bab ii kajian pustaka, landasan teori, konsep … iib.pdfsebelum hasil survey dianalisis harus...

40
BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP PENELITIAN, DAN MODEL PENELITIAN Pada bab ini dibahas mengenai kajian pustaka yang merupakan penelitian sejenis berupa tesis ataupun jurnal penelitian terkait dengan penelitian yang dilakukan. Konsep penelitian dijabarkan agar persepsi antara peneliti dan pembaca menjadi sejalan. Selain dari pada itu dibahas juga mengenai landasan teori yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian serta model penelitian. 2.1 Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka akan menjelaskan mengenai hasil penelitian sejenis yang terdahulu. Kajian pustaka ini digunakan untuk menghindari terjadinya duplikasi penelitian ganda tentang topik suatu penelitian. Selain dari pada itu juga sebagai dasar atau pedoman untuk melakukan penelitian selanjutnya. Hasil-hasil penelitian yang digunakan adalah penelitian yang terkait dengan Perkembangan Tata Ruang Permukiman Nelayan di Dusun Ujung Pesisi Desa Tumbu Karangasem secara umum. 7

Upload: trankiet

Post on 07-Aug-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,

KONSEP PENELITIAN, DAN MODEL PENELITIAN

Pada bab ini dibahas mengenai kajian pustaka yang merupakan penelitian

sejenis berupa tesis ataupun jurnal penelitian terkait dengan penelitian yang

dilakukan. Konsep penelitian dijabarkan agar persepsi antara peneliti dan

pembaca menjadi sejalan. Selain dari pada itu dibahas juga mengenai landasan

teori yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian serta model

penelitian.

2.1 Kajian Pustaka

Dalam kajian pustaka akan menjelaskan mengenai hasil penelitian sejenis

yang terdahulu. Kajian pustaka ini digunakan untuk menghindari terjadinya

duplikasi penelitian ganda tentang topik suatu penelitian. Selain dari pada itu juga

sebagai dasar atau pedoman untuk melakukan penelitian selanjutnya. Hasil-hasil

penelitian yang digunakan adalah penelitian yang terkait dengan Perkembangan

Tata Ruang Permukiman Nelayan di Dusun Ujung Pesisi Desa Tumbu

Karangasem secara umum.

7

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

8

A. Konsep Penataan Kawasan Permukiman Nelayan Ngemplakrejo

Sebagai Dampak Pengembangan Kota Pasuruan

Penelitian yang pertama dilakukan oleh Dwi Walojo, Johan Silas, Haryo

Sulistiyarso (2010) dengan judul ”Konsep Penataan Kawasan Permukiman

Nelayan Ngemplakrejo sebagai Dampak Pengembangan Kota Pasuruan” Hasil

analisis memperlihatkan kondisi sosial dan ekonomi nelayan Ngemplakrejo masih

mengalami ketertinggalan, serta terdapat kendala permodalan, pengolahan dan

pemasaran ikan yang mengindikasikan pengaruh positif kekuatan-kekuatan

dinamis Kota Pasuruan tidak maksimal di kawasan ini. Konsep penataan yang

perlu dilakukan adalah melalui revitalisasi usaha perikanan sebagai

pengembangan ekonomi mandiri dan penataan prasarana dan sarana dasar

permukiman. Penelitian dilakukan dengan menggunakan dengan model

rasionalistik yang memadukan metoda kualitatif dan kuantitatif. Sebagai populasi

adalah 415 KK penduduk Kelurahan Ngemplakrejo yang berprofesi sebagai

nelayan dan sampel sebanyak 90 orang. Temuan dari penelitian ini adalah terdapat

aspek sosial dan ekonomi yang menjadi indikator kekuatan-kekuatan dinamis kota

Pasuruan belum sepenuhnya mampu memberi pengaruh positif yang maksimal

pada kawasan permukiman nelayan Ngemplakrejo antara lain : (a) pekerjaan,

sebagian besar nelayan pekerja yang merupakan nelayan; (b) penghasilan,

sebagian besar berpendapatan di bawah UMK Pasuruan 2009; (c) modal kerja,

lebih banyak yang memanfaatkan pinjaman dari tengkulak dari pada kredit bank,

(d) pemasaran hasil, sebagian besar menjual langsung kepada tengkulak; (e)

pengobatan, di puskesmas pembantu dan bidan desa/kelurahan; (f) tempat belanja

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

9

kebutuhan kerja, di lingkungan Kelurahan Ngemplakrejo dan mendapatkan harga

dan kualitas barang yang tidak bersaing; dan (g) pendidikan, di lingkungan

Kelurahan Ngemplakrejo yang merupakan pendidikan rendah (SD dan SMP).

B. Pengembangan Infrastruktur Kampung Nelayan Malabero di Kawasan

Wisata Pantai Tapak Paderi Kota Bengkulu

Penelitian kedua dilakukan oleh Mas Syabirin Thaher (2010) dengan judul

“Pengembangan Infrastruktur Kampung Nelayan Malabero di Kawasan Wisata

Pantai Tapak Paderi Kota Bengkulu” Kampung nelayan Malabero Kota Bengkulu

di hadapkan pada permasalahan rendahnya kualitas fisik lingkungan, salah

satunya adalah belum optimalnya kualitas infrastruktur. Hal ini dapat dilihat dari

minimnya ketersediaan infrastruktur dasar permukiman yang meliputi; jalan, air

bersih, drainase, air limbah, dan persampahan. Sebagai kawasan permukiman

yang berada di kawasan wisata pantai, diupayakan jaringan infrastruktur yang ada

dipermukiman ini teritegrasi dengan kawasan wisata di sekitarnya. Oleh sebab itu

diperlukan suatu arahan pengembangan dalam peningkatan kualitas infrastruktur

di kampung nelayan Malabero agar dapat mendukung keberlangsungan kegiatan

penduduk kampung nelayan Malabero sekaligus menjadi kawasan permukiman

yang menunjang keberadaan wisata pantai Tapak Paderi Kota Bengkulu.Tujuan

dari penelitian ini adalah untuk merumuskan arahan pengembangan infrastruktur

di kampung nelayan Malabero agar dapat mendukung keberadaan wisata pantai

Tapak Paderi Kota Bengkulu.

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa infrastruktur di kampung nelayan

Malabero belum dapat dikatakan mendukung keberlangsungan kegiatan penduduk

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

10

secara optimal dan menunjang keberadaan wisata pantai yang ada disekitar

permukiman mereka, untuk mewujudkannya diperlukan suatu arahan

pengembangan infrastruktur yang mencakup kriteria yang harus dicapai. Adapun

arahan pengembangannya meliputi pengembangan infrastruktur jalan, air bersih,

drainase, air limbah, dan persampahan. Kondisi yang diharapkan dari permukiman

nelayan ini yaitu lingkungan hunian masyarakat nelayan yang mandiri dan

berkualitas, infrastruktur permukiman yang memadai sekaligus mempunyai nilai-

nilai estetika dan ciri khas lokal sehingga mendukung keberadaan pengembangan

kawasan wisata pantai Tapak Paderi Kota Bengkulu.

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka untuk mencapai

tujuan penelitian dan studi ini diperlukan pendekatan kajian secara garis besar

dengan metoda deskriptif. Sebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan

dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

survey berdasarkan masalah-masalah yang dilihat.

