bab ii kajian pustaka - sinta.unud.ac.id ii.pdf · kajian pustaka 2.1 landasan teori ... dan pajak...

19
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang, yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal balik atau kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo,2011:1). Banyak definisi pajak yang dikemukakan oleh para ahli, menurut Sukardji (2009:2) pajak adalah peralihan kekayaan dari sektor swasta ke sektor publik berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak memdapat imbalan yang secara langsung dapat ditunjukan , yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan yang dapat digunakan sebagai alat pendorong,penghambat atau pencegah untuk mencapai tujuan yang ada diluar bidang keuangan negara. Definisi pajak lainya dikemukakan oleh Marihot (2010:7) mengatakan bahwa pajak adalah pungutan dari masyarakat oleh negara (pemerintah) berdasarkan undang-undang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali ( kontraprestasi / balas jasa ) secara langsung , yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dalam penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan. Menurut Undang-undang nomor 16 Tahun 2009 mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib

Upload: nguyenngoc

Post on 12-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, sedangkan Pajak ... Sistem pemungutan pajak adalah

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Pajak

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang,

yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal balik atau

kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk

membayar pengeluaran umum (Mardiasmo,2011:1). Banyak definisi pajak yang

dikemukakan oleh para ahli, menurut Sukardji (2009:2) pajak adalah peralihan

kekayaan dari sektor swasta ke sektor publik berdasarkan undang-undang yang

dapat dipaksakan dengan tidak memdapat imbalan yang secara langsung dapat

ditunjukan , yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan yang dapat

digunakan sebagai alat pendorong,penghambat atau pencegah untuk mencapai

tujuan yang ada diluar bidang keuangan negara.

Definisi pajak lainya dikemukakan oleh Marihot (2010:7) mengatakan

bahwa pajak adalah pungutan dari masyarakat oleh negara (pemerintah)

berdasarkan undang-undang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh

yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali (

kontraprestasi / balas jasa ) secara langsung , yang hasilnya digunakan untuk

membiayai pengeluaran negara dalam penyelenggaraan pemerintah dan

pembangunan. Menurut Undang-undang nomor 16 Tahun 2009 mengenai

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, sedangkan Pajak ... Sistem pemungutan pajak adalah

6

kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung

dan digunakan untuk negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dari beberapa definisi mengenai pajak tersebut dapat disimpulkan ciri-

ciri yang melekat pada pengertian pajak, yaitu :

1. Pajak merupakan iuran rakyat kepada negara. Yang berhak memungut

pajak adalah negara, iuran tersebut berupa uang.

2. Pajak dapat dipaksakan.

3. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta

aturan pelaksanaanya.

4. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung

dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya

kontraprestasi individual oleh pemerintah.

5. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-

pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

2.1.2 Fungsi Pajak

Menurut Mardiasmo (2011:1) pajak memiliki dua fungsi utama, yaitu :

1. Fungsi Budgetair

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, sedangkan Pajak ... Sistem pemungutan pajak adalah

7

Pajak berfungsi sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai

pengeluaran-pengeluaranya. Sebagai contoh, pajak dimasukan ke dalam

APBN sebagai sarana penerimaan dalam negeri.

2. Fungsi mengatur (regulered)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan

pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh, pajak yang

tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk mengurangi gaya

hidup konsumtif.

2.1.3 Pengelompokan Pajak

Pajak dikelompokan menjadi tiga, yaitu menurut golonganya, menurut

sifatnya, dan menurut lembaga pemungutnya (Mardiasmo,2011:5).

1) Pajak menurut golonganya dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib

Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang

lain. Contohnya adalah Pajak Penghasilan (PPh)

b. Pajak tidak langsung, adalah pajak yang pada akhirnya dapat

dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya adalah

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) .

2) Menurut sifatnya, pajak dibagi menjadi dua yaitu :

a. Pajak Subyektif , yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan

pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib

Pajak. Contohnya Pajak penghasilan .

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, sedangkan Pajak ... Sistem pemungutan pajak adalah

8

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa

memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contohnya, Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

3) Menurut lembaga pemungutnya pajak dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contohnya

adalah Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah,dan Bea Materai.

b. Pajak daerah, merupakan pajak yang dipungut oleh Pemerintah

Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

Pajak daerah terdiri atas Pajak propinsi dan Pajak Kabupaten/Kota.

Yang termasuk Pajak Propinsi adalah Pajak Kendaraan Bermotor

dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, sedangkan Pajak

Kabupaten/Kota terdiri atas Pajak Hotel dan Restoran, Pajak

Hiburan, dan lain-lain.

2.1.4 Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak adalah metode atau cara bagaimana mengelola

utang pajak yang terutang oleh Wajib Pajak dapat mengalir ke kas negara.

Menurut Mardiasmo (2011:7) terdapat tiga jenis sistem pemungutan pajak yang

berlaku di Indonesia yaitu :

1) Official Assessment System

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, sedangkan Pajak ... Sistem pemungutan pajak adalah

9

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang

kepada pemerintah ( fiskus ) untuk menentukan besarnya pajak

yang terhutang oleh Wajib Pajak. Adapun ciri-ciri dari Official

Assessment System ini adalah :

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang

ada pada fiskus.

b. Wajib pajak bersifat pasif .

c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan

pajak oleh fiskus.

2) Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak

yang terutang. Sistem ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang

ada pada Wajib Pajak sendiri.

b. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan

melaporkan sendiri pajak yang terutang.

c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi .

3) With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang

bersangkutan ) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang

oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya adalah wewenang menentukan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, sedangkan Pajak ... Sistem pemungutan pajak adalah

10

besarnya pajak terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus

dan Wajib Pajak.

Pemerintah Indonesia menetapkan bahwa sistem pemungutan

pajak yang digunakan di Indonesia adalah Self Assessment

System, namun dalam penerapanya di lapangan, ketiga sistem

tersebut digunakan oleh Wajib Pajak di Indonesia.

2.1.5 Tata Cara Penyetoran/Pembayaran Pajak

Tata cara pembayaran pajak dapat diklasifikasikan menjadi 4

(empat) jenis yaitu, membayar sendiri pajak yang terutang, membayar PPh

melalui pemotongan dan pemungutan oleh pihak lain, membayar PPN

kepada pihak penjual atau pemberi jasa ataupun oleh pihak yang ditunjuk

pemerintah dan Pembayaran pajak-pajak lainnya. Pembayaran pajak

dilakukan di Bank Persepsi yang telah ditunjuk oleh Menteri Keuangan

dan juga bisa dilakukan di Kantor Pos. Pembayaran pajak dilakukan

dengan cara mengisi 5 (lima) lembar Surat Setoran Pajak sesuai dengan

jenis pajak yang akan dibayarkan dan juga jumlah pajak yang akan

dibayarkan. Tanggal batas waktu penyetoran pajak berbeda-beda,

tergantung dari jenis pajak yang akan dibayarkan.

2.1.6 Sistem Pembayaran Pajak dengan Menggunakan SSP

Menurut Undang-undang Nomor 16 tahun 2009 mengenai

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Surat Setoran Pajak (SSP)

adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, sedangkan Pajak ... Sistem pemungutan pajak adalah

11

dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke

kas negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri

Keuangan.

Fungsi dari Surat Setoran Pajak menurut Mardiasmo ( 2011: 37 )

adalah sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh pejabat

kantor penerima pembayaran yang berwenang atau apabila telah

mendapatkan validasi.

Terdapat dua jenis Surat Setoran Pajak, yaitu :

1) Surat Setoran Pajak (SSP) Standar

SSP Standar adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan atau

berfungsi untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang

ke Kantor Penerima Pembayaran dan digunakansebagai bukti pembayaran

dengan bentuk, ukuran dan isi sebagaimana ditetapkan dengan Peraturan

Direktur Jenderal Pajak (Per-01/PJ./2006)

SSP Standar dapat digunakan untuk pembayaran semua jenis pajak

yang dibayar melalui Kantor Penerima Pembayaran yang belum terhubung

secara on line tapi masih berhak menerima pembayaran pajak, dan untuk

penyetoran/pemungutan PPh Pasal 22 Bendaharawan dan atau PPN

Bendaharawan.

SSP Standar dibuat dalam rangkap 5 (lima), yang peruntukannya sebagai

berikut :

a) Lembar ke-1: Untuk Arsip Wajib Pajak

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, sedangkan Pajak ... Sistem pemungutan pajak adalah

12

b) Lembar ke-2 : Untuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP) melalui Kantor

Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)

c) Lembar ke-3: Untuk dilaporkan oleh Wajib Pajak ke KPP

d) Lembar ke-4 : Untuk arsip Kantor Penerima Pembayaran

e) Lembar ke-5: Untuk arsip Wajib Pungut atau pihak lain sesuai dengan

ketentuan perundangan perpajakan yang berlaku.

SSP Standar diisi sesuai dengan Buku Petunjuk Pengisian SSP

sebagaimana ditetapkan dalam lampiranII Peraturan Direktur Jenderal Pajak

No. Per-01/PJ./2006

Wajib Pajak dapat mengadakan sendiri SSP Standar sepanjang bentuk, ukuran

dan isinya sesuai dengan lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.

2) SSP Khusus

SSP Khusus adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak terutang ke

Kantor Penerima Pembayaran yang dicetak oleh Kantor Penerima Pembayaran

dengan menggunakan mesin transaksi dan atau alat lainnya yang isinya sesuai

dengan yang ditetapkan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-

01/Pj./2006, dan mempunyai fungsi yang sama dengan SSP Standar dalam

administrasi perpajakan. SSP Khusus dicetak oleh Kantor Penerima

Pembayaran yang telah mengadakan kerja sama Monitoring Pelaporan

Pembayaran Pajak (MP3) dengan Direktorat Jenderal Pajak.

SSP Khusus dicetak pada saat transaksi pembayaran atau penyetoran

pajak sebanyak 2 (dua) lembar, yang berfungsi sama dengan lembar ke-1

dan lembar ke-3 SSP Standar, terpisah sebanyak 1 (satu) lembar, yang

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, sedangkan Pajak ... Sistem pemungutan pajak adalah

13

berfungsi sama dengan lembar ke-2 SSP Standar untuk diteruskan ke

KPPN sebagai lampiran Daftar Nominatif Penerimaan (DNP).

Kelima lembar SSP Standar tersebut harus diisi sesuai dengan

ketentuan yang tercantum dalam buku panduan pengisian SSP. Berikut

adalah bentuk dari SSP sesuai dengan peraturan Dirjen Pajak no PER-

38/PJ/2009 sebagaimana diubah dengan PER-23/PJ/2010 dan terakhir

diubah dengan PER-31/PJ/2013:

Gambar : 2.1

Surat Setoran Pajak dibagi kedalam beberapa bagian yang harus

diisi oleh wajib pajak, tata cara pengisian SPT juga diatur dalam PER-

38/PJ/2009 sebagaimana diubah dengan PER-23/PJ/2010 dan terakhir

diubah dengan PER-31/PJ/2013 , yaitu :

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, sedangkan Pajak ... Sistem pemungutan pajak adalah

14

1) NPWP, Nama WP dan Alamat

Gambar 2.2

Bagian pertama dalam SSP ini diisi dengan Nomor Pokok

Wajib Pajak (NPWP) yang dimiliki Wajib Pajak, nama wajib pajak

diisi dengan nama wajib pajak sesuai yang tercantum pada Kartu

Tanda Penduduk ( KTP ) atau tanda pengenal yang sah , dan

alamat sesuai dengan alamat yang tercantum dalam Surat

Keterangan Terdaftar (SKT) atau sesuai dengan Kartu Tanda

Penduduk (KTP).

