bab ii kajian teori & kerangka berpikir 2.1 kajian teori...

24
BAB II KAJIAN TEORI & KERANGKA BERPIKIR 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Partai Politik 2.1.1.1 Pengertian Partai Politik Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2006) dijelaskan politik adalah hal- hal yang berkenaan dengan tata negara, urusan yang mencakup siasat dalam pemerintahan negara atau terhadap negara lain, cara bertindak atau taktik; urusan ketatanegaraan. Menurut Joyce Mitchell dalam Miriam Budiardjo (2003) politik adalah sebuah bentuk pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijakan umum untuk masyarakat seluruhnya. Pengertian politik tersebut menyangkut kegiatan pemerintah, dalam prosesnya, pengambilan keputusan politik dan pelaksanaan keputusan politik pasti akan terjadi konflik-konflik kepentingan. Konflik ini terjadi antara pihak-pihak yang berupaya mendapatkan atau mempertahankan sumber yang dipandang penting dan pihak-pihak yang lain yang juga berikhtiar mendapatkan dan atau mempertahankan sumber-sumber tersebut. Sigmun Neumann mendefinisikan politik sebagai suatu kekuasaan pemerintahan dengan merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda. (Syafeiie, 2005). Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa politik adalah suatu pengambilan keputusan secara kolektif yang dilakukan oleh sekelompok orang yang tergabung dalam sebuah kebijakan dimana mereka mendapat kekuasaan dan mereka berhak mengatur hubungan antar negara dengan negara ataupun rakyatnya.

Upload: trinhnhi

Post on 08-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI & KERANGKA BERPIKIR 2.1 Kajian Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2950/3/T1_172008009_BAB II.pdf · langsung dalam proses penyelenggaraan negara

��

BAB II

KAJIAN TEORI & KERANGKA BERPIKIR

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Partai Politik

2.1.1.1 Pengertian Partai Politik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2006) dijelaskan politik adalah hal-

hal yang berkenaan dengan tata negara, urusan yang mencakup siasat dalam

pemerintahan negara atau terhadap negara lain, cara bertindak atau taktik; urusan

ketatanegaraan.

Menurut Joyce Mitchell dalam Miriam Budiardjo (2003) politik adalah sebuah

bentuk pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijakan umum untuk

masyarakat seluruhnya. Pengertian politik tersebut menyangkut kegiatan pemerintah,

dalam prosesnya, pengambilan keputusan politik dan pelaksanaan keputusan politik

pasti akan terjadi konflik-konflik kepentingan. Konflik ini terjadi antara pihak-pihak

yang berupaya mendapatkan atau mempertahankan sumber yang dipandang penting

dan pihak-pihak yang lain yang juga berikhtiar mendapatkan dan atau

mempertahankan sumber-sumber tersebut.

Sigmun Neumann mendefinisikan politik sebagai suatu kekuasaan

pemerintahan dengan merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan suatu

golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda.

(Syafeiie, 2005).

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa politik adalah suatu

pengambilan keputusan secara kolektif yang dilakukan oleh sekelompok orang yang

tergabung dalam sebuah kebijakan dimana mereka mendapat kekuasaan dan mereka

berhak mengatur hubungan antar negara dengan negara ataupun rakyatnya.

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI & KERANGKA BERPIKIR 2.1 Kajian Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2950/3/T1_172008009_BAB II.pdf · langsung dalam proses penyelenggaraan negara

��

Politik sebagai suatu istilah adalah berasal dari kata Yunani “ polistaia”.kata

“polis” berarti kesatuan masyarakat yang mengurus diri sendiri ( Negara) sedangkan

“Taia” berarti urusan, jadi istilah “polistaia” adalah suatu kesatuan masyarakat yang

mengurus urusan kepentingan negaranya.(Noor Ms Bakry,1980).

Sedangkan Partai Politik Menurut Carl Friedrich dalam Inu Kencana (2003)

bahwa:’’ A political party is a group of human beings, stably organized with the

objective of securing or maintaining for its leaders the control of a goverment,with

the farther objective of giving to members of the party, through such controlideal and

material benefits and advatanges”. Maksudnya sebuah partai politik merupakan

sekelompok manusia yang terorganisir dengan stabil,dengan tujuan menjaga atau

mempertahankan penguasaan ini akan memberikan manfaat bagi pimpinan partai dan

berdasarkan penguasaan ini akan memberikan manfaat bagi anggota partainya,baik

idealisme maupun kekayaan material serta perkembangan lainnya.

R.H. Soltau (Maran, 2007) partai politik adalah sekelompok warga negara

yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik, dan

dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih, yang bertujuan untuk menguasai

pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan umum mereka.

Selain definisi diatas, sebagaimana yang dikemukakan oleh Carl J. Frederich

(2007) partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil

dengan tujuan mengamankan atau memelihara para pemimpinnya atas suatu

pemerintahan, dengan demikian dapat memberikan kepada anggota-anggotanya

keuntungan-keuntungan serta kelebihan-kelebihan ideal maupun material.

Miriam Budiardjo,(1998) berpendapat “partai politik adalah suatu kelompok

yang terorganisir, yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi,nilai-nilai,dan cita-

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI & KERANGKA BERPIKIR 2.1 Kajian Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2950/3/T1_172008009_BAB II.pdf · langsung dalam proses penyelenggaraan negara

��

cita yang sama. Tujuan kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan politik

melalui kekuasaan itu, melaksanakan kebijakan-kebijakan partai”.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa partai politik adalah

sekelompok manusia,yang teroganisir,dan anggota-anggotanya mempunyai orientasi

dan nilai, cita-cita yang sama dan memiliki suatu tujuan-tujuan yang sama pula,atau

suatu keadaan politik bagi siapa saja (anggota) yang tergabung di dalamnya untuk

secara bersama-sama mencapai kekuasaan untuk memerintah dalam hal ini berkaitan

dengan pemerintah, dan merupakan ciri khas dari partai politik untuk mencapai suatu

kekuasaan.

