bab ii kajian pustaka - universitas pendidikan...

19
13 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Berpikir Kreatif 2.1.1 Pengertian Berpikir Berbicara mengenai kemampuan berpikir kreatif terlebih dahulu akan dijelaskan sepintas tentang definisi berpikir itu sendiri. Berpikir merupakan suatu kemampuan mental yang ada di dalam setiap individu. Berpikir menurut Kamus Bahasa Indonesia (2002: 872) adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan atau memutuskan sesuatu. Menurut Yuli (2009) berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Sedangkan menurut Ruggiero (Yuli, 2009: 11) mengartikan berpikir adalah suatu aktivitas mental untuk membantu memformulasikan atau memecahkan suatu masalah, membuat keputusan dan memenuhi hasrat keinginan (fulfil a destre to understand). Pendapat ini menunjukan bahwa ketika seseorang merumuskan suatu masalah maka ia melakukan suatu aktivitas berpikir. 2.1.2 Pengertian Berpikir Kreatif Tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan di era globalisasi sekarang ini telah membawa siswa dan anak-anak, umumnya yang hidup di daerah perkotaan, pada pemanjaan berbagai kebutuhan hidup yang serba instant. Menurut Nurina (2007:16) jika hal ini tidak disikapi dan diantisipasi sedini mungkin, tidak

Upload: hoangtram

Post on 17-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Universitas Pendidikan Indonesiaa-research.upi.edu/operator/upload/s_mat_053709_chapter2(1).pdf · penuh energi, percaya diri, berani mengambil resiko, dan

13

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kemampuan Berpikir Kreatif

2.1.1 Pengertian Berpikir

Berbicara mengenai kemampuan berpikir kreatif terlebih dahulu akan

dijelaskan sepintas tentang definisi berpikir itu sendiri. Berpikir merupakan suatu

kemampuan mental yang ada di dalam setiap individu. Berpikir menurut Kamus

Bahasa Indonesia (2002: 872) adalah menggunakan akal budi untuk

mempertimbangkan atau memutuskan sesuatu.

Menurut Yuli (2009) berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang

dialami seseorang bila mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang

harus dipecahkan. Sedangkan menurut Ruggiero (Yuli, 2009: 11) mengartikan

berpikir adalah suatu aktivitas mental untuk membantu memformulasikan atau

memecahkan suatu masalah, membuat keputusan dan memenuhi hasrat keinginan

(fulfil a destre to understand). Pendapat ini menunjukan bahwa ketika seseorang

merumuskan suatu masalah maka ia melakukan suatu aktivitas berpikir.

2.1.2 Pengertian Berpikir Kreatif

Tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan di era globalisasi sekarang ini telah

membawa siswa dan anak-anak, umumnya yang hidup di daerah perkotaan, pada

pemanjaan berbagai kebutuhan hidup yang serba instant. Menurut Nurina

(2007:16) jika hal ini tidak disikapi dan diantisipasi sedini mungkin, tidak

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Universitas Pendidikan Indonesiaa-research.upi.edu/operator/upload/s_mat_053709_chapter2(1).pdf · penuh energi, percaya diri, berani mengambil resiko, dan

14

menutup kemungkinan akan menjadikan salah satu penyebab terhambatnya

perkembangan kreativitas mereka.

R. J. Swartz dan D. N. Perkins (Hassoubah, 2008: 35) mengatakan

bahwa berpikir yang baik atau lebih baik dapat dikonseptualisasikan dari tingkah

laku yang ditunjukkan seseorang. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan

bahwa berpikir baik akan menunjukkan seseorang dapat membuat kesimpulan

yang terpercaya, memiliki wawasan yang luas, membuat keputusan yang bijak,

menghasilkan produk yang baik, dan penemuan yang kreatif.

Menurut Ruseffendi (Fatimah, 2008: 15) manusia yang berpikir kreatif

adalah manusia yang selalu ingin tahu, fleksibel, awas dan sensitif terhadap reaksi

dan kekeliruan, mengemukakan pendapat dengan teliti dan penuh keyakinan, tidak

tergantung pada orang lain, tidak begitu saja menerima suatu pendapat, dan

kadang-kadang susah diperintah. Jadi orang kreatif itu tidak hanya cerdas dan

berbakat khusus saja, selain itu manusia kreatif berbeda dengan manusia rajin

karena manusia rajin belum tentu cerdas.

