bab ii kajian teori 2.1.konsep pembinaan karakter 2 ... - …

16
BAB II KAJIAN TEORI Pada bagian bab ini diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang menjelaskan pengertian karakter, bentuk-bentuk pembinaan karakter,pendekatan/metode pembinaan karakter,faktor penghambat/kendala dalam pembinaan karakter, serta hasil penelitian yang relevan dan kerangka berpikir. 2.1.Konsep Pembinaan Karakter 2.1.1 Pengertian Pembinaan Menurut Megawangi (2011:95) Pembinaan berasal dari kata bina, yang mendapat imbuhan pe-an, sehingga menjadi kata pembinaan. Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan merupakan proses, cara membina dan penyempurnaan atau usaha tindakan dan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan pada dasarnya merupakan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara sadar, berencana, terarah,dan teratur secara bertanggung jawab dalam rangka penumbuhan, peningkatan dan mengembangkan kemampuan serta sumber- sumber yang tersedia untuk mencapai tujuan. Menurut Koesema A Doni (2010:11) Pembinaan adalah suatu tindakan, proses, hasil, atau pernyataan yang lebih baik. Dalam hal ini menunjukkan adanya kemajuan, peningkatan pertumbuhan, evolusi atas berbagai kemungkinan, berkembang atau peningkatan atas sesuatu. Ada dua unsur dari definisi pembinaan yaitu:pembinaan itu bisa berupa suatu tindakan, proses, atau pernyataan tujuan. Selanjutnya Poerwadarmita (2012:75) mengartikan pembinaan adalah suatu usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.Secara umum pembinaan disebut sebagai sebuah perbaikan terhadap pola kehidupan yang direncanakan.Setiap manusia memiliki

Upload: others

Post on 02-Dec-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

KAJIAN TEORI

Pada bagian bab ini diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang menjelaskan pengertian

karakter, bentuk-bentuk pembinaan karakter,pendekatan/metode pembinaan karakter,faktor

penghambat/kendala dalam pembinaan karakter, serta hasil penelitian yang relevan dan kerangka

berpikir.

2.1.Konsep Pembinaan Karakter

2.1.1 Pengertian Pembinaan

Menurut Megawangi (2011:95) Pembinaan berasal dari kata bina, yang mendapat imbuhan

pe-an, sehingga menjadi kata pembinaan. Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang

dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan

merupakan proses, cara membina dan penyempurnaan atau usaha tindakan dan kegiatan yang

dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan pada dasarnya merupakan aktivitas

atau kegiatan yang dilakukan secara sadar, berencana, terarah,dan teratur secara bertanggung

jawab dalam rangka penumbuhan, peningkatan dan mengembangkan kemampuan serta sumber-

sumber yang tersedia untuk mencapai tujuan. Menurut Koesema A Doni (2010:11) Pembinaan

adalah suatu tindakan, proses, hasil, atau pernyataan yang lebih baik. Dalam hal ini menunjukkan

adanya kemajuan, peningkatan pertumbuhan, evolusi atas berbagai kemungkinan, berkembang

atau peningkatan atas sesuatu. Ada dua unsur dari definisi pembinaan yaitu:pembinaan itu bisa

berupa suatu tindakan, proses, atau pernyataan tujuan. Selanjutnya Poerwadarmita (2012:75)

mengartikan pembinaan adalah suatu usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya

guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.Secara umum pembinaan disebut

sebagai sebuah perbaikan terhadap pola kehidupan yang direncanakan.Setiap manusia memiliki

tujuan hidup tertentu dan ia memiliki keinginan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Apabila tujuan

hidup tersebut tidak tercapai maka manusia akan berusaha untuk menata ulang pola kehidupannya.