Partai politik ialah sekelompok orang yang terorganisir serta berusaha untuk

memperoleh kekuasaan dengan dua cara yaitu ikut serta dalam pelaksanaan

pemerintah secara sah,engan tujuan bahwa dalam pemilu memperoleh suara mayoritas

dalam badan legislatif, atau mungkin bekerja secara tidak sah / subservatif untuk

memperoleh kekuasaan tertinggi dalam negara,yaitu melalui revolusi atau coup d’etat.

(Sukarna, 1981).

Partai politik menurut Undang-Undang No. 31 Tahun 2002 Republik

Indonesia dinyatakan bahwa” Partai politik adalah organisasi politik yang dibentuk

oleh sekelompok warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar

persamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota,

masyarakat, bangsa, dan negara, melalui pemilihan umum.”

Partai politik khususnya Partai Golkar ialah partai yang ditopang oleh sistem

dan mekanisme politik yang dirancang oleh pemerintah, dimana militer menjadi

bagian dari sistem dan mekanisme politik tersebut dan bagian dari strategi partai.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI & KERANGKA BERPIKIR 2.1 Kajian Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2950/3/T1_172008009_BAB II.pdf · langsung dalam proses penyelenggaraan negara

��

Partai politik merupakan alat utama dan alat yang dinamis dalam

pemerintahan. Partai diartikan sebagai organisasi manusia yang menjadi penggandeng

antara rakyat dan badan-badan pemerintah, yang pada akhirnya melaksanakan atau

mengontrol pelaksanaan kehendak rakyat sebagaiman diwujudkan dalam hukum dan

kebijakan (Pamudji, 1983)

Menurut Inu Kencana.S (2003) ”Partai politik adalah sekelompok orang-orang

yang memiliki ideologi yang sama, berniat merebut dan mempertahankan kekuasaan

dengan tujuan untuk (yang menurut pendapat mereka pribadi paling idealis)

memperjuangkan kebenaran, dalam suatu level (tingkat) Negara”. Partai politik

sebagai institusi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan masyarakat dalam

mengendalikan kekuasaan. Hubungan ini banyak dipengaruhi oleh kebudayaan

masyarakat yang melahirkannya. Kalau kelahiran partai politk sebagai

pengejawantahan dari kedaulatan rakyat sebagai politk formal, maka semangat

kebebasan selalu dikaitkan orang dalam membicarakan partai politik sebagai

pengendalian kekuasaan.Partai politik sering dianggap sebagai salah satu atribut

negara demokrasi modern, dan tidak ada seorang alipun dapat membantahnya, karena

partai politik sangat diperlukan kehadirannya bagi negara-negara yang berdaulat.

Bagi negara-negara yang merdeka dan berdaulat eksitensi partai politik merupakan

prasyarat yang baik sebagai sarana untuk menyalurkan aspirasi rakyat, juga terlibat

langsung dalam proses penyelenggaraan negara melalui wakil-wakilnya yang duduk

dalam badan-badan perwakilan rakyat.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa partai politik

merupakan sekelompok orang yang terorganisir,untuk memperoleh kekuasaan dan

sebagai alat utama (pemerintah), sebagai pengandeng bawahannya dalam arti (rakyat)

untuk mengontrol jalannya kehendak rakyat demi mempertahankan kekuasaan dengan

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI & KERANGKA BERPIKIR 2.1 Kajian Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2950/3/T1_172008009_BAB II.pdf · langsung dalam proses penyelenggaraan negara

��

tujuan untuk memperjuangkan kebenaran, kedaulatan rakyat dalam proses

penyelenggaraan negara melalui wakil-wakil yang duduk dalam badan-badan

perwakilan daerah.

2.1.1.2 Fungsi Partai Politik

Partai Politik Menurut Mirriam Budiardjo (1982) dalam negara demokratis

partai politik menyelenggarakan beberapa fungsi :

1) Partai sebagai sarana komunikasi politik

Salah satu tugas dari partai politik adalah menyalurkan aneka ragam pendapat

dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian juga sehingga

kesimpangsiuran pendapat dalam masyarakat modern yang begitu luas. Proses ini

dinamakan “pengabungan kepentingan“ ( interest aggregation ). Sesudah

digabung, pendapat dan aspirasi orang lain yang senada.Proses ini dinamakan

“perumusan kepentingan”(interest articulation).

Perumusan kepentingan dijadikan sebagai usul kebijaksanaan. Usul

kebijaksanaan ini dimasukkan dalam program partai untuk diperjuangkan atau

disampaikan kepada pemerintah agar dijadikan kebijaksanaan umum (public

policy). Dengan demikian tuntutan dan kepentingan masyarakat disampaikan

pemerintah melalui politik. Partai politik berfungsi juga untuk memperbincangkan

dan menyebarkanluaskan rencana-rencana dan kebijaksanaan-kebijaksanaan

pemerintah. Dengan demikian terjadi arus informasi serta dialog dari atas ke

bawah dan dari bawah ke atas, dimana partai politik memainkan peranan sebagai

penghubung antara yang memerintah dan yang diperintah, antara pemerintah dan

warga masyarakat. Dalam menjalankan fungsi ini partai politik sering disebut

sebagai broker (perantara) dalam suatu bursa ide-ide (“ clearing house of idealis).

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI & KERANGKA BERPIKIR 2.1 Kajian Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2950/3/T1_172008009_BAB II.pdf · langsung dalam proses penyelenggaraan negara

��

2) Partai sebagai sarana sosialisasi politik

Partai politik juga main peranan sebagai sarana sosialisasi politik ( instrumen

of political socialization). Di dalam ilmu politik sosialisasi politik diartikan

sebagai proses melalui mana seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap

phenomena politik,yang umumnya berlaku dalam masyarakat dimana berada.

Biasanya proses sosialisasi berjalan secara berangsur-angsur dari masa kanak-

kanak sampai dewasa. Sosialisasi politik diselenggrakan melalui ceramah-

ceramah penerangan,kursus kader, kursus penataan.

3) Partai politik sebagai sarana recruitment politik

Partai politik juga berfungsi untuk mencari dan mengajak orang yang berbakat

untuk turun aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai (political

recruitment), dengan demikian partai turut memperluas partisipasi politik.

Caranya ialah melalui kontak pribadi, persuasi juga diusahakan untuk menarik

golongan muda untuk di didik menjadi kader yang di masa mendatang atau

mengganti pimpinan lama ( selection of leadership). Sarana recruitment politik

dengan demikian berkaitan erat dengan proses recruitment bakal calon Kepala

Daerah yang dilakukan oleh Parpol pada saat Pemilihan Kepala Daerah.

4) Partai politik sebagai sarana pengatur konflik

Dalam suasana demokrasi, persaingan dan perbedaan pendapat dalam

masyarakat merupakan soal yang wajar, jika sampai terjadi konflik, partai politik

berusaha untuk mengatasinya, dalam praktek politik dilihat bahwa fungsi-fungsi

tersebut di atas tidak dilaksanakan seperti yang diharapkan. Misalnya informasi

yang diberikan justru menimbulkan kegelisahan dan perpecahan dalam

masyarakat; yang dikejar bukan kepentingan nasional, akan tetapi kepentingan

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI & KERANGKA BERPIKIR 2.1 Kajian Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2950/3/T1_172008009_BAB II.pdf · langsung dalam proses penyelenggaraan negara

��

partai yang sempit dengan akibat pengkotaan politik atau konflik tidak

diselesaikan akan tetapi melahan dipertajam.

Fungsi Partai politik telah diatur dalam Undang-undang No. 2 Tahun 2008,

pada pasal 12 mengenai fungsi partai politik yakni menjadi sarana untuk:

1. Pendidikan politik bagi anggotanya dan masyarakat luas agar menjadi warga

negara Republik Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

2. Penciptaan iklim yang kondusif serta sebagai perekat persatuan dan kesatuan

bangsa untuk mensejahterakan masyarakat.

3. Penyerap, penghimpun dan penyalur aspirasi politik masyarakat secara

konstitusional dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara.

4. Partisipasi politik warga negara Indonesia.

5. Rekruitmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme

demokrasi dengan memerhatikan kesetaraan dan keadilan gender.

2.1.1.3 Klasifikasi Partai Politik

Klasifikasi partai dalam Mirriam Budiardjo (1991) dapat dilakukan dengan

berbagai cara, dilihat dari segi komposisi dan fungsi keanggotaanya, secara umum

dapat dibagi dalam dua jenis yaitu partai massa dan partai kader. Partai massa

mengutamakan kekuatan berdasarkan keunggulan jumlah anggota, oleh karena itu

biasanya terdiri dari pendukung–pendukung dari berbagai aliran politik dalam

masyarakat yang sepakat untuk bernaung di bawahnya dalam memperjuangkan suatu

program yang biasanya luas dan agak kabur. Kelemahan dari partai massa adalah

masing-masing aliran atau kelompok yang bernaung dibawah partai massa cenderung

untuk memaksakan kepentingan masing-masing terutama pada saat krisis, sehingga

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI & KERANGKA BERPIKIR 2.1 Kajian Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2950/3/T1_172008009_BAB II.pdf · langsung dalam proses penyelenggaraan negara

���

persatuan dalam partai dapat menjadi lemah atau hilang sama sekali sehingga salah

satu golongan memisahkan diri dan mendirikan partai baru.

Sedangkan Partai kader mementingkan keketatan organisasi dan disiplin kerja

dari anggota-anggotanya. Pimpinan partai biasanya menjaga kemurnian doktrin

politik yang dianut dengan jalan mengadakan saingan terhadap calon anggotanya dan

memecat anggota yang menyeleweng dari garis partai yang telah ditetapkan.

Kemudian partai politik dilihat secara sistem organisasinya di dalam

pemerintahan maka partai politik dibedakan menjadi sistem partai tunggal, sistem dwi

partai, dan sistem muti partai.

1. Sistem partai tunggal

Sistem partai tunggal merupakan istilah yang menyangkal diri sendiri

(condictio in terminis) sebab menurut pandangan ini suatu sistem selalu

mengandung lebih dari satu unsur, namun demikian istilah ini telah tersebar luas

dikalangan masyarakat dan sarjana. Istilah ini dipakai untuk partai yang benar-

benar merupakan satu-satunya partai dalam suatu negara,maupun untuk partai

yang mempunyai kedudukan dominan diantara beberapa partai lainnya dalam

kategori terakhir terdapat banyak variasi.

Pada partai tunggal terdapat di beberapa negara Afrika (Ghana di masa

Guinea. Mali. Pantai Gading). Eropa Timur dan RRC. Suasana kepartaian

dinamakan non–kompetitif oleh karena partai-partai yang ada harus menerima

pimpinan dari partai yang dominan dan tidak dibenarkan bersaing secara merdeka

melawan partai itu. Kecenderungan untuk mengambil pola sistem partai tunggal

disebabkan di negara-negara baru, pimpinan sering dihadapkan dengan masalah

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI & KERANGKA BERPIKIR 2.1 Kajian Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2950/3/T1_172008009_BAB II.pdf · langsung dalam proses penyelenggaraan negara

��

bagaimana mengintegrasikan berbagai golongan,daerah serta suku bangsa yang

berbeda corak sosial dan pandangan hidupnya, dikuatirkan bahwa bila

keanekaragaman sosial dan budaya ini dibiarkan, besar kemungkinan akan terjadi

gejolak-gejolak sosial politik yang menghambat usaha-usaha pembangunan.

2. Sistem Dwi Partai

Dalam kepustakaan ilmu politik pengertian sistem dwi partai biasanya

diartikan adanya dua partai dan adanya beberapa partai tetapi dengan peranan

yang dominan dari dua partai, dalam sistem ini partai-partai dengan jelas dibagi

dalam partai yang berkuasa (karena memang dalam pemilihan umum) dan partai

oposisi (karena kalah dalam pemilihan umum) dengan demikian jelaslah dimana

letaknya tanggung jawab mengenai pelaksanaan fungsi-fungsi. Dalam sistem ini

partai yang kalah berperan sebagai pengecam utama yang setia (loyal oposition)

terhadap kebijaksanaan partaiyang duduk dalam pemerintahan, dengan pengertian

bahwa peranan sewaktu-waktu dapat bertukar tangan. Dalam persidangan

memenangkan pemilihan umum kedua partai berusaha untuk merebut dukungan

orang-orang yang ada ditengah dua partai dan sering dinamakan pemilih terapung

(floating vote).

Sistem dwi partai pernah disebut “a convenient system for cotented people“

dan memang kenyataan bahwa sistem dwi partai dapat berjalan baik apabila

terpenuhi tiga syarat, yaitu komposisi masyarakat adalah homogen (Social

Homegenity), konsensus dalam masyarakat mengenai asas dan tujuan sosial yang

pokok (political concensus) adalah kuat, dan adanya kontinuitas sejarah

(Historical Continuity). Sistem dwi partai umumnya diperkuat dengan

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI & KERANGKA BERPIKIR 2.1 Kajian Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2950/3/T1_172008009_BAB II.pdf · langsung dalam proses penyelenggaraan negara

���

digunakannya sistem pemilihan single-member constituency (sistem distric)

dimana dalam setiap daerah pemilihan hanya dapat dipilih satu wakil saja.

3. Sistem Multi Partai

Sistem ini sering disebut dengan sistem banyak partai, negara yang menganut

banyak partai biasanya terjadi pada masyarakat yang mempunyai

keanekaragaman/kemajemukan. Sifat kemajemukan yang terdapat pada suatu

masyarakat terdiri dari ras, agama, lapisan sosial, dan sebgainya. Hal ini

menimbulkan suatu ikatan primordial yang kuat. Primordialisme tersebut akan

memunculkan organisasi-organisasi sosial politik yang berdasar pada primordial.

Sistem multi-partai, kalau digandengkan dengan sistem pemerintahan

parlementer, mempunyai kecenderungan untuk menitikberatkan kekuasaan pada

badan legislatif sehingga peranan badan eksekutif sering lemah dan ragu-ragu. Hal

ini sering disebabkan karena tidak ada satu partai yang tidak cukup kuat untuk

membentuk suatu pemerintahan sendiri, sehingga terpaksa membentuk koalisi

dengan partai-partai lain. Dalam keadaan semacam ini partrai yang berkoalisi

harus selalu mengadakan musyawarah dan kompromi dengan mitranya dan

menghadapi kemungkinan bahwa sewaktu-waktu dukungan dari partai yang

duduk dalam koalisi akan ditarik kembali, sehingga mayoritasnya dalam parlemen

hilang.

Pola multi-partai umumnya diperkuat oleh sistem pemilihan perwakilan

berimbang (proportional Representatif) yang memberi kesempatan luas bagi

pertumbuhan partai-partai dan golongan – golongan kecil. Melalui sistem

perwakilan berimbang partai-partai kecil dapat menarik keuntungan dari ketentuan

bahwa kelebihan suara yang diperolehnya di suatu daerah pemilihan (Dapil) dapat

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI & KERANGKA BERPIKIR 2.1 Kajian Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2950/3/T1_172008009_BAB II.pdf · langsung dalam proses penyelenggaraan negara

���

ditarik ke Dapil lain untuk menggenapkan jumlah suara yang diperlukan guna

memenangkan satu kursi.

Indonesia mempunyai sejarah panjang dengan bebagai jenis sistem multi-

partai. Sistem ini telah melalui beberapa tahap dengan bobot kompetitif yang

berbeda-beda. Mulai 1989 Indonesia berupaya untuk mendirikan suatu sistem

multi-partai yang mengambil unsur-unsur positif dari pengalaman masa lalu,

sambil menghindari unsur negatifnya.

2.1.1.4 Partai Golkar

Sejarah Golkar bermula pada tahun 1964 dengan berdirinya Sekber Golkar

(Sekretaris Bersama) di masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Sekber Golkar

didirikan oleh golongan militer, khususnya Perwira Angkatan Darat (Seperti Letkol

Suhardiman dan Soksi) menghimpun berpuluh-puluh Organisasi Pemuda, Sarjana,

buruh, tani, dan nelayan dalam Sekretariat Bersama Golkar (Sekber Golkar).

Sekber Golkar didirikan pada tanggal 20 oktober 1964. Sekber Golkar ini lahir

Karena rongrongan dari PKI beserta ormasnya dalam kehidupan politik di dalam

maupun di luar Front Nasional yang makin meningkat. Sekber Golkar ini merupakan

wadah dari Golongan fungsional karya murni diluar semua organisasi kepartaian.

Dilandasi oleh semangat reformasi, Golongan Karya melakukan perubahan

paradigma serta menegaskan dirinya sebagai partai politik pada Rapat Pimpinan

Paripurna Golongan Karya tanggal 19 Oktober 1998 dan di deklarasikan di Jakarta

pada tanggal 7 Maret 1999, dengan nama Partai Golongan Karya. Dengan perubahan

tersebut, Partai Golongan Karya sepenuhnya mengemban hakekat partai politik

sebagai pilar demokrasi dan kekuatan politik sebagai pilar demokrasi dan kekuatan

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI & KERANGKA BERPIKIR 2.1 Kajian Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2950/3/T1_172008009_BAB II.pdf · langsung dalam proses penyelenggaraan negara

���

politik rakyat untuk memperjuangkan cita-cita dan aspirasinya secara mandiri, bebas,

dan demokratis.

Menghadapi pemilu 1971, mengeluarkan keputusan bersama pada tanggal 4

Februari 1970 untuk ikut menjadi peserta pemilu melalui satu nama dan tanda gambar

yaitu Golongan Karya ( Golkar). Logo dan nama ini, sejak pemilu 1971, tetap

dipertahankan sampai sekarang dan pada pemilu 1971, Golkar menjadi salah satu

kontestan pemilu, dan ketika golkar diragukan kemampuan komonikasi politiknya,

Golkar mewakili kebesaran dan kejayaan masa lampau dimana Partai Golkar keluar

sebagai pemenang, Partai kontestan lain tidak menyadari kalau Golkar sukses besar

sebagai pemenang dan berhasil mengumpulkan suara 34.348.673 suara atau 62,79%

dari total perolehan suara.

Semenjak kemenangan tersebut Partai Golkar yang berada di bawah

kekuasaan Soeharto selalu mendapatkan posisi yang baik di parlemen sepanjang Orde

Baru berlangsung hingga pengujung tahun 1998. Namun demikian, berakhirnya orde

baru tidak membuat Partai Golkar hilang dari kancah perpolitikan nasional. Partai

Golkar menjelma sebagai kekuatan politik baru dengan tatanan struktural partai yang

baru pula di bawah kepemimpinan Akbar Tanjung. Hal ini dibuktikan dengan

perolehan suara Partai Golkar pada Pemilu tahun 1999 yang mencapai 23.741.758

suara atau 22,44% dari suara sah dan berada pada posisi kedua setelah PDI

Perjuangan. Begitu pula Golkar dibawah Kepemimpinan Yusuf Kalla dan Aburizal

Bakrie, pada Pemilu tahun 2004 Partai Golkar kembali mengulang sejarah

memenangkan Pemilu dengan menempati urutan pertama yaitu memperoleh suara sah

21,58% dari keseluruhan suara sah. Walaupun pada Pemilu 2009 Golkar mengalami

penurunan namun tetap saja Golkar masih menjadi partai yang kuat di parlemen

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI & KERANGKA BERPIKIR 2.1 Kajian Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2950/3/T1_172008009_BAB II.pdf · langsung dalam proses penyelenggaraan negara

���

dengan mendapat 107 kursi (19,2%) di DPR yang menempatkan Golkar pada posisi

kedua dalam pemilu 2009 (Wikipedia, 2012).

2.1.2 Pemilihan Kepala Daerah

2.1.2.1 Pemilihan Kepala Daerah Langsung

Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau seringkali

disebut Pilkada atau Pemilukada, adalah pemilihan umum untuk memilih kepala

daerah dan wakil kepala daerah secara langsung di Indonesia oleh penduduk daerah

setempat yang memenuhi syarat. Kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah:

1. Gubernur dan wakil gubernur untuk provinsi

2. Bupati dan wakil bupati untuk kabupaten

3. Walikota dan wakil walikota untuk kota

Sebelumnya, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih oleh Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Dasar hukum penyelenggaraan Pilkada adalah

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dalam undang-

undang ini, Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah) belum

dimasukkan dalam rezim pemilihan umum (Pemilu). Pilkada pertama kali

diselenggarakan pada bulan Juni 2005.

Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang

Penyelenggara Pemilihan Umum, Pilkada dimasukkan dalam Pemilu, sehingga secara

resmi bernama "Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah" atau

"Pemilukada". Pilkada pertama yang diselenggarakan berdasarkan undang-undang ini

adalah Pilkada Dki Jakarta 2007.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, peserta Pilkada adalah

pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik.

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI & KERANGKA BERPIKIR 2.1 Kajian Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2950/3/T1_172008009_BAB II.pdf · langsung dalam proses penyelenggaraan negara

���

Ketentuan ini diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 yang

menyatakan bahwa peserta Pilkada juga dapat berasal dari pasangan calon

perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang. Undang-undang ini

menindaklanjuti keputusan Mahkamah Konstitusi yang membatalkan beberapa pasal

menyangkut peserta Pilkada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Khusus

di Nanggroe Aceh Darussalam, peserta Pilkada juga dapat diusulkan oleh partai

politik lokal.

2.1.2.2 Tahap-tahap Pemilihan Kepala Daerah

2.1.2.2.1 Tahap Persiapan Pemilihan Kepala Daerah

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Pasal 2 tahap persiapan pemilihan

kepala daerah sebagai berikut :

a. Pemberitahuan DPRD mengenai berakhirnya masa jabatan kepala daerah.

b. Perencanaan penyelenggaraan meliputi penetapan tata cara dan jadwal tahapan

pelaksanaan pemilihan kepala daerah.

c. Pembentukan panitia pengawas, PPK, PPS dan KPPS.

d. Pemberitahuan dan pendaftaran pemantau pemilihan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tahap persiapan pemilihan

kepala daerah merupakan tahap atau rencana yang paling mendasar karena tanpa

adanya persiapan terlebih dahulu tidak akan berjalan dengan lancar.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 pasal 14 yang berbunyi ”

Panitia pengawas adalah panitia pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

yang dibentuk oleh DPRD dalam melakukan pengawasan terhadap seluruh tahapan

pelaksanaan pemilihan”.

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI & KERANGKA BERPIKIR 2.1 Kajian Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2950/3/T1_172008009_BAB II.pdf · langsung dalam proses penyelenggaraan negara

���

Penjelasan di atas menerangkan bahwa panitia pengawas peranannya sangat

penting bagi kelangsungan proses pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah supaya berjalan dengan lancar dan tidak disertai kecurangan – kecurangan.

Dalam Undang – Undang Nomor 32 tahun 2004 pasal 166 ayat 4 bahwa panitia

pengawasan pemilihan mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:

a. Mengawasi semua tahapan penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah dan

Wakil Kepala Daerah.

b. Menerima laporan pelanggaran peraturan perundang – undangan pemilihan

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

c. Menyelesaikan sengketa yang timbul dalam penyelengaraan pemilihan Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

d. Meneruskan temuan dan laporan yang tidak dapat diselesaikan instansi yang

berwenang.

e. Mengatur hubungan koordinasi antara panitia pengawas pada semua tingkatan.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 yang dimaksud pemantau

pemilihan yaitu pelaksana pemantauan pemilihan yang telah tercatat dan

memperoleh akreditasi dari KPUD yang berfungsi untuk memantau jalannya proses

pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Dibentuknya tim pemantau

pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah pada saat pelaksanaan

pencoblosan terutama di kalangan masyarakat sebagai tim pemantau diharapkan

dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2.1.2.2.2 Tahap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah di

jelaskan bahwa tahap pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah meliputi sebagai berikut :

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI & KERANGKA BERPIKIR 2.1 Kajian Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2950/3/T1_172008009_BAB II.pdf · langsung dalam proses penyelenggaraan negara

���

a. Penetapan Pemilihan

Penetapan pemilihan yaitu warga negara Republik Indonesia yang sudah

berumur 17 (tujuh belas tahun) yang pada hari pemungutan suara Kepala Daerah dan

Wakil Kepala Daerah atau sudah kawin dan mempunyai hak memilih Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah dimana warga negara Republik Indonesia itu

terdaftar sebagai pemilih. Adapun syarat yang harus dipenuhi pemilih menurut

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, yaitu :

1. Nyata – nyata sedang tidak terganggu jiwa / ingatannya.

2. Tidak sedang dicabut hak pilihannya berdasarkan putusan pengadilan yang

telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penetapan seorang pemilih harus

warga negara Indonesia yang telah memenuhi syarat dengan ketentuan apabila

seseorang pemilih tidak dapat menggunakan hak pilihnya dan bila telah terdaftar

sebagai peserta akan diberi tanda bukti untuk setiap pemungutan suara dengan

catatan seorang pemilih hanya didaftar satu kali dalam pemilih dan bila mempunyai

lebih dari satu tempat tinggal maka pemilih tersebut harus menentukan satu untuk

ditetapkan sebagai tempat tinggal yang dicantumkan dalam daftar pemilih.

b. Pendaftaran dan Penetapan Pasangan Calon

Dalam proses penetapan pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah yang diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik wajib

memperhatikan pendapat dan tanggapan masyarakat. Hal ini sesuai dengan apa yang

dijelaskan dalam PP Nomor 6 Tahun 2005 pasal 36 ayat 1 yang berbunyi ” Peserta

pemilihan adalah pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan

dari partai politik secara berpasangan.”

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI & KERANGKA BERPIKIR 2.1 Kajian Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2950/3/T1_172008009_BAB II.pdf · langsung dalam proses penyelenggaraan negara

Dengan demikian pasangan calon dapat mendaftarkan diri setelah memenuhi

syarat-syarat yang telah ditentukan perolehan sekurang-kurangnya 15 % dari jumlah

kursi DPRD atau 15% dari akumulasi perolehan suara yang sah dalam pemilihan

anggota DPRD di daerah, dengan ketentuan partai politik atau gabungan dari partai

politik hanya dapat mengusulkan satu pasangan calon dan tidak boleh dicalonkan

lagi oleh partai politik atau gabungan partai politik lainnya.

Dalam pendaftaran pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yaitu

kepada komisi pemilihan umum paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak

pengumuman pendaftaran pasangan calon.

c. Kampanye

Kegiatan kampanye dilaksanakan sebagai bagian dari penyelenggaraan

pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah. Kampanye dilakukan selama 14

(empat belas) hari dan berakhir 3 (tiga) hari sebelum hari pemungutan suara.

Kampanye sendiri diselenggarakan oleh tim kampanye yang dibentuk oleh pasangan

calon bersama-sama partai politik atau gabungan partai politik yang mengusulkan

pasangan calon.

Adapun jadwal kampanye ditetapkan oleh KPUD dengan memperhatikan usul

dari masing-masing pasangan calon. Tim kampanye dibentuk secara berjenjang.

Selama kampanye orang bebas mengekspresikan kepentingannya, aspirasi maupun

pendapat secara bebas, dapat menghantarkan pasangan calon yang bersangkutan

pada suasana dimana pasangan calon tersebut mencoba menarik simpatisan pemilih.

Suasana kampanye yang dimobilisasi oleh masa yang banyak cenderung akan

mendapatkan simpatisan publik dan cenderung pula masa melakukan tindakan –

tindakan yang dilarang dalam rambu rambu kampanye.

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI & KERANGKA BERPIKIR 2.1 Kajian Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2950/3/T1_172008009_BAB II.pdf · langsung dalam proses penyelenggaraan negara

��

d. Pemungutan Suara dan Perhitungan Suara

Secara formal tata cara pemberian suara berupa memilih pasangan calon sudah

menjamin penggunaan hak pilih serta kebebasan dan kerahasiaan, apabila disertakan

dengan adanya hak bagi pasangan calon menyiapkan saksi dalam pilkada.

Menurut pasal 70 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 berbunyi bahwa

pemungutan suara pemilihan diselenggarakan paling lambat 30 (tiga puluh) hari

sebelum masa jabatan kepala daerah berakhir.

Dengan demikian pemungutan suara dimaksud yaitu dengan memberikan suara

melalui surat suara yang berisi nomor, foto dan nama pasangan calon dan jadwal

waktu pelaksanaan pemungutan suara dimulai pukul 07.00 dan berakhir 13.00 waktu

setempat, dimana pemberian suara untuk pemilihan dilakukan dengan mencoblos

salah satu pasangan calon yang ada dalam surat suara (PP No. 6 Tahun 2005 tentang

Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah).

Selanjutnya sebelum melaksanakan perhitungan suara, KPPS/KPPSLN

menghitung jumlah pemilih yang memberikan suara berdasarkan salinan daftar

pemilih tetap,setelah itu jumlah pemilih yang berasal dari TPS/TPSLN lain,jumlah

surat suara yang tidak terpakai, jumlah surat suara yang dikembalikan oleh pemilih

karena rusak atau salah dalam cara memberikan suara, sisa surat suara cadangan.

Kemudian penggunaan surat suara cadangan dibuatkan berita acara yang

ditandatangani oleh ketua KPPS/KPPSLN dan oleh paling sedikit dua orang anggota

KPPS/KPPSLN yang hadir.

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI & KERANGKA BERPIKIR 2.1 Kajian Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2950/3/T1_172008009_BAB II.pdf · langsung dalam proses penyelenggaraan negara

e. Penetapan Calon Terpilih, Pengesahan Pengangkatan dan Pelantikan

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 pasal 9 ayat 1 yang

berbunyi ”pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang memperoleh

suara lebih dari 50% (lima puluh persen) jumlah suara sah ditetapkan sebagai

pasangan calon terpilih.”

Apabila pasangan calon tidak memperoleh suara lebih dari 25 % dari jumlah

sah maka calon yang memperoleh suara terbesar ditetapkan sebagai calon terpilih,

dan pengesahan pengangkatan pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden paling lambat 30

hari, sebelum kepala daerah dan wakil kepala daerah memangku jabatan dilantik

terlebih dahulu dengan mengucapkan sumpah atau janji yang dibimbing oleh pejabat

yang melantik, adapun cara pelantikan disesuaikan dengan peraturan tata tertib

DPRD.

f. Tahap Evaluasi

Sebagaimana yang dimaksud pada Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005

bahwa tahap evaluasi merupakan tahap atau kegiatan penyelesaian yaitu sebagai

berikut : (1) pembubaran panitia pemilihan ditingkat PPK, PPS, dan KPPS sesuai

dengan tugas dan tingkatannya. (2) penghimpunan dan penyusunan hasil

pemantauan pengawasan dan pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah. (3) evaluasi pelaksanaan kegiatan pemilihan Kepala Daerah dan

Wakil Kepala Daerah. (4) laporan pelaksanaan kegiatan dan pertanggungjawaban

anggaran pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI & KERANGKA BERPIKIR 2.1 Kajian Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2950/3/T1_172008009_BAB II.pdf · langsung dalam proses penyelenggaraan negara

��

2.1.3 Dinamika Politik dalam Pilkada

2.1.3.1 Pengertian Dinamika Politik

Kata “Dinamika” berarti keadaan yang berubah-ubah yang menggambarkan

fluktuasi atau pasang surut, sekaligus aktifitas dan sistem sosial yang tidak statis yang

bergerak menuju perubahan (Hollander, 1978). Dinamika tersebut menunjuk pada

perubahan yang terjadi karena desakan kebutuhan internal dan eksternal. Dinamika

kelompok misalnya sebagaimana dinyatakan oleh slamet santoso (2004) bahwa

dinamika dipahami tingkah laku warga yang satu secara langsung mempengaruhi

warga yang lainnya secara timbal balik, dia mengartikannya sebagai adanya interaksi

dan interdependensi antara anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok

yang lain secara timbal balik dan antara kelompok secara keseluruhan. Keadaan ini

terjadi karena selama ada kelompok,semangat kelompok (groups spirit) terus menerus

berada dalam kelompok itu.

Oleh karena itu, kelompok tersebut bersifat dinamis, artinya setiap saat

kelompok yang bersangkutan dapat berubah. Dinamika sebagai pemberian pengaruh

terhadap desain organisasi dan karakteristik lingkungan (Hellriegel, 1989). Dari

uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dinamika politik adalah gerak yang

mendorong terjadinya perubahan sikap perilaku yang dilakukan secara sengaja yang

kemudian memberikan warna dan perubahan pada pemerintahan. Dinamika tersebut

muncul karena desakan kebutuhan internal dan eksternal partai sebagai kelompok

yang terorganisir dan merupakan dampak dari interakasi masyarakat.

Dinamika menurut kamus besar Bahasa Indonesia Depdikbud ( Balai Pustaka

1985) adalah gerak atau kekuatan yang dimiliki sekumpulan orang dalam masyarakat

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI & KERANGKA BERPIKIR 2.1 Kajian Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2950/3/T1_172008009_BAB II.pdf · langsung dalam proses penyelenggaraan negara

��

yang dapat menimbulkan perubahan dalam tatanan hidup masyarakat yang

bersangkutan.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan dinamika adalah suatu gerak

perubahan yang dimiliki oleh seseorang atau individu, masyarakat yang dapat

menimbulkan suatu gerakan perubahan tertentu, yang dapat membentuk suatu tatanan

kehidupan masyarakat yang seimbang. Sehinggga dinamika politik yaitu gerak yang

mendorong terjadinya perubahan sikap perilaku yang dilakukan secara sengaja yang

kemudian memberikan warna dan perubahan pada pemerintahan. Dinamika tersebut

muncul karena desakan kebutuhan internal dan eksternal partai sebagai kelompok

yang yang terorganisir dan merupakan dampak dari interaksi masyarakat.

2.1.3.2 Elit Politik Lokal dalam Pilkada

Gelombang reformasi sejak tahun 1998 memproduksi salah satunya yaitu UU

No.22 tahun 1999, yang kemudian mengalami pergantian dengan UU No. 32 tahun

2004 yaitu tentang Pemerintah Daerah atau yang dikenal dengan Otonomi Daerah.

Otonomi daerah juga sarat dengan konflik elit politik lokal suatu daerah. Konflik

politik yang terjadi di suatu daerah sering kali terjadi karena memperebutkan hal yang

sama missal memperebutkan kekuasaan pemerintahan di daerah, memperebutkan

jabatan politik partai, atau memperebutkan proyek hasil kebijakan pemerintah.

Menurut Irtanto (2008) walaupun konflik selalu memperebutkan hal yang

sama namun selalu menuju kearah kesepakatan, dalam asumsi ini maka di buat

kategori tujuan konflik sebagai berikut: 1) pihak-pihak yang terlibat dalam konflik

yang sama, yakni sama-sama berupayan mendapatkan. 2) di satu pihak hendak

mendapatkan, sedangkan dipihak lain berupaya keras mempertahankan apa yang

dimiliki.

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI & KERANGKA BERPIKIR 2.1 Kajian Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2950/3/T1_172008009_BAB II.pdf · langsung dalam proses penyelenggaraan negara

��

Sedangkan menurut Dahrendorf dalam Irtanto (2008) menyatakan pengaturan

konflik yang efektif sangat bergantung pada tiga faktor. Pertama, kedua pihak harus

mengakui kenyataan dan situasi konflik yang terjadi di antara mereka (adanya

pengakuan atas kepentingan yang diperjuangkan oleh pihak lain). Kedua,

kepentingan-kepentingan yang diperjuangkan harus terorganisir secara rapi, tidak

tercerai-berai, dan terkotak-kotak sehingga masing-masing pihak memahami dengan

jelas lingkup tuntutan pihak lain. Ketiga, kedua pihak menyepakati aturan main (Rules

of the game) yang menjadi landasan dan pegangan dalam hubungan dan interaksi

diantara mereka.

Teori elit memandang setiap masyarakat terbagi dalam dua kategori yang luas

mencakup: (a) sekelompok kecil manusia yang berkemampuan dan karenanya

menduduki posisi untuk memerintah, (b) sejumlah besar massa yang ditakdirkan

untuk diperintah. Elit sering diartikan sebagai sekumpulan orang sebagai individu-

individu yang superior, yang berbeda dengan massa yang menguasai jaringan-jaringan

kekuasaan atau kelompok yang berada dilingkaran kekuasaan maupun yang sedang

berkuasa. Mosca dan Pareto membagi stratifikasi masyarakat dalam tiga kategori

yaitu elit yang memerintah (governing elit), elit yang tidak memerintah (non-

governing elit ) dan massa umum (non elite).

Konflik yang terjadi pada level internal dalam Negara disebabkab oleh dua

hal, yaitu persoalan: (1) identitas dan (2) ketidakadilan struktural, di Indonesia pada

saat ini termasuk “dampak” implementasi kebijakan otonomi daerah. Pengertian

“konflik identitas” adalah konflik yang bersumber dari mobilisasi orang dalam

kelompok komunal (budaya), bahasa, dan seterusnya. Konflik yang terjadi manakala

ada pihak-pihak yang memanfaatkan, memanipulasi, dan mengeksploitasi identitas

dalam konflik untuk kepentingan diri dan kelompoknya,

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI & KERANGKA BERPIKIR 2.1 Kajian Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2950/3/T1_172008009_BAB II.pdf · langsung dalam proses penyelenggaraan negara

��

Konflik lebih dipersepsikan mengenai perbedaan kepentingan atau suatu

kepercayaan bahwa aspirasi pihak-pihak yang berkonflik tidak dapat dicapai secara

simultan. Konflik dapat terjadi hanya karena salah satu pihak memiliki aspirasi tinggi

atau karena alternatif yang bersifat integratif dinilai sulit didapat. Ketika konflik

semacam itu terjadi, maka akan semakin mendalam bila aspirasi sendiri atau aspirasi

pihak lain bersifat kaku dan menetap. Ketika orang berhadapan dengan seseorang

atau sebuah sekelompok yang sumber-sumber dayanya dianggap berharga dan tampak

lebih lema daripada dirinya sendiri. Dan bila aspirasi pihak lain tidak menurunkan

secara bersamaan dengan meningkatnya aspirasinya sendiri, maka konflik yang

bersifat eksploitatif menjadi sangat mungkin terjadi (Irtanto, 2008).

2.2 Kerangka Berpikir

Secara teoritis sistem politik merupakan rangkaian kegiatan politik yang memiliki

unsur input, proses, output, dan umpan balik. Proses interaksi antara pemerintah dan

Partai Golkar Kota Salatiga

Pilkada kota

Salatiga

Partai Golkar

Dinamika Politik Partai Golkar

Page 24: BAB II KAJIAN TEORI & KERANGKA BERPIKIR 2.1 Kajian Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2950/3/T1_172008009_BAB II.pdf · langsung dalam proses penyelenggaraan negara

��

masyarakat yang terjadi dalam sistem politik tidak akan berjalan tanpa adanya

infrastruktur politik.

Partai Golkar di Salatiga sebagai infrastruktur politik pemerintahan lokal

memiliki peran penting dalam menjalankan sistem politik di kota Salatiga. Kaitannya

dengan Pilkada tahun 2011 kota Salatiga Partai Golkar memiliki peranan yang penting.

Sebagai infrastruktur politik partai Golkar memiliki dinamika politik yang sarat

dengan hal-hal yang berpengaruh dengan kegiatan politik di Salatiga. Dinamika politik

lokal di Salatiga ini mempengaruhi kinerja dan kegiatan struktural Partai Golkar

tersebut.