bab ii kajian teori 2.1 reumatic (rematik) 2.1.1...
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Reumatic (Rematik)
2.1.1 Definisi Rheumatik
Rematik adalah orang yang menderita rheumatism(Encok) , arthritis
(radang sendi) ada 3 jenis arthritis yang paling sering diderita adalah osteoarthritis
,arthritis goud, dan rheumatoid artirtis yang menyebabkan pembengkakan
benjolan pada sendi atau radang pada sendi secara serentak.(utomo.2005:60)
Penyakit rematik meliputi cakupan luas dari penyakit
yangdikarakteristikkan oleh kecenderungan untuk mengefek tulang, sendi, dan
jaringan lunak (Soumya, 2011). Penyakit rematik dapat digolongkan kepada 2
bagian, yang pertama diuraikan sebagai penyakit jaringan ikat karena ia mengefek
rangkapendukung (supporting framework) tubuh dan organ-organ internalnya.
Antara penyakit yang dapat digolongkan dalam golongan ini adalah osteoartritis,
gout, danfibromialgia. Golongan yang kedua pula dikenali sebagai penyakit
autoimun karenaia terjadi apabila sistem imun yang biasanya memproteksi tubuh
dari infeksi danpenyakit, mulai merusakkan jaringan-jaringan tubuh yang sehat.
Antara penyakityang dapat digolongkan dalam golongan ini adalah rheumatoid
artritis,spondiloartritis, lupus eritematosus sistemik dan skleroderma. (NIAMS,
2008)
Berdasarkan defenisi di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa penyakit
Reumatik adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh peradangan pada
persendian sehingga tulang sendi mengalami destruksi dan deformitas serta
9
menyebabkan jaringan ikat akan mengalami degenerasi yang akhirnya semakin
lama akan semakin parah.
2.1.2 Jenis-jenis Reumatik
Ditinjau dari lokasi patologis maka jenis rematik tersebut dapat dibedakan
dalam dua kelompok besar yaitu rematik artikular dan rematik Non artikular .
Rematik artikular atau arthritis (radang sendi) merupakan gangguan rematik yang
berlokasi pada persendian . diantarannya meliputi arthritis
rheumatoid,osteoarthritis dan gout arthritis. Rematik non artikular atau ekstra
artikular yaitu gangguan rematik yang disebabkan oleh proses diluar persendian
diantaranya bursitis,fibrositis dan sciatica(hembing,2006 dalam Iwayan:9)
Rematik dapat dikelompokan dalam beberapa golongan yaitu :
1. Osteoartritis.
2. Artritis rematoid.
3. Olimialgia Reumatik.
4. Artritis Gout (Pirai).
1. Osteoartritis.
Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai
dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi –
sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban.
2. Artritis Rematoid.
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.
Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini
berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga
menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.
3. Olimialgia Reumatik.
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri dan
kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher, bahu dan
panggul. Terutama mengenai usia pertengahan atau usia lanjut sekitar 50 tahun ke
atas.
4. Artritis Gout (Pirai).
Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran khusus,
yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada wanita.
Pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya
mendekati masa menopause.
2.1.3 Etiologi Etiologi
Penyebab dari Reumatik hingga saat ini masih belum terungkap, namun
beberapa faktor resiko untuk timbulnya Reumatik antara lain adalah :
1. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan
adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat
dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak,
jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
2. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan
dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita
tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada
pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada
ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal
terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-
anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu
dananak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.
4. Suku.
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya
terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis
paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia.
Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang – orang Amerika asli dari pada
orang kulit putih.
Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun
perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
5. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko
untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan
ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung
beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).
2.1.4Tanda Dan Gejala Reumatik
1. Nyeri pada anggota gerak
2. Kelemahan otot
3. Peradangan dan bengkak pada sendi
4. Kekakuan sendi
5. Kejang dan kontraksi otot
6. Gangguan fungsi
7. Sendi berbunyi(krepitasi)
8. Sendi goyah
9. Timbunya perubahan bentuk
10. Timbulnya benjolan nodul
2.1.5 Patofisiologi
UMUR JENIS KELAMIN GENETIK SUKU KEGEMUKAN
Kerusakan fokal tulang rawan Pembentukan tulang baru pada
sendi yang progresiftulang rawan, sendi dan tepi sendi
Perubahan metabolism tulang
Peningkatan aktivitas enzim yang merusak
makro molekul matriks tulang rawan sendi
penurunan kadar proteoglikan
Berkurangnya kadar proteoglikan
Perubahan sifat sifat kolagen
Berkurangnya kadar air tulang rawan sendi
Permukaan tulang rawan sendi terbelah pecah dengan robekan
Timbul laserasi
Rueumatik
2.1.6 Penatalaksanaan Reumatik
1. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk
osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan
bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi
ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik
dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau
menghentikan proses patologis osteoartritis.
2. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang
kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.
Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga
perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk
(pronatio).
3. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus
menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan
seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
4. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya
yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak
pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang
lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk
memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
5. Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada
tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari
dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.
6. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang
meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian
panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan
kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat
gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai
seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan
mandi dari pancuran panas. Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak
sendi dan memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis.
Latihan isometric lebih baik dari pada isotonic karena mengurangi tegangan pada
sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh
timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh
karena otot-otot periartikular. memegang peran penting terhadap perlindungan
rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting
7. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan
sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan
yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau
ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan
sendi, pebersihan osteofit.
2.1.7 Pencegahan
1. Hindari kegiatan tersebut apabila sendi sudah terasa nyeri ,sebaiknya
berat badan diturunkan , sehingga bila kegemukanmnegakibatkan beban pada
sendi lutut atau tulang pinggul terlalu berat.
2. Istrahat yang cukup pakailah kaus kaki atau sarung tangan sewaktu tidur
pada malam hari dan kurangi aktivitas berat secara perlahan lahan.
3. Hindari makanan dan segala sesuatu secara berlebihan atau terutaman
segala sesuatu yang mencetus reumatik. Kurangi makanan yang kaya akan purin
misalnya : daging , jeroan (seperti kikil), babat,usus,hati , ampela dan dll .
2.2.Hakikat Pengetahuan
2.2.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari
oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi,
hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian
adalah benar atau berguna. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai
gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal, (Meliono,
Irmayanti, dkk. 2007). Sementara itu, menurut (Notoatmodjo, 2007 dalam
Afriyanti, 2009: 11))pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan
ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan perabaan. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga.
Teori Bloom mendefinisikan bahwa pengetahuan adalah segala sesuatu
yang diketahui atau kepandaian yang dimiliki oleh seseorang yang diperoleh dari
pengalaman, latihan, atau melalui proses belajar. Dalam proses belajar seseorang
hanya ditentukan memiliki kemampuan membaca, menulis dan berhitung.
Seseorang dituntut memiliki kemampuan memecahkan masalah, mengambil
keputusan, kemampuan beradaptasi, kreatif dan inovatif, dari kemampuan tersebut
sangat diperlukan untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik.
Berdasarkan pengertian di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa
pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh seseorang yang diperoleh
melalui pengalaman, latihan, atau proses belajar baik secara formal maupun non
formal.
2.2.2 Tingkatan Pengetahuan
Menurut taksonomi bloom, (Huit, 2011: 1) tingkatan pengetahuan terdiri atas
6 tingkatan yakni: (1) Pengetahuan (Knowledge); (2) Pemahaman (compherension);
(3) Aplikasi (application); (4) Analisis (analysis); (5) Sintesis (synthesis); dan (6)
Evaluasi (evaluation). Pada taksonomi pengetahuan yang baru kategori analisis dan
evaluasi ditukar urutannya dan kategori sintesis kini dinamai membuat (create),
(Widodo, 2006: 2).
1. Menghafal (Remember):menarik kembali informasi yang tersimpan dalam
memori jangka panjang. Kategori ini meliputi:
a. Mengenali (Recognizing)adalah mencakup proses kognitif untuk menarik
kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang yang identik
atau sama dengan informasi yang baru.
b. Mengingat (Recalling) adalah menarik kembali informasi yang tersimpan
dalam memori jangka panjang apabila ada petunjuk (tanda) untuk melakukan
hal tersebut.
c. Memahami (Understand) adalahmengkonstruk makna atau pengertian
berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, mengaitkan informasi yang
baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Kategori ini meliputi:
a. Menafsirkan (interpreting) adalahmengubah dari satu bentuk informasi
ke bentuk informasi yang lainnya.
b. Memberikan contoh (exemplifying) adalahmemberikan contoh dari suatu
konsep atau prinsip yang bersifat umum.
c. Mengklasifikasikan (classifying):Mengenali bahwa sesuatu (benda atau
fenomena) masuk dalam kategori tertentu.
d. Meringkas (summarising):membuat suatu pernyataan yang mewakili
seluruh informasi atau membuat suatu abstrak dari sebuat tulisan.
e. Menarik inferensi (inferring):menemukan suatu pola dari sederetan
contoh atau fakta.
f. Membandingkan (comparing):mendeteksi persamaan dan perbedaan
yang dimiliki dua objek, ide, ataupun situasi.
g. Menjelaskan (explaining):mengkonstruk dan menggunakan model sebab-
akibat dalam suatu system.