Sedangkan menurut Coleman dan Hammen (Megalia 2010: 12) berpikir

kreatif adalah pola yang mampu menghasilkan metode baru, konsep baru,

pemahaman baru, penemuan baru, dan karya baru. Dalam berpikir kreatif ada juga

yang disebut kreativitas. Kreativitas seringkali diartikan sebagai mewujudkan atau

menciptakan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada. Dengan kata lain kreativitas

adalah produk dari berpikir kreatif.

Menurut Munandar (1994: 34) mengemukakan bahwa kreativitas adalah

kemampuan untuk membentuk kombinasi baru, berdasarkan data atau informasi,

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Universitas Pendidikan Indonesiaa-research.upi.edu/operator/upload/s_mat_053709_chapter2(1).pdf · penuh energi, percaya diri, berani mengambil resiko, dan

15

atau unsur-unsur yang sudah ada atau sudah dikenal sebelumnya yaitu semua

pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh seseorang selama kehidupan

baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun dari lingkungan masyarakat.

Sedangkan menurut Suryadi (2005: 26) mengatakan bahwa kreativitas

berdasarkan hasil dari penelitian para ahli, pada akhirnya mereka mengemukakan

bahwa kreativitas merupakan hasil aktivitas mental yang melibatkan komponen-

komponen otak.

Kreativitas itu sendiri muncul sebagai akibat dari terjadinya aktivitas

mental yang meliputi aspek pengetahuan, imajinasi logika, intuisi kemunculan

idea tak terduga dan evaluasi konstruktif untuk mengungkapkan hubungan-

hubungan baru antara idea dan objek tertentu.

Dari pendapat yang telah dipaparkan tersebut, dapat disimpulkan bahwa

pada intinya kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk menciptakan

sesuatu yang baru dan merupakan hasil kombinasi dari beberapa data atau

informasi yang diperoleh sebelumnya terwujud dalam suatu gagasan atau

karyanya. Munandar (Wulansari, 2009: 36) mengemukakakn ciri-ciri pribadi yang

kreatif yaitu: imajinatif, mempunyai minat yang luas, mandiri dalam berpikir,

penuh energi, percaya diri, berani mengambil resiko, dan berani dalam pendirian

dan keyakinan.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Universitas Pendidikan Indonesiaa-research.upi.edu/operator/upload/s_mat_053709_chapter2(1).pdf · penuh energi, percaya diri, berani mengambil resiko, dan

16

2.1.3 Ciri-Ciri Berpikir Kreatif

Menurut Wicoff (Rizki, 2010: 28), individu yang kreatif membawa

makna atau tujuan baru dalam suatu tugas, menemukan penggunaan baru,

menyelesaikan masalah atau memberikan nilai tambah atau keindahan.

Munandar (Wulansari, 2009: 36) mengemukakan ciri-ciri pribadi yang

kreatif yaitu: imajinatif, mempunyai minat yang luas, mandiri dalam berpikir,

penuh energi, percaya diri, berani mengambil resiko, dan berani dalam pendirian

dan keyakinan. Adapun yang termasuk ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif

menurut Munandar (Megalia, 2010: 14) sebagai berikut:

1. Fluency (keterampilan berpikir lancar)

a. Definisi

- Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau

pertanyaan.

- Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal.

- Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

b. Perilaku

- Mengajukan pertanyaan.

- Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan.

- Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah.

- Bekerja dengan cepat.

- Dapat dengan cepat melihat kesalahan atau kekurangan pada suatu

objek atau situasi.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Universitas Pendidikan Indonesiaa-research.upi.edu/operator/upload/s_mat_053709_chapter2(1).pdf · penuh energi, percaya diri, berani mengambil resiko, dan

17

2. Flexibility (keterampilan berpikir luwes)

a. Definisi

- Menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi.

- Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda.

- Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda.

- Mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.

b. Perilaku

- Memberikan macam-macam interpretasi terhadap suatu gambar, cerita

atau masalah.

- Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda.

- Jika diberi suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara

yang berbeda untuk memecahkannya.

3. Originality (keterampilan berpikir orisinal)

a. Definisi

- Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik.

- Memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri.

