bab ii kajian pustaka, konsep, dan landasan … 2.pdf · perangkat leksikon guyub tutur bahasa gayo...

29
16 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ekolinguistik ini berkaitan pula dengan beberapa pustaka atau hasil penelitian terdahulu sebagai pembanding dan penentu kedudukan penelitian ini. Beberapa pustaka atau hasil penelitian yang dimaksud diuraikan secara singkat berikut ini. Penelitian Rasna (2010) berjudul “Pengetahuan dan Sikap Remaja terhadap Tanaman Obat Tradisional di Kabupaten Buleleng dalam Rangka Pelestarian Lingkungan: Sebuah Kajian Ekolinguistik”. Rasna menggunakan pengujian kompetensi leksikal tanaman obat tradisional dan sikap remaja terhadap tanaman obat. Metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah wawancara dengan bantuan kuesioner terstruktur. Dalam penelitiannya, Rasna (2010) menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan dua model pertanyaan yaitu pertanyaan A untuk mengetahui kompetensi leksikal tanaman obat dan pertanyaan model B digunakan untuk mengetahui pengetahuan tanaman obat tradisional. Sikap remaja yang diperlukan sebagai data didapat dari kuesioner pola Likert dengan 5 indikator yaitu sangat setuju/sangat peduli/sangat perhatian (skor 5),setuju/peduli/perhatian (skor 4), tidak setuju/tidak tahu (skor 3), tidak setuju/tidak tahu (skor 2), sangat tidak setuju/sangat tidak peduli/sangat perhatian (skor 1). Hasil penelitian Rasna menggambarkan pengetahuan para remaja desa maupun kota tentang tumbuhan dan tanaman obat yang ternyata masih kurang.

Upload: buitu

Post on 06-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN … 2.pdf · perangkat leksikon guyub tutur bahasa Gayo yang ... perubahan pada tata hidup masyarakat ... yang dipercaya memiliki kekuatan

16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian ekolinguistik ini berkaitan pula dengan beberapa pustaka atau hasil

penelitian terdahulu sebagai pembanding dan penentu kedudukan penelitian ini.

Beberapa pustaka atau hasil penelitian yang dimaksud diuraikan secara singkat

berikut ini.

Penelitian Rasna (2010) berjudul “Pengetahuan dan Sikap Remaja terhadap

Tanaman Obat Tradisional di Kabupaten Buleleng dalam Rangka Pelestarian

Lingkungan: Sebuah Kajian Ekolinguistik”. Rasna menggunakan pengujian

kompetensi leksikal tanaman obat tradisional dan sikap remaja terhadap tanaman

obat. Metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah wawancara dengan

bantuan kuesioner terstruktur. Dalam penelitiannya, Rasna (2010) menggunakan

pendekatan kuantitatif dengan menggunakan dua model pertanyaan yaitu

pertanyaan A untuk mengetahui kompetensi leksikal tanaman obat dan pertanyaan

model B digunakan untuk mengetahui pengetahuan tanaman obat tradisional.

Sikap remaja yang diperlukan sebagai data didapat dari kuesioner pola Likert

dengan 5 indikator yaitu “sangat setuju/sangat peduli/sangat perhatian (skor 5),”

“setuju/peduli/perhatian (skor 4)”, “tidak setuju/tidak tahu (skor 3)”, “tidak

setuju/tidak tahu (skor 2)”, “sangat tidak setuju/sangat tidak peduli/sangat

perhatian (skor 1)”.

Hasil penelitian Rasna menggambarkan pengetahuan para remaja desa

maupun kota tentang tumbuhan dan tanaman obat yang ternyata masih kurang.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN … 2.pdf · perangkat leksikon guyub tutur bahasa Gayo yang ... perubahan pada tata hidup masyarakat ... yang dipercaya memiliki kekuatan

17

Pengetahuan remaja yang masih kurang tersebut ditunjukkan melalui daftar

tanyaan model A yang diberikan. Kurangnya pengetahuan remaja tentang obat

tradisional dipengaruhi faktor sosiokultural yang ditandai dengan pengalihan

penggunaan obat tradisional ke obat modern. Faktor sosio-ekologis berkaitan

dengan perubahan sosial pada lingkungan yang menyebabkan sulitnya

menemukan tanaman obat tersebut. Di sisi lain faktor sosio-ekonomi ditunjukkan

dengan adanya pilihan masyarakat untuk memenuhi kepentingan hidupnya

dibandingkan dengan segi-segi kesehatan sehingga pemeliharaan tanaman obat

tidak diperhitungkan dalam kehidupan mereka.

Persamaan penelitian Rasna (2010) dengan penelitian ini yaitu menerapkan

teori Ekolinguistik untuk mengkaji bahasa yang sama pula yaitu bahasa Bali.

Akan tetapi ada pula perbedaan antara penelitian Rasna dan penelitian ini,

perbedaannya yaitu Rasna mengkaji leksikon-leksikon khusus tentang tanaman

obat tradisional, sedangkan penelitian ini mengkaji leksikon yang secara khusus

mengacu pada ‘isi’ bantaran Tukad Badung sebagai lingkungan khusus

(ecoregion) yang merupakan pembeda dari penelitian Rasna. Pendekatan dan

metode pengumpulan data yang digunakan juga berbeda. Rasna (2010)

menggunakan pendekatan kuantitatif, sedangkan penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif yang didukung dengan kuantifikasi sederhana. Pengumpulan

data penelitian Rasna (2000) menggunakan kuesioner pola Likert, sedangkan

penelitian ini mengumpulkan data dengan metode pengamatan langsung dan

wawancara mendalam (depth interview).

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN … 2.pdf · perangkat leksikon guyub tutur bahasa Gayo yang ... perubahan pada tata hidup masyarakat ... yang dipercaya memiliki kekuatan

18

Penelitian Sukhrani (2010) berjudul “Leksikon Nomina Bahasa Gayo dalam

Lingkungan kedanauan Lut Tawar: Kajian Ekolinguistik” Sukhrani mengkaji

perangkat leksikon guyub tutur bahasa Gayo yang berhubungan dengan Danau

Lut Tawar. Penganalisisan data menggunakan teori ekolinguistik dan teori

pergeseran dan pemertahanan bahasa. Pendekatan yang digunakan oleh Sukhrani

adalah pendekatan kualitatif. Dari hasil penelitian ini ditemukan fakta dan

informasi bahwa pengetahuan lokal termasuk pengetahuan ekologi masyarakat

Gayo di lingkungan Danau Lut Tawar telah banyak yang hilang khususnya

leksikon tentang nama-nama biota dan istilah dalam penangkapan ikan secara

tradisional. Penyusutan pengetahuan lokal itu dipengaruhi oleh cara pandang

masyarakat yang lebih mementingkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern

dalam pendidikan formal dan tidak adanya pewarisan dari generasi tua kepada

generasi muda.

Penelitian Sukhrani menemukan leksikon-leksikon nomina yang berhubungan

dengan lingkungan kedanauan Lut Tawar. Berbeda dengan penelitian tersebut

yang menyasar lingkungan kedanauan, penelitian ini menyasar leksikon-leksikon

berkategori nomina, verba, dan adjektiva yang ditemukan dalam khazanah

leksikon di lingkungan kesungaian Tukad Badung.

