bab ii kajian pustaka tinjauan pustaka 1. pengertian …...jadi monopoli adalah tindakan pelaku...

32
BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Monopoli Monopoli merupakan istilah yang dipertentangkan dengan persaingan. Meskipun demikian, ternyata belum ada kesepakatan luas mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan istilah ini. 27 Dalam perkembangannya, istilah monopoli sering dipakai orang untuk menunjuk tiga titik berat yang berbeda, antara lain : 1. Istilah monopoli dipakai untuk menggambarkan suatu struktur pasar (keadaan korelatif permintaan dan penawaran). Definisi monopoli menurut Meiners, a market structure in which the output of an industry is controlled by a single seller or a group of sellers making joint decisions regarding production and price.” 28 Menurut Meiners, monopoli bisa dilakukan oleh lebih dari satu penjual (a group of sellers) yang membuat keputusan bersama tentang produksi atau harga. 2. Istilah monopoli sering digunakan untuk menggambarkan suatu posisi. Yang dimaksud dengan posisi adalah posisi penjual yang memiliki penguasaan dan kontrol eksklusif atas barang atau jasa tersebut. 3. Istilah monopoli juga digunakan untuk menggambarkan kekuatan (power) yang dipegang oleh penjual untuk menguasai penawaran, menentukan harga, serta memanipulasi harga. 29 Adapun unsur-unsur yang dapat menimbulkan monopoli, 30 sebagai berikut : 1. Memiliki sumber daya yang unik 27 Thomas J. Anderson, Our Competitive System and Public Policy, South Western Publishing Company, Cincinnati, 1958, h. 25. 28 Roger E. Meiners, The Legal Environment of Business, West Publising Company, St. Paul, 1998, h. G- 8 (Glossary). 29 Arie Siswanto, Op. cit., h. 19. 30 Mustafa Kamal Rokan, Op. cit., h. 12.

Upload: others

Post on 08-Dec-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka 1. Pengertian …...Jadi monopoli adalah tindakan pelaku usaha untuk mendominasi atau menguasai pasar, karena dengan melakukan monopoli pelaku

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Monopoli

Monopoli merupakan istilah yang dipertentangkan dengan persaingan. Meskipun

demikian, ternyata belum ada kesepakatan luas mengenai apa sebenarnya yang dimaksud

dengan istilah ini.27 Dalam perkembangannya, istilah monopoli sering dipakai orang untuk

menunjuk tiga titik berat yang berbeda, antara lain :

1. Istilah monopoli dipakai untuk menggambarkan suatu struktur pasar (keadaan korelatif

permintaan dan penawaran). Definisi monopoli menurut Meiners, “a market structure in

which the output of an industry is controlled by a single seller or a group of sellers making

joint decisions regarding production and price.”28

Menurut Meiners, monopoli bisa dilakukan oleh lebih dari satu penjual (a group of sellers)

yang membuat keputusan bersama tentang produksi atau harga.

2. Istilah monopoli sering digunakan untuk menggambarkan suatu posisi. Yang dimaksud

dengan posisi adalah posisi penjual yang memiliki penguasaan dan kontrol eksklusif atas

barang atau jasa tersebut.

3. Istilah monopoli juga digunakan untuk menggambarkan kekuatan (power) yang dipegang

oleh penjual untuk menguasai penawaran, menentukan harga, serta memanipulasi harga.29

Adapun unsur-unsur yang dapat menimbulkan monopoli,30 sebagai berikut :

1. Memiliki sumber daya yang unik

27 Thomas J. Anderson, Our Competitive System and Public Policy, South Western Publishing Company,

Cincinnati, 1958, h. 25. 28 Roger E. Meiners, The Legal Environment of Business, West Publising Company, St. Paul, 1998, h. G-

8 (Glossary). 29 Arie Siswanto, Op. cit., h. 19. 30 Mustafa Kamal Rokan, Op. cit., h. 12.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka 1. Pengertian …...Jadi monopoli adalah tindakan pelaku usaha untuk mendominasi atau menguasai pasar, karena dengan melakukan monopoli pelaku

2. Terdapat skala ekonomis

3. Kekuasaan monopoli yang diperoleh melalui peraturan pemerintah

4. Pengaturan Paten, dan Hak Cipta

5. Hak Usaha Eksklusif

Jadi monopoli adalah tindakan pelaku usaha untuk mendominasi atau menguasai pasar,

karena dengan melakukan monopoli pelaku usaha menjadi tidak ada persaingan sehingga dapat

menaikkan harga sesuai dengan keinginannya tanpa melihat permintaan pasar. Monopoli dapat

dilakukan secara perseorangan maupun secara kelompok.

Pada dasarnya monopoli itu sendiri tidak dilarang, karena ada jenis monopoli tertentu

yang tidak bisa dihindari demi alasan efisiensi. Yang dilarang adalah praktik monopoli.

Berdasarkan Pasal 1 Huruf (b) praktik monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu

atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas

barang atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat

merugikan kepentingan umum.

Dengan demikian monopoli dan praktik monopoli terdiri dari beberapa unsur,31 yaitu :

a. Pelaku usaha

Pelaku usaha adalah setiap orang perorang atau badan usaha baik yang berbentuk badan

hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan

kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-

sama melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang

ekonomi.

b. Pemusatan kekuatan ekonomi32

31 Suhasril dan Mohammad Taufik Makarao, Hukum Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat di Indonesia, Cet. I, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor, 2010, h. 26. 32

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka 1. Pengertian …...Jadi monopoli adalah tindakan pelaku usaha untuk mendominasi atau menguasai pasar, karena dengan melakukan monopoli pelaku

Pemusatan kekuatan ekonomi adalah penguasaan yang nyata atas suatu pasar bersangkutan

oleh suatu atau lebih pelaku usaha sehingga dapat menentukan harga barang dan atau jasa.

c. Persaingan usaha tidak sehat

Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antara pelaku usaha dalam menjalankan

kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara

tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.

2. Hukum Persaingan Usaha (Competition Law) Di Indonesia

2.1. Persaingan Usaha

Persaingan atau competition di bidang ekonomi merupakan salah satu bentuk persaingan

yang paling utama di antara sekian banyak persaingan antar manusia, kelompok masyarakat,

atau bahkan bangsa.33 Manfaat persaingan terbagi menjadi dua, yaitu :

a) Perspektif nonekonomi

Dari sisi politik setidaknya terdapat tiga argumen untuk mendukung persaingan dalam

bidang usaha.34

- Dalam kondisi penjual maupun pembeli terstruktur secara atomistik (masing-masing

berdiri sendiri sebagai unit-unit terkecil dan independen) yang ada dalam persaingan,

kekuasaan ekonomi atau yang didukung faktor ekonomi (economic or economic-

supported power) menjadi tersebar dan terdesentralisasikan. Dengan demikian

pembagian sumber daya alam dan pemerataan pendapatan akan terjadi secara

mekanik, terlepas sama sekali dari campur tangan kekuasaan pemerintah maupun

pihak swasta yang memegang kekuasaan.

33 Thomas J. Anderson, Op. cit., h. 4. 34 F.M. Scherer, Industrial Market Structure and Economic Performance, Rand McNally Co, 1980, h. 12.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka 1. Pengertian …...Jadi monopoli adalah tindakan pelaku usaha untuk mendominasi atau menguasai pasar, karena dengan melakukan monopoli pelaku

- Sistem ekonomi pasar yang kompetitif akan dapat menyelesaikan persoalan-persoalan

ekonomi secara impersonal, bukan melalui personal pengusaha maupun birokrat.

Dalam posisi seperti ini, kekecewaan politis masyarakat yang usahanya terganjal

keputusan pengusaha maupun penguasa tidak akan terjadi. Secara sederhana, dalam

kondisi persaingan, jika seorang warga masyarakat terpuruk dalam bidang usahanya,

ia tidak akan terlalu merasa sakit karena ia jatuh bukan karena kekuasaan person

tertentu, melainkan karena suatu proses yang mekanistik (permintaan-penawaran).

- Pada dasarnya setiap orang punya kesempatan yang sama untuk berusaha dan dengan

demikian hak setiap manusia untuk mengembangkan diri menjadi terjamin.

b) Perspektif ekonomi

Dari sudut pandang ekonomi, dalam konteks pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan,

persaingan juga membawa implikasi positif.35

- Persaingan merupakan sarana untuk melindungi para pelaku ekonomi terhadap

eksploitasi dan penyalahgunaan (tidak terpusat pada tangan tertentu).

