges, prices charged by government for specific services or privileges and used to pay for all or part of the cat provides those services.13

Kemudian Sularno dalam bukunya menyatakan, bahwa retribusi adalah

pungutan pemerintah (pusat/daerah) kepada orang/badan berdasarkan norma-

norma yang ditetapkan berhubungan dengan jasa timbal (kontra prestasi) yang

diberikan secara langsung, atas permohonan dan untuk kepentingan

orang/badan yang memerlukan, baik prestasi yang berhubungan dengan

kepentingan umum maupun yang diberikan pemerintah.14 Oleh karena itu,

pungutan retribusi selalu dikaitkan dengan adanya layanan yang diterima oleh

masyarakat dari pemerintah, atau yang sering disebut dengan kontra prestasi.

Demikian pula, layanan yang diterima tersebut bersifat pribadi. Hanya orang-

orang tertentu yang bersedia membayar retribusi yang berhak mendapatkan

layanan tersebut. Sedangkan orang-orang yang tidak membayar retribusi, tidak

memiliki hak untuk memanfaatkan jasa-jasa yang diberikan oleh pemerintah.

Pada dasarnya, dalam retribusi ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yakni:

• Adanya pelayanan langsung yang diberikan sebagai imbalan pungutan yang

dikenakan;

• Terdapat kebebasan dalam memilih pelayanan;

• Ongkos pelayanan tidak melebihi dari pungutan yang dikenakan untuk

pelayanan yang diberikan. 15

McMaster mengemukakan bahwa ada empat prinsip umum yang dapat

digunakan sebagai indikator bahwa retribusi layak untuk diterapkan. Empat prinsip

13 Ronald C Fisher, State and Local Public Finance, USA, Times Mirror Higher

Education Group, 1996, p. 174. 14 Slamet Sularno, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Jakarta, STIA-LAN Press, 1999,

hal. 265. 15 J.B. Kristiadi, Masalah Sekitar Peningkatan Pendapatan Daerah, Jakarta, LP3ES,

1985, hal. 37.

Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008

Page 8: BAB II KERANGKA TEORI DAN METODE PENELITIAN A. … 011 08 Yud i... · menjadi dasar kajian literatur penulis adalah tesis yang ... yaitu Dinas Pendapatan dan Dinas Perhubungan

tersebut adalah: kecukupan (adequacy), keadilan (equity), kemampuan administrasi

(administrative feasibility), dan kesepakatan politik (political acceptability). 16 Berikut

akan dijelaskan satu persatu.

• Kecukupan

Elastisitas barang atau jasa yang dikenakan retribusi harus responsif

terhadap pertumbuhan penduduk dan pendapatan yang pada umumnya

dipengaruhi oleh pertumbuhan permintaan akan suatu jenis pelayanan. Artinya

semakin elastis barang atau jasa yang dikenakan retribusi, maka pengenaannya

akan semakin layak dibebankan kepada pengguna. Tingkat dan praktek retribusi

tunduk kepada variasi skala kontribusi kepada penerimaan pemerintah daerah.17

Pengenaan tarif retribusi didasarkan apda tarif per unit pelayanan, sehingga

pengenaannya sangat bergantung pada komponen biaya-biaya pelayanan.

• Keadilan

Dalam menetapkan harga layanan atau tarif retribusi, prinsip keadilan

merupakan salah satu hal penting yang harus dipertimbangkan. Hal ini

dimaksudkan agar masyarakat yang tidak mampu tetap dapat menikmati suatu

jenis jasa pelayanan yang sifatnya mendasar. Meskipun demikian, penerapan

prinsip keadilan dalam retribusi ini masih menghadapi masalah pula. Masalah

yang dihadapi pada aspek keadilan ini adalah bahwa seringkali juga tidak

terdapat definisi yang seragam mengenai apa yang disebut dengan adil itu

sendiri.

16 James McMaster, Urban Financial Management: a Training Manual, Washington,

World Bank, 1990, p. 40. 17 Kenneth Davey, Pembiayaan Pemerintah Daerah, Jakarta, UI Press, 1988, hal. 148-

152.

Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008

Page 9: BAB II KERANGKA TEORI DAN METODE PENELITIAN A. … 011 08 Yud i... · menjadi dasar kajian literatur penulis adalah tesis yang ... yaitu Dinas Pendapatan dan Dinas Perhubungan

Terdapat pendapat yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan adil

adalah bahwa setiap orang membayar sama dengan apa yang dikonsumsinya.18

Namun ada juga yang berpendapat bahwa keadilan adalah bahwa mereka yang

memiliki keadaan yang lebih baik secara ekonomi harus membantu mereka

yang buruk secara ekonomi. Karena itu, mereka yang mempunyai pendapat

yang terakhir beranggapan bahwa penetapan tarif akan semakin adil atau baik

jika tarif yang ditetapkan bersifat progresif.

• Kemampuan Administrasi

Secara teoritis retribusi mudah untuk ditaksir dan dipungut. Mudah ditaksir

karena pertanggungjawaban didasarkan atas tingkat konsumsi yang dapat

diukur, mudah dipungut sebab penduduk hanya mendapatkan apa yang mereka

bayar saja. Dengan demikian, hanya penduduk yang membayar sajalah yang

hanya akan mendapatkan pelayanan.

