bab ii kajian pustaka - sinta.unud.ac.id ii.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika...

42
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Klinis Low Back Pain Mogenik 2.1.1 Definisi Low Back Pain Miogenik Nyeri punggung bawah miogenik adalah nyeri pada punggung bawah yang disebabkan oleh gangguan pada unsur tendomusculer tanpa disertai dengan gangguan neurologis antara vertebra torakal 12 sampai dengan bagian bawah pinggul dan anus (Magee, 2013). LBP miogenik berhubungan dengan gangguan otot di daerah punggung bawah, tendon, dan ligamen yang bisa timbul pada saat melakukan aktifitas sehari-hari secara berlebihan, seperti duduk lama, berdiri lama atau mengangkat beban berat dengan cara yang salah, dimana nyeri bersifat tumpul dan tidak menjalar ke tungkai (Magee, 2013). Gangguan yang terjadi pada LBP miogenik yaitu nyeri tekan pada regio lumbal, spasme otot- otot punggung bawah, sehingga dapat mengakibatkan ketidakseimbangan antara otot abdominal dan paravertebrae, yang dapat mengakibatkan terjadinya keterbatasan gerak. Adanya ketidakseimbangan tersebut akan menyebabkan penurunan mobilitas lumbal akibat adanya nyeri, spasme, ketidakseimbangan otot tersebut, sehingga aktivitas fungsional terganggu, terutama aktivitas yang memerlukan gerak membungkuk dan memutar badan (Meliana & Pinzon, 2004).

Upload: dangdang

Post on 06-Feb-2018

257 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Klinis Low Back Pain Mogenik

2.1.1 Definisi Low Back Pain Miogenik

Nyeri punggung bawah miogenik adalah nyeri pada punggung bawah yang

disebabkan oleh gangguan pada unsur tendomusculer tanpa disertai dengan

gangguan neurologis antara vertebra torakal 12 sampai dengan bagian bawah

pinggul dan anus (Magee, 2013). LBP miogenik berhubungan dengan gangguan

otot di daerah punggung bawah, tendon, dan ligamen yang bisa timbul pada saat

melakukan aktifitas sehari-hari secara berlebihan, seperti duduk lama, berdiri

lama atau mengangkat beban berat dengan cara yang salah, dimana nyeri

bersifat tumpul dan tidak menjalar ke tungkai (Magee, 2013). Gangguan yang

terjadi pada LBP miogenik yaitu nyeri tekan pada regio lumbal, spasme otot-

otot punggung bawah, sehingga dapat mengakibatkan ketidakseimbangan

antara otot abdominal dan paravertebrae, yang dapat mengakibatkan terjadinya

keterbatasan gerak. Adanya ketidakseimbangan tersebut akan menyebabkan

penurunan mobilitas lumbal akibat adanya nyeri, spasme, ketidakseimbangan

otot tersebut, sehingga aktivitas fungsional terganggu, terutama aktivitas yang

memerlukan gerak membungkuk dan memutar badan (Meliana & Pinzon,

2004).

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

9

2.1.2 Etiologi

Menurut Borenstein dan Wiessel (2004), faktor-faktor penyebab nyeri

punggung bawah dapat diklasifikasikan menjadi 2 kategori, yaitu :

a). Faktor statik

Faktor mekanik statik adalah deviasi sikap atau postur tubuh yang

menyebabkan peningkatan sudut lumbosakral (sudut antara segmen

Vertebra L5 dan Vertebra S1) yang normalnya 30-34 derajat, atau

peningkatan lengkung lordotik lumbal dalam waktu yang cukup lama, serta

menyebabkan pergeseran titik pusat berat badan (center of gravity/CoG),

yang normalnya berada di garis tengah sekitar 2,5 cm di depan segmen

Vertebra S2. Peningkatan sudut lumbosakral dan pergeseran CoG tersebut

akan menyebabkan peregangan pada ligamen dan berkontraksinya otot-otot

yang berusaha untuk mempertahankan postur tubuh yang normal, akibatnya

dapat terjadi sprain atau strain pada ligamen atau otot-otot sekitar punggung

bawah yang menimbulkan nyeri (Pandono, 2008).

b.) Faktor dinamik

Faktor mekanik dinamik atau kinetik yaitu terjadinya stress atau beban

mekanik abnormal pada struktur jaringan (ligamen atau otot) di daerah

punggung bawah saat melakukan gerakan. Stress atau beban mekanik

tersebut melebihi kapasitas fisiologik atau toleransi otot maupun ligamen di

daerah punggung bawah. Timbulnya nyeri adalah akibat kelainan pada

ritme lumbal pelvis yaitu karena fungsinya tidak sempurna. Gerakan yang

potensial menimbulkan nyeri punggung bawah muskuloskeletal adalah

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

10

gerakan kombinasi terutama fleksi dan rotasi, dan bersifat repetitif, apalagi

disertai dengan beban, misalnya ketika sedang mengangkat beban yang

berat (Pandono, 2008). Menurut Bull dan Archad (2007), faktor-faktor

resiko pada nyeri punggung bawah dapat dibagi menjadi 2 kelompok utama,

yaitu faktor eksternal atau pekerjaan dan faktor internal :

1) Faktor eksternal atau pekerjaan

a). pekerjaan fisik yang berat, yang terutama memberikan tekanan yang

cukup besar pada punggung bawah;

b). pekerjaan yang berhubungan dengan posisi statik yang berkepanjangan,

misalnya berdiri atau duduk yang cukup lama, apalagi disertai dengan

vibrasi atau getaran pada tubuh.

c). pekerjaan yang dilakukan dengan gerakan membungkuk atau memutar

tubuh secara berulang-ulang.

d). pekerjaan yang membosankan, repetitif, atau tidak memberikan

kepuasan.

2) Faktor internal

Faktor internal berkaitan dengan individu itu sendiri, antara lain :

a) umur, dari berbagai studi epidemiologik, kejadian nyeri punggung bawah

meningkat pada usia 30 tahun dan mencapai puncaknya pada usia sekitar 55

tahun

b) antropometrik, berhubungan dengan berat badan, individu dengan

obesitas mempunyai resiko yang lebih besar mengalami nyeri punggung

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

11

bawah karena obesitas menyebabkan hiperlordosis lumbal sehingga terjadi

pergeseran titik pusat berat badan ke depan.

2.1.3 Patofisiologi Low Back Pain Miogenik

Keluhan utama pasien LBP miogenik adalah adanya nyeri, spasme, dan

keterbatasan fungsional yang berhubungan dengan mobilitas lumbal. Nyeri

merupakan pengalaman sensoris yang tidak menyenangkan akibat kerusakan

jaringan pada tubuh (Meliana & Pinzon, 2004).

Nyeri terjadi jika saraf sensori perifer, yang disebut nociseptor terpicu oleh

rangsang mekanik, kimiawi maupun thermal maka impuls nyeri akan

dihantarkan ke serabut-serabut afferen cabang spinal, dari medula spinalis

impuls diteruskan ke otak melalui traktus spinotalamikus kolateral, selanjutnya

akan memberikan respon terhadap impuls saraf tersebut. Respon tersebut

berupa upaya untuk menghambat atau mensupresi nyeri dengan pengeluaran

substansi peptida endogen yang mempunyai sifat analgesik yaitu endorphin.