Menurut A.M Mangunharjana (2016:26) Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan kegiatan

yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan

mempunyai 3 makna yaitu (1) Pembinaan merupakan proses, (2)cara membina dan

penyempurnaan atau usaha tindakan (3) kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang

lebih baik. Pembinaan pada dasarnya merupakan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara

sadar, berencana, terarah, dan teratur secara bertanggung jawab dalam rangka penumbuhan,

peningkatan dan mengembangkan kemampuan serta sumber-sumber yang tersedia untuk

mencapai tujuan. Pembinaan adalah upaya pendidikan formal maupun non formal yang dilakukan

secara sadar, berencana, terarah, teratur, dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan,

menumbuhkan, membimbing, dan mengembangkan suatu dasar-dasar kepribadiannya seimbang,

utuh dan selaras, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat, kecenderungan/keinginan

serta kemampuan-kemampuannya sebagai bekal, untuk selanjutnya atas prakasa sendiri

menambah, meningkatkan dan mengembangkan dirinya, sesamanya maupun lingkungannya ke

arah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi yang

mandiri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembinaan adalah suatu proses belajar dalam

upaya mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang bertujuan

untuk lebih meningkatkan kemampuan seseorang atau kelompok. Pembinaan tidak hanya

dilakukan dalam keluarga dan dalam lingkungan sekolah saja, tetapi diluar keduanya juga dapat

dilakukan pembinaan.

1.1.2.Pengertian karakter

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:12) menjelaskan bahwa karakter adalah sifat

atau ciri kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain; tabiat;

watak. Karakter disini adalah nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang

Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran,

sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma,

budaya, adat istiadat dan estetika.Menurut Jack Corley dan Thomas Phillip sebagaimana yang

dikutip Muchlas Samawi dan Hadiyanto(205:38) karakter merupakan perilaku yang tampak dalam

kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam bertindak. Sedangkan menurut Suyanto

yang dikutip dari Akhmad Muamimin Azzet,(2010:8) bahwa karakter adalah cara berfikir dan

berperilaku yang menjadi ciri khas untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga,

masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa

membuat keputusan dan mempertanggung jawabkan setiap akibat dari keputusan yang ia buat.

Menurut Kemdiknas yang dikutip dari Agus Wibowo (2013:30) karakter merupakan ciri khas

seseorang atau kelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan

ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan.Selain itu karakter menurut Helen Douglas

(2017:10) yang dikutip dari Muchlas Samawi dan Hadiyanto (2010:11) dikatakan bahwa karakter

tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan hari demi hari melalui

pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan. Sehingga karakter dimaknai

sebagai cara berfikir dan bertingkahlaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama,

baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara.

Orang berkarakter berarti orang yang memiliki watak, kepribadian, budi pekerti, atau

akhlak.Dengan makna seperti ini berarti karakter identik dengan kepribadian atau

akhlak.Kepribadian merupakan ciri atau karakteristik atau sifat khas dari diri seseorang yang

bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa

kecil dan juga bawaan sejak lahir. Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa karakter

identik dengan akhlak sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal

yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhannya,

dengan dirinya, dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungannya, yang terwujud dalam

pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata

karma, budaya, dan adat istiadat. Dari konsep karakter ini muncul konsep pendidikan karakter

(charactereducation). pendidikan karakter perlu dilakukan. Terwujudnya karakter yang

merupakan tujuan akhir dari suatu proses pendidikan sangat didambakan oleh setiap lembaga yang

menyelenggarakan.

1.1.3. Macamatau bentuk Karakter

Ada bermacam-macam Karakter Manusia,Hipocrates dalam Darwis (2009:30)

menggolongkan manusia dalam empat jenis karakter, yaitu:

1. Sanguine : Pembicara, orang sanguin sangat gampang dikenali. Dia adalah pusat perhatian,

selalu riang, ramah, bersemangat, suka bergaul atau luwes dan suka berbicara. Segala sesuatu

yang dihadapi dianggap sangat penting hingga dilebih-lebihkan tapi selalu pula dapat

dilupakan begitu saja. Inilah salah satu kejelekan mereka disamping tidak disiplin, tidak bisa

tenang atau gelisah, tidak dapat diandalkan dan cenderung egois.

2. Kolerik : Pemimpin, Seorang kolerik amat suka memerintah. Dia penuh dengan ide-ide, tapi

tidak mau diganggu dengan pelaksanaannya sehingga lebih suka menyuruh orang lain untuk

menjalankannya. Kemauannya yang keras, optimistik, tegas, produktif dipadu dengan

kegemaran untuk berpenampilan megah, suka formalitas dan kebanggan diri menjadikannya

seseorang yang berbakat pemimpin. Tapi karena dia juga senang menguasai seseorang, tidak

acuh, licik, bisa sangat tidak berperasaan ( sarkastis) terhadap orang dekatnya sekalipun, akan

menjadikan dia sangat dibenci.