- Mampu membuat kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau

unsur-unsur.

b. Perilaku

- Memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak pernah

terpikirkan oleh orang lain.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Universitas Pendidikan Indonesiaa-research.upi.edu/operator/upload/s_mat_053709_chapter2(1).pdf · penuh energi, percaya diri, berani mengambil resiko, dan

18

- Mempertanyakan cara-cara lama dan berusaha memikirkan cara-cara

yang baru.

- Memiliki cara berpikir lain daripada yang lain.

- Lebih senang mengsintesis daripada menganalisis situasi.

4. Elaboration

a. Definisi

- Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau

produk.

- Menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan

atau situasi sehingga lebih menarik.

b. Perilaku

- Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan

masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci.

- Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain.

- Mencoba menguji detail-detail untuk melihat arah yang akan

ditempuh.

- Mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas dengan

penampilan yang kosong atau sederhana.

- Menambahkan garis-garis atau warna-warna dan detail-detail terhadap

gambarnya sendiri atau orang lain.

- Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan

masalah dengan melakukan langlah-langkah yang terperinci.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Universitas Pendidikan Indonesiaa-research.upi.edu/operator/upload/s_mat_053709_chapter2(1).pdf · penuh energi, percaya diri, berani mengambil resiko, dan

19

5. Keterampilan Mengevaluasi

a. Definisi

- Menentukan patokan evaluasi sendiri dan menentukan apakah suatu

pertanyaan benar, suatu rencana sehat atau suatu tindakan bijaksana.

- Mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka

- Tidak hanya mencetuskan gagasan tetapi juga melaksanakannya.

b. Perilaku

- Memberikan pertimbangan atas dasar sudut pandangnya sendiri.

- Menganalisis masalah atau penyelesaian secara kritis dengan selalu

menanyakan “mengapa?”

- Mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk

mencapai suatu keputusan.

- Pada waktu tertentu tidak menghasilkan gagasan tetapi menjadi

peneliti atau penilai yang kritis.

- Merancang suatu rencana kerja dari gagasan-gagasan yang tercetus.

Berdasakan pemaparan di atas dapat disimpulkan bawha pengertian

berpikir kreatif adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan

dan menyelesaikan masalah dan dapat menciptakan ide, gagasan, cara metode,

dan proses yang baru dan inovatif dengan indikatornya adalah fluency, flexibility,

originality, elaboration, dan evaluasi.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Universitas Pendidikan Indonesiaa-research.upi.edu/operator/upload/s_mat_053709_chapter2(1).pdf · penuh energi, percaya diri, berani mengambil resiko, dan

20

2.2 Model Pembelajaran Learning Cycle

Model pembelajaran perlu dipahami agar guru dapat melaksanakan

pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Dalam

penerapannya model pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan

siswa karena masing-masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, dan

tekanan yang berbeda-beda.

Menurut Dahlan (dalam Isjoni, 2009: 49) model mengajar dapat

diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun

kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di

depan kelas. Sedangkan pembelajaran menurut Gagne (dalam Isjoni, 2009: 50)

bahwa dalam proses pembelajaran siswa berada dalam posisi proses mental yang

aktif, dan guru berfungsi mengkondisikan terjadinya pembelajaran.

Model pembelajaran menurut Joice dan Weil (dalam Isjoni, 2009: 50)

adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan

digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi

petunjuk kepada pengajar di kelasnya. Model pembelajaran juga salah satu cara

variasi untuk membantu guru mengajar agar siswa terhindar dari rasa bosan dan

tercipta suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan. Salah satu model

pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran Learning Cycle (LC).

Model pembelajaran Learning Cycle merupakan model pembelajaran

yang dapat meningkatkan konsep yaitu bagaimana pengetahuan itu dibangun

dalam pikiran siswa dan keterampilan siswa dalam menemukan pengetahuan

secara bermakna serta mengaitkan antara pengetahuan lama dengan pengetahuan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Universitas Pendidikan Indonesiaa-research.upi.edu/operator/upload/s_mat_053709_chapter2(1).pdf · penuh energi, percaya diri, berani mengambil resiko, dan

21

baru dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bahasa

Indonesia Learning Cycle disebut siklus belajar. Menurut Learning Cycle

merupakan model pembelajaran yang terdiri dari fase-fase atau tahap-tahap

kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai

kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan

berperan aktif Dengan kata lain pembelajaran dengan menggunakan model

Learning Cycle berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator.