Penerapan suatu retribusi harus diikuti dengan kemampuan administrasi dari

aparat pemungut. Keadaan ini diperlukan agar pada saat retribusi yang

bersangkutan diterapkan tidak mendapatkan kesulitan, misalnya wajib retribusi

tidak mau atau enggan untuk membayar retribusi tersebut akibat sistem

administrasi yang buruk. Jika hal ini yang terjadi, menunjukkan bahwa rertibusi

yang bersangkutan tidak memenuhi kriteria untuk dijadikan sumber pendapatan

daerah.

• Kesepakatan Politis

Seperti halnya pajak daerah, retribusi daerah merupakan suatu produk politik

yang harus diterima oleh masyarakatnya, terutama oleh mereka yang akan

menjadi wajib retribusi dengan kesadaran yang cukup tinggi, sehingga di

18 Ibid., hal. 153.

Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008

Page 10: BAB II KERANGKA TEORI DAN METODE PENELITIAN A. … 011 08 Yud i... · menjadi dasar kajian literatur penulis adalah tesis yang ... yaitu Dinas Pendapatan dan Dinas Perhubungan

dalamnya harus memuat kepastian hukum. Kepastian ini menjamin setiap orang

untuk tidak ragu-ragu menjalankan kewajiban perpajakannya, karena segala

sesuatunya sudah jelas.

Pengenaan retribusi terhadap jenis pelayanan tertentu, kenaikan tarif,

maupun penurunan tarif dalam retribusi dilaksanakan melalui kesepakatan

politis. Pengenaan retribusi untuk pelayanan yang menurut masyarakat tidak

relevan maupun keputusan kenaikan tarif dalam retribusi mengakibatkan

keputusan politik tersebut tidak dapat diterima masyarakat. Dengan demikian

diperlukan suatu kemampuan politis dalam menetapkan retribusi, struktur tarif,

memutuskan siapa yang membayar dan bagaimana memungut retribusinya.19

Retribusi sendiri memiliki beberapa bentuk yang antara satu dan yang lainnya

terdapat perbedaan mendasar, salah satunya adalah seperti yang diungkapkan Bird,

yaitu:20

• Services Fees

Adalah retribusi izin dan pungutan-pungutan kecil lainnya yang dipungut

untuk menebus biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah dalam

memberikan layanan tertentu, sering disebut sebagai Licenses Fees.

• Public Prices

Adalah penerimaan yang diterima oleh pemerintah daerah dari penjualan

barang privat atau jasa lainnya. Prinsipnya, harga yang ditawarkan harus diset

pada tingkat kompetisi swasta, artinya tidak terdapat subsidi pajak, penghitungan

pajak dan subsidinya dihitung secara terpisah.

19 Ibid., hal. 40.

20 Richard Bird, Subnational Revenue: Realities and Prospects, Fiscal Policy Training

Program 2001 Fiscal Desentralization Course, Proquest Social Science Journals, July 23rd –

August 3rd 2001, p. 7.

Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008

Page 11: BAB II KERANGKA TEORI DAN METODE PENELITIAN A. … 011 08 Yud i... · menjadi dasar kajian literatur penulis adalah tesis yang ... yaitu Dinas Pendapatan dan Dinas Perhubungan

• Specific Benefit Charges

Merupakan pungutan yang mempresentasikan sejumlah kontribusi wajib

yang harus dibayarkan oleh setiap penduduk kepada pemerintah daerah akibat

keuntungan layanan yang disediakan.

Dari definisi yang telah disebutkan di atas, meskipun terdapat beberapa

perbedaan, dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan retribusi harus

terdapat beberapa unsur di dalamnya, yaitu:

• Pungutan yang dilakukan pemerintah;

• Ada jasa atau layanan yang diberikan oleh pemerintah;

• Kontraprestasi langsung;

• Dilakukan berdasarkan peraturan yang berlaku.

Sedangkan menurut Azhari, retribusi dapat digolongkan menjadi tiga bentuk.

Ketiga golongan retribusi tersebut adalah:21

• Retribusi Jasa Umum, yakni retribusi atas jasa yang disediakan atau

diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan

kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan;

• Retribusi Jasa Usaha, yakni retribusi atas jasa yang disediakan oleh

Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada

dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta;

• Retribusi Perizinan Tertentu, yakni retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah

Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang

dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan

atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,

21 Azhari A Samudra, Perpajakan di Indonesia, Keuangan, Pajak dan Retribusi, Jakarta,

Hecca Publishing, 2005, hal. 238.

Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008

Page 12: BAB II KERANGKA TEORI DAN METODE PENELITIAN A. … 011 08 Yud i... · menjadi dasar kajian literatur penulis adalah tesis yang ... yaitu Dinas Pendapatan dan Dinas Perhubungan

prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum

dan menjaga kelestarian lingkungan.

