bab ii kajian pustaka - sunan ampeldigilib.uinsby.ac.id/11041/7/bab2.pdf · 2015. 4. 20. ·...
TRANSCRIPT
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Perkembangan Anak
1. Perkembangan Masa Anak Sekolah
Masa anak-anak dimulai setelah melewati masa bayi yang
penuh ketergantungan, yakni usia kira-kira dua tahun sampai saat anak
matang secara seksual, yakni kira-kira usia tigabelas tahun untuk
wanita dan empatbelas tahun untuk laki-laki. Selama periode ini (kira-
kira sebelas tahun bagi wanita dan duabelas tahun bagi laki-laki)
terjadi sejumlah perubahan yang signifikan, baik secara fisik maupun
psikologis. Sejumlah ahli membagi masa anak-anak menjadi dua,
yaitu masa anak-anak awal dan masa anak-anak akhir. Masa anank-
anak awal berlangsung dari umur dua tahun sampai enam tahun, dan
masa anak-anak akhir dari usia enam tahun sampai anak matang secara
seksual (Hurlock, 1990).
Permulaan masa pertengahan dan akhir masa anak-anak ini
ditandai dengan masuknya anak ke kelas satu sekolah dasar. Bagi
sebagian besar anak, hal ini merupakan perubahan besar dalam pola
kehidupannya. Sebab, masuk kelas satu merupakan peristiwa penting
bagi anak yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan dalam
sikap, nilai, dan perilaku (Desmita, 2008). Pada awal dan akhirnya,
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
15
masa akhir anak-anak ditandai oleh kondisi yang sangat
mempengaruhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial anak.
Dalam perkembangan ini anak tetap memerlukan penambahan
pengetahuan melalui belajar. Belajar secara sistematis di sekolah dan
mengembangkan sikap, kebiasaan dalam keluarga. Anak perlu
memperoleh perhatian dan pujian perilaku bila prestasi-prestasinya
yang baik, di rumah maupun sekolah. Anak tetap memerlukan
pengarahan dan pengawasan dari guru dan orang tua untuk
memunculkan kebiasaan-kebiasaa yang baik dan ketrampilan-
ketrampilan baru. Pengawasan yang terlalu ketat atau persyaratan yang
terlalu luas bisa berakibat kurangnya inisiatif untuk mengembangkan
kemampuan-kemampuannya. Terlebih lagi, apabila anak terlalu ketat
dibatasi ruang geraknya ia tidak akan bisa mengembangkan dirinya.
2. Perkembangan Agama Pada Anak
Menurut penelitian Ernest Harms (dalam Jalaluddin: 2004)
perkembangan agama anak-anak itu melalui beberapa fase (tingkatan).
Dalam bukunya The Development of Religious on Childern, ia
mengatakan bahwa perkembangan agama pada anak-anak itu melalui
tiga tingkatan, yaitu:
a) The Fairy Tale Stage (Tingkat Dongeng)
Tingkatan ini dimulai pada anak yang berusia 3 – 6 tahun. Pada
tingkat ini konsep mengenai Tuhan lebih banyak dipengaruhi
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
16
oleh fantasi dan emosi. Pada tingkat perkembangan ini anak
menghayati konsep ke-Tuhanan sesuai dengan tingkat
perkembangan intelektualnya. Kehidupan masa ini masih
banyak dipengaruhi kehidupan fantasi, hingga menanggapi
agama pun anak masih menggunakan konsep fantasi yang
diliputi oleh dongeng-dongeng yang kurang masuk akal. Cerita
akan Nabi akan dikhayalkan seperti yang ada dalam dongeng-
dongeng. Pada usia ini, perhatian anak lebih tertuju pada para
pemuka agama dari pada isi ajarannya dan cerita akan lebih
menarik jika berhubungan dengan masa anak-anak karena
sesuai dengan jiwa kekanak-kanakannya.
b) The Realistic Stage (Tingkat Kenyataan)
Tingkat ini dimulai sejak anak masuk Sekolah Dasar ke usia
adolesense. Pada masa ini, ide ke-Tuhanan anak sudah
mencerminkan konsep-konsep yang berdasarkan pada
kenyataan (realitas). Konsep ini timbul melalui lembaga-
lembaga keagamaan dan pengajaran agama dari orang dewasa
lainnya. Pada masa ini ide keagamaan anak didasarkan atas
dorongan emosional, sehingga mereka dapat melahirkan
konsep Tuhan yang formalitas. Berdasarkan hal itu, maka pada
masa ini anak-anak tertarik dan senang pada lembaga
keagamaan yang mereka lihat dikelola oleh orang dewasa
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
17
dalam lingkungan mereka. Segala bentuk tindak (amal)
keagamaan mereka ikuti dan pelajari dengan penuh minat.