Pada awalnya Karplus dan Their (Akar, 2005:20) mengemukakan bahwa

ketiga tahapan dalam siklus belajar adalah exploration (mengidentifikasi),,

invention (menemukan), dan discovery (penemuan kembali). Tetapi hal ini terus

mengalami perkembangan hingga Lawson (1995:136) mengemukakan bahwa ada

tiga tahapan dalam siklus belajar yang kemudian istilahnya diganti dengan

Exploration (mejelajahi), Concept Introduction (pengenalan konsep), Concept

Aplication (mengaplikasi konsep). Walaupun istilah ini digunakan untuk ketiga

fase ini berbeda akan tetapi tujuan dan pembelajarannya masih tetap sama.

1. Tahap Eksplorasi, pada tahap ini siswa secara langsung diberi kesempatan

menggunakan pengetahuan awalnya untuk mengobservasi, memahami

fenomena alam dan percobaan. Kemudian belajar menemukan masalah yang

terjadi dan menemukan konsep dari pemikiran serta pengalaman yang didapat.

2. Tahap pengenalan konsep, pada tahap ini guru memberikan kesempatan

kepada siswa berdiskusi mengenai penemuan yang didapatnya pada tahapan

eksplorasi, kemudian guru memberikan penjelasan dan pemantapan terhadap

konsep yang sebenarnya.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Universitas Pendidikan Indonesiaa-research.upi.edu/operator/upload/s_mat_053709_chapter2(1).pdf · penuh energi, percaya diri, berani mengambil resiko, dan

22

3. Tahap aplikasi konsep, pada tahap ini guru memberikan berbagai persoalan

dengan konteks yang berbeda untuk diselesaikan oleh siswa dengan konsep

yang telah mereka dapat pada tahap eksplorasi dan mendemonstrasikannya.

Model tersebut selanjutnya dikembangkan dan dirinci lagi dikembangkan

oleh Prof. Rodger Bybee (2006:2) menjadi lima fase yang dikenal dengan sebutan

model 5E yaitu Engage (mengajak), Exploration (menjelajahi/menyelidiki),

Explanation (menjelaskan), Elaboration (pengembangan) dan Evaluation

(evaluasi). Setiap fase memiliki fungsi khusus yang dimaksudkan untuk

menyumbang proses belajar dikaitkan dengan asumsi tentang aktivitas mental dan

fisik siswa serta strategi yang digunakan guru.

Tahap-tahap dalam Learning Cycle yang dikemukakan oleh Bybee

(2006:2) ini sering disebut 5E, kelima tahapan itu meliputi: “engage (mengajak),

explore (menyelidiki), explain (menjelaskan), elaboration (memperluas), dan

evaluate (menilai)”. Kelima tahap itu diterjemahkan sebagai berikut:

1. Engagement (mengajak), pada tahap ini guru berusaha membangkitkan minat

dan keingintahuan siswa tentang materi yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan

dengan cara mengajukan permasalahan yang berhubungan dengan topik

bahasan yang akan diajarkan. Dengan demikian, siswa akan memberi respon

atau jawaban, kemudian jawaban siswa dapat dijadikan pijakan oleh guru

untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang pokok bahasan yang akan

diajarkan. Kemudian guru perlu melakukan identifikasi ada atau tidaknya

kesalahan konsep pada siswa.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Universitas Pendidikan Indonesiaa-research.upi.edu/operator/upload/s_mat_053709_chapter2(1).pdf · penuh energi, percaya diri, berani mengambil resiko, dan

23

2. Explore (menyelidiki), pada tahap ini, siswa mengorganisasikan ke dalam

kelompok belajar, kemudian diberi kesempatan untuk bekerjasama dalam

kelompok tanpa pembelajaran langsung dari guru. Siswa didorong untuk

membuktikan hipotesis, mencoba alternative pemecahannya dengan

melakukan pengamatan, mengumpulkan data, diskusi dengan kelompoknya

dan membuat suatu kesimpulan. Pada tahap ini, guru berperan sebagai

fasilitator dan motivator.