Impuls nyeri yang mencapai medulla spinalis, akan memicu respon reflek spinal

segmental yang menyebabkan spasme otot dan vasokonstriksi (Tan, 2006).

Spasme otot yang terjadi disini adalah merupakan suatu mekanisme proteksi,

karena adanya spasme otot akan membatasi gerakan sehingga dapat mencegah

kerusakan lebih berat, namun dengan adanya spasme otot, juga terjadi

vasokonstriksi pembuluh darah yang menyebabkan iskemia dan sekaligus

menjadi titik picu terjadinya nyeri (Meliala & Pinzon, 2004).

Pada nyeri miogenik, aktivasi nosiceptor umumnya disebabkan oleh

rangsangan mekanik, yaitu penggunaan otot yang berlebihan Penggunaan otot

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

12

yang berlebihan dapat terjadi pada saat tubuh dipertahankan dalam posisi statik

atau posisi yang salah dalam jangka waktu yang cukup lama, dimana otot-otot

di daerah punggung akan berkontraksi untuk mempertahankan postur tubuh

yang normal (Bernard, 2003).

Penggunaan otot yang berlebih ini akan menimbulkan iskemia atau inflamasi

sehinga akan terjadi peningkatan berbagau mediator inflamasi seperti

histamine, bradikinin, serotonin, atau 5-hydroxytriptamine (5-HT) dan

prostaglandin (PGE 2) (Meliala & Pinzon, 2004). Mediator inflamasi tersebut

akan mensensitisasi nociseptor otot, akibatnya otot menjadi lebih sensitif,

stimulasi yang seharusnya tidak menimbulkan nyeri dapat menimbulkan

terjadinya nyeri. Setiap gerakan pada otot dapat menimbulkan nyeri sekaligus

menambah spasme otot. Adanya spasme otot menyebabkan ketidakseimbangan

otot abdominal dan paravertebrae, maka akan membatasi mobilitas lumbal

terutama untuk gerakan membungkuk (fleksi) dan memutar (rotasi) (Hills,

2006). Nyeri dan spasme otot seringkali membuat individu takut menggunakan

otot-otot punggungnya untuk melakukan gerakan lumbal, selanjutnya akan

menyebabkan perubahan fisiologi pada otot tersebut yaitu berkurangnya massa

otot dan penurunan kekuatan otot, akhirnya menimbulkan penurunan tingkat

aktivitas fungsionalnya (Hills, 2006).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

13

2.1.4 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala LBP miogenik adalah ditemukannya nyeri otot yang dikenal

sebagai nyeri miogenik, yaitu nyeri yang tidak wajar yang tidak sesuai dengan

distribusi saraf serta dermatom dengan reaksi yang sering berlebihan. Nyeri

tersebut ditandai dengan adanya nyeri tekan pada daerah yang bersangkutan

(triger point), kehilangan ruang gerak kelompok otot yang bersangkutan (loss

of range motion), spasme otot punggung bawah. Adanya spasme otot daerah

lumbosakral, ketidakseimbangan otot stabilisator dan fiksator trunk, mobilitas

lumbosakral terbatas, sehingga mengalami penurunan aktivitas fungsional.

keluhan akan hilang apabila kelompok otot lumbosakral diregangkan

(Riyantania, 2010)

2.1.5 Anatomi Terapan dan Biomekanik

Dalam sub bab ini akan dibahas mengenai struktur pada columna

vertebralis dan struktur regio lumbal

1. Columna vertebralisdan Regio Lumbal

a. Tulang vertebra

Tulang vertebra adalah sekumpulan tulang yang tersusun dalam

columna vertebralis yang berfungsi untuk menjaga tubuh pada posisi

berdiri di atas dua kaki. Garis berat tubuh manusia di kepala berawal

dari vertex, diteruskan melalui columna vertebralis ke tulang panggul

yang selanjutnya akan meneruskan lagi ke tungkai melalui acetabulum.

Dalam menjalankan fungsinya menahan berat badan, tulang-tulang

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

14

vertebra diperkuat oleh ligamen dan otot-otot yang sekaligus mengatur

keseimbangan gerakannya (Wibowo, 2007).

Columna vertebralis dibentuk oleh serangkaian tulang vertebra yang

teridiri dari 7 buah vertebrae cervicales, 12 buah vertebrae thoracicae,

5 buah vertebrae lumbal, os sacrum dan coccyx. Os sacrum merupakan

penyatuan dari 5 buah vertebrae sacrales, dan coccyx terdiri dari 4 buah

vertebrae coccyeae. Dengan demikian dikatakan bahwa columna

vertebralis dibentuk oleh 33 buah tulang vertebra (Wibowo, 2007).

Tulang-tulang vertebra pada columna vertebralis membentuk curva

lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital.

Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana derajat

lordosis pada segmen cervical lebih kecil dari pada derajat lordosis

pada segmen lumbal. Pada segmen thoracic dan sacrococcygeal

memebentuk kurva kifosis. Posisi kurva pada posisi netral tersebut

bukanlah posisi yang mutlak.Antara ruas-ruas tulang vertebra

dihubungkan oleh discus intervertebralis yang memungkinkan untuk

terjadinya gerakan secara dinamis (Neumann, 2002).

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

15

Gambar 2.1 Kurva Vertebra dilihat dari lateral

Sumber: http://www.spineuniverse.com

b. Lumbal spine

Tulang vertebralumbal memiliki bentuk yang lebar dan besar,

vertebralumbal sesuai untuk menyangga seluruh beban dari kepala,

badan dan ekstremitas atas. Tulang lumbal berhubungan dengan lower

thorakal, upper sacral, dan hip pelvic complex. Sendi lumbal terdiri

atas 5 ruas corpus vertebralis yang merupakan bagian dari columna

vertebralis (Wibowo, 2007).

Pada setiap ruas tulang terbentuk atas sebuah corpus yang bentuknya

mirip ginjal. Lumbal memiliki corpus yang lebih besar dan tebal jika

dibandingkan dengan corpus vertebralis yang lain dan bentuknya

kurang lebih bulat dengan bagian atas dan bawah yang datar, satu

processus spinosus, yang mengarah pada bidang sagital, dua processus

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

16

transversus, sepasang processus articularis superior dan inferior,

dimana kedua bagian ini saling bertemu pada kedua belah sisi dalam

bentuk sendi facet dan foramen intervertebralis, tempat menjalarnya

cauda equina dimana merupakan lanjutan dari spynal cord, dengan

kurva lordosis yang dimiliki oleh lumbal menyebabkan lumbal

menerima beban paling besar dari segmen columna vertebralis lainnya.

Selain itu lumbal juga mempunyai mobilitas yang tinggi (Wibowo,

2007).

Gambar 2.2Vertebralumbal (Cael, 2010)

Gerakan pada collumna vertebralis bergantung pada segmen mobile,

yaitu , 2 sendi facet dan jaringan lunak diantaranya. Segmen tersebut

memberikan beberapa derajat gerakan pada setiap regio (Kurniasih,

2011). Pada regio lumbal, orientasi sendi facet lebih kedalam bidang

sagital sehingga gerak yang dominan adalah fleksi – ekstensi.