Pada tahap ini teradapat satu hal yang perlu digaris bawahi
bahwa anak pada usia enam atau tujuh tahun dipandang sebagai
permulaan pertumbuhan logis, sehingga wajarlah bila anak
harus diberi pelajaran dan dibiasakan melakukan shalat pada
usia dini dan mendapatkan hukuman bila melanggarnya. Pada
masa ini lah yang dialami oleh anak sekolah dasar, seperti
tahapan yang sedang atau telah dilewati murid SD SAIMS. Di
sekolah anak-anak mendapatkan fasilitas sekolah yang
memberikan nilai keagamaan pada setiap pelajaran yang
dilewati setiap harinya. Membuat anak tertarik dengan
diberikan kesempatan secara langsung sesuai perkembangan
anak sekolah dasar yaitu The Realistic Stage, memberikan
contoh langsung tentang ciptaan Allah Semesta Alam ini,
contohnya bermacam-macam hewan dan tumbuhan yang ada di
alam sekitar, agar membuat anak semakin memiliki pegangan
agama yang kuat.
c) Individual Stage (Tingkat Individu)
Pada tingkat ini anak akan memiliki kepekaan emosi yang
paling tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka.
Konsep keagamaan yang individualistis terbagi atas tiga
golongan, yaitu:
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
18
1) Konsep ke-Tuhanan yang konvensioanl dan konservatif
dengan dipengaruhi sebagian kecil fantasi. Hal tersebut
disebabkan oleh pengaruh luar.
2) Konsep ke-Tuhanna yang lebih murni yang dinyatakan
dalam pandangan yang bersifat personal (perorangan).
3) Konsep ke-Tuhanna yang humanistik. Agama telah menjadi
etos humanis pada diri mereka dalam menghayati ajaran
agama. Perubahan ini setiap tingkatan dipengaruhi oleh
intern, yaitu perkembangan usia dan faktor ekstern berupa
pengaruh luar yang dialaminya.
Manusia adalah makhluk beragama. Namun keberagamaan
tersebut memerlukan bimbingan agar dapat tumbuh dan berkembang
secara benar. Untuk itu anak-anak memerlukan tuntunan dan
bimbingan, sejalan dengan tahap perkembangan yang mereka alami.
Pendidikan agama di lembaga pendidikan bagaimanapun akan
memberi pengaruh bagi pembentukan jiwa keagamaan pada anak.
Namun demikian, besar kecilnya pengaruh tersebut sangat bergantung
pada berbagai faktor yang dapat memotivasi anak untuk memahami
nilai-nilai agama.
Pada tahap usia 6 tahun – 12 tahun, anak sudah memasuki
sekolah, yang berarti bahwa lingkungan kehidupan anak juga
bertambah luas. Anak mulai mengenal adanya kelompok sosial yang
lain disamping keluarganya. Seperti lingkungan sekolah adalah salah
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
19
satu contohnya. Baik anak laki-laki maupun perempuan, belajar untuk
bertingkah laku sesuai dengan apa yang diharapkan kelompoknya.
Karena itu nilai-nilai atau kaidah-kaidah moral sebagian besar lebih
ditentukan oleh norma-norma yang terdapat dilingkungan
kelompoknya.
Dalam hal ini, anak pada masa sekolah menghabiskan sebagain
besar waktunya di sekolah. Jika ketika berada di lingkungan sekolah
dapat menimbulkan nilai keagamaan yang akhirnya akan berpengaruh
pada perilaku anak didik. Mereka dapat mengetahui norma dan nilai
yang ada di lingkungan masyarakat yang akan dihadapinya pada
tahapan perkembangan berikutnya.
Pengaruh kelembagaan pendidikan dalam membentuk jiwa
keagamaan pada anak sangat bergantung pada kemampuan para
pendidik atau guru untuk menimbulkan rasa keingintahuan pada anak.
Agar anak bisa memberikan perhatian secara penuh pada materi yang
diberikan oleh guru dengan belajar melalui Flora dan Fauna akan
membuat anak tertarik karena dapat secara langsung melihat dan
merasakan transef pembelajaran guru yang menimbulkan kepahaman
(mengerti) materi yang disampaikan. Sikap pengajar yang
mencerminkan ajaran keagamaan yang telah diberikan dan sejalan
dengan nilai kehidupan sehingga menimbulkan rasa penerimaan.