3. Explain (menjelaskan), pada tahap ini, guru mendorong siswa untuk

menjelaskan konsep-konsep yang telah diperoleh ketika tahap explore dengan

pemikiran sendiri. Guru meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan siswa

dan mengarahkan kegiatan diskusi. Dengan adanya diskusi, guru memberi

definisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas dengan menggunakan

penjelasan siswa.

4. Elaboration (memperluas), pada tahap ini, siswa menerapkan konsep dan

keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi baru. Pada tahap ini, siswa

akan menggunakan konsep yang telah dikuasai untuk menjadi pertanyaan,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Evaluate (menilai), pada tahap ini guru mengamati pengetahuan atau

pemahaman siswa. Siswa dapat melakukan evaluasi diri dengan mengajukan

pertanyaan dan mencari jawaban dari bukti dan penjelasan yang telah

diperoleh sebelumnya. Selain itu, siswa dapat mengetahui kekurangan atau

kelebihannya dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini,

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Universitas Pendidikan Indonesiaa-research.upi.edu/operator/upload/s_mat_053709_chapter2(1).pdf · penuh energi, percaya diri, berani mengambil resiko, dan

guru dapat memberikan pertanyaan yang akan mendorong siswa untuk

melakukan penyelidikan yang lebih lanjut dimasa yang akan datang.

Kelima tahapan tersebut dapat digambarkan dalam bentuk siklus seperti

di bawah ini:

Kelima tahapan di atas adalah hal

menerapkan model Learning Cycle

masing dalam setiap kegiatan pembelajaran. Kegiatan guru dan siswa selama

proses pembelajaran dengan menerapkan model

dijabarkan dalam Tabel 2.1 berikut:

guru dapat memberikan pertanyaan yang akan mendorong siswa untuk

melakukan penyelidikan yang lebih lanjut dimasa yang akan datang.

Kelima tahapan tersebut dapat digambarkan dalam bentuk siklus seperti

Gambar 2.1 Diagram Learning Cycle 5E

Menurut Rodger Bybee (2006:2)

Kelima tahapan di atas adalah hal-hal yang harus dilakukan dalam

Learning Cycle 5E. Guru dan siswa mempunyai peran masing

masing dalam setiap kegiatan pembelajaran. Kegiatan guru dan siswa selama

proses pembelajaran dengan menerapkan model Learning Cycle

dijabarkan dalam Tabel 2.1 berikut:

24

guru dapat memberikan pertanyaan yang akan mendorong siswa untuk

melakukan penyelidikan yang lebih lanjut dimasa yang akan datang.

Kelima tahapan tersebut dapat digambarkan dalam bentuk siklus seperti

hal yang harus dilakukan dalam

siswa mempunyai peran masing-

masing dalam setiap kegiatan pembelajaran. Kegiatan guru dan siswa selama

Learning Cycle 5E dapat

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Universitas Pendidikan Indonesiaa-research.upi.edu/operator/upload/s_mat_053709_chapter2(1).pdf · penuh energi, percaya diri, berani mengambil resiko, dan

25

Tabel 2.1 Kegiatan Guru dan Siwa

Pada Model Learning Cycle 5E

Tahapan model Learning Cycle 5E

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Engage (mengajak)

Membangkitkan minat dan keingintahuan siswa.

Mengembangkan minat dan rasa ingin tahu terhadap materi yang akan diajarkan.

Engage (mengajak)

Mengajukan pertanyaan mengenai permasalahan yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan.

Memberi respon terhadap pertanyaan guru.

Explore (menyelidiki)

Membentuk kelompok, memberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok secara mandiri

Membentuk kelompok dan berusaha bekerja dalam kelompok.

Explore (menyelidiki)

Guru berperan sebagai fasilitator.

Membuktikan hipotesis yang sudah dibuat pada tahap sebelumnya, mencoba alternatif pemecahannya dengan melakukan pengamatan, mengumpulkan data, diskusi dengan kelompoknya dan membuat suatu kesimpulan.

Explain (menjelaskan)

Mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri.

Mencoba memberikan penjelasan terhadap konsep yang ditemukan.

Explain (menjelaskan)

Mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri.

Mencoba memberikan penjelasan terhadap konsep yang ditemukan.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Universitas Pendidikan Indonesiaa-research.upi.edu/operator/upload/s_mat_053709_chapter2(1).pdf · penuh energi, percaya diri, berani mengambil resiko, dan

26

Tahapan model Learning Cycle 5E

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Explain (menjelaskan)

Memandu diskusi. Melakukan diskusi.