Penelitian Laza (2012) yang berjudul “Khazanah Leksikon dan Budaya

Keladangan Masyarakat Tolaki Kajian Ekolinguistik” mengkaji leksikon bahasa

Tolaki dialek Konawe, Sulawesi Tenggara. Penelitian tersebut berhubungan

dengan lingkungan ladang berupa perangkat leksikon nomina, verba, adjektiva,

dan ungkapan yang berhubungan dengan lingkungan ladang Konawe. Selain itu,

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN … 2.pdf · perangkat leksikon guyub tutur bahasa Gayo yang ... perubahan pada tata hidup masyarakat ... yang dipercaya memiliki kekuatan

19

dinamika budaya dan pelestarian lingkungan dikaji dalam penelitian ini. Teori

yang digunakan adalah teori ekolinguistik dan sosiolinguistik yang membahas

pergeseran dan pemertahanan bahasa. Adapun pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan kualitatif.

Persamaan penelitian Laza (2012) dengan penelitian ini yaitu sama-sama

menggunakan pendekatan kualitatif. Salah satu tujuan kajian penelitian ini yaitu

mengetahui perangkat leksikon serta menerapkan tiga dimensi ideologis,

sosiologis, dan biologis. Akan tetapi, perbedaannya adalah bahasa sebagai objek

kajiannya dan beberapa hal seperti fungsi dan makna serta bentuk pemuliaan

terhadap air di lingkungan kesungaian Tukad Badung sebagai hal yang berbeda

dengan penelitian Laza (2012).

Penelitian Baru (2012) yang berjudul “Khazanah Leksikon Alami Guyub

Tutur Karoon: Kajian Ekoleksikal” mengkaji khazanah leksikon alami khususnya

tumbuhan dan hewan di lingkungan guyub tutur Karoon di Provinsi Papua Barat

dengan perspektif ekolinguistik khususnya ekoleksikal. Penelitian tersebut

bertujuan mengetahui pengetahuan leksikon penutur dan pemahaman masyarakat

guyub tutur Karoon tentang manfaat tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup di

lingkungan tersebut serta faktor-faktor yang memengaruhi perubahan

perkembangan leksikon alami bahasa Karoon. Lokasi penelitian Baru di Kampung

Senopi, distrik Senopi, Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat. Data diambil

dari 100 orang yang berdomisili di Kampung Senopi dan dibedakan berdasarkan

usia dan jenis kelamin. Data dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara

yang dikelompokkan berdasarkan manfaatnya.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN … 2.pdf · perangkat leksikon guyub tutur bahasa Gayo yang ... perubahan pada tata hidup masyarakat ... yang dipercaya memiliki kekuatan

20

Penelitian Baru (2012) menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.

Pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif untuk menjelaskan pengetahuan

leksikon dan manfaat tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup di lingkungan

guyub tutur Karoon, sedangkan pendekatan kualitatif menjelaskan data-data yang

diperoleh berwujud angka-angka berdasarkan pemahaman leksikon yang dimiliki

penutur dengan sejumlah penutur sebagai responden. Penelitian Baru (2012)

memiliki persamaan dengan penelitian ini yaitu mengumpulkan perangkat

leksikon tetapi sasarannya berbeda. Baru (2012) mengkhususkan data berupa

perangkat leksikon pada hewan dan tumbuhan saja di lingkungan bersifat umum,

sedangkan penelitian ini menyasar lingkungan kesungaian. Selain itu, penelitian

Baru menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, sedangkan penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif walaupun dibantu dengan kuantifikasi

sederhana tetapi perhitungan tidak sama dengan penelitian Baru.

Penelitian Tangkas (2013) dengan judul “Khazanah leksikon Kepadian

Guyub tutur Bahasa Kodi, Sumba Barat Daya: Kajian Ekolinguistik” mengkaji

bahasa Kodi, Sumba Barat, sebagai pengungkap pola pikir guyub tutur bahasa

Kodi dengan menemukan fakta-fakta satuan lingual berupa ekoleksikon dan

ekowacana dengan menerapkan aspek sintaktik, semantik, dan pragmatik. Adapun

ekoleksikon kepadian yang dimaksud terdiri atas leksikon kepadian tahap

pratanam, leksikon kepadian tahap tanam, dan leksikon kepadian tahap

pascatanam. Teori ekolinguistik yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu model

hierarki dialektikal, model referensial, model matriks semantik, dan model

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN … 2.pdf · perangkat leksikon guyub tutur bahasa Gayo yang ... perubahan pada tata hidup masyarakat ... yang dipercaya memiliki kekuatan

21

dimensi logis untuk mengkaji bentuk-bentuk kebahasaan berupa khazanah

leksikon kepadian, fungsi dan makna leksikon-leksikon kepadian.

Dengan menerapkan aspek sintaktik, semantik, dan pragmatik temuan dalam

penelitian Tangkas berupa khazanah leksikon kepadian yang khas terdiri atas

satuan-satuan lingual berupa ekoleksikon dan ekowacana kepadian. Selain itu,

fungsi dan makna khazanah leksikon kepadian juga ditemukan fungsi dan makna

ideologis, fungsi dan makna sosiologis, dan fungsi dan makna biologis.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Tangkas (2013) yaitu sama-sama

mengkaji perangkat leksikon dengan menerapkan aspek sintaktik dan semantik.

Selain itu, model yang diterapkan juga sama-sama model logis. Namun,

perbedaannya adalah Tangkas (2013) memiliki tahapan pada perangkat leksikon

yang digali yaitu ekoleksikon tahap pratanam, tahap tanam, dan tahap

pascatanam. Hal ini jelas berbeda dengan penelitian ini yang berfokus pada

leksikon berkategori nomina, verba, dan adjektiva yang berkaitan dengan

lingkungan kesungaian Tukad Badung, Denpasar termasuk leksikon-leksikon

yang muncul saat aktivitas menangkap ikan, mandi, dan saat berinteraksi dengan

lingkungan fisik seperti batu, pasir, tanah beserta “isi sungai” lain.

2.2 Konsep

Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, apapun di luar bahasa,

dan yang membutuhkan penggunaan akal budi untuk memahaminya

(Kridalaksana, 2008). Adapun konsep-konsep yang menjadi piranti konseptual

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN … 2.pdf · perangkat leksikon guyub tutur bahasa Gayo yang ... perubahan pada tata hidup masyarakat ... yang dipercaya memiliki kekuatan

22

2.2.1 Leksikon

Leksikon adalah perbendaharaan kata yang dikonsepkan sebagai kekayaan

kata atau khazanah kata yang dimiliki para pengguna bahasa. Selain itu, leksikon

juga dikonsepkan sebagai daftar kata terstruktur seperti kamus yang memuat

informasi-informasi (Kridalaksana, 1984:114). Secara psikolinguistik, khazanah

leksikon dibagi menjadi dua kategori yaitu leksikon aktif dan leksikon pasif.

