repositori.unud.ac.id · karakteristik material ini menjadi batasan penciptaan bentuk arsitektur...

14

Upload: vodan

Post on 02-Jul-2019

241 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: repositori.unud.ac.id · Karakteristik material ini menjadi batasan penciptaan bentuk arsitektur Bebadungan dapat dilihat sebagai hasil dari tektonika batu bata yang dikembangan oleh
Page 2: repositori.unud.ac.id · Karakteristik material ini menjadi batasan penciptaan bentuk arsitektur Bebadungan dapat dilihat sebagai hasil dari tektonika batu bata yang dikembangan oleh
Page 3: repositori.unud.ac.id · Karakteristik material ini menjadi batasan penciptaan bentuk arsitektur Bebadungan dapat dilihat sebagai hasil dari tektonika batu bata yang dikembangan oleh
Page 4: repositori.unud.ac.id · Karakteristik material ini menjadi batasan penciptaan bentuk arsitektur Bebadungan dapat dilihat sebagai hasil dari tektonika batu bata yang dikembangan oleh
Page 5: repositori.unud.ac.id · Karakteristik material ini menjadi batasan penciptaan bentuk arsitektur Bebadungan dapat dilihat sebagai hasil dari tektonika batu bata yang dikembangan oleh
Page 6: repositori.unud.ac.id · Karakteristik material ini menjadi batasan penciptaan bentuk arsitektur Bebadungan dapat dilihat sebagai hasil dari tektonika batu bata yang dikembangan oleh
Page 7: repositori.unud.ac.id · Karakteristik material ini menjadi batasan penciptaan bentuk arsitektur Bebadungan dapat dilihat sebagai hasil dari tektonika batu bata yang dikembangan oleh
Page 8: repositori.unud.ac.id · Karakteristik material ini menjadi batasan penciptaan bentuk arsitektur Bebadungan dapat dilihat sebagai hasil dari tektonika batu bata yang dikembangan oleh

BEBADUNGAN DAN IDENTITAS KOTA DI BALI Pendahuluan Pulau Bali sudah dikenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata dunia dan dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai negara. Ditengah arus globalisasi yang melanda di seluruh bagian dunia, identitas kota atau kawasan menjadikebutuhan atau menjadi sangat penting. Identitas dapat membedakan kawasan satu dengan lainnya. Untuk menciptakan identitas kawasan atau identitas kota wajah atau bentuk tampilan arsitektur memiliki peranan untuk menciptakan suasana atau karakteristik tempat yang spesifik unik dan berbeda dengan tempat lainnya. Pulau Bali sebagi salah satu daerah tujuan wisata, selain harus mampu mengembangkan kawasan yang mampu memberikan atau menciptakan ikatan atau menciptakan ingatan/memori yang pada saat mereka berkunjung ke Bali. Ikatan ini tercipta karena tempat-tempat yang dikunjungi memiliki identitas atau memiliki karakter yang berbeda dengan daerah atau kawasan lainnya. Salah satu hal yang berperan untuk menciptakan ikatan tersebut adalah setting lingkungan terbangun dan arsitekturnya yang memiliki karakter yang khas atau unik, atau sering juga disebutkan sebagai identitas kawasan. Bali adalah kawasan dengan luasan yang sangat kecil bila dibandingkan dengan beberapa propinsi di Indonesia, namun masyarakat Bali memiliki kekayaan keragaman langgam arsitektur yang dapat digunakan sebagai sumber untuk mengembangkan arsitektur masa kini dan masa depan. Salah satunya adalah bebadungan yaitu langgam yang banyak ditemukan di daerah Badung dan Denpasar. Langgam ini disebutkan sebagai bebadungan karena berkembang di daerah Badung dan Denpsar. Bebadung dapat dilihat sebagai langgam atau bentuk arsitektur yang dihasilkan dari dominasi permainan pasangan batu bata. Artikel ini membahas potensi bebadungan sebagai salah satu sumber untuk mengembangkan identitas kawasan atau identitas kota di Bali. Pengertian Identitas dan identitas arsitektur Identitas memiliki terminologiyang luas dan terminologi ini sering digunakan pada ilmu sosial. Identitas sering dikaitkan dengan keunikan seseorang atau sesuatu yang berbeda dengan lainnya. Kata identitas berasal dari bahasa latin “identitas” yang berarti fakta tentang seseorang atau sesuatu. Identitas pada umumnya bersifat stabil, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk berubah seiring dengan perubahan waktu. Identitas memiliki definisi yang beragam, seperti Castells mendefinisikan bahwa identitas merupakan sumber makna dan pengalaman masyarakat, dan Katzeintein mendefinisikan bahwa identitas melibatkan sesuatu dengan yang lainnya dan keduanya diciptakan dan memiliki kesetaraan (dalam Kaymaz 2013). Identitas tercipta melalui pengalaman manusia dan melalui pengalaman ini manusia dapat membedakan seseorang dengan yang lain atau membedakan sesuatu dengan yang lainnya. Dari berbagai definisi dan pengertian identitas maka konsep di dalam identitas terdapat pengertian: ( a) keunikan dari seseorang atau sesuatu; (b) identitas membutuhkan pembanding diantara sesuatu ;(c) makna dan pengalaman memiliki peranan yang penting dalam mempersepsi identitas; (d) identitas tidak pernah stabil karena identitas merupakan fenomena yang dinamis; (e) identitas membutuhkan interaksi dengan yang lain (Kaymaz, 2013). Secara umum identitas dapat didefinisikan sebagai kumpulan tanda-tanda material, biologikal, psikologikal, atau budaya yang membedakannya dengan individu lainnya, dengan kelompok, populasi, atau budaya lainnya (Torabi dan Brahman, 2013). Identitas Arsitektur Arsitektur selalu memiliki ikatan dengan budaya, nilai dan pola perilaku masyarakatnya, oleh karena itu bentuk arsitektur pada perioda tertentu merupakan refleksi dari sistem budaya dan seni masyarakatnya (Torabi dan Brahman, 2013). Perubahan yang terjadi pada arsitektur sejalan dengan perubahan yang terjadi pada kehidupan masyarakatnya, karena perubahan dibutuhkan sebagai