2) Kolom NOP

Pada bagian kedua Surat Setoran Pajak terdapat kolom

NOP, Bagian ini diisi hanya jika pembayaran pajak berhubungan

dengan transaksi atas tanah dan atau bangunan, misal pembayaran

pajak atas penjualan, hibah atau waris tanah dan atau bangunan. isi

kolom NOP dengan nomor Objek pajak PBB. Nomor NOP dapat

dilihat pada Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) PBB

tanah.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, sedangkan Pajak ... Sistem pemungutan pajak adalah

15

3) Kode Akun Pajak dan Kode Jenis Setoran

Gambar 2.3

Dalam bagian ini wajib pajak harus mengisi Kode

Akun Pajak dengan angka Kode Akun Pajak untuk setiap jenis

pajak yang akan dibayar atau disetor yang tertera di Tabel

Kode Akun Pajak dan Jenis Setoran yang terdapat pada

lampiran Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-

38/PJ/2009 sebagaimana diubah dengan PER-23/PJ/2010 dan

terakhir diubah dengan PER-31/PJ/2013 . Dan juga mengisi

kolom Kode Jenis Setoran dengan angka dalam kolom “Kode

Jenis Setoran” untuk setiap jenis pajak yang akan dibayar atau

disetor pada Tabel Kode Akun Pajak dan Jenis Setoran yang

sesuai dengan penjelasan dalam kolom “Keterangan” pada

Tabel Kode Akun Pajak dan Jenis Setoran. Kedua kode

tersebut harus diisi dengan benar dan lengkap agar kewajiban

perpajakan yang telah dibayar dapat diadministrasikan dengan

tepat.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, sedangkan Pajak ... Sistem pemungutan pajak adalah

16

4) Uraian Pembayaran ( Untuk SSP Standar )

Gambar 2.4

Kolom ini diisi sesuai dengan uraian dalam kolom

“Jenis Setoran” yang berkenaan dengan Kode Akun Pajak dan

Kode Jenis Setoran pada Tabel Kode Akun Pajak dan Jenis

Setoran pada PER-38/PJ/2009 sebagaimana diubah dengan

PER-23/PJ/2010 dan terakhir diubah dengan PER-31/PJ/2013.

Khusus PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas transaksi Pengalihan

Hak atas Tanah dan Bangunan, dilengkapi dengan nama

pembeli dan lokasi objek pajak. Khusus PPh Final Pasal 4 ayat

(2) atas Persewaan Tanah dan Bangunan yang disetor oleh

yang menyewakan, dilengkapi dengan nama penyewa dan

lokasi objek sewa.

5) Masa Pajak dan Tahun Pajak

Gambar 2.5

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, sedangkan Pajak ... Sistem pemungutan pajak adalah

17

Kolom masa pajak diisi dengan memberi tanda silang

pada salah satu kolom bulan untuk masa pajak yang dibayar

atau disetor. Pembayaran atau setoran untuk lebih dari satu

masa pajak dilakukan dengan menggunakan satu SSP untuk

setiap masa pajak.

Gambar: 2.6

Kolom Tahun Pajak diisi dengan tahun terhutangnya pajak.

6) Nomor Ketetapan

Gambar : 2.7

Kolom Nomor Ketetapan diisi dengan nomor ketetapan

yang tercantum pada Surat Ketetapan Pajak yaitu Surat

Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) atau Surat Ketetapan

Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) atau Surat Tagihan

Pajak (STP) hanya apabila SSP digunakan untuk membayar

atau menyetor pajak yang kurang dibayar/disetor berdasarkan

Surat Ketetapan Pajak atau Surat Tagihan Pajak ketika wajib

pajak telah menerima surat tersebut.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, sedangkan Pajak ... Sistem pemungutan pajak adalah

18

7) Jumlah Pembayaran dan terbilang

Gambar: 2.8

Bagian ini diisi dengan angka jumlah pajak yang dibayar

atau disetor dalam rupiah penuh. Pembayaran pajak dengan

menggunakan mata uang Dollar Amerika Serikat (bagi WP

yang diwajibkan melakukan pembayaran pajak dalam mata

uang Dollar Amerika Serikat), diisi secara lengkap sampai

dengan sen. Untuk bagian terbilang diisi jumlah pajak yang

dibayar atau disetor dengan huruf latin dan menggunakan

bahasa Indonesia.