2. Mengaplikasikan (Applying):mencakup penggunaan suatu prosedur guna
menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Kategori ini meliputi:
a. Menjalankan (executing):menjalankan suatu prosedur rutin yang telah
dipelajari sebelumnya.
b. Mengimplementasikan (implementing):memilih dan menggunakan
prosedur yang sesuai untuk menyelesaikan tugas yang baru.
3. Menganalisis (Analyzing):menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke
unsurunsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-
unsur tersebut dan struktur besarnya. Kategori ini meliputi:
a. Membedakan (differentiating):membedakan bagian-bagian yang
menyusun suatu struktur berdasarkan relevansi, fungsi dan penting
tidaknya.
b. Mengorganisir (organizing):mengidentifikasi unsur-unsur suatu keadaan
dan mengenali bagaimana unsur-unsur tersebut terkait satu sama lain untuk
membentuk suatu struktur yang padu.
c. Menemukan pesan tersirat (attributting):menemukan sudut pandang, bias,
dan tujuan dari suatu bentuk komunikasi.
4. Mengevaluasi (evaluation) adalah membuat suatu pertimbangan berdasarkan
kriteria dan standar yang ada. Kategori meliputi:
a. Memeriksa (Checking): Menguji konsistensi atau kekurangan suatu karya
berdasarkan kriteria internal (kriteria yang melekat dengan sifat produk
tersebut).
b. Mengritik (Critiquing):menilai suatu karya baik kelebihan maupun
kekurangannya, berdasarkan kriteria eksternal.
5. Membuat (create):menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk
kesatuan. Kategori ini meliputi:
a. Membuat (generating):menguraikan suatu masalah sehingga dapat
dirumuskan berbagai kemungkinan hipotesis yang mengarah pada
pemecahan masalah tersebut.
b. Merencanakan (planning):merancang suatu metode atau strategi untuk
memecahkan masalah.
c. Memproduksi (producing):membuat suatu rancangan atau menjalankan
suatu rencana untuk memecahkan masalah.
2.2.3Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Hendra (2008) dalam Notoatmodjo (2003), pengetahuan
seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut:
1. Umur
Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik. Semakin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan
mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya
proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur
belasan tahun.
b. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan
seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan
pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan
informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa.. Pengetahuan
sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang
dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang
berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal,
akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.
c. Pekerjaan
Menurut Hurlock (1998) bahwa pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau
aktivitas seseorang untuk memperoleh penghasilan guna kebutuhan
hidupnya sehari-hari. Lama bekerja merupakan pengalaman individu yang
akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan.
d. Sumber Informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal
dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya
teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat
mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai
sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,
surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan opini dan kepercayan orang.
2.2.4Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau
responden (Afriyanti, 2009: 16). Kedalaman pengatahuan yang ingin kita ketahui
atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan pengetahuan sebagaimana
dijelaskan di atas.
Adapun pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk pengukuran
pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu
pertanyaan subjektif misalnya jenis pertanyaan essay dan pertanyaan objektif
misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple choices), betul-salah dan pertanyaan
menjodohkan. Pertanyaan essay disebut pertanyaan subjektif karena penilaian
untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif dari nilai, sehingga nilainya akan
berbeda dari seorang penilai yang satu dibandingkan dengan yang lain dan dari
satu waktu ke waktu lainnya. Sedangkan pertanyaan pilihan ganda, betul-salah,
menjodohkan disebut pertanyaan objektif, karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat
dinilai secara pasti oleh penilainya tanpa melibatkan faktor subjektifitas dari
penilai. Pertanyaan objektif khususnya pertanyaan pilihan ganda lebih disukai
dalam pengukuran pengetahuan karena lebih mudah disesuaikan dengan
pengetahuan yang akan diukur dan penilaiannya akan lebih cepat.