2. Retribusi Perizinan

Perizinan pada dasarnya merupakan suatu instrumen kebijakan yang dilakukan

oleh pemerintah dalam upaya untuk mengatur kegiatan-kegiatan yang memiliki

peluang timbulnya gangguan bagi kepentingan umum. Melalui mekanisme perizinan

ini, pemerintah daerah dapat melakukan pengendalian atas eksternalitas negatif

yang mungkin akan timbul atas aktifitas sosial maupun ekonomi, mengalokasikan

barang publik secara labih efisien dan adil, mencegah asimetri informasi, dan

perlindungan hukum atas kepemilikan atau penyelenggara kegiatan. Oleh karena

itu, pertimbangan yang harus dipikirkan dalam penetapan suatu perizinan adalah:

• Melindungi kepentingan umum (public interest);

• Menghindari eksternalitas negatif;

• Menjamin pembangunan sesuai dengan rencana, serta standar kualitas

minimum yang dibutuhkan.

Retribusi perizinan sendiri termasuk ke dalam license and permit fees, yaitu

retribusi yang dibayarkan yang berhubungan dengan pemberian suatu hak atau izin

dari pemerintah di samping pemberian penjualan langsung barang dan jasa.22

Kebijaksanaan memungut bayaran untuk barang dan layanan yang disediakan oleh

pemerintah berpangkal pada pengertian efisiensi ekonomi. Teori ekonomi

menyatakan bahwa harga barang atau layanan yang disediakan pemerintah

hendaknya didasarkan pada biaya tambahan (marginal cost), yakni biaya yang

digunakan untuk membiayai konsumen terakhir.

22 C. Kurt Zorn, Ibid., p. 143

Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008

Page 13: BAB II KERANGKA TEORI DAN METODE PENELITIAN A. … 011 08 Yud i... · menjadi dasar kajian literatur penulis adalah tesis yang ... yaitu Dinas Pendapatan dan Dinas Perhubungan

Berdasarkan azas harga sama dengan biaya tambahan, pungutan dalam hal ini

hanya sedikit, hanya cukup untuk menutup biaya tambahan untuk memproses

permohonan. Tapi azas harga sama dengan biaya tambahan ini tidak bisa

diterapkan di sini dikarenakan ada dua sebab, yakni:23 Pertama, salah satu peranan

surat izin adalah mebatasi penawaran, dan ini dapat dicapai lebih cepat dengan

menaikkan biaya surat izin. Kedua, surat izin berarti sering memberikan pemohon

peluang untuk memperoleh penghasilan, dan pemerintah menginginkan bagian dari

penghasilan yang akan didapatkan pemohon ini. Oleh karena itu pungutan untuk

surat izin biasanya ditetapkan lebih tinggi dari biaya tambahan. Tetapi kalau

pungutan ini ditetapkan terlalu tinggi, akibatnya orang akan berusaha untuk

menghindarinya. Hal ini berarti pemerintah kehilangan kendali atas kegiatan yang

sebenarnya ingin dikendalikannya. Kalau tujuan utama dari suatu surat izin adalah

untuk mengendalikan suatu kegiatan, maka sebaiknya pungutan dipertahankan

pada tingkat minimum.

Sebagaimana disebutkan di atas, retribusi Izin Mendirikan Bangunan tergolong

ke dalam jenis license and permit fees. Biaya berkaitan dengan pemberian hak

istimewa/priviledge oleh pemerintah untuk penjual barang dan jasa. License and

permit fees pada dasarnya adalah pajak, yang bersifat wajib jika seseorang terlibat

di dalam suatu aktivitas.24 Mereka dapat dikenakan tarif yang sifatnya tetap (flat

rate), dapat digolongkan menurut tipe ektivitas, dapat dihubungkan dengan

penerimaan usaha. Pada dasarnya pungutan atau fee dimaksudkan untuk menutup

sebagian atau seluruh biaya yang direalisasikan pemerintah sebagai hasil dari

pemberian hak istimewa tadi. Dengan demikian, masyarakat tidak langsung

23 Nick Devas, Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia, Jakarta, UI Press, 1989, hal.

101 24 C. Kurt Zorn, Op Cit.

Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008

Page 14: BAB II KERANGKA TEORI DAN METODE PENELITIAN A. … 011 08 Yud i... · menjadi dasar kajian literatur penulis adalah tesis yang ... yaitu Dinas Pendapatan dan Dinas Perhubungan

merasakan barang atau jasanya, melainkan dengan membayar biaya izin yang

diberikan pemerintah kepada pihak yang telah diberi wewenang untuk

mengelolanya.

Pengenaan retribusi juga dimaksudkan untuk mengurangi beban pembayar

pajak dengan cara mengambil kontribusi yang lebih besar dari penerima layanan,

sehingga pengenaan pungutan atas izin dan keistimewaan lainnya lebih meyerupai

pajak atas perusahaan swasta tersebut. Pungutan tersebut dapat mengkompensasi

tambahan pengeluaran pemerintah untuk penyediaan layanan tertentu kepada

masyarakat yang mengkonsumsinya atau untuk mengganti biaya administrasi.