8) Tanda Tangan

Gambar 2.9

Bagian ini diisi dengan tanggal penerimaan pembayaran atau

setoran oleh Kantor Penerima Pembayaran (Bank

Persepsi/Devisa Persepsi atau PT. Pos Indonesia), tanda tangan,

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, sedangkan Pajak ... Sistem pemungutan pajak adalah

19

dan nama jelas petugas penerima pembayaran atau setoran,

serta cap/stempel Kantor Penerima Pembayaran.

Gambar: 2.10

Bagian ini diisi dengan tempat dan tanggal pembayaran

atau penyetoran, tanda tangan, dan nama jelas Wajib

Pajak/Penyetor serta stempel usaha.

9) Ruang Validasi Kantor Penerima Pembayaran

Gambar: 2.11

Bagian ini diisi dengan Nomor Transaksi Pembayaran Pajak

(NTPP) dan atau Nomor Transaksi Bank (NTB) atau Nomor

Transaksi Pos (NTP) hanya oleh Kantor Penerima Pembayaran

yang telah mengadakan kerja sama Modul Penerimaan Negara

(MPN) dengan Direktorat Jenderal Pajak.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, sedangkan Pajak ... Sistem pemungutan pajak adalah

20

Setelah mengisi Surat Setoran Pajak dengan lengkap dan benar,

selanjutnya pembayaran bisa dilakukan di Bank Persepsi atau di Kantor

Pos, jumlah pajak yang dibayarkan sesuai dengan jumlah pajak terhutang.

2.1.7 Sistem Pembayaran Pajak Secara Elektronik (Billing System)

Sistem pembayaran pajak secara elektronik adalah bagian dari sistem

Penerimaan Negara secara elektronik yang diadministrasikan oleh Biller

Direktorat Jenderal Pajak dan menerapkan Billing System. Billing System

adalah metode pembayaran elektronik dengan menggunakan Kode Billing.

Wajib Pajak dapat melakukan pembayaran/penyetoran pajak dengan

sistem pembayaran pajak secara elektronik. Pembayaran/penyetoran pajak

meliputi seluruh jenis pajak, kecuali Pajak dalam rangka impor yang

diadministrasikan pembayarannya oleh Biller Direktorat Jenderal Bea dan

Cukai dan Pajak yang tata cara pembayarannya diatur secara khusus.

Untuk dapat melaksanakan pembayaran dengan menggunakan E-

billing terlebih dahulu Wajib Pajak harus mendaftarkan diri. Wajib pajak

dapat mendaftarkan diri dengan cara membuka halaman web Direktorat

Jenderal Pajak dengan alamat web http://sse.pajak.go.id . Setelah proses

pendaftaran selesai, setelah pendaftaran selesai konfirmasi aktivasi untuk

mengaktifkan akun billing wajib pajak akan dikirim ke alamat e-mail

wajib pajak yang telah di daftarkan pada saat melakukan pendaftaran, pada

email tersebut akan tertera user ID yang telah didaftarkan dan link aktivasi,

klik link aktvasi tersebut untuk mengaktifkan akun billing.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, sedangkan Pajak ... Sistem pemungutan pajak adalah