Proses seseorang menghadapi pengetahuan, menurut (Notoatmodjo,
(2007), dalam Afriyanti, 2009: 16) menjelaskan bahwa sebelum orang
menghadapi perilaku baru, perilaku baru, di dalam diri seseorang terjadi proses
berurutan yakni : Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam
arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus. Interest (merasa tertarik)
terhadap objek atau stimulus tersebut bagi dirinya. Trail yaitu subjek mulai
mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya
terhadap stimulus.
2.3 Sikap
2.3.1Pengertian Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek. Sikap menggambarkan suka atau tidk suka seseorang
terhadap objek (Notoatmojo,2007 dalam haryati, 2013: 21). Menurut
koentjaraningrat (1983), sikap merupakan kecendenderungan yang berasal dari
dalam diri individu untuk berkelakukan dengan pola-pola tertentu, terhadap suatu
objek akibat penderian dan perasaan terhadap objek tersebut.
Dari definisi di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa sikap adalah
respon seseorang terhadap suatu objek yang masih bersifat tertutup.
1.3.2 Komponen Pokok Sikap
Menurut Azwar (1995) dalam heri maulana (2009), mengemukakan bahwa
yang membentuk struktur sikap memiliki tiga komponen yaitu sebagai berikut:
1. Komponen kognif (cognitive) di sebut juga komponen conceptual, yang
berisi, kepercayaan yang berhubuhubungan dengan persepsi individu
terhadap objek sikap dengan apa yang dilihat dan diketahui, pandangan,
keyakinan, pikiran, pengalaman pribadi, kebutuhan emosional, dan
informasi dari orang lain.
2. Komponen afektif (emosional). Komponen ini menunjukan dimensi
emosional subjektif individu terhadap objek sikap, baik bersifat
positif(rasa senang)maupun negative(rasa tidak senang).
3. Komponen perilaku (konatif).Komponen ini merupakan prediposisi atau
kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya .
1.3.3 Fungsi Sikap
Menurut attkinson dkk, seperti dikutip dalam sunaryo (2004), (dalam
Haryati, 2013: 16), sikap memiliki lima fungsi, yakni sebagai berikut:
1. Fungsi instrumental, yaitu sikap yang dikaitkan dengan alasan yang praktis
atau manfaat dan menggambarkan keadaan keinginannya atau tujuan.
2. Fungsi pertahanan ego, yaitu sikap yang diambil untuk melindungi diri
dari kecemasan atau ancaman harga dirinya.
3. Fungsi nilai ekspresi, yaotu sikap yang menunjukan nilai yang ada pada
dirinya. System nilai individu dapat dilihat dari sikap yang diambil
individu bersangkutan (misalnya, individu yamg telah menghayati ajaran
agama, sikapnya akan tercermin dalam tutur kata , perilaku , dan perbuatan
yang dibenarkan ajaran agamanya).
4. Fungsi pengetahuan. Sikap individu memiliki motif untuk ingin tahu, ingin
mengerti, ingin banyak mendapat pengalaman dan pengetahuan, yang
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari .
5. Fungsi penyesuaian sosial, yaitu sikap yang diambil sebagai bentuk
adaptasi dengan lingkungannya.
1.3.4 Tingkatan Sikap
Menurut Maulana, sebagaimana yang dikutip oleh (haryati, 2013: 23)
mengemukakan bahwa sikap terdiri dari atas empat tingkatan, mulai dari terendah
sampai tinggi, yaitu sebaga berikut:
1. Menerima (receiving)
Menerima berarti mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan/objek
2. Merespon (responding)
Merespon berarti memberikan jawaban jika ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan indikasi sikap.
3. Menghargai (valuing)
Pada tingkat ini, individu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi, dengan segala resiko bertanggung jawab
terhadap suatu yang telah dipilih, meskipun terdapat tantangan dari
keluarga (langsung ditanya) dan tidak langsung.
1.3.5 Ciri – Ciri Sikap
Menurut (Gerungan, 1996 dalam Haryati, 2013: 24) menjelaskan bahwa
sikap memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Sikap tidak dibawah dari lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk melalui
pengalaman, latihan sepanjang perkembangan individu.
2. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu
sehingga dapat dipelajari.
3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek sikap.
4. Sikap dapat tertuju pada satu atau banyak objek.
5. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar.