- Persaingan mendorong alokasi dan realokasi sumber-sumber daya ekonomi sesuai

dengan keinginan konsumen. Karena ditentukan oleh permintaan (demand), perilaku

para penjual dalam kondisi persaingan akan cenderung mengikuti pergerakan

permintaan para pembeli. Dengan demikian perusahaan akan meninggalkan bidang

usaha yang tidak memiliki tingkat permintaan yang tinggi.

- Persaingan bisa menjadi kekuatan untuk mendorong penggunaan sumber daya

ekonomi dan metode pemanfaatannya secara efisien. Jika tidak risiko yang akan

dihadapi perusahaan adalah munculnya biaya berlebih (excessive cost) yang pada

gilirannya akan menyingkirkan dia dari pasar.

35 Thomas J. Anderson, Op. cit., h. 17-21.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka 1. Pengertian …...Jadi monopoli adalah tindakan pelaku usaha untuk mendominasi atau menguasai pasar, karena dengan melakukan monopoli pelaku

- Persaingan bisa merangsang peningkatan mutu produk, pelayanan, proses produksi,

dan teknologi. Dalam kondisi persaingan, setiap pesaing akan berusaha mengurangi

biaya produksi serta memperbesar pangsa pasar (market share).

Salah satu persaingan dalam bidang ekonomi adalah persaingan usaha. Persaingan dalam

dunia usaha adalah cara yang efektif untuk mencapai pendayagunaan sumber daya secara

optimal. Karena dengan adanya rivalitas akan cenderung menekan ongkos-ongkos produksi

sehingga harga menjadi lebih rendah serta kualitasnya semakin meningkat.36 Bahkan lebih dari

itu persaingan dapat menjadi landasan fundamental bagi kinerja di atas rata-rata untuk jangka

panjang dan dinamakannya keunggulan bersaing yang lestari (sustainable competitive

advantage) yang dapat diperoleh melalui tiga strategi generik, yakni keunggulan biaya,

diferensiasi, dan fokus biaya.37

Jadi persaingan usaha adalah persaingan yang terjadi dari proses produksi hingga

pemasaran oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha lain yang dilakukan secara sehat, dengan

tujuan untuk menarik minat pembeli sehingga kualitas akan diutamakan dan harga akan di

minimalkan.

2.2. Hukum Persaingan Usaha (Competition Law)

Hukum persaingan usaha merupakan instrumen hukum yang menentukan tentang

bagaimana persaingan itu harus dilakukan. Meskipun secara khusus menekankan pada aspek

persaingan, hukum persaingan juga berkaitan erat dengan pemberantasan monopoli, karena

yang juga menjadi perhatian dari hukum persaingan adalah mengatur persaingan sedemikian

rupa sehingga tidak menjadi sarana untuk mendapatkan monopoli.38 Sedangkan pendapat lain

36 Mustafa Kamal Rokan, Op. cit., h. 8-9. 37 Johny Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha (Filosofi, Teori, dan Implikasi Penerapannya di Indonesia),

Cet. I, Penerbit Bayu Media, Malang, 2006, h. 102-103. 38 Arie Siswanto, Op. Cit., h. 37.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka 1. Pengertian …...Jadi monopoli adalah tindakan pelaku usaha untuk mendominasi atau menguasai pasar, karena dengan melakukan monopoli pelaku

mengemukakan bahwa hukum persaingan usaha adalah seperangkat aturan hukum yang

mengatur mengenai segala aspek yang berkaitan dengan persaingan usaha, yang mencakup hal-

hal yang boleh dilakukan dan hal-hal yang dilarang dilakukan oleh pelaku usaha.39

Dengan memperhatikan pendapat diatas, semuanya bertumpu pada aturan hukum sebagai

petunjuk atau perintah dan larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat yang

harus ditaati. Berkaitan dengan hukum persaingan usaha, pendapat diatas bertalian dengan tiga

hal pokok,40 antara lain :

1. Pencegahan atau peniadaan monopoli

2. Menjamin terjadinya persaingan yang sehat, dan

3. Melarang persaingan yang tidak jujur

Hukum persaingan usaha (competition law) berasal dari dua bahasa, yaitu hukum dan

persaingan usaha. Hukum sendiri berarti peraturan, pedoman, atau petunjuk. Jadi hukum

persaingan usaha adalah himpunan aturan-aturan atau petunjuk-petunjuk yang dijadikan

pedoman dalam persaingan usaha dan harus ditaati. Karena bagi pelaku usaha yang tidak

menaatinya akan dikenakan sanksi.

2.3. Hukum Persaingan Usaha di Beberapa Negara

Berikut adalah peraturan mengenai hukum persaingan usaha di beberapa negara:

a. Amerika Serikat

Doktrin utama yang menjadi dasar larangan dalam antitrust law adalah perbuatan yang

menghalangi terjadinya perdagangan bebas (restraint of trade). Doktrin ini terlahir dari tradisi

common law yang merupakan presedent dari putusan hakim Popham dalam menangani Kasus

39 Hermansyah, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Cet. I, Penerbit Kencana Prenada

Media Group, Jakarta, 2008, h. 2. 40 Suhasril dan Mohammad Taufik Makarao, Op. Cit., h. 37.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka 1. Pengertian …...Jadi monopoli adalah tindakan pelaku usaha untuk mendominasi atau menguasai pasar, karena dengan melakukan monopoli pelaku

Darcy v Allein pada tahun 1602.41 Hakim Popham memutuskan bahwa hak monopoli yang

diberikan kepada Darcy adalah perbuatan melanggar hukum. Perbuatan yang dinamakan

forestalling (membeli dan menguasai barang untuk dijual kembali dengan harga yang tinggi),

engrossing (membeli dalam jumlah besar untuk kemudian dijual kembali dengan harga tinggi),

regrating (membeli barang tertentu di pasar dan selanjutnya dijual dengan harga tinggi)

bersama dengan monopoli dikategorikan kejahatan sebab menghalangi perdagangan (restraint

of trade).

Tradisi common law inilah yang melahirkan doktrin restraint of trade yang juga diterima

oleh Sherman Act. Karenanya, hukum persaingan di Amerika Serikat dibentuk dalam rangka

meringankan hak untuk melakukan persaingan (the right to compete) disebut dengan Antitrust

law.42 Kemudian pada tahun 1890 kongres Amerika Serikat mengeluarkan peraturan tentang

persaingan usaha yang disebut Sherman Act. Peraturan ini memberikan wewenang yang luas

bagi peradilan untuk melarang perilaku bisnis tertentu. Selanjutnya pada tahun 1914 dilakukan

penyempurnaan terhadap regulasi persaingan usaha dengan mengeluarkan act to supplement

existing laws against unlawful restriction and monopolies, regulasi ini dikenal dengan Clayton

Act.43

Kemudian di tahun yang sama, Federal Trade Commission Act atau Act to Create a

Federal Trade Commission, To Define Its Power and Duties, and For Other Purpose

diundangkan yang bertujuan untuk Federal Trade Commission sebagai badan pengawas

41 Kasus ini berawal dari pemberian hak monopoli oleh Ratu Inggris kepada Edward Darcy dengan

perusahaannya yang bernama Ralph Bowes & Co untuk membuat atau mengimpor kartu mainan (playing cards).

Namun dipasar juga ditemukan jenis kartu mainan yang diperdagangkan oleh T. Allein. Karenanya, Darcy merasa

terganggu dan melakukan gugatan ke pengadilan. Stephen F. Ross: Principles of Antitrust Law, The Foundation

Press, Inc. Wetbury, New York, 1993, h. 12-13. 42 Sebutan antitrust law disebabkan pada awalnya aturan hukum ditujukan untuk mencegah

pengelompokan kekuatan industri-industri yang membentuk trust (sebangsa dengan kartel untuk memonopoli

komoditi-komoditi strategis dan menyingkirkan para pesaing yang tidak tergabung dalam trust tersebut. Johny

Ibrahim, Op. cit., h. 3. 43 Stephen F. Ross: Principles of Antitrust Law, The Foundation Press, Inc, New York, 1993, h. 395-399.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka 1. Pengertian …...Jadi monopoli adalah tindakan pelaku usaha untuk mendominasi atau menguasai pasar, karena dengan melakukan monopoli pelaku

pelaksanaan dari Sherman Act dan Clayton Act. Dan mengenai diskriminasi harga kemudian

disempurnakan melalui Robinson-Patman Act pada 1939.44

b. Eropa

Hukum persaingan di Eropa didasari oleh hukum negara yang disebut Competition Law.