C. Identifikasi Pengembangan Permukiman Nelayan Oleh Neighborhood

Upgrading And Shelter Sector Project (NUSSP)

Penelitian ketiga dilakukan oleh Marly Valenti Patandianan & Zenaide Toban

(2011) dengan judul “Identifikasi Pengembangan Permukiman Nelayan Oleh

Neighborhood Upgrading And Shelter Sector Project (NUSSP)” Sebagian besar

rumah dan permukiman nelayan di Indonesia dibangun dan dikembangkan secara

swadaya. Pembangunan dan pengembangan permukiman secara swadaya yang

tidak direncanakan dengan baik dapat menimbulkan kekumuhan. Di tahun 2010,

pemerintah melakukan program pembangunan dan pengembangan permukiman

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

11

desa dan kampung termasuk permukiman nelayan (Neighborhood Upgrading and

Shelter Sector Project–NUSSP). Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi

perubahan rumah, prasarana dan sarana permukiman nelayan di Permukiman

Nelayan Sicini yang dilakukan oleh NUSSP. Simpulannya bahwa pengembangan

permukiman nelayan oleh NUSSP telah berhasil membuat permukiman yang

lebih layak huni dengan kelengkapan sarana dan prasarana yang memadai. Namun

keberhasilan ini tidak disertai dengan sosialisasi ataupun pendekatan kepada

masyarakat untuk menjelaskan pentingnya pemeliharaan prasarana dan sarana

yang telah ada. Prasarana yang dibangun oleh NUSSP cukup lengkap, yang belum

tersedia hanyalah tambatan perahu, pemecah gelombang dan drainase. Sarana

yang berhubungan dengan kegiatan utama nelayan seperti sarana perdagangan dan

pabrik es juga belum ada. Sebagian besar sarana yang telah tersedia telah

memenuhi standar permukiman nelayan yaitu sarana kesehatan, pendidikan,

sarana sosial dan tempat penjemuran ikan. Prasarana dan sarana yang telah ada

perlu dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya untuk mendukung kegiatan

nelayan, meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu

diperlukan kerjasama antara pihak NUSSP, pemerintah dan masyarakat dalam

menjaga dan memelihara prasarana dan sarana yang telah ada.

D. Perencanaan Permukiman Nelayan di Pantai Timur Surabaya

Penelitian keempat dilakukan oleh Ratna Darmiwati (2001) dengan judul

“Perencanaan Permukiman Nelayan di Pantai Timur Surabaya” Dengan fungsi

kota Surabaya sebagai pusat pengembangan di dalam lingkup nasional, maupun

regional Jawa Timur, menuntut Kota Surabaya menyiapkan berbagai sarana dan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

12

fasilitas penunjang ke arah kota metropolitan. Akan tetapi, disisi lain kondisi alam

kota masih bersifat natural. Sejauh ini kondisi kota, khususnya pola perumahan di

wilayah pantai Timur adalah bersifat rural, dan umumnya mempunyai kegiatan

tambak/nelayan. Dengan mengetahui kondisi ini diharapkan dapat memberikan

pertimbangan bagi Surabaya menuju kota metropolitan sesuai dengan fungsi dan

perannya. Ruang lingkup ini mengidentifi kasikan permukiman nelayan Kalisari,

yang meliputi lokasi kawasan studi, kedudukan kawasan studi terhadap struktur

tata ruang kota, dan intensitasnya serta prasarana dan sarana lingkungan.

Karakteristik kependudukan, meliputi demografi, tingkat perekonomian, dan

kondisi sosial ekonominya. Tahap analisis meliputi analisis kondisi penggunaan

lahan, analisis kependudukan, analisis kondisi bangunan, serta analisis aspek

pembiayaannya.

E. Penataan Permukiman Nelayan di Kawasan Pasar Sentral Raha

(Studi Kasus : Permukiman Nelayan Laino Pantai,Laiworu Kab.Muna)

Penelitian kelima dilakukan oleh Shamsul Bahri (2010) dengan judul

“Penataan Permukiman Nelayan di Kawasan Pasar Sentral Raha (Studi Kasus :

Permukiman Nelayan Laino Pantai, Laiworu Kab.Muna): (1) menemukan arahan

penataan sekitar kawasan Pasar Sentral Raha, khususnya di Permukiman Nelayan

Laino Pantai, sesuai dengan Misi KSNPP dengan pendekatan perlindungan dan

perbaikan kualitas dan keseimbangan linkungan permukiman di Kota Raha; (2)

mengidentifikasi potensi yang dapat dikembangkan di Permukiman NelayanL.P;

dan (3) menemukan Arahan Pengembangan Potensi Permukiman Nelayan L.P.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

13

NO PENELITI WAKTU JUDUL PENELITIAN METODE

PENELITIAN

HASIL DAN RELEVANSI

1 Dwi Walojo,

Johan Silas,

Haryo

Sulistiyarso

2010 Konsep Penataan Kawasan

Permukiman Nelayan

Ngemplakrejo Sebagai Dampak

Pengembangan Kota Pasuruan

Rasionalistik Hasil: terdapat aspek sosial dan ekonomi yang menjadi

indikator kekuatan-keuatan dinamis Kota Pasuruan belum

sepenuhnya mampu memberi pengaruh positif yang

maksimal pada kawasan permukiman nelayan Ngemplakrejo

Relevansi: Penataan kawasan permukiman

2 Mas Syabirin

Thaher

2010 Pengembangan Infrastruktur

Kampung Nelayan Malabero di

Kawasan Wisata Pantai Tapak

Paderi Kota Bengkulu

Deskriptif Hasil: mencapai tujuan penelitian dan studi ini diperlukan

pendekatan kajian secara garis besar

Relevansi: pengembangan infrastruktur kampung nelayan

3 Marly Valenti

Patandianan &

Zenaide Toban

2011 Identifikasi Pengembangan

Permukiman Nelayan Oleh

Neighborhood Upgrading And

Shelter Sector Project (NUSSP)

Kualitatif Hasil: melahirkan perubahan sudut dan cara pandang,

peningkatan ekonomi, perbaikan perumahan dan hunian

berikut lingkungannya.

Relevansi: pengembangan permukiman nelayan

4 Ratna

Darmiwati

2001 Perencanaan Permukiman

Nelayan di Pantai Timur

Surabaya

Kualitatif Hasil: mengetahui kondisi ini diharapkan dapat memberikan

pertimbangan bagi Surabaya menuju kota metropolitan sesuai

dengan fungsi dan perannya.

Relevansi:perencanaan permukiman nelayan

5 Shamsul Bahri 2010 Penataan Permukiman

Nelayandi Kawasan Pasar

Sentral Raha(Studi Kasus :

Permukiman Nelayan Laino

Pantai, Laiworu Kab.Muna

Kualitatif Hasil: menemukan arahan penataan sekitar kawasan Pasar

Sentral Raha, khususnya di Permukiman Nelayan Laino

Pantai, sesuai dengan Misi KSNPP dengan pendekatan

perlindungan dan perbaikan kualitas dan keseimbangan

lingkungan permukiman di Kota Raha.

Relevansi: penataan permukiman nelayan

Tabel 2.1 Kajian Pustaka

Sumber: Studi Literatur, 2015

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

14

2.2 Landasan Teori

Landasan teori merupakan suatu teori-teori yang digunakan sebagai dasar

ataupun batasan dalam melakukan suatu penelitian. Teori merupakan serangkaian

asumsi, konsep, definisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial

secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep. Menurut

definisi ini teori mengandung tiga hal. Pertama, teori adalah serangkaian proposisi

antar konsep-konsep yang saling berhubungan. Kedua, teori menerangkan secara

sistematis suatu fenomena sosial dengan cara menentukan hubungan antar konsep.

Ketiga, teori menerangkan fenomena tertentu dengan cara menentukan konsep

mana yang berhubungan dengan konsep lainnya dan bagaimana bentuk

hubungannya (Singarimbun, 2006).

2.2.1 Teori Perkembangan Ruang

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), "perkembangan" adalah

perihal berkembang. Selanjutnya, kata "berkembang" menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia ini berarti mekar terbuka atau membentang; menjadi besar, luas,

dan banyak, serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran,

pengetahuan, dan sebagainya. Dengan demikian, kata "berkembang" tidak saja

meliputi aspek yang berarti abstrak seperti pikiran dan pengetahuan, tetapi juga

meliputi aspek yang bersifat konkret. Dalam Dictionary of Psychology (1972) dan

The Penguin Dictionary of Psychology (1988), arti perkembangan pada prinsipnya

adalah tahapan-tahapan perubahan yang progresif yang terjadi dalam rentang

kehidupan manusia dan organisme lainnya, tanpa membedakan aspek-aspek yang

terdapat dalam diri organisme-organisme tersebut.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

15

Yunus dalam bukunya Manajemen Kota Perspektif Spasial (2005)

menjelaskan bahwa ditinjau dari prosesnya, perkembangan ruang (spasial) secara

fisik tampak ada dua macam bentuk perkembangan yang dapat diidentifikasi,

yaitu: proses perkembangan spasial secara horizontal, dan proses perkembangan

spasial secara vertikal. Pada penelitian ini perkembangan ruang yang akan dibahas

secara horizontal, oleh sebab itu pembahasan mengenai teori perkembangan ruang

hanya sebatas perkembangan ruang secara horizontal.

Proses perkembangan ruang secara horizontal menjadi penentu bertambah

luasnya area kekotaan dan makin padatnya bangunan bagian dalam kota, yang

secara definitif dapat dirumuskan sebagai suatu proses penambahan ruang yang

terjadi secara mendatar dengan cara menempati ruang-ruang yang masih kosong,

baik di daerah pinggiran kota maupun di daerah-daerah bagian dalam kota.

Perkembangan keruangan secara horizontal terdiri dari proses perkembangan

spasial sentrifugal (centrifugal spatial development) dan proses perkembangan

spasial secara sentripetal (centripetal spatial development). Dua macam proses

perkembangan ini menandai bentuk perkembangan kota-kota di negara-negara

berkembang.

A. Proses Perkembangan Spasial Sentrifugal

Proses perkembangan secara sentrifugal adalah proses bertambahnya

ruang kekotaan yang berjalan ke arah luar dari daerah kekotaan yang sudah

terbangun dan mengambil tempat di daerah pinggiran kota. Proses inilah yang

memicu dan memacu bertambah luasnya area kekotaan. Makin banyak dan kuat

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

16

faktor-faktor penarik yang terdapat di daerah pinggiran kota terhadap penduduk

dan fungsi-fungsi, makin cepat pula proses bertambahnya ruang perkotaan.

B. Proses Perkembangan Spasial Sentripetal

Merupakan suatu proses penambahan bangunan perkotaan yang terjadi di

bagian dalam kota (the inner parts of the city). Proses ini terjadi pada lahan-lahan

yang masih kosong di bagian dalam kota, baik berupa lahan yang terletak di

antara bangunan-bangunan yang sudah ada, maupun pada lahan-lahan terbuka

lainnya.

2.2.2 Teori Struktur Ruang Kota

Teori struktur ruang dan kota dalam penelitian terkait proses terbentuknya

sebuah kota berdasarkan struktur pada umumnya dan faktor-faktor daya tarik dan

pendukung. Pada teori ini juga disampaikan pola keruangan kota menurut para

ahli.

Kota pada hakekatnya lahir dan berkembang dari suatu wilayah pedesaan.

Akibat tingginya pertumbuhan penduduk yang diikuti oleh meningkatnya

kebutuhan (pangan, sandang dan perumahan) dan pesatnya ilmu pengetahuan dan

teknologi, maka bermunculan pemukiman- pemukiman baru. Selanjutnya, akan

diikuti oleh fasilitas-fasilitas sosial seperti pasar, pertokoan, rumah sakit,

perkantoran, sekolah, tempat hiburan, jalan-jalan raya, terminal, industri dan lain

sebagainya, hingga terbentuklah suatu wilayah kota. Mengingat lengkapnya

fasilitas-fasilitas sosial yang dimiliki, maka kota merupakan daya tarik bagi

penduduk yang tinggal di desa untuk berdatangan, bahkan sebagian di antaranya

tinggal di wilayah kota.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

17

Kota dapat dipandang sebagai suatu wilayah di permukaan bumi yang

sebagian besar arealnya terdiri atas benda-benda hasil rekayasa dan budaya

manusia, serta tempat pemusatan penduduk yang tinggi dengan sumber mata

pencaharian di luar sektor pertanian. Pengertian tersebut juga berarti suatu kota

dicirikan oleh adanya prasarana perkotaan, seperti bangunan yang besar-besar

bagi pemerintahan, rumah sakit, sekolah, pasar, taman dan alun-alun yang luas

serta jalan aspal yang lebar-lebar.

Berikut ini beberapa definisi kota menurut pandangan para ahli. Menurut

Bintarto (1979), kota adalah sebuah bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-

unsur alamiah dan non alami dengan gejala gejala pemusatan penduduk yang

cukup besar dan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis

dibandingkan dengan daerah sebelumnya.

Pendapat ahli lainnya seperti yang dikemukakan Dickinson yang dikutip

Jayadinata (1992), kota adalah suatu pemukiman yang bangunan rumahnya rapat

dan penduduknya bernafkah bukan pertanian. Menurut Ray Northam (1979),

menyebutkan bahwa kota adalah suatu lokasi dimana kepadatan penduduk lebih

tinggi dibandingkan dengan populasi, sebagian besar penduduk tidak bergantung

pada sektor pertanian atau aktivitas ekonomi primer lainnya, dan pusat

kebudayaan administratif dan ekonomi bagi wilayah di sekitarnya.

Selanjutnya, Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No. 4 tahun 1980

menyebutkan bahwa kota dapat dibagi menjadi dua pengertian, yaitu pertama,

kota sebagai suatu wadah yang memiliki batasan administratif sebagaimana diatur

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

18

dalam perundang-undangan. Kedua, kota sebagai suatu lingkungan kehidupan

perkotaan yang mempunyai ciri non agraris, misalnya ibukota kabupaten, ibukota

kecamatan, dan berfungsi sebagai pusat pertumbuhan dan pemukiman.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas kaitannya dengan pusat kegiatan,

maka kota merupakan daerah pusat keramaian karena di dalamnya berbagai pusat

kegiatan manusia (di luar pertanian) terdapat di sini, seperti pusat industri baik

industri besar sampai industri kecil, pusat perdagangan mulai dari pasar

tradisional sampai regional dan pusat pertokoan, pusat sektor jasa dan pelayanan

masyarakat seperti rumah sakit, pusat pendidikan, pusat pemerintahan, pusat

hiburan dan rekreasi, dan lain sebagainya adalah untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat kota itu sendiri dan daerah-daerah di sekitarnya.

Berbicara tentang kota sebagai pusat kegiatan, ada yang dinamakan inti kota

atau pusat kota (core of city) merupakan pusat dari kegiatan ekonomi, kegiatan

politik, kegiatan pendidikan, kegiatan pemerintahan, kegiatan kebudayaan dan

kegiatankegiatan lainnya. Akan tetapi, daerah seperti ini dinamakan Pusat Daerah

Kegiatan (PDK) atau Central Business Districts (CBD). PDK berkembang dari

waktu ke waktu sehingga meluas ke arah daerah di luarnya, daerah ini disebut

Selaput Inti Kota (SIK).

Jenis kegiatan ekonomi di kota pada dasarnya terdiri dari:

A. Kegiatan ekonomi dasar (basic activities) yang membuat dan menyalurkan

barang dan jasa untuk keperluan luar kota atau ekspor. Barang dan jasa

tersebut berasal dari industri, perdagangan, rekreasi dan sebagainya.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

19

B. Kegiatan ekonomi bukan dasar (non basic activities) yang memproduksi

dan mendistribusi barang dan jasa untuk keperluan penduduk kota sendiri.

Kegiatan ekonomi dasar merupakan hal penting bagi suatu kota, yaitu

merupakan dasar agar kota dapat bertahan dan berkembang. Mengenai

pengelompokan dan penyebaran jenis-jenis kegiatan di kota sangat bergantung

pada beberapa faktor yang meliputi: ketersediaan ruang di dalam kota, jenis-jenis

kebutuhan dari warga kota, tingkat teknologi yang diserap, perencanaan kota dan

faktor-faktor geografi setempat.

Pusat-pusat kegiatan di kota sering mengalami perubahan daya tarik.

Keadaan ini sebagai akibat dari pasang surutnya penduduk serta perkembangan

kotanya sendiri. Keramaian yang ada di kota tergantung pada beberapa faktor,

antara lain: kemampuan daya tarik dari bangunan dan gedung-gedung tempat

menyalurkan kebutuhan sehari-hari, tingkat kemakmuran warga kota dilihat dari

daya belinya, tingkat pendidikan dan kebudayaan yang cukup baik, sarana dan

prasarana dalam kota yang memadai, pemerintahan, dan warga kota yang dinamis.

Mengingat fungsi kota sebagai pusat dari segala kegiatan manusia dan

suatu yang komplekan, maka penataan ruangnya selain harus tersedia juga harus

melalui suatu perencanaan yang matang agar pertumbuhan dan perkembangannya

teratur, dan tidak menimbulkan permasalahan di kemudian hari.

Penataan ruang kota yang baik, harus didasarkan pada kondisi fisik

setempat, pemerintah kota sebagai pengatur kebijakan, dan tingkat perekonomian

serta kebutuhan penduduk terhadap fasilitas kota. Fasilitas-fasiltas yang harus ada

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

20

dalam tata ruang kota diantaranya perkantoran, pemukiman, pendidikan, pasar,

pertokoan, bioskop, rumah sakit. Jalur-jalur jalan yang menghubungkan kota

dengan tempat-tempat lain diluarnya berupa jalan kabupaten, jalan propinsi dan

jalur-jalur jalan dalam kota yang berfungsi seperti urat nadi dalam tubuh manusia

yaitu mensuplai segala kebutuhan ke setiap sudut kota. Taman-taman kota, alun-

alun, taman olahraga, taman bermain dan rekreasi keluarga. Areal parkir yang luas

dan memadai. Tempat-tempat tersebut selain harus layak, mudah dijangkau, juga

harus memikirkan kemungkinan pengembangannya.

Pertumbuhan dan perkembangan kota sangat dipengaruhi oleh berbagai

faktor alamiah dan faktor sosial wilayah, serta kebijakan pemerintah. Faktor

alamiah yang mempengaruhi perkembangan kota antara lain lokasi, fisiografi,

iklim dan kekayaan alam yang terkandung di daerah tersebut. Termasuk dalam

faktor sosial di antaranya kondisi penduduk dan fasilitas sosial yang ada.

Kebijakan pemerintah adalah menyangkut penentuan lokasi kota dan pola tata

guna lahan di wilayah perkotaan tersebut.

Lokasi kota yang strategis cenderung mengalami perkembangan yang

lebih cepat, apalagi didukung oleh kekayaan alam yang memadai, berada di pusat

kawasan hinterland yang potensial, sehingga penggunaan lahannya akan lebih

bervariasi. Kota yang memiliki bentuk morfologi pedataran memungkinkan

perkembangan yang lebih cepat dibandingkan kota yang berada di daerah

perbukitan. Pemerintah sebagai pengambil kebijakan dalam membuat aturan

penggunaan lahan, mana kawasan yang boleh dan tidak boleh dikembangkan.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

21

Semakin tinggi tingkat ekonomi dan kebutuhan warga kota akan fasilitas kota

maka semakin beragam penggunaan tanah di kota.

Kenampakan penggunaan ruang perkotaan adalah keanekaragaman fungsi

tanah sebagai cerminan dari keanekaragaman kebutuhan warga kota terhadap

berbagai jenis fasilitas kehidupan. Penggunaan tanah akan menjadi salah satu

karakter kota, sebagai hasil perpaduan antara kondisi fisik seperti topografi,

morfologi, hidrografi, dan kondisi sosial seperti sejarah, ekonomi warga kota,

budaya, pemerintah dan keterbukaan kota terhadap daerah lainnya. Segmentasi

ruang dalam kota sangat tergantung ke pada lokasi kota, karakteristik fisik,

kebijakan penggunaan lahan, dan kondisi sosial ekonomi penduduk.

Pengunaan tanah di kota, umumnya dapat dilihat dari kenampakan yang

ada. Di mana kota merupakan pusat dari segala kegiatan manusia, sehingga

penggunaan tanahnya jauh lebih beragam dibandingkan dengan di desa. Semua

kegiatan ekonomi kota memerlukan tanah. Dengan demikian, sebagian besar dari

tanah di kota digunakan untuk kegiatan industri dan jasa, disamping untuk tempat

tinggal.

Berhubungan dengan hal tersebut, fungsi kota adalah sebagai pusat

pelayanan (misalnya perdagangan) dan industri. Kegiatan industri yang ada di

perkotaan meliputi industri besar, industri menengah dan industri kecil (home

industries). Tanah yang digunakan untuk industri adalah sebagai tempat bekerja

(pabrik), gudang, rumah karyawan, dan lain-lain.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

22

Struktur ruang kota dapat diukur berdasarkan kerapatan bruto dan

kerapatan netto. Kerapatan bruto bagi industri adalah ukuran yang meliputi

bangunan gudang, tempat parkir, tempat bongkar muat, rel kereta api dan jalan di

dalam kawasan pabrik, ruang terbuka (taman), ruang yang belum terpakai, dan

sebagainya. Kerapatan netto bagi industri adalah ukuran yang hanya meliputi

bangunan pabrik, gudang, tempat parkir dan tempat bongkar muat saja. Kedua

ukuran ini digunakan untuk menganalisis penggunaan tanah yang sedang berlaku;

untuk perencanaan, akan lebih mudah jika hanya digunakan kerapatan bruto yaitu

untuk tanah yang kosong.

Berbagai fasilitas dan beragamnya aktivitas masyarakat kota, telah

membentuk struktur kota yang berbeda dengan struktur di desa. Menurut Johara

(1986), segala yang dibangun di daerah kota, baik oleh alam seperti bukit, gunung

dan sebagainya, maupun oleh manusia seperti gedung-gedung, rumah, pabrik dan

sebagainya, biasanya yang tersembul dari permukaan bumi dianggap sebagai

suatu struktur ruang kota.

Struktur ruang wilayah perkotaan yang terdapat di negara-negara lain

ternyata memperlihatkan bentuk-bentuk tertentu. Indonesia khususnya di Pulau

Jawa, hampir semua kota di pusatnya selalu ada alun-alun, mesjid agung, penjara,

pamong praja atau kantor pemerintahan, dan pertokoaan.

Perkembangan kota dapat dipengaruhi oleh berbagai rintangan alam

seperti pegunungan, perbukitan, lembah sungai dan lain-lain, dalam

perkembangannya akan selalu menyesuaikan diri dengan keberadaan fisik

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

23

wilayahnya sehingga kota berbentuk tidak teratur dan menimbulkan kesan sebagai

kota yang tidak terencana.

Banyak para ahli telah berusaha mengadakan penelitian mengenai struktur

ruang kota yang ideal, di antaranya adalah teori memusat (konsentris) menurut

Ernest W. Burgess dalm Yunus (2000) yang meneliti struktur kota Chicago. Teori

konsentris menyatakan daerah kekotaan dapat dibagi dalam enam zone, yaitu:

A. Zone pusat daerah kegiatan (PDK/CBD), terdapat pusat pertokoan besar

(Dept. Store), gedung perkantoran yang bertingkat, bank, museum, hotel,

restoran, dan lain sebagainya.

B. Zona peralihan atau zone transisi, merupakan daerah yang terikat dengan

pusat daerah kegiatan. Penduduk zone ini tidak stabil, baik dilihat dari

tempat tinggal maupun sosial ekonominya. Dikategorikan sebagai daerah

berpenduduk miskin. Dalam rencana pengembangan kota daerah ini

diubah menjadi lebih baik untuk komplek industri manufaktur, perhotelan,

tempat parkir, gudang, apartemen, dan jalan-jalan utama yang

menghubungkan inti kota dengan daerah luarnya. Pada daerah ini juga

sering ditemui daerah slum atau daerah pemukiman penduduk yang

kumuh.

C. Zone permukiman klas proletar, perumahannya sedikit lebih baik. Dihuni

oleh para pekerja yang berpenghasilan kecil atau buruh dan karyawan

kelas bawah, ditandai oleh adanya rumah-rumah kecil yang kurang

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

24

menarik dan rumah-rumah susun sederhana yang dihuni oleh keluarga

besar.

D. Zone pemukiman kelas menengah (residential zone), merupakan komplek

perumahan para karyawan kelas menengah yang memiliki keahlian

tertentu. Rumah-rumahnya lebih baik dibandingkan daerah klas ploretar.

E. Zone penglaju (commuters), merupakan daerah yang memasuki daerah

belakang (hinterland) atau merupakan daerah batas desa-kota.

Penduduknya bekerja di kota dan tinggal di pinggiran kota.

Selain teori konsentris, juga terdapat teori sektoral (sector theory) menurut

Homer Hoyt dalam Yunus (2000). Menurut teori ini struktur ruang kota

cenderung berkembang berdasarkan sektor-sektor daripada berdasarkan lingkaran-

lingkaran konsentrik. PDK atau CBD terletak di pusat kota, namun pada bagian

lainnya berkembang menurut sektor-sektor yang bentuknya menyerupai irisan kue

bolu. Hal ini dapat terjadi akibat dari faktor geografi seperti bentuk lahan dan

pengembangan jalan sebagai sarana komunikasi dan transportasi.

Gambar. 2.1

Pola Keruangan Kota Menurut Burgess

Sumber : Yunus, 2000

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

25

Menurut Homer Hoyt, kota tersusun pada lingkaran dalam terletak pusat kota

(CBD) yang terdiri atas: bangunan-bangunan kantor, hotel, bank, bioskop, pasar

dan pusat perbelanjaan. Pada sektor tertentu terdapat kawasan industri ringan dan

perdagangan. Dekat pusat kota dan dekat sektor tersebut, yaitu bagian sebelah

menyebelahnya terdapat sektor murbawisma, yaitu tempat tinggal kaum buruh.

Agak jauh dari pusat kota dan sektor industri serta perdagangan, terletak sektor

madyawisma. Lebih jauh lagi terdapat sektor adiwisma, yaitu kawasan tempat

tinggal golongan atas.

2.2.3 Teori Proses Pemekaran dan Pertumbuhan Kota

Teori proses pemekaran dan pertumbuhan kota dalam penelitian terkait

bagaimana proses pemekaran dan pertumbuhan permukiman yang terjadi di

Dusun Ujung Pesisi berdasarkan teori.

Suatu kota atau bagian kota mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

Perkembangan ini menyangkut aspek politik, sosial, budaya, teknologi, ekonomi

dan fisik. Menurut Herbert dalam Yunus (2000) makna perkembangan

pemukiman menyoroti eksistensi keruangan kekotaan dan hal ini dapat diamati

Gambar. 2.2

Pola Keruangan Kota Menurut Homer Hyot

Sumber : Yunus, 2000

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

26

dari kenampakan kota secara fisik antara lain tercermin pada sistem jalan-jalan

yang ada, blok-blok bangunan baik dari daerah hunian maupun bukan hunian dan

juga bangunan individual. Proses perembetan kenampakaan fisik kota ke arah luar

disebut ‘urban sparwl’. Adapun macam ‘urban sparwl’ sebagai berikut:

A. Tipe Perembetan Konsentris (concentric development/ low density

continous development)

Dikemukan pertama kali oleh Harvey Clark (1971) menyebut tipe ini sebagai

'low density, continous development'. Tipe perembetan paling lambat, berjalan

perlahan-lahan terbatas pada semua bagian-bagian luar kenampakan fisik kota

yang sudah ada sehingga akan membentuk suatu kenampakan morfologi kota

yang kompak. Peran transportasi terhadap perembetaannya tidak begitu besar.

B. Tipe Perembetan Memanjang (ribbon development/ linear development/

axial development)

Tipe ini menunjukkan ketidakmerataan perembetan arel perkotaan di semua

bagian sisi luar daripada daerah kota utama. Perembetan paling cepat terlihat di

koridor jalan yang ada, khususnya yang bersifat menjari (radial) dari pusat kota.

Kawasan di sepanjang koridor merupakan tekanan paling berat dari

perkembangan (Yunus, 2000)

Gambar. 2.3

Perembetan Konsentris

Sumber : Yunus, 2000

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

27

Tipe ini perembetannya tidak merata pada semua bagian sisi luar dari pada

daerah kota utama. Perembetan bersifat menjari dari pusat kota disepanjang

koridor jalan.

C. Tipe Perembetan Meloncat (leap frog development/ checkkeroard

development)

Perembetan yang terjadi pada tipe ini dianggap paling merugikan oleh

kebanyakan pakar lingkungan, sebab tidak efisien dan tidak menarik.

Perkembangan lahannya berpencar secara sporadis dan tumbuh ditengah-tengah

lahan kosong, sehingga cepat menimbulkan dampak negatif terhadap kegiatan

pertanian pada wilayah yang luas sehingga alih fungsi lahan pertanian akan lebih

cepat terjadi.

Gambar. 2.4

Perembetan Linear

Sumber : Yunus, 2000

Gambar. 2.5

Perembetan Meloncat

Sumber : Yunus, 2000

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

28

2.2.4 Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Pole Theory)

Teori kutub pertumbuhan atau sering disebut teori pusat pertumbuhan

pertama kali diperkenalkan oleh Perroux (1995). Teori ini menyatakan bahwa

pembangunan sebuah kota atau wilayah merupakan hasil proses dan tidak terjadi

secara serentak, melainkan muncul di tempat-tempat tertentu dengan kecepatan

dan intensitas yang berbeda. Tempat atau lokasi yang menjadi pusat pembangunan

atau pengembangan dinamakan kutub pertumbuhan. Dari tempat inilah

selanjutnya proses pembangunan berlanjut ke wilayah-wilayah di sekitarnya.

Teori ini menjelaskan perkembangan ekonomi kota dalam suatu wilayah

yang luas dengan adanya sumber daya yang timpang. Teori ini juga ditopang oleh

alat-alat ukur ekonomi sehingga dapat menjelaskan implikasinya pada

perencanaan dan bersifat dinamis. Teori ini berkembang sejak tahun 1950-an dan

cukup mampu menjelaskan perkembangan di negara maju maupun berkembang.

Konsep-konsep yang ada dalam teori ini meliputi :

a. Prospulsive Industry, industri sebagai pemicu perkembangan.

b. Circular and Cumulative Causation, proses yang memungkinkan akumulasi

perkembangan.

c. Multiplier Effect, menurut teori ini ketimpangan dapat diatasi oleh tricling

down process dan spread effect.

Secara konseptual, pusat pertumbuhan (growth pole) dapat diartikan dengan

dua cara, yaitu secara fungsional dan geografis. Secara fungsional, pusat

pertumbuhan adalah suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha atau cabang industri

yang dikarenakan sifat hubungannya memiliki unsur-unsur yang bersifat dinamis

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

29

sehingga mampu menstimulasi kehidupan ekonomi baik ke dalam maupun ke luar

(wilayah belakangnya). Secara geografis pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi

yang memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik (pole of

attraction), yang menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi di

daerah tersebut dan penduduk datang memanfaatkan fasilitas yang ada di kota

tersebut, walaupun kemungkinannya tidak ada interaksi antara usaha-usaha

tersebut.

Menurut Tarigan (2005) tidak semua kota dikategorikan sebagai pusat

pertumbuhan, karena pusat pertumbuhan memiliki empat ciri, yaitu adanya

hubungan internal antara berbagai macam kegiatan yang memiliki nilai ekonomi,

adanya multiplier effect (unsur pengganda), adanya konsentrasi geografis, dan

bersifat mendorong pertumbuhan wilayah belakangnya.

2.2.5 Teori Infrastruktur

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), infrastruktur dapat

diartikan sebagai sarana dan prasarana umum. Sarana secara umum diketahui

sebagai fasilitas publik seperti rumah sakit, jalan, jembatan, telepon, sanitasi dan

lainnya. Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi,

pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik lainnya yang

dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan

ekonomi (Grigg, 2000).

Associated General Contractor of America (AGCA), mendefinisikan

infrastruktur adalah semua aset berumur panjang yang dimiliki oleh Pemerintah

setempat, Pemerintah Daerah maupun Pusat dan utilitas yang dimiliki oleh para

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

30

pengusaha. Menurut Chapin (1995), guna lahan harus memiliki akses terhadap

jaringan umum dan struktur umum serta pelayanan umum. Struktur umum di sini

disebut dengan infrastruktur, fasilitas umum atau terkadang disebut sebagai

fasilitas pelayanan umum. Secara umum istilah infrastruktur biasanya

berhubungan dengan air bersih, fasilitas air limbah, jalan raya, dan transportasi

umum, sementara fasilitas umum berhubungan dengan sekolah, taman, dan

fasilitas lain yang sering dikunjungi masyarakat. Terkadang fasilitas umum dapat

digunakan secara bergantian dengan infrastruktur untuk menunjukan segala

sesuatu yang terkandung dalam bangunan umum baik secara fisik maupun sistem

pelayanannya. Penggunakan istilah fasilitas umum (communal facility) guna

mempersatukan keduanya, infrastruktur dan struktur dan tempat di mana

pelayanan masyarakat dilakukan.

Dari pernyataan-pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa Infrastruktur

merupakan fasilitas-fasilitas publik yang diadakan oleh pemerintah maupun

swasta merujuk pada sistem fisik seperti jaringan jalan, air bersih, drainase,

telekomunikasi, listrik, limbah, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik

yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam

lingkup sosial dan ekonomi.

Elemen dasar lingkungan perumahan menurut Dirjen Cipta Karya, secara

garis besar dapat dikelompokkan dalam infrastruktur fisik, antara lain:

A. Jaringan jalan

Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi bagian jalan

termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

31

bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan

tanah, di bawah permukaan tanah atau air serta di atas permukaan air (Adji

Adisasmita, 2012:79). Dalam suatu kota, pola jaringan jalan biasanya

terbentuk melalui proses yang sangat panjang dan merupakan bagian atau

kelanjutan dari pola yang ada sebelumnya (Rinaldi Mirsa, 2011:54).

B. Sistem drainase

Sistem drainase dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang

berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu

kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.

Bangunan sistem drainase terdiri dari saluran penerima (interseptor drain),

saluran pengumpul (colector drain), saluran pembawa (conveyor drain),

saluran induk (main drain) dan badan air penerima (receiving waters)

(Grigg, 2000).

Air hujan yang jatuh di suatu kawasan perlu dialirkan atau dibuang,

dengan membuat saluran yang dapat menampung air hujan yang mengalir di

permukaan tanah tersebut. Sistem saluran di atas selanjutnya dialirkan ke

sistem yang lebih besar. Sistem yang paling kecil juga dihubungkan dengan

saluran rumah tangga dan dan sistem saluran bangunan infrastruktur

lainnya, sehingga apabila cukup banyak limbah cair yang berada dalam

saluran tersebut perlu diolah (treatment). Seluruh proses tersebut di atas

yang disebut dengan sistem drainase (Kodoatie, 2003).

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

32

C. Jaringan air bersih

Jaringan air bersih di permukiman merupakan suatu prasarana yang sangat

penting untuk menunjang keberlangsungan suatu permukiman tersebut

untuk berkembang. Pesatnya pembangunan serta tingginya laju

pertumbuhan penduduk menyebabkan meningkatnya kebutuhan

permukiman dengan prasarana yang mendukungnya. Sejalan dengan

meningkatnya permukiman, maka kebutuhan untuk air bersih pun

meningkat, baik dalam kualitas maupun kuantitas (Kodoatie, 2002).

D. Pengelolaan sampah

Sampah adalah sesuatu yang sudah tidak dapat digunakan lagi, tidak

terpakai, tidak disenangi dan sesuatu yang sudah dibuang yang berasal dari

aktifitas manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (American Public

Health Association, 1976). Sampah adalah limbah yang bersifat padat yang

berasal dari zat organik dan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan

harus dikelola agar tidak menganggu lingkungan (Tri Nalarsih, 2007).

Pengelolaan sampah atau limbah padat pada dasarnya dibagi menjadi

dua sistem, yaitu sistem on-site dan off-site (Istiawan, 1996). Sistem on-site

yaitu pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masing-masing sumber dan

umumnya pada lokasi masing-masing sumber, baik dengan cara dibakar,

ditimbun, dan didaur-ulang. Sistem off-site yaitu pengelolaan sampah yang

dilakukan oleh sumber pada lokasi tertentu dan mempunyai jarak yang

cukup jauh.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

33

E. Pengelolaan air limbah

Kriteria air limbah domestik yang berasal dari pusat permukiman dan

non permukiman antara lain: a) Air mandi, air cucian, air dapur merupakan

air limbah grey water b) Air jamban/water closet (WC) merupakan air

limbah black water.

Kriteria pengumpulan dan pengaliran air limbah dibedakan menjadi: (1)

sistem sanitasi terpusat (off site system) di mana air limbah yang

dikumpulkan dari sambungan rumah adalah dari air mandi, cuci, dapur dan

jamban. Pengumpulan air limbah domestik dari sambungan rumah dialirkan

ke pipa pengumpul dengan kecepatan aliran minimum 0,6 m/det dan

maksimum 3 m/det. Air limbah dari pipa pengumpul dialirkan ke instalasi

pengolahan air limbah (IPAL); (2) sistem sanitasi setempat (on site system)

dimana pengumpulan air limbah (Black Water) melalui kakus ke bangunan

tangki septik dan cubluk. Pengaliran air limbah (grey water) langsung ke

saluran drainase kota, atau diresapkan ke tanah. Pengumpulan/penyedotan

lumpur tinja dengan truk tinja untuk dibawa ke Instalasi Pengolahan

Lumpur Tinja (IPLT).

2.2.6 Teori Permukiman

Pemukiman berasal dari kata housing dalam bahasa Inggris yang artinya

adalah perumahan dan kata human settlement yang artinya pemukiman.

Perumahan memberikan kesan tentang rumah atau kumpulan rumah beserta

prasarana dan sarana ligkungannya. Perumahan menitiberatkan pada fisik atau

benda mati, yaitu houses dan land settlement. Pemukiman memberikan kesan

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

34

tentang pemukim atau kumpulan pemukim beserta sikap dan perilakunya di dalam

lingkungan, sehingga pemukiman menitikberatkan pada sesuatu yang bukan

bersifat fisik atau benda mati yaitu manusia (human). Jadi perumahan dan

pemukiman merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan sangat erat

hubungannya, pada hakekatnya saling melengkapi.

Pengertian dasar permukiman dalam Undang-Undang No.1 tahun 2011

adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan

perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai

penunjang kegiatan fungsi lain di dalam kawasan perkotaan atau kawasan

perdesaan.

Menurut Koestoer (1995) batasan permukiman adalah terkait erat dengan

konsep lingkungan hidup dan penataan ruang. Permukiman adalah area tanah

yang digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan

tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan merupakan bagian dari

lingkungan hidup di luar kawasaan lindung baik yang berupa kawasan perkotaan

maupun perdesaan. Parwata (2004) menyatakan bahwa permukiman adalah suatu

tempat bermukim manusia yang telah disiapkan secara matang dan menunjukkan

suatu tujuan yang jelas, sehingga memberikan kenyamanan kepada penghuninya.

Kegunaan dari sebuah permukiman adalah tidak hanya untuk menyediakan tempat

tinggal dan melindungi tempat bekerja tetapi juga menyediakan fasilitas untuk

pelayanan, komunikasi, pendidikan, dan rekreasi.

Elemen dasar perumahan permukiman dari artian perumahan permukiman

dapat disimpulkan bahwa permukiman terdiri dari dua bagian yaitu: manusia (baik

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

35

sebagai pribadi maupun dalam hubungan sosial) dan tempat yang mewadahi

manusia yang berupa bangunan (baik rumah maupun elemen penunjang lain).

Menurut Constantinos A. Doxiadis (1968: 21-35) ada lima elemen dasar

permukiman:

a. Nature (alam) yang bisa dimanfaatkan untuk membangun rumah dan

difungsikan semaksimal mungkin.

b. Man (manusia) baik pribadi maupun kelompok.

c. Society (Masyarakat) bukan hanya kehidupan pribadi yang ada tapi juga

hubungan sosial masyarakat.

d. Shells (rumah) atau bangunan dimana didalamnya tinggal manusia dengan

fungsinya masing-masing.

e. Networks (jaringan atau sarana prasarana) yaitu jaringan yang mendukung

fungsi permukiman baik alami maupun buatan manusia seperti jalan

lingkungan, pengadaan air bersih, listrik, drainase, dan lain-lainnya.

Dalam membicarakan alam adalah alam pada saat permukiman akan

dibangun, bukan kondisi pada suatu saat dimasa lampau. Seiring dengan

berjalannya waktu, alam pun mengalami perubahan. Kondisi alam pada waktu

manusia pada jaman purba dengan kondisi sekarang sangatlah berbeda. Agar

mencapai tujuan permukiman yang ideal sangatlah dipengaruhi oleh kelima

elemen dasar tersebut yaitu: kombinasi antara alam, manusia, bangunan,

masyarakat, dan sarana prasarana.

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

36

A. Pengertian Permukiman Nelayan

Menurut Khadija (1998) arti kata nelayan terbagi dalam dua pengertian nelayan

yaitu :

a. Nelayan sebagai subjek/orang; merupakan sekelompok masyarakat

manusia yang memiliki kemampuan serta sumber kehidupan di sekitar

pesisir pantai.

b. Nelayan sebagai predikat/pekerjaan; suatu sumber penghasilan masyarakat

yang berkaitan erat dengan sektor perikanan dan perairan (laut dan

sungai).

Permukiman nelayan adalah merupakan lingkungan tempat tinggal dengan

sarana dan prasarana dasar yang sebagian besar penduduknya merupakan

masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai nelayan dan memiliki akses dan

keterikatan erat antara penduduk permukiman nelayan dengan kawasan perairan

sebagai tempat mereka mencari nafkah, meskipun demikian sebagian dari mereka

masih terikat dengan daratan. Secara umum permukiman nelayan dapat

digambarkan sebagai suatu permukiman yang sebagian besar penduduknya

merupakan masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai nelayan. Disisi lainnya

menurut Peraturan Menteri Negara Permukiman Rakyat Republik Indonesia

Nomor 15/Permen/M/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan

Pengembangan Kawasan Nelayan, permukiman kawasan nelayan untuk

selanjutnya disebut kawasan nelayan adalah permukiman kawasan khusus untuk

menunjang kegiatan fungsi kelautan dan perikanan.

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

37

Kawasan permukiman nelayan ini dilengkapi dengan prasarana dan sarana

yang memadai untuk kelangsungan hidup dan penghidupan para keluarga nelayan.

Kawasan permukiman nelayan merupakan merupakan bagian dari sistem

permukiman perkotaan atau perdesaan yang mempunyai akses terhadap kegiatan

perkotaan/perdesaan lainnya yang dihubungkan dengan jaringan transportasi.

Pendapat lain disampaikan oleh Departemen Pekerjaan Umum Bidang

Cipta karya tentang karakteristik permukiman nelayan adalah :

a. Merupakan Permukiman yang terdiri atas satuan-satuan permukiman yang

memiliki berbagai sarana dan prasarana yang mendukung kehidupan dan

penghidupan penghuninya.

b. Berdekatan atau berbatasan langsung dengan perairan, dan memiliki akses

yang tinggi terhadap kawasan perairan.

c. Sekitar 60% dari jumlah penduduk merupakan nelayan, dan pekerjaan

lainnya yang terkait dengan pengolahan dan penjualan ikan.

d. Memiliki berbagai sarana yang mendukung kehidupan dan penghidupan

penduduknya sebagai nelayan, khususnya dikaitkan dengan kegiatan-

kegiatan eksplorasi ikan dan pengolahan ikan.

Kawasan permukiman nelayan tersusun atas satuan-satuan lingkungan

permukiman yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan yang sesuai

dengan besaran satuan lingkungan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kawasan permukiman nelayan haruslah mempunyai ataupun memenuhi prinsip-

prinsip layak huni yaitu memenuhi persyaratan teknis, persyaratan administrasi,

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

38

maupun persyaratan lingkungan. Dari berbagai parameter tentang permukiman

dan karakteristik nelayan dapat dirumuskan bahwa permukiman nelayan

merupakan suatu lingkungan masyarakat dengan sarana dan prasarana yang

mendukung, di mana masyarakat tersebut mempunyai keterikatan dengan sumber

mata pencaharian mereka sebagai nelayan.

B. Karakteristik Kehidupan Masyarakat Nelayan

a. Kehidupan Masyarakat Nelayan Ditinjau Dari Aspek Sosial

Hubungan sosial yang terjadi dalam lingkungan masyarakat nelayan

adalah akibat interaksi dengan lingkungannya. Adapun ciri-ciri sosial masyarakat

nelayan sebagai berikut:

sikap kekerabatan atau kekeluargaan yang sangat erat, dan

sikap gotong royong/paguyuban yang tinggi.

Kedua sikap telah banyak mewarnai kehidupan masyarakat nelayan yang

pada umumnya masih bersifat tradisional. Lahirnya sikap ini sebagai akibat dari

aktivitas nelayan yang sering meninggalkan keluarganya dalam kurun yang waktu

cukup lama, sehingga timbul rasa keterkaitan serta keakraban yang tinggi antara

keluarga-keluarga yang ditinggalkan untuk saling tolong menolong.

Hal ini dapat tercermin pada pola permukimannya yang mengelompok

dengan jarak yang saling berdekatan, sikap gotong royong yang tampak pada saat

pembuatan rumah, memperbaiki jala ikan, memperbaiki perahu, dan alat tangkap

serta pada upacara adat, ketika akan melakukan penangkapan ikan yang juga

dilakukan secara gotong royong di laut yang dipimpin oleh seorang punggawa.

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

39

b. Kehidupan Masyarakat Nelayan Ditinjau dari Aspek Budaya

Beberapa hal yang telah membudaya dalam masyarakat nelayan adalah

kecenderungan hidup lebih dari satu keluarga dalam satu rumah atau mereka

cenderung untuk menampung keluarga serta kerabat mereka dalam waktu yang

cukup lama, hal ini menyebabkan sering dijumpai jumlah anggota keluarga dalam

satu rumah melebihi kapasitas daya tampung, sehingga ruang gerak menjadi

sempit dan terbatas. Dampaknya itu pula, mereka cenderung untuk memperluas

rumah tanpa terencana.

Masyarakat nelayan pada umumnya mempunyai tingkat pendidikan yang rendah,

menyebabkan kurangnya pengetahuan yang dimiliki. Hal ini menghambat

kemajuan nelayan itu sendiri, antara lain sulitnya bagi pemerintah untuk memberi

bantuan dalam bentuk penyuluhan maupun modernisasi peralatan (Mubyarto,

1985). Hal ini juga berpengaruh dalam lingkungan permukimannya, karena

rendahnya pengetahuan akan pentingnya rumah sehat yang mengakibatkan

mereka menganggapnya sebagai suatu kebutuhan.

c. Kehidupan Masyarakat Nelayan Ditinjau Dari Aspek Ekonomi

Usaha perikanan banyak tergantung pada keadaan alam, sehingga

pendapatan nelayan tidak dapat ditentukan. Tingkat penghasilan nelayan

umumnya dibagi atas dua, yaitu sebagai berikut. Penghasilan bersih yang

diperoleh selama melaut jika seorang “sawi” maka besar pendapatannya sesuai

dengan kesepakatan, dan Penghasilan sampingan yaitu penghasilan yang

diperoleh dari pekerjaan tambahan, baik pekerjaan itu didapat ketika jadi buruh,

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

40

bertani dan berdagang maupun pekerjaan atau kerajinan dalam mengelola hasil

laut lainnya.

2.2.7 Teori Dampak Perubahan Eksternal dan Internal

Suatu kota dikembangkan berdasarkan pada potensi yang dimiliki oleh

kota tersebut. Branch (1996), mengatakan bahwa perkembangan suatu kota

dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor

eksternal merupakan suatu kekuatan yang terbentuk akibat kedudukan kota dalam

konstelasi regional atau wilayah yang lebih luas, sehingga memiliki kemampuan

untuk menarik perkembangan dari daerah sekitarnya. Faktor internal adalah

kekuatan suatu kota untuk berkembang dan ditentukan oleh keuntungan letak

geografis (fungsi kota). Beberapa faktor internal yang memepengaruhi

perkembangan kota adalah sebagai berikut.

A. Keadaan geografis mempengaruhi fungsi dan bentuk fisik kota. Kota yang

berfungsi sebagai simpul distribusi, misalnya perlu terletak di simpul jalur

transportasi, dipertemukan jalur tranfortasi regional atau dekat pelabuhan

laut.

B. Tapak merupakan faktor-faktor kedua yang mempengaruhi perkembangan

suatu kota. Salah satu yang di pertimbangkan dalam kondisi tapak adalah

topografi.

C. Fungsi kota juga merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan

kota-kota yang memiliki banyak fungsi, biasanya secara ekonomi akan

lebih kuat dan berkembang lebih pesatdari pada kota yang berfungsi

tunggal.

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

41

D. Sejarah dan kebudayaan juga mempengaruhi karakteristik fisik dan sifat

masyarakat kota. Kota yang sejarahnya direncanakan sebagai ibu kota

kerajaan adan berbeda dengan perkembangan kota yang sejak awal

tumbuh secara organik.

E. Unsur-unsur seperti jaringan jalan, penyediaan air bersih berkaitan dengan

kebutuhan masyarakat luas, ketersediaan unsur-unsur umum akan menarik

kota kearah tertentu.

2.3 Konsep Penelitian

Konsep merupakan dasar pemikiran atau pemikiran awal yang dijadikan

sebagai patokan untuk melakukan suatu penelitian, sehingga nantinya tidak

menyimpang dari ruang lingkup penelitian yang dilakukan. Konsep juga

digunakan untuk menyamakan persepsi dari peneliti kepada pembaca mengenai

topik penelitian. Beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

2.3.1 Pembangunan Perumahan dan Permukiman dalam Penataan Ruang

Tujuan pembangunan perumahan dan permukiman adalah

menyelenggarakan pembangunan perumahan dan permukiman yang mengacu

pada suatu kerangka penataan ruang wilayah, sehingga dapat berlangsung tertib,

terorganisasi dengan baik, berdaya guna dan berhasil guna, sesuai dengan

kebutuhan dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Tujuan ini tidak

akan tercapai bila tidak dilakukan perubahan dalam pengelolaan tanah

(pendaftaran, sertifikasi, pembebasan tanah, ganti rugi, pemberian hak atas tanah).

Sasaran dari rencana pembangunan perumahan dan permukiman antara lain:

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

42

A. tersedianya rencana pembangunan permukiman di daerah yang aspiratif

dan akomodatif, yang dapat diacu bersama oleh pelaku dan penyelenggara

pembangunan, yang dituangkan dalam suatu Rencana Pembangunan dan

Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D);

B. tersedianya skenario pembangunan perumahan dan permukiman yang

memungkinkan terselenggaranya pembangunan secara tertib dan

terorganisasi, serta terbuka peluang bagi masyarakat untuk berperan serta

dalam seluruh prosesnya;

C. terakomodasinya kebutuhan akan perumahan dan permukiman yang

dijamin oleh kepastian hukum, terutama bagi kelompok masyarakat

berpenghasilan rendah;

D. tersedianya informasi pembangunan perumahan dan permukiman di

daerah sebagai bahan masukan bagi penyusunan kebijaksanaan Pemerintah

serta bagi berbagai pihak yang akan terlibat/melibatkan diri.

Kaitan antara pembangunan perumahan dan permukiman dengan penataan ruang

adalah sebagai berikut :

Rencana Tata Ruang Wilayah-sebagai hasil perencanaan tata ruang

merupakan landasan pembangunan sektoral. Dengan kata lain setiap

pembangunan sektoral yang berbasis ruang perlu mengacu pada rencana tata

ruang yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar terjadi sinergi dan efisiensi

pembangunan, sekaligus menghindari kemungkinan terjadinya konflik

pemanfaatan ruang antar sektor yang berkepentingan dan dampak merugikan pada

masyarakat luas. Dalam RDTR Kawasan Perkotaan diatur alokasi pemanfaatan

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

43

ruang untuk berbagai penggunaan berdasarkan prinsip-prinsip keadilan,

keseimbangan, keserasian, keterbukaan, dan efisiensi agar tercipta kualitas

permukiman yang layak huni.

Dalam Kawasan perkotaan, alokasi ruang untuk perumahan dan

permukiman merupakan yang terbesar dibandingkan dengan alokasi penggunaan

lainnya. Lingkup pembangunan perumahan dan permukiman senantiasa

mencakup aspek penataan ruang dan aspek penyediaan prasaranadan sarana

lingkungan. Dalam mendukung pelaksanaan UU No.22/1999 tentang

Pemerintahan Daerah serta mewujudkan visi dan misi pembangunan perumahan

dan permukiman yang tertuang dalam KSNPP (Kebijakan dan Strategi Nasional

Perumahan dan Permukiman), maka telah disiapkan Pedoman Penyusunan RP4D.

2.3.2 Infrastruktur Permukiman

Infrastruktur dapat dibedakan menjadi infrastruktur fisik dan infrastruktur

sosial. Infrastruktur fisik meliputi, penyediaan air bersih, jaringan jalan,

pengelolaan persampahan, sistem drainase, jaringan listrik dan telekomunikasi,

sanitasi, serta sistem pembuangan air limbah. Infrastruktur sosial meliputi,

fasilitas pendidikan, kesehatan, perbelanjaan dan niaga, pemerintahan, pelayanan

umum, peribadatan, rekreasi, kebudayaan, olahraga, dan lapangan terbuka (Grigg,

2000). Permukiman nelayan adalah merupakan lingkungan tempat tinggal dengan

sarana dan prasarana dasar yang sebagian besar penduduknya merupakan

masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai nelayan dan memiliki akses dan

keterikatan erat antara penduduk permukiman nelayan dengan kawasan perairan

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

44

sebagai tempat mereka mencari nafkah, meskipun demikian sebagian dari mereka

masih terikat dengan daratan.

2.4 Model Penelitian

Model penelitian merupakan sintesis dan abstraksi antara teori-teori yang

dipilih sesuai dengan permasalahan penelitian. Fokus dari penelitian ini adalah

dimana melihat perkembangan yang terjadi pada permukiman nelayan yang ada di

Dusun Ujung Pesisi Desa Tumbu Karangasem yang telah di kemukakan pada

rumusan masalah yaitu bagaimana gambaran perkembangan yang terjadi baik itu

secara tata ruang maupun sistem infrastruktur jalan dan apa aspek-aspek yang

melatar belakangi terjadinya perubahan tersebut. Lebih jelas mengenai model

penelitian akan dijelaskan pada Diagram 2.1 berikut.

TOPIK

(Perkembangan permukiman nelayan)

Rumusan Masalah 1

Bagaimana gambaran

perkembangan tata

ruang permukiman

nelayan yang terjadi

Rumusan Masalah 2

Bagaimana gambaran

perkembangan sistem

infrastruktur jalan yang

terjadi

Rumusan Masalah 3

Apa aspek-aspek yang

melatar belakangi

terjadinya

perkembangan.

Faktor yang mempengaruhi

Kondisi dilapangan

Teori

Teori Perkembangan

Teori Struktur Ruang

Kota

Teori Proses

Pertumbuhan Kota

Teori Permukiman

Teori

Teori Perkembangan

Teori Infrastruktur

Jalan

Teori

Teori Dampak

Perubahan Eksternal

dan Internal

Diagram 2.1 Model Penelitian

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

45

2.5 Kerangka Berfikir

Penelitian dimulai dari ketertarikan atas keberadaan permukiman nelayan

di Desa Ujung Pesisi Desa Tumbu Karangasem yang telah diuraikan sebelumnya

pada Bab I subbab 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dari peninjauan awal

didapatkan topik bahwa terdapat perkembangan tata ruang permukiman nelayan.

Berpijak pada ketertarikan akan perkembangan tersebut kemudian dilakukan

pencarian literatur serta membangun pemahaman awal terkait dengan

permukiman nelayan yang telah tersaji pada Bab II subbab 2.2, dan bersamaan

dengan kegiatan tersebut dilakukan grandtour terhadap studi kasus-kasus yang

telah dirinci pada Bab III, Selanjutnya hasil observasi perkasus akan disintesiskan

menjadi tema-tema temuan dan bangun pemahaman yang disarikan menjadi

pemahaman-pemahaman yang akan mengerucut kearah fenomena yang ditemukan

dan kemudian didialogkan pada tahap sintesa antar tema temuan berupa konsep.

Hasil dari pada dialog diuraikan guna menjawab beberapa rumusan permasalahan

yang telah dibangun antara lain mencari latar belakang perubahan perkembangan

permukiman nelayan, serta menguraikan gambaran perkembangannya. Lebih

jelas mengenai kerangka berpikir penelitian akan dijelaskan dalam Diagram

Penelitian 2.2 berikut.

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KONSEP … IIb.pdfSebelum hasil survey dianalisis harus dimasukkan dalam suatu kerangka tabel yang akan diolah, kemudian dibuat pengkodean hasil

46