3. Melankolik : Pelaksana, Segala sesuatu amat penting bagi dia. Perasaannya adalah hal yang

paling utama. Justru karena itu dia melihat sisi seni sesuatu, idealis, cermat, dan amat

perfeksionis. Kelemahannya ialah ia selalu berpikir negatif, berprasangka buruk, yang

membuatnya khawatir, dan sibuk berpikir.

4. Flegmatik : Penonton, Orangnya tenang, lembut, efisien, kurang bergairah, tapi juga tidak

gampang kena pengaruh. Orang-orang akan menyangka dia tidak berminat atau tidak tertarik

disebabkan oleh lamanya dia mengambil tindakan atas sesuatu. Dia bertindak atas dasar

keyakinannya bukan atas dorongan naluri. Suka melindungi diri, tidak tegas, penakut, kikir

adalah kelemahannya.

Dari keempat temperamen diatas, seseorang mungkin memiliki suatu jenis kepribadian

utama yang dipengaruhi oleh kepribadian lain. Jadi bagaimana cara kita agar karakter yang kita

bentuk sesuai dengan apa yang kita inginkan. Setelah karakter yang kita inginkan sudah kita

temukan maka selanjutnya kita hanya berusaha untuk terus melanjutkan karakter seperti apa yang

telah kita munculkan dari awal tadi.

Selanjutnya Mualifatul Jamal (2013:37) membagi bentuk-bentuk karakter menjadi

karakter individual, privat dan karakter publik, karakter cerdas, karakter baik, dan karakter bangsa,

yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Bentuk karakter individual

Karakter individu secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah rasa, dan

karsa serta olah raga yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral dan ketegaran dalam

menghadapi kesulitan dan tantangan . Secara psikologis individu dimaknai sebagai hasil

keterpaduan empat bagian sesuai dengan yang di kemukakan kementerian Pendidikan Nasional

(2010:3) , yaitu’’olah hati, olah pikir, olah raga, olah rasa, dan karsa”. Olah hati itu berkenaan

dengan perasaan sikap dan keyakinan atau keimanan menghasilkan karakter jujur dan

bertanggungjawab. Olah pikir berkenaan dengan proses nalar guna mencari dan menggunakan

pengetahuan secara kritis , kreatif, dan inovatif menghasilkan sikap pribadi cerdas . Olah raga

berkenaan dengan proses persepsi , kesiapan, peniruan, manipulasi, dan menciptakan aktivitas baru

disertai sportivitas menghasilkan sikap bersih , sehat dan menarik. Olah rasa dan karsa berkenaan

dengan kemauan dan keativitas yang tercermin dalam kepedulian, citra, dan penciptaan kebaruan

menghasilkan kepedulian dan kreativitas.

2. Bentuk Karakter Privat Dan Karakter Publik

Konsep lain yang ditemukan mengenai definisi karakter yaitu terkait dengan

kompetensi kewarganegaraan pada aspek civic disposition. Branson (2011:23) menegaskan

bahwa civic disposition (watak kewarga-negaraan) mengisyaratkan pada karakter publik

maupun privat yang penting bagi pemeliharaan dan pengembangan demokrasi konstitusional.

Karakter privat seperti bertanggung jawab moral, disiplin diri dan pengargaan terhadap

harkat dan martabat manusia dari setiap individu adalah wajib. Karakter publik juga tidak

kalah penting. Kepedulian sebagai warga negara , kesopanan mengindahkan aturan main (rule

of law), berpikir kritis, dan kemauan untuk mendengar, bernegosiasi dan berkompromi

merupakan karakter yang sangat diperlukan agar demokratis berjalan sukses.Secara singkat

karakter publik dan privat itu (Branson, 2017:23-25).dapat dideskripsikan sebagai berikut (a)

Menjadi anggota masyarakat yang indenpenden; (b)Mengetahui tanggung jawab personal

kewargaan negaraan di bidang ekonomi dan politik; (c)Menghormati harkat dan martabat

kemanusiaan tiap individu; dan (d)Berpartisipasi dalam urusan-urusan kewargaan negaraan

secara efektif dan bijaksana.