Sumber utama hukum persaingan Eropa adalah ketentuan yang terdapat dalam perjanjian UE

(Uni-Eropa). Dalam perjanjian tersebut terdapat pengaturan secara khusus tentang persaingan

di bagian ketiga dengan judul Policy of the Community Bab 1 dengan judul Rules on

Competition dimana section 1 terdiri dari 5 pasal yang mengatur tentang Rules Applaying to

Undertaking. Pengaturan yang lebih rinci tentang persaingan dilakukan dengan produk hukum

disebut dengan Regulation, Notices, Directives, dan Decisions.45

c. Jepang

Hukum persaingan usaha di Jepang diundangkan pada tanggal 14 April 1947 oleh Majelis

Nasional (diet) yang disebut dengan Dokusen Kinshiho atau Antimonopoly Law. Perundang-

undangan yang utama disebut Shiteki dokusen no khinsi oyobi kosei torihiki ni kansuru hiritsu,

atau diterjemahkan dalam bahasa Inggris Law concerning the probihition of private monopoly

and preservation of fair trade.46

d. Kanada

Pada tahun 1899 Kanada telah memiliki ketentuan untuk mencegah tindakan-tindakan

menghambat perdagangan yang dilakukan melalui perjanjian. Namun, ketentuan persaingan

usaha yang komprehensif baru dimiliki Kanada pada saat diundangkannya Competition Act

tahun 1986. Penegakan Competition Act 1986 di Kanada adalah Competition Bureau yang di

kepalai oleh Director of Investigation and Research. Dilihat dari pelanggarannya Competition

44 Munir Fuady, Hukum Anti Monopoli: Menyongsong Era Persaingan Sehat, Penerbit Citra Aditya Bakti,

Bandung, 1999, h. 36. 45 Persaingan Usaha dan Hukum yang Mengaturnya di Indonesia, h. 36. 46 Ibid., h. 30.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka 1. Pengertian …...Jadi monopoli adalah tindakan pelaku usaha untuk mendominasi atau menguasai pasar, karena dengan melakukan monopoli pelaku

Bureau dibagi menjadi dua yaitu pelanggaran pidana (criminal offences) dan pelanggaran

terhadap Competition Act 1986 (reviewable practices).47

e. Perancis

Berdasarkan Ordonansi tahun 1986, Perancis mengeluarkan perundangan di bidang

persaingan usaha yang di pegang oleh suatu otoritas administratif independen yang disebut le

Consil de la Concuirrence. Sebelumnya, Perancis telah mempunyai badan serupa yang

bernama la Commission de la Concurrence. Namun, la commission hanya memiliki

kewenangan konsultatif (advisory body), sedangkan le Consil merupakan organ quasi-judisial

yang bisa membuat keputusan (a quasi-judicial decision-making body).48

f. Indonesia

Sebelum adanya Undang-Undang yang secara khusus mengatur mengenai monopoli

yaitu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, maka pengaturan-pengaturan mengenai

persaingan usaha didasarkan pada beberapa ketentuan, sebagai berikut:

1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yaitu Pasal 382 bis KUHP :

Barang siapa untuk mendapatkan, melangsungkan atau memperluas hasil

perdagangan atau perusahaan milik sendiri atau orang lain, melakukan

perbuatan curang untuk menyesatkan khalayak umum atau seseorang

tertentu, diancam, jika perbuatan itu dapat menimbulkan kerugian bagi

konkuren-konkurennya atau konkuren-konkuren orang lain, karena

persaingan curang, dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat

bulan atau pidana denda paling banyak tiga belas ribu lima ratus rupiah.

2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek)

Pasal 1365 yang isinya, “setiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian

kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan suatu kerugian tersebut karena

kesalahannya untuk mengganti kerugian tersebut.”

3. Undang-Undang Pokok Agraria (Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960)

47 Edward M. Graham and David J. Richardson (ed), Global Competiton Policy, Institute for International

Economics, Washington D.C, 1997, h. 50. 48 Ibid., h. 87-88.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka 1. Pengertian …...Jadi monopoli adalah tindakan pelaku usaha untuk mendominasi atau menguasai pasar, karena dengan melakukan monopoli pelaku

Pasal 13 Ayat (2) yang isinya, “pemerintah mencegah adanya usaha-usaha dalam lapangan

agraria dari organisasi-organisasi dan perseorangan yang bersifat monopoli swasta.”

4. Ketetapan MPR

a. Ketetapan MPR RI No.IV/MPR/1973 tentang GBHN bidang Pembangunan Ekonomi.

b. Ketetapan MPR RI No.IV/MPR/1978 tentang GBHN pada bidang Pembangunan

Ekonomi pada Sub Bidang Usaha Swasta dan Usaha Golongan Ekonomi Lemah.

c. Ketetapan MPR RI No.II/MPR/1983 tentang GBHN pada Bidang Pembangunan

Ekonomi Sub Bidang Usaha Swasta Nasional dan Usaha Golongan Ekonomi Lemah.

d. Ketetapan MPR RI No.II/MPR/1988 tentang GHBN pada Bidang Pembangunan

Ekonomi Sub Bidang Dunia Usaha Nasional.

e. Ketetapan MPR RI No.II/MPR/1993 tentang GBHN pada Bidang Pembangunan

Ekonomi Sub Bidang Usaha Nasional.

f. Ketetapan MPR RI No.IV/MPR/1999 tentang GBHN pada Kondisi Umum.

5. Undang-Undang tentang Perindustrian (Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984)

Pasal 7 Ayat (2) yang isinya, “mengembangkan persaingan yang baik dan sehat serta

mencegah persaingan yang tidak jujur.”

6. Undang-Undang Perseroan Terbatas (Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995)

Pasal 104 yang isinya, “penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan perseroan harus

memperhatikan : (a) kepentingan perseroan, pemegang saham minoritas, dan karyawan

perusahaan; (b) kepentingan masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha.”

Ketentuan ini menegaskan bahwa penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan tidak

dapat dilakukan kalau merugikan pihak tertentu dan harus dicegah supaya tidak

menimbulkan monopoli.

7. Undang-Undang tentang Usaha Kecil (Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995), yaitu Pasal

8 yang isinya :

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka 1. Pengertian …...Jadi monopoli adalah tindakan pelaku usaha untuk mendominasi atau menguasai pasar, karena dengan melakukan monopoli pelaku

pemerintah menumbuhkan iklim usaha dalam aspek persaingan dengan

menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan untuk : (a)

meningkatkan kerja sama sesama Usaha Kecil dalam bentuk koperasi,

asosiasi, dan himpunan kelompok usaha untuk memperkuat posisi tawar

Usaha Kecil; (b) mencegah pembentukan struktur pasar yang dapat

melahirkan persaingan yang tidak wajar dalam bentuk monopoli, oligopoli,

dan monopsoni yang merugikan Usaha Kecil; (c) mencegah terjadinya

penguasaan pasar dan pemusatan usaha oleh orang perseorangan atau

kelompok tertentu yang merugikan Usaha Kecil.

8. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, yaitu Pasal 10 yang melarang

adanya ketentuan yang menghambat adanya persaingan sehat dalam pasar modal.

9. Undang-Undang tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

(Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999)

Undang-undang ini dibentuk dengan tujuan khusus (lex specialis) untuk

menanggulangi tindak kejahatan dibidang praktik monopoli dan persaingan usaha tidak

sehat, yang saat ini telah digunakan sebagai pengganti dari undang-undang sebelumnya

yang belum spesifik dalam bidang monopoli dan persaingan usaha tidak sehat (lex

generalis).49 Sehingga sejak tanggal 5 Maret 2000, mulai efektif diberlakukannya Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 maka Pasal 1365 KUHPer dan Pasal 382 bis KUHP serta

undang-undang sebelumnya tidak diterapkan lagi, kecuali tindak pidana umum dalam

KUHP.

Beberapa negara lain yang telah mempunyai hukum anti monopoli dan persaingan usaha

tidak sehat adalah, Jerman (Bundeskartellamt), Inggris (Office of Fair Trading), Australia (The

Australian Industries Preservation Act lalu digantikan oleh Commonwealth’s Trade Practices

Act), dan Korea Selatan (The Regulation of Monopolies and Fair Trade Act).

Walaupun pada masing-masing negara mempunyai peraturan-peraturan dan penerapan

yang berbeda tentang hukum persaingan usaha, akan tetapi tujuannya sama yaitu terciptanya

49 Suhasril dan Mohammad Taufik Makarao, Op. cit., h. 99.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka 1. Pengertian …...Jadi monopoli adalah tindakan pelaku usaha untuk mendominasi atau menguasai pasar, karena dengan melakukan monopoli pelaku

persaingan usaha secara sehat dan efisien, mewujudkan iklim usaha yang kondusif, dan

kesejahteraan rakyat.

2.4. Persaingan Usaha Tidak Sehat

Pasal 1 angka (6) Undang-Undang Anti Monopoli menyebutkan bahwa persaingan usaha

tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi

dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan

hukum atau menghambat persaingan usaha. Berdasarkan definisi tersebut terdapat tiga

indikator untuk menyatakan terjadinya persaingan usaha tidak sehat, antara lain :

a. Persaingan usaha yang dilakukan secara tidak jujur. Hal ini dapat dilihat dari cara pelaku

usaha bersaing terhadap pelaku usaha lain.

b. Persaingan usaha yang dilakukan dengan cara melawan hukum. Hal ini dapat dilihat dari

cara pelaku usaha dalam bersaing dengan pelaku usaha lain dengan melanggar ketentuan-

ketentuan perundang-undangan yang berlaku atau peraturan-peraturan yang disepakati.

c. Persaingan usaha yang dilakukan dengan cara menghambat terjadinya persaingan di antara

pelaku usaha. Hal ini dilakukan dengan cara menghambat terjadinya persaingan antar

pelaku usaha melihat kondisi pasar yang tidak sehat.

Jadi persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan usaha yang dilakukan dengan cara

tidak jujur dan melawan hukum. Hal tersebut mengakibatkan tidak adanya persaingan.

Tindakan-tindakan yang dilarang oleh hukum persaingan usaha dibagi menjadi dua

kategori, yaitu tindakan anti persaingan (anticompetition) dan tindakan persaingan curang

(unfair competition practice, unfair menthods of competition).50

a) Tindakan Antipersaingan

50 Arie Siswanto, Op. cit., h. 31.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka 1. Pengertian …...Jadi monopoli adalah tindakan pelaku usaha untuk mendominasi atau menguasai pasar, karena dengan melakukan monopoli pelaku

Tindakan anti persaingan merupakan satu kategori untuk menunjuk jenis-jenis

tindakan yang bersifat menghalangi atau mencegah persaingan. Di sisi lain, tindakan ini

digunakan oleh pelaku usaha yang ingin memegang posisi tunggal (monopoli) dalam suatu

industri dengan mencegah calon pesaing atau menyingkirkan pesaing secara tidak wajar.

Tindakan-tindakan yang masuk dalam kategori tindakan anti persaingan, sebagai berikut :

1. Merger

2. Penentuan harga (Price fixing)

3. Pembagian pasar secara horizontal (Horizontal market divisions)

4. Pembatasan perdagangan secara vertikal dengan menggunakan instrumen nonharga

(Non-price vertical restraints)

5. Trying-in arrangements

6. Exclusive dealing

7. Diskriminasi harga (Price discrimination)

8. Bid-rigging

9. Boikot (Boycotts)

10. Interlocking directorates

11. Penyalahgunaan posisi dominan (Abuse of dominant position)

b) Tindakan Persaingan Curang

Tindakan persaingan curang adalah tindakan tidak jujur yang dilakukan dalam kondisi

persaingan. Konsep persaingan curang didasarkan pada pertimbangan etika usaha.

Tindakan-tindakan dalam metode persaingan curang adalah,51 sebagai berikut :

1. Menyebar informasi palsu tentang produk pesaing

2. Meremehkan produk pesaing

3. Menyerang pribadi pesaing

51 Thomas J. Anderson, Op. cit., h. 14-15

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka 1. Pengertian …...Jadi monopoli adalah tindakan pelaku usaha untuk mendominasi atau menguasai pasar, karena dengan melakukan monopoli pelaku

4. Mengganggu penjual produk pesaing

5. Merusak produk pesaing

6. Menghambat pengiriman produk pesaing

7. Mengintimidasi konsumen produk pesaing

8. Menyuap pembeli produk pesaing

9. Mengatur boikot terhadap produk pesaing

10. Memata-matai pesaing secara ilegal

11. Mencuri rahasia perusahaan pesaing

12. Mengganggu pesaing melalui pengajuan gugatan palsu

13. Membuat kesepakatan untuk menyingkirkan pesaing dari pasar

14. Membujuk pekerja perusahaan pesaing untuk mogok

15. Menjual produk dengan harga di bawah biaya produksi

16. Memberikan pengurangan harga secara tidak wajar, baik secara langsung maupun

melalui diskon.

3. Penetapan Harga (Price Fixing)

3.1. Pengertian Penetapan Harga

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, harga adalah jumlah uang atau alat tukar lain

yang senilai, yang harus dibayarkan untuk produk atau jasa, pada waktu tertentu dan di pasar

tertentu.52 Sedangkan Islam memiliki dua istilah berbeda mengenai harga, yaitu ats-tsaman

adalah patokan harga suatu barang dan ats-si’r adalah harga yang berlaku secara aktual di

pasar. Ulama fiqih membagi Ats-si’r menjadi dua macam,53 yaitu :

52 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Penerbit Balai Pustaka, Jakarta, 2005. 53 Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam, Penerbit Adipurna, Yogyakarta, 2002,

h. 26.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka 1. Pengertian …...Jadi monopoli adalah tindakan pelaku usaha untuk mendominasi atau menguasai pasar, karena dengan melakukan monopoli pelaku

a. Harga yang berlaku secara alami, yaitu harga yang berlaku tanpa campur tangan

pemerintah.

b. Harga suatu komoditas, yaitu harga yang ditetapkan pemerintah setelah

mempertimbangkan modal dan keuntungan wajar bagi pedagang atau produsen serta

melihat keadaan ekonomi riil dan daya beli masyarakat.

Larangan Islam terhadap penetapan harga telah dicontohkan Rasulullah Saw. pada

sebuah pasar di kota Madinah yang ketika itu harga-harga melambung tinggi. Para sahabat

meminta Rasulullah Saw. untuk menetapkan harga, namun Rasulullah Saw. melarangnya.

Maka Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allahlah yang telah menetapkan harga, menahan

serta melapangkan dan memberi rezeki dan sesungguhnya aku berharap bertemu dengan Allah

dalam keadaan tidak seorang pun daripada kalian menuntut aku karena perbuatan zalim

terhadap jiwa atau tentang harga (barang-barang).”54

Hadits tersebut menunjukkan bahwa penetapan harga adalah sesuatu yang dilarang

secara tegas dan pasti dianggap sebuah kezaliman, serta para ulama menghukumnya sebagai

perbuatan haram. Satu kelompok atau individu tidak diperbolehkan untuk mempengaruhi pasar

dengan cara-cara yang tidak fair.

Pada sebuah hadits disebutkan pula, ketika Rasulullah melihat seorang laki-laki menjual

makanan dengan harga yang lebih tinggi dari harga pasar, Rasulullah Saw. mengatakan,

“Orang-orang yang datang membawa barang ke pasar ini laksana orang yang berjihad di jalan

fi sabilillah, sementara orang-orang yang menaikkan harga (melebihi harga pasar seperti orang

yang ingkar kepada Allah).”55

Selain dalam perspektif Islam, beberapa negara juga mendefinisikan yang dimaksud

dengan penetapan harga (price fixing). Merujuk pada permasalahan penetapan harga di

54 HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmizi, Ibn Majah dan disahkan oleh Ibn Hibban. 55 Ekonomi Islam, Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3I) UII, Yogyakarta, 2008, h.

303.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka 1. Pengertian …...Jadi monopoli adalah tindakan pelaku usaha untuk mendominasi atau menguasai pasar, karena dengan melakukan monopoli pelaku

Amerika Serikat dan Australia, maka dalam Section 1 The Sherman Act 1890 di Amerika

Serikat dan Section 45A The Trade Practices Act 1974, maka price fixing dianggap sebagai

“naked restraint of trade with no purpose except the stiftling of competition.”56 Anggapan

tersebut menggambarkan bahwa perjanjian penetapan harga adalah tindakan yang anti

persaingan.

Dalam hal persekongkolan tender melalui sistem kartel, Komisi Anti Monopoli

memasukkan tindakan tersebut sebagai tindak kriminal yang dituangkan dalam Section 1

Sherman Act. Pelaku pelanggaran dihukum dengan US$ 350,000, atau dua kali keuntungan

yang didapatkan dari perbuatan melanggar hukum. Atau dua kali kegagalan sebagai hasil

aktivitas ilegal dan tiga tahun ditahan serta perusahaan juga didenda sebanyak US$ 10 juta.

