bab ii kajian teoritis 2.1. hakikat bimbingan dan...

32
6 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Hakikat Bimbingan dan Konseling 2.1.1 Pengertian Bimbingan Bimbingan dan Konseling merupakan terjemahan dari istilah guindance dan counselling dalam bahasa Ingris. Kata “guindance” berasal dari kata kerja to guide yang mempunyai arti “menunjukan, membimbing, menuntun, ataupun membantu” (Hallen 2005:2). Sesuai dengan istilahnya maka bimbingan dapat diartikan secara umum sebagai bantuan dan tuntunan, namun tidak semua bantuan diartikan bimbingan. Menurut Lefever dan MCDaniel (dalam Prayitno dan Amti 2004:94) Bimbingan adalah bagian dari proses pendidikan yang teratur dan sistematik guna membantu pertumbuhan anak muda atas kekuatannya dalam menentukan dan mengarahkan kehidupannya sendiri, yang pada akhirnya ia dapat memperoleh pengalaman-pengalaman yang dapat memberikan sumbangan yang berarti pada masyarakat. Menurut Shertzer dan Stone ( dalam Yusuf dan Nuhrisan 2010:6 Pengartikan bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya. Menurut Rochman Natawidjaja (dalam Yusuf dan Nuhrisan 2010:6) mengartikan bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya dan dapat bertindak secara

Upload: duongnhu

Post on 02-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1. Hakikat Bimbingan dan Konseling

2.1.1 Pengertian Bimbingan

Bimbingan dan Konseling merupakan terjemahan dari istilah guindance

dan counselling dalam bahasa Ingris. Kata “guindance” berasal dari kata kerja to

guide yang mempunyai arti “menunjukan, membimbing, menuntun, ataupun

membantu” (Hallen 2005:2). Sesuai dengan istilahnya maka bimbingan dapat

diartikan secara umum sebagai bantuan dan tuntunan, namun tidak semua bantuan

diartikan bimbingan.

Menurut Lefever dan MCDaniel (dalam Prayitno dan Amti 2004:94)

Bimbingan adalah bagian dari proses pendidikan yang teratur dan sistematik guna

membantu pertumbuhan anak muda atas kekuatannya dalam menentukan dan

mengarahkan kehidupannya sendiri, yang pada akhirnya ia dapat memperoleh

pengalaman-pengalaman yang dapat memberikan sumbangan yang berarti pada

masyarakat.

Menurut Shertzer dan Stone ( dalam Yusuf dan Nuhrisan 2010:6

Pengartikan bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu agar

mampu memahami diri dan lingkungannya. Menurut Rochman Natawidjaja

(dalam Yusuf dan Nuhrisan 2010:6) mengartikan bimbingan sebagai suatu proses

pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan,

supaya individu tersebut dapat memahami dirinya dan dapat bertindak secara

7

wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga,

masyarakat, dan kehidupan pada umumnya.

Sementara, Winkel (2005:27) mendefenisikan bimbingan: (1) suatu usaha

untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman dan informasi

tentang dirinya sendiri, (2) suatu cara untuk memberikan bantuan kepada individu

untuk memahami dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala

kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan pribadinya, (3) sejenis pelayanan

kepada individu-individu agar mereka dapat menentukan pilihan, menetapkan

tujuan dengan tepat dan menyusun rencana yang realistis, sehingga mereka dapat

menyesuaikan diri dengan memuaskan diri dalam lingkungan dimana mereka

hidup, (4) suatu proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu

dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya

sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai

dengan konsep dirinya sendiri. Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan

(arahan, masukan) terhadap seseorang.

Dari beberapa definisi para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

bimbingan sama dengan pemberian bantuan kepada seseorang yang membutuhkan

bantuan untuk membantu seseorang mengatasi masalahnya atau mengungkapkan

kemampuan yang dimilikinya. Bimbingin diberikan oleh seorang ahli dibidangnya

kepada orang yang membutuhkan bimbingan. Dan bimbingan juga dapat diartikan

sebagai upaya pemberian bantuan kepada peserta didik dalam rangka mencapai

perkembanganya yang optimal.

8

Bimbingan dapat diberikan kepada seseorang individu atau sekumpulan

individu, ini berarti bahwa bimbingan dapat diberikan secara individual dan juga

diberikan secara kelompok. Bimbingan diberikan kepada siapa saja yang

membutuhkan, tanpa memandang umur sehingga baik anak maupun orang

dewasa, dengan demikian bimbingan ini sangat penting bagi sekolah untuk

membantu para siswa yang mengalami masalah agar dapat teratasi secara

optimal, sebab itu dibutuhkan pelayanan yang baik, menyenangkan, menarik, dan

profesional.

2.1.2 Pengertian Konseling

Pengertian konseling secara etimologis, istilah konseling berasal dari

bahasa latin, yaitu “consilium” yang berarti dengan atau bersama yang dirangkai

dengan menerima atau memahami. Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah

konseling berasal dari “sellan” yang berarti “menyerahkan”atau menyampaikan”.

Sebelumnya telah dijelaskan pengertian bimbingan selanjutnya akan

dijelaskan pengertian konseling. Walgito, (dalam Aqib 2012:29) mengemukakan

bahwa konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam

memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara-cara yang

sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejateraan

hidupnya.

Menurut McDanial, (dalam Prayitno dan Amti 2004:100) konseling adalah

suatu rangkaian pertemuan langsung dengan individu yang ditujuakan pada

pemberian bantuan kepadanya untuk dapat menyesuaikan dirinya secara lebih

efektif dengan dirinya sendiri dan dengan lingkungannya. Maclean, (dalam

9

Prayitno dan Amti 2004:100) konseling adalah suatu proses yang terjadi dalam

hubungan tatap muka antara sesorang individu yang terganggu oleh karena

masalah-masalah yang tidak dapat diatasinya sendiri dengan seorang pekerja yang

profesional, yaitu orang yang telah terlatih dan berpengalaman membantu orang

lain mencapai pemecahan-pemecahan terhadap berbagai jenis kesulitan pribadi.