Explain (menjelaskan)

Memberi definisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas dengan menggunakan penjelasan siswa.

Mendengarkan dan memahami penjelasan guru.

Elaboration (memperluas)

Mengingatkan siswa pada penjelasan alternatif dan mempertimbangkan data saat mereka mengeksplorasikan situasi baru.

Menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru dan menggunakan label dan definisi formal.

Elaboration (memperluas)

Mendorong dan memfasilitasi siswa untuk menerapkan konsep dalam situasi yang baru.

Memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan percobaan dan pengamatan.

Evalute (menilai)

Mengamati pengetahuan dan pemahaman siswa.

Mengevaluasi belajarnya sendiri dengan mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban dari bukti dan penjelasan yang telah diperoleh sebelumnya.

Evalute (menilai)

Mendorong siswa melakukan evaluasi diri.

Mengambil kesimpulan lanjut atau situasi belajar yang dilakukannya.

Evalute (menilai)

Mendorong siswa memahami kekurangan atau kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran.

Melihat dan menganalisis kekurangan atau kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Universitas Pendidikan Indonesiaa-research.upi.edu/operator/upload/s_mat_053709_chapter2(1).pdf · penuh energi, percaya diri, berani mengambil resiko, dan

27

Tahap-tahap dalam Learning Cycle 5E adalah hal-hal yang harus

dilakukan guru untuk menerapkan prosedur siklus belajar 5E. Guru dan siswa

harus mempunyai peran masing-masing dalam setiap kegiatan pembelajaran yang

dilakukan dengan menggunakan prosedur siklus belajar. Learning Cycle melalui

kegiatan dalam tiap tahapannya mengarahkan siswa untuk secara aktif

membangun konsep-konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi dengan

lingkungan fisik maupun sosial dengan pengetahuan awal yang pernah mereka

dapat.

Model pembelajaran Learning Cycle merupakan model pembelajaran

yang dapat meningkatkan pengembangan konsep yaitu bagaimana pengetahuan

itu dibangun dalam pikiran siswa, dan keterampilan siswa dalam menemukan

pengetahuan secara bermakna serta mengaitkan antara pengetahuan lama dengan

pengetahuan baru dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai model pembelajaran Learning Cycle 5E mempunyai kelebihan

dan kekurangan, kelebihan model pembelajaran menurut pendapat Desyanti

(2011:34), yaitu

1. Pembelajaran menjadi berpusat pada siswa (student centerd), hal ini terjadi

karena siswa dituntut untuk memecahkan masalah sendiri dengan melakukan

eksplor masalah. Guru hanya bertugas sebagai mediator dan fasilitator yang

membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik.

2. Proses pembelajaran menjadi lebih bermakna karena mengutamakan

pengalaman nyata, pada tahap explore, siswa elakukan percobaan untuk

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Universitas Pendidikan Indonesiaa-research.upi.edu/operator/upload/s_mat_053709_chapter2(1).pdf · penuh energi, percaya diri, berani mengambil resiko, dan

28

melakukan masalahlebih bermakna dan lebih mudah diingat daripada hanya

sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa.

3. Menghindarkan siswa dari cara belajar tradisional yang cenderung menghafal,

tahapan-tahapan dalam Learning Cycle 5E menuntut siswa untuk secara aktif

berpartisipasi dalam pembelajaran.

4. Membentuk siswa yang aktir, kritis, dan kreatif, karena siswa dituntut untuk

berpartisipasi aktif dalam memecahkan masalah, maka siswa akan aktif, kritis

dan kreatif dalam menemukan pemecahan masalahnya.

5. Meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam

proses pembelajaran. Jika siswa sudah dilibatkan secara aktif dalam

pembelajaran, motivasi siswa akan meningkat.

Sedangkan kekurangan model pembelajaran Learning Cycle 5E menurut

Fajaroh (Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) [online]

Tersedia http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/20/pembelajaran-dengan-

model-siklus-belajar-learning-cycle/. diakses tanggal 12 Mei 2011) sebagai

berikut:

1. Efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi

danlangkah-langkah pembelajaran. Tahapan Learning Cycle 5E sudah

berturutan, jadi jika guru kurang menguasi langkah-langkah pembelajaran

maka pembelajaran menjadi kurang efektif.