Page 9: repositori.unud.ac.id · Karakteristik material ini menjadi batasan penciptaan bentuk arsitektur Bebadungan dapat dilihat sebagai hasil dari tektonika batu bata yang dikembangan oleh

jawaban untuk memenuhi kebutuhan manusia. Menurut Rapoport identitas berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan dan mengidentifikasi elemen satu dari yang lain. Identitas adalah feature dari lingkungan yang tidak berubah pada situasi yang berbeda. Feature ini dapat berupa objek fisikal, atau aktivitas tertentu, atau praktek yang dilakukan dalam sebuah lingkungan terbangun. Feature ini dapat berupa objek fisikal seperti bentuk, ukuran, ornamen, material dan sebagainya, atau aktivitas tertentu, atau praktek yang dilakukan dalam sebuah lingkungan terbangun (Rapoport, dalan Torabi dan Brahman,2013). Menurut Tarobi dan Brahman (2013), karakteristik dari identitas arsitektur dapat dilihat dari 7 aspek yaitu (a) wujud dan bentuk bangunan, (b) prinsip umum design, (c) material bangunan, hubungannya dengan konteks lingkungan, (d) organisasi temporal, (e) organisasi semantik dan (f) organisasi keruangan. Seperti juga identitas manusia, identitas arsitektur memiliki asepk tetap dan dinamik pada setiap perioda kesejarahan. Identitas Tempat/Place Identity Arsitektur sebagai salah satu budaya fisik memegang peranan yang sangat penting dalam membentuk identitas, karena identitas berkaitan erat dengan memori seseorang atau sekelompok orang dimana mereka beraktivitas. Memori seseorang terbentuk di dalam kerangka sosial melalui komunikasi dan interaksi. Memori selalu terjadi dalam ruang dan waktu melalui komunikasi yang dimungkinkan oleh kelompok sosial. memori tidak hanya merekonstruksi masa lalu tetapi juga mengatur masa kini dan masa depan (Czumalo, 2012). Dan bagaimana peranan arsitektur membentuk identitas ? Hal ini dapat terjadi karena apabila sekelompok orang berinteraksi dalam sebuah tempat/ruangan maka memori ini akan ditransformasikan kedalam bentuk image dan menyesuaikannya dengan sesuatu yang fisikal. Assmann membedakan memori menjadi dua yaitu memori komunikatif dan memori kultural. Memori komunitakitif berkaitan dengan memori yang baru yang akan menghilang seiring dengan perjalanan waktu, dan memori kultural mengacu pada titik yang tetap dan masih dipertahankan dan ditransformasikan menjadi figure simbolik dan dipertahankan, dan kultural memori memiliki dimensi sakral ( Assmann dalam Czumalo, 2012). Pada tingkatan dimana ruangan yang digunakan untuk melakukan aktivitas dan berinteraksi dengan masyarakat lainnya dan memiliki makna tertentu bagi orang atau sekelompok orang, maka ruangan berubah menjadi tempat yang memiliki makna tertentu bagi masyarakat. Tempat adalah sesuatu yang diciptakan oleh manusia atau sekelompok orang, dan identitas mengacu pada pengalaman hidup manusia, dan perasaan subjektif yang diasosiasikan dengan kesadaran keseharian manusia atau pengalaman dan perasaan yang menempel pada setting hubungan sosial yang lebih luas. Hubungan yang terjadi antara tempat dan identitas karena manusia merasa menjadi bagian dari tempat tersebut, tempat dimana manusia merasa nyaman atau bagaimana manusia meletakkan dirinya yang disimbolkan dengan kualitas tertentu dari tempat atau bagian dari tempat tersebut (Rose, 1995). Kualitas tertentu dari sebuah tempat membentuk ikatan antara manusia dengan tempat yang menciptakan rasa terhadap tempat/sense of place. Rasa terhadap tempat tertentu memiliki tingkatan dan dari tingkatan yang paling dekat yaitu disekitar rumah tinggal sampai dengan kawasan yang lebih luas. Peranan arsitektur untuk membentuk rasa terhadap tempat pada manusia sehingga tempat memiliki makna bagi penghuni dan membentuk rasa memiliki yang kuat. Identitas tempat juga menjadi komponen yang penting bagi pendatang yang berkunjung ke suatu tempat, karena dengan identitas yang kuat pada suatu tempat membentuk memori dan pengalaman yang bagi pengunjung. Schulz menyatakan kedatangan seseorang pada suatu tempat yang memiliki kualitas tertentu membentuk memori pada manusia dan menjadikannya sebagai tempat (Schulz, 1976). Pendatang yang mengunjungi sebuah tempat, dan kalau kita ingin pendatang memiliki memori dan ikatan dengan tempat yang dikunjungi,maka menciptakan identitas tempat atau identitas kawasan menjadi sesuatu yang esensial. Pengertian Bebadungan dan bentuk arsitektur

Page 10: repositori.unud.ac.id · Karakteristik material ini menjadi batasan penciptaan bentuk arsitektur Bebadungan dapat dilihat sebagai hasil dari tektonika batu bata yang dikembangan oleh