Tolbert, (dalam Prayitno dan Amti 2004:101). Konseling adalah hubungan

pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana konselor

melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya,

menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri

sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang

dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk

kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar

bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan

yang akan datang.

Dengan melihat uraian tentang bimbingan dan konseling di atas, maka

dapat dirumuskan tentang pengertian Bimbingan dan Konseling (BK) yaitu

Serangkaian kegiatan berupa bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli pada

konseling dengan cara tatap muka, baik secara individu atau beberapa orang

dengan memberikan pengetahuan tambahan untuk mengatasi permalahan yang

dialami oleh konseli, dengan cara terus menerus dan sitematis.

Menurut Robinson, M. Surya, (dalam Yusuf dan Nurihsan 2010:7)

mengartikan konseling adalah semua bentuk hubungan antara dua orang, di mana

yang seorang, yaitu klien dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara

10

efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya. Pietrofesa (dalam Yusuf dan

Nurihsan 2010:8) menunjukan sejumlah ciri-ciri konseling profesional sebagai

berikut : (a) Konseling merupakan suatu hubungan profesional yang diadakan

oleh seorang konselor yang sudah dilatih untuk pekerjaannya itu. (b) Dalam

hubungan ynag bersifat profesional itu, klien mempelajarari keterampilan

pengambilan keputusan,pemecahan masalah, serta tingkah laku atau sikap-sikap

baru. (c) Hubungan profesional itu dibentuk berdasarkan kesukarelaan antara

klien dan konselor.

Sherrtzer dan Stone (dalam Yusuf dan Nurihsan 2010 : 8) mengelompokan

konseling didasarkan pada ranah perilaku yang merupkan kepuduliannya, yaitu

yang berorientasi pada ranah perilaku yang merupakan kepuduliannya, yaitu yang

berorientasi pada ranah konitif dan ranah afektif. Patterson (dalam Yusuf dan

Nurihsan 2010 : 8) secara rinci menglompokan pendekatan konseling menjadi

lima kelompok, yaitu: penekatan rasional,teori belajar, psikoanalitik, perseptual-

penomenologis, dan eksistensial.

Dari uaraian tersebut dapat menggambarkan betapa sulit merumuskan

definisi konseling yang komprehensif dan berlaku untuk setiap orang dari

berbagai aliran. Konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat

membantu. Makna bantuan disini yaitu sebagai upaya untuk membantu orang lain

agar ia mampu tumbuh kearah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan

masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami

dalam kehidupannya. Dalam hal ini tugas konselor adalah menciptakan kondisi-

kondisi yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan klien.

11

Dari beberapa rumusan definisi konseling tersebut dapat diperoleh

beberapa unsur yang terkandung di dalam definisi konseling sebagai berikut :

a. Pembimbing/konseling, yaitu seseorang yang karena keahlian dan

kewenangan memberikan bantuan.

b. Terbimbing konseling, yaitu seseorang yang karena masalahnya yang diha

dapinya dan ketidakmampan dalam menyelesaiakan.

c. Masalah, yaitu terjadinya interaksi antara pembimbing/konseli untuk

memperoleh penyelesaian yang terbaik.

d. Proses, yaitu terjadinya interaksi antara pembimbing/konselor dengan

konseli secara tatap muka (langsung berhadapan muka) dalam upaya

penyelesaian masalah.

e. Tujuan, yaitu sesuatu yang ingin dicapai oleh pembimbing/konseli, dalam

arti dapat memberi bantuan dan mencapai hasil yang baik; dalam arti dapat

terselesaikan maslanya. Aqib (2012 : 30)

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat di simpulkan, bahwa

konseling merupakan serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam

usaha membantu konsele secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat

mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah

khusus, dengan tujuan agar individu dapat memahami dirinya sendiri, dapat

memberikan reaksi (tanggapan) terhadap pengaruh-pengaruh lingkungan, dan

dapat mengembangkan serta memperjelas tujuan-tujuan hidupnya.

12

2.1.3 Tujuan Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik mencapai

tugas-tugas perkembangan secara optimal sebagai makhluk tuhan, sosial, dan

pribadi. Lebih lanjut tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu individu

dalam mencapai : (a) kebahagian hidup pribadi sebagai makhluk tuhan, (b)

kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat, (c) hidup bersama

dengan individu-individu lain, (d) harmoni antara cita-cita mereka dengan

kemampuan yang dimilikinya. Wardati dan Jauhar ( 2011:28)

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan

kesempatan untuk: (1) mengenal dan memahami potensi, kekuatan dan tugas-

tugas perkembangannya, (2) mengenal dan memahami potensi atau peluang yang

ada dilingkungannya, (3) mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya

serta rencana pencapaian tujuan tersebut, (4) memahami dan mengatasi kesulitan-

kesulitan sendiri (5) menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya,

kepentingan lembaga tenpat kerja dan masyarakat, (6) menyesuaikan diri dengan

keadaan dan tuntutan dari lingkungannya; dan (7) menggunakan segala potensi

dan kekuatan yang dimilikinya secara tepat dan teratur secara optimal.

Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik

agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangannya yang meliputi aspek pribadi,

sosial, belajar (akademik), dan karir. (Yusuf dan Nurihsan, 2010:13-14) Tujuan

bimbingan dan konseling tersebut diatas memberikan gambaran tentang

pelaksanaan bimbingan dan konseling di Sekolah, karena dengan adanya tujuan

bimbingan dan konseling, maka pelaksanaan bimbingan dan konseling di Sekolah

13

akan benar-benar memberikan hasil yang positif bagi siswa dan bimbingan dan

konseling akan diminati oleh siswa sebagai sasaran layanan karena dalam tujuan

bimbingan dan konseling telah dijelaskan apa yang menjadi capaian bimbingan

dan konseling pada diri siswa.

Menurut (Wardati dan Jauhar 2011:29) tujuan bimbingan dan konseling di

sekolah adalah agar peserta didik, dapat : (a) Mengembangkan seluruh potensinya

seoptimal mungkin, (b) Mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya sendiri (c)

Mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungannya, yang meliputi lingkungan

sekolah, keluarga, pekerjaan, sosioekonomi, dan kebudayaan. (d) Mengatasi

kesulitan dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalahnya (e) Mengatasi

kesulitan dalam menyalurkan kemampuan, minat,dan bakatnya dalam bidang

pendidikan dan pekerjaan (f) Memperoleh bantuan secara tepat dari pihak-pihak

di luar sekolah untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang tidak dapat dipecahkan

di sekolah tersebut.

Dari tujuan bimbingan dan konseling di SMA tersebut maka ditarik

kesimpulan bahwa bimbingan konseling bertujuan membantu peserta didik agar

memiliki kompotensi mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin atau

mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam tugas-tugas perkembangan yang

harus dikuasainya sebaik mungkin.

14

2.1.4 Fungsi Bimbingan dan Konseling

Terdapat beberapa ahli yang menjelaskan tentang fungsi dari layanan

bimbingan dan konseling, ada ahli yang mengelompokan fungsi bimbingan dan

konseling menjadi 5 fungsi, ada juga yang mengelompokan menjadi 7 fungsi.

Tetapi dalam hal ini penulis lebih cenderung menggunakan 7 fungsi yang terdapat

dalam layanan bimbingan dan konseling yaitu menurut Yusuf dan Nurihsan

(2010:16). Fungsi-fungsi tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Fungsi Pemahaman

Yaitu membantu peserta didik agar memiliki pemahaman atas dirinya

(potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma

agama). Berdasarkan pemahaman ini, individu diharapkan mampu

mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan

dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.

2. Preventif

Yaitu upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalaha

yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak

dialami oleh peserta didik. Melaui fungsi ini, konselor memberikan

bimbingan kepada siswa tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan

atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat

digunakan adalah layanan orientasi, informasi dan bimbingan kelompok.

Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada siswa, dalam

mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya:

15

bahaya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obat terlarang,

putus sekolah dan pergaulan bebas.

3. Fungsi Pengembangan

Yaitu konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar

yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa. Konselor dan

personil sekolah lainnya bekerjasama merumuskan dan melaksanakan

program bimbingan secara sistimatis dan berkesinambungan dalam upaya

membantu siswa mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik

bimbingan yang dapat digunakan disini adalah adalah layanan informasi,

tutorial, diskusi kelompok atau curhat pendapat (brain storming), home

room dan karyawisata.

4. Fungsi Perbaikan.

Yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat

dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami

masalah, baik menyangkut aspek pribadi, social, belajar dan karir. Teknik

yang dapat digunakan adalah konseling dan remedial teaching.

5. Fungsi Penyaluran

Yaitu fugsi bimbingan yang membantu individu memilih kegiatan

ekstrakulikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan

karir ata jabatan yang sesuai dengan bakat, minat, keahlian dan cirri-ciri

pribadi yang lain. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu

bekerjasama dengan pendidik lainnya didalam maupun diluar lembaga

pendidikan.

16

6. Fungsi Adaptasi.

Yaitu fungsi yang membantu para pelaksana pendidikan khususnya

konselor, guru atau dosen untuk mengadaptasikan program pendidikan

terhadap latar belakang pendidikan, minat dan kemampuan serta

kebutuhan individu (siswa). Dengan menggunakan informasi yang

memadai, mengenai individu. Pembimbing/konselor dapat membantu para

guru dan dosen dalam memperlakukan individu secara tepat, baik dalam

memilih metode dan proses pembelajaran maupun mengadaptasikan bahan

ajar sesuai dengan kemampuan dan kecepatan individu.

7. Fungsi Penyesuaian.

Yaitu fungsi bimbingsn dalam membantu individu (siswa) agar dapat

menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program

pendidikan, peraturan sekolah atau norma agama.

Berdasarkan uraian tersebut maka jelas bahwa kegiatan bimbingan dan

konseling mempunyai sejumlah fungsi-fungsi bimbingan dan konseling sangat

menentukan keberhasilan pelaksanaan program ini. Oleh karenanya pelaksanaan

kegiatan bimbingan dan konseling harus mengacu sepenuhnya pada setiap fungsi

yang ada sehingga pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling dapat berjalan

optimal.

Setelah mengkaji fungsi bimbingan dan konseling terdapat beberapa

prinsip dasar yang dipandang sebagai fondasi atau landasan bagi layanan

bimbingan.

17

2.1.5 Prinsip Bimbingan dan Konseling

Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang

kemanusian yang menjadi dasar bagi pemberian layanan bantuan atau bimbingan,

baik disekolah maupun di luar sekolah. Menurut Prayitno, dkk (dalam Wagito,

2008:59) mengemukakan ada 4 prinsip Bimbingan dan Konseling yaitu: (a)

prinsip berkenaan dengan sasaran layanan, (b) pinsip yang berkenaan dengan

permasalahan individu, (c) prinsip yang berkenaaan dengan program layanan, (d)

prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan. Prinsip-prinsip BK

tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

a. Prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan

1. Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa

memandang umur, jenis kelamin, suku, agama dan status sosial

ekonomi.

2. Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah

laku individu yang unik dan dinamis.

3. Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan

bernagai aspek perkembangan individu.

4. Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada

perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanan.

b. Prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu.

1. BK berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi

mental atau fisik individu terhadap penyesuaian dirinya dirumah,

disekolah serta dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan,

18

dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik

individu.

2. Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan faktor

timbulnya masalah pada individu yang kesemuanya menjadi perhatian

utama pelayanan BK.

c. Prinsip yang berkenaan dengan program layanan

Adapun prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan

layanan BK itu adalah sebgaai berikut :

1. BK merupakan bagian integrasi dari proses pendidikan dan

pengembangan, oleh karena itu BK harus diselaraskan dan

dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta

didik

2. Program BK harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan

individu, masyarakat dan kondisi lembaga dan

3. Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari

jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi.

d. Prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan layanan

Pelaksanaan pelayanan BK baik yang bersifat insidental maupun

terprogram, dimulai dengan pemahaman tentang tujuan layanan, dan

tujuan ini akan diwujudkan melalui proses tertentu yang dilaksanakan oleh

tenaga ahli dalam bidangnya, yaitu konselor profesional. Prinsip-prinsip

yang berkenaan dengan hal tersebut adalah:

19

1. BK harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya

mampu membimbing diri sendiri dalm menghadapi permasalahannya.

2. Dalam proses BK keputusan yang diambil dan akan dilakukan oleh

individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri bukan karena

kemauan atau desakan dari pihak lain.

3. Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang

yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.

4. Kerja sama antara guru pembimbing, guru-guru lain dan orang tua

anak amat menentukan hasil pelayanan bimbingan serta.

5. Pengembangan program pelayanan BK ditempuh melalui pemanfaatan

yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu

yang terlibat dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan

konseling itu sendiri.

Prinsip bimbingan dan Konseling menguraikan tentang pokok-pokok dasar

pemikiran yang dapat dijadikan pedoman program pelaksanaan atau aturan yang

harus diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan konseling

dapat juga dijadikan sebagai seperangkat landasan praktis atau aturan yang harus

diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan konseling di

sekolah agar pelaksanaan layanan BK di Sekolah dapat terlaksana secara

maksimal dan memiliki daya tarik terhadap siswa.

20

2.1.6 Asas Bimbingan dan Konseling

Pelayanan Bimbingan dan Konseling adalah pekerjaan profesional.

Pekerjaan yang profesional itu harus dilaksanakan dangan mengikuti kaidah-

kaidah yang menjamin efisien dan efektivitas proses layanan Bimbingan dan

konseling. Dalam penyelanggraan pelayanan bimbingan dan konseling kaidah-

kaidah tersebut dikenal dengan asas-asas bimbingan dan konseling. Asas- asas

yang dimaksud adalah asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kekinian,

kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan, kenormatofan, keahlian, alih

tangan kasus dan tutwurihandayani (Prayitno dan Amti, 2004:115)

1. Asas kerahasiaan

Segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor tidak boleh

disampaikan kepada orang lain, atau lebih-lebih hal atau keterangan yang

tidak boleh atau tidak layak diketahui oleh orang lain. Asas kerahasiaan ini

merupakan asas kunci dalam usaha bimbingan dan konseling. Jika asas ini

benar-benar dilaksanakan, maka penyelenggra atau pemberi layanan akan

mendapatkan kepercayaan dari semua pihak terutama klien sehingga

mereka akan mau memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling dengan

sebaik-baiknya. Sebaliknya, jika guru Bk tidak dapat memegang asas

kerahasiaan dengan baik, maka hilanglah kepercayaan klien, hingga

akibatnya pelayanan bimbingan dan konseling tidak diminati oleh para

siswa.

21

2. Asas kesukarelaan

Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar

kesukarelaan, baik dari guru BK maupun siswa. Siswa diharapakan secara

suka dan rela tanpa ragu-ragu ataupun merasa terpaksa, menyampaikan

masalah yang dihadapinya, serta mengungkapkan segrnap fakta, data, dan

seluk beluk berkenaan dengan masalahnya itu kepada guru BK dan guru

BK juga hendaknya dapat memberikan bantuan dengan tidak terpaksa,

atau dengan kata lain guru BK memberikan bantuan dengan ikhlas.

3. Asas keterbukaan

Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat diperlukan suasana

keterbukaan, baik keterbukaan dari guru BK maupun siswa. Keterbukaan

ini bukan hanya sekedar bersedia menerima saran-saran dari luar justru

lebih dari itu, diharapkan masing-masing pihak yang bersangkutan

bersedia membuka diri untuk kepentingan pencegahan masalah.

Siwa yang membutuhkan bimbingan dan konseling daiharapkan dapat

berbicara dengan sejujur mungkin dan berterus terang tentang dirinya

sehinnga dengan keterbukaan ini penelaahan serta pengkajian berbagai

kekuatan dan kelemahan siswa dapat dilaksanakan.

4. Asas kekinian

Masalah individu yang ditanggulangi adalah masalah-masalah yang

sedang dirasakan sekarang bukan masalah yang sudah lampau, dan juga

bukan masalah yang mungkin akan dialami dimasa akan datang. Asas

kekinian juga mengandung pengertian bahwa guru BK tidak boleh

22

menunda-nunda pemberian bantuan. Jika diminta bantuan oleh klien atau

terlihat jelas-jelas bahwa siswa membutuhkan bantuan guru BK dapat

segera membantunya misalnya adanya siswa yang mengalami masalah dan

harus mendapatkan peneganan segara maka guru BK hendaklah segera

memberikan bantuan.

5. Asas Kemandirian

Pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan menjadikan siswa dapat

berdiri sendiri, tiadak tergantung pada diri orang lain atau Guru BK.