Disamping itu, terjadi gerakan lateral fleksi kiri dan kanan serta rotasi

(Kurniasih, 2011). Pada gerakan fleksi , corpus vertebra bagian atas

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

17

akan bergerak menekuk kearah anterior sehingga terjadi peregangan

pada discus intervertebralis bagian posterior (Kurniasih, 2011). Pada

gerakan ekstensi, corpus vertebra bagian atas akan bergerak menekuk

kearah posterior, sementara discus menjadi mampat pada bagian

posterior dan teregang pada bagian anterior. Ligamen longitudinal

anterior juga mengalami penguluran sementara ligamen longitudinal

posterior rileks. Dengan demikian, gerakan ekstensi dibatasi oleh

struktur tulang dari arkus vertebra dan ketegangan ligamen

longitudinal anterior (Kurniasih, 2011).Pada gerakan lateral fleksi ,

corpus vertebra bagian atas akan bergerak kearah ipsilateral, sementara

discus sisi kontralateral mengalami ketegangan karena bergeser kearah

kontralateral (Kurniasih, 2011).Pada bagian rotasi, vertebra bagian atas

berotasi pada vertebra bagian bawah ,tetapi gerakan rotasi ini hanya

terjadi disekitar pusat rotasi. Discus intervertebralis tidak berperan

dalam gerakan rotasi, sehingga gerakan rotasi sangat dibatasi oleh sendi

facet vertebra lumbal (Kurniasih, 2011).

c. Discus Intervertebralis

Discus intervertebralis merupakan struktur penghubung antara

ruas-ruas vertebra yang cukup besar (Kurniasih, 2011). Fungsi discus

intervertebralis antara lain memperluas gerak antar tulang vertebra,

sebagai shock absorber, melindungi permukaan sendi ruas-ruas

vertebra yang bersangkutan serta sebagai stabilisasi tulang vertebra

(Neumann, 2002).

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

18

Discus intervertebralis memiliki nucleus pulposus yang berbentuk

bulat ibarat bola yang terletak antara dua papan, sehingga memiliki

derajat gerak yaitu :

1. Tilting ke depan-belakang dalam bidang sagital sebagai fleksi -

ekstensi, gliding ke depan-belakang dalam bidang sagital sebagai

anterior-posterior glide

2. Tilting kesamping kanan-kiri dalam bidang frontal sebagai lateral

fleksi kanan-kiri, gliding kesamping kanan-kiri dalam bidang frontal

sebagai gerak geser kanan-kiri

3. Rotasi kanan-kiri dalam bidang transversal sebagai rotasi kanan-

kiri, gliding sumbu longitudinal sebagai traksi-kompresi

(Sudaryanto, 2013)

d. Ligamen

Ligamen memperkuat columna vertebralis sehingga membentuk

postur tubuh seseorang. Ligamen-ligamen tersebut antara lain :

1) Ligamen longitudinal anterior

Ligamen longitudinal anterior merupakan jaringan fibrous

yangterdapat di sepanjang bagian depan columna vertebralis.

Ligamenum ini dimulai dari os occipital dan berakhir pada os

sacrum, makin kebawah ukurannya semakin lebar namun pada

daerah thoracal ligamen ini menyempit (Wibowo, 2007).Fungsi

ligamen tersebut menyatukan ruas-ruas vertebra dari arah depan,

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

19

tetapi tidak cukup kuat memfiksir annulus fibrosus discus

intervertebralis (Kurniasih, 2011).

2) Ligamen longitudinal posterior

Di bagian belakang corpus, di dalam canalis vertebralis terdapat

ligamen longitudinal posterior. Berbeda dengan yang anterior,

ligamen longitudinal posterior berawal dari corpus cervicalis kedua

dan juga berakhir pada permukaan anterior canalis ossos sacri

(Wibowo, 2007).

Ligamen ini melekat pada discus intervertebralis, oleh karena

ligamen ini dapat mengfiksir atau menutupi discus intervertebralis

sehingga berfungsi membatasi gerakan terutama gerakan fleksi dan

ekstensi serta berperan sebagai pelindung. Namun karena ligamen

ini tidak melekat secara penuh, maka pada bagian posterolateral dari

discus intervertebralis tidak terlindungi. Ligamen ini sangat sensitif

karena banyak mengandung serabut saraf afferentt nyeri (A δ dan

tipe C) dan memiliki sirkulasi darah yang banyak (Kurniasih, 2011).

3) Ligamen intertransversal

Ligamen ini melekat pada tuberculum asesori dari processus

transversus dan berkembang baik pada regio lumbal. Ligamen ini

mengontrol gerakan lateral fleksi kearah kontralateral (Sudaryanto,

2004).

4) Ligamen flavum

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

20

Ligamen ini sangat elastis dan melekat pada arcus vertebra

tepatnya pada setiap lamina vertebra, kearah anterior dan lateral,

ligamen ini menutup capsular dan ligamen anteriomedial sendi

facet. Ligamen ini mengontrol gerakan fleksi lumbal (Sudaryanto,

2004).

5) Ligamen interspinosus

Ligamen ini sangat kuat yang melekat pada setiap processus

spinosus dan memanjang kearah posterior dengan ligamen

supraspinosus. Ligamen ini berperan sebagai stabilisator pasif saat

gerakan fleksi lumbal (Sudaryanto, 2004).

6) Ligamen supraspinosus

Ligamen ini melekat pada setiap ujung processus spinosus. Pada

regio lumbal, ligamen ini kurang jelas karena menyatu dengan

serabut insersio otot lumbodorsal. Ligamen ini berperan sebagai

stabilisator pasif saat gerakan fleksi lumbal (Sudaryanto, 2004).

Gambar 2.3 Ligamen - ligamen yang memperkuat columna vertebralis

e. Otot – Otot Vertebra Lumbal

Sistem otot / muscular pada regio punggung bawah bila dilihat pada

irisan transversal, dapat dikelompokkan menjadi dinding anterior, lateral

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

21

dan posterior. Namun karena tidak ada batas jelas antara dinding anterior

dan lateral maka lebih mudah bila memakai istilah antero-lateral. Dinding

antero-lateral ini disusun oleh otot-otot abdominal dan fascia abdominalis,

sedangkan dinding posterior oleh otot-otot paravertebral dan columna

vertebralis.

1. Dinding Antero Lateral

Otot-otot abdominal (dinding antero-lateral) tersusun atas tiga lapisan.

Lapisan pertama adalah otot oblikus eksternus abdominis, lapisan ke dua

adalah otot oblikus internus sedangkan lapisan ke tiga adalah otot

transversus abdominis dan otot rektus abdominis.

a. Otot oblikus eksternus berorigo di permukaan eksternal kosta ke 5 – 12;

insersio pada linea alba, tuberkulum pubikum dan setengah bagian

anterior krista iliaka; fungsi untuk fleksi dan rotasi trunk.

b. Otot oblikus internus berorigo dari fascia torakolumbal, 2/3 bagian

anterior krista iliaka dan separuh bagial lateral ligamen inguinal;

insersio pada sisi posterior kosta ke 10 – 12, linea alba dan pekten pubis;

fungsinya dalam kompresi dan penyanggaan viscera abdominal serta

fleksi dan rotasi trunk.

c. Otot transversus abdominis berorigo dari permukaan internal kartilago

kosta ke 7 – 12, fascia torakolumbal, krista iliaka dan 1/3 lateral ligamen

inguinal; insersio pada linea alba, krista pubikum, lapisan anterior

selubung rectus dan pekten pubis; berfungsi menarik dan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

22

mengencangkan dinding abdominal, kompresi/menekan serta

menyangga viscera abdominal.

d. Otot rektus abdominis berorigo pada simpisis pubis dan krista pubikum,

insersio di prosesus xifoideus dan kartilago kosta ke 5 – 7, fungsinya

untuk fleksi trunk, menekan viscera abdominal dan mengontrol tilting

pelvis (antilordosis).