6. Sikap mengandung faktor perasaan dengan motivasi, hal ini yang
membedakan dengan pengetahuan.
2.4 Lansia
2.4.1Defenisi Lansia
Menurut Hardywinoto dan Setabudhi (dalam Surbakti, 2008: 15)
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kelompok lanjut usia adalah kelompok
penduduk yang berusia 60 tahun keatas. Sejalan dengan itu, Word Health
Organization (WHO) mendefenisikan bahwa lansia adalah mereka yang berusia
60 ke atas.
Menurut UU No.13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia pada BAB I
pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60
tahun ke atas. Constantinides, 1994 (dalam Surbakti, 2008: 15) mengemukakan
bahwa pada lansia akan terjadi menghilangnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara
perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang terjadi.
Berdasarkan defenisi di atas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa
lansia dapat didefenisikan sebagai seseorang yang telah berusia 60 ke atas dan
terjadinya kehilangan kemampuan jaringan atau ketidaknormalan fungsinya
sehingga tidak mampu memperbaiki kerusakan yang terjadi pada komponen-
komponen penyusun jaringan tersebut.
2.4.2Penggolongan Lansia
Menurut WHO, 1993 lansia digolongkan ke dalam empat kelompok yakni
meliputi: (1) Usia pertengahan (45 - 59 tahun), (2) Lansia (60 - 74 tahun), (3)
Lansia tua (75 – 90 tahun), dan (4) Usia sangat tua ( > 90 tahun). Sementara itu,
menurut Depkes RI, 1994 lansia digolongkan menjadi tiga kelompok yakni: (1)
Kelompok lansia dini (55-64 tahun), (2) Kelompok lansia (65 tahun ke atas), dan
(3) Kelompok lansia resiko tinggi ( > 70 tahun), (dalam Surbakti, 2008: 15).
2.4.3Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Suatu proses yang dapat dihindari yang berlangsung secara terus- merus
dan berkesinambungan yang selnjutnya menyebabkan perubahan anatomis,
fisiologis, dan biokemis. Pada jaringan tubuh dan akhirnya mempengaruhi fungsi
dan kemampuan badan secara keseluruhan (Depkes RI, 1998 dalam Mardiana,
2011: 10).
Menurut Nugroho, (dalam Afriyanti, 2009: 18) menjelaskan bahwa
perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Perubahan fisik, yakni seperti perubahan sel, sistem pernafasan, sistem
pendengaran, system penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem respirasi,
sistem pencernaan, system endokrin, sistem integument, dan
muskuloskeletal.
b) Perubahan mental, yakni dipengaruhi oleh beberapa faktor berawal dari
perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan, dan
lingkungan. Biasanya lansia akan menunjukkan perubahan mental pada
memori dimana kenangan jangka panjang lebih dominan dibandingkan
kenangan jangka pendek. Intelegensi akan menurun dengan bertambahnya
usia seseorang. Beberapa perubahan seperti perkataan verbal, berkurangnya
penampilan, persepsi dan keterampilan serta perubahan daya imajinasi.
c) Perubahan psikososial, yakni seperti pensiun maka lansia akan mengalami
berbagai kehilangan yaitu kehilangan finansial, kehilangan status,
kehilangan teman atau relasi, dan kehilangan pekerjaan, merasakan atau
sadar akan kematian, kehilangan pasangan, berpisah dari anak dan cucu,
perubahan dalam carahidup yaitu memasuki rumah perawatan, dan penyakit
kronis dan ketidakmampuan.
2.5 Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini, dapat dilihat pada bagan berikut ini.
2.6 Kerangka Konsep
Adapun kerangka konseptualnya diberikan pada bagan berikut ini.
Ket : Variabel yang diteliti adalah pengetahuan dan sikap lansia tentang
Reumatik.
Demografi
Responden:
1. Umur
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
4. Sumber
informasi
Pengetahuan tentang
penyakit Reumatik
padalansia, yang akan
diukur hanya
mencakup :
1. Pengertian
2. Penyebab
3. Keluhan utama
4. Carapenatalaksan
aan
Sikap lansia tentang
Reumatik, meliputi:
1. Cognitive
2. Emosional
3. Konatif
Reumatik
1. Pengertian
2. Penyebab
3. Keluhan utama
4. Cara
penatalaksanaa
n
Sikap lansia
1. Baik
2. Cukup
3. kurang
Pengetahuan lansia
1. Baik
2. Cukup
3. Rendah