Karena anak Sekolah Dasar sudah memiliki perkembangan
tingkat kenyataan (realistis), maka jika dalam suatu lembaga sekolah
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
20
mencoba mengenalkan dengan cara yang baik atau menarik, bisa
menimbulkan rasa keingintahuan yang besar bagi anak tentang agama
yang bersumber dari pengetahuan yang ada di Flora dan Fauna.
3. Timbulnya Rasa Keagamaan pada Anak
Mengenal arah dan kualitas perkembanagan beragama anak
sangat tergantung kepada proses pembinaan dan pendidikan yang
diterimanya maupun lingkungan pergaulan serta pengalaman hidup
yang dilaluinya.
Hal ini sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Nabi
Muhammad: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, hanya
karena orang tuanyalah, anak itu menjadi Yahudi, Nasrani atau
Majusi.” Hadis ini mengisyaratkan bahwa faktor lingkungan dan
pendidikan terutama orang tua, sangat berperan dalam mempengaruhi
perkembangan fitrah keberagamaan anak.
Yang dimaksud masa anak-anak adalah sebelum berumur 12
tahun. Jika mengikuti periodesasi yang dirumuskan Elizabeth B.
Hurlock, dalam masa ini terdiri dari tiga tahapan :
a) 0-2 tahun (masa vital)
b) 2-6 tahun (masa kanak-kanak)
c) 6-12 tahun (masa sekolah)
Tanda-tanda keagamaan pada diri anak tumbuh terjalin secara
integral dengan perkembangan fungsi-funsi kejiwaan lainnya,
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
21
(Jalaludin, 2004) mengemukakan beberapa teori mengenai
pertumbuhan agama pada anak antara lain :
1) Rasa Ketergantungan (Sense of Dependent)
Teori ini dikemukakan oleh Thomas melalui teori Four
Wishes-nya. Menurut Thomas, manusia dilahirkan ke dunia ini
memiliki empat keinginan yaitu : keinginan untuk perlindungan
(security), keinginan akan pengalaman baru (new experience),
keinginan untuk mendapat tanggapan (response), dan
keinginan untuk dikenal (recognation). Berdasarkan kenyataan
dan kerja sama dari keempat keinginan itu, sejak dilahirkan
bayi hidup dalam ketergantungan, kemudian dia melampaui
pengalaman-pengalaman yang diterimanya dari lingkungan dan
akhirnya terbentuklah rasa keagamaan pada dirinya.
2) Instink Keagamaan
Menurut Woodworth (dalam Baharudin dan Mulyono,
2008), bayi yang dilahirkan sudah memiliki beberapa instink,
diantaranya instink keagamaan. Belum tampaknya tindak
keagamaan pada diri anak karena beberapa fungsi kejiwaan
yang menopang kematangan belum berfungsi sempurna.
Sebagai contoh, instink sosial pada anak yang merupakan
potensi bawaannya sebagai makhluk homo socius, baru akan
berfungsi setelah anak dapat bergaul dan berkemampuan uttuk
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
22
berkomunikasi. Jadi, instink sosial bergantung pada
kematangan fungsi lainnya. Demikian pula, instink keagamaan.
Hal ini lah yang ingin ditumbuhkan pada anak, dengan
pengenalan sosial langsung melibatkan anak, akan berpikir bahwa
mereka (Flora dan Fauna) adalah bagian dari kehidupan yang ada,
dengan memberikan pengertian semua alam semesta ini adalah satu
yang menciptakan yaitu Allah.
Disamping lingkungan rumah dan teman sebaya, sekolah juga
mempunyai pengaruh yang penting bagi perkembangan selama masa
pertengahan dan akhir anak-anak. Menurut Seifer dan Hoffnung
(dalam Desmita, 2008), sekolah mempengaruhi perkembangan anak
melalui dua kurikulum, yaitu academic curriculum dan hidden
curriculum. Academic curriculum meliputi sejumlah kewajiban yang
diharapkan dikuasi oleh anak. Ia membantu anak memperoleh
pengetahuan akademis dan kemampuan itelektual untuk keberhasilan
berpartisipasi dengan masyarakat. Hidden curriculum meliputi
sejumlah, norma, harapan, dan penghargaan yang implisit untuk
dipikirkan dan dilaksanakan dengan cara-cara tertentu yang
disampaikan melalui hubungan sosial sekolah dan otoritas, khususnya
yang berkenaan dengan peran sosial guru-siswa dan perilaku yang
diharapkan oleh masyarakat.