Gambar 2.4 Otot deep abdominal (Cael, 2010)

Bagian Lateral abdomen terdapat otot quadratus lumborum dan otot

psoas dapat dimasukkan ke dalam lapisan otot deep dari dinding lateral

(Kapandji, 2010). Otot quadratus lumborum memiliki tiga jenis serabut

yaitu serabut yang berjalan dari kosta 12 ke krista iliaka, serabut dari kosta

12 ke prosesus transversus vertebra lumbal dan serabut dari prosesus

transversus vertebra lumbal 1-4 ke krista iliaka. Otot psoas terdiri dari

psoas mayor dan psoas minor. Origo kedua otot ini adalah di sisi lateral

vertebra torakal 12 – lumbal 5 dan prosesus transversus vertebra lumbal,

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

23

insersio psoas mayor pada trokantor minor femur dan psoas minor pada

linea pektinea.

2. Dinding Posterior

Otot-otot dinding posterior dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu

otot-otot ekstrinsik dan intrinsik.

a. Kelompok ekstrinsik meliputi lapisan otot-otot superficial dan

intermediate yang berfungsi menghasilkan dan mengontrol gerakan

ekstremitas serta respirasi. Otot ekstrinsik yang sampai ke regio punggung

bawah hanyalah latissimus dorsi. Otot ini berorigo di Krista iliaka, 4 kosta

terbawah, 6 vertebra torakal terbawah dan fascia torakolumbal, insersio di

fossa intertuberkularis humeri. Fungsinya lebih banyak pada gerakan

ekstensi sendi bahu.

b. Otot-otot intrinsik terbagi menjadi tiga lapisan yaitu superficial,

intermediate dan deep. Namun pada regio punggung bawah hanya terdapat

lapisan intermediate dan deep. Otot-otot intrinsik berperan utama pada

gerakan kolumna vertebralis dan pemeliharaan postur. Otot-otot pada regio

punggung bawah sebagian besar termasuk kelompok intrinsik. Pada lapisan

intermediate terdapat otot paravertebral / erector spine yaitu otot

iliocostalis, otot longissimus dan otot spinalis. Otot-otot ini disebut “otot

panjang” punggung, merupakan otot dinamik yang menghasilkan gerakan

ekstensi saat beraksi secara bilateral. Lapisan deep disusun oleh otot-otot

yang berjalan oblik, terdiri dari otot semispinalis,otot multifidus dan otot

rotator. Otot-otot ini berasal dari prosesus transversus vertebra di bawah

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

24

dan melekat pada prosesus spinosus vertebra di atasnya. Kerja otot-otot ini

relatif inaktif pada posisi berdiri santai, namun aksinya sangat diperlukan

sebagai otot postural statik untuk menjaga stabilitas columna vertebralis

(Moore dan Dalley, 2004).

Gambar 2.5 Otot- otot Paravertebral

(Putz R dan Pabst R, 2006)

2.1.6 Biomekanik Vertebra lumbal

Biomekanik adalah studi tentang struktur dan fungsi dari sistem biologis

dengan mekanika. Ditinjau dari keluasan gerak sendinya, sendi tersebut termasuk

amphiartrosis (hyaline joint). Adapun bidang geraknya antara lain bidang gerak

sagital , transversal dan frontal. Sedangkan gerakan yang terjadi yaitu fleksi,

ekstensi, rotasi, dan latero fleksi. Pada pemeriksaan gerakan dari columna

vertebralis ini mengambil titik pusat pada sendi lumbosacral (Kapandji, 2010).

1) Gerakan fleksi lumbal

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

25

Gerakan ini menempati bidang sagital dengan axis gerakan frontal. Sudut

yang normal gerakan fleksi lumbal sekitar 60º. Gerakan ini dilakukan oleh otot

fleksor yaitu otot rectus abdominis dibantu oleh otot-otot ekstensor spine

(Kapandji, 2010).

2) Gerakan Ekstensi lumbal

Gerakan ini menempati bidang sagital dengan axis frontal. Sudut ekstensi

lumbal sekitar 35º. Gerakan ini dilakukan oleh otot spinalis dorsi, otot longisimus

dorsi dan iliocostalis lumborum (Kapandji, 2010).

3) Gerakan Rotasi

Terjadi di bidang horizontal dengan aksis melalui processus spinosus

dengan sudut normal yang dibentuk 45º dengan otot penggerak utama m.

iliocostalis lumborum untuk rotasi ipsi lateral dan kontra lateral, bila otot

berkontraksi terjadi rotasi ke pihak berlawanan oleh m. obliqus eksternus

abdominis. Gerakan ini dibatasi otot rotasi samping yang berlawanan dan ligamen

interspinosus (Kapandji, 2010).

4) Gerakan Lateral Fleksi

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

26

Gerakan pada bidang frontal dan sudut normal yang dibentuk sekitar

30°dengan otot penggerak m. obliqus internus abdominis, m. rektus abdominis

(Hislop dan Montgomery, 2013).

Gambar 2.6 Posisi Collumna Vertebralis saat melakukan gerakan sederhana

Keterangan:

A. Posisi collumna pada saat beristirahat

B. Posisi collumna pada saan teregang

C. Posisi collumna pada saat terkompresi

D. Posisi collumna pada saat ekstensi, tulang vertebra di atas bergerak ke posterior

sehingga nucleus terdorong ke anterior.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

27

2.2 Konsep Dasar Nyeri

2.2.1 Definisi Nyeri

Nyeri menurut The International For Study of Pain (IASP) adalah

pengalaman sensorik dan emosional yang tidak nyaman, yang berkaitan

dengan kerusakan jaringan atau berpotensi terjadinya kerusakan jaringan

atau menggambarkan adanya kerusakan jaringan. Nyeri juga merupakan

suatu refleks untuk menghindari dari semacam bahaya, tetapi perasaan nyeri

itu terlalu keras atau berlangsung terlalu lama akan berakibat tidak baik bagi

badan (William, 2005). Nyeri dapat juga diartikan sebagai refleks untuk

menghindari rangsangan dari luar badan, atau melindungi badan dari hal-

hal yang membahayakan tubuh dan menjadi sinyal adanya kerusakan

jaringan. Berdasarkan patofisiologinya nyeri terbagi atas :

1. Nyeri nosiseptif atau nyeri inflamasi, yaitu nyeri yang timbul akibat

adanya stimulus mekanis terhadap nosiseptor

2. Nyeri neuropatik, yaitu nyeri yang timbul akibat disfungsi primer

pada sistem saraf

3. Nyeri idiopatik, nyeri dimana kelainan patologi tidak dapat

ditemukan

4. Nyeri psikologik, penyebab nyeri tidak dapat ditemukan kelainan

organik tetapi penderita mengeluh nyeri. Dan biasanya keluhan nyeri

sering berubah-ubah (Kurniasih, 2011).