21

Setelah mendaftarkan akun billing, tahap selanjutnya adalah

membuat kode billing. Kode Billing adalah kode yang akan diperoleh wajib

pajak setelah memasukan data transaksi perpajakan secara elektronik yang

akan digunakan sebagi kode pembayaran pajak di teller Bank atau Kantor

Pos, mesin ATM, atau internet banking. Untuk membuat kode billing, wajib

pajak harus mengakses situs Billing System dengan alamat

http://sse.pajak.go.id , setelah itu wajib pajak harus melakukan login dengan

memasukan User ID dan PIN yang dimiliki. Setelah proses login selesai,

wajib pajak dapat memasukan informasi mengenai detail pembayaran pajak

yang akan dilakukan, informasi tersebut mencangkup :

1) Jenis pajak yang akan dibayarkan

2) Jenis setoran pajak

3) Nomor Objek Pajak (NOP), untuk pembayaran pajak terkait

dengan transaksi pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan

dan kegiatan membangun sendiri

4) Masa pajak

5) Tahun pajak

6) Nilai rupiah pembayaran

7) Nomor surat ketetapan pajak bila ada.

Setelah semua informasi tersebut diisi, klik kolom simpan. Wajib

pajak hendaknya memeriksa kembali detail informasi yang telah diinput,

jika informasi sudah sesuai klik “Terbitkan Kode Billing” untuk

menerbitkan kode billing. Setelah proses penerbitan kode billing selesai,

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, sedangkan Pajak ... Sistem pemungutan pajak adalah

22

wajib pajak dapat mencetak Surat Setoran Elektronik (SSP) tersebut

sebagai referensi untuk pembayaran di loket Bank, Kantor pos, ATM,

ataupun melalui Internet Banking. Kode Billing berlaku dalam waktu 48

(empat puluh delapan) jam sejak diterbitkan dan setelah itu secara

otomatis terhapus dari sistem dan tidak dapat dipergunakan lagi. Wajib

pajak dapat membuatnya kembali apabila kode Billing telah terhapus

secara system. Kode Billing berlaku sampai dengan jatuh tempo

pembayaran pajak, dan tidak dapat dipergunakan setelah melewati jangka

waktu dimaksud. Apabila terdapat perbedaan data antara data elektronik

dengan hasil cetakan, maka yang dijadikan pedoman adalah data yang

terdapat pada data eletronik yang berada di Kementerian Keuangan.

Apabila wajib pajak telah menyelesaikan proses pembayaran pajak

dengan menggunakan E-Billing,maka wajib pajak akan menerima Bukti

Penerimaan Negara atau BPN. BPN adalah dokumen yang diterbitkan oleh

Bank/Pos Persepsi atas transaksi penerimaan negara dengan teraan Nomor

Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) dan Nomor Transaksi Bank

(NTB)/Nomor Transaksi Pos (NTP) sebagai sarana administrasi lain yang

kedudukannya disamakan dengan surat setoran. BPN dapat diterbitkan

dalam beberapa bentuk, tergantung dimana wajib pajak membayarkan

pajaknya. BPN dapat diterbitkan dalam bentuk Dokumen bukti

pembayaran yang diterbitkan Bank/Pos Persepsi, untuk

pembayaran/penyetoran melalui Teller dengan Kode Billing, Struk bukti

transaksi, untuk pembayaran melalui ATM , Dokumen elektronik, untuk

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, sedangkan Pajak ... Sistem pemungutan pajak adalah

23

pembayaran/penyetoran melalui internet banking, dan juga Teraan BPN

pada Surat Setoran Pajak (SSP)/SSP PBB, untuk pembayaran melalui

Teller Bank/Pos Persepsi dengan menggunakan SSP/SSP PBB.

BPN termasuk cetakan, salinan dan fotokopinya, kedudukannya

disamakan dengan SSP dan SSP PBB dalam rangka pelaksanaan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan. Dalam hal terdapat perbedaan

antara data pembayaran yang tertera dalam BPN dengan data pembayaran

menurut sistem Penerimaan Negara secara elektronik, maka yang

dianggap sah adalah data sistem Penerimaan Negara secara elektronik.

Sebagaimana halnya dengan Surat Setoran Pajak, BPN dapat digunakan

sebagai sarana pelaporan dan keperluan administrasi lain di Kantor

Pelayanan Pajak.