Siswa yang telah mendapatkan bimbingan diharapkan dapat mandiri

dan mampu: (a) Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana

adanya (b) Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan

dinamis (c) Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri (d)

Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan (e) Mewujudkan diri secara

optimal sesuai dengan potensi, minat dan bakat yang dimilikinya.

6. Asas Kegiatan

Usaha bimbingan dan konseling tidak akan memberikan hasil yang

berarti bila siswa tidak melakukan sendiri kegiatan dalam mencapai tujuan

bimbingan dan konseling. Hasil usaha bimbingan dan knseling tidak akan

tercapai dengan sendirinya, melainkan harus dengan kerja giat dari siswa

sendiri. Guru BK hendaklah membangkitkan semangat klien sehinnga ia

mampu dan mau melaksanakan kegiatan yang diperlukan dalam

penyelesaian masalah yang menjadi pokok pembicaraan dalam konseling.

23

7. Asas kedinamisan

Usaha pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya

perubahan pada diri klien, yaitu perubahan tingkah laku kearah yang lebih

baik. Perubahan itu tidaklah sekedar mengulang hal yang lama, yang

bersifat menoton, melainkan perubahan yang selalu menuju kesuatu

pembaruan sesuatu yang lebih maju, dinamis sesuai dengan arah

perkembangan siswa yang dikehendaki.

8. Asas keterpaduan

Pelayanan bimbingan dan konseling berusaha meamadukan bebagai

aspek kepribadian siswa. Jika aspek kepribadian ini tidak dapat dipadukan

maka akan menimbulkan masalah. Selain keterpaduan dari diri klien

konselor juga dapat memadukan isi dan proses layanan yang diberikan.

Hal ini menghindari ketidak serasian anatara aspek yang satu dengan

aspek yang lain.

9. Asas kenormatifan

Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan

norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama, norma adat,

norma hukum / negara, norma ilmu, maupun kebiasaan sehari-hari. Asas

kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun proses penyelenggaraan

layanan bimbngan dan konseling seluruh isi harus sesuai dengan norma-

norma yang ada.

24

10. Asas Keahlian

Usaha bimbingan dan konseling perlu dilakukan melalui asas keahlian

secara teratur dan sistematik dengan menggunakan prosedur, teknik dan

alat (instrumentasi bimbingan dan konseling) yang memadai. Untuk itu

para guru BK pelu memdapat latihan yang cukup, sehingga dengan itu

akan dapat dicapai keberhasilan usaha pemberian layanan.

11. Asas Alih Tangan

Dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling, asas alih tangan

dapat diterapkan jika guru BK sudah mengerahkan segenap kemampuan

untuk membantu siswa, namun siswa yang bersangkutan belum mendapat

bantuan sebagaimana yang diharapakan, maka guru BK dapat

mengalihkan masalah yang dihadapi siswa tersebut kepada petugas atau

seseorang yang lebih ahli.

12. Asas Tutwuri Handayani

Asas tutwuri handayani dapat menunjukan suasana umum yang

hendaknya tercipta dalam hubungan keseluruhan antara guru BK dan

siswa. Lebih-lebih di lingkungan Sekolah, asas ini makin dirasakan

keperluannya dan bahkan perlu dilengkapi dengan “ ing ngarso sung

tulodo, ing madya mangun karso” dan tutwuri handayani.

Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya

dirasakan pada waktu siswa mengalami masalah dan menghadap pada

guru BK saja, namun di luar hubungan proses bantuan bimbingan dan

25

konseling pun hendaknya dirasakan adanya dan manfaatnya pelayanan

bimbingan dan konseling itu.

Selain asas-asas tersebut terkai antara satu dan lainnya, segenap asas itu

perlu diselenggarakan secara terpadu dan tepat waktu, yang satu tidak

perlu didahulukan atau dikemudiankan dari yang lain. Begitu pentingnya

asas-asas tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa asas-asas itu

merupakan jiwa dan nafas dari seluruh proses kegiatan pelayanan

bimbingan dan konseling. Apabila asas-asas itu tidak dijalankan dengan

baik penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling akan tersendat-

sendat atau terhenti sama sekali.

2.1.7 Bidang-Bidang Bimbingan dan Konseling

Dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling terdapat tiga bidang

yang harus dilaksanakan oleh guru BK. Tiga bidang tersebut yaitu: a) bidang

bimbingan pribadi, b) bidang bimbingan sosial, c) bidang bimbingan belajar d)

bidang bimbingan karir, e) bidang bimbingan penembengan kehidupan

berkeluarga dan f) bidang pengembengan kehidupan berkeluarga. (Tohirin 2007 :

123)

a. Bidang bimbingan pribadi

Bidang bimbingan pribadi adalah bantuan yang diberikan kepada siswa

agar siswa dapat mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi. Menurut

Surya, (dalam Tohorin, 2007: 125) bidang bimbingan pribadi merupakan

bidang bimbingan dalam menghadapi dan memecahkan masalah pribadi.

Selanjutnya Winkel, (dalam Tohorin, 2007: 125) menyatakan bahwa bidang

26

bimbingan pribadi merupakan proses bantuan yang menyangkut keadaan

batinya sendiri dan kejasmaniaanya sendiri.

Berdasarkan pengertian dari kedua ahli tersebut, maka yang dimaksud

dengan bimbingan pribadi adalah bimbingan untuk membantu individu

mengatasi masalah-masalah yang bersifat pribadi yang bertujuan agar siswa

dapat mampu mengatasi sendiri, mengambil sikap atau memecahkan masalah

sendiri yang menyangkut keadaan batinya sendiri.

b. Bidang bimbingan Sosial

Bidang bimbingan sosial adalah bidang bimbingan yang membantu

individu untuk memecahkan masalah-masalah sosial, seperti pergaulan dan

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang bertujuan agar siswa mampu

bersosialisasi dan mudah menyelesaikan diri dengan lingkungan secara baik.