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

28

2.2.2 Mekanisme Timbulnya Nyeri

Impuls disampaikan oleh serabut saraf yang bermyelin besar dan

kecil, aktivitas dari serabut saraf besar akan menghambat aktivitas

substansia gelatinosa yang menyebabkan pintu gerbang tertutup sehingga

impuls nyeri tidak sampai, sedangkan saraf yang bermyelin kecil

memperlancar impuls masuk kedalam substansia gelatinosa selanjutnya

naik ke otak untuk diterjemahkan sebagai nyeri. Ada empat proses dalam

transmisi nyeri :

1. Proses transduksi

Merupakan proses dimana suatu stimulasi nyeri diubah menjadi

suatu aktivitas listrik yang akan diterima oleh ujung – ujung saraf. Stimulasi

ini dapat berupa stimulasi fisik mekanis (berupa tekanan), thermis (panas

dan dingin), atau kimiawi (Kurniasih, 2011).

2. Proses transmisi

Yaitu penyaluran impuls melalui saraf sensorik menyusul proses

transduksi. Impuls ini akan disalurkan oleh serabut A δ dan serabut C

sebagai neuron pertama, dari perifer ke medulla spinalis dimana impuls

tersebut mengalami modulasi sebelum diteruskan ke thalamus oleh tractus

spinothalamikus sebagai neuron kedua. Dari thalamus selanjutnya impuls

disalurkan kedaerah somatosensorik diskorteks serebri melalui neuron

ketiga, dimana impuls tersebut diterjemahkan dan dirasakan sebagai

persepsi nyeri (Kurniasih, 2011)

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

29

3.Proses modulasi

Proses dimana terjadi interaksi antara sistem analgesik endogen

yang dihasilkan oleh tubuh dengan input nyeri yang masuk ke cornu

posteriormedulla spinalis. Sistem analgesik endogen ini meliputi enkefalin,

endorfin, serotinin memiliki efek yang dapat menekan impuls nyeri pada

cornu posteriormedulla spinalis. Cornu posterior ini dapat diibaratkan

sebagai pintu yang dapat tertutup atau terbuka untuk menyalurkan impuls

nyeri. Proses terbuka dan tertutupnya pintu nyeri tersebut diperankan oleh

sistem analgesik endogen (Kurniasih, 2011). Modulasi nyeri terdapat empat

tingkatan yaitu:

a. Level sensoris

Pada tingkat ini terjadi pada proses transduksi, dimana rangsang

nyeri yang diterima diubah menjadi suatu aktivitas listrik yang akan

diterima ujung-ujung saraf bebas (Kurniasih, 2011).

b. Level spinal

Pada level spinal dimulai terjadinya proses transmisi dimana impuls

nyeri disalurkan melalui saraf sensorik menyusul proses transduksi.

Axon dari saraf afferent yang membawa rangsang nyeri mencapai

medulla spinalis hingga ke dorsal root. Sel-sel di cornu posterior

bertugas memproses informasi yang diterima oleh stimulus nyeri. Sel-sel

ini juga dapat berfungsi sebagai alat dalam mekanisme inhibisi dan

fasilitasi nyeri dari pusat kontrol (Kurniasih, 2011). Impuls nyeri pada

tingkat ini dapat dikurangi dengan pelepasan encepalin dan terjadinya

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

30

inhibisi pelepasan substansi P, dimana substansi ini dapat meningkatkan

sensitifitas ujung-ujung serabut saraf (Kurniasih, 2011).

c. Level supraspinal

Pada tingkat ini terdapat dua jalur ascending utama, yaitu tractus

spinothalamicus, dandorsal colum postsynaptic spinomedularly

system.Tractus spinothalamicus sangat penting untuk transmisi baik

rangsang nyeri maupun panas ke pusat. Tractus spinothalamicus berakhir

di thalamus. (Kurniasih, 2011).

Thalamus berfungsi sebagai stasiun relay untuk informasi sensorik.

Neuron-neuron di thalamus menerima input dari beberapa area di perifer

untuk diteruskan ke corteks serebri. Pelepasan endorpin dan cortisol

dapat mengurangi rasa nyeri pada tingkat ini karena efek analgesiknya

(Kurniasih, 2011).

d. Level sentral

Modulasi nyeri pada level sentral melibatkan sistem limbic sebagai

pusat emosional. Proses akhir dari rangkaian proses nocisepsi adalah

persepsi. Persepsi merupakan cara seseorang memperlakukan secara

aktual nyeri yang dirasakannya, yang mencakup sikap dan tingkah laku

yang kompleks, psikis dan faktor emosional yang tertinggi mencakup

rasa takut yang berlebihan dan gembira, kadang – kadang secara

temporer dapat memblokade impuls nyeri di cornu posterior medulla

spinalis (Kurniasih, 2011).

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

31

e. Proses Persepsi

Adalah hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks yang dimulai

dari proses transduksi, transmisi dan modulasi yang pada gilirannya

akan menghasilkan suatu perasaan yang subjektif yang dikenal dengan

persepsi nyeri (Kurniasih, 2011).

2.3 Pengukuran Nyeri

2.3.1 Pengukuran Nyeri Fungsional

Pengukuran kondisi spesifik status kesehatan sering digunakan dalam

percobaan klinis untuk perbaikan pasien. Salah satu pengukuran nyeri fungsional

adalah Oswestry Low Back Pain Disability Questionnaire. Perkembangan

Oswestry Low Back Pain Disability Questionnaire di prakarsai pertama kali oleh

John O’Brien pada tahun 1976. Indeks tersebut dirancang sebagai ukuran untuk

penilaian dan hasil (Hiagian, 2013)

2.3.2 Penilaian Oswestry Low Back Pain Disability Questionnaire

Sampel diminta untuk mengekpresikan derajat nyeri yang dialami

menggunakan Oswestry Low Back Pain Disability Questionnaire yang telah

dimodifikasi untuk masyarakat Indonesia. Terdapat 10 bagian pertanyaan yang

masing-masingnya membahas tentang intensitas nyeri, kebutuhan pribadi,

mengangkat beban, berjalan, duduk, berdiri, tidur, kehidupan sosial, kehidupan

sexual, dan bepergian (Hiagian, 2013).

Dari masing-masing petanyaan terdapat enam pilihan pernyataan jawaban

dengan nilai total 5. Apabila pernyataan jawaban pertama dipilih, maka nilainya

adalah 0 sedangkan bila pernyataan jawaban kelima yang dipilih, maka nilainya

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

32

adalah 5. Apabila lebih dari satu pernyataan jawaban yang pilih maka pilih yang

nilainya paling tinggi. Apabila seluruh pertanyaan sudah dijawab maka nilainya

dikalkulasian sebagai berikut : apabila 16 (nilai total) dari 50 (nilai total yang

memungkinkan) x 100% = 32% (Hiagian, 2013).

Berikut adalah interpretasi nilai dari Modified Oswestry Low Back Pain

Disability Questionnaire :

Tabel 2.1 Interpretasi nilai Modified Oswestry Low Back Pain Disability

Questionnaire (Hiagian, 2013)

Hasil Interpretasi

0% - 30% Disabilitas ringan

31% - 60% Diasabilitas sedang

61% - 100% Disabilitas berat

2.4 Intervensi Infrared dan Massage pada Low Back Pain Miogenik

2.4.1 Definisi

Infrared merupakan pancaran gelombang elektromagnetik dengan

panjang gelombang 7.700 sampai 4 juta Ao. Infrared dapat digunakan untuk

mengatasi keluhan yang hanya sampai di bagian kulit. Sebagian besar

radiasi infrared yang datang pada kulit akan langsung diserap oleh lapisan

kulit bagian luar. Bagian dalam kulit akan mengalami pemanasan dari

aliran darah sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah. Apabila sinar

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

33

infra red diabsorbsi oleh kulit, maka akan terjadi peningkatan suhu secara

lokal.