3. Karakter cerdas

Budimansyah (2010:33) mengemukakan tentang karakter cerdas dengan penjelasan

sebagai berikut : Setiap induvidu memiliki kecerdasan dalam taraf tertentu yang tercermin

dari perilakunya yang aktif, objektif, analisis, aspiratif, kreatif dan inovatif, dinamis dan

antisipasif, berpikir terbuka dan maju, serta mencari solusi. Kecerdasan tersebut

diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan ideologi, politik, ekonomi, sosial,

budaya, agama, dan pertahanan keamanan, serta dalam berbagai bidang wilayah kehidupan

pribadi, keluarga, sosial, dan kewarganegaraan dan global. Kontribusi kecerdasan seseorang

dalam prilaku berkarater sangatlah besar. Banyak diantara mereka yang brilliant, namun

hanya sebatas prestasi akademik artinya IQ-nya saja yang tinggi tetapi rendah dalam

kecerdasan emosi (Adversity Quetient). Sehingga menurut Goleman (2005:4) kontribusi IQ

paling banyak 20% saja terhadap keberhasilan hidup seseorang 80% sisanya ditentukan

oleh sehimpunan faktor yang disebutnya kecerdasan emosi bersamaan dengan kecerdasan

spiritual. Oleh karena itu, baiknya karakter itu di ringi dengan kecerdasan yang seimbang

sehingga ketiganya baik IQ,EQ maupun SQ seiring sejalan dalam membentuk karakter

cerdas seseorang.

4. Bentuk Karakter Baik

Bentuk karakter baik merujuk pada konsep yang dikemukakan Aristoteles (2017:5)

sebagai”… the life of right conduct-right conduct in relation to other persons and in relation

to oneself” atau kehidupan berperilaku baik /penuh kebajikan, yakni berperilaku baik terhadap

diri sendiri. Lickona (1992:35) membagi kebajikan (the- virtuous life) kedalam dua kategori,

yaitu: Kebajikan terhadap diri sendiri (self-oriented virtuous) seperti pengendalian diri (self

control) dan kesabaran (moderation); dan kebajikan terhadap orang lain disebut

2. 1. 4. Pengertian Pembinaan Karakter

Secara harfiah membina atau pembinaan berasal dari kata “bina” yang mempunyai arti

bangun, maka pembinaan berarti membangun.Karakter diartikan sebagai "hal-hal berkaitan

dengan sikap, perilaku dan sifat-sifat manusia dalam berinteraksi dengan dirinya, dengan

sasarannya, dengan makhluk-makhluk lain dan dengan Tuhannya. Karakter merupakan bentuk

turunan dari bahasa latin yaitu kharassein dan kharax yang dapat diartikan sebagai tools for making

(alat untuk membuat sesuatu). Kata ini mulai marak digunakan dalam bahasa Perancis caractere

pada abad ke-14 yang pada akhirnya diadaptasi ke dalam bahasa indonesia menjadi sebuah kata

yaitu “karakter". Definisi lainnya secara sederhana diungkapkan Hornby dan Parnwell dalam

Hidayatullah (2012:2) yang merngartikan karakter sebagai kualitas mental/moral, kekuatan moral,

nama atau reputasi. Karakter adalah sikap pribadi yang stabil hasil proses konsolidasi secara

progresif dan dinamis, integrasi dan tindakan. Stabil merujuk pada satu pola/cara pandang maupun

sikap yang merupakan implementasi sebuah ketetapan/konsistensi dalam melakukan dan

mengambil keputusan tertentu yang melibatkan cara pikir, pengambilan keputusan, dan melakukan

tindakan atas apa yang telah dipikirkan dan diputuskan. Proses konsolidasi yang dilakukan

merupakan bentuk implementasi perpaduan antara pergaulan individu dalam lingkup/lapisan

sosial tertentu dengan sikap pribadi di mana kemampuan dan keteguhan hati individu diuji untuk

menentukan aspek mana yang harus dilakukan dan diputuskan oleh individu tersebut. Suyanto

dalam Suparlan (2016:1) memiliki pandangan berbeda mengenai karakter yang memandang

karakter sebagai suatu cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk

hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu

yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggung

jawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Secara akal logika dapat dijelaskan bahwa