Leksikon aktif adalah kekayaan kata yang dipakai seseorang, sedangkan leksikon

pasif adalah kekayaan kata yang dipahami seseorang, namun sudah jarang atau

tidak pernah digunakan dalam berkomunikasi (Guemada, 1977:417, Kridalaksana,

2008:142). Leksikon juga berkaitan dengan konsep kata. Seperti yang

didefinisikan oleh Taylor dalam Gibbons (202:134-135), kata adalah tempat kita

mengklasifikasikan benda ke dalam kelas-kelas. Kata adalah rumah baru bagi

gagasan unit verbal yang diperoleh dari yang nyata, dan kata-kata mempunyai

makna karena kata-kata digunakan sebagai nama benda dan kata-kata disebut

tanda karena menunjuk pada sesuatu yang nyata.

2.2.2 Mitos

Mitos terbentuk dari unit-unit terkecil cerita yang dikumpulkan mengandung

tanda dan simbol (Levi Strauss, 2001). Proses penyampaian mitos melalui bahasa

yang mengandung pesan-pesan menunjukkan adanya keterkaitan mitos dan

bahasa. Mitos memiliki pola tidak terikat waktu sehingga dapat menjelaskan

cerita di masa lampau, yang sekarang sedang berlangsung, dan mendatang (Levi-

Strauss, 2001:81).

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN … 2.pdf · perangkat leksikon guyub tutur bahasa Gayo yang ... perubahan pada tata hidup masyarakat ... yang dipercaya memiliki kekuatan

23

2.2.3 Dinamika

Konsep dinamika merupakan bagian dari ilmu fisika yang berhubungan

dengan gerak dan penyebabnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005),

dinamika dalam pandangan sosial adalah pergerakan masyarakat secara terus-

menerus yang menimbulkan perubahan pada tata hidup masyarakat bersangkutan.

Dalam kajian linguistik, konsep dinamika melihat fenomena bahasa yang

mengalami perubahan yang terus menerus dalam perjalanan waktu. Pengetahuan

leksikon yang tersimpan dalam ingatan guyub tutur diperoleh dari pengalaman

masyarakat bersangkutan terekam dalam pikiran guyub tutur dan dapat juga

terkikis serta tergantikan seiring dengan banyaknya pengalaman yang dialami

penutur. Menurut Bundsgaard dan Steffensen (2000:17), pengetahuan atau ingatan

bersifat situasional sesuai kondisi karena guyub tutur tidak bisa mengingat semua

unit sekecil atom dan hanya muncul jika digunakan dalam pernyataan yang

diujarkan. Bahkan pengetahuan entitas-entitas tertentu itu dikemas kembali secara

verbal sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan yang berubah.

2.2.4 Kesungaian

Kesungaian adalah semua konsep yang berkaitan dengan sungai. Daerah

Aliran Sungai (DAS) berkaitan dengan bioregion atau ruang hidup komunitas

biotis berupa flora dan fauna serta komunitas manusia beserta ekosistem

alamiahnya. Selain itu, bioregion juga merupakan tempat yang menjamin adanya

hubungan harmonis dengan seluruh jaringan kehidupan. DAS dan region

dikaitkan karena DAS dapat menggambarkan kesatuan wilayah ekosistem alam

dan komunitas manusia dalam hal ini guyub tutur. Pada wilayah bioregion atau

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN … 2.pdf · perangkat leksikon guyub tutur bahasa Gayo yang ... perubahan pada tata hidup masyarakat ... yang dipercaya memiliki kekuatan

24

DAS, perubahan musim, cuaca, ritme alam sudah dipahami dan dirasakan melalui

pancaindera penghuninya (Keraf, 2014:161). Perubahan setiap elemen pembentuk

DAS memengaruhi perubahan komponen lain, seperti tercemarnya air DAS yang

memiliki dampak besar bagi komunitas biotis berupa flora, fauna, dan komunitas

manusia yang hidup di sekitar wilayah bioregion tersebut.

Umumnya sungai memiliki air. Air dibutuhkan oleh semua makhluk hidup

dan lingkungan serta memiliki fungsi tertentu dalam berbagai aspek. Dalam

perspektif ekologi yang bersifat antroposentris (Keraf, 2013) air ataupun berbagai

hal yang berkaitan dengan air memiliki makna yang mengandung nilai filosofis di

dalamnya dan merefleksikan gambaran yang berbeda sesuai dengan tempatnya

dan lingkungan budayanya. Menurut Thales (1972), seorang filsuf Yunani Kuno

abad ke-6 sebelum Masehi, air merupakan segalanya. Segalanya dimulai dari air

dan kembali ke air. Teks Cina kuno Tao Te Ching bab 78 yang ditulis filsuf Lao

Tzu mengasosiasikan fenomena yang terjadi dalam kehidupan dengan air dan

menyebutkan sebagai berikut.

Nothing in the world is as soft and yielding as water

Yet for dissolving the hard and the inflexible, nothing can surpass it.

The soft overcomes the hard

The gentle overcomes the rigid

Teks tersebut bermakna, melalui kelembutan dan kelenturan, air memiliki

kemampuan untuk mengubah sesuatu yang keras dan tidak lentur atau kaku

(fleksibel) seperti fenomena di Grand Canyon, air sungai Colorado yang dalam

waktu jutaan tahun menyentuh dan membasahi batu-batu sehingga dapat

mengubah bentuk batu.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN … 2.pdf · perangkat leksikon guyub tutur bahasa Gayo yang ... perubahan pada tata hidup masyarakat ... yang dipercaya memiliki kekuatan

25

Air dipandang sebagai pemberi kehidupan dan nutrisi yang mendukung

pertumbuhan makhluk hidup. Bagi orang India terutama umat Hindu di India, air

di Sungai Gangga adalah air suci yang dipercaya memiliki kekuatan generatif ibu

karena sungai tersebut dipercaya dapat memberikan kelahiran kembali dalam

kehidupan dan memiliki kekuatan untuk memurnikan sesuatu yang tercemar

(McAnally, 2007).

2.3 Landasan Teori

Masalah-masalah dalam penelitian ini dipecahkan dengan teori-teori yang

relevan untuk menjawab masalah-masalah tersebut. Teori yang digunakan untuk

mengkaji masalah pertama adalah teori linguistik khususnya morfologi dan

semantik untuk memecahkan masalah tersebut. Masalah kedua menggunakan

teori ekolinguistik yang dikemukakan oleh Sapir dan Haugen dan didukung

dengan teori linguistik kebudayaan untuk menjelaskan keberadaan entitas yang

dirujuk sudah dan hanya tertinggal di ingatan penutur tua saja. Masalah ketiga

dikaji dengan teori ekolinguistik khususnya ecology of language yang

dikemukakan Haugen dan parameter-parameter ekolinguistik untuk memperdalam

pembahasan untuk memecahkan masalah yang ketiga dari penelitian ini. Masalah

keempat dikaji dengan teori ekolinguistik dengan menggunakan model dimensi

logis yang dikemukakan oleh Bang dan Door dan dibantu dengan teori linguistik

khusunya semantik, dan teori linguistik kebudayaan. Berikut paparan teori-teori

tersebut.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN … 2.pdf · perangkat leksikon guyub tutur bahasa Gayo yang ... perubahan pada tata hidup masyarakat ... yang dipercaya memiliki kekuatan

26

2.3.1 Teori Ekolinguistik

Dalam ‘Language and environment’, Sapir (1912) menulis fenomena

kebahasaan yang dihubungkan dengan lingkungan dan dikuatkan oleh deskripsi

bahasa yang meliputi sistem bunyi, struktur, dan makna. Fenomena kebahasaan

tersebut dapat bermula dari kumpulan kosakata sederhana, tetapi mampu

menggambarkan hubungan penutur dan lingkungannya sebagaimana diungkapkan

Sapir (1912) (dalam Fill dan Mühlhäusler, 2001:14) berikut.