2.4.2 Mekanisme penurunan nyeri pada penderita Low Back Pain Miogenik

dengan modalitas infrared

Pemanasan pada jaringan superfisial dapat menghasilkan relaksasi

dari otot skelet. Reaksi ini merupakan refleks alamiah yang dicetuskan oleh

efek reseptor suhu pada kulit. Stimulasi pada superfisialis dapat mengurangi

aktivitas serabut gamma sehingga kepekaan otot spindel akan berkurang.

Selain itu dengan pemberian pemanasan dengan modalitas infrared dapat

menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah sehingga menyebabkan aliran

darah pada daerah nyeri yang diakibatkan oleh Low back pain miogenic

menjadi lancar. Pemberian infra red menyebabkan kulit akan tampak

kemerah-merahan, hal ini disebabkan karena adanya dilatasi pada pembuluh

darah kapiler dan arteriole. Keadaan ini merupakan reaksi tubuh terhadap

adanya energi panas yang diterima oleh ujung-ujung syaraf sensoris yang

kemudian dipengaruhi mekanisme pengatur panas (heat regulating

mechanism). Dengan sirkulasi darah yang meningkat ini, maka pemberian

nutrisi dan oksigen meningkat, sehingga kadar sel darah merah dan anti

bodies dalam jaringan akan meningkat. Dengan demikian jaringan akan

menjadi lebih baik dan perlawanan terhadap agen penyebab proses radang

juga semakin baik. Dengan lancarnya sirkulasi darah maka zat ”P” juga akan

ikut terbuang, sehingga rasa nyeri berkurang dan terjadi relaksasi otot

(Prentice, 2002). Adapun efek Infra red terhadap jaringan seperti berikut :

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

34

a) Efek fisiologis

1.Meningkatkan proses metabolisme.

Suatu reaksi kimia akan dapat dipercepat dengan adanya panas atau

kenaikan temperatur akibat pemanasan. Proses metabolisme yang

terjadi pada lapisan superficial kulit akan mengalami peningkatan

sehingga pemberian oksigen dan nutrisi ke jaringan menyebabkan

pengeluaran sampah-sampah sisa hasil pembakaran dalam tubuh dan

adanya perbaikan pada jaringan.

2.Vasodilatasi pembuluh darah

Efek thermal yang dihasilkan oleh sinar infrared dapat menyebabkan

dilatasi pembuluh darah kapiler dan artiole. Kulit akan mengadakan

reaksi dan berwarna kemrah-merahan yang disebut erythema. Untuk ini

mekanisme vasomotor mengadakan reaksi dengan jalan pelebaran

pembuluh darah sehingga jumlah panas daratakan keseluruh jaringan

lewat sirkulasi darah. Dengan sirkulasi darah yang miningkat, maka

pemberian nutrisi dan oksigen kepada jaringan akan meningkat,

sehingga pemeliharaan jaringan menjadi lebih baik dan perlawanan

terhadap radang juga baik.

3. Pigmentasi

Penyinaran yang berulang-ulang dengan sinar infra red dapat

menimbulkan pigmentasi pada tempat yang disinari. Hal tersebut

disebabkan oleh karena adanya perubahan sel-sel darah merah di tempat

tersebut.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

35

4. Pengaruh terhadap jaringan otot.

Kenaikan temperatur membantu terjadi relaksasi otot, pemanasan juga

akan mengaktifkan terjadinya pembuangan sisa-sisa metabolisme.

5. Distruksi Jaringan.

Penyinaran yang diberikan dapat menimbulkan kenaikan temperatur

jaringan yang cukup tinggi dan berlangsung dalam waktu yang lama

sehingga diluar toleransi jaringan penderita.

b).Efek terapeutik

1) Mengurangi rasa sakit

Mild heating menimbilkan efek sedatif pada superficial sensoris

nerve ending, stronger heating dapat counter iritation yang akan

menimbulkan pengurangan nyeri. Deangan sirkulasi darah yang

lancar maka zat ”P” yang merupakan salah satu penyebab nyeri akan

ikut terbuang.

2) Relaksasi otot

Relaksasi otot mudah dicapai bila jaringan otot dalam keadaan

hangat dan rasa sakit tidak ada.

3) Meningkatkan suplai darah

Adanya kenaikan temperatur akan menimbulkan vasodilatasi, yang

akan menyebabkan terjadinya peningkatan darah kejaringan

setempat.

4) Menghilangkan sisa-sisa hasil metabolisme

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

36

Penyinaran di daerah yang luas akan mengaktifkan glandula

sudoifera diseluruh badan, sehingga dengan demikian akan

meningkatkan pembuangan sisa-sisa hasil metabolisme melalui

keringat.

2.4.3 Indikasi dan Kontraindikasi Infrared

a. Indikasi Infrared

Indikasi merupakan suatu keadaan atau kondisi tubuh dapat

diberikan intervensi infrared, serta infrared tersebut akan memberikan

pengaruh yang positif terhadap tubuh. Indikasi dalam infrared adalah:

1) Keadaan tubuh yang sangat lelah.

2) Vasokontriksi pembuluh darah.

3) Kelainan-kelainan tubuh yang diakibatkan pengaruh cuaca atau kerja yang

kelewat batas (sehingga otot menjadi kaku dan rasa nyeri pada persendian

serta gangguan pada persarafan).

b. Kontraindikasi Infra Red

Kontraindikasi atau pantangan terhadap infra red adalah sebagai keadaan

atau kondisi tidak tepat diberikan masase, karena justru akan menimbulkan

akibat yang merugikan bagi tubuh itu sendiri. Kontraindikasi dalam infra red

adalah:

1. Pasien sedang menderita penyakit kulit. Adanya luka-luka baru atau

cedera akibat berolahraga atau kecelakaan.

2. Sedang menderita patah tulang, pada tempat bekas luka, bekas cedera,

yang belum sembuh betul.

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

37

3. Pada daerah yang mengalami pembengkakan atau tumor yang

diperkirakan sebagai kanker ganas atau tidak ganas.

2.4.4 Aplikasi Infra Red

Posisi pasien diatur senyaman mungkin sesuai dengan arah yang

akan disinari baik duduk atau tengkurap. Daerah yang disinari harus bebas

dari logam dan pakaian. Lakukan tes sensibilitas terhadap panas atau

dingin. Daerah yang akan disinari dalam keadaan kering dan pastikan

memberitahu pasien tentang rasa panas yang akan dirasakan. Posisikan

lampu infra red tegak lurus dengan daerah yang diterapi. Durasi waktu

diberikan pada terapi adalah 10 menit dengan jarak 35 cm. Selama proses

terapi berlangsung harus dikontrol rasa hangat yang diterima oleh pasien.