Sehingga Djumhur& Surya, (dalam, Tohirin 2007 : 127) menyatakan bidang

bimbingan sosial merupakan Bidang bimbingan yang bertujuan untuk

membantu individu dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan

dalam masalah soial, sehingga individu mampu menyesuaikan diri secra baik

dan wajar dalam lingkungan sosialnya.

c. Bidang Bimbingan Belajar

Bidang bimbingan belajar adalah salah satu bidang bimbingan yang

diberikan oleh guru BK kepada siswa dalam hal menemukan cara belajar

yang tepat, dan dalam mengatasi kesukaran-kesukaran yang timbul berkaitan

dengan tuntutan belajar di institusi pendidikan. Winkel, (dalam Tohirin

2007:130)

27

Berdasarkan pendapat tersebut bidang bimbingan belajar bermakna

suatu bantuan dari guru BK kepada siswa dalam menghadapi dan

memecahkan masalah sosial.

d. Bidang Bimbingan Karier

Menurut Winkel, (dalam Tohirin, 2007 : 133) bahwa bidang bimbingan

kaier merupakan bantuan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia

pekerjaan, pemilihan lapangan pekerjaan atau jabatan ( profesi ) tertentu serta

membekali dirinya agar siap memangku jabatan tersebut dan dalam

menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan dari lapangan pekerjaan yang

telah dimasuki.

Berdasarkan pendapat tersebut Bidang bimbingan karir dapat bermakna

bantuan yang diberikan oleh guru BK kepada siswa agar siswa akan lebig

siap unuk memasuki dunia kerja serta ma pu untuk mengambil keputusan

dalm menentukan karier.

e. Bidang Bimbingan Pengembagan Kehidupan Berkeluarga

Bidang bimbingan berkeluarga merupakan suatu bimbingan yang

diberikan oleh guru BK kepada siswa dalam memecahkan masalah kehidupan

berkeluarga. Melalui bimbingan ini individu diberikan bantuan untuk

mencarikan alternatif bagi pemecahan masalah yang berkenaan dengan

kehidupan berkeluarga.

f. Bidang Bimbingan Pengembagan Kehidupan Beragama

Bidang bimbingan pengembagan kehidupan berkelurga adalah bidang

bimbingan yang membantu siswa agar mampu menghadapi dan memecahkan

28

masalah-masalah yang berkenaan dengan kehidupan beragama agar para

siswa dapat menemukan alternatif bagi pemecahan masalah-masalah yang

berkenaan dngan kehidupan beragama.

2.1.8 Jenis-jenis Layanan Bimbingan dan Konseling

Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan utama yang harus

dilaksanakan oleh guru BK. Karena layanan bimbingan dan konseling dapat

dijadikan program layanan BK di Sekolah baik itu program tahunan maupun

program harian yang merupakan wujud dari kegiatan bimbingan dan konseling di

Sekolah sehigga dapat menarik perhatian siswa. Dalam kegiatan Bimbingan dan

Konseling ada sembilan layanan yang dapat dilaksanakan oleh guru BK. Sembilan

layanan itu meliputi layanan Orientasi, layanan informasi, layanan penempatan

dan penyaluran, layanan penguasaan konten, layanan konseling perorangan,

layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok, layanan konsultasi

dan layanan mediasi. (Tohirin, 2007 : 141) .

1. Layanan Orientasi

Layanan orientasi yaitu layanan yang membantu siswa memahami

lingkungan baru, terutama lingkungan Sekolah dan obyek-obyek yang

dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta mempermudah dan

memperlancar peran siswa di lingkungan yang baru.

2. Layanan Informasi

Layanan informasi yaitu layanan yang membantu siswa menerima dan

memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir / jabatan dan

pendidikan lanjutan

29

3. Layanan penempatan dan penyaluran penempatan yaitu penempatan dan

penyaluran siswa disekolah dapat berupa (a) penempatan siswa di dalam

kelas, (b) penempatan dan penyaluran ke dalam kelompok-kelompok

belajar, (c) ke dalam kefiatan koekstra kurikuler, dan (d) ke dalam

jurusan/program studi yang sesuai.

4. Layanan penguasaan konten

Layanan penguasaan konten yaitu layanan yang membantu peserta didik

menguasai kompetensi tertentu, misalnya kompetensi yang dapat berguna

dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat.

5. Layanan konseling perorangan, layanan konseling ini dimaksudkan

sebagai pelayanan khusus dalam hubungan langsung tatap muka antara

konselor dan klien. Dalam hubungan itu masalah klien dicermati dan

diupayakan pengentasannya, sedapat-dapatnya dengan kekuatan klien

sendiri.

6. Layanan bimbingan kelompok ini adalah layanan bimbingan yang

diberikan dalam suasana kelompok menurut Gazda (dalam Prayitno dan

Amti 2004:309) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok di sekolah

merupakan kegiatan informasi kepada kelompok siswa untuk membantu

mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Misalnya membantu

siswa dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial,

kegiatan belajar, karir atau jabatan.

7. Layanan konseling kelompok adalah layanan konseling perorangan

dilaksanakan di dalam suasana kelompok

30

8. layanan konsultasi

Layanan konsultasi yaitu layanan yang membantu siswa dan atau pihak

lain dengan adanya pihak ketiga dalam memperoleh wawasan,

pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani

kondisi dan atau masalah peserta didik.

9. Sedangkan layanan mediasi layanan yang membantu siswa menyelesaikan

permasalahan dan memperbaiki hubungan antar mereka. Seperti perbedaan

pendapat antara kedua belah pihak atau percecokan.