It is the vocabulary of a language that most clearly reflects the physical

and social environment of its speakers. The complete vocabulary of a

language may indeed be looked upon as a complex inventory of all ideas,

interests, and occupation that take up the attention of the community, and

were such a complete thesaurus of the language of a given tribe at our

disposal, we might to a large extent infer the character of the physical

environment and the characteristics and the culture of the people making

use of it.

Kosakata bahasa dalam kutipan di atas bisa dikatakan sebagai refleksi

lingkungan penuturnya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya.

Lingkungan fisik meliputi karakter geografis seperti topografi suatu wilayah,

iklim curah hujan, flora, fauna dan sumber daya alam di wilayah tersebut.

Kumpulan kosakata tersebut dianggap sebagai perbendaharaan pengetahuan dan

pengalaman yang kompleks dari ide-ide, kepentingan, dan latar belakang suatu

guyub tutur. Khazanah leksikon itu dapat mencerminkan karakteristik penutur dan

kebudayaannya yang dipengaruhi oleh karakter lingkungan fisik sebagai tempat

penutur dan bahasa tersebut hidup. Sapir menambahkan (dalam Fill dan

Mühlhäusler, 2001:2) interelasi antara bahasa dan lingkungan muncul pada

tingkatan kosakata bukan pada fonologi dan morfologinya. Kata yang menjadi

gambaran lingkungan tersebut bukan hanya sekadar kata, melainkan kata tersebut

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN … 2.pdf · perangkat leksikon guyub tutur bahasa Gayo yang ... perubahan pada tata hidup masyarakat ... yang dipercaya memiliki kekuatan

27

memiliki kekayaan informasi untuk dianalisis kandungan makna referensial

eksternalnya. Analisis termaksud bahkan sampai pada gambaran yang lebih

khusus sehingga kata-kata tersebut dapat dideskripsikan sejelas mungkin oleh

penutur karena tingkat keakraban yang tinggi (degree of familiarity) terhadap

konsep tertentu (Sapir dalam Fill dan Mühlhäusler, 2001:16).

Haugen adalah linguis yang tertarik dengan hubungan antara bahasa dan

lingkungan, menaruh perhatian lebih pada aspek tersebut dan muncullah istilah

ekologi bahasa (ecology of language). Haugen (dalam Fill dan Mühlhäusler,

2001:57) mengatakan ekologi bahasa dapat didefinisikan sebagai kajian interaksi

antara bahasa tertentu dan lingkungannya. Lingkungan kebahasaan yang

dimaksud bukan bahasa secara keseluruhan, melainkan leksikon-leksikon dan

tataran bahasa yang mengarahkan pada satu pemikiran terkait dengan dunia

referensial pada bahasa yang menyediakan indeks berupa kata-kata yang memiliki

makna dan merujuk pada dunia referensial tersebut. Lingkungan bahasa yang

sebenarnya adalah masyarakat yang menggunakannya sebagai suatu sistem kode.

Bahasa yang dimiliki penutur ada dalam pikiran penutur dan hanya berfungsi

dalam berhubungan dengan sesamanya atau lingkungan sosial mereka dan dengan

lingkungan alam mereka. Dengan demikian, perubahan lingkungan kebahasaan

dan lingkungan eksternal, berubah pula bahasa dan perbendaharaan leksikon,

ungkapan, dan teks-teks lainnya.

Bahasa bermula dari keadaan konkret ke keadaan abstrak (Cassirer,

1990:205). Kata-kata konkret itu terikat dengan fakta-fakta dan tindakan tertentu

serta dijelaskan terperinci tetapi tidak terklasifikasikan. Sesuai dengan teori

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN … 2.pdf · perangkat leksikon guyub tutur bahasa Gayo yang ... perubahan pada tata hidup masyarakat ... yang dipercaya memiliki kekuatan

28

designatif yang memosisikan segala sesuatu merujuk pada sesuatu yang lain,

maka kata-kata yang digunakan dalam penamaan direlasikan dengan sesuatu yang

lain menjadikan kata-kata tersebut memiliki makna (Taylor dalam Gibbons,

1987:161). Penamaan pada kata-kata tersebut ditentukan oleh kepentingan dan

tujuan manusiawi tetapi kepentingan-kepentingan itu tidak tentu dan tidak

seragam serta tidak juga asal-asalan karena penamaan tersebut dilandasi unsur

tetap pengalaman inderawi penutur (Cassirer, 1987:2007). Menurut hipotesis

Sapir-Whorf, realitas-realitas berbeda melahirkan bahasa-bahasa, begitu juga

sebaliknya, bahasa-bahasa berbeda melahirkan realitas-realitas berbeda, baik

realitas sosial budaya maupun lingkungan alami sesuai dengan memori

kebahasaan yang terekam berdasarkan fokus perhatiannya.

Ekolinguistik disebut sebagai payung yang membawahi beragam pendekatan

teoretis (Bundsgaard & Steffensen, 2000:9). Selain itu, ekolinguistik merupakan

interdisipliner antara ekologi dan linguistik. Beberapa cabang linguistik seperti

pragmatik, kajian wacana kritis, linguistik antropologi, linguistik kebudayaan,

sosiolinguistik terapan juga dipayungi oleh ekolinguistik (Mbete, 2013:4).

Adapun parameter ekolinguistik yang berdasarkan parameter ekologi yaitu

lingkungan, keberagaman, serta interaksi, interelasi, dan interdependensi (Fill dan

Mühlhäusler, 2001:1). Lingkungan yang terbagi menjadi lingkungan fisik yaitu

lingkungan alam yang disebut jagat raya, dan lingkungan manusia dengan

lingkungan budaya dengan bahasanya yang disebut lingkungan sosial.

Lingkungan alam seperti lingkungan kesungaian merupakan lingkungan khusus

dengan keanekaragaman hayati dan nonhayatinya dan di dalamnya hidup

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN … 2.pdf · perangkat leksikon guyub tutur bahasa Gayo yang ... perubahan pada tata hidup masyarakat ... yang dipercaya memiliki kekuatan

29

lingkungan sosial dengan budayanya beserta bahasa yang digunakan penuturnya.

Adanya interaksi antara penutur dan sesamanya beserta lingkungan sekitarnya

mengakibatkan kesalingterhubungan bahkan kesalingtergantungan. Sebagai

makhluk ekologis (Mbete, 2013:2) manusia hidup dengan keberagaman dalam hal

ini keberagaman biotik dan abiotik dalam lingkungan yang saling memengaruhi.

Melalui proses interaksi pula keberagaman yang diketahui dan dipahami secara

khusus itu menciptakan kode-kode lingual menjadi kata-kata. Perangkat leksikon

memiliki rujukan makna referensial eksternalnya yang nyata dan diakrabi oleh

guyub tutur di lingkungan tertentu itu. Makna referensial eksternal yang dimaksud

adalah satuan bentuk lingual berupa kata atau frase yang maknanya merujuk pada

entitas di luar bahasa, dapat diindrakan, dilihat atau diraba (Verhaar, 2006:389).