2.4.5 Definisi massage

Massage merupakan salah satu modalitas fisioterapi yang banyak

digunakan untuk meningkatkan performa fisik maupun untuk mengatasi

cedera serta gangguan fisik lainnya akibat kerja fisik dengan intensitas

tinggi. Massage adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan

lunak, biasanya otot tendon atau ligament, tanpa menyebabkan pergeseran

atau perubahan posisi sendi guna menurunkan nyeri, menghasilkan

relaksasi, dan atau meningkatkan sirkulasi. Gerakan-gerakan dasar

meliputi: gerakan memutar yang dilakukan oleh telapak tangan, gerakan

menekan dan mendorong kedepan dan kebelakang menggunakan tenaga,

menepuk- nepuk, memotong-motong, meremas-remas, dan gerakan

meliuk-liuk. Setiap gerakan gerakan menghasilkan tekanan, arah,

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

38

kecepatan, posisi tangan dan gerakan yang berbeda-beda untuk

menghasilkan efek yang diinginkan pada jaringan yang dibawahnya

(Simkin, 2007).

Secara fisiologis, massage terbukti dapat menurunkan denyut

jantung, meningkatkan tekanan darah, meningkatkan sirkulasi darah dan

limfe, mengurangi ketegangan otot, meningkatkan jangkauan gerak sendi

serta mengurangi nyeri.

2.4.6 Mekanisme penurunan nyeri pada penderita Low Back Pain Miogenik

dengan Massage

Sampai dengan dewasa ini terdapat banyak penelitian yang telah

membuktikan manfaat fisiologis masase. Secara umum jaringan tubuh yang

banyak terpengaruh oleh masase adalah otot, jaringan ikat, pembuluh darah,

pembuluh limfe dan saraf. (Simon,2002)

a. Efek Fisiologis Massage

1.Membantu mengurangi pembengkakan pada fase kronis lewat mekanisme

peningkatan aliran darah dan limfe.

2. Mengurangi persepsi nyeri melalui mekanisme penghambatan rangsang

nyeri (gate control) serta peningkatkan hormon morphin endogen

3. Meningkatkan relaksasi otot sehingga mengurangi ketegangan/spasme

atau kram otot.

4. Meningkatkan jangkauan gerak, kekuatan, koordinasi, keseimbangan dan

fungsi otot

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

39

5. Berpotensi untuk mengurangi waktu pemulihan dengan jalan

meningkatkan supply oksigen dan nutrient serta meningkatkan eliminasi

sisa metabolisme tubuh karena terjadi peningkatan aliran darah

2.4.7 Indikasi dan Kontraindikasi Pemberian Massage

a.Indikasi Massage

Indikasi merupakan suatu keadaan atau kondisi tubuh dapat

diberikan manipulasi massage, serta massage tersebut akan memberikan

pengaruh yang positif terhadap tubuh. Indikasi dalam massage adalah:

1. Keadaan tubuh yang sangat lelah.

2. Kelainan-kelainan tubuh yang diakibatkan pengaruh cuaca atau kerja

yang kelewat batas (sehingga otot menjadi kaku dan rasa nyeri pada

persendian serta gangguan pada persarafan).

b.Kontraindikasi Massage

Kontraindikasi atau pantangan terhadap massage adalah sebagai keadaan

atau kondisi tidak tepat diberikan masase, karena justru akan menimbulkan

akibat yang merugikan bagi tubuh itu sendiri. Kontra- indikasi dalam massage

adalah:

1. Dalam keadaan menderita pengapuran pembuluh darah arteri

2. Pasien sedang menderita penyakit kulit. Adanya luka-luka baru atau cedera

akibat berolahraga atau kecelakaan.

3. Sedang menderita patah tulang, pada tempat bekas luka, bekas cedera, yang

belum sembuh betul.

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

40

4. Pada daerah yang mengalami pembengkakan atau tumor yang diperkirakan

sebagai kanker ganas atau tidak ganas.

5. Pasien dalam keadaan menderita penyakit menular.

2.4.8 Aplikasi Massage Eufleurage

Eufleurage (menggosok), adalah gerakan ringan berirama yang dilakukan

pada seluruh permukaan tubuh. Effleurage menggunakan seluruh

permukaan telapak tangan dan jari-jari untuk menggosok daerah tubuh

tertentu. Tujuan aplikasi ini adalah memperlancar peredaran darah dan

cairan getah bening (limfe)..

Gambar 2.7 Massage Eflluarge (Simon,2002)

2.5 Intervensi Back Strengthening Exercise dan William’s Flexion Exercise

2.5.1 Pengantar Back Strengthening Exercise

Back Strengthening Exercise adalah exercise yang khusus

menggunakan kekuatan untuk menginduksi kontraksi otot dalam upaya

meningkatkan endurance dan streng. Pada kasus low back pain miogenik

latihan streng yang akan diberikan. Latihan ini dapat memberikan manfaat

meningkatkan fungsional pada jaringan tubuh seperti jaringan ligament,

tendon ,otot fungsi sendi, meningkatkan metabolisme, daya tahan cardio,

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

41

dan menyeimbangkan HDL kolesterol. BSC mempunyai efek dan manfaat

memperkuat otot-otot perut dan punggung. Jika Exercise ini dilakukan

secara optimal akan memberikan efek peningkatan kekuatan otot secara

aktif disebut stabilisasi aktif menyebabkan peningkatan daya tahan tubuh

terhadap perubahan gerakan atau pembebanan secara statis dan dinamis.

2.5.2 Mekanisme Back Strengtheing Exercise menurunkan nyeri fungsional

akibat LBP miogenik

BSC akan menimbulkan efek memperbaiki sistem sirkulasi darah

pada otot sehingga meningkatkan flexibilitas sehingga memaksimalkan

kinerja otot. BSC akan mengurangi nyeri melalui mekanisme gerbang

control dan pengurangan nyeri melalui beta endorphin. BSC ini

mengaplikasikan prinsip overload yang mengaplikasikan jumlah resisten

tahanan otot secara bertahap dan progresif sekaligus mengaktifkan motor

unit. Proses dari latihan yang optimal akan mengaktivasi kemampuan

lumbal dalam menerima beban sehingga akan mempu meningkatkan kerja

otot paralumbal dan jaringan pada lumbal berefek pada penderita LBP akan

semakin mudah dan mampu mempertahankan sikap tulang belakang yang

baik sehingga taut band berkurang band akan menyebabkan nyeri

berkurang, sehingga saat melakukan aktifitas fungsional penderita LBP

tidak akan merasakan nyeri.

2.5.3 Aplikasi Back Strengthening Exercise

Prinsip dasar dari latihan BSE adalah meningkatkan kekuatan otot,

teknik latihan yang dilakukan adalah latihan kekuatan melibatkan jumlah

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

42

manipulasi pengulangan (repetisi), set, intesitas, tujuannya adalah

menghasilkan perubahan yang diinginkan dalam meningkatkan kekuatan

dan endurance. Intesitas beban pelatihan streng dinilai menurut tujuan dari

latihannya. Menurut American College of Sport Medicine menyatakan

bahwa; 8 sampai 12 pengulangan latihan resistensi untuk setiap otot utama

pada intesitas 40% sampai 80% dari maximal satu pengulangan (RM), 2

sampai 3 menit istirahat dianjurkan antara latihan untuk memungkinkan

pemulihan yang tepat, 2 sampai 4 set direkomendasikan untuk setiap

kelompok otot dan dosis yang diberikan sesuai dengan keadaan fungsional.