Pendidikan agama di sekolah dasar merupakan dasar bagi
pembinaan sikap positif terhadap agama dan pembentukan kepribadian
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
23
dan akhlak anak. Apabila berhasil, maka pengembangan sikap
keagamaan pada masa remaja akan mudah, karena anak telah
mempunyai pegangan atau bekal dalam menghadapi berbagai
goncangan yang biasa terjadi pada masa remaja.
Ketika anak masuk SD, dalam jiwnya ia telah membawa bekal
rasa agama yang terdapat dalam kepribadiannya, dari orang tuannya
dan gurunya di TK. Jika pendidikan agama yang diterimanya sejalan
dan serasi dengan apa yang diterimanya dari guru TK, maka ia masuk
SD telah membawa dasar agama yang kuat. Periode ini merupakan
masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan periode
sebelumnya. Kualitas keagamaan anak akan sangat dipengaruhi oleh
proses pembentukan atau pendidikan yang diterimanya. Berkaitan
dengan hal tersebut pendidikan agama di sekolah dasar mempunyai
peranan yang sangat penting.
4. Perkembangan Moral pada Anak
J. Piaget dan L. Kohlberg (dalam D. Gunarsa Singgih, dan
Yulia Singgih, 2001) mengatakan bahwa perkembangan moral seorang
anak sejalan dengan perkembangan aspek kognitifnya. Dengan makin
bertambahnya tingkat pengertian anak, makin banyak pula nilai-nilai
moral yang dapat ditangkap dan dimengerti oleh anak.
Apabila awal masa kanak-kanak akan berakhir, konsep moral
anak tidak lagi sesempit dan sekhusus sebelumnya. Anak yang lebih
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
24
besar lambat laun memperluas konsep sosial sehingga mencakup
situasi apa saja, lebih daripada hanya situasi khusus. Disamping itu,
anak yang lebih besar menemukan bahwa kelompok sosial terlibat
dalam berbagai tingkat kesungguhan pada berbagai macam perbuatan.
Pengetahuan ini kemudian digabungkan dalam konsep moral.
Perkembangan moral masa anak sekolah menurut L.Kohlberg
(dalam Singgih & Ny. S., 2001: 18) sebagai berikut:
a) Tingkat Pra Konvensional
1) Tahap pertama (umur 0 - 6)
Orientasi pada hukuman dan kepatuhan, ketaatan.
Hukuman fisik terhadap suatu perbuatan dipakai
oleh anak untuk menentukan apakah suatu
perbuatan baik atau buruk. Perbuatan baik oleh anak
dirumuskan sebagai perbuatan yang tidak akan
mengakibatkan hukuman baginya. Pada tahap ini,
menghindari hukuman dan kepatuhan terhadap
otoritas yang berkuasa akan dinilai positif oleh
anak.
2) Tahap kedua (umur sekitar 10 tahun)
Orientasi instrumental yang relatif.
Anak hanya mengharap, mencari hadiah yang nyata.
Perbuatan yang benar merupakan perbuatan yang
memuaskan kebutuhannya. Hubungan timbal balik
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
25
sangat ditekankan, saya dipukul, saya akan
membalas dipukul.
b) Tingkat Konvensional
3) Tahap ketiga (sekitar 13 tahun)
Orientasi penyesuainan antar pribadi.
Perbuatan baik adalah perbuatan yang disenangi dan
diterima baik oleh orang tua, guru, teman sebaya,
tetangga, atau teman sejawat. Tekanan diletakkan
atas kesesuaian menjadi untuk anak baik. Takut
dibicarakan orang lain. Pada tahap ini anak sudah
mencapai tingkat kognitif yang lebih tinggi
sehingga sudah dapat mengambil tempat orang lain,
mengerti pandangan orang lain dan apa yang dapat
menyenangkan orang lain.
Menurut Piaget (dalam Elizabet B. Hurlock, 1990: 163), antara
usia enam dan dua belas tahun konsep anak mengenai keadilan sudah
berubah. Pengertian yang kaku dan keras tentang benar dan salah, yang
dipelajari dari orang tua, menjadi berubah dan anak mulai
memperhitungkan keadaan-keadaan khusus di sekitar pelanggaran
moral. Jadi menurut Piaget, relativisme moral menggantikan moral
yang kaku. Misalnya, bagi anak lima tahun, berbohong selalu buruk,
sedangkan anak yang lebih besar sadar bahwa dalam beberapa situasi,
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
26
berbohong dibenarkan, dan oleh karena itu berbohong tidak selalu
buruk.
