bab ii kajian tektonika arsitektur y.b mangunwijaya

19
II - 1 BAB II KAJIAN TEKTONIKA ARSITEKTUR Y.B MANGUNWIJAYA 2.1. Sosok Y.B Mangunwijaya sebagai Arsitek Yusuf Bilyarta Mangunwijaya atau yang sering dipanggil Romo Mangun adalah seorang rohaniawan , sastrawan, arsitek, bahkan tokoh multi intelegence yang berhasil meleburkan sisi spiritual, religiusitas dan humanisme ke dalam tiap karya dan pekerjaannya terutama bidang arsitektur. Selalu terdapat korelasi dari potensi lingkungan dengan tradisi/budaya Nusantara dalam desain beliau. Konsep kemanusiaannya dalam berarsitektur memperlihatkan bahwa Romo Mangun selalu berusaha membangun serendah-rendahnya dengan bahan bangunan seringan-ringannya. 2.2. Misi Y.B Mangunwijaya di Bidang Arsitektur Latar belakang pendidikan dan aktivitas Romo Mangun sebagai seorang tentara KNIL yang berjuang pada masa sebelum kemerdekaan, seorang rohaniawan yang belajar di Seminari Tinggi Kentungan, lalu sebagai seorang arsitek yang belajar di Jerman membuat Romo Mangun memiliki cara pandang kehidupan yang begitu dalam dan jernih. Menurut Eko Prawoto, karya Romo Mangun baik melalui arsitektur, sastra atau aktivitas sosial hanyalah sebagai media dari dua misi Romo Mangun yaitu memperjuangkan kemanusiaan dan Indonesia baru. Memperjuangkan kemanusiaan adalah misi utama Romo Mangun sehingga sangat kental dengan karya yang berpihak pada kaum miskin,lemah dan tersingkir. Usaha membuka lapangan kerja dan meningkatkan taraf hidup masyarakat diwujudnyatakan Romo Mangun dengan memasang upah tukang lebih tinggi dari harga bahan. Ruang- ruang terbuka yang bisa digunakan masyarakat menjadi dominasi karya Romo Mangun untuk meningkatkan taraf hidup warga. Misi Indonesia baru juga diusung Romo Mangun dalam setiap karya arsitektural. Cita-cita Romo agar Bangsa Indonesia terbebas dari belenggu globalisasi dan industri muncul dalam pengolahan material-material tradisional dengan teknologi baru, mengolah ulang barang-barang pabrik sehingga seringkali terlihat Romo memecah atau menghancurkan keramik, mencetak dan membuat sendiri tegel, pintu, jendela dan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

Upload: others

Post on 11-Nov-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEKTONIKA ARSITEKTUR Y.B MANGUNWIJAYA

II - 1

BAB II

KAJIAN TEKTONIKA ARSITEKTUR Y.B MANGUNWIJAYA

2.1. Sosok Y.B Mangunwijaya sebagai Arsitek

Yusuf Bilyarta Mangunwijaya atau yang sering dipanggil Romo Mangun adalah

seorang rohaniawan , sastrawan, arsitek, bahkan tokoh multi intelegence yang berhasil

meleburkan sisi spiritual, religiusitas dan humanisme ke dalam tiap karya dan

pekerjaannya terutama bidang arsitektur. Selalu terdapat korelasi dari potensi lingkungan

dengan tradisi/budaya Nusantara dalam desain beliau. Konsep kemanusiaannya dalam

berarsitektur memperlihatkan bahwa Romo Mangun selalu berusaha membangun

serendah-rendahnya dengan bahan bangunan seringan-ringannya.

2.2. Misi Y.B Mangunwijaya di Bidang Arsitektur

Latar belakang pendidikan dan aktivitas Romo Mangun sebagai seorang tentara

KNIL yang berjuang pada masa sebelum kemerdekaan, seorang rohaniawan yang belajar

di Seminari Tinggi Kentungan, lalu sebagai seorang arsitek yang belajar di Jerman

membuat Romo Mangun memiliki cara pandang kehidupan yang begitu dalam dan

jernih. Menurut Eko Prawoto, karya Romo Mangun baik melalui arsitektur, sastra atau

aktivitas sosial hanyalah sebagai media dari dua misi Romo Mangun yaitu

memperjuangkan kemanusiaan dan Indonesia baru.

Memperjuangkan kemanusiaan adalah misi utama Romo Mangun sehingga sangat

kental dengan karya yang berpihak pada kaum miskin,lemah dan tersingkir. Usaha

membuka lapangan kerja dan meningkatkan taraf hidup masyarakat diwujudnyatakan

Romo Mangun dengan memasang upah tukang lebih tinggi dari harga bahan. Ruang-

ruang terbuka yang bisa digunakan masyarakat menjadi dominasi karya Romo Mangun

untuk meningkatkan taraf hidup warga.

Misi Indonesia baru juga diusung Romo Mangun dalam setiap karya arsitektural.

Cita-cita Romo agar Bangsa Indonesia terbebas dari belenggu globalisasi dan industri

muncul dalam pengolahan material-material tradisional dengan teknologi baru, mengolah

ulang barang-barang pabrik sehingga seringkali terlihat Romo memecah atau

menghancurkan keramik, mencetak dan membuat sendiri tegel, pintu, jendela dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: BAB II KAJIAN TEKTONIKA ARSITEKTUR Y.B MANGUNWIJAYA

II - 2

banyak material lain. Sentuhan mendetail Romo dalam tiap karyanya memperlihatkan

kerja konsisten dan berbudaya dari seorang master builder Indonesia.

2.3 Tinjauan Teori Tektonika Arsitektur Y.B Mangunwijaya

2.3.1. Tinjauan Umum Teori Tektonika Arsitektur

“Needless to say, the role of the tekton leads eventually to the emergence of the

master builder or architekton.” (Frampton,1995,4)

Pengertian tektonika menurut Frampton (1995:4) tektonika berasal dari kata

tekton dan sering ditulis sebagai kata tektonamai dalam bahasa Yunani yang secara

harafiah berarti pertukangan kayu atau pembangun. Dalam bahasa Sansekerta dapat

disamakan dengan kata taksan yang juga berarti seni pertukangan kayu yang

menggunakan kapak. Istilah yang sama juga ditemukan dalam puisi Vedic yang juga

berarti pertukangan kayu. Kemudian dalam Homer istilah ini diartikan sebagai seni

dari konstruksi secara umum.

Istilah tektonika kemudian mengarah pada estetika dibanding teknologi,

komentar Adolf Heinrich Borbein dalam studi psikologi tahun 1982 (Frampton,

1995:4), bahwa tektonika menjadi seni dari pertemuan atau sambungan; seni dalam

ini ditekankan pada tekne, sehingga tektonika ternyata bukan hanya bagian dari

bangunan tetapi juga obyek atau sebagai karya seni pada arti yang lebih sempit.

Dengan perjalanan waktu, pengertian kata tektonik pada konstruksi cenderung

membuat karya seni, tergantung pada benar atau tidaknya penerapan tingkatan

kegunaan nilai seninya.

Penggunaan istilah tektonika secara arsitektural dipakai di Jerman dan muncul

di buku pegangan karya Karl Otfried Muller berjudul “Handbuch der Archeologie

der Kunst (Handbook of the Archeology of Art) 1830 (Frampton, 1995:4) , bahwa

tektonika adalah pengaplikasian pada sebentuk karya seni, seperti peralatan, bejana

bunga, pemukiman dan tempat pertemuan, yang dibentuk dan dikembangkan di satu

sisi pada penerapannya dan di sisi lain untuk menguatkan ekspresi perasaan dan

pengertian atau buah pikiran seni. Kita menyebutnya rangkaian dari percampuran

tektonika, di mana puncaknya adalah arsitektur sebagai pemenuh kebutuhan dan

menjadi cerminan perasaan terdalam yang kuat.

Mengikuti pemikiran Gottfried Semper (Mahatmanto,1999:15) bahwa kita

menggunakan istilah tektonika (tectonics) ini untuk merujuk pada ketrampilan

menyusun atau membuat yang menggunakan bahan ringan sebagai lawan dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: BAB II KAJIAN TEKTONIKA ARSITEKTUR Y.B MANGUNWIJAYA

II - 3

penggunaan bahan berat (batu,lempung) yang oleh Semper digolongkan sebagai

stereotomic. Dengan menyusun dan membuat di sini memasukkan juga kegiatan

seperti menjalin, merajut, menganyam dari bahan-bahan ringan semacam rumput,

alang-alang,rotan,dll. Menganyam suatu bahan, masih mengikuti Semper, perlu

diberi catatan lebih lanjut karena batu bata, koral, kerikil, dan bahan-bahan lain –

sekalipun berat bobotnya- tapi bila di susun, ditebar, atau dirangkai menjadi struktur

yang lebih besar, pun dapat digolongkan sebagai karya tektonika.

Menurut Eko Prawoto (1999:4) tektonika merupakan aspek arsitektur yang

berkaitan dengan bagaimana mengolah dan mempertemukan bahan bangunan serta

mengartikulasikan penyelesaian sambungan dalam kaitan dengan gaya konstruksi.

Persoalan tektonika lebih dari sekedar penyelesaian teknis statika bangunan.

Sekalipun wujud akhirnya mungkin sama yaitu bangunan tidak ambruk namun

artikulasi tentang mekanisme yang sebenarnya terjadi dalam penyaluran dan

pengalihan beban dan gaya, serta pengolahan bahan akan menentukan kualitas

arsitekturnya secara keseluruhan.

Tektonika dalam studi tugas akhir Fabianus Sebastian (2006:III-14) adalah

bagaimana memahami sambungan (joint) atau ketrampilan dalam penangangan

pertemuan bahan (detail sambungan), serta mampu memunculkan moda

representasional (structure symbolic) dalam berbagai macam cara atau artikulasi

pengolahan.

Memahami tektonika seperti merangkum pemikiran yang lengkap dan utuh

tentang arsitektur sehingga penyelesaian struktur dan konstruksi yang benar (stabil)

menjadi sumber keindahan suatu ruang yang diciptakan. Pekerjaan teknis dalam

suatu bangunan tak lagi diselesaikan secara terpisah dengan citra ruang yang biasa

tampil melalui aspek estetika. Hingga kehadiran tektonika yang utuh bisa

menciptakan karya arsitektural yang dalam, kaya akan makna, berpuisi.

Pemahaman tektonika mencakup penyelesaian logika struktur suatu ruang,

penanganan sambungan konstruksi, kepandaian pengolahan dan pertemuan bahan

material sehingga mampu memunculkan ekspresi bangunan. Tahap perancangan

dengan menggunakan konsep tektonika arsitektur yaitu :

Peka menentukan citra ruang dari fungsi dan aktivitas yang akan diwadahi

Tepat menggunakan metoda konstruksi untuk mencapai kestabilan dan

kekuatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: BAB II KAJIAN TEKTONIKA ARSITEKTUR Y.B MANGUNWIJAYA

II - 4

Peka melihat dan mengolah karakter material yang dipilih

Harmonis meleburkan citra ruang, penyelesaian konstruksi, pengolahan

material dengan benar, jujur dan wajar sehingga memunculkan keindahan

2.3.2. Tinjauan Khusus Teori Tektonika Y.B Mangunwijaya

Tektonika adalah salah satu segi terkuat dari karya Mangunwijaya. Hampir

seluruh karyanya dibentuk dari sikap hormatnya pada bahan dan bagaimana

memperlakukannya. Ia berperan sebagai manusia pembangun sebaik-baiknya:

tukang. (Mahatmanto,1999:18). Konsep tektonika arsitektur yang begitu logis

namun berpuisi. Di titik inilah Romo Mangun tak tergantikan.

Tektonika dituliskan Y.B Mangunwijaya (1988:262) yang beliau bangun dari

hikmah pemikiran Yunani. Segala bangunan berhakikat dua prinsip : (1) ada unsur

yang dipikul atau ditopang dan (2) unsur lain yang memikul atau menopang. Bila

antara yang dipikul dan memikulnya ada keseimbangan, artinya serba stabil, maka

hakikat bangunan sudah tertemulah dan justru itulah yang harus diespresikan, yakni

tektoon. Tektoon menunjuk pada segala yang stabil, yang tidak roboh, yang dapat

diandalkannya.

Pengertian tektoon tidak terbatas sempit pada - yang berhubungan dengan

kekokohan statika bangunan. Esensinya ialah pengejawantahan logika yang tajam

menganalisa unur-unsur bagian dalam hubungannya dengan yang lain, sehingga

bangunan berdiri secara benar sesuai dengan hukum alam dan begitu memperoleh

paa kehidupannya. Buah arsitektur yang berkualitas selalu punya daya citra yang

khas, memiliki kekuatan terhadap persepsi maupun cita rasa psikologis orang yang

menghadapinya. (Mangunwijaya, 1988:284)

Menurut Demokritos (Mangunwijaya, 1988:290), keserasian atau segala

keteraturan terdiri dari gugusan unsur-unsur atom-atom yang mempunyai susunan,

yang memiliki struktur. Jadi bukan hanya sebentuk onggokan asal jadi saja. Dan

struktur itulah yang menjadi sumber keselarasan. Mereka tidak menutupi konstruksi,

bahkan sebaliknya mereka memamerkan dengan bangga, bentuk dan struktur

konstruksi apa yang mereka pilih dalam bangunan. Untuk menunjukkan betapa

benar konstruksi pilihan mereka dan karenanya betapa indah.

Y.B Mangunwijaya terkenal dengan cara membangunnya yang begitu humanis

baik dari cara memperlakukan tukang, mengolah bahan lokal, juga menghidupkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: BAB II KAJIAN TEKTONIKA ARSITEKTUR Y.B MANGUNWIJAYA

II - 5

budaya masyarakat sehingga bangunan tersebut mampu menjadi rumah yang

dimiliki bersama oleh masyarakatnya. Dijelaskan oleh Sutrisno (1999:8) bahwa visi

utama sosok arsitek humanis ini terangkum dalam buku Wastu Citra. Wastu adalah

jiwa, roh kreatif penghidup kreasi manusia untuk mencari dan memperjuangkan

yang benar („verum‟); yang indah asri („pulchrum‟) serta peziarah pelaku kebaikan

(„bonum‟). Semua ini harus terungkap dalam ekspresi karya yang menjadi gambar

langsung (=citra) dari kebaikan; kebenaran dan keindahan.

Tektonika arsitektur membawa Y.B Mangunwijaya menjadi seorang manusia

pembangun, yang dituliskan Mahatmanto (1999:14) berarti tukang dan

ketukangannya, craft dan craftsmanship yang merupakan batu penjuru dari proses

membangun, suatu peran penting dalam kebudayaan yang sering dikecilkan oleh

praktik dan pengajaran arsitektur masa kini. Ditambahkan pula tektonika arsitektur

Y.B Mangunwijaya menurut Prawoto (1999:4) memberikan sedikit upaya

„pencerahan‟ bagi arsitek maupun calon arsitek menanggapi banyaknya keluhan

tentang lemahnya perhatian atau pengetahuan tentang penanganan detail. Pemikiran

arsitektur seringkali lebih banyak dicurahkan pada masalah „besar‟ seperti konsep,

filosofi tanpa didukung pengetahuan yang memadai pada level mikro yaitu tentang

tektonikanya, pada keduanya seharusnya satu.

Semoga kita selalu bekerja karena kita tahu sendi-sendi pemikirannya, paham

akan seluk beluk di dalamnya, tahu bahasa benda, bahan dan konstruksinya

(Mangunwijaya, 1980:2). Oleh karena itu, bila kita berarsitektur, artinya berbahasa

dengan ruang dan gatra, dengan garis dan bidang, dengan bahan material dan

suasana tempat, sudah sewajarnyalah kita berarsitektur secara budayawan; dengan

nurani dan tanggung jawab penggunaan bahasa arsitektural yang baik. Bahkan kalau

mungkin, walaupun tentu saja tidak setiap orang mampu: dengan puisi.

(Mangunwijaya,1988:20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: BAB II KAJIAN TEKTONIKA ARSITEKTUR Y.B MANGUNWIJAYA

II - 6

2.4. Tinjauan Lapangan dari Bangunan Karya Y.B Mangunwijaya

2.4.1. Rumah Arief Budiman, Salatiga

Arief Budiman adalah seorang intelektual terkemuka

Indonesia yang aktif dalam kancah politik Indonesia, karena ia

ikut menandatangani Manifesto Kebudayaan pada tahun 1963

yang menentang aktivitas LEKRA yang dianggap memasung

kreativitas kaum seniman. Arief sempat belajar di Universitas

Harvard dan meraih gelar Ph.D, kemudian Arief mengajar di

UKSW (Universitas Kristen Satya Wacana) di Salatiga. Ketika

UKSW dilanda kemelut yang berkepanjangan karena

pemilihan 6atrio yang dianggap tidak adil, Arief melakukan mogok mengajar, dipecat

dan akhirnya hengkang ke Australia serta menerima tawaran menjadi 6atriotic di

Universitas Melbourne. Meskipun demikian, ia tidak menjadi warga 6atrio Australia.

Ia berstatus permanent resident. Menjelang 6atriot tahun 2008, Arief tetap berharap

pulang ke Salatiga dan tinggal di rumah karya arsitek Romo YB Mangunwijaya

(almarhum) itu. “Saya bukan patriotik terhadap Indonesia, tetapi rasanya capek kan

kalau mimpi dalam bahasa Inggris terus,” ujarnya.

Rumah Arief Budiman ini terletak di Jalan Kemiri Candi Kota Salatiga yang

secara fisik merupakan daerah dataran tinggi dengan dominasi cuaca sejuk. Daerah

sekitar berupa tanah dengan kontur yang cukup dinamis sehingga pemukiman sekitar

mengadopsi gugus massa kecil dan terpisah-pisah.

Gambar 2.1. Suasana rumah Arief Budiman yang harmonis dengan kontur lahan dan

vegetasi yang tumbuh.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: BAB II KAJIAN TEKTONIKA ARSITEKTUR Y.B MANGUNWIJAYA

II - 7

Gambar 2.2. Tampak depan rumah

terlihat 3 dari 4 gugus rumah dengan

konsep panggung (atas) juga ekspos

konstruksi atap tanpa plafond (kiri) dan

talang pertemuan 2 atap (kanan).

Struktur dan konstruksi bangunan di ekspos dengan jujur dari struktur atap,

kolom, balok, dinding juga perkerasan. Kejujuran ini memperlihatkan kebenaran

struktur yang dibangun sehingga mampu memunculkan moda representasi yaitu

keindahan.

Bangunan terdiri dari 4 gugus rumah panggung dengan atap pelana kampung.

Struktur atap memperlihatkan genteng yang bagian bawah di cat putih tulang, usuk

yang di cat coklat dan reng yang di cat hitam seperti anyaman, harmoni dengan

dinding anyaman bambu dibawahnya. Kuda-kuda, balok atap dan penutup bubungan

atap juga di tampilkan apa adanya.

Talang air di pertemuan dua atap ditampilkan berupa lapisan bilah kayu dan

seng yang dikerjakan dengan rapih. Penyelesaian talang juga memperlihatkan

sambungan usuk 2 atap yang ditumpukan pada balok atap di atas kamar mandi.

Gambar 2.3. Sketsa potongan talang ekspos

yang langsung terkait dengan usuk, reng dan

balok tumpu atap. Talang dilapisi kayu agar

terlihat bagus.

Konsep rumah panggung dengan perkuatan kolom beton di bagian bawah dan

konstruksi kayu dan bambu di bagian atas mencitrakan sistem konstruksi ringan yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: BAB II KAJIAN TEKTONIKA ARSITEKTUR Y.B MANGUNWIJAYA

II - 8

selalu Y.B.M pilih juga sebagai tanggapan akan site berupa kontur. Tanah berkontur

diatasi dengan konsep rumah panggung sehingga terdapat perbedaan ketinggian di

tiap gugus bangunan. Kebutuhan aksesibilitas diselesaikan dengan jembatan kayu

menggantung dengan konstruksi besi sebagai batang tarik. Dinding batu bata yang

disusun seperti anyaman bambu bersama kolom beton dengan gurat bambu menjadi

struktur penopang bawah. Bangunan atas didominasi penggunaan dinding dari

anyaman bambu, jendela kayu dan konstruksi lantai dari papan kayu sehingga kesan

ringan tercapai.

Gambar 2.4. Bangunan rumah panggung dengan kolom beton sebagai konstruksi

utama dan rumah bagian atas dengan dinding anyaman bambu.

Penyelesaian struktur balok lantai juga menggunakan sistem konstruksi ringan

berupa papan kayu ukuran 3/15 yang diletakkan berdiri. Sistem ini membuat kayu

bisa bernafas karena memiliki rongga dan mengesankan rumah yang ringan. Kayu

sendiri memiliki kualitas yang baik, tahan lama dan membawa unsur hangat.

Perubahan material dari kolom beton menuju konstruksi lantai kayu dipresentasikan

dengan sambungan kolom yang di cat merah.

Gambar 2.5. Konstruksi kolom beton dengan balok kayu dan pertemuan sendinya

memberikan kesan yang ringan dan indah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: BAB II KAJIAN TEKTONIKA ARSITEKTUR Y.B MANGUNWIJAYA

II - 9

Bangunan selalu mendasar pada keadaan sekitar menyangkut potensi, sumber

daya alam dan manusia, juga ketersediaan bahan lokal sehingga mempengaruhi

keputusan penggunaan bahan dalam penyelesaian struktur dan konstruksi.

Modul pintu dan jendela khas yang dikombinasikan antara kayu, kaca bening

dan nako, yang kemudian di cat merah seperti warna lisplang dan sambungan.

Ornamentasi pintu jendela dengan bentuk silang juga muncul di jembatan kayu

penghubung rumah depan. Beton cetak sebagai konstruksi tangga yang seperti daun

pinus yang berpilin juga cetakan rooster seperti ranting daun.

Gambar 2.6. Ornamentasi

bangunan yang diambil dari

bentuk-bentuk alam muncul

harmoni dengan material yang

digunakan. Anyaman bambu

juga diterapkan pada susunan

batu bata sehingga harmoni

antara bangunan atas dan bawah.

Juga bentung daun dan ranting

yang menginspirasi tangga putar

dan rooster.

2.4.2. Wisma Kuwera, Yogyakarta

Wisma Kuwera adalah rumah tinggal Y.B Mangunwijaya (Romo Mangun)

yang terletak di Gang Kuwera, Gejayan Yogyakarta. Rumah berada dalam kawasan

perkampungan yang dominan bangunan kampong walaupun banyak bangunan tinggi

pertokoan di pinggir jalan Gejayan. Jalan depan rumah saja hanya bisa dilewati satu

mobil. Wisma Kuwera adalah rumah yang ditempati Romo Mangun sampai akhir

beliau wafat di tahun 1999. Selain sebagai rumah juga merupakan kantor yayasan

pendidikan yang didirikan Romo Mangun yaitu Dinamika Edukasi Dasar (DED).

DED fokus pada pendidikan dasar kaum kecil, lemah, miskin dan tersingkir (KLMT)

hingga sekarang mengasuh SD Mangunan dan Wisma Arita di Kalasan Yogyakarta.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 10: BAB II KAJIAN TEKTONIKA ARSITEKTUR Y.B MANGUNWIJAYA

II - 10

Gambar 2. 7. Tampak Wisma Kuwera

dari jalan depan. Tampak 2 gugus

bangunan beratap segitiga majemuk.

Konsep rumah panggung dan dominasi pemakaian material kayu, papan, asbes

semen, dan bambu berpegang dari sistem konstruksi ringan. Di mana pemakaian

dinding batu bata dan perkuatan beton dilakukan di rumah bagian bawah, sedang

bagian atas didominasi kolom kayu dan dinding papan.

Konstruksi atap menggunakan atap segitiga majemuk sebagai aplikasi atap

dingin, sehingga ruang dibawah atap bisa digunakan sebagai ruangan dan panas

diselesaikan dengan lapisan sabut dan plafond bambu tutul di bawahnya. Agar panas

cepat keluar, di bawah atap selalu diberi bukaan berupa jendela sebesar-besarnya.

Bukaan tersebut mengikuti bentuk kuda-kuda. Atap dari bahan asbes semen yang

dicetak dan dipotong persegi ukuran 30x30cm. atap ringan ini menggunakan sistem

jepit dengan seng yang dipakukan langsung pada reng.

Gambar 2.8. Kuda-kuda atap

segitiga majemuk yang langsung

berhubungan dengan ruang

dibawahnya. Atap diselimuti asbes

semen di luarnya dan plafong

bambu tutul di dalamnya.

Asbes semen dipasang dengan

sistem jepit seng.

Kejujuran ekspos struktur konstruksi dan sambungan sangat diperlihatkan

sebagai penguat kebenaran struktur bangunan. Konstruksi ringan hadir melalui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 11: BAB II KAJIAN TEKTONIKA ARSITEKTUR Y.B MANGUNWIJAYA

II - 11

struktur kolom dan balok kayu yang terkomposisi harmoni antara kolom utuh dengan

balok dari papan kayu jepit. Susunan melintang dan membujur balok papan jepit ini

memunculkan ruang-ruang sesuai kebenaran struktur.

Gambar 2.9. Pertemuan struktur kolom,balok dan kuda-kuda yang diselesaikan

dengan indah saling bertumpang tetap mengesankan konstruksi ringan.

Material struktur didominasi kayu kecuali ruangan yang membutuhkan batas

dan perkuatan lebih menggunakan kolom semen dan dinding batu bata. Olahan

material kayu didominasi bentuk geometris kaku dan tegas. Sisa kayu juga diguakan

untuk meja altar kapel, sesuatu yang remeh/sisa dipakaikan untuk sesuatu yang agung,

belajar tentang kesetaraan bahan.

Gambar 2.10. Material kayu dominan digunakan dan hadir di banyak fungsi. Kayu

sisa sebagai meja altar, kayu bangkirai sebagai balok, kayu glugu dipotong pipih sebagai

material lantai, lemari kayu, jendela putar as tengah kombinasi kayu dan kaca nako, juga sisa

kayu sebagai isian jendela nako (gambar searah jarum jam,atas ke bawah)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: BAB II KAJIAN TEKTONIKA ARSITEKTUR Y.B MANGUNWIJAYA

II - 12

Bangunan didominasi dinding terbuka berupa pintu, jendela putar/geser, pintu

jendela juga dinding berupa rak kaca yang transparan sehingga cahaya dan udara bisa

leluasa masuk sepanjang hari. Oleh sebab itu bangunan juga terdiri dari gugus-gugus

terpisah yang berbeda ketinggian sehingga aspek fisika bangunan bisa optimal.

Gambar 2.11. Dominasi pintu dan jendela kayu tinggi sebagai dinding bangunan sehingga

udara dan cahaya bisa masuk leluasa ke dalam ruangan.

Dinding semen cetak dengan guratan bambu yang dijadikan bekisting sebagai

olahan material lokal. Cetakan memiliki ukuran tertentu yang kemudian

dikomposisikan di dinding. Dinding dan atap dilapisi bambu tutul geprek yang

dipakukan pada kayu topang sehingga memiliki tekstur dinding yang khas dan

mampu mendinginkan panas. Pintu, jendela dan bukaan semua dibuat sendiri

menyesuaikan kebutuhan ruang. Material berupa kayu glugu, kaca bening, dan nako.

terdapat juga jendela nako yang diisi papan kayu sisa. Kebanyakan bukaan

menggunakan as putar di tengah bukan di samping agar penghawaan lebih banyak

masuk. Olahan material yang dipadupadankan dengan harmoni, dari kayu menuju

bambu, kayu menuju kaca/nako, kayu glugu dengan kayu bangkirai, juga kayu dengan

besi. Konsep kesetaraan material membuat kepekaan akan karakter material muncul

dalam penggunaan.

Gambar 2.12. Dinding cetakan bambu dengan sketsa potongan bambu sebagai cetakan cor

semen (kiri) juga plafond bambu tutul yang digeprek dan dipakukan di kayu penyangga

sebagai konstruksi plafond (kanan).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: BAB II KAJIAN TEKTONIKA ARSITEKTUR Y.B MANGUNWIJAYA

II - 13

2.4.3. Wisma Salam, Magelang

Wisma Salam merupakan kompleks bangunan retret atau rekreasi rohani yang

biasa digunakan umat kristiani. Terdiri dari banyak gugus bangunan berupa Gereja St.

Theresia Salam, Pastoran Salam, beberapa tempat istirahat, tempat berkumpul, kapel

doa, perpustakaan, taman, komunal dan ruang administrasi juga ruang servis. Wisma

Salam berada di Jalan Magelang-Jogja tepatnya di belakang Polsek Salam di mana

wisma juga bersebelahan langsung dengan Sungai Krasak.

Gambar 2.13. Potret dari Google Maps lokasi kompleks Wisma Salam yang berada di tepian

Sungai Krasak Magelang (kiri) juga denah lokasi kompleks (kanan).

Bersebelahan dengan Sungai Krasak dan juga melihat bahwa Magelang

merupakan jalur lahar Gunung Merapi yang kaya akan pasir dan batu, maka pilihan

penggunaan batu kali sebagai material dominan bangunan merupakan konsep

lokalitas yang tepat. Konsep lokal itu pula yang menjadi inspirasi bentuk utama

bangunan dengan massa, garis bangun dan ornamentasi geometris yang tegas.

Material batu menjadi unsur pembentuk bangunan dengan struktur konstruksi bearing

wall. Struktur tersebut yang membuat bangunan diberi perlubangan geometris yang

statis namun masih terasa dinamis dengan bentuk lingkaran dan segitiga.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: BAB II KAJIAN TEKTONIKA ARSITEKTUR Y.B MANGUNWIJAYA

II - 14

Gambar 2.14. Bangunan utama wisma dengan atap segitiga majemuk dengan asbes semen

(kiri) dan pemakaian material dominan batu sebagai bearing wall dengan bentuk geometris

(kanan)

Konsep konstruksi ringan masih dipakai Y.B Mangunwijaya walau material

utama berupa batu. Batu, kayu, bambu dan besi dikombinasikan dengan harmoni

sehingga kesan ringan masih tetap terasa. Balok dan kolom kayu hadir di beberapa

bagian bangunan, masih dengan konsep papan jepit dengan kayu 3/20. Kayu dominan

digunakan sebagai konstruksi atap yaitu kuda-kuda, usuk, dan reng.

Gambar 2.15. Pemakaian kayu sebagai kolom dan balok muncul di banyak ruang sebagai

penjawab kebutuhan struktur konstruksi sebuah ruang.

Konstruksi atap beberapa diperlihatkan tanpa plafond dan sebagian lain dengan

plafond bambu tutul. Material atap dengan konsep atap dingin dan ringan yaitu dengan

lapisan asbes semen yang disusun seperti sisik ikan dan material plafond bambu tutul. Atap

dengan asbes semen dan lapisan plafond bambu tutul sangat efisien untuk bentuk bangunan

yang dinamis, missal bentuk kapel dome yang melingkar. Asbes semen yang ditata seperti

sisik bahkan menjadi dinding luar bangunan, juga lapisan bambu tutul menjadi lapisan

dinding dalam kapel. Modul 15x15 asbes dan bambu tutul memudahkan pemasangan dari

bangun yang berbentuk dinamis.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 15: BAB II KAJIAN TEKTONIKA ARSITEKTUR Y.B MANGUNWIJAYA

II - 15

Gambar 2.16. Konstruksi

atap asbes semen dengan

sistem jepit seng juga

digunakan sebagai pelapis

dinding luar bangunan.

Gambar 2.17. Plafond bambu tutul geprek menjadi material plafond dominan yang

menciptakan suasana sejuk dan mampu memantulkan cahaya dengan lembut.

Terdapat ornamentasi dengan sistem cetak yang khas di Wisma Salam yaitu

dinding dengan ornamentasi flora fauna. Ornamentasi ini menurut tafsiran saya dibuat

saat plesteran dinding belum kering sempurna dan direkatkan cetakan dengan bentuk

flora fauna dan dikeringkan. Ornamentasi menjadi guratan yang indah dengan

permainan warna cat. Ornamentasi ini dominan digunakan di Gereja St. Theresia yang

terletak di daerah depan kompleks wisma.

Gambar 2.18. Guratan dinding berupa ornamentasi flora dan fauna menjadi artikulasi ruang

yang penuh makna.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 16: BAB II KAJIAN TEKTONIKA ARSITEKTUR Y.B MANGUNWIJAYA

II - 16

2.5. Hasil Kajian Tektonika Arsitektur Y.B Mangunwijaya

Hasil penelitian tektonika arsitektur dari studi bangunan Y.B. Mangunwijaya

diambil dari 3 sampel bangunan yang paling mendekati fungsi bangunan rumah tinggal

yaitu Wisma Kuwera di Jogja, Rumah Arief Budiman di Salatiga, dan Wisma Salam di

Magelang. Dari pengamatan secara fisik terhadap struktur konstruksi, penyelesaian

sambungan, unsur pembentuk ruang, pengolahan material dan lingkungan sekitar

bangunan didapat kesimpulan tentang tektonika arsitektur yang muncul dari bangunan

Y.B Mangunwijaya adalah:

2.5.1. Kejujuran Struktur Konstruksi

Kejujuran berarti apa adanya, berlaku benar sehingga segala hal ditunjukkan

dengan terbuka. Kejujuran dalam sistem struktur konstruksi berarti membangun

dengan struktur yang benar dan memperlihatkan dengan terbuka bagaimana

bangunan itu berdiri. Keterbukaan ini menuntut kerja struktur yang benar dan

penyelesaian yang rapih juga bercitra sehingga struktur dapat dinikmati sebagai

keindahan bangunan. Struktur konstruksi bangunan diperlihatkan dengan jujur dari

konstruksi atap tanpa plafond, ekspos genteng, usuk, reng, kuda-kuda dan talang,

lalu konstruksi badan berupa ekspos kolom, balok, dan penyelesaian sambungan,

juga beberapa bagian mengekspos pondasi.

Struktur konstruksi bangunan yang diperlihatkan tersebut membuat penghuni

tahu benar tentang bangunan yang melingkupinya sehingga dalam pertumbuhan atau

renovasi bangunan nantinya, penghuni dapat melakukannya secara mandiri. Hal ini

menumbuhkan pula hubungan yang erat antara manusia dan yang melingkupinya.

Struktur dengan logika sederhana yang diadopsi dari kebenaran-kebenaran alam

menjadi pilihan tepat juga kegiatan mengekspos tekstur material sesuai dengan

fitrahnya semakin mempererat kesatuan manusia dengan alam.

2.5.2. Sistem Konstruksi Ringan

Sistem konstruksi ringan adalah bagaimana mengatasi kebutuhan ruang

dengan keadaan site, material dan potensi sekitar dengan konstruksi yang wajar,

benar, efisien, hemat energi sehingga menjadi ringan. Bangunan menggunakan

sistem struktur konstruksi ringan melalui konsep rumah panggung dengan konstruksi

atas berupa material ringan seperti kayu, bambu,papan yang dilanjutkan perkuatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 17: BAB II KAJIAN TEKTONIKA ARSITEKTUR Y.B MANGUNWIJAYA

II - 17

massif bagian bawah (kolom beton,bearingwall,pondasi umpak). Sistem konstruksi

ringan dengan bagian bawah bangunan yang lebih berat daripada atas membuat

bangunan lebih stabil dan tahan gempa.

Konstruksi atap menggunakan atap ringan seperti bentuk atap limasan

kampong dan atap segitiga majemuk. Penutup atap berupa genteng tanah liat dan

asbes semen. Atap sbes semen dengan sistem jepit seng menjadi sistem atap ringan

yang menjawab bentuk atap segitiga majemuk. Atap asbes semen sedikit panas

sehingga membutuhkan perlubangan dinding yang lebar di bawah bubungan atap.

Penggunaan konstruksi kayu menggunakan papan kayu ukuran 3/20 yang

ramping sehingga pada aplikasinya membawa kesan ringan dan ekologis karena

menciptakan ruang bernafas bagi balok lantai kayu. Material yang dipakai diolah dan

disusun sesuai dengan fitrahnya dan digunakan sesuai dengan fungsi sehingga efisien.

Dinding bangunan didominasi papan/ board dari kayu lapis, anyaman bambu dan

perlubangan dinding sekaligus ruang pencahayaan dan penghawaan alami.

Ringan juga berarti hemat energi, tahan lama dan berasal dari material yang

dekat dengan lingkungan sehingga cara mendapat dan proses olahan dapat lebih

hemat. Energi dari transportasi material dan bahan dapat ditekan.

2.5.3. Aspek Fisika Bangunan melalui Gugus Bangunan Kecil

Aspek fisika bangunan yang mencakup penghawaan, pencahayaan, struktur

konstruksi, ekologis, struktur tahan gempa adalah langkah mengatasi keadaan alam.

Aspek ini dibutuhkan agar bangunan selaras dengan alam dan segala energinya baik

cahaya matahari, suhu, gerak angin, curah hujan, gerakan tanah juga kelembapan

udara. Eksplorasi alam sekitar site atau lingkungan sangat diperlukan untuk

mengetahui bangunan seperti apa yang selaras dibangun ditempat tersebut.

Bangunan dengan konsep rumah panggung dan terdiri dari beberapa

gugus/massa kecil menjadi pilihan tepat untuk tanah berkontur karena tidak perlu cut

and fill begitu luas. Gugus kecil dan terpisah mengakomodasi gerakan angin dan

cahaya lebih banyak, juga menjadi solusi bagi gempa bumi karena bangunan gugus

kecil yang saling terpisah secara struktur lebih stabil jika terjadi goncangan. Gugus

bangunan kecil efektif untuk tanah dengan eksisting pepohonan atau vegetasi yang

banyak sehingga bangunan dapat tumbuh bersama vegetasi tanpa perlu banyak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 18: BAB II KAJIAN TEKTONIKA ARSITEKTUR Y.B MANGUNWIJAYA

II - 18

memangkas pohon. Mengoptimalkan pepohonan eksisting baik untuk barier panas

dan debu pada bangunan.

2.5.4. Prinsip Lokalitas terhadap Lingkungan Binaan

Bangunan selalu mendasar pada kondisi lingkungan sekitar menyangkut

sumber daya alam, manusia, potensi dan budaya. Sehingga muncul pada keputusan

penggunaan konstruksi beserta materialnya, pemberdayaan tukang dari warga

sekitar, pemilihan bentuk dan citra bangunan. Bangunan mendasarkan diri dengan

budaya dan kebijakan sekitar sehingga bangunan melebur dan harmonis dengan

lingkungan.

Material diambil dari potensi lingkungan sehingga tukang atau ahli yang

mengolah juga warga sekitar, lokalitas ini mampu meningkatkan kinerja warga dan

menumbuhkan keakraban antar manusia. Bangunan juga memiliki ruang bersama

yang mampu mengakomodasi aktivitas bersama warga sekitar, hal ini justru

membuat bangunan terus berdiri dalam waktu yang lama karena warga merasa

saling memiliki.

2.6. Kriteria Perencanaan dan Perancangan

Hasil kajian teori dan lapangan tentang tektonika arsitektur Y.B Mangunwijaya

menghasilkan empat karakter utama yang akan digunakan dalam perancangan objek

nantinya. Empat karakter tersebut adalah kejujuran struktur, struktur konstruksi ringan, aspek

fisika bangunan dan lokalitas menghasilkan pula kriteria perencanaan dan perancangan

sebagai berikut :

2.6.1 Kriteria Site dan Lingkungan

Ukuran site yang cukup luas agar memungkinkan bangunan terdiri dari

gugus massa terpisah

Lahan yang cukup untuk memungkinkan pertumbuhan dan pengembangan

bangunan

Lahan asri dengan eksisting vegetasi yang beragam dan banyak jumlahnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 19: BAB II KAJIAN TEKTONIKA ARSITEKTUR Y.B MANGUNWIJAYA

II - 19

2.6.2 Kriteria Struktur & Konstruksi

Struktur konstruksi sebagai pembentuk bangunan, pencipta ruang, citra juga

suasana dan identitas ruang

Struktur konstruksi menyelesaikan permasalahan site, ruang dan material

Struktur bekerja dengan benar, efisien dan diperlihatkan dengan jujur

Penyelesaian sambungan struktur benar dan diperlihatkan dengan jujur

Struktur menanggapi keadaan sekitar baik kontur, jenis tanah, iklim lokal

dan gempa bumi

Struktur konstruksi dengan sistem,kesan dan material ringan

Struktur dapat dikembangkan untuk kemungkinan pertumbuhan penghuni

Struktur sederhana sehingga dapat dengan mudah dimengerti penghuni jika

terjadi pembenahan dan penambahan

2.6.3 Kriteria Peruangan dan Fungsi

Bentuk, fungsi dan orientasi peruangan mengikuti analisis lingkungan

Ruangan ditentukan berdasarkan suasana yang tercipta terhadap lingkungan

sekitar

Terdapat ruang sosial yang digunakan untuk mewadahi budaya dan

aktivitas bersama masyarakat

2.6.4 Kriteria Pemilihan dan Pengolahan Material

Material dipilih berdasarkan potensi daerah dan lingkungan, renewable dan

tahan lama

Semua material diolah sesuai dengan fitrah dan tekstur aslinya

Mengadopsi budaya atau kebiasaan warga dalam mengolah dan

memberdayakan material sebagai unsur di bangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user