individu yang berkarakter maka akan melakukan tindakan-tindakan yang sesuai dengan tata aturan

yang berlaku di masyarakat secara logis. Selain itu, individu yang berkarakter kuat idealnya tidak

mudah terpengaruh oleh sesuatu yang sifatnya merusak tatanan sistem di dalam kehidupan baik

secara individu maupun lingkup yang lebih luas. Suwondo (2015:45) memberikan pandangan

berbeda yang menyatakan bahwa karakter merupakan gabungan dari pembawaan lahir dan

kebiasaan yang di dapatkan dari orang tua dan lingkungannya, yang secara tidak sadar

mempengaruhi seluruh perbuatan, perasaan, dan pikiran.

Dari pengertian di atas dapat ditarik satu benang merah yaitu pada dasarnya karakter

merupakan satu bentuk implementasi pemikiran dan cara berpikir individu dalam memandang,

menentukan, menginterpretasikan, mendeskripsikan, menyimpulkan, dan mengambil suatu

tindakan yang terbentuk karena proses kontinuitas secara signifikan melalui proses belajar

individu, sosialisasi dengan lingkungan dan masyarakat maupun individu lain, yang akhirnya

membentuk pola pikir dan cara pandang pada masing-masing individu. Karakter dapat dibentuk

melalui pembiasaan yang dilakukan melalui implementasi proses kehidupan baik yang disadari

maupun yang tidak disadari oleh individu yang bersangkutan. Dalam kaitannya dengan

pembentukan karakter, kecenderungan keterlibatan lingkungan (faktor eksternal individu)

memegang peranan penting dalam proses pembentukan karakter seseorang. Hasan, et.al (2015:77)

mendefinisikan karakter sebagai suatu watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang

terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan

untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Dalam pandangan ini, karakter dapat

dikatakan sebagai sebuah dasar pijakan dari segala hal sebagai pedoman dan sumber dalam cara

berpikir, bersikap, maupun bertindak dan melakukan keputusan tertentu. Adapun kebajikan itu

sendiri merupakan suatu bentuk dari implementasi proses pendidikan moral. Lebih lanjut Hasan,

et. al(2013:10) memaparkan bahwa kebajikan dibangun atas sejumlah nilai, moral, dan norma,

seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Adapun kebajikan

itu sendiri merupakan kumpulan dari suatu sikap-sikap dan tindakan baik dan terpuji yang

mendasari proses pembentukan kebajikan itu sendiri. Dari proses pembentukan karakter melalui

penanaman kebajikan-kebajikan ini, akan terbentuk insan yang berkarakter kuat dan mandiri.

Dalam diri seseorang yang memiliki karakter kuat, akan menjadi modal dalam berinteraksi dengan

individu maupun lingkungan sosial lainnya. Sehingga proses interaksi antar individu

menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa yang kuat pula. Berdasarkan definisi

masing-masing istilah tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud membina karakter adalah

membangun (membangkitkan kembali) psikis atau jiwa seseorang dengan pendekatan agama

kristiani, yang diharapkan agar seseorang memahami dan mengamalkan ajaran

agamanya.Sehingga terbentuknya karakter yang dinamis sesuai dengan nilai-nilai

ajaranagamanya.

2.2.Pendekatan Atau Metode Pembinaan karakter

Ada beberapa pendekatan utama dalam program pembinaan karakter(Mangunhardjana

2008:16), antara lain:

a. Pendekatan Informatif

Pendekatan informatifyaitu menjalankan program dengan menyampaikan informasi

kepada para peserta. Pendekatan ini biasanya menggunakan program pembinaan yang diisi

dengan ceramah atau kuliah oleh beberapa pembicara mengenai hal yang diperlukan para

peserta.Partisispasi para peserta terbatas pada permintan penjelasan atau penyampaian pertanyaan

mengenai hal yang belum dipahami oleh peserta.

b. Pendekatan partisipatif

Pendekatan partisipatif inibanyak melibatkan para peserta dengan menggunakan metode

yang dapat melibatkan banyak peserta misalnya diskusi kelompok. Pembinaan lebih merupakan

situasi belajar bersama, dimana pembina dan para peserta belajar bersama.

c. Pendekatan Eksperimental.