3. Manajemen Pendapatan Daerah

Dalam menyelenggarakan pemerintahannya, maka pemerintah pusat,

demikian juga dengan pemerintah daerah, memerlukan dana. Untuk mengelola

dana dengan baik, maka diperlukan sistem keuangan yang baik pula. Keuangan

adalah rangkaian kegiatan dan prosedur dalam mengelola keuangan

(penerimaan dan pengeluaran) secara tertib, sah, hemat, berdaya guna, serta

berhasil guna. Oleh sebab itu keuangan daerah dapat dirumuskan secara

sederhana sebagai semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang,

demikian pula segala sesuatu, baik berupa uang maupun barang yang dapat

dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki/dikuasai oleh negara atau

daerah yang lebih tinggi, serta pihak lain sesuai dengan ketentuan dan

perundang-undangan yang berlaku.25 Pengelolaan atas penerimaan daerah

meliputi panganggaran atau penetapan target yang hendaknya dikaitkan dengan

25 D. J. Mamesah, Sistem Administrasi Keuangan Daerah, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka

Utama, hal. 16.

Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008

Page 15: BAB II KERANGKA TEORI DAN METODE PENELITIAN A. … 011 08 Yud i... · menjadi dasar kajian literatur penulis adalah tesis yang ... yaitu Dinas Pendapatan dan Dinas Perhubungan

potensi-potensi yang nyata dan dapat direalisasikan, sehingga dapat diharapkan

menjadi modal untuk segala pembiayaan.26

Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas pengadministrasian pajak dan

retribusi daerah, pengadministrasian pendapatan ini diharapkan dapat

memastikan setiap orang untuk harus membayar pajak dan retribusi sesuai

dengan jumlahnya, serta seluruh pendapatan yang diperoleh diadministrasikan

dengan baik oleh lembaga di lingkungan pemerintah daerah yang ditugaskan

sebagaimana mestinya. Untuk merealisasikan hal tersebut, langkah yang harus

ditempuh adalah:

• Melakukan identifikasi yang akurat atas siapa yang harus menanggung atau membayar.

• Melakukan penghitungan yang tepat.

• Melakukan pemungutan sesuai dengan perhitungan yang dilakukan.

• Melakukan pengawasan dan pemberian sanksi yang tepat bagi wajib pajak dan retribusi yang melanggar ketentuan.

• Melakukan pengawasan terhadap pegawai yang terkait untuk memastikan agar pajak dan retribusi diadministrasikan dengan baik. 27

McMaster dalam bukunya yang berjudul Urban Financial Management: A

Training Manual menjelaskan definisi dari implementasi, yakni:

The implementation stage covers the period from the initiation of the construction or development of the project to the completion when the project becomes fully operational. Close monitoring of all the activities of this stage is essential to ensure that any implementation problems which might arise are quickly identified and desirable readjustments or corrective measures are undertaken. The activities usually include the procurement of resources, construction of infrastructure, beginning of production or operation, and development of support systems. 28

Implementasi tersebut termasuk juga implementasi kebijakan fiskal, dan hal

ini terkait dengan administrasi pendapatan pemerintah daerah, yang

sampai batas-batas tertentu telah didesentralisasikan melalui

26 Ibid., hal. 22.

27 Achmad Lutfi, Op.Cit.

28 James McMaster, Op.Cit. p. 44.

Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008

Page 16: BAB II KERANGKA TEORI DAN METODE PENELITIAN A. … 011 08 Yud i... · menjadi dasar kajian literatur penulis adalah tesis yang ... yaitu Dinas Pendapatan dan Dinas Perhubungan

diterapkannya desentralisasi fiskal. Kebijakan fiskal yang telah

terdesentralisasi ini mencakup proses identifikasi dan pendaftaran dari

wajib pajak daerah dan wajib retribusi daerah, perhitungan pajak daerah

dan retribusi daerah, pemungutan pajak daerah serta retribusi daerah,

serta penegakkan hukum atas pengenaan pajak daerah dan retribusi

daerah tersebut.

Masih dari buku yang sama, James juga menjelaskan mengenai The

Principle of Revenue Administration.

Revenue administration is concerned with the implementation of fiscal policy-with the process of identification/registration of taxpayers and consumers, assessment, collection, and enforcement. It is concerned with the administrative feasibility of a local tax source or charge-one of the five general criteria by which levies should be evaluated. 29

Artinya, administrasi penerimaan akan sangat dipengaruhi oleh implementasi

kebijakan fiskal yang diterapkan. Implementasinya melalui tahapan-tahapan

identifikasi dari para wajib pajak daerah atau wajib retribusi daerah, penilaian

besarnya pungutan dan pemungutannya itu sendiri.

Ada dua hal yang dapat dijadikan sebagai ukuran dari The Principle of

Revenue Administration tersebut, yakni:

1. Realization - the proximity of actual yields to the true potential of the revenue source (the potential being the yield, assuming that everyone who should pay, does pay, and pays his or her full liability);

2. Cost - the amount of resources used in collecting revenues in relation

to their yield, measured in fiscal and human resources (and also public goodwill, though that is hard to measure).