Sedangkan yang dituangkan dalam Section 2 adalah monopoli yang terdapat di Sherman Act

lebih menekankan niat untuk menguasai pasar (attempt to monopolize). Untuk mengadili

perbuatan monopoli menurut Sherman Act menggunakan pendekatan per se.57

Price fixing dikatakan sebagai “a combination formed for the purpose of and with the

effect of raising, depressing, fixing, pegging, and stabilizing the price of comodity.”58

Penetapan harga adalah tindakan yang dilarang persaingan usaha, karena bertentangan dengan

prinsip perdagangan dan dengan adanya hal tersebut menjadi tidak adanya persaingan. Dalam

Pasal 5 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 disebutkan bahwa, “Pelaku usaha

dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga atas

suatu barang dan/atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar

bersangkutan yang sama.”

Latar belakang lahirnya Undang-Undang Anti Monopoli,59 sebagai berikut :

56 Rachmadi Usman, Op. cit., h. 44. 57 Asril Sitompul, Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Tinjauan terhadap Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999), Penerbit Citra Aditya, Bandung, 1999, h. 27-28. 58 Hermansyah, Op. cit., h. 26. 59 Mustafa Kamal Rokan, Op. cit., h. 19.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka 1. Pengertian …...Jadi monopoli adalah tindakan pelaku usaha untuk mendominasi atau menguasai pasar, karena dengan melakukan monopoli pelaku

1) Landasan Yuridis

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 menghendaki kemakmuran

masyarakat secara merata, bukan kemakmuran secara individu. Secara yuridis melalui

norma dasar negara tersebut, maka pembangunan ekonomi Indonesia haruslah bertitik

tolak dan berorientasi pada pencapaian tujuan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

2) Landasan Sosio Ekonomi

Lahirnya Undang-Undang Antimonopoli adalah dalam rangka untuk menciptakan

landasan ekonomi yang kuat untuk menciptakan perekonomian yang efisien dan bebas dari

distorsi pasar. Pada masa Orde Baru ekonomi yang kuat dan efisien adalah kata yang

sangat mahal. Sebab pembangunan yang dilakukan tidak berdasarkan pada teori hukum

pembangunan.

3) Landasan Politis dan Internasional

Sejak 1970-an sikap anti monopoli dan persaingan usaha secara sehat telah dibicarakan di

Indonesia. Sebab struktur ekonomi pada masa itu memerlukan pengaturan yang dapat

mengoreksi struktur ekonomi yang bersifat dominasi dan monopolistik oleh orang-orang

tertentu, terutama orang atau golongan yang termasuk dalam pusaran kekuasaan (linkage

power).

Penetapan harga sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dapat

terwujud dengan beberapa bentuk, antara lain :

- Penetapan harga oleh pelaku usaha yang membuat perjanjian dengan pelaku usaha

pesaingnya untuk menetapkan harga yang harus dibayar oleh konsumen pada pasar

bersangkutan yang sama, kecuali perjanjian tersebut dalam suatu usaha patungan atau

didasarkan pada undang-undang yang berlaku (Pasal 5).

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka 1. Pengertian …...Jadi monopoli adalah tindakan pelaku usaha untuk mendominasi atau menguasai pasar, karena dengan melakukan monopoli pelaku

- Penetapan harga oleh pelaku usaha dengan perjanjian yang mengakibatkan pembeli yang

satu harus membayar dengan harga yang berbeda dari harga yang dibayar pembeli lain

untuk barang dan/atau jasa yang sama (Pasal 6).

- Penetapan harga dibawah harga pasar yang dilakukan pelaku usaha dan pesaingnya (Pasal

7).

- Penetapan harga oleh pelaku usaha dengan perjanjian yang mensyaratkan bahwa penerima

barang tidak akan menjual kembali dengan harga lebih rendah dari harga yang telah

diperjanjikan (Pasal 8).

Penetapan harga dapat terjadi melalui dua cara yaitu, tacit collusion atau kolusi yang

disamarkan adalah dengan memberikan tanda tangan kepada pelaku usaha lain dengan bentuk

menaikkan harga atau dengan cara membuat pengumuman dimedia massa sehingga pelaku

usaha lain mengetahui dan harus ikut menaikkan harga. Dan explicit collusion adalah kolusi

yang dilakukan secara terbuka yaitu sekelompok kecil oligopolis mengaku bahwa mereka

memiliki ketergantungan dan bertindak untuk mengkoordinasi perilaku mereka melalui

perjanjian, sehingga seolah-olah terjadi monopoli murni.60

Alat bukti yang digunakan untuk membuktikan bahwa adanya pelanggaran terhadap

Pasal 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yaitu bukti langsung dan tidak langsung.61 Bukti

langsung yaitu berupa fax, rekaman percapakan, surat elektronik, komunikasi video, dan bukti

nyata lainnya yang terdapat kesepakatan. Sedangkan bukti tidak langsung berupa bukti

komunikasi namun tidak secara langsung menyatakan kesepakatan dan bukti ekonomi. Bukti

ekonomi bertujuan untuk mengesampingkan kemungkinan terjadinya perilaku penetapan harga

yang bersifat independen.

60 Ibid., h. 98. 61 www.kppu.go.id/docs/Pedoman/draf%20pedoman%20pasal%205.010611.pdf, h. 16, diakses tanggal 9

Desember 2018, pukul 22.44 WIB.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka 1. Pengertian …...Jadi monopoli adalah tindakan pelaku usaha untuk mendominasi atau menguasai pasar, karena dengan melakukan monopoli pelaku

3.2. Jenis Penetapan Harga

Penetapan harga (price fixing) bisa terjadi secara vertikal maupun horizontal yang

dianggap sebagai hambatan perdagangan, karena berakibat tidak baik terhadap persaingan

harga. Jika penetapan harga dilakukan, kebebasan untuk menentukan harga secara bebas

menjadi berkurang.62 Perjanjian harga akan menjadikan harga lebih tinggi dibandingkan harga

pasar, tindakan tersebut akan merugikan konsumen.

Penetapan harga secara vertikal adalah penetapan harga yang terjadi apabila suatu

perusahaan berada dalam tahap produksi tertentu, menetapkan harga produk untuk dijual oleh

perusahaan lain yang berada dalam tahap produksi yang lebih rendah. Sedangkan penetapan

harga secara horizontal adalah penetapan harga yang terjadi apabila lebih dari satu perusahaan

berada dalam tahap produksi yang sama sehingga mereka merupakan pesaing, menentukan

harga jual produk mereka pada tingkat yang sama.63 Perjanjian tersebut dapat dilakukan dengan

tertulis maupun lisan. Sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 Burgerlijk Wetboek (KUHPer)

mengenai syarat sahnya perjanjian :

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

3. Suatu hal tertentu;

4. Suatu sebab yang halal.

Penetapan harga diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 pada Pasal 5 yang

isinya : “(1) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk

menetapkan harga atas suatu barang dan/atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau

pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama. (2) Ketentuan tersebut tidak berlaku bagi : a.

62 Suhasril dan Mohammad Taufik Makarao, Op. cit., h. 43. 63 Arie Siswanto, Op. cit., h. 40.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka 1. Pengertian …...Jadi monopoli adalah tindakan pelaku usaha untuk mendominasi atau menguasai pasar, karena dengan melakukan monopoli pelaku

Suatu perjanjian yang dibuat dalam suatu usaha patungan; atau b. Suatu perjanjian yang

didasarkan undang-undang yang berlaku.”

3.3. Pedoman Pasal 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

Sebagaimana diatur dalam Pasal 35 Huruf (f), KPPU bertugas untuk membuat pedoman

berkaitan dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Supaya dapat memberikan gambaran

yang lebih jelas mengenai ketentuan dalam undang-undang tersebut. Tujuan Pedoman Pasal 5

tentang penetapan harga yaitu :

1. Memberikan pengertian yang jelas dan tepat tentang larangan penetapan harga

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.

2. Memberikan dasar pemahaman yang sama dan arah yang jelas dalam pelaksanaan Pasal 5.

3. Memberikan landasan bagi semua pihak untuk berperilaku tidak melanggar Pasal 5.

4. Memberikan pemahaman tentang pendekatan yang dilakukan oleh KPPU dalam

melakukan penilaian atas perjanjian penetapan harga.

Dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 meliputi beberapa unsur yaitu

unsur pelaku usaha, unsur perjanjian, unsur pelaku usaha pesaing, unsur harga pasar, unsur

barang, unsur jasa, unsur konsumen, unsur pasar bersangkutan, dan unsur usaha patungan.