Leksikon lipi gadang misalnya, merupakan leksikon yang termasuk pengetahuan

kognitif guyub tutur di lingkungan kesungaian Tukad Badung yang merujuk pada

entitas di luar bahasa yaitu ular hijau yang entitasnya ada di lingkungan tersebut.

Entitas dikodekan sebagai lipi gadang tersebut dapat dilihat atau diraba.

Gambaran umum teori ekolinguistik dengan parameter-parameternya yang

dikembangkan oleh para ahli dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN … 2.pdf · perangkat leksikon guyub tutur bahasa Gayo yang ... perubahan pada tata hidup masyarakat ... yang dipercaya memiliki kekuatan

30

Tabel 2.1 Parameter ekolinguistik dan tokoh pengembangnya

Tokoh Parameter ekolinguistik

Bang dan Døør (1996)

Saling ketergantungan (Interdependency)

Interaktivitas (Interactivity)

Fill (2001) Keberagaman (Diversity)

Interaksi timbal balik (Mutual interaction)

Keseluruhan (Wholeness)

Kesatuan (Unity)

Kontinuitas (Continuity)

Keberlanjutan (Sustainability)

Biosentrisme (Bio-centrism)

Fill dan Mühlhäusler (2001)

Saling keterhubungan (Interrelationships)

Lingkungan (Environment)

Keberagaman (Diversity)

Stibe (2010) Interkoneksi (Interconnections)

Kesalingtergantungan (Interdependencies)

Keterhubungan (Relationship)

Isi tabel di atas diuraikan sebagai berikut. Interaktivitas (interactivity) yaitu

interaksi antara guyub tutur dengan lingkungan yang terus menerus dilakukan,

memengaruhi pengetahuan dan pengalaman guyub tutur yang ada di lingkungan

tersebut. Interaksi dan interelasi itu membentuk pola pikir, pola hidup, dan

pengetahuan kebahasaan khususnya pengetahuan leksikon yang merupakan hasil

interaksi antarkeduanya. Interaktivitas yang dilakukan memunculkan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN … 2.pdf · perangkat leksikon guyub tutur bahasa Gayo yang ... perubahan pada tata hidup masyarakat ... yang dipercaya memiliki kekuatan

31

kebergantungan antarguyub tutur dan lingkungannya. Meskipun demikian,

kemungkinan perubahan selalu ada seperti perubahan cara hidup, cara pikir dan

cara berkomunikasi (Bundsgaard and Steffensen, 2000:16).

Individu mempelajari bahasa ibunya tidak sekali saja, tetapi dalam jangka

waktu lama. Tanpa disadari bahasa yang dipelajari mengikuti dinamika sosial dan

budaya, dan lingkungannya karena adanya penghayatan mendalam (internalisasi)

yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku (bdk. Døør, 1998:42). Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa jika norma sosial dan budaya berubah,

perubahan pada guyub tuturnya tidak terelakkan. Perubahan tersebut tidak hanya

berakibat buruk, tetapi juga memiliki pengaruh baik berupa kekayaan

pengetahuan leksikon guyub tutur yang beragam. Pengetahuan tentang

keberagraman (diversity) adalah hasil interaksi guyub tutur dengan

lingkungannya. Keberagaman pengetahuan leksikon secara dinamis itu bisa

memengaruhi keberlanjutan ataupun ketidakberlanjutan pengetahuan kognitif

yang dimiliki guyub tutur apalagi dalam proses pewarisan (transmisi)

antargenerasi.

Menurut Bundsgaard dan Steffensen (2000:19), keberlanjutan bahasa

bergantung pada kemampuan bahasa penutur (producers) dalam memroduksi dan

juga kemampuan para pengguna bahasa (consumers). Seperti leksikon pancingan,

sau, jaring merupakan contoh alat-alat untuk menangkap ikan di Tukad Badung

yang disebut mengalami keberlanjutan karena intensitas penggunaan bahasa oleh

guyub tutur, khususnya pemancing di lingkungan tertentu cenderung tinggi.

Selain kemampuan kebahasaan guyub tutur, kemampuan bertahan hidup biota

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN … 2.pdf · perangkat leksikon guyub tutur bahasa Gayo yang ... perubahan pada tata hidup masyarakat ... yang dipercaya memiliki kekuatan

32

sungai yang dikenal dan dikodekan secara lingual juga memiliki peran penting

demi keberlanjutan. Kemampuan hewan dan tumbuhan di lingkungan tertentu,

khususnya lingkungan kesungaian Tukad Badung yang beradaptasi dapat

membantu keberlanjutannya. Akan tetapi, tidak sedikit pula hewan dan tumbuhan,

termasuk warga guyub tutur yang sulit beradaptasi. Salah satu penyebabnya

adalah dominasi yang terjadi di lingkungan tersebut. Keinginan manusia untuk

memanfaatkan lingkungan mendominasi lingkungan beserta makhluk hidup yang

ada di dalamnya. Dominasi itu membahayakan kelangsungan hidup makhluk

hidup tersebut. Bukan hanya itu, keadaan lingkungan pun berubah menyesuaikan

keinginan bahkan ideologi pendominasinya. Hewan lain yang mendominasi pun

dapat mengancam keberadaan hewan yang terbilang minoritas, baik dalam jumlah

maupun kemampuannya yang lebih rendah untuk beradaptasi, bertahan, apalagi

mendominasi.

Keberlanjutan yang terjadi di dalam suatu lingkungan guyub tutur bukan

hanya meliputi perangkat leksikon, melainkan juga ungkapan dan tuturan-tuturan

yang berkaitan dengan mitos dan ritual. Menurut Mishra (2000:3), mitos dan

ritual digunakan untuk menyelaraskan pemikiran dan tindakan guyub tutur yang

berada di lingkungan tersebut dengan menghubungkan benda tidak bernyawa

(abiotik) dalam benda bernyawa dan menghubungkan masa lalu dengan masa

sekarang.

Terkait dengan tabel 2.1, berikut gambar yang diupayakan untuk menjelaskan

keeratan hubungan antarparameter tersebut.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN … 2.pdf · perangkat leksikon guyub tutur bahasa Gayo yang ... perubahan pada tata hidup masyarakat ... yang dipercaya memiliki kekuatan

33

Gambar 2.1 Hubungan antarparameter

Gambar 2.1 Hubungan Antarparameter Ekolinguistik

Gambar di atas menunjukkan hubungan parameter-parameter ekolinguistik

yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh ekolinguistik. Keberagaman yang ada di

lingkungan khususnya lingkungan kesungaian berinteraksi dengan guyub tutur

sekitar yang hidup dekat dengan lingkungan kesungaian tersebut. Interaksi yang

semakin kuat membuat lingkungan dan manusia saling bergantung dan

memberikan dampak baik dan buruk pada keberlanjutan keduanya, sebagaimana

halnya interaksi yang terjadi antara lingkungan kesungaian Tukad Badung dengan

guyub tutur yang hidup di bantaran Tukad Badung.