2.2 Perlunya Bimbingan dan Konseling di sekolah

Menurut Wardati dan Djauhar (2011:132) jika ditinjau secara mendalam,

setidaknya ada tiga hal utama yang melatar belakangi perlunya bimbingan yakni

ditinjau secara umum, sosio-kultural dan aspek psikologis. Secara umum latar

belakang perlunya bimbingan berhubungan erat dengan pencapaian tujuan

pendidikan nasional, yaitu meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia

yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, bertanggung

jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.

Bila dicermati dari sudut sosio-kultural, yang melatar belakangi perlunya

proses bimbingan adalah adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang pesat sehingga berdampak di setiap dimensi kehidupan. Hal tersebut

semakin diperparah dengan laju pertumuhan penduduk yang tinggi, sementara laju

lapangan pekerjaan relatif menetap. Terdapat lima hal yang melatar belakangi

perlunya layanan bimbingan di sekolah yakni : (1) masalah perkembangan

31

individu, (2) masalah perbedaan individual, (3) masalah kebutuhan individu, (4)

masalah peneyesuaian diri dan kelaianan tingkah laku, dan (5) masalah belajar.

Menurut Prayitno dan Amti (2004:29-30) pelayanan bimbingan dan

konseling di sekolah di Indonesia sebenarnya telah dirintis sejak tahun 1960-an.

Mulai Tahun 1975 pelayanan bimbingan dan konseling telah secara resmi

memasuki sekolah-sekolah, yaitu dengan dicantumkannya pelayanan tersebut

pada kurikulum 1975 yang berlaku di sekolah-sekolah seluruh Indonesia, pada

jenjang SD, SLTP, dan SLTA. Pada Kurikulum 1984 keberadaan bimbingan dan

konseling lebih dimantapkan lagi. Keberadaan pelayanan bimbingan dan

penyuluhan di sekolah dipertegas lagi oleh Peraturan Pemerintah No 28 tahun

1990 (tentang Pendidikan Dasar) dan No. 29 tahun 1990 (tentang Pendidikan

Menengah) dalam kedua peraturan pemerintah itu disebutkan dalam Bab X,

bahwa : (1) Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam

rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa

depan (2) Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.

Dalam penjelasannya Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990

menyebutkan bahwa : (1) Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi siswa,

dimaksudkan untuk membantu siswa menegnal kelebihan dan kekurangan yang

ada pada dirinya (2) Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan,

dimaksudkan untuk membantu siswa menyesuaikan diri dengan lingkungan

sosial, ekonomi, budaya serta alam yang ada (3) Bimbingan dalam rangka

merencanakan masa depan, mempersiapkan diri untuk langkah yang dipilihnya

setelah tamat pada sekolah menengah serta kariernya di masa depan.

32

Peraturan perundangan tersebut di atas memberikan legalisasi yang cukup

mantap tentang keberadaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.

Boleh dikatakan pekerjaan bimbingan dan konseling tidak dapat diganggu gugat

lagi keberadaannya.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulkan bahwa pelayanan bimbingan

dan konseling di sekolah telah diterima dan menjadi suatu pekerjaan yang tugas

dan ruang lingkupnya jelas. Lebih jauh, mengingat bahwa sumber permasalahan

anak-anak, remaja dan pemuda sebagian besar berada di luar sekolah, dan

mengingat pula bahwa permasalahan yang dialami manuasia tidak hanya terdapat

di sekolah, maka pelayanan bimbingan dan konseling perlu menjangkau daerah-

daerah yang lebih luas di luar sekolah. Anak-anak, para remaja, dan pemuda

bahkan orang-orang dewasa di dalam keluarga, di dalam lembaga-lembaga kerja,

dan di dalam organisasi serta lembaga-lembaga kemasyarakatan pada umumnya

menghadapi masalah dalam kehidupan dan perkembangannya. Maka perlunya

layanan bimbingan dan konseling sangat penting bagi sekolah untuk membantu

para siswa yang mengalami masalah agar dapat teratasi secara optimal, oleh sebab

itu dibutuhkan pelayanan yang baik, menyenangkan, menarik dan profesional.

2.3 Faktor-Faktor Mempengaruhi Keberhasilan Layanan Bimbingan dan

Konseling di Sekolah

Keberhasilan proses konseling dalam pelaksanaannya ditentukan oleh

banyak faktor. Dalam hal ini, menurut Glading (dalam Lubis Lumongga 2011:69)

menjelaskan ada lima faktor yang mempengaruhi konseling yaitu struktur,

inisiatif, tatanan, (setting), fisik, kualiatas klien dan kualitas konselor.

33

a. Struktur

Struktur menurut Willis (dalam (dalam Lubis Lumongga 2011:69-71)

adalah susunan proses konseling yang dilakukan konselor secara sistematis,

sementara Gladding mengartikan struktur sebagai konsep mengenai

karakteristik, kondisi, prosedur, dan parameter konseling yang dipakai oleh

konselor dan lien. Struktur digunakan untuk memperjelas hubungan antara

konselor-klien, melindungi hak masing-masing, menunjukan arah, dan

memjamin konseling berhasil. Apabila konseling tidak memiliki struktur

yang jelas, maka klien tidak dapat memahami konseling sepenuhnya. Hal ini

membuatnya tidak aman, bingung, takut, dan tidak mau berbagi tanggung

jawab untuk keberhasilan konseling.

b. Inisiatif

Inisiatif dipandang sebagai motivasi untuk berubah. Klien yang

memiliki inisiatif untuk memepercepat kesembuhannya dalam proses

konseling akan memudahkan konselor dalam menangani permasalahan yang

dihadapinya. Inisiatif biasanya lahir dari klien yang menyadari bahwa ia

harus keluar dari masalahnya dan memiliki keyakinan yang kuat bahwa

konseling akan berhasil. Sementara klien yang masih enggan

mengungkapkan permasalahannya, maka konselor harus berinisiatif

mengambil tindakan nyata agar dapat menggali akar konflik klien.