Dalam halnya dengan realisasi ini, James menyebutkan bahwa tujuan dari

Revenue Administration ini adalah di antaranya untuk: Agar setiap orang yang

mendapat kewajiban membayar pajak atau retribusi menjalankan kewajiban

29 Ibid., p. 44.

Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008

Page 17: BAB II KERANGKA TEORI DAN METODE PENELITIAN A. … 011 08 Yud i... · menjadi dasar kajian literatur penulis adalah tesis yang ... yaitu Dinas Pendapatan dan Dinas Perhubungan

membayarnya; Agar setiap orang membayar sesuai dengan jumlah yang

memang seharusnya dia bayarkan; dan, Agar setiap penerimaan yang masuk ke

kas negara dikumpulkan oleh orang yang berhak untuk memungut.

James menyebutkan bahwa dalam proses pengadministrasian pajak daerah

dan retribusi daerah, sejumlah kegiatan dapat merujuk pada kemungkinan

terjadinya tindak penghindaran, penipuan serta kolusi. James

mengidentifikasikan hal tersebut, yaitu:

1. Identification – the taxpayer evades identification of the collector identifies but fails to impose the tax/charge;

2. Assessment – the payer conceal his/her liability or the collector is bribed to under assess.

3. Collection – the taxpayer fails to pay, the collector fails to enforce, or the taxpayer pays, but the collector retains the money. 30

Administrator pendapatan daerah diharapkan dapat melakukan perbaikan

mekanisme dalam pengadministrasian pendapatan daerah. Perbaikan

mekanisme ini diharapkan dapat meminimalisasi resiko terjadinya tindak

penghindaran, penipuan, serta kolusi yang akan berdampak pada perolehan

pendapatan. Improvisasi sangat dianjurkan untuk dapat menyesuaikan

mekanisme pengadministrasian pendapatan daerah mengingat karakteristik dan

tantangan masing-masing komponen pendapatan daerah yang berbeda-beda.31

Proses identifikasi merupakan tahap pertama dalam pengadministrasian

pendapatan daerah. Proses ini memainkan peranan penting untuk menjaring

sebanyak mungkin wajib pajak daerah dan atau retribusi daerah. Penerapan

prosedur yang tepat akan memaksa dan mempersulit wajib pajak daerah dan

atau retribusi daerah untuk menyembunyikan kemampuannya untuk membayar

30 Ibid., p. 45

31 Achmad Lutfi, Op.Cit. p. 7

Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008

Page 18: BAB II KERANGKA TEORI DAN METODE PENELITIAN A. … 011 08 Yud i... · menjadi dasar kajian literatur penulis adalah tesis yang ... yaitu Dinas Pendapatan dan Dinas Perhubungan

sekaligus mempermudah pemerintah daerah, melalui jajarannya, untuk

melakukan identifikasi.32 Prosedur identifikasi akan sangat membantu apabila:

1. Identification is automatic; 2. There is an inducement to people to identify themselves; 3. Identification can be linked to other source if information; 4. Liability is obvious. 33

Setelah dilakukannya proses identifikasi, langkah berikutnya adalah penilaian

atau penetapan (assessment). Proses ini hendaknya akan membuat wajib

retribusi sulit untuk menghindarkan diri dari seluruh kemampuannya dalam

membayar retribusi daerah secara penuh, sesuai dengan kemampuannya. Hal

lain yang perlu dipastikan adalah adanya peraturan atau standar baku dalam

melakukan penilaian. Standar atau peraturan ini akan mengurangi peluang

penilai melakukan diskresi yang berlebihan dalam melakukan penilaian.

Prosedur penilaian yang tepat akan menjamin pemerintah daerah akan mampu

dengan tepat untuk menilai objek retribusi daerah sesuai dengan parameter yang

telah ditetapkan. Prosedur penilaian/penetapan (assessment) akan sangat

membantu apabila:

1. Assessment is automatic; 2. The assessor has litle or no discretion; 3. The asssessment can be checked against other information. 34

Tahap terakhir dalam melakukan pengadministrasian retribusi daerah adalah

melakukan pemungutan. Proses pemungutan retribusi daerah diharapkan

mampu memastikan bahwa pembayaran atas kewajiban yang dibebankan

kepada orang atau badan dapat dilakukan dengan benar, dalam artian sesuai

dengan ketentuan yang berlaku, dan pelanggaran atas ketentuan yang berlaku

dapat diganjar sesuai dengan sanksi yang ada. Setelah retribusi daerah ini

32 Achmad Lutfi, Op.Cit. p. 7

33 Ibid., p. 45

34 Ibid., p. 45

Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008

Page 19: BAB II KERANGKA TEORI DAN METODE PENELITIAN A. … 011 08 Yud i... · menjadi dasar kajian literatur penulis adalah tesis yang ... yaitu Dinas Pendapatan dan Dinas Perhubungan

dipungut, maka perlu dipastikan bahwa seluruh pendapatan yang diperoleh

dimasukkan ke dalam rekening terkait dan disetorkan sebanyak seluruh

perolehan yang didapat. Prosedur pemungutan yang baik adalah jika proses

pemungutan tersebut:

1. Payment is automatic; 2. Payment can be induced; 3. Default is obvious; 4. Penalty are really deterrent; 5. Actual receipts are clear to the controllers in central office; 6. Payments are easy. 35

Dalam rangka pemungutan retribusi ini, hendaknya pemerintah daerah

menetapkan sanksi yang tegas bagi para pelanggar, agar pemungutan dapat

dilakukan dengan baik dan memperoleh hasil yang optimal. Selain itu, untuk

memberi kenyamanan bagi para pembayar retribusi daerah, hendaknya pemerintah

daerah juga memberikan kenyamanan yang maksimal bagi mereka dalam

membayar, misalnya mempermudah proses pembayaran, memperhatikan

kenyamanan kantor tempat pembayaran dan lain sebagainya.