Pandangan biosentrisme dan kosmosentrisme menganggap alam dan isinya

berhak hidup dan mendapat perlakuan secara moral terlepas dari bernilai atau

tidaknya bagi manusia (Keraf, 2002:49). Paham tersebut menunjukkan bahwa

alam sebagai buana agung atau makrokosmos seharusnya dijaga dan diperlakukan

interkonektivitas

Interkoneksi interdependensi

keselu

ruhan

kes

atuan

Interdependensi

interkonektivitas

interelasi

kontinuitas interkoneksi

Keberagaman

Lingkungan

kesungaian

Guyub tutur

Antroposentrisme

Biosentrisme

kosmosentrisme

Interaksi

menguntungkan

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN … 2.pdf · perangkat leksikon guyub tutur bahasa Gayo yang ... perubahan pada tata hidup masyarakat ... yang dipercaya memiliki kekuatan

34

sebagaimana tempat hidup yang berharga bagi kehidupan manusia. Alam bukan

hanya sebagai penyedia kebutuhan manusia seperti pandangan antroposentrisme.

Perubahan cara pandang antroposentrisme menjadi biosentrisme dan

kosmosentrisme diperlukan untuk menyadarkan bahwa manusia merupakan

bagian internal dari alam, sehingga muncul tanggung jawab, sikap hormat, dan

peduli terhadap kelangsungan semua kehidupan di alam semesta (Keraf,

2002:279). Terciptanya harmonisasi keduanya dalam interaksi mutualisme dan

menghindari perusakan lingkungan akan membentuk kesatuan antara manusia dan

lingkungannya, menjauhkan lingkungan dari krisis serta menjaga ekosistem dalam

kebertahanan dan keberlanjutan kehidupan makhluk hidup di lingkungan tersebut.

Ekolinguistik memiliki model tata kaji yang dikemukakan oleh Bang dan

Døør (1998) yang digunakan untuk memecahkan masalah-masalah dalam

penelitian ini. Model ini memaparkan dimensi logis yang memiliki tiga dimensi

yang berkaitan satu sama lain, yakni: dimensi ideologis, sosiologis, dan biologis.

Gambar 2.2 Dimensi Logis

Dimensi ideologikal menunjukkan adanya hubungan individu dengan mental

kolektif beserta kognitifnya termasuk khazanah pengetahuan leksikon dan

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN … 2.pdf · perangkat leksikon guyub tutur bahasa Gayo yang ... perubahan pada tata hidup masyarakat ... yang dipercaya memiliki kekuatan

35

ungkapan, tuturan atau wacana, sistem idelogis dan sistem fisik dalam arti unsur-

unsur material, yang biotik dan yang abiotik seperti air, udara. Tiap pengetahuan

kognitif berupa leksikon, ungkapan dan teks memiliki keberadaan ideologikal

bagi guyub tutur yang berarti keberadaannya mereka ketahui dapat diproduksi dan

digunakan guyub tutur itu sendiri (Bundsgaard and Steffensen, 2000 :19).

Pengetahuan kognitif tiap individu menunjukkan kuatnya interaksi yang dilakukan

yang memengaruhi pola pikir individu tersebut sehingga memunculkan idelologi

yang dijadikan konsep hidup sebagai akibat hubungan interaksi yang dijaga antara

individu dan sekitarnya. Dimensi sosio logikal menunjukkan cara masyarakat atau

individu mengorganisasi interelasi dengan lingkungannya untuk menjaga

kolektivitas individual.

Pengetahuan leksikon sudah ada terlebih dahulu dalam keberadaan dimensi

sosiologikal guyub tutur, dan sudah pernah mereka dengar dalam situasi

dialogikal pada situasi percakapan di dalam praksis sosial (Bundsgaard and

Steffensen, 2000:16). Disebutkan juga istilah neologisme dalam Bundsgaard dan

Steffensen (2000) yaitu sebuah pengetahuan yang terekam dalam ingatan guyub

tutur yang jika diujarkan, niscaya mereka akan masuk ke dalam lingkungan

sosiologikal termasuk sosiologikal kesungaian guyub tutur di bantaran Tukad

Badung. Pengetahuan itu akan menghilang jika tidak dituturkan. Begitu juga jika

guyub tutur aktif memroduksi leksikon-leksikon, ungkapan dan wacana, rekaman

pengetahuan leksikon sebelumnya bisa hilang dalam psikoterapi. Hubungan yang

semakin erat akan memengaruhi pengetahuan-pengetahuan kognitif setiap

individu dan mewakili keberagaman sesuai dengan tingkat keseringan interaksi

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN … 2.pdf · perangkat leksikon guyub tutur bahasa Gayo yang ... perubahan pada tata hidup masyarakat ... yang dipercaya memiliki kekuatan

36

yang dilakukan. Misalnya, pemancing di bantaran sungai Tukad Badung memiliki

perangkat leksikon kesungaian yang lebih banyak dan khas daripada penutur yang

bukan pemancing walaupun sama-sama hidup di bantaran Tukad Badung. Selain

itu, pengetahuan yang dimiliki pemancing atau penutur yang hidup di bantaran

Tukad Badung berbeda dengan individu yang hidup di lingkungan tertentu seperti

lingkungan kelautan atau pegunungan. Dalam hal ini, hubungan yang dimaksud

adalah hubungan yang secara tidak langsung menunjukkan ikatan yang terjalin

antara manusia dengan sekitarnya sebagaimana konsep Tri Hita Karana ihwal

bagaimana individu menjaga keharmonisan hubungan dengan penciptanya,

sesamanya dan lingkungannya dan saling, menyayangi satu sama lain, mengetahui

satu sama lain dan tidak merasa asing satu sama lain.

Dimensi biologikal menunjukkan kolektivitas biologis individu yang

menggambarkan keharmonisan individu yang hidup berdampingan dengan spesies

lain, baik makhluk hidup seperti tumbuhan, hewan, mikroorganisme,

makroorganisme maupun benda-benda mati di alam seperti air, batu, pasir, lautan

(Bundsgaard and Steffensen, 2000). Sebagai contoh, pemancing di bantaran

Tukad Badung yang mencari ikan bukan hanya untuk menyalurkan hobinya,

melainkan juga sebagai mata pencaharian dan sumber penghidupannya tetap

berpikir untuk menjaga lingkungan khususnya lingkungan kesungaian Tukad

Badung atau kelautan dengan melarang pemancing menggunakan jala, racun atau

setrum untuk menangkap ikan. Jika ada pemancing yang tidak mengindahkan

aturan tersebut, pemancing tersebut tidak diperbolehkan menangkap ikan di Tukad

Badung lagi. Ini menunjukkan individu memiliki kecintaan akibat dari eratnya

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN … 2.pdf · perangkat leksikon guyub tutur bahasa Gayo yang ... perubahan pada tata hidup masyarakat ... yang dipercaya memiliki kekuatan

37

hubungan yang terjalin antara masyarakat dan spesies yang hidup di Tukad

Badung. Dengan demikian, masyarakat yang hidup di bantaran Tukad Badung

khususnya pemancing terdorong untuk menjaga lingkungan Tukad Badung dan

‘isi’ nya agar tetap harmonis, seimbang dan tidak rusak dengan membuat aturan

tak tertulis tentang penangkapan ikan di Tukad Badung.

2.3.2 Linguistik

Teori linguistik diperlukan untuk memecahkan masalah pertama dalam

penelitian ini yakni tentang satuan-satuan lingual khazanah leksikon kesungaian

di Tukad Badung. Pada dasarnya semua masalah dalam penelitian ini dipecahkan

dengan teori linguistik yang diterapkan dalam penganalisisan data. Adapun

cabang-cabang linguistik yang digunakan diuraikan sebagai berikut.