Kata bebadungan secara etimlogis memiliki pengertian sesuatu yang berkaitan dengan badung karena kata dasar badung ditambahkandengan awalan be dan akhiran an. Dalam konteks arsitektur kata bebadungan sering digunakan untuk menyatakan bentuk arsitektur atau langgam arsitektur yang banyak berkembang di wilayah Badung yang dominan menggunakan material batu bata. Karakter bebadungan tidak hanya berkaitan dengan penggunaan material batu bata, tetapi memiliki bentuk ekspresi yang khas yang tercipta karena penggunaan tektonika konstruksi batu bata.Pada bebadungan batu bata di eksploitasi dengan melakukan permainan pasangan batu bata, sehingga tercipta bentuk arsitektur yang khas dan unik. Bentuk ini tercipta karena batu bata meriupakan material bangunan yang memiliki keterbatasan, bersifat porus, getas dan modular. Material bangunan batu bata merupakan material modular yang dihasilkan dari pembakaran tanah liat. Material ini bersifat modular dengan ukuran tertentu. Karena dihasilkan dari proses pembakaran tanah liat, maka hasil akhir yang diperoleh sangat tergantung dari kualitas bahan baku yang digunakan, tujuan yang diharapkan dan, proses pembakarannya, sehingga ada beberapa jenis batu bata yang dikenal masyarakat seperti batubata Jematang dengan warna lebih tua atau batu bata Tulikup dengan warna merah lebih terang, dan sebagainya. Saat ini dipasaran dapat diperoleh batu bata press dengan kualitas lebih baik dilihat dari tingkat kekerasannya, ukuran yang lebih presisi, warna yang lebih seragam dan tingkat durabilitas yang lebih baik. . Material batu bata memiliki karakteristik tertentu yaitu getas/mudah patah/pecah, porus/berpori dan berwarna merah. Karakteristik material seperti tersebut menjadi pertimbangan masyarakat dalam menciptakan bentuk arsitektur. Seperti misalnya karena memiliki karakter getas, maka ekspresi bebadungan tidak banyak menggunakan ukiran dan lebih banyak menggunakan pepalihan yaitu permainan garis dengan melakukan tektonika konstruksi batu bata. Karakteristik material ini menjadi batasan penciptaan bentuk arsitektur Bebadungan dapat dilihat sebagai hasil dari tektonika batu bata yang dikembangan oleh masyarakat. Penggunaan batu bata dipilih oleh masyarakat mungkin karena di daerah Badung tidak banyak ditemukan material bebatuan lainnya yang dapat digunakan untuk bahan bangunan. Salah satu pertimbangan penciptaan bentuk arsitektur adalah ketersediaan bahan. Pada daerah yang memiliki sumber daya kayu yang berlimpah, maka masyarakat mengembangkn bentuk arsitektur yang berbasis pada konstruksi kayu. Dengan pertimbangan seperti itu, maka batu bata dipilih oleh masyarakat karena ketersediaan material pada saat itu. Rasionalitas penggunaan material tertentu,pada masyarakat tradisional kemudian dibungkus dalam bentuk tradisi,mitos, ceritra rakyat yang membuatnya menjadi tradisi yang tetap dijaga dan diteruskan pada generasi selanjutnya. Menurut ceritra rakyat yang dimiliki masyarakat Badung, penggunaan batu paras hanya diperbolehkan untuk kalangan bangsawan yang memiliki kekuasaan, sehingga masyarakat tidak diperbolehkan (dianggap tidak etis) menggunakan batu paras untuk bangunannya, dan lebih banyak menggunakan batu bata. Pola pemikiran seperti itu merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk menyatakan bahwa material batu paras ketersediaannya terbatasdi wilayah Badung oleh karena itu dibuat tradisi bahwa tidak semua orang boleh menggunakannya. Tradisi ini juga menjadi salah satu alasan terciptanya bentuk arsitektur dengan langgam bebadungan. Bebadungan dapat dilihat sebagai hasil kreasi masyarakat karena keterbatasan yang dimiliki matarial yang digunakan. Bebadungan merupakan ekspresi dari tektonika batu bata yang selain berfungsi sebagai struktur bangunan dan juga berfungsi sebagai ornamen. Dengan “mempermainkan”1 konstruksi batu bata, seperti mempermainkan pasangan maju-mundur batu bata menciptakan

1 Permainan ini disebutkan oleh Mohamad Cahyo Novianto, salah satu arsitek Indonesia sebagai “ Brickdance”

yaitu berbagai variasi permainan pasangan batu bata untuk mendapatkan suasana ruang atau karakter ruang yang berbeda. Permainan pasangan batu bata ini dibuat dalam konteks arsitektur modern, sedangan bebadungan adalah permainan konstruksi batu bata tradisional Bali.

Page 11: repositori.unud.ac.id · Karakteristik material ini menjadi batasan penciptaan bentuk arsitektur Bebadungan dapat dilihat sebagai hasil dari tektonika batu bata yang dikembangan oleh

permainan garis dan bidang dengan dimensi yang berbeda dan menciptakan berbagai bentuk pepalihan. Permainan ini menciptakan bentuk yang khas dan unik dan menjadi identitas atau karakter tertentu atau menciptakan langgam tertentu yang disebut dengan bebadungan. Mempermainkan tektonika konstruksi batu bata membutuhkan keterampilan tertentu sehingga keterbatasan karakter material batu bata menjadi ciri khas/keunikan langgam bebadungan. Kualitas bebadungan ditentukan oleh kualitas “permainan” pasangan batu bata. Permainan pasangan batu bata membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang tinggi untuk menghasilkan ekspresi bangunan yang cantik. Perbaikan pura dan puri yang dilakukan di seputaran kota Denpasar dengan menerapkan langgam bebadungan belum mampu mengekspresikan pengetahuan keterampilan yang dimiliki masyarakat masa lalu, karena terkesan “sederhana” dan tidak menampilkan “kerumiatan” tektonika batu bata. Bebadungan dan Identitas kota di Bali