Exercise basic program Back strengthening untuk penderita low

back pain miogenic adalah:

a. Sit-up / Abdominal crunches

Latihan ini bertujuan untuk melatih kekuatan otot-otot rectus

abdominis Sit up adalah latihan untuk melakukan pengembalian

penguatan otot yang mengarah kepada penguatan hip fleksor dan

otot – otot abdominal. Gerakan di mulai dari lying dan kembali

ke lantai, juga diikuti oleh gerakan lutut dalam upaya untuk

mengurangi ketegangan dari punggung otot dan tulang

belakang, selanjutnya mengangkat kedua sisi atas dan bawah

tulang belakang dari lantai hingga semuanya tegak dan tidak

menyentuh lantai lagi. Biasanya melakukan sit up dengan

hitungan 15 – 20 kali, bagian belakang kepala cenderung

terangkat tanpa sadar dan yang perlu diperhatikan selama sit up

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

43

adalah tarik nafas saat bergerak naik kemudian hembuskan saat

turun kembali.

Gambar 2.8 Sit-up / Abdominal crunches

b. Opposite Arm Leg Raise

Latihan ini bertujuan untuk melatih kekuatan otot-otot vertebra

dan lumbal. Erector spine, iliocostalis, otot longissimus dan otot

spinalis. Back Extention adalah latihan untuk melakukan

pengembalian penguatan otot yang mengarah kepada penguatan

otot – otot verterbra lumbal. Gerakan opposite arm leg raise,

posisi pasien berbaring terlungkup dan kaki lurus sejajar

kemudian perlahan-lahan angkat kaki dan lengan berlawanan

secara bersamaan tahan 2 detik jika sudah terangkat. Lakukan

dengan hitungan 15 – 20 kali dan tarik nafas saat mengerakan

tangan dan kaki naik kemudian hembuskan saat tangan dan kaki

turun.

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

44

Gambar 2.9 Opposite arm leg raise(Kisner,2007)

c. Back Extension

Latihan ini bertujuan untuk memperkuat bagian atas dan tengah

otot-otot vertebra. Erector spine, iliocostalis, otot longissimus

dan otot spinalis. Back Extention adalah latihan untuk

melakukan pengembalian penguatan otot yang mengarah kepada

penguatan otot – otot verterbra lumbal. Gerakan back extention,

posisi pasien berbaring terlungkup dan kaki lurus sejajar

kemudian perlahan-lahan angkat kepala sampai ada gerakan

extensi vertebra.

Gambar 2.10 back exercise (Kisner, 2007)

2.5.4 William’s Flexion Exercise

Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Dr. Paul William’s

pada tahun 1937 (Knudsen, 2003). Tujuan dari WFE ini adalah untuk

mengurangi tekanan oleh beban tubuh pada sendi faset (articular weight

bearing stress) dan meregangkan otot dan fasia di daerah dorsolumbal, serta

bermanfaat mengkoreksi postur tubuh yang salah (Hills, 2006). WFE ini

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

45

juga dapat meningkatkan stabilitas lumbal karena secara aktif melatih otot-

otot abdominal ,gluteus maksimus dan hamstring. Disamping itu dapat

meningkatkan tekanan intra abdominal yang mendorong kolumna

vertebralis ke arah belakang, dengan demikian akan membantu mengurangi

hiperlordosis lumbal dan mengurangi tekanan pada diskus intervertebralis

(Hooper, 1999).

2.5.5 Mekanisme Wiliiam Flexion Exercise menurunkan nyeri fungsional

akibat low back pain miogenik

Secara teoritis, WFE ini dapat membantu mengurangi nyeri dengan

cara mengurangi gaya kompresi pada sendi facet, dan meregangkan fleksor

hip dan ektensor lumbal (Weinstein,1998). Kontraindikasi dari WFE adalah

sebagai berikut instabilitas atau hipermobilitas segmental dari kolumna

vertebralis lumbal, misalnya pada keadaan spondilosis, spondilolistesis dan

disfungsi sendi facet; hernia diskus; penjalaran nyeri ke tungkai bawah

(nyeri radikuler). Latihan ini meningkat tekanan intra abdominalis, maka

sebaiknya latihan ini dilakukan secara hati-hati bahkan dihindari pada

pasien dengan gangguan kardiovaskuler seperti hipertensi yang tidak

terkontrol, riwayat infak miokard akut dan stroke (Tan, 2006).

2.5.6 Aplikasi William’s Flexion exercise

a. Pelvic tilting

Posisi pasien berbaring terlentang dengan posisi kedua lutut fleksi dan

posisi kaki datar di atas matras. Tekan atau luruskan punggung ke arah

matras. Gerakan ini dipertahankan selama 10 detik. Latihan ini bertujuan

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

46

untuk menguatkan otot-otot abdominal dan memobilisasi lumbal bagian

bawah.

Gambar 2.11 Pelvic tilting

b. Single knee to chest

Posisi pasien berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi dan kedua kaki

datar di atas matras. Secara perlahan, tarik lutut kanan dengan kedua tangan

sejauh mungkin mendekati dada dan pertahankan selama 10 detik.

Kemudian kembali ke posisi semula secara perlahan lahan dan ulangi

gerakan yang sama untuk lutut kiri (gambar 2.11). Latihan ini bertujuan

untuk menguatkan otot abdominal dan untuk rileksasi back muscle secara

unilateral.

Gambar 2.12 Single knee to chest

c. Double knee to chest

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

47

Posisi awal seperti pada gerakan pertama dan kedua, namun sekarang

gerakan kedua lutut ditarik bersama sama dengan kedua tangan ke arah dada

semaksimal mungkin. Pertahankan selama 10 detik dan kemudian kembali

ke posisi awal secara perlahan lahan ( gambar 2.13). Latihan ini bertujuan

untuk menguatkan otot abdominal dan untuk rileksasi back mucle secara

bilateral.

Gambar 2.13 Doubel to chest

d. Partial sit up

Lakukan gerakan pelvic tilting dan pada saat bersamaan naikkan kepala,

leher, dan bahu dari atas matras. Pertahankan dalam waktu 10 detik dan

kemudian kembali perlahan ke posisi semula ( gambar 2.14). Latihan ini

bertujuan untuk menguatkan otot-otot abdominal.

Gambar 2.14 Partial Sit Up

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

48

e. Hamstring stretches

Berbaring terlentang dengan kedua tungkai lurus, kemudian salah satu

tungkai diangkat dalam posisi lutut lurus mengarah lurus ke atas, kedua

tangan menopang pada bagian belakang paha, pertahankan selama 10 detik,

kemudian perlahan lahan tungkai turun ke posisi semula. Lakukan gerakan

yang sama untuk tungkai yang lain (gambar 2.15). Latihan ini bertujuan

untuk meregangkan otot punggung bawah dan hamstring yang memendek.

Gambar 2.15 Humstring Stretch

f. Squat

Posisi berdiri dengan punggung lurus dan kedua lengan diluruskan ke

depan. Posisi kedua kaki sejajar. Kemudian perlahan-lahan jongkok, dengan

kedua lengan masih lurus ke depan. Pertahankan 10 detik (gambar 2.16 ).

Latihan ini bertujuan untuk menguatkan otot quadriceps. Latihan ini

dilakukan dengan pengulangan 10 kali untuk masing-masing gerakan dan

gerakan yang dilakukan dipertahankan selama 5 detik

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana

49

Gambar 2.16 Squat