1. Unsur pelaku usaha

Sesuai Pasal 1 Angka 5, pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha,

baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan

berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia,

baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai

kegiatan usaha dalam bidang ekonomi.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka 1. Pengertian …...Jadi monopoli adalah tindakan pelaku usaha untuk mendominasi atau menguasai pasar, karena dengan melakukan monopoli pelaku

2. Unsur perjanjian

Sesuai Pasal 1 Angka 7, perjanjian adalah suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha

untuk mengikatkan diri terhadap satu atau lebih pelaku usaha lain dengan maksud untuk

menguasai pasar bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol.

3. Unsur pelaku usaha pesaing

Pelaku usaha pesaing adalah pelaku usaha lain dalam pasar bersangkutan yang sama.

4. Unsur harga pasar

Harga adalah biaya yang harus dibayar dalam suatu transaksi barang dan jasa sesuai

kesepakatan antara para pihak dipasar bersangkutan.

5. Unsur barang

Sesuai Pasal 1 Angka 16, barang adalah setiap benda, baik berwujud maupun tidak

berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai,

dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen atau pelaku usaha.

6. Unsur jasa

Sesuai Pasal 1 Angka 17, jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi

yang diperdagangkan dalam masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen atau pelaku

usaha.

7. Unsur konsumen

Sesuai Pasal 1 Angka 15, konsumen adalah setiap pemakai dan atau pengguna barang

dan/atau jasa baik untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk kepentingan pihak lain.

8. Unsur pasar bersangkutan

Sesuai Pasal 1 Angka 10, pasar bersangkutan adalah pasar yang berkaitan dengan

jangkauan atau daerah pemasaran tertentu oleh pelaku usaha atas barang dan/atau jasa

yang sama atau sejenis atau subtitusi dari barang dan/atau jasa tersebut.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka 1. Pengertian …...Jadi monopoli adalah tindakan pelaku usaha untuk mendominasi atau menguasai pasar, karena dengan melakukan monopoli pelaku

9. Unsur usaha patungan

Perusahaan patungan adalah sebuah perusahaan yang dibentuk melalui perjanjian oleh dua

pihak atau lebih untuk menjalankan aktivitas ekonomi bersama, dimana para pihak

bersepakat untuk membagi keuntungan dan menanggung kerugian yang dibagi secara

proporsional berdasarkan perjanjian tersebut.

Penetapan harga (price fixing) antara perusahaan yang sedang bersaing di pasar

merupakan salah satu dari bentuk kolusi. Kolusi merujuk pada situasi dimana perusahaan-

perusahaan yang ada di pasar melakukan koordinasi atas tindakan-tindakan mereka yang

bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang lebih tinggi.64 Koordinasi di dalam kolusi

tersebut digunakan untuk menyepakati beberapa hal, diantaranya:

1. Kesepakatan penetapan harga tertentu yang lebih tinggi dari harga yang diperoleh melalui

mekanisme persaingan;

2. Kesepakatan penetapan kuantitas tertentu yang lebih rendah dari kuantitas dalam situasi

persaingan;

3. Kesepakatan pembagian pasar.

3.4. Kasus Penetapan Harga yang Terjadi di Indonesia

Sebelum KPPU memeriksa dan memutus perkara antara PT Yamaha Indonesia Motor

Manufacturing dan PT Astra Honda Motor, sebelumnya KPPU juga sudah memeriksa dan

memutuskan beberapa kasus penetapan harga,65 antara lain :

a) Tarif Angkutan Umum Bus Kota Patas AC

Putusan perkara No.05/KPPU-I/2003 KPPU menduga bahwa Dewan Pimpinan Daerah

Organda wilayah Jakarta melakukan penetapan tarif Bus Kota Patas AC sebesar Rp.

64 www.kppu.go.id/docs/Pedoman/draf%20pedoman%20pasal%205.010611.pdf, h. 4-11, diakses tanggal

9 Desember 2018, pukul 22.59 WIB. 65 http://bplawyers.co.id. Posted 24 Februari 2017 (diakses pada 20 November 2018, pukul 11.00).

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka 1. Pengertian …...Jadi monopoli adalah tindakan pelaku usaha untuk mendominasi atau menguasai pasar, karena dengan melakukan monopoli pelaku

3.300,00 (tiga ribu tiga ratus rupiah). Tindakan tersebut diawali dengan mengajukan

permohonan kepada Gubernur DKI Jakarta. Setelah melalui proses pembahasan akhirnya

Pemerintah Daerah menyetujui kenaikan tarif dari Rp. 2.500,00 (dua ribu lima ratus

rupiah) menjadi Rp. 3.300 (tiga ribu tiga ratus rupiah) per penumpang, melalui surat

Nomor:2640/-1.811.33 pada tanggal 4 September 2001 tentang Penyesuaian tarif

angkutan. Berdasarkan surat Gubernur ini, Organda menerbitkan surat keputusan Nomor:

SKEP-115/DPD/IX/2001 pada tanggal 5 September 2001 tentang Penyesuaian Tarif

Angkutan Umum Bus Kota Patas AC wilayah Jakarta.

b) Tarif dan Kuota Pelayaran Jalur Surabaya-Makasar

Perkara No.03/KPPU-I/2003 berawal dari adanya kesepakatan yang dilatar belakangi

“banting-bantingan” harga antara perusahaan pelayaran yang melayani jalur Surabaya-

Makasar dibuat pada tanggal 23 Desember 2002 ditandatangani oleh 7 (tujuh) perusahaan

pelayaran. Perjanjian itu juga mengatur mekanisme denda jika terjadi kelebihan kuota,

apabila perusahaan tidak membayar denda maka tidak akan mendapatkan pelayanan

fasilitas dari Pelindo IV cabang Makasar.

c) Penetapan Layanan SMS (Short Message Service)

Putusan perkara No.26/KPPU-L/2007 ini bermula dari laporan adanya penetapan harga

SMS off-net. Pelanggaran dilakukan pada periode 2004 sampai dengan 1 April 2008.

KPPU menemukan bukti adanya klausula perjanjian kerja sama (PKS) Interkoneksi yang

menyatakan harga layanan SMS off-net berkisar pada Rp. 250,00 (dua ratus lima puluh

rupiah) – Rp. 350,00 (tiga ratus lima puluh rupiah). Dampaknya kerugian konsumen

setidak-tidaknya sebesar Rp. 2,8 Triliun. Dalam putusan KPPU, enam operator

telekomunikasi dijatuhi denda berkisar Rp. 4 Miliar sampai dengan Rp. 25 Miliar.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka 1. Pengertian …...Jadi monopoli adalah tindakan pelaku usaha untuk mendominasi atau menguasai pasar, karena dengan melakukan monopoli pelaku

d) Penyediaan Jasa Survei Gula Impor

Berdasarkan Putusan perkara No.08/KPPU-I/2005, dari hasil pemeriksaan KPPU terbukti

telah terjadi kesepakatan kerja tentang pelaksanaan verifikasi atau penelusuran teknis

impor gula dengan MOU-01/SP-DRU/IX/2004, No.805.1/DRU-IX/SPMM/ 2004 pada

September 2004.

e) Penjualan Liquefied Petroleum Gas (LPG) wilayah Bandung dan Sumedang

Putusan perkara No.14/KPPU-I/2014 terkait penjualan Liquefied Petroleum Gas

(LPG) di wilayah Bandung dan Sumedang yang dilakukan oleh tujuh belas

perusahaan yang bergerak di bisnis LPG. Mereka terbukti telah membuat

perjanjian secara tertulis dalam bentuk Surat Kesepakatan Harga tanggal 21 Juni

2011, yakni harga yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan untuk produk

Liquefied Petroleum Gas (LPG) tabung ukuran 12 Kg di wilayah Bandung dan

Sumedang pada kurun waktu tahun 2011 sampai dengan 2013.

f) Sepeda Motor Skuter Matic 110 – 125 CC

Pada 2015 KPPU menduga PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing dan PT Astra

Honda Motor melakukan penetapan harga pada sepeda motor jenis skuter matik kelas 110

– 125 CC. Kemudian KPPU memeriksa dan memutuskan bahwa dugaan penetapan harga

tersebut benar terjadi dan dengan denda Rp. 25 Miliar kepada PT Yamaha Indonesia Motor

Manufacturing dan Rp. 22,5 Miliar kepada PT Astra Honda Motor.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka 1. Pengertian …...Jadi monopoli adalah tindakan pelaku usaha untuk mendominasi atau menguasai pasar, karena dengan melakukan monopoli pelaku

Tabel I. Beberapa Kasus Penetapan Harga (Price Fixing) yang Terjadi di Indonesia

No. Perkara No.

putusan Pihak Terkait Uraian Singkat

a. Tarif

Angkutan

Umum Bus

Kota Patas

AC

No.05/

KPPU-

I/2003

1. PT Steady Safe, Tbk

2. PT Mayasari Bakti

3. Perum PPD

4. PT Bianglala Metropolitan

5. PT Pahala Kencana

6. PT AJA Putra

Organda wilayah Jakarta

mengajukan permohonan

kepada Gubernur DKI

untuk menaikkan tarif dari

Rp. 2.500 menjadi Rp.

3.000. dan disetujui.

b. Tarif dan

Kuota

Pelayaran

Jalur

Surabaya-

Makasar

No.03/

KPPU-

I/2003

1. PT Meratus

2. PT Temas

3. PT Djakarta Lloyd

4. PT Jayakusuma

5. PT Samudera Indonesia

6. PT Tanto

7. PT Lumintu

Berawal dari adanya

kesepakatan “banting-

bantingan” harga antara

perusahaan pelayaran jalur

Surabaya-Makasar yang

ditandatangani oleh tujuh

perusahaan pelayaran.

c.

Penetapan

Layanan

SMS (Short

Message

Service)

No.26/

KPPU-

L/2007

1. PT Exelkomindo Pratama

2. PT Telekomunikasi Seluler

3. PT Indosat

4. PT Telkom

5. PT Huchison CP

Telecomunication

6. PT Bakrie Telecom

7. PT Mobile 8 Telecom

8. PT Smart Telecom

9. PT Natrindo Telepon Seluler

Bermula dari laporan

adanya penetapan harga

SMS off-net. Dan KPPU

menemukan bukti adanya

klausula perjanjian kerja

sama yang menyatakan

harga layanan SMS off-net

berkisar antara Rp. 250 –

Rp. 350.

d. Penyediaan

Jasa Survei

Gula Impor

No.08/

KPPU-

I/2005

1. PT Superintending Company

of Indonesia (Persero)

2. PT Surveyor Indonesia

(Persero)

Adanya kesepakatan kerja

tentang pelaksanaan

verifikasi teknis impor

gula pada September 2004.

e. Penjualan

Liquefied

Petroleum

Gas (LPG)

wilayah

Bandung

dan

Sumedang

No.14/

KPPU-

I/2014

1. PT Limas Raga Inti

2. PT Surya Buana Rahayu

3. PT Sumber Kerang Indah

4. PT Adigas Jaya Pratama

5. PT Tirta Gangga Tama

6. PT Arias Mas

7. Pusat Koperasi Pegawai

Negeri

17 perusahaan yang terkait

penjualan Liquefied

Petroleum Gas (LPG) di

wilayah Bandung dan

Sumedang. Mereka

membuat perjanjian

tertulis dalam bentuk Surat

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka 1. Pengertian …...Jadi monopoli adalah tindakan pelaku usaha untuk mendominasi atau menguasai pasar, karena dengan melakukan monopoli pelaku

8. KOPKAR PGN

9. PT Kurnia Sari Rahayu

10. PT Sinarbakti Abadigas

11. PT Baragas Nasional

12. PT INAHOVTRACO

13. PT Lembang Abadi Indah

14. PT Sawitto Indah Berkah

15. PT Guna Bumi Utama

16. PT Griya Putra Anugrah

17. PT Api Gas Nasional

Kesepakatan Harga

tanggal 21 Juni 2011.

Dari perkara-perkara price fixing sebagaimana diuraikan diatas, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa setelah adanya Undang-Undang Anti Monopoli penetapan harga masih saja

banyak terjadi, karena perkara-perkara tersebut terjadi pada tahun 2000-an walaupun

sebelumnya price fixing sudah banyak terjadi di Indonesia. Sehingga pada tahun 1999

dibentuklah Undang-Undang Anti Monopoli supaya price fixing yang merupakan bagian dari

persaingan usaha tidak sehat dapat diatasi dan persaingan usaha dapat lebih efisien. Namun,

dalam kenyataannya persaingan usaha tidak sehat masih saja terjadi, seperti perkara antara PT

Yamaha Indonesia Motor Manufacturing dan PT Astra Honda Motor yang baru terjadi pada

tahun 2014.

Menurut penulis jika disimpulkan dari contoh-contoh diatas kata kunci terjadinya

penetapan harga adalah adanya kesepakatan antara pelaku usaha dan pelaku usaha pesaing

untuk melakukan tujuan yang sama. Proses terjadinya kesepakatan terjadi melalui tiga hal yaitu

penawaran, penerimaan, dan kesepakatan. Dengan adanya kerjasama tersebut maka perilaku

persaingan menjadi hilang. Hal yang terjadi dari lima perkara diatas adalah sama-sama

menaikkan harga jual supaya mendapatkan keuntungan yang lebih besar, sama halnya dengan

PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing dan PT Astra Honda Motor.

Adanya kesepakatan yang dilakukan pelaku usaha dan pelaku usaha pesaing tersebut

terjadi melalui perjanjian, namun ada dua jenis perjanjian yaitu tertulis dan tidak tertulis atau

lisan. Dalam penyelidikan perkara penetapan harga, perjanjian tidak tertulis akan mempersulit

proses pembuktian. Karena tujuannya adalah supaya pihak penyidik tidak mengetahui adanya

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka 1. Pengertian …...Jadi monopoli adalah tindakan pelaku usaha untuk mendominasi atau menguasai pasar, karena dengan melakukan monopoli pelaku

bukti penetapan harga. Akibat-akibat dari tindakan-tindakan tersebut adalah kerugian dari

pihak konsumen. Karena harga yang seragam tentu akan menghilangkan persaingan dan

konsumen harus membayar barang dan/atau jasa dengan harga yang relatif tinggi.

4. Pendekatan Hukum Persaingan Usaha

Pendekatan hukum persaingan usaha yaitu per se illegal dan rule of reason telah lama

diterapkan. Awal mulanya, pendekatan ini tercantum dalam Sherman Act 1980 yaitu Undang-

Undang Antimonopoli Amerika Serikat. Pada 1899, per se illegal diterapkan pertama kali oleh

Mahkamah Agung Amerika Serikat. Dan pada tahun 1911, rule of reason diterapkan pertama

kali dalam putusan beberapa kasus antitrust.

Tabel II. Sifat Pelarangan Tindakan Anti Monopoli dan Persaingan Curang.66

No. Pendekatan Jenis Perjanjian Pasal

1. Per Se Penetapan harga

Perjanjian tertutup

Persekongkolan

Posisi dominan

Jabatan rangkap

5 ayat (1), 6

15

24

25

26

2. Rule of Reason Oligopoli

Pembagian wilayah

Kartel

Trust

Oligopsoni

Monopoli

Monopsoni

Penguasaan pasar

Predatory pricing

Jabatan rangkap

Penggabungan, peleburan, dan

pengambilalihan

4

9

11

12

13

17

18

19

20

26

28

66 Mustafa Kamal Rokan, Op. cit., h. 80.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka 1. Pengertian …...Jadi monopoli adalah tindakan pelaku usaha untuk mendominasi atau menguasai pasar, karena dengan melakukan monopoli pelaku

4.1. Pendekatan Per Se

Pendekatan per se atau disebut juga per se illegal, per se rules, per se doctrine, dan juga

per se violation.67 Jenis perilaku yang digolongkan sebagai per se illegal adalah perilaku dalam

dunia usaha yang bersifat anti persaingan dan hampir tidak pernah membawa manfaat sosial.

Larangan-larangan yang bersifat per se illegal adalah larangan yang bersifat jelas, tegas,

dan mutlak dalam rangka memberi kepastian bagi para pelaku usaha. Larangan ini bersifat

tegas dan mutlak karena disebabkan perilaku yang sangat mungkin merusak persaingan

sehingga tidak perlu lagi melakukan pembuktian akibat perbuatan tersebut, karena tindakan

yang dilakukan bertentangan dengan hukum.68

Perdekatan per se illegal harus memenuhi dua syarat, yaitu : pertama, harus ditujukan

lebih kepada “pelaku bisnis” daripada situasi pasar, karena keputusan melawan hukum

dijatuhkan tanpa disertai pemeriksaan lebih lanjut, misalnya mengenai akibat dan hal-hal

melingkupinya. Hal ini adil jika perbuatan ilegal tersebut dilakukan sengaja oleh perusahaan.