34

c. Tatanan (setting) fisik

Tatanan fisik turut membantu terciptanya klien yang kondusif. Hal yang

perlu dilakukan oleh konselor adalah bagaimana membuat ruang klien

nyaman dan memberikan ketenangan pada klien. Konselor yang

professional diharapkan meiliki keterampilan untuk menyiapkan ruangan,

klien yang memungkinkan klien merasa aman, tenang, relaks, dan tenang.

d. Kualitas klien yang termasuk dalam kualitas klien adalah karakteristik

klien dan kesiapannya menjalani proses konseling.

e. Kualitas konselor adalah pihak yang paling memahami akan dibawa ke

mana arah konseling dan mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan

konseling.

Untuk itulah, seorang konselor harus memenuhi karakteristik khusus yang

harus dipenuhi untuk menangani klien.

Menurut Achmad Nurihsan Juntika (2007:57) kriteria atau patokan yang

dipakai untuk menilai keberhasilan layanan bimbingan dan konseling di sekolah

adalah mengacu pada terpenuhi atau tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan

peserta didik dan pihak-pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung

berperan membantu peserta didik memperoleh perubahan perilaku dan pribadi

kearah yang lebih baik.

Dalam keseluruhan kegiatan layanan bimbingan dan konseling, penilaian

diperlukan untuk memperoleh umpan balik terhadap keefektifan layanan

bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan. Dengan informasi ini dapat

diketahui sampai sejauh mana derajat keberhasilan kegiatan layanan bimbingan

35

dan konseling. Penilaian merupakan langkah penting dalam manajemen program

bimbingan, tanpa penilaian tidak mungkin kita dapat mengetahui dan

mengidentifikasi keberhasilan layanan bimbingan dan konseling yang telah

direncanakan. Penilain program bimbingan merupakan usaha untuk menilai

sejauh mana pelaksanaan program itu mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dengan kata lain bahwa keberhasilan layanan merupakan suatu kondisi yang

hendak dilihat lewat kegiatan penilain.

Hendaknya pembimbing senantiasa memperhatikan faktor-faktor yang dapat

memudahkan dalam melaksanakan proses konseling sehingga proses konseling

berjalan lancar dan hendaknya konselor dapat menciptakan suasana konseling

dengan aman dan nyaman, agar pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di

sekolah dapat berjalan secara teratur.

2.4 Pemanfaatan Layanan Bimbingan dan Konseling oleh Siswa

Pemanfaatan dikonseptualisasikan sebagai suatu perilaku atau tindakan

menggunakan, menerima atau mengikuti layanan bimbingan dan konseling yang

diberikan oleh konselor. Menurut Sofyan dan Willis (2009 : 116) Siswa yang

merasa mengalami kesulitan diharapkan punya kesadaaran diri untuk

memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling dengan sukarela. Namun

walaupun siswa datang dengan sukarela jika pembimbing kurang terampil, kurang

bersahabat, maka siswa tersebut tetap akan kecewa, Untuk menghadapi klien

terpaksa, pembimbing tidak boleh memaksa untuk memberi bantuan salah satu

strategi adalah menjelaskan secara bijak apa yang dimaksud dengan konseling.

Sebab kebanyakan siswa enggan atau tidak mau mendatanngi konseling karena

36

nama baik bimbingan dan konseling telah tercemar akibat ulah pembimbing di

lapangan yang tidak profesional.

Mereka memandang bahwa konseling adalah : (1) proses nasehat supaya klien

menjadi baik, (2) konseling hanya bagi kasus-kasus orang yang mengalami

masalah atau kesulitan penyesuaian diri misalnya orang gila. seorang siswa nakal,

mencuri, memukul teman, maka anak itu harus diberi bimbingan. namun jika ada

anak yang berprestasi dalam seni, belajar, olahraga, dan sebagainya, mereka tidak

perlu dibimbing. Padahal bimbingan dan konseling harus diberikan kepada semua

orang untuk perkembangan potensinya, jadi bukan hanya bagi yang bermasalah.

Namun masalah yang besar adalah kemampuan konselor menghadapi klien

bermusuhan.

Untuk memahami seberapa jauh pemanfaatan layanan bimbingan

konseling di sekolah yakni, ada perbedaan antara siswa yang memanfaatkan dan

yang tidak memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Perbedaan

itu tampak berkaitan dengan persepsi siswa terhadap cara konselor menampilkan

dirinya dihadapan siswa. Siswa yang memanfaatkan layanan bimbingan umumnya

menyatakan bahwa konselor merupakan orang yang ramah, menyenangkan,

bersahabat, penuh pengertian, menghargai, terbuka, dan bisa dipercaya.

Sedangkan siswa yang tidak memanfaatkan menyatakan bahwa mereka takut

dengan konselor dengan alasan konselor sering menghukum, tidak ramah, sering

marah, tidak menghargai, dan tidak bersahabat.

37

Untuk memaksimalkan peran program layanan bimbingan dan konseling

tentunya juga harus diiringi dengan pemanfaatan layanan bimbingan dan

konseling yang maksimal pula. Pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling

sendiri diartikan sebagai perilaku menggunakan, menerima, atau mengikuti

layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh pembimbing, dengan cara

berpartisipasi dalam berbagai komponen program layanan bimbingan dan

konseling. Tentunya kata pemanfaatan disini menuntut siswa juga berperan aktif

dalam memanfaatkan layanan tersebut, bukannya pasif menunggu program

layanan yang di berikan oleh pembimbing.