Kohlberg memperluas teori Piaget dan menamakan tingkat
kedua dari perkembangan moral akhir masa kanak-kanak sebagai
tingkat moralitas konvensional atau moralitas dari aturan-aturan dan
penyesuaian konvensional. Dalam tahap pertama dari tingkat ini yang
oleh Kohlberg disebut moralitas anak baik, anak mengikuti peraturan
untuk mengambil hati orang lain dan untuk mempertahankan
hubungan-hubungan yang baik. Dalam tahap kedua, Kohlberg
mengatakan bahwa kalau kelompok sosial menerima peratura-
peraturan yang sesuai bagi semua anggota kelompok, ia harus
menyesuaikan diri dengan peraturan untuk menghindari penolakan
kelompok dan celaan.
5. Perkembangan Kognitif Anak
Seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, kemapuan
kognitifnya turut mengalami perkembangan yang pesat. Karena
dengan masuk sekolah, berarti dunia dan minat anak bertambah luas.
Dengan meluasnya minat maka bertambah pula pengertian tentang
manusia dan objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak.
Dalam keadaan normal, pikiran anak usia sekolah berkembang
secara berangsur-angsur. Kalau pada masa sebelumnya daya fikir anak
masih bersifat imajinatif dan egosentris maka pada masa ini daya pikir
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
27
anak berkembang kearah berpikir kongkrit, rasional dan objektif. Daya
ingatnya menjadi sangat kuat sehingga anak benar-benar berada dalam
suatu stadium belajar.
Di tinjau dari perkembangan kognitif Jean Piaget (dalam Alfi:
2005), anak sekolah dasar memasuki tahap operasi kongkret dalam
berpikir. Suatu masa di mana konsep yang pada awal masa kanak-
kanak merupakan konsep yang samar-samar dan tidak jelas sekarang
menjadi kongkret dan tertentu. Tahap operasi kongkret tetap ditandai
dengan adanya sistem operasi berdasarkan apa-apa yang kelihatan
nyata. Anak masih menerapkan logika berpikir pada barang-barang
yang kongkret, belum bersifat abstrak apalagi hipotesis. Anak masih
kesulitan memecahkan persoalan yang mempunyai banyak variabel.
Akan tetapi, pemikirannya tidak sekabur seperti pada masa
kanak-kanak, melainkan menjadi lebih spesifik dan kongkret. Dari apa
yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep
baru dengan konsep-konsep lama. Di samping itu, ia memperoleh
informasi dan arti baru melalui media massa, terutama film, radio, dan
televisi. Berdasarkan pengalaman-pengalam ini, ia membentuk konsep
tentang angka, ruang, waktu, fungsi badan, hidup dan mati, konsep
tentang dirinya, peran sosial, peran jenis kelamin, moral, keagamaan
dan sebagainnya. Timbullah suatu pemikiran baru dalam anak sekolah
dasar ini.
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
28
Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan
baru, yaitu mengklasifikasikan (mengelompokkan), menyusun atau
mengasosiasikan (menghubungkna atau menghitung) angka-angka atau
bilangan. Kemampuan yang berkaitan dengan perhitungan (angka),
seperti menambah, mengurangi, mengalikan, dan membagi. Di
samping itu, pada akhir masa ini anak sudah memiliki kemampuan
memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana.
Dalam rangka mengembangkan kemampuan-kemampuan
siswa, pihak sekolah dalam hal ini guru-guru seyogyanya memberikan
kesempatan pada siswanya untuk mengemukakan pertanyaan,
memberikan komentar atau pendapatnya tentang materi pelajaran yang
dibacanya atau yang telah dijelaskan oleh guru, membuat karangan,
menyusun laporan atau diskusi kelompok.
B. Pembelajaran
Pembelajaran (Driscoll, 2000; Hill, 2002; Schunk, 2004), biasanya
didefinisikan sebagai perubahan dalam diri seseorang yang disebabkan
oleh pengalaman (Slavin, 2009: 177). Hal tersebut sejalan dengan yang
dipaparkan oleh Corey (2005), pembelajaran adalah suatu proses dimana
lingkungan seseorang secara disengaja untuk memungkinkan ia turut serta
dalam tingkah laku dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon
terhadap situasi tertentu (Ramayulis, 2006: 239)
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
29
Pemaparan dari beberapa tokoh diatas diperjelas lagi dari teori-
teori yang dikemukakan oleh Hamalik (2007), bahwa terdapat tiga
rumusan tentang pembelajaran, yakni 1) Pembelajaran adalah upaya
mengorganisir lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta
didik, 2) Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk
menjadi warga masyarakat yang baik, dan 3) Pembelajaran adalah suatu
proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.