Pengembangan identitas kawasan dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan menggunakan potensi arsitektur lokal untuk mengembangkan wajah arsitekturnya. Potensi arsitektur lokal tentu tidak dapat digunakan langsung pada arsitektur modern, tetapi perlu dilakukan proses transformasi sehingga kedua dapat saling berterima. Curthbet menyatakan bahwa arsitektur vernakular mengandung minimal 6 aspek yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan transformasi, sehingga dapat diadaptasikan pada bangunan masa kini. Keenam aspek tersebut adalah ideologi, bentuk,estetika , fungsi, memesis, metafora, analogi dan totemisme, dan keenam aspek ini memiliki gradasi yang berbeda pada setiap arsitektur vernakular (Cuthbert ,2013) . Oleh karena itu transformasi dapat dilakukan pada salah satu atau beberapa aspek sehingga dapat menyatu dengan rancangan masa kini.

Menggunakan bebadungan dalam rancangan masa kini dapat menjadi salah satu alternatif untuk menciptakan identitas kota di Bali atau khususnya di Denpasar dan Badung. Penggunaan elemen bangunan arsitektur Bali khususnya langgam bebadungan harus memahami esensi dari langgam tersebut, bukan hanya sekedar meniru atau mememesiskan bentuk-bentuk lama. Bebadungkan adalah langgam yang melakukan permainan konstruksi batu bata yang mengekspresikan karakter kokoh, kaku dan tidak rumit dan penggunan material batu bata yang terbaca dominan. Karakter ekspresi ini diperoleh dengan menerapkan keterampilan konstruksi batu bata yang cukup tinggi karena harus menerapkan permainan maju-mundur batu bata pada bidang, pengakhiran, permainan sudut, dan sebagainya. Permainan konstruksi batu bata diterapkan pada hampir semua elemen bangunan seperti pada simbar, kekonden, paduraksa, pepalihan dan sebagainya. Eksploitasi konstruksi batu bata dilakukan sehingga menghasilkan berbagai variasi tampilan bangunan.

Transformasi langgam bebadungan yang telah dilakukan oleh beberap arsitek Bali mampu memberikan alternatifuntuk mengembangkan potensi arsitektur lokal untuk arancangan masa kini, seperti Bale banjar Gerenceng Jalan Sutomo yang merupakan design dari arsitek Yoka Sara.

Identitas arsitektur adalah interaksi timbal balik antara manusia dengan lingkungan fisikalnya. Manusia mempengaruhi tempat dan tempat mempengaruhi bagaimana manusia menempatkan dirinya dalam lingkungannya. Untuk dapat menciptakan rasa terhadap tempat/sense of place maka harus ada ikatan antara manusia dan tempat tersebut. Dan ikatan dapat tercipta kalau setting fisikal lingkungan membuat manusia merasa memiliki tempat tersebut, atau dengan kata lain ada rasa memiliki/sense of belonging pada tempat yang mengikat manusia dengan lingkungan

Bebadungan dapat ditransformasikan pada rancangan masa kini untuk menciptakan ikatan antara manusia dengan seting lingkunganya. Atau dapat juga dilihat dari sisi lain, arsitek merasa langgam bebadungan menjadi sumber inspirasi dalam merancang bangunan masa kini, sehingga langgam

Page 12: repositori.unud.ac.id · Karakteristik material ini menjadi batasan penciptaan bentuk arsitektur Bebadungan dapat dilihat sebagai hasil dari tektonika batu bata yang dikembangan oleh

bebadungan diaplikasikan ke dalam rancangan masa kini . Dalam mengaplikasikan langgam bebadungan pada rancangan masa kini dapat menggunakan beberapa sepertiregionalisme atau post modernisme. Kedua pendekatan ini menggunakan potensi arsitektur lokal digunakan untukdapat berkomunikasi pada pengamatnya dan menciptakan identitas pada rancangan arsitektur masa kini.

Gambar 1,2,3 :Beberapa ekspresi bebadungan dari merajan Puri Jero Kuta Badung (sumber :hasil observasi)

Gambar 4 dan 5 Candi Bentar Puri kesiman dan Bale Kulkul di Kerobokan (sumber :hasil observasi)

Page 13: repositori.unud.ac.id · Karakteristik material ini menjadi batasan penciptaan bentuk arsitektur Bebadungan dapat dilihat sebagai hasil dari tektonika batu bata yang dikembangan oleh

Gambar 5 dan 7 Modifikasi langgam bebadungan pada bangunan tradisional dan bangunan masa kini (sumber : hasil observasi)

Daftar Pustaka Curthbert, Alexander, R, 2013 Vernacular Transformations Context, Issues, Debates, dalam Vernacular Transformation,

Architecture, Place , and Tradition; Pustaka Larasan. Czumalo, Vladimir,2012 Architecture and Identity, Translated into English by Anna Miroslowska Olszewska,

Autopotret1 (36) Debenedetti,Alain, Oppewal Harmen and Arsel Zeynep, 2013 Place Attachment in Commercial Setting A Gift Economy Perspective, Journal of Consumer

Research, The University of Chicago Press Groat and Wang, 2002 Arcchitectural Research Method, John Weiley and Son, canada Green, Anne and White Richard J, 2007

Attachment to Place, Social Networks, Mobility and Prospect for Young People, Joseph Rowntree Foundation

Hilalgo,M Carmen and Hernandes Bernardo, 2001 Place Attachment : Conceptual and EmpiricQuestions, Journal of Environmental Psychology

21 , Elsevier Ltd, p 273-281 Hashemnezhad, Hashem, Hedari,Ali Akbar, Hoseini Parisa Mohammad,2013 Sense of Place and Place Attachment, A Comparative Study, International Journal of

Architecture and Urban Development,Vol 3 No 1. Johnstone,Micael Lee and Conroy, Denise M, 2008 Place Attachment : The Social Dimensions of Retail Environment and The Need for Further

Exploration, Advance in Consumer Research, Vol 31, p 381-286. Kaymaz, Isil,2013 Urban Landscapes and Identity, Intech Licensee, Open Science Open Mind, chapter 29 .pp

739-760 Kyle, Gerard, Graefe, Alan;Manning Robert and Bacon, James, 2004 Effect of Place Attachment on Users’ Perspective of Social and Environment Condition in a

Natural Setting. Journal of Environmental Psychology 30 , Elsevier Ltd, p 213-225. Livingstone, Mark; Bailey Nick; Kearns, 2008 People’s Attachment to Place- The Influence of Neigbourhood Deprivation, Joseph Rowntree

Foundation, Glasgow University.

Page 14: repositori.unud.ac.id · Karakteristik material ini menjadi batasan penciptaan bentuk arsitektur Bebadungan dapat dilihat sebagai hasil dari tektonika batu bata yang dikembangan oleh

Manzo,Lynne C and Perkins Douglas D, 2006 Finding Common Ground: The Importance of Place Attachment to Community Partisipation

and Planning, Journal of Planning Literature, Vol. 20 No 4 (May 2006), Sage Publication Marney .Amanda,2012 Exploring Place Attachment in Rural Miisouri, Thesis Master of Science, University of

Missouri. Rennick, Kimberly L,2003 Process: A Strategy for Developing Community Life and Place Attachment, Blackburg ,Virginia Rose, G, 1995 : Place nad Identity, A Sense of place in D Massey and P. Jess Cod , A place in The World ?

Places,Cultures and Globalization, Oxford : The Open University. Scannell, Lelila and Gifford Robert, 2010 Defining Place Attachment : A Tripatite Organizing Framework, Journal of Environmental

Psychology 30 , Elsevier Ltd, p 1-10 Siwalatri,Ni Ketut Ayu, 2015 Makna Sinkronik Arsitektur Bali Aga di Kabupaten Buleleng, Disertasi Doktor, Jurusan

Arsitektur FTSP, ITS Surabaya Torabi Zohreh and Brahman, Sara, 2013 Effective Factors in Shaping The Identity in Architecture, Midle East Journal of Scientific

Journal 15(1) : 106-113, ISSn 1990-9233, IDOSI Publication