C. Operasionalisasi Konsep

Operasionalisasi konsep merupakan jembatan deduksi terpenting yang

menghubungkan antara rangkaian penjelasan teoritis dengan instrumennya. Yang

harus dilakukan dalam mengoperasionalisasikan konsep-konsep penelitian adalah:

a. Mengajukan definisi operasional dari konsep-konsep dan dimensi-

dimensi penting yang ada dalam penelitian.

b. Mengajukan indikator dari masing-masing konsep. Indikator-indikator

yang diajukan sebaiknya mendekati tingkat empiris.

35 Ibid., p. 45

Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008

Page 20: BAB II KERANGKA TEORI DAN METODE PENELITIAN A. … 011 08 Yud i... · menjadi dasar kajian literatur penulis adalah tesis yang ... yaitu Dinas Pendapatan dan Dinas Perhubungan

c. Peneliti harus memperhatikan kesamaan tingkat pengukuran dari konsep

dengan indikator-indikatornya.

Dalam penelitian kali ini, Peneliti menggunakan operasionalisasi konsep

sebagai berikut:

Tabel II.2. Operasionalisasi Konsep

Variabel Dimensi Indikator

Identifikasi 1. Prosedur identifikasi;

2. Sumber informasi identifikasi;

3. Rangsangan untuk mendaftarkan diri.

Penilaian/ Penetapan

1. Prosedur penetapan;

2. Standarisasi penetapan;

3. Konfirmasi penetapan dengan sumber lain.

Implementasi Pemungutan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

Pemungutan 1. Prosedur pemungutan;

2. Sanksi yang tegas;

3. Pengawasan penerimaan.

Sumber: Diolah Penulis

D. Metodologi Penelitian

Sesuai dengan tujuannya, penelitian merupakan usaha untuk menemukan,

mengembangkan dan melakukan verifikasi terhadap kebenaran suatu peristiwa atau

suatu pengetahuan dengan memakai metode-metode ilmiah yang telah

dikelompokkan dalam metodologi penelitian. Metode penelitian adalah cara atau

prosedur yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian, dalam mencapi tujuan

tersebut, maka diperlukan data-data yang menunjang penelitian.

Sebagaimana yang telah diketahui, metodologi penelitian itu memakai

persyaratan-persyaratan yang ketat untuk bisa memberikan penggarisan dan

bimbingan yang lebih teliti. Syarat-syarat ini dituntut untuk memperoleh ketepatan,

Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008

Page 21: BAB II KERANGKA TEORI DAN METODE PENELITIAN A. … 011 08 Yud i... · menjadi dasar kajian literatur penulis adalah tesis yang ... yaitu Dinas Pendapatan dan Dinas Perhubungan

kebenaran dan pengetahuan yang mempunyai nilai ilmiah yang tinggi.36 Chadwick

dalam bukunya juga menambahkan bahwa seorang peneliti harus dapat

menggunakan metode penelitian yang sesuai dengan topik yang sedang dikaji,

dengan memperhatikan antara tujuan, metode, dan sumber daya yang tersedia.37

1. Pendekatan Penelitian

Berlatar pada permasalahan yang telah penulis ungkapkan sebelumnya,

pada penelitian yang penulis lakukan kali ini menggunakan pendekatan

kuantitatif. Dalam pendekatan kuantitatif teori merupakan pedoman penting

bagi peneliti dalam merencanakan penelitian. Teori, dalam hal ini memberi

pedoman tentang kerangka berpikir yang harus dimiliki peneliti, data apa saja

yang harus dikumpulkan oleh peneliti, hingga cara menafsirkan data yang

telah terkumpul dari lapangan. Pendekatan kuantitatif ini membantu peneliti

dalam penelitian dengan memanfaatkan kajian teori mengenai retribusi

daerah, dalam hal ini retribusi Izin Mendirikan Bangunan.

Neuman dalam bukunya mengatakan bahwa pendekatan kuantitatif

adalah penelitian yang bersifat deduktif, di mana peneliti menempatkan teori

sebagai titik tolak utama dalam kegiatan penggalian informasi dan

kebenaran.38 Dan penelitian ini bertujuan untuk mencoba menjelaskan

sesuatu gejala serta menemukan hukum yang universal.

Pendekatan kuantitatif adalah penggunaan sejumlah teknik kuantitatif-

seperti statistik, model optimalisasi, model informasi, atau simulasi komputer-

untuk membantu manajemen dalam mengambil keputusan. Sebagai contoh,

36 Ronny Kountur, Metode Penelitian, untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, Jakarta,

Penerbit PPM, 2004, hal. 105. 37 Bruce A. Chadwick, Metode Penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial, Semarang, IKIP

Semarang Press, 1991, hal. 46. 38 W. Lawrence Neuman, Social Research Methods, Qualitative and Quantitative

Approach, Massacushetts, Allyn & Bacon, 2003, p. 46 .

Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008

Page 22: BAB II KERANGKA TEORI DAN METODE PENELITIAN A. … 011 08 Yud i... · menjadi dasar kajian literatur penulis adalah tesis yang ... yaitu Dinas Pendapatan dan Dinas Perhubungan

pemrograman linear digunakan para manajer untuk membantu mengambil

kebijakan pengalokasian sumber daya; analisis jalur krisis (critical path

analysis) dapat digunakan untuk membuat penjadwalan kerja yang lebih

efisien; model kuantitas pesanan ekonomi (economic order quantity model)

membantu manajer menentukan tingkat persediaan optimum; dan lain-lain.39

2. Jenis Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai didalam penelitian ini adalah untuk

mendapatkan suatu gambaran mengenai keadaan nyata di lapangan

mengenai pemungutan retribusi Izin Mendirikan Bangunan yang ada di kota

Depok. Dengan demikian, penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian

deskriptif. Mohammad Nazir menuliskan dalam bukunya, yang dimaksud

dengan penelitian deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang

tepat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran

atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-

sifat serta hubungan-hubungan antar fenomena yang diselidiki.40

Deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk memberikan gambaran

yang lebih mendetail mengenai suatu gejala atau fenomena.41 Ciri-ciri

pendekatan deskriptif adalah sebagai berikut: 42

a. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat

penelitian dilakukan atau masalah-masalah yang bersifat aktual;

39 http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen#Pendekatan_kuantitatif, diakses pada 9 Maret

2008. 40 Mohammad Nazir, Metode Penelitian, cetakan ke-4, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1999,

hal. 182. 41 Bambang Prasetyo, Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan

Aplikasi, Jakarta, PT.Rajagrafindo Persada, 2005, hal.43. 42 Winarto Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, Teknik, Edisi Ke-8,

Bandung, Tersito, 1998, hal.140.

Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008

Page 23: BAB II KERANGKA TEORI DAN METODE PENELITIAN A. … 011 08 Yud i... · menjadi dasar kajian literatur penulis adalah tesis yang ... yaitu Dinas Pendapatan dan Dinas Perhubungan

b. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki

sebagaimana adanya, diiringi dengan interprestasi rasional yang

memadai.

Sesuai dengan judul penelitian penulis, yakni Implementasi Pemungutan

Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Sebagai Sumber Pendapatan Asli

Daerah Kota Depok, peneliti bertujuan memberikan gambaran mengenai

pelaksanaan pemungutan retribusi Izin Mendirikan Bangunan di kota Depok,

menggambarkan penetapan target, serta menggambarkan kendala dalam

melaksanakan pemungutan retribusi tersebut.

Berdasarkan manfaat penelitian, penelitian ini termasuk dalam penelitian

murni. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Bailey mengenai pure

research, bahwa:

“Pure research deals with questions that are intellectually challenging to the researcher but may not have practical applications at the present time or in the future. A person wishing to do pure research in any specialized area of social science generally must have studied the concepts and assumptions of that specialization enough to know

what has been done and what remains to be done.” 43

Berdasarkan dimensi waktu, penelitian ini termasuk dalam cross-sectional

research, karena dilakukan pada satu waktu tertentu, yaitu pada saat

dilakukannya praktek di lapangan meskipun memakan waktu baik itu

seminggu atau bahan sebulan sampai proses wawancara selesai dilakukan.

Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Bailey, yaitu:

“Most survey studies are in theory cross-sectional, even though in practice it may take several weeks or months for interviewing to be completed. Researchers observe at one point in time.” 44

3. Teknik Pengumpulan Data

43 Kenneth D. Bailey, Methods of Social Research, Fourth Edition, New York: The Free

Press, 1994, p. 25.

44 Ibid., p. 36.

Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008

Page 24: BAB II KERANGKA TEORI DAN METODE PENELITIAN A. … 011 08 Yud i... · menjadi dasar kajian literatur penulis adalah tesis yang ... yaitu Dinas Pendapatan dan Dinas Perhubungan

Teknik pengumpulan data merupakan proses yang dilakukan peneliti

selama berlangsungnya penelitian. Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan teknik pengumpulan data secara kualitatif, yaitu dengan

melakukan studi lapangan dan studi kepustakaan.

1. Studi Lapangan (field research)

Peneliti berusaha untuk melakukan penelitian lapangan guna

mengumpulkan data-data mengenai prosedur penetapan target retribusi

Izin Mendirikan Bangunan. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Neuman,

penelitian lapangan pada umumnya dilaksanakan dengan studi kasus,

yang dilanjutkan dengan pemilihan lokasi penelitian dalam memulai

penelitian tersebut. 45

“Most field researchers conduct case studies on a small group of people. Next, researchers select a social group or site for study. Once they gain access to the group site, they adopt a social role in the setting and begin observing. Field research is based on naturalism, which involves observing ordinary event in natural setting. A field researcher examines social meanings and graps multiple perspective in natural social setting. He or she gets inside the meaning of sistem, and then goes back to an outside or research viewpoint.”