2. Memerlukan pengelolaaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi.

Karena Learning Cycle 5E berpusat pada siswa, maka agar terlaksana dengan

baik dan teratur guru harus dapat mengelola kelas dengan baik.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Universitas Pendidikan Indonesiaa-research.upi.edu/operator/upload/s_mat_053709_chapter2(1).pdf · penuh energi, percaya diri, berani mengambil resiko, dan

29

3. Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana

dan melaksanakan pembelajaran. Learning Cycle 5E terdiri dari beberapa

tahapan adan menuntut siswa untuk memecahkan sendiri masalahnya, maka

waktu dan tenaga yang diperlukan untuk keterlakasanaannya lebih banyak.

Berdasarkan penelitian ini Learning Cycle 5E, terlihat bahwa proses

pembelajaran bukan lagi sekedar transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa.

Proses perolehan konsep yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif

dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif

siswa. Siswa dapat mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan

berfikir melalui pengalaman siswa dan berdasarkan penyelidikan dan

penemuannya. Siswa dapat mengungkapkan konsep yang sesuai dengan

pengalaman dan menggunakan pemahaman yang diperoleh yang berhubungan

dengan kehidupan sehari-hari. Dalam model pembelajaran Learning Cycle guru

lebih banyak bertanya daripada member tahu secara langsung. Dengan demikian

proses sains siswa dapat digali dengan menerapkan model Learning Cycle 5E.

2.3 Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian

yang dilakukan oleh:

1. Topan Bramapurnama (2010), meneliti penerapan model pembelajaran siklus

belajar (Learning Cycle) untuk meningkatkan kompetensi penalaran

matematik siswa SMP. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian

eksperimen. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 15 Bandung pada pokok

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Universitas Pendidikan Indonesiaa-research.upi.edu/operator/upload/s_mat_053709_chapter2(1).pdf · penuh energi, percaya diri, berani mengambil resiko, dan

30

bahasan bangun datar. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya

perbedaan peningkatan kompetensi penalaran matematika siswa SMP yang

menggunakan model Learning Cycle dengan menggunakan model

pembelajaran ekspositori.

2. Miftahul Hasanah (2011), meneliti penerapan model pembelajaran siklus

belajar (Learning Cycle) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis

siswa SMP. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 3 Lembang pada pokok

bahasan system persamaan linear dua variabel. Hasil dari penelitian ini

menunjukan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang

mendapatkan model pembelajaran siklus belajar (Learning Cycle) lebih baik

daripada siswa yang mendapatkan model pembelajaran ekspositori.

3. Deasy Tedjaningrum (2011), meneliti pembelajaran matematika dengan

menggunakan model pembelajaran Learning Cycle dalam upaya

meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP. Penelitian

dilakukan di SMP Negeri 1 Soreang. Hasil dari penelitian ini menunjukan

bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle lebih

baik secara signifikan daripada siswa yang mendapatkan model pembelajaran

konvensional.

4. Suci Primaayu Megalia (2010), meneliti pembelajaran matematika dengan

menggunakan model “ARIAS” (Assurance, Relevance, Interest, Assessment,

Satisfaction) dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Lembang pada pokok fungsi. Hasil

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Universitas Pendidikan Indonesiaa-research.upi.edu/operator/upload/s_mat_053709_chapter2(1).pdf · penuh energi, percaya diri, berani mengambil resiko, dan

31

penelitiannya menyimpulkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif

siswa yang menggunakan model “ARIAS” lebih baik daripada siswa yang

menggunakan pembelajaran konvensional.

5. Muhammad Jamal (2011), meneliti peningkatan kemampuan berpikir kreatif

siswa sekolah menengah pertama melalui pembelajaran dengan metode

penemuan dan penemuan terbimbing. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 3

Lembang kelas VIII pada pokok fungsi. Hasil penelitiannya menyimpulkan

bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang mengikuti

pembelajaran matematika dengan metode penemuan lebih baik daripada

siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan metode penemuan

terbimbing.

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,

maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:

“Pengaruh implementasi peningkatan kemampuan berpikir kreatif

matematika siswa yang mendapatkan model pembelajaran Learning Cycle lebih

baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran ekspositori.”