Belajar secara sederhana dikatakan sebagai proses perubahan dari
belum mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu
tertentu. Perubahan yang terjadi bersifat relative menetap dan tidak hanya
terjadi pada perilaku saat ini yang nampak tetapi juga perilaku yang akan
mendatang. perubahan – perubahan yang terjadi tersebut akibat dari
pengalaman.
Belajar merupakan suatu proses, karenanya dalam belajar terdapat
pengalaman (input) yang kemudian diolah bersamaan dengan pengetahuan
(knowledge) yang telah didapat dan kemudian akan menghasilkan
perubahan tingkah laku (behavioural change / output).
Menurut Mc Guire (dalam Djalaludin Ancok, 1994) proses
perubahan sikap dari tak menerima menjadi sikap menerima berlangsung
melalui tiga tahap perubahan sikap. Proses pertama adalah perhatian;
kedua, pemahaman; dan ketiga, penerimaan.
Usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh
perubahan tingkah laku tertentu baik yang dapat diamati secara langsung
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
30
maupun yang tidak dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman
(latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan. Atau dapat dikatakan
bahwa belajar sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan
dalam pengetahuan dan pemahaman, keterampilan serta nilai-nilai dan
sikap.
C. Flora dan Fauna
1. Pengertian Flora dan Fauna
Definisi, flora berasal dari bahasa Latin yaitu Flora, dewi yang
bunga. Flora dapat merujuk kepada sekelompok tanaman, sebuah
penyelidikan dari kelompok tanaman, serta bakteri. Flora adalah akar
kata bunga, yang berarti menyangkut bunga. Fauna dapat merujuk
pada kehidupan hewan atau binatang klasifikasi dari daerah tertentu,
jangka waktu, atau lingkungan. Fauna juga berasal dari bahasa Latin.
Dalam Mitologi Romawi Fauna adalah kakak dari Faunus, roh yang
baik dari hutan dan dataran. (ferrytaryono. (2009, 08 Juni). Pengertian-
flora-fauna. http://wordpress. com /)
Flora dan fauna adalah tanaman dan satwa liar, yang asli liar di
wilayah geografis yang sering disebut sebagai wilayah flora dan fauna.
Kedua-duanya adalah istilah kolektif, merujuk pada kelompok
tanaman atau satwa liar tertentu ke suatu daerah atau suatu periode
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
31
waktu. Misalnya, flora dan fauna yang hangat dapat terdiri dari daerah
tropis ke sedang hangat-tumbuhan dan jenis burung eksotis.
Keanekaragaman hayati merupakan keanekaragaman alam,
yang mencakup keanekaragaman genetik jenis dan ekosistem berikut
varibialitasnya di suatu wilayah (Suripto, 1998). Indonesia dengan
posisi strategisnya merupakan salah satu negara yang kaya akan jenis-
jenis flora dan fauna. Keanekaragaman hayati ini tentu saja merupakan
sumberdaya andalan untuk kehidupan masyarakat Indonesia.
Keanekaragaman hayati tersebut ada yang bersifat terbarukan
misalnya komunitas tumbuhan, hewan, mikroorganisme, jamur dan
lainnya, ada juga yanag bersifat tidak terbarukan seperti air, tanah,
bahan tambang, dan lain sebagainnya.
Banyak manfaat dan fungsi yang terkandung di dalam
keanekaragaman hayati, khususnya flora dan fauna. Jika manusia tidak
menjaga dan melestarikan apa yang ada di alam, dapat dibayangkan
kerugian bagi umat manusia.
Mengingat banyak nilai ekologis yang terkandung dalam flora
dan fauna maka pengelolaan sumberdaya alam ini perlu direncanakan
dengan baik agar kelestariannya tetap terjaga. Namun demikian
memasuki abad ke-20 banyak kerusakan alam dan kemerosotan
keanekaragaman hayati dalam tingkat yang cukup besar yang sebagian
besar disebabkan keteledoran manusia.
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
32
Flora dan Fauna dapat memberikan pengertian tentang Kuasa
Allah Pencipta Alam Semesta, agar umat manusia bisa beriman dan
mempunyai satu agama dan satu Tuhan. Dalam belajar, pengenalan
secara nyata pada objek yang akan dipelajari akan membuat anak
menjadi paham dan tertarik karena mereka diajak untuk langsung pada
materi yang akan diberikan.