Studi lapangan dalam penelitian kali ini dilakukan melalui

wawancara mendalam terhadap beberapa informan yang terkait dengan

permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Wawancara adalah

bentuk komunikasi langsung dalam bentuk tanya jawab dalam hubungan

tatap muka antara peneliti dan informan. Dengan wawancara mendalam,

bisa digali apa yang tersembunyi di sanubari seseorang, apakah yang

menyangkut masa lampau, masa kini, maupun masa depan.

45 W. Lawrence Neuman, Op.Cit., p. 349.

Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008

Page 25: BAB II KERANGKA TEORI DAN METODE PENELITIAN A. … 011 08 Yud i... · menjadi dasar kajian literatur penulis adalah tesis yang ... yaitu Dinas Pendapatan dan Dinas Perhubungan

Dalam penelitian ini yang diperlukan adalah wawancara tak

berstruktur yang dapat secara leluasa melacak ke berbagai segi dan arah

guna mendapatkan informasi selengkap mungkin dan sedalam

mungkin.46 Hasil dari wawancara nantinya akan menjadi data primer

dalam penelitian ini.

2. Studi kepustakaan (library research)

Dalam metode ini penulis mencari data yang mendukung obyek

pembahasan dengan mengumpulkan dan mempelajari literatur-literatur

seperti Undang-undang, Peraturan Pemerintah, peraturan Menteri

Keuangan, peraturan Direktur Jenderal Pajak, surat edaran Direktur

Jenderal Pajak dan buku-buku lain yang terkait, termasuk studi melalui

internet. Tujuan studi kepustakaan ini adalah untuk mengoptimalkan

kerangka teori dalam menentukan arah dan tujuan penelitian serta

konsep-konsep dan bahan-bahan teoritis lain yang sesuai konteks

permasalahan penelitian.47

4. Nara Sumber/Informan

Nara sumber/Informan adalah seseorang yang diharapkan dapat

memberi informasi dan data yang dicari oleh peneliti. Kriteria yang wajib

dimiliki seorang informan adalah memiliki pengetahuan tentang masalah

yang diteliti dan terlibat langsung dalam masalah tersebut. Untuk

menentukan informan yang akan diwawancarai, maka peneliti menetapkan

suatu kriteria, sesuai dengan empat kriteria informan yang disebutkan oleh

Neuman dalam bukunya, yaitu:

46 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif “Pemahaman Filosofis dan

Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi”, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2003, hal. 67. 47 Moh. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1988, hal. 182.

Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008

Page 26: BAB II KERANGKA TEORI DAN METODE PENELITIAN A. … 011 08 Yud i... · menjadi dasar kajian literatur penulis adalah tesis yang ... yaitu Dinas Pendapatan dan Dinas Perhubungan

• The informant is totally familiar with the culture and is positon to witness significant events makes a good informant.

• The individual is currently involved in the field.

• The person can spend time with the research.

• Non analytical individuals make better informant. 48

Penentuan key informan yang tepat sangat dibutuhkan dalam penelitian

ini, karena informan tersebut merupakan sumber informasi yang potensial

bagi peneliti dalam merumuskan permasalahan penelitian. Yang menjadi key

informan dalam penelitian ini, antara lain:

• Dadan Abdul Kohar S.Si, Kepala Seksi Perizinan Bangunan,

Dinas Tata Kota dan Bangunan Kota Depok. Informasi yang ingin

diperoleh dari wawancara ini adalah seputar pemungutan retribusi

Izin Mendirikan Bangunan yang ada di kota Depok.

• Rahmat Hidayat S.Sos, MM, Kepala Sub Bagian Perencanaan,

Evaluasi dan Pelaporan, Dinas Tata Kota dan Bangunan Kota

Depok. Informasi yang ingin diperoleh dari wawancara ini adalah

seputar perencanaan dan evaluasi retribusi Izin Mendirikan

Bangunan yang ada di kota Depok.

• Drs. Anggiat P, MM, Kepala Seksi Pengawasan dan Pengendalian,

Dinas Tata Kota dan Bangunan Kota Depok. Informasi yang ingin

diperoleh dari wawancara ini adalah seputar pengawasan dan

pengendalian pemungutan retribusi Izin Mendirikan Bangunan

yang ada di kota Depok.

• Dunggani, warga kota Depok yang sedang membangun rumah.

Informasi yang ingin diperoleh dari wawancara ini adalah

48 W. Lawrence Neuman, Op.Cit., p. 368.

Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008

Page 27: BAB II KERANGKA TEORI DAN METODE PENELITIAN A. … 011 08 Yud i... · menjadi dasar kajian literatur penulis adalah tesis yang ... yaitu Dinas Pendapatan dan Dinas Perhubungan

tanggapan mengenai pemungutan retribusi Izin Mendirikan

Bangunan yang ada di kota Depok.

• Herwandhoni, kontraktor perumahan di kota Depok. Informasi

yang ingin diperoleh dari wawancara ini adalah tanggapan

mengenai pemungutan retribusi Izin Mendirikan Bangunan yang

ada di kota Depok.

• M. Sudarsono, warga kota Depok yang sedang membangun

rumah. Informasi yang ingin diperoleh dari wawancara ini adalah

tanggapan mengenai pemungutan retribusi Izin Mendirikan

Bangunan yang ada di kota Depok.

Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008