2.3.2.1 Morfologi

Morfologi merupakan cabang linguistik yang mengidentifikasikan satuan

dasar dan turunan (derivasi) bahasa sebagai satuan gramatikal (Verhaar, 2010:97).

Satuan minimum gramatikal atau morfem mengalami proses-proses morfemis.

Morfem dibedakan menjadi morfem bebas yaitu bentuk yang dapat berdiri sendiri

tanpa digabungkan dengan bentuk lain. Morfem bebas inilah mencakupi leksikon

atau kata, sedangkan morfem terikat yaitu morfem yang tdak dapat berdiri sendiri

dan dapat melebur dengan morfem lain (Verhaar, 2010:10).

Berdasarkan satuan gramatikal, kata memiliki bentuk-bentuk yaitu kata

tunggal dan kata kompleks (hasil derivasi seperti afiksasi, reduplikasi, abreviasi),

dan bentuk majemuk (Kridalaksana, 2008:35). Proses berubahnya leksem menjadi

kata disebut afiksasi (Kridalaksana, 1989:28). Jenis-jenis afiks antara lain prefiks,

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN … 2.pdf · perangkat leksikon guyub tutur bahasa Gayo yang ... perubahan pada tata hidup masyarakat ... yang dipercaya memiliki kekuatan

38

infiks, sufiks, dan konfiks. Prefiks dalam bahasa Bali yaitu N-, ma- /mə/, ka- /kə/,

pa- /pə/, sa- /sə/, a- /ə/, pra- /prə/, pari-, pati-, maka- /makə/, saka- /sakə/, kuma-

/kumə/. Sufiks (pengiring) dalam bahasa Bali yaitu –a, -ang, -in, -an, -e, -ne, -n,

-ing. Infiks (seselan) dalam bahasa Bali yaitu –um-, -in-, -el-, -er-, sedangkan

konfiks dalam bahasa Bali yaitu pa-an /pə-an/, ma-an /mə-an/, ka-an /kə-an/, dan

bra-an /brə-an/.

Selain afiks ada kata ulang yang termasuk dalam bentuk kompleks. Kata

ulang (reduplikasi) ada 3 macam yaitu reduplikasi fonologis, morfemis, sintaksis

dan gejala reduplikasi yang terbagi atas reduplikasi dwi purwa, dwilinggga,

dwilingga salin suara, dwiwasana, trilingga (Kridalaksana, 1989:88). Bahasa Bali

juga memiliki beberapa hasil proses pengulangan yang menghasilkan tipe-tipe

kata ulang yaitu kata ulang murni, kata ulang berubah bunyi (kruna dwi samatra

lingga), kata ulang semu, kata ulang dwi purwa, dan kata ulang dwi sesana.

Bentuk ulang menyerupai kata ulang tetapi bukan hasil dari proses pengulangan

karena bentuk ulang tidak memiliki bentuk dasar atau asal (Kridalaksana, 1996).

Bentuk kompleks yang terakhir adalah kata majemuk.

2.3.2.2 Semantik

Semantik adalah cabang linguistik mengkaji makna (Verhaar, 2010:385).

Bidang semantik dibagi menjadi semantik leksikal dan semantik gramatikal.

Dalam penelitian ini hanya digunakan teori semantik leksikal. Semantik leksikal

menyangkut makna antarleksikon yang terhubung (relasi leksikal) dalam bidang

leksikon tertentu (lexical field) seperti istilah dalam pertambangan, kedokteran,

pelayaran, dalam kegiatan memasak dan mendaki gunung yang mengkhusus,

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN … 2.pdf · perangkat leksikon guyub tutur bahasa Gayo yang ... perubahan pada tata hidup masyarakat ... yang dipercaya memiliki kekuatan

39

saling berhubungan seperti jaringan (network) (Saeed, 1997:63). Adapun bagian-

bagian dari relasi leksikal yaitu homonimi, polisemi, sinonimi, antonimi,

hiponimi, meronimi, member-collection, dan portion-mass. Dalam penelitian ini,

hanya contoh hiponimi dan meronimi saja yang dibahas. Hiponimi adalah relasi

penyertaan leksikon-leksikon khusus (daughter-nodes) yang memiliki satu

leksikon sebagai titik sumber umum (mother-nodes) (Cruse, 1987:136). Hiponimi

digambarkan dengan taksonomi, yaitu hierarki leksikal taksonomik yang berdasar

hubungan akal dan rasa pada makna item leksikal (Cruse, 1987:137). Kosakata

yang terhubung dalam sistem penyertaan tersebut akan menghasilkan jaringan

semantik yang berbentuk hierarki taksonomi seperti berikut.

Animal

sheep horse

ewe ram mare stallion (Cruse, 1986:136)

Taksonomi di atas menunjukkan bahwa sheep (domba) dan horse (kuda)

merupakan hiponim dari animal (hewan), ewe (domba betina) dan ram (domba

jantan) merupakan hiponim dari sheep (domba), dan mare (kuda betina) dan

stallion (kuda jantan) merupakan hiponim dari horse (kuda). Taksonomi terdiri

atas hiponimi dan persaudaraan taksonomi (taxonomic sisterhood) atau disebut

juga ko-taksonomi (co-taxonomy) (Cruse, 1987:137). Dilihat dari gambar di atas,

hiponimi adalah hubungan vertikal dalam taksonomi, sementara saudari

taksonomik (taxonomic sisters) ditunjukkan dalam hubungan horizontal,

contohnya hubungan ewe dan ram adalah ko-taksonomi, begitu juga hubungan

mare dan stallion.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN … 2.pdf · perangkat leksikon guyub tutur bahasa Gayo yang ... perubahan pada tata hidup masyarakat ... yang dipercaya memiliki kekuatan

40

Berbeda dengan hiponimi, meronimi adalah tipe percabangan hierarki

leksikal karena adanya hubungan antara item leksikal yang mengartikan bagian

(part) dan yang mengartikan keseluruhan yang sesuai (whole) (Cruse, 1987:157).

Ada kerangka khusus untuk mengidentifikasi hubungan dalam meronimi seperti X

adalah bagian dari Y, atau Y memiliki X, seperti contoh halaman bagian dari buku

atau sebuah buku memiliki halaman-halaman. Meronimi juga direfleksikan dalam

klasifikasi hierarki seperti berikut.

body

head neck trunk arm leg

forearm hand

palm finger (Cruse, 1986:157)

Meronimi berbeda dengan taksonomi. Taksonomi memiliki transitivitas

(transitivity) antarleksikal tetapi meronimi tidak (Saeed, 1997:70), misalnya palm

(telapak tangan) adalah meronimi dari hand (tangan) dan hand (tangan) meronim

dari arm (lengan), tetapi palm (telapak tangan) tidak bisa dikatakan meronimi dari

arm (lengan) yang diuji dengan X part Y, Y has X (telapak tangan bagian dari

lengan, lengan memiliki telapak tangan) dan tidak berterima.

Selain itu, guna memecahkan masalah dalam penelitian ini segitiga makna

yang dikemukakan Ogden dan Richards (1972) juga digunakan. Segitiga makna

yang menghubungkan lambang (symbol), citra makna (reference) dan objek

(referent) untuk menjelaskan makna entitas-entitas khususnya makna referensial

yang merujuk pada sesuatu di luar bahasa. Berikut segitiga makna yang

dikemukakan oleh Ogden dan Richards.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN … 2.pdf · perangkat leksikon guyub tutur bahasa Gayo yang ... perubahan pada tata hidup masyarakat ... yang dipercaya memiliki kekuatan

41

(b) citra makna (reference)

(a) lambang (symbol) (c) objek (referent)

Simbol adalah kata yang merujuk benda, orang, kejadian melalui pikiran yang

bersifat impersonal dan harus diverifikasi dengan fakta (Parera, 2004:29).

Reference adalah sesuatu yang tersimpan atau terbayang dalam pikiran penutur

tentang objek, peristiwa, dan fakta karena adanya simbol. Referent adalah objek,

peristiwa, fakta yang berkaitan dengan pengalaman manusia, dalam hal ini

pengalaman dan pengetahuan guyub tutur bahasa Bali tentang lingkungan

khususnya di bantaran Tukad Badung. Segitiga makna yang dikemukakan Ogden

dan Richards (1972) terbatas pada acuan yang masih ada di lingkungan tertentu

sebagai rujukan dari perbendaharaan kata yang dimiliki guyub tutur sehingga kata

yang hanya tinggal dalam pikiran guyub tutur tidak bisa dijelaskan dalam segitiga

makna karena entitas yang menjadi acuan sudah tidak ada dalam realitas

lingkungan tertentu.

2.3.2.3 Hubungan teori semantik dan morfologi

Teori semantik dan morfologi digunakan dalam penelitian ini karena

memiliki keterkaitan khususnya dalam membahas keberadaan khazanah leksikon

kesungaian, penamaan dari pemaknaan khusus, dan pengodean leksikon-leksikon

tersebut. Melalui teori semantik, pengetahuan kognitif pentutur berupa khazanah

leksikon kesungaian di lingkungan Tukad Badung diperoleh dari benda atau

entitas di lingkungan tersebut dan dimaknai serta dinamai secara khusus

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN … 2.pdf · perangkat leksikon guyub tutur bahasa Gayo yang ... perubahan pada tata hidup masyarakat ... yang dipercaya memiliki kekuatan

42

berdasarkan ciri fisik, kegunaannya, dan sifatnya, sedangkan teori morfologi

berguna untuk mengodekan entitas-entitas di lingkungan yang sudah dimaknai

dan dinamai tersebut. Oleh karena itu, kedua teori ini sangat diperlukan dan

berkaitan untuk mengkaji leksikon-leksikon kesungaian Tukad Badung dalam

penelitian ini.

2.3.3 Linguistik Kebudayaan

Teori lain yang mendukung teori Ekolinguistik untuk membedakan dan

menemukan makna bahasa berkaitan dengan aspek sosial kultural di lingkungan

Kesungaian Tukad Badung serta untuk menggali leksikon-leksikon kesungaian

yang dimiliki oleh penutur tua yang hidup di lingkungan Tukad Badung, Denpasar

adalah teori antropolinguistik yang oleh Palmer (1976:14) disebut Linguistik

Kebudayaan. Menurut Sibarani dan Henry (1993:128), Linguistik kebudayaan

adalah cabang ilmu lingustik yang mengkaji variasi dan pemakaian bahasa

berkaitan dengan pola kebudayaan, ciri-ciri bahasa yang berhubungan dengan

kelompok sosial, agama, pekerjaan dan kekerabatan. Fokus sasaran dalam

linguistik kebudayaan adalah pengkajian makna sebagai cerminan budaya untuk

mengetahui suatu pemahaman budaya dalam kelompok masyarakat berkaitan

dengan pandangan seseorang pada dunia (Palmer, 1996:10-26; Foley, 1991:5).

Dalam kaitannya dengan komunikasi, kebudayaan disebut sebagai sistem tanda

yang mengandung arti bahwa kebudayaan adalah representasi dunia (Sibarani,

2004:48). Walaupun kebudayaan dikatakan sebagai representasi dunia bukan

berarti seseorang yang mempelajari atau mengalaminya mengenal semua yang ada

di dunia mengenal dunia yang mereka dalami saja dan memengaruhi cara berpikir

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN … 2.pdf · perangkat leksikon guyub tutur bahasa Gayo yang ... perubahan pada tata hidup masyarakat ... yang dipercaya memiliki kekuatan

43

dan cara hidup mereka. Menurut Duranti (1997:86), guyub tutur cenderung

memiliki pandangan dunia berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.

Termasuk di dalam pengertian ini adalah dunia atau lingkungan kesungaian yang

dialami sebagai hasil interelasi, interaksi dengan lingkungan tertentu.

2.4 Model Penelitian

Bahasa Bali khususnya khazanah leksikon dan tuturan terkait kesungaian

yang digunakan oleh guyub tutur yang hidup di lingkungan Tukad Badung

memberikan informasi kebahasaan yang mengungkapkan realitas lingkungan dan

perubahan dinamisnya khususnya lingkungan Tukad Badung. Dari data yang

dikumpulkan berupa khazanah leksikon dan tuturan yang berkaitan dengan Tukad

Badung dirumuskan tiga masalah yaitu bentuk dan kategori khazanah leksikon

kesungaian Tukad Badung, dinamika khazanah leksikon kesungaian di bantaran

Tukad Badung, dan makna tuturan mitos tentang Tukad Badung. Penelitian ini

dipayungi oleh teori ekolingustik dan didukung oleh teori linguistik dan teori

linguistik kebudayaan. Masalah pertama mengidentifikasi bentuk dan kategori

digunakan teori linguistik untuk mengkaji, sedangkan masalah kedua tentang

dinamika khazanah leksikon dikaji teori ekolinguistik dan didukung teori

linguistik kebudayaan untuk menjelaskan keberadaan leksikon yang tidak

memiliki entitas rujukan di lingkungan dan masih tersimpan di pikiran penutur tua

saja. Masalah ketiga dikaji teori ekolinguistik yang dikemukakan oleh Haugen

dan hubungan parameter ekolinguistik. Masalah keempat mengkaji makna tuturan

mitos dikaji dengan teori ekolinguistik dan dibantu dengan teori linguistik

kebudayaan. Pembahasan dari keempat masalah tersebut menjadi temuan

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN … 2.pdf · perangkat leksikon guyub tutur bahasa Gayo yang ... perubahan pada tata hidup masyarakat ... yang dipercaya memiliki kekuatan

44

penelitian dalam penulisan tesis ini. Pemaparan tersebut diinformasikan dalam

sebuah model penelitian seperti berikut ini.

Linguistik

Kebudayaan

lingkungan

bahasa

Guyub tutur bahasa Bali

di bantaran Tukad Badung

Data Leksikon

dan tuturan

Dinamika

khazanah

Leksikon

Kesungaian

Tukad Badung

Ekolinguistik Linguistik

Temuan

Penelitian

Bentuk dan

Kategori

Leksikon

Kesungaian

Tukad Badung

Faktor-faktor

Dinamika

Khazanah

Leksikon

Kesungaian

Tuturan mitos

tentang Tukad

Badung