Sebagai manusia yang sudah diberikan kenikmatan melalui
alam, baik flora dan fauna yang ada, hendaknya dapat memelihara dan
menjaga apa yang sudah diciptakan oleh Allah. Karena semua ciptaan
Allah di muka bumi ini, tidak ada satu pun yang sia-sia semua
bermanfaat.
Agar Alam ini tidak semakin tergerus dengan kerusakan oleh
tangan manusia yang tidak bertanggung jawab, sebagai generasi
penerusnya adalah anak dan cucu kita. Sedini mungkin mencoba
memberikan pengertian dan pemahaman akan pentingnya alam, flora
dan fauna yang memberikan banyak sumber manfaat bagi manusia
yang hendaknya dijaga dan dilestarikan bukan malah dirusak.
Dalam hal ini, Sekolah Alam merupakan salah satu sekolah
yang memberikan pendidikan anak melalui pendekatan dengan alam
sekitar. Anak didik di sekolah alam diupayakan terhindar dari
verbalisme, yang sekadar tahu namanya, tapi tidak tahu beda dan
kegunaannya. Agar anak-anak di sekolah alam itu mengenal aneka
ragam pohon, di halaman sekolah yang luas ditanami lebih dari 100
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
33
jenis pohon. Murid-murid diberi sejenis “teologi khalifah” bahwa
manusia diturunkan ke bumi ialah ditugaskan Tuhan untuk
memakmurkan bumi. Agar murid-murid mengenal margasatwa,
mereka diantar ke kebun binatang. Ke kebun binatang mereka tidak
sekadar diarahkan sebagai turis, lebih dari itu diberi bekal rasa “ingin
tahu” sebagai calon intelektual.
2. Flora dan Fauna dalam Al-Qur’an
Allah swt, dalam wahyunya tidak membuat statemen saintifik,
tetapi menunjukkan tanda-tanda (ayat-ayat) berupa fenomena alam dan
ciptaanya, jika dipahami secara benar akan mengantarkan pada
kebenaran tertinggi, yaitu Allah swt. Keteraturan fenomena alam,
keajaiban ciptaan serta manfaatnya bagi manusia merupakan pertanda
(ayat) adanya Sang Pencipta yang sudah ditetapkan di dalam al-
Qur’an.
Al-Qur’an mengingatkan manusia untuk memperhatikan alam
“Katakanlah perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi, tidaklah
bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang yang memberi
peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman” (QS. Yunus [10] :
101). Agar mereka mngetahui secara yakin bahwa dibalik semua itu
tentu ada Pencipta yang mengatur segalanya dengan bijaksana. Alam
semesta ini tidak diciprtakan secara main-main dan tidak diciptakan
secara sia-sia, tapi diciptakan dengan sungguh-sungguh untuk tujuan
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
34
yang agung, yaitu untuk mengetahui Allah dengan tanda-tanda
kekuasaan, asma, dan sifat-sifat-Nya.
Al-Qur’an menaruh perhatian yang besar terhadap fenomena
flora dan fauna. Hal ini tercermin dengan banyaknya ayat-ayat al-
Qur’an yang menyebutkan kedua fenomena tersebut, bahkan terdapat
beberapa dari nama surat al-Qur’an yang menggunakan istilah yang
terkait dengan flora dan fauna.
Terkait dengan fauna umpamanya, al-Baqarah, (surat 2) yang
berarti sapi betina, di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi
betina yang diperintahkan Allah pada Bani Israil (ayat 67 sampai
dengan 74). Al-Nahl, (surat 16) yang berarti lebah. Al-An’aam, (surat
6) yang berarti binatang ternak (seperti : unta, sapi, biri-biri dan
kambing). Al-Naml, (surat 27) yang berarti semut. Ayat 18 dan 19
terdapat perkataan al-naml, Allah menyebut binatang semut dalam
surat ini agar manusia mengambil pelajaran dari kehidupan semut itu.
Al- Fiil, (syurat 105) yang berarti gajah. Al-A’diyat, (surat 100) yang
berarti kuda perang berlari kencang). Nama surat yang terkait dengan
flora dan fauna antara lain, al-Tiin, (surat 95) yang berarti buah tin.
Al-Qur’an banyak menyebutkan nama-nama binatang untuk
menciptakan kesadaran manusia tentang keberadaan Allah. Misalnya
tentang ikan (QS. al-A’raaf [7]:163, kuda, keledai (QS. al-Nahl
[16]:8), belalang, kutu, katak (QS. al-Muddatstsir [74]:49-51), burung
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
35
(QS. al-Maaidah [5]:110), babi (QS. al-Baqarah [2]:173), ular (QS. al-
A’raaf [7]:107), dan lainnya.