Kedua, adanya identifikasi secara cepat dan mudah mengenai praktik atau batasan perilaku

yang terlarang (baik di pasar maupun dalam proses pengadilan).69

Pendekatan per se illegal dalam setiap tempat tidaklah sama, hal ini karena perbedaan

dalam menimbang kepatutan, keadilan dan kepastian dalam hukum, serta melihat manfaat bagi

masyarakat. Kelebihan dari pendekatan per se illegal70 adalah sebagai berikut :

67 Henry Campbell Black, Black Law Dictionary, Definition of the Term and Phrase and Phrase of

American and English Yurisprudence, Ancient and Modern, West Publishing CO, St. Minnesota, 1990, dan

Daniel V Davidson, et all, Comprehensive Business Law, Principles and Cases, Kent Publishing Company, 1987. 68 Mustafa Kamal Rokan, Op. cit., h. 72. 69 A.M. Tri Anggraini, Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Pascasarjana UI,

Jakarta, 2003, h. 92-93. 70 Mustafa Kamal Rokan, Op. cit., h. 74.

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka 1. Pengertian …...Jadi monopoli adalah tindakan pelaku usaha untuk mendominasi atau menguasai pasar, karena dengan melakukan monopoli pelaku

a. Terjadinya kepastian hukum terhadap persoalan hukum antimonopoli. Ketika penetapan

harga (price fixing), boycott, horizontal market division, dan tying arrangement dilakukan

oleh pelaku usaha maka hakim dapat menggunakan pendekatan ini secara langsung.

b. Jika perbuatan yang dilakukan hampir pasti merusak dan merugikan persaingan maka tidak

perlu melakukan pembuktian lagi, karena memakan waktu dan juga biaya.

c. Lebih memudahkan hakim memutuskan perkara persaingan usaha.

Disamping adanya kelebihan-kelebihan tersebut pendekatan per se illegal juga

mempunyai kekurangan, yaitu jika pendekatan per se illegal diterapkan secara berlebihan maka

dapat menjangkau perbuatan yang mungkin tidak merugikan atau bahkan mendorong

persaingan menjadi salah secara hukum. Sebab, pendekatan ini tidak selalu akurat

menghasilkan pandangan apakah suatu tindakan pelaku usaha benar tidak efisien dan

merugikan konsumen.71

4.2. Pendekatan Rule of Law

Rule of reason adalah pendekatan yang diterapkan terhadap tindakan-tindakan yang tidak

bisa secara mudah dilihat ilegalitasnya tanpa menganalisis akibat tindakan itu terhadap kondisi

persaingan. Dalam rule of reason pengadilan disyaratkan untuk mempertimbangkan faktor-

faktor seperti latar belakang dilakukannya tindakan, alasan bisnis di balik tindakan itu, serta

posisi si pelaku tindakan dalam industri tertentu. Setelah mempertimbangkan faktor tersebut

barulah dapat ditentukan apakah suatu tindakan bersifat ilegal atau tidak.72

Asril Sitompul mendefinisikan rule of reason adalah suatu pendekatan dengan

menggunakan pertimbangan akan akibat suatu perbuatan, apakah mengakibatkan praktek

monopoli dan akan menimbulkan kerugian dipihak lain. Sedangkan Susanti mendefinisikan

71 Ibid., h. 74. 72 Roger E. Meiners, Op. cit., h. 403.

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka 1. Pengertian …...Jadi monopoli adalah tindakan pelaku usaha untuk mendominasi atau menguasai pasar, karena dengan melakukan monopoli pelaku

rule of reason adalah pertimbangan yang digunakan untuk menentukan suatu perbuatan yang

dituduhkan melanggar hukum persaingan dimana penggugat dapat menunjukkan akibat-akibat

yang menghambat persaingan, atau kerugian nyata terhadap persaingan. Dari dua definisi

tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa rule of reason merupakan (a) suatu pertimbangan

hakim untuk menentukan apakah suatu perbuatan tertentu melanggar hukum persaingan atau

tidak, (b) prinsip yang akan digunakan untuk menentukan perbuatan tertentu melanggar atau

tidak didasarkan pada akibat yang muncul dari perbuatan yaitu menghambat persaingan atau

melahirkan kerugian pada pelaku usaha lain.73

Pendekatan ini memungkinkan pengadilan untuk melakukan interpretasi terhadap

Undang-Undang karena mempertimbangkan faktor-faktor dari tindakan yang dilakukan pelaku

usaha.

Gambar I. perbedaan atara pendekatan per se illegal dan rule of reason74

Per Se Illegal

TINDAKAN TERBUKTI ILEGAL

Rule of Reason

TINDAKAN TERBUKTI FAKTOR-FAKTOR LAIN

UNREASONABLE REASONABLE

73 Yakub Adi Krisanto, Prinsip Rule of reason Dan Per Se Rule Dalam Hukum Persaingan Indonesia,

http://yakubadikrisanto.wordpress.com/2008/06/03/prinsip-rule-of-reason-dan-per-se-illegal, dipublikasikan

tanggal 3 Juni 2008, diakses tanggal 27 November 2018, pukul 22.11 WIB. 74 Arie Siswanto, Op. cit., h. 66.

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka 1. Pengertian …...Jadi monopoli adalah tindakan pelaku usaha untuk mendominasi atau menguasai pasar, karena dengan melakukan monopoli pelaku

ILEGAL LEGAL

4.3. Pendekatan dalam Penetapan Harga (Price Fixing)

Secara umum, hukum anti monopoli dan persaingan usaha tidak sehat di berbagai negara

menetapkan perbuatan yang termasuk dalam per se illegal dalam dua hal, yakni75 :

1. Penetapan harga secara horizontal (horizontal price fixing)

Penetapan harga secara horizontal adalah penetapan harga yang dilakukan pelaku usaha

yang memproduksi atau menjual produk atau jasa yang sama baik dalam menaikkan harga,

mengatur, mematok harga dari barang-barang atau jasa. Umumnya, penjual yang

melakukan perjanjian penetapan harga, meskipun pembeli juga dapat menetapkan harga

dari barang dan/atau jasa yang dibeli.

2. Perjanjian yang bersifat eksklusif atau memboikot pihak ketiga (group boycotts or

exclusionary crovisions)

Pemboikotan terjadi jika dua atau lebih pelaku usaha dari suatu bagian tertentu

mengadakan perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk tidak menyediakan barang

dan/atau jasanya kepada pelaku usaha tertentu.

Pelanggaran Pasal 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat menggunakan pendekatan per se illegal yang

merupakan pendekatan yang secara alamiah dilarang tanpa perlu dikaitkan dengan dampak

kegiatan para pesaing tersebut, karena pada dasarnya memang menimbulkan persaingan usaha

tidak sehat.76

75 Hukum Persaingan Usaha Amerika Serikat yang validitasnya dapat bertentangan dengan Pasal 1

Sherman Act, atau Pasal 7 Clayton Act. Persaingan Usaha dan Hukum yang Mengaturnya, Elips, Jakarta, 1999,

h. 72-73. 76 Rilda Murniati, Hukum Persaingan Usaha: Kajian Teoritis Menciptakan Persaingan Sehat dalam

Usaha, Penerbit Justice Publisher, Lampung, 2013, h. 78.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka 1. Pengertian …...Jadi monopoli adalah tindakan pelaku usaha untuk mendominasi atau menguasai pasar, karena dengan melakukan monopoli pelaku

Perdekatan per se illegal harus memenuhi dua syarat, yaitu : pertama, harus ditujukan

lebih kepada pelaku bisnis daripada situasi pasar, karena keputusan melawan hukum dijatuhkan

tanpa disertai pemeriksaan lebih lanjut, misalnya mengenai akibat dan hal-hal melingkupinya.

Hal ini adil jika perbuatan ilegal tersebut dilakukan sengaja oleh perusahaan. Kedua, adanya

identifikasi secara cepat dan mudah mengenai praktik atau batasan perilaku yang terlarang

(baik di pasar maupun dalam proses pengadilan).77

Larangan per se illegal adalah larangan yang bersifat jelas, tegas, dan mutlak. Per se

illegal merupakan sebuah pendekatan yang diterapkan dalam suatu perjanjian atau kegiatan

usaha dilarang karena dampak dari perjanjian tersebut dianggap pasti mengurangi atau

menghilangkan persaingan. Sedangkan rule of reason diterapkan lebih kepada tindakan-

tindakan yang berpotensi memiliki dampak negatif terhadap persaingan.

77 A.M. Tri Anggraini, Op. cit., h. 92-93.