Pendekatan Eksperimental ini menghubungkan langsung para peserta dengan pengalaman

pribadi dan mempergunakan metode yang mendukung.

Dengan kata lain metode ini melaksanakan praktik langsung terhadap apa yang telah

diajarkan atau disampaikan. Menurut Mangunhardjana (2007:33)untuk melakukan

program pembinaan ada beberapa pendekatan yang harus diperhatikan oleh seorang pembina,

antara lain: (1) Pendekatan informative (informative approach), yaitu cara menjalankan program

dengan menyampaikan informasi kepada peserta didik. Peserta didik dalam pendekatan ini

dianggap belum tahu dan tidak punya pengalaman,(2) Pendekatan partisipatif (participative

approach), dimana dalam pendekatan ini peserta didik dimanfaatkan sehingga lebih ke situasi

belajar bersama,(3)Pendekatan eksperiansial (experienciel approach), dalam pendekatan ini

menempatkan bahwa peserta didik langsung terlibat di dalam pembinaan, ini disebut sebagai

belajar yang sejati, karena pengalaman pribadi dan langsung terlibat dalam situasi tersebut.

2.3.Faktor Penghambat Atau Kendala Dalam Pembinaan Karakter

Apabila dicermati, peristiwa pendidikan formal di Indonesia saat ini menghadapi tantangan

dan hambatan yang cukup berat. Tantangan dan hambatan ini ada yang bersifat makro yang

berujung pada kebijakan pemerintah dan ada yang bersifat mikro yang berkaitan dengan

kemampuan personal dan kondisi lokal di sekolah maupun di kampus. Dalam kaitannya dengan

pembelajaran nilai, hambatan dan tantangan yang dihadapi tidak jauh berbeda dengan yang

dihadapi oleh pendidikan formal. Hal ini disebabkan pembelajaran nilai merupakan bagian dari

pendidikan formal, dan pendidikan formal merupakan subsistem pendidikan nasional.

Menurut identifikasi Mulyana (2013:38) paling tidak ada empat hambatan utama

pembelajaran nilai di sekolah, yaitu (1) masih kukuhnya pengaruh paham behaviorisme dalam

system Pendidikan Indonesia sehingga keberhasilan belajar hanya diukur dari atribut-atribut luar

dalam bentuk perubahan tingkah laku, (2) kapasitas pendidik dalam mengangkat struktur dasar

bahan ajar masih relative rendah, (3), tuntutan zaman yang semakin Pragmatis, (4), sikap yang

kurang menguntungkan bagi pendidikan. Meskipun telah teridentifikasi ada berbagai hambatan

pembelajaran nilai di sekolah, namun ada juga beberapa faktor yang mendorong pembelajaran

nilai di Sekolah Dasar, yaitu (1) pengalaman pra sekolah, (2) tingkat kecerdasan, (3) kreativitas,

(4), motivasi belajar, (5) sikap dan kebiasaan belajar. Dari pemaparan di atas, ada juga salah satu

pendorong untuk pembelajaran nilai atau karakter, yaitu lingkungan sekolah yang positif. (a

positive school environment helps build character). Siswa memperoleh keuntungan dari fungsi

lingkungan yang kondusif yang mendorong mereka merefleksikan dan mengaktualisasikan dirinya

secara lebih baik.Oleh sebab itu, lingkungan sekolah yang positif dapat mendorong terbentuknya

karakter yang baik kepada siswa.Dari penjelasan tentang adanya faktor penghambat dan

pendorong pembelajaran nilai di sekolah, dapat ditarik kesimpulan bahwa secara garis besar ada

dua faktor yang mempengaruhi karakter seseorang.Diantaranya yaitu faktor internal dan faktor

eksternal.Faktor internal adalah semua unsur kepribadian yang secara kontinyu mempengaruhi

perilaku manusia, yang meliputi instink biologis, kebutuhan psikologis, dan kebutuhan pemikiran.

Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar manusia, akan tetapi dapat

mempengaruhi perilaku manusia, baik langsung maupun tidak langsung.

Berikut ini merupakan faktor yang dapat mempengaruhi karakter siswa, diantaranya yaitu:

a. Faktor dari dalam dirinya:

1) Insting

2) Kepercayaan

3) Keinginan

4) Hati Nurani

5) Hawa Nafsu

b. Faktor dari luar dirinya:

1) Lingkungan

2) Rumah Tangga dan kampus

3) Pergaulan Teman dan Sahabat

4) Penguasa atau Pemimpin.

2.4.Hasil Penelitian Yang Relevan

Dalam penelitian ini penulis mencoba menggali dan memahami beberapa penelitian yang

telah dilakukan sebelumnya untuk memperkaya referensi dan menambah wawasan yang terkait

dengan judul pada Tugas Akhir ini. Diantara beberapa skripsi tersebut adalah:

1) Penelitian yang ditulis oleh Muhammad Ridho’I, (2013) Jurusan Pendidikan pembinaan

karakter Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Pendidikan IAIN Tulungagung dengan judul: “

Pembiasaan Beribadah Sebagai pembinaan Karakter Siswa di MA Ma’arif Nahdlatul Ulama

Kepanjen Kidul Kota Blitar.”Hasil penelitiannya menjelaskan di jelaskan tentang kegiatan

pembinaan karakter yang dilakukan di sekolahmelalui pembiasaan beribadah . Karakter

yang dibina atau ditumbuhkan.

Adapun pembiasaan ibadah yang dapat diterapkan untuk anak usia dini antara lain;

a. Mengajari anak atau peserta didik untuk melaksanakan shalat

b. Mengajari berdoa

c. Menguji bacaan Al-Qur’and.

d. Melatih anak untuk melakukan puasa

Apabila bentuk-bentuk ibadah tersebut diajarkan kepada siswa MA maka ibadah tersebut

akan senantiasa dilaksanakan oleh peserta didik secara ringan tanpa adanya paksaan. Jadi

pembiasaan beribadah adalah upaya yang dilakukan secara berulang-ulang dalam

melaksanakan perintah Allah dengan tujuan untuk mendek atkan dri kepada Allah swt

3. Penelitian Junaedi Dara,jat yang ditulis oleh Junaedi Deraja (2010) Jurusan Pendidikan

kewarganegaraan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakartadengan judul: “Peran

dosen Akidah Akhlak dalam pembinaan Karakter mahasiswa di Kidul kota Bilitar ”. Hasil

penelitian menjelaskan bahwa dosen Akidah Akhlak mempunyai peran penting dalam

pembinaan karakter mahasiswa. Peran dosen tersebut diwujudkan melalui yang sangat penting

dalam pembentukan karakter pada mahasiswa.

2.5.Kerangka Berpikir

a. Kerangka Pikir

Kerangka pikir adalah penjelasan sementara terhadap suatu gejala yang menjadi objek

permasalahan. Kerangka berpikir ini disusun dengan berdasarkan pada tinjauan pustaka dan

hasil penelitian yang relevan atau terkait. Kerangka berpikir ini merupakan suatu argumentasi

dalam merumuskan hipotesis. Kerangka berpikir ini merupakan buatan penulis itu sendiri,

bukan dari buatan orang lain. Dalam hal ini, bagaimana cara penulis berargumentasi dalam

merumuskan hipotesis. Argumentasi itu harus membangun kerangka berpikir sering timbul

kecenderungan bahwa pernyataan-pernyataan yang disusun tidak merujuk kepada sumber

keputusan, hal ini disebabkan karena sudah habis dipakai dalam menyusun kerangka teoritis.

Dalam hal menyusun suatu kerangka berpikir, sangat diperlukan argumentasi ilmiah yang

dipilih dari teori-teori yang relevan atau saling terkait. Agar argumentasi diterima oleh sesama

ilmuwan, kerangka berpikir harus disusun secara logis dan sistematis.

b. bagan Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada:

Tabel 2.5 Kerangka Berfikir Penelitian

KONDISI

AWAL

TINDAKAN

KONDISI

AKHIR

Pengurus Yayasan

Binterbusih

Menerapkan Pola Asuh

Situasional

Pengurus Yayasan

Binterbusih

Merumuskan Pola

Pembinaan karakter

Pengurus Yayasan

Menerapkan Pola

Pembinaan karakter

Remaja Sulit

Mengembangkan

karakter

Remaja Mulai Mampu

Mengembangkan

karakter

Remaja Berubah Secara

Signifikan dan Terbiasa

Lebih Mandiri