Hewan merupakan makhluk hidup ciptaan Allah, habitatnya,
cara hidupnya dan perilakunya, ukuran, warna, bentuk yang beragam
penuh dengan keajaiban. Hal ini merupakan bukti konkrit betapa
pentingnya mempelajari dan mendalami fenomena hewan. Misalnya
al-Qur’an menyatakan: “Dan pada penciptaan kamu dan pada
biantang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi)
terdapat tanda-tanda (kekuasaan Alah) untuk kaum yang meyakini.”
(QS. al-Jaatsiyah[45]:4)
Al-Qur’an juga sering kali menyebutkan tentang tumbuh-
tumbuhan, pohon, tanaman dan hal-hal yang terkait dengannya,
umpamanya anggur dan zaitun (QS. al-An’aam [6]:99), sayur-sayuran,
ketimun bawang putih, kacang, bawang merah (QS. al-Baqarah
[2]:61), benih dan biji (QS. al-Baqarah [2]:261), pohon bidara dan
pisang (QS. al-Waaqi’ah [56]:27-30), dan lainya.
Manusia sebagai ciptaan Allah yang terbaik dan diberika
amanah untuk menjadi khalifah-Nya di muka bumi dengan tugasnya
utama untuk memakmurkan bumi. Kewajiban utama manusia terhadap
lingkungannya adalah: al-Intifa’ (mengambil manfaat dan
mendayagunakan sebaik-baiknya), al-Itbar (mengambil pelajaran,
memikirkan, mensyukuri, seraya menggali rahasia-rahasia dibalik alam
ciptaan Allah, al-Islah (memelihara dan menjaga kelestarian alam
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
36
untuk kemaslahatan dan kemakmuran manusia, serta tetap terjaganya
harmoni kehidupan alam ciptaan Allah. (Imron :2008)
Penyebutan flora dan fauna dalam al-Qur’an senantiasa
dikaitkan dengan kekuasaan Allah dan KeEsaa-Nya, menyuruh
manusia untuk merenungkan mengambil hikmah dan manfaanya serta
mensyukuri nikmat yang dianugerahkan Allah.
D. Kerangka Teoritik
Berdasarkan uraian diatas, peneliti dapat membuat landasan
berpikir yang bersumber dari beberapa teori diatas yaitu tingkat
perkembangan pada anak Sekolah Dasar adalah kenyataan (realistis), yang
sangat memiliki ketertarikan pada suatu keadaan yang benar-benar ada
untuk dapat dipahami dan dijelaskan pada anak.
Pengaruh pembentukan jiwa keagamaan pada anak di kelembagaan
pendidikan, barangkali banyak bergantung pada bagaimana perencanaan
pendidikan agama yang diberikan di sekolah.
Dalam pembelajaran yang menerapakan metode melalui Flora dan
Fauna secara langsung, yang bertujuan agar peserta didik dapat menerima
atau menyerap pembelajaran tanpa jenuh. Informasi yang didapat juga bisa
membuat anak tidak cepat lupa dan paham dengan pelajaran yang
diberikan pada saat pelajaran selesai. Penerimaan akan materi yang
diberikan sejalan dengan kehidupan nyata yang memang benar adanya.
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping
37
Berikut peneliti membuat bagan proses dalam pembelajaran di
Sekolah Alam :
Gambar 1. Bagan Kerangka Teoritik
Ketika materi yang diberikan bersangkutan dengan Flora dan
Fauna, maka akan secara tidak langsung memberikan pengertian bahwa
siapakah yang menciptakan Alam Semesta ini. Timbullah sebuah
pertanyaan bahwa dibalik semua ada suatu Dzat yang berkuasa atas dunia,
manusia beserta isinya.
Suatu pembelajaran inilah yang memberikan ruang secara langsung
terhadap anak untuk mengerti dan membuktikan bahwa ciptaan Allah
sekecil apapun adalah nyata dan tidak bisa ditiru oleh manusia biasa.
Kesadaran sedikit demi sedikit inilah yang dicoba untuk
mengembangkan keagamaan yang ada dalam diri anak melalui
pembelajaran yang secara langsung diberikan melalui Flora dan Fuana.
Sekolah Alam Perkembangan
agama fase The
Realistic Stage
Pembelajaran
Flora dan Fauna
Proses
Penerimaan dan
Perubahan Sikap
Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor
To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping